BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian 4.1.1
Profil Perusahaan Sejarah JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi berdiri pada bulan Maret tahun 2000. Awalnya, perusahaan ini bernama JOB Pertamina Exspan-Senoro Toili (Indonesia) Ltd. Setelah itu, perusahaan melakukan re-branding dengan mengganti nama tersebut menjadi JOB Pertamina-Exspan Tomori Sulawesi pada bulan Oktober. Pada bulan April tahun 2003, perusahaan kembali melakukan re-branding dengan mengganti nama menjadi JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi. JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi adalah badan kerjasama operasi yang dibentuk berdasarkan Production Sharing Contract antara perusahaan PT. Pertamina Hulu Energi (sebagai operator) dengan PT Medco E&P Tomori Sulawesi (sebagai kontraktor) berdasarkan Production Sharing Contract Senoro-Toili Block (JOB PSC) untuk melaksanakan kegiatan operasi perminyakan pada blok tersebut. JOB-PSC Blok Senoro-Toili di tandatangani pada tanggal 4 Desember 1997, dengan nama JOB Pertamina-Union Texas Tomori Inc., kemudian dalam perjalanannya, kepemilikan “working interest” berpindah tangan dari Union Texas kepada ARCO dan selanjutnya kepada PT. MEDCO Energi International Tbk. Pemerintah dalam hal ini SKKMIGAS melakukan tugas pengawasan kepada Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi selaku Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) untuk melakukan kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi di lapangan Gas Senoro dan Lapangan Minyak Tiaka yang hasilnya dipergunakan sebesar-besar nya demi kemakmuran rakyat Indonesia. Landasan 51
52 kerja JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi setiap tahun didasarkan pada Work Program and Budget (WP&B) yang disepakati oleh kedua partner (PT. Pertamina Hulu Energi dan PT. Medco E&P Tomori Sulawesi) dan disetujui oleh Pemerintah (SKKMIGAS yang dahulu bernama BPMIGAS). Visi, Misi dan Tata Nilai JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Visi JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Menjadi operator perusahaan minyak dan gas bumi yang terbaik dan terpandang di Indonesia. Misi JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Melakukan kegiatan operasi migas secara profesional dengan inovasi yang berkelanjutan secara efektif dan efisien untuk memberi keuntungan yang besar bagi shareholder dan stakeholder. Tata Nilai JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi 1.
Bersih Menjalankan bisnis dengan jujur, adil, standar etika tertinggi, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas serta selalu berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik (good corporate governance).
2.
Terbuka Mendorong informalitas dan keterbukaan dalam berkomunikasi, membangun rasa saling percaya, saling asah-asih dan asuh diantara
pekerja
dan
manajemen
JOB
maupun
kepada
shareholder. 3. Berkemampuan Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional, memiliki talenta serta penguasaan teknis tinggi, berkomitmen meningkatkan kemampuan diri setiap saat dan mengetahui batas kemampuan.
53 4. Inovatif Membangun budaya selalu ingin maju dan semangat menjadi yang terbaik serta senantiasa mencari terobosan demi tercapainya proses atau hasil yang lebih baik, lebih aman, lebih cepat dan lebih murah. Logo Perusahaan
Gambar 4.1 Logo JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Indentitas JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Alamat
: Gedung Bidakara 4th Floor, Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 71-73, Jakarta 12870.
Telp
: +62-21 29965791
Fax
: +61-21 83793101
Website
: http://www.job-tomori.com
Struktur Organisasi JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Struktur Organisasi JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2 Struktur Organisasi JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi
54 JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi dipimpin langsung oleh General Manager. Di bawah General Manager terdapat delapan department yang masing-masing memiliki struktur organisasi sendiri. Berikut struktur organisasi dari masing-masing department ; 1. Senoro Development Project Manager
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Senoro Development Project Manager Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Senoro Development Project Department – HSE
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Senoro HSE Coordinator Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi
55 Senoro Development Project Department - Facilities
Gambar 4.5 Struktur Organisasi Senoro Facilities Manager Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Senoro Development Project Department – Plan and Control
Gambar 4.6 Struktur Organisasi Senoro Plan & Control Manager Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi
56 Senoro Development Project Department – Pre Operations
Gambar 4.7 Struktur Organisasi Senoro Pre-Operation Manager Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi 2. Technical Planning Manager
Gambar 4.8 Struktur Organisasi Technical Planning Manager Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi
57 3. Field Manager
Gambar 4.9 Struktur Organisasi Field Manager Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi 4. Drilling Manager
Gambar 4.10 Struktur Organisasi Drilling Manager Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi
58 5. Finance Manager
Gambar 4.11 Struktur Organisasi Finance Manager Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi 6. HSE Manager
Gambar 4.12 Struktur Organisasi HSE Manager Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi
59 7. Supply Chain Manager
Gambar 4.13 Struktur Organisasi Supply Chain Manager Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi 8. General Affairs Manager
Gambar 4.14 Struktur Organisasi General Affairs Manager Sumber : Data HRD JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi
60 4.1.2
Profil Unit Kerja Yang Di Teliti Berdasarkan struktur organisasi JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi diatas, obyek penelitian ini difokuskan pada divisi Community Developement yang merupakan bagian dari General Affairs
Department
perusahaan.
Berikut
struktur
organisasi
Community Developement Division :
Gambar 4.15 Struktur Organisasi Community Development Sumber : Dokumen community development Community Development Division adalah bagian dari General Affairs Department di JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi yang seluruh kegiatannya berhubungan dengan progam pengembangan komunitas di sekitar wilayah operasi JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi. Community Development Division memiliki anggaran WP&B yang disebut TJS. Penanggung jawab program pengembangan
komunitas
adalah
General
Affairs
Manager,
sedangkan implementasi programnya oleh Community Development Section Head beserta tim lapangan. Tugas dan tanggung jawab Community Development Officer meliputi: 1.Identifikasi atau assessment. 2.Analisis. 3.Sosialisasi.
61 4.Implementasi. 5.Monitoring. Tugas dan tanggung jawab Community Development Analyst meliputi: 1.
Perencanaan program dan anggaran biaya atau planning and budgeting.
2.
Pengajuan
persetujuan
program
dan
anggaran
ke
SKKMIGAS. 3.
Pengorganisasian.
4.
Reporting.
5.
Monitoring dan evaluasi.
Job Description Community Development 1. Melakukan koordinasi dan komunikasi langsung dengan masyarakat di wilayah operasi perusahaan untuk menyerap aspirasi dan potensi masyarakat / alam yang akan dijadikan acuan didalam melaksanakan program community development agar tujuan yang ingin dicapai dapat teralisasikan. 2. Mengatur,
melaksanakan
dan
berpartisipasi
dalam
pembangunan rumah ibadah, sekolah, dan fasilitas umum yang lain pada masyarakat serta mengatur pemberian sumbangan perusahaan kepada pemerintah setempat dalam membantu pengembangan
lingkungan
agar
kelancaran
kegiatan
perusahaan dapat terjamin. 3. Menciptakan hubungan baik dan kerjasama dengan fungsi keamanan setempat agar dapat menjamin keamanan dalam operasi perusahaan. 4. Menyiapkan dan memelihara dokumentasi yang berhubungan dengan kegiatan community development berupa film, foto, poster agar dapat dipublikasikan dan diinformasikan pada pihak terkait dengan baik. 5. Memberikan penjelasan dan pengarahan mengenai kegiatan dalam program community development kepada masyarakat setempat dan instansi terkait di wilayah operasi perusahaan.
62 6. Mengidentifikasi dan secara objektif memilih kelompok masyarakat
yang
akan
menerima
program
community
development yang akan dilaksanakan agar dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. 7. Menyusun rencana kerja dan membuat surat menyurat yang berhubungan dengan kegiatan community development agar dapat menunjang kelancaran kegiatan perusahaan. Alur kerja Community Development Alur dari pembuatan dan pelaksanaan program kegiatan Community Development adalah : Tim Community Development A. Melakukan pemetaan kondisi sosial (social mapping) masyarakat yang akan menerima program community development. B. Membuat assesment program berdasarkan data social mapping yang telah dilakukan. C. Membuat rencana strategis jangka panjang (lima tahun) dan rencana kerja jangka pendek (satu tahun) berdasarkan hasil pemetaan kondisi sosial masyarakat yang telah teridentifikasi. Rencana strategis mencakup visi, misi, dan tujuan, analisis isu strategis, program jangka panjang yang dirinci dalam program tahunan, indikator program yang terukur serta target sasaran program. Rencana kerja tahunan meliputi deskripsi kegiatan, indikator
keberhasilan
yang
terukur,
jadwal
pelaksanaan,
anggaran dan target sasaran kegiatan.. D. Mensinkronisasikan rencana stategis jangka penjang dan program jangka pendek dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang diikuti oleh perwakilan masyarakat dan pemerintah. E. Mengajukan usulan WP&B (Work Program and Budgetting) dan meminta persetujuan kepada General Affair Manager sesuai hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
63 General Affair Manager A. Menerima usulan WP&B (Work Plan and Budgetting) dari Community Development Section Head. B. Melakukan evaluasi atas usulan yang diajukan. C. Memberikan persetujuan atau penolakan atas usulan yang diajukan. D. Mengajukan usulan WP&B dan meminta persetujuan kepada SKK Migas dan OP.COM (Operating Committe) Tim Community Development Membuat perencanaan pelaksanaan untuk setiap usulan kegiatan Community Development yang telah disetujui oleh General Affair, SKK Migas dan OP.COM (Operating Committe), yang terdiri atas: A. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun. B. Melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan. C. Melaksanakan Training Of Trainer kepada masyarakat. D. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan. E. Menyerahkan laporan pelaksanaan kegiatan kepada General Affair Manager dan pihak terkait lainnya. 4.1.3
Profil Informan Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu informan kunci dan informan pendukung. Informan ini dipilih berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki terhadap apa yang akan diteliti. Informan tersebut adalah : A.
Informan Kunci Informan kunci dalam penelitian ini adalah Bapak Bondan Brillianto selaku Community Development Section Head JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi. Beliau merupakan kepala dari divisi community development yang tentunya memiliki pengetahuan dan dapat menyampaikan gagasan yang membantu peneliti memahami apa
64 yang sedang terjadi. Beliau adalah orang yang berperan sebagai pimpinan yang bertanggung jawab atas semua program empowerment yang dijalankan oleh community development. B.
Informan Pendukung Informan pendukung dalam penelitian ini ialah karyawan atau staff pada divisi community development yang merupakan bawahan dari Bapak Bondan Briliantto, yaitu Bapak Yuyu Wahyudin, Bapak Atma Hermawan dan Bapak Nana Sutisna selaku Community Development Officer. Mereka berperan sebagai staff yang ada di lapangan, yang memiliki tugas untuk menjalankan program empowerment JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi.
4.2 Hasil Penelitian Bab ini akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan di departemen general affairs pada divisi community development JOB PertaminaMedco E&P Tomori Sulawesi periode Februari 2014 – Mei 2014. Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif, dimana dilakukan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi pada pengumpulan datanya. Wawancara dilakukan secara langsung dengan para informan. Durasi dalam wawancara tidak tentu, tergantung dari waktu yang dimiliki oleh narasumber. Jika pada saat di tengahtengah wawancara narasumber mendadak ingin melakukan sesuatu atau mempunyai kepentingan lain, maka wawancara di tunda dan dilanjutkan kembali ketika waktu yang dimiliki narasumber sudah tersedia. Pertanyaan wawancara yang diajukan kepada narasumber mengacu pada landasan konseptual, landasan teori dan pertanyaan penelitian. Dalam hal ini, hasil penelitian akan menjabarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan. Hasil wawancara dan observasi tersebut akan dideskripsikan dan dibandingkan sehingga muncul kesimpulan yang akan dibahas pada bab selanjutnya. Sebelum dilakukan wawancara, pertanyaan dikategorikan sesuai dengan
pertanyaan
penelitian
yang
sudah
diuraikan
Pengkategorian tersebut dapat dilihat sesuai di bawah ini.
pada
bab
satu.
