BAB II
DATA & ANALISA
2.1 Sumber Data Data-data dan literatur berikut di dapat dari berbagai macam media, baik buku, internet, wawancara dan video referensi. 2.1.1
Literatur Buku 1.
”Dongeng Klasik Si Tudung Merah (Little Red Riding Hood) Karya Endar W.
2.
“Dongeng Animasi Si Tudung Merah” PT BHUANA ILMU POPULER.
3.
“Membuat Komik” SCOTT MCLOUD.
2.1.2 Literatur Artikel 1.
http://www.fictionpress.com/s/2912032/1/Kisah_Si_Kerudung_Merah_dan_Sang_ Serigala
2.
http://tentangkami.wordpress.com/2006/08/28/si-tudung-merah/
3.
http://en.wikipedia.org/wiki/Red_Riding_Hood_%282011_film%29
4.
http://en.wikipedia.org/wiki/Little_Red_Riding_Hood
5.
http://www.eastoftheweb.com/short-stories/UBooks/LittRed.shtml
6.
http://learnenglishkids.britishcouncil.org/en/short-stories/little-red-riding- hood
7.
http://www.kemudian.com/node/255268
8.
http://www.indonesia.travel/id/destination/464/refreshing-lake-maninjau
9.
http://www.surlalunefairytales.com/ridinghood/index.html#ONERET
2.1.3 Wawancara 1.
Keluarga dari Sumatra barat, keluarga Sofyan Hasan (yang tinggal di jakarta).
2.
Wawancara pendek tokoh dan Sutradara Theater Jose Rizal Manua yang juga berasal dari sumatra barat mengenai penceritaan Si Tudung Merah bermuatan lokal ke dalam media animasi khususnya Motion Comic.
3.
Wawancara Dengan Casting Director “Negeri Lima Menara”(film yang bersetting di pinggir danau maninjau di awal scene) Shakti Harimurti tentang pengkarakteran dan visual dari karakter yang berasal dari Sumatera.
4.
Survey Mengenai Motion Comic. 3
2.2 Ruang Lingkup Cerita 2.2.1 Definisi Dongeng Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi
dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun
.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia_bahasa_Indonesia)
2.2.2 Latar Belakang Cerita (Charles Perrault) Charles Perrault (lahir di Paris, Perancis, 12 Januari1628 – meninggal di Paris, Perancis, 16 Mei1703 pada umur 75 tahun) adalah seorang penulisdongeng dan teori sastra, serta pengarang puisi asal Perancis. Karier sastranya dimulai ketika Charles menulis puisi dan ayat menyindir berjudul The Burlesque Aeneid (1948) ketika dia sedang mempelajari ilmu hukum. Beberapa karyanya yang dikenal di seluruh dunia adalah Kisah Si Kerudung Merah, Putri Tidur (Sleeping beauty), Kucing dalam Sepatu Bot (Puss in boots), Cinderella, Tiga Permintaan, Kulit keledai (Donkey-skin), dan lain-lain. Pada tahun 1661, Charles Perrault pernah bekerja pada pemerintahan monarki absolut Perancis yang dipimpin oleh Louis XIV karena ketika itu, raja lebih memilih kalangan biasa dibandingkan kaum aristokrasi untuk melayani publik. Beberapa dongeng Charles telah diceritakan kembali dengan versi yang berbeda oleh Grimm bersaudara. Namun, cerita asli yang ditulis Charles lebih kontras dengan versi dongeng Grimm bersaudara, contohnya cerita Si kerudung merah yang tidak selamat di akhir cerita dan Putri Tidur yang menikah dengan pangeran namun ternyata putri tersebut adalah raksasa atau gergasi (ogre). (http://id.wikipedia.org/wiki/Charles_Perrault)
2.2.3 Tokoh Dalam Cerita 1.
Si Tudung Merah, Gadis Kecil kira-kira berumur 5-7 Tahun. Baik dan periang.
2.
