BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai teori pemayung atau grand theory, serta teori kebijakan dividen sebagai supporting theory. Disamping itu juga dipaparkan konsep-konsep dan definisi-definisi yang berhubungan dengan variabel yang diteliti. 2.1.1 Teori Keagenan (agency theory) Jensen dan Meckling (1976), mengungkapkan bahwa teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen (manajemen perusahaan) dan principal (pemegang saham). Hubungan antara agen dan prinsipal biasanya dalam situasi asimetri informasi. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh adanya pihak yang mempunyai informasi lebih (agen) dibandingkan dengan pihak lain (prinsipal). Agen lebih banyak memperoleh informasi karena berhubungan langsung dengan operasional perusahaan. Dengan asumsi individu mempunyai kepentingan untuk dirinya sendiri, maka dengan adanya asimetri informasi akan mendorong agen menyembunyikan informasi yang tidak diketahui oleh principal. Wicaksana (2012) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya masalah keagenan yaitu : 1) Moral Hazard Moral Hazard adalah perilaku seseorang yang tidak menanggung risiko akibat tindakan yang dilakukannya. Hal ini umumnya terjadi pada
1
perusahaan–perusahaan besar dengan manajer yang cenderung memanfaatkan insentif yang sesuai dengan keinginannya untuk bayaran yang diterima dari perusahaan dan kemungkinan hal tersebut tidak termasuk dalam kontrak. 2) Jumlah Laba yang Ditahan Adanya kecenderungan manajemen melakukan investasi berlebihan melalui peningkatan dana pertumbuhan dengan tujuan untuk memperluas kekuasaan, prestise atau memperbesar kemampuan untuk mendominasi dewan komisaris, maupun penghargaan bagi dirinya sendiri yang dapat menghancurkan kesejahteraan pemegang sahamnya (principal). 3) Horison Waktu Konflik ini muncul akibat dari kondisi arus kas masa depan yang diharapkan oleh prinsipal yang kondisinya belum pasti. Sementara manajemen menekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. 4) Penghindaran Risiko Manajerial Konflik ini muncul ketika ada batasan diversifikasi portofolio yang berhubungan dengan pendapatan manajerial atas pencapaian kinerja. Sehingga menajer akan meminimalkan risiko saham perusahaan dari keputusan investasi yang meningkatkan risikonya. Menurut DeAngelo (1986) yang dikutip dalam Gumanti (2000) mengatakan bahwa teori keagenan (agency theory) juga menekankan bahwa angka-angka akuntansi memainkan peranan penting dalam menekan konflik antara prinsipal dan agen. Dari sini jelas bahwa mengapa manajer memiliki motivasi untuk mengelola data keuangan pada umumnya dan keuntungan atau
2
earnings pada khususnya. Semuanya tidak terlepas dari apa yang disebut sebagai usaha-usaha untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat pribadi (obtaining private gains). Dividen dapat digunakan untuk memperkecil masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham (Jensen et al., 1992). Semakin banyak dividen yang ingin
dibayarkan
oleh
suatu
perusahaan,
semakin
besar
kemungkinan
berkurangnya laba ditahan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mencari sumber dana eksternal untuk melakukan investasi baru. Pembiayaan dividen mungkin dapat digunakan sebagai alat untuk memonitor atau mengevaluasi hasil kerja manajemen meskipun pembayaran dividen yang tinggi mengakibatkan pembiayaan eksternal yang mahal (Weston dan Copeland, 2010). Pembayaran dividen juga berperan dalam mekanisme monitoring karena membuat manajer harus menyediakan dana yang mungkin diperoleh dari luar perusahaan yang tentunya akan dapat mengurangi biaya keagenan (Ambarwati, 2010). 2.1.2
Pengertian Dividen Suharli (2006) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para
pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Menurut Difah (2011) dividen merupakan bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham. Sedangkan Basuki (2012) mendefinisikan
dividen
sebagai
pembagian
keuntungan
yang
diberikan
perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari para pemegang saham dalam Rapat
3
Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada umumnya dividen merupakan daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang (Basuki, 2012). Besaran
dividen
tergantung
kebijakan
dividen
masing-masing
