PENGARUH KONFLIK ANTAR KELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK BINTANG NUSANTARA PONDOK AREN TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh RAGA WIRANATA 107015001013
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIFHIDATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAK RAGA WIRANATA. NIM 107015001013. Pangaruh Konflik Antarkelompok Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan. Skripsi. Jakarta : Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2011. Permasalahan dalam penelitian ini adalah pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa di SMK Bintang Nusantara (BINUSA) Pondok Aren Tangerang Selatan. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan membuktikan ada atau tidaknya pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu menggambarkan apa adanya, yang ditunjang oleh data – data yang diperoleh melalui penelitian lapangan. Metode ini digunakan untuk menelaah pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X TKJ SMK Bintang Nusantara Pondok Aren. Kelas ini terdiri dari 28 siswa, namun peneliti hanya mengambil 20 siswa laki-laki sebagai sampel penelitian. Instrumen yang dipakai adalah angket, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis secara kualitatif yang dinamakan deskriptif analisis yaitu menggambarkan apa adanya, dengan membuat tabel frekuensi kemudian dilengkapi dengan presentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Terdapat pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa, melalui hasil wawancara dan juga angket yang disebarkan kepada 20 siswa yang menjadi responden menunjukkan pengaruh konflik antarkelompok dalam hal ini aksi tawuran terhadap prestasi belajar siswa membuat prestasi siswa menurun. Hal ini disebabkan karena siswa yang melakukan aksi tawuran sering membolos sekolah, sehingga mereka tertinggal dalam mata pelajaran di sekolah. 2) Berdasarkan hasil wawancara penulis dapatkan bahwa siswa yang melakukan aksi tawuran pada umumnya adalah siswa yang pemalas, sering melanggar tata tertib sekolah, dan melawan kepada Guru, hal ini tentu saja membuat prestasi belajar mereka tidak baik dan cenderung menurun. 3) Siswa yang melakukan aksi tawuran akan dikenai sanksi berupa skorsing selama beberapa minggu, hal ini juga menjadi salah satu indikator menurunya prestasi belajar siswa di sekolah. 4) Pihak sekolah dan para orang tua bekerja sama untuk mengatasi masalah tawuran ini agar tidak terulang kembali.
ABSTRACT
RAGA WIRANATA. NIM 107015001013. The conflict effects between groups toward the student achievement in studying in SMK Bintang Nusantara Pondok Aren, South Tangerang. Final paper. Jakarta. Social Science Education Department, Faculty of Tarbiyah Science and Public Islam University Syarif Hidayatullah. 2011. The problem in this research is the conflict effects between groups toward the student achievement in studying in SMK Bintang Nusantara (BINUSA) Pondok Aren, South Tangerang. The purpose of the research are the researcher wants to know and prove the existent of the conflict effects between groups toward the student achievement in studying. The method that is used in the research is the descriptive analysis method. It is a method that is supported by several data that have been collected through in the field research. The method is used to research the conflict effects between toward the student achievement in studying. In the research, the writer uses student grade X TKJ SMK Bintang Nusantara Pondok Aren as a subject of research. The class consists of 28 student, but the researcher only takes 20 student as a sample of research. The instrument that is used in the research are questioners, interview and observation data. The data analysis technique uses analysis technique style qualitative that is called descriptive analysis, which explains a truly problem that is happened, with table of data and presentase? The result of the research shows that there are some conflict effects between groups toward the student achievement in studying. The first, the result of interviews and questioners that is delivered to 20 student as a respondent show the conflict effects, the fighting between groups of student in this case, toward the student achievement in studying makes the student achievement decrease. It is caused because these student do not often go to school. So that, they often leave many subjects in the class. The second, based on the result of interviews the writer finds, the student that usually are involved the fighting between groups of student, generally are the lazy student, often against the roles of the school and the teachers. These habits can make the student achievement bad and even decrease. The third, the student that is involved the fighting between groups will be given a punishment. They do not need to go to school for some weeks as a punishment. The forth, the school and parents together solve the problem. So, It will not happen in the future.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebenaran. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini selesai berkat adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, pengarahan, ilmu serta motivasinya kepada penulis, semoga kebaikan beliau dibalas oleh Allah SWT. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, tanpa mengurangi rasa hormat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah sabar dan ikhlas mendidik penulis, semoga ilmu yang diberikan dapat bertambah dan bermanfaat. 5. Kedua orang tua tercinta Bapak Asmawi dan Ibu Sauni yang tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis dalam kehidupan. 6. Kakakku tercinta, Maritul Kiftiah, Rini Asmawati, Ratna Dewi Sartika dan adik tercinta M. Rinza Ashari dan M. Ramzi Ashari yang selama ini selalu memberikan motivasi, do’a dan kasih sayang untuk bisa menyelesaikan skripsi secepatnya.
i
7. Sahabatku tersayang dan juga sahabat seperjuangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Sosiologi-Antropologi angkatan 2007 yaitu Nurlela, Siti Ngaisah, Reyita Mardati Sakinah, Nurlita Marya, Ismi Lutfiah, Wahyu Adhi Prasetyo, Dede Kurniawan dan Ade Komarudin yang selalu memberikan bantuan dan selalu menghibur penulis disaat penulis tidak mampu menyelesaikan tugas. Semoga kenangan kita selama menjadi mahasiswa di jurusan Pendidikan IPS tidak terlupakan. 8. Drs. Sadiyanto, selaku kepala sekolah SMK Bintang Nusantara Pondok Aren serta guru wali kelas X TKJ yaitu Bapak Nurhadi, S.Pd.I, yang mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian. Serta Ibu Nita Erlypranawaty, S.Psi, yang telah bersedia diwawancarai oleh penulis, sehingga penulis mendapatkan informasi yang diinginkan.
Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Agustus 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR TABEL ........................................................................................ BAB I
BAB II
i iii v
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................... B. Identifikasi Masalah ............................................................... C. Pembatasan Masalah .............................................................. D. Perumusan Masalah ................................................................ E. Hipotesis ................................................................................. F. Tujuan dan Signifikansi ..........................................................
1 8 9 9 9 10
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Pengertian Pengaruh ............................................................... B. Konsep Konflik Sosial ............................................................ 1. Pengertian Konflik ............................................................. 2. Pengertian Konflik Menurut Para Ahli .............................. 3. Sebab - sebab Terjadinya Konflik ..................................... 4. Macam – macam Konflik Sosial........................................ 5. Dampak – dampak Konflik ................................................ 6. Cara Mengatasi Konflik ..................................................... C. Konsep Teori Konflik ............................................................. 1. Teori Konflik Karl Marx ................................................... 2. Toeri Konflik Ralf Dahrendorf .......................................... 3. Toeri Konflik Jonathan Turner .......................................... D. Konsep Prestasi Belajar .......................................................... 1. Pengertian Prestasi ............................................................. 2. Pengertian Belajar .............................................................. 3. Pengertian Prestasi Belajar ................................................ 4. Hakikat Belajar .................................................................. 5. Ciri – ciri Belajar ............................................................... 6. Prinsip – prinsip Belajar .................................................... 7. Toeri – teori Belajar ........................................................... 8. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar 9. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ....... E. Kerangka Konseptual .............................................................
11 11 11 13 14 15 17 22 24 25 26 28 29 29 29 33 34 34 35 35 37 38 39
iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah/lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ...................... B. Populasi dan Sampel ................................................................. C. Metode Penelitian ..................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data........................................................ E. Teknik Pengolahan Data ........................................................... F. Teknik Analisis Data ................................................................
42 42 43 43 44 44
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan..................................................................... 1. Sejarah Berdirinya SMK Bintang Nusantara ....................... 2. Visi dan Misi Sekolah .......................................................... 3. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan .................................. 4. Keadaan Sarana dan Prasarana.............................................
46 46 46 47 48
5. Struktur Organisasi SMK Bintang Nusantara Pondok Aren 6. Kegiatan ekstrakurikuler ...................................................... B. Pendapat Guru tentang konflik antarkelompok dalam bentuk tawuran yang terjadi di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan............................................................ C. Dampak – dampak yang ditimbulkan dalam aksi tawuran bagi Siswa, Guru, dan Sekolah di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan .............................................. D. Upaya–upaya Guru dalam mengatasi aksi tawuran siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan ...... E. Hasil pengaruh yang terlihat ..................................................... F. Deskripsi Data........................................................................... G. Analisis dan Interpretasi Data ................................................... H. Ketepatan Hipotesis .................................................................. I. Analisis Teoritis dan Temuan Lapangan .................................. BAB V
50 51
51
52 54 55 58 59 75 77
PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
81
B. Saran .........................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
83
LAMPIRAN iv
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Kerangka konseptual tentang pengaruh konflik antarkelompok .
39
TABEL 2 Kriteria Perhitungan ....................................................................
45
TABEL 3 Keadaan tenaga pengajar dan karyawan SMK Bintang Nusantara .....................................................................................
47
TABEL 4 Keadaan siswa SMK Bintang Nusantara ....................................
48
TABEL 5 Keadaan jumlah ruang SMK Bintang Nusantara ........................
49
TABEL 6 Sarana dan Prasarana SMK Bintang Nusantara ..........................
49
TABEL 7 Struktur Organisasi Sekolah ........................................................
50
TABEL 8 Daftar Hadir Responden ..............................................................
56
TABEL 9 Prestasi Hasil Belajar ..................................................................
57
TABEL 10 Pernah melakukan konflik ...........................................................
59
TABEL 11 Salah satu jenis konflik sosial adalah konflik antarkelompok, misalnya tawuran. Anda ikut dalam aksi tawuran.......................
59
TABEL 12 Seberapa sering ikut dalam aksi tawuran ....................................
60
TABEL 13 Salah satu penyebab aksi tawuran berawal dari saling “ejek” ....
60
TABEL 14 Selain karena aksi saling “ejek”, penyebab aksi tawuran karena ada perbedaan kepentingan diantara kalian .................................
61
TABEL 15 Ikut dalam aksi tawuran atas kemauan sendiri ............................
62
TABEL 16 Ikut dalam aksi tawuran karena paksaan teman ..........................
62
TABEL 17 Membawa benda-benda tajam seperti pisau belatih, stick golf, gir motor, dan samurai saat melakukan aksi tawuran .................
63
TABEL 18 Waktu melakukkan aksi tawuran setelah jam pulang sekolah ....
63
TABEL 19 Lokasi-lokasi yang digunakan sebagai tempat melakukan aksi tawuran seperti di jalan raya, lapangan, atau area tempat tinggal warga ...............................................................................
64
v
TABEL 20 Anda mengalami luka-luka dalam aksi tawuran .........................
64
TABEL 21 Ada teman anda yang hingga tewas akibat aksi tawuran ............
65
TABEL 22 Akibat sering melakukan aksi tawuran sikap anda berubah menjadi pribadi yang keras, kasar, dan susah diatur ...................
65
TABEL 23 Mendapat hukuman atau sanksi dari pihak sekolah ....................
66
TABEL 24 Mendapat hukuman atau sanksi dari orang tua ...........................
66
TABEL 25 Rajin masuk sekolah....................................................................
67
TABEL 26 Mengerjakan semua tugas-tugas yang diberikan oleh guru ........
68
TABEL 27 Rajin membaca buku pelajaran di sekolah dan di rumah ............
68
TABEL 28 Mematuhi semua tata tertib sekolah ............................................
69
TABEL 29 Mendapatkan nilai yang baik disekolah ......................................
69
TABEL 30 Berprestasi di sekolah..................................................................
70
TABEL 31 Memperhatikan semua mata pelajaran yang diterangkan oleh Guru .............................................................................................
70
TABEL 32 Mendengarkan nasehat yang baik dari Guru anda ......................
71
TABEL 33 Guru anda memberikan contoh sikap yang baik dalam berperilaku ...................................................................................
71
TABEL 34 Guru anda membimbing anda untuk berakhlak terpuji ...............
72
TABEL 35 Orang tua memperhatikan perkembangan anda di sekolah .........
72
TABEL 36 Orang tua memantau semua kegiatan anda disekolah dan diluar sekolah.........................................................................................
73
TABEL 37 Menceritakan masalah yang anda alami kepada orang tua anda .
73
TABEL 38 Orang tua memberikan nasehat agar anda menjadi siswa yang berprestasi....................................................................................
74
TABEL 39 Orang tua anda memberikan semua kebutuhan untuk menunjang perestasi anda............................................................
74
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup berdiri sendiri, artinya manusia yang satu akan saling membutuhkan dengan manusia yang lainnya. Hal ini berarti bahwa individu satu dengan individu yang lainnya harus selalu menjaga hubungan sosialnya dengan baik. Hubungan yang terjalin antara seorang individu dengan individu lainnya dinamakan interaksi sosial, yaitu hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang - perorang, antara kelompok - kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia.1 Interaksi sosial yang terjalin harus berdasarkan pada ketentuan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat. Menurut Horton dan Hunt dalam buku Sosiologi teks pengantar dan terapan, mengemukakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti.2 Nilai dalam suatu masyarakat yang akan menentukan sikap seorang individu untuk berprilaku dalam masyarakat. Nilai sosial dalam masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya, tergantung pada kesepakatan bersama antara seorang pemimpin dengan masyarakat setempat. Namun secara umum nilai yang berlaku didalam masyarakat biasanya terkait dengan 1
Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 55. 2 J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi teks pengantar & terapan, (Jakarta : Kencana, 2007), h. 55
1
2
nilai kebaikan, etika, dan nilai keagamaan sedangkan nilai yang khas pada masyarakat, keberlakuannya terbatas pada masyarakat pendukungnya saja. Sedangkan norma merupakan wujud konkrit dari nilai, yaitu seperangkat aturan yang dibuat untuk membatasi segala tingkahlaku anggota masyarakat. Norma memiliki sanksi bagi pelanggarnya, sanksi yang diberikan dapat berupa hukum pidana atau perdata dan hukum adat. Hukum pidana dan perdata biasanya dijatuhkan oleh lembaga hukum yang berwenang untuk memberikan hukuman bagi pelanggarnya, sedangkan hukum adat dijatuhkan oleh pemangku adat setempat. Berdasarkan ketentuan di atas bahwa nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat akan menciptakan suatu keteraturan sosial dalam masyarakat. Nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat merupakan keharusan yang mutlak bagi seluruh anggota masyarakat untuk menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma sosial yang telah disepakati bersama. Jika seorang individu atau kelompok sosial yang tidak mematuhi ketentuan-ketentuan yang ada dalam nilai dan norma sosial, maka individu atau kelompok sosial tersebut telah melakukan suatu penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial merupakan perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku.3 Penyimpangan sosial yang terjadi dapat dilakukan oleh seorang individu ataupun oleh kelompok masyarakat. Misalnya penyimpangan sosial yang dilakukan oleh seorang individu seperti membunuh, mencuri, merampok, minum-minuman keras, penggunaan NAPZA, dan lain sebagainnya. Sedangkan penyimpangan yang dilakukan oleh kelompok sosial bisa berupa bentrok antarwarga, tawuran antarpelajar, tindakan anarkis, kumpul kebo (seorang laki-laki dan perempuan yang tinggal atau hidup bersama tanpa adanya ikatan perkawinan), dan lain sebagainya. Mengapa orang melakukan penyimpangan? Teori-teori biologis mengasumsikan bahwa perilaku menyimpang diakibatkan oleh adanya
3
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan..., h. 98
3
kelemahan tertentu pada fisik seseorang.4 Bahwa seseorang yang melakukan suatu penyimpangan sosial dapat dilihat dari karateristik atau fisik tertentu misalnya bentuk kepala, lengan, tubuh, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut teori-teori psikologis umumnya mengkaitkan penyimpangan dengan kepribadian, motivasi, frustasi, perasaan bersalah, stress, atau kondisi-kondisi kejiwaan
lainnya.5
Menurut
teori
psikologis
seseorang
melakukan
penyimpangan didasarkan pada masalah-masalah kejiwaan seperti yang disebutkan di atas, misalnya ketika seseorang memiliki tingkat frustasi yang tinggi maka dirinya akan sangat agresif pada orang lain. Penyimpangan sosial dapat pula terjadi di lingkungan sekolah, kalangan pelajarlah yang menjadi pelaku utama dalam hal ini. Bentuk-bentuk penyimpangan sosial yang terjadi bisa berupa membolos, melanggar tata tertib sekolah, melakukan tawuran, merusak fasilitas sekolah, dan lain sebagainya. Kalangan pelajar umumnya masuk kedalam kategori usia remaja, dimana pada usia ini merupakan proses pencarian jati diri mereka agar dianggap perannya oleh masyarakat. Penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan dapat dikatakan juga sebagai suatu bentuk kenakalan remaja atau dalam bahasa Latin disebut sebagai Juvenile Delinqeuncy, yaitu “Juvenile delinquency ialah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah-laku yang menyimpang.”6 Hal ini berarti bahwa alasan mereka melakukan penyimpangan khususnya untuk mendapatkan pengakuan lebih terhadap egonya yang merasa tersisih atau terlupakan dan tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat luas. Tingkah laku delinkuen itu pada umumnya merupakan kegagalan sistem kontrol diri terhadap impuls-impuls yang kuat dan dorongan-dorongan instinktif. Impuls-impuls kuat, dorongan primitif dan sentimen4
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), Cet. 1, h. 206. 5 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar..., h.206. 6 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 6.
4
sentimen hebat itu kemudian disalurkan lewat perbuatan kejahatan, kekerasan, dan agresi keras, yang dianggap mengandung nilai lebih oleh anak-anak remaja tadi. Karena itu mereka merasa perlu memamerkan energi dan semangat hidupnya dalam wujud aksi bersama atau perkelahian massal.7 Berdasarkan pada penjelasan di atas, bentuk penyimpangan yang dimaksud adalah tawuran antarpelajar. Tawuran dapat diklasifikasikan sebagai salah satu dari bentuk konflik antarkelompok. Konflik dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang kacau atau tidak teratur yang diakibatkan karena adanya perbedaan-perbedaan yang mencolok. Banyak hal yang diakibatkan dengan terjadinya konflik, diantaranya dapat terjadi perpecahan antarkelompok, kekerasan fisik,
kerugian secara materil, hingga pada mengakibatkan
kematian, dan lain sebagainya. Seperti pendapat Sosiolog Indonesia “Soerjono Soekanto dalam buku Andreas Soeroso, Sosiologi 2 yang mendefinisikan konflik sebagai proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.”8 Konflik yang disertai dengan ancaman dan kekerasan tentu meresahkan siapa saja yang terlibat didalamnya. Baik bagi mereka yang menjadi pelaku tawuran tersebut, maupun lingkungan sekitar dan warga yang berada di sekitar aksi tawuran tersebut. Secara umum, para ilmuan sosiologi konflik lahir dari konteks masyarakat yang mengalami pergeseran-pergeseran nilai dan struktural, dan dinamika kekuasaan dalam negara. Konteks sosiohistoris inilah yang membentuk pemikiran dalam sosiologi konflik. Istilah sosiologi konflik pertama kali digunakan oleh Goerge Simmel, sehingga ia dijuluki sebagai Bapak dari sosiologi konflik.9 Dalam konteks sosio historisnya teori konflik yang muncul pada abad 18 dan 19 dapat dimengerti sebagai respons dari lahirnya dual revolution yaitu demokratisasi dan industrialisasi. Sehingga 7
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2..., h. 105. Andreas Soeroso, Sosiologi 2, (Jakarta: Quadra, 2008), h. 37 9 Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Kontemporer, (Jakarta : Kencana, 2009), h. 8
27
5
kemunculan konflik sosiologi modern merupakan akibat realitas konflik dalam masyarakat industrial. Selain itu, dalam konteks akademis teori sosiologi konflik kontemporer adalah refleksi dari ketidakpuasaan terhadap fungsionalisme stuktural Talcot Parsons dan Robert K. Merton, yang berlebihan dalam menilai masyarakat dengan paham konsensus dan integralistiknya.10 Dalam konteks kekinian, “sosiologi konflik masih megikuti peta tiga mazhab besar ilmu-ilmu sosial dan teori sosiologi konflik klasik. Aliran positivisme, humanisme, dan kritik dalam ilmu sosial sampai saat ini masih menjadi perspektif yang sering dimanfaatkan dalam study konflik.”11 Konflik yang bisa muncul pada skala yang berbeda seperti konflik antarindividu, konflik antarkelompok, konflik antarkelompok dengan negara, dan konflik antarnegara. Setiap skala memiliki latar belakang dan arah perkembangannya. Masyarakat manusia di dunia pada dasarnya memiliki sejarah konflik dalam skala antarperorangan sampai antarnegara. Seperti
aksi
tawuran
yang
terjadi
dikalangan
pelajar
dapat
diklasifikasikan sebagai konflik antarkelompok, juga diartikan sebagai bentuk solidaritas mereka sebagai teman satu sekolah. Sudah jelas bahwa bentuk solidaritas yang mereka lakukan adalah salah, karena solidaritas tersebut mengarah pada hal-hal yang bersifat negatif dan bersifat menghancur (destruktif). Aksi sedemikian ini khususnya bertujuan untuk mendapatkan prestige individual dan menjunjung tinggi nama kelompok (dengan dalih menjunjung tinggi nama sekolah). Bukankah hal itu merupakan pencitraan yang salah untuk mereka? Seharusnya jika mereka ingin mendapatkan prestige atau penghormatan dari sekolah-sekolah lain, mereka harus mendapatkannya dengan menoreh prestasi-prestasi yang baik dalam bidang akademik ataupun non akademik. Tawuran yang terjadi dikalangan pelajar juga dapat mengakibatkan dampak-dampak negatif bagi siswa yang melakukan aksi dan Guru serta nama baik sekolah. Secara lahir akibat yang mereka dapatkan dari tawuran ini bisa 10 11
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer..., h. 47. Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Konflik Kontemporer..., h. 47.
