BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Penyajian Data Penelitian 4.1.1
Profil Informan Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. (Bungin, 2008: 108) Berikut ini merupakan data informan yang diwawancarai oleh peneliti.
4.1.1.1
Informan 1 - Penulis Skenario & Sutradara Film “Masih Bukan Cinta Biasa”
Nama
: Benni Setiawan
Tempat/ Tanggal Lahir
: Tasikmalaya/ 28 September 1964
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jalan Purnawarman Raya No.2, Montecarlo, Komplek Pakuan. Tajur – Bogor
No. Telp
: 0811113435
Email
:
[email protected]
Pendidikan terakhir
: S1 – Institut Kesenian Jakarta
43
44
Pengalaman kerja •
Sutradara Film
Masih Bukan Cinta Biasa 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta Cinta 2 Hati Bukan Cinta Biasa
•
Penulis Skenario Film
Masih Bukan Cinta Biasa Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta Cinta 2 Hati
\
Selendang Rocker Bukan Cinta Biasa
Prestasi •
Sutradara dan Penulis Scenario Terbaik FFI 2010
•
Film terbaik FFI 2010
•
Penulis Scenario Terbaik 2011
4.1.1.2
Informan 2 – Komite Nominasi (Juri Seleksi) Kategori Skenario Terbaik Festival Film Indonesia 2011
Nama
: Jujur Prananto
Tempat/ Tanggal Lahir
: Salatiga/ 30 Juni 1960
Jenis Kelamin
: Laki-laki
45
Alamat
: Cinematography Department Jakarta Institute of The Art
No. Telp
: 08161803085
Email
:
[email protected]
Pendidikan terakhir
: S1 – Institut Kesenian Jakarta
Pengalaman kerja •
Penulis skenario serial drama
Anakku Terlahir Kembali (1995) Shangrilla (1995/6) Bulan Bukan Perawan (1996/7) Kembang Untuk Nur (1997) Hanya Satu Mutiara (1997/8) Ibu (2000) Kupu-kupu Kertas 3 Sahabat
•
Penulis skenario film
Petualangan Sherina (1999) Ada Apa dengan Cinta? (2001) Petualangan 100 Hari Titik Hitam Ungu Violet Cintappucino (2007) Doa Yang Mengancam (2008) Baik Baik Sayang (2010)
46
Ambilkan Bulan (2012) Orenji (2012) Sule, Ai Need You (2012) Rumah di Seribu Ombak (2012) •
Penulis Skenario Teleplay
Parmin Kado Istimewa Buku Catatanku Tamu dari Jakarta Papi, Mami, dan Tukang Kebun Ericka Kambing Daliman
Prestasi •
Nominasi Screenplay Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1991/2, film “Rini Tomboy”
•
Pemenang Teleplay Terbaik dalam Festival Sinetron Indonesia 1994, film “Parmin”
•
Nominasi Teleplay Terbaik dalam Festival Sinetron Indonesia 1998, film “Kado Istimewa”
•
Nominasi Teleplay Terbaik dalam Festival Sinetron Indonesia 1998, film “Buku Catatanku”
•
Pemenang Cerita Asli Terbaik dan nominasi Skenario Serial Drama Televisi Terbaik dalam Festival Sinetron Indonesia 1998, film “Kupu-kupu Kertas”
47
•
Pemenang Best Screenplay dalam Forum Film Bandung 2002, film “Ada Apa dengan Cinta?”
•
Pemenang Best Screenplay dalam Forum Film Bandung 2009, film “Doa yang Mengancam”
4.1.1.3
Informan 3 – Co-Produser dan Direktur Operasional Wanna-B Pictures
Nama
: Dendy Ananda Naldy
Tempat/ Tanggal Lahir
: Padang/ 1 November 1988
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jalan Kebun Anggrek No. 24, Cipete
No. Telp
: 081314559907
Email
:
[email protected]
Pendidikan terakhir
: Bachelor of Music Production at ECU, Perth
Pengalaman kerja 1. Subway Sandwich (2007)
Sandwich Maker
2. Adonta Cleaning Service (2008)
Cleaning Service
3. Wanna-B Music Production (2009-sekarang)
Direktur Produksi
4. Wanna-B Pictures (2009-sekarang)
Co-Produser
48
4.1.2
Pembabakan Hasil Penelitian Guna menjawab permasalahan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti kemudian membagi hasil penelitian sesuai dengan permasalahan yang ada. Berikut ini merupakan pembabakan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan: 1. Menentukan Skenario yang Baik a. Faktor Artistik b. Faktor Non-Artistik 2. Proses Pembuatan Skenario Film a. Pengetahuan Dasar b. Menulis Skenario c. Menjadi Penulis Skenario 3. Proses film “Masih Bukan Cinta Biasa” lolos dalam seleksi kategori skenario terbaik FFI tahun 2011 a. Unsur Film Masih Bukan Cinta Biasa b. Proses Seleksi Kategori Skenario dalam FFI 2011
4.2 Pengolahan Terhadap Data yang Terkumpul Dari penelitian yang peneliti lakukan, maka didapatkan sejumlah hasil, berupa: hasil wawancara terhadap 3 informan, copy skenario film Masih Bukan Cinta Biasa, dan teori. Maka, dengan metode analisis triangulasi peneliti mencoba untuk menganalisa hasil yang didapatkan.
