CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY
Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2012
AN ANALYSIS OF SOCIAL CLASS AND SOCIAL STRUGGLE IN THE HUNGER GAMES MOVIE USING MARXISM THEORY Morina 1200989891
Globalisasi dan semakin tingginya dinamisme di masyarakat dunia menjadi pemicu utama yang menyebabkan perbedaan kelas tidak terelakkan.Hal ini terjadi hampir kepada seluruh masyarakat dunia.Di zaman ini, ekonomi dan uang adalah alat paling kuat untuk mendapatkan kekuasaan.Salah satu fakta yang jelas terlihat adalah semakin jelasnya batas antara yang kaya dan miskin, yang kemudian disebut kelas sosial.Fakta bahwa hanya sedikit yang mampu melewati batas tersebut mencerminkan perjuangan kelas yang sulit, bahkan hampir tidak masuk akal. Namun tentu saja perjuangan ini akan selalu ada selagi masih ada kelas sosial. Persoalan kelas sosial menjadi topik utama pembahasan studi ini, mengambil kisah seorang peran utama dari kelas terendah di film The Hunger Games. Film ini 64
65
diangkat dari novel yang berjudul sama oleh Suzanne Collins, seorang penulis berkebangsaan Amerika yang tinggal di Newtown, Connecticut. Sementara filmnya sendiri disutradarai oleh Gary Ross, juga seorang Amerika yang tinggal di Castro Valley, California.Gary Ross tertarik mengadaptasi novel The Hunger Games menjadi film dikarenakan anaknya yang sangat suka novel ini. Film The Hunger Games menceritakan kehidupan masyarakat Distrik 12 di sebuah negara bernama Panem. Latar belakang waktu tidak dijelaskan di film, namun yang pasti adalah bahwa cerita ini terjadi di masa depan. Panem terdiri dari 13 distrik dan 1 wilayah pusat bernama Capitol.Di masa lalu, sekitar 70 tahun sebelumnya, terjadi pemberontakan oleh rakyat dari ketigabelas distrik yang disebabkan oleh kekuasaan Capitol yang tidak adil.12 distrik berhasil dikalahkan Capitol dan menjadi wilayah kekuasaan mereka kembali, sementara distrik 13 masih berusaha memberontak hingga akhirnya distrik ini dibumihanguskan.Sejak saat itu, diadakanlah sebuah permainan maut bernama The Hunger Games, atas permintaan Capitol sebagai rasa terima kasih keduabelas distrik atas semua kemanan yang diberikan Capitol. Setiap remaja yang sudah menginjak usia 12 tahun, namanya akan masuk dalam pengundian tahunan hingga ia dewasa. Setiap tahunnya, setiap distrik harus mengirimkan satu pasang remaja, terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan, untuk berpartisipasi dalam permainan maut tersebut.Hunger Games dilaksanakan di sebuah arena terbuka, dimana ke-24 peserta dari 12 distrik bertarung dan bertahan hidup di hutan hingga tersisa satu orang yang akan jadi pemenang. Pemenang ini akan kembali ke distrik asalnya dan akan diberi segala fasilitas mewah hingga akhir hidupnya, sementara untuk distrik asalnya akan diberikan oleh Capitol beberapa fasilitas seperti makanan untuk persediaan satu tahun hingga Hunger Games baru dilaksanakan kembali.