6
berupa luka fisik karena benda-benda tumpul, yang bisa menyebabkan mereka terluka parah. Sedangkan secara batiniah akibat dari aksi tawuran ini berdampak pada perubahan sikap dan perilaku serta tabiat mereka menjadi negatif. Hal ini bisa menjadikan mereka sebagai pribadi yang anarki, keras, dan susah diatur. Jika dalam usia sekolah sudah seperti ini, bagaimana jika mereka menjadi bagian dari masyarakat yang lebih kompleks. Hal lain yang juga bisa diakibatkan oleh tawuran antarpelajar ini adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa, yang menyebabkan mereka tidak naik kelas ataupun tidak bisa dinyatakan lulus. Memang kebanyakan dari mereka yang melakukan aksi tawuran prestasi belajarnya cenderung akan turun, namun bisa saja mereka yang melakukan aksi tawuran ini adalah mereka yang berprestasi di sekolahnya, karena mereka ikut dalam aksi ini untuk membantu teman-temannya. Hal lain yang juga telah disebutkan di atas, bahwa dampak negatif dari aksi tawuran ini adalah terjadinya perubahan sikap anak, anak akan cenderung bersifat keras, anarki, dan susah diatur. Hal ini juga dapat mempengaruhi perkembangan psikologi anak. Lalu mengapa aksi tawurn ini mereka lakukan? Padahal sangat jelas dampak negatif yang ditimbulkan. Bukankah seharusnya sebagai seorang pelajar tugas mereka adalah belajar dan menuntut ilmu? Apa yang menyebabkan mereka melakukan aksi ini? Mungkin perbedaan kepentingan diantara mereka juga bisa menjadi biang keladi mereka melakukan aksi tawuran ini, misalnya ketika seorang pelajar pria tertarik pada seorang wanita yang bersekolah di tempat lain sedangkan ada seorang pria juga yang tertarik kepada wanita yang bersekolah di tempat yang sama, ketika mereka mengunggulkan kepentingannya masing-masing untuk mendapatkan wanita tersebut, maka terjadilah konflik diantara mereka. Kemudian, masalah ini juga bisa melebar menjadi konflik antarkelompok, ketika kedua belah pihak yang berkonflik melapor kepada teman-teman di sekolahnya masing-masing.
7
Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyelesaikan masalah ini. Sekolah sebagai sarana mereka untuk menuntut ilmu sering juga dikatakan sebagai agen perubahan, yang akan merubah nasib seseorang menjadi lebih baik. Keberhasilan study yang dimiliki seseorang adalah modal yang sangat berharga dalam mewujudkan cita-cita. Pedidikan akhlak (budi pekerti) hakikatnya menjadi sebuah komitmen mengenai langkah-langkah apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengarahkan generasi muda kepada pemahaman dan internalisasi (values) dan kebajikan (virtues) yang akan membentuknya menjadi manusia yang baik (good poeple).12 Sekolah sebagai tempat para siswa belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas serta dapat menjunjung tinggi akhlak dan budi pekerti yang baik, haruslah diimbangi dengan tenaga pengajar atau Guru yang baik dan berkompeten dalam mengajar dan membimbing siswanya. Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan. Adapun tujuan pendidikan di Indonesia berlandaskan pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan adalah sebagai berikut : Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 13 Begitu juga peran orang tua dalam mendidik anak-anak mereka di rumah. Karena pendidikan pertama yang mereka dapatkan adalah pendidikan yang diberikan oleh para orang tua di rumah. Bagaimana anak tergantung pada 12
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 8. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, tentang SISDIKNAS, Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007. 13
8
orang tua yang mendidiknya. Perhatian khusus dan kasih sayang yang cukup akan mempengaruhi perkembangan para siswa untuk menjadi manusia yang baik. Jika hal ini sering diabaikan oleh para orang tua dan Guru, maka besar kemungkinan seorang anak akan melakukan penyimpangan-penyimpangan baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sosialnya. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa konflik antarkelompok atau dalam hal ini adalah tawuran antarpelajar mungkin saja berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolahnya, apakah prestasi belajar mereka menurun atau mungkin saja tidak. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan konflik antarkelompok dalam hal ini aksi tawuran antarpelajar dengan judul penelitian yaitu “Pengaruh Konflik Antarkelompok
Terhadap Prestasi Belajar
Siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Terjadinya konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa sekolah. 2. Dampak-dampak yang ditimbulkan dalam konflik ini sangat merugikan mereka yang berkonflik, baik itu kerugian secara materi, fisik, maupun psikis. 3. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari konflik antarkelompok yang dilakukan dikalangan pelajar adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. 4. Peran dan perhatian Guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing mereka di sekolah untuk menjadi siswa yang berakhlak mulia dirasa kurang optimal. 5. Peran dan serta perhatian Orang tua siswa yang kurang terhadap anak mereka dalam hal memantau seluruh kegiatan di dalam ataupun di luar
9
sekolah, sehingga siswa merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang mereka inginkan.
C. Pembatasan Masalah Untuk lebih terarah dalam penulisan laporan ini, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan.
D. Perumusan Masalah Setelah diidentifikasi dan ditentukan pembatasan masalahnya, maka perlu adanya perumusan masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan?”
E. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis.14 Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1. Terjadinya konflik antarkelompok dalam hal ini adalah tawuran diduga karena berawal dari aksi saling ejek atau menjelek-jelekan satu sama lain. 2. Konflik antarkelompok mempengaruhi prestasi belajar mereka menjadi menurun. 3. Pergaulan yang rusak di masyarakat membuat siswa mempunyai perangai yang tidak baik.
14
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 41
10
F. Tujuan dan signifikansi Tujuan dan signifikansi dari penelitian ini dapat penulis sebutkan sebagai berikut : 1. Tujuan a. Tujuan akademis adalah untuk menemukan paradigma konsep, teori dan beberapa faktor yang berhubungan dengan pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa. b. Tujuan terapan adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa. 2. Signifikansi a. Signifikansi secara akademis adalah sebagai memberikan sumber informasi dan sumber referensi untuk bahan bacaan yang bermanfaat bagi teman Mahasiswa serta dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian yang akan datang. Untuk memberikan hasil dan informasi yang bermanfaat bagi para instansi pendidikan khususnya bagi SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan. b. Signifikansi secara terapan adalah untuk memberikan hasil dan informasi yang bermanfaat bagi para instansi pendidikan khususnya bagi SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang selatan. Sebagai kontribusi untuk menyelesaikan masalah tawuran di sekolah-sekolah terutama di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang selatan.
11
BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Pengertian pengaruh Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu. Orang, benda, dan sebagainya.15 B. Pengertian Konflik Sosial, Penyebab Konflik, Macam-macam Konflik, Dampak-dampak Konflik, dan Cara Mengatasi Konflik 1. Pengertian Konflik Manusia sebagai bagian dalam suatu masyarakat yang terintegrasi tentunya akan melakukan interaksi sosial antara individu ataupun kelompok. Dalam melakukan interaksi sosial pastilah tidak hanya berjalan lurus-lurus saja, namun permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul diantara individu kerap terjadi. Permasalahan-permasalahan yang timbul merupakan suatu keadaan yang wajar dalam hidup kehidupan bermasyarakat. Karena antara individu dengan individu lainnya pasti memiliki pemikiran yang berbeda-beda mengenai suatu permasalahan sosial. Manusia adalah mahluk konfliktis (homo conflictus), yaitu mahluk yang selalu terlibat dalam perbedaan, pertentangan, dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh Poerwadarminta, konflik berarti pertentangan atau percekcokan. Pertentangan sendiri bisa muncul ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak bersebrangan. Francis menambahkan unsur persinggungan dan pergerakan sebagai aspek 15
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa IndonesiaTerbaru, (Surabaya: Amelia), h. 318
11
12
tindakan sosialnya. Sehingga secara sederhana konflik adalah pertentangan yang ditandai oleh pergerakan dari beberapa pihak sehingga terjadi persinggungan.16 Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.17 Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik sosial yang terjadi banyak diakibatkan oleh berbagai macam sebab. Misalnya karena adanya perbedaan cara berpikir dan bertindak seseorang dengan orang lain, yang memunculkan ketegangan dari masingmasing pihak. Konflik juga bisa disebabkan karena perbedaan kepentingan masing-masing pihak. Ketika kepentingan seseorang atau suatu kelompom orang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu terusik oleh orang lain, maka ia akan tetap berusaha untuk memperthankan kepentingan kelompoknya meskipun harus berkonflik dengan orang lain. Selain kedua hal tersebut yang bisa menyebabkan konflik sosial adalah perbedaan kebudayaan dan perubahan sosial juga dapat menyebabkan timbulnya konflik sosial. Dalam hal kebudayaan misalnya berkembang paham etnosentris, yaitu paham yang menganggap bahwa kebudayaan mereka lebih baik daripada kebudayaan yang lain. Paham seperti inilah yang dapat memunculkan konflik sosial dalam hal ini adalah konflik antaretnis. Selain itu hal lain yang juga dapat menyebabkan timbulkan konflik sosial yaitu adanya perubahan sosial. Perubahan sosial yang tidak disertai dengan kesiapan mental untuk menghadapi perubahan-perubahan yang mengikuti perkembangan zaman, akan menyebabkan konflik diantara mereka yang pro terhadap perubahan dengan mereka yang kontra dengan adanya perubahan. 16 17
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 4. http://id.wikipedia.org/wiki/konflik, akses pada hari selasa, 26 April 2011.
13
2. Pengertian konflik menurut para ahli a. Menurut Soerjono Soekanto, dalam buku Andreas Soeroso, Sosiologi 2 menyatakan bahwa pertentangan atau konflik adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.18 Kelompok yang berhasil menaklukan lawannya, maka dia berhak mengambil sebesar-besarnya keuntungan dari pihak yang kalah. b. Menurut Watkins, dalam buku Robby I. Chandra, konflik dalam kehidupan sehari-hari, mengemukakan bahwa konflik terjadi bila terdapat dua hal. Pertama, konflik bisa terjadi bila sekurang-kurangnya terdapat dua pihak yang secara potensial dan praktis/operasional dapat saling menghambat. Secara potensial artinya mereka memiliki kemampuan untuk menghambat. Secara praktis/operasional, artinya kemampuan tadi bisa diwujudkan dan ada didalam keadaan yang memungkinkan perwujudannya secara mudah. Artinya bila kedua pihak tidak dapat menghambat atau tidak melihat pihak lain sebagai hambatan, maka konflik tidak akan terjadi. Kedua, konflik dapat terjadi bila ada suatu sasaran yang sama-sama dikejar oleh kedua pihak namun hanya salah satu pihak yang mungkin akan mencapainya. Contoh: jika Joni dan Tono sama-sama ingin memperistri Ayuda. Karena Ayuda tidak mungkin memenuhi keinginan keduanya sekaligus, maka kedua pria tersebut secara potensial dapat terlibat dalam situasi konflik.19 c. Menurut Pruit dan Rubin dengan mengutip Webster, dalam buku Novri Susan, Sosiologi konflik dan isu-isu kontemporer mengemukakan bahwa konflik berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dicapai secara simultan.20 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu proses sosial yang diakibatkan karena adanya perbedaan kepentingan yang melibatkan seorang individu dengan individu lain atau kelompok masyarakat, dimana antara individu atau kelompok masyarakat tersebut 18
Andreas Soeroso, Sosiologi 2 ..., h. 37 Robby I. Chandra, Konflik dalam hidup sehari-hari, (Yogyakarta:Kanisius, 1992), cet.
19
6, h. 20
20
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 5
14
melakukan benturan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan seerta menentang pihak lawan, untuk mencapai tujuan – tujuan yang ingin dicapai. 3. Sebab-Sebab Terjadinya Konflik Konflik sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat dapat diakibatkan oleh berbagai
macam
Diantaranya
perbedaan-perbedaan
perbedaan
individu,
yang
perbedaan
ada
dalam
masyarakat.
kebudayaan,
perbedaan
21
kepentingan, dan perubahan nilai sosial. Berikut penjelasan mengenai sebabsebab terjadinya konflik. a. Perbedaan pendapat antarindividu yang meliputi pendirian dan perasaan. Salah satu penyebab terjadinya konflik sosial adalah adanya perbedaan pendapat antarindividu. Perbedaan pendapat ini merupakan hal yang wajar dalam setiap kehidupan, dalam suatu permasalahan pasti saja akan ditemukan yang pro dan yang kontra. Misalnya ketika seseorang berpendapat mengenai rokok, ada sebagian orang yang pro mengenai rokok ada juga yang kontra karena rokok dapat merusak kesehatan kita. Contoh: Anita dan Andi adalah sepasang kekasih, Andi adalah seorang perokok aktif yang selalu menghabiskan beberapa bungkus rokok. Anita sang kekasih merasa tidak nyaman dengan kebiasaan pacarnya tersebut, maka Anita pun meminta Andi untuk berhenti merokok. Namun Andi menolak permintaan Anita karena pendiriannya untuk tetap merokok, maka
lambat
laun
terjadilah
konflik
diantara
mereka
sehingga
yang
memiliki
mengakibatkan kandasnya hubungan mereka. b. Perbedaan Kebudayaan Negara
Indonesia
merupakan
negara
kepulauan
keanekaragaman budaya dari masing-masing etnis. Kebudayaan yang satu sudah sewajarnya menghormati kebudayaan lainnya. Namun jika salah satu kebudayaan menganut paham Etnosentris yaitu paham yang menganggap bahwa kebudayaan sendiri lebih baik dari kebudayaan lainnya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya konflik sosial. 21
Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar..., h. 91
15
Misalnya konflik agama yang terjadi di Poso, Jika agama adalah unsur uinersal dari kebudayaan, maka konflik antaragama yang terjadi merupakan perwujudan dari konflik yang bersumber pada perbedaan kebudayaan yang ada. c. Perbedaan Kepentingan Perbedaan kepentingan jelas merupakan faktor penyebab terjadinya konflik. Perbedaan kepentingan menginginkan kesuksesan yang sebesarbesarnya bagi kelompok yang menang. Misalnya dalam pemilihan ketua OSIS di sekolah, masing-masing calon kandidat ketua OSIS berkompetisi untuk memenangkan suara dalam pemungutan suara. Karena memiliki kepentingan masing-masing dalam mewujudkan visi dan misi mereka, maka para calon kandidat inipun melakukan kecurangan-kecurangan. Jika salah satu calon terpilih, maka calon ketua OSIS yang kalah akan mengajukan protes kepada panitia sehingga terjadilah konflik diantara keduanya. d. Perubahan Nilai Sosial Perubahan nilai sosial yang terjadi dalam masyarakat seringkali tidak diikuti dengan kesiapan mental masyarakatnya untuk menghadapi perubahan. Misalkan ketika di zaman sekarang hubungan antara laki-laki dan wanita sudah sangat bebas sekali, tidak seperti pada zaman dahulu dimana hubugan antara laki-laki dan wanita dibatasi. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan bagi para orang tua terhadap pergaulan anakanaknya. Perubahan sosial semacam ini bisa mengakibatkan konflik antara golongan tua dengan golongan muda perihal pergaulan muda-mudi masa kini. 4. Macam-macam Konflik Sosial Konflik sosial atau pertentangan yang terjadi di masyarakat memiliki
berbagi
macam
bentuknya. Karena konflik
merupakan
permasalahan sosial yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Macam-macam bentuk konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah konflik antarpribadi/antarindividu, konflik antarkelompok, konflik
16
antaretnis, konflik antaragama, dan konflik antarnegara.22 Berikut penjelasan masing-masing bentuk konflik: a. Konflik
antarpribadi/antarindividu
adalah
konflik
sosial
yang
melibatkan seorang individu dengan individu lainnya mengenai permasalahan-permasalahan sosial. Misalnya konflik pribadi antara sepasang suami-istri yang tengah diambang perceraian. b. Konflik antarkelompok adalah konflik sosial yang terajdi antara kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial yang lain. Misalnya bentrok yang terajdi antarwarga, tawuran antarpelajar, demonstrasi yang bersifat anarki, dan lain sebagainya. c. Konflik antaretnis adalah Etnis atau suku bangsa, biasanya memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu dengan lainnya. Sesuatu yang dianggap baik atau sacral dari suku tertentu mungkin tidak demikian halnya bagi suku lain. Perbedaan etnis tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik antaretnis. Misalnya, konflik etnis di Kalimantan antara suku Dayak dan suku Madura pendatang. Bagi suku Madura pendatang, bekerja adalah suatu tuntutan bagi pemenuhan hidup di perantauan. Pekerjaan mereka adalah menebang kayu di hutan, sementara hutan tersebut adalah tempat yang disakralkan oleh suku Dayak. Kesalapahaman ini menyebabkan terjadinya konflik antaretnis Dayak dan Madura yang menelan banyak korban diantara kedua suku yang berkonflik tersebut. d. Konflik antaragama adalah konflik yang terjadi karena masalahmasalah yang dtimbulkan dalam masyarakat beragama. Agama merupakan suatu yang mutlak kebenarannya dan merupakan suatu wahyu yang langsung diturunkan oleh Tuhan kepada seluruh umatnya di muka bumi ini. Sifat agama yang demikian sering menimbulkan berbagai konflik, baik antarumat dalam satu agama, umat antaragama, maupun umat beragama dengan pemerintah. Oleh karena adanya potensi konflik yang berkaitan dengan agama tersebut, maka 22
Andreas Soeroso, Sosiologi 2..., h. 38
17
pemerintah
mencangangkan
tiga
kerukunan,
yaitu
kerukunan
antarumat beragama, kerukunan antaragama, dan kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah. e. Konflik antarnegara adalah konflik sosial yang terjadi diantara negaranegara yang berkonflik. Masalah-masalah yang timbul dapat berupa masalah ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Misalnya saat negara kita berkonflik dengan negara tetangga yaitu Malaysia ketika salah satu unsur kebudayaan kita diakui oleh mereka, kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia tidak diam saja bukan. 5. Dampak-dampak Konflik Konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat mengakibatkan dampak-dampak bagi para pelaku konflik. Dampak konflik yang dtimbulkan tidak hanya selalu bersifat negatif, namun dampak konflikpun ada yang bersifat positif. Pemikiran awal tentang fungsi konflik sosial berasal dari Goerge Simmel, tetapi diperluas oleh Coser yang menyatakan bahwa konflik dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang terstruktur secara longgar. Masyarakat yang mengalami disintegrasi, atau berkonflik dengan masyarakat lain, dapat memperbaiki kepaduan integrasi.23 Dampak-dampak positif yang ditimbulkan dalam berkonflik yaitu “tambahnya solidaritas in-group atau kelompok, apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, solidaritas antara warga – warga kelompok biasanya akan bertambah erat. Mereka bahkan bersedia berkorban demi keutuhan kelompoknya.”24 Sedangkan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan akibat konflik yaitu dapat mengakibatkan goyah, permusuhan, balas dendam, kekerasan, perubahan kepribadian, jatuhnya korban manusia, serta dominasi yang kuat atas yang lemah.
