BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Mitigasi Dan Adaptasi Perubahan Iklim
Yang dimaksud dengan ”mitigasi perubahan iklim” adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sebagai bentuk upaya penanggulangan dampak perubahan iklim. Sedangkan ”adaptasi perubahan iklim” adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim, termasuk keragaman iklim dan kejadian iklim ekstrim sehingga potensi kerusakan akibat perubahan iklim berkurang, peluang yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan konsekuensi yang timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dilaksanakan di 2 (dua) Wilayah Adat, yakni Lapago dan Saereri antara lain:
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
7
Tabel 2. Matrik kegiatan Mitigasi dan Adaptasi pada 2 (dua) Wilayah Adat : No
Nama Kegiatan
Kab/Kota, Distrik
Kampung
Titik Koordinat
Luasan Lahan
Nama Kelompok/ Ketua
Jumlah Bantuan (Rp.)
Kembu Enik Eruwok Pdt. Naftaly Weya
25.000.000,00
0
1
Pengembangan Tanaman Buah Merah
Kab. Tolikara Distrik Kembu
Wulinaga dan Kabori
S = 03 35’. 706” 0 ’ E = 138 23 .979”
2 Ha
2
Pengembangan Tanaman Buah Merah
Kab. Yahukimo Distrik Dekai
Tomon II
S = 04 49’. 29” E = 139 30’. 27”
1 Ha
3
Pengembangan Tanaman Mangrove
Kab. Biak Numfor Distrik Biak Timur
Yenusi
S = 01 10’. 47” E = 136 12.’09”
4
Pengembangan Tanaman Mangrove
Kab. Supiori Supiori Selatan
Biniki
5
Pengembangan Tanaman Kopi
Yapimakot
Kab. Peg. Bintang Distrik Seram Bakom
Walhuck Yanus Asso
25.000.000,00
35 Ha
Korpamber Yohanes Rumpaidus
25.000.000,00
S = 00 52’. 24” E = 135 38’. 07”
5 Ha
Sarwom Benard Wanma
25.000.000,00
--
1 Ha
Alut Bakon Petrus Singleki
25.000.000,00
Sumber: Hasil kegiatan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua, 2014
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
8
Sebagaimana apa yang diuraikan pada matrik kegiatan Mitigasi dan Adaptasi perubahan iklim C diatas, jumlah pagu dana untuk menunjang kegiatan ini besar Rp. 288.550.000,00 (dua ratus delapan puluh delapan juta lima ratus lima puluh ribu rupiah). Dari jumlah pagu dana tersebut, realisasi keuangan sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp. 269.814.500,00 (dua ratus enam puluh sembilan juta delapan ratus empat belas ribu lima ratus rupiah) atau 93,51%, sementara realisasi fisik sebesar 100%. Hasil kegiatan pada Matrik tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 3.1.1. Budidaya Buah Merah a. Kabupaten Tolikara Kabupaten Tolikara meliputi Distrik Kembu 1 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam pengembangan buah merah Pandanus conoideus, Lam adalah: 1. Melakukan sosialisasi kepada kelompok masyarakat adat untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; 2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok; 5. Pelaksana lapangan: Jainal Maruapey, ST, M.Si dan Steveson Ronald Kayoi,S.Si. Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Kembu kabupaten Tolikara pada gambar 1 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 2 [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
9
Gambar 1. Peta Lokasi Penanaman Buah Merah di Distrik Kembu [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
10
Dokumentasi Lapangan di Distrik Kembu Kabupaten Tolikara.
Penyerahan Bantuan melalui BLH Tolikara
Penyerahan bantuan kepada masyarakat
Lokasi penanaman buah merah (Lokasi 1 di Kampung Wulinaga)
Papan informasi kelompok (Lokasi 2 di Kampung Kabori)
Gambar 2. Dokumentasi Penanaman Buah Merah di Distrik Kembu
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
11
b. Kabupaten Yahukimo Kabupaten Yahukimo meliputi Distrik Dekai 1 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam pengembangan buah merah Pandanus conoideus, Lam adalah: 1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengar tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; 2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok; 5. Pelaksana lapangan : Yopi Amos Bonay, ST. dan Yulius Tiranda. Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Dekai kabupaten Yahukimo pada gambar 3 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 4
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
12
Gambar 3. Peta Lokasi Penanaman Buah Merah Distrik Dekai [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
13
Dokumentasi lapangan di Distrik Dekai Kabupaten Yahukimo
Sosialisasi ke masyarakat
Bibit buah merah
Lokasi penanaman buah merah
Papan informasi kelompok
Gambar 4. Dokumentasi Penanaman Buah Merah Distrik Dekai
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
14
c.
Kabupaten Pegunungan Bintang Kabupaten Pegunungan Bintang meliputi Distrik Serambakon 2 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam pengembangan kopi Coffea arabica adalah: 1.
2. 3. 4. 5.
Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; Melakukan ground chek lapangan; Pengamatan lokasi penanaman; Pemasangan papan nama kelompok; Pelaksana lapangan : Robert Junaidi, Amd dan Yafeth G.A. Watori,SP.
Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Seram Bakon kabupaten Pegunungan Bintang pada gambar 1 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 2 Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Seram Bakon kabupaten Pegunungan Bintang pada gambar 5 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 6
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
15
Nama Kampung : Yapimakot Luas : ± 1 ha Nama Kelompok : Alut Bakon Ketua Kelompok : Petrus Singleki
Nama Kampung : Kabiding Luas : ± 2 ha Nama Kelompok : Atem Abol
Gambar 5. Peta Lokasi Penanaman Kopi di Distrik Seram Bakon [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
16
Dokumentasi Lapangan di Distrik Seram Bakom Kabupaten Pegunungan Bintang
Sosialisasi ke masyarakat
Tanaman kopi muda
Lokasi penanaman
Papan informasi kelompok
Kegiatan di Kampung Kabiding
Sosialisasi ke masyarakat
Tanaman kopi siap panen
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
17
Kelompok Atem Abol
Pemeliharaan tanaman kopi
Gambar 6. Dokumentasi Penanaman Kopi di Distrik Serambakon
3.1.2. Kelompok Mangrove a. Kabupaten Biak Numfor Kabupaten Biak Numfor meliputi Distrik Biak Timur 1 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam konservasi mangrove adalah: 1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; 2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok; 5. Pelaksana lapangan : Elvis Franklin Suebu, ST dan Mariana Pattinama, S.Sos. Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Biak Timur kabupaten Biak Numfor pada gambar 7 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 8 [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
18
Gambar 7. Peta Lokasi Penanaman Mangrove Distrik Biak Timur [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
19
Dokumentasi lapangan di Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor
Sosialisasi ke masyarakat
Bibit mangrove (alami)
Lokasi penanaman Papan informasi kelompok Gambar 8. Dokumentasi Penanaman Mangrove Distrik Biak Timur
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
20
b. Kabupaten Supiori Kabupaten Supiori meliputi Distrik Supiori Selatan 1 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam konservasi mangrove adalah: 1.
2. 3. 4. 5.
Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; Melakukan ground chek lapangan; Pengamatan pembibitan dan penanaman; Pemasangan papan nama kelompok; Pelaksana lapangan : Riwan Triono S.Hut. M.Si dan Indah Dwi Setyowati, ST
Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Supiori Selatan kabupaten Supiori pada gambar 7 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 10.
Gambar 9. Peta Lokasi Penanaman Mangrove di Distrik Supiori Selatan Dokumentasi lapangan di Distrik Supiori Selatan Kabupaten Supiori
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
21
Sosialisasi ke masyarakat
Lokasi penanaman
Bibit mangrove
Papan informasi kelompok
Gambar 10. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Supiori Utara
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
22
3.1.3
Pembahasan
Kampung Wulinaga/Kabori Distrik Kembu dan Kampung Tomon Distrik Dekai sebagai salah satu daerah budidaya buah merah Pandanus conoideus, Lam memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan sebagai pilot project Proklim. Hal ini tidak terlepas dari asal muasal cerita rakyat akan penemuan buah merah sebagai makanan rakyat yang bergizi, yang diperoleh dari sebuah hasil tanaman hutan yang sejak semula orang takut untuk menyentuh apalagi memakannya. Buah merah merupakan salah satu kekayaan endemik masyarakat, yang mulai diarahkan untuk dibudidayakan di daerah lembah, bukit dan lereng pegunungan papua. Buah merah merupakan buah yang sangat istimewa dan terbukti berkhasiat untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat serta menjadi makanan tradisional rakyat. Buah merah dikategorikan sebagai buah super (super fruit) karena memiliki kandungan nutrisi yang bersifat antioksidan, yang mampu menangkal radikal bebas dan sekaligus berfungsi sebagai sumber provitamin A dan vitamin E, serta mengandung omega 3, 6 dan 9 belum ada tanaman lain tidak seistimewa buah merah. Sebagai buah super, buah merah telah dikembangkan oleh beberapa peneliti untuk menjadi obat dalam bentuk minyak ekstrak maupun kapsul, serta dalam bentuk produk olahan inovatif seperti juice minuman kesehatan, sabun, permen, shampoo, wine dan prosuk lainnya. Mengingat buah merah merupakan buah dengan khasiat ampuh yang juga merupakan produk kearifan lokal yang memiliki potensi bisnis menjanjikan, maka perlu dilakukan upaya-upaya mendasar untuk melakukan suatu konservasi budidaya dan sekaligus menangkap pasar baru, khususnya peningkatan ekonomi pendapatan masyarakat keratif papua. Pengembangan budidaya buah merah yang disatukan dengan konsep agrowisata Proklim memiliki manfaat yang sangat besar [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
23
bagi kelestarian lingkungan, ekonomi dan sosial budaya masyarakat lokal. Budidaya dan konservasi buah merah bermanfaat bagi dunia untuk mengurangi efek gas rumah kaca ( global warming ). Untuk kepentingan local, budidaya ini bermanfaat untuk mencegah erosi di lembah-lembah pegunungan. Budidaya buah merah juga dapat mempertahankan kesejukan dan menambah kesegaran udara di kampung. Dalam perspektif ekonomi, buah merah memiliki potensi meningkatkan ekonomi masyarakat local. Adanya suatu pola tanam tradisional untuk budidaya dan pengolahan minyak yang terstandar sangat diperlukan untuk mejamin mutu kualitas minyak yang dihasilkan. Penggabungan konsep budidaya melalui agrowisata proklim terintegrasi dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat yang dapat menjadi pemersatu masyarakat, dan meningkatkan interaksi sosial antara masyarakat lokal dengan para pengunjung wisatawan. Pengembangan agrowisata proklim terintegrasi ini akan dapat memunculkan berbagai usaha mikro kecil menengah ( UMKM ) baru yang akan menggerakkan roda perekonomian masyarakat Papua, mulai