66
Katniss dan Peeta adalah dua remaja perwakilan Distrik 12 untuk Hunger Games.Film ini menyoroti keduanya sebagai pusat cerita. Di malam pembukaan, dimana setiap partisipan diwawancarai satu-persatu di hadapan seluruh warga Capitol, Peeta mengatakan bahwa dia telah lama menyimpan perasaan khusus pada Katniss dan dia tidak akan pernah bisa bersamanya karena hanya akan ada satu pemenang dalam permainan ini. Seluruh hati warga Capitolpun terenyuh dengan kisah cintanya.Katniss yang pada awalnya emosi karena Peeta membuatnya terlihat seperti wanita lemah akhirnya berubah pikiran karena strategi kisah cinta ini bisa dia jadikan sebuah trik untuk menarik hati warga Capitol. Setiap warga Capitol dan distrik diperbolehkan menjadi sponsor bagi tiap partisipan, dimana mereka boleh mengirimkan apapun yang dibutuhkan pemain yang mereka sponsori. Katniss sadar sepenuhnya bahwa dia tidak mudah membuat orang lain suka padanya, namun dengan cerita Peeta dia akhirnya ikut bersandiwara. Sepanjang permainan, banyak hal yang terjadi yang membuat Katniss mengalami perubahan karakter.Pada dasarnya, Katniss adalah seorang perempuan tangguh dan keras kepala.Karakter ini dilahirkan dari kerasnya hidup di Distrik 12 dan karena dia adalah satu-satunya tulang punggung keluarganya setelah ayahnya meninggal. Katniss tidak pernah merasakan hubungan romantis dan benci akan hal-hal yang lemah. Dalam Hunger Games, Katniss terlihat mulai membuka diri ketika bersama Rue, seorang gadis kecil dari Distrik 11 yang mengingatkannya pada Prim, adiknya di rumah. Katniss dan Rue bekerja sama dan saling tolong menolong untuk bertahan hidup di arena. Namun, malangnya Rue terbunuh oleh pemain lain. Kematian Rue membuat Katniss terluka dan sedih. Sejak saat inilah terlihat perubahan karakter Katniss menjadi lebih terbuka pada orang lain. Di pertengahan permainan, Capitol tiba-tiba mengumumkan bahwa untuk
67
Hunger Games tahun itu akan ada sedikit perubahan aturan yaitu akan diperbolehkan dua orang pemenang jika keduanya berasal dari satu distrik. Katniss yang tengah menangisi kepergian Rue akhirnya tersadar bahwa Peeta masih hidup dan mencarinya.Ini adalah masa ketika penonton semakin tergila-gila dengan kisah cinta mereka.Katniss menemukan Peeta sekarat di tepi sebuah sungai. Sponsor mengirimkan mereka makanan dan obat yang harganya tentu sangat mahal, bahkan untuk ukuran warga Capitol. Katniss dan Peeta beristirahat di sebuah gua sampai Peeta sembuh dan siap bertarung kembali. Pada akhir permainan ketika hanya tinggal Katniss dan Peeta, setelah mereka berhasil mengalahkan seorang pemain jahat dari Distrik 1, tidak ada tanda-tanda pengumuman pemenang dari Capitol. Tiba-tiba Capitol mengumumkan bahwa peraturan akan diubah kembali seperti awal, bahwa akan hanya ada satu orang pemenang. Peeta, didorong rasa sukanya kepada Katniss, menawarkan diri untuk dibunuh.Katniss terlihat emosi dengan Capitol yang seenaknya saja mengubah aturan permainan.Katniss melakukan sebuah trik pintar.Di genggamannya ada setumpuk ceri mematikan.Katniss memberikan Peeta setengah dan sisanya tersisa di tangannya.Pada saat ini, Capitol kebingungan.Mereka dihadapkan pada dua kemungkinan, membiarkan Katniss dan Peeta mati saja karena tidak mematuhi peraturan dan menerima kebencian warga Capitol, atau membiarkan keduanya hidup dengan resiko terlihat bodoh di mata warga distrik.Namun, Capitol akhirnya menghentikan Katniss dan Peeta dari memakan buah ceri dan mereka menjadi pemenang Hunger Games. Berdasarkan cerita film ini, penulis mengadakan penelitian mengenai analisis perbedaan dan perjuangan kelas sosial melalui kajian Marxisme.Nihilnya keadilan di negri Panem yang dikuasai Captitol dan perjuangan keras kehidupan di Distrik 12
