BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Menurut Slameto (2003 : 6), “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Anni (2005 : 2), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut Skinner yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2006 : 26), “Belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku”. R. Gugne seperti yang dikutip oleh Slameto (2003 : 22), memberikan dua definisi belajar, yaitu : a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. b. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
7
8
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka kemampuan yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Menurut Darsono (2002 : 3), hasil belajar diartikan sebagai hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukannya. 2.1.2. Prinsip-Prinsip Belajar Dalam upaya meningkatkan proses belajar maka diperlukan prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip yang mempengaruhi belajar tersebar antara lain (Anni 2005:8): a. Perhatian dan motivasi Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. b. Keaktifan Keaktifan siswa di dalam kelas sangat menentukan penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. c. Keterlibatan langsung/berpengalaman Keterlibatan siswa di dalam belajar adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan pengolahan pengetahuan. d. Pengulangan Pengulangan sangat penting untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi. Saat siswa belajar atau mempelajari materi secara berulang-ulang maka pengetahuan akan mudah diserap oleh otak.
9
e. Tantangan Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan pelajaran itu. f. Balikan dan Penguatan (feed back) Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual, ataupun kelompok klasikal. Guru harus menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan penguatan dapat diberikan. g. Perbedaan Individual Setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada diri tiap siswanya. 2.1.3. Teori Belajar Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli (Anni 2006 : 11), antara lain : a. Teori Belajar Ausubel Menurut Ausubel belajar bermakna timbul jika siswa mencoba menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hal itu terjadi, jika siswa belajar konsep yang ada. Akibatnya, struktur konsep/pengetahuan yang telah dimiliki siswa mengalami perubahan. Namun demikian, jika pengetahuan baru tidak berhubungan dengan pengetahuan yang ada, maka pengetahuan baru itu akan dipelajari siswa melalui belajar hafalan. Artinya, siswa hanya menerima selanjutnya menghafalkan materi yang sudah diperolehnya. b. Teori Belajar Piuget Piaget mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka. c. Teori Gestal
10
Yang terpenting dalam belajar adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respon atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight (Djamurah 2002 : 19) d. Teori Gagne Dalam buku The Condition of Learning (1997) menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan ingatan mempengaruhi siswa sehingga perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tadi (Purwanto 2004 : 84). e. Teori Skinner Belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Skinner membedakan adanya dua macam respon yaitu : a) respondent response yakni, respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut dicting stimuli, menimbulkan responrespon relative tetap, b) operatif response, yakni respon yang timbl dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut reinforeing stimulli (Nana Sudjana 2004 ; 21) f. Teori Belajar Bruner Proses belajar pada diri seseorang mengandung tiga proses stimulan. Pertama, proses untuk mendapatkan perolehan (akusisi) sesuatu dari informasi baru. Hal yang diperoleh dari informasi baru sering merupakan pengganti atau perbaikan atas pengetahuan sebelumnya. Kedua, proses transformasi pengetahuan yang diperoleh disesuaikan dengan kebutuhan atau tugas. 2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Keberhasilan suatu proses belajar yang dinyatakan dalam hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain (Darsono 2000 : 26) : a. Faktor Lingkungan Dalam lingkungan anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan. Dua lingkungan yang pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah adalah lingkungan alami dan lingkungan sosial. b. Faktor Instrumental
11
Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baik agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah antara lain kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan fasilitas belajar, dan guru. c. Kondisi Fisiologis Kondisi psikologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya, akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. d. Kondisi Psikologis Faktor psikologis yang juga mempengaruhi belajar tersebut antara lain (Darsono 2000 : 280) : 1) Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri seseorang. 2) Kecerdasan Kecerdasan adalah tingkat kepandaian seseorang dalam menyerap dan memahami suatu materi pelajaran. Semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang maka akan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang diterimanya. 3) Bakat Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada yang membantah bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. 4) Motivasi Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. 5) Kemampuan Kognitif Dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesempatan yang diperoleh di masa lampau.