65 Tabel 4.1 Pengkategorian Wawancara Analisa Komunikasi Organisasi Divisi Comdev JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Dalam Mengoptimalisasikan Program Empowerment Cara melakukan komunikasi organisasi Hubungan dengan atasan (komunikasi ke atas) Hubungan Pola Komunikasi Organisasi
dengan
bawahan
(komunikasi ke bawah) Jenis informasi yang disampaikan Hubungan dengan unit kerja lain Hubungan informal diluar pekerjaan Komunikasi internal saat masalah Kegunaan komunikasi
Fungsi Komunikasi Organisasi
Komunikasi dalam proses produksi, inovasi, dan pemelihaaraan Kesulitan
dalam
melakukan
komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, dan komunikasi dengan rekan kerja selevel Hambatan dan Solusi
Hambatan yang biasa terjadi pada proses komunikasi Solusi
mengatasi
hambatan
kesulitan tersebut Hal-hal yang terkait pada program empowerment
Sumber : Pemikiran Penulis
dan
66 Hasil dari wawancara akan dianalisa dan diolah berbarengan dengan hasil observasi sehingga akan diperoleh hasil penelitian. Hasil penelitian ini akan dikaitkan dengan teori yang dipakai pada pembahasan. 4.2.1 Pola Komunikasi Organisasi Berdasarkan hasil wawancara dengan empat informan pertama yaitu Bapak Bondan Brillianto selaku Community Development Section Head yang merupakan informan kunci, Bapak Yuyu Wahyudin, Bapak Atma Agus Hermawan, Bapak Nana Sutisna selaku Community Development Officer yang merupakan informan pendukung, diperoleh hasil mengenai pola komunikasi organisasi bahwa : a. Komunikasi organisasi dilakukan oleh divisi community development JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi melalui berbagai media, seperti bbm group, telepon, email dan teleconference. Media-media tersebut digunakan untuk melakukan komunikasi apabila tidak dapat bertemu secara langsung. Namun, pertemuan secara langsung pun juga dilakukan dalam bentuk rapat koordinasi pada saat crew change (pergantian crew). Pada rapat koordinasi ini hadir sekitar 75% staff yang ada di lapangan. Metode komunikasi yang dilakukan terdapat dua metode, yaitu metode lisan dan tulisan. Metode lisan dilakukan pada saat rapat koordinasi yang bertemu langsung secara tatap muka dan via telepon. Sedangkan, metode tulisan dilakukan melalui email dan bbm grup. Email biasanya digunakan sebagai media untuk mengirimkan laporan mingguan terkait progres kegiatan di lapangan. Laporan mingguan ini dikirim dari community develepment officer yang bertugas di lapangan kepada community development analyst dan community development section head yang ada di Jakarta. Sementara untuk bbm group, biasanya digunakan untuk sharing informasi per bidang community development officer. Selain itu, disana juga terdapat informasi mengenai aktivitas di lapangan dan dokumentasinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Bondan Brillianto, yaitu : “Komunikasinya itu ada media pelaporan, pelaporan yang tertulis ya pelaporan weekly report. Kemudian, komunikasinya dalam bentuk rapat koordinasi yang dilakukan sebulan sekali di
67 field. Dilakukan komunikasi koordinasi saat crew change, sehingga bisa terkumpul hampir 75% staff yang ada di lapangan, yang libur ya libur, tapi nanti hasilnya tetap di tuangkan ke mereka. Kemudian, komunikasi yang tertulisnya itu menggunakan media bbm grup, disitu berbagai aktivitas yang kalau kita tidak bisa ketemu kita infokan ke bbm grup. Bbm itu sendiri baik ada dokumentasi dengan foto, sharing maupun ada informasi yang perbidangnya, baik itu info yang bidangnya di comdev kelautan infrastruktur, comdev bidang kewirausahaan, bidang pertanian, ada masing-masing disitu informasi yang dimasukkan. Kemudian media komunikasi lainnya itu melalui email. Kemudian media komunikasinya yang kita lakukan itu by phone biasanya. Teleconference dilakukan jika butuh informasi yang sifatnya lisan, jadi kalau tulisan mungkin ada sedikit kurang jelas, maka informasinya komunikasi dari lisan bisa teleconference.”(Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Selain itu, komunikasi organisasi yang dilakukan oleh divisi comdev dimulai dari tahap perencanaan. Tahap perencanaan dilakukan untuk merancang
program-program
yang
akan
diterapkan,
menetapkan
anggaran yang dibutuhkan untuk program, dan persiapan program. Pada tahap perencanaan ini, komunikasi mulai dilakukan. Misalnya dalam menetapkan WP&B (Work Plan and Budgetting), dilaksanakan rakor atau rapat koordinasi untuk mengemukakan apa yang harus dipersiapkan oleh semua. Selanjutnya, dilakukan tahap kedua yaitu implementasi. Pada tahap implementasi ini ada beberapa item yang perlu dilakukan, seperti pelatihan, setelah pelatihan muncul pengetahuan, setelah itu praktek, dan setelah praktek rencana tindak lanjut. Tahap implementasi adalah realisasi teknis yang dilakukan di lapangan, bagaimana melaksanakannya, bagaimana memonitoringnya. Kegiatan-kegiatan ini tentuya harus selalu dilaporkan melalui laporan mingguan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Komunikasi dalam tahap implementasi ini terjadi pada saat reporting. Reporting tersebut bisa diberikan pada saat pertemuan langsung, bisa juga melalui email dan bbm dimana dalam media tersebut diberikan postingan gambar kegiatan sehingga memudahkan atasan dan tim comdev lain untuk meninjau dan mengamati sejauh mana program telah berjalan. Komunikasi juga dilakukan via telepon mengingat jarak yang jauh antara yang bertugas di lapangan dengan Jakarta. Namun, pertemuan secara langsung tetap dilakukan. Seperti misalnya, saat comdev section head datang ke lapangan, pasti diadakan meeting, atau
68 pada saat ada suatu kasus yang mengharuskan adanya rapat koordinasi. Pertemuan langsung juga dilakukan pada saat pergantian crew, yang dapat dimanfaatkan untuk berdiskusi membahas program, masalahmasalah yang timbul dan juga handling pekerjaan. Pertemuan secara langsung ini belum dilakukan secara rutin, karena pergantian crew tidak selalu bersamaan. Hal ini seperti pernyataan dari Bapak Yuyu Wahyudin, yaitu : “Jadi pertama adalah itu berangkat dari perencanaan ke WP&B. Dari situ kita sudah merancang bahwa programprogram yang akan diterapkan disini disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing. Program apa yang kira-kira pas disini. Nah setelah dicanangkan itu berarti kan otomatis ada perencanaan budget, berapa sih yang dibutuhkan. Nah itu yang penting. Budget berapa untuk satu kali program ini dalam satuan waktu kemudian berapa kelompok yang akan kita sasari. Kemudian yang kedua implementasi program, yang ketiga mendevelop, melanjutkan. Tapi ini implementasi program kan ada beberapa item yang harus dilakukan. Contohnya dalam pelatihan, dari pelatihan itu nanti muncul pengetahuan, setelah itu baru bulan depan praktek langsung di lapangan. Dan setelah itu baru ada RTL atau rencana tindak lanjut. Komunikasi itu terjadinya di reporting disamping kita secara direct langsung ke masyarakat.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Selanjutnya, pernyataan dari Bapak Nana Sutisna, yaitu : “Tahap komunikasi ini menurut saya dimulai dari WP&B ini sebelum masuk implementasi karena ini sudah tahap kedua. Di implementasinya, itu kan tinggal sebenernya apa yang akan dilakukan di lapangan, bagaimana memonitoringnya, bagaimana melaksanakan pekerjaannya di tahapan kedua dari tahapan perencanaan. Di tahapan ini kan tipenya hanya monitoring, koordinasi, evaluasi sama observasi. Nah, bagaimana kegiatan-kegiatan ini bisa ter-report di Jakarta. Ya itu ada laporan harian, laporan harian tidak ada si, ada email sebenernya. Tapi yang wajib cuma laporan mingguan.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Selanjutnya, mengenai cara berkomunikasi, Bapak Yuyu Wahyudin menyatakan : “Biasanya kita mengadakan meeting dulu, ada rakor dulu, rapat koordinasi. Disitu mengemukakan apa sih yang harus dipersiapkan oleh semua. Nah nanti pertengahan juga kan kita suka ada rapat lagi, meeting lagi untuk ada kendala apa sih selama disitu. Nah itu kan komunikasi yang harus intens. Nantinya ada reporting akhir sebagai akhir program. Laporan terakhir selesainya suatu program. Jadi itu di internal. Di
69 samping itu sekarang dengan teknologi komunikasi yang canggih ya kita tiap hari bisa memonitor dengan bbm yang memberikan posting gambar-gambar kegiatan, itu adalah salah satu untuk memudahkan dibagian pemegang keputusan untuk melihat atau meninjau atau mengamati sejauh mana kah program itu bisa berjalan dengan lancar. Email juga, bbm juga, komunikasi secara langsung juga. Disamping itu pun kalaupun misalkan si pemegang keputusan, pimpinan ada di jakarta, dia bisa menelepon langsung, jadi komunikasi terus berjalan setiap saat.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Selanjutnya, Bapak Atma Hermawan menyatakan : “Ya banyak cara kan, misalkan dengan pertemuan rutin kita, biasanya ada bulanan juga untuk mengkomunikasikan antara kita di comdev baik itu secara formal maupun informal. Kalau formalnya bisa ya itu dari pertemuan itu, itu kan cenderung formal. Kalau informalnya biasa mungkin by telepon atau bb itu. Atau kita pas ketemu, kita ngobrol langsung. Ketemu langsung di lapangan, berbincang langsung, itu informal.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Mengenai pertemuan langsung, Bapak Yuyu Wahyudin mengatakan : “Secara rutin iya, jadi saat-saat seorang section head datang ke sini pasti mengadakan meeting. Jadi dimana saat-saat kita berkumpul disini ya kita mengadakan rapat, mengadakan pertemuan, apa yang dibahas dan apa persoalan yang harus dikerjakan. Secara formal, maupun secara informal. Secara formal misalnya kita mengadakan meeting di suatu tempat, bisa masing-masing mempresentasikan apa yang telah dilakukan. Disitu kita terjadi diskusi.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Selanjutnya, Bapak Nana Sutisna menambahkan : “Pernah, tapi sifatnya tidak rutin, accidental. Begitu ada kasus kumpul, harusnya kan tidak seperti itu. Ya harapan dari pimpinan sis ebenernya setiap kali hand over ada pertemuan. Cuma pelaksanaan di lapangannya menjadi sulit, karena mungkin lebih dibangun komunikasi secara personal.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Selain itu, Bapak Atma Hermawan mengatakan : “Iya, selalu dilakukan terutama saat-saat pas crew change. Pas crew change ini kan berkumpul semua. Ya kita bertemu disitu, baik ya membahas program, maupun masalah-masalah yang timbul, sambil kita juga handling over pekerjaan. Kalau waktu itu si kita cadangkan sebulan sekali, cuma karena kadangkadang memang ini kondisi dan situasinya belum memungkinkan, ya itu kita momennya saat momen-momen yang
70 crew change itu. Maksudnya saat-saat kita ada yang pulang, on off. Selama ini sudah beberapa kali tapi tidak rutin waktunya. Rutin, tapi waktunya tidak selalu sebulan sekali. Tadi itu pas momennya aja. Ya ini, pergantian crewnya yang tidak selalu bersamaan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Komunikasi juga dilakukan oleh community development section head dengan community development analyst di Jakarta setiap pagi pada saat awal bekerja. Informasi dari komunikasi tersebut akan disampaikan kepada comdev officer yang bertugas di lapangan jika ada perkembangan dan perubahan yang harus di ketahui. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Bondan Brillianto yaitu : “Nah untuk yang di Jakarta, comdev analyst itu setiap pagi pas awal bekerja kita lakukan meeting, kita eksekusi informasinya ke temen-temen yang di kalau ada perkembangan perubahan apa yang ketahui.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014)
dilakukan kemudian lapangan harus di
b. Komunikasi ke bawah dilakukan oleh comdev section head dengan baik. Hubungan yang terjalin antara comdev section head dengan bawahan dalam hal ini comdev officer dan comdev analyst pun berjalan dengan baik. Hubungan yang terjalin diantara mereka adalah hubungan rekan kerja dimana sang atasan dalam hal ini comdev section head selalu menganggap bawahan sebagai partner kerja dan tim kerja, bukan sebagai anak buah. Beliau juga menganggap bahwa bawahan dalam hal ini comdev officer yang bertugas dilapangan merupakan ujung tombak informasi dimana antara mereka dan beliau harus mempunyai informasi yang sejalan. Hal ini seperti pernyataan Bapak Bondan Brillianto, yaitu : “Kalau hubungan dengan bawahan, artinya subordinat, saya selalu mengedepankan sebagai partner kerja bukan sebagai boss and the geng dan anak buah. Tapi lebih kepada tim rekan kerja, dimana temen-temen yang ada di lapangan itu sebagai ujung tombak ya, sebagai informasi. Itu harus sejalan informasinya, komunikasinya dengan yang ada dipusat artinya saya.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) c. Komunikasi ke atas yang dilakukan oleh comdev section head dengan general affairs manager sejauh ini juga berjalan dengan baik. Manager selalu memberi kepercayaan kepada tim comdev untuk melakukan pekerjaannya. Selain itu, manager juga memberikan support kepada tim
71 comdev dan mempercayakan kepada comdev section head untuk dapat menginformasikan hal yang berhubungan dengan pekerjaan kepada dirinya. Comdev section head sendiri selalu berusaha untuk tidak menyampaikan masalah kepada manager. Informasi yang disampaikan oleh comdev section head kepada manager kebanyakan adalah informasi mengenai perkembangan yang baik, karena terkadang saat atasan mengambil suatu keputusan dan memberikan perintah untuk melakukan sesuatu di lapangan, perintah atau keputusan tersebut belum tentu bisa langsung direalisasikan, karena atasan tidak mengetahui persis kondisi real yang dialami di lapangan. Maka dari itu, jika ada suatu masalah, beliau berdiskusi terlebih dahulu dengan tim comdev yang bertugas dilapangan, karena mereka yang lebih mengetahui kondisinya dan lebih banyak mengetahui informasi. Disamping itu, jika tim comdev perlu penguatan dari atasan dalam hal ini manager untuk memberikan persetujuan, maka comdev section head akan memberikan informasi dengan data-data yang valid, sehingga manager dapat memberikan persetujuan. Artinya, dalam hal ini tim comdev hanya meminta justifikasi atau ‘restu’ dari atasan terkait hal yang ingin mereka kerjakan. Selain itu, comdev section head juga memberikan informasi jika dibutuhkan keputusan dari yang lebih tinggi dan dibutuhkan dukungan dari yang lebih tinggi untuk melakukan sesuatu. Sehingga, jika terjadi perbedaan pendapat dengan bawahan, beliau dapat memberitahukan bahwa hal ini sudah diputuskan oleh manager dan harus dilakukan, Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Bondan Brillianto, yaitu : “Kemudian kalau untuk dengan atasan sejauh ini dengan pimpinan dari pak Ferry yang baru ini kita sangat dipercaya untuk melakukan aktivitas dan inovasi, nah kemudian beliau juga support, sangat support sekali untuk melakukan pekerjaan ini dan beliau juga mempercayakan lebih kepada saya untuk bisa mampu menginformasikan. Saya juga berusaha untuk menyampaikan ke atas itu bukan masalah, tapi hal yang mungkin tidak bisa saya putuskan dan perlu dukungan keputusan dari atasan. Jadi kalau ada masalah, itu tidak langsung ke atas, bukan berarti yang atas itu harus terima yang baik-baik saja engga, tapi ini misalnya ada masalah yang bisa kita selesaikan, kita selesaikan. Jadi lebih baik saya berdiskusinya dengan temen-temen di lapangan karena otomatis pertimbangannya itu ada di temen-temen yang di lapangan.