68
menjadi alasan utama mengapa penulis memilih film ini untuk di analisis. Penulisan ini terbagi dalam beberapa bab, yaitu bab satu menjelaskan tentang permasalahan yang akan dibahas, tujuan dan fungsi penulisan serta metode penelitian ini. Bab dua menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dan akan diterapkan dalam analisis. Bab tiga berisi analisis berdasarkan teori yang dijelaskan dalam bab sebelumnya. Babempat menjelaskan kesimpulan analisa, lalu bab terakhir berisi ringkasan skripsi dalam bahasa Indonesia. Dalam bab pertama, penulis menjelaskan beberapa permasalahan yang akan di bahas oleh penulis dalam bagian analisis. Permasalahan pertama adalah bagaimana penggunaan elemen-elemen fiksi yang terdiri dari tokoh simbol dan penggunaan elemen-elemen sinematis yang terdiri dari frame kamera, pergerakan kamera dan kostum dalam usaha untuk menunjukan permasalahan sosial yang ada di dalam film tersebut. Permasalahan kedua adalah bagaimana bentuk perbedaan kelas sosial serta perjuangan masyarakat kelas bawah. Ruang lingkup penulisan ini akan difokuskan pada film berjudul The Hunger Games dan batasan analisis akan difokuskan pada tokoh utama yaitu Katniss Everdeen, Peeta Mellark dan Haymitch Albernathy. Beberapa tokoh bawahan yang akan dianalisa mencangkup Primrose Everdeen, Gale Hawthorne, Rue, Cato dan Cinna. Analisa karakter juga akan dikaitkan dengan permasalah-permasalah yang berkaitan dengan kajian Marxisme yang terjadi dalam film. Skripsi ini mempunyai beberapa tujuan dan fungsi. Tujuan yang pertama adalah untuk menggambarkan bagaimana penggunaan unsur-unsur fiksi dan sinematis yang terdiri dari tokoh, simbol, frame kamera, pergerakan kamera dan kostum dalam usaha untuk menunjukan permasalahan Marxisme yang ada di dalam film tersebut. Tujuan
69
kedua adalah untuk menjelaskan bagaimana bentuk perbedaan kelas sosial serta perjuangan masyarakat kelas bawah.Sedangkan fungsi dari penulisan ini dibagi menjadi tiga.Fungsi pertama adalah untuk membantu para pembaca memahami alur cerita dan kaitannya dengan Marxisme dengan penggunaan teknik sastra film.Yang kedua adalah untuk membantu pembaca memperluas wawasan mereka tentang karya-karya dan teori Marxisme.Fungsi ketiga adalah menginspirasi pembaca untuk melakukan penelitian terkait Marxisme. Skripsi ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis sebelum menyelesaikannya.Penulis menggunakan metode riset kualitatif.Riset tersebut dilakukan dan dijalankan sendiri oleh penulis.Dengan kajian pustaka mengenai teori dan informasi penting yang ada di internet yang berhubungan dengan karya sastra yang telah penulis pilih.Pada akhir analisa, penulis dapat memberikan kesimpulan yang tepat untuk menjawab permasalahan penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Pada bab kedua, penulis menjabarkan teori-teori yang akan penulis terapkan dalam analisis di bab ketiga. Teori awal mengenai teori unsur-unsur fiksi yang terdiri dari tokoh dan penokohan dan simbol.Teori tokoh menjelaskan tentang pengertian tokoh dan penokohan.Tokoh didefinisikan sebagai seorang yang mempunyai peran penting di dalam cerita sedangkan penokohan adalah bagaimana penulis cerita menggambarkan kepribadian seorang tokoh.Tokoh dan penokohan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan.Sedangkan berdasarkan penggembangan kepribadian tokoh, tokoh utama adalah tokoh dimanis dan tokoh bawahan adalah tokoh statis.Simbol adalah sesuatu yang dapat melambangkan maksud tertentu. Simbol dapat berupa sebuah benda, tempat, nama orang, kata, dan sebagainya. Teori selanjutnya adalah unsur-unsur sinematis yang mencangkup frame kamera, pergerakan kamera, dan kostum. Frame
