BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi sesuai dengan keinginannya. Tidak ada batasan bagi siapa pun dan kapan pun dalam sastra, karena siapa pun boleh ambil bagian dalam sastra. Manusia mempunyai tanggung jawab yang penuh dan peran yang sangat penting.sastra akan berkembang bila manusia atau masyarakatnya mempunyai daya kreasi yang tinggi. Kreasi adalah karya cipta yang murni, yaitu menciptakan suatu karya yang baru atau belum pernah ada sebelumnya. Kenyataannya manusia adalah tokoh utama sebagai pencetus ide atau gagasan dalam menciptakan suatu hasil sastra. Berbagai permasalahan kehidupan individu atau masyarakat dapat dijadikan sebagai bahan atau ide dalam penciptaan suatu karya sastra. Manusia menciptakan suatu karya sastra dalam dan berdasarkan kehidupannya. Manusia, karya sastra, dan kehidupannya berjalan secara beriringan, ketiganya memiliki hubungan timbal balik yang saling berpengaruh. Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya dan menaruh perhatian padadunia realitas yang berlangsung setiap waktu dan setiap zaman. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra adalah karya seni yang harus diciptakan dengan suatu daya kreativitas sastra dan keindahan. Karya sastra adalah seni yang mempersoalkan kehidupan (Semi, 1993: 8). Suatu karya sastra diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi pembacanya. Tujuan utama dari penciptaan suatu karya sastra bagi pembacanya adalah menciptakan kesan estetik dan kepuasan. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi 1
2
permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Macam-macam hasil karya sastra sangatlah banyak. Dari sekian banyak bentuk sastra seperti esai, puisi, novel, cerita pendek, drama, bentuk novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya-karya modern klasik dalam kesusasteraan, kebanyakan juga berisi karya-karya novel. Novel adalah salah satu karya sastra berupa prosa yang menceritakan konflik-konflik dalam kehidupan. Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Nurgiyantoro (2005:5) mengatakan bahwa novel adalah sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia imajinatif yang dibangun melalui unsur-unsur intrinsiknya seperti peristiwa, tokoh, plot, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya bersifat imajinatif. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk
mengarahkan
pembaca kepada gambaran-gambaran realitas kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Menurut khasanah kesusastraan Indonesia modern, novel berbeda dengan roman. Sebuah roman menyajikan alur cerita yang lebih kompleks dan jumlah pemeran (tokoh cerita) juga lebih banyak. Hal ini sangat berbeda dengan novel yang lebih sederhana dalam penyajian alur cerita dan tokoh cerita yang ditampilkan dalam cerita tidak terlalu banyak. Hasil kreativitas pengarang adalah melahirkan suatu karya seni yang berupa karya sastra. Di dalam karya sastra terdapat unsur-unsur yang mendukung terbentuknya suatu karya sastra. Pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra sangat memperhatikan unsur-unsur yang mendukung karya tersebut baik intrinsik maupun ekstrinsik. Ide pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra berupa novel dapat berangkat dari permasalahan yang sedang terjadi pada dirinya atau masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Tema seperti kritik sosial, pengalaman pribadi, ataupun fenomena yang sedang atau telah terjadi dalam kehidupan masyarakat dapat dijadikan sebagai bahan penciptaan novel. Sastra sebagai cerminan pengarang atau masyarakat sekitar di dalamnya terkandung fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan antara
3
manusia dengan masyarakat. Unsur utama yang sangat diperhatikan oleh pengarang dalam penciptaan suatu karya sastra adalah penggambaran tokoh. Penggambaran tokoh dan konflik yang terjadi antar tokoh dalam sebuah novel merupakan penggambaran yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Semakin banyak tokoh dan konflik yang terjadi, semakin menarik novel tersebut untuk dibaca. Seorang pengarang memiliki kebebasan untuk menampilkan keadaan psikologi tokohnya. Secara harfiah psikologi merupakan ilmu yang mempelajari sikap dan tingkah laku manusia atau aspek kejiwaan. Psikologi tokoh yang digambarkan oleh pengarang akan menentukan kesesuaian antar tokoh dan jalan cerita pada suatu karya sastra. Psikologi tokoh dalam suatu karya sastra dapat dilihat dari karakter tokoh dalam suatu cerita. Analisis psikologi sastra memberikan perhatian pada aspek