BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman Obat sebagai sebagai obat asli Indonesia, sudah ada sejak zaman nenek moyang kita (Nusantara) yaitu digunakan dalam upaya memelihara kesehatan dan mengobati penyakit, kemudian pengetahuan ini diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Pengetahuan tentang tanaman obat dari luar seperti india, China terdapat kemiripan dikarenakan letak geografis Nusantara di antara dua pusat kebudayan yaitu China dan India. Hubungan dagang dan penyebaran agama menjadi media penyaluran pengetahuan tentang tanaman obat. Sejak zaman kerajaan di Nusantara dari mulai Kutai Kartanegara, Sriwijaya, Majapahit sampai pada Kesultanan Mataram dan zaman VOC obat yang digunakan nenek moyang bangsa kita adalah tanaman obat. Pelajaran tentang obat modern di Indonesia berawal ketika didirikan Sekolah Dokter Djawa (STOVIA) tahun 1904 di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk memenuhi kebutuhan tenaga dokter dilingkungan mereka, pada zaman itu dimulai pelajaran tentang obat-obatan moderen dengan pendekatan kimiawi, sehingga pada saat itu pengobatan tradisionil mulai sedikit terlupakan Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan merupakan akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat herbal tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet. Obat herbal atau herbalism sudah dipraktikkan sejak dulu. Pada zaman Rasulullah SAW, beliau menggunakan obat-obat herbal seperti habbatusaudah untuk mengobati beberapa penyakit. Meskipun saat itu pula belum popular tantang definisi dan pengertian obat herbal , namun masalah keampuhan obat herbal, masyarakat sangat menyakininya, sejak dulu hingga pada zaman yang sangat moderen seperti sekarang ini. Obat herbal saat ini telah diproduksi mengikuti perkembangan zaman sehingga lebih mudah untuk dikonsumsi.
1
B. Manfaat Obat Herbal Banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh komunitas dengan adanya tumbuhan obat. Tanaman obat dapat dibudidayakan berbagai jenis tumbuhan seperti,tumbuhan obat-obatan, tumbuhan hias seperti bunga dan berbagai jenis sayur mayur
dan
tumbuhan
buah-buahan.
Bahkan
tumbuhan
obat-obatan
dapat
dimanfaatkan menjadiobat kuno bagi komunitas.Meskipun kemajuan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang pesat, namun penggunaan tumbuhan menjadi obat kuno olehkomunitas terus meningkat dan perkembangannya terus semakin maju. Hal ini dapat dilihat terpenting dengan semakin banyaknya obat kuno dan jamu-jamu yang beredar di komunitas yang diolah oleh industri-industri. ada beberapa manfaat tumbuhan obat seperti: 1. Menjaga kesehatan. Fakta keampuhan obat kuno dalammenunjang kesehatan telah terbukti secara empirik, penggunaannyapunterdiri dari berbagai lapisan, mulai anak-anak, remaja dan orang lanjutusia. 2. Memperbaiki status gizi komunitas. Banyak tumbuhan apotik hidup yang
dapat dimanfaatkan
untuk
perbaikan dan
peningkatkan
gizi,seperti: kacang, sawo dan belimbing wuluh, sayur-sayuran, buahbuahansehingga kebutuhan vitamin akan terpenuhi. 3. Menghijaukan lingkungan, meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu cara untuk penghijauan lingkungan tempat tinggal. 4. Meningkatkan pendapatan komunitas. Penjualan hasil tumbuhanakan menambah penghasilan keluarga.Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tumbuhan pekarangan rumah selaindapat digunakan untuk peningkatan gizi keluarga, juga menjadi pelestarian lingkungandan meningkatkan pendapatan komunitas.
C. Rumusan Masalah 1. Apakah alpukat itu? 2. Bagaimana budidaya tanaman alpukat tersebut? 3. Bagaimana tatacara panen dan pasca panen alpukat? 4. Makanan / minuman apa yang dapat dihasilkan dari jenis tanaman obat tersebut?
