8
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi pada diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi proses yang terjadi secara internal didalam diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru, misalnya tidak tahu menjadi tahu, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan pengetahuan dan pemahaman. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dzamarah dan Zain (2006:10) bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan
misalnya
dengan
membaca,
mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sadirman, 1986:20). Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui seberapa jauh perubahan yang terjadi perlu adanya penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu
9
pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar. Agar belajar dapat memperoleh hasil yang baik, siswa harus mau belajar sebaik mungkin supaya mereka mendapatkan nilai yang baik yaitu belajar dengan teratur secara sendiri-sendiri, kelompok dan berusaha memperkaya bahan pelajaran yang diterima di sekolah dengan bahan pelajaran ditambah dengan usaha sendiri. Belajar dengan baik dapat diciptakan apabila guru dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan dalam suasana kelas yang menggairahkan. Sagala (2009:11) bahwa belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenan dengan tujuan dan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun insplisit (tersembunyi). Thorndike (Budianingsih 2005:21) bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Belajar tidak hanya dapat dilakukan disekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Purwanto (2009:38) berpendapat bahwa belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Winkel (dalam Purwanto 2009:39) belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
10
perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan Mudjiono (2006:18) belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 2.1.2 Pengertian Hasil Belajar Telah diketahui bersama bahwa sudah banyak para ahli telah mengemukakan tentang pengertian hasil belajar, karena dengan hasil belajar ini para siswa bisa mencapai apa yang selama ini mereka citacitakan. Hasil belajar juga dikatakan sebagai hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan/aktivitas tertentu. Purwanto (2009:34) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar, perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Sukmadinata
(2009:102)
“hasil belajar
adalah
realisasi
atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya berhasil dengan baik. Pengertian dari dua kata hasil dan belajar berarti hasil belajar, secara lebih khusus setelah siswa mengikuti pelajaran dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan penilaian yang dilakukan guru di sekolah, maka hasil belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif). Dan pernyataan verbal (kualitatif).
11
Hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya 10,9,8 dan seterusnya. Sedangkan hasil belajar dalam bentuk kualitatif misalnya baik sekali, baik, kurang dan sebagainya. Sardiman (1986:51) hasil belajar merupakan
yang
dicapai
untuk
memunculkan
pemahaman
atau
pengertian atau menimbulkan reaksi Tanya jawab yang dapat dipahami dan diterima oleh akal. Sedangkan Mudjiono (2006:200) hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Kingsley (dalam Sudjana 2009:45) membagi tiga macam hasil belajar yaitu: a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Untuk bisa mencapai hasil belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena didalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan untuk bisa mencapai hasil yang maksimal dan punya kesempatan untuk bisa meningkatkan hasil belajarnya, tetapi dalam kenyataannya hasil yang dihasilkan dibawah kemampuannya. Purwanto
(2006:102)
secara
garis
besar
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu, faktor individual dan faktor sosial dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Faktor Individual
12
Merupakan faktor yang berasal dari diri organisme itu sendiri yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi 5 bagian yaitu: a) Kematangan/pertumbuhan Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar berjalan, sekalipun kita paksa, tetap anak itu tidak akan dapat sanggup
melakukannya,
memerlukan
kematangan
karena
untuk
potensi-potensi
dapat
berjalan
jasmaniah
anak
maupun
rohaniah. Demikian pula kita dapat mengajar ilmu pasti kepada anak-anak kelas tiga sekolah dasar, atau mengajar ilmu filsafat kepada anakanak yang baru duduk dibangku sekolah menengah atas. Semua itu disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang menerima pelajaran. b) Kecerdasan/intelejensi Di samping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya. Kenyataan menunjukan kepada kita, meski pun anak yang berumur 1 tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai pada ilmu pasti. Jelas kiranya bahwa dalam belajar kecuali kematangan, intelijensi pun turut memegang peranan.
13
c) Latihan dan Ulangan Karena terlatih, seringkali menghalangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya menjadi makin dikuasai dan makin mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah dimilikinya dapat hilang atau berkurang. Karena latihan, seringkali mengalami sesuatu, seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu itu. Makin besar minat makin besar pula perhatiannya
sehingga
memperbesar
hasratnya
untuk
mempelajarinya. d) Motivasi Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme yang melakukan sesuatu. Motif instrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan ilmu tertentu. Tak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika ia tidak mengetahui berapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajarnya itu bagi dirinya. Sardiman (2009:75) motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan berusaha meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka.
