BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian, pengambilan data, informasi,
keterangan dan hal-hal lain dilakukan di SLB Negeri Surakarta yang beralamatkan di Jln. Cocak kali Sidorejo, Sambeng dan Jln. RM. Said no. 111 kelurahan Mangkubumen, Kecamatan Banjarsari, Surakarta. 2.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama enam bulan mulai dari bulan Desember
sampai dengan bulan Mei. Penelitian ini diawali dengan pengajuan judul pada bulan Desember 2015, menyusun proposal dilakukan selama satu bulam yaitu pada bulan Januari 2016, mengurus perijinan, penyusunan instrumen, uji validitas dilakukan pada bulan Februari 2016, pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2016, analisis data dilakukan pada bulan Maret sampai April 2016, dan penyusunan laporan dilakukan pada bulan Mei 2016.
B. Desain Penelitian Sebuah penelitian memiliki rancangan atau desain penelitian tertentu. Sandjaja dan Heriyanto mengatakan “Desain penelitian atau rancangan penelitian pada dasarnya adalah strategi untuk memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa. Desain penelitian ditetapkan dengan mengacu pada hipotesa yang telah dibangun (2011: 105). McMillan dan Schumacher dalam Sukmadinata (2013: 53) memulai dengan membedakannya antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendekatan kuantitatif dibedakan pula antara metode-metode penelitian eksperimental dan noneksperimental. Dalam pendekatan kualitatif dibedakan antara kualitatif interaktif dengan noninteraktif.
30
31 Penulis akan menggunakan pendekatan kuantitatif eksperimen dalam penelitian ini. Desain penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah Single Subject Research (SSR) yaitu penelitian subjek tunggal. Eksperimen subjek tunggal (single subject experimental), merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Dalam pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen murni, kuasi atau lemah berlaku. Eksperimen subjek tunggal yang baik minimal menggunakan kuasi, tetapi kalau untuk latihan kuliah, eksperimen lemah juga dapat digunakan (Sukmadinata, 2013: 59). Menurut Creswell (2012: 238), adapun rancangan single-subject atau yang dikenal dengan rancangan N of 1, mengharuskan peneliti untuk mengobservasi perilaku satu individu utama (atau sejumlah kecil individu) sepanjang penelitian. Penelitian ini menggunakan perilaku subjek tunggal. Bertujuan untuk mengetahui efektivitas forward chaining yang diberikan kepada subyek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu dan dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan makan pada anak tunagrahita sedang kelas III di SLB Negeri Surakarta. Penelitian ini terkait dengan modifikasi perilaku berupa pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan perilaku positif serta pengurangan dan pencegahan perilaku negatif pada subyek itu sendiri. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sunanto, “pada desain subyek tunggal pengukuran variabel terikat atau target behavior dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya perminggu, perhari, atau perjam (2005: 54). Desain penelitian Single Subject Research menurut Sunanto (2005: 55) secara gari besar ada dua kategori yaitu: 1. Desain reversal yang terdiri dari tiga macam yaitu design A–B, design A – B– A, dan design A – B – A–B. 2. Desain Multiple Baseline, yang terdiri dari : multiple baseline cross conditions, multiple baseline cross variabels, dan multiple baseline cross subjects. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain reversal A – B – A. Desain A – B – A merupakan desain yang menunjukkan
32 adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas. Prosedur A – B – A menurut Sunanto (2005: 59) adalah sebagai berikut: “ Mula-mula target behavior diukur secara kontinu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B). Berbeda dengan desain A – B, pada desain A – B – A setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat.” Selain prosedur, Sunanto (2005: 60) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan validitas penelitian yang baik, pada saat melakukan ekperimen dengan desain A – B – A, peneliti perlu memperhatikan beberapa hal berikut: 1. Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat 2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinu sekurang-kurangnya tiga atau lima atau sampai kecenderungan data dan level data menjadi stabil 3. Memberikan intervensi setelah kecenderungan data baseline stabil 4. Mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil 5. Setelah kecenderungan dan level data pada fase intervensi (B) stabil mengulangi fase baseline (A2). Berikut ini gambaran dari desain penelitian Single Subject Research (SSR) desain A – B – A: A (A1) – B – A (A2) Baseline A1 -
-
-