perusahaan. Menurut Naveli (1989), secara umum kebijakan dividen yang ditempuh perusahaan adalah salah satu dari 3 kebijakan ini, yaitu: 1) Constant Dividend Payout Ratio Terdapat beberapa cara mengatur dividend payout ratio yang dibagikan secara tetap dalam persentase atau rasio tertentu, yaitu: (a)membayar dengan jumlah persentase yang tetap dari pendapatan tahunan, (b)menentukan dividen yang akan diberikan dalam setahun sama dengan jumlah persentase tetap dari keuntungan tahun sebelumnya,dan (c)menentukan proyeksi payout ratio untuk jangka waktu panjang; 2) Stable Per Share Dividend Kebijakan yang menetapkan besaran dividen dalam jumlah yang tetap. Kebijakan ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan laba yang tinggi. 3) Reguler Dividend Plus Extra Dalam kebijakan ini, perusahaan akan memberikan suatu tingkat dividen yang relatif rendah tetapi dalam jumlah yang pasti, dan memberikan tambahan apabila perusahaan membukukan laba yang cukup tinggi. Dividen dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Dilihat dari bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham, dividen dapat dibedakaan menjadi beberapa jenis (Fakhruddin, 2008) diantaranya sebagai berikut:
4
1) Dividen Tunai (cash dividend): dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk kas (tunai). 2) Dividen Saham (stock dividend): dividen yang dibagi bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut. 3) Property dividend: dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga. 4) Liquidating dividend: dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih
nilai
realisasi
aset
perusahaan
dikurangi
dengan
semua
kewajibannya. Perubahan
besarnya deviden juga merupakan sinyal bagi investor.
Deviden yang semakin besar mengakibatkan investor mempunyai pengharapan positif terhadap manajemen, yaitu meningkatnya laba perusahaan. Perubahan deviden yang semakin besar akan menyebabkan investor tertarik untuk membeli saham perusahaan, sehingga harga saham akan meningkat. Sebaliknya, bila deviden semakin kecil, maka investor mempunyai pengharapan negatif terhadap perusahaan sehingga harga saham akan mengalami penurunan (Sharpe et al, 1999). Pengumuman deviden mengandung informasi mengenai laba saat ini dan masa depan (Miller dan Rock 1985). Apabila pengumuman deviden tersebut merupakan kabar baik (buruk), yaitu pengumuman deviden meningkat (menurun), maka investor akan bereaksi positif (negatif). Jadi, deviden mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor (Setiawan dan Jogiyanto 2002).
5
Informasi mengenai dividen menyebabkan investor harus memprediksi future earning untuk mengetahui nilai perusahaan, maka dividen dihubungkan dengan future profitability perusahaan (Jensen et al. 1992) dalam Sukmawati (2000). Secara teori, semakin besar profitabilitas yang dapat dihasilkan oleh perusahaan maka jumlah dividen yang akan dibagi semakin meningkat, tetapi semakin kecil profitabilitas yang dapat dihasilkan oleh perusahaan maka jumlah dividen yang akan dibagikan akan menurun. Dividen fungsinya tidak hanya tergantung dari profitabilitas, aspek-aspek lainnya seperti resiko bisnis, investasi, dan pertumbuhan harus dipertimbangkan. Jadi, jika jumlah dividen yang akan dibagikan menurun hal tersebut bisa jadi dikarenakan perusahaan akan melakukan investasi ke proyek baru yang lebih menguntungkan (Sukmawati 2000). 2.1.3
Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan
pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno, 2001). Lee dan Finerty (1990) mengartikan kebijakan dividen sebagai suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan earnings yang dihasilkan kepada para pemegang saham atau akan menahan earnings untuk kegiatan reinvestasi dalam perusahaan. Pengumuman dividen merupakan sumber informasi dan menyebabkan reaksi pasar kuat dan positif (Asquith dan Mullins 1983). Kebijakan dividen mempunyai banyak aspek daya tarik seperti mekanisme transmisi informasi. Kandungan
informasi
atas
dividen
6
menghipotesiskan
bahwa
manajer
menggunakan pengumuman dividen untuk memberi sinyal perubahan dalam pengharapannya tentang prospek perusahaan yang akan datang (Aharony dan Swary 1980). Jenis-jenis Kebijakan Dividen (Ahmad, 2004) sebagai berikut: 1) Dividen per saham yang stabil Meskipun perusahaan mengalami kerugian, jumlah dividen yang dibayar misalnya Rp. 1500 per saham, maka jumlah ini tetap dibayarkan kepada pemegang saham. Investor akan aman dengan jumlah yang tetap diterimanya sesuai dengan motivasi mereka. 2) DPO (Devidend pay-out) yang stabil Dividen yang dibayarkan berfluktuasi tergantung besarnya keuntungan bagi pemegang saham. Misalnya DPO 60% dari keuntungan. Jika keuntungan Rp. 1 miliar, maka dividen yang dibayarkan sebesar 60% x Rp 1 miliar = Rp 600 juta. 3) Kombinasi Di samping jumlah rupiah yang tetap, perusahaan membayar dividen tambahan (ekstra) jika perusahaan memperoleh keuntungan atau mengalami situasi yang baik. 4) Dividen Residual Dividen dibayarkan jika kesempatan investasi perusahaan atau dana yang dibutuhkan telah terpenuhi.
