BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Ketenagakerjaan 2.1.1.1 Teori Klasik Adam Smith Adam Smith (17929-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi. 2.1.1.2 Teori Keynes John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labour union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai Keynes kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.
18
Jika harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor (marginal value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam memperkerjakan tenaga kerja akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar maka kurva produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas. 2.1.1.3 Teori Malthus Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan produksi hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur, sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung. Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti mengakibatkan turunnya produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk menghindari
hal
tersebut
adalah
melakukan
pertumbuhan penduduk.
19
kontrol
atau
pengawasan
2.1.2
Konsep Produktivitas Kerja Produktivitas diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi
barang dan jasa. Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi (Soeharto, 1995). Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai dengan daya yang digunakan input (Simanjuntak, 1998). Dengan kata lain bahwa produktivitas mempunyai dua dimensi, yaitu: 1) Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. 2) Dimensi
kedua
adalah
efesiensi
yang
berkaitan
dengan
upaya
membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Sejalan dengan fenomena ini, konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu saja, produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan mesin. Namun demikian konsep produktivitas adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia. Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila (J.Ravianto, 1985; 19):
20
1) Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) tetap 2) Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) naik 3) Produktivitas (P) naik apabila Input (I) tetap,Output (O) naik 4) Produktivitas (P) naik apabila Input (I) naik, Output (O) naik tetapi jumlah kenaikan Output lebih besar daripada kenaikan Input. 5) Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) turun tetapi jumlah penurunan Input lebih kecil daripada turunnya Output. Menurut Handoko (2003), “Produktivitas dapat didefinisikan sebagai hubungan masukan-masukan dan keluaran-keluaran suatu sistem produksi”. Dalam konteks ini pengertian produktivitas adalah sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini (Kusnendi, 2003:8.4). Sedangkan menurut Muchdarsyah (dalam Yuli Tri Cahyono dan Lestiyana Indira M, 2007: 227) menyebutkan bahwa yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut: 1) Tenaga kerja Kenaikan sumbangan tenaga kerja pada produktivitas adalah karena adanya tenaga kerja yang lebih sehat, lebih terdidik dan lebih giat. Produktivitas dapat meningkat karena hari kerja yang lebih pendek. Imbalan dari pengawas dapat mendorong karyawan lebih giat dalam mencapai prestasi. Dengan demikian jelas bahwa tenaga kerja berperan penting dalam produktivitas.
21
2) Seni serta ilmu manajemen Manajemen adalah faktor produksi dan sumber daya ekonomi, sedangkan seni adalah pengetahuan manajemen yang memberikan kemungkinan peningkatan produktivitas. Manajemen termasuk perbaikan melalui penerapan teknologi dan pemanfaatan pengetahuan yang memerlukan pendidikan dan penelitian. 3) Modal Modal merupakan landasan gerak suatu usaha perusahaan, karena dengan modal perusahaan dapat menyediakan peralatan bagi manusia yaitu untuk membantu melakukan pekerjaan dalam meningkatkan produktivitas kerja. Fasilitas yang memadai akan membuat semangat kerja bertambah secara tidak langsung produktivitas kerja dapat meningkat. Menurut Husien Umar (1999;9) produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Rumus produktivitas sebagai berikut: Produktivitas
=
Efektifitas menghasilkan output Efisiensi menggunakan input
Sedangkan menurut Basu Swasta dan Ibnu Sukotjo (1997; 281), produktivitas adalah suatu konsep yang menggambarkan hubungan antar hasil (jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (tenaga kerja, bahan baku, modal, energy, dan lain-lain) yang dipakai untuk menghasilakn barang tersebut.