23
Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta : Kencana, 2004), h. 159 24 Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar..., h. 95
18
a. Goyah dan retaknya persatuan kelompok25 Akibat negatif dari konflik adalah terjadinya perpecahan atau retaknya persatuan kelompok dalam banyak hal dan peristiwa. Misalnya, mengambil contoh konflik yang terjadi pada keluarga akibat pembagian warisan. Warisan adalah segala harta benda dan kekayaan dari orang tua yang akan dibagikan kepada anaknya jika kedua orang tuanya telah meninggal. Konflik yang terjadi karena tersebut warisan ini dapat menyebabkan terjadinya perpecahan dalam keluarga. Keluarga yang sebelumnya rukun, tentram, dan damai dapat menjadi berantakan dan cerai-berai karena berebut warisan yang ada. Apabila terjadi konflik keluarga ketika pembagian warisan, ada kemungkinan hubungan keluarga yang terjalin akan putus dan tidak bisa disambung lagi (putus arang). Konflik
keluarga
akibat
warisan
ini
terjadi
manakala
terdapat
ketidakadilan dalam pembagian warisan. Jika keadilan terjadi dan kesepakatan seluruh ahli waris tercapai, maka konflik keluarga akan dapat dihindari dan perpecahan bisa dicegah. b. Permusuhan Permusuhan dapat muncul jika konflik tidak diselesaikan dengan baik. Dendam yang selama ini ada akan tetap tersimpan, dan dendam tersebut sebagai biang keladi (penyebab utama) bagi terjadinya permusuhan. Ungkapan hutang darah dibayar darah, hutang nyawa dibayar nyawa adalah ungkapan permusuhan yang ditimbulkan oleh konflik yang tidak terselesaikan dengan baik. Konflik dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Dengan demikian halnya permusuhan, dapat terjadi, antara individu satu dengan individu yang lain. Misalnya berebut gadis, antara kedua remaja laki-laki, dapat berakhir dengan perkelahian dan bahkan sampai terjadi pembunuhan diantara mereka. Permusuhan bisa terjadi antara individu dengan kelompok, mislanya kepala desa yang telah dipilih melakukan tindakan asusila atau 25
Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar..., h. 95
19
korupsi, dia akan dimusuhi oleh rakyat yang memilihnya, bahkan dari pihak calon kepala desa yang kalah. Demo akan digelar akibat tindakan yang dilakukan oleh kepala desa yang tidak terpuji. Permusuhan juga dapat terjadi antarkelompok yang ada, misalnya perebutan batas desa atau wilayah tempat tinggal mereka, konflik antarkeluarga mengenai batas pekarangan atau sawah, dan sebagainya. Ungkapan Jawa “Sedumuk bathuk senyari bumi” (kurang lebih berarti sejengkal tanah akan dibela sampai mati) adalah wujud permusuhan yang diakibatkan oleh konflik tersebut. c. Balas Dendam Dendam merupakan gejala yang banyak kita dapatkan dari konflik yang terjadi, mereka berharap suatu saat dapat membalas kekalahan yang dialaminya. Balas dendam biasanya menuggu kesempatan dimana lawan konflik dalam keadaan lengah atau tidak berdaya, atau sebaliknya yang merasa dikalahkan telah memiliki kemampuan dan merasa kuat untuk melakukan balas dendam. Di beberapa masyarakat, balas dendam sering merupakan kewajiban bagi keturunannya dan bahkan dianggap sebagai keharusan dalam menghormati orang tua atau leluhurnya, manakala keluarga atau kelompoknya pernah dipermalukan atau ada anggota keluarga yang dibunuh. Sirik, misalnya, di masyarakat Bugis adalah suatu kewajiban balas dendam yang harus dilakukan
sebagai
kewajiban
manakala
anggota
keluarga
atau
kelompoknya ada yang dibunuh atau dipermalukan dihadapan umum. Jika balas dendam belum dilakukan sekarang, maka wajib bagi generasi penerus untuk membalaskan dendam keluarganya. Cerita-cerita film silat yang ada, biasanya jika ayahnya dibunuh oleh pendekar lain, maka anak diberikan tugas dan kewajiban untuk membalaskan dendam keluarganya dengan cara mengalahkan dan membunuh pendekar yang membunuh orang tuanya. d. Kekerasan Kekerasan merupakan tindakan fisik dan nonfisik yang ditujukan kepada
20
orang lain yang lebih lemah keberadaannya. Mereka yang lebih kuat dan lebih berkuasa melakukan tindakan kekerasan pada pihak lain yang lebih lemah atau yang berada dibawah kekuasaannya. Kekerasan fisik dapat berupa pemukulan, penyekapan, penganiayaan, pemerkosaan, pelecehan seksual, dan pemerasan. Kekerasan nonfisik dapat berupa ancaman atau intimidasi, umpatan atau makian, teror dan lain sebagainya. Kekerasan dapat terjadi di mana saja, seperti kekerasan dalam rumah tangga atau keluarga, kekerasan dalam tempat kerja, maupun di lembaga pendidikan semi militer dan militer. Premanisme merupakan salah satu bentuk kekerasan yang dapat terjadi di mana pun dan kapan pun. e. Perubahan Kepribadian26 Perubahan dimungkinkan terjadi akibat konflik yang ada, hal ini terkait dengan keseimbangan psikologis dan sosiologis dari yang bersangkutan. Secara psikologis dapat dilihat dari ada atau tidaknya kekecewaan, tekanan batin, dan stres, ataupun perasaan bersalah yang berkepanjangan. Sementara itu, secara sosiologis dapat dilihat dari terganggu atau tidaknya hubungan sosial di antara mereka dan ada atau tidaknya orang yang dapat dijadikan perlindungan ataupun mencurahkan isi hati mereka. Misalnya, perceraian dalam keluarga yang menyebabkan berpisahnya Ayah dan Ibu dari anak-anaknya. Anak akan menjadi korban dari kehancuran keluarga. Mereka akan kehilangan figur seorang Ibu bagi yang tinggal sama Ayahnya dan kehilangan figur seorang Ayah bagi yang tinggal dengan Ibunya. Figur ini penting bagi tumbuh kembang kepribadian seorang anak. Figur bapak yang tidak ada dalam keluarga menyebabkan figur ibu lebih dominan, sehingga anak laki-laki yang mengikuti Ibu akan didominasi oleh perilaku yang cenderung mengikuti Ibu. Sebaliknya anak perempuan yang mengikuti bapak akan didominasi oleh perilaku yang cenderung mengikuti perilaku bapaknya sehingga anak perempuan tersebut perilakunya seperti laki-laki. Kepribadian bagi seorang Ibu yang menyandang predikat janda, ataupun kepribadian Bapak yang menyandang predikat duda akan berubah dan 26
Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar..., h. 95
21
berbeda dengan kepribadian mereka pada waktu mereka masih menjadi suami-istri. Misalnya, seorang ibu menjadi lebih genit atau lebih seksi dalam berdandan, seorang bapak sangat mungkin yang tadinya tidak merokok kemudian merokok untuk mengisi kekosongan hatinya, dan lain sebagainya. f. Jatuhnya Korban Manusia27 Jatuhnya korban dapat dimungkinkan sebagai akibat dari konflik yang ada. Misalnya, anak-anak menjadi korban perceraian ayah ibunya, banyak orang yang meninggal dunia karena terkena senjata tajam pada waktu konflik terbuka antarsuku terjadi, dan sebagainya. Jatuhnya korban tidak selamanya berupa nyawa saja, tetapi juga dapat berupa barang, kekayaan harta benda, dan berbagai sarana dan prasarana yang menjadi sasaran tindak pengerusakan ketika konflik terjadi. Kekerasan dan tindakan brutal tersebut dapat terjadi manakala kerumunan masyarakat telah terbentuk. Kecendrungan yang terjadi adalah tindakan anarkis, destruktif, dan tidak bertanggung jawab. Kerumunan ini sukar dikendalikan karena tidak ada pemimpinnya dan cenderung terjadi di daerah perkotaan, karena mereka tidak mengenal satu dengan lainnya secara akrab. g. Dominasi yang Kuat Atas yang Lemah Hasil dari konflik yang ada adalah kemenangan atau kekalahan bagi salah satu pihak yang berkonflik. Kenyataan demikian membuat kelompok yang menang akan menguasai kelompok yang kalah dan kelompok yang kalah akan berada di bawah kekuasaan atau pengaruh kelompok yang menang. Misalnya, apabila terjadi konflik antarpreman pasar, maka seluruh anggota kelompok preman yang kalah akan tunduk kepada kelompok preman yang menang. Contoh lain, perang antarnegara yang berakhir dengan kekalahan salah satu negara, maka yang kalah dipaksa membayar kerugian akibat perang oleh pihak yang menang dan negara yang menang akan mendominasi dalam banyak hal pada negara yang dikalahkan. 27
Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar..., h. 95
22
6. Cara Mengatasi Konflik Cara yang sering digunakan dalam penyelasain konflik adalah melalui cara akomodasi. Akomodasi adalah upaya yang dilakukan untuk mempertemukan pihak-pihak yang berkonflik guna menyelesaikan permasalahan yang ada. Ada beberapa metode dalam akomodasi yang sering digunakan dalam penyelesaian konflik yaitu coercion, compromise, arbitration, mediation, conciliation, toleration, adjudication.28 a. Paksaan/Coercion adalah upaya penyelesaian konflik dengan menggunakan kekuatan atau kekuasaan dan pengaruh, terutama terhadap mereka yang lebih lemah kedudukannya. Pembersihan pedagang kaki lima di kota-kota besar biasanya diselesaikan dengan kekerasan atau paksaan. Mereka biasanya diperingatkan lebih dahulu untuk tidak berjualan dan diperintahkan untuk membongkar tenda dan lapak yang digunakan untuk berjualan. Pada hari yang sudah ditentukan apabila mereka tidak mengindahkan peringatan tersebut, maka Polisi Pamong Praja akan membongkar dengan paksa tenda dan lapak mereka. Biasanya mereka melakukan perlawanan seadanya dan berakhir dengan sia-sia karena mereka berada pada pihak yang salah dan lemah. b. Kompromi/Compromise adalah upaya penyelesaian konflik dengan melakukan tawar – menawar terhadap bentuk penyelesaian dari konflik tersebut. Kesepakatan mereka adalah hasil dari kompromi antara kedua belah pihak yang bersengketa. Misalnya, sengketa atas tanah dan rumah tinggal. Dengan membayar ganti rugi sejumlah uang kepada pihak lain yang bersengketa, dan ganti rugi tersebut diterima dengan senang hati, maka hal tersebut adalah bentuk kompromi yang dilakukan guna menyelesaikan konflik yang ada. c. Arbitrasi/Arbitration adalah cara penyelesaian konflik jika kedua belah pihak yang berkonflik tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan membutuhkan bantuan pihak ketiga, pihak ketiga mencoba 28
Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar..., h. 70
23
untuk mencarikan penyelesaian dari keduanya. Jika mencapai kata sepakat, maka pihak ketiga berhasil dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Arbitrasi bisa dilakukan oleh perwakilan dari kedua belah pihak yang berkonflik, ataupun oleh perseorangan yang memiliki kapasitas sebagai juru damai. Diplomasi yang dilakukan oleh negara lain untuk mencegah terjadinya perang antara dua negara dapat digolongkan dalam arbitrasi tersebut. d. Mediasi/Mediation adalah upaya penyelesaian konflik dengan mendatangkan orang lain yang dapat memberikan nasihat pada keduanya agar tercapai kata sepakat. Orang tersebut disebut mediator. Mediator tidak berpihak pada salah satu dari mereka yang berkonflik, tetapi berdiri netral diantara keduanya dan memberikan beberapa alternatif jalan keluar dari konflik yang ada. Mediator dapat berasal dari suatu lembaga yang berkepentingan dengan hal itu maupun orang yang biasanya memiliki pengaruh atas mereka yang berkonflik. e. Konsiliasi/Conciliation merupakan salah satu cara penyelesaian konflik agar tidak terjadi kerugian pada kedua belah pihak yang berkonflik. Misalnya, konflik antara karyawan perusahaan dengan perusahaan (direksi). Konsiliasi dilakukan agar perusahaan tidak dirugikan dan buruh tidak dirumahkan. Perselisihan yang ada misalnya menuntut kenaikan upah, sambil menunggu penyelesaian dari perusahaan, mereka tetap bekerja dan perusahaan tetap memberikan gaji sesuai dengan gaji sebelumnya. Karyawan melakukan tuntutan dan perusahaan memikirkan karyawannya, sehingga konflik yang terjadi diantara keduanya dapat diselesaikan tanpa menimbulkan kerugian pada kedua belah pihak. f. Toleransi/Toleration adalah upaya penyelesaian konflik
yang
didasarkan pada pemahaman perbedaan yang terdapat pada mereka yang bermasalah. Kesadaran diri ini sebagai perwujudan dari perbedaan yang ada pada pihak lain. Misalnya, seorang perokok menghentikan kebiasaan merokoknya ketika berada disebuah bus.
24
Alasanya bukan karena tidak mempunyai rokok, melainkan menyadari bahwa asap rokok akan menganggu seluruh penumpang bus tersebut. Kesadaran untuk tidak merokok di dalam bus tersebut adalah bentuk toleransi kepada orang yang tidak merokok, dan perokok tersebut menghargai perbedaan dengan orang yang tidak merokok. g. Penyelesaian di pengadilan/Adjudication jika berbagai macam konflik tidak dapat diselesaikan melalui metode-metode di atas, maka cara terakhir adalah membawa masalah tersebut ke pengadilan. Penyelesaian konflik akan dilakukan oleh lembaga pengadilan berdasarkan fakta dan bukti-bukti penyidikan yang ada. Keputusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat mereka yang berkonflik, sehingga kedua belah pihak harus menerima dan menjalankan sesuai dengan keputusan pengadilan yang ada. Jika pada tingkat Pengadilan Negeri yang ada mereka belum puas atas putusan pengadilan, maka mereka berhak mengajukan banding ke tingkat yang lebih tinggi lagi.
C. Teori Konflik Sosial Konflik merupakan suatu kedaan atau permasalahan sosial yang sering terjadi dan kita lihat sehari-hari dilingkungan sekitar kita, karena konflik sosial tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tidak akan muncul konflik sosial tanpa adanya
manusia dan kelompok manusia. Karena konflik itu
muncul dari persepsi-persepsi yang berbeda pandangan dan pemikiran mengenai suatu hal. Untuk memahami apa itu konflik, maka kita harus mengkaji terlebih dahulu apa itu teori konflik. “Teori konflik muncul sebagai reaksi atas teori fungsionalisme struktural yang kurang memperhatikan fenomena konflik di dalam masyarakat.”29 Teori konflik adalah satu perspektif di dalam Sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu 29
sistem sosial yang terdiri dari bagian-
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), Cet. 1, h.40
25
bagian atau komponen-komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha untuk menaklukan komponen yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh kepentingan sebesar-besarnya.30 Teori konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme sturktural dan akibat berbagai kriktik yang ada. Teori konflik ini berasal dari berbagai sumber lain seperti teori Marxian dan pemikiran konflik sosial dari Simmel. Pada 1950-an dan 1960-an, teori konflik menyediakan alternatif terhadap fungsionalisme sturktural, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah digantikan oleh berbagai macam teori neo-Marxian. Salah satu kontribusi utama teori konflik adalah meletakan landasan untuk teori-teori yang lebih memanfaatkan pemikiran Marx. Masalah mendasar dalam teori konflik adalah teori itu tak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar sturktural fungsionalnya. Teori ini lebih merupakan sejenis fungsionalisme struktural yang angkuh ketimbang teori yang benar-benar berpandangan kritis terhadap masyarakatnya.31 Dari pengertian teori konflik di atas, bahwa konflik terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan-perbedaan kepentingan antara komponen masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, dengan jalan mengalahkan pihak lawan agar memperoleh kepentingan-kepentingan kelompoknya sebesar-besarnya. Selain karena adanya perbedaan kepentingan, konflik juga bisa terjadi karena adanya perbedaan pendapat, perbedaan pandangan, perbedaan kebudayaan, akibat perubahan sosial dan lain sebagainya. “Konflik lebih banyak dipahami sebagai keadaan tidak berfungsinya, komponen-komponen masyarakat sebagaimana mestinya atau gejala penyakit dalam masyarakat yang terintegrasi secara tidak sempurna.”32 1. Teori Konflik Karl Marx Menurut Karl Marx, hakekat kenyataan sosial adalah konflik. Konflik adalah satu kenyataan sosial yang bisa ditemukan dimana-mana.33 Marx menekankan dasar ekonomi untuk kelas sosial.
71.
30
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h.
31
Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 153 Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 1,
32
h. 107.
33
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h.73
26
Marx mengajukan konsepsi penting tentang konflik, yaitu tentang masyarakat kelas dan perjuangan kelas. Marx menyatakan “.... of all instruments of production the greatest force of production is the revolutionary class itself” (.... dari semua instrumen-insturmen priduksi yang paling besar kekuatan produksi itu adalah kelas revolusioner itu sendiri) dikutipp oleh Dahrendorf. Pernyataan Marx melalui artikelnya The Clasess tersebut memberi penekanan bahwa perubahan sosial dalam sejarah masyarakat manusia adalah akibat perjuangan revolusioner kelas. Kelas revolusioner yang dimaksudkan oleh Marx adalah kelas proletariat. Kelas, menurut Marx adalah entitas dari perubahan-perubahan sosial. Kelas dan perjuangan kelas kemudian, dalam konteks masyarakat kapitalis Marx, berada dalam kontradiksi sistem ekonomi kapitalis. Bryan Turner merangkum efek dari proses kontradiksi sistem ekonomi kapitalis: (1) polarisasi radikal dari sistem kelas kedalam dua kelas bermusuhan, yaitu borjuis dan kapitalis; (2) proses segregasi sistem kelas, yaitu kelas pemilik modal (kaum borjuis) yang kikir dan pemiskinan kelas pekerja; dan (3) radikalisasi kelas pekerja yang ditransformasikan melalui perjuangan polistis. 34 Dalam teori ini Marx membagi dua kelompok masyarakat yaitu masyarakat Borjuis dan masyarakat Proletar.35 Masyarakat Borjuis adalah masyarakat golongan kaya raya yang menguasai seluruh alat-alat produksi, untuk
mendapatkan
keuntungan
(capital)
yang
sebesar-besarnya.
Sedangkan masyarakat Proletar yaitu masyarakat miskin yang bekerja sebagai buruh pada alat-alat produksi tersebut. Dalam pelaksanaannya kaum Borjuis menindas kaum Proletar dengan cara mempekerjakan tenaga mereka dengan mendapatkan upah, tanpa mendapatkan hasil dari alat-alat produksi. “Sehingga kaum kapitalis dan kaum proletar terlibat dalam konflik yang tak terelakkan lagi. Alasannya ialah karena guna mendapat keuntungan sebesar-besarnya, para kapitalis berusaha menekan upah buruh serendah-rendahnya.”36 2. Teori Konflik Ralf Dahrendorf Dalam karya Dahrendorf, berpendirian pada teori konflik dan teori fungsional disejajarkan. Menurut para fungsionalis, masyarakat adalah 34
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 32. Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), Cet. 1, h.40 36 Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 74 35
27
statis atau masyarakat berada dalam keadaan berubah secara seimbang. Tetapi menurut Dahrendorf, dan teoritis konflik lainnya, setiap masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan. Fungsionalis cenderung melihat masyarakat secara informal diikat oleh norma, nilai dan moral. Teoritis konflik melihat apa pun keteraturan yang terdapat dalam masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang berada di atas. Fungsionalis memusatkan perhatian pada kohesi yang diciptakan oleh nilai bersama masyarakat.37 Teori konflik yang dikemukakan oleh Ralf dahrendorf sering kali disebut teori konflik dialektik. Bagi dahrendorf, masyarakat mempunyai dua wajah, yakni konflik dan konsensus. Kita tidak mungkin mengalami konflik kalau sebelumnya tidak ada konsensus. Misalnya, si A dan si B dalam kelas ini tidak mungkin terlibat dalam konflik karena mereka tidak pernah mengenal satu sama lain dan hidup bersama. Demikianpun sebaliknya, konflik bisa menghantar orang kepada konsensus. Kerjasama yang sangat erat antara Jepang dan Amerika Serikat pada saat ini terjadi sesudah mereka terlibat dalam konflik yang sangat hebat pada waktu perang dunia II.38 Dahrendorf mengakui bahwa masyarakat takkan ada tanpa adanya konsensus dan konflik yang menjadi persyaratan satu sama lain. Jadi tidak akan ada konflik kecuali ada konsensus sebelumnya.39 Contoh : Nyonya Prancis sangat tak mungkin berkonflik dengan pemain catur Chili karena tak ada kontak antara mereka, tak ada integrasi sebelumnya yang menyediakan basis untuk konflik. Sebaliknya, konflik dapat menimbulkan konsensus dan integrasi. Dari kedua teori konflik di atas dapat disimpulkan bahwa menurut teori konflik Marx, konflik bisa terjadi pada cara-cara produksi yang dilakukan oleh kaum Borjuis terhadap kaum Proletar. Dimana dalam mengerjakan alat-alat produksi kaum Borjuis menindas kaum Proletar dengan memperkerjakan mereka sekeras-kerasnya untuk mendapatkan 37
Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 153 Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h.77-78. 39 George Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 154. 38
28
hasil yang sebesar-besarnya. Dalam hal ini para kaum Proletar berharap mendapatkan upah yang setinggi-tingginya, namun kaum Borjuis melakukan kecurangan dengan cara menekan upah buruh serendahrendahnya. Sehingga dengan adanya hal ini konflik antara dua kelompok ini pun dapat terjadi. Sedangkan menurut teori konflik Ralf dahrendorf, masyarakat memiliki dua wajah yaitu konflik dan konsensus. Konsensus merupakan satu kesatuan (integrasi) individu-individu dalam masyarakat yang saling kenal-mengenal
satu
sama
lain.
Konflik
adalah
permasalahan-
permasalahan sosial yang timbul karena adanya konsensus. Jadi konflik tidak akan muncul tanpa adanya konsensus sebelumnya. 3. Teori Konflik Jonathan Turner Turner memusatkan perhatiannya pada “konflik sebagai suatu proses dari peristiwa-peristiwa yang mengarah kepada interaksi yang disertai kekerasan antara dua pihak atau lebih.”40 Jadi, menurut teori konflik yang dikemukakan oleh Turner bahwa konflik tidak akan terjadi sebelum adanya interaksi yang terjalin, baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan klompok. Dengan adanya interaksi kemudian memunculkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sosial mereka, sehingga akan menyebabkan konflik diantara mereka. Turner juga menjelaskan sembilan tahapan menuju konflik terbuka. Secara
garis
besar
dalam
ke-sembilan
tahapan
tersebut
Turner
mengungkapkan, bahwa konflik terbuka bisa terjadi diantara kelompokkelompok
sosial
yang
memiliki
kekuasaan
atas
sumber-sumber
penghasilan dengan kelompok-kelompok sosial yang tidak berkuasa. Mereka yang tidak berkuasa atas sumber-sumber penghasilan mulai mempertanyakan legitimasi sistem tersebut. “Kemudian legitimasi tersebut 40
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 81.
