1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masa lanjut usia identik dengan masa klimakterium yaitu masa peralihan antara masa reproduksi dengan masa senium. Klimakterium dibagi menjadi 4 fase, yaitu premenopause, perimenopause, menopause, dan pasca menopause. Sebelum seorang wanita mengalami menopause, ia akan mengalami fase premenopause, dimana pada fase ini muncul berbagai keluhan (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005) Pada tahun 2013, jumlah wanita di dunia yang memasuki menpouse diperkirakan mencapai 1,2 milyar orang. Saat ini indonesia baru mempunyai 14 juta wanita menopouse. Namun menurut proyeksi penduduk Indonesia tahun 2000-2013 oleh badan pusat statistik, jumlah penduduk wanita berusia di atas 50 tahun adalah 16,9 juta orang. Bahkan pada 2025 di perkirakan akan ada 60 juta wanita menopouse. Sindrom menopouse di alami oleh banyak wanita hampir di selurauh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% wanita di Amerika, 57% wanita di malaysia, 18% wanita di Cina, 10% wanita di Jepang, dan di Indonesia di perkirakan jumlah orang yang menderita kecemasan baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk (Hawari 2013). Menurut Depkes RI (2009) hingga saat ini wanita Indonesia yang memasuki masa menopause sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut 1
2
meningkat menjadi 11% pada 2005. Kemudian, naik lagi sebesar 14% pada 2015. Meningkatnya jumlah tersebut, sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup dibarengi membaiknya derajat kesehatan masyarakat. Menjadi tua seringkali menjadi sesuatu yang menakutkan bagi setiap orang, khususnya kaum wanita. Kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Kondisi tersebut memang tidak menyenangkan. Padahal, masa tua merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya, seperti halnya fase-fase kehidupan yang lain,
yaitu masa
anak-anak dan masa reproduksi (Kasdu, 2004). Jumlah dan proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan memasuki usia menopause dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2013 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari total penduduk (Depkes RI, 2013). Di Provinsi Aceh pada tahun 2015 di perkirakan 24,4 juta jiwa (10%), dan pada
tahun 2020 di perkirakan
mencapai 28,8
juta
jiwa
(11,34%) jumlah perempuan menopouse (Dinkes NAD, 2013). Sedangkan jumlah wanita yang berumur 50 tahun ke atas dan diperkirakan memasuki umur menopause dari tahun ke tahun mengalami
3
peningkatan
secara
signifikan.
Berdasarkan
sensus
penduduk
tahun
2000,jumlah penduduk wanita yang berumur di atas 50 tahun mencapai 15,5 juta jiwa atau 7,6 % dari total penduduk (Admin, 2005). Tidak ada seorang wanita ingin mengalami salah satu dari sekian banyak keluhan pada masa premenopause, demikian juga pihak keluarga. Jika beberapa keluhan tersebut muncul bersamaan, bisa dibayangkan betapa menurunnya kualitas hidup wanita tersebut. Sebenarnya masa premenopause tidaklah seseram itu, kalau saja para wanita yang memiliki umur senja mengetahui dengan benar proses menopause, sehingga bisa lebih siap menghadapi segala kemungkinan (Suheimi, 2006). Keterlibatan pemerintah dan juga masyarakat dalam mengatasi masalah
menopause antara lain bekerja sama dengan tim dari berbagai
disiplin ilmu misalnya psikologi dan spesialis obstetri ginekologi melalui kegiatan
posyandu
lansia sebagai tempat efektif
untuk memberikan
informasi tentang premenopause, menopause, dan pasca menopause (Pakasi, 2004). Di Kabupaten Nagan Raya berjumlah 146.702 jiwa, wanita menopouse 20,58%, Puskesmas Ujung Fatihah jumlah penduduk 19.475 jiwa, Wanita menopouse 1,90%, jumlah penduduk Desa Sikuneng 535 jiwa, jumlah wanita menopause 7,47% (Dinkes Nagan Raya 2013). Menurut laporan dari yang di dapatkan di Puskesmas Ujung Fatiha tidak ada ibu usia lanjut dari Desa Sikuneng yang datang berkonsultasi mengenai masalah yang dirasakan selama menghadapi masa menopose,
4
Dari
studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada sepuluh
ibu usia lanjut
melalui wawancara di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya di temukan 6 ibu mengalami kecemasan menghadapi menopouse berupa : ibu cemas terjadi gejolak rasa panas yang
tiba-tiba
membuat mereka tidak nyaman, cemas dengan ketidak teraturan siklus haid pada dirinya, cemas timbulnya penyakit setelah terjadinya menopouse, cemas tidak di hargai lagi, dan cemas di tinggal suami. Sedangkan menurut 4 orang ibu merasa menopouse merupakan proses alami. Berdasarkan
latar
belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui
tentang “faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan kuala Kabupaten Nagan Raya”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 ?
5
2. Tujuan khusus a.
Untuk mengetahui Pengaruh dukungan keluarga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
di Desa Sikuneng Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 ? b.
Untuk mengetahui Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 ? c.
Untuk mengetahui Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 ?
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi peneliti Dengan penelitian ini bisa menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman secara langsung yang dapat digunakan untuk praktek di lapangan nantinya, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan serta dapat memperoleh gambaran nyata tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse.
2.
Bagi instusi pendidikan Memberi informasi dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse .
6
3.
Bagi tempat penelitian Bagi ibu premenopause di Desa Sikuneng diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi tentang menopause, sehingga dapat lebih memahami tentang bagaimana cara menghadapi menopause dan meningkatkan kesiapan dalam menghadapi menopause.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesiapan menghadapi menopause 1. Pengertian Kesiapan berasal dari kata “siap” yang mendapat awalan ke dan akhiran -an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kesiapan adalah suatu keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan sesuatu (Poerwodarminto, 2007). Menurut perkembangan
Chaplin (2005), kesiapan (readiness) adalah tingkat dari
kematangan
mental
atau
kedewasaan
menguntungkan dalam mempraktikkan sesuatu. Dapat
yang
juga diartikan
sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksikan atau menanggapi
sesuatu.
Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan ibu untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara
fisik maupun mental
atau psikologisnya. B. Menopouse 1. Pengertian Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen yang disebabkan hilangnya fungsi folikel-folikel sel telur (Safrina, 2010). Menurut Pakasi (2006), menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel telur.
