BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. اﻟﺸﺨﺼﻴﺔ/al-syakhṣiyyatu/ ’Tokoh’ 3.1.1 ﺷﺨﺼﻴﺔ ﻧﺎﻣﻴﺔ/syakhṣiyyatun nāmiyatun/ ‘Tokoh Berkembang’ ﺷﺨﺼﻴﺔ ﻧﺎﻣﻴﺔ/syakhṣiyyatun nāmiyatun/ ‘tokoh berkembang’. Tokoh ini adalah tokoh yang belum diketahui ciri-cirinya pada awal kisah akan tetapi sedikit demi sedikit akan diketahui, sesuai dengan peristiwa yang ditampilkan, sehingga semakin lama semakin jelas dan berkembang. (Jaudah, 1991:45) Tokoh Nabi Musa as dalam Al-Qur’an tergolong ﺷﺨﺼﻴﺔ ﻧﺎﻣﻴﺔ/syakhṣiyyatun nāmiyatun/ ‘Tokoh Berkembang’, karena kisah Nabi Musa as dalam Al-Qur’an diceritakan secara detail dalam berbagai peristiwa yang terjadi pada dirinya sejak ia dilahirkan, diangkat menjadi nabi dan rasul hingga akhirnya ia berhadapan dengan Fir‘aun dan kaumnya bani Israil yang ingkar kepada Allah swt dan kepadanya, sehingga tokoh Nabi Musa as sedikit demi sedikit mulai terlihat dan semakin jelas perkembangannya sesuai dengan peristiwa yang dialaminya. 3.1.1.1 Keadaan Bani Israil sebelum Kelahiran Nabi Musa as Sebelum lahirnya Nabi Musa as, Bani Israil hidup dalam perbudakan dan penindasan Fir‘aun sebagai penguasa Mesir. Ia membunuh setiap anak laki-laki yang lahir dari kaum Bani Israil karena takut akan munculnya seseorang yang akan mengambil alih tahta kerajaannya dan menggantikannya sebagai penguasa Mesir sebagaimana hal ini diprediksikan oleh para dukun-dukun kepercayaan Fir’aun yang juga diyakini oleh Bani Israil. Bani Israil adalah anak cucu Nabi Ya’qub dan Ibrahim as. Namun apa yang dikhawatirkan oleh Fir‘aun tetap terjadi karena Allah swt telah menjanjikan hal tersebut sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an meskipun Fir’aun telah membunuh semua anak laki-laki dari kalangan Bani Israil. Sesungguhnya Allah swt tidak pernah menyalahi janji-janji-Nya.
Universitas Sumatera Utara
Firman Allah swt dalam surat Al-Qashash ayat 3-6 menjelaskan tentang hal tersebut:
/Natlū ‘alaika min naba’i mūsā wa fir‘auna bi al-ḥaqqi li qaumin yu’minūna(3)`inna fir‘auna ‘alā fī al-`arḍi wa ja’ala `ahlahā syiya‘an yastaḍ‘ifu ṭāifatan minhum yużabbiḥu `abnā`hum wa yastaḥyī nisā`ahum`innahu kāna min al-mufsidīna(4) wa nurīdu an namunna ‘ala al-lażīna ustuḍifū fī al-`arḍi wa naj’alahum `a`immatan wa naj’alahum alwariśīna(5) wa numakkina lahum fī al-`ardi wa nuriya fir‘auna wa hāmāna wa junudahumā minhum mā kānū yaḥżarūna(6)/ ‘Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman (3) Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.(4) Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi) (5). Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.’(6)
Universitas Sumatera Utara
3.1.1.2 Nabi Musa as Dihanyutkan oleh Ibunya atas Perintah Allah swt Ibu Nabi Musa as bernama Ayarikha dan sebagian ‘ulama ada yang menyebutkan Ayadzikha. (Al-Marghubi, 2009:381) Ibu Nabi Musa as begitu takut dan sedih apabila kelahiran putranya diketahui oleh Fir‘aun, maka pastilah ia akan membunuhnya. Namun Allah swt telah menetapkan bahwa kelak putranya akan diangkat menjadi Rasul untuk memberi petunjuk dan peringatan kepada Fir‘aun dan pengikut-pengikutnya. Oleh karena itu, Allah swt mengilhamkan kepada ibu Nabi Musa as untuk menghanyutkan putranya ke sungai Nil dengan meletakkannya dalam sebuah peti dan tidak perlu takut dan khawatir karena Allah swt akan kembali mempertemukan ia dengan putranya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Qashash ayat 7:
/Wa `auḥaynā ilā `ummi mūsā an arḍi’iīhi fa `iżā khifti ‘alaihi fa `alqīhi fī al-yammi wa lā takhāfī wa lā taḥzanī `innā rāddūhu` ilaiki wa jā’ilūhu min al-mursalīna/ ‘Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil), dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.’ Kemudian dijelaskan juga dalam surat Thaha ayat 38-39:
Universitas Sumatera Utara
/Iż `auḥaynā `ilā `ummika mā yūḥā (38) `an iqżifīhi fī al-tābūti fa iqżifīhi fī al-yammi fa al-yulqihi al-yammu bi al-sāḥili ya`khużhu ’aduwwun lī wa ’aduwwun lahū wa `alqaitu ’alaika maḥabbatan minni wa litușna’a alā ’aynī (39)/ ‘Yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan,(38) Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya. dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.(39) 3.1.1.3 Nabi Musa as Diasuh oleh Fir‘aun Al-Marghubi (2009:387) menyebutkan bahwa Fir‘aun mempunyai isteri yang bernama Asiah binti Muzahim bin Asad bin Ar-Rayyan Al-Walid yang merupakan raja Fir‘aun pada masa Nabi Yusuf as. Para pelayan dari isteri Fir‘aun inilah yang menemukan Nabi Musa as (Musa kecil) yang dihanyutkan oleh ibunya dalam peti yang terkunci, lalu diserahkannya kepada Asiah. Ia lalu membuka peti tersebut dan ketika ia melihat wajah Nabi Musa as (Musa kecil) yang bersih dan bersinar dengan cahaya kenabian dan keagungan, ia pun jatuh hati dan ingin mengasuhnya. Namun Fir‘aun menolaknya dan segera akan membunuhnya karena ia takut kalau anak inilah yang akan mengambil alih kekuasaannya, hingga akhirnya Asiah memohon kepada suaminya, Fir‘aun, agar diperkenankan untuk memelihara Nabi Musa as (Musa kecil) sebagai anak mereka karena mereka saat itu belum memiliki keturunan. Sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 8-9:
/Fal-taqaṭahu `ālu fir’auna li yakūna lahum ’aduwwan wa ḥazanan `inna fir’auna wa hāmāna wa junūdahumā kānū khāṭi`īna (8) wa qālat imra`atu fir‘auna qurratu ‘aynin lī wa laka la taqtulūhu ‘asā `an yanfa’anā `au nattakhiẓahū waladan wa hum lā yasy’urūna (9)/ ‘Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranya adalah orangorang yang bersalah (8) Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudahmudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari.’(9)
Universitas Sumatera Utara
3.1.1.4 Nabi Musa as Bertemu Kembali dengan Ibunya atas Kehendak Allah swt Pertemuan antara Nabi Musa as dengan ibunya berawal dari tidak adanya seorangpun yang bisa menyusui Musa kecil, karena ia tidak mau makan dan minum dari apa yang mereka berikan, hingga akhirnya ia dibawa ke pasar untuk mencari orang yang bisa menyusukannya. Ketika itu, kakak Nabi Musa as (Musa kecil) melihat hal tersebut, ia segera menunjukkan orang yang bisa menyusukannya, yaitu ibunya sendiri, namun mereka tidak mengetahuinya. Maha suci Allah swt, sesungguhnya Allah swt tidak pernah menyalahi janji-janji-Nya. Kisah di atas sesuai dengan Firman Allah swt dalam lanjutan surat AlQashash ayat 10-13:
/Wa așbaḥa fu`ādu `ummi mūsā fārigan `in kādat latubdī bihī lau lā `an rabaṭnā ’alā qalbihā li takūna min al-mu`minīna (10) wa qālat li `ukhtihī qușșīhi fa bașurat bihī ‘an junubin wa hum lā yasy’urūna(11) /wa ḥarramnā ‘alaihi al-marāḍi’a min qablu fa qālat hal `adullukum ‘alā `ahli baitin yakfulūnahū lakum wa hum lahū nāșiḥūna (12) /fa radadnāhu `ilā `ummihi kai taqarra ‘ainuhā wa la taḥzana wa li ta’lama `anna wa’da Allāhi ḥaqqun wa lākinna akśara hum lā ya’lamūna (13)/ ‘Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hati- nya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).(10) Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.(11) Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada
Universitas Sumatera Utara
perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya? (12) Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.’(13) Al-Marghubi (2009:389) menjelaskan bahwa ibu Nabi Musa as bersama suami dan anak-anaknya tinggal di kerajaan Fir‘aun, mereka diberikan fasilitas dan pelayanan yang baik, hingga akhirnya Nabi Musa as (Musa kecil) pun kembali berkumpul dengan keluarganya dan hidup bahagia.
3.1.1.5 Nabi Musa as Beranjak Dewasa Setelah Bani Israil mengetahui bahwa salah satu keturunan mereka yakni Nabi Musa as beserta keluarganya tinggal di kerajaan Fir‘aun, mereka menjadi mulia dan memiliki derajat yang tinggi, sehingga ketika Bani Israil menghadapi kesulitan dari orang Qibthy/Koptik (penduduk asli Mesir), mereka meminta pertolongan kepada Nabi Musa as. Salah satu bentuk pertolongan yang diberikan Nabi Musa as adalah ketika Nabi Musa as berjalan-jalan di kota Memphis dan ia melihat adanya perkelahian antara dua orang yang berasal dari bani Israil dan orang Qibthy. Kemudian seseorang yang berasal dari bani Israil itu meminta pertolongan kepada Nabi Musa as dan ia pun menolongnya. Tanpa disadari oleh Nabi Musa as, pertolongannya itu menyebabkan kematian bagi orang Qibhty hingga Nabi Musa as merasa bersalah dan memohon ampunan kepada Allah swt karena ia sama sekali tidak bermaksud untuk membunuhnya. Sebagaimana dikisahkan dalam surat Al-Qashash ayat 14-19:
Universitas Sumatera Utara
/Wa lammā balaga `asyuddahū wa astawā `ātaināhu ḥukman wa ’ilman wa kaẓālika najzi al-muḥsinīna(14) wa dakhala al-madīnata ’alā ḥīni gaflatin min ahlihā fa wajada fīhā rajulaini yaqtatilāni hāẓā min syī’atihī wa hāẓā min ’aduwwihi fa astagāśahu al-laẓī min syī’atihī ’alā al-laẓī min ’aduwwihi fa wakazahū mūsā fa qaḍā ’alaihi. Qāla hāẓā min ’amali alsyaiṭāni innahū ’aduwwun muḍillun mubīnun (15)/ ‘Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(14) Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).(15)’
Universitas Sumatera Utara
/Qāla rabbi `innī ẓalamtu nafsī fagfir lī fa gafara lahū `innahū huwa algafūru al-rahīmu (16) qāla rabbi bimā `an’amta ‘alayya fa lan `akūna ẓahīran li al-mujrimīna (17) fa așbaḥa fī al-madīnati khā`ifan yataraqqabu fa `iżā al-lażi istanșarahū bi al-`amsi yastașrikhuhū qāla lahū mūsā innaka lagawiyyun mubīnun (18) fa lammā `an `arada `an yabṭisya bi al-lażī huwa ‘aduwwun lahumā qāla yā mūsā `aturīdu `an taqtulanī kamā qatalta nafsan bi al-amsi `in turīdu illā `an takūna jabbāran fī al-`arḍi wa mā turīdu `an takūna min al-mușliḥīna (19)/ ‘Musa mendoa: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’(16)‘Musa berkata: "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerah kan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang- orang yang berdosa".(17) Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya) (18) Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, Apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.’(19) Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as merasa bersalah dan takut atas apa yang telah dilakukannya sehigga ia meminta ampunan pada Allah swt dan mohon diberi petunjuk. Allah swt mengabulkan permohonan Nabi Musa as dan memberikan ilham padanya agar menyelamatkan diri ke negeri Madyan. 3.1.1.6 Nabi Musa as Menyelamatkan Diri ke Negeri Madyan Al-Marghubi (2009:393) menceritakan bahwa Nabi Musa as merasa begitu takut dan khawatir kalau berita ini sampai kepada Fir‘aun, maka ia akan mendapatkan hukuman yang sangat berat bahkan akan dibunuh. Apalagi Nabi Musa as melakukan hal tersebut untuk membela bani Israil yang sangat dibenci oleh Fir‘aun. Maka Allah swt mengilhamkan kepadanya agar keluar dari Mesir untuk menyelamatkan diri menuju negeri Madyan. Maka Nabi Musa as pun berjalan sambil berdo’a kepada Allah swt agar ditunjukkan jalan yang benar, hingga akhirnya ia sampai ke negeri Madyan dan menjalankan kehidupannya yang baru di sana selama beberapa tahun.
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut dijelaskan Allah swt dalam surat Al-Qashash ayat 20-22:
/Wa jā`a rajulun min `aqșā al-madīnati yas’ā qāla yā mūsā `inna almala`a ya`tamirūna bika li yaqtulūka fa ukhruj `innī laka min al-nāșiḥīna (20) fa kharaja minhā khā`ifan yataraqqabu qāla rabbi najjinī min alqaumi al-ẓālimīna (21) wa lammā tawajjaha tilqā`a madyana qāla ‘asā rabbī `an yahdiyanī sawā`a al-sabili (22)/ ‘Dan datanglah seorang lakilaki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini). Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu. (20) Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, Dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu"(21)‘Dan tatkala ia menghadap ke jurusan negeri Madyan ia berdoa (lagi): "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".(22)
3.1.1.7 Nabi Musa as Bertemu dengan Nabi Syu‘aib as Ketika Nabi Musa as tiba di negeri Madyan, ia mendapati dua orang wanita yang ingin memberi minum ternaknya. Ternyata kedua wanita tersebut adalah putri Nabi Syu‘aib as. Karena Nabi Musa as melihat mereka kesulitan dalam memberikan minum ternaknya, Nabi Musa as pun menolongnya hingga akhirnya ketika mereka pulang dan menceritakan perihal pertolongan yang mereka dapati dari seorang pemuda yang tidak mereka kenal namun begitu baik dan sopan. Nabi Syu‘aib as pun menyuruh putrinya memanggil pemuda itu ke rumah mereka dan bertemulah Nabi Musa as dan Nabi Syu‘aib as.