72 Kadang atasan kalau kita tanya mengambil keputusan ini, perintahnya begini, saat di lapangan itu belum tentu bisa di aplikasikan karena atasan tidak tau persis realnya di lapangan. Tapi kalau kita perlu penguatan, kita sebaiknya dorong ke atasan itu dengan informasi data-data yang sangat valid, sehingga ya kita hanya minta justifikasi aja, hanya minta restu lah ibaratnya. Nah, dukungan tadi yang kita sampaikan ke bawahan kalau memang mungkin terjadi sedikit perbedaan pendapat, artinya, ini udah diputusin loh dengan manajemen, misalnya. Jadi gaada kata untuk tidak dilakukan kalau itu menyangkut kebutuhan yang kritikal.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Selain itu, komunikasi ke atas yang dilakukan comdev officer dalam hal ini Bapak Yuyu Wahyudin, Bapak Atma Hermawan dan Bapak Nana Sutisna dengan comdev section head juga berjalan dengan baik. Hubungan terjalin baik dimana masing-masing melakukan tugas dan fungsinya, terdapat sinergitas yang bagus antara atasan dengan bawahan. Atasan dalam hal ini comdev section head selalu memberikan dukungan, di satu sisi atasan sudah memikirkan apa yang harus disiapkan menurut kapasitasnya, dan comdev officer menyiapkan dan mengimplementasikan program sesuai dengan kapasitas. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak Yuyu Wahyudin, yaitu : “Selama ini berjalan dengan baik, saya merasa terbantu, karena ada sinergitas yang bagus. Satu sisi si atasan sudah memikirkan yang akan terjadi dan yang harus dipersiapkan menurut kapasitas dia. Dan kami pun disitu menyiapkan, mengimplementasikan program sesuai juga dengan kapasitas. Jadi ada sinergitas antara kami di lapangan dengan pimpinan, jadi selama ini singkron.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Pernyataan
tersebut
didukung
dengan
pernyataan
Bapak
Hermawan, yaitu : “Hubungan kerjanya sangat baik, dimana kita melakukan tugas dan fungsi masing-masing. Beliau sebagai atasan sangat mendukung kita di lapangan, nah saya juga begitu. Saya di bagian lapangan ya di bagian lapangan. Pak bondan perannya diatas. Baik menyetujui anggaran, atau melancarkan anggaran ini untuk kegiatan program ini, atau banyak hal lah yang bisa pak Bondan lakukan sebagai pimpinan supaya di lapangan ini lancar, saya juga begitu. Jadi bagaimana pak Bondan meluncurkan program di lapangan supaya dampaknya kelihatan seperti saat ini. Selama ini terjalin sangat baik dengan pak Bondan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014)
Atma
73 Selain itu, Bapak Nana Sutisna juga menyatakan : “Karena organisasi itu kan hierarkial ya, artinya apa yang diinginkan pimpinan itu yang kita terjemahkan. Persoalan ada perbedaan pendapat dan sebagainya ya hal yang wajar sebenernya. Artinya, proses-proses diskusi ini tetap berjalan, bagus.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) d. Komunikasi horizontal yang terjalin di antara comdev officer juga berjalan dengan baik. Hubungan yang terjalin baik di dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan terjalin dengan lancar. Kendala biasanya terjadi ketika terdapat perbedaan pendapat antara satu dengan yang lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena perbedaan background pendidikan yang dimiliki masing-masing personil. Terjadi perbedaan pandangan dan ketidakcocokan diantara mereka, namun, ini dapat teratasi dengan adanya komunikasi yang bisa membuat mereka saling mengerti. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak Yuyu Wahyudin, yaitu : “Sangat baik selama ini, karena kamipun, apalagi kalau misalkan dengan pak Agus tingteng saya itu selalu begitu. Kekurangan kita di dua minggu pertama ini selama on duty, itu dilengkapi oleh pak Agus back to back dengan kami. Misalnya saat persiapan untuk pameran misalnya, begitu saya off dia yang melanjutkan disana. Jadi, disini adanya kerjasama yang bagus.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Dan juga pernyataan dari Bapak Atma Hermawan, yaitu : “Sangat baik juga, karena kita juga setiap laporan kan di cc semua. Kita juga by phone, by bb, semua terjalin dengan baik.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Selain itu, pernyataan dari Bapak Nana Sutisna, yaitu : “Komunikasi yang terjalin antara sesama kita kan sebenernya laporan,weekly reporting. Yang pasti hubungannya ya hubungan kerja sifatnya. Tapi diluar pekerjaan, kita tetep masih bisa berkomunikasi. Artinya, ada suasana-suasana formal, ada suasana-suasana informal. Itu yang memang diciptakan sama pimpinan.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Bapak Nana Sutisna juga mengatakan : “Kalau saya sama temen-temen yang lain walaupun dia di rumah selalu melakukan komunikasi lewat telepon. Cuma itu kan bukan komunikasi yang official gitu, jadi komunikasinya nonformal aja ‘kira-kira apa yang akan dilakukan di lapangan, ini ini ini’ ‘gue harus ngapain, ini ini ini.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014)
74 e. Informasi yang disampaikan oleh comdev section head kepada bawahan lebih kepada bertanya. Instruksi yang diberikan lebih berupa pertanyaan terkait pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan. Sehingga, hal yang ditanyakan tersebut secara tidak langsung adalah sebuah intruksi yang harus dilakukan oleh bawahan dan selanjutnya akan jadi suatu kebiasaan bagi bawahan untu melakukan hal tersebut. Namun, jika ada suatu informasi atau metode yang baru, maka beliau memberikan perintah secara langsung. Hal ini seperti pernyataan dari Bapak Bondan Brillianto yaitu : “Saya menjaga berusaha untuk tidak menginstruksikan tapi lebih banyak kepada bertanya, jadi strateginya itu dengan bertanya. Bertanya itu sebenernya kalau diterjemahkan instruksi. Tapi untuk hal-hal yang memang belum diketahui dan harus diketahui dari sini, misalnya ‘eh kita besok mau proper’ nah dalam proper tadi ‘tolong, temen-temen di lapangan misalnya temen-temen SRI bisa melaporkan atau menghitung jumlah hasil jerami yang di tebang yang sekarang sudah tidak dibakar lagi berapa ton’. Nah itu sifatnya perintah. Informasi perintah yang harus kita lakukan karena adanya suatu metode atau suatu informasi yang baru.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Selain itu, comdev officer menyampaikan pesan kepada comdev section head dengan cara formal maupun informal, baik itu melalui telepon maupun komunikasi secara langsung. Komunikasi yang disampaikan adalah atas dasar perencanaan yang sudah tertulis dan disepakati. Semua informasi disampaikan kepada atasan, baik itu good news atau bad news. Informasi yang disampaikan biasanya yang berhubungan dengan program, seperti alasan diadakannya program, data pendukung program, implementasi program, perencanaan program, aktivitas keseharian, dan sebagainya. Selain itu, disampaikan juga mengenai potensi yang dimiliki oleh masyarakat dan kapan diadakan program. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak Nana Sutisna, yaitu : “Ya komunikasi langsung aja. Misalnya ada kendala. Saya bukan orang yang abs ya, maksudnya asal bapak senang. Semua komunikasi saya sampaikan.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014)
75 Selanjutnya, didukung dari pernyataan Bapak Atma Hermawan, yaitu : “Kalau kebetulan kalau disini dengan pak Bondan ini saya tidak terlalu kesulitan untuk menyampaikan program karena beliau sendiri sudah sama-sama paham, karena saya dulu lama, lama di Medco itu berbarengan sama beliau. Namun demikian jika ada program yang baru, tentu saya juga menyampaikan baik itu secara formal atau nonformal. Biasanya begitu. Jadi selain formal biasanya kita nonformal, baik itu melalui telepon, atau saya ngobrol langsung dengan beliau, saya ungkapkan dengan data. Jadi tidak hanya programnya, tapi datanya juga saya sampaikan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Selain itu, mengenai jenis informasi yang disampaikan Bapak Nana Sutisna mengatakan : “Semua hal. Ya implementasi program, perencanaan program, aktivitas keseharian dan sebagainya.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Selanjutnya, Bapak Atma Hermawan mengatakan : “Ya tadi itu, selain juga alasan kenapa harus program ini, tapi juga data yang paling penting untuk mendukung program itu, yang kita harus sampaikan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Kemudian Bapak Yuyu Wahyudin menyampaikan : “Pertama adalah potensi, potensi setelah kita mengadakan assessment. Kemudian yang kedua, kapan mulai, kan begitu pertanyaannya. Ini kami sudah membikin schedulingnya seperti ini, schedulenya adalah bulan ini ada pelatihan, minggu ini pelatihan, minggu berikutnya adalah kita persiapan bahan, minggu berikutnya adalah kita mulai implementasi, minggu berikutnya lagi adalah kita mengadakan evaluasi. Prinsipnya adalah kita mencoba terus untuk berlanjut sesuai dengan tahapan-tahapan.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) f. Dalam
menjalankan
program
empowerment,
tim
comdev
juga
berhubungan dengan unit kerja atau departemen lain, terutama kelompok yang berada didalam satu naungan payung, seperti relations, security, dan legal. Hubungan pada relations seperti kaitannya dengan hubungan antar stakeholder atau dengan aparat setempat, tim relations membantu tim comdev untuk menjalin hubungan baik dengan stakeholder atau aparat setempat. Selain itu, tim relations juga membantu tim comdev untuk dapat menjual hasil-hasil kegiatannya melalui publikasi. Sedangkan,
76 untuk security berhubungan dengan keamanan tim comdev dalam melaksanakan tugasnya di lapangan. Dalam hal ini tim security dapat membantu untuk mengawal tim comdev. Selain itu, tim comdev juga berhubungan
dengan
departemen
yang
diluar
naungan,
seperti
environment. Hubungan tersebut berguna untuk menginformasikan program yang telah dilakukan oleh comdev dan menyampaikan apa yang diinginkan departemen lain terkait program comdev. Melalui hubungan ini, tim comdev juga dapat memberikan ilmu kepada departemen lain mengenai program comdev. Seperti misalnya, pada departemen drilling, mereka meminta tim comdev untuk mengajarkan cara membuat kompos dan mol, tim comdev pun dengan senang hari memberikan ilmunya. Hubungan dengan unit kerja lain tentunya sangat membantu tim comdev dalam menjalankan program empowerment. Seperti halnya jika tim comdev butuh tim kesehatan untuk memberikan sosialisasi mengenai hal kesehatan kepada masyarakat. Melalui hubungan baik yang terjalin, tentunya hal tersebut dapat dilakukan dengan mudah. Disamping itu, tim comdev juga ingin mengajak teman-teman dari departemen lain untuk dekat dan berinteraksi dengan masyarakat. Hal ini seperti pernyataan dari Bapak Bondan Brillianto, yaitu : “Contohnya di relations, kemudian di security, kelompok internal yang dibawah satu naungan payung, kemudian kita ada di legal. Bahkan untuk yang lintas divisi seperti environment, she, safety, hal itu tetep kita informasikan dan itu semua program terinteraksi dengan baik. Artinya, kalau environment, kita kasih tau kalau kita sudah tidak melakukan pembakaran jerami, berarti mengurangi efek karbon penyebab dari kerusakan ozon, itu kita informasikan ke environment sebagai bahan, dan mereka juga tentunya akan bagus mendukung, sebaliknya environment maupun she bisa menyampaikan apa yang dia inginkan terhadap program-program comdev seperti misalnya daur ulang, kita punya program rencana daur ulang mungkin temen-temen comdev bisa membantu dalam sisi upaya bagaimana sih produk daur ulang itu dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti buat pangan, pakan lele, berkaitan integrasinyalah ke lintas departemen.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Selain itu, Bapak Yuyu Wahyudin menyampaikan : “Tentu saja. Karena orientasi kita adalah pemberdayaan masyarakat tidak hanya sekedar dari internal kita harus berhubungan tapi dari eksternal juga iya. Misalnya begini, hal