dari kampung dimana tanaman tersebut tumbuh. Hal ini akan mendorong tumbuhnya UMKM baru baik yang sejenis maupun yang lain. Teknik budidaya buah merah dapat mengarah pada terbentuknya Agrowisata Proklim sehingga pada akhirnya bisa diarahkan pada pengembangan Infrastruktur yang lebih memadai dan juga diarahkan pada pengembangan Ekowisata yang berbasis budaya. Konversi hutan mangrove secara besar - besaran yang dijadikan sebagai areal tambak, pemukiman, industri, pelabuhan, dan penebangan secara berlebihan untuk diambil kayunya telah menimbulkan dampat negatif yang sangat besar, khususnya pada wilayah pesisir dan pantai. Dampak negatif yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kerusakan lahan yang ada di wilayah pesisir, melainkan juga terhadap kerusakan ekosistem mangrove dan hutan pantai. Secara umum distribusi ekosistem mangrove banyak tersebar di wilayah pantai yang relatif landai dan banyak [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
24
bermuara sungai-sungai sehingga menciptakan habitat yang baik bagi pertumbuhan mangrove. Oleh sebab itu sabuk hijau ( green belt ) berupa hutan mangrove di daerah pesisir perlu direhabilitasi kembali sehingga fungsi ekologisnya dapat dikembalikan seperti sediakala atau menjadi lebih baik. Rehabilitasi mangrove adalah suatu kegiatan yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak sejak bertahun-tahun yang lalu, salah satunya adalah keikutsertaan masyarakat dalam rehabilitasi hutan mangrove sebagai salah satu program kampung iklim dalam memperbaiki ekosistem pesisir dan pantai. Distrik Biak Timur Kampung Yenusi dan Distrik Supiori Selatan Kampung Biniki sebagai tempat konservasi mengrove. Secara ekologi kehadiran dari ekosistem mangrove memberikan manfaat yang sangat besar terhadap lingkungan di wilayah pesisir. Beberapa manfaat besar yang ditimbulkannnya seperti: 1. Menciptakan iklim mikro yang baik; 2. Mengendalikan abrasi pantai; 3. Mencegah instrusi air laut; 4. Memperbaiki kualitas air; 5. Meningkatkan produktivitas perairan pantai; 6. Sebagai habitat vital bagi pembesaran dan perlindungan ikan-ikan yang bernilai ekonomis penting di perairan pantai. Konservasi mangrove di Kampung Yenusi dengan luas ± 35 ha merupakan kelompok binaan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Biak Numfor. Nama Kelompok ini adalah Korpamber yang diketuai oleh Yohanes Rumpaidus beranggotakan ± 25 orang dengan aktifitas menjaga ekosistem mangrove dari kerusakan seperti menebang mangrove untuk bahan baku kayu arang dan bahan tiang rumah. Kelompok ini juga dibina oleh kepala kampung Yenusi sehingga dengan cara swadaya masyarakat lebih sadar untuk menjaga keberadaan ekosistem mangrove disekitar Kampung Yenusi. Berdasarkan pengamatan lapangan jenis - jenis mangrove yang tumbuh di sekitar Kampung Yenusi adalah [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
25
Bruguiera sp dan Xylocarpus sp. Dalam kelompok ini masyarakat mengambil bibit dari anakan alam. Sedangkan konservasi mangrove di Kampung Biniki luas ± 5 ha dengan nama kelompok Sorwam yang diketuai oleh Benard Wanma beranggotakan ± 15 orang merupakan kader konservasi binaan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Supiori. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan jenis mangrove yang tumbuh disekitar Kampung Biniki adalah jenis Bruguiera sp, Xylocarpus sp, Rhizophora sp dan Nypa. Pengamatan ini berdasarkan akar Rhizophora sp adalah akar mangrove yang paling sering dilihat di wilayah pesisir, karena semenjak umur kurang lebih satu tahun, Rhizophora sp sudah bisa memperlihatkan akar tunjangnya yang bagaikan lengan gurita atau cakar ayam sehingga kita mudah sekali mengenalinya. Untuk kedua jenis mangrove lainnya, yaitu Bruguiera sp dan Xylocarpus sp, juga ditemukan di daerah ini dengan melihat akarnya yang sudah terdeteksi sebagai akar lutut dan akar papan, kedua jenis mangrove ini tumbuh beberapa tahun hingga telah menjadi pohon dewasa. Masyarakat mengambil buah dari jenis Bruguiera sp dan Rhizophora sp digunakan untuk bibit karena lebih tahan dan cepat tumbuh. Kelompok Sorwam melaksanakan pembibitan dengan menggunakan polibag dengan budidaya buah yang dikumpulkan dari alam. Jumlah ± 2.500 bibit ditanam di pantai kampung lama yang rusak akibat bencana tsunami beberapa tahun yang lalu. Penanaman dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Pada saat ini masyarakat Kampung Biniki telah direlokasi ke arah utara atau lebih ke arah lereng bukit yang merupakan daerah aman dari tsunami. Namun beberapa masyarakat masih tinggal di kampung lama karena aktifitas ibadah gereja masih dilaksanakan di kampung lama. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
26
ekosistem mangrove untuk mencari ikan dan jenis kerang untuk dikonsumsi. Mangrove sebagai bagian ekosistem dari keseluruhan ekosistem pesisir tidak pernah berdiri sendiri, sebagaimana hakekatnya keberadaan seluruh alam ini. Sering terlupakan bahwa manusia merupakan bagian dari kehadiran suatu bentukan alam, yang justru memiliki pengaruh paling besar. Pada saat berbagai permasalahan lingkungan muncul dalam beberapa tahun terakhir ini, awalnya manusia lupa bahwa sumber permasalahan adalah manusia. 3.2. Pemberdayaan Institusi Kemasyarakatan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Pemberdayaan Institusi kemasyarakatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dilakukan di 10 Kabupaten dan 1 Kota. Kegiatan tersebut meliputi pemberian dana pembinaan secara tunai kepada 11 kelompok masyarakat masing - masing sebesar Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah), survey lapangan, pengambilan titik koordinatan lokasi kegiatan pemberdayaan dan pemasangan papan nama kelompok. Hasil capaian pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada matrik kegiatan dibawah ini:
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
27
Tabel 3. Matrik Kegiatan Institusi Kemasyarakatan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. No
1
2
