Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN LENGAN, KELINCAHAN, DAN KECEPATAN REAKSI TANGAN DENGAN KEMAMPUAN BERMAIN TENISMEJA PADA SISWA SMA NEGERI SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA”
OLEH : NURLIATI SYAMSUDDIN
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekuatan lengan, kelincahan dan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain tenismeja. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa, dengan jumlah sampel penelitian 40 orang yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) ada hubungan yang signifikan kekuatan lengan dengan kemampuan bermain tenismeja terbukti nilai ro = 0,952 (P < 0,05), (2) ada hubungan yang signifikan kelincahan dengan kemampuan bermain tenismeja terbukti nilai ro = 0,890 (P < 0,05), (3) ada hubungan yang signifikan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain tenismeja terbukti nilai ro = -0,876 (P < 0,05), dan (4) ada hubungan yang signifikan antara kekuatan lengan, kelincahan dan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain tenismeja terbukti nilai Ro = 0,962 (P < 0,05). Ini membuktikan bahwa kekuatan lengan, kelincahan dan kelentukan pergelangan tangan sangat berperan dalam permainan tenismeja. Seorang pemain tenismeja dalam melakukan servis dan berbagai jenis pukulan beserta variasinya, dengan dukungan kekuatan otot lengan akan dapat membantu dalam permainan tenismeja, sehingga pukulan-pukulan yang dilakukan lebih akurat dan keras. Pemain yang memiliki tingkat kelincahan yang tinggi akan dengan mudah merubah arah pada posisi yang berbeda dalam kecepatan yang tinggi dan dengan kemampuan tangan untuk bergerak lebih cepat untuk mengantisipasi bola. Kecepatan reaksi tangan diperlukan pula untuk mengantisipasi putaran bola atau lentingan bola yang kadang-kadang tidak terduga akibat spin bola dari lawan yang bervariasi akan mendapatkan atlet yang berpotensi.
Kata Kunci :
Kekuatan Lengan, Kelincahan, Kecepatan Reaksi Tangan, Bermain Tenismeja
)* Dosen Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
135
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 ABSTRACT This study aimed to determine the relationship between the arm strength, agility and reaction speed hand with the ability to play table tennis. This research includes descriptive research. The study population was all students Sungguminasa SMA Gowa, with sample number 40 people chosen at random sampling. The data analysis technique used is the technique of correlation analysis using SPSS system version 15:00 on 95% significance level or 0.05. Departing from the results of the data analysis, the study concluded that: (1) there was a significant arm strength with the ability to play table tennis proved the value of ro = 0.952 (P < 0.05), (2) there is a significant relationship agility with the ability tenismeja play proved the value of ro = 0.890 (P < 0.05), (3) there was a significant reaction rate in hand with the ability to play table tennis proved the value of ro = -0.876 (P < 0.05), and (4) there significant relationship between the arm strength, agility and reaction speed hand with the ability to play table tennis proved the value of ro = 0.962 (P < 0.05). This proves that the arm strength, agility and flexibility wrist was instrumental in the game of table tennis. A table tennis player in the servicing and various types of punch and its variations, with the support arm muscle strength will help the game of table tennis, so that blows that made more accurate and harder. Players who have a high level of agility that will easily change direction at different positions in the high speed and the ability to move faster hands in anticipation of the ball. Hand reaction speed is also necessary to anticipate a round ball or balls lentingan sometimes unexpected consequence spin the ball from your opponent will get a varying potential athletes.