77 ini harus diketahui oleh stakeholder. Jadi kita harus kontak dengan kepala desa, dengan camatnya, dengan bupatinya, dengan wartawannya, dengan pr nya, dengan humasnya, karena humas itu kan nantinya akan menyampaikan, program ini bagus, harus diangkat ke permukaan, harus diangkat di media, sehingga lebih meluas, lebih banyak lagi yang mengetahui terutama yang pemegang keputusan itu. Misalnya seperti ada pembebasan lahan, supaya bisa membentengi dari gejolak masyarakat, kita masuk. Sehingga masyarakat bisa tenang, kita memberikan sesuatu kepada masyarakat. Jadi apa yang dilakukan oleh departemen lain kita bisa mengcovernya sehingga kestabilan daripada perusahaan terhadap gejolak masyarakat itu bisa tertangani. Kita dalam melaksanakan suatu program karena ada kerjasama dari mereka minimal tidak dihambat, contohnya di drilling disana itu dia mau mengajukan penghijauan, lahan ada yang harus dimanfaatkan, kan itu kerjasama kita antara comdev dengan itu tadi. Tidak hanya dengan masyarakat, disana di latih bagaimana cara bikin kompos dan mol, itu semua saling sinergi, saling membutuhkan.”(Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Selanjutnya, Bapak Atma Hermawan mengatakan : “Kalau departemen lain mungkin kita koordinasinya dengan humas, biasanya dengan security kalau di lapangan. Jadi kalau di lapangan itu sama humas, sama security. Kalau humas kaitannya dengan hubungan antar stakeholder biasanya, atau dengan aparat setempat, itu terutama di awal. Kita di awal masuk, itu humas. Terus juga security di lapangan kita koordinasilah. Koodinasi dengan security, terutama juga di awal ini security bisa mengawal kita. Termasuk selanjutnya juga kita juga terus koordinasi program-program apa yang sudah kita lakukan di lapangan, sehingga security juga tau kegiatan kita.”(Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Mengenai hubungan dengan unit kerja lain membantu, Bapak Atma Hermawan mengatakan : “Ya, cukup membantu lah. Terutama dari sisi lain. Tadi dari sisi keamanannya, comdevnya mungkin dari kita menghubungkannya, terutama di awal ke stakeholder atau ke aparat setempat. Nah itu membantu juga. Tapi selain yang tadi mungkin akhirnya sekarang malah kita hubungan dengan departemen lain tidak hanya sebatas itu. Termasuk dengan departemen lain seperti mungkin yang di Tiaka itu kan, di drilling, atau di departemen lain yang lebih luas lagi karena mereka tidak hanya tau tapi mereka justru ingin belajar. Mereka ingin seperti disini. Jadi malahan dengan hampir seluruh departemen ada hubungannya. Mereka yang mengharapkan kita untuk juga mengajari mereka.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014)
78 Bapak Nana Sutisna juga menyatakan : “Kita ini kan bagian kecil dari organisasi yang besar, jadi tidak mungkin berjalan sendirian tanpa adanya yang lain. Sebagai contoh, keamanan kita di lapangan kan riskan. Makanya kita harus berkoordinasi dengan temen-temen security, ketika kita masuk ke suatu lokasi atau kegiatan. Itu menjadi penting. Misalkan bagaimana kita menjual hasil-hasil kegiatan kita. Temen-temen humas yang punya kerjaan. Bagaimana membangun komunikasi yang baik, artinya posisi levelingnya kan sejajar, nah proses ini kan tujuannya sama sebenernya. Bagaimana pihak-pihak yang bekerja di external ini mendapat support dari masyarakat. Artinya, ya sederhananya kita ini bekerja bukan di aspek teknis, jadi ya harus sama-sama berjuang.”(Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) g. Hubungan informal juga terjalin antara comdev section head dengan bawahannya, seperti misalnya pada kegiatan pertandingan tennis, yang diikuti comdev section head dan bawahannya yang juga memiliki hobi bermain tennis. Selain itu, pada saat makan siang atau istirahat kantor, mereka makan bersama. Pada saat-saat seperti itu terjalin komunikasi, sehingga antara comdev section head dengan bawahannya saling mengetahui dan memahami keinginan dari masing-masing pihak. Komunikasi yang terjalin pada saat informal ini tidak hanya sebatas kepada pekerjaan saja, melainkan hal lain juga dibicarakan, seperti curahan hati bawahan yang ingin sekolah lagi, menanyakan pendapat atasan mengenai jurusan apa yang sebaiknya diambil, dan hal-hal lainnya diluar pekerjaan. Hal ini tentunya membuat bawahan merasa nyaman dan percaya kepada atasan. Selain itu, hal ini juga dapat digunakan oleh atasan sebagai cara untuk menyamakan visi dan pola pikir, sehingga tim comdev akan terlihat kompak dan lebih mudah untuk satu suara dan saling melindungi satu sama lain. Hubungan informal yang terjalin di antara comdev section head dan comdev officer ini juga sudah seperti keluarga. Terkadang ketika waktu off, comdev officer tetap saling berhubungan untuk membahas suatu hal diluar pekerjaan. Hubungan informal ini juga dapat membantu mereka dalam hal meyampaikan dan menerima pesan. Hal ini seperti pernyataan dari Bapak Bondan Brillianto, yaitu : “Hubungan kita di luar pekerjaan itu harus, karena itu tadi, di awal saya sampaikan bahwasannya intensifikasi komunikasi yang sering itu membuat kita sama visi. Contoh, misalnya ada
79 kegiatan pertandingan tennis dimana dua orang staff saya ini juga punya kemampuan tennis, kita main sering bareng, supaya komunikasi dengan mereka itu bisa lebih enak, jadi ada apa langsung sudah tau, maunya keinginan anak buah, maunya atasan itu sudah langsung cepet dipahami. Kemudian, apapun itu, misalkan makan-makan bareng, dari komunikasi makan kita bersama aja itu sebuah komunikasi yang harus kita bina, jangan pas saat makan siang atau istirahat kita makan sendiri, ya seminggu tuh adalah sekali dua kali yang kita lakukan sembil makan, sambil juga ngobrol. Obrolannya macam-macam, tidak musti harus kerjaan, baik cuhatan, baik itu masalah internal, yaa ada yang pengen sekolah lagi atau mereka juga minta pendapat, ngambil jurusannya apa, itu kan diluar pekerjaan. Kalau mereka bertanya itu artinya mereka merasa nyaman dan merasa percaya dengan apa yang sudah kita lakuin.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Selain itu, Bapak Bondan Brillianto juga menyampaikan : “Kita sudah saling memahami, bahkan ada kegiatan-kegiatan yang diluar kegiatan rutin, misalkan olahraga, makan, hobi, itu saya yang belum terwujud saya pengen ajak mancing, atau jalan bareng lah. Tapi karena waktunya kita memang belum mungkin untuk semacam gathering yang meninggalkan pekerjaan 2-3 hari keluar. Kemarin kita ke Solo juga sama, kita kompak. Bisa satu bis, kita foto bareng, dimana-mana foto bareng, memang kesannya kita menjadi sesuatu yang eksklusif, kok ga berbaur dengan lainnya, bukan begitu, kita pengen kita kompak secara internal dulu, tunjukan eksistensi kita, sehingga kita terdengar kompak jadi kita tidak akan mudah untuk kita goyah, kita lebih mudah untuk satu suara di masyarakat, kita lebih saling melindungi satu sama lain tim kita untuk kalau misalnya adanya informasi yang kurang pas.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Selanjutnya, Bapak Atma Hermawan mengatakan : “Iya, deket. Ya kita deket, silaturahmi kita sangat dekat. Apalagi dengan pak Bondan, dengan atasan. Jadi ini betul-betul sudah seperti keluarga lah. Paling dengan pak Bondan, kalau saya pulang juga nginep di rumah. Terus ya sama temen-temen juga, baik sama pa Wahyu, pak Nana, pak Iwan. Itu kan adalah salah satu wujud atau ciri kedekatan kita antara rekan kerja, begitu juga dengan atasan, pak Bondan ini.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Bapak Yuyu Wahyudin menambahkan : “Seringnya yang informalnya. Karena dengan informal ini, tapi kita tetap orientasinya bahwa ini untuk perbaikan program, itu malah lebih sering, lebih intens lah. Seperti dalam kunjungan seperti ini, kan melihat langsung di lapangan. Misalnya SRI,
80 kaya kemaren kan kekeringan. Ini pemecahannya seperti apa. Itu terjadi komunikasi disitu dengan pak Bondan. Nah itu kan tidak perlu rapat, harus memakan waktu, kapan mengatur waktunya, saat itu juga bisa dikomunikasikan dan kepala bagian atau maksudnya pemegang keputusan bisa mengambil tindakan” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Lalu, Bapak Nana Sutisna menyatakan : “Ada suasana-suasana formal, ada suasana-suasana informal. Itu yang memang diciptakan sama pimpinan. Artinya ya kita kan ga melulu bekerja.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Mengenai hubungan informal yang membantu penyampaian dan penerimaan pesan, Bapak Atma Hermawan mengatakan : “Kalau menurut saya si sangat membantu, sangat membantu dalam hal penyampaian. Karena yah yang namanya sudah dekat kan, baik itu sambil bercanda, atau sambil kita bincangbincang, gitu kan. Itu bisa disampaikan dan itu sangat membantulah. Kedekatan itu sangat membantu kelancaran pekerjaan kita. Dari segi kelancaran penyampaian, jadi kita ini tidak sungkan-sungkan lagi lah, karena sudah dekat. Bisa sambil bercanda, bisa sambil ketemu, kita ngobrol.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Selanjutnya, Bapak Bondan Brillianto menambahkan : “Banyak saya dapet, misalnya gini kaya ada masyarakat yang kesulitan anggaran mau wisuda anaknya, kita ga mungkin bantu dengan uang, tetapi kemudian mereka menawarkan sawahnya untuk di sewa, nah itu kan informasi yang informal, saat di lapangan temen-temen sampaikan ke kita juga bukan pada informasi yang resmi. Lainnya, banyak seperti dilapangan ‘oh, dilapangan nih mereka banyak produk ikan’ misalkan, nah kita punya keahlian nih diluar keilmuan kita, misalnya ‘oh ini kita buatkan ini’, kita ajarkan cara memasak sambel, itu kan buat komunikasi, sebenernyakan hanya untuk komunikasi di awal kalau itu dikembangkan menjadi bisnis, dikembangkan menjadi usaha, ya bagus-bagus aja.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) h. Jika ada suatu masalah dalam program empowerment, komunikasi dan koordinasi
yang
dilakukan
oleh
tim
comdev
adalah
dengan
mendiskusikannya secara internal terlebih dahulu, seperti yang sudah dijabarkan pada point E. Comdev section head lebih menempatkan masalah tersebut kepada comdev officer yang betugas di lapangan, karena mereka lebih tau persis kondisinya. Jika comdev section head tidak ada di lokasi terjadinya masalah, maka biasanya dilakukan diskusi via phone,
81 teleconference dan bbm. Dalam diskusi tersebut comdev section head menampung terlebih dahulu masalahnya untuk kemudian besoknya dibahas kembali. Jika tidak ditemukan jalan keluar dengan cara berdiskusi via media komunikasi tersebut, maka yang dilakukan slanjutnya adalah duduk bersama untuk membahas masalah secara langsung, dalam hal ini comdev section head akan pergi ke lapangan untuk mendiskusikan hal tersebut secara langsung. Selain itu, komunikasi juga dilakukan antara comdev officer jika masalah yang terjadi tidak membutuhkan keputusan dari section head. Masalah tersebut didiskusikan dan dipecahkan secara internal oleh comdev officer dengan pendamping. Namun, jika masalah tersebut memerlukan kapasitas atasan dalam hal ini comdev section head maka akan didiskusikan bersama dengan beliau. Diskusi dilakukan bisa lewat berkumpul bersama. Namun, jika mendesak dan mengingat jarak yang jauh, maka komunikasi yang cepat dilakukan adalah via media seperti grup bbm dan telepon sehingga dapat dengan cepat mengambil tindakan. Hal ini seperti pernyataan dari Bapak Bondan Brillianto, yaitu : “Sebenernya saya lebih menempatkan mereka yang lebih tau persis kondisinya, apakah lagi marah si masyarakat. Biasanya kalau saya tidak ada di tempat dan mereka yang ada di lokasi, saya hanya membantu menggiring membuat opini. Pertama saya tampung dulu, tidak untuk langsung diselesaikan. Biasanya ada saja jalan keluarnya, kalau ga ada jalan keluar ‘oke kita pending, kita nanti duduk sama-sama’, misalnya saya dateng, gimana bagusnya. Sebelum kita naik ke atasan. Sebanyak mungkin 99% kita selesaikan sendiri di internal. Diskusinya itu via phone, teleconference, bbm. Kadang apa yang saya sampaikan, saya lagi emosi juga mereka tidak langsung mengerjakan apa perintah yang saya lakukan, mereka akan melihat perintah yang disampaikan oleh saya sebagai atasan itu dirasakan di lapangan tidak penting. Pasti nanti mereka kasih saran, lebih banyak seperti itu. Kita deket di bb lah, lebih banyak bbm grup. Kalau bbm itu tulisan harus kita perhatikan. Tulisan itu kadang dengan lisan itu berbeda, dia tidak ada nada tanda emosi, jadi sebaiknya harus komunikasi langsung.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Selain itu, sesuai dengan pernyataan dari Bapak Yuyu Wahyudin, yaitu : “Pertama kalau misalkan masalahnya itu ada di masyarakat, tentunya kita mengadakan rundingan atau mengadakan suatu musyawarah. Ada juga yang memang bukan kapasitas kita, tapi