2
D. Tujuan 1. Mengetahui pengertian alpukat. 2. Mengetahui budidaya dari tanaman alpukat. 3. Mengetahui tatacara panen dan pasca panen alpukat. 4. Memberikan hasil olahan berupa makanan / minuman dari tanaman obat tersebut.
3
BAB II PEMBAHASAN A. KAJIAN UMUM TENTANG ALPUKAT
Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana ialah tumbuhan penghasil buah meja dengan nama sama. Tumbuhan ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah dan kini banyak dibudidayakan di Amerika Selatan dan Amerika Tengah sebagai tanaman perkebunan monokultur dan sebagai tanaman pekarangan di daerah-daerah tropika lainnya di dunia. Pohon, dengan batang mencapai tinggi 20 m dengan daun sepanjang 12 hingga 25 cm. Bunganya tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan ukuran 5 hingga 10 milimeter. Ukurannya bervariasi dari 7 hingga 20 sentimeter, dengan massa 100 hingga 1000 gram; biji yang besar, 5 hingga 6,4 sentimeter. Buahnya bertipe buni, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan, tergantung pada varietasnya. Daging buah apokat berwarna hijau muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut.
Khasiat dan Manfaat Alpukat Pohon buah dari Amerika Tengah ini, tumbuh liar di hutan-hutan, banyak juga ditanam di kebun dan di pekarangan yang lapisan tananhnya gembur dan subur serta tidak tergenang air. Walau dapat berbuah di dataran rendah, tapi hasil akan memuaskan bila ditanam pada ketinggian 200-1.000 m di atas permukaan laut (dpl), 4
pada daerah tropik dari subtropik yang banyak curah hujannya. Pohon kecil, tinggi 310 m, berakar tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya coklat kotor, banyak bercabang, ranting berambut halus. Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, kotor, letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadangkadang agak rmenggulung ke atas, bertulang rnenyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda warnanya kemerahan dan berambut rapat, daun tua warnanya hijau dan gundul. Bunganya bunga majemuk, berkelamin dua, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan. Buahnya buah buni, bentuk bola atau bulat telur, panjang 5-20 cm, warnanya hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu atau ungu sarna sekali berbiji satu, daging buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau, kekuningan. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji putih kemerahan. Buah alpokat yang masak daging buahnya lunak, berlemak, biasanya dimakan sebagai es campur atau dibuat juice. minyaknya digunakan antara lain untuk keperluan kosmetik. Perbanyakan dengan biji, cara okulasi dan cara enten. Penyakit Yang Dapat Diobati : Sariawan, melembabkan kulit kuring, kencing batu, sakit kepala; Darah tinggi (Hipertensi), nyeri saraf (neuralgia), nyeri lambung,; Saluran napas membengkak (bronchial swellings), sakit gigi,; Kencing manis (diabetes melitus), menstruasi tidak teratur.;
Pemanfaatan Bagian yang dipakai: daging buah, daun, biji. Kegunaan:
Daging buah : - Sariawan. - Melembabkan kulit kering.
Daun: - Kencing batu. - Darah tinggi, sakit kepala. - Nyeri syaraf. - Nyeri lambung. - Saluran napas membengkak (bronchial swellings). - Menstruasi tidak teratur.
5
Biji: - Sakit gigi. - Kencing manis.