14
e) Sifat-sifat pribadi seseorang Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar. Tiap-tiap orang mempunyai sifat kepribadian masing-masing antara satu dengan yang lainnya. Yang termasuk pada sifat-sifat kepribadian ialah faktor-faktor fisik kesehatan dan kondisi badan. Kecuali faktor-faktor pribadi yang bersifat individual, berhasil atau tidaknya belajar itu dipengaruhi pula oleh faktor dari luar yang kita sebut faktor sosial. 2. Faktor Sosial Merupakan faktor yang berasal dari luar diri organisme atau individu yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi 5 bagian yaitu: a) Keadaan Keluarga Ada keluarga yang miskin ada pula keluarga yang kaya, adakeluarga yang selalu diliputi oleh suasana tenteram dan damai, tetapi ada pula yang sebaliknya. Suasana dalam keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula. b) Guru dan Cara Mengajar Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting,bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya
15
pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dicapai anak. c) Alat-alat Pelajaran Faktor guru dan cara mengajarnya, tidak dapat kita lepaskan dari ada tidaknya alat-alat pengajaran yang tersedian di sekolah. Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik gurugurunya. Kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak. d) Motivasi Sosial Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor motivasi sosial memegang peranan pula. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri anak dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Anak dapat menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu, jika diberi perangsang, diberi motivasi yang baik dan sesuai. Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang lain yang ada disekitarnya. Pada umumnya motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja, dan mungkin pula tidak dengan sadar.
16
e) Lingkungan dan Kesempatan Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelejensi yang baik, bersekolah di sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu pula dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Banyak pula yang tidak dapat belajar dengan hasil yang baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan tiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk atau negatif serta faktor-faktor lain yang terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan kesempatan ini lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada orang-orang dewasa. Untuk memahami kegiatan belajar perlu dilakukan analisis untuk menentukan persoalan-persoalan apa yang terlibat dalam kegiatan belajar. Sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). 2.1.4 Pengertian Pembelajaran Kooperative Tipe STAD Model pembelajaran kooperative tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. STAD merupakan model pembelajaran kooperative yang paling sederhana. Dalam pelaksanaannya siswa dikelompokkan kedalam 4-5 orang tiap kelompoknya. Setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan
17
perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis (Yuliastuti, 2013:1) Herdian
(2009:1)
mengemukakan
bahwa
Student
Teams
Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau model dalam pembelajaran kooperative yang sederhanadan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan model kooperative dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperative yang efektif. Pembelajaran kooperative tipe STAD terdiri dari lima komponen utama,
yaitu
penyajian
kelas,
belajar
kelompok,
kuis,
skor
pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari tahap kegiatan pengajaran yang teratur. Herdian (2009:1) mengemukakan bahwa lima komponen utama pembelajaran kooperative tipe STAD yaitu: a) Penyajian kelas b) Belajar kelompok c) Kuis d) Skor perkembangan e) Penghargaan kelompok
18
2.1.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperative Tipe STAD Ali (2011:2) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperative tipe STAD, secara rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Penyajian kelas (Class Presentations). Guru menyajikan materi di depan kelas secara klasik yang difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang akan dibahas saja. Selanjutnya siswa disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 2. Pembentukan kelompok belajar (Teams). Siswa disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen (baik kemampuan akademiknya maupun jenis kelaminnya). Caranya dengan merengking siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai terakhir yang diperoleh siswa sebelum pembelajaran
kooperative
model
STAD.
Adapun
fungsi
dari
pengelompokan ini adalah untuk mendorong adanya kerjasama kelompok dalam mempelajari materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. 3. Pemberian tes atau kuis (Quzzes). Setelah belajar kelompok selesai diadakan tes atau kuis dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk bekerjasama dengan temannya. Tujuan tes ini adalah untuk memotivasi siswa agar berusaha dan
bertanggungjawab
secara
individual.