Keyword : Arm Strength, Agility, Reaction Speed Hand, Playing Table Tennis
PENDAHULUAN Permainan tenismeja adalah permainan yang sangat digemari kalangan masyarakat mulai dari golongan anak-anak sampai orang dewasa. Kegemaran bermain tenis meja tersebut ditunjukkan dengan banyaknya lapangan tenismeja yang sengaja dibuat untuk bermain di pekarangan rumah atau kolong rumah. Tenismeja adalah suatu cabang olahraga yang tidak mengenal umur maupun jenis kelamin, artinya dapat dimainkan oleh setiap kelompok umur baik laki-laki maupun perempuan. Dapat dianggap sebagai permainan rekreasi, dapat pula dianggap sebagai
olahraga yang mempunyai teknik harus dipelajari dan ditanggulangi dengan sungguh-sungguh. Di SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa, olahraga tenismeja dijadikan sebagai olahraga yang di ajarkan kepada siswa di luar pelajaran sebagai pembinaan pemain pemula. Dari banyaknya siswa yang mengikuti program ekstrakurikuler tersebut ternyata tidak semua siswa mampu bermain tenismeja dengan baik meskipun telah diajar atau dilatih tekniknya. Banyak siswa yang telah lama mengikuti program ini tidak menunjukkan kemampuan bermain tenismeja menjadi lebih baik. Masih terdapat siswa yang kurang
)* Dosen Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
136
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 mampu mengantisipasi bola, bergerak cepat ke arah bola atau terlambat bereaksi untuk memukul bola. Selain itu pukulan-pukulan siswa banyak yang tidak tepat, tersangkut net, atau keluar lapangan permainan. Pukulanpukulan siswa tidak berkembang dengan baik, kurang gerakannya atau terkadang nampak tegang pada saat memukul bola. Untuk dapat bermain tenismeja dengan baik, harus ditunjang dengan berbagai kemampuan kondisi fisik. Kemampuan otot lengan untuk berkontraksi dengan kuat dan cepat akan dapat membantu dalam melakukan servis, smash atau teknik lain dalam permainan tenismeja. Oleh karena itu, otot lengan perlu didukung dengan kondisi fisik kekuatan. Kekuatan adalah kemampuan untuk melakukan suatu kontraksi pada tahanan. Kekuatan yang dimaksudkan untuk mendukung dalam permainan tenismeja adalah kekuatan otot lengan. Dengan dukungan kekuatan otot lengan akan dapat membantu dalam permainan tenismeja, sehingga pukulan-pukulan yang dilakukan lebih akurat dan keras. Kelincahan merupakan kemampuan dalam menguasai dan menanggapai rangsangan-rangsangan guna melakukan suatu tindakan secepatnya. Di dalam permainan tenismeja terkadang seorang pemain tidak siap mengantisipasi baik datangnya bola maupun melakukan pukulan dalam permainan tenismeja. Faktor kondisi fisik yang paling utama adalah kemampuan melakukan reaksi terhadap bola atau untuk memukul bola, dan kemampuan melakukan pukulan secara luwes dan elastis sehingga pukulan yang dilakukan dapat lebih terarah, cepat, dan keras. Dengan kata lain bahwa untuk dapat mengembangkan pukulan-pukulan dalam bermain tenis meja, seseorang harus mempunyai kekuatan lengan, kelincahan dan
kecepatan reaksi tangan yang baik. Dalam bermain tenismeja, gerakangerakan yang dilakukan untuk memukul bola, bergerak ke arah bola atau antisipasi terhadap arah datangnya bola, lentingan, dan jenis putaran (spin) bola memerlukan kecepatan reaksi tangan. Banyak pemain tenismeja yang tidak mampu mengembangkan permainannya akibat lambat dalam melakukan gerakan reaksi pada bola yang bergerak lebih cepat. Keterlambatan mengantisipasi bola maupun keterlambatan reaksi tangan terhadap bola yang akan dipukul dapat menyebabkan pukulan kurang sempurna, tidak terarah, tersangkut di net, keluar lapangan permainan, atau akan memudahkan lawan untuk melakukan serangan balik. Kemampuan bermain tenismeja Kemampuan bermain tenismeja adalah kecakapan dalam memainkan bola atau menguasai teknik-teknik dasar bermain tenismeja, seperti; pukulan forehand, backhand, tospin, backspin, forehand drive, backhand drive, loop, dan sebagainya. Kemampuan untuk mengembangkan teknik-teknik pukulan tersebut dalam permainan termasuk pula keterampilan bermain tenismeja. Dalam bermain tenismeja, kecepatan, ketepatan, koordinasi, efisiensi gerakan dan penyesuaian pola gerakan terhadap situasi permainan sangat menunjang penampilan. Kemampuankemampuan tersebut diperlukan secara bersama-sama serta saling menunjang dalam proses gerakan yang ditampilkan untuk mencapai penampilan optimal. Kecepatan reaksi dalam mengantisipasi bola, ketepatan memukul bola atau kecepatan arah pukulan, efisiensi gerakan yang dikoordinasi oleh otot-otot halus (fine motor), serta penyesuaian gerakan dengan pukulan menurut putaran bola adalah sangat menentukan dalam bermain tenismeja.