49
4.2.1
Menentukan Skenario yang Baik
4.2.1.1
Faktor Artistik Penilaian untuk skenario yang baik secara artistik tidaklah memiliki sebuah patokan tertentu. Namun, dalam wawancara dengan Informan 2, beliau berpendapat bahwa skenario yang baik memiliki kriteria sebagai berikut: “secara syarat-syarat skenario yang baik, itu masing-masing tokoh bisa berubah. Dari A, B, C, D, terus berubah. Unsur entertaining, iya. Kemudian unsur action, ada. Unsur musikal, ada. Unsur surprise. tetep unsur-unsur dramatik yang mendukung bagusnya skenario itu kan juga ada suspect-nya, suspectnya itu tegangan, ada surprise.”
Menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, skenario yang baik ialah skenario yang memiiki alur surprise yang tinggi, tanpa melhat ke unsur teknisnya. Melihat pernyataan wawancara diatas dan hasil wawancara yang peneliti lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa skenario yang baik dinilai dari unsur-unsur yang terdapat didalamnya, baik itu unsur entertaining, ketegangan, surprise, hingga unsur dramatiknya. Tidak hanya itu, tetapi dalam skenario yang baik, juga ada perubahan tokoh yang karakternya menuju lebih baik.
50
4.2.1.2
Faktor Non-Artistik Salah satu faktor terpenting dalam terlaksananya sebuah produksi film ialah pendanaan. Tidak jarang apabila sebuah skenario pada akhirnya tidak dapat diproduksi karena terhambat dalam faktor dana. Berikut ini merupakan pernyataan Informan 1 yang menjelaskan mengenai alasan yang sering muncul dalam kegagalan sebuah skenario dalam mencapai proses produksi, bahkan pasca produksi: “Yah contohnya adalah masalah budget, investor. Kedua, produserkan berpikir ini film laku atau engga di pasar.” Pendapat tersebut juga dikuatkan oleh pernyataan Informan 2, yaitu: “Saya sering. Yang extreem itu, ambil dari bukunya Bumi Manusia. Itu saya nulis skenarionya udah nyaris jadi 2007. Gak dibikin-bikin. Gak dibikin-bikin, ternyata memang ga ada investor yang berani.” Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan, produser atau investor tidak berani untuk membiayai sebuah film, karena menurut mereka film tersebut kurang bagus dipasaran. Kesimpulannya ialah, baik atau tidaknya sebuah skenario, dinilai dari minat pasar terhadap film tersebut. Film yang baik berarti film yang disukai oleh masyarakat, dan film yang akan memiliki banyak penonton. Dengan banyaknya penonton, pasti akan mendatangkan profit bagi penanam modal.
51
4.2.2
Proses Pembuatan Skenario
4.2.2.1
Pengetahuan Dasar
4.2.2.1.1
Penulis Skenario Penulis skenario merupakan orang yang bertanggung jawab untuk membuat sebuah gambaran mengenai sebuah film akan dibuat ke dalam tulisan yang dinamakan skenario. Berdasarkan wawancara dengan Informan 1, beliau beranggapan bahwa: “Jadi seperti blueprintnya rumah, jadi arsiteknya sebetulnya adalah penulis skenario. Sebetulnya ada dulu sejarahnya di Hollywood itu adalah penulis skenario merupakan bukan sutradara, tapi dia merupakan posisi yang paling tinggi dibanding director.”