Intervensi B -
- X-X-X-X-X-
Baseline A2 -
-
-
-
Gambar 3.1. Desain Penelitian Keterangan: (A1): Baseline-1, kondisi awal perilaku sasaran sebelum diberikan intervensi. (B): Intervensi, kondisi perilaku sasaran setelah diberikan intervensi, yaitu dengan penerapan Forward chaining
33 (A2): Baseline-2, kondisi perilaku sasaran setelah intervensi Adapun rincian pelaksanaan penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian subyek tunggal atau single subject research (SSR) yakni : 1. Baseline 1 (A1) Baseline-1 dalam penelitian ini adalah kondisi kemampuan awal anak dalam keterampilan merawat diri materi makan sebelum diberikannya treatmen yaitu forward chaining. Baseline-1 dilakukan sebanyak lima kali sesi atau sampai kecenderungan arah dan level data menjadi stabil. 2. Intervensi (B) Pelaksanaan intervensi ini dilaksanakan sebanyak sepuluh kali sesi. Dalam pelaksanaan intervensi ini, penulis menggunakan forward chaining untuk melatih keterampilan makan anak. 3. Baseline2 (A2) Kegiatan baseline-2 merupakan pengulangan dari baseline-1 yang dimaksudkan adalah baseline-2 merupakan evaluasi untuk melihat efektivitas pemberian intervensi dalam keterampilan merawat diri materi makan. Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali sesi. Menurut Black dan Champion dalam Ratna (2010: 126) mengemukakan bahwa “variabel adalah jantung penelitian, sekaligus onjek utama. Di samping itu, pada dasarnya semua ilmu pengetahuan mencari hubungan sistematis antar gejala, antar variabel itu sendiri.” Pendapat lain dari Sandjaja dan Heriyanto (2011: 81) mengenai variabel penelitian yaitu “...variabel merupakan faktor yang sangat penting dan perlu dipahami, karena sangat berpengaruh sebagai tempat berpijak dalam menentukan hipotesa penelitian. Selain itu, variabel juga sangat penting dalam penentuan desain penelitian, pengembangan instrumen penelitian serta penetapan uji statistik.” Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan menjadi objek yang akan diteliti. Adapun dua variabel tersebut yakni : a. Variabel bebas (dalam penelitian subjek tunggal dikenal dengan intervensi atau perlakuan yaitu forward chaining).
34 b. Variabel terikat (dalam penelitian subjek tunggal dikenal dengan target behavior atau perilaku sasaran yaitu kemampuan merawat diri materi makan).
C. Populasi dan Sampel Menurut Suprananto (2012: 116) “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan sedangkan sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi.” Sedangkan menurut Arikunto (2013: 173) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Lalu jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.” Populasi dalam penelitian ini adalah siswa tunagrahita sedang kelas III C1 di SLB Negeri Surakarta dengan jumlah siswa kelas III C1 adalah lima orang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah dua orang. Sampel diambil dengan pertimbangan tertentu.
D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel menurut Sugiyono (2011: 118) merupakan “teknik pengambilan sampel.” Cara yang digunakan untuk mengambil sampel dalam satu populasi yang ada. Sampel dalam penelitian ini ditentukan menggunakan teknik penentuan sampel secara purposive. Menurut Sugiyono (2011: 124) menjelaskan bahwa “purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengambil subjek siswa tunagrahita sedang kelas III SDLB di SLB Negeri Surakarta. Penelitian ini menggunakan dua siswa tunagrahita sedang sebagai subjek penelitian. Adapun penetapan subjek penelitian ini didasarkan atas beberapa kriteria penentuan subjek penelitian, yakni :
35 1. Subjek penelitian merupakan siswa tunagrahita sedang dengan kriteria yang didasarkan dari sekolah dan sudah dikelompokkan pada kelas khusus tunagrahita sedang. 2. Keterampilan subjek dalam merawat diri materi makan masih rendah dengan berdasarkan observasi oleh peneliti dan rekomendasi dari wali kelas.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidak suatu penelitian (Bungin, 2013: 129). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik Observasi a. Pengertian Observasi Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data yang paling banyak digunakan peneliti baik penelitian kuantitatif maupun kualitatatif. Sukmadinata (2013: 220) mengemukakan bahwa “observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.” Notoatmodjo dalam Sandjaja dan Heriyanto (2011: 143) mendefinisikan observasi sebagai perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Rangsangan tadi setelah mengenai indra menimbulkan kesadaran untuk melakukan pengamatan. Senada dengan pendapat di atas, menurut Slamet (2006: 85) mengemukakan bahwa, “teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat nonverbal. Sekalipun dasar utama daripada metode observasi adalah penggunaan indera visual, tetapi dapat juga melibatkan indera-indera lain seperti pendengaran, rabaan dan penciuman. Dengan teknik observasi, kita tidak mengabaikan teknikteknik pengumpulan data yang lain. Berdasarkan ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
