I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astoeti, dkk. (2003) menyatakan bahwa sikap dan perilaku seseorang terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat dari kebersihan gigi dan mulutnya. Seseorang yang memiliki kesehatan gigi dan mulut yang baik berarti telah mempraktekkan prinsip-prinsip kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Kebersihan gigi dan mulut yang kurang atau jelek menunjukkan bahwa prinsip-prinsip kesehatan belum dilaksanakan. Masalah kesehatan di negara-negara berkembang menyangkut dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek non fisik. Aspek fisik menyangkut aspek nonperilaku (misal lingkungannya). Aspek non fisik menyangkut perilaku kesehatan (Maulana, 2009). Maulana (2009) menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan. Ciri sikap yang terutama adalah memiliki arah, dan dengan arah ini sikap dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif mendekatkan diri seseorang pada objek, sedangkan sikap negatif menjauhkan diri dari objek (Budiharto, 2009). Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku dibagi dua berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus yaitu perilaku tertutup (convert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku 1
tertutup merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang sifatnya masih tertutup (covert). Respon ini masih terbatas pada perhatian persepsi pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut. Perilaku terbuka merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang bersifat terbuka dalam bentuk tindakan nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain (Maulana, 2009). Budiharto (2009) menyatakan bahwa perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, dan penyakit. Perilaku kesehatan yang berupa pengetahuan dan sikap masih bersifat tertutup (covert behavior), sedangkan perilaku kesehatan yang berupa tindakan bersifat terbuka (overt behavior). Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan (overt behavior). Perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah (domain) kognitif. Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek di luar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang telah diketahui. Rangsangan yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya akan menimbulkan tanggapan lebih jauh lagi berupa tindakan terhadap rangsangan. Sunaryo (2004) menyatakan bahwa secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Kegiatan formal maupun informal berfokus pada proses belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak dapat menjadi dapat. 2
Mahasiswa FKG UGM program studi pendidikan dokter gigi yang meliputi jenjang akademik dan profesi yang dilaksanakan terpadu. Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor : 232/U/2000 tentang Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, batas waktu studi ditempuh 8 semester dan selama-lamanya 14
semester (FKG UGM, 2009).
Kompetensi lulusan program studi pendidikan dokter gigi salah satunya adalah penguasaan ilmu pengetahuan kedokteran dan kedokteran gigi yang meliputi Ilmu Kedokteran Dasar, Ilmu Kedokteran Klinik, Ilmu Kedokteran Gigi Dasar, dan Ilmu Kedokteran Gigi Klinik. Ilmu-ilmu tersebut sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan ilmu kedokteran gigi (FKG UGM, 2009). Tahun pertama jenjang akademik mahasiswa FKG UGM mendapatkan mata kuliah Ilmu Kesehatan Gigi Dasar, Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat, Ilmu Kedokteran Dasar, Ilmu Kedokteran Klinik. Tahun kedua jenjang akademik, mahasiswa mendapatkan mata kuliah Ilmu Kedokteran Dasar, Ilmu Kedokteran Klinik dan Ilmu Kedokteran Gigi Dasar, Ilmu Kedokteran Gigi Klinik, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Mahasiswa FKG UGM yang menjalani tahun ketiga akan mendapatkan mata kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Klinik, Ilmu Kedokteran Klinik. Mahasiswa pada tahun keempat ini juga melaksanakan KKN dan mulai menyusun skripsi (FKG UGM, 2009). Kompetensi utama seorang dokter gigi Indonesia salah satunya adalah memahami konsep perilaku kesehatan individu dan masyarakat di bidang kedokteran gigi. Seorang dokter gigi diharapkan mampu mengidentifikasi dan memotivasi perilaku hidup sehat individu dan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut individu serta masyarakat. Hal tersebut dapat dicapai apabila seorang dokter gigi 3
juga menerapkan metode pendekatan untuk mengubah perilaku kesehatan gigi dan mulut individu serta masyarakat (FKG UGM, 2009). Peker dan Alkurt (2009) menyatakan bahwa sikap dan perilaku dari penyedia kesehatan mulut terhadap kesehatan mulut mereka sendiri mencerminkan pemahaman mereka tentang pentingnya prosedur pencegahan penyakit gigi dan meningkatkan kesehatan mulut pasien mereka. Mahasiswa kedokteran gigi diharapkan menjadi contoh perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yang baik. Mahasiswa kedokteran gigi harus menjadi contoh yang baik dari sikap dan perilaku kesehatan mulut yang positif untuk keluarga, pasien, dan teman-teman mereka (Neeraja, dkk., 2011). Mahasiswa kedokteran gigi juga harus menginstruksikan teman, anggota keluarga pasien mereka dan masyarakat untuk menjaga kesehatan mulut (Barrieshi-Nusair, dkk., 2006). Sikap dan perilaku kesehatan gigi menjadi lebih positif dan lebih baik dengan meningkatnya tingkat pendidikan (Barrieshi-Nusair, dkk., 2006). Peningkatan kesehatan mulut individu pada mahasiswa kedokteran gigi berhubungan dengan lama pendidikan mereka (Cortes, dkk., 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Polychronopoulou, dkk. (2002) dan Kawamura, dkk. (2002) menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kesadaran kesehatan gigi yang rendah ketika mereka memulai pendidikan di perguruan tinggi. Kesadaran dan sikap kesehatan mulut mereka meningkat seiring dengan lama pendidikan yang dijalani. Hal tersebut sesuai dengan dengan teori yang menyatakan sikap dan perilaku kesehatan mulut meningkat secara signifikan pada pendidikan tahun keempat dan kelima (Polychronopoulou, dkk., 2002).