kejiwaan tokohtokohnya pada suatu karya. Psikologi sastra dianalisis dalam kaitannya dengan psike, dengan aspek-aspek kejiwaan pengarang (Ratna, 2011: 340). Secara definitif, Ratna mendefinisikan bahwa psikologi sastra bertujuan untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa psikologi sastra sama sekali terlepas dengan kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksu dan penyimpanga-penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, serta memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca. Proses penciptaan suatu karya sastra tidak terlepas dari nilai-nilai pendidikan. Pengarang menyelipkan nilai-nilai pendidikan sebagai bentuk pendidikan melalui jalur membaca suatu hasil karya sastra. Meskipun sastra pada sat ini lebih bebas dan terikat, tetapi ada hal yang mendasari dalam penciptaan suatu karya sastra. Penciptaan karya sastra selain memberi nilai estetika, juga bertujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai pendidikan bagi pembacanya. Tendensi yang disampaikan
4
pengarang dalam nilai-nilai sastra baik yang tersirat maupun tersurat, dapat memberikan manfaat bagi pembaca berupa motivasi dan contoh-contoh baik yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Salah satu nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam suatu karya sastra adalah nilai-nilai pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal. Undang-undang No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik. Bunyi pasal pertama pada Undang-undang tersebut, yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Pendidikan karakter bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan kita ini. Pendidikan karakter bahkan sudah dikenal sejak dulu, Ki Hajar Dewantara adalah seorang tokoh yang telah memperkenalkan pendidikan karakter pada dunia pendidikan. Pendidikan karakter itu sendiri merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dalam isi pendidikan saat ini. Sekarang ini, Indonesia sedang mengalami krisis pendidikan karakter. Dapat kita lihat sekarang ini banyak terjadi tindakan yang menyimpang pada generasi-generasi muda maupun yang sudah tua, itu semua terjadi karena kurangnya pendidikan karakter dalam diri seseorang. Dapat kita lihat pula pada keadaan siswa-siswa di Indonesia. Sering kita jumpai siswa-siswi saat ini yang tidak memiliki karakter yang baik dalam dirinya. Seperti kurang sopan pada orang yang lebih tua, sering melakukan tawuran, dan lain sebagainya. Hal tersebut membuktikan bahwa siswa-siswi di Indonesia mengalami krisis pendidikan karakter dan sebagai seorang calon pendidik yang sadar akan pentingnya pendidikan karakter. Kesuma (2011: 5) mendefinisikan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.
5
Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari menampilkan tokohtokoh yang yang unik dan menarik. Novel tersebut bercerita tentang kehidupan masyarakat di sebuah desa yang terletak di kaki bukit Cibalak, yaitu desa Tanggir. Penggambaran aspek kepribadian tokoh-tokoh utama yang diceritakan pada novel tersebut sangatlah menarik. Pambudi seorang pemuda berusia 24 tahun yang mengharapkan kemajuan pemerintahan di desa Tanggir yang selama ini selalu terjadi kecurangan. Pambudi bekerja di sebuah lumbung padi di desa tersebut. Diceritakan pada novel tersebut proses pemilihan kepala desa yang baru, Pambudi berharap kepala desa yang terpilih nanti akan lebih baik. Pasalnya kepala desa yang terpilih sebelumnya selalu melakukan kecurangan. Tetapi, Pak Dirga lah yang terpilih menjadi kepala desa. Pak Dirga adalah sosok yang suka berjudi, pemabuk, dan tentunya akan sama dengan kepala desa sebelumnya banyak melakukan kecurangan. Novel Di kaki Bukik Cibalak merupakan novel yang memiliki konflik yang datar. Konflik yang terjadi dalam novel tersebut kurang luas dan mendalam. Konflik yang dominan dalam novel tersebut adalah konflik sosial yang terjadi antara Pambudi dan Pak Dirga. Selain itu konflik lain yang dominan adalah masalah percintaan Pambudi dengan dua gadis yaitu Sanis dan Mulyani. Setelah membaca berkali-kali novel tersebut, ditemukan bahwa konflik yang terjadi kurang mendalam dan tidak menemukan titik penyelesaian yang jelas. Konflik yang terjadi hanya dominan pada empat tokoh yakni Pambudi, Pak Dirga, Sanis, dan Mulyani. Meskipun memiliki konflik yang kurang menarik, namun isi cerita pada novel tersebut sangatlah menarik. Novel karya Ahmad Tohari tersebut memiliki jalan cerita yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Novel yang berlatar belakang cerita pada tahun 1970an itu diceritakan dengan baik oleh pengarang. Meski bercerita mengenai kejadian yang terjadi pada tahun 70an, cerita pada novel tersebut banyak memiliki kesamaan dengan keadaan sekarang ini pada tahun 2016. Melalui novel tersebut, pegarang mencoba menunjukkan bahwa peran pers begitu penting dalam kehidupan sehari-hari. Keterguaan media cetak sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan pendapat dan gagasan pada cerita novel tersebut bila dibandingkan dengan keadaan sekarang sangat sesuai. Media sangatlah penting dalam mengungkapkan suatu gagasan, salah satu