29
membawa mereka kepada kesadaran bahwa mereka harus mengubah sistem alokasi kekuasaan atau sumber-sumber penghasilan demi kepentingan mereka.”41 Dengan demikian kesadaran tersebut akhirnya memancing kemarahan mereka dan menyebabkan mereka semakin tegang, dan pada akhrinya mereka mencari jalan untuk mengorganisir diri guna melawan kelompok yang berkuasa. “Pada akhirnya konflik yang terbuka antara kelompok-kelompok yang bertikai sangat bergantung kepada kemampuan masing-masing pihak untuk mendefinisikan kepentingan mereka secara obyektif dan untuk menangani, mengatur, dan mengontrol kelompok itu.” 42
D. Pengertian Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Prestasi adalah hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.43 Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya.”44 Bila diartikan secara bahasa, “kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.”45 2. Pengertian Belajar Belajar menurut bahasa adalah “usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian”.46 Sedangkan menurut istilah yang dipaparkan oleh beberapa ahli, diantaranya oleh Ahmad Fauzi yang mengemukakan belajar adalah “Suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau 41
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 81. Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 82. 43 http://WWW.scrbd.com/doc/pengertian prestasi belajar, waktu akses hari selasa, 26 April 2011 44 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Karya Abdi tama, 2001)., cet. 1, h. 330. 45 Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1990), h. 2. 46 W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1976), h.965. 42
30
dilakukan melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi”. 47 Suatu proses belajar dapat dinyatakan berjalan dengan baik apabila ada perubahan, baik perubahan tingkah laku, kematangan berpikir, maupun perubahan pengetahuan. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.48 Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi.49 Belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis, untuk mencapai perubahan dalam tingkah laku.50 Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Dan juga banyak orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada beberapa pendapat tentang belajar, yang pertama pengertian belajar menurut Zikri Neni Iska: Pengertian umum belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup 47
Ahmad fauzi, Psikologi Umum ,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2004), cet.ke-2, h. 44 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2000), h.13 49 Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003), h. 2. 50 Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press 2001), h. 23 48
31
manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat bertahan hidup (survived).51 Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, ”belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.” 52 sedangkan menurut Oemar Hamalik, ”belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.”53 Menurut Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti ”belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.”54 Menurut S. Nasution ”belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.”55 Menurut Sarlito Wirawan Sarwono ”belajar adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi.”56 Menurut Alisuf Sabri ” belajar merupakan faktor penentu proses perkembangan,
manusia
memperoleh
hasil
perkembangan
berupa
pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, reaksi, keyakinan dan lain-lain
51
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. 1, h.76 52 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), cet. 3, h. 10. 53 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet. 2, h. 27. 54 Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 117 55 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 35 56 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi , ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), cet. 8, h.45
32
tingkah laku yang dimiliki manusia adalah diperoleh melalui belajar.”57 Pengertian belajar menurut Wasty Soemanto yaitu: Belajar merupakan proses dasar daripada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahanperubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kitapun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.58 Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Serta belajar juga dapat disimpulkan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh dari pengalaman dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Selanjutnya Nana Sudjana mengatakan bahwa “belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu”.59 Belajar disebut juga proses aksi reaksi serta interaksi atau hubungan antara seseorang dengan seseorang lainnya. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas siswa berinteraksi dengan guru, serta siswa berinteraksi dengan siswa yang kemudian akan menimbulkan pengalamn baru, baik bagi siswa maupun bagi gurunya. 57
M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah), ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. 2, h. 54 58 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Malang: PT Rineka Cipta, 1990), cet. 3, h. 99. 59 Nana Sudjana, Dasar – dasar Proses Belajar mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 1987), h.28
33
Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemuakakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkahlaku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif). 3. Pengertian Prestasi Belajar Dibawah ini akan diuraikan beberapa pengertian tentang prestasi belajar yaitu : Menurut Nana Sudjana, “prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh Guru.”60 Prestasi siswa tidak bisa diukur hanya dengan melihat hasil dari ujian semester, karena prestasi juga ditentukan oleh faktor lain. Menurut Zikri Neni Iska, “prestasi adalah tolok ukur belajar yang problematik.”61 Dari beberapa pengertian prestasi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil evaluasi belajar yang diperoleh atau dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Bentuk konkrit dan prestasi belajar adalah dalam bentuk skor akhir dari evaluasi yang dimasukkan dalam nilai raport. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dilakukan evaluasi. Prestasi belajar merupakan wujud yang menggambarkan usaha belajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa, ataupun orang lain dan lingkungannya. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melalui proses belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka, huruf ataupun tindakkan yang mencerminkan prestasi anak dalam periode tertentu.
60
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), cet. 4, h. 22. 61 Zikri Neni Iska, Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brothers, 2006), cet. 1, h. 85.
34
4.
Hakikat Belajar Secara umum pengertian belajar menurut beberapa para ahli di atas, mengemukakan bahwa belajar merupakan proses perubahan menjadi lebih baik. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku dalam berbagai aspek. Dari sejumlah pengertian belajar yang telah dikemukakan di atas, ada satu kata kunci yang sangat penting dalam proses belajar, yakni kata “perubahan” atau change. Ketika kata “perubahan” diperbincangkan untuk memaknai kata belajar, maka hal ini menyangkut permasalahan mendasar dari masalah belajar. Bagaimanapun rangkaikan kata dan kalimat yang dikemukakan oleh para ahli dalam mendefinisikan kata belajar, maka intinya tidak lain adalah masalah “perubahan” yang terjadi pada seorang individu yang belajar. Perubahan yang dimaksudkan tentu saja perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian belajar. Dengan demikian, seseorang yang telah melakukan aktivitas belajar dan diakhir aktivitas belajarnya tersebut telah memperoleh perubahan tingkah laku dalam dirinya, serta memiliki pengalaman baru, maka seseorang tersebut dikatakan telah melakukan aktivitas belajar. Akan tetapi perlu diingatkan, bahwa perubahan yangg terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkahlaku. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah hasil belajar.
5. Ciri-ciri Belajar Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada perubahan tertentu yang dimaksudkan ke dalam ciri-ciri belajar. “Ciri ciri belajar tersebut antara lain adalah perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.”62 62
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008), h. 15
35
6. Prinsip-Prinsip Belajar Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Dalam uraian terdahulu telah ditegaskan, bahwa mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-murid. Prinsip-prinsip belajar menurut Kunandar adalah sebagai berikut bahwa dalam belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri pada siswa. Belajar senantiasa bertujuan dengan pengembangan perilaku siswa. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu. Belajar dilaksanakan dengan latihan dayadaya, membentuk hubungan asosiasi dan melalui penguatan. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan reorganisasi pengalaman. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti.63 7. Teori-Teori Belajar Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Proses perubahan tingkah laku atau proses belajar yang terjadi pada diri individu itu merupakan proses internal psikologis yang tidak dapat diketahui secara nyata. Oleh karena terjadinya proses belajar itu tidak dapat diketahui secara jelas, maka timbullah perbedaan pendapat dikalangan para ahli psikologi, sehingga akibatnya terjadi bermacam-macam teori belajar. Berikut ini akan diuraikan tentang beberapa teori belajar, yaitu: a. Teori Belajar Konstruktivisme Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. bagi siswa agar benar-benar 63
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h. 302
36
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Menurut teori konstruktivis ini, guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan member kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang melalui empat tingkatan,
yaitu
sensorimotor
(lahir
sampai
usia
2
tahun),
praoperasional (usia 2 sampai 7 tahun), operasi konkrit (7 sampai 11 tahun dan operasi formal (usia 11 tahun sampai dewasa). c. Teori Belajar Bermakna David Ausubel Belajar bermakna menurut teori Ausubel yaitu suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Dengan demikian agar belajar lebih bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.
37
d. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. menurutnya proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka yang disenut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini.64 e. Teori Classical Conditioning Teori ini menganggap bagaimana menghindari timbulnya perasaan-perasaan negatif terhadap suatu pelajaran. mengatasi rasa takut dan khawatir terhadap tugas-tugas di kelas dan lain-lain.65 Dengan demikian, teori – teori belajar tersebut di atas dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh sekolah sebagai sarana informasi pendidik dan pengetahuan pendidik dalam menyampaikan materi belajar. Sehingga diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. 8. Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Prestasi Belajar Belajar merupakan proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau pembaharuan
dalam tingkahlaku atau kecakapan. Jadi berhasil
tidaknya seseorang dalam proses belajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dalam digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor – faktor intern, yakni faktor – faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Diantara faktor – faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang adalah antara lain : 64
Trianto, Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik , (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), cet. 1, h. 26 65 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar..., h.81
38
1. Faktor fisiologis Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya. 2. Faktor psikologis Yang
termasuk
dalam
faktor
–
faktor
psikologis
yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah antara lain : a. Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency Quetion (IQ) seseorang. b. Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap. c. Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. d. Motivasi,
merupakan
keadaan
internal
organisme
yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. e. Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Faktor-faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari luar peserta didik, yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik. Adapun yang termasuk faktor – faktor ini antara lain yaitu : 1. Faktor sosial, yang terdiri dari : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. 2. Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak gedung sekolah, keadaan dan letak rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat dan sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor
tersebut
dipandang
turut
menentukan
tingkat
keberhasilan belajar peserta didik disekolah.66
66
http://artikele-aby.blogspot.com/2009/08/prestasi-belajar-kajian-teoritis, diakses tanggal 11 September 2011.
39
E. Kerangka Konseptual TABEL 1 Kerangka Konseptual Tentang Pengaruh Konflik Antarkelompok Terhadap Prestasi Belajar Siswa KONFLIK SOSIAL
Ruang Lingkup
PENGERTIAN KONFLIK
DAMPAKDAMPAK KONFLIK
MACAM-MACAM KONFLIK
SEBAB-SEBAB KONFLIK
CARA MENGATASI
TEORI KONFLIK
TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF
TEORI KONFLIK KARL MARX
TEORI KONFLIK JONATHAN TURNER
KONSEP PRESTASI BELAJAR
PENGERTIAN PRESTASI
PENGERTIAN BELAJAR
TEORI – TEORI BELAJAR
HAKIKAT BELAJAR
CIRI-CIRI BELAJAR
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN BELAJAR
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR
40
Kerangka konseptual tersebut menggambarkan bagaimana pengaruh konflik antarkelompok, dalam hal ini adalah aksi tawuran yang dilakukan oleh pelajar terhadap prestasi belajar mereka di sekolah. Sosiologi merupakan salah satu dari cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat sebagai mahluk sosial dalam hubungannya dengan manusia yang lainnya. Dalam kehidupan sosial manusia dengan manusia yang lainnya melakukan suatu proses sosial. “Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok-kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada”.67 Dalam proses sosial memiliki dua bentuk yang sering terjadi di masyarakat kita, yaitu proses sosial yang bersifat asosiatif dan disosiatif. “Proses asosiatif yaitu proses yang mengindikasikan adanya gerak pendekatan atau penyatuan”. 68 Sedangkan proses disosiatif sebaliknya tidak adanya penyatuan. Yang termasuk dalam bentuk asosiatif yaitu kooperasi, akomodasi, asimilasi, dan amalgamasi. Sedangkan proses yang disosiatif yaitu kompetisi, konflik, dan kontravensi. Salah satu bentuk proses sosial yang disosiatif yaitu konflik. Konflik merupakan salah satu bentuk proses sosial yang bersifat menentang pihak lawan, yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Konflik sosial seperti kita ketahui disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya disebabkan karena adanya perbedaan antarindividu,
perbedaan
kepentingan,
perbedaan
kebudayaan,
dan
lain
sebagainya. Selain itu konflik sosial juga memiliki beberapa macam bentuknya, yaitu konflik antarindividu, konflik antarkelompok, konflik antaretnis, konflik antaragama, dan konflik antarnegara. Diantara macam-macam konflik tersebut di atas, penulis ingin meneliti tentang konflik antarkelompok yang terjadi di kalangan pelajar. Salah satu bentuknya adalah aksi tawuran yang kerap mereka lakukan. Aksi tawuran merupakan bentuk konflik antarkelompok yang sangat fatal akibatnya jika dilakukan terus-menerus. Aksi ini bisa menimbulkan berbagai macam dampak67 68
Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar,...h. 55 J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi teks pengantar dan terapan,...h. 57.
41
dampak negatif, baik dampak negatif secara lahir maupun batin ataupun materiil serta
moril. Dampak yang ditimbulkan secara lahir misalnya luka-luka fisik
akibat terkena benda-benda tajam, karena dalam aksinya para pelajar kerap kali membawa benda-benda tajam seperti pisau, pedang samurai, gir motor, stick golf, dan lain sebagainya. Selain itu aksi ini juga bisa berdampak pada kondisi jiwa/batin mereka. Misalnya ada perubahan sikap dalam dirinya yang dulunya mereka berwatak baik sekarang menjadi anak yang berwatak buruk dan keras, menjadi anak yang malas belajar dan tidak mau mengerjakan tugas-tugas mereka di sekolah. Pada akhirnya aksi tawuran yang mereka lakukan memungkinkan prestasi belajar mereka terpengaruh.
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Wilayah/lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan diwilayah Pondok Aren, tepatnya di Jl. Raya Ciledug Jombang No. 15 Pondok Aren Kota Tangerang selatan. Adapun waktu penelitiannya mulai bulan Juli hingga bulan Agustus 2011.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yaitu “keseluruhan subyek penelitian”.69 Adapun subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X atau kelas I SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang selatan, tahun ajaran 2010 – 2011. Akan tetapi tidak mungkin meneliti dan mengobservasi seluruh jumlah total dari subjek yang diteliti, jadi peneliti hanya mengambil sebagian subyek contoh representatif dari subjek keseluruhan yang diteliti yang menjadi objek sesungguhnya dari suatu penelitian adalah sample. 2. Sampel Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa – siswa kelas X TKJ SMK Bintang Nusantara Pondok Aren, sebanyak 20 orang responden yang pernah melakukan konflik antarkelompok, dalam hal ini aksi tawuran.
69
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1998), cet.11, h. 97
42
43
C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang ditunjang oleh data – data yang diperoleh melalui penelitian lapangan yaitu penulis mengadakan penelitian langsung ke objek sasaran penelitian, yang ditempuh dengan teknik-teknik sebagai berikut: metode pengumpulan, observasi, wawancara, dan angket.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan laporan ini, maka penulis menggunakan metode: 1. Metode pengumpulan adalah metode dengan cara pengumpulan data mengenai suatu hal yang dapat berupa catatan, transkrip, legger dan sebagainya.70 2. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara langsung ke objek penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati langsung objek penelitian di lapangan. 3. Wawancara yaitu percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan itu.71 4. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya, ataupun hal-hal yang ia ketahui.72 Jadi, angket juga dapat dikatakan sebagai alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang diajukan disertai beberapa alternatif jawaban untuk dipilih oleh responden. Angket dalam penelitian ini bersifat 70
Sutrisno Hadi, Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 97. Imam Suprayogo & Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 172 72 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,...h. 117. 71
44
tertutup agar terdapat kesamaan jawaban masing-masing responden sehingga proses pengolahan datanya lebih mudah.
E. Teknik Pengolahan Data Untuk menolah data dalam penulisan ini, penulis melakukan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Editing, yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan oleh responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu persatu, tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan. Jika ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. 2. Koding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macam-macamnya. 3. Scoring, yaitu merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir petanyaan yang terdapat dalam angket. 4. Persentase digunakan untuk mengetahui besar kecilnya pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa. Angket persentase diperoleh dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100% dengan rumus satistik persentase.
F. Teknik Analisis Data Data dari angket dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis
secara
kualitatif
yang
dinamakan
deskriptif
analisis
yaitu
menggambarkan apa adanya. Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi kemudian dilengkapi dengan presentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut : P=
𝐹 𝑁
x 100%
45
P
= Angka Presentase
F
= Frekuensi yang dicari
N
= Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
100% = Bilangan tetap Setelah didapat hasil presentase dari angket yang disebarkan kepada siswa, maka akan menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, penulis merumuskan sebagai berikut :73 Tabel 2 Kategori Perhitungan
73
No
Prosentase
Penafsiran
1
100 %
Seluruhnya
2
90% - 99 %
Hampir seluruhnya
3
60% - 89%
Sebagian besar
4
51% - 59%
Lebih dari setengahnya
5
50%
Setengahnya
6
40% - 49%
Hampir setengahnya
7
20% - 39%
Sebagian kecil
8
10% - 19%
Sedikit
9
1% - 9%
Sedikit sekali
10
0%
Tidak ada sama sekali
Ahmad Supardi dan Wahyudin Syah, Metodologi Riset, (Bandung: IAIN SGD, 1984), cet. Ke-1, h. 52.
46
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan 1. Sejarah Berdirinya SMK Bintang Nusantara SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan merupakan Yayasan Pendidikan yang berada di bawah naungan Kanwil Banten dengan SK/ Pengukuhan No: 811/ 1.02/ Kep/ E/94. Dengan No. Data Sekolah (NDS) No: 3002040033, sedangkan jenjang terakreditasi No: 273/ C. C7/ Kep/ Mn/ 99, sekolah ini berada di Jalan Raya CiledugJombang Pondok Aren Tangerang Sealatan. SMK Bintang Nusantara didirikan pada tahun 1993 di atas tanah seluas 10.150 m2. 2. Visi dan Misi Sekolah Visi dan Misi sekolah SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang selatan adalah sebagai berikut. Visi : Mewujudkan pendidikan yang berakhlak Nulkharimah, berdaya saing, unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misi : a. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Melaksanakan kurikulum secara efektif, meningkatkan kompetensi, dan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan. 46
47
c. Menjadikan siswa yang berakhlak, cerdas, sehat, kreatif, inovatif, disiplin, bertanggung jawab, terampil, serta unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan Untuk menunjang keberhasilan Visi dan Misi sekolah SMK Bintang Nusantara, maka sekolah ini memperkerjakan Guru-guru yang hampir seluruhnya bergelar sarjana S1 dan berkompeten dibidangnya. Berikut daftar nama Guru-guru SMK Bintang Nusantara beserta gelar sarjana dan jabatan mereka di sekolah. a. Keadaan Guru dan Karyawan
TABEL 3 Data tenaga pengajar dan karyawan SMK Bintang Nusantara Tahun 2010/ 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Nama Guru Drs. Sadiyanto M. Rusdin, SE Drs. Munadi, MM Hj. Sri Pujiati, S.Pd Yuni Rachmawati, S.Pd Abdul Aziz, SH Saefudi, S. Pd Dwi Hastuti, S. Pt Nurilah Hanum, S. Pd Dessi Arisandy, S. Pd. I Rinda Suzena, SE Ponijah, S. Pd Imas Sobariyah, S. Pd A. Bukhori Arif Prasetyono, S. Pd Drs. Waluyo, MM Wahid, SH M. Dodi, S. Pd Nurhadi, S. Pd M. Ridha Abdul Rahman M. Hafni
Pendidikan Terakhir/ Tahun Kelulusan S1 Pend. Sejarah/ 1989 S1 Ekonomi Management/ 1990 S1 Pend. Sejarah/ 2003 S1 Pend. Matematika/ 1999 S1 Pend. Bhs & Sastra Ina/ 1994 S1 Hukum Perdata/ 2005 S1 PAI/ 2001 S1 Produksi Ternak/ 2002 S1 Pend. Biologi/ 1996 S1 Bahasa Arab/ 2003 S1 Management Ekonomi/ 2001 S1 Bahasa Inggris/ 2004 S1 Kimia/ 2002 MAN Agama Islam/ 1999 S1 Pend. Koperasi/ 1995 S1/ SII STM “IMM”/ 1999 S1 Hukum Perdata/ 2004 S1 Pendidikan Matematika/ 2005 S1 PAI / 2006 SMEA/ 1985
Jabatan Kepsek GTY GTT GTT GTT GTT GTT GTY GTT GTY GTY GTY GTT GTT GTT GTY GTT GTT GTT TUT TUT TUT
48
23. 24. 25. 26. 27.
Alimun M. Ali Selamat Hamid Endri A. Romain
OB OB OB Satpam Satpam
b. Data Siswa SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan Jumlah kelas yang ada di SMK Bintang Nusantara adalah sebanyak 5 kelas. Kelas tersebut terdiri dari 3 kelas X dan 2 kelas XI. Program – program jurusan yang ada di SMK ini adalah program Akuntansi (AK), program Multi media (MM), dan program Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Berikut jumlah siswa – siswi SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan Tahun ajaram 2010-2011 secara keseluruhannya.
TABEL 4 Data Siswa SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan Tahun ajaran 2010/ 2011 No.
Kelas
1. 2. 3. 4. 5.
X AK X TKJ X MM XI AK XI TKJ
Jumlah Rombel 1 1 1 1 1 JUMLAH
Jumlah Siswa L P Jumlah 2 25 27 20 7 27 19 16 35 5 19 24 20 14 34 147
Ket
4. Keadaan Sarana dan Prasarana Keadaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini sudah sangat cukup memadai untuk menunjang kegiatan belajar – mengajar para siswa. Berikut adalah keadaan ruang serta
sarana dan prasarana
yang ada di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan.
49
TABEL 5 Keadaan dan jumlah ruang SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Ruang Ruang Kelas Ruang Kepala Sekolah Ruang Tata Usaha dan Administrasi Ruang Guru Ruang Laboratorium IPA Ruang Perpustakaan Ruang BP/ BK Ruang OSIS Ruang Komputer dan Internet Ruang Gudang Mushalla MCK Ruang Audio Visual Ruang Praktek Fotografi Ruang Kegiatan keagamaan Ruang Dinas Penjaga
Jumlah 10 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1
Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
TABEL 6 Sarana dan Prasarana di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Sarana dan Prasarana Kursi Siswa Meja Siswa Mesin Stensil Mesin Ketik Komputer Radio Tape OHP Kipas Angin Televisi Telephon Megaphone Pengeras Suara Alat Band Kompor Printer Meja Kursi Tamu
Jumlah 504 252 2 4 60 3 1 10 2 2 1 2 1 set 1 4 3
50
17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Meja Guru Kursi Guru Rak Buku Lemari Filing Cabinet Brankas Proyektor/ Infokus VCD
20 20 7 20 20 2 1 3
5. Struktur Organisasi SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan TABEL 7 Struktur Organisasi Sekolah Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Tata Usaha - Kepala Tata Usaha - Urusan Keuangan - Perlengkapan - Pembuat Daftar Gaji - Juru Tik - Caraka/ Pesuruh
Wakasek Bag. Kesiswaan
Wakasek Bag. Kurikulum
Wakasek Bag. Humas Guru
Siswa
Wakasek Bag. Administrasi
51
6. Kegiatan Ekstra kurikuler Kegiatan ekstra kurikuler yang ada di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan diantaranya: Rohis, Marawis, English Club, Volley.