Nama Kegiatan Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat dalam Penyelamatan Pantai dengan Penanaman Mangrove
Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan Pohon Sagu
Kab/Kota, Distrik
Kampung
Waropen Distrik Risei Sayati
Segha
Mimika Distrik Mimika Timur Nabire Distrik Teluk Kimi Biak Numfor Distrik Oridek Supiori Distrik Kep. Aruri Kota Jayapura Jayapura Utara
Pigapu
Waharia Tanjung Barari Ineki Kayu Batu
Waropen Waropen Bawah
Sawara Jaya
Kabupaten Jayapura Sentani Timur
Asei Besar
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
Titik Koordinat 0
S = 2 14’15,8” 0 E = 136 35’161”
0
”
0
”
S = 04 50’065 0 E = 136 45’769” S = 03 15’939 0 E = 132 33’903” S = 01 05’859” E = 136 21’502” S = 00 51’558” E = 135 31’941” S = 02 31.847' E = 140 44.290' 0
”
S = 02 14’361 0 E = 136 22’523” 0
’
S = 02 35.0660 0 ’ E= 140 34.782
28
Luasan Lahan
Nama Kelompok/Ketua
1 Ha
Somiri Karolis Wairara
2 Ha
1 Ha 20 Ha 1 Ha 1 Ha
2 Ha
20 Ha
Mapurumane Sebastian Mapareyauw Karang Taruna Huhia Charles Raige Faduru Rudolf Orboy Waisira Efradus Korwa Kelompok Peduli Mangrove Kayu Batu Salmon Makanuay Sabeta Arnold Kaibai
Grapeling Clief Ohee
Jumlah Bantuan (Rp) 25.000.000,00
25.000.000,00 25.000.000,00 25.000.000,00 25.000.000,00 25.000.000,00
25.000.000,00
25.000.000,00
3
4
Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan KEHATI (Gaharu) Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan KEHATI (Buah Merah)
Biak Numfor Warsa
Amoi/Imbari
Jayawijaya Usilimo
Wosiana
Odulumo Odulumo Memberamo Tengah Kelila
Kinrok
S = 00 47’296” E = 135 55’273” 0
S = 03 55’021” 0 E = 138 53’266” 0
S = 03 55’330” 0 E = 138 53’755” 0 S = 03 55’421” 0 E = 138 54’510” S = 03 43’080 E = 138 42’554”
Sumber: Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua, 2014
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
29
9 Ha
3 Ha
2 Ha 2 Ha 5 Ha
Kelompok Tani Hutan Sadar Sendiri John Wompere Elagaima Kuntarias Walela Odulumo Sumanus Mabe Walalimo Walikius Walela Kelompok Tani Tawi Yumbunik Pdt. Fredrik Jikwa
25.000.000,00
8.350.000,00
8.350.000,00 8.350.000,00 25.000.000,00
Sebagaimana apa yang diuraikan pada matrik kegiatan pemberdayaan institusi kemasyarakatan dalam pengelolaan lingkungan hidup diatas, jumlah pagu dana untuk menunjang kegiatan ini besar Rp. 506.915.200,00 (lima ratus enam juta sembilan ratus lima belas ribu dua ratus rupiah). Dari jumlah pagu dana tersebut, realisasi keuangan sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp. 501.315.200,00 (lima ratus satu juta tiga ratus lima belas ribu dua ratus rupiah) atau 98.90 %, sementara realisasi fisik sebesar 100%. Hasil kegiatan pada matrik tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut: A. Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat Penyelamatan Pantai dengan Penanaman Mangrove 1. Kabupaten Waropen Kabupaten Waropen meliputi Distrik Risei Sayati 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah: 1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; 2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok. 5. Pelaksana lapangan : Irian Andarias Prawar, ST dan Johanis Dominggus Imbiri, SE Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Risei Sayati kabupaten Waropen pada gambar 11 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 12.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
30
Kampung : Segha Luas : ± 1 Ha Koordinat : S = 2 14'15.8'' E = 136 35.161 Nama Kelompok : Somiri Ketua Kelompok : Karolis Wairara
Gambar 11. Peta Lokasi Penanaman Mangrove di Distrik Risei Sayati [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
31
Dokumentasi lapangan di Distrik Risei Sayati Kabupaten Waropen
Pemasangan Papan Nama Kelompok
Penanaman Bibit dengan kelompok
Penyerahan Bantuan
Penandatanganan Berita Acara
Gambar 12. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Risei Sayati
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
32
2.
Kabupaten Mimika Kabupaten Mimika meliputi Distrik Mimika Timur 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah: 1.
2. 3. 4. 5.
Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; Melakukan ground chek lapangan; Pengamatan pembibitan dan penanaman; Pemasangan papan nama kelompok. Pelaksana lapangan : Jainal Maruapey, ST, M.Si dan Rafles Haruway, S.Sos, M.Si
Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Mimika Timur kabupaten Mimika pada gambar 13 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 14.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
33
Gambar 13. Peta Lokasi Penanaman Mangrove di Distrik Mimika Timur [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
34
Dokumentasi lapangan di Distrik Mimika Timur Kabupaten Mimika
Diskusi dengan kelompok masyarakat
Penanaman Bibit dengan kelompok
Penyerahan Bantuan
Papan Nama Kelompok
Gambar 14. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Mimika Timur
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
35
3. Kabupaten Nabire Kabupaten Nabire meliputi Distrik Teluk Kimi 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam adalah: 1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; 2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok. 5. Pelaksana lapangan : Sri Hendrika Renyaan dan Stenly. O. Leatemia. Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Teluk Kimi kabupaten Nabire pada gambar 15 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 16.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
36
Gambar 15. Peta Lokasi Penanaman Mangrove di Distrik Teluk Kimi [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
37
Dokumentasi lapangan di Distrik Teluk Kimi Kabupaten Nabire
Lokasi penenaman kelompok
Pemasangan papan Nama Kelompok
Penyerahan Bantuan kelompok masyarakat
Penandatanganan Berita Acara
Gambar 16. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Teluk Kimi
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
38
4. Kabupaten Biak Numfor Kabupaten Biak Numfor meliputi Distrik Oridek 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam adalah: 1.