7
8
Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur umumnya
yang berbeda
adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita
memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono Prawirohardjo, 2008) 2. Periode menopause dalam fase klimakterium Menopause merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap perempuan dan umumnya terjadi pada usia 50 tahun (rentang usia 40-60 tahun). Sekitar 1 % perempuan mencapai menopause sebelum usia 40 tahun yang disebut menopause prekoks, sementara berhentinya menstruasi antara usia 40-45 tahun disebut dengan menopause dini
(early menopause) yang
terjadi pada 10 % perempuan (Ninsih, 2008). Rambulangi (2006) menyatakan bahwa, usia seorang perempuan memasuki masa premenopause antara 40-49 tahun. Berikut ini pembagian fase klimakterium dibagi menjadi empat fase (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004), yaitu : a.
Premenopause
9
Fase premenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur dengan perdarahan yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif tidak banyak dan kadang-kadang disertai nyeri haid. b.
Perimenopause Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause dan pasca menopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Sebanyak 40 % wanita siklus haidnya anovulatorik, Pada
umumnya
wanita
telah
mengalami
berbagai
keluhan
klimakterik. c. Menopause Fase ketiga ditandai dengan berhentinya haid atau haid yang terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Menopause biasanya terjadi sekitar umur 50 tahun (Dorland, 2004).
d. Pasca menopause Fase ini merupakan fase dimana seorang wanita tidak mengalami haid selama 12 bulan setelah menopause.
10
3. Penyebab dan proses terjadinya menopause Fungsi ovarium akan mulai menurun rata-rata pada saat seorang perempuan berusia pertengahan empat puluhan. Pada saat usia tersebut, kondisi kadar hormon yang naik turun akan menyebabkan berbagai gangguan. Ada dua faktor utama yang berperan dalam hal
ini,
Pertama, lebih sedikit folikel yang matang, selanjutnya produksi
sel
telur mulai berkurang, dan mengakibatkan ovulasi tidak terjadi
pada
setiap siklus menstruasi. Konsekuensi dari perubahan tersebut adalah pola baru
perubahan
kadar hormon selama siklus menstruasi. Pertama, jika
folikel tidak
matang, hanya sedikit estrogen yang diproduksi selama
dua minggu
pertama siklus. Karena tidak ada sel telur yang matang dalam folikel, maka folikel itu tidak dapat melepaskan sel telur. Jika ovulasi tidak terjadi, maka tidak akan ada progeseteron yang diproduksi oleh korpus luteum pada paruh kedua siklus. Hal ini berarti estrogen akan terus membentuk lapisan endometrium tanpa diimbangi. oleh efek dari progesteron yang akan menyebabkan menstruasi yang berat di luar biasanya. Kedua, gagalnya ovarium mengeluarkan sel telur yang matangakan menyebabkan kadar estrogen turun menjadi sangat rendah sehingga lapisan endometrium tidak terstimulasi untuk menyiapkan sel telur yang dibuahi. Hal ini menyebabkan menstruasi tidak terjadi. Ketika kadar estrogen dan progesteron menurun, kelenjar hipothalamus dan
kelenjar
pituitari berusaha untuk mengoreksi
11
keadaan ini dengan menaikkan produksi Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteineizing Hormone (LH) untuk menstimulasi ovarium melakukan fungsi normalnya. Jika ovarium tidak
mampu bereaksi
dengan membuat matang folikel dalam setiap siklus, kadar FSH dan LH yang tinggi ini akan mengganggu operasi normal dari sistem tubuh lainnya termasuk metabolisme, kimiawi otak, dan keadaan tulang (Emma, 2005). 4. Dampak kesehatan bagi fisik maupun psikis Menjelang
menopause
semua
perempuan
kerap
tidak
mengetahuinya, tapi pada akhirnya mereka menyadari dengan merasakan adanya perubahan pada tubuh. Perubahan yang terjadi biasanya diketahui dengan berhentinya siklus menstruasi, selain itu menopause juga sering disertai gejala yang bervariasi, mulai dari gejala fisik, jiwa hingga perasaan yang berubah-ubah serta gangguan lainnya (Lestari, 2010). Kadar
hormon estrogen rendah di dalam tubuh akan
menyebabkan keluhan-keluhan di awal masa menopause (Baziad,2004). Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause, yaitu : a. Ketidak teraturan siklus haid Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala menstruasi muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidak teraturan ini sering disertai dengan jumlah darah
12
yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal.
b. Gejolak rasa panas (hot flushes) Arus panas biasanya timbul pada saat darah menstruasi mulai berkurang
dan
berlangsung
sampai
menstruasi
benar-benar
berhenti. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar jarijari kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul
secara
menyeluruh. c. Kekeringan vagina Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan, dan rasa sakit pada saat kencing. d. Perubahan kulit Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher, dan lengan. e. Keringat dimalam hari Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh, sehingga perlu mengganti pakaian dimalam hari, sehingga tidak dapat tidur nyenyak.
13
f. Sulit tidur Imsomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi
hal
ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat
berkeringat malam hari. g. Kerapuhan tulang Rendahnya kadar
estrogen
merupakan penyebab proses
steoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Kehilangan 1 % tulang dalam setahun dapat akibat proses penuaan, tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. h. Badan menjadi gemuk Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan. i. Penyakit Ada beberapa penyakit
yang seringkali dialami oleh wanita
menopause, dari sudut pandang medis ada dua perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan
terjadi
penyakit
jantung,
pembuluh
darah
serta
hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu :
14
1) Ingatan menuru Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat. 2) Kecemasan Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. 3) Mudah tersinggung Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu, hal ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. 4) Stres Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa cemas, dan takut termasuk para perempuan menopause. Respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi. 5) Depresi Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan
kemampuan
untuk
bereproduksi,
sedih
karena
15
kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus
menghadapi
masatuanya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan menghadapi menopause a. Pengetahuan Pengetahuan yang cukup akan membantu wanita memahami dan mempersiapkan dirinya menghadapi masa menopause dengan lebih baik (Notoatmodjo, 2007). Diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai dalam mengahadapinya. Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap memasuki umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat. b. Pendidikan Tingkat
pendidikan
mempengaruhi
merupakan
pengetahuan,
selain
salah itu
satu
informasi
faktor
yang
dan
faktor
pengalaman akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal. Wanita yang berpendidikan akan mempunyai pengetahuan kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2007).
