Dr. Tri Widodo W. Utomo Deputi Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Review Bahan Ajar
Agenda Inovasi Diklatpim III dan IV http://inovasi.lan.go.id
Mata Diklat Budaya Kerja Mendukung Efektivitas Kepemimpinan
KARENA MATA DIKLAT INI BERADA PADA AGENDA INOVASI, MAKA SEBAIKNYA DIARAHKAN UNTUK MEMPERKUAT SASARAN KOMPETENSI DI AGENDA INDUKNYA
“Kepemimpinan” tidak dimaknakan dalam arti umum, namun lebih spesifik Kepemimpinan Perubahan. “Budaya Kerja” juga bukan dalam konteks membuat cara kerja yang lebih efektif, namun lebih pada Budaya Kerja yang Inovatif, atau budaya kerja yang merangsang tumbuhnya inovasi dalam organisasi. Hubungan “Budaya Kerja” dengan “Efektivitas Kepemimpinan” tidak bersifat searah, namun timbal balik. Maka, harus disinggung juga “peran pemimpin dalam membangun budaya kerja inovatif”.
KARENA KEPEMIMPINAN DIMAKNAKAN SEBAGAI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASI, MAKA PERLU DIBERI CONTOH2 SIKAP, PEMIKIRAN & KARYA INOVASI DARI PARA PEMIMPIN NEGERI. Nurdin Abdullah (Bantaeng): mengubah lahan kritis menjadi perkebunan apel dan strawberry dll. Ridwan Kamil (Kota Bandung): membangun kota berbasis kolaborasi multistakeholder, dll. Dahlan Iskan: “Belakangan ini inovasi luar biasa pesatnya. Sekarang waktunya inovasi mendapat tempat terbaik”. Deddy Mizwar: “Jadikan inovasi sebagai ibadah, siapa tahu inovasilah yang akan menyelamatkan kita kelak di akherat”. Presiden Jokowi: “Kita harus berani membuat terobosan. Jangan rutinitas, jangan monoton. Harus selalu ada pembaharuan, selalu ada inovasi”. Presiden Jokowi: “Kalau kita ingin maju, ya harus berubah. Kalau mau berubah tapi diam saja, namanya kemunduran”.
KARENA BUDAYA KERJA DIDEFINISIKAN SEBAGAI “BUDAYA (KERJA) INOVASI”, PERLU PERUMUSAN MAKNA DAN RUANG LINGKUP BUDAYA INOVASI TSB
Masing2 dimensi / ruang lingkup budaya inovasi tadi perlu dijabarkan dalam keadaan apa dapat menghambat (constraining factors) dan dalam keadaan apa bisa menjadi faktor pendukung (enabling factors). Saran kami, (kerja) budaya inovasi dimaknakan sebagai “seperangkat kebijakan atau aturan, kebiasaan, sikap, kondisi lingkungan, dan faktor-faktor organisasi (risk taking, resources, knowledge, goals, rewards, tools, serta relationship) yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan inovasi secara progresif dan berkelanjutan dalam sebuah organisasi”. Peserta dapat diminta mengidentifikasi kondisi masing2 faktor/dimensi di unit/instansi terpilih, kemudian mengusulkan upaya perbaikannya dan peran pemimpin untuk membangun budaya tersebut.
BUDAYA KERJA DAPAT DIPANDANG DALAM KONTEKS YANG LEBIH LUAS, YAKNI BUDAYA MASYARAKAT TERTENTU ATAU BUDAYA BANGSA
Meskipun budaya inovasi lebih berhubungan dengan budaya organisasi yang bersifat internal, namun dapat pula ditempatkan pada konteks yang lebih luas, seperti budaya antri, tertib lalu lintas, membuang sampah, dan lain-lain. Ketika membahas budaya kerja dalam konteks beyond organisasi tadi, upayakan untuk selalu dikaitkan dengan upaya / kebutuhan untuk melakukan inovasi. Misalnya, jika teridentifikasi adanya “budaya malas” pada masyarakat tertentu, inovasi apa yang dapat diperkenalkan untuk mengatasi kultur tsb, dst. Dengan demikian, maka Inovasi = perubahan budaya.
Mata Diklat Inovasi (Pim III)
KARENA ESELON III MERUPAKAN TINGKATAN JABATAN MENENGAH DAN MERUPAKAN KADER UNTUK JENJANG YANG LEBIH TINGGI, ADA BAIKNYA DIBERIKAN KONTEKS YANG LEBIH LUAS MENGAPA INOVASI DIBUTUHKAN
Sajikan data-data makro yang menyiratkan sangat minimnya inovasi di sektor publik. Manfaatkan berbagai sumber yang menjustifikasi perlunya inovasi, seperti hasil survey Bank Dunia tentang faktor2 yang menyebabkan majunya sebuah negara/ daerah/instansi; pernyataan pakar dalam & luar negeri, dsb. Kalau memungkinkan bisa memberi kasus-kasus perbandingan satu situasi tertentu yang berhasil inovasinya dengan situasi lain yang mengalami kegagalan. Dari kasus yang disajikan kemudian peserta diminta menganalisis dan menemukan faktor2 yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan inovasi.