Pemakaian Untuk minum: 3-6 lembar daun. Pemakaian Luar: Daging buah secukupnya dilumatkan, dipakai untuk masker. Daun untuk pemakaian setempat, biji digiling halus menjadi serbuk untuk menghilangkan sakit. CARA PEMAKAIAN: 1. Sariawan: Sebuah isi alpokat yang sudah masak diberi 2 sendok makan madu murni, diaduk merata lalu dimakan. Lakukan setiap hari sampai sembuh. 2. Kencing batu: 4 lembar daun alpokat, 3 buah rimpang teki, 5 tangkai daun randu, setengah biji pinang, 1 buah pala, 3 jari gula enau, dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum. Sehari 3 x 3/4 gelas. 3. Darah tinggi : 3 lembar daun alpokat dicuci bersih lalu diseduh dengan 1 gelas air panas. Setelah dingin diminum sekaligus. 4. Kulit muka kering: Buah diambil isinya lalu dilumatkan sampai seperti bubur. Dipakai untuk masker, dengan cara memoles muka yang kering. Muka dibasuh
dengan
air
setelah
lapisan
masker
alpokat
tersebut mengering. 5. Sakit gigi berlubang: Lubang pada gigi dimasukkan bubuk biji alpokat. 6. Bengkak karena Peradangan: Bubuk dari biji secukupnya ditambah sedikit air sampai menjadi adonan seperti bubur, balurkan kebagian tubuh yang sakit. 7. Kencing manis: Biji dipanggang di atas api lalu dipotong kecil-kecil dengan golok, kemudian digodok dengan air bersih sampai airnya menjadi coklat. Saring, minum setelah dingin.
6
8. Teh dan alpokat baik untuk menghilangkan rasa sakit kepala, nyeri lambung,
bengkak
pada
saluran
napas,
rasa
nyeri
syaraf
(Neuralgia) dan datang haid tidak teratur.
Data penelitian: Daun mempunyai aktivitas antibakteri dan menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus strain A dan B. Staphylococcus albus, Pseudomonas sp., Proteus sp., Escherichea coli dan Bacillus subtilis (E.O. ognulans dan E. Ramstad 1975).
Komposisi : SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Daun: Rasa pahit, kelat. Peluruh kencing. Biji : Anti radang, menghilangkan sakit. KANDUNGAN KIMIA: Buah dan daun mengandung saponin, alkaloida dan flavonoida, Buah juga mengandung tanin dan daun mengandung polifenol, quersetin, gula alkohot persiit.
B. BUDIDAYA TANAMAN ALPUKAT The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.
Syarat Tumbuh Tanaman Alpukat antara lain mempehatikan : 1. Iklim. Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko & Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin & iklim kering, bila dibandingkan dgn ras Hindia Barat. Suhu optimal untuk 7
pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, & Hindia Barat sampai 2 derajat C. Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dgn kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat dapat mematahkan ranting & percabangan tanaman alpukat yg tergolong lunak, rapuh & mudah patah. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat & persilangannya tumbuh dgn subur pada dataran rendah beriklim tropis dgn curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dgn curah hujan kurang dr kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m. 2. Media Tanam Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air, (sistem pembuangan air yg baik), subur & banyak mengandung bahan organik. Keasaman tanah yg baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, & Fe larut dlm jumlah yg cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, & Zn akan berkurang. Jenis tanah yg baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) & lempung endapan (aluvial loam). 3. Ketinggian Tempat Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dgn hasil yg memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko & Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dgn ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 51000 m dpl.