70
kamera didefinisikan sebagai jarak antara kamera dengan objek yang direkam. Frame kamera terbagi menjadi 6 macam, yaitu 1) Frame sangat luas, 2) Frame luas, 3) Frame penuh, 4) Frame sedang, 5)Frame dekat, 6) Frame sangat dekat. Pergerakan kamera adalah arah perpindahan kamera, bisa horizontal, vertika, mendekat, menjauh, goyang, dan lain-lain. Sementara kostum adalah pakaian, aksesoris dan yang terkait. Teori bagian kedua menjelaskan Marxisme dalam betuk analisa kelas sosial dan perjuangan kelas.Dalam penjelasan kelas sosial, penulis menjelaskan tiga macam tesis sebagai syarat adanya perbedaan kelas yang adil dan ideal menurut kajian Marxisme. Tesis pertama adalah Radical Egalitarianism yang menjelaskan bahwa di dalam sebuah sistem yang terdiri dari beberapa kelas berbeda, keadilan hanya akan ada ketika setiap kelas bekerja sesuai kemampuan dan mendapatkan imbalan sesuai dengan hasil pekerjaan. Tidak ada kelas yang bekerja terlalu keras dengan imbalan sedikit atau mendapat penghasilan terlalu banyak dari pekerjaan yang sedikit. Tesis kedua adalah Historical Possibility yang menjelaskan bahwa di setiap perbedaan kelas, akan timbul pergerakan sosial yang menghasilkan pengetahuan sosial yang berbeda. Setiap orang, terutama pemimpin, harus menggunakan pengetahuan sosial ini untuk tujuan yang bermanfaat bagi semua orang dan menyiapkan diri untuk pergerakan pengetahuan sosial yang diperkirakan akan datang. Kajian Marxisme ini menjadi tidak ideal bila pengetahuan sosial tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi atau hanya segelintir anggota sosial.Tesis ketiga adalah Anti-Capitalism yang menjelaskan bahwa sebuah masyarakat dengan perbedaan kelas harus menghindari kapitalisme. Menurut Marxisme, kapitalisme membuka banyak peluang dan mimpi untuk naik ke kelas sosial yang lebih tinggi namun sekaligus menghalangi pengkondisian sosial yang baik dan ideal menurut Marxisme. Kemudian, teori selanjutnya adalah perjuangan kelas yang menjelaskan
71
kerasnya perjuangan di dalam kelas bawah sekaligus ketika menghadapi kelas yang lebih tinggi. Bab ketiga menjabarkan analisis film The Hunger Games dengan menerapkan teori yang sudah dibahas dalam bab kedua. Analisis bagian pertama mengenai unsurunsur fiksi yang menganalisis tokoh dan penokohan.Katniss Everdeen adalah tokoh utama, dalam pengembangan kepribadian Katniss adalah tokoh dinamis karena dia mengalami perubahan sifat atau kepribadian dari awal hingga akhir cerita.Tokoh utama selanjutnya adalah Peeta Mellark dan Haymitch Albernathy, juga mengalami perubahan sebagai syarat kedinamisan karakternya.Kemudian Primrose Everdeen, Gale Hawthorne, Rue, Cato dan Cinna dikategorikan sebagai tokoh bawahan dan pengembangan kepribadian mereka termasuk statis. Pada analisis simbol penulis mencantumkan beberapa simbol yaitu Capitol dan Distrik, busur dan panah, Mockingjay pin, dan The Hunger Games. Analisis bagian kedua menjabarkan analisis mengenai kelas sosial dalam penjabaran masing-masing tesis yang telah dijelaskan sebelumnya.Tesis pertama, Radical Egalitarianism, yang dengan jelas dilanggar Capitol sebagai wilayah penguasa di Panem, dijabarkan dengan kontras kehidupan di Capitol dan Distrik.Distrik 12 hidup seperti menunggu mati sementara Capitol hidup dengan kemewahan yang tidak ada akhir.Hal ini melanggar prinsip kelas sosial ideal menurut Marxisme karena Capitol tidak melakukan tugasnya dengan benar sebagai pemerintah.Tesis kedua, Historical Possibility, dicerminkan dari sikap Capitol yang menguasai distrik. Dilihat dari sejarah Panem dan Hunger Games, Capitol secara terang-terangan menggunakan kuasanya untuk kepuasan warganya sendiri tanpa memikirkan akan ada nyawa yang melayang dalam permainan tersebut. Hal ini menunjukkan penyalahgunaan kuasa sosial oleh