Ibu Si Tudung Merah, Ibu yang menitipkan Rantang berisi makanan untuk nenek kepada Si Tudung Merah.
3.
Nenek Si Tudung Merah, Nenek yang sakit dan hendak di jenguk oleh Si Tudung Merah.
4.
Harimau jahat, Harimau yang terlepas dari cagar alam yang hendak ingin memakan Si Tudung Merah setelah memakan nenek Si Tudung Merah. 4
5.
Pemburu babi hutan, Pemburu yang sedang berpatroli mencari harimau yang lepas.
2.2.4 Latar Belakang Kebudayaan Menurut Edward B.Taylor, dalam koentjaraningrat kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan definisi lain menyebutkan bahwa kebudayaan adalah semua, seperangkat sistem gagasan, tindakan, hasil atau benda-benda manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka hidup bermasyarakat dan dimiliki oleh manusia. Kebudayaan :
1. Gagasan atau ide, norma, nilai, aturan (apa yang dibenak manusia) 2. Tindakan atau perilaku manusia 3. Benda-benda kebudayaan ( hal yang paling mudah berubah diantara kedua wuhud kebudayaan lainya)
Dari berbagai definisi tentang kebudayaan tersebut maka dapat diperoleh pengertian kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem gagasan atau ide yang terdapat dalam pikiran manusia. Sedangkan perwujudan budaya itu sendiri diciptakan oleh manusia sebagai makhluk berbudaya, berupa norma-norma, perilaku, bahasa, moral, peralatan hidup, benda-benda kebudayaan, religi, dan segala sesuatu untuk membantu melangsungkan kehidupan yang bermasyarakat. Kehidupan bermasyarakat menciptakan suatu kebudayaan kolektif, yang kemudian tersebar dan diwariskan secara turun temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda baik secara lisan maupun disertai gerak isyarat maupun alat bantu pengingat. Hal itu kemudian disebut juga sebagai folklor. Menurut Jan Harold Brunvand, dalam James Danandjaja (1984:21) seorang ahli folklor dari AS, Folklor dibagi dalam tiga bentuk, yaitu folklor lisan, sebagian lisan dan bukan lisan. Folklor lisan adalah folklor yang memang bentuknya lisan, folklor sebagian lisan adalah folklor yang merupakan campuran folklor lisan dan bukan lisan, sedangkan folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatanya diajarkan secara lisan. Salah satu contoh Folklor lisan adalah cerita prosa rakyat. Menurut William R. Bascom, yang dipetik oleh Danandjaja, Cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu mite, legenda, dan dongeng. Mite adalah prosa rakyat yang dianggap pernah terjadi dan dianggap suci 5
oleh yang empunya, legenda hampir sama pengertianya dengan mite, kejadiannya dianggap pernah terjadi namun tidak dianggap suci. Sedangkan dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Dongeng merupakan cerita pendek kolektif kesustraan lisan. Dongeng diceritakan untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral) atau bahkan sindiran. Anti Aarne dan Smith Thompson dalam James Danandjaja membagi jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar yaitu: 1.
Dongeng Binatang (animal tales) Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptilia), ikan dan serangga. Binatang-binatang ini dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia.
2.
Dongeng Biasa (ordinary tales) Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seorang. Dongeng biasa banyak mempunyai kesamaan cerita maupun tema tidak hanya di indonesia namun juga di luar negeri. Misalnya Cinderella dengan dongeng Ande-ande Lumut, dan kisah Bawang Merah dan Bawang Putih, Oedipus dengan Sangkuriang, dan Watu Gunung.