Melakukan
sosialisasi
kelompok
untuk
menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; 2.
Melakukan ground chek lapangan;
3.
Pengamatan pembibitan dan penanaman;
4.
Pemasangan papan nama kelompok.
5.
Pelaksana lapangan : Margaretha sermumes, S.Hut dan Indah Dwi Setyowati, ST
Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Oridek kabupaten Biak Numfor pada gambar 17 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 18.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
39
Kampung; Tanjung Barari Luas : ± 20 Ha Koordinat : S = 01 05 859' E = 136 21 502' Nama Kelompok : Faduru Ketua Kelompok : Rudolf Orboy
Gambar 17. Peta Lokasi Penanaman Mangrove di Distrik Oridek [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
40
Dokumentasi lapangan di Distrik Oridek Kabupaten Biak Numfor
Papan Nama kelompok masyarakat
Penanaman Bibit dengan kelompok
Penyerahan Bantuan
Penandatanganan Berita Acara
Gambar 18. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Oridek
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
41
5. Kabupaten Supiori Kabupaten Supiori meliputi Distrik Kepulauan Aruri 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah: 1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; 2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok. 5. Pelaksana lapangan : Nurdian Wahyuni, ST dan Rimba Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Kepulauan Aruri kabupaten Supiori pada gambar 17 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 18.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
42
Gambar 17. Peta Lokasi Penanaman Mangrove di Distrik Kepulauan Aruri [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
43
Dokumentasi lapangan di Distrik Kepulauan Aruri Kabupaten Supiori
Papan Nama kelompok masyarakat
Bibit tanaman yang akan ditanam
Penyerahan Bantuan
Penandatanganan Berita Acara
Gambar 18. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Kepulauan Aruri
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
44
6. Kota Jayapura Kota Jayapura meliputi Distrik Jayapura Utara 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah: 1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; 2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok. 5. Pelaksana lapangan : Jainal Maruapey, ST, M.Si, Yanne Frida Worabay, SE, M.Si Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura pada gambar 19 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 20.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
45
Kampung : Kayu Batu Luas : ± 1 Ha Koordinat : S = 02 31. 847 E = 140 44.290 Nama Kelompok : Peduli Mangrove Kayu Batu Ketua Kelompok : Salmon Makanuay
Gambar 19. Peta Lokasi Penanaman Mangrove di Distrik Jayapura Utara [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
46
Dokumentasi lapangan di Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura
Papan Nama kelompok masyarakat
Lokasi penanaman kelompok masyarakat
Penanaman bersama kelompok masyarakat
Penyerahan Bantuan
Gambar 20. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Jayapura Utara
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
47
B.
Pembinaan Kelompok Penyelamatan Pohon Sagu
Masyarakat
Adat
Dalam
1. Kabupaten Waropen Kabupaten Waropen meliputi Distrik Waropen Bawah 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah: 1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; 2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok. 5. Pelaksana Lapangan : Melkisedek Wamea, SH dan Ferry Adrian Majid Peta lokasi penanaman pohon sagu di Distrik Waropen Bawah Kabupaten Waropen pada gambar 23 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 24.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
48
Gambar 23. Peta Lokasi Penanaman Sagu di Distrik Waropen Bawah [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
49
Dokumentasi lapangan di Distrik Waropen Bawah Kabupaten Waropen
Papan Nama kelompok masyarakat
Bibit tanaman yang akan ditanam
Penyerahan Bantuan
Penandatanganan Berita Acara
Gambar 24. Dokumentasi Penanaman Sagu di Distrik Waropen Bawah
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
50
1. Kabupaten Jayapura Kabupaten Jayapura meliputi Distrik Sentani Timur 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah: 1.
Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud,
tujuan
dan
mendengarkan
tanggapan
kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; 2.
Melakukan ground chek lapangan;
3.
Pengamatan pembibitan dan penanaman;
4.
Pemasangan papan nama kelompok.
5.
Pelaksana lapangan : Jainal Maruapey, ST, M.Si, dan Lina Amamehi, SE
Peta lokasi penanaman pohon sagu di Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura pada gambar 23 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 24.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
51
Kampung : Asei Besar Luas : ± 20 Ha Koordinat : S = 2 35 0660' E = 140 34 782' Nama Kelompok : Grapeling Ketua Kelompok : Clief Ohee
Gambar 23. Peta Lokasi Penanaman Sagu di Distrik Sentani Timur
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
52
Dokumentasi lapangan di Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura
Diskusi dengan Kelompok masyarakat
Bibit tanaman yang akan ditanam
Penyerahan Bantuan
Penandatanganan Berita Acara
Gambar 24. Dokumentasi Penanaman Sagu di Distrik Sentani Timur
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
53
C. Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan KEHATI (Gaharu dan Buah Merah) a. Gaharu 1. Kabupaten Biak Numfor Kabupaten Biak Numfor meliputi Distrik Warsa 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah: 1.
2. 3. 4. 5.
Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; Melakukan ground chek lapangan; Pengamatan pembibitan dan penanaman; Pemasangan papan nama kelompok. Pelaksana lapngan : Margaretha Sermumes, S.Hut, M.Eng dan Robert A.Djunaidi, Amd
Peta lokasi penanaman pohon gaharu di Distrik Warsa Kabupaten Biak Numfor pada gambar 25 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 26.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
54
Kampung; Amoi Luas : ± 9 Ha Koordinat : S = 00 47. 296' E = 135 55. 273' Nama Kelompok : Kel. tani Hutan Sadar Sendiri Ketua Kelompok : John Wompere
Gambar 25. Peta Lokasi Penanaman Gaharu di Distrik Warsa
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
55
Dokumentasi lapangan di Distrik Warsa Kabupaten Biak Numfor
Koordinasi dengan BLH Kabupaten Biak Numfor
Area Pembibitan Gaharu
Penyerahan Dana Pembinaan oleh Plt. Bupati Biak
Pemasangan Papan Nama Kelompok
Penanaman Bibit gaharu
Penandatangan Berita Acara Oleh Ketua Kelompok
Gambar 26. Peta Lokasi Penanaman Gaharu di Distrik Warsa [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
56
b. Buah Merah 1. Kabupaten Jayawijaya Kabupaten Jayawijaya meliputi Distrik Usilimo 3 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah: 1.