)* Dosen Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
137
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 Untuk dapat mencapai tingkat keterampilan bermain tenismeja secara optimal, bagi pemula perlu menempuh latihan-laihan pengenalan, teknik, dan taktik. Menurut Ahmad Damiri, dkk., (1992), bahwa latihan pengenalan untuk pemain tenismeja pemula terdapat beberapa tahap, antara lain: (1) Latihan touching, bouncing and balancing (sentuhan, pantulan, dan keseimbangan) tanpa menggunakan meja, (2) Latihan memantulkan bola ke dinding (bermain dengan dinding), (3) Bermain dengan menggunakan tali atau garis sebagai pengganti jaring dengan teman latihan/teman bermain. Prinsip utama untuk menyempurnakan suatu pukulan dalam bermain tenis meja adalah timing yang tepat. Yang dimaksud timing dalam bermain tenismeja mengandung dua arti yaitu saat bat menyentuh bola dan waktu bola itu sedang melaju. Menurut Peter Simpson (1986) bahwa “ada tiga macam timing yaitu cepat, titik ketinggian, dan lambat (early, peak of bounce, late)”. Cepat artinya bola di pukul sebelum mencapai titik ketingian. Titik ketinggian artinya saat di mana bola berada pada puncak pantulannya. Lambat artinya bola sudah mulai turun lagi. Kapan timing yang tepat untuk memukul bola tergantung pada jenis bola yang akan dipukul. Apakan lawan memukul bola cepat atau lambat? Banyak atau sedikitnya spin bola itu? Timing untuk memukul bola harus dikuasai karena berhubungan dengan koordinasi gerakan tubuh secara keseluruhan. Kerjasama antara gerakan kaki (footwork) dan kecepatan pukulan sangat menunjang keterampilan pukulan tenismeja. Selanjutnya tenik mengatur waktu dengan timing yang tepat, pada saat yang tepat, pada posisi yang tepat untuk memukul bola dengan perkenaan yang tepat.
Ada pemain tenismeja yang terlalu cepat. Ada pula yang terlalu statis dalam gerakannya. Pemainpemain ini kurang menghayati ritme permainan. Pemain seharusnya mampu mengikuti irama permainan, memahami jenis pukulan lawan, putaran bola dari lawan dan teknik pukulan balasan yang tepat sesuai keadaan bola. Pemain tenismeja tidak boleh hanya melatih satu pukulan saja. Pemain harus menguasai berbagai macam pukulan, karena masingmasing pukulan mempunyai sifat yang berlainan seperti power (kekuatan pukulan), length (panjang pukulan), dan touch (sentuhan pukulan, sentuhan bat dengan bola). Ketiga aspek tersebut berbeda-beda bagi setiap macam pukulan, dengan kombinasi-kombinasi beraneka ragam. Setiap pukulan terdiri dari bermacam-macam gerakan yang terpadu menjadi satu yang dibagi atas tipe menurut Peter Simpson (1986:64) yaitu; short (pendek), medium (sedang), dan long (panjang)”. Panjang pendeknya pukulan tergantung dari jenis pukulan itu sendiri, tujuan yang ingin dicapai dan zone tepat kita bermain.