82 misalnya yang harus memecahkan kapasitasnya adalah pimpinan. Nah itu kita sampaikan juga. Yang terjadi di lapangan itu seperti ini, masyarakat butuhnya seperti itu. Jadi perlu ada pengertian dari pihak JOB yang diwakili oleh kepala atau atasan kita untuk menyampaikan itu. Kalau kita yang menyampaikan ke masyarakat itu mungkin dianggap tidak sesuai kapasitas. Itu komunikasinya seperti itu. Tentu aja ini kalau dalam suatu permasalahan dilihat dulu permasalahannya apa, kalau masalahnya ringan, tidak perlu ada keputusan dari head, itu kita pecahkan secara di internal aja antara officer dengan pendamping. Terus jika harus dikomunikasikan antara temen, ya kita diantara rekan bisa lewat telepon, bisa lewat berkumpul, kemudian kita membicarakan masalah itu. Teleconference juga iya, kita antara atasan, kemudian kami, saling melengkapi kalau ada teleconference. Jadi bertiga atau berempat gitu kan. Jadi kita saling mengisi, saling mengajukan pendapat.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Selanjutnya, Bapak Atma Hermawan mengatakan : “Kalau komunikasi jika terjadi masalah ya itu, kalau yang cepat itu per telepon, atau grup bb yang paling cepat. Atau email. Karena kalau kita mau berkumpul, bertemu, itu mungkin agak susah, karena kita jarak berjauhan, kadang ada yang off, kadang ada yang lagi on, gitu kan. Jadi kita tidak keterbatasan waktu. Walaupun lagi off kalau ada masalah, di telepon ya kita diskusilah per telepon. Kadang-kadang diskusi di yang samasama itu bareng, seperti teleconference. Jadi bisalah kita lakukan, umumnya yang cepat itu by phone sama grup bb. Ya kalau menyelesaikan masalah itu kan perlu proses, cuma paling tidak kita bisa cepat ambil tindakan untuk mengatasi masalah itu.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Selain hasil wawancara, penelitian ini juga akan menjabarkan hasil observasi yang telah dilakukan. Hasil observasi menunjukkan bahwa : a. Komunikasi yang dilakukan oleh divisi comdev sudah berjalan dengan baik. Komunikasi yang dilakukan lebih banyak menggunakan media, seperti email, bbm grup, telepon, maupun telecoference. Namun, tidak dipungkiri bahwa komunikasi secara langsung atau tatap muka tetap dibutuhkan. Dalam hal ini, komunikasi tatap muka yang berlangsung dilakukan pada saat crew change di lapangan. Selain itu, juga dilakukan pada saat atasan sedang berkunjung ke lapangan ataupun pada saat di Jakarta ketika sebagian karyawan yang ada di lapangan sedang ada di Jakarta dan juga dengan comdev analyst.
83 b. Komunikasi yang dilakukan oleh divisi comdev tidak selalu bersifat formal, terkadang komunikasi informal pun terjalin diantara mereka. Komunikasi informal terjadi biasanya pada saat makan siang, ataupun berbicara langsung dengan atasan atau bawahan dalam kondisi di luar kerja, seperti misalnya saat atasan sedang berkunjung ke lapangan, pada kondisi non formal biasanya terjalin diskusi yang membicarakan keberlangsungan program. Komunikasi non formal juga terjadi melalui media yaitu bbm grup. Dalam bbm grup, terkadang informasi yang disampaikan tidak selalu mengenai pekerjaan, namun hal-hal lain seperti bercandaan yang membuat mereka (tim comdev) menjadi dekat. c. Komunikasi secara formal juga tidak ditinggalkan oleh divisi comdev. Komunikasi formal dilakukan melalui email atau pertemuan langsung, seperti misalnya rapat koordinasi. Email biasanya digunakan sebagai media pelaporan untuk mengirim laporan mingguan. Laporan mingguan dikirim oleh comdev officer yang sedang bertugas di lapangan kepada comdev analyst yang ada di Jakarta. Setelah itu, laporan mingguan yang dikirim tersebut di analisa dan diringkas menjadi bentuk power point untuk selanjutnya di review oleh comdev section head. Setelah di review, laporan mingguan tersebut dikirim ke seluruh departemen yang ada di perusahaan. Secara keseluruhan, pola komunikasi yang berjalan pada divisi comdev sesuai pada tabel dibawah ini. Tabel 4.2 Pola Komunikasi Organisasi Divisi Comdev Comdev officer
Comdev analyst
Comdev Section Head
General Affairs Manager Sumber : Hasil wawancara dan hasil observasi penulis
84 4.2.2
Fungsi Komunikasi Organisasi Berdasarkan hasil wawancara dengan empat informan pertama yaitu Bapak Bondan Brillianto selaku Community Development Section Head yang merupakan informan kunci, Bapak Yuyu Wahyudin, Bapak Atma Agus Hermawan, Bapak Nana Sutisna selaku Community Development Officer yang merupakan informan pendukung, diperoleh hasil mengenai fungsi komunikasi organisasi yang dijalankan oleh divisi comdev bahwa : a. Komunikasi bagi divisi community development berfungsi sebagai media pelaporan. Disamping itu, komunikasi juga berguna untuk membahas semua aspek yang berhubungan dengan pekerjaan, seperti kebijakan dari aturan tenaga kerja, informasi-informasi internal persahaan dan apa yang harus dilakukan ke depannya. Komunikasi juga sangat berperan penting bagi tim comdev untuk menjalankan program, misalnya diskusi kapan program dilaksanakan, kesiapan program tersebut, dan sebagainya. Komunikasi juga berfungsi sebagai informasi mengenai program sehingga program yang dilaksanakan tidak over lating dan tidak bertentangan satu dengan yang lainnya. Selain itu, komunikasi berguna untuk menginformasikan progress program melalui laporan mingguan. Melalui komunikasi, semua program dapat berjalan pada satu rel, sehingga akan menjadi satu pemahaman diantara tim comdev. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Bondan Brillianto, yaitu : “Itu membahas semua aspek baik itu kebijakan dari aturan tenaga kerja, informasi-informasi internal di perusahaan, maupun ke pekerjaannya sendiri, jadi pekerjaannya apa yang harus kita lakukan minggu ke depan, bulan ke depan sampai yang ke depan seperti apa.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Hal tersebut juga seperti disampaikan oleh Bapak Yuyu Wahyudin yaitu : “Oh itu sangat penting sekali, karena tanpa komunikasi saya yakin tidak akan sejalan. Jadi, menurut saya si itu memegang peranan penting. Contohnya, kita dalam hal program penerapan SRI Salibu. Program SRI salibu itu misalkan akan dicanangkan di bulan enam, kenapa bulan enam? Kenapa tidak sekarang? Nah itu perlu dikomunikasikan. Yang keduanya adalah kesepakatan. Kita membicarakan dulu dengan rekan kita, ‘gimana nih kesiapan daripada sdmnya, kesiapan dari bahan barang atau perlengkapan yang harus disiapkan sebelum implementasi, seperti bikin kompos, mol. Bikin kompos mol itu
85 kan tidak sederhana, itu perlu orang dan kita tidak selamanya ada disini. Jadi perlu dikomunikasikan dulu dengan tementemen, kalau kita lagi off, temen kita kan melanjutkan. Disamping misalnya kita juga memiliki scheduling yang sudah diterapkan, dan scheduling itu tentunya harus di bicarakan semuanya. Masing-masing ada item pekerjaan yang harus diselesaikan. Dan itu harus dipahami oleh masing-masing temen diantara comdev ini. Melalui komunikasi ini semua bisa berjalan sesuai dengan relnya. Tidak masing-masing gitu loh. Jadi saya bikin suatu perencanaan seperti ini, yang ini jalan kesini, yang itu jalan kesana. Tapi kalau dengan adanya komunikasi ini tentunya akan jadi satu pemahaman.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Selanjutnya ditambahkan oleh Bapak Atma Hermawan : “Ya sangat penting kalau menurut saya. Karena kalau di lapangan ini kita ini kan objeknya sama, masyarakat. Nah kalau kita tidak ada komunikasi yang satu mungkin ada program ini, kita tidak tahu ada program ini, bisa over lating atau bisa mungkin bertentangan programnya. Jadi harus tetep komunikasi. ‘wah ini saya sedang menjalankan program ini, dasarnya ini’ nah temen-temen kan kalau udah ada berarti apa nih yang harus di bantu, atau punya program lain, berarti kan jangan program itu lagi. Jadi itu peran atau fungsinya komunikasi. Mengkomunikasikan baik program yang akan kita jalankan, atau yang sedang kita jalankan atau perkembangannya. Kita selalu komunikasikan melalui laporan mingguan. Nah itu salah satu jalinan komunikasi. Jadi kita baca, oh itu, misalkan tadi ada program kepiting cangkang lunak, oh, udah sampai segini monitornya atau perkembangannya. Hal-hal seperti itu yang perlu diketahui oleh kita semua sebagai tim comdev agar jika ada masalah. Kita mungkin bisa kasih saran, atau jika ada kemajuan mungkin juga bisa kita terapkan di wilayah binaan kita.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Selain itu, Bapak Nana Sutisna juga mengatakan : “Di pakai semuanya. Komunikasi lisan kan biasa diskusi dan sebagainya. Komunikasi non lisan ya laporan dan sebagainya.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) b. Komunikasi juga berguna bagi tim comdev untuk melakukan proses produksi, inovasi dan pemeliharaan. Proses inovasi misalnya melalui training. Tim comdev melakukan study banding ke suatu tempat untuk memperkaya keilmuannya. Dalam study banding tersebut, masingmasing comdev dikirim keluar untuk melaksanakan training yang berbeda. Pada akhirnya nanti, mereka yang mengikuti training harus
86 sharing knowledge kepada yang lainnya. Selain itu, peran leader sangat dibutuhkan untuk menjalin kekompakan dari tim comdev. Melalui training tadi, biasanya akan muncul kreativitas dan terciptalah inovasi kreatifitas sehingga muncul ide-ide. Selain itu, komunikasi juga berguna bagi proses produksi, inovasi dan pemeliharaan suatu produk dari program empowerment. Seperti misalnya, dalam memproduksi wedang jahe, perlu dikomunikasikan supaya dapat menjadi sebuah produk home industry. Khasiat yang terjalin dalam wedang jahe pun juga harus dikomunikasikan, sehingga dipahami oleh konsumen bahwa wedang jahe ini mempunyai khasiat. Dari segi inovasi juga dikomunikasikan bagaimana kemasannya, inovasinya seperti apa supaya menarik. Selanjutnya pada proses pemeliharaan komunikasi juga memegang peranan penting. Komunikasi dalam proses-proses tadi secara umum dilakukan melalui laporan mingguan, email atau telepon dimana dikomunikasikan secara khusus per bidang officer. Hal ini seperti pernyataan dari Bapak Bondan Brillianto, yaitu : “Pertama kalau kita proses inovasi tadi pertama melalui training. Kalau tidak bisa melalui internal, melaui training. Tetep training itu kita butuhkan, karena apapun kita mencari studi banding ke suatu tempat karena kita ingin memperkaya keilmuan kita, wawasan kita, jadi kita kirim ke luar. Begitu mereka kita kirim keluar, dapet ilmu, mereka harus sharing knowledge ke temen-temen yang ada di internal, kan tidak semua orang punya kesempatan yang sama. Kalau semuanya ikut training A, ya tentunya tidak ada kemajuan dalam waktu cepat. Harus ada yang ikut training B, ikut training C, ikut training D. Jadi dengan ABC tadi di satu waktu lebih memperkaya kita. Nanti yang ikut training A tadi menyampaikan ke temen-temen yang lain. Kemudian kita di internal sendiri ya tetap peran dari leader tadi yang harus memotivasi, menjalin kekompakan dari grup. Kadang mereka biasa dalam komunikasi saling salah pengertian atau salah infomasi, butuh adanya leader yang bisa mendampingkan tadi. Setelah mereka belajar, pelatihan, biasanya muncul berbagai kreativitas. Siapa yang ga punya inovasi kreatifitas umumnya akan tersingkir. Tapi kita coba pelan-pelan, kita gali, apa sih sebenernya potensi yang mereka punya. Itu pentingnya si leader.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Selanjutnya, ditambahkan oleh pernyataan dari Bapak Yuyu Wahyudin :