Universitas Sumatera Utara
Firman Allah swt dalam surat Al-Qashash ayat 23-25 menjelaskan hal tersebut:
/Wa lammā warada mā`a madyana wajada ‘alaihi `ummatan min al-nāsi yasqūna wa wajada min dūnihim imra`ataini tażūdāni qāla mā khaṭbukumā qālatā lā nasqī ḥattā yușdira al-ri’ā`u wa `abūnā syaikhun kabīrun (23) fa saqā lahumā śumma tawallā `ila al-ẓilli fa qāla rabbi `innī limā `anzalta `ilayya min khairin faqīrun (24) fa jā`athu `iḥdāhumā tamsyī ‘ala istiḥyā`in qālat `inna `abī yad’ūka liyajziyaka `ajra mā saqaita lanā fa lammā jā`ahu wa qașșa ‘alaihi al-qașașa qāla lā takhaf najauta min alqaumi al-ẓālimīna (25)/ ‘Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak Kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. (23) Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian Dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku Sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. (24) Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita
Universitas Sumatera Utara
(mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu".(25) Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as bertemu dengan dua orang puteri Nabi Syu’aib as terlebih dahulu sebelum ia bertemu dengan Nabi Syu’aib as. 3.1.1.8 Nabi Musa as Menikah dengan Putri Nabi Syu‘aib as Nabi Musa as menikah dengan putri Nabi Syu‘aib as setelah permintaan putri Nabi Syu‘aib as kepada ayahnya agar menjadikannya sebagai pekerja bagi mereka, karena Nabi Musa as merupakan sosok yang kuat dan dapat dipercaya. Hal tersebut dijelaskan Al-Marghubi (2009:400), bahwa kuatnya Nabi Musa as dikarenakan ia bisa mengangkat batu dari sebuah sumur yang hanya bisa diangkat oleh sepuluh orang saat membantu putri Nabi Syu‘aib as memberi minum ternak mereka. Sedangkan Nabi Musa as seorang yang dapat dipercaya adalah karena ketika putri Nabi Syu‘aib as mengajak Nabi Musa as menemui ayahnya. Nabi Musa as meminta ia (putri Nabi Syu‘aib as) berjalan di belakangnya dan apabila sampai di persimpangan maka lemparkanlah kerikil agar ia tahu bagaimana memilih jalan. Kisah tersebut terdapat dalam lanjutan surat Al-Qashash ayat 26-28:
/Qālat `iḥdāhumā yā `abati ista`jirhu `inna khaira man ista`jarta alqawiyyu al-amīnu (26) qāla `innī `urīdu `an `unkiḥaka iḥdā ibnatayya hātaini ‘alā `an ta`juranī śamāniya ḥijajin fa `in `atmamtu ‘asyran fa min ‘indika wa mā `uridu `an `asyuqqa ‘alaika satajidunī `insyā`a Allahu min al-șālihīna (27) qāla żālika bainī wa bainaka `ayyamā al-ajalaini qaḍaitu
Universitas Sumatera Utara
fa lā ‘udwāna ‘alayya wa Allahu ‘alā mā naqūlu wakīlun (28)/ ‘Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. (26) Berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.(27) Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan.’(28) Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as tinggal di negeri Madyan untuk beberapa tahun bersama isterinya puteri Nab Syu’aib as. 3.1.1.9 Nabi Musa as Kembali ke Negeri Mesir Kembalinya Nabi Musa as ke Mesir, menurut kebanyakan pendapat para ‘ulama karena rasa rindu kepada keluarganya. Nabi Musa as bermaksud mengunjungi keluarganya di Mesir dengan penampilan yang tidak dikenali. Namun ketika di perjalanan Nabi Musa as melihat api yang menyala dari gunung Ath-Thur, karena saat itu malam sangat gelap dan dingin sehingga Nabi Musa as ingin membuat api untuk isteri dan anak-anaknya dengan menggosok-gosokkan batang kayu namun tidak bisa menyala. Disebutkan juga oleh sebagian `ulama bahwa Nabi Musa as dan keluarganya tersesat hingga ahkirnya ia melihat cahaya terang seperti api dan berharap bisa mendapat petunjuk dari cahaya tersebut. Inilah awal dari kerasulan Nabi Musa as (Al-Marghubi, 2009:402). Firman Allah swt dalam surat Al-Qashash ayat 29:
/Fa lammā qaḍā mūsā al-ajala wa sāra bi `ahlihī `ānasa min jānibi al-ṭūri nāran qāla li `ahlihi imkuśū `innī `ānastu nāran la’allī `ātīkum minhā bi khabarin `au jażwatin min al-nāri la’allakum tașṭalūna/ ‘Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada
Universitas Sumatera Utara
keluarganya: "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudahmudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan.” Dalam surat An-Naml ayat 7 juga disebutkan:
/Iż qāla mūsā li ahlihī `innī `ānastu nāran sa`ātīkum minhā bi khabarin `au `ātīkum bisyihābin qabasin la’allakum tașṭalūna/ ‘(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada keluarganya: "Sesungguhnya aku melihat api. Aku kelak akan membawa kepadamu khabar daripadanya, atau aku membawa kepadamu suluh api supaya kamu dapat berdiang (menghangatkan diri dengan perapian)." Begitu juga diterangkan dalam surat Thaha ayat 9-10:
/Wa hal atāka ḥadīśu mūsā iż ra`ā nāran fa qāla li ahlihi imkuśū `inni `ānastu nāran la’allī `ātīkum minhā bi qabasin `au `ajidu ‘ala al-nāri hudan/ “Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? (9). Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (disini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu."(10) Ayat-ayat dari beberapa surat di atas menjelaskan bahwa ketika Nabi Musa as akan kembali ke kampung halamannya di Mesir, ia tersesat di malam hari yang gelap dan ia tidak tahu harus berjalan ke arah mana, hingga ia melihat cahaya seperti api. 3.1.1.10 Allah swt Berbicara dengan Nabi Musa as Allah swt memberikan wahyu pertama kali kepada Nabi Musa as dengan cara berbicara langsung kepadanya, sehingga Nabi Musa as mendapat gelar Al-
Universitas Sumatera Utara
Kalim atau Kalimullah (Allah berbicara padanya). Ada dua orang nabi yang berbicara langsung dengan Allah saat menerima wahyu dan mukjizatNya, yaitu: (1) Nabi Musa as ketika menerima wahyu dan mukjizatnya dan (2) Nabi Muhammad saw ketika isra’ mi’raj menerima perintah shalat. Firman Allah swt yang menerangkan hal tersebut terdapat dalam beberapa surat, yaitu: An-Nisa’ ayat 164:
/Wa rusulan qad qașașnāhum ’alaika min qablu wa rusulan lam naqșușhum ’alaika wa kallama Allāhu mūsā taklīman/ ’Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.’ Surat Al-Qashash ayat 30:
/Fa lammā `atāhā nūdiya min syāṭi`i al-wādi al-aymani fi al-buq’ati almubārakati min al-syajarati `an yā mūsā `innī `ana Allāhu rabbu al-‘ālamīna/
‘Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah Dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan (nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, Yaitu: "Ya Musa, Sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.’ Surat An-Naml ayat 8-9:
/Fa lammā jā`ahā nūdiya `an būrika man fi al-nāri wa man ḥaulahā wa subḥāna Allāhi rabbi al-‘ālamīna (8) yā mūsā `innahū `ana Allāhu al-‘azīzu al-ḥakīmu (9)/ ‘Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia:
Universitas Sumatera Utara
"Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. dan Maha suci Allah, Tuhan semesta alam".(8)‘(Allah berfirman): "Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Allah, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(9) Surat Thaha ayat 11-14:
/Fa lammā `atāha nūdiya yā mūsā (11) `innī `ana rabbuka fa ukhla’ na’layka `innaka bi al-wādi al-muqaddasi ṭuwan (12) wa `ana ikhtartuka fa astami’ limā yūḥā (13) innanī `ana Allāhu la`ilāha illā `ana fa u’budnī wa aqim al- șalāta li żikrī (14)/ ‘Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa.(11) Sesungguhnya aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa.(12) Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).(13) Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.(14) Surat Al-A’raf ayat 144:
/Qāla yā mūsā `innī ișṭafaytuka ‘ala al-nāsi bi risālātī wa bi kalāmī fa khuż mā `ātaytuka wa kun min al-syākirīna/ “Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung denganKu, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." Ayat-ayat dari beberapa surat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as merupakan salah satu nabi yang mendapatkan keistimewaan dari Allah swt ketika
Universitas Sumatera Utara
menerima wahyu. Allah swt berbicara langsung kepada Nabi Musa as untuk mengangkatnya menjadi nabi dan rasul. 3.1.1.11 Mukjizat Nabi Musa as saat Awal Kerasulannya Setelah Allah swt berbicara kepada Nabi Musa as dan mengangkat beliau menjadi Rasul utusan Allah yang memberikan kabar gembira bagi orang yang beriman dan kabar duka cita bagi orang-orang yang ingkar, maka Allah swt kembali menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya yaitu dengan memberikan beberapa mukjizat kepada Nabi Musa as. Mukjizat yang diberikan Allah swt kepada Nabi Musa as ketika itu adalah berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular dan tangan Nabi Musa as yang bercahaya putih terang. Mukjizat ini bertujuan untuk membuktikan kebesaran Allah swt kepada Fir‘aun dan para ahli sihirnya bahwa yang mereka lakukan selama ini adalah kesesatan yang nyata. Kebenaran mukjizat tersebut juga dicantumkan dalam Al-Qur’an di beberapa surat, yaitu: Surat Al-Qashash ayat 31-32:
/Wa `an `alqi ‘așāka fa lammā ra`āha tahtazzu ka `annahā jānnun wallā mudbiran wa lam yu’aqqib yā mūsā `aqbil wa lā takhaf innaka min al`aminīna (31) usluk yadaka fi jaibika takhruj baiḍā`a min gairi sū`in wa uḍmum `ilaika janāḥaka min al-rahbi fa żānika burhānāni min rabbika `ilā fir’auna wa mala`ihi `innahum kānū qauman fasiqīna (32)/ ‘Dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): "Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman.(31) Masukkanlah
Universitas Sumatera Utara
tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada) mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir'aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik.’(32) Surat Thaha ayat 17-22:
/Wa mā tilka bi yamīnika yā mūsā (17) qāla hiya ‘asāya `atawakka`ū ‘alaihā wa `ahusysyu bihā ‘alā ganamī wa liya fīhā ma`āribu ukhrā (18) qāla alqihā yā mūsā (19) fa alqāhā fa `iżā hiya ḥayyatun tas’ā (20) qāla khużhā wa lā takhaf sanu’īduhā sīratahā al-`ū lā (21) wa uḍmum yadaka `ilā janāḥika takhruj baiḍā`a min gairi sū`in `āyatan `ukhrā (22)/ ‘Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? (17) Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya".(18) Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" (19) Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.(20) Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, (21) Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula). (22) Surat An-Naml ayat 10-14:
Universitas Sumatera Utara
/Wa `alqi ‘așāka fa lammā ra`āhā tahtazzu ka `annahā jānnun wallā mudbiran wa lam yu’aqqib yā mūsā lā takhaf innī lā yakhāfu ladayya almursalūna (10) illā man ẓalama śumma baddala ḥusnā ba’da sū`in fa innī gafūrun rahīm (11) wa adkhil yadaka fi jaibika takhruj baiḍā`a min gairi sū`in fī tis’i `āyātin `ilā fir’auna wa qaumihi innahum kānū qauman fāsiqīna (12) fa lammā jā`athum `āyātuna mubșiratan qālū hāżā siḥrun mubīnun (13) wa jahadū bihā wa istaiqanathā `anfusuhum ẓulman wa ‘uluwwān fa unẓur kaifa kāna ‘ākibatu al-mufsidīna.(14)/ ‘Dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku.(10) Tetapi orang yang berlaku zalim, kemudian ditukarnya kezalimannya dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya); Maka sesungguhnya Aku Maha Pangampun lagi Maha Penyayang.(11) Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan ke luar putih (bersinar) bukan karena penyakit. (Kedua mukjizat ini) Termasuk sembilan buah mukjizat (yang akan dikemukakan) kepada Fir'aun dan kaumnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.(12) Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka: Ini adalah sihir yang nyata.(13) Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.’(14) Ayat-ayat dari beberapa surat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as mendaatkan dua buah mukjizat dari Allah swt berupa tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular dan tangannya yang dapat bercahaya putih terang. 3.1.1.12 Nabi Musa as Diperintahkan oleh Allah swt Menyeru Fir‘aun untuk Menyembah-Nya
Universitas Sumatera Utara
Setelah Allah swt mengangkat Nabi Musa as menjadi rasul dan memberikan mukjizat yang besar padanya, maka Allah swt memerintahkan Nabi Musa as untuk menyeru Fir‘aun yang ingkar lagi sombong agar menyembah Allah swt dan membebaskan kaum bani Israil yang berada di bawah kekuasaan Fir‘aun sebagaimana janji Allah swt yang akan menyelamatkan bani Israil dari Fir‘aun dengan mengutus nabiNya yang mulia yaitu Nabi Musa as. Firman Allah swt dalam surat Asy-Syu‘araa’ ayat 10-11:
/Wa iż nādā rabbuka mūsā `an i’ti al-qauma al- ẓālimīna (10) qauma fir’auna `alā yattaqūna (11)/ ‘Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya): "Datangilah kaum yang zalim itu (10), (yaitu) kaum Fir'aun, mengapa mereka tidak bertakwa?"(11) Dan dalam surat Al-Mu’min ayat 23-24:
/Wa laqad arsalnā mūsā bi `āyātina wa sulṭānin mubīnin (23) `ilā fir’auna wa hāmāna wa qārūna fa qālū sāhirun każżābun (24)/ ‘Dan Sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, (23) kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: "(ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta"(24)
Dan juga dalam surat Al-Mu’minun ayat 45-46:
/Śumma arsalnā mūsā wa `akhāhu harūna bi `āyātina wa sulṭānin mubīnin (45) `ilā fir’auna wa mala`ihī fa istakbarū wa kānū qauman ‘ālīna (46)/ ‘Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata (45) kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabbur dan mereka adalah orang-orang yang sombong.(46)
Universitas Sumatera Utara
3.1.1.13 Nabi Musa as Memohon kepada Allah swt agar Saudaranya Harun Menemaninya untuk Menyeru Fir‘aun Menyembah Allah swt Awalnya Nabi Musa as merasa takut untuk menghadapi Fir‘aun dan pengikut-pengikutnya, karena ia pernah berbuat salah pada mereka, ketika ia tidak sengaja membunuh salah seorang dari orang Qibthy demi membela kaumnya Bani Israil. Kemudian diceritakan juga bahwa lisan atau lidah Nabi Musa as mengalami gagap dikarenakan Fir‘aun ingin menguji akalnya saat Nabi Musa as masih kecil, yakni ketika Nabi Musa as (Musa kecil) menarik jenggot Fir‘aun sedangkan ia masih balita, lalu Fir‘aun ingin membunuhnya karena jengkel, kemudian Asiah merasa khawatir dan berkata: “Dia masih balita (belum sempurna akalnya), cobalah engkau uji ia dengan meletakkan bara api dan setangkai buah di hadapannya”. Lalu Nabi Musa as (Musa kecil) berkeinginan untuk mengambil buah tersebut namun malaikat memalingkan tangannya hingga akhirnya Nabi Musa as (Musa kecil) mengambil bara api tersebut dan memasukkannya ke dalam mulutnya hingga tidak fasihlah lisan Nabi Musa as dalam berbicara. (AlMarghubi, 2009:409-410) Al-Qur'an mengabadikan kisah tersebut secara berulang-ulang di beberapa surat, menunjukkan bahwa para nabi adalah merupakan manusia biasa yang pernah melakukan kesalahan, memiliki kekurangan dan rasa takut. Firman Allah swt dalam surat Al-Qashash ayat 33-35:
/Qāla rabbi innī qataltu minhum nafsan fa `akhāfu `an yaqtūlūni (33) wa `akhī hārūna huwa afșahu minnī lisanan fa arsilhu ma’iya rid`an yușaddiqunī `innī `akhāfu `an yukażżibūn (34) qāla sanasyuddu ‘aḍudaka bi `akhīka wa naj’alu lakumā sulṭānan fa lā yașilūna `ilaykumā bi `āyātina `antumā wa man `ittaba’akuma al-gālibūna.(35)/ ‘Musa berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya aku, telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.(33) Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya dari padaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku;
Universitas Sumatera Utara
sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.(34) ‘Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.(35)’ Surat Asy-Syu’arra` ayat 12-15:
/Qāla rabbi innī akhāfu `an yukażżibuni (12) wa yaḍīku șadri wa lā yanṭaliqu lisānī fa `arsil `ilā hārūna (13) wa lahum `alayya żanbun fa `akhāfu `an yaqtulūni (14) qāla kallā fa iżhabā bi `āyātinā innā ma’akum mustami’ūna (15)/ ‘Berkata Musa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. (12) dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah (Jibril) kepada Harun. (13). dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku"(14). Allah berfirman, Janganlah takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayatayat Kami (mukjizat-mukjizat), sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan.(15) Surat Thaha ayat 24-35:
Universitas Sumatera Utara
/Iżhab ilā fir’auna innahu ṭagā (24) qāla rabbi isyraḥ lī șadrī (25) wa yassir lī `amrī (26) wa uḥlul ‘uqdatan min lisānī (27) yafqahū qaulī (28) wa ij’al lī ważīran min `ahlī (29) hārūna `akhī (30) usydud bihī `ażrī (31) wa `asyrikhu fī `amrī (32) kay nusabbihaka kaśīran (33) wa nażkuraka kaśīran (34) `innaka kunta binā baș īran (35)/' ’Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas" (24) berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku (25) dan mudahkanlah untukku urusanku, (26) dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, (27) supaya mereka mengerti perkataanku, (28) dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (29) (yaitu) Harun, saudaraku, (30) teguhkanlah dengan dia kekuatanku, (31) supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, (32) dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku, (33) dan banyak mengingat Engkau. (34) Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami"(35) Ayat-ayat dari beberapa surat di atas menjelaskan bahwa Allah swt mengabulkan permintaan Nabi Musa as dengan mengangkat saudaranya Harun menjadi nabi untuk membantunya menyeru Fir’aun agar menyembah Allah swt. 3.1.1.14 Nabi Musa as dengan Mukjizatnya Melawan Kesombongan Fir‘aun Setelah Nabi Musa as diperintahkan Allah swt untuk menyeru Fir‘aun dan pengikut-pengikutnya dan diperkenankan saudaranya Nabi Harun as sebagai pembantunya untuk menghadapi Fir‘aun dan kesombongannya, maka Nabi Musa as beserta saudaranya Nabi Harun as mendatangi Fir‘aun dan menyerunya dengan cara yang lemah lembut untuk beriman kepada Allah swt. Namun Fir‘aun yang merasa dirinya tuhan enggan untuk beriman kepada Allah swt, karena ia merasa bahwa dirinyalah yang patut disembah oleh kaumnya. Maka terjadilah perdebatan, pertentangan dan saling adu fisik dan kekuatan antara Nabi Musa as versus Fir‘aun ‘laknatullah ‘alaih’. Kisah Nabi Musa as versus Fir‘aun ini dilegetimasi Al-Qur'an secara berulang-ulang dalam beberapa surat sebagai pelajaran bagi orang-orang yang beriman, yaitu: Surat Al-Qashash ayat 36-39:
Universitas Sumatera Utara
/Fa lammā jā`ahum mūsā bi `āyātinā bayyinātin qālū mā hāżā illā siḥrun muftaran wa mā sami’nā bi hāżā fī ābā`inā al-awwalīna(36) wa qāla mūsā rabbī `a’lamu bi man jā`a bi al-hudā min ‘indihī wa man takūnu lahū ‘āqibatu al-dāri innahū lā yufliḥū al-ẓālimūna (37) wa qāla fir’aunu yā`ayyuhā al-mala`u mā ‘alimtu lakum min ilāhin gairī fa`auqid lī ya hāmānu ‘alā al-ṭīni fa ij’al lī șarḥan la’allī `aṭṭali’ū `ilā `ilāhi mūsā wa innī la`aẓunnuhū min al-kāżibīna (38) wa istakbara huwa wa junūduhū fī al-`ardi bi gairi al-haqqi wa ẓannū `annahum `ilainā lā yurja’ūna (39)/ ‘Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan (membawa) mukjizatmukjizat Kami yang nyata, mereka berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu.(36) ‘Musa menjawab: "Tuhanku lebih mengetahui orang yang (patut) membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan (yang baik) di negeri akhirat. Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang zalim.(37) Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.(38) Dan berlaku angkuhlah Fir'aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.’(39)
Universitas Sumatera Utara
Ayat di atas menjelaskan tentang kesombongan Fir’aun ketika Nabi Musa as menyeruya untuk menyembah Allah swt. Fir’aun mengatakan bahwa apa yang ditunjukkan oleh Nabi Musa as adalah sihir belaka. Surat Al-A’raf ayat 104-128:
/Wa qāla mūsā yā fir’auna innī rasūlun min rabbi al-‘ālamīna (104) haqīqun ‘alā `an lā `aqūla ‘alā allāhi illā al-haqqa qad ji`tukum bi bayyinatin min rabbikum fa arsil ma’iya bani isrā`īla (105) qāla `in kunta ji`ta bi `āyatin fa`ti bihā `in kunta min al-șaddiqīnā (106) fa `alqā ‘aș āhu fa `iżā hiya śu’bānun mubīnun (107) wa naza’a yadahū fa `iżā hiya baiḍā`a li al-nāẓirīna (108) qāla al-mala`u min qaumi fir’auna `inna hāżā la saḥirun ‘alīmun (109) yurīdu `an yukhrijakum min `ardikum fa māżā ta`murūna (110) qālū `arjih wa `akhāhu wa arsil fi al-madā`ini ḥāsyirīna (111) ya’tūka bi kulli sāḥirin ‘alīmin (112) wa jā`a al-saḥaratu fir’auna
Universitas Sumatera Utara
qālū `inna lanā la`ajran `in kunnā naḥnu al-galibīinā (113) qāla na’am wa `innakum la min al-muqarrabīna (114)/ ‘Dan Musa berkata: "Hai Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam,(104)‘Wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku".(105) ‘Fir'aun menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar".(106) ‘Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya.(107) ‘Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.(108) ‘Pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai,(109)‘Yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu". (Fir'aun berkata): "Maka apakah yang kamu anjurkan?"(110) Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir),(111)‘Supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai".(112) ‘Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir'aun mengatakan: "(Apakah) kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?"(113) ‘Fir'aun menjawab: "Ya, dan sesungguhnya kamu benarbenar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)".(114)
/Qālū yā mūsā `immā `an tulqiyā wa immā `an nakūna naḥnu al-mulqīna (115) qāla `alqū falammā `alqū saḥarū `a’yuna al-nāsi wa istarhabū hum wa jā` ū bi siḥrin ‘aẓīm (116) wa `auḥainā `ilā mūsā `an `alqi ’așāka fa iżā hiya talqafu mā ya`fakūna (117) fa waqa’a al-haqqu wa baṭala mā kānū
Universitas Sumatera Utara
ya’malūna (118) fa gulibū hunālika wa inqalabū șāgirīna (119) wa `ulqiya al-saḥaratu sājidīna (120) qalū `āmannā bi rabbi al-‘ālamīna (121) rabbi mūsā wa hārūna (122)/ ‘Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?"(115) ‘Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan).(116) Dan Kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!". Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan,(117) ‘Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan.(118) Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. (119) Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud.(120) Mereka berkata: "kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (121), “(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".(122)
Universitas Sumatera Utara
/Qāla fir’aunu `āmantum bihī qabla an `āżana lakum inna hāżā la makrun makartumūhu fī al-madīnati li tukhrijū minhā ahlalā fa saufa ta’lamūna (23) la `uqaṭṭi’anna `aidiyakum wa `arjulakum min khilāfin śumma la `ușallibannakum `ajma’īna (124) qālū innā `ilā rabbinā munqalibūna (125) wa ma tanqimu minnā illā an `āmannā bi `āyāti rabbinā lammā jā`atnā rabbanā `afrig ‘alainā șabran wan tawaffanā muslimīna(126) wa qāla al-mala`u min qaumi fir’auna `atażaru mūsā wa qaumahū li yufsidū fī al-`ardi wa yażaraka wa `alihataka qāla sanuqattilu `abnā`ahum wa nastaḥyī nisā`ahum wa innā fauqahum qāhirūna.(127)/qāla mūsā li qaumihī ista’īnū bi allāhi wa ișbirū inna al-`arda li allāhi yūriśuhā man yasyā`u min ‘ibādihī wa al-‘āqibatu li al-muttaqīna (128)/ ‘Fir'aun berkata: "Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?, Sesungguhnya (perbuatan ini) adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; Maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini).(123) ‘Sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh aku akan menyalib kamu semuanya.”(124) ‘Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali.(125) Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayatayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu) (126) Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhantuhanmu?". Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka. (127) ‘Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.(128) Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as dan saudaranya Nabi Harun as menyeru Fir’aun untuk menyembah Allah swt, namun Fir’aun tetap mengingkarinya dan tidak mau beriman kepada Allah swt, meskipun Nabi Musa as telah memperilhatkan bukti-bukti yang nyata kepadanya berupa mukjizat yang diberikan oleh Allah swt. Surat Yunus ayat 76-83:
Universitas Sumatera Utara
/Fa lammā jā'a hum al-ḥaqqu min ‘indinā qālū inna hāżā lasiḥrun mubīnun(76) qāla mūsā ataqūlūna li al-ḥaqqi lammā jā`akum, asiḥrun hāżā wa lā yufliḥu al-sāḥirūna(77) qālū aji`tanā litalfitanā ‘ammā wajadnā ‘alaihi ābā`anā wa takūna lakumā al-kibriyā`ū fi al-arḍi wa mā naḥnu lakumā bimu`minīna (78) wa qāla fir’aunu u`tūnī bikulli sāḥirin ‘alīmin (79) fa lammā jā`a al-saḥaratu qāla lahum mūsā alqū mā antum mulqūna (80) fa lammā `alqau qāla mūsā mā ji`tum bihī al-siḥru inna allaha sayubţiluhū inna allaha lā yuṣlihu ‘amala al-mufsidīna (81) wa yuḥiqqu allahu al-haqqa bi kalimātihī wa lau kariha al-mujrimūna(82) fa mā `āmana li mūsā illa żurriyatun min qaumihī ‘alā khaufin min fir’auna wa mala`īhim an yaftinahum wa inna fir’auna la’ālin fi al-arḍi wa innahū la min al-musrifīna(83)/ ‘Dan tatkala telah datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata".(76) Musa berkata: "Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran sewaktu ia datang kepadamu, sihirkah ini?" Padahal Ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan".(77) mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami
Universitas Sumatera Utara
dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua".(78) Fir'aun berkata (kepada pemuka kaumnya): "Datangkanlah kepadaku semua Ahli-ahli sihir yang pandai!"(79) Maka tatkala Ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka: "Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan."(80) Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: "Apa yang kamu lakukan itu, Itulah yang sihir, Sesungguhnya Allah akan Menampakkan ketidak benarannya" Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-yang membuat kerusakan.(81) dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).(82) Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam Keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. dan Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang melampaui batas.(83) Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Fir’aun menuduh mukjizat-mukjizat yang diterima oleh Nabi Musa as dari Allah swt dan ditunjukkan kepadanya merupakan sihir yang dibuat-buat oleh Nabi Musa as. Surat Thaha ayat 42-52:
Universitas Sumatera Utara
/Iżhab `anta wa `akhūka bi `āyātī wa lā taniyā fī żikrī (42) iżhabā ilā fir’auna innahū ṭagā (43) fa qūlā lahū qaulan layyinan la’allahū yatażakkaru `au yakhsyā (44) qālā rabbanā innanā nakhāfu `an yafruṭa ‘alainā `au an yaṭgā (45) qāla la takhāfā `innanī ma’akumā `asma’ū wa `arā (46) fa `i`tiyāhu faqūlā innā rasūlā rabbika fa arsil ma’anā banī isrā`īla wa lā tu’ażżibhum qad ji`nāka bi `āyatin min rabbika wa alsalāmu ‘alā man ittaba’a al-hudā (47) innā qad `ūḥiya `ilainā anna al‘ażāba ‘alā man każżaba wa tawallā (48) qāla fa man rabbukumā yā mūsā (49) qāla rabbunā al-lażī `a’ṭā kulla sya`in khalqahū śumma hadā (50) qāla famā bālu al-qurūni al-`ūlā (51) qāla ‘ilmuhā ‘inda rabbī fi kitābin, lā yaḍillu rabbī wa lā yansā (52)/ ‘Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku (42) Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;(43) Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".(44) berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas".(45) Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat".(46) ‘Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.(47) Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orangorang yang mendustakan dan berpaling.(48) Berkata Fir'aun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?.(49) Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.(50) berkata Fir'aun: “Bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?"(51) Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.’(52) Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt memerintahkan Nabi Musa as untuk menyeru Fir’aun dengan cara yang lemah lembut terlebih dahulu, karena biar bagaimanapun Nabi Musa as pernah diasuh dan dibesarkan oleh
Universitas Sumatera Utara
Fir’aun, sehingga Nabi Musa as harus tetap hormat terhadap orang yang pernah mengasuh dan membesarkannya. Dilanjutkan kembali pada surat Thaha ayat 56-73:
/Wa laqad `araināhu `āyātinā kullahā fa każżaba wa `abā (56) qāla `aji`tanā li tukhrijanā min `arḍinā bi siḥrika yā mūsā (57) fa lana`tiyannaka bi siḥrin miślihī fa ij’al bainanā wa bainaka mau’idan lā nukhlifuhū naḥnu wa lā `anta makānan suwan (58) qāla mau’idukum yaumu al-zīnati wa `an yuḥsyara al-nāsu ḍuḥan (59) fa tawallā fir’aunu fajama’a kaidahū śumma atā (60) qāla lahum mūsā waylakum lā taftarū ‘ala Allāhi każiban fayusḥitakum bi’ażābin, wa qad khāba man iftarā (61) fa tanāza’ū amrahum bainahum wa asarrū al-najwā (62) qālū in hāżāni lasāḥirāni yurīdāni an yukhrijākum min arḍikum bisiḥrihimā wa yażhabā
Universitas Sumatera Utara
biṭarīqatikumu al-muśla (63) fa `ajmi’ū kaidakum śumma u`tū șaffan. Wa qad aflaḥa al-yauma man ista’lā (64) qālū yā mūsā immā `an tulqiya wa immā `an nakūna awwala man `alqā (65) ‘Dan Sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).(56) ‘Berkata Fir'aun: "Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa?(57) Dan kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).(58) ‘Berkata Musa: "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik. (59) ‘Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. (60) ‘Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengadaadakan kedustaan.(61) ‘Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (62) ‘Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. (63) ‘Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini.(64) ‘(setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), Apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?"(65)
Universitas Sumatera Utara
/Qāla bal alqū fa `iżā ḥibāluhum wa ‘ișiyyuhum yukhayyalu ilaihi min siḥrihim annahā tas’ā (66) fa `aujasa fī nafsihī khīfatan mūsā (67) qulnā lā takhaf innaka anta al-`a’lā (68) wa alqi mā fī yamīnika talqaf mā șana’ū. Innamā șana’ū kaidu sāḥirin wa lā yufliḥu al-sāḥiru ḥaisu `atā (69) fa `ulqiya al-saḥaratu sujjadan qālū `āmannā bi rabbi hāruna wa mūsā (70) qāla `āmantum lahū qabla `an āżana lakum. Innahū lakabīrukum al-lażī ‘allamakum al-siḥra. Fa la `uqaṭṭi’anna aidiyakum wa arjulakum min khilāfin wa la `ușallibannakum fī jużū’i al-nakhli wa lata’lamunna ayyunā asyaddu ‘ażāban wa abqā (71) qālū lan nu’śiraka `alā mā jā`anā min al-bayyināti wa al-lażī faṭaranā. Fa `iqḍi mā anta qāḍin, innamā taqḍī hāżihi al-ḥayāta al-dunyā (72) Inna `āmannā bi rabbinā li yagfira lanā khaṭāyānā wa mā akrahtanā ‘alaihi min al-siḥri. Wa Allāhu khairun wa abqā (73)/ ‘Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.(66) ‘Maka Musa merasa takut dalam hatinya.(67) Kami berkata: "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).(68) ‘Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. (69) ‘Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa".(70) Berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya. (71) ‘Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu
Universitas Sumatera Utara
daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. (72) Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahankesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azabNya)".(73) Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Fir’aun merupakan orang yang benar-benar sombong dan ingkar kepada Allah swt, meskipun ia telah diseru oleh Nabi Musa as agar menyembah Allah swt dan ditunjukkan kepadanya bukti-bukti kebesaran Allah swt berupa mukjizat-mukjizat yang diterima Nabi Musa as. Surat Asy-Syu’ara` ayat 16-51:
Universitas Sumatera Utara
/Fa’tiyā fir’auna faqūlā `innā rasūlu rabbi al-‘ālamīna (16) An arsil ma’anā banī isrā`īla (17) qāla alam nurabbika fīnā walīdan wa labiśta fīnā min ‘umurika sinīna (18) wa fa’alta fa’lataka al-latī fa‘alta wa anta min al-kāfirīna (19) qāla fa’altuhā iżan wa ana min al-ḍāllīna (20) fa farartu minkum lammā khiftukum fa wahaba lī rabbī ḥukman wa ja’alanī min al-mursalīna (21) wa tilka ni’matun tamunnuhā ’alayya an ‘abbatta banī isrā`īla (22) qāla fir’aunu wa mā rabbu al-‘ālamīna (23) qāla rabbu al-samāwāti wa al-`arḍi wa mā bainahumā in kuntum mūqinīna (24) qāla li man ḥaulahū `alā tastami’ūna (25) qāla rabbukum wa rabbu `ābā`ikum al-awwalīna (26) qāla inna rasūlakum al-lażī ursila ilaikum lamajnūnun (27) qāla rabbu al-masyriqi wa al-magribi wa mā bainahumā `in kuntum ta’qilūna (28) qāla la`in ittakhażta ilāhan gairī la`aj’alannaka min almasjūnīna (29) qāla awalau ji’tuka bi syai`in mubīnin (30 ‘Maka datanglah kamu berdua kepada Fir'aun dan katakanlah olehmu: "Sesungguhnya kami adalah rasul Tuhan semesta alam (16) lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami". (17) Fir'aun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanakkanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu, (18) Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna.(19) Berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.(20) Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.(21) Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil".(22) ‘Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?"(23) Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apaapa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orangorang) mempercayai-Nya".(24) Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?" (25) Musa berkata (pula): "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu".(26) ‘Fir'aun berkata: "Sesungguhnya rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila".(27) Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal".(28) Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan".(29) Musa berkata:
Universitas Sumatera Utara
"Dan apakah (kamu akan melakukan itu) kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata ?"(30)
/Qāla fa’ti bihī in kunta min al-ṣādiqīna (31) fa alqā ‘aṣāhu fa`iżā hiya śu’bānun mubīnun (32) wa naza’a yadahū fa`iżā hiya baiḍā`u li alnāẓirīna (33) qāla li `almalā`i ḥaulahū inna hāżā la sāḥirun ‘alīmun (34) yurīdu an yukhrijakum min arḍikum bi siḥrihī fa māżā ta’murūna (35) qālū arjih wa akhāhu wab’aś fi al-madā`ini ḥāsyirīna (36) ya’tūka bi kulli saḥḥārin alīmin (37) fa jumi’a al-saḥaratu li mīqāti yaumin ma’lūmin (38) wa qīla li al-nāsi hal antum mujtami’ūna (39) la’allanā nattabi’u alsaḥarata in kānū hum al-gālibīna (40) fa lammā jā`a al-saḥaratu qālū li fir’auna a`inna lanā la ajran in kunnā naḥnu al-gālibīna (41) qāla na’am wa `innakum `iżan la min al-muqarrabīna.(42)/ ‘Fir'aun berkata: "Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar".(31) Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata.(32) dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya.(33) Fir'aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya: Sesungguhnya
Universitas Sumatera Utara
Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai,(34) Ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?"(35) mereka menjawab: "Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir),(36) niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu".(37) lalu dikumpulkan ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang ma'lum,(38) ‘Dan dikatakan kepada orang banyak: "Berkumpullah kamu sekalian.(39) semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang".(40) ‘Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, mereka pun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?"(41) Fir'aun menjawab: "Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)".(42)
/Qāla lahum mūsā `alqū mā antum mulqūna (43) fa `alqau hibālahum wa ‘isiyyahum wa qālū bi izzati fir’auna `innā la nahnu al-gālibūna (44) fa `alqā mūsā ‘asāhu fa `izā hiya talqafu mā ya`fikūna (45) fa `ulqiya alsaharatu sājidīna (46) qālu `āmannā bi rabbi al-ālamīna (47) rabbi mūsā wa hārūna (48) /qāla `āmantum lahū qabla `an `āzana lakum `innahu la
Universitas Sumatera Utara
kabīrukum al- lazī ‘allamakum al-sihra fa lasaufa ta’lamūna la uqatti’anna aidiyakum wa arjulakum min khilāfin wa la `usallibannakum `ajma’īna (49) qālū lā daira `innā ilā rabbinā munqalibūna (50) `innā natma’u `an yagfira lanā rabbunā khatayānā `an kunnā awwala almu’minīna(51)/ ‘Berkatalah Musa kepada mereka: "Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan".(43) lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang".(44) Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.(45) ‘Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah), (46) mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (47), “(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".(48) ‘Fir'aun berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya".(49) ‘Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan (bagi kami); sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, (50) Sesungguhnya kami Amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman".(51) Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Fir’aun memerintahkan para ahli sihirnya untuk melawan kehebatan mukjizat Nabi Musa as, namun para ahli sihir tersebut tidak mampu mengalahkan kehebetan mukjizat tersebut, hingga akhirnya para ahli sihir itu beriman dengan Allah swt dan megakui Nabi Musa aas sebagai rasul. Surat Al-Mu’min ayat 25-37:
Universitas Sumatera Utara
/Fa lammā jā`ahum bi al-haqqi min ‘indinā qālū `uqtulū `abnā`a al-lazīna `āmanū ma’ahu wa istahyū nisā`ahum wa mā kaidu al-kāfirīna illā fī dalālin(25) wa qāla fir’aunu zarūnī `aqtul mūsā walyad’u rabbahū innī akhāfu `an yubaddila dīnakum au `an yuzhira fi al-ardi al-fasāda(26) wa qāla mūsā innī ‘uztu bi rabbī wa rabbikum min kulli mutakabbirin lā yu’minu bi yaumi al-hisābi (27) wa qāla rajulum mu’minun min `āli fir’auna yaktumu `imānahu `ataqtulūna rajulan an yaqūla rabbiya allāhu wa qad jā`akum bi al-bayyināti min rabbikum wa `in yaku kāziban fa ‘alaihi kazibuhū wa `in yaku sādiqan yusibkum ba’du al-lazī ya’idukum inna allāha lā yahdī man huwa musrifun kazzābun (28) yā qaumi lakum al-mulku al-yauma zāhirīna fi al-`ardi fa man yansurunā mim ba`si allāhi in jā`anā qāla fir’aunu mā `urīkum illā mā `arā wa mā ahdīkum illā sabīla al-rasyādi (29)/ Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: "Bunuhlah anak-anak orangorang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanitawanita mereka". Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah siasia (belaka).(25) Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi".(26) Dan Musa berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab".(27) Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikutpengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keteranganketerangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya
Universitas Sumatera Utara
sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.(28) ‘(Musa berkata): "Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar".(29)
Universitas Sumatera Utara
/Wa qāla al-lazī `āmana yā qaumi `innī akhāfu alaikum misla yaumi alahzābi (30) misla da`bi qaumi nūhin wa ‘ādin wa samūda wa al-lazīna min ba’dihim wa mā allāhu yurīdu zulman li al-‘ibādi (31) wa yā qaumi `innī akhāfu alaikum yauma al-tanādi (32) yauma tuwallūna mudbirīna mā lakum min allāhi min ‘āsimin wa man yudlili allāhu fa mā lahū min hādin (33) Wa laqad jā`akum yūsufu min qablu bi al-bayyināti fa mā ziltum fi syakkin min mā jā`akum bihī hattā `izā halaka qultum lan yab'aśa allāhu min ba’dihī rasūlan kazālika yudhillu allāhu man huwa musrifun murtābun (34) al-lazīna yujādilūna fī `āyāti allāhi bi gairi sultānin `atāhum kabura maqtan ‘inda allāhi wa ‘inda al-lazīna` āmanū kazālika yatba’u allāhu ‘alā kulli qalbi mutakabbirin jabbārin (35) wa qāla fir’aunu yā hāmānu ibni lī sarhan la’allī ablugu al-`asbāba (36) asbāba al-samāwāti fa `attali’a `ilā ilāhi mūsā wa innī la `azunnuhū kāziban wa kazālika zuyyina li fir’auna sū`u ‘amalihī wa sudda ani al- sabīli wa mā kaidu fir’auna illā fi tabābin (37) ‘Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu.(30) (yakni) seperti keadaan kaum Nuh, 'Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hambahamba-Nya.(31) ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil.(32), (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk.(33) ‘Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.(34) ‘(yaitu) orangorang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.(35) ‘Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,(36) (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.(37)
Universitas Sumatera Utara
Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Fir’aun ingin membunuh Nabi Musa as karena ia takut para pengikutnya akan terpengaruh dengan Nabi Musa as dan beriman kepada Allah swt, setelah para ahli sihirnya mengaku kalah dan takjub dengan kehebatan mukjizat yang ditunjukka Nabi Musa as, sehingga mereka (ahli sihir) itu pun beriman kepada Allah swt. Surat Az-Zhukhruf ayat 46-54:
/Wa laqad arsalnā mūsā bi `ayātinā ilā fir’auna wa mala`ihī fa qāla innī rasūlu rabbi al-‘ālamīna (46) fa lammā jā`ahum bi `ayātinā `izā hum minhā yadhakūna (47) wa mā nurīhim min `āyatin illā hiya akbaru min ukhtihā wa akhaznāhum bi al-azābi la’allahum yarji’ūna (48) wa qālū yā ayyuha al-sāhiru ud’u lanā rabbaka bimā ‘ahida ‘indaka innanā la muhtadūna (49) fa lammā kasyafnā ‘anhum al-azāba `izā hum yankusūna
Universitas Sumatera Utara
(50) wa nāda fir’aunu fi qaumihī qāla yā qaumi `alaisa li mulku misra wa hāzihi al-anhāru tajrī min tahtī `afalā tubsirūna (51) am ana khairun min hāżā al-lażī huwa muhīnun wa lā yakādu yubīnu (52) fa laulā `ulqiya ‘alaihi `aswiratun min żahabin `au jā`a ma’ahū al-malā`ikatu muqtarinīna (53) fa istakhaffa qaumahū fa `aṭā’ūhu `innahum kānū qauman fāsiqīna (54)/ ‘Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam".(46) Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya.(47) Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).(48) Dan mereka berkata: "Hai ahli sihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.(49) ‘Maka tatkala Kami hilangkan azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka memungkiri (janjinya).(50) Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat (nya)?(51) Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?(52) Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?"(53) Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya, karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.(54)’ Dari uraian beberapa surat di atas, dapat diketahui bahwa Nabi Musa as mendapatkan dua buah mukjizat dari Allah swt, berupa (1) tongkat yang dapat berubah menjadi ular dan (2) tangan Nabi Musa as yang dapat mengeluarkan cahaya putih yang terang. Sedangkan Fir’aun merupakan sosok yang begitu sombong dan ingkar terhadap Allah swt, meskipun ia telah ditunjukkan buktibukti yang nyata kepadanya berupa dua buah mukjizat yant diterima oleh Nabi Musa as. Ia tetap mengakui dirinya sebagai tuhan dan ingin membunuh Nabi Musa as karena takut Nabi Musa as akan mempengaruhi semua pengikutnya. 3.1.1.15 Hukuman Terhadap Fir’aun dan Pengikutnya karena Keingkaran Mereka Hukuman yang diberikan Allah swt kepada Fir‘aun dan para pangikutnya karena keingkaran dan kedurhakaan mereka diceritakan dalam Al-Qur'an, yakni pada surat Al-A’raaf ayat 130-135:
Universitas Sumatera Utara
/Wa laqad `akhażnā `āla fir’auna bi al-sinīna wa naqsin min al-śamarāti la’allahum yażżakkarūna (130) fa `iżā jā`athum al-ḥasanatu qālū lanā hażihi wa `in tușibhum sayyi`atun yaṭṭayyarū bi mūsa wa man ma’ahū `alā `inna mā ṭā`irahum ‘inda allāhi wa lākinna akśarahum la ya’lamūna (131) wa qālū mahmā ta`tinā bihi min `āyatin litasḥaranā bihā fa mā naḥnu laka bi mu`minīna (132) fa arsalā ‘alaihim al-ṭūfāna wa al-jarāda wa al-qummala wa al-ḍafādi’a wa al-dama `āyātin mufașșalātin fa istakbarū wa kānū qauman mujrimīna (133) wa lammā waqa’a ‘alaihim al-rijzu qālū ya mūsā `ud’u lanā rabbaka bimā ‘ahida ‘indaka la`in kasyafta ‘annā al-rijza la nu’minanna laka wa la nursilanna ma’aka bani isrā`īla (134) fa lammā kasyafnā ‘anhum al-rijza `ila `ajalin hum bāligūhu `iżā hum yankuśuna (135)/ ‘Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim
Universitas Sumatera Utara
kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.(130) Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(131) Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu.(132) Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa (133) Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu".(134) Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.(135)’ Ayat di atas menjelaskan bahwa setelah Nabi Musa as berhasil mengalahkan ahli-ahli sihir Fir‘aun, akhirnya merekapun beriman kepada Allah swt dan mengakui kerasulan Nabi Musa as, tetapi Fir‘aun dan para pengikutnya tetap ingkar dan tidak mau mengakui Allah swt sebagai Tuhan, maka Allah swt menghukum mereka dengan berbagai macam cobaan secara terus menerus baik musim kemarau yang panjang maupun musim paceklik, ditambah dengan, taufan (air wabah penyakit), belalang (serangga yang menyerang tanaman pertanian), kutu (binatang kecil berwarna hitam yang memasuki rumah-rumah dan tempat tidur), katak (kodok) yang berjatuhan dalam makanan dan minuman, dan darah (air yang telah terkontaminasi dengan darah). (Al-Magrhubi, 2009:457-458) 3.1.1.16 Mukjizat Nabi Musa as dengan Terbelahnya Lautan dan Binasanya Fir‘aun Kisah mukjizat Nabi Musa as dengan terbelahnya lautan dan binasanya Fir‘aun diceritakan Al-Qur'an secara jelas, terperinci dan berulang-ulang dalam beberapa surat, yaitu: Surat Al-Qashash ayat 40:
ن /Fa `akhaznāhu wa junūdahū fa nabażnāhum fi al-yammi fa unżur kaifa kāna ‘āqibatu al-ẓālimīna/ ‘Maka Kami hukumlah Fir'aun dan bala
Universitas Sumatera Utara
tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim.’ Surat Thaha ayat 77-79:
/Wa laqad `auḥainā `ilā mūsā `an `asri bi ‘ibādī fa iḍ rib lahum ṭarīqan fi al-baḥri yabasan lā takhāfu darakan wa lā takhsyā (77) fa`atba’ahum fir’aunā bi junūdihī fa gasyiyahum min al-yammi mā gasyiyahum (78) wa `adalla fir’aunū qaumahu wa mā hadā (79)/ ‘Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam).(77) Maka Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.(78) Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.(79)’
Surat Al-A’raaf ayat 136:
/Fa intaqamnā minhum fa `agraqnāhum fi al-yammi bi `annahum każżabū bi `āyātinā wa kānū ‘anhā gāfilīna/ ‘Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu.’ Surat Asy-Syu’araa` ayat 52-67:
Universitas Sumatera Utara
/Wa `auḥainā `ilā mūsā `an `asri bi ‘ibādihī `innakum muttabi’ūna (52) fa arsala fir’aunu fi al-madā`ini ḥāsyirīna (53) inna hā`ulā’i la syirżimatun qalīlūna (54) wa `innahum lanā lagāiżūna (55) wa `innā la jamī`un ḥāżirūna (56) fa `akhrajnāhum min jannātin wa ‘uyūnin (57) wa kunūzin wa maqāmin karīmin (58) każālika wa auraśnāhā banī isrā`īla (59) fa atba’ūhum musyrikīna (60) fa lammā tarā`a al jam’āni qāla așḥābu musā innā lamudrakūna (61) qāla kallā inna ma’iya rabbī sayahdīni (62) fa `auḥainā `ilā mūsā an iḍrib bi ‘așāka al-baḥra fa infalaqa fa kāna kullu firqin ka al-ṭaudi al-‘ażīmi (63) wa azlafnā śamma al-`akharīna (64) wa `anjainā mūsā wa man ma’ahū `ajma’īna (65) śumma `agraqnā `alākharīna (66) `inna fī żālika la`āyatan wa mā kāna `akśaruhum mu`minīna.(67)/ ‘Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: "Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli".(52) Kemudian Fir'aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota.(53), (Fir'aun berkata): "Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil, (54) Dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan amarah kita,(55) Dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga".(56) Maka Kami keluarkan Fir'aun dan kaumnya dari taman-taman dan mata air,(57) dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia.(58) Demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (Itu) kepada Bani Israil.(59) Maka Fir'aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit.(60) Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul".(61) Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku".(62) Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain.(64) Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.(65) Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.(66) Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.(67)’ Surat Az-Zukhruf ayat 55-56:
/Fa lammā `āsafūnā intaqamnā minhum fa`agraqnāhum ajma’īna (55) fa ja’alnāhum salafan wa maśalan li al-ākhirīna (56)/ ‘Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),(55) dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian.(56)’ Surat Yunus ayat 90-92:
Universitas Sumatera Utara
/Wa jāwaznā bi banī isrā`īla al-baḥra fa atba’ahum fir’aunu wa junūduhu bagyan wa ‘adwan ḥattā `iżā adrakahu al-garaqu qāla `āmantu `annahū lā ilāha illā al-lażżī `āmanat bihī banū `isrā`īla wa ana min al-muslimīna (90) `al-`āna wa qad ‘așaita qablu wa kunta min al-mufsidīna (91) fa alyauma nunajjīka bi badanika litakūna li man khalfaka `ayatan wai inna kaśiran min al-nāsi ‘an `āyātinā la gāfilūna(92)/ ‘Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".(90) Apakah sekarang (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.(91) Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tandatanda kekuasaan Kami.(92)’ Ayat-ayat dari beberapa surat di atas menjelaskan bahwa setelah Allah swt menghukum Fir‘aun dan para pengikutnya dengan berbagai macam cobaan, yang akhirnya menyebabkan mereka meminta Nabi Musa as agar memohon kepada Allah swt supaya cobaan tersebut dihilangkan dan mereka akan beriman kepada Nabi Musa as dan membebaskan Bani Israil bersamanya, namun ketika cobaan tersebut dihilangkan Allah swt, maka mereka tetap saja mengingkari Nabi Musa as dan berusaha untuk kembali membunuhnya. Sehingga Nabi Musa as dan kaumnya menyelamatkan diri, ia diperintahkan Allah swt untuk menyeberangi lautan dengan memukulkan tongkat yang dimilikinya hingga dengan izin Allah maka terbelahlah lautan menjadi dua bagian dan keringlah bagian tengahnya, sehingga Nabi Musa as dan kaumnya bisa menyeberangi lautan itu dengan selamat. Tetapi tidak dengan Fir‘aun dan para pengikutnya yang berusaha mengejar mereka, maka dengan izin Allah swt lautan tersebut kembali seperti semula dan mengakibatkan Fir‘aun dan para pengikutnya tenggelam di dalamnya. Namun Allah swt menyelamatkan jasad Fir‘aun dengan terdamparnya ia di pantai dan ditemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem (dimumi), sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir.