B. Pendapat Guru Tentang Konflik Antarkelompok dalam bentuk Aksi Tawuran yang Terjadi di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan. Konflik merupakan salah satu gejala sosial yang timbul dalam masyarakat. Tidak akan ada konflik jika tidak ada masyarakat, karena konflik itu akan tetap ada selama manusia melakukan interaksi sosial dalam masyarakat. Konflik merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif, artinya konflik bersifat mengahancur, bercerai berai, dan tidak satu kesatuan. Banyak hal yang menyebabkan konflik sosial bisa terjadi, seperti pendapat Guru BK (bimbingan konseling) melalui wawancara mengemukakan bahwa konflik itu terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara satu atau kelompok orang dengan kelompok lainnya.74 Konflik sosial yang ada tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat yang kompleks saja. Namun koflik sosial juga bisa terjadi pada ruang lingkup yang lebih kecil, misalnya konflik sosial yang terjadi di lingkungan sekolah. Konflik sosial yang terjadi di sekolah salah satu bentuknya adalah tawuran antarkelompok, yang tentu saja hal ini dapat menimbulkan dampak – dampak yang buruk. Aksi tawuran sangat merugikan baik untuk siswa itu sendiri, keluarga, sekolah maupun lingkungan sekitar dimana aksi tawuran tersebut terjadi.75 Banyak hal yang menyebabkan para siswa melakukan aksi tawuran. Salah satunya adalah karena aksi saling ejek antarsiswa dengan sekolah lain. Seperti yang dikemukakan oleh Guru yang penulis wawancarai, bahwa aksi tawuran yang terjadi di sekolah ini karena saling mengejek atau menjelek74 75
Nita Erlypranawati, Wawancara, Pondok Aren, Rabu 20 Juli 2011. Nita Erlypranawati, Wawancara, Pondok Aren, Rabu 20 Juli 2011.
52
jelekkan satu sama lain, sehingga memicu kemarahan dari dua belah pihak dan akhirnya terjadilah aksi saling pukul. Awal mula terjadinya aksi saling ejek antarsiswa berawal dari kumpul-kumpul biasa dengan teman satu sekolah, nongkrong di warung atau di pinggir jalan. Kemudian ada sekumpulan siswa dari sekolah lain yang tengah melintas dengan spontan menjelek – jelekkan sekolah mereka dan mengejek – ejek mereka. Alhasil merekapun marah dan mebalas dengan ejekan yang sama, hingga terjadilah tawuran diantara mereka. Aksi tawuran yang mereka lakukan tentu saja merupakan perbuatan yang tidak patut untuk ditiru. Para siswa seharusnya memiliki tugas untuk belajar dan menuntut ilmu, dengan melakukan kegiatan – kegiatan yang positif serta berkaitan dengan pendidikan mereka di sekolah. Banyak hal yang bisa dilakukan para siswa untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan, misalnya mengikuti kursus – kursus di luar sekolah, ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler, ikut dalam kegiatan sosial di masyarakat, dan lain sebagainya. Sehingga diharapkan dengan mengikuti kegiatan – kegiatan tersebut para siswa tidak mempunyai waktu untuk melakukan aksi tawuran. Tentu saja hal ini menjadi perhatian besar para Orang tua dan Guru untuk mengajak dan membimbing serta mendidik siswa untuk selalu berkelakuan baik, serta meningkatkan potensi yang ada dalam diri siswa, agar siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah. C. Dampak – dampak yang Ditimbulkan dalam Aksi Tawuran bagi Siswa, Guru, dan Sekolah di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren. Aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa tersebut memang bukanlah perilaku terpuji, namun itulah bentuk dari ungkapan rasa kesal mereka karena tidak terima sekolah mereka di jelek-jeleknya oleh sekolah lain. Para siswa Sekolah Menengah Kejuruan merupakan anak yang memang masih dalam usia labil, artinya pada usia ini merupakan masa-masa seorang anak untuk mencari jati diri mereka dalam lingkungan sosialnya. Di masa-masa menginjak usia transisi dari masa remaja menuju dewasa ini, seorang anak cepat terpengaruh oleh ajakan teman-temannya entah
53
itu untuk berbuat baik ataupun tidak baik. Seperti yang diungkapkan oleh Guru melalui wawancara bahwa siswa-siswa yang ikut dalam aksi tawuran adalah siswa yang sering bolos sekolah dan prestasi belajarnya kurang, namun ada pula siswa yang baik ikut dalam aksi tawuran karena ajakan temantemannya untuk membela nama baik sekolah mereka.76 Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang baik pun dapat terpengaruh oleh ajakan teman-temannya untuk ikut dalam aksi tawuran. Aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa tentu saja menimbulkan dampak-dampak buruk bagi siswa, Guru, dan bagi sekolah. Dampak-dampak yang ditimbulkan tentu saja bersifat negatif, namun ternyata aksi tawuran yang terjadi di sekolah ini juga menimbulkan dampak yang positif bagi siswa tersebut. Dampak yang ditimbulkan dari aksi tawuran bagi siswa adalah siswa mendapatkan skorsing selama beberapa hari dan ada pula siswa yang dikeluarkan dari sekolah, selain itu aksi tawuran ini juga berdampak negatif terhadap prestasi belajar mereka di sekolah, siswa menjadi tertinggal dalam mengikuti mata pelajaran di sekolah. Sedangkan dampak positif dari aksi ini bagi siswa adalah siswa dapat lebih berhati-hati dalam memilih teman dan lingkungan pergaulan mereka, agar tidak salah dalam bertindak.77 Kemudian dampak bagi Guru yaitu guru menjadi terganggu dalam mengajar, karena Guru berusaha untuk melerai aksi tawuran, dan Guru merasa tidak nyaman berada di sekolah. Dan dampak aksi tawuran bagi sekolah yaitu merusak nama baik sekolah, sehingga membuat citra buruk terhadap sekolah yang berdampak pada minat masyarakat yang rendah untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah ini. Aksi tawuran yang terjadi memang banyak menimbulkan dampak – dampak yang buruk bagi siswa yang menjadi aktor dalam aksi ini, begitu pun bagi orang – orang yang berada dalam lingkungan sekolah tersebut. Oleh karena itu masalah ini harus diselesaikan dengan mencarikan solusi yang terbaik agar aksi tawuran tidak terulang kembali. 76 77
Nita Erlypranawati, Wawancara, Pondok Aren, Rabu 20 Juli 2011. Nita Erlypranawati, Wawancara, Pondok Aren, Rabu 20 Juli 2011.
54
D. Upaya-upaya Guru dalam Mengatasi Aksi Tawuran Siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren. Upaya Guru dalam mengatasi aksi tawuran yang terjadi di SMK Bintang Nusantara dapat dilakukan melalui berbagai cara. Dari hasil wawancara penulis dengan Guru BK (Bimbingan Konseling), yaitu : usaha untuk mengatasi aksi tawuran yang terjadi di sekolah antara lain Guru memanggil siswa yang melakukan aksi tawuran dan menanyakan latar belakang terjadinya aksi tawuran, kemudian Guru memberikan pengarahan, memanggil orang tua siswa, dan membuat keputusan berupa hukuman/sanksi. Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi aksi tawuran di sekolah antara lain : 1. Bekerjasama antara Guru dan siswa untuk menyelesaikan permasalahan di sekolah. 2. Sekolah memberikan tindakan preventif dengan memberikan arahan mengenai dampak dari aksi tawuran. 3. Memberikan peringatan keras dari pihak sekolah bahwa siswa yang terlibat dalam aksi tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. 4. Membuat komitmen antara siswa dengan sekolah bahwa tugas siswa di sekolah adalah belajar. 5. Bekerjasama dengan lingkungan sekitar apabila ada siswa yang kurang baik tingkahlakunya agar melapor pihak sekolah. 6. Bekerjasama dengan orang tua untuk memeberikan arahan dan motivasi kepada anak mereka agar tidak terlibat dalam aksi tawuran.78 Dari upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi aksi tawuran disekolah, salah satunya adalah memberikan peringatan keras terhadap siswa yang terlibat dalam aksi tawuran. Siswa yang menjadi provokator dalam aksi tawuran dan melakukan tindakan anarkis dan membahayakan akan dikeluarkan dari sekolah. Sedangkan siswa yang hanya ikuta-ikutan saja dalam aksi tawuran, diskorsing selama kurang lebih 2 minggu dan mendapatkan tugas serta arahan dari Guru BK dan tugas dari Guru bidang study. 78
Nita Erlypranawati, Wawancara, Pondok Aren, Rabu 20 Juli 2011.
55
Dengan demikian upaya – upaya yang telah disebutkan di atas, diharapkan dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah aksi tawuran ini agar tidak terulang kembali, sehingga tercipta suasana aman, nyaman, dan harmonis di lingkungan sekolah.
E. Hasil Pengaruh yang Terlihat. Konflik antarkelompok yang dilakukan oleh para siswa disekolah memang membuat resah berbagai pihak, baik bagi para Orang tua, Guru, Sekolah, ataupun masyarakat sekitar. Aksi tawuran yang mereka lakukan tentu saja menimbulkan berbagai banyak dampak negatif yang mereka alami, tidak hanya bagi siswa saja namun juga Guru mereka dan pihak sekolah pun ikut merasakan dampak yang ditimbulkan. Dampak-dampak negatif yang mereka alami secara fisik dapat terlihat dari luka-luka akibat sabetan benda-benda tajam atau lemparan benda-benda tumpul yang mereka gunakan untuk melancarkan aksi tawuran. Selain dampak yang dialami berupa luka-luka fisik, aksi tawuran ini juga mengakibatkan dampak yang buruk bagi perilaku dan prestasi belajar mereka di sekolah. Dari hasil wawancara penulis dengan Guru BK, mengenai sikap dan perilaku siswa yang sering melakukan aksi tawuran yaitu siswa sering keluar kelas ketika kegiatan belajar-mengajar tengah berlangsung, siswa cenderung malas, terkadang melanggar tata tertib sekolah misalnya merokok di lingkungan sekolah, melawan kepada Guru, sering membolos, dan bergaul dengan orang-orang yang tidak baik di luar sekolah. Aksi tawuran yang mereka lakukan tidak hanya berdampak pada perilaku mereka saja di sekolah, namun aksi tawuran ini juga berdampak pada prestasi belajar mereka di sekolah. Seperti pada pernyataan di atas, bahwa siswa yang melakukan aksi tawuran cenderung malas untuk sekolah. Hal ini dapat dilihat dari daftar hadir siswa yang penulis dapatkan dari arsip sekolah, sebagai berikut :
56
TABEL 8 Daftar hadir responden terhitung mulai bulan Januari – Mei 2011 No.
Jumlah Ketidak hadiran 5 hari
Responden
1
Achmad Mawarid Daulah
2
Alfiansyah
3
Anas Syarifudin Hidayat
4
Andri Setiawan Alamsyah
15 hari
5
Andriansyah
29 hari
6
Daril Henmas Perdana
7
Deni Firmansyah
8
Deni Saputra
7 hari
9
Farizal Rio Pratama
4 hari
10
Firda Rahmawan
2 hari
11
Hardi Saputra
12
M. Dede Khoirudin
5 hari
13
Muhajir Agil
1 hari
14
Mukhamad Nurmansyah
15
Rachman Fauzi
5 hari
16
Rahmat Rivaldi
18 hari
17
Rusli Gusnandar
11 hari
18
Suprianto
9 hari
19
Zenia Purnama
9 hari
20
Afneri Panko
1 hari
15 hari 8 hari
0 hari 18 hari
20 hari
26 hari
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, sebagian besar responden memiliki daftar ketidakhadiran yang amat banyak. Hal ini dikarenakan siswa yang melakukan aksi tawuran cenderung malas untuk hadir di sekolah dan mengikuti proses belajar, sehingga prestasi belajarnya pun menurun. Dengan demikian,
hal
ini
menunjukkan
bahwa,
terdapat
pengaruh
konflik
antarkelompok dalam bentuk tawuran terhadap prestasi belajar mereka di sekolah, salah satunya terlihat dari daftar hadir siswa yang banyak alfa atau tidak masuk sekolah.
57
Selain daftar hadir siswa salah satu indikator yang menentukan prestasi belajar siswa adalah hasil raport atau buku lapor hasil belajar siswa selama satu semester. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Guru BK, bahwa siswa yang melakukan aksi tawuran prestasi belajarnya cenderung menurun, karena mereka tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Hal ini juga dapat dibuktikan dari hasil raport yang penulis dapatkan dari wali kelas mereka, dari 20 siswa yang menjadi responden, sebagai berikut : TABEL 9 Prestasi hasil belajar IPS siswa No.
Responden
Nilai/skor Semester Ganjil
Semester Genap
1
Achamad Mawarid Daulah
73
70
2
Alfiansyah
70
70
3
Anas Syarifudin Hidayat
72
78
4
Andri Setiawan Alamsyah
72
75
5
Andriansyah
72
75
6
Daril Henmas Perdana
70
76
7
Deni Firmansyah
70
75
8
Deni syahputra
70
70
9
Farizal Rio Pratama
70
78
10
Firda Rahmawan
77
78
11
Hardi Saputra
70
75
12
M. Dede Khorudin
68
70
13
Muhajir Agil
77
76
14
Mukhamad Nurmansyah
70
72
15
Rachman Fauzi
72
70
16
Rahmat Rivaldi
73
70
17
Rusli Gusnandar
70
70
18
Suprianto
68
70
19
Zenia Purnama
70
76
20
Afneri Panko
70
70
58
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang sering melakukan aksi tawuran memiliki nilai yang tidak lebih baik dari mereka yang tidak tawuran. Hal ini dikarenakan siswa yang melakukan aksi tawuran selain malas untuk sekolah dan suka membolos, mereka yang melakukan aksi tawuran juga dikenai sanksi berupa skorsing selama beberapa hari, sehingga memungkinkan siswa tertinggal dalam mengikuti mata pelajaran di sekolah. Dengan demikian konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa, berpengaruh terhadap prestasi belajarnya di sekolah. Selanjutnya hal ini harus menjadi perhatian para orang tua dan Guru, untuk selalu memperhatikan pendidikan para siswa di sekolah.
F. Deskripsi Data Pada bab sebelumnya telah penulis kemukakan bahwa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan ini adalah dengan angket dan wawancara, yaitu untuk memperoleh data informasi tentang pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan. Angket yang disusun berdasarkan pokok penelitian yang diteliti, angket yang dibuat terdiri dari 30 pernyataan, 15 item pernyataan mengenai konflik antarkelompok dalam bentuk tawuran, 10 item pernyataan mengenai pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa, dan 5 item pernyataan peran serta orang tua siswa. Sedangkan wawancara dilakukan dengan Guru BK (Bimbingan Konseling) SMK Bintang Nusantara selaku Guru yang selalu memberikan nasehat kepada siswa-siswanya yang bermasalah disekolah. Guru BK juga memiliki catatan-catatan tentang tingkah laku siswa selama berada di sekolah, sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan informasi yang peneliti inginkan.
59
G. Analisis dan Interpretasi Data Setelah didapat hasil persentase dari angket yang disebarkan kepada 20 siswa yang menjadi responden, dan hasil wawancara dengan Guru BK, kemudian data yang dioleh dinyatakan dengan persen, kemudian dianalisis dan hasilnya sebagai berikut :
Pernyataan Selalu Sering Kadang - kadang Tidak pernah N
TABEL 10 Pernah melakukan konflik Frekuensi 1 8 11 0 20
Persentase 5% 40% 55% 0% 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang selalu melakukan konflik sebesar 5%, dan yang menjawab sering melakukan konflik sebesar 40%, dan yang menjawab kadang-kadang melakukan konflik sebesar 55%, tidak ada yang tidak pernah melakukan konflik sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya siswa pernah melakukan konflik. Karena konflik merupakan salah satu masalah sosial yang ada dalam masyarakat, begitu juga para siswa di sekolah yang kadang-kadang pernah melakukan konflik sosial dengan teman-temannya. Hal ini menjadi pehatian para Guru untuk mencegah terjadinya konflik di sekolah. TABEL 11 Salah satu jenis konflik sosial adalah konflik antarkelompok, misalnya tawuran. Anda ikut dalam aksi tawuran. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 1 6 13 0 20
Persentase 5% 30% 65% 0% 100%
60
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang selalu ikut dalam aksi tawuran sebesar 5%, dan yang siswa yang sering ikut dalam aksi tawuran sebesar 30%, dan siswa yang kadang-kadang ikut dalam aksi tawuran sebesar 65%, dan tidak ada siswa yang tidak pernah ikut dalam aksi tawuran. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa pernah ikut dalam aksi tawuran. Dan ini menjadi perhatian para Guru untuk mencegah mereka melakukan aksi tawuran, serta para Orang tua sebagai pendidik pertama mereka di rumah. TABEL 12 Seberapa sering ikut dalam aksi tawuran. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 1 5 14 0 20
Persentase 5% 25% 70% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang selalu melakukan aksi tawuran sebesar 5%, dan siswa yang sering melakukan aksi tawuran sebesar 25%, dan siswa yang kadang-kadang melakukan aksi tawuran sebesar 70%, dan siswa yang tidak pernah sering melakukan aksi tawuran menjawab sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kadang-kadang melakukan aksi tawuran, walaupun demikian hal ini harus mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Karena aksi tawuran ini membahayakan bagi mereka dan orang lain. TABEL 13 Salah satu penyebab aksi tawuran berawal dari saling “ejek”. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 10 3 3 4 20
Persentase 50% 15% 15% 20% 100%
61
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab selalu aksi tawuran itu diawali dengan saling “ejek” sebesar 50%, dan siswa yang menjawab aksi tawuran sering diawali dengan aksi saling “ejek” sebesar 15%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang aksi tawuran itu diawali dengan aksi saling “ejek” sebesar 15%, dan yang menjawab tidak pernah aksi tawuran itu diawali dengan aksi saling “ejek” sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa setengah dari jumlah siswa berpendapat bahwa aksi tawuran yang mereka lakukan selalu berawal dari aksi saling “ejek” satu sama lain yang kemudian berujung pada kemarahan dua belah pihak, dan sepakat mengadakan aksi tawuran.
TABEL 14 Selain karena saling “ejek”, penyebab aksi tawuran karena ada perbedaan kepentingan diantara kalian. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 4 3 5 8 20
Persentase 20% 15% 25% 40% 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penyebab aksi tawuran selain karena saling “ejek”, yaitu karena adanya perbedaan kepentingan diantara mereka yang mengadakan konflik, siswa yang menjawab selalu sebesar 20%, dan siswa yang menjawab sering sebesar 15%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang tawuran disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan sebesar 25%, dan siswa yang menjawab tidak pernah ada penyebab aksi tawuran karena adanya perbedaan kepentingan sebesar 40%. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir setengahnya siswa menjawab tidak ada perbedaan kepentingan yang menjadi penyebab mereka melakukan aksi tawuran.
62
TABEL 15 Ikut dalam aksi tawuran atas kemauan sendiri. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 3 5 5 7 20
Persentase 15% 25% 25% 35% 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang ikut dalam aksi tawuran atas kemauannya sendiri adalah yang menjawab selalu sebesar 15%, siswa yang menjawab sering sebesar 25%, dan siswa yang menjawab kadangkadang atas kemauannya sendiri sebesar 25%, dan siswa yang menjawab tidak pernah melakukan aksi tawuran atas kemauannya sendiri sebesar 35%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil dari mereka ikut dalam aksi tawuran atas kemauan diri sendiri, namun ada juga siswa yang ikut dalam aksi tawuran karena ikut-ikutan atau dipaksa oleh temannya. TABEL 16 Ikut dalam aksi tawuran karena paksaan teman. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 1 3 10 6 20
Persentase 5% 15% 50% 30% 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang ikut aksi tawuran karena paksaan temannya yaitu yang menjawab selalu sebesar 5%, dan siswa yang menjawab sering dipaksa oleh temannya sebesar 15%, dan kadangkadang siswa ikut dalam aksi tawuran karena paksaan dari teman menjawab sebesar 50%, dan yang menjawab tidak pernah dipaksa oleh temannya menjawab sebesar 30%. Hal ini menunjukkan bahwa setengahnya dari siswa ikut dalam aksi tawuran karena paksaan dari teman-teman mereka. Hal ini mereka lakukan sebagai wujud solidaritas mereka sebagai teman satu sekolah.