2.3 Sumatra Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat pulau Sumatera dengan ibu kota Padang. Sumatera Barat berbatasan langsung dengan Samudra Hindia di sebelah barat, provinsi Jambi dan provinsi Bengkulu di sebelah selatan, provinsi Riau di sebelah timur, dan provinsi Sumatera Utara di sebelah utara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Sumatera Barat merupakan salah satu dari sebelas provinsi di Indonesia yang paling sering dikunjungi oleh para wisatawan. Provinsi yang identik dengan kampung halaman Minangkabau ini memiliki luas 42.297,30 km2, terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan jumlah penduduk lebih dari 4.800.000 jiwa, serta memiliki 391 pulau yang 191 diantaranya belum bernama. Sementara pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali kabupaten Kepulauan Mentawai) adalah bernama nagari—sebelumnya tahun 1979 diganti dengan nama desa, namun sejak 2001 dikembalikan pada nama semula.Pada 30 September2009, gempa bumi 6
dengan kekuatan 7,6 Skala Richter mengguncang beberapa kabupaten dan kota di Sumatera Barat, kemudian pada 26 Oktober2010 disusul oleh gempa bumi dan tsunami di kabupaten Kepulauan Mentawai. 2.3.1 Sejarah Kawasan Sumatera Barat pada masa lalu merupakan bagian dari Kerajaan Pagaruyung. Namun wilayah Sumatera Barat saat ini tidak mencerminkan keseluruhan luas dari wilayah Kerajaan pagaruyung. Hal ini tidak terlepas dari penguasaan penjajah yang telah memecah wilayah Pagaruyung hingga menyisakan sebatas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang dikenal saat ini. Bermula dari pemerintahan kolonial Inggris di Sumatera pada tahun 1811 yang memilih pusat pemerintahannya di Bengkulu. Wilayah Pagaruyung saat itu dimasukkan dalam wilayah pesisir Barat (West Coast region). Sebuah wilayah yang membentang dari bagian Selatan Lampung sampai ke Singkil di bagian pesisir Barat Aceh. Gubernur Jenderal Raffles membentuk kesatuan wilayah ini setelah melihat fakta rangkaian mata rantai sebaran etnis Minang pesisir yang tidak terputus di sepanjang pesisir Barat Sumatera pada masa itu. Setelah penyerahan wilayah Sumatera kepada Kerajaan Belanda pasca rekapitulasi Napoleon di Eropa, Inggris hanya menyisakan wilayah Bengkulu sebagai basisnya di Sumatera yang berakses ke Samudera Hindia. Dalam hal ini penentuan batas Bengkulu dilakukan sepihak oleh Inggris dengan memasukkan wilayah Minangkabau Mukomuko dalam administrasi Bengkulu. Setelah penyerahan Bengkulu kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda tahun 1824, wilayah Mukomuko tetap dipertahankan dalam administratif Bengkulu. Kedatangan Belanda ke wilayah Sumatera Barat pasca penyerahan dari Inggris, bersamaan dengan saat terjadinya Perang Padri yang mengoyak bumi Pagaruyung. Perang yang sejatinya bermula dari konflik internal masyarakat Minangkabau sejak tahun 1803, berubah menjadi perang besar setelah Belanda melibatkan diri dalam konflik tersebut pada tahun 1821. Belanda yang berniat menguasai daerah Pagaruyung, memihak dan membantu golongan adat dan bangsawan yang berperang melawan golongan Ulama Pembaharuan (Paderi). Perang diakhiri dengan kekalahan pihak pejuang Paderi pada tahun 1837 dan benteng terakhir kaum Paderi di Dalu DaluRokan Hulu ditaklukkan. Setelah perjanjian yang dibuat oleh pemuka Adat serta kerabat Yang Dipertuan Pagaruyung, dan berakhirnya Perang Padri, kawasan ini menjadi dalam pengawasan Belanda. 7