22
2.1.3
Sektor Ekonomi Sektor ekonomi adalah pengelompokkan ekonomi menjadi beberapa
bagian. Secara tradisional, sektor ekonomi dibagi menurut aktivitas, yaitu sektor primer,sekunder, dan tersier. Pada abad ke-20, sektor kuartener ditambahkan sebagai kelompok baru. Selain menurut aktivitas, sektor ekonomi juga dapat dibagi menurut pelaku. Berdasarkan pengelompokkan ini, sektor ekonomi dibagi menjadi tiga, yaitu sektor publik, bisnis, dan sosial. 2.1.4
Konsep Industri Menurut UU No.5 Tahun 1984 tentang perindustrian, industri adalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya. Tidak termasuk barang rancang bangun dan perekayasaan industri (Tiktik S. Partomo dan Rachman Soejoedono, 2002). Menurut Sandy (1985; 154) industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan yang serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin. Menurut Arsyad (2004; 354) industri mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin (leading sector), ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri yang nantinya akan memacu dan mengangkat sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian, jasa dan sektor lainnya. Sedangkan menurut Departemen Perindustrian (Arsyad, 2004; 341) industri nasional dibagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu:
23
1)
Industri dasar yang meliputi: Industri Mesin dan Logam dasar (IMLD) antara lain: Industri mesin pertanian elektronika, besi baja, kendaraan bermotor, kereta api, aluminium, tembaga dan sebagainya, dan Industri Kimia Dasar (IKD) antara lain: pengolahan kayu dan karet alam, industri batu bara dan sebagainya. Tujuan dari industri besar ini adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan membantu dan mengembangkan industri padat modal yang dapat mendorong tumbuh kembangnya industri hilir dan kegiatan ekonomi yng lain.
2)
Industri Kecil meliputi: Pangan ( makanan, minuman ), sandang dan kulit (tekstil dan pakaian dari bahan kulit ), industri kimia dan bahan bangunan (kertas, percetakan, karet dan plastik), industri galian bukan logam, industri logam (mesin, listrik, barang dari logam dan sebagainya), tujuanya adalah melakukan pemerataan sederhana padat karya yang dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah.
3)
Industri hilir meliputi: kelompok aneka industri, yaitu hasil pertambangan, dan mengolah sumber daya pertanian. Tujuanya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan serta memperluas kesempatan kerja pula. 2.1.4.1 Industri Kecil Pratama (2012) menyatakan bahwa Industri kecil adalah kegiatan
industri yang di kerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjaanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Industri kecil dapat juga diartikan sebagai usaha produktif di luar usaha pertanian, baik itu
24
merupakan mata pencaharian utama maupun sampingan. Sektor perusahaan kecil dan menengah di bidang industri pengolahan dapat saja didefinisikan, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif. Sebagian besar perusahaan dibidang industri pengolahan suatu negara tergolong ke dalam perusahaan kecil dan menengah, jika perusahan kecil dan menengah di definisikan, misalnya, menurut jumlah tenaga kerja, nilai kekayaan tidak bergerak, nilai bersih perusahaan, atau tingkat penjualan (Clapham, 1991). Menurut Kuncoro (1999) industri kecil pada umumnya memiliki karakteristik yang seragam, yaitu: 1) Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara administrasi dan operasional. Kebanyakan pemilik adalah perorangan dan merangkap menjadi pengelola. Sumber tenaga kerja juga kebanyakan dari keluarga. 2) Industri kecil kurang memiliki akses ke lembaga perkreditan formal, dikarenakan sulitnya persyaratan yang diajukan untuk peminjaman kredit. Hal ini menyebabkan kebanyakan mereka menggantungkan permodalan dari pinjaman informal seperti dari keluarga terdekat atau bahkan rentenir. Ini akan sangat menghambat pertumbuhan usaha kecil. 3) Sebagian besar industri kecil belum berbadan hukum. Perkembangan industri kecil dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok 1) Livelihood Activities Merupakan
usaha
kecil
menengah
yang
digunakan
sebagai
kesempatan untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.
25
2) Micro Enterprise Merupakan usaha kecil menengah yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan. 3) Small Dynamic Enterprise Merupakan usaha kecil menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan sub kontrak dan ekspor. 4) Fast Moving Enterprise Merupakan usaha kecil menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi usaha besar. 2.1.5
Konsep Kerajinan Kerajinan adalah sebutan bagi suatu benda hasil karya seni manusia.
