BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Jumlah penduduk Indonesia menurut Badan Pusat Statistik Indonesia hampir mencapai 250.000.000 jiwa. Sebagai kebutuhan pokok, barang konsumsi merupakan barang yang tidak dapat hilang dari kehidupan semua orang. Perusahaan yang bergerak di bidang barang konsumsi mampu memenuhi kebutuhan pokok ke 250.000.000 warga negara Indonesia. Sifat barang yang diproduksi membuat perusahaan barang konsumsi sangat menguntungkan. Ini juga disebabkan karena peluang yang dimiliki oleh perusahaan barang konsumsi tersebut sangat besar dengan market size yang semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Data yang didapat didalam Badan Pusat Statistik Indonesia juga turut menyatakan bahwa pada tahun 2013, jumlah PDB Indonesia adalah Rp. 9.084 trilliun. 55,82% dari angka tersebut didominasi oleh konsumsi rumah tangga, yang berarti sekitar Rp. 5.071 trilliun.
Menurut IDX, pada tahun 2013 terdapat 37 perusahaan yang bergerak di bidang barang konsumsi. Dengan banyaknya perusahaan tersebut, setiap perusahaan akan bersaing dengan ketat dan akan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki oleh setiap perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Perusahaan yang menerapkan prinsip going concern akan berusaha untuk
12
meningkatkan kinerja perusahaannya dan untuk terus berkembang dari waktu ke waktu, perusahaan tersebut juga memerlukan suntikan modal.
Dalam melakukan ekspansi, perusahaan membutuhkan dana yang relatif besar. Dana tersebut bisa diperoleh melalui pinjaman hutang maupun penerbitan saham. Setiap metode memiliki keuntungan maupun kerugiannya masing-masing. Dengan menerbitkan saham, perusahaan tidak akan mendapatkan beban hutang dan juga bunga yang harus dibayar. Selain itu, dengan menerbitkan saham, perusahaan juga tidak diwajibkan untuk membayar dividen setiap periode. Keuntungan dalam menerbitkan saham seringkali menjadi salah satu penyebab dari banyaknya perusahaan yang turut melepaskan saham di pasar modal.
Saham juga memiliki keuntungan tersendiri bagi investor. Dengan membeli sebagian dari saham perusahaan tersebut, maka para investor juga memiliki sebagian kepemilikan dari perusahaan tersebut, yang umum disebut hak suara. Apabila suatu saham yang dimiliki oleh investor cukup signifikan dalam suatu perusahaan, Maka, investor tersebut juga dapat mempengaruhi keputusankeputusan yang diambil oleh perusahaan. Salah satu hal lagi yang membuat saham begitu menarik adalah karena saham mampu digunakan sebagai salah satu sarana investasi. Investasi saham mampu memberikan capital gain, atau kenaikan harga yang terkadang bisa berkali lipat dari saham itu sendiri yang juga turut memberikan keuntungan bagi investor. Selain dari capital gain, investor juga dapat memperoleh dividen apabila perusahaan mengeluarkan dividen.
13
Prinsip high risk high return juga berlaku didalam investasi saham. Walaupun return yang diberikan cukup besar, saham juga memberikan tingkat resiko yang sebanding. Bila perusahan tersebut dilikuidasi, maka para pemegang saham yang merupakan bagian dari pemilik perusahaan akan mendapat prioritas terakhir dalam pengembalian dana. Selain kerugian tersebut, para pemegang saham juga dapat menerima capital loss dimana harga saham yang sekarang mereka miliki menurun karena beberapa faktor. Dividen yang bisa diterima oleh para pemegang saham juga belum tentu dapat diterima secara periodik.
Oleh karena ketidakpastian dunia saham, dan juga return yang didapat bisa malah menjadi kerugian, maka dikembangkan dua macam analisa yang dapat membantu perusahaan dalam menentukan pilihan terhadap saham mana yang harus dibeli. Menurut Susanto, 2010, ada dua jenis analisa keuangan yang dikembangkan, yaitu analisa teknikal dan fundamental. Analisa teknikal menganalisis segala datadata historis perdagangan saham yang diberikan perusahaan untuk dapat memprediksi harga saham di masa mendatang. Dalam menganalisis secara teknikal, beberapa indikator perdagangan digunakan; seperti misalnya ADX, Bollinger Bands, Stockhastic, MACD, MFI, Profitunity (aligator) dan lain sebagainya. Sementara, analisa fundamental lebih mempertimbangkan pada kondisi internal dan eksternal dari perusahaan yang bersangkutan, dalam hal ini, investor dapat menggunakan beragam media berita untuk dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan.