63
TABEL 17 Membawa benda-benda tajam seperti pisau belatih, stick golf, gir motor, dan samurai saat melakukan aksi tawuran. Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 8 40% Sering 0 0% Kadang-kadang 4 20% Tidak pernah 8 40% N 20 100% Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang selalu membawa benda-benda tajam untuk menjalankan aksi tawuran yaitu sebesar 40%, dan siswa yang sering membawa benda-benda tajam dalam aksi tawuran sebesar 0%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang membawa benda-benda tajam sebesar 20%, sedang kan yang menjawab tidak pernah membawa benda-benda tajam dalam aksi tawuran sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari siswa yang melakukan aksi tawuran selalu membawa bendabenda tajam untuk menjalankan aksi anarkinya. Tentu saja hal ini sangat membahayakan dirinya dan orang lain. TABEL 18 Waktu melakukan aksi tawuran setelah jam pulang sekolah. Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 6 30% Sering 5 25% Kadang-kadang 5 25% Tidak pernah 4 20% N 20 100% Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab selalu melakukan aksi tawuran setelah jam pulang sekolah adalah sebesar 30%, dan siswa yang menjawab sering sebesar 25%, dan siswa yang menjawab kadangkadang melakukan aksi tawuran setelah jam pulang sekolah yaitu sebesar 25%, sedangkan siswa yang menjawab tidak pernah melakukan aksi tawuran setelah jam pulang sekolah yaitu sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil dari mereka melakukan aksi tawuran setelah jam pulang
64
sekolah. Mereka berpikir bahwa setelah jam pulang sekolah adalah saat yang tepat untuk menjalankan aksi tawuran, sebab pihak sekolah tidak akan mengetahuinya. TABEL 19 Lokasi-lokasi yang digunakan sebagai tempat melakukan aksi tawuran seperti di jalan raya, lapangan, atau area tempat tinggal warga. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 7 7 4 2 20
Persentase 35% 35% 20% 10% 100%
Ketika ditanya apakah lokasi-lokasi yang mereka gunakan sebagai tempat untuk bertawuran seperti di jalan raya, lapangan atau area tempat tinggal warga, 10% menjawab tidak pernah, 20% menjawab kadang-kadang, dan siswa yang menjawab selalu dan sering masing-masing sebesar 35%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mereka menjalankan aksi tawuran berlokasi di jalan raya, lapangan, dan areal penduduk, yang sangat mengganggu ketertiban umum serta sangat membahayakan orang lain.
TABEL 20 Anda megalami luka-luka dalam aksi tawuran. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 0 1 11 8 20
Persentase 0% 5% 55% 40% 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 55% siswa menjawab kadangkadang mereka mengalami luka-luka saat tawuran, 5% siswa yang menjawab sering mengalami luka-luka, dan 40% siswa yang menjawab tidak pernah
65
mengalami luka-luka, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab selalu mengalami luka-luka saat melakukan aksi tawuran. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya siswa mengalami luka-luka saat menjalankan aksi tawuran. Apa yang mereka alami adalah sebagai dampak negatif dari aksi tawuran atau konflik antarkelompok, yaitu kerugian secara fisik dengan lukaluka yang mereka alami. TABEL 21 Ada teman anda yang hingga tewas akibat aksi tawuran. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 1 1 1 17 20
Persentase 5% 5% 5% 85% 100%
Ketika ditanya apakah ada teman kalian yang hingga tewas akibat aksi tawuran, 85% siswa menjawab tidak pernah, dan siswa yang menjawab kadang-kadang, sering, dan selalu masing-masing sebesar 5%. Hal ini berarti bahwa sebagian besar siswa menjawab tidak pernah ada teman mereka yang hingga tewas akibat aksi tawuran ini. Meskipun begitu aksi tawuran ini tetap saja sangat membahayakan nyawa mereka yang ikut didalamnya, karena aksi tawuran yang mereka lakukan seringkali menggunakan benda-benda tajam yang sangat berbahaya. TABEL 22 Akibat sering melakukan aksi tawuran sikap anda berubah menjadi pribadi yang keras, kasar, dan susah diatur. Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 2 10% Sering 3 15% Kadang-kadang 2 10% Tidak pernah 13 65% N 20 100%
66
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dampak yang diakibatkan karena seringnya melakukan aksi tawuran adalah perubahan sikap pada diri siswa yang berubah menjadi pribadi yang keras, kasar, dan susah diatur. Siswa yang menjawab selalu sebesar 10%, selanjutnya siswa yang menjawab sering sebesar 15%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang sebesar 10%, sedangkan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 65%. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah mengalami perubahan sikap yang buruk dalam kepribadian mereka. TABEL 23 Mendapat hukuman atau sanksi dari pihak sekolah. Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 2 10% Sering 7 35% Kadang-kadang 7 35% Tidak pernah 4 20% N 20 100% Ketika ditanya apakah anda mendapat hukuman atau sanksi dari pihak sekolah karena ketahuan melakukan aksi tawuran, siswa yang menjawab selalu sebesar 10%, dan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 20%, sedangkan siswa yang menjawab sering dan kadang-kadang masing-masing menjawab sebesar 35%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar para siswa mendapatkan sanksi atau hukuman dari pihak sekolah, karena perbuatan mereka melakukan aksi tawuran. TABEL 24 Mendapat hukuman atau sanksi dari orang tua. Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 6 30% Sering 3 15% Kadang-kadang 3 15% Tidak pernah 8 40% N 20 100%
67
Dapat dilihat dari tabel di atas ketika ditanyakan apakah anda mendapat hukuman atau sanksi juga dari orang tua anda, hampir setengahnya mereka menjawab tidak pernah yaitu sebesar 40%, dan siswa yang menjawab selalu mendapatkan sanksi sebesar 30%, sedangkan siswa yang menjawab sering dan kadang-kadang mendapatkan sanksi atau hukuman dari orang tua mereka yaitu masing-masing 15%. Dengan demikian hampir setengahnya dari mereka tidak pernah mendapatkan sanksi atau hukuman dari orang tua mereka. Padahal jika seorang anak yang telah melakukan kenakalan – kenakalan sudah sepatutnya diberikan sanksi agar mereka jera dan tidak melakukan perbuatan itu lagi. Namun hukuman yang diberi jangan sampai melukai atau menyakiti sang anak, berilah sanksi yang bersifat mendidik.
Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
TABEL 25 Rajin masuk ke sekolah. Frekuensi
Persentase
13 0 5 2 20
65% 0% 25% 10% 100%
Ketika ditanya apakah anda rajin masuk ke sekolah, sebagian besar dari mereka menjawab selalu yaitu sebesar 65%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang sebesar 25%, dan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 10%, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab sering. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka ternyata rajin masuk ke sekolah. Dengan ini tidak selamanya siswa yang melakukan aksi tawuran adalah mereka yang selalu malas untuk datang ke sekolah, karena aksi tawuran yang mereka lakukan kadang kala hanya untuk mencari prestis agar dianggap hebat oleh sekolah lain.
68
TABEL 26 Mengerjakan semua tugas – tugas yang diberikan oleh Guru. Pernyataan
Frekuensi 5 6 8 1 20
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Persentase 25% 30% 40% 5% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh Guru yaitu sebesar 25%, dan siswa yang menjawab sering sebesar 30%, selanjutnya siswa yang menjawab kadangkadang sebesar 40%, dan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 5%. Hal ini
menunjukkan
bahwa
hampir
setengahnya
siswa
kadang-kadang
mengerjakan semua tugas-tugas yang diberikan oleh Guru mereka. Denga ini siswa yang sering melakukan aksi tawuran tidak juga merupakan siswa yang malas, akan tetapi bukan juga siswa yang rajin di sekolahnya. TABEL 27 Rajin membaca buku pelajaran di sekolah dan di rumah. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 0 5 14 1 20
Persentase 0% 25% 70% 5% 100%
Ketika ditanyakan apakah anda rajin membaca buku pelajaran di sekolah dan di rumah, mayoritas menjawab kadang-kadang sebesar 70%, siswa yang menjawab sering sebesar 25%, dan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 5%, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab selalu. Hal ini berarti bahwa sebagian besar siswa kadang-kadang membaca buku pelajaran mereka di sekolah dan di rumah. Dengan demikian siswa yang sering melakukan aksi tawuran belum tentu mereka yang malas untuk belajar, karena seringkali mereka melakukan aksi tawuran karena terpengaruh oleh ajakan temantemannya.
69
TABEL 28 Mematuhi semua tata tertib di sekolah. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 7 4 7 2 20
Persentase 35% 20% 35% 10% 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang selalu mematuhi semua tata tertib di sekolah sebesar 35%, siswa yang menjawab sering mematuhi tata tertib sekolah sebesar 20%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang mematuhi tata tertib sekolah sebesar 35%, dan siswa yang menjawab tidak pernah mematuhi tata tertib sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil dari mereka selalu dan kadang-kadang mematuhi tata tertib sekolah. TABEL 29 Mendapatkan nilai yang baik di sekolah. Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 3 15% Sering 6 30% Kadang-kadang 7 35% Tidak pernah 4 20% N 20 100% Ketika ditanya apakah anda mendapatkan nilai yang baik di sekolah, siswa yang menjawab selalu sebesar 15%, siswa yang menjawab sering sebesar 30%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang sebesar 35%, sedangkan yang menjawab tidak pernah sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil dari mereka kadang-kadang mendapatkan nilai yang baik disekolahnya. Dengan ini membuktikan bahwa tidak semua siswa yang melakukan aksi tawuran selalu mendapatkan nilai yang buruk di sekolah.
70
Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
TABEL 30 Berprestasi di sekolah. Frekuensi 3 2 6 9 20
Persentase 15% 10% 30% 45% 100%
Dari tabel di atas, ketika ditanyakan tentang apakah anda berprestasi di sekolah siswa yang menjawab selalu sebesar 15%, dan siswa yang menjawab sering sebesar 10%, sedangkan siswa yang menjawab kadang-kadang sebesar 30%, dan hampir setengahnya siswa menjawab tidak pernah berprestasi di sekolahnya yaitu sebesar 45%. Hal ini berarti bahwa hampir setengahnya siswa tidak berprestasi di sekolah, dan ini merupakan tugas pihak sekolah untuk mendidik dan membimbing siswa agar dapat meningkatkan prestasi mereka di sekolah.
TABEL 31 Memperhatikan semua mata pelajaran yang diterangkan oleh Guru. Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 8 40% Sering 4 20% Kadang-kadang 6 30% Tidak pernah 2 10% N 20 100% Dari tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menjawab selalu memperhatikan semua mata pelajaran yang diterangkan oleh Guru sebesar 40%, dan siswa yang menjawab sering memperhatikan sebesar 20%, sedangkan siswa yang menjawab kadang-kadang sebesar 30%, dan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari mereka selalu memperhatikan mata pelajaran yang diterangkan oleh Guru mereka.
71
TABEL 32 Mendengarkan nasehat yang baik dari Guru anda. Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 10 50% Sering 2 10% Kadang-kadang 6 30% Tidak pernah 2 10% N 20 100% Ketika ditanya apakah anda mendengarkan nasehat yang baik dari Guru, siswa yang menjawab selalu sebesar 50%, siswa yang menjawab kadangkadang sebesar 30%, dan siswa yang menjaawab sering dan tidak pernah masing-masing sebesar 10%. Dengan ini menunjukkan bahwa setengahnya dari siswa tersebut selalu mendengarkan nasehat yang baik dari Guru mereka. Sebenarnya diusia mereka yang masih labil pengaruh-pengaruh negatif dari luar seringkali membuat mereka melakukan hal-hal yang tidak baik, oleh karena itu sudah menjadi tugas pihak sekolah terutama Guru sebagai pendidik untuk selalu mendidik dan membimbing para siswa unutuk menjunjung tinggi nilai-nilai budi pekerti. TABEL 33 Guru anda memberikan contoh sikap yang baik dalam berperilaku. Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 15 75% Sering 3 15% Kadang-kadang 1 5% Tidak pernah 1 5% N 20 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menjawab Guru selalu memberikan contoh sikap yang baik dalam berperilaku yaitu sebesar 75%, dan siswa yang menjawab sering sebesar 15%, sedangkan siswa yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah masing-masing sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menganggap Guru selalu memberikan contoh sikap yang baik dalam berperilaku, dan ini sangat baik.
72
TABEL 34 Guru anda membimbing anda untuk berakhlak terpuji. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 13 4 1 2 20
Persentase 65% 20% 5% 10% 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 65% siswa menjawab selalu Guru membimbing siswa untuk berakhlak terpuji, dan 20% siswa menjawab sering, serta 10% yang menjawab tidak pernah, dan hanya 5% yang menjawab kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa selalu dibimbing oleh Guru mereka untuk selalu berakhlak terpuji, dan ini baik sekali. TABEL 35 Orang tua memperhatikan perkembangan anda di sekolah. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 7 5 5 3 20
Persentase 35% 25% 25% 15% 100%
Ketika ditanya apakah orang tua anda memperhatikan perkembangan anda di sekolah, siswa yang menjawab selalu sebesar 35%, dan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 15%, sedangkan siswa yang menjawab sering dan kadang-kadang masing-masing sebesar 25%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari mereka yang diperhatikan perkembangannya di sekolah oleh orang tuanya. Sudah sepatutnya seluruh orang tua siswa memperhatikan perkembangan anak mereka di sekolah, meskipun mereka terbilang cukup besar namun di usia sekolah menginjak masa remaja inilah yang harus mendapat perhatian ekstra dari para orang tua. Sebab diusia
73
meranjak dewasa ini, mereka sedang mencari jati diri mereka yang sesungguhnya.
TABEL 36 Orang tua memantau semua kegiatan anda disekolah dan di luar sekolah. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi
Persentase
5 4 6 5 20
25% 20% 30% 25% 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang selalu dipantau semua kegiatannya oleh orang tua mereka sebesar 25%, dan siswa yang menjawab sering dipantau sebesar 20%, selanjutnya siswa yang menjawab kadangkadang dipantau oleh orang tua mereka sebesar 30%, sedangkan yangg menjawab tidak pernah dipantau sebesar 25%. Dari tabel di atas mengindikasikan bahwa sebagian kecil dari mereka kadang-kadang dipantau seluruh kegiatannya. Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi orang tua siswa yang perduli dengan perkembangan anak mereka. Orang tua seharusnya mengetahui seluruh kegiatan anak mereka di dalam ataupun di luar sekolah, hal ini dilakukan agar anak tidak memiliki peluang untuk melakukan tindakan yang menyimpang karena merasa selalu dipantau oleh orang tua mereka. TABEL 37 Menceritakan masalah yang anda alami kepada orang tua. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi
Persentase
3 1 10 6 20
15% 5% 50% 30% 100%
74
Ketika ditanya apakah anda menceritakan semua masalah yang anda alami kepada orang tua anda di rumah, setengah dari para siswa menjawab kadang-kadang yakni sebesar 50%, dan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 30%, kemudian siswa yang menjawab selalu sebesar 15%, sedangkan siswa yang menjawab sering hanya sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa setengahnya dari para siswa ini kadang-kadang menceritakan masalahnya kepada orang tua mereka. Seharusnya hal ini harus selalu dan sering dilakukan oleh orang tua dan anak, agar komunikasi tetap terjalin dan siswa selalu merasa ada yang menemaninya disaat ada masalah yang dihadapi, serta dicarikan solusinya bersama. TABEL 38 Orang tua memberikan nasehat agar anda menjadi siswa yang berprestasi. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 10 6 3 1 20
Persentase 50% 30% 15% 5% 100%
Ketika ditanyakan apakah orang tua anda memberikan nasehat agar anda menjadi siswa yang berprestasi, sebagian siswa menjawab selalu yakni sebesar 50%, siswa yang menjawab sering sebesar 30%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang sebesar 15%, sedangkan siswa yang menjawab tidak pernah hanya 5%. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua siswa selalu memberikan nasehat kepada anak-anak mereka agar mampu berprestasi, dan ini sudah cukup baik. TABEL 39 Orang tua anda memberikan semua kebutuhan untuk menunjang prestasi anda di sekolah. Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah N
Frekuensi 11 2 6 1 20
Persentase 55% 10% 30% 5% 100%
75
Tabel
di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya siswa
menjawab selalu orang tua mereka memberikan semua kebutuhan mereka untuk menunjang prestasi belajar di sekolah, yakni sebesar 55%, dan siswa yang menjawab sering sebesar 10%, sedangkan siswa yang menjawab kadangkadang sebesar 30%, dan hanya 5% dari mereka menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya siswa selalu diberikan semua kebutuhannya untuk menunjang prestasi belajarnya. Dan hal ini cukup baik.
H. Ketepatan Hipotesis Pada Bab I penulis telah kemukakan beberapa hipotesis atau jawaban sementara tentang pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa di SMK Bintang Nusantara, sebagai berikut: 1) Terjadinya konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran diduga karena berawal dari aksi saling ejek atau menjelek-jelekkan satu sama lain. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis ini sangat tepat. Karena menurut hasil wawancara penulis dengan Guru BK yang mengatakan bahwa aksi tawuran yang terjadi di SMK Bintang Nusantara selalu berawal dari aksi saling ejek antarsiswa. Aksi saling ejek inilah yang memicu kemarahan siswa untuk melawan pihak yang mengejek dengan aksi anarkis. Selanjutnya berdasarkan pada Tabel 13 tentang pernyataan angket “salah satu penyebab aksi tawuran berawal dari aksi saling ejek”, yang penulis sebarkan kepada 20 siswa yang menjadi responden, menunjukkan bahwa setengah dari jumlah siswa menjawab aksi tawuran yang mereka lakukan selalu diawali dengan aksi saling ejek antar siswa dari sekolah lain. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang penulis kemukakan adalah tepat, konflik antarkelompok dalam hal aksi tawuran disebabkan karena aksi saling ejek atau menjelek-jelekkan satu sama lain. 2) Konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran mempengaruhi prestasi belajar mereka menjadi menurun. Berdasarkan hasil penelitian hipotesis ini tepat, melalui hasil wawancara penulis dengan Guru BK SMK Bintang Nusantara mengemukakan bahwa para siswa yang sering
76
melakukan aksi tawuran biasanya adalah siswa yang sering bolos sekolah dan prestasi belajarnya pun kurang, karena mereka tertinggal dalam mengikuti mata pelajaran di sekolah. Hal lain yang juga dapat membuktikan bahwa konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran mempengaruhi prestasi belajar siswa, adalah dengan melihat absensi siswa yang penulis dapatkan dari arsip sekolah. Berdasarkan pada daftar hadir para siswa yang melakukan aksi tawuran absensinya tidak baik, karena hampir seluruh siswa memiliki absen tanpa keterangan atau alfa lebih dari 5 kali. Selanjutnya berdasarkan pada Tabel 29 dalam pernyataan angket “Mendapatkan nilai yang baik di sekolah”, menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mendapatkan nilai yang baik di sekolahnya. Hal ini mengindikasikan bahwa konflik antarkelompok berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kemudian pada Tabel
30
dalam pernyataan
“Berprestasi di
sekolah”,
menunjukkan bahwa hampir setengahnya dari 20 responden tidak berprestasi di sekolah. Dengan demikian konflik antarkelompok dalam bentuk aksi tawuran berpengaruh terhadap prestasi siswa menjadi menurun. 3) Pergaulan yang rusak dimasyarakat membuat siswa mempunyai perangai yang tidak baik. Berdasarkan pada hasil wawancara penulis dengan Guru BK, beliau mengemukakan bahwa siswa yang sering melakukan aksi tawuran adalah siswa yang memiliki perilaku yang kurang baik. Hal ini mereka tunjukkan dengan melanggar tata tertib di sekolah, misalnya dengan merokok disekolah, melawan kepada Guru, sering membolos, dan bergaul dengan orang yang tidak baik di luar sekolah. Di usia menginjak masa transisi dari remaja menuju dewasa memang para siswa ini sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan masyarakat. Di masa ini anak memulai untuk mencari jati diri mereka dimasyarakat, apapun yang mereka lihat maka itulah yang mereka tiru. Kadang kala hal yang dianggap kurang baik dimasyarakat, mereka memandang itu adalah suatu hal yang wajar. Begitu juga aksi tawuran yang mereka lakukan, hal ini mereka
77
anggap wajar karena mereka melakukan aksi tawuran ini untuk membela almamater sekolah dan agar dianggap hebat oleh sekolah lain. Dengan demikian pergaulan para siswa yang rusak dimasyarakat sering kali membuat perangai yang tidak baik, dan hipotesis penulis tepat.
I. Analisis Teoritis dan Temuan Lapangan Dalam ilmu Sosiologi sesuatu yang dijadikan sebagai objek kajian untuk memunculkan paradigma baru atau konsep tentang ilmu pengetahuan adalah manusia dengan kehidupan-kehidupan sosialnya. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya, Sosiologi mempelajari gejala sosial yang umum yang terjadi pada setiap interaksi manusia. Manusia sebagai bagian dari suatu masyarakat sudah pasti akan melakukan hubungan interaksi sosial dengan manusia lainnya. Hubungan interaksi sosial yang terjalin bisa terjadi antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi yang terjadi harus memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi sosial antara individu atau kelompok individu yang melakukan interaksi. Dalam melakukan interaksi sosial dengan masyarakat ada beberapa bentuk-bentuk dalam interaksi sosial, yaitu proses-proses interaksi sosial yang asosiatif dan proses-proses sosial yang disosiatif. Bentuk interaksi sosial yang asosiatif adalah bentuk hubungan interaksi sosial yang mengarah pada tercapainya suatu integrasi sosial atau satu kesatuan masyarakat. Proses-proses yang asosiatif itu antara lain kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan koperasi. Sedangkan bentuk interaksi sosial yang disosiatif yaitu bentuk interaksi sosial yang mengarah pada tercapainya suatu disintegrasi sosial atau keadaan bercera-berainya
masyarakat,
proses-proses
interaksinya
antara
lain
persaingan (competition) dan pertentangan (conflict). Salah satu bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif yaitu pertentangan (conflict), konflik dapat diartinkan sebagai suatu bentuk proses
78
sosial yang dilakukan dengan cara berusaha untuk menentang pihak lain dengan mengahncurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik merupakan gejala sosial yang tetap ada dalam masyarakat selama manusia dalam suatu masyarakat itu masih hidup. Bagaimanapun keadaannya konflik akan terjadi baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Konflik sosial memiliki macam-macamnya, salah satunya adalah konflik antarkelompok, yaitu konflik sosial yang terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Seperti aksi tawuran yang terajdi di SMK Bintang Nusantara merupakan suatu bentuk dari konflik antarkelompok. Berdasarkan pada hasil wawancara penulis dengan Guru BK mengatakan bahwa, aksi tawuran yang mereka lakukan berawal dari kontak sosial yang negatif, mereka melakukan aksi saling ejek dan menjelek-jelekkan satu sama lain sehingga memicu kemarahan mereka dan terjadilah aksi tawuran. Mengarah pada teori konflik yang dikemukakan oleh Ralf Dahrendorf, bahwa masyarakat mempunyai dua wajah, yakni konflik dan konsensus. Kita tidak mungkin mengalami konflik kalau sebelumnya tidak ada konsensus.79 Artinya tidak mungkin seseorang terlibat dalam konflik sosial kalau tidak pernah mengenal satu sama lain dan hidup bersama. Dengan landasan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik sosial yang ada tidak akan terjadi kalau sebelumnya diantara pihak yang melakukan konflik tidak saling kenal. Begitu juga dengan aksi tawuran yang terajdi di SMK Bintang Nusantara, aksi ini tidak akan terajdi bila diantara mereka tidak saling kenal satu sama lain dan bekerjasama untuk membela kelompok mereka. Dengan adanya interaksi kemudian memunculkan permasalahanpermasalahan dalam kehidupan sosial mereka, sehingga menyebabkan konflik diantara mereka. Dalam menjalankan aksi tawuran para siswa kerap kali membawa benda-benda tajam seperti pisau belatih, gir motor, stick golf, hingga pedang samurai, hal ini tentu saja dapat membahayakan nyawa mereka. Berdasarkan pada hasil penelitian pada Tabel 17 melalui pernyataan angket “Membawa 79
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern..., h. 77-78.