Kekuatan lengan Salah satu komponen yang harus dimiliki oleh seorang pemain tenismeja adalah kekuatan, kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik disamping itu memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cedera dan dapat membantu stabilitas sendi-sendi. Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan suatu tahanan”. Selanjutnya Moch. Sajoto (1988) memberikan defenisi sebagai
)* Dosen Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
138
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 berikut: “Kekuatan adalah kemampuan kondisi fisik yang menyangkut kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot-otot yang menerima beban dalam waktu tertentu”. Annarino (1986) mengemukakan bahwa: “Strength is the maximum amount of force exerled by muscle group”. Jika diterjemahkan secara bebas, kekuatam adalah jumlah maksimum dari penggunaan force oleh otot atau sekelompok otot. Sedangkan menurut Fox (1984) mengemukakan bahwa: “Strength as the force or tension a muscular”. Artinya kekuatan adalah sebagai tegangan suatu otot, yaitu kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Berdasarkan teori di atas, dapat dikemukakan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan untuk pengembangan tenaga maksimum dalam kontraksi yang maksimal untuk mengatasi tahanan atau beban. Kekuatan sangat penting dalam menunjang aktivitas-aktivitas olahraga seperti permainan tenismeja. Dalam tenismeja, meskipun di perlukan kecepatan, kelentukan, keseimbangan, koordinasi dan sebagainya, akan tetapi komponen kondisi fisik tersebut diatas haruslah ditunjang oleh kekuatan. Harsono (1988) bahwa: “Kekuatan tetap merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik”. Jadi dengan memiliki kekuatan, maka komponen kondisi fisik lainnya dapat dikembangkan sesuai kebutuhan. Tipe kekuatan menurut Bompa (1983) mengklasifikasikan sebagai berikut: (1) General strength (kekuatan umum), (2) Specific strength (kekuatan khusus), (3) Maximum strength (kekuatan maksimum), (4) Muscular strength (kekuatan otot), (5) Power (daya ledak), (6) Absolut strength (kekuatan absolut), dan (7) Relatif strength (kekuatan relatif) Kasiyo Dwijowinoto (1993) bahwa: Kekuatan adalah tenaga yang dipakai
untuk mengubah keadaan gerak atau bentuk dari suatu benda. Gerak mendorong atau menarik dapat mengakibatkan suatu benda mulai bergerak, berhenti atau berubah arah, tergantung kepada sifat fisik benda dan besarnya kekuatan. Berdasarkan konsep pengembangan kekuatan, dapat dijelaskan bahwa untuk meningkatkan kekuatan perlu memperhatikan beberapa hal seperti; metode latihan, jenis kontraksi, intensitas latihan, berat badan dan lain-lain. Selain itu penerapan prinsip latihan perlu juga diperhatikan seperti prinsip reversibel. Kekuatan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Moch. Sajoto (1988:108) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan adalah sebagai berikut: (1) Faktor biomekanika, dari dua orang yang mempunyai jumlah tegangan yang sama (tegangan otot), akan jauh ber beda dalam kemampuannya mengangkat beban, (2) Faktor pengungkit, pengungkit diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu menurut letak sumbu pengungkit, gaya beban dan gaya gerak pengungkit, (3) Faktor ukuran, besar kecilnya otot berpengaruh terhadap kekuatan otot, (4) Faktor jenis kelamin, pria dan wanita mempunyai perkembangan kekuatan yang sama dalam program latihan, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pada akhir pubertas anak laki-laki memiliki ukuran otot lebih besar dibandingkan wanita, (5) Faktor usia, unsur kekuatan laki-laki dan perempuan diperoleh melalui proses kematangan dan kedewasaan. Untuk mengembangkan kekuatan selain penerapan prinsip-prinsip latihan yang perlu diperhatikan juga perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat menunjang atau mempengaruhi pengembangan kekuatan itu sendiri.