87 “Contoh misalnya kita dalam memproduksi suatu produk wedang jahe. Wedang jahe itu kita mencoba mengkomunikasikan atau mencoba transformasi teknologi ke kelompok. Setelah itu kelompok membikinnya. Setelah kelompok membikin, itu muncul satu produk. Ini bagaimana si produk ini, apakah untuk dimakan sendiri, atau untuk dijual. Tujuan daripada produk ini adalah dalam rangka kita mau bikin sesuatu produk home industri. Walaupun ini di setting dalam skala kecil dulu, nantinya kita akan angkat ke home industri sebagai UMKM. Itu yang harus dikomunikasikan. Komunikasikannya itu unsur-unsur apa saja yang dibutuhkan supaya si UMKM itu menjelma menjadi benar. Tentunya disitu perlu ada percobaan. Itu dikomunikasikan dulu. Terus harus ada khasiatnya, khasiatnya apa. Semua mengetahui bahwa produk ini mempunyai unsur kesehatannya, tidak hanya diumumkan ke konsumen, tapi kita juga harus mengetahui. Apa si peran dan fungsi dari pada kesehatannya itu sendiri. Itu dikomunikasikan sehingga mereka memahami. Setelah itu bagaimana si supaya sampai ke konsumen bahwa produk itu kalau diminum memiliki kesehatan. Itu pun harus tetap dikomunikasikan lagi. Apakah hanya sekedar hanya dikomunikasikan? Tentunya harus ada barang yang menarik, barang menarik itu harus bagaimana? Harus dikemas. Berartikan perlu inovasi, inovasi itu seperti apa? Tidak hanya kemasannya pakai plastik saja, tapi pakai toples, pokoknya yang menarik, pakai labelling, dan lain-lain. Nah itu semua sampai terwujudnya suatu produk yang siap dijual, yang siap tujuannya untuk komersial, mengangkat usaha, itu tidak terlepas dari komunikasi. Dalam pemeliharaan, dalam penjualan, dalam marketing itu adalah proses komunikasi memegang peranan penting. Ya itu kan iklan atau segalanya komunikasi. Walaupun tidak iklan yang secara media atau bagaimana kita mau mengekspose ini ke media cetak kan perlu dikomunikasikan juga yang jelas. Siapa yang memberikan peran? Kita sebagai fasilitator. Sehingga masyarakat yang diperdayakan itu muncul.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Bapak Atma Hermawan juga mengatakan : “Untuk masalah produksi, inovasi dan pemeliharaan. Dalam hal misalkan program. Itu sangat membantu, karena khususnya di comdev ini ya pak Bondan kan sudah membagi tugas kita. Saya sebagai perikanan dan pertanian dengan pak Wahyu. Seperti contoh pak Nana kan sebagai kewirausahaan. Dalam hal ini setelah kita melakukan program kan mungkin ada masalah, contoh kewirausahaannya, baik dalam hal pemasaran atau kemasan. Nah ini kan pak Nana yang akan menindaklanjutinya. Saat produksi, komunikasi secara umumnya kan ada laporan mingguan. Itu kan semua officer udah tau program yang kita jalankan. Nah untuk lanjutan komunikasinya, kita komunikasikan secara khusus ke officer
88 bidangnya. Tadi kewirausaahan. Kita bikin apakah by email, atau by phone untuk hal ini. Tapi dalam pelaksanaannya kita si saling membantu saja, tapi paling tidak, diketahui oleh si yang bersangkutan sebagai penanggung jawabnya.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Selanjutnya, hasil observasi menunjukkan bahwa : a. Fungsi komunikasi bagi divisi comdev adalah untuk menginformasikan progress yang ada di lapangan melalui laporan. Selain itu, komunikasi juga berguna untuk memberi tahu mengenai kebijakan perusahaan yang harus di tepati, informasi-informasi internal di perusahaan dan sebagainya. Komunikasi merupakan salah satu elemen penting bagi comdev, karena tanpa adanya komunikasi program empowerment tidak akan tersinergitas dengan baik. Melalui komunikasi, tim comdev dapat mengetahui bagaimana kendala, progress, rencana tindak lanjut dari program sehingga semua dapat tersinegritas dengan baik b. Komunikasi juga berguna bagi divisi comdev dalam melakukan proses produksi, inovasi dan pemeliharaan. Pada proses produksi, komunikasi berguna untuk mendiskusikan apa program yang sebaiknya dilakukan, apa produk yang bisa diciptakan melalui program empowerment. Sementara itu, pada proses inovasi dikomunikasikan bagaimana program atau produk tersebut memiliki ketertarikan, apa yang harus diinovasikan. Seperti misalnya design kemasan harus dibuat dengan menarik, kemasan tidak hanya dari plastik saja, ataupun inovasi produk dan program lainnya seperti pada budidaya kepiting, yang tadinya hanya memproduksi kepiting mentah saja diinovasikan menjadi produk olahan snack kepiting yang memiliki rasa dan kemasan menarik. Selain itu pada program budidaya lele yang tadinya hanya diproduksi lele mentah atau lele goreng diinovasikan menjadi nuget lele. Hal-hal tersebut tentunya harus dikomunikasikan dengan baik antara tim comdev. Selanjutnya pada proses pemeliharaan juga dikomunikasikan, bagaimana program tersebut dapat berkelanjutan, bagaimana masyarakat bisa memelihara program yang telah dijalankan, bagaimana program dan produk tersebut dapat selalu ada dan berkembang di kalangan masyarakat dan bagaimana program dapat membuat masyarakat mandiri dan sejahtera melalui proses pemeliharaan tadi.
89
4.2.3
Hambatan dan Solusi Berdasarkan hasil wawancara dengan empat informan pertama yaitu Bapak Bondan Brillianto selaku Community Development Section Head yang merupakan informan kunci, Bapak Yuyu Wahyudin, Bapak Atma Agus Hermawan, Bapak Nana Sutisna selaku Community Development Officer yang merupakan informan pendukung, diperoleh hasil mengenai hambatan dan solusi dari proses komunikasi yang dilakukan bahwa : a. Secara umum, tidak dirasakan hambatan dalam proses komunikasi. Comdev officer berpendapat walaupun terdapat jarak yang jauh antara lapangan dengan kantor di Jakarta komunikasi masih dapat berlangsung melalui media dan teknologi yang ada. Akan tetapi, ada kendala lain yang di rasakan yaitu perbedaan pendapat. Hal ini memang merupakan hal yang wajar saat melakukan komunikasi. Perbedaan pendapat ini diatasi oleh mereka dengan cara memberikan pengertian dan fakta atas apa yang diperdebatkan sehingga perbedaan tersebut dapat diatasi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Yuyu Wahyudin, yaitu : “Selama ini belum, belum ada kesulitan apapun. Walaupun jaraknya jauh, karena teknologi komunikasi sekarang lebih mudah dan lebih ada di tangan.” (Wawancara pada : Selasa,20 Mei 2014) Selanjutnya, seperti yang dikatakan oleh Bapak Atma Hermawan, yaitu : “Kalau menurut saya si tidak ada kesulitan kalau untuk menyampaikan komunikasi hal ini, selama ini. Jadi tidak ada masalah karena banyak alat komunikasi, walaupun kita jauh, tetep bisa komunikasi. Kalau tidak bisa telepon, bisa bbm, ga bisa email juga bisa bbm. Atau melalui email atau ketemu langsung. Kalau saya selama ini ga ada kendala untuk komunikasi intern ini, untuk hal tadi.”(Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Selain itu, Bapak Nana Sutisna mengatakan : “Ga ada, ga ada hambatan. Selama misalnya masih di Luwuk, kita masih bisa kontak-kontak. Di lapangan bisa, karena di lapangan kan bisa ke gudang senoro, bisa kemana. Atau bisa menggunakan sms atau by telepon.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014)
90 Mengenai kendala perbedaan pendapat dan cara mengatasinya, Bapak Atma Hermawan mengatakan : “Mungkin kendalanya ini kadang kita berbeda pandangan, karena mungkin berbeda background. Cara mengatasinya dengan perbedaan pendapat ya saling memberi pemahaman, sambil saling memberi pengertian dengan berjalannya waktu, mereka akan melihat, melihat faktanya” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Dan Bapak Yuyu Wahyudin menambahkan mengenai perbedaan pendapat dan cara mengatasinya : “Awal-awal si masih ada ketidakcocokan, saya lari kesini mereka lari kesana. Saya harusnya kesini, dia kesana. Tapi ya itu dijalin oleh komunikasi, dijalin dengan pengertian, sehingga mereka itu lebih mengerti.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) b. Sementara itu, hambatan yang dirasakan oleh comdev setion head dalam menyampaikan pesan kepada bawahan hanya sebatas ketidaktahuan akan apa yang ada di dalam visi seseorang bawahan, apa kemauannya. Selain itu, hambatan dirasakan adalah bagaimana menyamakan visi dan pola pikir. Hal ini diatasi oleh beliau dengan melakukam brainstorming, training comdev seperti apa, pola pikirnya bagaimana. Beliau juga membangun hal itu dari kebersamaan, baik gathering, team building, pertemuan di satu rumah, sehingga akan tercipta pola pikir dan persepsi yang sama. Komunikasi juga dilakukan secara intens, salah satunya dengan adanya grup bbm dimana melalui media tersebut tim comdev sering berkomunikasi baik itu membahas hal pekerjaan maupun hal non formal atau bercandaan. Hal ini seperti pernyataan dari Bapak Bondan Brillianto, yaitu : “Sebenernya bukan hambatan yang tidak bisa diatasi, hambatan itu hanya sebatas ketidaktahuan apa yang ada dalam visi seseorang, maunya seseorang seperti apa. Kembali kembali, ya kita di organisasi tidak bisa memaksakan kehendak, kita harus bicara dengan terbuka.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Selain itu, Bapak Bondan Brillianto juga mengatakan : “Kita biasanya brainstorming yah, kita brainstorming, pertama ada training, training comdev tuh seperti apa si, pola pikirnya seperti apa si, jadi kita sama-sama belajar kan, ya baik itu di
91 bangun dengan cara kita kebersamaan. Semakin kita intens kebersamaan, baik gathering, team building, ketemu di satu mess, misalkan di satu rumah, komunikasi saling mengenal. Jujur saya baru enam bulan delapan bulan tapi saya harus mengedepankan itu dulu, komunikasi internal, biar satu persepsi. Sehingga, keluarnya itu sama, pola pikir sama, tidak saling menjelekkan tapi saling menutupi kesalahan dan kelemahan. Emang kelemahan atau perbedaan pendapat itu biasa, tapi cukup sampai di internal, kalau keluar diusahakan untuk selalu yang satu suara. Kemudian antara saya kembali dengan bawahan tadi, kita harus sering intens komunikasi makanya ada bbm group baik itu tentang kerjaan maupun yang ga formal, bercandaan segala macem itu hanya tujuan untuk mempererat. Kemudian pola pikir-pola pikir kita sering brainstorming untuk melakukan kesamaan visi, pelatihan training juga penting.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Berdasarkan hasil observasi, diperoleh bahwa : a. Hambatan yang terasa dalam proses komunikasi ini adalah adanya ketidaksamaan pola pikir sehingga membuat perbedaan pendapat diantara mereka. Hal ini dengan cara brainstorming sehingga pola pikir dan misi dapat disamakan. Selain itu, hambatan lain yang terlihat adalah jarak yang jauh antara lapangan dengan Jakarta, sehingga membuat proses komunikasi terhambat. Hambatan biasanya datang karena di lapangan tidak memiliki sinyal, sehingga susah melakukan komunikasi dan terjadi miss komunikasi. Di samping itu, adanya kesalahpahaman dalam menafsirkan maksud dari komunikasi. Jarak yang jauh juga membuat pengiriman pelaporan perkembangan program menjadi terhambat dan terlambat, sehingga proses komunikasi menjadi terganggu. Hambatan lainnya yang dirasakan adalah perbedaan pendapat. Hal ini merupakan hal yang umum terjadi dalam proses komunikasi. Perbedaan pendapat ini diatasi oleh divisi comdev dengan memberikan pengertian, pemahaman dan fakta terhadap apa yang menjadi perbedaan diantara mereka. 4.2.4
Terkait Program Empowerment Dari hasil observasi dan hasil wawancara, diperoleh hasil bahwa latar belakang dibentuknya program empowerment adalah untuk melakukan pemberdayaan yang sifatnya untuk long life, karena perusahaan ada tidak hanya satu sampai dua tahun saja, butuh bertahun-tahun. Selain itu, perusahaan juga ingin memberikan manfaat kepada masyarakat. Tidak hanya