2. 3. 4. 5.
Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; Melakukan ground chek lapangan; Pengamatan pembibitan dan penanaman; Pemasangan papan nama kelompok. Pelaksana lapngan : Jainal Maruapey, ST, M.Si; Ir. Frans Linthin; Robert A. Djunaidi, Amd; Rafles Haruway, S.Sos, M.Si
Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Usilimo Kabupaten Jayawijaya pada gambar 27 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 28.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
57
Gambar 27. Peta Lokasi Penanaman Buah Merah di Distrik Usilimo [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
58
Dokumentasi lapangan di Distrik Usilimo Kabupaten Jayawijaya
Papan nama Kelompok Elagaima
Penanaman Bibit buah merah
Penyerahan Bantuan kepada Kelompok Elagaima
Penandatanganan Berita Acara
Diskusi dengan kelompok Odulumo
Pemasangan Papan Nama Kelompok
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
59
Penanaman Bibit Buah Merah
Pemberian Bantuan
Pemberian Bantuan
Pemasangan Papan Nama Kelompok
Area Penanaman Bibit Buah Merah
Penanaman Bibit Buah merah
Gambar 28. Dokumentasi Penanaman Buah Merah di Distrik Usilimo [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
60
3. Kabupaten Mamberamo Tengah Kabupaten Mamberamo Tengah meliputi Distrik Kelila 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah: 1.
2. 3. 4. 5.
Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; Melakukan ground chek lapangan; Pengamatan pembibitan dan penanaman; Pemasangan papan nama kelompok. Pelaksana Lapangan : Jainal Maruapey, ST, M.Si dan Emmy Apreditha Wenda, ST
Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Kelila Kabupaten Mamberamo Tengah pada gambar 29 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 30.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
61
Kampung : Kinrok Luas : ± 5 Ha Koordinat : S = 03 43. 080' E = 138 42. 554' Nama Kelompok : Kel. Tani Tawi Yumbunik Ketua Kelompok : Pdt. Fredik Jikwa
Gambar 29. Peta Lokasi Penanaman Buah Merah di Distrik Kelila [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
62
Dokumentasi lapangan di Distrik Kelila Kabupaten Mamberamo Tengah
Pemasangan Papan Nama Kelompok Tani Tawi Yumbunik
Area penanaman Kelompok
Pemberian Bantuan
Penandatangan Berita Acara
Gambar 30. Dokumentasi Penanaman Buah Merah di Distrik Kelila
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
63
3.3. Pemberdayaan Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Ekowisata Maksud kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi tentang Pengelolaan Ekowisata yang dilaksanakan oleh Masyarakat Adat di Kabupaten Intan Jaya, dan bertujuan : 1.
2. 3.
Mendapatkan data dasar dan informasi bagi pemerintah daerah dalam upaya pengelolaan potensi ekowisata di Kabupaten/ kota Provinsi Papua; Menigkatkan pemahaman masyarakat asli Papua terhadap potensi Ekowisata; Mendorong dan meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan Ekowisata yang berkelanjutuan.
Sasaran Kegiatan ini meliputi : Tersedianya data dan informasi potensi Ekowisata di Kabupaten Intan Jaya Provinsi Papua: 1.
2.
Tersedianya Sumber Daya Manusia yang berkualitas khususnya masyarakat asli Papua dalam pengelolaan Ekowisata di Papua (Wisata Petualang, Wisata Religi, Wisata Budaya, Pekan Wisata, serta sarana dan prasarana pendukungnya); Terlaksananya pemberdayaan masyarakat asli Papua dalam pengelolaan Ekowisata di Provinsi Papua sebanyak 2 kelompok yaitu Kelompok Perempuan dan kelompok Pengembangan Pariwisata setempat.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
64
Sehingga memberi manfaat sebagai : 1. 2. 3.
Acuan bagi Pemerintah Daerah untuk menyusun kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam; Media penyebaran informasi potensi Ekowisata bagi masyarakat dan dunia usaha; Motivasi masyarakat adat dalam pengelolaan Ekowisata yang tangguh untuk peningkatan perekonomian masyarakat.
Keluaran yang akan dihasilkan dari Kegiatan adalah: 1. Laporan akhir sebanyak 5 Buku; 2. Pemberdayaan Kelompok Ekowisata di Kabupaten Intan Jaya Provinsi Papua sebanyak 2 kelompok. Dokumentasi kegiatan lapangan di kabupaten Intan Jaya dapat dilihat pada gambar 31.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
65
Dokumentasi lapangan di Kabupaten Intan Jaya
Diskusi dengan masyarakat di Kampung SUGAPA Kabupaten Intan Jaya
Tim melakukan audensi dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Intan Jaya didamping oleh Kepala Bagian Pemerintahan dan Kepala Bagian Umum Kabupaten Intan Jaya [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
66
Tim berpose bersama dengan Bapak Petrus Tipagau dan Bapak Wilim Kobagau perwakilan masyarakat dari kampung Ugimba. Gambar 31. Dokumentasi Kegiatan Lapangan di kabupaten Intan Jaya
Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah perubahan kondisi alam. hal ini menyebabkan tim tidak dapat mengambil gambar secar baik untuk kondisi pucak cartenz yang telah disepakati. hal lain yaitu perjalanan menuju kampung wisata ugimba memerlukan waktu kira-kira 12 jam dengan berjalan karena tidak ada kendaraan, selain itu, belum diselesaikannya rute jalan dari ibukota Sugapa menuju Kampung Ugimba serta tingginya harga transportasi dalam kota
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
67
3.4.
Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Penyelamatan Danau Hasil yang diperoleh dari kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan Danau pada tahun 2014 adalah: a) Pelaksanaan perjalanan dinas di Kabupaten Jayapura, Kabupaten Paniai, Kabupaten Deyai dan Kabupaten Jajawijaya telah dilaksanakan; b) Pemberian dana pembinaan Rp. 25.000.000,00 hanya dapat terlaksana kepada kelompok masyarakat penyelamat Danau Sentani di Kabupaten Jayapura. Kegiatan yang dilakukan kelompok tersebut adalah pembersihan enceng gondok yang dilakukan oleh tim di beberapa titik lokasi khususnya sentani bagian barat tempat yang di maksudkan adalah kampung Kwadeware, Dondai dan Sosiri, Sentani tengah terdiri dari Kampung Yahim (pantai) kampung Sere dan pinggiran menuju kampung Yoboi, serta di Sentani timur yaitu Yoka Pinggiran khalkote dan Nendali atau Netar. Total personil tim kerja berjumlah 18 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 3 orang perempuan termasuk tenaga komsumsi lihat lampiran jumlah tenaga kerja. Oleh karena pekerjaan ini di danau, maka tim telah memperlengkapi sejumlah Peralatan kerja yaitu : parang, arit, perahu motor dua buah, mantel hujan, bantal renang dan sejumlah peralatan lainya. Hasil yang dicapai dalam kegiatan yang dilakukan kelompok adalah pembersihan eceng gondok dan sampah di Sentani timur dengan lokasi yang padat dengan enceng gondok adalah Pantai Yoka sampai dengan khalkote kearah barat terus memanjang 400 meter di pingiran danau,
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
68
beberapa tempat seperti di pingiran Kampung Nendali dan terus maju kearah yabaso sentani. Di sentani tengah kegiatan di pusatkan di Pantai Yahim yang merupakan pusat kiriman terbesar enceng gondok baik yang terbawa oleh angin timur juga oleh angin barat. Kawasan ini memang padat karena enceng gondok mulai memanjang dari kampung Yahim sampai ke Kampung Yoboi. Tingkat kesulitan yang paling hebat dirasakan oleh Tim yang Kerja karena di wilayah ini adalah bahwa wilayah ini sangat dalam dan tidak mempunyai tempat tumpuan untuk para pekerja. Namunpekerja menggunakan perahu - perahu kecil sebagai sarana untuk menahan kaki dan tangan ketika terasa cape dan lelah. Wilayah ini sangat padat karena bobot enceng gondok memanjang dengan panjang 7 kilo meter yang memanjang 2 kampung dengan lebar sekitar 45 - 70 meter. Kegiatan di Sentani barat juga kami konsentrasikan di tepian pante/ pelabuhan pathauw dengan volume kerja yang relatif ringan karena bobot enceng gondok di wilayah ini tidak terlalu seberat di wilayah Sentani timur dan sentani tengah, di wilayah ini secara khusus enceng gondok tersebar dengan ketebalan 4 - 6 meter namun hanya di 4 ( empat ) titik yang relatif terpisah. Hasil capaian kegiatan dapat dilihat dari matrik dibawah ini :
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
69
Tabel 4. Hasil Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Penyelamatan Danau
No 1
Nama Kegiatan Pemberdayaan masyarakat Adat Dalam Penyelamatan Danau
Kab/Kota, Distrik Jayapura Distrik Sentani
Kampung
Area Kegiatan
Luasan Lahan
Nama Kelompok/Ketua
Jumlah Bantuan
Yahim
- Sentani Barat: Kampung Kwadeware, Dondai dan Sosiri, - Sentani Tengah: Kampung Yahim ( pantai ) kampung Sere dan pinggiran menuju kampung Yoboi - Sentani Timur: Yoka Pinggiran khalkote dan Nendali atau Netar
44-70 km
Tim Peduli Lingkungan Danau Sentani Piet Delson Felle
25.000.000,00
Sumber. Hasil kegiatan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua, 2014
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
70
Sebagaimana apa yang diuraikan pada matrik kegiatan pemberdayaan masyarakat adat dalam penyelamatan Danau diatas, jumlah pagu dana untuk menunjang kegiatan ini besar Rp. 185.800.000,00 (seratus delapan puluh lima juta rupiah). Dari jumlah pagu dana tersebut, realisasi keuangan sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp. 101.346.000,00 (seratus satu juta tiga ratus empat puluh enam ribu rupiah) atau 54,55%, sementara realisasi fisik sebesar 54,75 %. Realisasi keuangan sebesar 54,55% dikarenakan ada 3 (tiga) danau yakni Danau Habema, Paniai dan Tigi yang tidak diserahkan dananya, karena faktor keamanan. Dokumentasi kegiatan lapangan di kabupaten Jayapura dapat dilihat pada gambar 32.
Dokumentasi lapangan di Kabupaten Jayapura
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
71
Diskusi dengan masyarakat serta penyampaian maksud dan tujuan
Penyerahan bantuan
Penandatanganan Berita Acara
Pembersihan Lokasi Yoka
Pembersihan lokasi Yahim
Gambar 32. Dokumentasi Kegiatan Lapangan di kabupaten Jayapura [Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
72
Kendala
yang
dihadapi
selama
pelaksanaan
kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan Danau pada tahun 2014 adalah: 1.
2.
3.
4.
Kondisi jalan yang rusak parah serta kondisi alam yang tidak bersahabat dari Nabire - Enarotali membuat perjalanan menjadi sering terhambat dan lama; Faktor keamanan selama perjalanan ke Kabupaten Paniai dan Kabupaten Deyai yang tidak terjamin, membuat Tim merasa tidak nyaman dan takut dalam bekerja; Dana Pembinaan untuk Kabupaten Paniai, Kabupaten Deyai dan Kabupaten Jayawijaya tidak dapat diserahkan, karena dana tersebut tidak diberikan kepada pelaksana kegiatan; Kurang adanya koordinasi yang baik antara bendahara dengan pelaksana kegiatan sehingga dana pembinaan untuk 3 kabupaten tidak terlaksana.