)* Dosen Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
139
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan gerak atau bentuk dari suatu benda. Gerakan mendorong atau menarik dapat mengakibatkan suatu benda bergerak atau berubah arah, tergantung besarnya kekuatan dan sifat fisik dari benda yang digerakkan. Kelincahan Kelincahan asal kata dari lincah berarti cekatan, tangkas dan giat. Soekarman (1987) mendefenisikan kelincahan yaitu : “Kemampuan untuk mengubah arah yang sekonyongkonyongnya dalam kecepatan tinggi.” Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.” Sedangkan menurut Nurhasan (1986) mengemukakan bahwa: “Kelincahan adalah kemampuan bergerak kesegala arah dengan mudah dan cepat, orang yang mempunyai kelincahan yang tingi memungkinkan orang itu bergerak ke sebelah arah dengan cepat dan mudah.” Berdasarkan pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa kelincahan mengandung arti kemampuan dan kesiapan tubuh seseorang untuk merubah arah dengan cepat, dalam waktu yang sesingkat mungkin tanpa penggunaan tenaga yang banyak dengan menjaga keseimbangan. Dalam permainan tenismeja, kelincahan merupakan hal yang sangat penting, sebab pemain tersebut akan dapat dengan seseorang yang memiliki tingkat kelincahan yang tinggi akan dengan mudah merubah arah pada posisi yang berbeda dalam kecepatan yang tinggi. Kemampuan mengubah arah dengan baik yang dimiliki oleh
seorang pemain merupakan kebanggaan tersendiri baginya, karena tidak semua pemain tenismeja dapat mencapai prestasi atau kemampuan fisik tersebut dengan optimal. Dari uraian di atas, jelas kelincahan merupakan unsur fisik yang penting dan sangat besar manfaatnya teurtama dalam pengembangan teknik dasar bermain tenismeja. Abd. Adib Rani (1992) mengemukakan bahwa tentang manfaat kelincahan sebagai berikut: (1) Koordinasi gerakangerakan dalam olahraga dengan baik, (2) Gerakan-gerakan olahraga yang di lakukan adalah secara praktris dengan ekonomis sehingga tidak cepat menimbulkan kelelahan, (3) Menjaga keseimbangan dalam gerakan sehingga pelaksanaan gerakan selanjutnya dapat dilakukan dengan sempurna, dan (4) Bermanfaat untuk menguasai teknik yang tinggi dalam cabang olahraga yang diikutinya. Untuk mencapai kemampuan bermain tenismeja yang baik, maka perlu meningkatkan kelincahan, agar pemain dapat bergerak dengan lincah, sehingga dapat optimal melakukan teknik tersebut. Kecepatan reaksi tangan Kecepatan reaksi dalam istilah sebenarnya adalah waktu reaksi (reaction time) adalah gerak pertama yang dilakukan setelah menerima rangsangan (stimulus). Waktu reaksi sangat dibutuhkan pada pemain tenis meja. Cabang olahraga ini memerlukan kecepatan gerak yakni kemampuan melakukan gerakan awal setelah stimulus diterima. Kemampuan bereaksi akan menentukan proses gerakan selanjutnya termasuk pukulan-pukulan yang baik. Pemain tenismeja yang mempunyai kecepatan reaksi lebih baik akan mampu melakukan gerakan pukulan lebih efektif sehingga pukulan yang dilakukan lebih cepat dan terarah.