79
benda-benda tajam seperti pisau belatih, stick golf, gir motor, dan samurai saat melakukan aksi tawuran”, hampir setengahnya siswa membawa benda-benda tajam tersebut saat menjalankan aksi tawuran. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap aksi tawuran yang terjadi siswa selalu menggunakan kekerasan untuk membuat pihak lawan tidak berdaya. Hal ini sesuai dengan teori konflik yang dikemukakan oleh Jonathan Turner, bahwa konflik sebagai peristiwa-peristiwa yang mengarah kepada interaksi yang disertai dengan kekerasan antara kedua belah pihak.80 Berdasarkan pada teori ini, aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa SMK Bintang Nusantara kerap kali memperlihatkan kekerasan diantara kedua belah pihak. Kekerasan yang ada sering kali membuat mereka mengalami luka-luka fisik ataupun berujung fatal dengan hilangnya nyawa mereka. Aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa menimbulkan berbagai macam dampak-dampak negatif bagi siswa. Salah satunya adalah berdampak pada prestasi belajar mereka di sekolah. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Guru BK, bahwa siswa yang melakukan aksi tawuran umumnya adalah siswa yang sering bolos sekolah sehingga siswa tertinggal dalam mata pelajaran dan memungkinkan prestasi belajarnya menurun. Hal lain juga dapat dibuktikan melalui obeservasi penulis terhadap tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar. Melalui observasi ini penulis melihat hampir seluruhnya siswa yang suka tawuran tidak menyimak pembelajaran dengan baik, mereka cenderung melakukan hal-hal yang tidak baik seperti berbicara pada saat proses belajar, bermain-main dengan Hand phonenya, dan lain sebagainya. Para siswa juga kurang aktif dalam proses pembelajaran ketika ditanya oleh Guru mereka, sebagian dari mereka tidak mampu untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Dengan demikian konflik antarkelompok atau dalam hal ini adalah aksi tawuran yang mereka lakukan berpengaruh terhadap prestasi belajar para siswa menjadi menurun. 80
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern..., h. 81.
80
Selain karena aksi tawuran yang mempengaruhi prestasi belajar mereka, hal lain yang juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu masalah perekonomian siswa dan kurangnya motivasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yaitu faktor intern (dalam diri siswa) dan faktor ekstern (dari luar siswa). Faktor intern seperti kesehatan, kecerdasan, cara belajar, bakat, minat, dan motivasi siswa dalam belajar. Seperti halnya para siswa SMK Bintang Nusantara yang suka tawuran minat dan motivasi belajar mereka kurang, sehingga prestasi belajarnya pun tidak begitu baik. Hal ini tentu saja menjadi perhatian para orang tua siswa dan Guru untuk lebih memperhatikan perkembangan prestasi belajar para siswa. Terutama para orang tua untuk selalu memperhatikan semua tingkah laku anak mereka di rumah, di sekolah, dan dilingkungan masyarakat. Berdasarkan pada hasil pernyataan angket yang penulis sebarkan pada Tabel 35 “Orang tua memperhatikan perkembangan anda di sekolah”, menunjukkan hanya sebagain kecil dari mereka yang mendapatkan perhatian orang tua mereka dalam hal perkembangan mereka di sekolah. Hal ini tentu menjadi perhatian khusus para orang tua agar lebih memperhatikan anak-anak mereka. Begitu juga dengan pihak sekolah dan para Guru untuk selalu mendidik dan membimbing para siswanya untuk selalu berakhlakul karimah dan berprestasi dalam segala bidang akademik maupun non akademik.
81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa SMK Bintang Nusantara berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka disekolah, hal ini dikarenakan siswa yang melakukan aksi tawuran adalah mereka yang cenderung malas untuk sekolah dan sering membolos ketika proses pembelajaran tengah berlangsung. Dengan demikian hal ini membuat para siswa tersebut tertinggal dalam mengikuti mata pelajaran di kelas, sehingga memungkinkan prestasi belajar mereka menurun. Aksi tawuran yang mereka lakukan juga tidak hanya berdampak bagi para siswa saja, namun aksi tawuran ini juga berdampak bagi Guru dan Sekolah. Bagi Guru aksi tawuran menganggu pelaksanaan proses belajar-mengajar di sekolah, sehingga Guru merasa tidak nyaman berada di sekolah. Sedangkan bagi pihak sekolah dampak dari aksi tawuran ini merusak nama baik sekolah dimata masyarakat, sehingga memungkinkan minat masyarakat untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah ini menurun. Dengan demikian konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa SMK Bintang Nusantara, menimbulkan berbagai dampak-dampak buruk terutama berdampak pada prestasi belajar siswa yang semakin menurun. 81
82
B. Saran Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis mencoba memberikan saran-saran kepada pihak sekolah yang sekiranya berguna saran tersebut adalah sebagai berikut : 1) Bagi para Guru hendaknya selalu memperhatikan, mendidik dan membimbing para siswa untuk selalu berperilaku baik, sopan, dan santun oleh siapapun. 2) Bagi para Guru hendaknya menjadi sauri tauladan atau contoh yang baik bagi para siswa agar siswa merasa dirinya berada pada jalan yang benar. 3) Bagi pihak sekolah hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan para siswa tentang agama dengan memberikan siraman rohani sebagai pedoman siswa untuk selalu berakhlakul karima sesuai dengan ajaran agama Islam. 4) Bagi pihak sekolah hendaknya bekerjasama dengan wali murid dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah untuk mencegah aksi tawuran ini kembali terajdi. 5) Bagi pihak sekolah hendaknya meningkatkan kemanan lingkungan sekolah agar sekolah tidak terjamah oleh orang luar yang berniat buruk. 6) Bagi para Orang tua hendaknya memperhatikan perkembangan anak mereka di sekolah, memantau seluruh kegiatan mereka didalam maupun diluar sekolah, memotivasi anak agar selalu meningkatkan prestasi belajarnya, serta memberikan semua kebutuhan untuk menunjang prestasi belajar anak.
83
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Desy, Kamus Lengkap Bahasa IndonesiaTerbaru, (Surabaya: Amelia) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1998) Bachtiar, Wardi, Sosiologi Klasik, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006) Chandra, Robby, Konflik dalam hidup sehari-hari, (Yogyakarta:Kanisius, 1992) Darsono, Max, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press 2001) Djamarah, Syaiful Bahri dan Zein, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2000) Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008) Fauzi, Ahmad, Psikologi Umum ,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2004) Hadi, Sutrisno, Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990) Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebab-konflik-dan-strategipenyelesaian-konflik/ senin, 18 Juli 2011, Pkl. 11.47 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/konflik, akses pada hari selasa, 26 April 2011. http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhihasil.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2011 http://WWW.scrbd.com/doc/pengertian prestasi belajar, waktu akses hari selasa, 26 April’11. Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006) Kartono, Kartini, Patologi Sosial 2, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010) Ketetapan MPR RI nomor II/MPR/1983, Tentang GBHN, (Jakarta :BP. Dharma) Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)
84
Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) Narwoko J, Dwi & Suyanto, Bagong, Sosiologi teks pengantar & terapan, ( Jakarta : Kencana, 2007) Nasution, S, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Raho, Bernard, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007) Razak, Yusron, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008) Ritzer, Goerge & Goodman, Douglas J, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta : Kencana, 2004) Sabri, M.Alisuf, Psikologi Pendidikan (Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah), ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi , ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000) Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003) Soekanto, Soerjono, Sosiologi suatu pengantar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Malang: PT Rineka Cipta, 1990) Soeroso, Andreas, Sosiologi 2, (Jakarta: Quadra, 2008) Sudjana, Nana, Dasar – dasar Proses Belajar mengajar, Pustaka, 1987)
(Bandung: Balai
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara) Suprayogo, Imam & Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) Susan, Novri, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer, (Jakarta : Kencana, 2009) Trianto, Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik , (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007) W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1976)
85
Z, Zurinal dan Sayuti, Wahdi, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007)
Uji Validitas Instrumen Bukan Tes Semua instrumen pengumpul data apapun bentuknya harus diujicobakan dahulu sebelum digunakan untuk mengumpulkan data. Tujuan uji coba instrumen-instrumen seperti angket/kuesioner tidak dimaksudkan untuk mengetahui validitas karena biasanya instrumeninstrumen tersebut sudah disusun atas dasar kisi-kisi variabel, sehingga diharapkan sudah memiliki validitas isi dan validitas konstruksi. Pada instrumen dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik ulangan yang dengan mengguunakan variasi sebagai berikut :1 1. Variasi pertama, peneliti mengambil kurang lebih 15 subjek uuji coba yang diberi angket sebanyak dua kali. Hasil jawaban pemberian pertama dan kedua disejajarkan setiap butir untuk dilihat kecocokannya. Semakin tinggi kecocokan jawaban maka reliabilitas angket semakin tinggi. 2. Variasi kedua, peneliti mengambil sejumlah subjek juga, lalu kepada mereka diberikan angket. Beberapa saat kemudian peneliti menjumpai responden satu demi satu untuk ditanya mengenai pertanyaan-pertanyaan yang sama seolah-olah mengadakan pengecekan terhadap jawaban pertama. Dalam hal ini peneliti harus dapat mencari cara sedemikian rupa sehingga responden tidak merasa bahwa jawabannya sedang dicocokkan. Sama dengan cara pertama, hasil jawaban pertama dan kedua dicocokakan. Semakin tinggi kecocokkan jawaban maka reliabilitas angket semakin tinggi. Dengan menggunakan kedua variasi di atas, penulis melakukan uji coba instrumen terhadap angket/kuesioner yang dibuat. Hasilnya terdapat banyak kecocokkan jawaban dari seluruh responden yang penulis jadikan sebagai sampel penelitian. Dengan demikian reliabilitas angket ini tinggi.
1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007)
Kisi – kisi Instrumen Pengaruh Konflik Antarkelompok Terhadap Prestasi Belajar Siswa Variabel Penelitian Konflik
Dimensi
Indikator
Nomor Butir
Pengalaman berkonflik
-
Pernah berkonflik.
1
Konflik antarkelompok dalam bentuk tawuran
-
Melakukan aksi tawuran sebagai bentuk dari konflik antarkelompok.
2
-
Seringnya melakukan konflik antarkelompok, dalam hal ini adalah tawuran.
3
-
Sebab-sebab terjadinya aksi tawuran.
4, 5
-
Sebab keikusertaan dalam tawuran.
6, 7
-
Benda-benda yang digunakan dalam aksi tawuran.
8
-
Waktu pelaksanaan tawuran.
9
-
Lokasi-lokasi yang dijadikan sebagai tempat tawuran.
10
-
Dampak-dampak yang ditimbulkan dari aksi tawuran.
11, 12, 13, 14, 15
Prestasi Belajar Siswa
Pengaruh Konflik Antarkelompok terhadap Prestasi Belajar Siswa
Peran dan perhatian Guru sebagai pendidik
-
Kehadiran siswa dalam proses belajar.
16
-
Ketekunan siswa dalam mengerjakan semua tugas-tugas yang diberikan oleh Gurunya.
17
-
Ketekunan siswa dalam membaca buku pelajaran.
18
-
Kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah.
19
-
Prestasi belajar siswa.
-
Minat siswa terhadap belajar.
22
-
Kepatuhan siswa dalam mendengarkan nasehat yang diberikan oleh Guru.
23
-
Guru memberikan contoh sikap yang terpuji.
24
-
Guru membimbing siswanya untuk selalu berakhlak mulia.
25
20, 21
Peran serta Orang tua
-
Peran orang tua dalam memperhatikan perkembangan siswa.
26
-
Peran serta orang tua dalam memantau semua kegiatan siswa.
27
-
Peran serta orang tua dalam menunjang prestasi belajar siswa.
28, 29, 30
ANGKET PENGARUH KONFLIK ANTARKELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
PEDOMAN PENGISIAN ANGKET : 1. Berdoalah sebelum mengisi form angket yang telah disediakan. 2. Perhatikan dan bacalah dengan teliti pernyataan-pernyataan yang ada didalam tabel. 3. Pilihlah jawaban dengan tanda (√) dari setiap pernyataan dengan jelas kejadian yang sesungguhnya dan jawablah dengan jujur, melalui keterangan di bawah ini : Selalu = Sl Sering = Sr Kadang - kadang = Kd Tidak Pernah = Tp 4. Berdoalah setelah selesai mengisi pernyataan-pernyataan tabel di bawah ini. 5. Baca kembali PEDOMAN PENGISIAN ANGKET agar tidak keliru dalam memilih jawaban. IDENTITAS RESPONDEN Jenis Kelamin : No.
Pertanyaan Sl
1
Pernah melakukan konflik.
2
Salah satu jenis konflik sosial adalah konflik antarkelompok, misalnya tawuran. Anda melakukan atau ikut dalam aksi tawuran. Seberapa sering ikut dalam aksi tawuran.
3 4 5
Salah satu penyebab aksi tawuran yaitu berawal dari saling “ejek”. Selain karena saling “ejek”, penyebab aksi tawuran karena ada perbedaan kepentingan diantara kalian.
6
Ikut dalam aksi tawuran atas kemauan anda sendiri.
7
Ikut dalam aksi tawuran atas paksaan teman anda.
8
Membawa benda-benda tajam seperti pisau belatih, stick golf, gir motor, hingga samurai saat melakukan aksi tawuran. Waktu melakukan aksi tawuran adalah setelah jam pulang sekolah.
9
Jawaban Sr Kd
Tp
10
Lokasi-lokasi yang digunakan sebagai tempat melakukan aksi tawuran seperti di jalan raya, lapangan, atau tempat tinggal warga.
11
Anda mengalami luka-luka dalam aksi tawuran tersebut. Ada teman anda yang hingga tewas akibat aksi tawuran ini. Akibat sering melakukan aksi tawuran, anda berubah menjadi pribadi yang keras, kasar, dan susah diatur.
12 13 14
Mendapat hukuman/sanksi dari pihak sekolah.
15
Mendapat hukuman/sanksi dari Orang tua anda.
16
Rajin masuk ke sekolah.
17
19
Mengerjakan semua tugas-tugas yang diberikan oleh Guru anda. Rajin membaca buku pelajaran di rumah dan di sekolah. Mematuhi semua tata tertib di sekolah.
20
Mendapatkan nilai yang baik di sekolah.
21
Berprestasi di sekolah.
22
Memperhatikan semua mata pelajaran yang diterangkan oleh Guru. Mendengarkan nasehat yang baik dari Guru anda.
18
23 24 25 26
Guru anda memberikan contoh sikap yang baik untuk berperilaku. Guru anda membimbing anda untuk berakhlak terpuji. Orang tua memperhatikan perkembangan anda di sekolah.
27
Orang tua memantau kegiatan anda di sekolah dan di luar sekolah.
28
Menceritakan masalah yang anda alami kepada orang tua anda.
29
Orang tua memberikan nasehat agar anda menjadi siswa yang berprestasi.
30
Orang tua anda memberikan semua kebutuhan untuk menunjang prestasi anda di sekolah.
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU BK SMK BINTANG NUSANTARA PONDOK AREN – TANGERANG SELATAN
1. Apa pengertian konflik menurut Ibu? 2. Salah satu bentuk konflik adalah konflik antarkelompok, misalnya aksi tawuran bagaimana pendapat Ibu tentang aksi ini? 3. Apa penyebab aksi tawuran yang terjadi di sekolah ini? 4. Siapa-siapa saja yang ikut dalam aksi tawuran ini? Apakah siswa yang baik pun ikut dalam aksi ini. 5. Apa saja dampak-dampak yang ditimbulkan dari aksi tawuran ini? Bagaimana dampaknya bagi siswa, Guru, dan sekolah? 6. Bagaimana cara Ibu sebagai Guru BK untuk menyelesaikan masalah ini? 7. Bagaimana peran Guru dan pihak sekolah mengantsipasi agar masalah ini tidak terulang kembali? 8. Bagaimana peran orang tua siswa untuk mengatasi masalah ini? 9. Apakah Guru dan wali murid bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini? 10. Hukuman atau sanksi apa yang Ibu atau pihak sekolah berikan kepada siswa yang melakukan aksi tawuran ini? 11. Bagaimana perilaku para siswa yang melakukan aksi tawuran setiap harinya di sekolah dan di luar sekolah? 12. Apakah ada pengaruh siswa yang melakukan aksi tawuran ini terhadap prestasi belajarnya? 13. Bagaimana daftar kehadiran siswa di sekolah yang suka melakukan aksi tawuran ini ? 14. Bagaimana prestasi belajar mereka di sekolah? 15. Selain karena aksi tawuran apa yang mempengaruhi prestasi belajar mereka?
Lembar Observasi Sikap Siswa Selama Mengikuti Proses Belajar SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangsel Kelas X TKJ No. 1.
Nama Siswa Achmad Mawarid Daulah
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 2.
Nama Siswa Alfiansyah
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 3.
Nama Siswa Anas Syarifudin Hidayat
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 4.
Nama Siswa Andri Setiawan Alamsyah
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 5.
Nama Siswa Andriansyah
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 6.
Nama Siswa Daril Henmas Perdana
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 7.
Nama Siswa Deni Firmansyah
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 8.
Nama Siswa Deni saputra
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 9.
Nama Siswa Farizal Rio Pratama
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 10.
Nama Siswa Firda Rahmawan
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 11.
Nama Siswa Hardi Saputra
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 12.
Nama Siswa Indra Kurnia
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 13.
Nama Siswa M. Dede Khoirudin
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 14.
Nama Siswa Muhajir Agil
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 15.
Nama Siswa Mukhamad Nurmansyah
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 16.
Nama Siswa Rahmat Rivaldi
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 17.
Nama Siswa Rusli Gusnandar
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 18.
Nama Siswa Wahyu Amijaya
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 19.
Nama Siswa Zenia Purnama
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
No. 20.