72
Capitol.Tesis selanjutnya adalah Anti-Capitalism.Sebuah masyarakat ideal menurut Marxisme harus menolak mentah-mentah kapitalisme.Bagi kelas atas, kapitalisme sangat menguntungkan. Namun, anggota kelas bawah akan mengalami penderitaan berkepanjangan. Kapitalisme menciptakan harapan abu-abu, tidak jelas, bahwa seseorang bisa naik ke kelas sosial yang lebih tinggi.Namun, pada waktu yang bersamaan kapitalisme juga menghalangi terciptanya masyarakat ideal. Jika putaran ini terus dipertahankan, segala perjuangan anggota kelas bawah tidak akan pernah sepadan dengan hasil yang mereka dapatkan. Analisis pada bab tiga ini merupakan pembuktian dari teori-teori yang telah dijabarkan di bab dua. Penulis lakukan dengan menganalisis percakapan di film dan juga cuplikan gambar film yang penulis gunakan sebagai pendukung data analisis agar analisis tersebut menjadi lebih akurat, tepat dan objektif. Pada bab keempat, penulis menyampaikan kesimpulan yang penulis capai setelah menganalisis film. Dalam bab ini juga penulis juga menyimpulkan pemecahan dari persoalan yang ada di bab pertama. Penulis menyimpulkan keterkaitan elemen-elemen fiksi dan sinematis terhadap kajian Marxisme dalam analisis.Tokoh Katniss Everdeen, Peeta Mellark, Primrose Everdeen, Gale Hawthorne dan Rue adalah tokoh dari kelas bawah. Haymitch Albernathy, meskipun berasal dari Distrik 12, sebagai pemenang Hunger Games dia sudah lama hidup berkecukupan. Namun berdasarkan beberapa hal, Haymitch tetap dikategorikan sebagai anggota kelas bawah. Cato, yang berasal dari Distrik 1 yang kaya, dan Cinna, warga Capitol, termasuk anggota kelas atas. Kemudian analisis simbol mendeskripsikan Capitol dan Distri sebagai simbol utama Marxisme dalam The Hunger Games sebagai kontras dan pembatas paling jelas antara kelas atas dan bawah.Simbol busur dan panah sebagai senjata andalan tokoh
73
utama Katniss melambangkan kekuatan kelas bawah yang terpendam.Berbeda dengan senjata lainnya seperti pistol yang bising dan pisau yang hanya bisa digunakan dari jarak dekat, panah mampu membunuh dari jarak jauh dan tanpa suara.Ini juga melambangkan kelihaian Katniss sebagai anggota kelas bawah yang dianggap remeh namun akhirnya keluar sebagai pemenang. Lalu simbol pin Mockingjay melambangkan harapan dan kebanggaan Katniss terhadap Distrik 12. Serta, The Hunger Games yang melambangkan pertahanan hidup para distrik yang di tertekan. Pada akhir cerita, Katniss dan Peeta kembali ke Distrik 12 sebagai pemenang dan akan tinggal di Victory Village di distrik tersebut. Mereka akan dilimpahi fasilitas dan tidak akan pernah lagi melarat seumur hidupnya. Namun, proses menangnya Distrik 12 tidak pernah lepas dari kekuatan yang lahir dari tekanan sosial.Film The Hunger Games menjadi lambang dan simbol perjuangan kelas bawah dalam sebuah negri kapitalis bernama Panem. Katniss mengelabui Capitol dengan berpura-pura akan memakan beri beracun. Untuk pertama kalinya, Capitol berhasil dikelabui dan secara tidak langsung 'diperintah' oleh seseorang dari kelas bawah, distrik termiskin. Situasi ini mengingatkan bahwa selama tiga tesis kelas sosial yang ideal berdasarkan Marxisme tersebut dilanggar, akan selalu ada pemberontakan sosial.