8
4. Bibit Tanaman Buah Alpukat Bibit yg baik antara lain yg berasal dr buah yg sudah cukup tua. Pengadaan bibit lebih dr satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang. Bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif (melalui biji) & vegetatif (penyambungan pucuk/enten & penyambungan mata/okulasi). Dr ketiga cara itu, bibit yg diperoleh dr biji kurang menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) & ada kemungkinan buah yg dihasilkan berbeda dgn induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) & buah yg didapatkannya mempunyai sifat yang sama dgn induknya. 5. Teknik Penyemaian Bibit a. Penyambungan mata (okulasi) Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan. Sbg mata yg akan diokulasikan diambil dr dahan yg sehat, dgn umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yg paling baik untuk menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dr kayunya. Caranya adalah kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm & lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dr kayunya & ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dgn sedikit kayu dr cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yg bermata dimasukkan di antara kulit & kayu yg telah disayat pada pohon pokok & ditutup lagi, dgn catatan mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dgn pita plastik. Bila dlm 3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil. Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang sedlm setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat. Setelah batang yg keluar dr mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon pokok yg dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi & lukanya diratakan, kemudian ditutup dgn parafin yg telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan & pemindahan yg paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan. Dlm perbanyakan vegetatif yg perlu diperhatikan adalah menjaga 9
kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) & suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25°C). Selain itu juga jangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yg berupa sambungan perlu disiram secara rutin & dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dgn penyiraman, yaitu dgn melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dlm 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dgn dosis sesuai anjuran dlm kemasan. Sedangkan pengendalian hama & penyakit dilakukan bila perlu saja. b. Penyambungan pucuk Pohon pokok yg digunakan untuk enten adalah tanaman yg sudah berumur 6-7 bulan/dapat juga yg sudah berumur 1 tahun, tanaman berasal dr biji yg berasal dr buah yg telah tua & masak, tinggi 30 cm/kurang, & yg penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sbg cabang sambungannya digunakan ujung dahan yg masih muda & berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai dgn celah yg ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dlm belahan di samping pohon pokok yg diikat/dibalut. Bahan yg baik untuk mengikat adalah pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok. Enten-enten yg telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, & lembab. Setiap hari tanaman disiram, & untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dgn semprotan kelthane. Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, & pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan 6. Pengolahan Media Tanam Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dgn baik; harus bersih dr pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dlm atau ditraktor, lalu dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim
10
kering sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim hujan. 7. Pola Penanaman Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietas-varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yg memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dr beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A & tipe B. Varietas yg tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, & hass. Sedangkan yg tergolong tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, & queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dlm suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yg memiliki tipe bunga A & tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain. 8. Pembuatan Lubang Tanam o Tanah digali dgn ukuran panjang, lebar, & tinggi masingmasing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu. o Tanah bagian atas & bawah dipisahkan. o Lubang tanam ditutup kembali dgn posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dulu dgn 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dlm lubang. o Lubang tanam yg telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam. o Waktu penanaman yg tepat adalah pada awal musim hujan & tanah yg ada dlm lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yg perlu diperhatikan adalah tanah yg ada dlm lubang tanam harus lebih tinggi dr tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindr tergenangnya air bila disirami atau turun hujan. Langkah-langkah penanaman adalah sbg berikut: o Lubang tanam yg telah ditutup, digali lagi dgn ukuran sebesar wadah bibit.
11
o Bibit dikeluarkan dr keranjang atau polibag dgn menyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh. o Bibit beserta tanah yg masih menggumpal dimasukkan dlm lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun & diikatkan ke ajir. o Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindr sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dgn bagian yg tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunastunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu. 9. Pemeliharaan Tanaman Alpukat a. Penyiangan Pencabutan Gulma harus dilakukan secara rutin selain merupakan saingan dlm memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama & penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dgn baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi(dicabut) secara rutin. b. Penggemburan Tanah Tanah yg setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat & udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dgn hati-hati agar akar tidak putus. c. Penyiraman Bibit yg baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yg tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, & bila hari hujan tidak perlu disiram lagi. d. Pemangkasan Tanaman Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yg tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting yg mati. Pemangkasan dilakukan secara hatihati agar luka bekas pemangkasan terhindar dr infeksi penyakit & luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka. e. Pemupukan Dlm pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yg baik & teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akar-akar rambutnya, hanya sedikit & pertumbuhannya 12
kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dgn dosis kecil. Jumlah pupuk yg diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), & KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, & KCl masingmasing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon & 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, & KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, & 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dlm setahun. Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dgn akar. Caranya dgn menanamkan pupuk ke dlm lubang sedlm 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman. 10. Jenis Hama dan Penyakit Tanaman Alpukat Hama pada Daun a. Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih & dipenuhi rambut putih. Kepala & ekor berwarna merah menyala.
