I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian
Negara
Indonesia.
Sebagian
besar
masyarakat
Indonesia
menggantungkan kehidupan mereka pada sektor pertanian. Berdasarkan data yang terlihat pada Tabel 1, sebesar 14,39 persen penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor pertanian. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun 2008 No
Sektor Usaha
PDB (persen)
1
Industri pengolahan
27,87
2
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
14,39
3
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
13,97
4
Pertambangan dan Penggalian
10,97
5
Jasa-jasa lain
9,76
6
Bangunan
8,46
7
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
7,44
8
Pengangkutan dan Komunikasi
6,31
9
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,82
Total PDB
100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)
Sektor pertanian terdiri dari beberapa sektor, yaitu subsektor pangan, hortikultura, dan perkebunan. Salah satu sektor yang cukup penting adalah subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan biofarmaka atau obat-obatan. Menurut data Departemen Pertanian Republik Indonesia (2009), nilai Produk Bruto (PDB) subsektor hortikultura dari tahun 2004 hingga 2008 mengalami peningkatan setiap tahun seperti digambarkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku Periode 2004-2008 No
Kelompok Komoditas
Nilai PDB (Milyar Rp.) 2004
2005
2006
2007
2008
Persentase Pertumbuhan Pertahun (%) 2005 2006 2007 2008
1
Buah-buahan
30.765 31.694 35.448 42.362 42.660
1,49
5,59
8,89
0,35
2
Sayuran
20.749 22.630 24.694 25.587 27.423
4,34
4,36
1,78
3,46
3
Biofarmaka
4
Tanaman Hias
722
2.806
3.762
4.105
4.118
59,07
14,56
4,36
0,16
4.609
4.662
4.734
4.741
6.091
0,57
0,77
0,07
12,46
Total Hortikultura 56.844 61.792 68.639 76.795 80.292
4,17
5,25
5,61
2,23
Sumber : Ditjen Hortikultura (2009)
Sebagai penyumbang PDB pertanian yang cukup penting, subsektor hortikultura juga berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Subsektor hortikultura merupakan komoditas pertanian yang penting dan berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu bagian subsektor hortikultura yang cukup penting adalah sayuran. Pada tahun 2004-2008, perkembangan PDB sayuran terus meningkat dari 20.749 Milyar Rupiah pada tahun 2004 menjadi 27.423 Milyar Rupiah pada tahun 2008 (Ditjen Hortikultura, 2009). Dari sisi ekonomi, sayuran merupakan tanaman hortikultura yang penting karena mampu memberikan sumbangan kepada PDB hortikultura terbesar kedua setelah buah-buahan (Ditjen Hortikultura 2009). Kebutuhan sayuran akan selalu mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita penduduk Indonesia. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2009, pada tahun 2002 konsumsi sayuran per kapita Indonesia sebesar 32,89 kg/tahun, pada tahun 2005 meningkat 7,4 persen menjadi 35,33 kg/tahun dan pada tahun 2008 sebesar 39,45 kg/tahun atau meningkat sebesar 11,7 persen dari tahun 2005 (Lampiran 3). Pemenuhan kebutuhan akan produk pertanian sebagian besar disuplai dari perdesaan. Menurut Djakapermana (2003), kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangunan di kawasan perdesaan. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan. Pengembangan agropolitan ini dilakukan agar terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan
2
agropolitan sebagai penyedia produk pertanian dengan wilayah kabupaten, kota maupun provinsi sebagai daerah konsumsi komoditas pertanian. Program Pengembangan Agropolitan telah memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap perekonomian perdesaan sehingga sejak tahun 2003 Indonesia telah berada pada fase percepatan pertumbuhan ekonomi menuju pertumbuhan berkelanjutan (Wibowo, 2004). Menurut Departemen Pertanian (Deptan) tahun 2008, kawasan rintisan agropolitan dengan komoditas unggulan sayuran adalah kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat. Agropolitan Cianjur merupakan salah satu agropolitan yang cukup sukses karena banyak dikunjungi negara asing, sebagai tempat penelitian, dan sayurannya yang berkualitas baik. Kawasan agropolitan Cianjur memiliki beberapa komoditas unggulan seperti wortel, bawang daun, kubis, petsai, dan lobak (Tabel 3). Dilihat dari jumlah produksi (ton), wortel dan bawang daun merupakan dua komoditas yang paling banyak dibudidayakan di kawasan agropolitan Cianjur. Tabel 3. Produksi Sayuran di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2005-2009 Jenis Sayuran Wortel Bawang Daun Kubis Petsai/ Sawi Lobak
Produksi (ton) 2005
2006
25.547,1 13.813,5
2007
2008
12.469 10.480,7
2009
Persentase Pertumbuhan Pertahun (%) 2006 2007 2008 2009
7.157
-29,81
-5,12
-8,66
-18,84
7.774,5
7.392,2
8.644
4.181,3
7.114
-2,52
7,81 -34,80 25,96
5.682
2.401,1
1.640
3.237,8
2.531
-40,59
-18,83
32,76 -12,25
1.544
1.619
332
1.733
1.093
2,37
-65,97
67,85 -22,65
1.558
3.264
4.498
2.769
3.745
35,38
15,90 -23,79 14,98
Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009)
Pada tahun 2005, produksi wortel di kawasan agropolitan Cianjur terus mengalami penurunan hingga tahun 2009 menjadi 7.157 ton. Sementara itu, bawang daun mengalami fluktuasi produksi dari tahun 2005-2009. Pada tahun 2006 produksi bawang daun mengalami penurunan menjadi 7.392,2 ton, lalu meningkat pada tahun 2007 menjadi 8.644 ton, kemudian menurun kembali pada tahun 2008 menjadi 4.181,3 ton hingga akhirnya meningkat lagi sebesar 7.144 ton pada tahun 2009.