Siswa
dituntut
untuk
melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain
19
bertanggungjawab secara individual, siswa juga harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberi sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu sampai dua kali penyajian kelas dan pembelajarran dalam kelompok. 4. Pemberian skor peningkatan individu (Individual Improvement Scores). Hal ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Pengelola skor hasil kerjasama siswa dilakukan dengan urutan berikut: skor awal, skor tes, skor peningkatan dan skor kelompok. 5. Penghargaan kelompok (Team Recognition). Penghargaan kelompok ini diberikan dengan memberi hadia sebagai penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperative tipe STAD dilaksanakan mengacu pada tahapan
tertentu
yang
perlu
dijadikan
sebagai
rujukan
dalam
pelaksanaannya. 2.1.6 Meningkatkan
Hasil
Belajar
Ekonomi
melalui
Model
Pembelajaran Koopertive Tipe STAD Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ekonomi terus dilakukan agar tingkat perhatian dan konsentrasi siswa untuk mempelajari mata pelajaran Ekonomi akan selalu terjaga sehingga
20
siswa memahami konsep Ekonomi yang dibelajarkan oleh guru. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Saskia (2011:1) mengemukakan bahwa STAD, merupakan salah satu system pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk kedalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya. Nilai tes yang mereka peroleh, selanjutnya dibandingkan dengan nilai rata-rata yang mereka peroleh sebelumnya dan kelompok-kelompok yang berhasil memenuhi kriteria diberi nilai tersendiri sehingga nilai ini kemudian ditambahkan pada nilai kelompok. Slavin (dalam Saskia, 2011:2) bahwa STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kelompok, tes, nilai peningkatan individu, dan penghargaan kelompok. STAD lebih mementingkan sikap dari pada teknik dan prinsip, yakni sikap partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi kognitif dan efektif. Dengan demikian, siswa lebih (being mode) bukan hanya sekedar (being have).
21
Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperative tipe STAD mendorong secara bersama-sama untuk melakukan aktivitas belajar. Usaha ini secara spontan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena secara antara siswa akan saling membantu untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Kiranawati (2007:1) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperative tipe STAD siswa dikelompokkan
secara
heterogen
kemudian
siswa
yang
pandai
menjelaskan anggota lain sampai mengerti. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll). 2. Guru menyajikan pelajaran 3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. 5. Memberi evaluasi. 6. Penutup. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa model kooperative tipe STAD memiliki keunggulan untuk meningkatkan hasil
22
belajar siswa dalam mata pelajaran Ekonomi. Dengan keunggulan ini maka guru perlu menggunakan model kooperative tipe STAD dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan optimal. 2.1.7 Jenis-jenis
Alat
Bantu
yang
Digunakan
Dalam
Model
Pembelajaran Kooperative tipe STAD Penggunaan alat bantu dalam proses pembelajaran khususnya pada model pembelajaran kooperative tipe STAD adalah adaya verbalisme dan mempertinggi minat dan perhatian siswa yang dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pembelajaran, memperoleh pengalaman belajar yang lebih
nyata,
menumbuhkan
pemikiran
yang
teratur,
memperoleh
pengalaman yang tidak mudah di peroleh dengan cara lain. Adapun jeni-jenis alat bentu yang dapat digunakan peneliti pada pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1)
Lembar kerja siswa Lembar kerja siswa digunakan sebagai alat untuk membantu kegiatan siswa dalam metode kelompok. Pada lembar kerja siswa telah diuraikan secara singkat dan jelas tentang materi yang akan dipelajari, pada bagian lain dari LKS di uraikan secara jelas langkahlangkah yang harus dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas atau soal-soal untuk mencapai tujuan intruksional.
2)
Buku pelajaran
23
Buku pelajaran merupakan alat bantu utama baik buku pelajarn klasik maupun pelajaran perorangan. Pemanfaatan buku pelajaran dalam pembelajaran dengan menggunakan metode belajar kelompok adalah akan mengoptimalkan penggunaan buku paket yang ada diperpustakaan kemudian dibawa ke kelas dan dibagikan kepada siswa satu-persatu.
2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teori maka dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: Jika digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran ekonomi, maka hasil belajar siswa kelas X 1 SMA Muhammadiyah Batudaa akan meningkat.