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, penulis skenario bukanlah perancang utama sebuah skenario, karena terkadang penulis skenario pun menulis sesuatu berdasarkan pesanan dari produser ataupun sutradara. Dan dari teori yang didapatkan oleh peneliti, penulis skenario adalah sineas profesional yang menciptakan dan meletakkan dasar acuan bagi pembuatan film dalam bentuk (format) naskah (skenario). (Ariatama & Mushlisiun, 2008: 55) Atas semua pernyataan tersebut, maka dapat peneliti simpulkan bahwa, penulis skenario merupakan seorang perancang yang merancang sebuah film. Karena skenario memiliki kedudukan terpenting dalam
52
memproduksi sebuah film, maka penulis skenario bisa dikatakan sebagai orang kunci dalam memproduksi sebuah film.
4.2.2.1.2
Peranan Skenario dalam Film Skenario dalam sebuah film mengambil peran yang sangat penting dan menyeluruh. Tidak akan ada sebuah film yang dapat diproduksi tanpa adanya skenario terlebih dahulu. Hal tersebut dinyatakan oleh Informan 1, yang mengatakan bahwa: “Skenario itu buat saya dan buat film, itu penting, sangat terpenting sebetulnya. Karna itu merupakan dasar. Kalau bikin roti, adonannya, kalo ga ada skenario, ga akan bisa bikin film. Itu basicnya, jadi sangat penting. Dan yang terpenting.” Pernyataan tersebut kembali dikonfirmasi dengan teori yang mengatakan bahwa: “Skenario adalah blueprint pembuatan film. Semua kreator yang mengerjakan film harus mengacu kepada skenario. Sebagaimana halnya dalam pembuatan rumah, maka tukang batu, tukang listrik, tukang ledeng, tukang kusen, harus berpatokan pada blueprint karya arsitek. Dalam pembuatan rumah, tidak boleh satu sentimeter pun meleset. Harus persis seperti gambar, supaya masing-masing komponen bisa terpasang dengan tepat. Bedanya pada pembuatan film, juru kamera, art director, pemain, dan sebagainya tidak hanya menggunakan skenario sebagai acuan, tapi mereka harus menafsirkannya secara kreatif. Dengan begitu, maka semua komponen yang aktif dalam pembuatan film harus juga paham mengenai teori dan teknik penulisan skenario, sehingga apa yang diutarakan oleh penulis skenario bisa dipahami ke mana sebetulnya arah yang mau dituju. (Biran, 2007: 11)
53
Dan menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, setiap bidang yang terkait dalam memproduksi sebuah film, pasti bekerja dengan mengacu kepada skenario yang ada. Sehingga setiap bagian memerlukan skenario dalam pekerjaannya. Dari setiap pernyataan diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa peranan skenario dalam sebuah film sangatlah penting bahkan merupakan bagian yang terpenting dari keseluruhan produksi film. Tidak hanya itu, masing-masing bidang harus mengerti teknik penulisan skenario agar dapat menterjemahkan apa yang ada di dalam skenario tersebut ke dalam hal-hal teknis, sehingga seluruh bagian yang terlibat dalam “pembangunan” film tersebut tidak bekerja tanpa arah. Skenario film yang telah disepakati, harus dimengerti oleh setiap bagian yang terlibat.
4.2.2.1.3
Deskripsi Skenario Film Skenario film merupakan sebuah tulisan yang memiliki format tertentu yang mudah untuk dibayangkan dan tidak seperti novel. Ketika peneliti bertanya kepada Informan 2, mengenai definisi skenario, beliau menyatakan bahwa: “Jadi materi yang bagus begitu menyusun, mengatur kapan diceritakan, kapan sesuatu point diceritakan, itu menjadi hambar ceritanya. Kesalahan mendongengkan sesuatu dalam sebuah struktur skenario, surprisenya menjadi ilang, padahal materinya bagus.”