Selanjutnya dalam perkembangan administrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda pasca Perang Paderi, daerah ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust. Dalam hal ini meliputi wilayah Pagaruyung ditambah wilayah Residentie Bengkulu yang baru diserahkan Inggris kepada Belanda. Selanjutnya wilayah Gouvernement Sumatra's Westkust diperluas oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda hingga juga mencakup daerah Tapanuli, dan Singkil. Hal ini mendapat protes keras dari tokoh adat Minangkabau yang tidak menyetujui dimasukkannya wilayah pedalaman Tapanuli yang bersuku Batak ke dalamGouvernement Sumatra's Westkust, kecuali sepanjang daerah pesisir yang beretnis Minang. Kemudian pada tahun 1905 wilayah Tapanuli ditingkatkan statusnya menjadi Residentie Tapanuli. Sedangkan wilayah Singkil diberikan kepada Residentie Atjeh. Wilayah Bengkulu kembali menjadi sebuah wilayah Residentie Bengkulu. Wilayah Minangkabau menyisakan Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden. Dalam hal ini minus Mukomuko dan daerah pesisir dari Natal hingga Singkil yang beretnis Minang pesisir. Namun saat dilakukan pelepasan wilayah Residentie Tapanuli tersebut, oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dilepaskan pula beberapa wilayah Minangkabau pedalaman yaitu : wilayah Rokan Hulu dan wilayah Kuantan Singingi yang diberikan kepada Residentie Riouw yang baru dibentuk saat itu pasca pemecahan Gouvernement Sumatra's Oostkust. Wilayah Kerinci diserahkan kepada Residentie Djambi yang juga baru dibentuk pada periode yang hampir bersamaan. Kemudian di tahun 1914, Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya menjadi Residentie Sumatra's Westkust. Pemerintahan kolonial Hindia Belanda menambahkan wilayah Kepulauan Mentawai di Samudera Hindia yang beretnis non Minangkabau ke dalam Residentie Sumatra's Westkust. Selanjutnya pada tahun 1935 wilayah Kerinci digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust. Pada masa pendudukan tentara Jepang Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi Sumatora Nishi Kaigan Shu. Atas dasar geostrategis militer, daerah Kampar / Bangkinang dikeluarkan dari Sumatora Nishi Kaigan Shu dan dimasukkan ke dalam wilayah Rhio Shu. Pada awal kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi Sumatera yang berpusat di Bukittinggi. Pada tahun 1949, Provinsi Sumatera kemudian dipecah menjadi tiga provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera 8
Selatan. Sumatera Barat beserta Riau dan Jambi merupakan bagian dari keresidenan di dalam Provinsi Sumatera Tengah . Pasca kekalahan PRRI di Sumatera, berdasarkan Undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957, oleh Pemerintah Pusat, Provinsi Sumatera Tengah kemudian dipecah lagi menjadi 3 provinsi yakni Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, dan Provinsi Jambi. Provinsi Sumatera Barat memperoleh bagian wilayah yang paling kecil diantara ketiga provinsi baru ini, karena beberapa wilayah bersuku Minang dilepaskan dari induk rumpunnya. Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci, residensi Sumatera Barat, digabungkan ke dalam Provinsi Jambi sebagai kabupaten tersendiri. Begitu pula wilayah Kampar, Rokan Hulu, dan Kuantan Singingi yang bersuku, berbudaya, dan berbahasa Minang semuanya ditetapkan masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau. Pada awalnya ibu kota provinsi Sumatera Barat yang baru ini adalah masih tetap di kota Bukittinggi. Kemudian ibukota dipindahkan ke kota Padang berdasarkan SK. Gubernur Sumatera Barat No. 1/g/PD/1958, tanggal 29 Mai 1958 secara de facto menetapkan kota Padang menjadi ibukota Provinsi Sumatera Barat. 2.3.2 Geografi Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera, memiliki dataran rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia dan beberapa puluh kilometer dari lepas pantai Sumatera Barat termasuk dalam provinsi ini. Sumatera Barat memiliki beberapa danau, di antaranya adalah danau Singkarak yang membentang di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar dengan luas 130,1 km², danau Maninjau di kabupaten Agam dengan luas 99,5 km², dan danau Kembar di kabupaten Solok yakni danau Diatas dengan luas 31,5 km², dan danau Dibawah dengan luas 14,0 km² . Beberapa sungai besar di pulau Sumatera berhulu di provinsi ini, di antaranya adalah sungai Siak, sungai Rokan, sungai Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), sungai Kampar, dan Batang Hari. Semua sungai ini bermuara di pantai timur Sumatera, di provinsi Riau dan Jambi. Sementara sungai-sungai yang bermuara di provinsi ini berjarak pendek, di antaranya adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan. 9