14
Kinerja keuangan dari suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Penerbitan laporan keuangan secara rutin merupakan salah satu kewajiban yang diberikan oleh BAPEPAM kepada investor, agar investor dapat menimbang saham-saham mana yang dapat dibeli. Dengan penerbitan laporan keuangan ini, analisa teknikal juga dapat dilakukan. Laporan keuangan tahunan perusahaan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan Restatement. Berdasarkan analisa teknikal yang digunakan terhadap laporan keuangan, maka investor dapat menganalisis perusahaan yang sesuai. Apabila kinerja perusahaan cukup baik, maka saham dari perusahaan tersebut akan meningkat nilainya.Namun, jika kinerja perusahaan tidak begitu baik, maka harga saham dari perusahaan tersebut akan mengalami penurunan.
Salah satu bentuk analisis teknikal yang digunakan oleh investor adalah dengan menghitung rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Kieso et.al., 2013). Rasio keuangan secara garis besar dibagi menjadi 4 jenis, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas. Penelitian ini juga ingin menggunakan 4 jenis rasio keuangan tersebut untuk dapat meneliti pengaruh rasio tersebut terhadap harga saham.
Rasio likuiditas merupakan gambaran singkat mengenai seberapa cepat perusahaan mampu membayar kewajiban lancar yang dimiliki dengan aset lancar
15
yang dia miliki. Rasio ini cukup penting untuk dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang. Sebesar apapun aset perusahaan, apabila tidak cukup likuid, maka perusahaan tidak akan mampu membayar hutang-hutang yang dia miliki. Salah satu bentuk rasio likuiditas yang umum digunakan adalah current ratio. Current ratio menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek dengan aset lancar yang dimilikinya. Apabila, perusahaan memiliki kemampuan untuk terus melunasi hutang jangka pendek tepat pada waktunya, maka aktivitas operasional perusahaan akan berjalan dengan lancar karena para pemberi pinjaman tidak akan ragu-ragu untuk meminjamkan kembali uang yang mereka miliki. Aktivitas operasional yang lancar tentu akan meningkatkan kinerja perusahaan dengan baik dan pada akhirnya perusahaan mampu memberikan return positif bagi investor. Setelah mendapatkan laba yang tinggi, investor akan menilai perusahaan tersebut dan tentu akan lebih tertarik dibandingkan perusahaan yang tidak mampu menghasilkan laba. Dengan demikian, harga saham akan meningkat, demikian pula dengan return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Malintan (2013) menyebutkan pengaruh likuiditas yang diproksikan dengan current ratio tidak mempengaruhi return saham perusahaan manufaktur. Meski demikian, current ratio dan earning per share diketahui secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan. Penelitian Pande (2014) juga menyebutkan bahwa current ratio tidak berpengaruh terhadap return saham.
16
Rasio solvabilitas atau dapat dikenal dengan rasio leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya dengan seluruh aset dan ekuitas yang dimiliki seperti apabila suatu perusahaan dilikuidasi. Rasio solvabilitas juga dapat mengukur seberapa besar hutang yang digunakan untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Semakin tinggi rasio solvabilitas dari perusahaan, maka akan semakin tinggi juga kemampuan perusahaan untuk dapat menciptakan penghasilan dari utang yang didapat. Namun, perusahaan dengan komposisi hutang yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekuitasnya lebih beresiko dalam melakukan aktivitas operasionalnya. Perusahaan tersebut tidak memiliki jaminan yang cukup atas segala aset yang dimilikinya. Bila perusahaan mendapat ancaman untuk dilikuidasi, tidak semua shareholder akan mendapatkan pengembalian dari investasi mereka. Return yang seharusnya dimiliki oleh shareholder tersebut akan digunakan untuk membayar hutang terlebih dahulu. Rasio solvabilitas yang sering dipakai adalah debt to equity ratio. Debt to Equity ratio mampu membandingkan jumlah hutang dari suatu perusahaan dengan ekuitas dari perusahaan tersebut. Perusahaan dengan nilai debt to equity ratio yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan tersebut sangat tergantung dengan hutang, sebab hampir seluruh aset merupakan hutang. Apabila nilai debt to equity ratio rendah, maka hampir seluruh aset yang dimiliki perusahaan tersebut terdiri sebagian besar dari ekuitas. Perusahaan yang memiliki debt to equity ratio yang rendah lebih dipilih oleh investor konservatif, karena apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, maka akan tersisa banyak aset untuk membayar kembali investasi dari investor.