12
2.1.5. Macam Gaya / Tipe Belajar Robert M. Gagne dalam (Anni 2005 : 16) membedakan tipe belajar dalam 8 kategori, antara lain : a. Signal learning (belajar isyarat) Tipe belajar ini merupakan suatu signal atau isyarat untuk mengambil sikap tertentu. Misalnya melihat ular atau ular menimbulkan rasa takut untuk memegangnya, hal itu merupakan suatu isyarat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. b. Stimulus respon learning Kegiatan belajar pada tipe ini adalah penguatan masukan stimulus agar terjadi respon yang biasanya diperkuat dengan pengulangan imbalan atau reward dalam proses pembelajaran. c. Chaining (rangkaian) Tipe belajar ini menekankan pada pembelajaran yang berstruktur atau sekuens. d. Verbal association (asosiasi verbal) Dalam tipe belajar ini dimisalkan pendidik memperlihatkan anak suatu bentuk geometri, dan anak dapat mengatakan itu adalah persegi atau bola. e. Discrimination learning (belajar diskriminasi) Contoh dari tipe belajar ini anak dapat mengenal berbagai merk mobil beserta namanya walaupun tampaknya mobil itu banyak yang datang bersamaan. f. Concept learning (belajar konsep) Dengan menguasai konsep diharapkan siswa akan mampu menggolongkan dunia sekitarnya menurut masing-masing konsepnya. g. Rule learning (belajar ukuran) Di setiap pembelajaran pasti ada ukuran yang harus dipatuhi peserta didik agar pembelajarannya mencapai hasil yang memuaskan. h. Problem solving (memecahkan masalah) Tipe pembelajaran ini mengajak anak untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran yang diajukan oleh guru ataupun memecahkan persoalan dalam lingkungan belajar dalam proses pembelajaran.
13
2.1.6. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang demikian umumnya disebabkan oleh faktor biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan belajar spesifik, serta faktor psikologis yaitu kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar. Kesulitan belajar merupakan hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Cara mengatasi kesulitan belajar dapat ditempuh melalui beberapa upaya antara lain (Darsono 2000 : 25) : a. Memotivasi peserta didik agar memiliki minat belajar yang tinggi. b. Mendiagnosis penyebab kesulitan belajar yang dialami peserta didik, kemudian mengupayakan cara untuk mengatasinya. c. Menggunakan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar. d. Meningkatkan proses pembelajaran dengan berbagai macam alternatif pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dalam memahami materi yang disampaikan guru. Menurut C. Ross dan Julian Stanley (dalam Agus 2010 : 26), langkah-langkah mendiagnosis kesulitan belajar ada tiga tahap, yaitu : a. Langkah-langkah diagnosis yang meliputi aktifitas, berupa 1) Identifikasi kasus 2) Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan 3) Menemukan faktor penyebab baik secara internal maupun eksternal b. Langkah
prognosis
yaitu suatu
langkah
untuk
mengestimasi
(mengukur),
memperkirakan apakah kesulitan tersebut dapat dibantu atau tidak. c. Langkah terapi yaitu langkah untuk menemukan berbagai alternatif kemungkinan cara yang dapat ditempuh dalam rangka penyembuhan kesulitan tersebut yang kegiatannya meliputi antara lain pengajaran remedial, transfer atau referral.