54
Menurut pengamatan peneliti, skenario film merupakan sebuah tulisan yang tidak hanya memuat dialog seperti darama, namun lengkap dengan situasi yang terjadi, yang seharusnya dilihat dan dirasakan, diterjemahkan ke dalam bentuk tulisan. Secara teori, skenario film dideskripsikan sebagai naskah yang berisi cerita atau gagasan yang telah didisain cara penyajiannya, agar komunikatif dan menarik disampaikan dengan media film. Di Amerika ada yang menyebutnya sebagai film script, ada juga screenplay. Di Inggris orang menggunakan istilah film sript, tapi mengenal juga istilah scenario. Sebuah skenario sebenarnya adalah sebuah cerita yang telah ditata dan dipersiapkan menjadi naskah yang siap diproduksi. Penataan dilakukan untuk membuat struktur cerita dengan format-format standar. (Set & Sidharta, 2006: 24-26) Kesimpulan yang didapat oleh peneliti mengenai deskripsi skenario film, ialah: Cerita merupakan ide atau gagasan yang terdapat di dalam sebuah skenario. Sedangkan skenario sendiri merupakan susunan dari cerita yang akan disampaikan kepada penonton. Skenario merupakan teknik bagaimana mengatur susunan adegan hingga unsur kejutan atau surprisenya tidak hilang. Serta dibuat dengan format-format standar. Skenario film juga menggambarkan secara utuh bagaimana kejadian atau adegan yang akan dibuat kedalam sebuah film.
55
4.2.2.1.4
Penulisan Skenario Film dan Penontonnya Skenario film yang bagus hendaknya membuka imajinasi pembacanya sehingga mendapatkan gambaran secara jelas dan nyata, sesuatu yang ingin diproduksi nanti. Dan skenario yang mudah diterima oleh penonton merupakan skenario yang memiliki kedekatan tersendiri, sehingga tidak terkesan dibuat-buat. Dalam pembicaraannya dengan peneliti, Informan 1 mengatakan bahwa: “Intinya adalah, penulisan itu adalah kalo kita menulis sebuah skenario, kita bisa memberikan suatu gambaran kepada penonton bahwa ini sebuah cerita yang memang dekat dengan mereka, bisa diikuti, dan mereka bisa penasaran dengan jalan cerita ini.”
Menurut beberapa teori film, film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa jaman (zeitgeist) masyarakat saat itu. Seorang pakar film Siegfried Kracauer menyatakan bahwa umumnya dapat dilihat kalau teknik, isi cerita, dan perkembangan film suatu bangsa hanya dapat dipahami secara utuh dalam hubungannya dengan pola psikologis aktual bangsa itu. (Imanjaya, 2006: 30) Menurut pengamatan peneliti selama melihat film-film Indonesia, penonton senang menonton sesuatu yang dekat dengan penonton, dan juga sesuatu yang disukai penonton. Maka film-film yang dibuat pun film-film yang menggambarkan penonton di masa itu. Berdasarkan pernyataan Informan 1, teori, dan hasil pengamatan peneliti, skenario sebuah film seharusnya bercerita tentang sesuatu yang
56
dekat dengan penontonnya. Melalui hal itu, film bisa dikatakan sebagai arsip sosial yang mewakili sebuah bangsa. Karena, saat film dibuat dekat dengan keadaan penontonnya (bangsa), secara tidak langsung film tersebut menggambarkan keadaan atau situasi penonton itu sendiri (baca: bangsa).
4.2.2.1.5
Triangle Sistem Sebelum membuat skenario film, diperlukan gagasan atau ide pokok, yang akan dikembangkan. Gagasan atau ide ini sendiri biasanya muncul dari produser, sutradara, ataupun penulis skenario. Gagasan dapat muncul darimana saja, tetapi yang memutuskan apakah gagasan tersebut dapat dikembangkan atau tidak ialah seorang produser. Menurut Informan 2, saat ditanya mengenai sumber gagasan awal saat ingin membuat sebuah skenario, ia menjawab: “Jadi ada tiga yang selalu diskusi. Makanya ada istilah triangle sistem, itu produser, sutradara sama penulis. Itu rembukan terus tuh.”
Hal tersebut dikuatkan dalam teori yang didapatkan oleh peneliti, yang menyatakan bahwa: pembuatan film selalu dikaitkan dengan kerjasama tiga pihak: Penulis skenario, Sutradara, dan Produser. Penulis skenario adalah orang yang bertanggung jawab menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan sesuai dengan pakem-pakem penulisan naskah film.
57
Sutradara adalah orang yang akan mewujudkan gagasan yang tertuang dalam sebuah skenario menjadi rekaman audio-visual sehingga bisa dinikmati oleh para penonton. Sementara Produser adalah orang yang akan membantu sutradara dalam mengelola proses pembuatan film tersebut. (Saroengallo, 2008: 7) Saat
peneliti
melakukan
pengamatan,
biasanya
gagasan
dicetuskan oleh produser, yang kemudian memanggil penulis skenario untuk membuatkan sinopsis. Setelah itu hadir sutradara. Mereka bertiga selalu berdiskusi untuk memutuskan skenario final. Kesimpulan yang dapat diambil ialah, dalam menggagas sebuah film, biasanya terdapat tiga pihak yang terus berdiskusi, yaitu produser, penulis skenario, dan sutradara. Biasanya hubungan mereka disebut dengan triangle sistem.