36 pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang sedang terjadi secara sistematis. b. Macam-macam Observasi Kegiatan pengamatan atau observasi ini hendaknya tidak diketahui oleh individu yang sedang diamati, agar kegiatan berjalan dengan natural dan apa adanya. Menurut Slamet (2006: 86), ada 2 tipe observasi yaitu: 1) Observasi Berpartisipasi Dalam tipe ini peneliti terlibat secara langsung di dalam kegiatan-kegiatan yang sedang diamati. Dalam hal ini peneliti mempunyai peran ganda, yaitu sebagai peneliti dan pelaku kegiatan. Peranan ganda ini lebih baik tidak diketahui oleh individu-individu yang sedang diteliti. 2) Observasi Tidak Berpartisipasi Observasi tidak berpartisipasi adalah kegiatan pengumpulan data yang bersifat non verbal dimana peneliti tidak berperan ganda. Peneliti berperan sebagai pengamat belaka. Peneliti tidak turut serta sebagai aktor yang melibatkan diri di dalam suatu kegiatan. Narbuko dan Achmadi (2013: 72) menambahkan bahwa ada tiga jenis observasi yaitu : 1) Observasi Partisipan Yang dimaksud observasi partisipan ialah apabila observasi (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian atau berada dalam keadaan objek yang diobservasi (disebut observees). 2) Observasi Sistematik Ciri pokok observasi sistematik adalah adanya kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorinya, karenanya sering disebut observasi berkerangka/observasi berstruktur. 3) Observasi Eksperimental Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan di mana ada observer mengadakan pengendalian unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai
37 dengan tujuan penelitian dan dapat dikendalikan untuk menghindari atau mengurangi timbulnya faktor-faktor yang secara tak diharapkan mempengaruhi situasi ini. Peneliti ini menggunakan tipe observasi partisipan, dimana peneliti berperan ganda sebagai pengamat dan ikut dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Peneliti mengambil bina diri tentang tata cara makan anak, maka observasi yang dilakukan pada saat siswa sedang istirahat dan pada saat pembelajaran bina diri. Menurut pengalaman peneliti pada saat melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), pada saat jam istirahat siswa biasanya makan di kelas dengan ditemani orang tua atau walinya. Siswa dibekali makanan oleh orang tua atau walinya sehingga pada saat jam istirahat ada kegiatan tata cara makan siswa yang dapat diamati peneliti. 2. Tes a. Pengertian Tes Tes ialah seperangkat rangsangan (stimul) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Paizaluddin dan Ermalinda, 2013: 131). Arikunto (2002: 127) menambahkan, “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh
individu
atau
kelompok.”
Suwartono
(2014:
67)
mngemukakan bahwa pengetesan merupakan cara menjaring data yang berhubungan dengan ukuran kemampuan, keterampilan, penguasaan, atau kompetensi. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat pengukuran yang berupa latihan, soal maupun pertanyaanpertanyaan
untuk
mengukur
keterampilan,
pengetahuan,
kemampuan seseorang yang ditetapkan dengan skor angka.
maupun
38 b. Macam-macam Tes Menurut Arikunto (2002: 27), ditinjau dari sasaran atau objek yang akan dievaluasi, maka dibedakan adanya beberapa macam tes yaitu : 1) Tes Kepribadian atau personality test, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkapkan kepribadian seseorang. 2) Tes Bakat atau aptitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang. 3) Tes Intelegensi intelligence test, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur inteligensinya. 4) Tes Sikap atau attitude test, yang sering juga disebut dengan istilah skala sikap, yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seserang. 5) Teknik Proyeksi atau projective technique, istilah proyective technique ini mulai dipopulerkan oleh L.K. Frank tahun 1039. 6) Tes Minat atau measures of interest, adalah alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu. 7) Tes Prestasi atau achievement test,yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Sedangkan bila ditinjau dari segi bentuk pelaksanaannya, tes dibagi menjadi tiga macam yakni : 1) Tes Tertulis atau paper and pencil test, dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pensil sebagai instrumen utamanya, sehingga peserta tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer. 2) Tes Oral atau oral test, tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru (orang yang memberikan tes) dengan siswa (orang yang sedang dites).