4
Kim, dkk. (2001) menyatakan sikap dan perilaku menjaga kesehatan gingiva ditemukan berbeda secara signifikan di tingkat pendidikan siswa kedokteran gigi. Perilaku kesehatan mulut siswa kedokteran gigi antar negara sangat berbeda karena perbedaan sistem pendidikan dan budaya (Kawamura, dkk., 2002). Penelitian ini penting dilakukan dengan harapan seorang mahasiswa kedokteran gigi mengetahui pentingnya sikap dan perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut dari tahun pertama sampai akhir perkuliahan. Atas dasar yang sudah diuraikan sebelumnya, penulis akan meneliti tentang perbedaan sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut mahasiswa kedokteran gigi berdasarkan tingkat pendidikan.
B. Keaslian Penelitian 1. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Kawamura, dkk. (2002) dengan judul “Comparison of United States and Korean Dental Hygiene Students Using The Hiroshima University – Dental Behavioural Inventory (HU-DBI)”. Variabel pengaruh pada penelitian Kawamura, dkk. (2002) adalah budaya dan variabel terpengaruh adalah sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut. Pengukuran sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut menggunakan kuesioner yang berjumlah 20 pernyataan. 2. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Dagli, dkk. (2008) dengan judul “Self Reported Dental Health Attitude And Behavior of Dental Students in India”. Variabel pengaruh pada penelitian Dagli, dkk. (2008) adalah jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Variabel terpengaruh adalah sikap dan perilaku kesehatan
5
mulut. Pengukuran sikap dan perilaku kesehatan mulut menggunakan kuesioner yang berjumlah 20 pernyataan. 3. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Polychronopoulou dan Kawamura (2005) dengan judul “Oral Self – Care Behaviours : Comparing Greek and Japanese Dental Students”. Variabel pengaruh pada penelitian Polychronopoulou dan Kawamura (2005) adalah budaya dan variabel terpengaruh adalah sikap dan perilaku kesehatan mulut. Pengukuran perilaku kesehatan mulut menggunakan kuesioner yang berjumlah 20 pernyataan. 4. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Azilah (2009) dengan judul “Perbedaan Sikap dan Perilaku Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Antara Mahasiswa Pria dan Wanita”. Variabel pengaruh pada penelitian Azilah (2009) adalah jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Variabel terpengaruh adalah sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi dan mulut. Pengukuran sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi dan mulut menggunakan kuesioner yang berjumlah 37 pernyataan. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel pengaruh, yaitu tingkat pendidikan mahasiswa FKG UGM. Variabel terpengaruh pada penelitian penulis adalah sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut. Penulis melakukan penelitian di FKG UGM Yogyakarta. Peneliti mengukur sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut menggunakan kuesioner modifikasi Hiroshima University – Dental Behavioural Inventory (HU-DBI) yang berjumlah 12 pernyataan.
6
C. Perumusan Masalah Permasalahan yang dapat diajukan adalah: Apakah terdapat perbedaan sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut mahasiswa kedokteran gigi berdasarkan tingkat pendidikan? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut mahasiswa kedokteran gigi berdasarkan tingkat pendidikan.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Memberikan informasi ilmiah mengenai perbedaan sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut berdasarkan tingkat pendidikan sehingga dapat dilakukan usaha perubahan sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut. 2. Sebagai bahan masukan dalam memberikan contoh sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut yang positif untuk keluarga, pasien dan temanteman mereka. 3. Sebagai perilaku
dasar
penelitian
kesehatan
selanjutnya
gigi
dan
mengenai
mulut
perbedaan
mahasiswa
sikap
kedokteran
dan gigi
berdasarkan tingkat pendidikan.
7