MATERI DALAM MODUL SEBAIKNYA JUGA DIKAITKAN DENGAN PROYEK PERUBAHAN
Apakah gagasan perubahannya memenuhi unsur inovasi? (ada kebaruan, bermanfaat secara internal dan eksternal, mampu menjawab masalah/ tantangan yang ada, tidak bertentangan dengan sistem lain, dapat dijaga kesinambungannya, dll). Cara penggunaan dan contoh-contoh Teknik Kanvas Inovasi.
AKAN LEBIH BAIK JIKA ADA MODEL2 INOVASI YANG DIJELASKAN SEKILAS NAMUN BUKAN HANYA DAFTAR INOVASI
Adanya contoh-contoh model inovasi itu selain untuk menumbuhkan inspirasi, juga untuk meyakinkan bahwa inovasi itu adalah sesuatu yang mungkin, mudah, dan murah. Contohnya: o Model Inovasi Pedesaan dengan mengembangkan Desa Tematik. o Model Inovasi Pengelolaan Sampah. o Model Inovasi Pelayanan Kesehatan, dll.
Mata Diklat Berpikir Kreatif dan Inovasi
SEBAIKNYA “BERPIKIR KREATIF” LANGSUNG DIKAITKAN DENGAN “INOVASI” PESERTA PIM IV, YAKNI PROYEK PERUBAHAN MEREKA
Mengkaitkan Mata Diklat dengan produk pembelajaran Diklatpim merupakan sebuah keniscayaan. Ini penting agar setiap Mata Diklat benar2 memberi manfaat langsung terhadap Proyek Perubahan. Dari Mata Diklat ini peserta diminta melakukan refleksi, misalnya bertanya pada diri sendiri: o Apakah gagasan perubahan mereka cukup kreatif? o Apakah mereka telah memanfaatkan teknik2 berpikir kreatif untuk menghasilkan gagasan inovatif? o Apakah dengan menerapkan teknik berpikir kreatif menjadikan gagasan awal mereka menjadi lebih baik?
AKAN LEBIH BAIK KALAU TEKNIK BERPIKIR KREATIF YANG DIPERKENALKAN DAPAT DIBERI CONTOH APLIKASINYA
Adanya contoh konkrit atas setiap teknik berpikir yang diperkenalkan sangat baik agar terjadi proses mentransformasi knowledge menjadi inspirasi. Memberi materi teknik berpikir kreatif tanpa contoh sama artinya hanya memberi knowledge saja. Brainstorming? Synectics? Asosiasi? Berangan-angan? Buku Catatan Kreatif? perlu contoh aplikasinya. Sekedar pembanding, DIAN sering memperkenalkan teknik berpikir kreatif lain yakni: Template (Fast Idea Generation), Innovation Shopping, Analisis Morphology, atau Kombinasi Masalah+Template.
SARAN LAIN UNTUK DIPERTIMBANGKAN
Selain contoh untuk masing2 teknik, bagus juga untuk memberi visualisasi karya2 kreatif, sehingga sedini mungkin (sejak awal pertemuan) peserta sudah diberi efek kejutan (shock therapy) bahwa diluar dirinya sudah begitu banyak kreasi2 unik, sementara kita masih begitu jauh dari cara berpikir kreatif. Akan lebih baik juga jika ada materi untuk memprovokasi peserta akan tidak minder dalam berinovasi. Dengan beragam kisah (story telling) kita bisa membangkitkan awareness and willingness to innovate dari para peserta. Kisah “orang2 manusia bodoh yang mengubah dunia”, atau “sikap gigih pantang menyerah untuk membuat mimpi menjadi realita”, atau “manusia lemah mengalahkan manusia kuat” dll akan bisa memantik semangat dan kepercayaan diri dari peserta bahwa mereka adalah para pemimpin perubahan yang sangat potensial.
Catatan Umum Tentang Modul Diklatpim
CARA MEMAHAMI & MENGGUNAKAN MODUL
MODUL memiliki kelemahan mendasar, yakni aktualitasnya yang cepat sekali melemah. Meski ada program revisi modul setiap tahunnya, tetap tidak bisa mengikuti perkembangan ilmu dan dinamika masyarakat, terutama di bidang INOVASI. MODUL Diklatpim harus dipahami hanya sebagai referensi yang sama kedudukannya dengan bahan bacaan lain. MODUL sangat tidak dianjurkan menjadi pegangan satu-satunya bagi Widyaiswara/fasilitator. Peserta-pun tetap memiliki kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan substansi, metode, atau perspektif yang berbeda atau yang tidak ada dalam MODUL. MODUL sebaiknya terus di-update oleh semua pihak yang terkait.
Dr. Tri Widodo W. Utomo Deputi Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Terima Kasih Semoga Bermanfaat … !! http://inovasi.lan.go.id