39 3) Tes Perbuatan atau performance test, tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik. Guru melakukan pengamatan secara seksama dengan menggunakan instrumen (tes perbuatan) yang memuat rubrik kualitas performen siswa. Dalam penelitian ini menggunakan tes perbuatan atau performance test. Tes perbuatan dipilih karena dirasa paling tepat untuk mengukur keterampilan tata cara makan anak tunagrahita sedang sebelum diberi perlakuan dan sesudah perlakuan menggunakan forward chaining. Dengan menggunakan tes perbuatan, peneliti dapat langsung mengamati dan menilai apakah anak sudah dapat melakukan tata cara makan yang baik dan benar atau belum, mengingat keterbatasan anak tunagrahita sedang dalam menulis dan membaca masih sangat rendah, maka tes tulis sangat susah diterapkan bagi anak tunagrahita sedang kelas III SDLB di SLB Negeri Surakarta. Jumlah pernyataan dalam instrumen penelitian ini adalah 15 pernyataan dengan ketentuan penskoran sebagai berikut: a. Skor 4 jika siswa dapat melakukan secara mandiri b. Skor 3 jika siswa dapat melakukan dengan bantuan seperlunya c. Skor 2 jika siswa dapat melakukan dengan bantuan sepenuhnya d. Skor 1 jika siswa tidak dapat melakukan Adapun kriteria kemandirian kemampuan tata cara makan adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Kriteria Kemandirian Kemampuan Tata Cara Makan No
Kategori
Skor
1.
Sangat Tinggi
85 − 100
2.
Tinggi
70 − 84
3.
Cukup
55 – 69
4.
Rendah
40 – 54
5.
Sangat Rendah
25 39
40 F. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas Instrumen Menurut Sukmadinata (2013: 228) mengemukakan bahwa “Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur.” Alat ukur atau instrumen dikatakan valid bila alat tersebut dapat mengukur apa yang mau diukur secara tepat (Sandjaja dan Heriyanto, 2011: 171). Pendapat lain mengenai validitas instrumen dikemukakan oleh Sugiyono (2013: 173) yakni : “Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan menggunakan instrumen dan valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Akan tetapi hal ini juga masih dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti juga harus mampu mengendalikan obyek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti.” Ada beberapa macam tipe validitas menurut Sukmadinata (2013: 229) yaitu : a. Validitas Isi (content validity) Validitas ini berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Apakah instrumen tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek-aspek yang akan diukur. Apakah pemilihan format instrumen cocok untuk mengukur segi tersebut? b. Validitas konstruk (construct validity) Validitas ini berkenaan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen. Apakah konstruk tersebut dapat menjelaskan perbedaan kegiatan atau perilaku individu berkenaan dengan aspek yang diukur.
41 c. Validitas kriteria (criterion validity) Validitas ini berkenaan dengan tingkat ketepatan instrumen mengukur segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan instrumen lain yang menjadi kriteria. Arifin (2012: 248) menambahkan bahwa ada lima jenis validitas instrumen, yaitu sebagai berikut : a. Validitas permukaan (face validity) Validitas ini menggunakan kriteria yang sangat sederhana, karena hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Artinya, jika suatu tes secara sepintas telah dianggap baik untuk mengungkap fenomena yang diukur makan tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitas permukaan. b. Validitas isi (centent validity) Validitas
yang
mempertanyakan
bagaimana
kesesuaian
antara
instrumen dengan tujuan dan deskripsi bahan yang diajarkan atau deskripsi masalah yang akan diteliti. Untuk mengetahui kesesuaian kedua hal itu, penyusunan instrumen haruslah mendasarkan diri pada kisi-kisi yang sengaja disiapkan untuk tujuan itu. Sebelum kisi-kisi dijadikan pedoman penyusunan butir-butir soal instrumen, terlebih dahulu harus telah ditelaah dan dinyatakan baik. Setelalah butir-butir pertanyaan disusun, mereka juga harus ditelaah dengan mempergunakan kriteria tertentu disamping disesuaikan dengan kisi-kisi. Penelaah harus dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidang yang bersangkutan, atau biasa dikenal dengan istilah expert judgement. c. Validitas empiris (empirical validity) Validitas ini biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan kriteria tertentu yang merupakan suatu tolak ukur di luar tes yang bersangkutan.