)* Dosen Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
140
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 Dalam permainan tenismeja, gerakan-gerakan yang dilakukan untuk memukul bola secara cepat dan tepat memerlukan kecepatan reaksi lengan untuk mengantisipasi bola. Bola yang dipukul oleh lawan merupakan stimulus yang datang dan memerlukan kemampuan untuk melakukan reaksi terhadap stimulus tersebut dengan cara memukul bola sehingga dapat dikembalikan ke lapangan lawan pada sasaran yang tepat. Keterlambatan melakukan reaksi terhadap bola yang datang dapat menyebabkan antisipasi kurang akurat sehingga pukulan yang dilakukan tidak sempurna atau tidak terarah, tersangkut di net, dan keluar lapangan permainan. Ketika seseorang bermain tenis meja, gerakan-gerakan yang dilakukan untuk memukul bola atau bergerak ke arah bola untuk mengantisipasi pukulan lawan merupakan respon terhadap stimulus yang datang. Respon tersebut berupa kecepatan reaksi lengan untuk memukul bola yang relatif cepat. Pemain tenismeja yang mempunyai reaksi lambat, tentu akan menemui kesulitan untuk mengembangkan permainannya, oleh karena bola yang dimainkan relatif kecil dan bergerak lebih cepat di atas meja sehingga menuntut ketelitian tentang arah reaksi yang dilakukan (daya antisipasi secara tepat). Banyak pemain tenis meja yang tidak mampu mengatasi permainan lawan atau sulit mengembangkan tipe permainannya karena reaksinya lebih lambat daripada lawannya, sehingga pukulan-pukulan pengembalian bola yang dilakukan memudahkan lawan untuk menyerang. Kecepatan reaksi merupakan koordinasi kerja otot dan syaraf yang menentukan gerakan-gerakan secara terampil dalam bermain tenismeja. Dalam bermain tenismeja, gerakangerakan yang dilakukan untuk memukul
bola atau untuk mengantisipasi pukulan lawan menuntut kecepatan reaksi tangan melalui pendengaran dan penglihatan. Kecepatan reaksi motorik ditentukan oleh kemampuan bergerak ke arah bola sambil memukul bola setelah bola tersebut datang dari pihak lawan. Kecepatan reaksi untuk memukul bola setelah bola tersebut datang dari pihak lawan. Kecepatan reaksi untuk memukul bola pada permainan tenismeja memerlukan koordinasi dan ketepatan gerakan. Pendengaran dan penglihatan sangat menunjang kecepatan reaksi dalam bermain tenismeja. Moch. Sajoto (1988) mengemukakan tentang pentingnya kecepatan reaksi untuk menunjang kecepatan gerakan, bahwa “kecepatan dipengaruhi oleh waktu reaksi, yaitu waktu mulai mendengar aba-aba sampai gerakan pertama dilakukan, maupun waktu gerak, yaitu waktu yang dipakai untuk menempuh jarak”. Kecepatan reaksi tergantung pada proses rangsangan syaraf pendengaran dan syaraf perintah atau penglihatan. Rangsangan pendengaran misalnya pada bunyi bola yang di pukul oleh lawan atau bola yang terpantul pada meja menyebabkan pemain melakukan reaksi dengan cepat untuk memukul bola, sekaligus merupakan usaha untuk mengembalikan bola ke lapangan lawan. Rangsangan syaraf perintah yaitu setelah bola yang di pukul oleh lawan ke lapangan kita, menyebabkan syaraf-syaraf spinal memberi perintah kepada lengan atau tangan untuk memukul bola yang datang sehingga bola dapat dikembalikan. Sedangkan rangsangan syaraf penglihatan yang menentukan kecepatan reaksi tangan, misalnya bola yang datang dari hasil pukulan lawan, melalui penglihatan kita sehingga menimbulkan rangsangan memukul bola yang datang ke lapangan permainan kita.