16
c. Sosial ekonomi Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan. Wanita yang berasal dari golongan ekonomi rendah cenderung pasrah dan mampu
beradaptasi dengan baik saat
mengalami menopause (notoatmodjo,2007). d. Budaya dan lingkungan Budaya
berpengaruh
sangat
besar
terhadap
cara
wanita
menanggapi proses berhentinya haid. Wanita Indonesia yang mayoritas adalah muslimah, umumnya dapat menerima menopause dengan baik. Masalah yang dihadapi tidak hanya pada wanita menopause tetapi juga dialami oleh wanita premenopause dimana tanggapan masyarakat tentang
menopause akhir-akhir ini semakin
meningkat (Prawirohardjo, 2005). e. Riwayat kesehatan Kondisi
kesehatan
seseorang
dapat mempengaruhi kondisi
psikologis, misalnya pada penderita penyakit kronis. Hal itu dapat terjadi pada wanita
menjelang menopause, karena di sana terjadi
masa peralihan atau perubahan-perubahan (Admin, 2004). f. Umur Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan bertambah sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause (prawihardjo, 2004).
17
g. Dukungan keluarga Menopouse dapat
berjalan dengan
lancar dengan
adanya
kemauan diri memandang hidup yang akan datang sebagai sebuah harapan yang membahagiakan, sehingga peristiwa yang di alami selalu di pandang dari segi yang baik. Hal
tersebut dapat
berlangsung bila ada dukungan dari orang sekitar, khususnya suami. Peran yang positif akan menumbuhkan perasaan bahwa kehadirannya masih sangat di butuhkan oleh keluarga. Seorang suami yang peka, akan menyadari bahwa istri tidak selincah dulu sehingga suami harus berinisiatif membantu istri menyelesaikan tugas rumah tangga. Anak-anak hendaknya membuat upaya tulus untuk memahami alasan naik turunnya emosi ibu. Mereka perlu menyadari kebutuhan ibu mereka untuk mendapatkan waktu pribadi. Apabila menopouse bisa di hadapi dengan baik, maka kualitas hidup dalam menjalani menopouse akan lebih baik dan yang harmonis.
akan tercipta kehidupan keluarga
keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu: Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang
yang
bersangkutan kepada anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan
dari
anggota
keluarga.
Keluarga
merupakan
18
tempat yang aman emosi. Keluarga
untuk istirahat serta pemulihan penguasaan sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosi adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi (prawihardjo, 2004), Tipe dukungan
ini lebih mengacu kepada pemberian semangat,
kehangatan, cinta, kasih, dan emosi. Dukungan sosial sebagai perilaku yang memberi perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa dia
dikagumi, dihargai, dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia
memberi perhatian dan rasa aman. Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu
yang menerimanya merasa berharga. Pada
dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.
19
h. Olah raga Olah raga selain dapat menguatkan tulang, juga dapat mencegah penyakit jantung, diabetes, jenis kanker tertentu, dan juga dapat menghilangkan stress. Olah raga yang bisa dilakukan seperti jalan kaki, jogging, bersepeda, berenang, naik turun tangga, dan sebagainya. Dilakukan paling sedikit tiga kali dalam seminggu, minimal 30 menit sekali latihan. Dengan tetap berusaha hidup aktif akan menekan gejala imsomnia, memperlambat osteoporosis, penyakit jantung, serta mencegah hot flushes. Berolahraga tidak hanya baik untuk kesehatan tubuh, tetapi juga mental. Berolahraga dapat meningkatkan endorphins, serotonin, dan dopamine pada tubuh yang dapat memberikan perasaan senang dan tenang. Zat-zat tersebut juga dapat mengatur perasaan gelisah, stres, dan depresi. Aktivitas ini dapat dengan lancar mengalirkan darah ke otak dan ke seluruh
tubuh sehingga membuat otot dan mental lebih tenang.
Ingatlah bahwa ketika Anda dapat berpenampilan bagus, maka Anda akan merasa senang (Admin,2004). Dalam jangka panjang, memelihara kebugaran fisik akan menambah kepercayaan diri Anda dan mengubah cara berpikir Anda terhadap diri Anda sendiri sehingga kesehatan mental pun terjaga. (www.webki pedia, 2007).Olah raga yang bersifat aerobik
seperti
20
senam merupakan usaha-usaha yang
akan memberikan perbaikan
pada fisik atau psikologis. Faktor
fisiologi dan metabolik yang dikalkulasi termasuk
penambahan
sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses
masuknya gugus
fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya
aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzimenzim untuk proses oksigenasi jaringan (Admin, 2004). Menurut
Depkes (2012) olahraga dapat memberi beberapa
manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan
bahan
menjernihkan
dan
mental,
sisa,
meningkatkan
melenturkan
kulit,
fungsi
jaringan,
merangsang
kesegaran
membantu mempertahankan berat
badan,
memberikan
tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani. i.
Pengkonsumsi Alkohol Pengaruh
alkohol pada reproduksi wanita, berbeda dengan
reproduksi pada pria, meskipun ada beberapa yang sama. Pada wanita, siklus pertumbuhan hormon berbeda-beda. Untuk wanita yang memasuki masa premenopause, meminum minuman keras, sangat berakibat fatal, jika konsumsinya sampai berlebihan. Contohnya
21
yaitu, terhentinya siklus menstruasi dan mempercepat menopause, peningkatan aborsi, atau siklus bulanan menjadi tidak teratur. Selain mengganggu sistem reproduksi, alkohol berlebih juga akan mengganggu regulasi hormonal, misalnya akan membuat penyakit seperti penyakit jantung, kelainan janin, penyakit pankreas dan kekurangan gizi. Untuk wanita yang memasuki masa menopause, akan menyebabkan kadar estradiol menjadi turun, karena hormon ini tidak lagi disintesis di ovarium. Turunnya kadar estradiol pada wanita, sering dikaitkan dengan peningkatan resiko terkena p enyakit jantung dan osteoporosis. Selain itu, konsumsi berlebih alkohol juga dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan resiko terkena kanker payudara. j.
Pola makan Pola makan adalah kebiasaan seseorang/kelompok dalam memilih menu makanan untuk kebutuhan sehari-hari. Bagi Anda yang akan memasuki fase menopause, cobalah untuk rajin mengonsumsi ikan yang kaya akan omega-3, seperti salmon atau jenis ikan ini setidaknya dua kali dalam
trout. Konsumsilah
seminggu. Omega-3 yang
terkandung di dalam ikan bisa membantu pencegahan penyakit jantung dan kanker payudara. Wanita yang sedang mengalami masa menopause rentan terhadap penyakit
jantung dan kanker payudara. Susu dan produk turunannya
sangat berguna untuk
membantu
meningkatkan
kalsium dalam
22
tubuh. Pada saat menopause, kadar hormon estrogen dalam tubuh menurun sehingga penyerapan kalsium ke dalam tubuh menjadi lebih berat. Oleh sebab itu, asupan kalsium tambahan diperlukan untuk menambahkan kekuatan tulang. Perut kembung merupakan
salah
satu masalah yang harus dihadapi oleh wanita menopause. Untuk mengatasi masalah ini, tambahkanlah porsi gandum dan sereal ke dalam diet Anda. Serat yang terkandung di dalam gandum dapat mencegah konstipasi. Kedelai dan kacang-kacangan yang sangat dianjurkan
untuk
wanita menjelang
menopause. Kedelai
mengandung zat sejenis dengan estrogen yang disebut dengan isoflavon yang sangat berguna untuk mengurangi ruam panas dan rasa panas. Tahu dan tempe adalah dua jenis makanan yang sangat dianjurkan. Ruam dan rasa
panas memang identik
dengan
menopause. Selain kedelai, cobalah untuk mengkonsumsi teh herbal Teh herbal dapat memberikan sensasi relaksasi, sehingga mengurangi ruam dan rasa panas saat menstruasi yang biasa disebut dengan hot flash.