7
Beberapa teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen dan asumsiasumsi yang mendasari antara lain . 1) Dividen tidak relevan Menurut Modigliani dan Miller (1961) dalam Sartono (2010) dividen payout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga saham perusahaan atau biaya modalnya. Modigliani dan Miller menyatakan bahwa deviden payout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. 2) Bird in the hand theory Teori ini dikemukakan oleh Gordon dan Lintner (1956) yang menganggap dividen yang diterima merupakan sesuatu yang sudah pasti di tangan sehingga memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan capital gain. Gordon dan Lintner (1956) juga berpendapat bahwa investor lebih menyukai
dividen
karena
lebih
pasti
pendapatannya
daripada
mengharapkan return yang belum pasti jika menginvestasikan kembali dividen pada investasi tertentu. 3) Tax preference theory Capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi
8
berkurang, namun demikian pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas capital gain dan pajak atas dividen. Investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki devidend yield yang tinggi daripada saham dengan deviden yield yang rendah. Oleh karena itu, teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan deviden payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen (Litzenberger dan Ramaswamy, 1979). 2.1.4
Bentuk Pembayaran Dividen Ada 3 jenis kebijakan pembayaran dividen yang biasa dilakukan oleh
perusahaan, yaitu (Sawir, 2004) 1) Stable amount per share: dividen diberikan dalam nilai rupiah yang relatif stabil per sahamnya. 2) Constant Payout Ratio: dividen atas dasar persentase tetap dari laba bersih perusahaan. 3) Low Regular Dividend plus Extra: tingkat dividen yang relatif rendah tetapi sudah pasti jumlahnya ditambah suatu ekstra, yang besarnya disesuaikan dengan tingkat keuntungan perusahaan.
9
2.1.5
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kebijakan
Dividen
Suatu
Perusahaan Hanafi (2012) menyebutkan bahwa kebijakan dividen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : 1) Kesempatan Investasi Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham semakin sedikit. Investasi itu akan lebih baik jika menghaslkan net present value yang positif. 2) Profitabilitas dan Likuiditas Perusahaan yang memiliki pofitabilitas atau aliran kas yang baik dapat membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain dari pembayaran dividen adalah akuisisi dari perusahaan lain. Perusahaan yang memiliki kas berlebih seringkali menjadi target dalam akuisisi. Perusahaan dapat membayar dividen untuk menghindari akuisisi sekaligus membuat senang para pemegang saham. 3) Akses ke Pasar Keuangan Akses yang baik dapat membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Jika perusahan memiliki akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan dapat membayar dividen lebih tinggi.