4.2.2.1.6
Tahapan dalam Membuat Skenario Pembuatan skenario film memerlukan tahapan-tahapan tertentu, dimulai dari penentuan karakter, sinopsis, dan dikembangkan hingga menjadi skenario. Saat peneliti melakukan wawancara mendalam, Informan 1 mengatakan bahwa: “Kita membuat ide cerita, itu berarti udah ada tokoh-tokoh. Nah itu bareng. Paling nantinya ada tambahan, karakter tambahan. Tapi main character udah kita ciptain. Nah itu kan sinopsis ya. Itu basic story-nya, baru tinggal dipecah per-adegannya kan. Baru
58
masuk ke skenario. Sebelum skenarionya, tahapannya adalah outline adegannya. Jadi kayak semacem treatment.”
Peneliti melihat bahwa penulisan skenario secara bertahap lebih memudahkan penulis. Karena biasanya penulis menuangkan ide utamanya ke dalam sinopsis. Dan saat penulisan skenario itu penulis biasanya sudah mengetahui karaker utamanya. Setelah itu barulah dikembangkan ke dalam skenario. Menurut teori, tahapan penulisan skenario bagi penulis dasar bisa dilakukan secara bertahap mulai dari ide cerita, sinopsis (basic story), treatment dan skenario, atau bisa juga langsung menjadi skenario. Pernyataan-pernyataan diatas saling melengkapi, dan peneliti mendapatkan kesimpulan: tahap-tahap dalam membuat sebuah skenario film berawal dari sebuah gagasan atau ide yang dituangkan dalam bentuk sinopsis atau basic story. Saat sinopsis dibuat, penulis sudah menetapkan main character. Setelah itu sinopsis dikembangkan dan diberi treatment. Atau bisa dibilang pembuatan outline adegan-adegan yang kemudiang dikembangkan kembali dalam bentuk skenario film.
4.2.2.2
Menulis Skenario
4.2.2.2.1
Ide dalam Menulis Skenario Ide atau gagasan bisa didapatkan dari mana saja. Saat ide telah disepakati oleh produser, maka penulis skenario dapat mulai membuat skenarionya.
59
Dalam wawancara dengan Informan 1, peneliti mencoba mencari tahu dari mana biasanya ide untuk menulis sebuah skenario film itu muncul, katanya: “pertama memang ide-ide cerita dari kita. Kita mencari apa sih yang menarik, baru kita tulis dalam skenario. Kemudian ada lagi kayak film 3 Hati, itu kan dari novel, jadi saya, disuruh menulis skenario berdasarkan ide cerita yang sudah ada. Tinggal diterjemahkan ke dalam skenario.”
Pernyataan dari Informan 1 kemudian dilengkapi oleh Informan 2 yang memiliki pandangan sendiri dalam menyetujui ide yang akan dibuat. Berikut pernyataanya: “Pertama yang ideal itu pasti lahir dari sebuah ide. Biasanya saya tanya dulu, ini maunya untuk konsumsi apa, family kah, anakanak kah, dewasakah. Dari situ kita bisa menentukan mana yang bisa digunakan mana yang engga. Jadi kita membuat batasan, supaya ga – daripada kita kemana-mana dulu tau-taunya, ini gak mungkin, ini gak mungkin, mending kita screening dulu. Gelombangnya musti sama dulu nih, tujuan kita musti sama dulu antara produser sama kita.”
Menurut pengamatan peneliti, ide bisa dapat dari mana saja dan dari manapun. Hanya dalam praktiknya ide itu harus disetujui dulu oleh produsernya, mengingat produser berperan penting dalam pencarian dana (modal). Apa bila ide disetujui, maka ide tersebut baru dapat diproses menjadi sebuah skenario. Kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti ialah skenario lahir dari sebuah ide. Ide tersebut bisa merupakan ide murni dari produser atau penulis skenario, ataupun ide yang diadaptasi dari cerita yang sudah ada.
60
dalam penentuan ide ini, perlu dipastikan bahwa tujuan, target penonton, dan batasan-batasannya sama antara penulis dan produser. Barulah ide tersebut dapat dikembangkan menjadi sebuah skenario.