3
Tabel 4.
Produksi, Luas Panen, Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2005-2009 Wortel
Tahun
Bawang Daun
2005
25.547,1
Luas Panen (Ha) 671
2006
13.813,5
562
24,58
7.392,2
263
28,11
2007
12.469
370
33,7
8.644
395
21,88
2008
10.480,7
442
23,77
4.181,3
383
10,92
2009
7.157
231
30,98
7.144
322
22,19
Produksi (ton)
Produk tivitas (Ton/Ha) 38,07
7.774,5
Luas Panen (Ha) 287
Produk tivitas (Ton/Ha) 27,09
Produksi (ton)
Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009)
Wortel dan bawang daun juga merupakan dua komoditas unggulan di Kabupaten Cianjur. Jumlah produksi wortel menempati urutan pertama terbesar dan produksi bawang daun menempati urutan kedua terbesar dari 23 jenis sayuran yang ada di kabupaten Cianjur dari tahun 2001 hingga 2008 (Lampiran 4). Produktivitas wortel dan bawang daun di kabupaten Cianjur juga mengalami fluktuasi produksi tiap tahunnya (Tabel 5). Tabel 5. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kabupaten Cianjur Tahun 2003-2008 Wortel Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Produktivitas (Ton/Ha) 26,77 31,11 30,41 23,82 19,04 23,71
Persentase Pertumbuhan Pertahun (%) 0 7,50 -1,14 -12,15 -11,15 10,92
Bawang Daun Produktivitas (Ton/Ha) 26,35 26,10 26,36 26,72 17,56 10,99
Persentase Pertumbuhan Pertahun (%) 0 -0,48 0,50 0,68 -20,69 -23,01
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2009)
Dilihat dari sakala nasional, produktivitas wortel dan bawang daun ternyata juga mengalami fluktuasi produktivitas (Tabel 6). Wortel dan bawang daun termasuk ke dalam 10 komoditas sayuran unggulan Negara Indonesia dilihat dari jumlah produktivitasnya pada tahun 2008 (Lampiran 5). Produktivitas
4
nasional wortel terus mengalami penurunan dari tahun 2003 hingga tahun 2008. Sedangkan produktivitas nasional bawang daun mengalami fluktuasi. Tabel 6. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Indonesia Tahun 2004-2008 Wortel Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Produktivitas (Ton/Ha) 16,55 17,53 17,85 16,97 14,78 14,67
Persentase Pertumbuhan Pertahun (%) 0 2,88 0,90 -2,53 -6,90 -0,37
Bawang Daun Produktivitas (Ton/Ha) 8,99 10,4 11,04 11,13 10,11 10,65
Persentase Pertumbuhan Pertahun (%) 0 7,27 2,99 0,41 -4,80 2,60
Sumber : Ditjen Hortikultura (2009)
Produktivitas dari wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur
yang relatif berfluktuasi mengindikasikan adanya risiko pada proses
produksi. Adanya faktor risiko berpotensi menurunkan produksi kedua komoditas tersebut. Hasil produksi yang menurun bisa menyebakan potensi kerugian bagi pelaku usaha (petani). Agar potensi kerugian akibat fluktuasi produktivitas wortel dan bawang daun tidak terjadi maka kajian tentang risiko produksi cukup dibutuhkan petani. Berdasarkan keterangan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengkaji bagaimana tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di Kabupaten Cianjur khususnya di kawasan agropolitan Cianjur.