Gejala: Daun-daun tidak utuh & terdapat bekas gigitan. Pada serangan yg hebat, daun habis sama sekali tetapi tanaman
tidak
akan
mati,
&
terlihat
kepompong
bergelantungan.
Pengendalian: Menggunakan insektisida yg mengandung bahan aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dgn dosis 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dgn dosis 2-3 cc/liter.
b. Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)
Ciri: Sayap kupu-kupu dapat mencapai ukuran 25 cm dgn warna coklat kemerahan & segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm & mempunyai duri yg berdaging. Pupa terdapat di dlm kepompong yg berwarna coklat. 13
Gejala: Sama dgn gejala serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun.
Pengendalian: Sama dgn pemberantasan ulat kipat.
c. Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.
Ciri: Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig coklat. Hama ini mengeluarkan embun madu yg biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam & semut berdatangan.
Gejala: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan yg hebat tanaman akan kerdil & terpilin.
Pengendalian: Disemprot dgn insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat, misalnya Orthene 75 SP dgn dosis 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.
d. Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso
Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh dgn jumlah 14-18 pasang & yg terpanjang di bagian pantatnya.
Gejala: Pertumbuhan tanaman terhambat & kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai bunga, tangkai buah, & buah yg terserang akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, & lama kelamaan kering.
Pengendalian: Disemprot dgn insektisida yg mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril. Misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dr konsentrasi fomula.
e. Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
Ciri: Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan,
sedangkan
tungau
jantan
hijau
kekuningan/kemerahan. Terdapat beberapa bercak hitam, kaki & bagian mulut putih, ukuran tubuh 0,5 mm.
14
Gejala: Permukaan daun berbintik-bintik kuning yg kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang yg halus. Serangan yg hebat dapat menyebabkan daun menjadi layu & rontok.
Pengendalian: Disemprot dgn akarisida Kelthan MF yg mengandung bahan aktif dikofoldan, dgn dosis 0,6-1 liter/ha.
Hama pada Buah a. Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)
Ciri: Ukuran tubuh 6 - 8 mm dgn bentangan sayap 5 - 7 mm. Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih & bagian perut coklat muda dengan pita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada saat masih muda & kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm.
Gejala: Terlihat bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, yg merupakan tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dlm buah berlubang & busuk karena dimakan larva.
Pengendalian: Dgn umpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat yg memakannya. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan antara lain dgn Hostathion 40 EC yg berbahan aktif triazofos dosis 2 cc/liter & tindakan yg paling baik adalah memusnahkan semua buah yg terserang atau membalik tanah agar larva terkena sinar matahari & mati.
b. Codot (Cynopterus sp)
Ciri: Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buah-buahan pada malam hari.
Gejala: Terdapat bagian buah yg berlubang bekas gigitan. Buah yg terserang hanya yg telah tua, & bagian yg dimakan adalah daging buahnya saja.
15
Pengendalian: Menangkap codot menggunakan jala/menakutnakutinya menggunakan kincir angin yg diberi peluit sehingga dapat menimbulkan suara.
Hama pada Cabang/Ranting a. Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth / Xylosandrus morigerus Bldf).
Ciri: Kumbang yg lebih menyukai tanaman kopi ini berwarna coklat tua & berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih & panjangnya 2 mm.
Gejala: Terdapat lubang yg menyerupai terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan itu dapat semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakan ke daun, kemudian daun menjadi layu & akhirnya cabang atau ranting tersebut mati.
Pengendalian: Cabang/ranting yg terserang dipangkas & dibakar. Dapat juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung dlm Orthene 75 SP dgn dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter & Diazinon 60 EC dosis 1-2 cc/liter.
Penyakit yg disebabkan Jamur a. Antraknosa
Penyebab: Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. Yg mempunyai miselium berwarna cokleat hijau sampai hitam kelabu & sporanya berwarna jingga.
Gejala: Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian yg terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga, buah/cabang tanaman yg terserang akan gugur.