92 profit yang dijunjung, namun ada juga yang lain yang salah satunya adalah people atau masyarakat. Perusahaan juga memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap masyarakat. Program empowerment ini juga dapat membantu perusahaan menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan melancarkan proses operasionalnya. Program empowerment ini mulai dilakukan oleh JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi pada September 2013. Namun, pelaksanaan secara intens dilakukan pada tahun 2014. Hal ini dapat dilihat dari anggaran dan perencanaan 2015 dimana empowerment menempati posisi tertinggi. Tujuan diadakannya program empowerment ini adalah untuk mengajak masyarakat berkembang bersama, sehingga tidak ada gap antara masyarakat dengan perusahaan. Selain itu, perusahaan ingin menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat, meng-compare apa yang bisa diberikan oleh perusahaan dan apa yang bisa diberikan oleh masyarakat. Program ini juga sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat, sehingga masyarakat dapat mendapatkan dampak positif dari perusahaan serta dapat mandiri dan sejahtera. Tahapan perencanaan dari program empowerment sendiri dimulai dari social mapping. Pada saat social mapping, dianalisa dan dilihat potensi apa yang dimiliki oleh masyarakat. Potensi itu dilihat baik dari segi potensi sumber daya manusianya, sumber daya alamnya, maupun potensi-potensi lain yang mendukung. Kemudian, dilakukan analisa SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Setelah social mapping, yang selanjutnya dilakukan adalah merencanakan program. Dalam perencanaan program ini harus jelas apa yang akan dilakukan. Kemudian, perencanaan program ini diaplikasikan dalam pekerjaan dan di monitoring sehingga tercipta program yang berkesinambungan. Pengaplikasian pekerjaan ini diimplementasikan melalui pelatihan dan praktek di lapangan dan setelah itu baru di monitoring dan evaluasi. Kegiatan-kegiatan dari program empowerment ini banyak sekali, seperti misalnya pertanian organik, budidaya lele organik, pemanfaatan air kelapa yang biasanya dibuang menjadi produk nata de coco dan VCO, dan programprogram lain yang tujuannya untuk memperkaya kaidah dan wawasan di lingkungan masyarakat. Di samping itu, program empowerment dilakukan di
93 dua kabupaten, yaitu kabupaten Banggai dan Morowali Utara, karena wilayah tersebut merupakan wilayah ring area kerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Bondan Brillianto terkait latar belakang program empowerment, yaitu : “Comdev yang sifatnya pemberdayaan, pemberdayaan ini sifatnya untuk long life, karena apa? Perusahaan ini ada disini tidak hanya setahun dua tahun, butuh bertahun-tahun. Jangan sampai juga setelah perusahaan tidak ada disini masyarakat masih seperti dulu saat kita masuk, tidak ada manfaatnya. Adanya perusahaan tidak menambah manfaat. Tidak hanya profit yang dijunjung perusahaan, namun ada juga yang lain, profit, planet dan people. Selain profit ya kita jaga lingkungan planet, dan jaga people.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Lalu, pernyataan dari Bapak Atma Hermawan terkait latar belakang program empowerment yaitu : “Karena pertama itu kan juga udah sebagai kewajiban. Tapi yang paling penting juga mungkin kita ini kan kepedulian terhadap masyarakat di wilayah operasi kita. Jadi paling tidak disitu selain masyarakat bisa merasakan hasilnya ya sebaliknya kan perusahaan juga untuk bisa lancar operasionalnya karena adanya keharmonisan antara masyarakat dengan perusahaan ini. Sehingga diharapkan juga bisa menekan kecemburuan sosial itu.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Dan pada pernyataan Bapak Yuyu Wahyudin yaitu : “Ya pertama adalah kita tujuan utama adalah pemberdayaan masyarakat. Yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat itu tujuan utamanya adalah kepedulian tingkat perusahaan terhadap masyarakatnya itu sendiri. Kemudian disitu kita punya tanggung jawab moral, tidak hanya membikin saja tapi perlunya ada berkelanjutan atau susitainablenya, sehingga program tersebut bisa dirasakan baik oleh masyarakat yang kita bina maupun oleh perusahaan yang pembinanya.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Mengenai tujuan diadakannya program empowerment, Bapak Bondan Brillianto mengatakan : “Ya ini, masyarakat adalah organisasi yang ada di sekitar perusahaan, kalau mereka didiamkan, tidak diajak berkembang bersama, tentunya semakin lama akan semakin terlihat suatu kejomplangan atau suatu gap. Mereka lihat mobil. Mereka lihat orang-orang, yang berpakaian rapih, modis gitu diperusahaan dan selama ini mereka menjadi orang yang terpinggirkan,
94 semakin terpinggirkan. Nah, kita pengen mereka menjalin hubungan yang baik, tidak musti jadinya kita harus pakai baju yang compang camping juga engga, tapi apa yang bisa diberikan oleh perusahaan dan apa juga yang bisa diberikan oleh masyarakat. Kita harus compare. Oh, dengan tadi SRI, padinya bisa dipakai untuk dijual ke kita, kita mengajarkan pertanian, sehingga mereka tumbuh sendiri, tidak lagi melihat kesenjangan tadi.” (Wawancara pada : Minggu, 18 Mei 2014) Selanjutnya, pernyataan dari Bapak Atma Hermawan : Jawab : “Tujuan program ini sebagai kepedulian perusahaan untuk bagaimana masyarakat juga bisa merasakan dampak langsung dari perusahaan tadi. Jangan sampai mungkin ada dampaknya yang negatif saja jika memang ada. Tapi justru ini positif bagi masyarakat, selain memang perusahaan mempunyai kewajiban untuk itu, dari program csrnya untuk dikembalikan lagi ke masyarakat, sehingga masyarakat bisa merasakan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Mengenai tahapan perencanaan dari program empowerment, Bapak Bondan Brillianto mengatakan : “Diawali dengan social mapping, kebutuhannya apa. Social mapping adalah untuk mengetahui kondisi real desa tersebut. Banyak elemen yang di dapat dan tergantung di dalam social mapping, diantaranya ya pertama data statistik penduduk, kemudian disitu ada lagi data geografis penduduk, geografi lingkungan, abis itu bisa kita lihat potensi-potensi. Jadi social mapping itu lebih melihat kepada potensi apa yang dimiliki masyarakat. Kemudian bisa pakai sistem swot analisis, strength nya dimana, kelemahannya dimana, opportunitynya apa, tantangannya apa. Itu dalam social mapping harus ada. Dari situ kita bisa melihat atau bisa mempotret desa, bukan melihat apa si yang dibutuhkan mereka, tapi kita lihat potensi. Disitu kita baru bisa merencanakan apa si rencana program kerjanya. Empowerment ini seperti suatu pemberdayaan untuk konsep kesinambungan mereka. Jadi, sebenernya mereka udah punya potensi, nah saat perusahaan masuk, itu anggapan sebagian melihat ‘wah ini ada uang, ada kesempatan program-program csr yang di ada-ada sebagai tanggung jawab yang harus wajib’. Padahal tidak seperti itu. Empowerment kita bisa lebih meningkatkan dari kapasitas mereka. Cara kebijakan perusahaan pun mengedepankan akan pentingnya kesinambungan, jadi empowerment tadi bagaimana kita melihat potensi tadi, masyarakat ini punya potensi sehingga kita memoles, sehingga mereka bisa menjadi pendamping lokal, bisa meneruskan program dengan baik. Perencanaan empowerment harus matang dari social mapping, kemudian diaplikasikan dalam pekerjaan,
95 kemudian di monitor sehingga perencanaan tadi bisa berkesinambungan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Bapak Atma Hermawan menambahkan : “Kalau saya tahapannya si biasanya kita ada assessment lah. Assesment itu melihat dulu, mengevaluasi, potensi-potensi. Potensi itu baik potensi SDMnya, potensi SDAnya, dan potensipotensi lain yang mendukung itu. Setelah potensi ada, kita evaluasi, kita diskusikan dengan rekan-rekan kita dari comdev. Setelah itu baru kita bikin programnya, kira-kira apa programnya. Setelah itu baru kita buat anggarannya, kita ajukan ke atasan. Nah setelah di acc, anggarannya ada, kita jalan. Jalan mulai dari pelatihan atau pembelajarannya, pembentukan kelompok, sampai akhirnya penerapan dan pendampingan. Yang perlu ditekankan disini adalah pendampingan. Jadi selain pelatihan, pendampingan ini sangat perlu untuk keberlanjutan penerapannya. Mungkin ini yang harus digarisbawahi adalah pendampingan. Jadi kalau kita hanya melatih, terus ditinggal begitu saja itu keberhasilannya sangat kecil. Tapi pendampingan ini bisa mencapai 60% keberhasilannya.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Selanjutnya, Bapak Yuyu Wahyudin mengatakan : “Dari mulai kita merencanakan secara administratif, kemudian kita mengadakan social mapping, kemudian dari situ juga muncul potensi-potensi apa yang kita bisa diimplementasikan programnya, dibikin satu program. Kemudian kita melakukan suatu assessment, kita menerapkan suatu data-data, setelah data-data kita peroleh kita rembukkan, kira-kira mana yang prioritas utama, mana yang prioritas berikutnya. Setelah itu baru di implementasikan. Kita implementasi ke masyarakat melalui pelatihan, kemudian melalui praktek, penyampaian, transformasi teknologi ke mereka, baru kita langsung pelaksanaan di lapangan. Pelaksanaan di lapangan itu perlu adanya monitoring. Monitoring apakah program itu berjalan, apakah ada hambatan, itu perlu ada pendampingan. Pendampingan itu yang memegang peranan penting. Nah setelah itu baru ada evaluasi. Setelah evaluasi ya kembali lagi, mana kelemahannya mana kelebihannya. Analisa swot. Jadi ada kekuatannya ada kelemahannya ada opportunitynya ada hambatannya. (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Bapak Nana Sutisna juga mengatakan : “Kalau bicara programnya ya tadi, ada kajian sosial, ada pemetaan assessment, abis itu ada merumuskan program, apa yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Tahap keduanya implementasi. Apa-apa aja yang harus dilakukan. Yang harus dilakukan itu ada dua, administrasi sama non
96 administrasi. Administrasi itu menyiapkan berbagai dokumen yang terkait dengan anggaran. Setelah ini selesai, beres, baru nanti di lapangan. Di lapangan itu mekanisme yang di lapangan berlaku, bagaimana prosedurnya, misalnya menghubungi tokohtokoh kepala desa dan sebagainya, monitoring, pendampingan dan pengembangan. Nah abis itu baru evaluasi.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Mengenai kegiatan-kegiatan yang ada pada program empowerment, Bapak Bondan Brillianto menjelaskan : “Semua aktivitas sebenernya bisa dikategorikan ke empowerment. Tadi dari infrastruktur, kemudian kaya pertanian organik, itu empowerment, jadi kita mengajak petani lebih memiliki kemampuan untuk bertani dengan lebih baik, tidak menggunakan pupuk atau pestisida kimia tapi lebih kepada memanfaatkan potensi yang mereka miliki, kompos, terus pestisida alami. Dari lele juga, dari pemanfaatan air kelapa yang biasanya dibuang jadi limbah sekarang jadi produk, nata de coco. Juga kelapa yang dipakai dalam bentuk koprah, setelah kita didik, kita latih, mereka bisa buat menjadi VCO, lebih menguntungkan nilainya. Banyak,banyak sekali yang bisa mereka lakukan untuk empowerment tadi kalau kita melihatnya tujuannya untuk memperkaya kaidah, memperkaya wawasan, di lingkungan mereka. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, artinya berkembang. Itu empowerment.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Disamping itu, Bapak Atma Hermawan mengatakan : “Kegiatan seperti kalau di Sinorang kan ada, karena potensi kelapanya banyak itu ada nata de coco, ada VCO (Virgin coconut oil), ada program lele organik, ada program SRI Organik karena potensi sawahnya memungkinkan. Di morut juga sama, ada juga tadi tambah lagi seperti wedang jahe. Karena juga jahe merahnya murah dan banyak disni. Terus juga herbal, herbal juga banyak potensinya. Jadi setelah saya melihat disekitaran wilayah operasi kita ini, kurang lebih ada sekitar 70, atau udah lebih lah dari 70 jenis herbal yang ada disini. Jadi kita tidak perlu mendatangkan dari luar, tapi bisa memanfaatkan herbal yang ada disini. Tinggal bagaimana sumber dayanya mampu untuk mengolah herbal. Terus juga di kolo bawah ada program keramba jaring tancap, ada abon ikan, karena memang potensi ikannya banyak. Di kolo atas ada sale pisang, karena pisangnya banyak. Terus juga ada bagea, karena sagunya banyak. Ada kerupuk udang, kepiting cangkang lunak. Nah itulah program-programnya selain tadi intinya program kita itu mengacu pada yang ramah lingkungan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Selanjutnya, Bapak Yuu]yu Wahyudin menambahkan :