23
C. Kerangka Teori Kesiaapan
menghadapi
menopouse
dapat
di
pengaruhi
oleh
beberapa faktor yaitu : pengetahuan, ekonomi, budaya, riwayat kesehatan, umur, pendidikan, dukungan keluarga, olah raga, pengkonsumsi alkohol, pola makan . Dengan lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Notoeatmodjo, 2007
Kasdus, 2004
Pendidikan
Pengkonsumsi alkohol
Pengetahuan Kesiapan ibu dalam Ekonomi
menghadapi menopouse Admin, 2004
Prawihardjo, 2005 Pola makan
Dukungan keluarga Umur Budaya
Olah raga
Gambar 2.1 kerangka teori
Riwayat kesehatan
24
D. Kerangka konsep Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsepkonsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Nototmodjo, 2005). Berdasarkan kerangka teori di atas, maka kerangka konsep dari Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse yaitu :
variable Independent
variable Dependent
Dukungan keluarga
Kesiapan
Olah Raga
ibu
menghadapi menopouse Pola makan
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
E. Hipotesis 1. Ha : Ada pengaruh antara dukungan keluarga dengan kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
25
2. Ha : Ada pengaruh antara olah raga dengan kesiapan
ibu
dalam
menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014. 3. Ha : Ada pengaruh antara pola makan dengan kesiapan
ibu
dalam
menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis
penelitian
ini
bersifat
deskriptif
analitik
dengan
menggunakan desain cross Sectional. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan orang tua, olah raga, dan pola makan terhadap
kesiapan ibu dalam menghadapi
menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
B. Populasi dan sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti (Noetoatmodjo, 2005) populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu usia 40-45 tahun yang ada di Desa Sikuneng Kecamatan
Kuala
Kabupaten Nagan Raya yang berjumlah 43 orang. 2. Sampel Tehnik pengambilan sampel dengan metode total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah 43 orang ibu usia 40-45 tahun yang ada di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
26
27
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian ini dilaksanakan di desa sikuneng kecamatan Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Kabupaten Nagan Raya.
2.
Waktu Penelitian ini sudah dilaksanakan pada tanggal 12-13 februari 2014.
D. Instrumen Penelitian Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi tentang
kesiapan menghadapi menopouse,
dukungan keluarga, olah raga, dan pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. Untuk kesiapan ibu menghadapi menopouse berjumlah 5 pertanyaan, untuk dukungan keluarga 5 pertanyaan, untuk olah raga 5 pertanyaan, dengan pilihan jawaban jika ya nilainya 1 dan jika tidak nilainya 0. Hasilnya dikategorikan sebagai berikut: Baik
: ≥76–100%
Kurang
:< 75%
Sedangkan
pola makan ibu pertanyaannya berbentuk
multiple
choice yang berjumlah 10 pertanyaan dengan alternatif pilihan a, b, dan c. Jawaban atas kuesioner tersebut diberikan skor nilai, skor tertinggi adalah 2 sedangkan terendah adalah 0, kemudian skor yang diperoleh oleh responden dijumlahkan kemudian nilai semuanya dibandingkan dengan jumlah sampel, hasilnya dikatagorikan sebagai berikut:
28
Baik
: > 5,41 dari total skor
Cukup
: = 5,41 dari total skor
Kurang
: < 5,41 dari total skor
E. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data dilakukan proses sesuai dengan prosedur yang berlaku yaitu: a.
Persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur administrasi yang berlaku yaitu mendapat izin dari Prodi Akademi Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh dan Kepala Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
b.
Setelah memperoleh izin dari Kepala Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan raya, kemudian peneliti meminta kesediaan responden
untuk
berpartisipasi
dalam
penelitian
dengan
cara
menandatangani lembar persetujuan responden yang telah disediakan. c.
Kemudian membagikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara pengisian untuk masing-masing pertanyaan.
d.
Memperoleh surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari Kepala Desa sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
29
F. Pengolahan Data Menurut Arikunto (2006) setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara : a.
Editing Yaitu
mengoreksi
kesalahan-kesalahan
dalam
pengisian
atau pengambilan data. Pada tahap ini dikumpulkan untuk dilakukan pengecekan nama dan identitas responden, mengecek kelengkapan data dengan istrumen pengumpulan data. Setelah diperiksa ternyata responden telah mengisi dengan benar dan semua item pertanyaan sudah dijawab dengan benar. b.
Coding Yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan memberikan kode tertentu. Pada tahap ini data yang diperoleh diberikan angka-angka untuk memudahkan pengenalan data.
c.
Transfering Yaitu data yang telah diberikan kode di susun secara berurutan dari responden pertama sampai dengan responden terakhir, kemudian dimasukkan kedalam tabel. Apabila ada kode responden yang tertinggal dan belum di transfer ke tabel penulisan mengulangnya kembali sampai semua data masuk ke dalam tabel dan benar.
d.
Tabulating Yaitu penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan secara narasi. Data-data yang telah di sajikan dalam bentuk tabel, maka penulis menjelaskannya lagi dalam
30
bentuk narasi yaitu isi atau penjelasan dari tabel yang telah terisi dari hasil dan data-data responden.
G. Definisi operasional No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala ukur
Hasil ukur
Variabel Dependen 1.
Kesiapan Ibu dalam Persiapan Wawancara menghadapi mental, seorang ≥ 75-100% menopause ibu dalam masa > 75% menopouse Variabel Independen 1. Dukungan Keluarga Motivasi yang di Wawancara berikan kelurga ≥ 75-100% > 75%
kuesioner Ordinal
2.
kuesioner Nominal
3.