Universitas Sumatera Utara
3.1.1.17 Keingkaran Bani Israil setelah Kematian Fir‘aun dan Akibatnya Setelah Allah swt menyelamatkan bani Israil dari siksaan Fir‘aun dan mewarisi negeri Mesir dan negeri Syam untuk mereka, namun sebagian mereka tetap tidak mau beriman dan mereka meminta Nabi Musa as untuk membuat patung berhala sebagai sembahan, sebagaimana yang dilakukan oleh umat-umat sebelum mereka. Firman Allah swt pada surat Al-A’raaf ayat 137-139:
/Wa auraśnā al-qauma al-lażīna kānū yustaḍ’afūna masyāriqa al-arḍi wa magāribaha al-latī bāraknā fīhā wa tammat kalimatu rabbika al-husnā ’alā banī isrā`īla bimā ṣabarū wa dammarnā mā kāna yaṣna’u fir’aunu wa qaumuhū wa mā kānū ya’risyūna(137) wa jāwazna bi banī isrā`īla albahra fa `atau ‘alā qaumin ya’kifūna ‘alā `aṣnāmin lahum qālū ya mūsā `ij’al lanā ilāhan kamā lahum `ālihatun qāla innakum qaumun tajhalūna(138) inna hā`ulā`i mutabbarun mā hum fīhi wa bāţilun mā kānū ya’malūna(139)/ ‘Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas
Universitas Sumatera Utara
itu, negeri-negeri bahagian Timur bumi dan bahagian Baratnya yang telah Kami berkahi padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat oleh Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (137) Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)"(138) Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang seIalu mereka kerjakan.(139)’ Dilanjutkan dengan firman Allah swt dalam surat Al-Maidah ayat 21-26:
Universitas Sumatera Utara
/Yā qaumi udkhulū al-arḍa al-muqaddasata al-latī kataba allāhu lakum wa lā tartaddū ‘alā adbārikum fa tanqalibū khāsirīna(21) qālū yā mūsā inna fīhā qauman jabbārīna wa innā lan nadkhulahā hattā yakhrujū minhā fa`in yakhrujū minhā fa `innā dākhilūna(22) qāla rajulāni min al-lazīna yakhāfūna `an’ama allāhu ‘alaihimā udkhulū ‘alaihim al-bāba fa`iżā dakhaltumūhu fa innakum gālibūna wa ‘ala allahi fa tawakkalū in kuntum mu`minīna(23) qālū yā mūsā innā lan nadkhualahā `abadan mā dāmū fīhā fa `iżhab `anta wa rabbuka fa qātilā innā hāhunā qā’idūna(24) qāla rabbi innī lā amliku illā nafsī wa `akhi fa ufruq bainanā wa baina al-qaumi alfāsiqīna(25) qāla fa innahā muharramatun ‘alaihim `arba’īna sanatan yatīhūna fi al-arḍi fa lā ta`sa ‘ala al-qaumi al-fāsiqīna(26)/ ‘Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.(21) Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya".(22) Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang, dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".(23) Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja".(24) Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu".(25) Allah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu."(26) Ayat-ayat dari surat tersebut menjelaskan bahwa ketika bani Israil diperintahkan untuk berjihad di jalan Allah swt dengan berperang melawan kaum yang bertubuh besar dan berlaku-sewenang-wenang (yakni dari bangsa Haitsaniyyun, Fazariyyun, Kan’aniyyun dan lainnya) yang ada di negeri Baitul Maqdis (Palestina), maka mereka pun menolak dan mundur untuk berjihad karena ketidak beranian mereka. Akhirnya Allah swt menghukum mereka dengan mencampakkannya di daerah Tih (padang pasir yang banyak menyesatkan manusia). Mereka berjalan, singgah, berpindah, datang dan pergi selama rentang waktu yang panjang yakni sekitar 40 tahun.(Al-Maghrubi, 2009:482-483)
Universitas Sumatera Utara
3.1.2
ﺷﺨﺼﻴﺔ ﻣﻨﻄﻘﻴﺔ/syakhṣiyyatun manţiqiyyatun/ ‘Tokoh Logis’
ﺷﺨﺼﻴﺔ ﻣﻨﻄﻘﻴﺔ/syakhṣiyyatun manţiqiyyatun/ ‘tokoh logis’ adalah sifat dan gaya hidup tokoh yang dapat diterima oleh akal. Tokoh ini berkembang dan berubah-ubah sesuai dengan peristiwa yang dialaminya dan berdasarkan pengaruh kausalitatif serta lingkungannya.(Jaudah, 1991:45-46) Tokoh Nabi Musa as dalam kisahnya di Al-Qur’an juga dikategorikan sebagai ﺷﺨﺼﻴﺔ ﻣﻨﻄﻘﻴﺔ/syakhṣiyyatun manţiqiyyatun/ ‘tokoh logis’ dapat dilihat pada surat-surat berikut: 3.1.2.1 Nabi Musa as Pembela Kaumnya Bani Israil Meskipun Nabi Musa as tinggal dan dibesarkan di kerajaan Mesir bersama Fir‘aun, namun ia tetap ingat dari mana asalnya dan berjuang membela kaumnya, Bani Israil, ketika mereka dalam kesulitan. Firman Allah swt dalam surat Al-Qashash ayat 15 :
/Wa dakhala al-madīnata ’alā ḥīni gaflatin min ahlihā fa wajada fī hā rajulaini yaqtatilāni hāẓā min syī’atihī wa hāẓā min ’aduwwihī fa astagāsahu al-laẓī min syī’atihī ’alā al-laẓī min ’aduwwihī fa wakazahū mūsā fa qadā ’alaihi qāla hāẓā min ’amali al-syaiṭāni innahū ’aduwwun mudillun mubīnun/ ’Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).’
Universitas Sumatera Utara
3.1.2.2 Nabi Musa as Orang yang Dapat Dipercaya dan Menepati Janjinya Sifat amanah (dapat dipercaya) dan menepati janji merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh para nabi dan rasul Allah swt, begitu juga halnya Nabi Musa as. Sebagaimana diceritakan dalam surat Al-Qashash ayat 26 dan 28:
/Qālat `iḥdāhumā ya `abāti ista`jirhu `inna khaira man ista`jarta alqawiyu al-amīnu/ ‘Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya Bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".
/Qāla żālika bainī wa bainaka `ayyama al-ajalaini qaḍaitu fa lā ‘udwāna ‘alayya wa allāhu ‘alā mā naqūlu wakīlun/ ‘Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan". 3.1.2.3 Nabi Musa as Seorang yang Pemalu Sosok Nabi Musa as yang pemalu diceritakan oleh Imam Abu Abdillah Al-Bukhari dalam riwayatnya melalui Abu Hurairah, ia berkata: ”Sesungguhnya Nabi Musa as adalah seorang yang suka sekali bertutup kain dan tidak terlihat kulitnya karena rasa malunya. Namun orang-orang dari kalangan Bani Israil menuduh Nabi Musa as bertutup kain karena terdapat aib pada kulitnya, seperti penyakit kusta dan lain sebagainya.” Dan Allah swt membebaskan beliau dari segala tuduhuhan-tuduhan tersebut, sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-Ahzab ayat 69:
Universitas Sumatera Utara
/Yā ayyuhā al-lażīna `amanu lā takūnū ka al-lażīna `āżau mūsā fabarra`ahu Allāhu min mā qālū wa kāna ’inda Allāhi wajīhan/ ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhantuduhan yang mereka katakan, dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.’ Dijelaskan juga bahwa pada suatu hari, Nabi Musa as menuju suatu tempat yang sunyi untuk mandi dan ia pun melepaskan pakaiannya di atas batu. Ketika beliau selasai mandi dan bermaksud untuk memakai pakaian kembali, namun tibatiba batu tersebut menggelinding membawa bajunya, maka Nabi Musa as mengambil tongkatnya dan mengejar batu tersebut hingga akhirnya ia berhenti di hadapan kaum Bani Israil dan mereka pun melihat Nabi Musa as dalam keadaan telanjang dengan sebaik-baik wujud ciptaan Allah swt, dan beliau pun terbebas dari tuduhan-tuduhan mereka.(Al-Marghubi, 2009:567) 3.1.2.4 Nabi Musa as adalah Sosok yang Tegas dan Berani Meskipun awalnya Nabi Musa as merasa takut dan khawatir dalam menghadapi Fir‘aun dan para pengikutnya, akan tetapi setelah Allah swt menjamin dan meyakinkannya, maka Nabi Musa as pun menjadi sosok yang berani dan tegas dalam menegakkan ajaran yang dibawanya. Hal tersebut dapat terlihat dari perkataan-perkataan Nabi Musa as kepada Fir‘aun agar ia menyembah Allah swt dan membebaskan kaumnya bani Israil. Hal tersebut juga diceritakan di beberapa surat dalam Al-Qur’an, antara lain: Surat Al-A’raaf ayat 104-105:
/Wa qāla mūsā yā fir’aunu innī rasūlun min rabbi al-‘ālamīna(104) haqiqun ‘alā `an lā `aqūla ‘alā allāhi illā al-haqqa qad ji`tukum bi bayyinatin min rabbikum fa arsil ma’iya banī isrā`īla (105)/ ‘Dan Musa berkata: "Hai Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam.(104) Wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu
Universitas Sumatera Utara
dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama-Ku".(105) Surat Al-A’raaf ayat 116:
/Qāla `alqū fa lamma `alqaū saḥarū `a’yuna al-nāsi wa istarhabū hum wa jā` ū bi siḥrin ‘aẓīm (116)/ ‘Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan sihir mereka, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan)." Surat Yunus Ayat 80-81:
/Fa lammā jā`a al-saḥaratu qāla lahum mūsā alqu mā antum mulqūna(80)fa lammā alqau qāla mūsā mā ji`tum bihī al-siḥru inna allāha sayubţiluhū inna allāha lā yuṣlihu ‘amala al-mufsidīna(81)/ ‘Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka: "Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan."(80) Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: "Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir. Sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidak benarannya". Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-yang membuat kerusakan.(81)’ Surat Thaha ayat 49-52:
/Qāla fa man rabbukumā ya mūsā (49) qāla rabbunā al-lazī `a’aţā kulla syai`in khalqahū summa hadā (50)qāla fa mā bāla al-qurūni al-`ūlā (51)
Universitas Sumatera Utara
qāla ’ilmuh ā ’indi rabbī fī kitabin lā yaḍillu rabbī wa lā yansā (52)/ ‘Berkata Fir'aun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, wahai Musa?.(49) Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.(50) berkata Fir'aun: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?"(51) Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.(52)" Surat Asy-Syu’araa` ayat 28:
/Qāla rabbu al-masriqi wa al-magribi wa mā bainahumā `in kuntum ta’qilūna/ ‘Musa berkata: "Tuhan yang menguasai Timur dan Barat dan apa yang ada di antara keduanya; (itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.(28)" 3.1.2.4 Kerendahan Hati Nabi Musa as dengan Senantiasa Berdo’a pada Allah swt Memohon Ampunan dan Petunjuk Kerendahan hati dan senantiasa berdo’a memohon ampunan dan petunjuk merupakan sifat dan kebiasaan yang dimiliki oleh para nabi, meskipun mereka (para nabi) telah terpelihara dari dosa dan dijamin Allah swt kebahagian mereka dunia dan akhirat, namun para nabi tersebut tetap melakukan hal itu sebagai hamba Allah swt yang lemah dan penuh kekurangan. Sebagaimana Allah swt menceritakan hal tersebut pada kisah Nabi Musa as, yaitu terdapat pada: Surat Al-Qashash ayat 16-17:
/Qāla rabbi `inni żalamtu nafsī fa igfir lī fa gafara lahū `innahū huwa algafūru al-rahīmu (16) qāla rabbi bimā `an’amta ‘alyya fa lan `akūna żahīran li al-mujrimīna (17)/ ‘Musa mendoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’(16) Musa berkata: "Ya Tuhanku, demi
Universitas Sumatera Utara
nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang- orang yang berdosa".(17) Ayat di atas merupakan permohonan ampun Nabi Musa as karena telah membunuh salah seorang dari bangsa Qibthy, padahal ia tidak sengaja dan tidak bermaksud untuk membunuhnya. Surat Al-Qashash ayat 21-22:
/Fa kharaja minhā khā`ifan yataraqqabu qāla rabbi najjinī min al-qaumi al-ẓālimīna (21) wa lammā tawajjaha tilqā`a madyana qāla ‘asā rabbī `an yahdiyanī sawā`a al-sabilī (22)/ ‘Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu"(21)‘Dan tatkala ia menghadap ke jurusan negeri Madyan ia berdoa (lagi): "Mudahmudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".(22) Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as memohon kepada Allah swt agar diberi petunjuk dan pertolongan agar ia selamat dari kejaran para pengawal Fir‘aun yang ingin menangkap dan menghukumnya, karena telah membunuh orang Qibthy. Surat Al-Qashash ayat 24:
/Fa saqā lahumā śumma tawallā `ila al-ẓilli fa qāla rabbi `innī limā `anzalta `ilayya min khairin faqīrun/ ‘Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as belum tenang hatinya meskipun ia telah berada di suatu negeri yang cukup jauh dari negeri Mesir, yaitu negeri Madyan, hingga akhirnya ia dipertemukan Allah swt dengan Nabi Syu’aib as.