Sumatera Barat memiliki 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota. Beberapa di antaranya adalah gunung Talamau di kabupaten Pasaman Barat yang merupakan gunung tertinggi di provinsi ini dengan ketinggian 2.913 meter, gunung Marapi di kabupaten Agam dengan ketinggian 2.891 m, gunung Sago di kabupaten Lima Puluh Kota dengan ketinggian 2.271 m, gunung Singgalang di kabupaten Agam dengan ketinggian 2.877 m, gunung Tandikat di kabupaten Padang Pariaman dengan ketinggian 2.438 m, gunung Talang di kabupaten Solok dengan ketinggian 2.572 m, dan gunung Pasaman di kabupaten Pasaman Barat dengan ketinggian 2.190 m. 2.3.3
Keanekaragaman Hayati Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber
keanekaragaman hayati. Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi. Berbagai spesies langka masih dapat dijumpai, misalnya Rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), harimau sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu. Terdapat dua Taman Nasional di provinsi ini, yaitu Taman Nasional Siberut yang terdapat di pulau Siberut (Kabupaten Kepulauan Mentawai) dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman nasional terakhir ini wilayahnya membentang di empat provinsi: Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Selain kedua Taman Nasional tersebut terdapat juga beberapa cagar alam lainnya, yaitu Cagar Alam Rimbo Panti, Cagar Alam Lembah Anai, Cagar Alam Batang Palupuh, Cagar Alam Air Putih di daerah Kelok Sembilan, Cagar Alam Lembah Harau, Cagar Alam Beringin Sakti dan Taman Raya Bung Hatta. 2.3.3.1 Harimau Sumatra Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) hanya ditemukan di Pulau Sumatra di Indonesia, merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang
10
dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di Taman-taman nasional di Sumatra. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari. Penghancuran habitat adalah ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara 1998 dan 2000. 1.
Ciri-ciri
Harimau Sumatra adalah subspesies harimau terkecil. Harimau Sumatra mempunyai warna paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau Sumatra jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198cm dan berat 200 pound atau sekitar 91kg. Belang Harimau Sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit Harimau Sumatra merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerahmerahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.
2.
Habitat
Harimau Sumatra hanya ditemukan di pulau Sumatra. Kucing besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau Sumatra mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah,
11
lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia. 3.
Makanan
Makanan Harimau Sumatra tergantung tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa liar yang ada dibawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran dan penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat efisien. Harimau Sumatra merupakan hewan soliter, dan mereka berburu di malam hari, mengintai mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan apapun yang dapat ditangkap, umumnya celeng dan rusa, dan kadang-kadang unggas atau ikan. Orangutan juga dapat jadi mangsa, mereka jarang menghabiskan waktu di permukaan tanah, dan karena itu jarang ditangkap harimau. 4.