Olah raga
Aktifitas Fisik Wawancara yang dilakukan ≥ 75-100% ibu > 75%
Pola Makan
Kebiasaan ibu dalam mengkonsumsi makanan
- Siap - Tidak siap
kuesioner Ordinal
-Mendukung -Tidak mendukung
Wawancara kuesioner Ordinal > 5,41dari total skor = 5,41 total skor < 5,41 dari total skor
- Ada - Tidak ada -Baik -Cukup - Kurang
H. Analisa Data Teknik Analisa Data yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmojo, 2010).
31
1.
Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel yang diteliti. Selanjutnya data yang telah diolah dari kuesioner dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi, kemudian di persentase ke tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus sudijono (2005) sebagai berikut: P=
f x100% N
Keterangan : P = persentase F = Frekuwensi n = jumlah sampel
2. Analisa Bivariat Analisis
ini
digunakan
untuk
menguji
hipotesis
dengan
menentukan hubungan antar variabel independen dan dependen melalui uji Chi-Squaer Tes (
), untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan
statistik antara 2 variabel digunakan batas kemaknaan 0,05% (95%) (p < 0,05), karena pada umumnya penelitian-penelitian dibidang pendidikan menggunakan taraf signifikan 0,05 (Arikunto, 2006). Rumus : x2 =
∑[(
)]
Keterangan : x2 = Chi-Squaer test O = Frekuensi observasi
32
E = Frekuensi harapan Aturan yang berlaku untuk uji (Chi-square), untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut : 1) Bila pada tabel contingency 2x2 di jumpai nilai e (harapan) kurang 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2) Bila pada tabel kontngency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah continuty Correction. 3) Bila tabel contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah pearson Chi-Square. 4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel denagn nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi tabel Contingency 2x2
33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Ujung Sikuneng teletak di Kecamatan Kuala Kabupatean Nagan Raya, terdapat jumlah penduduk 535 jiwa, yang terdiri dari 149 KK, jumlah laki-laki 258 jiwa, dan perempuan 277 jiwa, batas-batas wilayah penduduk sikuneng sebelah timur berbatasan dengan Desa Blang Bintang, sebelah barat berbatAsan dengan Kabupaten Aceh Barat, sebelah utara berbatasan dengan Desa Blang Baro, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pulo Ie, luas wilayah Desa Sikuneng 830 m, panjang 500 m. B. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 12-13 Februari 2014. Dari data yang dikumpulkan terdapat 43 responden yang dijadikan sampel dari seluruh populasi yaitu seluruh ibu yang umurnya 40-45 di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya, data dikumpulkan melalui kuesioner, data dari hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut :
34
34
1. Analisa Univariat a. Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse . Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No
Kesiapan Ibu Menghadapi Frekuensi Menopouse 1. Siap 16 2. Tidak siap 27 Jumlah 43 Sumber : Data Primer diolah tahun 2014
(%) 37,2 62,8 100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu tidak siap dalam menghadapi menopouse yaitu sebanyak 27 responden (62,8%). b. Dukungan keluarga Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dukungan kelurga terhadap Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No 1. 2. 3.
Dukungan keluarga Frekuensi Baik 22 Cukup 23 Kurang 33 Jumlah 78 Sumber : Data Primer diolah tahun 2014
(%) 28,2 29,5 42,3 100
35
Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu tidak mendapat dukungan dari keluarga yaitu sebanyak 28 responden (65,1%). c. Olah raga Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi olah raga terhadap Distribusi Frekuensi Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No 1 2.
Olah raga Frekuensi Ada 15 tidak ada 28 Jumlah 43 Sumber : Data Primer diolah Tahun 2014
(%) 34,9 65,1 100
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang diteliti di temukan sebagian besar ibu dengan kesiapan menghadapi menopouse yang tidak ada olah raga yaitu sebanyak 28 responden (65,1%). d.
Pola makan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi pola makan terhadap Kesiapan Ibu Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No Pola makan frekuensi 1 Baik 13 2 Cukup 12 3 Kurang 18 Jumlah 43 Sumber : Data Primer diolah Tahun 2014
(%) 30,2 27,9 41,9 100
36
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang diteliti di temukan sebagian besar ibu dengan kesiapan dalam menghadapi menopouse yang memiliki pola pola makan kurang yaitu sebanyak 18 respoden (41,9%). 2. Analisa Bivariat a.
Pengaruh dukungan kelurga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Tabel 4.5 Pengaruh dukungan keluraga terhadap Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014
No
1. 2.
Dukungan keluarga
Dukung Tidak mendukung Jumlah Signifikasi : p<0,05
Kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Siap Tidak siap f % f % 13 86,7 2 13,3 3 10,7 25 89,3
f 15 28
% 100 100
16
43
100
37,2
27
62,8
Jumlah
Uji Statistik p-value 0,000
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 15 responden yang memiliki dukungan keluarga terdapat 13 responden (86,7%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 28 responden yang tidak ada dukungan keluarga terdapat 3 responden (10,7%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang
37
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga dalam kesiapan menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014. b. Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Tabel 4.6 Pengaruh olah raga terhadap Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No
1. 2.
Olah raga
Ada Tidak ada Jumlah Signifikasi : p>0,05
Kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Siap Tidak siap f % f % 8 53,3 7 46,7 8 28,6 20 71,4 16 37,2 27 62,8
Jumlah f 15 28 43
% 100 100 100
Uji Statistik p-value 0,103
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 15 responden yang ada olah raga terdapat 8 responden (53,3%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 28 responden yang tidak ada olah raga terdapat 8 responden (28,6%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,103 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh olah raga dalam kesiapan menghadapi
38
menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014. d. Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Tabel 4.7 Pengaruh pola makan terhadap Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No
1. 2. 3
Pola makan
Baik Cukup Kurang Jumlah Signifikasi : p>0,05
Kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Siap Tidak siap f % f % 3 23,1 10 76,9 6 50,0 6 50,0 7 38,9 11 61,1 16 32,2 27 62,8
Jumlah f 13 12 18 43
% 100 100 100 100
Uji Statistik p-value
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 13 responden yang memiliki pola makan baik terdapat 3 responden (23,1%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 12 responden yang memiliki pola makan cukup 6 responden (50,0%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 18 responden yang memiliki pola makan kurang terdapat 7 responden (38,9%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,363 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam
0,363
39
menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
C. Pembahasan 1. Pengaruh dukungan keluarga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse dapat dilihat dari tabel 4.5 diatas, dari 15 responden yang memiliki dukungan keluarga
terdapat 13
responden
86,7% responden yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 28 responden yang tidak ada dukungan keluarga terdapat 3 responden (10,7%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga dalam kesiapan menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014. Menurut Friedman (2008), keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan khususnya ibu
40
dalam menghadapi menopouse. Bila salah satu dari anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka system didalam keluarga akan terganggu. Beberapa tugas dari sebuah keluarga menurut Friedman,(2008) adalah, mengenal masalah, keluarga dituntut mampu mengenali masalah kesehatan yang terjadi dikeluarga, mampu mengambil keputusan yang tepat bila menemukan masalah pada keluarga tersebut, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Dukungan sebuah bimbingan
penghargaan, umpan
Keluarga balik,
bertindak membimbing
sebagai dan
mempengaruhi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota. terjadi lewat ungkapan hormat atau positif untuk pasien, misalnya: pujian atau reward terhadap tindakan atau upaya penyampaian pesan ataupun masalah, keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik seperti dorongan bagi anggota keluarga. Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya
memberikan support,
penghargaan,
perhatian. Dukungan
penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Menurut Cohent & Wils (dalam Orford, 1992), dukungan ini dapat berupa pemberian informasi kepada seseorang bahwa dia dihargai dan diterima, dimana harga diri seseorang dapat
41
ditingkatkan dengan mengkomunikasikan kepadanya bahwa ia bernilai dan diterima meskipun tidak luput dari kesalahan. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses diadakan untuk keluarga (dukungan
bisa
atau
tidak
digunakan,
tetapi
anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan
dan
bantuan
jika
diperlukan).
Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksterna. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial berbeda–beda
dalam
berbagai
tahapan
siklus
kehidupan.
Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya. Hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga, Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Yani (2011), tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan signifikan (p>0,05). Kompensasi tingkat pengetahuan memiliki hubungan lingkungan
(p=0,061),
hubungan
dengan
dukungan
keluarga
dan
menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,05) tentang
42
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse di Wilayah kerja puskesmas Garut . Dari literatu dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. Pada penelitian ini di temukan masalah yaitu terdapat 2 responden yang mempunyai dukungan keluarga baik namun tidak siap dalam menghadapi menopouse, hal tersebut dikarenakan keluarga hanya memberikan kenyamanan fisiknya saja yaitu sering mengajak ibu jalan-jalan pagi, tetapi tidak memberikan support, penghargaan, dan perhatian. 2. Pengaruh olah raga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa Informasi merupakan salah satu faktor yang tidak mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6 diatas, dari
responden yang ada melakukan olah raga dari 15 responden
terdapat 8 responden (53,3%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Dari 28 responden yang tidak melakukan olah raga terdapat 8 responden (28,6%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,103 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh olah raga dalam kesiapan
43
menghadapi
menopouse
di
Desa
Sikuneng
Kecamatan
Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014. Menurut
Depkes (2012) olahraga dapat memberi beberapa
manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan
bahan
menjernihkan
dan
mental,
sisa,
meningkatkan
melenturkan
kulit,
fungsi
jaringan,
merangsang
kesegaran
membantu mempertahankan berat
badan,
memberikan
tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani. Dari hasil penelitian tentang yang dilakukan
peneliti
sebelumnya, tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa olahraga memiliki hubungan signifikan (p>0,05) dalam menghadapi menopouse, kompensasi tingkat olahraga tidak memiliki hubungan (p=0,308), dalam menghadapi menopouse di RW 02 Kelurahan Srangseng Sawah Jakarta Selatan (Piere, 2011). Berdasarkan hasil penelitian, teori dan hasil peneliti sebelumnya diatas peneliti berasumsi bahwa olahraga adalah salah satu faktor yang tidak mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse. Hal ini dikarenakan olah raga salah satu dari kegiatan fisik ibu, yang bisa di dapat
dari
kegiatan
sehari-hari
misalnya
pergi
kerja
dengan
44
menggunakan sepeda, mengerjakan pekerjaan rumah, dan pekerjaan di luar rumah. Dari penelitian ini 8 responden yang tidak ada melakukan olahraga namun siap menghadapi menopouse, hal tersebut dikarenakan olahraga mudah dilakukan. 3.
Pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di ketahui dari 13 responden yang memiliki pola makan baik terdapat 3 responden (23,1%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 12 responden yang memiliki pola makan cukup 6 responden (50,0%) yang siap dalam menghadapi menopouse, dari 18 responden yang memiliki pola makan kurang terdapat 7 responden (38,9%) yang siap dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,363 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014. Pola makan adalah bagian dari pencegahan menopouse dini pada wanita. Disarankan untuk banyak makan makanan yang bersumber dari kedelai yang banyak kandungan phytoestrogen, contohnya adalah tempe, tahu, dan gandum. Phytoestrogen ini
45
bermanfaat untuk membantu dan mengatasi penurunan hormon estrogen pada perempuan yang cukup nsignifikan ketika masa ini berlangsung. Banayak mengkonsumsi anti oksidan. Karena makanan yang banyak mengandung anti oksidan ini bermanfaat untuk menjaga sistem kekebalan tubuh dan juga bersifat mengusir racun dari dalam tubuh dan menunda tanda-tanda penuaan. Untukmengurangi pengeroposan dan patah tulang dengan asupan susu, keju, kacang-kacangan, serta roti. Makan buah-buahan dan sayuran seperti, pepaya, kedelai bengkoang, dan terong untuk pencegahan penuaan dan serangan radikal bebas (Mary Courtney Moore, 2005) Dari hasil penelitian tentang yang dilakukan oleh Viqi (2010), tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki
hubungan
menopouse. Kompensasi
signifikan
(p>0,05)
dalam
menghadapi
tingkat pendidikan memiliki hubungan
(p=0,000), hubungan dengan tingkat ekonomi ibu menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,05) dalam menghadapi menopouse di Kecamatan Layung Kabupaten Aceh Barat. Dari hasil penelitian, pembahasan, dan penelitian sebelumnya peneliti berasumsi bahwa pola makan adalah salah satu faktor yang tidak
46
mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse, pada penelitian ini di temukan 7 responden yang pola makannya kurang namun siap menghadapi menopouse hal ini dikarenakan kebiasan ibuibu di Desa Sikuneng adalah banyak mengkonsumsi sayur-sayuran yang, dan buah buahan yang mengandung banyak anti oksidan dan juga banyak ibu-ibu yang memproduksi tempe dan tahu. Maka dapat disimpulkan bahwa pola makan tidak mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse.
47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB IV sebelumnya, peneliti membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada
pengaruh dukungan keluarga
terhadap kesiapan ibu dalam
menghadapi menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya, ditandai dengan p-value (0,0040 < α- value (0,05). 2. Tidak ada pengaruh olahraga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya., ditandai dengan p-value (0,103) < α- value (0,05). 3. Tidak ada
pengaruh pola makan terhadap kesiapan ibu dalam
menghadapi menopause di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya, ditandai dengan p-value (0,363) < α- value (0,05).