Kerajinan terbuat dari berbagai bahan yang menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara tradisional dalam membuat sesuatu. Nilai-nilai yang dibutuhkan untuk membuat suatu kerajinan adalah kecakapan, keahlian dan penguasaan dalam proses pembuatan produk serta kreatifitas dan imajinasi. Menurut Rosjoyo (1993; 8) kerajinan adalah seni yang bertujuan untuk menyajikan kebutuhan hidup sehari-hari. Seorang pengrajin akan membuat beberapa atau banyak benda untuk setiap ciptaan yang pertama tersebut. Selebihnya adalah benda kerajinan yang dalam penggarapannya tidak lagi originalitas.
26
Menurut (Poerwadarminta, 1976). Seni kerajinan merupakan bagian dari seni rupa yang memiliki nilai guna praktis, yang disesuaikan dengan selera konsumen, sehingga terjadi pergeseran nilai yang juga disesuaikan dengan kebutuhan pemakai yakni masyarakat. Begitu pula dalam proses penciptaannya, perajin harus terlebih dahulu mempertimbangkan aspek kegunaan dalam rancangan disain, sebab nilai kepraktisan yang menjadi tujuan utama seni terapan (Soedarsono, 1988). Jadi yang dimaksud dengan kerajinan dalam hal ini, adalah aktivitas yang dilakukan seseorang, dikerjakan dengan keutamaan pada keterampilan tangan, dalam menciptakan berbagai produk kerajinan dengan memanfaatkan material tertentu. 2.1.6
Teori Produksi Kegiatan produksi dalam suatu industri selalu berdasarkan pada fungsi
produksi tertentu. Artinya input mempengaruhi output. Teori produksi adalah teori yang membahas hubungan antara input dan output atau hubungan antara kuantitas produksi dengan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksinya, (Wijaya, 1999:210-211). Menurut Purnomo (2013) Dalam proses produksi, perusahaan mengubah faktor produksi atau input menjadi produk atau output. Faktor input dapat dibagi secara lebih terinci, misalnya tenaga kerja bahan-bahan dan modal yang masing-masing dapat dibagi menjadi kategori yang lebih sempit. Menurut Sukirno (2005) dalam Purnomo (2013) menyatakan bahwa suatu fungsi produksi menunjukkan hubungan antara jumlah output yang dihasilkan untuk setiap kombinasi output tertentu. Fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut:
27
Q = f (K, L, R, T) Di mana K merupakan jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahliaan keusahawanan, R adalah kekayaan alam dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan dari berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya. Di dalam kegiatan produksi haruslah berlandaskan pada sebuah aturan atau hukum yang berlaku dalam teori produksi, yaitu “The Law of Diminishing Returns” atau “Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang”. Hukum tersebut menyatakan: jika satu faktor produksi ditambah secara terus-menerus, sedangkan jumlah faktor produksi yang lain tetap jumlahnya, maka pada titik tertentu tambahan produksi /Marginal Physical Product (MPP) atau produksi batas dari faktor produksi yang ditambahkan tersebut akan menjadi semakin kecil Syah (2014). Menurut Soekartawi (2001), ada tiga fenomena yang biasanya muncul akibat penambahan faktor produksi yang berkaitan dengan oitput ptoduksi yaitu CRS, IRS, DRS yang diartikan sebagai: 1.
Constant return to scale artinya bahwa penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.
2.
Increasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi akan menghasilkan pertambahan produksi yang lebih besar.
3.
Decreasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi melebihi proporsi pertambahan penduduk.
28
2.1.7
Teori Penyerapan Tenaga Kerja Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor perekonomian. Sektor
yang mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun dalam kontribusinya dalam pendapatan nasional (Payaman Simanjuntak, 1985). Menurut Simanjuntak (2001; 3) penduduk usia kerja dibedakan menjadi kelompok bukan angkatan kerja. Dikatakan angkatan kerja atau labor force adalah jumlah orang yang bekerja dan pencari kerja. Bukan angkatan kerja merupakan orang yang berumur 15 tahun ke atas yang masih sekolah, melakukan pekerjaan rumah tetapi tidak memperoleh upah dan pensiunan. Hubungan secara keseluruhan dengan mengkobinasikan harga orang yang akan bekerja dan kuantitas yang dikehendaki pihak perusahaan (Sadono Sukirno, 2005). Menurut Handoko (1987) mendefinisikan penyerapan tenaga kerja sebagai jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha. Terjadinya penyerapan tenaga kerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja.