Reproduksi
Harimau Sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau Sumatra dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.Menurut penduduk setempat Harimau Sumatra juga gemar makan durian. Harimau Sumatra juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika memburu mangsa. Luas kawasan perburuan Harimau Sumatra tidak diketahui dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor Harimau Sumatra dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di kawasan dataran rendah dengan
12
jumlah
hewan
buruan
yang
optimal
(tidak
diburu
oleh
manusia).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Harimau_sumatera) 2.3.3.2 Rafflesia arnoldii Padma raksasa (Rafflesia arnoldii) merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Penamaan bunga raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Bengkulu (Sumatera) di suatu tempat dekat Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga Bengkulu dikenal di dunia sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi Rafflesia. Seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama kali. Dr. Joseph Arnold sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles. Jadi penamaan bunga Rafflesia arnoldii didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Dr. Joseph Arnold sebagai penemu bunga. Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa tumbuh hanya satu jenis patma parasit, Rafflesia patma. Bunga merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Diameter bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang Tetrastigma. Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai "tanaman" adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat Tetrastigma. Bunga mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah lalat yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga. Bunga hanya berumur sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati. Persentase pembuahan sangat kecil, 13
karena bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Patma_raksasa) 2.3.4 Kependudukan (Suku bangsa) Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak dan suku Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghoa, Tamil dan suku Nias dan di beberapa daerah transmigrasi seperti di (Sitiung, Lunang Silaut, Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula suku Jawa. Sebagian diantaranya adalah keturunan imigran berdarah Jawa dari Suriname yang memilih kembali ke Indonesia pada masa akhir tahun 1950an. Oleh Presiden Soekarno saat itu diputuskan mereka ditempatkan di sekitar daerah Sitiung. Hal ini juga tidak lepas dari aspek politik pemerintah pusat pasca rekapitulasi PRRI di Provinsi Sumatera Barat yang juga baru dibentuk saat itu.Selain itu juga terdapat beragam suku nusantara lainnya yang masuk pasca kemerdekaan sebagai perantau dan pekerja di berbagai bidang. 2.3.5 Bahasa Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batak dan Bahasa Melayu dialek Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai. 2.3.6 Musik
(Saluang) Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, dan gandang tabuik.Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama sijobang.Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagulagu dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur 14
masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau.Industri musik di Sumatera Barat semakin berkembang dengan munculnya seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan musik modern ke dalam musik tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang modern di Sumatera Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an ditandai dengan lahirnya Orkes Gumarang.Elly Kasim, Tiar Ramon dan Yan Juned adalah penyanyi daerah Sumatera Barat yang terkenal di era 1970-an hingga saat ini. Perusahaan-perusahaan rekaman di Sumatera Barat antara lain: Tanama Record, Planet Record, Pitunang Record, Sinar Padang Record, Caroline Record yang terletak di kota Padang dan Minang Record, Gita Virma Record yang terletak di kota Bukittinggi. Saat ini para penyanyi, pencipta lagu, dan penata musik di Sumatera Barat bernaung dibawah organisasi PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta lagu Penata musik Rekaman Indonesia) dan PARMI (Persatuan Artis Minang Indonesia). 2.3.7 Rumah Adat Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun. Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah. Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang, umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Rumah Bagonjongini menurut masyarakat setempat diilhami dari tambo, yang mengisahkan kedatangan nenek moyang mereka dengan kapal dari laut. Ciri khas lain rumah adat ini adalah
15
tidak memakai paku besi tapi menggunakan pasak dari kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat. Sementara etnis Mentawai juga memiliki rumah adat yang berbentuk rumah panggung besar dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter yang disebut dengan uma. Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik. 2.4 Sinopsis Little Red Riding Hood (Charles Perrault) Tudung Merah sebutanya, Gadis kecil yang selalu mengenakan kerudung merah.Ia diminta ibunya mengunjungi nenek yang sakit. Ibunya berpesan supaya ia tidak berhenti dijalan. Tapi, Tudung Merah tidak mengingat dan mengabaikan pesan ibunya. Akhirnya ia bertemu dengan serigala yang jahat. Serigala itu bertanya hendak kemana Si Tudung Merah. Si Tudung Merah menjawab bahwa ia hendak mengunjungi neneknya di ujung hutan. Akhirnya Serigala jahat mengelabui dengan menunjukan taman bunga-bunga di hutan. Serigala itupun berhasil mengelabui Si Tudung Merah, dan segera berlari kerumah nenek Si Tudung Merah. Akibatnya ia terlambat tiba dirumah Nenek karena keasyikan mengumpulkan bunga. Neneknya telah ditelan si Serigala lalu si Serigala menyamar menjadi Sang Nenek. Sesampainya dirumah nenek si tudung merah mencurigai wajah nenek yang berbeda, akhirnya karena sudah tidak tahan, Si Tudung Merah hendak dilahapnya juga. Si Tudung Merah pun bereriak. Untunglah seorang pemburu mendengar teriakan Si Tudung Merah dan berhasil membunuh si Serigala dan mengeluarkan Nenek dari perutnya. Pada akhirnya Tudung Merah berkumpul kembali bersama ibu dan neneknya.