14
2.1.7. Sarana dan Prasana Belajar Sarana belajar merupakan segala macam peralatan yang digunakan oleh siswa untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran. Jika dilihat dari sudut siswa, sarana dan prasarana belajar adalah segala macam media atau alat yang digunakan siswa untuk mempelajari materi pelajaran. Sarana belajar dibedakan menjadi 3 yaitu alat belajar, alat peraga, dan media belajar (Darsono 2000 : 16). Sedangkan prasarana belajar adalah segala macam alat, perlengkapan, atau benda-benda yang dapat digunakan untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan. 2.1.8. IPS di Sekolah Dasar 2.1.8.1 Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial dan mata pelajaran lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang bertujuan membahas masalah sosial atau kemasyarakatan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pendidikan melalui program pengajaran IPS pada tingkat sekolah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan synthetic science, karena konsep, generalisasi, dan penemuan pengetahuan IPS ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi. Muchtar (2000:13) Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional
Menurut Al Muchtar, IPS yang diajarkan di Sekolah Dasar mencakup bahan kajian lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, serta bahan kajian sejarah Muchtar (2000:9). Nilai-nilai yang dikembangkan dalam mata pelajaran IPS antara lain : a. Nilai edukatif Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS adalah adanya perubahan tingkah laku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik. Menanamkan perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian dan tanggung jawab sosial melalui pendidikan IPS. b. Nilai praktis
15
Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka, tapi digali dari kehidupan seharihari (disesuaikan dengan umur dan kegiatan siswa). c. Nilai teoritis Pendidikan IPS tak hanya menyajikan fakta dan data yang terlepas tetapi menelaah keterkaitan suatu aspek kehidupan sosial dengan lainnya. Dalam menghadapi kehidupan sosial yang berubah ini kemampuan berteori sangat berguna dan strategis. d. Nilai filsafat Menumbuhkan kemampuan merenungkan keberadaannya dan peranannya di tengah masyarakat sehingga tumbuh kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai makhluk sosial. e. Nilai ketuhanan Selaku guru IPS harus menyadari bahwa materi proses pembelajaran apapun pada pendidikan IPS wajib berlandaskan nilai ketuhanan. 2.1.8.2 Tujuan Pembelajaran IPS Tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar menurut Mochtar (2009 : 12) adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran IPS tersebut dapat dirinci agar peserta didik dapat : a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di dan masalah yang berkembang di masyarakat. d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
16
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survice yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
2.1.8.3 Materi Pokok Kegiatan Ekonomi di Indonesia Materi yang akan digunakan adalah materi Kegiatan Ekonomi di Indonesia. Rincian materi pelajaran Kegiatan Ekonomi di Indonesia berdasarkan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD adalah sebagai Tim Bina Karya Guru (Erlangga 2011:83-56): Tabel 2 SK dan KD Materi Kegiatan Ekonomi di Indonesia Standar Kompetensi 1. Menghargai peninggalan
dan
Kompetensi Dasar berbagai
1.5. Mengenal jenis-jenis usaha dan
tokoh-tokoh
Kegiatan Ekonomi di Indonesia.
sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu, Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta Kegiatan Ekonomi di Indonesia.
Indikator yang akan dicapai dalam materi Jenis-jenis Usaha dan Kegiatan Ekonomi di Indonesia di Indonesia antara lain: a. Menyebutkan jenis-jenis usaha perekonomian dalam masyarakat Indonesia b. Memberi contoh usaha yang dikelola sendiri dan kelompok c. Memberikan contoh cara menghargai kegiatan orang dalam usaha d. Memberi contoh kegiata produksi, distrbusi, dan konsumsi di Indonesia
2.1.9. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe IOC (Inside Outside Circle) 2.1.9.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan kognitif yang heterogen. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang didasarkan pada
17
paham konstraktivisme, dimana pengetahuan diperoleh dan dibentuk oleh masing-masing individu. Menurut Anita Lie (2004: 27) pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang memungkinkan para siswa bekeja di dalam kelompok, untuk meningkatkan interaksi yang usah, isih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelomponya berhasil. Sistem pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem pembelajaran yang dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk dapat bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai cooperative learning. Sistem pembelajaran cooperative learning merupakan alternatif menarik yang dapat mencegah timbulnya kegresifan dalam sistem kompetensi dua keterusingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Menurut Muslimin Ibrohim (2000 : 6), unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. b. Siswa bertanggungjawab atas segala di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri. Siswa haruslah melihat bahwa semua seperti milik mereka sendiri. Siswa haruslah melihat bahwa sema anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. c. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya. d. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. e. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Slavin (1995: 16) menyatakan terdapat dua aspek penting yang mendasari keberhasilan cooperatif learning yaitu teori motivasi dan teori kognitif.