B.
Saran 1. Bagi peneliti Sebagai pengetahuan pembelajaran melakukan penelitian sekaligus
mangaplikasikan
ilmu
yang
sudah
didapat
selama
perkuliahan dan semoga peneliti ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.
48
2. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan pengetahuan dan sumber pustaka untuk peneliti berikutnya. 3. Bagi tempat penelitian Perlu peningkatan frekuensi dukungan keluarga terhadap kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse misalnya dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan oleh petugas kesehatan disaat kegiatan posyandu setiap bulannya.
49
DAFTAR PUSTAKA
Admin.2005. Terjadi Pergeseran Umur Menopause. www.mkia-kr.ugm.ac.id. Diakses tanggal 26 Februari 2010. Arikunto, S., 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta. Halaman : 8. Chaplin, J.P., 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Halaman : 418. Departemen Kesehatan RI. 2009. Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Dorland. 2004. Kamus Kedokteran. Edisi 29. Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Halaman : 1323. Dinas Kesehatan Nagan Raya, 2013. Data penduduk Dinkes Nad, 2013, profil kesehatan provinsi Emma, S.W. 2005. Agar Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia di Masa Menopause. Gramedia. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003. Menopause dan Andropause. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hartono, M. 2005. Mencegah dan Mengatasi Osteoporosis.Puspa Suara. Jakarta. Kasdu, D, 2008. Kiat Sehat dan Bahagia di Umur Menopause. Puspa Swara. Kasdus, B. 2004.Kiat Sehat dan Bahagia di Umur Menopause. Jakarta. Laskito, B. 2004.Kiat Sehat dan Bahagia di Umur Menopause. Dini Kasdu.
50
Lestari, D. 2010. Seluk Beluk Menopause.Cetakan pertama.Garailmu. Yogyakarta.Halaman : 35. Hawari, M.L. 2013.Seminar Menjelang Menopause Tetap Aktif, Sehat, dan Bahagia. Jakarta. Melani.2007. Siapkan Diri Sebelum Menopause Datang. Puspa Suara. Jakarta. Mary Courtney Moore, 2005. Terapi diet dan nutrisi wanita menopouse, hipokrates, jakarta. Ninsih, E., Affandi, B., 2008. Stimulasi Ovarium dan Hubungnnya dengan Umur Terjadinya Menopause. Majalah Obstetri dan Ginekologi.Vol.32 no.4. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Halaman : 242). Notoatmodjo, S., 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Halaman : 121. Pakasi. 2006. Menopause, Masalah, dan Penanggulangannya. Edisi kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Halaman : 6. Piere, 2011. faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopouse. Prawirohardjo. 2004. Menopause dan Andropause. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. Halaman : 331. Poerwodarminto.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi revisi. Balai Pustaka. Jakarta. Sarwono .2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi revisi. Balai Pustaka. Jakarta. ___________, 2005.Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. ______________, 2006.Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Halaman : 23. Suheimi, H.K., 2006. Pola Hidup untuk Meningkatkan Kualitas Wanita
51
Menopause.Majalah Obstetri dan Ginekologi.Vol.30 no.2. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. Halaman : 84. Viqi, 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam menghadapi menopause
52
Lampiran 1 LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Alamat
:
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bersedia menjadi responden dan sampel dalam penelitian ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Ibu dalam Menghadapi Menopouse Di Desa Sikuneng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014. Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya semoga dapat dipergunakan seperlunya. Kuala,
Februari 2014
(…………………………)
53
Lampiran 2
KUESIONER
I. IDENTITAS RESPONDEN No. Responden: Nama
:
Pekerjaan
:
Umur
:
Tanggal :
Petunjuk Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang benar. II. KUESIONER PENELITIAN A. variabel dependen : kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse 1. Apakah selama ini ibu pernah merasa takut dalam memghadapi menopouse. a. Ya b. tidak 2. apakah selama ini ibu merasakan perasaan cemas a. ya b. tidak
54
3. apakah ibu pernah membayangkan hal-hal yang negativ yang tertjadi pada saat ibu menopouse a. ya b. tidak 4. apakah ibu mengalami stres selama menghadapi masa menopouse. a. ya b. tidak 5. apakah ibu pernah berpikir bahwa ketika ibu mengalami menopouse, ibu tidak berfungsi lagi bagi suami. a. ya b. tidak
B. Variabel Idependen : Dukungan keluarga 1. Apakah suami anda pernah menanyakan tentang perubahan yang anda alami selama ini. a. Ya b. tidak 1.
Anak saya selalu mengeluh dengan perubahan keadaan emosi saya. a. ya b. tidak
55
2.
Suami saya selalu memberi semangat
saat mengalami
kecemasan. a. ya b. tidak 3.
Suami bersedia menemani saat saya susah tidaur. a. ya b. tidak
4.