2.4.1 Sinopsis Si Tudung Merah Versi Penulis Ia Dipanggil si tudung merah.Gadis kecil yang selalu mengenakan kerudung merah pemberian ibunya adalah anak yang riang dan polos .Ia diminta ibunya mengunjungi nenek yang sakit dan memberikan rantang berisi Makanan. Ibunya berpesan supaya ia tidak bermain dalam perjalanan dan segera pulang. Tapi, Tudung Merah tidak mengingat dan mengabaikan pesan ibunya. Akhirnya di perjalanan menyusuri hutan di bukit maninjau ia bertemu dengan harimau yang jahat. Harimau ini terlepas dari taman suaka dan sedang mencari mangsa. Melihat Tudung merah yang terlihat lezat dan polos lalu harimau itu bertanya hendak kemana Si Tudung Merah. Si Tudung Merah menjawab bahwa ia hendak mengunjungi neneknya di balik bukit menyusuri hutan. Akhirnya Harimau mengelabui Di Tudung Merah dengan menunjukan Bunga reflesia di 16
hutan. Harimau itupun berhasil mengelabui Si Tudung Merah, dan segera berlari kerumah nenek Si Tudung Merah. Akibatnya ia terlambat tiba dirumah Nenek karena Tersesat dihutan setelah di tinggal Harimau itu. Neneknya telah ditelan si Harimau lalu si Harimau menyamar menjadi Sang Nenek. Sesampainya dirumah nenek si tudung merah mencurigai wajah nenek yang berbeda, akhirnya karena sudah tidak tahan, Si Tudung Merah hendak dilahapnya juga. Si Tudung Merah pun bereriak. Untunglah seorang pemburu babi hutan yang sedang berpatro;i dengan anjingnya mendengar teriakan Si Tudung Merah dan berhasil menembak si Harimau dan melumpuhkanya yang membuat harimau berteriak kesakitan dan mengeluarkan Nenek dari perutnya. Pada akhirnya Tudung Merah selamat dan harimau itu di kembalikan ke penangkaran.
2.5
Target Audiens Penulis membagi target audiens menjadi dua:
2.5.1 Target primer Anak-anak umur 5-10 tahun. Menyukai dongeng, cerita bergambar, kaya imajinasi.
2.5.2 Target Sekunder Laki-laki atau perempuan berusia 10-25 tahun, SD sampai Mahasiswa atau perguruan tinggi. Menyukai drama, Cerita bergambar, Komik, Animasi, game dan Tingkat ekonomi menengah ke atas.
2.6 Analisa kasus
2.6.1
Faktor Pendukung Dan penghambat
2.6.1.1 1.
Faktor Pendukung Memperkenalkan karakter Si Tudung Merah yang di sebagian masyarakat kurang familiar.
2.
Belum ada yang membuat cerita Si Tudung merah dalam Versi Indonesia.
3.
Sebagai hiburan untuk ditonton, menambah satu dari beberapa versi Si Tudung Merah yang pernah dibuat di Indonesia maupun Eropa.
2.6.1.2 Faktor Penghambat 1.
CeritaSi Tudung Merah. Kurang familiar di telinga masyarakat.
17
2.
Perbedaan ending cerita menurut Charles Perrault dan Grimm bersaudara membuat makin banyaknya perbedaan plot dan ending cerita.
3.
Kurangnya ketertarikan masyarakat menonton dongeng klasik yang di buat ulang.
18