29
2.1.8
Konsep Modal Perusahaan membutuhkan modal dalam menjalankan aktifitasnya. Modal
merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan. Terdapat tiga jenis badan usaha, yaitu perusahaan dagang, perusahaan jasa, dan perusahaan manufaktur. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dijalankan. Pada suatu industri, dengan asumsi faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan menambah penggunaan tenaga kerja sehingga modal kerja berpengaruh positif terhadap tenaga kerja (Sri Haryani, 2002). Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007; 9) modal adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban” Menurut Riyanto (2000; 57) terdapat tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu: 1) Konsep kuantitatif. Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktivaini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuks emula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor (gross working capital). 2) Konsep kualitatif. Konsep kerja menurut konsep ini adalah sebagiandari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa
30
mengganggu likuiditasnya atau disebut sebagai modal kerja bersih (net working capital). 3) Konsep fungsional Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk manghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. 2.1.9 Teori Tingkat Upah Kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah. Apabila tingkat upah naik sedangkan harga input lain tetap, berarti harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain. Situasi ini mendorong pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan input-input lain yang harga relatifnya lebih murah guna mempertahankan keuntungan yang maksimum Haryo Kuncoro (2001). Sedangkan Menurut Todaro (2000;327), tingkat upah dalam bentuk sejumlah uang dalam kenyataannya tidak pernah fleksibel dan cenderung terus-menerus turun karena lebih sering dan lebih banyak dipengaruhi oleh berbagai macam kekuatan institusional seperti tekanan serikat dagang atau serikat buruh. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2000, Bab I, pasal 1,Ayat 30 "Upah adalah hak pekerja/buruh yang
31
diterima
dan
dinyatakan
dalam
bentuk
uang
sebagai
imbalan
dari
pengusaha/pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan di bayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan." Pemberian upah kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan produksi pada dasarnya merupakan imbalan/balas jasa dari para produsen kepada tenaga kerja atas prestasinya yang telah disumbangkan dalam kegiatan produksi. Upah yang diberikan tergantung pada: 1) Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya; 2) Peraturan undang-undang yang mengikat tentang upah minimum pekerja; 3) Produktivitas marginal tenaga kerja; 4) Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha; 5) Perbedaan jenis pekerjaan. Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi, sehubungan dengan hal itu maka upah yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu: 1) Upah Nominal, yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang diterima secara rutin oleh para pekerja; 2) Upah Riil adalah kemampuan upah nominal yang diterima oleh para pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur berdasarkan
32
banyaknya barang dan jasa yang bisa didapatkan dari pertukaran tersebut (Sukirno, 2008:351). 2.1.10
Konsep Teknologi Teknologi berarti perubahan dalam teknik produksi, perbaikan peralatan
yang digunakan dalam proses produksi, peningkatan kemampuan pekerja, dan perbaikan dalam mengurus perusahaan. Penggunaan teknologi yang tepat gunakan mendukung adanya inovasi-inovasi produk, meningkatkan daya saing produk dan menjadi hambatan masuk bagi perusahaan pesaing (Sukirno, 2005; Kesumadinata dan Budiana, 2012). Dengan indikator teknologi modern dan teknologi tradisional jika industri kerajinan tersebut menggunakan mesin dalam proses produksinya, maka di katakan bahwa industri ini menggunakan teknologi modern. Alat-alat modern yang digunakan dalam industri kerajinan patung kayu ini misalnya seperti pahatan seperti pahat penyiku, pahat penyolat, pahat kol, pahat pongot, palu, batu asah, dan sikat. Jika industri kerajinan dalam produksinya tidak menggunakan mesin maka dikatakan bahwa industri tersebut menggunakan teknologi tradisional yang dimana peralatan yang digunakan dalam industri ini misalnya mesin bor, grinde, mesin bubut, dan gergaji diesel. Jika dalam produksinya tersebut menggunakan teknologi yang modern, maka tenaga kerja akan lebih cepat menyelesaikan proses produksinya, karena pekerjaan semakin ringan dan mudah. Dengan demikian produktivitas dapat tingkatkan dan produksi industri kerajinan patung kayu semakin bertambah. Menurut Irawan, Suparmoko (2002) teknologi adalah suatu perubahan dalam fungsi produksi yang nampak pada teknik produksinya. Teknologi ini