Pengendalian: Pemangkasan ranting & cabang yg mati. Penelitian buah dilakukan agak awal (sudah tua tapi belum matang). Dapat juga disemprot dgn fungisida yg berbahan aktif maneb seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 minggu sebelum pemetikan dgn dosis 2-2,5 gram/liter. 16
b. Bercak daun atau bercak cokelat
Penyebab:
cercospora
purpurea
Cke./dikenal
juga
dgn
Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap & menyukai tempat lembab.
Gejala: bercak cokelat muda dgn tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yg dapat dimasuki organisme lain.
Pengendalian: Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yg mengandung benomyl, dgn dosis 1-2 gram/liter atau dapat juga dgn mengoleskan bubur Bordeaux.
c. Busuk akar & kanker batang
Penyebab: Jamur Phytophthora yg hidup saprofit di tanah yg mengandung bahan organik, menyukai tanah basah dgn drainase jelek.
Gejala:
Bila
tanaman
yg
terserang
akarnya
maka
pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat yg paling fatal adalah kematian pohon. Bila batang tanaman yg terserang maka akan tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang.
Pengendalian: drainase perlu diperbaiki, jangan sampai ada air yg menggenang/dgn membongkar tanaman yg terserang kemudian diganti dgn tanaman yg baru.
d. Busuk buah
Penyebab:
Botryodiplodia
theobromae
pat.
Jamur
ini
menyerang apabila ada luka pada permukaan buah.
Gejala: Bagian yg pertama kali diserang adalah ujung tangkai buah dgn tanda adanya bercak cokelat yg tidak teratur, yg kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil.
Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80 WP yg berbahan aktif Zineb, dgn dosis 2-2,5 gram/liter.
17
C. PANEN DAN PASCA PANEN 1. Prakiraan produksi Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yg tumbuh & berbuah baik dapat mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yg dapat diharapkan dr setiap pohon berkisar 50 kg. 2. Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dgn tujuan memilih buah yg baik & memenuhi syarat, buah yg diharapkan adalah yg memiliki ciri sbg berikut:
Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
Cukup tua tapi belum matang.
Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dlm 1 kg terdiri dr 3 buah atau berbobot maksimal 400 g.
Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yg berbentuk lonceng.
3. Pemeraman & Penyimpanan Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman karena tenggang waktu ini disesuaikan dgn lamanya perjalanan untuk sampai di tempat tujuan. Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya dgn memasukkan buah ke dlm karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat yg kering & bersih. Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan dgn menyimpannya dlm ruangan bersuhu 5 derajat C. Dgn cara tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat samapai 30-40 hari. 4. Pengemasan & Pengangkutan Kemasan adalah wadah/tempat yg digunakan untuk mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dgn yg untuk diekspor. Untuk pemasaran di dlm negeri, buah alpukat dikemas dlm karung-karung plastik/keranjang, lalu diangkut dgn menggunakan truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton 18
berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dlm kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dgn diselingi penyekat yg terbuat dr potongan karton.
19
BAB II HASIL OLAHAN
A. Makanan Dadar Gulung Alpukat
Bahan:
1 butir telur
1 putih telur
1/4 buah alpukat
1 sendok teh olive oil
Garam secukupnya
Cara Membuat :
Kocok telur dan tambahkan garam. Sisihkan terelbih dahulu.
Panaskan minyak, buatlah dadar telur. Goreng hingga setengah matang dan masukkan alpukat yang sudah dipotong-potong.
Matikan api dan gulung alpukat. Sisihkan di atas talenan dan iris menjadi beberapa bagian. Sajikan selagi hangat.
Salad Alpukat Bahan :
1 buah alpukat matang
1/3 bawang Bombay
1/2 potong dari paprika merah, kuning dan hijau
80 gram kubis ungu 20
Bahan untuk dressing:
1 sendok makan mayonnaise
1 sendok teh olive oil
Garam secukupnya
Cara membuat :
Iris tipis kubis ungu, bawang bombay dan paprika
Di mangkuk kecil, campur bahan dressing. Aduk hingga rata dan sisihkan.