10
4) Stabilitas Pendapatan Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendapat dapat diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu dapat membayar dividen yang lebih tinggi. 5) Pembatasan-Pembatasan Kontrak utang, obligasi ataupun saham preferen membatasi pembayaran dividen pada situasi tertentu. Pada situasi normal atau baik pembatasan semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan perusahaan membayarkan dividennya. Tetapi pada situasi buruk (aliran kas lebih kecil) pembatasan tersebut akan mempengaruhi pembayaran dividen oleh perusahaan. 2.1.6
Net Profit Margin (NPM) Hanafi dan Halim (2005: p.86) menyatakan bahwa net profit margin
merupakan rasio profitabilitas, yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Ratio ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan, ratio net profit margin ini juga mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak (Prastowo dan Juliaty,2005: p. 97). Rasio ini juga menunjukkan kemampuan manajemen untuk menyisihkan marjin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya dengan suatu risiko. Risiko laba bersih terhadap penjualan (total pendapatan) pada dasarnya mencerminkan efektivitas biaya/harga
11
dari kegiatan perusahaan. (Helfert, 1997: p. 74). Net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Net profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. 2.1.7
Current Ratio Rasio ini merupakan perbandingan antara asset lancar dengan kewajiban
lancar. Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Menurut Fahmi (2011;61), kondisi perusahaan yag memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih. 2.1.8
Debt to Equity Ratio Menurut Riyanto (1997), salah satu rasio yang masuk dalam rasio
solvabilitas/leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (modal asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan. Perusahaan
12
yang mempunyai kesempatan bertumbuh lebih besar umumnya mempunyai DER yang lebih rendah dalam kebijakan struktur modalnya (Smith dan Watts, 1992). Hal ini disebabkan manajemen cenderung memilih pendanaan modal sendiri untuk membiayai pertumbuhan dengan maksud untuk mengurangi masalahmasalah agensi yang potensial berasosiasi dengan eksistensi hutang yang berisiko dalam struktur modalnya (Subekti dan Wijaya, 2001). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi peningkatan laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. 2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Ahmed (2015) meneliti pengaruh profitabilitas dan likuiditas pada
dividend payout ratio. Hasil dari penelitian menunjukkan variabel likuiditas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio sedangkan profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap dividend payout ratio. Ahmed dan Javid (2009) meneliti pengaruh leverage, net
earnings,
ownership
structure,
liquidity,
investment
opportunities, dan size of the firms pada dividend payout ratio, mendapatkan
hasil
hanya
variabel
net
earnings,
ownership
structure, investment opportunities, dan size of the firm yang berpengaruh pada dividend payout ratio. Variabel liquidity dan
leverage tidak berpengaruh pada dividend payout ratio.
13
Amidu dan Abor (2006) meneliti pengaruh profitability, cash
flow, tax, risk, growth, instutional holding, dan leverage. Hasil penelitiannya menemukan variabel profitability, cash flow, dan tax berpengaruh positif pada dividend payout ratio, sedangkan variabel
risk,
growth,
instutional
holding,
dan
leverage
berpengaruh
negatif pada dividend payout ratio. Anil dan Kapoor (2008) menggunakan variabel current and
anticipated earnings, liquidity, corporate tax, risk, sales, dan growth
mendapatkan
hasil
variabel
profitability
berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap dividend payout ratio, sedangkan
cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio, dan tidak ada hubungan signifikan untuk variabel lainnya. Chang dan Rhee (1990) meneliti pengaruh growth, earning
variability, nondebt tax shield, firm size, dan profitability pada dividen payout ratio. Hasil penelitiannya menemukan variabel growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada dividend payout ratio, sedangkan variabel earning variability, nondebt tax shield, firm size, dan profitability berpengaruh positif dan signifikan pada dividend payout ratio.