42 d. Validitas konstruk (construct validity) Validitas konstruk berkenaan dengan pertanyaan hingga mana suatu tes betul-betul dapat mengobservasi dan mengukur fungsi psikologis yang merupakan deksripsi perilaku peserta didik yang akan diukur oleh tes tersebut. e. Validitas faktor (factorial validity) Kriteria yang digunakan dalam validitas faktor ini dapat diketahui dengan menghitung homogenitas skor setiap faktor dengan total skor, dan antara skor dari faktor yang satu dengan skor dari faktor yang lain. Cara mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan validitas isi. Alasan peneliti menggunakan validitas isi karena pengukuran dan penilaian tes didasarkan pada kisi-kisi pencapaian tes yang telah ditentukan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Widoyoko (2012: 145) “untuk instrumen tes, aspek yang paling penting adalah validitas isi.” Uji validitas diuji oleh ahli sehingga disebut dengan expert judgement. Peneliti memilih tiga orang ahli sebagai validator instrumen dalam penelitian ini. Pemilihan ketiga ketiga ahli tersebut didasari oleh keahlian yang dimiliki oleh ahli pada bidangnya masingmasing. Ketiga ahli yang diambil oleh peneliti sebagai validator penelitian ini adalah ahli konstruk, ahli substansi materi, dan ahli bahasa. Berikut adalah ahli yang akan menguji validitas instrumen yang akan digunakan : Tabel 3.2. Daftar Nama Ahli untuk Validitas Instrumen No
Nama Ahli
Ahli
Jabatan
1.
Dewi Sri Rejeki,
Substansi
Dosen Pendidikan Luar Biasa
S.Pd, M.Pd. 2.
Erma Kumala Sari, S.Psi, M.Psi.
3.
Dr. Rukayah, M. Hum.
Materi Konstruk
Bahasa
Universitas Sebelas Maret Dosen Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret Dosen
PGSD
Sebelas Maret
Universitas
43 Hasil validasi instrumen tes dari ahli konstruk yaitu instrumen sudah sesuai kisi-kisi, instrumen sudah dapat digunakan dengan sedikit perbaikan terkait dengan tata cara penulisan. Hasil validasi instrumen tes dari ahli materi yaitu instrumen sudah dapat digunakan dengan revisi engganti kata sopan dan instrumen dapat digunakan dalam penelitian. Hasil validasi instrumen tes dari ahli bahasa yaitu instrumen sudah dapat digunakan untuk penelitian dan untuk membantu kelengkapan data, boleh digunakan catatan lapangan atau video. Hasil dari ketiga expert judgement tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen tes valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Validasi isi tentang instrumen tes untuk penelitian ini selengkapnya terlampir. 2. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas menurut Suprananto (2012: 82) yaitu reliabilitas merujuk pada konsistensi dari suatu pengukuran artinya bagaimana skor tes konsistensi dari pengukuran yang satu ke lainnya. “Suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan (Budiyono, 2015: 60)” Jadi suatu alat dapat digunakan dan dikatakan reliabel jika hasil pengukurannya relatif sama. Penelitian ini menggunakan reliabilitas interrater yang mana peneliti memberikan penilaian terhadap suatu objek ukur atau instrumen berdasarkan suatu indikator atau aspek tertentu. Menurut Budiyono (2015: 62) reliabilitas interrater digunakan jika skoring suatu penilaian sangat bersandar kepada subjektivitas penilai (misalnya pada tes kinerja atau tes pada psikomotor, atau pada tes bentuk uraian. Penilai yang digunakan dalam reliabilitas ini adalah validator instrumen penelitian yang terdiri dari validator konstruk, validator materi, dan validator bahasa. Hasil penelitian instrumen dari validator tersebut menjadi penilaian reliabilitas dalam bentuk deskriptif yaitu sebagai berikut:
44 Tabel 3.3. Hasil Reliabilitas No 1.
Ahli
Bidang
Komentar
Erma Kumala Konstruk Instrumen Sari,
S.Psi,
Kesimpulan
sudah
sesuai Ketiga
ahli
kisi-kisi, instrumen sudah telah
M.Psi.
dapat digunakan dengan berpendapat sedikit perbaikan terkait bahwa dengan tata cara penulisan. instrumen
2.
Dewi Rejeki,
Sri
Materi
S.Pd,
dapat
M.Pd. 3.
Drs. Rukayah, M.Hum.
Mengganti kata sopan dan dalam dalam penelitian ini
digunakan
dapat
penelitian Bahasa
Untuk
membantu digunakan
kelengkapan data, boleh dengan digunakan
catatan sedikit revisi.
lapangan atau video.