Universitas Sumatera Utara
Surat Al-Qashash ayat 33-34:
/Qāla rabbi innī qataltu minhum nafsan fa `akhāfu `an yaqtūlūni(33) wa `akhī hārūnu huwa afșahu minnī lisānan fa arsilhu ma’iya rid`an yușaddiqunī `innī `akhāfu `an yukażżibūni/(34) ‘Musa berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku, telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.(33) Dan saudaraku, Harun, dia lebih fasih lidahnya dari padaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku".(34) Surat Thaha ayat 25-36:
/Qāla rabbi isyraḥ lī șadrī (25) wa yassir lī `amrī (26) wa uḥlul ‘uqdatan min lisānī (27) yafqahū qaulī (28) wa ij’al lī ważīran min `ahlī (29) hārūna `akhī (30) usydud bihī `ażrī (31) wa `asyrikhu fī `amrī (32) kay nusabbihaka kaśīran (33) wa nażkuruka kaśīran (34) `innaka kunta binā bașīran (35)/ ‘Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas". (24) Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku (25) dan mudahkanlah untukku urusanku, (26) dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,(27) supaya mereka mengerti perkataanku. (28) Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (29) (yaitu) Harun, saudaraku, (30) Teguhkanlah dengan dia kekuatanku,(31) supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau.(32) Dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku,(33) dan banyak mengingat Engkau.(34) Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami"(35)
Universitas Sumatera Utara
Ayat-ayat pada beberapa surat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as berdo’a kepada Allah swt agar hilang rasa takutnya saat menghadapi Fir‘aun karena ia pernah melakukan kesalahan ketika membunuh orang Qibhty, dan Nabi Musa as juga memohon agar saudaranya Harun juga diangkat menjadi rasul untuk membantunya dalam menyeru Fir‘aun menyembah Allah swt, karena Nabi Musa as memiliki kekurangan pada lisannya. Surat Yunus ayat 88:
/Wa qāla mūsā rabbanā innaka `ātaita fir`auna wa mala`ahū zīnatan wa `amwālān fi al-ḥayāti al-dunyā rabbanā li yuḍillū ‘an sabīlika rabbanā `aţmis ‘ala `amwālihim wa usydud ‘alā qulūbīhim fa lā yu'`minū ḥattā yara`u al-‘ażāba al-alīma/ ‘Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as memohon kepada Allah swt agar Fir‘aun dan pengikutnya yang tetap ingkar mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka, maka Nabi Musa as meminta kepada Allah swt agar membinasakan mereka. Surat Al-Mu’min ayat 27:
/Wa qāla mūsā innī uztu bi rabbī wa rabbikum min kulli mutakabbirin lā yu’minu bi yaumi al-hisābi/ ‘Dan Musa berkata: "Sesungguhnya aku
Universitas Sumatera Utara
berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab".(27) Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as memohon perlindungan dari Allah swt agar tetap kuat dan tegar menghadapi Fir‘aun yang sombong dan ingkar. Surat Al-A’raaf ayat 151:
/Qāla rabbi igfirlī wa li`akhī wa adkhilnā fī raḥmatika. Wa anta arḥamu al-rāḥimīna/ ‘Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang". Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as memohon ampunan pada Allah swt dan juga untuk saudaranya Nabi Harun as karena kesalahan yang dilakukan oleh Bani Israil ketika Nabi Musa as meninggalkan mereka untuk bermunajat pada Allah swt. Surat Thaha ayat 44-46:
/Fa qūlā lahu qaulan layyinan la’allahu yatażakkaru `au yakhsyā (44) qālā rabbanā innanā nakhāfu `an yafruṭa ‘alainā `au an yaṭgā (45) qāla la takhāfā `innanī ma’akumā `asma’ū wa `arā (46)/ Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".(44) Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas".(45) Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku Mendengar dan Melihat".(46) Surat Thaha ayat 44-46 ini selain menjelaskan kerendahan hati Nabi Musa as dengan memohon pada Allah swt agar hilang rasa takutnya dalam menghadapi
Universitas Sumatera Utara
Fir‘aun. Ayat ini juga menjelaskan bahwa Allah swt memerintahkan Nabi Musa as dan saudaranya Nabi Harun as untuk menyeru Fir‘aun dengan perkataan yang lemah lembut terlebih dahulu. Hal ini dilakukan karena meskipun Fir‘aun begitu sombong dan ingkar namun ia adalah ayah angkat dari Nabi Musa as yang pernah memeliharanya sejak kecil. Ini membuktikan bahwa Nabi Musa as memilik rasa hormat kepada orang tua yang pernah mengasuh dan merawatnya. 3.1.2.5 Nabi Musa as Merasa Takut dan Bersalah pada Dirinya Ketakutan yang dirasakan oleh Nabi Musa as dikarenakan secara tidak sengaja ia pernah membunuh orang Qibthy yang merupakan kaumnya Fir‘aun, ketika ia bermaksud menghentikan perkelahian antara orang Qibthy itu dengan salah seorang dari Bani Israil. Namun, ia sangat menyesali perbuatannya dan merasa bersalah sambil senantiasa berdo’a agar diberi petunjuk oleh Allah swt Sebagimana terdapat dalam surat Al-Qashash ayat 18:
/Fa așbaḥa fī al-madīnati khā`ifan yataraqqabu fa `iẓā al-laẓi istanșarahu bi al-`amsi yastașrikhuhu qāla lahu mūsā innaka lagawiyyun mubīnun(18)/ ‘Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)".(18) Surat Asy-syu’araa` ayat 12-15:
/Qāla rabbi innī akhāfu `an yukażżibūni (12) wa yaḍīku șadrī wa lā yanṭaliqu lisānī fa `arsil `ilā harūna (13) wa lahum `alayya żanbun fa
Universitas Sumatera Utara
`akhāfu `an yaqtulūni (14) qāla kallā fa ażhabā bi `āyātinā innā ma’akum mustami’ūna (15)/ ‘Berkata Musa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku.(12) Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku, maka utuslah (Jibril) kepada Harun.(13) Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku".(14) Allah berfirman: “Janganlah takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayatayat Kami (mukjizat-mukjizat)”, Sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan.(15).’ Ayat di atas menjelaskan rasa takut Nabi Musa as ketika diperintahkan Allah swt untuk menyeru Fir‘aun. Hal itu dikarenakan Nabi Musa as pernah melakukan kesalahan terhadap Fir‘aun, yaitu ketika ia membunuh orang Qibthy dan kemudian melarikan diri. Surat Thaha ayat 67-68:
/Fa `aujasa fī nafsihī khīfatan mūsā (67) qulnā lā takhaf innaka anta al`a’lā (68)/ ‘Maka Musa merasa takut dalam hatinya (67) Kami berkata: "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).(68) Ayat di atas menjelaskan rasa takut yang dialami oleh Nabi Musa as ketika melihat kehebatan sihir para ahli sihir Fir‘aun. Akan tetapi Allah swt meyakinkan beliau dengan memberikan mukjizat berupa tongkat yang berubah menjadi ular dan membinasakan sihir-sihir mereka. 3.1.2.6 Keinginan Nabi Musa as Melihat Allah swt Al-Magrhubi (2009:492-496) mengatakan bahwa sebagian para salaf berpendapat, ketika Nabi Musa as diperintahkan untuk bermunajat pada Allah swt di bukit Thursina selama 40 hari, yakni sebulan penuh pada bulan Zul’qaidah ditambah dengan 10 hari di bulan Zulhijjah, Nabi Musa as dalam keadaan berpuasa. Ketika itu, Allah swt berbicara pada Nabi Musa as, tepatnya pada hari Idul Adha dan pada hari yang sama, Allah swt menyempurnakan agamaNya untuk Nabi Muhammad saw dengan menegakkan dalil-dalil-Nya dan bukti-bukti-Nya. Dijelaskan juga bahwa Allah swt berbicara dengan Nabi Musa as dari balik hijab (tabir), sehingga Nabi Musa as berkeinginan untuk melihat Allah swt secara langsung. Kemudian Allah swt menjelaskan dalam firman-Nya bahwa Nabi Musa as tidak akan sanggup untuk melihat-Nya dan Allah swt memberikan bukti dengan menampakkan diri-Nya pada sebuah gunung, maka seketika itu juga
Universitas Sumatera Utara
gunung tersebut hancur dan luluh dan Nabi Musa as pun jatuh tidak sadarkan diri. Kemudian, ketika ia sadar, beliau pun mohon ampunan dan bertaubat pada Allah swt. Kisah ini dilegitimasi dalam Al-Qur'an surat Al-A’raaf ayat 143:
/Wa lammā jā`a mūsā limīqātinā wa kallamahū rabbuhū qāla rabbi arinī anẓur ilayka.Qāla lan tarānī walākin unẓur ila al-jabali fa in istaqarra makānahū fa saufa tarānī. Fa lammā tajallā rabbuhū li al-jabali ja’alahū dakkan wa kharra mūsā ṣa’iqan.Fa lammā afāqa qāla subḥānaka tubtu ilayka wa ana awwalu al-mu`minīna/ ‘Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhannya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “ Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke gunung itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri di gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “ Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.” 3.1.2.7 Nabi Musa as Marah dan Sedih Hati kepada Nabi Harun as dan Kaumnya Kemarahan Nabi Musa as adalah sifat yang manusiawi, dikarenakan kaumnya Bani Israil tidak lagi taat pada perintahnya untuk menyembah Allah swt, bahkan mereka menyembah patung berbentuk sapi, saat ia sedang bermunajat di bukit Thursina untuk menerima wahyu dari Allah swt. Kemarahan Nabi Musa as juga ia sampaikan kepada saudaranya, Nabi Harun as. Ia marah kenapa Nabi Harun as tidak menghalangi kaumnya untuk menyembah selain Allah swt, hingga
Universitas Sumatera Utara
Nabi Musa as pun merasa sedih hatinya melihat kekufuran yang dilakukan oleh kaumnya. Sebagaimana Al-Qur'an menceritakannya dalam beberapa surat, yaitu: dalam surat Al-A’raaf ayat 150:
/Wa lammā raja’a mūsā ilā qawmihī gaḍbāna asifan qāla bi`samā khalaftumūnī min ba’dī. A’ajiltum amra rabbikum. Wa alqa al-alwāḥa wa akhaża bi ra`si akhīhi yajurruhū ilayhi. Qāla ibnu umma inna al-qawma istaḍ’afūnī wa kādū yaqtulūnanī falā tusymit biya al-a’dā`a wa lā taj’alnī ma’a al-qawmi al-ẓālimīna/ ‘Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musa pun melemparkan luh-luh[572] (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku. Oleh sebab itu janganlah kamu menjadikan musuhmusuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim." Surat Thaha ayat 86:
Universitas Sumatera Utara
/Fa raja’a mūsā ilā qawmihī gaḍbānī asifan. Qāla yā qawmi alam ya’idkum rabbukum wa’dan ḥasanan. Afaṭāla ‘alaikumu al-‘ahdu am arattum an yaḥilla ‘alaikum gaḍabun min rabbikum fa`akhlaftum mau’idī/ ‘Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?" Surat Thaha ayat 92-94:
/Qāla yā hārūnu mā mana’aka iż ra`aytahum ḍallū (92) Allā tattabi’ani afa’aṣayta amrī (93) Qāla yabna`umma lā ta`khuż bi liḥyatī wa lā bi ra`sī. Innī khasyītu an taqūla farraqta bayna banī isrā`īla wa lam tarqub qawlī (94)/ ‘Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat,(92), (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?"(93) Harun menjawab, "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku."(94) 3.2. ا ﻟﻘﺼﺔ اﻟﺘﺎرﻳﺨﻴﺔ/al-qiṣṣatu al-tārīkhiyyatu/ ’Model Kisah Sejarah’
اﻟﻘﺼﺔ اﻟﺘﺎرﻳﺨﻴﺔ/al-qiṣṣatu al-tārīkhiyyatu/ ’model kisah sejarah’ adalah suatu kisah yang menceritakan tokoh-tokoh sejarah tertentu, seperti para nabi dan rasul dan beberapa kisah yang diyakini orang-orang terdahulu sebagai sebuah realitas sejarah. Maksud dari model kisah ini adalah kisah dari kejadian yang benar-benar terjadi (menyejarah). Dengan demikian, kita akan mengetahui cara Al-Qur’an menceritakan sebuah kejadian sejarah dan pendeskripsian tokohtokohnya, dengan tujuan untuk memberikan pelajaran dan petunjuk atau untuk menceritakan sebuah realitas sejarah kepada generasi berikutnya. (Khalafullah, 2002:101)
Universitas Sumatera Utara
3.2.1 Menceritakan Sebuah Realitas Sejarah Surat Al-A’raaf ayat 145 :
/Wa katabnā lahū fī al-alwāḥi min kulli syai`in mau’iḍatin wa tafṣīlan likulli syai`in fakhużhābiquwwatin wa u`mur qawmaka ya`khużū bi aḥsanihā sa`urīkum dāra al-fāsiqīna/ ’Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.’ Ayat di atas menjelaskan bahwa kitab Taurat yang diberikan kepada Nabi
Musa as adalah berupa Alwah, yaitu kepingan-kepingan dari batu atau kayu yang tertulis padanya isi Taurat yang diterima Nabi Musa as sesudah ia bermunajat di gunung Thur Sina. (Depag, 2004:169) Surat Thaha ayat 38-39 :
/Iż `auḥaynā `ilā `ummika mā yūḥā (38) `an iqżifīhi fī al-tābūti fa iqżifīhi fī al-yammi fa al-yulqihi al-yammu bi al-sāḥili ya`khużhu ’aduwwun lī wa ’aduwwun lahū wa `alqaitu ’alaika maḥabbatan minnī wa litușna’a alā ’aynī (39)/ ‘Yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan,(38) ‘Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku."(39)
Universitas Sumatera Utara
Ayat di atas menjelaskan bahwa ketika lahir Nabi Musa as dihanyutkan oleh ibunya ke sungai Nil untuk menyelamatkannya dari Fir‘aun yang akan membunuh setiap anak laki-laki yang lahir, hingga akhirnya Fir‘aun sendirilah yang mengasuh Nabi Musa as di kerajaannya sebagai bukti kekuasaan Allah swt. Dijelaskan bahwa Fir‘aun adalah sebutan bagi para raja-raja Mesir ketika itu. Fir‘aun yang berkuasa pada masa Nabi Musa as bernama Ramses II (Menephtah) yang hidup sekitar tahun (1232-1224 SM) seorang raja yang zalim lagi diktator dan berlaku sewenang-wenang kepada kaum Bani Israil, bahkan ia juga mengaku dirinya sebagai Tuhan (Depag, 2004:164). Dan ada juga yang menyebutkan bahwa ia berkuasa pada tahun 1230-1215 SM (Khalil, 2008:92) Surat Al-Qashash ayat 15 :
/Wa dakhala al-madīnata ’alā ḥīnin gaflatin min ahlihā fa wajada fī hā rajulaini yaqtatilāni hāżā min syī’atihī wa hāżā min ’aduwwihī fa astagāśahu al-lażī min syī’atihi ’alā al-lażī min ’aduwwihī fa wakazahū mūsā fa qaḍā ’alaihi qāla hāżā min ’amali al-syaiṭāni innahū ’aduwwun muḍillun mubīnun/ ‘Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).’ Ayat di atas menjelaskan bahwa kota yang didatangi Nabi Musa as adalah kota Memphis (Manf) yang merupakan salah satu kota tua di negeri Mesir. Ini
Universitas Sumatera Utara
membuktikan bahwa Nabi Musa as lahir dan dibesarkan di Negeri Mesir bersama kaumnya Bani Israil. Surat Al-Qashash ayat 21-22 :
/Fa kharaja minhā khā`ifan yataraqqabu qāla rabbi najjinī min al-qaumi al-ẓālimīna (21) wa lammā tawajjaha tilqā`a madyana qāla ‘asā rabbī `an yahdiyanī sawā`a al-sabili (22)/ ‘Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu"(21)‘Dan tatkala ia menghadap ke jurusan negeri Madyan ia berdoa (lagi): "Mudahmudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".(22) Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as menyelamatkan diri dari kejaran para pengawal Fir‘aun yang ingin menangkapnya karena ia telah membunuh salah seorang dari kaum mereka. Nabi Musa as pun berdo’a dan memohon agar diberi petunjuk oleh Allah swt karena sebelumnya Nabi Musa as tidak pernah keluar dari negeri Mesir hingga ia terus berjalan melewati bukit Sinai dan akhirnya sampai ke negeri Madyan yaitu sebuah kota yang terletak di Timur Jazirah Sinai dan Teluk Aqabah di Selatan Palestina. (Al-Maghrubi, 2009:82) Surat Thaha ayat 11-14 :
/Fa lammā `atāhā nūdiya yā mūsā (11) `innī `ana rabbuka fa ikhla’ na’layka `innaka bi al-wādi al-muqaddasi ṭuwan (12) wa `anā ikhtartuka fa astami’ limā yūḥā (13) innanī `anā Allāhu lā`ilāha illā `ana fa u’budnī
Universitas Sumatera Utara
wa aqim al- șalāta li żikrī (14)/ ‘Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa.(11) Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu. Maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa.(12) Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).(13) Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.(14)’ Ayat di atas menjelaskan tempat pertama kali Nabi Musa as menerima wahyu dari Allah swt dan diangkat menjadi nabi dan rasul, yaitu di lembah suci Thuwa di bukit Ath-Thur atau bukit Huraib di Sinai.(Khalil, 2008:92) Surat Maryam ayat 51-53:
/Wa `użkur fī al-kitābi mūsā. Innahū kāna mukhlaṣan wa kāna rasūlan nabiyyan.(51) wa nādaynāhu min jānibi al-ṭūri al-aymani wa qarrabnāhu najiyyan (52) wa wahabnā lahu min raḥmatinā akhāhu hārūna nabiyyan. (53)/ ‘Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka), kisah Musa di dalam Al kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi.(51) Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu ia munajat (kepada Kami).(52)Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi.(53)’ Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt menceritakan kisah Nabi Musa
as kepada Nabi Muhammad saw, mengenai tempat di mana Nabi Musa as menerima wahyu, yaitu di sebelah kanan bukit Ath-Thur yakni di lembah suci Thuwa dan Allah juga mengangkat saudara Nabi Musa as yaitu Nabi Harun as sebagai rasul untuk membantunya menyeru Fir‘aun ke jalan yang benar. Surat Asy-Syu’araa` ayat 63-67 :