33
merupakan faktor pendorong dari dari fungsi produksi, dapat dikatakan demikian karena jika suatu teknologi yang digunakan modern maka hasil produksi yang akan dicapai akan menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dan lebih efisien atau efektif. Teknologi yang dimaksud dalam penelitian ini dimana cara yang digunakan dalam mengolah beberapa barang yang disebut input diubah menjadi output pada industri kerajinan patung kayu di Kabupaten Badung, guna menghasilkan barang-barang baru (utility form), baik dengan menggunakan teknologi modern atau tradisional. Adapun indikator dari teknologi antara lain: 1) Teknologi Tradisional Teknologi tradisional merupakan teknik yang di gunakan oleh pengusaha industri kerajinan patung kayu dengan cara yang tradisional dan menggunakan alat-alat yang masih tradisional pula, yang menggunakan berbagai macam alat pahatan seperti pahat penyiku, pahat penyolat, pahat kol, pahat pongot, palu, batu asah, dan sikat dan gergaji. 2) Teknologi Modern Teknologi modern merupakan teknik yang digunakan oleh pengusaha industri kerajinan sanggah dengan cara lebih modern yaitu rnenggunakan berbagai macam alat mesin seperti mesin bor, grinde, mesin bubut, dan gergaji diesel. 2.1.11
Hubungan antara modal dengan penyerapan tenaga kerja Ada dua faktor produksi yang paling penting adalah modal dan tenaga
kerja. Modal adalah seperangkat sarana yang dipergunakan oleh para pekerja, sedangkan tenaga kerja adalah waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja. Modal dan tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat saling mengganti. Hal
34
tersebut juga bisa dilihat dari fungsi dimana Y = f (K,L). Dimana Y = output, K= modal, L = Labor, (Mankiw, 2007). Menurut Zamrowi (2007) yang mengatakan semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar pula permintaan tenaga kerja. Modal juga bisa dilakukan dengan investasi. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barangbarang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sadono Sukirno, 1997). Modal menurut frame benefit (1995) adalah modal juga dapat digunakan untuk membeli mesin-mesin atau peralatan untuk melakukan peningkatan proses produksi. Dengan penambahan mesin-mesin atau peralatan produksi akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja hal ini dikarenakan mesin-mesin atau peralatan produksi dapat menggantikan tenaga kerja. Jadi semakin banyak modal yang digunakan untuk membeli mesin-mesin atau peraralatan maka menurunkan penyerapan tenaga kerja. 2.1.12
Hubungan antara tingkat upah dengan penyerapan tenaga kerja Menurut Payaman J. Simanjuntak (2001), bahwa semakin tinggi tingkat
upah, semakin kecil permintaan pengusaha akan tenaga kerja. Demikian sebaliknya dengan turunya tingkat upah maka akan diimbangi oleh meningkatnya permintaan tenaga kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa permintaan tenaga kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah. Kenaikan tingkat upah yang disertai oleh penambahan tenaga kerja hanya akan terjadi bila suatu perusahaan mampu menaikan harga jual barang. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor
35
produksi yang digunakan dalam melaksanakan proses produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya yakni upah. Maka pengertian permintaan tenaga kerja adalah tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah (Boediono; 1999). Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Haryo Kuncoro (2002), di mana kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah. Apabila tingkat upah naik sedangkan harga input lain tetap, berarti harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain. Situasi ini mendorong pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan input-input lain yang harga relatifnya lebih murah guna mempertahankan keuntungan yang maksimum. 2.1.13
