BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat herbal telah banyak berperan bagi kesehatan masyarakat terutama kontribusinya untuk mengobati berbagai penyakit antara lain hipertensi, diabetes, serta meningkatkan daya tahan tubuh. Tingginya permintaan obat herbal merupakan tantangan bagi farmasis untuk terus melakukan pengembangan produk obat herbal yang selain memberikan jaminan keamanan dan kemanjuran, juga dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Sambiloto adalah salah satu tanaman yang banyak digunakan untuk pengobatan tradisional. Tanaman ini memiliki berbagai macam manfaat seperti antidiabetes dan sering digunakan untuk meringankan demam dan gejala influenza. Kunir putih adalah rimpang yang biasa digunakan untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Efeknya akan maksimal untuk meringankan gejala influenza ketika dikombinasi dengan herba sambiloto. Formulasi herbal umumnya tersedia sebagai ekstrak cairan (infus, decocta, dan tinctur). Penelitian dalam hal pengembangan formulasi salah satunya ditujukan untuk mempermudah penggunaan suatu obat. Influenza adalah penyakit umum yang sering terjadi, oleh karena itu untuk mempermudah penggunaan sambiloto dan kunir putih sebagai obat influenza diperlukan pengembangan formulasi untuk sediaan obat tersebut. Tanaman obat banyak mengandung berbagai senyawa baik yang sudah diketahui karakteristiknya maupun yang belum dikenali, sehingga memungkinkan
1
terjadinya reaksi. Tidak seperti obat sintetis, obat herbal harus dilihat sebagai sesuatu yang kompleks sehingga butuh ketepatan dalam formulasi. Meskipun obat herbal relatif tidak beracun dan sedikit efek samping, dalam mengembangkan produk herbal tetap perlu pemahaman yang teliti agar bentuk sediaan herbal yang dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan pasien sehingga dapat meningkatkan kepatuhan dan efek terapi. Problem bentuk sediaan herbal sejenis dekokta umumnya adalah stabilitas, rasa, dan perlunya volume besar apabila digunakan dalam jangka panjang. Perubahan bentuk sediaan cair (liquid) menjadi bentuk kapsul akan dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut di atas. Formulasi kapsul dari ekstrak sambiloto selain untuk mempermudah penggunaan juga untuk menutupi rasa tidak enak dari herbal yang dihasilkan. Bahan pengering umumnya diperlukan dalam formulasi sediaan herbal yang akan dibuat dalam bentuk kapsul. Bahan pengering diperlukan agar didapat granul yang kering sehingga bahan obat dapat dimasukkan ke dalam kapsul. Sediaan kapsul tidak memerlukan banyak bahan formulasi, sehingga penelitian terhadap variasi bahan pengering diharapkan dapat memberikan informasi terhadap pilihan yang tepat dalam penentuan formulasi kapsul kombinasi sambiloto dan kunir putih Bahan pengering yang digunakan sebanyak 3 macam, yaitu aerosil, amilum, dan Avicel® PH 101. Pemilihan bahan pengering yang berbeda didasarkan atas ukuran partikel dan luas permukaan. Dengan perbedaan tersebut akan didapat formulasi yang paling optimum. Formulasi optimum didapat dengan
2
melakukan uji – uji sediaan kapsul. Hasil yang paling baik merupakan formulasi paling optimum untuk ekstrak herba sambiloto dan rimpang kunir putih. B. Perumusan Masalah 1.
Bagaimana pengaruh bahan pengering aerosil, amilum, dan Avicel® PH 101 terhadap sifat fisik granul dan kapsul?
2.
Manakah bahan pengering yang mampu menghasilkan sediaan kapsul ekstrak yang paling baik? C. Tujuan Penelitian
1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan pengering aerosil, amilum, dan Avicel® PH 101 terhadap sifat fisik granul dan kapsul.
2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahan pengering yang paling baik, agar diperoleh sediaan dalam bentuk kapsul yang memenuhi persyaratan. D. Tinjauan Pustaka
1.
Herba Sambiloto Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Nees) ialah tumbuhan semusim yang termasuk dalam suku Acanthaceae. a.
Sistematika Divisi
: Spermatophyta
Anak divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Anak kelas
: Sympetalae
Bangsa
: Solanales
Suku
: Acanthaceae
3
Marga
: Andrographis
Jenis
: Andrographis paniculata (Burm.f) Nees (Backer dan Van Den Brink, 1965)
b. Sinonim tanaman Justicia paniculata Burm., Justicia latebrosa Russ., Justicia stricta Lamk. c.
Nama daerah Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidara, sadilata, sambilata, takila (Jawa).
d. Kandungan kimia Kandungan kimia dalam ekstrak etanol atau metanol herba sambiloto kurang lebih 20 diterpenoid dan lebih dari 10 flavonoid. Struktur kimia andrografolid dapat dilihat dari gambar 1.
Gambar 1. Struktur kimia andrografolid (Chao dan Lin, 2010)
Andrografolid sambiloto.
Senyawa
merupakan senyawa
utama
dalam herba
diterpenoid
yang
lain
deoksiandrografolid,
utama
neoandrografolid,
berupa
14-deoksi-11,12
didehidroandrografolid, dan hormon andrografolid (Sudarsono dkk., 1996; Chao dan Lin, 2010). 4
e.
Kegunaan Herba sambiloto secara empiris telah digunakan untuk mengatasi penyakit disentri, influenza, bronkitis dan dapat digunakan sebagai pembersih darah. Penggunaan tradisional lain untuk pengobatan dispepsia, membantu pencernaan, dan antipiretik. Secara in vitro, herba sambiloto memiliki potensi sebagai agen antiinflamasi dan telah diuji klinis berkhasiat mengatasi demam dan influenza (Kligler dkk., 2006).
2.
Rimpang Kunir Putih Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe merupakan salah satu tanaman obat yang digunakan sebagai komponen produksi jamu. a.
Sistematika Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Bangsa
: Zingiberales
Suku
: Zingiberaceae
Marga
: Curcuma
Jenis
: Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe (Backer dan Bakhuizen v.d. Brink, 1968)
b. Sinonim tanaman Curcuma pallida Lour, Curcuma zerumbet Roxb. (de Padua dkk., 1999).
5