)* Dosen Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
141
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 Dengan demikian, untuk mempertahankan kecepatan reaksi tangan dalam bermain tenismeja, diperlukan kemampuan untuk berkonsentrasi sepanjang permainan. Konsentrasi untuk melakukan gerakan memukul bola pada permainan tenismeja, akan lebih baik daripada konsentrasi ditujukan pada bola yang datang, meskipun semuanya penting dan memerlukan konsentrasi. Meskipun tanpa konsentrasi terhadap bola, bola tersebut akan kelihatan juga. Untuk itu konsentrasi yang lebih penting dalam bermain tenismeja adalah terhadap jenis gerakan atau pukulan yang akan dilakukan pada bola yang datang sehingga proses gerakan memukul bola dapat dilakukan dengan tepat, tanpa gerakan ragu-ragu atau kaku. Harsono (1988) mencontohkan bahwa “… para pelari sprint dianjurkan agar pada waktu berada dalam sikap “siap”, konsentrasi pada start yang baik, dan bukan pada bunyi pistol”. Tanpa berkonsentrasi pada bunyi pistol, bunyinya akan tetap terdenagar juga. Cabang olahraga yang banyak memerlukan kecepatan reaksi tangan, seperti tenismeja sangat penting melatih konsentrasi agar dapat dimanfaatkan dalam permainan dan mampu mempertahankan konsentrasi tersebut meskipun permainan berlangsung lama. METODOLOGI PENELITIAN Metode merupakan cara atau teknik yang dipergunakan untuk mencari pembuktian secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk mengungkapkan dan memberikan jawaban atas permasalahan yang di kemukakan dalam suatu penelitian. Arah dan tujuan pengungkapan fakta atau kebenaran disesuaikan dengan yang ditemukan dalam penelitian untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Metode yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Metodologi penelitian perlu diterapkan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang sebenarnya untuk menperoleh data yang mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas : a) Variabel bebas - Kekuatan lengan - Kelincahan - Kecepatan reaksi tangan b) Variabel terikat - Kemampuan bermain tenismeja Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Populasi dari penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. Namun populasi tersebut dibatasi pada siswa laki-laki saja agar mempunyai kesamaan sifat dalam hal jenis kelamin, maka sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dari siswa putra SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun infrensial dengan taraf signifikan 95% atau = 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Ada hubungan kekuatan lengan dengan kemampuan bermain tenis meja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. Hipotesis statistik : Ho : rx1y = 0 H1 : rx1y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data kekuatan lengan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. Diperoleh nilai korelai (r0) 0,952 dengan tingkat
)* Dosen Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
142
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 probabilitas (0,000) < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari uji Anova atau Ftest, didapat Fhitung adalah 366,802 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan bermain tenismeja (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Sedangkan untuk uji t menguji signifikansi konstanta dan variabel dependen (kemampuan bermain tenismeja). Nilai thitung diperoleh 19,152 terlihat pada lampiran kolom Sig/ significance adalah 0,000, atau probabilitas lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kekuatan lengan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan bermain tenis meja. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan kekuatan lengan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. 2. Ada hubungan kelincahan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. Hipotesis statistik : Ho : rx2y = 0 H1 : rx2y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data kelincahan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. Diperoleh nilai korelasi (r0) 0,890 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari uji Anova atau Ftest, didapat Fhitung adalah 144,570 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas
(0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan bermain tenismeja (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Sedangkan untuk uji t menguji signifikansi konstanta dan variabel dependen (kemampuan bermain tenismeja). Nilai thitung diperoleh -12,024 terlihat pada lampiran kolom Sig/significance adalah 0,000, atau probabilitas lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau, kelincahan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan bermain tenismeja. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan kelincahan dengan kemampuan bermain tenis meja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. 3. Ada hubungan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. Hipotesis statistik : Ho : rx3y = 0 H1 : rx3y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain tenis meja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. Diperoleh nilai korelai (r0) -0,876 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari uji Anova atau Ftest, didapat Fhitung adalah 124,903 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan bermain tenismeja (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel
)* Dosen Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
143
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 diambil). Sedangkan untuk uji t menguji signifikansi konstanta dan variabel dependen (kemampuan bermain tenismeja). Nilai thitung diperoleh -11,176 terlihat pada lampiran kolom Sig/significance adalah 0,000, atau probabilitas lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kecepatan reaksi tangan benarbenar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan bermain tenis meja. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. 4. Ada hubungan antara kekuatan lengan, kelincahan,dan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. Hipotesis statistik : Ho : Rx1,2,3y = 0 H1 : Rx1,2,3y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data kekuatan lengan, kelincahan, dan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain tenis meja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. Diperoleh nilai regresi (R0) 0,962 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari uji Anova atau Ftest, didapat Fhitung adalah 150,161 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan bermain tenismeja (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel
diambil). Sedangkan untuk uji t menguji signifikansi konstanta dan variabel dependen (kemampuan bermain tenismeja). Nilai thitung diperoleh 11,431 terlihat pada lampiran kolom Sig/significance adalah 0,000, atau probabilitas lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kekuatan lengan, kelincahan, dan kecepatan reaksi tangan benarbenar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan bermain tenis meja. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara kekuatan lengan, kelincahan, dan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa.