Hubungan antara teknologi dengan penyerapan tenaga kerja Masalah yang paling mendesak untuk banyak negara berkembang adalah
penyediaan lapangan kerja untuk berjuta angkatan kerja. Hal ini disebabkan selain tingkat pertambahan tambahan penduduk di negara-negara berkembang tersebut tinggi, juga karena struktur kependudukannya berbentuk piramida di mana tingkat usia produktif persentasenya besar. Kenyataan ini seharusnya menjadi pertimbangan utama untuk perancang ekonomi di negara-negara berkembang. Kita melaksanakan industrialisasi secara besar-besaran. Ini berarti bahwa investasi akan melampaui kemampuan negara berkembang karena berbagai penelitian memperlihatkan rata-rata satu lapangan kerja di bidang industri membutuhkan investasi yang berkisar antara satu samapi dua juta rupiah, namun jika kita melaksanakan secara paksa pemindahan teknologi secara besar-besaran,
36
berarti akan menambah ketergantungan atas penyediaan teknologi dari luar, mengadakan distorsi-distorsi pada konsumsi untuk barang konsumsi berkualitas tinggi yang berarti mengurangi tabungan dan mengarah ke realokasi sumbersumber kekayaan lepas dari barang-barang kebutuhan pokok. Oleh karena itu, maka kita perlu menerapkan teknologi yang benar-benar dapat memecahkan masalah yang ada tanpa menimbulkan masalah lain yang mungkin tambah rumit. Alasan-alasan yang mendukung diterapkan teknologi tepat di negara-negara berkembang adalah: 1) Teknologi tepat (sederhana) lebih mudah dipahami, atau dipraktekkan oleh masyarakat yang masih berada dalam tingkat kebudayaan teknologi yang rendah. 2) Peralatannya lebih murah dan memberikan kemungkinan skala produksi lebih rendah. 3) Peralatan tua atau peralatan bekas yang mencakup teknologi lebih sederhana, kini dengan mudah dapat diperoleh dari negara-negara industri dengan harga murah. 4) Teknologi menengah yang bersifat padat karya membuka kesempatan kerja yang lebih luas. 5)
Dari segi kemasyarakatan, teknologi menengah tidak bersifat destruktif, oleh karena itu kepincangan sosial dapat dihindarkan atau diminimumkan.
2.1.14
Hubungan antara modal dengan produktivitas kerja Modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen
atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan (Rahma Aulia, 2011).
37
Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu diukur dari elemen-elemen modal kerja. Menurut Esra dan Apriweni (2002), dalam pengelolaan modal kerja perlu diperhatikan tiga elemen utama modal kerja, yaitu kas, piutang dan persediaan. Dari semua elemen modal kerja dihitung perputarannya. Semakin cepat tingkat perputaran masing-masing elemen modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien. Tetapi jika perputarannya semakin lambat, maka penggunaan modal kerja dalam perusahaan kurang efisien. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Aulia
Rahma (2011) menyatakan bahwa Manajemen modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran persediaan dan perputaran modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas. Artinya, perusahaan yang dikatakan memiliki tingkat produktivitas tinggi berarti tinggi pula efisiensi penggunaan modal kerja yang digunakan perusahaan tersebut. Berkaitan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa manajemen modal kerja yang meliputi perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap produktivitas. 2.1.15
Hubungan antara tingkat upah dengan produktivitas kerja Produktivitas dan pengupahan sangat erat sekali hubungannya, ketika
pekerja bekerja secara produktif sehingga memberikan kontribusi besar pada perusahaan dan menghasilkan keuntungan yang besar maka sudah selayaknya perusahaan memberikan penghargaan namun akan berlaku sebaliknya, jika pekerja tidak bekerja produktif sehingga kontribusinya rendah terhadap perusahaan maka sudah selayaknya pula kalau penghargaan yang diberikan
38
perusahaan kepada tenaga kerja juga rendah. Bagaimana upah didasarkan pada Produktivitas, selama ini kita sudah mengenal Produktivitas Total Faktor (PTF) untuk tingkat perusahaan. Adjustment pada pengupahan ini dapat dihubungkan dengan pertumbuhan dari PTF. Penghitungan pertumbuhan dari PTF didapat dari pertumbuhan nilai tambah dan modal serta tenaga kerja, dari PTF ini kemudian baru dapat dipecah berapa pertumbuhan dari real labour productivity dan real capital productivity. Perubahan dari real labour productivity inilah yang kemudian dijadikan dasar untuk perencanaan penghitungan labour cost dimana wage adjustment di dalamnya. 2.1.16