3.5. Pemberdayaan Pengusaha Asli Papua Pengadaan Barang dan Jasa Hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut didapatkan 3 perusahaan milik pengusaha asli Papua yaitu :
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
73
Tabel 5. Daftar nama Pemberdayaan Pengusaha Asli Papua NO 1.
No/TGL/KONTRAK 027/05/SPMK/2014 25 April 2014
2.
027/10/SPMK/2014 16 Mei 2014
3.
027/06/SPMK/2014
URAIAN PEKERJAAN
NILAI
Pengadaan Perlengkapan Kantor
Rp. 276.750.000,00
Pengadaan Peralatan Gedung Kantor
Rp. 135.000.000,00
Pemeliharaan Jaringan
Rp. 77.000.000,00
NAMA REKANAN/PIMPINAN CV. Honai Multi Dimensi Janny Q.A Krey CV.Karawing Papua Membangun Winda Maay
25 April 2014
CV. Beauty Papua Ruth Imbiri
Jumlah:
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
Rp. 489.250.000,00
74
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Pemberdayaan kelompok masyarakat adat untuk pengembangan buah merah, yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua pada 1 (satu) wilayah adat yakni Lapago dengan jumlah luasan 15 Ha, dengan rincian adalah Kabupaten Tolikara Distrik Kembu seluas 2 Ha; Kabupaten Mamberamo Tengah Distrik Kelila seluas 5 Ha; Kabupaten Jayawijaya Distrik Usilimo seluas 7 Ha; dan Kabupaten Yahukimo Distrik Dekay seluas 1 Ha. Masing-masing Kelompok masyarakat adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
2.
Pemberdayaan kelompok masyarakat adat untuk pengembangan mangrove, yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua pada 3 (tiga) wilayah adat yakni Mamta, Saereri dan Meepago dengan jumlah luasan 66 Ha, dengan rincian adalah Kota Jayapura seluas 1 Ha; Kabupaten Mimika seluas 2 Ha; Kabupaten Biak Numfor seluas 45 Ha; kabupaten Supiori seluas 6 Ha; Kabupaten Waropen seluas 1 Ha, dan Kabupaten Nabire seluas 1 Ha. Masing-masing Kelompok Masyarakat Adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
3.
Pemberdayaan kelompok masyarakat adat pengembangan Sagu, yang dilaksanakan oleh Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua pada wilayah adat yakni Mamta dan Saereri dengan
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
untuk Badan 2 (dua) jumlah 75
luasan 22 Ha, dengan rincian adalah Kabupaten Jayapura seluas 20 Ha; dan Kabupaten Waropen seluas 2 Ha. Masing-masing Kelompok Masyarakat Adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah); 4.
Pemberdayaan kelompok Masyarakat Adat untuk Pengembangan Kopi, yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua pada 1 (satu) Wilayah Adat yakni Laapago dengan jumlah luasan 3 Ha, dengan rincian adalah Kabupaten Pegunungan Bintang seluas 3 Ha. Masing-masing Kelompok Masyarakat Adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
5.
Pemberdayaan Kelompok masyarakat adat untuk pengelolaan Ekowisata Pegunungan Cartenz Kabupaten Intan Jaya, yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi. Kelompok masyarakat adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 ( dua puluh lima juta rupiah );
6.
Pemberdayaan kelompok masyarakat adat untuk pengelolaan kawasan Danau ( Danau Sentani, Habema, Tigi dan Paniai ), yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi. Masing-masing Kelompok Masyarakat Adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 ( dua puluh lima juta rupiah ). Setiap Danau memiliki permasalahan, karakteristik, potensi, dan sosial budaya yang berbeda–beda. Banyak program/kegiatan Kementerian/Lembaga, Daerah dan masyarakat masih dilaksanakan sendiri – sendiri dan belum terintegrasi serta bersinergi satu sama lain sehingga perlindungan dan pengelolaan ekosistem Danau belum optimal.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
76
4.2. Rekomendasi 1.
Untuk mancapai hasil pengembangan buah merah secara optimal perlu didukung oleh Pemerintah Provinsi Papua, dalam bentuk pendataan luasan tanaman buah merah di 5 (lima) Wilayah Adat Provinsi Papua, pembangunan gudang sebagai tempat penampungan buah merah dan pembangunan industri pengolah buah merah untuk menjadi bahan baku setengah jadi, pada wilayah sentra penghasil buah merah seperti di Distrik Kelila Kabupaten Mamberamo Tengah dan Distrik Kembu Kabupaten Tolikara;
2.
Pengelolaan kawasan konservasi mangrove pada Wilayah Adat seperti Kabupaten Mimika, Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Waropen perlu dikembangkan sebagai daerah destinasi ekowisata. Karena 3 (tiga) Kabupaten ini memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dan pendapatan masyarakat lokal. Disisi lain pengelolaan kawasan mangrove pun untuk menjaga kelestarian lingkungan;
3.
Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor kepariwisataan khususnya ekowisata, kiranya Pemerintah Provinsi Papua perlu menyediakan pembiayaan untuk kegiatan Studi Potensi Ekowisata yang akan dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua pada 5 (lima) wilayah adat di Provinsi Papua;
4.
Peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan Danau dapat dilaksanakan secara optimal, perlu ditunjang dengan pendanaan yang berkelanjutan baik pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD maupun investasi swasta. Pendanaan dimaksud untuk pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar danau untuk menjaga kelestariannya dan pemanfaatan Danau secara berkelanjutan.
[Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup]
77