Universitas Sumatera Utara
/Fa awḥaynā ilā mūsā an iḍrib bi’aṣāka al-baḥra. Fa infalaqa fakāna kullu firqin ka al-ṭaudi al-’aẓīmi (63)Wa azlafnā śamma al-`akharīna (64) wa `anjainā mūsā wa man ma’ahū `ajma’īna (65) śumma `agraqnā `alakharīna (66) `inna fī żālika la`ayatan wa mā kāna `akśaruhum mu`minīna (67)/ ‘Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.(63) Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain (64) Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.(65) Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.(66) Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.(67) Ayat di atas menjelaskan bahwa mukzijat terbesar yang diterima oleh Nabi Musa as adalah ketika Allah memerintahkan ia untuk memukulkan tongkatnya ke arah lautan, maka dengan izin Allah swt terbelahlah lautan tersebut menjadi dua bagian yang besar seperti gunung. Adapun tongkat Nabi Musa as adalah tongkat yang biasa ia gunakan untuk berjalan, namun dengan izin Allah swt tongkat tersebut mampu membelah lautan menjadi dua bagian. Dan kini tongkat Nabi Musa as tersebut kuat dugaan berada di museum Topkapi di kota Istanbul, Turki. Surat Thaha ayat 77-79 :
Universitas Sumatera Utara
/Wa laqad `auḥainā `ilā mūsā `an `asri bi ‘ibādī fa iḍrib lahum ṭarīqan fī al-baḥri yabasan lā takhāfu darakan wa lā takhsyā 77() fa`atba’ahum fir’aunu bi junūdihī fa gasyiyahum min al-yammi mā gasyiyahum (78) wa `aḍalla fir’aunu qaumahū wa mā hadā (79)/ ‘Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)".(77) Maka Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.(78) Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.(79)’ Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa peristiwa pemukulan tongkat Nabi Musa as, hingga terbelahnya lautan melalui mukzijat yang diberikan oleh Allah swt adalah berada di sebelah Utara teluk As-Suwais (’Uyunu Musa) atau Buhairat Al-Marrah, dan di tempat ini pulalah Fir’aun (Menephtah) dan para pengikutnya ditenggelamkan Allah swt.(Al-Maghrubi, 2009:92) Surat Yunus ayat 87 :
/Wa awḥaynā ilā mūsā wa akhīhi an tabawwa`ā liqawmikumā bi miṣra buyūtan wa ij’alū buyūtakum qiblatan wa aqīmū al-ṣalāta. Wa basysyiri al-mu`minīna/ ‘Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orangorang yang beriman".’ Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as dan Nabi Harun as beserta Bani Israil akan tinggal dan menguasai negeri Mesir setelah Allah swt menghukum Fir‘aun dengan menenggelamkannya ke dalam laut. Surat Yunus ayat 90 :
Universitas Sumatera Utara
/Wa jāwaznā bi banī isrā`īla al-baḥra fa atba’ahum fir’aunu wa junūdahū bagyan wa ‘adwan ḥattā `iżā adrakahu al-garaqu qāla `āmantu `annahū lā ilāha illā al-lażī `āmanat bihī banū `isrā`īla wa ana min al-muslimīna (90) `al-`āna wa qad ‘așaita qablu wa kunta min al-mufsidīna (91) fa alyauma nunajjīka bi badanika litakūna li man khalfaka `āyatan wa inna ka śīran min al-nāsi ‘an `āyātinā la gāfilūna (92)/ ‘Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".(90) Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orangorang yang berbuat kerusakan.(91) Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.(92)’ Ayat di atas menjelaskan bahwa Fir‘aun akhirnya mengakui bahwa Allah swt tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Dia, namun semuanya sudah terlambat karena Allah swt telah menetapkan hukuman baginya dengan menenggelamkannya ke dalam laut, namun Allah swt menyelamatkan badannya agar menjadi pelajaran bagi umat yang setelahnya. Dijelaskan dalam sejarah bahwa yang diselamatkan Allah swt ialah tubuh kasarnya (jasadnya). Jadi, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai dan ditemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di museum Mesir. Hal itu Allah swt tunjukkan karena kaum bani Israil masih tidak percaya bahwa Fir‘aun telah mati hingga mereka melihat mayatnya terdampar di pantai laut merah. (Depag, 2004:220)
Universitas Sumatera Utara
3.2.2
Memberikan Petunjuk dan Pelajaran bagi Manusia
Surat Al-An’aam ayat 154 :
/Śumma ātaynā mūsa al-kitāba tamāman ’ala al-lażī aḥsana wa tafṣīlan likulli syai`in wa hudan wa raḥmatan la’allahum bi liqā`i rabbihim yu`minūna/ ’Kemudian Kami telah memberikan Al-kitab (Taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka.’ Ayat di atas menjelaskan bahwa kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman kepada Allah swt. Surat Al-A’raaf ayat 103 :
/Śumma ba’aśnā min ba’dihim mūsā bi āyātinā ilā fir’auna wa mala`īhi faẓalamū bihā, fa unẓur kayfa kāna ’āqibatu al-mufsidīna/ ’Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.’ Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as diutus Allah swt dengan membawa kitab Taurat untuk menyeru Fir‘aun dan kaumnya agar menyembah Allah swt, namun mereka mengingkarinya dan Allah swt mengingatkan sekaligus memberi petunjuk bagaimana akibat orang-orang yang berbuat kerusakan. Surat Al-A’raaf ayat 130 :
Universitas Sumatera Utara
/Wa laqad `akhażnā `āla fir’auna bi al-sinīna wa naqṣin min al-śamarāti la’allahum yażżakkarūna/ ‘Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.’ Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt menghukum Fir‘aun dengan memberikan cobaan sebagai hukuman agar mereka mengambil pelajaran atas kedurhakaan mereka. Surat Adz-Dzariyaat ayat 38-40 :
/Wa fī mūsā iż arsalnāhu ilā fir’auna bisulṭānin mubīnin (38) Fatawallā bi ruknihī wa qāla sāḥirun aw majnūnun (39) Fa `akhażnāhu wa junūdahū fanabażnāhum fī al-yammi wa huwa mulīmun (40)/ ‘Dan juga pada Musa (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya kepada Fir'aun dengan membawa mukjizat yang nyata.(38) Maka dia (Fir'aun) berpaling (dari iman) bersama tentaranya dan berkata: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila."(39) Maka Kami siksa dia dan tentaranya lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut, sedang dia melakukan pekerjaan yang tercela.(40)’ Ayat di atas menjelaskan tentang hukuman yang diberikan Allah swt kepada Fir‘aun yang mengingkari Nabi Musa as sebagai utusan Allah swt dan mengatakan bahwa Nabi Musa as adalah tukang sihir. Surat Ash-Shaffaat Ayat 114-122 :
Universitas Sumatera Utara
/Wa laqad manannā ‘alā mūsā wa hārūna (114) Wa najjaynāhumā wa qawmahumā min al-karbi al-‘aẓīmi (115) Wa naṣarnāhum fa kānū humu al-gālibīna (116) Wa ātaynāhumā al-kitāba al-mustabīna (117) Wa hadaynāhumā al-ṣirāṭa al-mustaqīma (118) Wa taraknā ‘alaihimā fī alakhirīna (119) Salāmun ‘alā mūsā wa hārūna (120) Innā każālika najzi almuḥsinīna (121) Innahumā min ‘ibādinā al-mu`minīna (122)/ ‘Dan sesungguhnya Kami telah melimpahkan nikmat atas Musa dan Harun.(114) Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya dari bencana yang besar.(115) Dan Kami tolong mereka, maka jadilah mereka orangorang yang menang.(116) Dan Kami berikan kepada keduanya kitab yang sangat jelas.(117) Dan Kami tunjuki keduanya ke jalan yang lurus.(118) Dan Kami abadikan untuk keduanya (pujian yang baik) di kalangan orangorang yang datang kemudian;(119), (yaitu): "Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun"(120) Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang- orang yang berbuat baik.(121) Sesungguhnya keduanya termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.(122)’ Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt memberikan petunjuk dan nikmat yang besar kepada Nabi Musa as dan Nabi Harun as beserta para pengikutnya karena itulah balasan bagi orang-orang yang beriman dan berbuat baik. Surat An-Naazii’at ayat 15-26 :
Universitas Sumatera Utara
/Hal `atāka ḥadīśu mūsā (15) Iż nādāhumā rabbuhū bi al-wādi almuqaddasi ṭuwan (16) Iżhab ilā fir’auna innahū ṭagā (17) Faqul hal laka ilā an tazakkā (18) Wa ahdiyaka ilā rabbika fatakhsyā (19) Fa `arāhu alayata al-kubrā (20) Fakażżaba wa ‘aṣā (21) Śumma adbara yas’ā (22) Faḥasyara fanādā (23) Fa qāla ana rabbukumu al-a’lā (24) Fa akhażahu Allāhu nakāla al-akhirati wa al-`ūlā (25) Inna fī żālika la’ibratan liman yakhsyā (26)/ ‘Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa.(15) Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci yaitu lembah Thuwa (16) "Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas (17) Dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)".(18) Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepadaNya?"(19) Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.(20) Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai.(21) Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).(22) Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.(23) (seraya) berkata: "Akulah Tuhanmu yang paling tinggi".(24) Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.(25) Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).(26)’ Ayat di atas bertujuan untuk memberikan pelajaran dan petunjuk kepada manusia, bahwa orang yang mendustai dan mendurhakai Allah swt dan rasul-Nya akan mendapat hukuman yang setimpal dengan apa yang mereka dustakan dan durhakai itu, sebagaimana yang dialami Fir‘aun dan pengikutnya. 3.2.2 اﻟﻘﺼﺔ اﻟﺸﺨﺼﻴﺔ/al-qiṣṣatu al-syakhṣiyyatu/‘Model Kisah Tokoh’
اﻟﻘﺼﺔ اﻟﺸﺨﺼﻴﺔ/al-qiṣṣatu al-syakhṣiyyatu/ ’model kisah tokoh’, maksudnya adalah sebuah kisah dimana tokohnya menjadi poros utama dalam kisah tersebut dan sebagai pengikat di antara tokoh-tokoh lainnya, juga di antara semua peristiwa penting dalam kisah tersebut.(Jaudah, 1991:46) Kisah Nabi Musa as dalam Al-Qur’an juga termasuk dalam model kisah tokoh ini, terdapat pada surat dan ayat-ayat berikut:
Universitas Sumatera Utara
Surat Al-Qashash ayat 7:
/Wa `auḥaynā ilā `ummi mūsā an arḍi’iīhi fa `iżā khifti ‘alaihi fa `alqīhi fī al-yammi wa lā takhāfī wa lā taḥzanī `innā rāddūhu` ilaiki wa jā’ilūhu min al-mursalīna/ ‘Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil), dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.’ Surat Thaha ayat 38-39:
/Iż `auḥaynā `ilā `ummika mā yūḥā (38) `an iqżifīhi fī al-tābūti fa iqżifīhi fī al-yammi fa al-yulqihi al-yammu bi al-sāḥili ya`khużhu ’aduwwun lī wa ’aduwwun lahū wa `alqaitu ’alaika maḥabbatan minni wa litușna’a alā ’aynī (39)/ ‘Yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan,(38) Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir'aun) musuhKu dan musuhnya. dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariKu dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasanKu.(39) Ayat-ayat pada kedua surat di atas menjelaskan ketika tokoh Nabi Musa as masih bayi. Nabi Musa as (Musa kecil) dihanyutkan oleh ibunya atas perintah Allah swt, karena takut bayinya itu akan dibunuh oleh Fir’aun. Surat Al-Qashash ayat 8-9:
Universitas Sumatera Utara
/Fa il-taqaṭahu `ālu fir’auna li yakūna lahum ’aduwwan wa ḥazanan `inna fir’auna wa hāmāna wa junūdahumā kānū khāṭi`īna (8) wa qālat imra`atu fir‘auna qurratu ‘aynin lī wa laka la taqtulūhu ‘asā `an yanfa’anā `au nattakhiẓahū waladan wa hum lā yasy’urūna (9)/ ‘Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranya adalah orangorang yang bersalah (8) Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudahmudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari.’(9) Ayat di atas menjelaskan bahwa tokoh Nabi Musa as ketika bayi hingga beranjak dewasa, ia diasuh oleh isteri Fir’aun di kerajaannya. Surat Al-Qashash ayat 10-13:
/Wa așbaḥa fu`ādu `ummi mūsā fārigan `in kādat latubdī bihī lau lā `an rabaṭnā ’alā qalbihā li takūna min al-mu`minīna (10) wa qālat li `ukhtihī qușșīhi fa bașurat bihī ‘an junubin wa hum lā yasy’urūna(11) /wa ḥarramnā ‘alaihi al-marāḍi’a min qablu fa qālat hal `adullukum ‘alā `ahli baitin yakfulūnahū lakum wa hum lahū nāșiḥūna (12) /fa radadnāhu `ilā
Universitas Sumatera Utara
`ummihi kai taqarra ‘ainuhā wa la taḥzana wa li ta’lama `anna wa’da Allāhi ḥaqqun wa lākinna akśara hum lā ya’lamūna (13)/ ‘Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hati- nya, supaya ia Termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).(10) Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.(11) Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya? (12)Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.’(13) Ayat di atas menjelaskan bahwa Tokoh Nabi Musa as (Musa kecil) kembali dipertemukan oleh Allah swt dengan ibunya, sesungguhnya Allah swt tidak pernah menyalahi janji-janji-Nya. Surat Al-Qashash ayat 14-19:
/Wa dakhala al-madīnata ’alā ḥīni gaflatin min ahlihā fa wajada fīhā rajulaini yaqtatilāni hāẓā min syī’atihī wa hāẓā min ’aduwwihi fa astagāśahu al-laẓī min syī’atihī ’alā al-laẓī min ’aduwwihi fa wakazahū mūsā fa qaḍā ’alaihi. Qāla hāẓā min ’amali al-syaiṭāni innahū ’aduwwun muḍillun mubīnun (15)/ ’Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).(15)’
Universitas Sumatera Utara
Ayat di atas menceritakan bahwa tokoh Nabi Musa as adalah sosok pembela kaumnya bani Israil atas tindakan yang dilakukan oleh orang Qibthy. Surat Al-Qashash ayat 23-25:
/Wa lammā warada mā`a madyana wajada ‘alaihi `ummatan min al-nāsi yasqūna wa wajada min dūnihim imra`ataini tażūdāni qāla mā khaṭbukumā qālatā lā nasqī ḥattā yușdira al-ri’ā`u wa `abūnā syaikhun kabīrun (23) fa saqā lahumā śumma tawallā `ila al-ẓilli fa qāla rabbi `innī limā `anzalta `ilayya min khairin faqīrun (24) /fa jā`athu `iḥdāhumā tamsyī ‘ala istiḥyā`in qālat `inna `abī yad’ūka liyajziyaka `ajra mā saqaita lanā fa lammā jā`ahu wa qașșa ‘alaihi al-qașașa qāla lā takhaf najauta min al-qaumi al-ẓālimīna (25)/ ‘Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak Kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. (23) Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian Dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku Sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. (24) Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya
Universitas Sumatera Utara
bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu".(25) Ayat di atas menjelaskan bahwa tokoh Nabi Musa as menyelamatkan diri ke negeri Madyan. Di sana Nabi Musa as bertemu dengan Nabi Syu’aib dan puterinya. Maka atas permintaan puterinya, Nabi Syu’aib pun menikahkan puterinya dengan Nabi Musa as. An-Nisa’ ayat 164:
/Wa rusulan qad qașașnāhum ’alaika min qablu wa rusulan lam naqșușhum ’alaika wa kallama Allāhu mūsā taklīman/ ’Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.’ Surat Al-Qashash ayat 30:
/Fa lammā `atāhā nūdiya min syāṭi`i al-wādi al-aymani fi al-buq’ati almubārakati min al-syajarati `an yā mūsā `innī `ana Allāhu rabbu al-‘ālamīna/
‘Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah Dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan (nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, Yaitu: "Ya Musa, Sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.’ Surat An-Naml ayat 8-9:
Universitas Sumatera Utara
/Fa lammā jā`ahā nūdiya `an būrika man fi al-nāri wa man ḥaulahā wa subḥāna Allāhi rabbi al-‘ālamīna (8) yā mūsā `innahū `ana Allāhu al-‘azīzu al-ḥakīmu (9)/ ‘Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia: "Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. dan Maha suci Allah, Tuhan semesta alam".(8)‘(Allah berfirman): "Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Allah, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(9) Surat Thaha ayat 11-14:
/Fa lammā `atāha nūdiya yā mūsā (11) `innī `ana rabbuka fa ukhla’ na’layka `innaka bi al-wādi al-muqaddasi ṭuwan (12) wa `ana ikhtartuka fa astami’ limā yūḥā (13) innanī `ana Allāhu la`ilāha illā `ana fa u’budnī wa aqim al- șalāta li żikrī (14)/ ‘Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa.(11) Sesungguhnya aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa.(12) Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).(13) Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.(14) Surat Al-A’raf ayat 144:
/Qāla yā mūsā `innī ișṭafaytuka ‘ala al-nāsi bi risālātī wa bi kalāmī fa khuż mā `ātaytuka wa kun min al-syākirīna/ “Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung denganKu, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur."