Hubungan antara teknologi dengan produktivitas kerja Dikatakan bahwa teknologi tepat merupakan alternatif terbaik untuk
negara berkembang karena pilihan yang sebenarnya dilakukan adalah berdasarkan basis produksi, tersedianya tenaga kerja, luasnya pasaran serta pertimbanganpertimbangan sosial ekonomi lainnya. Untuk mendukung implementasi strategi baru maka kebijakan akumulasi modal manusia menjadi tumpuan utama, karena dengan jalan inilah penguasaan dan pengembangan teknologi dapat dicapai implikasinya untuk permintaan tenaga kerja professional adalah kurangnya tenaga insinyur, teknisi menengah dan rendah baik secara kuantitas maupun kualitas. Dewasa ini perkembangan industri di Indonesia yang cukup pesat sebagian besar masih bersifat padat modal. Sumbangan modal terhadap pendapatan nasional diperkirakan mencapai sekitar 75% sedangkan sumbangan tenaga kerja di bawah 20%. Ini menunjukkan produktivitas tenaga kerja yang rendah. Sumbangan di luar modal dan tenaga kerja atau apa yang dikenal sebagai Produktivitas Total Faktor
39
Produksi (Total Factor Productivity) masih sangat rendah atau bahkan tidak berarti. Keadaan ini menunjukkan masih lemahnya kemampuan modal manusia dan teknologi yang menyatu dalam keterampilan pekerja, karena itu peningkatan produksi masih sangat bergantung pada modal fisik. Jadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dalam jangka panjang kuncinya adalah meningkatkan produktivitas kapasitas terpasang. Akumulasi modal manusia inilah yang akan menentukan kemampuan untuk menguasai dan mengembangkan teknologi. Kemampuan teknologi sebenarnya menyatu (embodied) dalam diri manusia bukan mesin. Hubungan Produktivitas kerja dengan teknologi dimana teknologi memiliki peranan penting dalam meningkatkan produktivitas kerja, maka diperlukan teknologi yang tepat guna yang didasari sebagai pendewasaan hubungan timbal balik antara teknologi, kesejahteraan manusia, serta keterpaduan ekologis dan kultural, agar tidak menimbulkan ketimpangan dalam penggunaan teknologi tersebut. Oleh karena itu, prnggunaan teknologi yang tepat sangat diperlukan untuk dapat mencapai peningkatan produktivitas. Sehingga semakin tepat teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi pula peluang dalam peningkatan produktivitas kerjanya. 2.1.17
Hubungan antara penyerapan tenaga kerja dengan produktivitas kerja Menurut Simanjuntak (2001), yang mengatakan bahwa peningkatan
produktivitas kerja akan mengurangi biaya produksi, dimana permintaan akan barang tersebut akan meningkat, hal ini akan mendorong pertambahan jumlah output yang diproduksi dan pada akhirnya menambah permintaan akan tenaga
40
kerja. Hal ini mendukung hasil penelitian Zamrowi (2007) yang mengatakan semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, semakin besar jumlah output barang yang diproduksi sehingga dapat mengurangi biaya produksi yang pada akhirnya akan semakin besar pula permintaan tenaga kerja. Menurut Muchdansyah Sinungan (1997) menyatakan bahwa produktivitas adalah konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia dengan menggunakan sumber- sumber riil yang semakin sedikit dengan produk perusahaan sehingga dikaitkan dengan skill karyawan. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya (Sudarsono, 1988). Menurut Mulyadi (2006), tingkat produktivitas tenaga kerja digambarkan dari rasio PDRB terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan. Semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, maka akan semakin rendah penyerapan tenaga kerja yang tercipta. Sebaliknya, semakin rendah produktivitas tenaga kerja, maka penyerapan tenaga kerja akan meningkat. 2.2
Hipotesis Penelitian 1) Modal dan tingkat upah berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja industri patung kayu di Kabupaten Badung 2) Teknologi berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja industri patung kayu di Kabupaten Badung.
41
3) Modal, tingkat upah, teknologi dan penyerapan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja industri patung kayu di Kabupaten Badung. 4) Modal, tingkat upah dan teknologi berpengaruh secara tidak langsung terhadap produktivitas kerja melalui penyerapan tenaga kerja industri patung kayu di Kabupaten Badung
42