17
Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki nilai debt to equity ratio yang rendah memiliki nilai resiko yang lebih rendah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pande (2014), debt to equity ratio berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hal serupa juga dinyatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Turyanto (2011), bahwa debt to equity ratio memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap harga saham. Hal yang berbeda dinyatakan oleh Kurniawan, (2013) yang menyatakan hal sebaliknya bahwa nilai debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Rasio profitabilitas memberikan ringkasan penghitungan mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Perusahaan dengan nilai rasio profitabilitas yang tinggi dapat memberikan gambaran bagi perusahaan. Sebab para investor cenderung lebih percaya kepada perusahaan yang mampu menghasilkan keuntungan dengan baik. Perusahaan yang mampu menghasilkan keuntungan akan mampu untuk memberikan keuntungan juga bagi para investornya. Earnings per Share adalah salah satu rasio keuangan profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam setiap lembar saham yang ada. Perusahaan yang memiliki nilai earning per share yang tinggi memberikan indikasi kemampuan perusahaan dalam mengolah dana yang diperoleh melalui saham. Perusahaan yang memiliki nilai earning per share tinggi tentu akan lebih dipilih dibanding perusahaan yang memiliki nilai earning per share
18
rendah. Oleh karena itu, dengan meningkatnya demand atas saham perusahaan yang memiliki nilai earning per share yang tinggi, maka harga dari saham tersebut akan naik juga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013) menyatakan bahwa earning per share memiliki pengaruh terhadap return saham. Kesimpulan yang berbeda diambil oleh Susilowati dan Turyanto (2011) yang justru menyatakan bahwa earning per share tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang dimilikinya. Semakin besar ROA, semakin baik juga kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan memiliki ROA yang tinggi, para investor akan banyak yang tertarik untuk menanamkan modalnya.Hal inni akan memicu meningkatnya harga saham dan meningkatkan return dari saham tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan Nugroho dan Daljono (2013), ROA terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Malintan (2013) dalam penelitiannya juga menyatakan yang sama bahwa ROA berpengaruh positif. Namun hal ini tidak didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Turyanto (2011) yang menyatakan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan berbagai penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, maka peneliti ingin untuk menguji kembali dampak dari keempat rasio keuangan terhadap harga saham. Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Susilawati dan Turyanto (2011) dengan variabel
19
Current Ratio (CR) sebagai rasio likuiditas dan Earnings per Share (EPS) sebagai rasio profitabilitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah :
1. Penambahan variabel independen
Penelitian ini menambah variabel independen berupa pengaruh rasio solvabilitas yang diproksikan dengan debt to equity ratio dengan mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Estuari (2010) dan rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio dengan mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Meythi (2011).
2. Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur pada sektor barang konsumsi yang secara berturut-turut terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013. Penelitian sebelumnya menggunakan objek perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013.
Judul
dari
penelitian
ini
adalah
“Pengaruh
Rasio
Likuiditas,
Profitabilitas, dan Solvabilitas terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013)”.