Universitas Sumatera Utara
Ayat-ayat pada beberapa surat di atas menjelaskan bahwa tokoh Nabi Musa as mendapatkan kehormatan dari Allah swt ketika diangkat menjadi nabi dan rasul, yaitu Allah swt berbicara langsung pada Nabi Musa as dalam memberikan wahyu dan mukzijat-Nya. Surat Al-Qashash ayat 31-32:
/Wa `an `alqi ‘așāka fa lammā ra`āha tahtazzu ka `annahā jānnun wallā mudbiran wa lam yu’aqqib yā mūsā `aqbil wa lā takhaf innaka min al`aminīna (31) usluk yadaka fi jaibika takhruj baiḍā`a min gairi sū`in wa uḍmum `ilaika janāḥaka min al-rahbi fa żānika burhānāni min rabbika `ilā fir’auna wa mala`ihi `innahum kānū qauman fasiqīna (32)/ ‘Dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): "Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman.(31) Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada) mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir'aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik.’(32) Surat Thaha ayat 17-22:
Universitas Sumatera Utara
/Wa mā tilka bi yamīnika yā mūsā (17) qāla hiya ‘asāya `atawakka`ū ‘alaihā wa `ahusysyu bihā ‘alā ganamī wa liya fīhā ma`āribu ukhrā (18) qāla alqihā yā mūsā (19) fa alqāhā fa `iżā hiya ḥayyatun tas’ā (20) qāla khużhā wa lā takhaf sanu’īduhā sīratahā al-`ū lā (21) wa uḍmum yadaka `ilā janāḥika takhruj baiḍā`a min gairi sū`in `āyatan `ukhrā (22)/ ‘Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? (17) Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya".(18) Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" (19) Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.(20) Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, (21) Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula). (22) Surat An-Naml ayat 10-14:
Universitas Sumatera Utara
/wa `alqi ‘așāka fa lammā ra`āhā tahtazzu ka `annahā jānnun wallā mudbiran wa lam yu’aqqib yā mūsā lā takhaf innī lā yakhāfu ladayya almursalūna (10) illā man ẓalama śumma baddala ḥusnā ba’da sū`in fa innī gafūrun rahīm (11) wa adkhil yadaka fi jaibika takhruj baiḍā`a min gairi sū`in fī tis’i `āyātin `ilā fir’auna wa qaumihi innahum kānū qauman fāsiqīna (12) fa lammā jā`athum `āyātuna mubșiratan qālū hāżā siḥrun mubīnun (13) wa jahadū bihā wa istaiqanathā `anfusuhum ẓulman wa ‘uluwwān fa unẓur kaifa kāna ‘ākibatu al-mufsidīna.(14)/ ‘Dan lemparkanlah tongkatmu". Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. "Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku.(10) Tetapi orang yang berlaku zalim, kemudian ditukarnya kezalimannya dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya); Maka sesungguhnya Aku Maha Pangampun lagi Maha Penyayang.(11) Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan ke luar putih (bersinar) bukan karena penyakit. (Kedua mukjizat ini) Termasuk sembilan buah mukjizat (yang akan dikemukakan) kepada Fir'aun dan kaumnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik".(12) Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka: "Ini adalah sihir yang nyata".(13) “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.’(14) Ayat-ayat dari dua surat di atas menjelaskan bahwa tokoh Nabi Musa as setelah diangkat menjadi nabi dan rasul, Allah swt juga memberikannya dua buah mukzijat, yakni berupa tongkat yang dapat berubah menjadi ular dan tangannya yang bercahaya putih terang. Maka setelah itu Nabi Musa as pun diperintahkan oleh Allah swt untuk menyeru Fir’aun agar menyembah Allah swt. Surat Thaha ayat 24-35:
Universitas Sumatera Utara
/Iżhab ilā fir’auna innahu ṭagā (24) qāla rabbi isyraḥ lī șadrī (25) wa yassir lī `amrī (26) wa uḥlul ‘uqdatan min lisānī (27) yafqahū qaulī (28) wa ij’al lī ważīran min `ahlī (29) hārūna `akhī (30) usydud bihī `ażrī (31) wa `asyrikhu fī `amrī (32) kay nusabbihaka kaśīran (33) wa nażkuraka kaśīran (34) `innaka kunta binā baș īran (35)/' ’Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas" (24) berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku (25) dan mudahkanlah untukku urusanku, (26) dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, (27) supaya mereka mengerti perkataanku, (28) dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (29) (yaitu) Harun, saudaraku, (30) teguhkanlah dengan dia kekuatanku, (31) supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, (32) dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku, (33) dan banyak mengingat Engkau. (34) Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami"(35) Ayat di atas menjelaskan bahwa tokoh Nabi Musa as merasa takut dan khawatir saat menghadapi Fir’aun, karena ia pernah membunuh salah seorang dari pengikut Fir’aun, dan juga karena ketidakfasihan lidahnya disebabkan ia pernah memasukkan bara api ke dalam mulutnya ketika masih kecil, sehingga ia meminta agar saudaranya Harun membantunya. Surat Al-Qashash ayat 36-39:
Universitas Sumatera Utara
/Fa lammā jā`ahum mūsā bi `āyātinā bayyinātin qālū mā hāżā illā siḥrun muftaran wa mā sami’nā bi hāżā fī ābā`inā al-awwalīna(36) wa qāla mūsā rabbī `a’lamu bi man jā`a bi al-hudā min ‘indihī wa man takūnu lahū ‘āqibatu al-dāri innahū lā yufliḥū al-ẓālimūna (37) wa qāla fir’aunu yā`ayyuhā al-mala`u mā ‘alimtu lakum min ilāhin gairī fa`auqid lī ya hāmānu ‘alā al-ṭīni fa ij’al lī șarḥan la’allī `aṭṭali’ū `ilā `ilāhi mūsā wa innī la`aẓunnuhū min al-kāżibīna (38) wa istakbara huwa wa junūduhū fī al-`ardi bi gairi al-haqqi wa ẓannū `annahum `ilainā lā yurja’ūna (39)/ ‘Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan (membawa) mukjizatmukjizat Kami yang nyata, mereka berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu.(36) ‘Musa menjawab: "Tuhanku lebih mengetahui orang yang (patut) membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan (yang baik) di negeri akhirat. Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang zalim.(37) Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.(38) Dan berlaku angkuhlah Fir'aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.’(39) Ayat di atas menjelaskan tentang tokoh Nabi Musa as ketika menyeru Fir’aun untuk menyembah Allah swt, namun Fir’aun mengingkarinya dan menganggap apa yang ditunjukkan Nabi Musa as hanyalah sihir belaka. Surat Al-A’raf ayat 104-128:
Universitas Sumatera Utara
/Wa qāla mūsā yā fir’auna innī rasūlun min rabbi al-‘ālamīna (104) haqīqun ‘alā `an lā `aqūla ‘alā allāhi illā al-haqqa qad ji`tukum bi bayyinatin min rabbikum fa arsil ma’iya bani isrā`īla (105) qāla `in kunta ji`ta bi `āyatin fa`ti bihā `in kunta min al-șaddiqīnā (106) fa `alqā ‘aș āhu fa `iżā hiya śu’bānun mubīnun (107) wa naza’a yadahū fa `iżā hiya baiḍā`a li al-nāẓirīna (108) qāla al-mala`u min qaumi fir’auna `inna hāżā la saḥirun ‘alīmun (109) yurīdu `an yukhrijakum min `ardikum fa māżā ta`murūna (110) qālū `arjih wa `akhāhu wa arsil fi al-madā`ini ḥāsyirīna (111) ya’tūka bi kulli sāḥirin ‘alīmin (112) wa jā`a al-saḥaratu fir’auna qālū `inna lanā la`ajran `in kunnā naḥnu al-galibīinā (113) qāla na’am wa `innakum la min al-muqarrabīna (114)/ ‘Dan Musa berkata: "Hai Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam,(104)‘Wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku".(105) ‘Fir'aun menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar".(106) ‘Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya.(107) ‘Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.(108) ‘Pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai,(109)‘Yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu". (Fir'aun berkata): "Maka apakah yang kamu anjurkan?"(110) Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli
Universitas Sumatera Utara
sihir),(111)‘Supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai".(112) ‘Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir'aun mengatakan: "(Apakah) kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?"(113) ‘Fir'aun menjawab: "Ya, dan sesungguhnya kamu benarbenar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)".(114)
/Qālū yā mūsā `immā `an tulqiyā wa immā `an nakūna naḥnu al-mulqīna (115) qāla `alqū falammā `alqū saḥarū `a’yuna al-nāsi wa istarhabū hum wa jā` ū bi siḥrin ‘aẓīm (116) wa `auḥainā `ilā mūsā `an `alqi ’așāka fa iżā hiya talqafu mā ya`fakūna (117) fa waqa’a al-haqqu wa baṭala mā kānū ya’malūna (118) fa gulibū hunālika wa inqalabū șāgirīna (119) wa `ulqiya al-saḥaratu sājidīna (120) qalū `āmannā bi rabbi al-‘ālamīna (121) rabbi mūsā wa hārūna (122)/ ‘Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?"(115) ‘Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan).(116) Dan Kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!". Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan,(117) ‘Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan.(118) Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. (119) Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud.(120) Mereka berkata: "kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (121), “(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".(122)
Universitas Sumatera Utara
/Qāla fir’aunu `āmantum bihī qabla an `āżana lakum inna hāżā la makrun makartumūhu fī al-madīnati li tukhrijū minhā ahlalā fa saufa ta’lamūna (23) la `uqaṭṭi’anna `aidiyakum wa `arjulakum min khilāfin śumma la `ușallibannakum `ajma’īna (124) qālū innā `ilā rabbinā munqalibūna (125) wa ma tanqimu minnā illā an `āmannā bi `āyāti rabbinā lammā jā`atnā rabbanā `afrig ‘alainā șabran wan tawaffanā muslimīna(126) wa qāla al-mala`u min qaumi fir’auna `atażaru mūsā wa qaumahū li yufsidū fī al-`ardi wa yażaraka wa `alihataka qāla sanuqattilu `abnā`ahum wa nastaḥyī nisā`ahum wa innā fauqahum qāhirūna.(127)/qāla mūsā li qaumihī ista’īnū bi allāhi wa ișbirū inna al-`arda li allāhi yūriśuhā man yasyā`u min ‘ibādihī wa al-‘āqibatu li al-muttaqīna (128)/ ‘Fir'aun berkata: "Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?, Sesungguhnya (perbuatan ini) adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; Maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini).(123) ‘Sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh aku akan menyalib kamu semuanya.”(124) ‘Ahli-ahli sihir itu menjawab:
Universitas Sumatera Utara
"Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali.(125) Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayatayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu) (126) Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhantuhanmu?". Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka. (127) ‘Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.(128) Ayat-ayat pada surat di atas menjelaskan bahwa tokoh Nabi Musa as ketika menunjukkan kepada Fir’aun mukzijat yang diberikan Allah swt padanya. Nabi Musa as melemparkan tongkatnya lalu berubahlah tongkatnya menjadi ular, kemudian Nabi Musa as mengeluarkan tangannya dari lengan bajunya, hingga keluarlah cahaya putih lagi terang. Maka para ahli sihir Fir’aun merasa takjub dan mengaku kalah hingga akhirmya mereka beriman kepada Allah swt. Tetapi Fir’aun tetap mengingkarinya dan ingin segera membunuh Nabi Musa as. Surat Thaha 47-52:
/Fa `i`tiyāhu faqūlā innā rasūlā rabbika fa arsil ma’anā banī isrā`īla wa lā tu’ażżibhum qad ji`nāka bi `āyatin min rabbika wa al-salāmu ‘alā man
Universitas Sumatera Utara
ittaba’a al-hudā (47) innā qad `ūḥiya `ilainā anna al-‘ażāba ‘alā man każżaba wa tawallā (48) qāla fa man rabbukumā yā mūsā (49) qāla rabbunā al-lażī `a’ṭā kulla sya`in khalqahū śumma hadā (50) qāla famā bālu al-qurūni al-`ūlā (51) qāla ‘ilmuhā ‘inda rabbī fi kitābin, lā yaḍillu rabbī wa lā yansā (52)/ ‘Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.(47) Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orangorang yang mendustakan dan berpaling.(48) Berkata Fir'aun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?.(49) Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.(50) berkata Fir'aun: “Bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?"(51) Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa(52)’ Ayat-ayat di atas menjelaskan terjadi dialog antara tokoh Nabi Musa as dengan Fir’aun, di mana Nabi Musa as menyeru Fir’aun bersama saudaranya Nabi Harun as untuk menyembah Allah swt, namun Fir’aun tetap mengingkarinya. Surat Thaha ayat 56-73:
Universitas Sumatera Utara
/Wa laqad `araināhu `āyātinā kullahā fa każżaba wa `abā (56) qāla `aji`tanā li tukhrijanā min `arḍinā bi siḥrika yā mūsā (57) fa lana`tiyannaka bi siḥrin miślihī fa ij’al bainanā wa bainaka mau’idan lā nukhlifuhū naḥnu wa lā `anta makānan suwan (58) qāla mau’idukum yaumu al-zīnati wa `an yuḥsyara al-nāsu ḍuḥan (59) fa tawallā fir’aunu fajama’a kaidahū śumma atā (60) qāla lahum mūsā waylakum lā taftarū ‘ala Allāhi każiban fayusḥitakum bi’ażābin, wa qad khāba man iftarā (61) fa tanāza’ū amrahum bainahum wa asarrū al-najwā (62) qālū in hāżāni lasāḥirāni yurīdāni an yukhrijākum min arḍikum bisiḥrihimā wa yażhabā biṭarīqatikumu al-muśla (63) fa `ajmi’ū kaidakum śumma u`tū șaffan. Wa qad aflaḥa al-yauma man ista’lā (64) qālū yā mūsā immā `an tulqiya wa immā `an nakūna awwala man `alqā (65) ‘Dan Sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).(56) ‘Berkata Fir'aun: "Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa?(57) Dan kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).(58) ‘Berkata Musa: "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik. (59) ‘Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. (60) ‘Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengadaadakan kedustaan.(61) ‘Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (62) ‘Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. (63) ‘Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini.(64) ‘(setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), Apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?"(65)
Universitas Sumatera Utara
/Qāla bal alqū fa `iżā ḥibāluhum wa ‘ișiyyuhum yukhayyalu ilaihi min siḥrihim annahā tas’ā (66) fa `aujasa fī nafsihī khīfatan mūsā (67) qulnā lā takhaf innaka anta al-`a’lā (68) wa alqi mā fī yamīnika talqaf mā șana’ū. Innamā șana’ū kaidu sāḥirin wa lā yufliḥu al-sāḥiru ḥaisu `atā (69) fa `ulqiya al-saḥaratu sujjadan qālū `āmannā bi rabbi hāruna wa mūsā (70) qāla `āmantum lahū qabla `an āżana lakum. Innahū lakabīrukum al-lażī ‘allamakum al-siḥra. Fa la `uqaṭṭi’anna aidiyakum wa arjulakum min khilāfin wa la `ușallibannakum fī jużū’i al-nakhli wa lata’lamunna ayyunā asyaddu ‘ażāban wa abqā (71) qālū lan nu’śiraka `alā mā jā`anā min al-bayyināti wa al-lażī faṭaranā. Fa `iqḍi mā anta qāḍin, innamā taqḍī hāżihi al-ḥayāta al-dunyā (72) Inna `āmannā bi
Universitas Sumatera Utara
rabbinā li yagfira lanā khaṭāyānā wa mā akrahtanā ‘alaihi min al-siḥri. Wa Allāhu khairun wa abqā (73)/ ‘Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.(66) ‘Maka Musa merasa takut dalam hatinya.(67) Kami berkata: "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).(68) ‘Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. (69) ‘Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa".(70) Berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya. (71) ‘Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. (72) Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahankesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azabNya)".(73) Ayat-ayat pada surat di atas menjelaskan bahwa terjadi perdebatan baik secara lisan maupun fisik oleh tokoh Nabi Musa as dengan Fir’aun, yaitu Fir’aun menantang Nabi Musa as untuk membuktikan mukzijatnya dengan para ahli sihir Fir’aun di suatu tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Namun para ahli sihir Fir’aun tidak mampu mengalahkan kekuatan mukzijat yang diberikan oleh Allah swt kepada Nabi Musa as, hingga akhirnya mereka pun beriman kepada Allah swt dan Nabi Musa as. Akan tetapi Fir’aun tetap mengingkarinya dan tidak mau beriman sehingga ia mendapatkan akibat dari perbuatannya tersebut dengan ditenggelamkannya ia dan para pengikutnya oleh Allah swt. Surat Asy-Syu’ara` ayat 16-51:
Universitas Sumatera Utara
/Fa’tiyā fir’auna faqūlā `innā rasūlu rabbi al-‘ālamīna (16) An arsil ma’anā banī isrā`īla (17) qāla alam nurabbika fīnā walīdan wa labiśta fīnā min ‘umurika sinīna (18) wa fa’alta fa’lataka al-latī fa‘alta wa anta min al-kāfirīna (19) qāla fa’altuhā iżan wa ana min al-ḍāllīna (20) fa farartu minkum lammā khiftukum fa wahaba lī rabbī ḥukman wa ja’alanī min al-mursalīna (21) wa tilka ni’matun tamunnuhā ’alayya an ‘abbatta banī isrā`īla (22)/ ‘Maka datanglah kamu berdua kepada Fir'aun dan katakanlah olehmu: "Sesungguhnya kami adalah rasul Tuhan semesta alam (16) lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami". (17) Fir'aun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu, (18) Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna.(19) Berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.(20) Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.(21) Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil".(22)
Universitas Sumatera Utara
/Qāla fir’aunu wa mā rabbu al-‘ālamīna (23) qāla rabbu al-samāwāti wa al-`arḍi wa mā bainahumā in kuntum mūqinīna (24) qāla li man ḥaulahū `alā tastami’ūna (25) qāla rabbukum wa rabbu `ābā`ikum al-awwalīna (26) qāla inna rasūlakum al-lażī ursila ilaikum lamajnūnun (27) qāla rabbu al-masyriqi wa al-magribi wa mā bainahumā `in kuntum ta’qilūna (28) qāla la`in ittakhażta ilāhan gairī la`aj’alannaka min al-masjūnīna (29) qāla awalau ji’tuka bi syai`in mubīnin (30)/ ‘Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?"(23) Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya".(24) Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?" (25) Musa berkata (pula): "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu".(26) ‘Fir'aun berkata: "Sesungguhnya rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila".(27) Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal".(28) Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan".(29) Musa berkata: "Dan apakah (kamu akan melakukan itu) kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata ?"(30)
Universitas Sumatera Utara
/Qāla fa’ti bihī in kunta min al-ṣādiqīna (31) fa alqā ‘aṣāhu fa`iżā hiya śu’bānun mubīnun (32) wa naza’a yadahū fa`iżā hiya baiḍā`u li alnāẓirīna (33) qāla li `almalā`i ḥaulahū inna hāżā la sāḥirun ‘alīmun (34) yurīdu an yukhrijakum min arḍikum bi siḥrihī fa māżā ta’murūna (35) qālū arjih wa akhāhu wab’aś fi al-madā`ini ḥāsyirīna (36) ya’tūka bi kulli saḥḥārin alīmin (37) fa jumi’a al-saḥaratu li mīqāti yaumin ma’lūmin (38) wa qīla li al-nāsi hal antum mujtami’ūna (39) la’allanā nattabi’u alsaḥarata in kānū hum al-gālibīna (40) fa lammā jā`a al-saḥaratu qālū li fir’auna a`inna lanā la ajran in kunnā naḥnu al-gālibīna (41) qāla na’am wa `innakum `iżan la min al-muqarrabīna.(42)/ ‘Fir'aun berkata: "Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar".(31) Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata.(32) dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya.(33) Fir'aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya: Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai,(34) Ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?"(35) mereka menjawab: "Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir),(36) niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu".(37) lalu dikumpulkan ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang ma'lum,(38) ‘Dan dikatakan kepada orang banyak: "Berkumpullah kamu sekalian.(39) semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang".(40) ‘Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, mereka pun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?"(41) Fir'aun menjawab: "Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)".(42)
Universitas Sumatera Utara
/Qāla lahum mūsā `alqū mā antum mulqūna (43) fa `alqau hibālahum wa ‘isiyyahum wa qālū bi izzati fir’auna `innā la nahnu al-gālibūna (44) fa `alqā mūsā ‘asāhu fa `izā hiya talqafu mā ya`fikūna (45) fa `ulqiya alsaharatu sājidīna (46) qālu `āmannā bi rabbi al-ālamīna (47) rabbi mūsā wa hārūna (48) /qāla `āmantum lahū qabla `an `āzana lakum `innahu la kabīrukum al- lazī ‘allamakum al-sihra fa lasaufa ta’lamūna la uqatti’anna aidiyakum wa arjulakum min khilāfin wa la `usallibannakum `ajma’īna (49) qālū lā daira `innā ilā rabbinā munqalibūna (50) `innā natma’u `an yagfira lanā rabbunā khatayānā `an kunnā awwala almu’minīna(51)/ ‘Berkatalah Musa kepada mereka: "Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan".(43) lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang".(44) Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.(45) ‘Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah), (46) mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (47), “(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".(48) ‘Fir'aun berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya".(49) ‘Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan (bagi kami); sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, (50) Sesungguhnya kami Amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman".(51)
Universitas Sumatera Utara
Ayat-ayat di atas juga menjelaskan bahwa tokoh Nabi Musa as melakukan perdebatan dialog dengan Fir’aun yang meminta bukti kebenaran ajaran yang dibawanya, setelah Nabi Musa as menjelaskan hal tersebut namun Fir’aun meminta bukti nyata akan kebenaran adanya Allah swt dan pengangkatan Nabi Musa as sebagai nabi. Akan tetapi setelah semua bukti nyata itu diperlihatkan kepada Fir’aun, ia tetap tidak mau beriman bahkan mengingkarinya dan ingin membunuh Nabi Musa as. Surat Al-Mu’min ayat 23-37:
Universitas Sumatera Utara
/Fa lammā jā`ahum bi al-haqqi min ‘indinā qālū `uqtulū `abnā`a al-lazīna `āmanū ma’ahu wa istahyū nisā`ahum wa mā kaidu al-kāfirīna illā fī dalālin(25) wa qāla fir’aunu zarūnī `aqtul mūsā walyad’u rabbahū innī akhāfu `an yubaddila dīnakum au `an yuzhira fi al-ardi al-fasāda(26) wa qāla mūsā innī ‘uztu bi rabbī wa rabbikum min kulli mutakabbirin lā yu’minu bi yaumi al-hisābi (27) wa qāla rajulum mu’minun min `āli fir’auna yaktumu `imānahu `ataqtulūna rajulan an yaqūla rabbiya allāhu wa qad jā`akum bi al-bayyināti min rabbikum wa `in yaku kāziban fa ‘alaihi kazibuhū wa `in yaku sādiqan yusibkum ba’du al-lazī ya’idukum inna allāha lā yahdī man huwa musrifun kazzābun (28) yā qaumi lakum al-mulku al-yauma zāhirīna fi al-`ardi fa man yansurunā mim ba`si allāhi in jā`anā qāla fir’aunu mā `urīkum illā mā `arā wa mā ahdīkum illā sabīla al-rasyādi (29)/ Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: "Bunuhlah anak-anak orangorang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanitawanita mereka". Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah siasia (belaka).(25) Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi".(26) Dan Musa berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab".(27) Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikutpengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keteranganketerangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.(28) ‘(Musa berkata): "Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar".(29)
Universitas Sumatera Utara
/Wa qāla al-lazī `āmana yā qaumi `innī akhāfu alaikum misla yaumi alahzābi (30) misla da`bi qaumi nūhin wa ‘ādin wa samūda wa al-lazīna min ba’dihim wa mā allāhu yurīdu zulman li al-‘ibādi (31) wa yā qaumi `innī akhāfu alaikum yauma al-tanādi (32) yauma tuwallūna mudbirīna mā lakum min allāhi min ‘āsimin wa man yudlili allāhu fa mā lahū min hādin (33) Wa laqad jā`akum yūsufu min qablu bi al-bayyināti fa mā ziltum fi syakkin min mā jā`akum bihī hattā `izā halaka qultum lan yab'aśa allāhu min ba’dihī rasūlan kazālika yudhillu allāhu man huwa musrifun murtābun (34) al-lazīna yujādilūna fī `āyāti allāhi bi gairi sultānin `atāhum kabura maqtan ‘inda allāhi wa ‘inda al-lazīna` āmanū kazālika yatba’u allāhu ‘alā kulli qalbi mutakabbirin jabbārin (35) wa qāla fir’aunu yā hāmānu ibni lī sarhan la’allī ablugu al-`asbāba (36) asbāba al-samāwāti fa `attali’a `ilā ilāhi mūsā wa innī la `azunnuhū kāziban wa
Universitas Sumatera Utara
kazālika zuyyina li fir’auna sū`u ‘amalihī wa sudda ani al- sabīli wa mā kaidu fir’auna illā fi tabābin (37 ‘Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu.(30) (yakni) seperti keadaan kaum Nuh, 'Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hambahamba-Nya.(31) ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil.(32), (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk.(33) ‘Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.(34) ‘(yaitu) orangorang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.(35) ‘Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,(36) (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.(37) Ayat-ayat di atas juga menjelaskan bahwa tokoh Nabi Musa as ketika melakukan seruan kepada Fir’aun untuk menyembah Allah swt dan beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa as, namun Fir’aun yang ingkar tetap tidak mau beriman, maka sesuai dengan janji Allah swt bahwa Fir’aun dan bala tentaranya akan hancur dan binasa, hingga dikembalikan kerajaan Mesir kepada Bani Israil, yang ketika setelah mereka diselamatkan oleh Nabi Musa as dari Fir’aun, mereka pun mengingkari Nabi Musa as dan ajaran yang dibawanya.