97 “Pertama adalah kalau kita kan membidangi pertanian, peternakan sama perikanan kelautan. Yang telah dibina kita adalah dibidang pertanian, ya itu SRI Organik, yang memang itu adalah potensi banget dimasyarakat. Karena disini adalah kebanyakan petani. Yang keduanya di pertanian itu adalah kita mencoba menerapkan teknologi kompos dan mol untuk di semua komoditi pertanian. Yang sudah diterapkan adalah di sayuran maupun di tanaman keras, seperti coklat, dan lain-lain. Kemudian sayuran organik. Sayuran organik adalah pemanfaatan dalam hal lahan pekarangan. Nah itu dalam hal pemberdayaan ibu-ibu. Terus disamping itu adalah tanaman toga, yang nanti bermanfaat untuk keluarga. Tanaman toga, masuknya ke herbal. Itu disisi pertaniannya. Kemudian peternakan dan perikanan ada budidaya lele. Kemudian kita juga di pesisirnya budidaya kepiting cangkang lunak. Terus disisi lain adalah kita mencoba untuk home industri yang bisa dibikin sesuai dengan potensi yang ada disini. Seperti halnya wedang jahe, itu semua bahannya dari sini, kemudian nata de coco itu juga sama. Kemudian jamur juga, kita sedang kembangkan jamur, karena ada masyarakat yang mulai, dan kita support. Kemudian dari herbal juga ternyata disini banyak buah-buah pace atau buahbuah mengkudu yang tersiakan, sehingga kita fermentasi, diolah menjadi noni, dan itu sangat berkhasiat. Itu pun menjadi home industri yang bisa dikembangkan. Dan yang paling penting yang bisa diinikan dari kelapa adalah VCO.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) Dan mengenai wilayah diadakannya program empowerment Bapak Bondan Brillianto menyatakan : “Kebetulan kita di JOB Tomori ini ada di dua kabupaten, Banggai dan Morowali Utara. Lokasi di dua kabupaten itu karena sesuai dengan wilayah ring area kerja perusahaan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Bapak Atma Hermawan menambahkan : “Pertama yang disini di Sinorang dan di Paisibololi. Sinorang bajo, sinorang pantai, sinorang jawa, termasuk di paisibololi, kalau di Banggai. Yang keduanya di morowali utara. Morowali utara itu mencakup sekitar 15-18 desa. Kalau sementara yang di Sinorang ini setau saya baru sampai 4 desa. Selanjutnya mungkin ada yang jalur pipa itu mungkin ada nambah juga. Karena kenapa disitu? Pertama disitu itu termasuk ring atau wilayah operasi perusahaan. Ada ring 1 sampai ring 3. Nah ring-ring ini biasanya ditetapkan oleh pemerintah yang disepakati oleh kedua belah pihak sebagai ring atau wilayah operasi yang kena dampak langsung dari perusahaan.” (Wawancara pada : Rabu, 21 Mei 2014) Disamping itu, Bapak Yuyu Wahyudin mengatakan :
98 “Kalau kita disini berdasarkan zona, zona dari perusahaan itu ada. Zona satu, atau ring satu, disini lingkupnya adalah empat desa, desa paisibololi, desa gori-gori, desa bonebalantak, desa sinorang. Adapun sekarang sudah melebar ke desa masing, desa di toili, itu adalah sebagai rembetan daripada pengembangan program tersebut. Itu kalau di Banggai. Disana kalau di Tiaka kabupaten morowali, itu ada beberapa desa yang sudah kita bina, contohnya adalah desa baturube, kemudian desa mamosalato, kemudian desa girimulya, desa tanasumpu, desa pandauke, desa rata. Jadi ada beberapa desa yang perlu kita bina.” (Wawancara pada : Selasa, 20 Mei 2014) 4.3 Pembahasan 4.3.1 Pola Komunikasi Organisasi Dari segi komunikasi organisasi yang dilakukan oleh divisi comdev sesuai dengan teori yang dikatakan oleh West dan Turner yaitu bahwa jenis komunikasi organisasi sangat bervariasi karena komunikasi organisasi juga meliputi komunikasi interpersonal (percakapan antara atasan dan bawahan), kesempatan berbicara di depan publik, kelompok kecil (kelompok kerja yang menyiapkan laporan), dan komunikasi dengan menggunakan media. Dalam hal ini divisi comdev melakukan komunikasi interpersonal, kelompok kecil, dimana kelompok comdev menyiapkan laporan setiap minggunya dan diserahkan ke atasan, serta komunikasi dengan menggunakan media, yaitu bbm grup, email, telepon dan teleconference. Selanjutnya, mengenai komunikasi ke bawah yang dilakukan oleh atasan, dalam hal ini comdev section head sebagai atasan melakukan fungsinya dengan baik. Beliau menginformasikan empat hal sesuai dengan apa yang di jelaskan oleh Katz dan Kahn, yaitu informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan. Beliau selalu memberi tahu apa yang harus dilakukan hari ini, dan seterusnya. Selanjutnya, informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, seperti tujuan diadakan program, mengapa program ini harus dijalankan dan sebagainya. Atasan juga memberikan informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi yang perlu diketahui oleh bawahan. Selain itu, beliau juga memberikan informasi mengenai kinerja pegawai atau bawahannya melalui komentar-komentar yang diberikan pada saat bawahan memberikan laporan terkait pekerjaan.
99 Tipe komunikasi ke bawah yang dilakukan comdev section head kepada bawahannya adalah intruksi tugas, berupa pertanyaan yang diajukan kepada bawahan mengenai pekerjaan ataupun berupa perintah apa yang harus dilakukan oleh bawahan. Selain itu, tipe rasional juga dilakukan oleh comdev section head dengan memberi tahu tujuan dari diadakannya program, kaitan dari program tersebut terhadap perusahaan dan masyarakat. Selanjutnya, pesan informasi juga dilakukan oleh comdev section head. Jadi, dalam hal ini comdev section head melakukan tiga tipe komunikasi ke bawah sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Arni Muhammad. Metode komunikasi ke bawah yang dilakukan atasan adalah metode lisan, tuisan, dan gambar. Metode lisan dilakukan pada saat rapat, telepon, laporan lisan dan kontak personal. Sementara, metode tulisan dilakukan melalui email, laporan tertulis, dan memo. Dan untuk metode gambar diunakan melalui slide, grafik dan dokumentasi kegiatan yang dikirim melalui media komunikasi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Pace. Selanjutnya, komunikasi ke atas yang dilakukan oleh bawahan dalam hal ini comdev officer ke atasan dalam hal ini comdev section head juga berjalan dengan baik. Bawahan selalu memberikan informasi kepada atasan. Informasi yang disampaikan oleh bawahan biasanya berkaitan dengan program yang dijalankan, seperti bagaimana implementasi programnya, bagaimana kendalanya, dan sebagainya. Hal ini termasuk ke dalam persoalan-persoalan kerja yang memerlukan beberapa bantuan dari atasan. Selain itu, bawahan juga memberikan informasi mengenai pekerjaan yang mereka lakukan, bagaimana kemajuannya dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan ke depan. Mereka juga memberikan saran kepada atasan maupun rekan kerja mengenai pekerjaan mereka supaya lebih baik lagi. Hal ini seperti yang dikemukakan Pace dan Faulers mengenai informasi apa yang harus diterima manajer dari bawahan. Dalam menjalankan komunikasi, tentunya ada komunikasi antar rekan kerja atau komunikasi horizontal. Komunikasi ini juga dilakukan oleh sesama comdev officer dengan baik. Melalui komunikasi ini mereka dapat sering sharing, memberikan informasi dan mengutarakan apa yang ada di
100 dalam pikiran mereka sehingga dapat saling mempersuasi satu sama lain. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Purwanto mengenai tujuan dari komunikasi horizontal. Komunikasi diagonal juga terjadi pada divisi comdev. Seperti misalnya komunikasi dengan tim relations untuk bisa menaikkan berita mengenai program comdev, ataupun komunikasi dengan tim security untuk melindungi tim comdev ketika bertugas di lapangan. Selain itu ada juga komunikasi dengan tim environment untuk mengkoordinasikan program comdev dengan sisi lingkungannya. Hal ini tentu sangat membantu
comdev
dalam
menjalankan
program
empowerment.
Penyebaran informasi pun bisa terjadi lebih cepat dan dapat membantu tim comdev dalam menyelesaikan masalah. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Purwanto mengenai keuntungan dari komunikasi diagonal. Selain dalam bentuk formal, komunikasi yang dilakukan oleh tim comdev juga terjalin dalam bentuk non formal, seperti misalnya ada saat istirahat kantor, makan bersama, olahraga bareng, atau melalui media seperti bbm grup dan telepon. Saluran komunikasi nonformal ini tentunya membantu atasan maupun bawahan dalam memperoleh informasi dan menyampaikan pesan. Disini mereka dapat berkomunikasi dengan luas sehingga akan mempererat hubungan mereka.
4.3.2 Fungsi Komunikasi Organisasi Dari segi fungsi komunikasi organisasi yang dijelaskan oleh Arni Muhammad,
divisi
comdev
menggunakan
komunikasi
untuk
menyampaikan informasi. Seperti contohnya pengiriman laporan mingguan, adalah salah satu bentuk informasi. Selain itu, jika ada kendala atau masalah hal itu juga dikomunikasikan dan diinformasikan dengan tim. Informasi lainnya yaitu berkaitan dengan progress yang terjadi di lapangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan program. Fungsi komunikasi organisasi lainnya yang digunakan oleh divisi comdev adalah fungsi regulatif. Fungsi regulatif ini disampaikan secara langsung pada saat rapat koordinasi, seperti misalnya disampaikan jika ada kebijakan-kebijakan perusahaan yang harus diketahui oleh tim. Selanjutnya, atasan juga menggunakan fungsi persuasif sebagai cara
101 untuk mengubah dan mempengaruhi sikap dan perilaku bawahan supaya sesuai dengan keinginannya. Salah satu caranya adalah dengan memiliki hubungan dekat dengan bawahan diluar pekerjaan, contohnya sering melakukan hobi bersama, makan bersama, maupun ingat akan ulang tahunnya. Fungsi yang terakhir adalah fungsi integratif, dimana atasan menciptakan suasana formal dan informal untuk berkomunikasi. Selanjutnya, dalam proses produksi, inovasi dan pemeliharaan pun tidak terlepas dari komunikasi. Seperti misalnya pada proses produksi wedang jahe, itu dikomunikasikan apakah produk ini untuk dijual atau untuk diproduksi sendiri. Selanjutnya, inovasi produk ini seperti apa dan bagaimana
pemeliharaannya.
Semua
dilakukan
melalui
proses
komunikasi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Farace dalam teori integratif. Selain itu, terdapat juga pola-pola atau aturan-aturan dalam penyampaian pesan dalam komunikasi yang dijalankan oleh divisi comdev ini, dimana hal ini sesuai dengan dimensi ketiga dari struktural fungsional yang dikemukakan oleh Farace dalam teori integratif
4.3.3 Hambatan dan Solusi Dari segi hambatan yang dirasakan, penelitian ini menemukan bahwa hambatan yang dirasakan adalah perbedaan pendapat dan gangguan fisik seperti jarak yang jauh antara lapangan dengan kantor yang di Jakarta, yang membuat gangguan fisik muncul saat mereka melakukan komunikasi. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Robbins mengenai hambatan yang akan mempengaruhi kualitas komunikasi dan juga salah satu gangguan komunikasi yang dikemukakan oleh Locker. Selain itu, penelitian ini menemukan hambatan baru yaitu menyamakan pola pikir dan visi. Dari segi solusi, divisi comdev melakukan tiga hal yang disebutkan oleh Quible untuk meminimalisir hambatan. Yang pertama adalah melakukan pendekatan yang berpusat pada audiens. Kedekatan antara divisi comdev dapat meminimalisir perbedaan pendapat diantara mereka. Selain itu, mereka juga terbuka dalam melaksanakan komunikasi dan juga memiliki konsistensi yang tinggi dalam melakukan komunikasi. Hal tersebut sesuai dengan hal kedua dan ketiga yang disebutkan oleh Quible,
102 yaitu mengembangkan iklim komunikasi yang terbuka dan komitmen untuk berkomunikasi secara etis. Untuk penyamaan pola pikir, divisi comdev dengan sering melakukan brainstorming dan training supaya tercipta pola pikir dan visi yang sama. 4.3.4
Program Empowerment Program empowerment yang dijalankan oleh divisi comdev sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Milton Friedman yaitu bahwa program tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral perussahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab moral tersebut diberikan kepada perusahaan melalui salah satu program CSRnya yaitu program empowerment. Selain itu, program empowerment dilakukan berdasarkan konsep comdev yang dijelaskan oleh Ambadar, yaitu pengembangan dan masyarakat dimana masyarakat merupakan tujuan utama dari program. Pengembangan dilakukan oleh divisi comdev dengan melaksanakan programprogran yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, yang berlandaskan pada konsep sosial, ekonomi dan lingkungan seperti yang dijelaskan Mayo mengenai bidang-bidang pembangunan atau pengembangan.