18
a. Teori Motivasi Aspek motivasi pada dasarnya ada dalam konteks pemberia penghargaan kepada kelompok. Adanya tujuan kelompok (tujuan bersama) mampu menciptakan situasi dimana cara bagi setiap anggota kelompok untuk mencapai tujuannya sendiri adalah dengan mengupayakan agar tujuan kelompoknya tercapai terlebih dahulu. b. Teori Kognitif Asumsi dasar teori-teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi antar siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan ketuntasan mereka tentang konsep-konsep penting. Vygoisky mendefinisikan Zane of proximal development sebagai suatu selisih atau jarak antara tingkat perkembangan potensial yang ditentukan oleh pemecah masalah dengan bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan sejawat yang lebih mampu. Menurut Agus Suprijono (2010: 6), pembelajaran kooperatif atau cooperatif learning adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses kerja sama antara individu dalam kelompok-kelompok belajar. Pembelaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut (Slivin, 1995: 26): a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu. Dengan demiikian, pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dan tanggungjawab antara sesama siswa dan terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik bagi kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas. Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Robert Sluvin (1995: 3) antara lain tipe Jigsaw, tipe NHT (Number Heals Together), tipe cooperatif script, tipe
19
TAI (Team Assited Individualization), tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions), dan lain sebagainya. 2.1.9.2. Metode Pembelajaran IOC (Inside Outside Circle) Metode pembelajaran (Lingkaran kecil lingkaran besar) merupakan model pembelajara dimana siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Pembelajaran dengan metode Inside Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 10 orang maka kelas dibagi menjadi 2 kelompok besar, tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang. Pengaturan ini dapat disesuaikkan dengan jumlah siswa dalam satu kelas. Menurut Agus Suprijono (2010: 97), langkah-langkah pembelaharan Inside Outside Circle adalah sebagai berikut : a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar. b. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 orang. c. Tiap-tiap kelompok mendapat tugas mencari informasi berdasarkan pembagian tugas dari guru. d. Setiap kelompok belajar secara mandiri, mencari informasi berdadasrkan tugas yang diberikan. e. Setelah selesai, maka seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan kelompok). f. Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar. g. Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam. h. siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan. i. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. j. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi. Kelebihan metode Inside Outside Cicle adalah siswa dapat memperoleh informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
20
Sedangkan kekurangannya antara lain : a. Membutuhkan ruang kelas yang cukup besar. b. Membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga guru harus dapat mengorganisasikan jam pelajaran agar semua dengan kompetensi dasar.
2.2. Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan Dalam penelitian ini penulis mengacu pada penelitian yang terdahulu yang relevan dilaksanakan saat ini antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Evi Masluhatun Nikmah (2007) dengan judul “Efektivitas model Inside outside circle. Dalam Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas X SMA Negeri III Semarang”. 2. Penelitian Koff Susanti (2010) dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 5III SMP Negeri IV Karanganyar” juga membuktikan bahwa metode pembelajaran Inside Outside Circle dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ririn Setyaningsih (2009) dengan judul “Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Inside Outside Circle Pada SMP Negeri 1 Ungaran”. Dari beberapa penelitian tersebut disimpulkan bahwa penelitian yang telah dilakukan di atas mendukung penelitian ini. Perbedaannya adalah penelitian ini lebih menekankan pada pembelajaran IPS pada materi Kegiatan Ekonomi di Indonesia dengan menganalisis peningkatan hasil belajar siswa sehingga dapat memenuhi KKM yang ditentukan sekolah.
2.3. Kerangka Berpikir Pembelajaran IPS siswa Kelas 5 SD Negeri Jolosekti Kecamatan Tulis Kabupaten Batang masih menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa merasa tidak tertarik dan bosan dalam mengikuti pembelajaran IPS, sehingga siswa tidak dapat memahami materi yang diajarkan oleh guru, sehingga hasil siswa rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka guru menerapkan metode pembelajaran kooperatif, karena metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
21
perhatian dan memotivasi siswa untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok-kelompok belajar. Metode kooperatif yang dipilih adalah metode Inside Outside Circle yang diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada materi Kegiatan Ekonomi di Indonesia. Kerangka berfikir berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Situasi Awal
Pembelajaran
Tindakan Kelas
Hasil belajar
Pembelajaran kooperatif Inside Outside Circle
Situasi Akhir Hasil belajar IPS siswa meningkat
2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Pembelajaran kooperatif tipe (IOC) Inside Outside Circle dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Kegiatan Ekonomi di Indonesia pada siswa Kelas 5 SD Negeri Jolosekti Kecamatan Tulis Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014.