Kupas alpukat dan potong kecil-kecil.
Susun semua bahan di mangkuk penyajian. Mulai dengan kubis, bawang bombay,paprika dan alpukat. Campur dengan dressing yag sudah dibuat sebelumnya. Salad alpukat siap disajikan.
B. Minuman RESEP ES ALPUKAT SUSU
21
Bahan resep es alpukat susu : •
8 sendok makan susu kental manis coklat
•
1000 gram daging buah alpukat
•
4 sendok makan air kopi kental
•
8 keping buskuit coklat
•
200 mililiter susu
•
200 gram es batu
Cara membuat es alpukat susu : 1. Pertama memarkan es batu dan memarkan juga biskuit cokelat 2. Kemudian aduk air kopi dengan susu kental manis sampai menjadi rata 3. Tuangkan ke dalam 4 gelas saji berukuran besar 4. Blender buah alpukat, susu dan es batu sampai menjadi halus 5. Tuangkan hasil blender ke dalam gelas saji 6. Taburi biskuit yang telah dimemarkan diatasnya Segera hidangkan selagi dingin dan resep es alpukat susu ini dibuat untuk 4 orang. Coba juga resep es teler enak pada menu sebelumnya
FLOAT ALPUKAT
Bahan Minuman Float Alpukat: •
Alpokat ukuran sedang 1 buah
22
•
Gula pasir 5 sendok teh
•
Ice cream 1 sendok makan
•
Chocolate syrup 1 sendok makan
•
Es batu 3 potong
•
Sedikit air putih
Cara Membuat Minuman Float Alpukat: 1. Pertama-tama belah alpokat, kemudian keruk dengan menggunakan sendok, masukkan dalam gelas. 2. Haluskan alpokat dengan menumbuk menggunakan sendok 3. Setelah cukup halus (sesuai selera) campurkan gula pasir, ice cream dan chocolate syrup. 4. Aduk sampai tercampur, kemudian tambahkan es batu dan sedikit air. 5. Aduk hingga rata. 6. Sajikan.
23
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tanaman obat merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun maupun mencegah berbagai penyakit, berkhasiat obat sendiri mempunyai arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu atau jika tidak memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang mempunyai efek mengobati. Penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, dihirup sehingga kegunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan. Penggunaan tumbuhan obat bagi masyarakat perlu diketahui khasiat dan manfaat dari tumbuhan tersebut, jika tidak maka banyak sekali dijumpai tumbuhan yang berkhasiat obat diabaikan oleh masyarakat atau tidak dimanfaatkan, sehinggakhasiat dari tanaman obat tersebut menjadi rendah dikarenakan masyarakat belummemahami meramu tanaman obat tersebut untuk digunakan sebagai obat penyebut pada bagian-bagian yang sakit.
B. Saran Kami menyarankan pada para pembaca sekalian untuk semakin menggalakkan penggunaan tanaman obat karena melihat bahwa tanaman obat memiliki fungsi dan khasiat yang lebih ampuh dibandingkan dengan obat-obatan kimia. Selain itu juga tanaman obat lebih mudah didapat dan diolah dengan teknologi yang lebih sederhana serta pembudidayaannya juga tidak membutuhkan banyak biaya.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://yprawira.wordpress.com/obat-tradisional-dan-pemanfaatannya/
http://katamutiaratentangkeyakinan.blog.com/2014/05/08/pengertian-tanaman-apotik-hidup/
http://akasia99.blogspot.com/2014/05/budidaya-buah-alpukat-mentega.html
http://tipspetani.blogspot.com/2013/07/tips-menanam-alpukat-agar-cepat-berbuah.html
http://dapurmasak.com/resep/es-alpukat-kopi-193?ref=rekomendasi_resep
25