1.2 Perumusan Masalah Wortel dan bawang daun merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup penting dikonsumsi. Konsumsi wortel dan bawang daun yang cukup tinggi mengindikasikan permintaan kedua komoditas tersebut juga turut meningkat. Konsumsi wortel Nasional meningkat dari 0,94 kg/tahun pada tahun 2006 menjadi 1,14 kg/tahun pada tahun 2008 dan volume impor bawang daun meningkat 929.132 kg/tahun pada tahun 2007 menjadi 972.390 kg/tahun pada tahun 2008 (Ditjen Hortikultura, 2010). Hal ini merupakan peluang pasar untuk memenuhi permintaan konsumen.
5
Petani sayuran di kawasan agropolitan memasarkan produk mereka di sekitar wilayah Cianjur dan Jabodetabek seperti, Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Bogor, Pasar Depok, Pasar Tangerang, Pasar Bekasi dan Pasar Cianjur. Selain pasar yang disebutkan di atas, pemasaran sayuran juga dilakukan ke restoran, hotel, dan supermarket. Khusus pemasaran sayuran ke restoran dan hotel hanya berada di wilayah Puncak-Cipanas. Pemasaran sayuran ke restoran, hotel, dan supermarket lebih sulit penanganannya dibandingkan dengan pemasaran ke pasar tradisional (Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Bogor, Pasar Depok, Pasar Tangerang, Pasar Bekasi dan Pasar Cianjur). Pemasaran sayuran ke restoran, hotel, dan supermarket membutuhkan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang sudah ditentukan sesuai dengan kontrak pembelian, seperti spesifikasi kualitas produk. Pemasaran sayuran di kawasan agropolitan Cianjur terutama komoditas wortel dan bawang daun ke pasar tradisional maupun restoran, hotel, dan supermarket dilakukan setiap hari. Maka dari itu untuk memenuhi permintaan sayuran terutama wortel dan bawang daun dibutuhkan kontinuitas produksi kedua komoditas tersebut agar pemasaran keduanya tidak terhambat. Harga jual wortel dan bawang daun dari petani merupakan harga yang ditentukan oleh harga kesepakatan pasar yang umumnya berdasarkan kondisi permintaan dan penawaran dari Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Namun, beberapa petani yang bisa memasarkan produk mereka ke restoran, hotel, atau supermarket mendapatkan harga yang umumnya lebih tinggi dibandingkan harga yang ditentukan pasar. Pada waktu pengambilan data, rata-rata petani memperoleh harga wortel sebesar Rp 1.500 per kilogram dan harga bawang daun sebesar Rp 2.500 per kilogram untuk pemasaran ke pasar Cianjur dan Jabodetabek. Produktivitas wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur mengalami fluktuasi dari tahun 2005-2009 (Gambar 1). Produktivitas wortel terus mengalami fluktuasi tiap tahunnya dan produktivitas bawang daun terus mengalami penurunan meskipun pada tahun 2008 mulai meningkat. Gambaran mengenai tingkat produktivitas wortel dan bawang daun seperti yang terlihat pada Gambar 1 menunjukkan produktivitas kedua sayuran tersebut relatif berfluktuasi dengan produktivitas yang cenderung menurun. Produktivitas yang cenderung menurun mengindikasikan adanya faktor risiko pada kegiatan produksi kedua
6
komoditas tersebut. Faktor risiko pada kegiatan produksi wortel dan bawang daun disebabkan oleh adanya ketergantungan aktivitas produksi wortel dan bawang daun pada faktor produksi yang meliputi benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian seperti, pengairan, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca.
Gambar 1. Tingkat Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2005-2009 Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009)
Berbagai permasalahan pada aspek produksi dapat memberikan gambaran terhadap kemungkinan adanya faktor risiko produksi dari wortel dan bawang daun. Dari kondisi tersebut, pengembangan bisnis komoditas wortel dan bawang daun memiliki potensi risiko yang dapat menimbulkan kerugian. Jika terjadi masalah dalam kegiatan produksi maka kegiatan pemasaran pun akan ikut terhambat. Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.
2.
Bagaimana alternatif penanganan untuk mengatasi risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.
7
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah : 1.
Menganalisis tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.
2.
Menganalisis alternatif penanganan risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu : 1.
Bagi petani wortel dan bawang daun khususnya di kawasan agropolitan Cianjur, penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam manajemen risiko yang terjadi dalam pengembangan usahanya.
2.
Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis wortel dan bawang daun.
3.
Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis mengenai risiko agribisnis.
4.
Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1.
Komoditas yang dikaji adalah wortel dan bawang daun. Hal ini dikarenakan komoditas ini adalah komoditas unggulan di kawasan agropolitan Cianjur.
2.
Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif penanganan untuk mengatasi risiko produksi tersebut.
3.
Penelitian ini menggunakan data input output usahatani selama tiga musim tanam pada tahun 2009-2010. Data tersebut digunakan untuk mengetahui gambaran umum usahatani wortel dan bawang daun. Sementara itu, untuk menganalisis tingkat risiko produksi menggunakan data output selama 10 kali musim tanam.
8