G. Teknik Analisis Data Analisa data dapat dikatakan sebagai tahap akhir dari serangkaian proses penelitian. Sunanto (2005: 93) mengatakan bahwa analisa data merupakan tahap akhir sebelum menarik kesimpulan. Langkah pertama dalam melakukan analisa data adalah memproses data yang dimulai dengan memilah-milah data dalam kategori tertentu dan diakhiri dengan menganalisanya baik secara umum maupun secara statistik (Sandjadja dan Heriyanto, 2006: 215). Pada penelitian eksperimen pada umumnya pada saat menganalisis data menggunakan teknik statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2010: 207) mengemukakan bahwa “statistik deskriptif merupakan statistik yang dipergunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Menurut Sunanto (2005: 118), “Dalam menganalisis data pada penelitian dengan desain subyek tunggal ada tiga hal utama, yaitu pembuatan
45 grafik, penggunaan statistik deskriptif, dan menggunakan analisis visual. Dalam analisis data ini pada dasarnya ada tiga langkah yaitu, analisis dalam kondisi, antar kondisi, dan antar kondisi yang sama.” Dalam penelitian subjek tunggal ini menggunakan analisis dalam kondisi dan data akan disajikan dalam bentuk grafik. Hasil dari penelitian ini digambarkan dengan bentuk grafik. Grafik ini bertujuan untuk menggambarkan perubahan data atau perubahan kondisi pada setiap sesinya. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data kondisi baseline-1 (A1), inetrvensi (B), dan kondisi baseline-2 (A2) yakni : 1. Melakukan penskoran hasil penilaian dari baseline-1 (A1) 2. Melakukan penskoran hasil penilaian dari intervensi (B) 3. Melakukan penskoran hasil penilaian dari baseline-2 (A2) 4. Membandingkan hasil penskoran dari penilaian baseline-1 (A1), intervensi (B), dan baseline-2 (A2) 5. Hasil penskoran antara baseline-1 (A1), intervensi (B), dan baseline-2 (A2) dimasukkan ke dalam tabel untuk mempermudah perbandingan 6. Hasil perbandingan penskoran di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik, agar perubahan kondisi dapat terlihat. 7. Membuat analisi data dalam kondisi dan analisis antar kondisi Penjelasan terhadap grafik dan pengujian hipotesis dilakukan secara deskriptif yaitu dengan menyimpulkan hasil dari tes perbuatan saat baseline-1 (A1), intervensi (B) dan baseline-2 (A2). Hipotesis diterima jika adanya perubahan perilaku anak dalam keterampilan tata cara makan semakin membaik.
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap yang harus dilalui peneliti dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam penelitian. Pada tahap persiapan ini meliputi: a. Menentukan masalah penelitian dan menyusun rancangan penelitian
46 b. Mengajukan judul penelitian c. Menyusun proposal penelitian d. Menyiapkan
perlengkapan
penelitian
dan
membuat
instrumen
penelitian e. Melakukan uji validitas instrumen f. Mengurus perijinan penelitian 2. Tahap Pelaksanaan a. Baseline-1 (A1) Pada baseline-1 diadakan observasi dan tes untuk mengukur kemampuan awal anak sebelum dikenakan forward chaining. Pada baseline-1
dilakukan
sebanyak
lima
kali
sesi
atau
sampai
kecenderungan arah dan level data menjadi stabil b. Intervensi (B) Pelaksanaan intervensi ini dilaksanakan sebanyak sepuluh sesi pertemuan. Dalam pelaksanaan intervensi ini, penulis menggunakan forward chaining untuk melatih keterampilan makan anak. c. Baseline-2 (A2) Pada baseline-2 diadakan tes pengukuran perbuatan untuk mengukur kemampuan keterampilan makan anak setelah diberikan treatmen menggunakan forward chaining. 3. Tahap Pelaporan a. Memeriksa ulang data yang diperoleh apakah sudah terkumpul semua data yang diperlukan b. Mengolah data penelitian dan mengujinya c. Menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh.
47 Langkah-langkah prosedur penelitian dapat digambarkan dalam gambar berikut ini : Pengajuan Judul
Proposal
Instrumen penelitian
Baseline-1 (A1)
perijinan
Uji validitas instrumen
Intervensi (B)
Baseline-2 (A2)
Pengumpulan data akhir
Pelaporan
Mengolah dan menguji data
Gambar 3.1. Bagan Prosedur Penelitian