BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal antara lain karena perawatan konservasi yang gagal, penyakit periodontal, karies yang luas, infeksi periapikal, dan trauma pada gigi atau rahang yang dapat menyebabkan berubahnya posisi gigi dari tempatnya atau fraktur pada gigi tersebut. Tindakan pencabutan gigi juga dapat dilakukan untuk rencana perawatan ortodonsi atau prostodonsi (Howe, 1999). Tindakan pencabutan gigi dapat menyebabkan luka. Menurut Pongsipulung dkk. (2012), luka merupakan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya kesatuan komponen jaringan. Ketika terjadi luka, beberapa efek akan muncul yaitu hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon saraf simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan kematian sel. Pada saat terjadi perlukaan dibutuhkan proses penggantian jaringan yang rusak atau mati oleh jaringan yang baru melalui proses penyembuhan luka agar fungsi dari jaringan kembali normal (Nuryana, 2007). Proses penyembuhan luka diawali dengan respon vaskular, kemudian dilanjutkan dengan proses inflamasi, proliferasi dan remodelling. Respon vaskular berupa vasokonstriksi untuk meminimalisir hilangnya darah, kemudian diikuti
1
2
dengan penggumpalan darah yang ditandai dengan pembentukan benang-benang fibrin (Flanagan, 2000). Setelah terjadinya respon vaskular, dalam waktu 24 jam terjadi proses inflamasi yaitu munculnya neutrofil yang berfungsi membuang material asing, bakteri, dan sel host yang sudah tidak berfungsi dan komponen matriks yang rusak (Diegelmann dan Evans, 2004). Setelah 2-3 hari makrofag menjadi leukosit predominan yang berfungsi untuk membersihkan luka. Fase proliferasi pada luka diisi dengan jaringan ikat baru. Aktivitas makrofag dan jaringan hipoksia merangsang pembentukan pembuluh darah baru yang disebut dengan proses angiogenesis (Flanagan, 2000). Proses angiogenesis distimulasi oleh vascular endothelial growth factor (VEGF), basic fibroblast growth factor (bFGF) dan transforming growth factor beta (TGF-β) yang dihasilkan oleh sel epidermal, fibroblas, makrofag, dan sel endotel vaskular (Diegelmann dan Evans, 2004). Pada individu normal fase remodelling terjadi sekitar 20 hari setelah luka sampai beberapa bulan (Flanagan, 2000). Angiogenesis merupakan proses pembentukan pembuluh darah pada proses fisiologis dan patologis (Slevin dkk., 2009). Angiogenesis memegang peranan penting dalam perkembangan, proliferasi, dan perbaikan jaringan (Folkman, 2007). Proses angiogenesis tersusun dari beberapa tahapan, yaitu 1) proses inisiasi berupa dilepaskannya enzim protease dari sel endotel yang teraktivasi, 2) pembentukan pembuluh darah vaskular, antara lain terjadinya degradasi matriks ekstraseluler, migrasi dan proliferasi sel endotel, serta pembuatan matriks ekstraseluler baru dan 3) tahap maturasi pembuluh darah untuk memenuhi
3
kebutuhan jaringan. Terjadinya proses angiogenesis didukung oleh faktor-faktor angiogenik. Faktor angiogenik merupakan faktor yang menstimulasi pergerakan atau proliferasi sel endotel, atau keduanya (Frisca dkk., 2009). Teripang (Stichopus noctivagus) termasuk dalam hewan berkulit duri (Echinodermata), meskipun tidak semua teripang memiliki duri pada kulitnya. Tubuh teripang lunak, berdaging dan berbentuk silindris memanjang seperti buah ketimun dan hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut (Martoyo dkk., 2006). Teripang ditemukan hampir di seluruh perairan pantai, mulai dari perairan yang dangkal hingga perairan yang dalam. Indonesia merupakan negara dengan penghasil teripang terbesar di dunia (Nurhidayati, 2011). Teripang digunakan sebagai obat yang dapat mengobati segala macam penyakit oleh masyarakat Cina. Bentuk sediaan yang digunakan adalah bentuk bubuk teripang dengan dosis 3 gram per kali pemberian dan diberikan 2-3 kali per hari atau setara dengan 6-9 gram per hari. Menurut penelitian, teripang mengandung cell growth hormon sehingga mampu merangsang regenerasi sel dan jaringan tubuh manusia yang telah rusak atau sakit bahkan membusuk (Nurhidayati, 2011). Selain itu, teripang memiliki beberapa kandungan yang berfungsi dalam penyembuhan luka, yaitu vitamin B3 (niasin) dan senyawa bioaktif seperti saponin, flavonoid, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan (GAG), dan glycine (Darsono, 1993; Bordbar, 2011; Nurhidayati, 2011). Saponin
merupakan
golongan
steroid
yang
mampu
menginduksi
angiogenesis dengan cara meningkatkan aktivitas protease dan migrasi sel endotel
4
(Park dan Lee, 2006; Kanzaki dkk., 1998). Enzim protease berperan dalam degradasi matriks ekstraseluler untuk percabangan pembuluh darah. Setelah itu sel endotel bermigrasi ke matriks yang telah terdegradasi. Proses tersebut kemudian diikuti dengan proliferasi sel endotel yang distimulasi oleh faktor angiogenik. Selsel endotel kemudian akan membentuk lumen. Struktur pembuluh darah yang terhubung satu sama lain akan membentuk rangkaian pembuluh darah (Frisca dkk., 2009).
B. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh gel ekstrak teripang 75% terhadap angiogenesis pada proses penyembuhan luka soket pasca pencabutan gigi marmut?
C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai aplikasi ekstrak teripang sebagai penyembuh luka pernah dilakukan oleh Masre dkk. (2010) dengan judul “Wound Healing Activity of Total Sulfated Glycosaminoglycan (GAG) from Stichopus vatus and Stichopus hermanii Integumental Tissue in Rats”. Penelitian tersebut membuktikan bahwa Stichopus hermanii dan Stichopus vatus mengandung GAG sulfat yang dapat meningkatkan kontraksi luka. Penelitian tersebut menggunakan Stichopus hermanii dan Stichopus vatus, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teripang Stichopus noctivagus. Selain itu, penelitian menggunakan ekstrak teripang sebagai penyembuh luka juga pernah dilakukan oleh Zohdi dkk. (2011)
5
dengan judul “Sea Cucumber (Stichopus hermanii) Based Hydrogel to Treat Burn Wounds in Rats”. Stichopus hermanii terbukti dapat menyembuhkan luka bakar dengan menstimulasi sitokin inflamasi dan perbaikan jaringan. Penelitian tersebut menggunakan tikus sebagai hewan coba dan Stichopus hermanii sebagai subyek penelitian.
Penelitian
mengenai
peningkatan
angiogenesis
pada
proses
penyembuhan luka pasca pencabutan gigi setelah pemberian gel ekstrak teripang (Stichopus noctivagus) 75% dengan menggunakan marmut sebagai hewan coba sejauh peneliti ketahui belum pernah dilakukan sebelumnya.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gel ekstrak teripang 75% terhadap peningkatan angiogenesis pada proses penyembuhan luka soket pasca pencabutan gigi marmut.
E. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui khasiat ekstrak teripang dalam membantu proses penyembuhan luka setelah pencabutan gigi marmut khususnya terhadap angiogenesis. 2. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti bidang kedokteran gigi tentang sediaan dan konsentrasi ekstrak teripang agar dapat dikembangkan menjadi sediaan yang lebih efektif terhadap proses penyembuhan luka setelah pencabutan gigi.