Keluarga selalu menyediakan waktu luang untuk saya, karna mereka memahami apa yang sedang saya alami saat ini ii. Ya iii. tidak
Olah Raga 1. Untuk mengurangi rasa panas pada tubuh bagian atas (dada, leher, dan wajah) ibu selalu melakukan olah raga. a. Ada b. Tidak ada 2. Untuk menjaga kebugaran ibu setidaknya berolah raga seminggu 3 kali. a. Ada b. Tidak ada 3. Selama saya berolahraga penyakit jantung saya terasa lebih baik. a. Ada b. tidak
56
4. Olahraga yang sering saya lakukan adalah senam erobik. a. ada b. tidak ada 5. Selama saya melakukan olahraga saya merasakan banyak manfaat seperti meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. a. Ada b. Tidak ada
Pola makan 1. Karena mengeluarkan banyak keringat ibu harus banyak minum... a. Susu b. air kelapa c. Air putih 2. Untuk
mengurangi
keluhan menghadapi menopouse ibu harus
mengkonsumsi sayur a. Seminggu sekali b. Setiap hari c. Kapan selera 3. Mengkonsumsi buah-buahan setiap hari dapat mengurangi a. Gejala demam b. Gejala menopouse c. Gejala penyakit
57
4. Untuk mengurangi keropos tulang harus banyak mengkonsumsi… a. Air putih b. Susu c. Ikan 5. Untuk mencegah
penyakit jantung dan kanker payudara
Ibu
sebaiknya banyak mengkonsumsi ikan yang banyak mengandung a. Omega-3. b. Protein c. gizi 6. Wanita menopouse dianjurkan untuk mengkonsumsi… a. kedelai b. sayur bayam c. kacang panjang 7. Berapa kali sebaiknya wanita menopouse mengkonsumsi ikan yang mengandung omega-3 dalam seminggu?. a. 2 kali b. 3 kali c. 4 kali 8. Untuk mengatasi perut kembung pada wanita menopouse harus mengkonsumsi… a. Buah b. Telor c. Gandum dan sereal
58
9. Jenis-jenis ikan yang banyak mengandung omega-3 adalah… a. Lele b. Gabus c. salmon 10. Teh herbal berfungsi untuk… a. Memberikan sensasi relaksasi b. Mehilangkan rasa haus c. Memberikan rasa aman
59
Lampiran 3 TABEL SKORING A. Variabel Dependen Tabel 1. Variabel kesiapan ibu dalam menghadapi menpouse No urut No
Variabel
pertanyaan
Bobot skor A
B
1
1
1
0
2
2
1
0
Kesiapan
ibu
Rentang
Siap ≥ 75100%
3
dalam
3
1
0
Tidak siap
4
menghadapi
4
1
0
<75%
5
1
0
5
menopouse
B. Variabel Independen
Tabel 2. Variabel dukungan keluarga No urut No
Variabel
pertanyaan
Bobot skor A
B
1
1
1
0
2
2
1
0
3
1
0
4
1
0
5
1
0
3 4 5
Dukungan keluraga
Rentang
Dukung ≥ 75-100% Tidak mendukung <75%
60
Tabel 3. Variabel olah raga
No urut No
Variabel
Bobot skor
pertanyaan
A
B
1
1
1
0
2
2
1
0
Rentang
Ada ≥ 75-
Olah raga
100%
3
3
1
0
Tidak tidak
4
4
1
0
ada<75%
5
5
1
0
Tabel 5. Variabel pola makan No
Variabel
No urut
Bobot skor
Pertanyaan
A
B
C
1
1
0
1
2
2
2
1
2
0
3
3
0
2
1
4
4
0
2
1
Rentang
Baik : > 5,41 dari total skor Cukup: = 5,41
5
5
2
1
0
dari total skor
6
6
2
0
1
Kurang : <
7
7
2
1
0
8
8
0
1
2
9
9
0
1
2
10
10
2
0
1
Pola makan
5,41 dari total skor
61
Frequency Table kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
siap
16
37.2
37.2
37.2
tidak siap
27
62.8
62.8
100.0
Total
43
100.0
100.0
dukungan keluarga Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
dukung
15
34.9
34.9
34.9
tidakmendu
28
65.1
65.1
100.0
43
100.0
100.0
kung Total
Olahraga Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ada
15
34.9
34.9
34.9
tidak ada
28
65.1
65.1
100.0
Total
43
100.0
100.0
Polamakan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
baik
19
44.2
44.2
44.2
cukup
11
25.6
25.6
69.8
kurang
13
30.2
30.2
100.0
Total
43
100.0
100.0
62
dukungan keluarga * kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse Crosstab kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse siap dukungan
dukung
keluarga
tidak siap
Total
Count
13
2
15
Expected Count
5.6
9.4
15.0
86.7%
13.3%
100.0%
3
25
28
10.4
17.6
28.0
10.7%
89.3%
100.0%
16
27
43
16.0
27.0
43.0
37.2%
62.8%
100.0%
% within dukungan keluarga tidakmendu
Count
kung
Expected Count % within dukungan keluarga
Total
Count Expected Count % within dukungan keluarga
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
sided)
sided)
(1-sided)
a
1
.000
Continuity Correction
20.975
1
.000
Likelihood Ratio
25.917
1
.000
Pearson Chi-Square
24.117 b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
.000 23.556
1
.000
43
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.58. b. Computed only for a 2x2 table
olahraga * kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
.000
63
Crosstab kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse siap olahraga
ada
Count
tidak ada
7
15
5.6
9.4
15.0
53.3%
46.7%
100.0%
8
20
28
10.4
17.6
28.0
28.6%
71.4%
100.0%
16
27
43
16.0
27.0
43.0
37.2%
62.8%
100.0%
Count Expected Count % within olahraga
Total
Count Expected Count % within olahraga
Total
8
Expected Count % within olahraga
tidak siap
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig. (1-
(2-sided)
(2-sided)
sided)
a
1
.109
Continuity Correction
1.613
1
.204
Likelihood Ratio
2.534
1
.111
Pearson Chi-Square
2.563 b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
.185 2.504
1
.114
43
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.58. b. Computed only for a 2x2 table
.103
64
polamakan * kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse
Crosstab kesiapan ibu dalam menghadapi menopouse siap polamakan
baik
tidak siap
Count
4
15
19
7.1
11.9
19.0
21.1%
78.9%
100.0%
7
4
11
4.1
6.9
11.0
63.6%
36.4%
100.0%
5
8
13
4.8
8.2
13.0
38.5%
61.5%
100.0%
16
27
43
16.0
27.0
43.0
37.2%
62.8%
100.0%
Expected Count % within polamakan cukup
Count Expected Count % within polamakan
kurang
Count Expected Count % within polamakan
Total
Count Expected Count % within polamakan
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
2
.067
Likelihood Ratio
5.465
2
.065
Linear-by-Linear Association
1.402
1
.236
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
5.420
43
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.09.
Total
65
YAYASAN PENDIDIKAN U’BUDIYAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) BANDA ACEH Jalan Alue Naga Desa Tibang Banda Aceh Telepon (0651) 7555566 KARTU BIMBINGAN SKRIPSI T.A 2013/2014
Nama Mahasiswa
: Sulasm R
NIM
: 121010210177
Prodi
: D-IV Kebidanan
Judul Skripsi
:Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam memilih Penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
Pembimbing
: Muhammad Idrus,SKM.M.Kes Kegiatan Bimbingan Proposal
No
Tgl
Bimbingan
Masukan/Saran
1 2 3 4 5
16/12-2013 24/12-2013 6/1-2014 9/1-2014 15/1-2014
Acc Judul Konsul bab I Konsul Bab II dan Bab III Konsul II dan Bab III Konsul Bab IV
Lanjutan Bab I Lanjut Bab II dan III Perbaikan Bab I dan II Perbaikan ketikan Perbaikan Bab III dan lanjut Bab IV
6 7
21/1-2014 28/1-2014
Konsul Kuesioner Konsul kuesioner
Perbaikan Kuesioner Perbaikan kuesioner dan daftar pustaka
8 9 10
5/2-2014 15/2-2014 20/2-2014
Acc Konsul bab V Konsul bab V
Seminar Perbaikan Bab V ACC Sidang
Paraf