Surat Asy-Syu’araa` ayat 60-67:
Universitas Sumatera Utara
/Fa atba’ūhum musyrikīna (60) fa lammā tarā`a al jam’āni qāla așḥābu musā innā lamudrakūna (61) qāla kallā inna ma’iya rabbī sayahdīni (62) fa `auḥainā `ilā mūsā an iḍrib bi ‘așāka al-baḥra fa infalaqa fa kāna kullu firqin ka al-ṭaudi al-‘ażīmi (63) wa azlafnā śamma al-`akharīna (64) wa `anjainā mūsā wa man ma’ahū `ajma’īna (65) śumma `agraqnā `alākharīna (66) `inna fī żālika la`āyatan wa mā kāna `akśaruhum mu`minīna.(67)/ ‘Maka Fir'aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit.(60) Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul".(61) Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku".(62) Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain.(64) Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.(65) Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.(66) Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.(67)’ Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa tokoh Nabi Musa as membawa kaumnya di malam hari untuk menyelamatkan diri dari Fir’aun dan tentaranya. Nabi Musa as diperintahkan untuk menyeberangi lautan dengan cara memukulkan tongkat Nabi Musa as, hingga lautan itupun terbelah menjadi dua dan Nabi Musa as melintasi jalan yang kering di antara laut yang terbelah itu dengan selamat, namun tidak dengan Fir’aun dan tentaranya, ketika mereka melintasi jalan tersebut, maka dengan izin Allah swt laut tersebut kembali seperti semula, hingga Fir’aun dan tentaranya tenggelam di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
Surat Yunus ayat 90-92:
/Wa jāwaznā bi banī isrā`īla al-baḥra fa atba’ahum fir’aunu wa junūduhu bagyan wa ‘adwan ḥattā `iżā adrakahu al-garaqu qāla `āmantu `annahū lā ilāha illā al-lażżī `āmanat bihī banū `isrā`īla wa ana min al-muslimīna (90) `al-`āna wa qad ‘așaita qablu wa kunta min al-mufsidīna (91) fa alyauma nunajjīka bi badanika litakūna li man khalfaka `ayatan wai inna kaśiran min al-nāsi ‘an `āyātinā la gāfilūna(92)/ ‘Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".(90) Apakah sekarang (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.(91) Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tandatanda kekuasaan Kami.(92)’ Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa tokoh Nabi Musa as berhasil selamat dari kejaran Fir’aun setelah melintasi lautan yang terbelah menjadi dua bagian. Adapun Fir’aun dan tentaranya tenggelam di dalam laut tersebut karena Allah swt mengembalikan laut tersebut seperti semula ketika Fir’aun dan tentaranya melintasi lautan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Surat Al-Maidah ayat 21-26:
/Yā qaumi udkhulū al-arḍa al-muqaddasata al-latī kataba allāhu lakum wa lā tartaddū ‘alā adbārikum fa tanqalibū khāsirīna(21) qālū yā mūsā inna fīhā qauman jabbārīna wa innā lan nadkhulahā hattā yakhrujū minhā fa`in yakhrujū minhā fa `innā dākhilūna(22) qāla rajulāni min al-lazīna yakhāfūna `an’ama allāhu ‘alaihimā udkhulū ‘alaihim al-bāba fa`iżā dakhaltumūhu fa innakum gālibūna wa ‘ala allahi fa tawakkalū in kuntum mu`minīna(23) qālū yā mūsā innā lan nadkhualahā `abadan mā dāmū fīhā fa `iżhab `anta wa rabbuka fa qātilā innā hāhunā qā’idūna(24) qāla rabbi innī lā amliku illā nafsī wa `akhi fa ufruq bainanā wa baina al-qaumi alfāsiqīna(25) qāla fa innahā muharramatun ‘alaihim `arba’īna sanatan yatīhūna fi al-arḍi fa lā ta`sa ‘ala al-qaumi al-fāsiqīna(26)/ ‘Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu,
Universitas Sumatera Utara
dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.(21) Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya".(22) Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang, dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".(23) Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja".(24) Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu".(25) Allah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu."(26) Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa tokoh Nabi Musa as menyeru kaumnya bani Israil yang juga mengingkarinya meskipun mereka telah diselamatkan oleh Nabi Musa as dari siksaan Fir’aun. Hingga akhirnya kaum Bani Israil yang ingkar itu mendapat cobaan dan balasan dari Allah swt atas keingkaran mereka, berupa terperangkap di padang Tiih selama kurang lebih 40 tahun. 3.3. هﺪف اﻟﻘﺼﺔ/hadfu al-qiṣṣati/ ’ Tujuan Kisah’ 3.3.1
Meringankan Beban Jiwa atau Tekanan Batin Nabi Muhammad saw dan Orang-Orang Beriman
Surat Huud ayat 110:
/Wa laqad ātaynā mūsa al-kitāba fa ikhtulifa fīhi. Wa lawlā kalimatun sabaqat min rabbika laquḍiya baynahum. Wa innahum lafī syakkin minhu murībin/ ’Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kitab (Taurat)
Universitas Sumatera Utara
kepada Musa, lalu diperselisihkan tentang kitab itu. Dan seandainya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, niscaya telah ditetapkan hukuman di antara mereka, dan sesungguhnya mereka (orang-orang kafir Mekah) dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap Al Quran.’ Ayat ini bertujuan untuk menghibur dan meringankan beban jiwa Nabi Muhammad saw sewaktu beliau menghadapi tantangan terhadap Al-Qur`an oleh orang kafir Mekah. Allah menceritakan bahwa Taurat yang dibawa Nabi Musa as dahulu pun juga mendapat tantangan oleh orang-orang Yahudi. Surat Al-Israa’ ayat 101-102:
/Wa laqad ātaynā mūsā tis’a āyātin bayyinātin. Fas`al banī isrā`īla iż jā`ahum fa qāla lahū fir’aunu innī la`aẓunnuka yā mūsā masḥūran (101) Qāla laqad ‘alimta mā anzala hā`ulā`i illā rabbu al-samāwāti wa al-arḍi baṣā`ira wa innī la`aẓunnuka yā fir’aunu maśbūran (102)/ ‘Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata, maka tanyakanlah kepada Bani Israil, tatkala Musa datang kepada mereka lalu Fir'aun berkata kepadanya: "Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang kena sihir".(101) Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir'aun, seorang yang akan binasa".(102)’ Ayat di atas bertujuan untuk menguatkan hati Nabi Muhammad saw dalam menegakkan agama Allah swt karena ingkarnya orang-orang kafir terhadap ayatayat Allah swt dan mukjizat yang diberikanNya kepada Nabi Muhammad saw, sebagaimana sembilan buah mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa as, yaitu: tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, taupan, laut, dan bukit Thur. akan tetapi Fir‘aun dan kaumnya tetap mengingkarinya.
Universitas Sumatera Utara
Surat Fushshilat ayat 45 :
/Wa laqad ātaynā mūsa al-kitāba fa ikhtulifa fīhi. Wa law lā kalimatun sabaqat min rabbika laquḍiya baynahum. Wa innahum lafī syakkin minhu murībin/ ‘Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Rabb-mu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya mereka terhadap Al Quran benar-benar dalam keraguraguan yang membingungkan.’ Ayat di atas bertujuan agar menguatkan hati dan meringankan beban jiwa Nabi Muhammad saw karena keingkaran umatnya kepada Al-Qur'an, sebab para nabi yang terdahulu juga mengalami hal itu saat mereka menegakkan agama Allah swt kepada kaumnya termasuk juga Nabi Musa as dan kitab Tauratnya. Pengulangan ayat tersebut dalam surat yang berbeda dikarenakan agar Nabi Muhammad saw dan orang-orang beriman dapat mengambil pelajaran dari kisah tersebut dan bertambah pula keyakinan mereka kepada Allah swt . Surat Ash-Shaff ayat 5:
/Wa iż qāla mūsā li qawmihī yā qawmi lima tu`żūnanī wa qad ta’lamūna annī rasūlu Allāhi ilaykum. Falammā zāgū azāga Allahu qulūbahum. Wa Allahu lā yahdī al-qawma al-fāsiqīna/ ‘Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.’
Universitas Sumatera Utara
Ayat di atas bertujuan sebagai penghibur hati dan meringankan tekanan batin Nabi Muhammad saw karena beratnya cobaan yang ia hadapi, berupa cacian, ejekan dan siksaan yang diberikan orang-orang kafir terhadapnya. Maka Allah swt mengingatkan kembali Nabi Muhammad saw akan kisah Nabi Musa as yang juga pernah disakiti dan dikhianati oleh kaumnya Bani Israil. Surat Al-Ahzab ayat 69:
/Yā `ayyuhā al-lażīna āmanū lā takūnū ka al-lażīna āżaw mūsā fabarra`ahu Allahu mimmā qālū. Wa kāna ‘inda Allahi wajīhan/ ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orangorang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhantuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.’ Ayat di atas juga memiliki tujuan yang sama dengan ayat yang sebelumnya pada surat Ash-Shaff, yakni sebagai sebagai penghibur hati dan meringankan tekanan batin Nabi Muhammad saw karena beratnya cobaan dan tuduhan-tuduhan yang ia terima, cacian, ejekan dan siksaan yang diberikan orangorang kafir terhadapnya. Maka Allah swt mengingatkan kembali Nabi Muhammad saw akan kisah Nabi Musa as yang juga pernah disakiti dan dikhianati oleh kaumnya Bani Israil. 3.3.2 Menguatkan Keimanan dan Keyakinan terhadap Akidah Islam sekaligus Mengobarkan Semangat Berkorban Jiwa dan Raga di Jalan Allah swt Surat Al-Qashash ayat 3-4:
Universitas Sumatera Utara
/Natlū ‘alaika min naba`i mūsā wa fir‘auna bi al-ḥaqqi li qawmin yu`minūna.(3) Inna fir‘auna ’alā fī al-arḍi wa ja‘ala ahlahā syia‘ān yastaḍ‘ifu ţā`ifatan minhum yużabbiḥu abnā’ahum wa yastaḥyī nisā’ahum. Innahū kāna mina al-mufsidīna/ ‘Kami bacakan kepadamu (Muhammad) sebagian dari kisah Nabi Musa dan Fir‘aun dengan benar bagi orang-orang yang beriman.(3) Sesungguhnya Fir‘aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya terpecah belah, dengan menindas sebagian dari mereka dan membiarkan anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir‘aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.(4)’ Ayat di atas bertujuan untuk menguatkan keimanan dan keyakinan kepada Allah swt karena apabila tidak mengikuti petunjuk-Nya, maka akan menerima hukuman seperti yang diterima oleh Fir‘aun dan kaumnya yang ingkar dan berbuat kerusakan. Surat As-Sajdah ayat 23 :
/Wa laqad ātaynā mūsa al-kitāba falā takun fī miryatin min liqā`ihī. Wa ja’alnāhu hudan li banī isrā`īla/ ‘Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat), maka janganlah kamu (Muhammad) ragu menerima (Al-Quran itu) dan Kami jadikan Al-Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil.’ Ayat di atas bertujuan agar Nabi Muhammad saw tidak ragu-ragu dalam menerima kitab suci Al-Qur'an sebagaimana telah diberikan kitab Taurat kepada Nabi Musa as. Kemudian kitab Taurat dijadikan petunjuk bagi Bani Israil, maka Allah swt menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi ummatmu. Surat Ibrahim ayat 5:
Universitas Sumatera Utara
/Wa laqad arsalnā mūsā bi`āyātinā an akhrij qawmaka min al-ẓulumāti ila al-nūri wa żakkirhum bi`ayyāmi Allahi. Inna fī żālika la`ayātin likulli ṣabbārin syakūrin/ ‘Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.’ Ayat di atas bertujuan untuk membangkitkan semangat dan menguatkan keimanan serta keyakinan Nabi Muhammad saw dan orang-orang yang beriman kepada Allah swt, karena setiap nabi dan rasul diutus oleh Allah swt sebagai penyelamat bagi orang yang beriman dan pemberi peringatan bagi orang yang ingkar agar mereka mendapat petunjuk. Surat Al-Mu’min ayat 53-55:
/Wa laqad ātaynā mūsa al-hudā wa awraśnā banī isrā`īla al-kitāba (53) Hudan wa żikrā li `ūli al-albābi (54) Fa iṣbir inna wa’da Allahi ḥaqqun wa istagfir li żanbika wasabbiḥ bi ḥamdi rabbika bi al-‘asyiyyi wa alibkāri (55)/ ‘Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil (53) untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir.(54) Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.(55)’ Ayat di atas bertujuan untuk memberikan petunjuk agar orang-orang beriman bersabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan Allah swt dan memperbanyak memohon ampunan Allah swt karena sesungguhnya Allah swt sMaha Pengampun lagi Maha Pemberi Petunjuk.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Tokoh Nabi Musa as disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak 136 kali, dalam 34 surat dan 130 ayat, dengan perincian: (1) surat Al-Baqarah: ayat 51, 53, 54, 55, 60, 61, 67, 87, 92, 108, 136, 246, 248. (2) Ali Imran: ayat 84. (3) An-Nisa’: ayat 153 (diulang 2 kali), 164. (4) Al-Maidah: ayat 20, 22, 24. (5) Al-An’aam: ayat 84, 91, 154. (6) Al-A’raaf: ayat 103, 104, 115, 117, 122, 127, 128, 131, 134, 138, 142 (diulang 2 kali), 144, 148, 150, 154, 155, 159, 160. (7) Yunus: ayat 75, 77, 80, 81, 83, 84, 87, 88. (8) Huud: ayat 17, 96, 110. (9) Ibrahim: ayat 5, 6, 88. (10) Al-Israa’: ayat 2, 101 (diulang 2 kali). (11) Al-Kahfi: ayat 60, 66. (12) Maryam: ayat 51. (13) Thaaha: ayat 9, 11, 17, 19, 36, 40, 49, 57, 61, 65, 67, 70, 77, 83, 86, 88, 91. (14) Al-Anbiyaa’: ayat 48 (15) Al-Hajj: ayat 44. (16) Al-Mu’minuun: ayat 45, 49. (17) Al-Furqaan: ayat 35. (18) Asy-Syu`araa’: ayat 10, 43, 45, 48, 52, 61, 63, 65. (19) An-Naml: ayat 7, 9, 10. (20) Al-Qashash: ayat 3, 7, 10, 15, 18, 19, 20, 29, 30, 31, 36, 37, 38 43, 44, 48 (diulang 2 kali), 76. (21) Al-Ankabuut: ayat 39. (22) As-Sajdah: ayat 23. (23) Al-Ahzaab: ayat 7, 69. (24) Ash-Shaafaat: ayat 114, 120. (25) Al-Mu’min: ayat 23, 26, 27, 37, 53. (26) Fushshilat: ayat 43. (27) Asy-Syuraa: ayat 13. (28) Az-Zhukhruf: ayat 46. (29) Al-Ahqaaf: ayat 12, 30. (30) Adz-Dzaariyaat: ayat 38. (31) An-Najm: ayat 36. (32) Ash-Shaff: ayat 5.(33) An-Nazi’aat: ayat 15. (34) Al-A’laa: ayat 19. 2. Tokoh Nabi Musa as yang termasuk ﺷﺨﺼﻴﺔ ﻧﺎﻣﻴﺔ/syakhṣiyyatun nāmiyatun/ ‘tokoh berkembang’. Terdapat dalam 11 surat dan 242 ayat dengan rincian: (1) surat Al-Qashash ayat 3-40. (2) Thaha ayat 9-14, 17-22, 24-35, 38-39, 42-52, 56-73 dan 77-79. (3) An-Naml ayat 7-14. (4) An-Nisa’ ayat 164. (5) Al-A’raaf 104-139 dan 144. (6) Asy-Syuraa` ayat 10-67. (7) Al-Mu’minun ayat 23-24 dan 45-46. (8) Yunus ayat 76-83 dan 90-92. (9) Az-Zhukhruf ayat 46-56. (10) Al-Mu’min ayat 25-37. (11) Al-Maidah ayat 21-26. 3. Tokoh Nabi Musa as yang termasuk kategori ﺷﺨﺼﻴﺔ ﻣﻨﻄﻘﻴﺔ/syakhṣiyyatun manţiqiyyatun/ ‘tokoh logis’ terdapat dalam 7 surat dan 53 ayat, dengan
Universitas Sumatera Utara
rincian: (1) surat Al-Qashash ayat 15, 16-18, 21-24, 26-28 dan 33-34. (2) AlAhzab ayat 69. (3) Al-A’raaf 104-105, 116, 143, 150-151. (4) Yunus ayat 8081 dan 88. (5) Thaha ayat 25-36, 44-46, 49-52, 67-78, 86 dan 92-94. (6) AsySyu’araa` ayat 12-15 dan 28. (7) Al-Mu’min ayat 27. 4. Model اﻟﻘﺼﺔ اﻟﺘﺎرﻴﺧﻴﺔ/al-qiṣṣatu al-tārikhiyyatu/ yang menceritakan sebuah realitas sejarah pada kisah Nabi Musa as dalam Al-Qur’an terdapat dalam 6 surat dan 25 ayat, dengan rincian: (1) surat Al-A’raaf ayat 145. (2) Thaha 3839 dan 77-79. (3) Al-Qashash 15 dan 21-22. (4) Maryam 51-53. (5) AsySyu’araa` ayat 63-67. (6) Yunus 87, 90. 5. Model اﻟﻘﺼﺔ اﻟﺘﺎرﻴﺧﻴﺔ/al-qiṣṣatu al-tārikhiyyatu/ yang memberikan pelajaran dan petunjuk bagi manusia pada kisah Nabi Musa as dalam Al-Qur’an terdapat dalam 5 surat dan 25 ayat, dengan rincian: (1) surat Al-An’aam ayat 154. (2) Al-A’raaf ayat 103 dan 130. (3) Adz-Dzariyaat ayat 38-40. (4) Ash-Shaaf ayat 114-122. (5) An-Naazi’at ayat 15-26. 6. اﻟﻘﺼﺔ اﻟﺸﺨﺼﻴﺔ/al-qiṣṣatu al-syakhṣiyyatu/ pada kisah Nabi Musa as dalam Al-Qur’an terdapat di 9 surat dan 172 ayat, dengan rincian: (1) surat AlQashasah ayat 7-19, 23-25, 30-32 dan 36-39. (2) Thaha ayat 11-14, 17-22, 2435, 38-39, 47-52 dan 56-73. (3) An-Nisaa’ ayat 164. (4) An-Naml ayat 8-14. (5) Al-A’raaf ayat 144 dan 104-128. (6) Asy-Syu’araa’ ayat 16-51 dan 60-67. (7) Al-Mu’min ayat 23-40. (8) Yunus ayat 90-92. (9) Al-Maidah ayat 21-26. 7. Tujuan Kisah dalam Al-Qur’an ada dua, yaitu: a. Meringankan beban jwa atau tekanan batin Nabi Muhammad saw dan orang-orang beriman. Dalam kisah Nabi Musa as yang termasuk tujuan kisah seperti ini terdapat dalam 5 surat dan 6 ayat, dengan rincian: (1) surat Huud ayat 110. (2) Al-Israa` ayat 101-102. (3) Fushshilat ayat 45. (4) Ash-Shaf ayat 5. (5) Al-Ahzab ayat 69. b. Menguatkan keimanan dan keyakinan terhadap akidah Islam sekaligus mengobarkan semangat berkorban jiwa dan raga di jalan Allah swt. Dalam kisah Nabi Musa as yang termasuk tujuan kisah seperti ini terdapat dalam 4 surat dan 7 ayat, dengan rincian: (1) surat Al-Qashash ayat 3-4. (2) As-Sajdah ayat 23. (3) Ibrahim ayat 5. (4) Al-Mu’min ayat 53-55.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Saran Adapun beberapa saran dari penulis adalah: 1. Penulis berharap agar penulis sendiri dan juga para pembaca dapat memahami dan meresapi makna pengulangan kisah-kisah para nabi dalam Al-Qur’an khususnya kisah Nabi Musa as, sebagai pelajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. 2. Dengan melihat realita bahwa penelitian sastra yang menganalisis tentang kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an masih sangat sedikit dan terbatas, dan apa yang penulis lakukan ini adalah bagian dari keterbatasan tersebut. Maka penulis berharap agar mahasiswa program studi bahasa Arab dapat lebih memfokuskan penelitian tentang kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an. 3. Penulis juga berharap agar kiranya para mahasiswa program studi bahasa Arab dapat mengkaji Al-Qur’an lebih dalam lagi, karena begitu luasnya samudera ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk bagi kehidupan manusia, sehingga penelitian yang dilakukan bukan hanya untuk menambah referensi saja tetapi juga memiliki nilai pengajaran dan hikmah dalam kehidupan.
Universitas Sumatera Utara