14
Gill et.al (2010) meneliti pengaruh profitability, cash
flow, tax, sales growth, dan debt to equity ratio pada dividend payout ratio. Hasil penelitiannya menunjukkan variabel profit margin, sales growth, dan debt to equity ratio berpengaruh pada dividend payout ratio. Hadiwidjaja dan Triani (2009) yang melakukan penelitian pengaruh profitabilitas terhadap dividend payout ratio, mendapatkan hasil cash ratio, net profit margin, dan return on investment berpengaruh signifikan pada dividend payout ratio. Handayani (2010) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007 yang berjumlah 22 perusahaan. Variabel independen yang digunakan adalah return on asset, debt to equity ratio, current ratio, dan firm size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya return on asset dan firm size yang berpengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio. Hartadi (2006) melakukan penelitian terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap perusahaan yg go public di BEJ. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalampenelitian ini hanya ada satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap DPR yaitu cash position, sedangkan return on asset, debt to equity ratio, dan size tidak berpengaruh signifikan pada DPR John and Muthusamy (2010) meneliti pengaruh Growth in sales, Earnings per share, Price earnings ratio, Market value to book value, Cash flow,
15
Leverage, Liquidity dan
Return on assets pada dividend payout ratio pada
Industri Kertas di India. Hasil penelitiannya menemukan bahwa variabel Earnings per share, Price earnings ratio, dan leverage berpengaruh negatif dan signifikan pada dividend payout ratio. Laksono (2006) dalam penelitiannya menguji pengaruh return on asset,sales growth, asset growth, cash flow, dan debt to total asset terhadap dividend payout ratio, yang mengambil sampel 41 perusahaan dari 331 perusahaanyang terdaftar di BEJ. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa return on asset dan sales growth berpengaruh signifikan dan positif terhadap dividend payout ratio, asset growth berpengaruh signifikan dan negatif, begitu juga dengan debt to total asset yang berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, sedangkan variabel cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Maladjian profitabilitas,
&
El
ukuran
Khoury
(2014)
perusahaan,
meneliti
likuiditas,
pengaruh pertumbuhan
perusahaan, leverage, dan risiko perusahaan pada dividend payout
ratio di Beirut Stock Exchange antara tahun 2005-2011. Hasil penelitiannya
menemukan
variabel
profitabilitas,
likuiditas,
pertumbuhan perusahaan, leverage dan risiko perusahaan berpengaruh negatif pada dividend payout ratio, hanya ukuran perusahaan yang menunjukkan pengaruh positif dan signifikan pada dividend payout
ratio.
16
Marlina dan Clara (2009) melakukan pengujian terhadap pengaruh variabel cash position, debt to equity ratio, dan return on asset pada dividend payout ratio yang mengambil sampel 24 perusahaan dari 142 perusahaan manufaktur. Dari penelitian ini menunjukan bahwa cash position dan return on asset mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap dividend payout ratio, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan pada dividend payout ratio. Nadjibah (2008) dalam tesisnya melakukan penelitian tentang pengaruh variabel asset growth, size, cash ratio, dan return on asset terhadap dividen payout ratio. Dari penelitian ini menunjukan bahwa asset growth, dan size berpengaruh signifikan dan negatif, sedangkan cash ratio dan return on asset mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif pada dividend payout ratio. Nirwanasari (2007) melakukan penelitian pada perusahaan go public yg terdaftar di Bursa Efek Jakarta mengenai pengaruh variabel rasio Keuangan pada Dividen Payout Ratio (DPR). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel return on investment, earnings per share, current ratio, dan quick ratio tidak berpengaruh signifikan positif pada dividend payout ratio, sedangkan debt to equity ratio berpengaruh signifikan dan negatif terhadap dividend payout ratio. Pebriana (2009) melakukan penelitian terhadap pengaruh rasio keuangan, dimana variabel independen yang digunakan adalah earning per share, current ratio, net profit margin, total asset turn over, return on equity, return on investment, debt ratio, dan debt to equity ratio. Variabel yang berpengaruh
17
signifikan secara parsial pada dividend payout ratio adalah earning per share dan total asset turn over. Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) yang menganalisis hubungan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 1999-2001. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan return on investment terhadap dividend payout ratio. Current Ratio (CR) dan Return On Investment (ROI) yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara parsial. Penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2006) untuk menguji hubungan antar variabel profitabilitas, leverage, harga saham, serta dividen tunai. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas dan harga saham memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan searah dengan jumlah dividen yang dibayarkan, sedangkan leverage perusahaan tidak mempengaruhi besarnya jumlah dividen yang dibayarkan. Penelitian yang dilakukan oleh Sunarto (2004) yang menganalisis hubungan kepemilikan manajerial, Investment Opportunity Set (IOS), Return On Asset (ROA), dan Debt to Equity Ratio (DER) pada Dividend Payout Ratio (DPR). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kepemilikan manajerial dan Return On Asset tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan negatif pada