6
peran pers yang diceritakan pada novel Di Kaki Bukit Cibalak saat Pambudi mencari dana sumbangan untuk Mbok Ralem. Pambudi menggunakan suatu harian bernama Kalawarta untuk memasang ilkan berupa dompet peduli pengobatan Mbok Ralem. Berkat tulisannya di harian tersebut Pambudi juga berhasil menjadi seorang juralis yang kemudian bayak menulis mengenai penyimpagan-penyimpangan yang terjadi di daerahnya. Pambudi juga berhasil membuat Pak Dirga dipecat sebagai Lurah desa berkat tulisan-tulisan Pambudi di harian Kalawarta. Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari ini juga mengandung banyak sekali nilai-nilai pendidikan, salah satunya adalah nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter pada novel tersebut tercermin dari semua tokoh yang ada dalam cerita. Ahmad Tohari sangat lihai dalam membentuk karakter masingmasing tokoh dalam cerita tersebut. setiap tokoh pada novel Di Kaki Bukit Cibalak memiliki sifat dan karakter yang menarik. Salah satu nilai karakter yang tercermin pada tokoh Pambudi adalah nilai karakter jujur. Pambudi digambarkan sebagai seorang pemuda yang jujur. Salah satu buktinya yaitu Pambudi yang tidak mau diajak melakukan kecurangan oleh lurah Dirga dalam bekerja. Berdasarkan nilai karakter tersebut guru dapat mengimplementasikan nilai karakter jujur tersebut dalam pembelajaran, yaitu jujur terhadap diri sendiri, teman, dan guru, serta jujur dalam mengerjakan tugas individu, jujur dalam mengerjakan ulangan, dan lain sebagainya. Novel Di kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari merupakan salah satu novel yang ringan untuk dibaca. Novel tersebut memiliki jalan cerita dan tokoh-tokoh yang memiliki karakter yang menarik. Novel tersebut merupakan novel yang dapat dibaca oleh semua kalangan, termasuk kalangan remaja. Karena, novel tersebut bercerita
tentang
keteguhan
dan
kesabaran
seseorang
dalam
menghadapi
permasalahan hidupnya. Dengan begitu, novel tersebut akan sesuai bila dikaji dengan pendekatan psikologi sastra yaitu kepribadian tokoh utama dan nilai-nilai pendidikan karalkter, serta mengetahui bagaimana relevansinya sebagai bahan ajar di SMA.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimanakah kepribadian tokoh utama pada novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari?
2.
Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang tercermin pada tokoh-tokoh dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari?
3.
Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan karakter pada novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari sebagai bahan ajar bahasa Indonesia di SMA?
C. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk. 1.
Mendeskripsikan dan menjelaskan kepribadian tokoh utama pada novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
2.
Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai pendidikan karakter yang tercermin pada tokoh-tokoh dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
3.
Menemukan bentuk relevansi nilai-nilai pendidikan karakter pada novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari sebagai bahan ajar bahasa Indonesia di SMA.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan dalam pengajaran dalam bidang bahasa Indonesia, khususnya dalam menganalisis nilainilai yang terkandung pada sebuah novel.
8
2.
Manfaat Praktis a. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan lebih memahami nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. b. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan memberi masukan kepada pengarang mengenai bentuk nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada novelnya. c. Bagi pendidik, menambah pengetahuan pendidik terhadap pembelajaran sastra khususnya nilai-nilai pendidikan karakter dan implikasinya terhadap materi pembelajaran bahasa Indonesia. d. Bagi peserta didik, menambah wawasan peserta didik untuk menemukan bentuk nilai pendidikan karakter pada sebuah novel.