PENUTUP 1. Ada hubungan yang signifikan kekuatan lengan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. 2. Ada hubungan yang signifikan kelincahan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. 3. Ada hubungan yang signifikan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. 4. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan lengan, kelincahan, dan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMA Negeri Sungguminasa Kabupaten Gowa. Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
)* Dosen Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
144
Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012 kemampuan bermain tenismeja bagi siswa di sekolah atau atlet pemula, maka saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Guru olahraga di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bermain tenismeja bagi siswanya dengan penerapan bentuk latihan yang sesuai dengan teknik dasar yang dikembangkan dan dengan penyesuaian unsur komponen fisik yang dibutuhkan. 2. Hendaknya memberikan metode pengajaran yang lebih mampu memberikan pengembangan dalam pembelajaran yang lebih efesien khususnya dalam permainan tenismeja
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Arman, M.Sc. Untuk Pelatih, Pembina dan Penggemar. Arismunandar, Wismoyo, 1997. Rencana Strategi Peningkatan Prestasi Olahraga Menuju Tahun 2006, ceramah dalam Komrensi Nasional Olahraga tanggal 27-28 Fabruari 1997 Jakarta. Baley, James A., 1982, The Athelete’s Guide; Increasing Strength Power and Agality, Parker Publishing Company, Inc., West Nyak, New York. Damari, Ahmad & Kusnadi, Nurlan, 1992, Olahraga Pilihan Tennis Meja, Dirjen Dikti, Depdikbud, P2TK, Jakarta. Depdikbud, 1977, Tes Keterampilan Bermain Tennis Meja untuk Pelajar SLTA Putera, Pusat Kesegaran Jasmni dan Rekreasi, Jakarta. Harsono, 1988, Coaching dan Aspekaspek Psikologis dalam Coaching, CV. Tambak Kusuma, Jakarta. Lutan Rusli, 1988, Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Metode,
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PTPPLPTK. Johnson, Barry L., & Nelson Jack K., 1982, Practical Measurement for Evaluation in Physical Education, Kolhapur Road, Kamla Nagar, Delhi India. Larry, Hodges, 1996. Teble Tenis, terjemahan Eni E. Nasution. Penerbit Raja Grafindo Persada Jakarta. Muthalis, Peni, 1984, Mengukur Kemampuan Fisik Pengolahan Secara Sederhana, Penerbit Areas. Rani, Abd Adib, 1974, Pengembangan Prestasi Olahraga, KONI Kotamadya Ujungpandang. Sajoto, Mochamad, 1988, Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, FPOK IKIP Semarang. Sanusi, Arsyad, 1960, Komponen Kondisi Fisik dan Cara Penanganannya, Penerbit Tarsito Bandung. Simpson, Peter, 1986, Tehnik Bermain Pingpong, Pionir Jaya Bandung. Soetomo, 1985, Tenismeja, Penerbit: PT. Surya Budaya, Jakarta. Sudjana, R., 1992, Teknik Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito. Sugiyono, 1997, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Sumosardjono, Sadoso, 1986, pengetahuan Praktik Kesehatan dalam Olahraga, FPOK IKIP Jakarta. Sukardjo, S., Nurhasan, 1992, Evaluasi Pengajaran dan Kesehatan, Dirjen Dikti, P2TK, Jakarta.
)* Dosen Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
145