Nama Siswa Afneri Panko
Indikator Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Ya
Tidak
Pondok Aren, 01 Juni 2011
Raga Wiranata
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU BK SMK BINTANG NUSANTARA PONDOK AREN TANGERANG SELATAN TENTANG PENGARUH KONFLIK ANTARKELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
Berita Acara Wawancara dilaksanakan pada : Hari/tanggal : Rabu, 20 Juli 2011 Waktu
: Pkl. 13.00 WIB s/d selesai
Tempat
: Sekolah SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangsel
Interviewee
: Nita Erlypranawati, S.psi
1. Apa pengertian konflik menurut Ibu? Jawab : Konflik yaitu suatu pertentangan yang diakibatkan oleh perbedaan pendapat antara satu orang atau kelompok orang dengan kelompok yang lainnya. 2. Salah satu bentuk konflik adalah konflik antarkelompok, misalnya aksi tawuran bagaimana pendapat Ibu tentang aksi ini? Jawab : Aksi tawuran sangat merugikan baik untuk siswa itu sendiri, keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitar dimana aksi tawuran tersebut terjadi. 3. Apa penyebab aksi tawuran yang terjadi di sekolah ini? Jawab : Aksi tawuran yang terjadi di SMK Bintang Nusantara dikarenakan karena aksi saling mengejek antar siswa dengan sekolah lain, misalnya dengan sekolah Bina bangsa/ Arif rahman hakim. 4. Siapa-siapa saja yang ikut dalam aksi tawuran ini? Apakah siswa yang baik pun ikut dalam aksi ini. Jawab : Siswa yang ikut dalam aksi tawuran biasanya siswa yang sering bolos sekolah, prestasi belajarnyapun kurang. Ada satu orang siswa yang baik yang ikutikutan karena untuk membela temannya. 5. Apa saja dampak-dampak yang ditimbulkan dari aksi tawuran ini? Bagaimana dampaknya bagi siswa, Guru, dan sekolah? Jawab : Bagi siswa: siswa menerima skorsing dan ada pula yang dikeluarkan yang jelas siswa menjadi tertinggal dalam pelajarannya di sekolah (Dampak negatif). Siswa
dapat belajar lebih berhati-hati dalam memilih teman untuk lingkungan pergaulannya (Dampak positif). Bagi Guru: guru menjadi terganggu dalam mengajar karena guru berusaha untuk melerai aksi tawuran dan Guru merasa tidak nyaman berada di sekolah. Bagi sekolah : merusak nama baik sekolah dan dapat menurunkan jumlah siswa yang bersekolah di SMK Bintang Nusantara, karena mungkin saja masyarakat tidak mau memasukan anak-anak mereka ke sekolah ini. 6. Bagaimana cara Ibu sebagai Guru BK untuk menyelesaikan masalah ini? Jawab : - Memanggil siswa dan menanyakan latar belakang terjadinya aksi tawuran serta memberikan pengarahan. - Memanggil orang tua siswa. - Membuat keputusan untuk siswa apakah diberikan hukuman/sanksi, skorsing, atau dikeluarkan dari sekolah. 7. Bagaimana Upaya-upaya Guru dan pihak sekolah untuk mengatasi masalah aksi tawuran ini agar tidak terjadi lagi? Jawab : - Berkerjasama antara Guru dan siswa untuk menyelesaikan permasalahan di sekolah. - Masing-masing sekolah memberikan tindakan preventif dengan memberikan arahan mengenai dampak tawuran. - Memberi peringatan keras dari pihak sekolah bahwa siswa yang terlibat tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. - Membuat komitmen antara siswa dengan sekolah bahwa, tugas siswa di sekolah adalah belajar. - Bekerjasama dengan lingkungan sekitar apabila ada siswa yang kurang baik tingkah lakunya agar melapor pada pihak sekolah. 8. Bagaimana peran orang tua siswa untuk mengatasi masalah ini? Jawab: Orang tua berperan untuk memberikan arahan serta motivasi kepada siswa agar tidak terlibat dalam aksi tawuran. 9. Apakah Guru dan wali murid bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini? Jawab : Ya, Guru dan wali murid bekerjasama untuk menyelesaikan masalah tawuran ini. Karena bagaimanapun siswa adalah tanggung jawab kami sebagai pendidik dan orang tua. 10. Hukuman atau sanksi apa yang Ibu atau pihak sekolah berikan kepada siswa yang melakukan aksi tawuran ini?
Jawab : Untuk siswa yang menjadi provokator dan siswa yang bertindak anarkis/yang membahayakan akan dikeluarkan dari sekolah. sedangkan siswa yang hanya ikut-ikutan dalam aksi tawuran akan diberikan skorsing selama kurang lebih 1 bulan, dan selama 2 x dalam seminggu mendapat tugas serta arahan dari Guru BK dan Guru bidang study. 11. Bagaimana perilaku para siswa yang melakukan aksi tawuran setiap harinya di sekolah dan di luar sekolah? Jawab : Disekolah mereka sering keluar kelas ketika pelajaran berlangsung, malas, terkadang merokok disekolah, melawan kepada Guru, sering membolos, diluar sekolah merokok dan bergaul dengan orang yang tidak baik. 12. Apakah ada pengaruh siswa yang melakukan aksi tawuran ini terhadap prestasi belajarnya? Jawab : Ada, prestasi belajar mereka tambah menurun karena mereka tertinggal dalam mengikuti pelajaran di sekolah. 13. Bagaimana daftar kehadiran siswa di sekolah yang suka melakukan aksi tawuran ini ? Jawab : Mereka jarang sekolah sedangkan siswa yang hanya ikut-ikutan dalam aksi tawuran rajin sekolah. 14. Bagaimana prestasi belajar mereka di sekolah? Jawab : Prestasi belajarnya kurang baik. Karena mereka tertinggal dalam mata pelajaran di sekolah. 15. Selain karena aksi tawuran apa yang mempengaruhi prestasi belajar mereka? Jawab : Masalah ekonomi keluarga, tidak memiliki buku penunjang, dan kurangnya motivasi belajar siswa.
TEKNIK PENGOLAHAN DATA PADA ANGKET TENTANG PENGARUH KONFLIK ANTARKELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK BINTANG NUSANTARA PONDOK AREN TANGERANG SELATAN
Teknik pengolahan data dengan menggunakan rumus sbb : P = F X 100% N Keterangan : P = Angka persentase F = Frekuensi yang dicari N = Number of cases ((jumlah frekuensi/banyaknya individu)
1. Pada Tabel 8 untuk pernyataan “Pernah melakukan konflik”, hasil jawabannya adalah yang menjawab : Selalu = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% Sering = 8 Diketahui: N = 20 F=8 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100% N P = 8X 100% 20 = 40% Kadang-kadang = 11 Diketahui: N = 20 F = 11 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 11 X 100% 20 = 55% Tidak pernah = 0, sehingga didapatkan nilai 0%
2. Pada Tabel 9, untuk pernyataan “Salah satu jenis konflik sosial adalah konflik antarkelompok, misalnya aksi tawuran. Anda ikut dalam aksi tawura” Jawaban : Selalu = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% Sering = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N
20 = 65% Tidak pernah = 0, sehingga didapatkan nilai 0% 3. Pada Tabel 10, untuk penyataan “Seberapa sering ikut dalam aksi tawuran”. Jawab : Selalu = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% Sering = 5 Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100%
P = 6 X 100% 20 = 30% Kadang-kadang = 13 Diketahui: N = 20 F = 13 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 13X 100%
N P = 5 X 100% 20 = 25% Kadang-kadang = 14 Diketahui: N = 20 F = 14 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100%
N P = 14 X 100% 20 = 70% Tidak pernah = 0, sehingga didapatkan hasil 0% 4. Pada Tabel 11, untuk pernyataan “Salah satu penyebab aksi tawuran berawal dari saling ejek”. Jawab : Selalu = 10 Diketahui: N = 20 F = 10 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
N P = 3 X 100% 20 = 15% Tidak pernah = 4 Diketahui: N = 20 F=4 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 4 X 100% 20 = 20%
P = F X 100% N P = 10 X 100% 20 = 50% Sering = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N
5. Pada Tabel 12, untuk pernyataan “selain karena saling ejek, penyebab aksi tawuran karena ada perbedaan kepentingan diantara kalian”. Jawab : Selalu = 4 Diketahui: N = 20 F=4 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N
P = 3 X 100% 20 = 15% Kadang-kadang = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = 4 X 100% 20 = 20% Sering = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100%
P = F X 100%
N P = 3 X 100% 20 = 15% Kadang-kadang = 5 Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 5 X 100% 20 = 25% Tidak pernah = 8 Diketahui: N = 20 F=8 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 8X 100% 20 = 40% 6. Pada Tabel 13, untuk pernyataan “ikut dalam aksi tawuran atas kemauan sendiri”. Jawab : Selalu = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N
P = 3 X 100% 20 = 15% Sering = 5 Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 5 X 100% 20 = 25% Kadang-kadang = 5 Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 5 X 100% 20 = 25% Tidak pernah = 7 Diketahui: N = 20 F=7 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 7 X 100% 20 = 35%
7. Pada Tabel 14, untuk pernyataan “ikut dalam aksi tawuran karena paksaan teman”. Jawab : Selalu = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% Sering = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 3 X 100% 20 = 15% Kadang-kadang = 10 Diketahui: N = 20 F = 10 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 10 X 100% 20 = 50% Tidak pernah = 6 Diketahui:
N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 6 X 100% 20 = 30% 8. Pada Tabel 15, untuk pernyataan “membawa benda-benda tajam seperti pisau belatih, stick golf, gir motor, dan samurai saat melakukan aksi tawuran”. Jawab : Selalu = 8 Diketahui: N = 20 F=8 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 8X 100% 20 = 40% Sering = 0, sehingga didapatkan hasil 0% Kadang-kadang = 4 Diketahui: N = 20 F=4 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 4 X 100% 20
= 20% Tidak pernah = 8 Diketahui: N = 20 F=8 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
= 25% Kadang-kadang = 5 Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100%
P = F X 100%
N P = 8X 100% 20 = 40% 9. Pada Tabel 16, untuk pernyataan “waktu melakukan aksi tawuran setelah jam pulang sekolah”. Jawab : Selalu = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 6 X 100% 20 = 30% Sering = 5 Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 5 X 100% 20
N P = 5 X 100% 20 = 25% Tidak pernah = 4 Diketahui: N = 20 F=4 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 4 X 100% 20 = 20% 10. Pada Tabel 17, untuk pernyataan “lokasi-lokasi yang digunakan sebagai tempat melakukan aksi tawuran seperti di jalan raya, lapangan, atau area tempat tinggal warga”. Jawab : Selalu = 7 Diketahui: N = 20 F=7 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 7 X 100%
20 = 35% Sering = 7 Diketahui: N = 20 F=7 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 7 X 100% 20 = 35% Kadang-kadang = 4 Diketahui: N = 20 F=4 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 4 X 100% 20 = 20% Tidak pernah = 2 Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 2 X 100% 20 = 10%
11. Pada Tabel 18, untuk pernyataan “anda mengalami luka-luka dalam aksi tawuran”. Jawab : Selalu = 0, sehingga didapatkan hasil 0%. Sering = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% Kadang-kadang = 11 Diketahui: N = 20 F = 11 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 11 X 100% 20 = 55% Tidak pernah = 8 Diketahui: N = 20 F=8 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N
P = 8X 100% 20
= 40% 12. Pada Tabel 19, untuk pernyataan “ada teman anda yang tewas akibat aksi tawuran”. Jawab : Selalu = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% Sering = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% Kadang-kadang = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5%
Tidak pernah = 17 Diketahui: N = 20 F = 17 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 17 X 100% 20 = 85% 13. Pada Tabel 20, untuk pernyataan “akibat sering melakukan aksi tawuran sikap anda berubah menjadi pribadi yang keras, kasar, dan susah diatur”. Jawab : Selalu = 2 Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 2 X 100% 20 = 10% Sering = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 3 X 100% 20
= 15% Kadang-kadang = 2 Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100% N P = 2 X 100% 20 = 10% Tidak pernah = 13 Diketahui: N = 20 F = 13 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 13 X 100% 20 = 65% 14. Pada Tabel 21, untuk pernyataan “mendapat hukuman atau sanksi dari pihak sekolah”. Jawab : Selalu = 2 Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 2 X 100%
20 = 10% Sering = 7 Diketahui: N = 20 F=7 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 7 X 100% 20 = 35% Kadang-kadang = 7 Diketahui: N = 20 F=7 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 7 X 100% 20 = 45% Tidak pernah = 4 Diketahui: N = 20 F=4 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 4 X 100% 20 = 20%
15. Pada Tabel 22, untuk pernyataan “mendapat hukuman atau sanksi dari orang tua”. Jawab : Selalu = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 6 X 100% 20 = 30% Sering = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 3 X 100% 20 = 15% Kadang-kadang = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 3 X 100% 20 = 15% Tidak pernah = 8 Diketahui:
N = 20 F=8 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 8 X 100% 20 = 40% 16. Pada Tabel 23, untuk pernyataan “rajin masuk sekolah”. Jawab : Selalu = 13 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N
P = 13 X 100% 20 = 65% Sering = 0, sehingga didapatkan hasil 0% Kadang-kadang = 5 Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 5 X 100% 20 = 25% Tidak pernah = 2
Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 2 X 100% 20 = 10% 17. Pada Tabel 24, untuk pernyataan “mengerjakan semua tugas-tugas yang diberikan oleh Guru”. Jawab : Selalu = 5 Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 5 X 100% 20 = 25% Sering = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 6 X 100% 20 = 30% Kadang-kadang = 8 Diketahui:
N = 20 F=8 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 8 X 100% 20 = 40% Tidak pernah = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% 18. Pada Tabel 25, untuk pernyataan “rajin membaca buku pelajaran disekolah dan dirumah”. Jawab : Selalu = 0, sehingga didapatkan hasil 0%. Sering = 5 Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 5 X 100% 20 = 25% Kadang-kadang = 14
Diketahui: N = 20 F = 14 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 14 X 100% 20 = 70% Tidak pernah = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% 19. Pada Tabel 26, untuk pernyataan “mematuhi semua tata tertib sekolah”. Jawab : Selalu = 7 Diketahui: N = 20 F=7 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 7 X 100% 20 = 35% Sering = 4 Diketahui:
N = 20 F=4 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 4 X 100% 20 = 20% Kadang-kadang = 7 Diketahui: N = 20 F=7 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 7 X 100% 20 = 35% Tidak pernah = 2 Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 2 X 100% 20 = 10% 20. Pada Tabel 27, untuk pernyataan “mendapat nilai yang baik disekolah”. Jawab : Selalu = 3 Diketahui: N = 20
F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 3 X 100% 20 = 15% Sering = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 6 X 100% 20 = 30% Kadang-kadang = 7 Diketahui: N = 20 F=7 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 7 X 100% 20 = 35% Tidak pernah = 4 Diketahui: N = 20 F=4 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100%
N P = 4 X 100% 20 = 20% 21. Pada Tabel 28, untuk pernyataan “berprestasi disekolah”. Jawab : Selalu = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 3 X 100% 20 = 15% Sering = 2 Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 2 X 100% 20 = 10% Kadang-kadang = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N
P = 6 X 100% 20 = 30% Tidak pernah = 9 Diketahui: N = 20 F=9 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = 4 X 100% 20 = 20% Kadang-kadang = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100%
P = F X 100%
N P = 9 X 100% 20 = 45% 22. Pada Tabel 29, untuk pernyataan “memperhatikan semua mata pelajaran yang diterangkan oleh Guru”. Jawab : Selalu = 8 Diketahui: N = 20 F=8 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 8 X 100% 20 = 40% Sering = 4 Diketahui: N = 20 F=4 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N
N P = 6 X 100% 20 = 30% Tidak pernah = 2 Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 2 X 100% 20 = 10% 23. Pada tabel 30, untuk pernyataan “mendengarkan nasehat yang baik dari Guru anda”. Jawab : Selalu = 10 Diketahui: N = 20 F = 10 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 10 X 100%
20 = 50% Sering = 2 Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 2 X 100% 20 = 10% Kadang-kadang = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100% N
24. Pada Tabel 31, untuk pernyataan “Guru anda memberikan contoh sikap yang baik dalam berperilaku”. Jawab : Selalu = 15 Diketahui: N = 20 F = 15 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 15 X 100% 20 = 75% Sering = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N
P = 6 X 100% 20 = 30% Tidak pernah = 2 Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = 3 X 100% 20 = 15% Kadang-kadang = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100%
P = F X 100%
N P = 2 X 100% 20 = 10%
N P = 1 X 100% 20 = 5%
Tidak pernah = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% 25. Pada Tabel 32, untuk pernyataan “guru anda membimbing anda untuk berakhlak terpuji”. Jawab : Selalu = 13 Diketahui: N = 20 F = 13 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 13 X 100% 20 = 65% Sering = 4 Diketahui: N = 20 F=4 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 4 X 100% 20 = 20% Kadang-kadang = 1
Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% Tidak pernah = 2 Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 2 X 100% 20 = 10% 26. Pada Tabel 33, untuk pernyataan “orang tua memperhatikan perkembangan anda disekolah”. Jawab : Selalu = 7 Diketahui: N = 20 F=7 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 7 X 100% 20 = 35% Sering = 5
Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100%
P = F X 100%
N
N
P = 5 X 100% 20 = 25% Kadang-kadang = 5 Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = 5 X 100% 20 = 25% Sering = 4 Diketahui: N = 20 F=4 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100%
P = F X 100%
N
N
P = 5 X 100% 20 = 25% Tidak pernah = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = 4 X 100% 20 = 20% Kadang-kadang = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100%
P = F X 100%
N P = 3 X 100% 20 = 15% 27. Pada Tabel 34, untuk pernyataan “orang tua memantau semua kegiatan anda disekolah dan di luar sekolah”. Jawab : Selalu = 5
N P = 6 X 100% 20 = 30% Tidak pernah = 5 Diketahui: N = 20 F=5 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100% N
P = 5 X 100% 20 = 25% 28. Pada Tabel 35, untuk pernyataan “menceritakan masalah yang anda alami kepada orang tua”. Jawab : Selalu = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 3 X 100% 20 = 15% Sering = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% Kadang-kadang = 10 Diketahui: N = 20 F = 10 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100% N P = 10 X 100% 20 = 50% Tidak pernah = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 6 X 100% 20 = 30% 29. Pada Tabel 36, untuk pernyataan “orang tua memberikan nasehat agar anda menjadi siswa yang berprestasi”. Jawab : Selalu = 10 Diketahui: N = 20 F = 10 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 10 X 100% 20 = 50% Sering = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100% N P = 6 X 100% 20 = 30% Kadang-kadang = 3 Diketahui: N = 20 F=3 Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100% N P = 3 X 100% 20 = 15% Tidak pernah = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 1 X 100% 20 = 5% 30. Pada Tabel 37, untuk pernyataan “orang tua anda memberikan semua kebutuhan untuk menunjang prestasi anda disekolah”. Jawab : Selalu= 11 Diketahui: N = 20 F = 11
Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 11 X 100% 20 = 55% Sering = 2 Diketahui: N = 20 F=2 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 2 X 100% 20 = 10% Kadang-kadang = 6 Diketahui: N = 20 F=6 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N P = 6 X 100% 20 = 30% Tidak pernah = 1 Diketahui: N = 20 F=1 Sehingga dapat dihitung dg rumus : P = F X 100% N
P = 1 X 100% 20 = 5%
UJI REFERENSI
Nama
: Raga Wiranata
NIM
: 107015001013
Prodi/Semester
: Pendidikan IPS/VIII
Judul Skripsi
: “Pengaruh Konflik Antarkelompok terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan”.
No.
Referensi
Paraf Pembimbing
BAB I 1.
Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 55
2.
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi teks pengantar & terapan, ( Jakarta : Kencana, 2007), h. 55.
3.
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi teks pengantar & terapan..., h. 98
4.
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), Cet. 1, h. 206.
5.
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar..., h.206.
6.
Kartini Kartono,
Patologi Sosial 2, (Jakarta:Rajawali Pers,
2010), h. 6. 7.
Andreas Soeroso, Sosiologi 2, (Jakarta: Quadra, 2008)
8.
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer, (Jakarta : Kencana, 2009), h. 27
9.
Novri
Susan,
Sosiologi
Konflik
dan
Isu-isu
Konflik
Konflik
dan
Isu-isu
Konflik
Kontemporer..., h. 47. 10.
Novri
Susan,
Sosiologi
Kontemporer..., h. 47. 11.
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), h. 8. 12.
Ketetapan MPR RI nomor
II/MPR/1983, Tentang GBHN,
(Jakarta :BP. Dharma). 13.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 41 BAB II
14.
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa IndonesiaTerbaru, (Surabaya: Amelia), h. 318
15.
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 4.
16.
http://id.wikipedia.org/wiki/konflik, akses pada hari selasa, 26 April 2011.
17.
Andreas Soeroso, Sosiologi 2 ,(Jakarta: Quadra, 2008)
18.
Robby
I.
Chandra,
Konflik
dalam
hidup
sehari-hari,
(Yogyakarta:Kanisius, 1992)cet. 6, h. 20 19.
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 5
20.
http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebabkonflik-dan-strategi-penyelesaian-konflik/ senin, 18 Juli 2011, Pkl. 11.47 WIB.
21.
Andreas Soeroso, Sosiologi 2, (Jakarta: Quadra, 2008)
22.
Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta : Kencana, 2004), h. 159
23.
Andreas Soeroso, Sosiologi 2 ,(Jakarta: Quadra, 2008), h. 35
24.
Andreas Soeroso, Sosiologi 2..., h.37
25.
Andreas Soeroso, Sosiologi 2, (Jakarta: Quadra, 2008), h. 45
26.
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), Cet. 1, h.40 Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 71.
27.
28.
Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 153
29.
Warddi Bachtiar,
Sosiologi Klasik, (Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet. 1, h. 107. 30.
Bernard Raho,
Teori sosiologi Modern,
(Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), Cet. 1, h.73 31.
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 32
32.
Yusron
Razak,
Sosiologi
Sebuah
Pengantar,
(Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), Cet. 1, h.40 33.
Bernard Raho,
Teori sosiologi Modern,
(Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 74 34.
Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 153
35.
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h.77-78
36.
George Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 154
37.
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 81.
38.
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 82.
39.
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 82.
40.
http://WWW.scrbd.com/doc/pengertian prestasi belajar, waktu akses hari selasa, 26 April 2011 W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1976), h.965. Ahmad fauzi, Psikologi Umum ,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2004), cet.ke-2, h. 44 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2000), h.13
41. 42. 43.
44. 45. 46. 47. 48. 49.
50.
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003), h. 2. Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press 2001), h. 23 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. 1, h.76 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), cet. 3, h. 10. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet. 2, h. 27. Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 117 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 35 51. 52.
53.
54. 55. 56. 57.
58.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi , ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), cet. 8, h.45 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah), ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. 2, h. 54 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Malang: PT Rineka Cipta, 1990), cet. 3, h. 99. Nana Sudjana, Dasar – dasar Proses Belajar mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 1987), h.28 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008), h. 15 Kunandar, Guru Profesional…, h. 302 Trianto, Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik , (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), cet. 1, h. 26 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar..., h.81
60.
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yangmempengaruhi-hasil.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2011. Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar,...h. 55
61.
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi teks pengantar
59.
dan terapan,...h. 57. BAB III 62. 63. 64. 65.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,...h. 97 Sutrisno Hadi, Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 97. Imam Suprayogo & Tobroni, Metodologi Penelitian SosialAgama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 172 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1998), cet.11, h. 117. Mengetahui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA 194701141965101001