20
1.2. Batasan Masalah Beberapa pembatasan konsep diberlakukan terhadap penelitian ini, yakni: 1. Variabel dependen (Y) adalah rata-rata harga saham penutupan setiap hari. Variabel independen (X) adalah rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio, rasio profitabilitas yang diproksikan dengan earnings per share dan return on asset, rasio leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio. 2. Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berturut-turut pada periode 2011-2013 3. Perusahaan barang konsumsi yang mendapatkan net income 3 tahun berturutturut. 4. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah sebagai mata uang yang utama. 5. Perusahaan yang tidak melakukan share split dan reverse share split dalam periode 2011-2013. 6. Variabel dependen yang diteliti adalah return saham. Return saham yang dimaksudkan adalah return aktual yang berupa capital gain dari selisih harga saham pada setiap periode harian.
1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah dirumuskan sebagai berikut :
21
1. Apakah rasio likuditas yang diproksikan Current Ratio berpengaruh terhadap return saham? 2. Apakah rasio profitabilitas yang diproksikan Earnings per Share berpengaruh terhadap return saham? 3. Apakah rasio profitabilitas yang dirpoksikan dengan Return on Asset berpengaruh terhadap return saham? 4. Apakah rasio solvabilitas yang diproksikan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap return saham? 5. Apakah rasio keuangan Current Ratio (CR), Earnings per Share (EPS),Return on Asset (ROA),Debt to Equity Ratio (DTE) berpengaruh secara simultan terhadap return saham? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris bahwa: 1. Rasio likuiditas yang diproksikan oleh Current Ratio berpengaruh terhadap return saham. 2. Rasio profitabilitas yang diproksikan oleh Earnings per Share (EPS) berpengaruh terhadap return saham 3. Rasio profitabilitas yang diproksikan oleh Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap return saham 4. Rasio solvabilitas yang diproksikan oleh Debt to Equity ratio (DTE) berpengaruh terhadap return saham.
22
6. Rasio keuangan yakni Current Ratio (CR), Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DTE) berpengaruh secara simultan terhadap return saham.
1.5. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan berkontribusi bagi beberapa pihak, yakni : 1. Emiten. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan bagi para manajemen perusahaan mengenai rasio mana saja yang dapat berpengaruh terhadap harga saham. Sehingga, mereka bisa mengupayakan untuk meningkatkan rasio-rasio yang mempengaruhi harga saham agar perusahaan dapat mencapai tujuannya. 2. Analis. Penelitian ini diharapkan agar bisa memberikan referensi bagi para analis untuk dapat memperhatikan rasio mana saja yang dapat mempengaruhi harga saham. Dengan mengamati rasio keuangan tersebut, para analis bisa membuat prediksi apakah harga saham tersebut akan meningkat maupun menurun. 3. Investor Penelitian ini diharapkan bisa memberikan investor tambahan referensi untuk dapat menentukan rasio keuangan mana yang dapat menentukan keuntungan dari suatu perusahaan. Sehingga, para investor dapat memperoleh keuntungan dari prediksi yang dibuat. 23
4. Peneliti berikutnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu referensi tambahan dalam membuat penelitian selanjutnya, dan dapat menyempurnakan segala keterbatasan yang dialami oleh peneliti saat ini. 1.6. Sistematika Penulisan Penelitian ini berisi lima bab, yakni : BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan memuat rangka dasar dan merupakan langkah awal untuk membuat jurnal ini. Pendahuluan mampu menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian dan memberikan garis besar mengenai masalah yang dihadapi. BAB II TELAAH LITERATUR Hipotesa atau dugaan awal yang baik harus memiliki dasar teori yang kuat dan memadai. Karena itu, studi pustaka dilakukan agar semua pendapat yang menjadi teori memiliki dasar tertulis dan memang berdasarkan teori yang sudah dipastikan keandalannya. BAB III METODE PENELITIAN Penelitian yang baik harus memiliki metode riset yang teliti dan bisa dipercaya. Setiap langkah juga harus didokumentasikan dengan baik agar penelitian ini memiliki hasil yang bisa dipertanggungjawankan. Karena itu
24
bab ini akan berisi dokumentasi berbagai langkah penelitian yang digunakan. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang terjadi harus bisa dievaluasi untuk mendapatkan manfaat sepenuhnya. Untuk itulah hasil penelitian akan dianalisa dan dibahas secara rinci. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan akhir penelitian dijabarkan, beserta saran agar peneliti berikut bisa membuat riset ini lebih detail dan bermanfaat.
25