18
Dividend Payout Ratio. Investment Opportunity Set memiliki pengaruh yang signifikan positif pada Dividend Payout Ratio. Puspita (2009) melakukan penelitian terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio. Adapun variabel-variabelnya adalah cash ratio, growth, firm size, return on asset, debt to total asset, dan debt to equity ratio pada dividend payout ratio, dengan mengambil 26 sampel perusahaan dari 392 perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2005 – 2007. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa cash ratio, firm size, dan return on asset berpengaruh signifikan positif pada dividend payout ratio sedangkan growth berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio, variabel lain yaitu debt to total asset dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan pada dividend payout ratio. Wahyudi dan Baidori (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh insider ownership, collateralizable assets, growth in net assets, dan likuiditas terhadap Kebijakan Dividen. Hasil penelitian menunjukan bahwa insider ownership memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap dividend payout ratio, sedangkan collateralizable, dan likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio, dan growth in net assets berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio. 2.3
Hipotesis Penelitian
2.3.1
Pengaruh Net Profit Margin pada Devidend Payout Ratio Net Profit Margin merupakan rasio yang memberi gambaran tentang laba
untuk para pemegang saham sebagai prosentase dari penjualan (Brigham dan
19
Houston, 2001:89). Net Profit Margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam menekan biaya operasi pada periode tertentu. Maladjian
dan
El
Khoury
(2014)
dalam
penelitiannya
menggunakan net profit margin sebagai proksi dari profitabilitas menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif pada dividend
payout ratio. Penelitian Chang dan Rhee (2010) menggunakan net profit margin dan return on assets menyatatakan bahwa kedua variabel yang mewakili profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan pada dividend payout ratio. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) menyatakan net profit margin memiliki pengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian Gill et.al (2010) menunjukkan variabel net profit margin berpengaruh pada dividend
payout ratio. Ini juga didukung oleh Hadiwidjaja dan Triani (2009) yang juga melakukan penelitian terhadap perusahaan manufaktur menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan temuan tersebut maka hipotesis dua dinyatakan sebagai berikut: H1: Net Profit Margin berpengaruh terhadap Devidend Payout Ratio 2.3.2
Pengaruh Current Ratio pada Deviden Payout Ratio Current Ratio juga merupakan salah satu ukuran rasio likuiditas (liquidity
ratios) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (current assets) dengan
20
hutang/kewajiban (current liability). Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk di dalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terutang). Penelitian yang dilakukan Ahmed (2015) mendapatkan hasil variabel likuiditas yang diproksikan oleh current ratio berpengaruh negatif dan signifikan pada dividend payout ratio. Maladjian & El Khoury (2014) dalam hasil penelitiannya menyatakan nahwa likuiditas berpengaruh negatif pada dividend payout ratio. Hasil penelitian Wibisono (2010) menyatakan bahwa current ratio memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio, artinya jika current ratio meningkat maka dividend payout ratio akan menurun. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Wirawati dan Mahaputra (2014), juga menunjukkan likuiditas dengan proksi current ratio memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Karena jika posisis likuiditas perusahaan kuat maka kemampuan perusahaan membayar dividen adalah besar, mengingat bahwa dividen merupakan arus kas keluar bagi perusahaan. Berdasarkan temuan tersebut maka hipotesis dua dinyatakan sebagai berikut: H2 : Current Ratio berpengaruh terhadap Devidend Payout Ratio 2.3.3
Pengaruh Debt to Equity Ratio pada Deviden Payout ratio Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang
tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima (Sutrisno, 2001) mengungkapkan Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan
21
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibanya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu semakin rendah Debt to Equity Ratio akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividend yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividend. Prihantoro (2003) mengungkapkan semakin tinggi tingkat DER, berarti komposisi hutang juga semakin tinggi, sehingga akan berakibat pada semakin rendahnya kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada pemegang saham, sehingga rasio pembayaran dividen semakin rendah. Hasil menunjukkan
dividend
penelitian variabel
payout
yang
debt
ratio.
to
dilakukan
equity
Gill
ratio
et.al
berpengaruh
(2010) pada
John and Muthusamy (2010) dalam hasil
penelitiannya menyatakan variabel leverage berpengaruh negatif dan signifikan pada dividend payout ratio. Didukung oleh penelitian yg dilakukan oleh Sunarto (2004) yang menyimpulkan debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio dan penelitian Nirwanasari (2007) yang menyatakan Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan dan negatif terhadap dividend payout ratio.
22
Berdasarkan temuan tersebut maka hipotesis tiga dinyatakan sebagai berikut: H3: Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Devidend Payout Ratio
23