4.2.2.2.2
Standar Penulisan Skenario Setiap bidang pasti memiliki standar tersendiri. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk mengetahui lebih dalam standar yang berlaku pada penulisan skenario. Menurut Informan 1, standar dalam penulisan sebuah skenario: “Oh iya, itu. Jadi, saya buat ada pesan moral ya. Itu idealisme yang memang selalu di film-film saya ada itu.” Dan saat peneliti bertanya kepada Informan 2, mengenai adakah standar tertentu dalam penulisan sebuah skenario, beliau menjawab: “Enggak. Karna kalok sekarang itu bikin film tuh slalu pake referensi. Referensi genre, genre itu jenis film. Biasanya selain kita mau bikin ini, kita biasanya nanya ini genre apa yang mau kita ambil, film dramakah, tragedikah, actionkah. Nah itu genre.itu tentukan dulu. Setelah genre dapet, biasanya mereka mengajukan referensi, “film yang saya bayangin itu kayak gini loh” bukan nyontek, tapi memberikan gambaran. Supaya kita sama-sama satu visi, satu bayangan. Kalo di bilang standar, ya standar yang umum sih bukan standar yang udah rumus yang saklek, engga. Gitu. Kadang-kadang masing-masing cerita melahirkan dramatik yang beda-beda kan. Yang tidak bisa persis satu sama lain.”
Konteks standar umum yang dibicarakan oleh Informan 2 tersebut mengacu pada struktur film dimana ada pembukaan, konflik, klimaks, dan penyelesaian. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,
61
penulisan skenario pasti memiliki teknik tertentu, namun tidak memiliki standar tertentu, karena masing-masing cerita pasti memiliki teknik penataan skenario yang berbeda-beda. Kesimpulannya ialah, standar dalam penulisan skenario tidaklah memiliki kepastian yang sama, akan tetapi setiap penulis memiliki standarnya tersendiri dalam menulis sebuah skenario. Informan 1 memiliki standar yang dimana setiap film yang dibuatnya terdapat pesanpesan moral. Berbeda dengan Informan 2 yang dengan tegas menyatakan tidak ada standar penulisan skenario, disebabkan setiap cerita memiliki unsur dramatik yang berbeda-beda, sehingga penyusunan skenarionya pun selalu bervariasi.
4.2.2.3
Menjadi Penulis Skenario
4.2.2.3.1
Jenjang Karir Penulis Skenario Industri film sangatlah eksklusif. Dan tidak semua orang yang suka menulis dapat menjadi penulis skenario. Selain dibutuhkan skill khusus, untuk dapat eksis di bidang ini, diperlukan hubungan yang baik dengan orang-orang yang memang berada di industri ini. Terkait dengan hal tersebut, peneliti inigin mengetahui lebih dalam bagaimana Informan 1 akhirnya dapat masuk ke dalam profesi sebagai penulis skenario. Berikut kutipannya:
62
“Jenjang karirnya ga bisa langsung jadi sutradara. Bagus dari astrada, ada yang dari skrip, jadi pencatat aja. Kalo om sih dari pemain, sutradara, trus jadi penulis.” Dalam karirnya, Informan 2 juga harus melewati beberapa tahapan sebelum menjadi penulis skenario, hal tersebut dinyatakannya dalam: “Nah, saya juga berstrategi, saya ga mau langsung nulis. Saya ke lapangan dulu. Jadi assisten sutradara dulu. Nah, itu strategi. Saya magang. Magang, dulu sama sutradara saya senior gitu. Clapper dulu beberapa kali. Terus saya jadi assisten sutradara, terus begiu saya udah merasa udah kenal sama sutradara ini, ini. Dan saya aktif nulis cerpen di KOMPAS. Jadi ini etalase saya, saya udah punya etalase. Jadi bukan semata-mata saya nyodorin. Orang nanya juga. Jadi ketika saya menulis, itu posisinya bukan saya menunggu, tapi sudah diminta, dia yakin saya bisa nulis. Kira-kira lima tahunan saya di lapangan, cuma sementara itu saya juga mulai nulis-nulis gitu.”
Menurut apa yang diamati oleh peneliti, karena posisi sebagai seorang penulis skenario itu merupakan posisi yang sangat penting, maka produser tidak mudah untuk mempercayakan seseorang membangun filmnya begitu saja tanpa ada jaminan yang kuat. Sehingga sebelum menjadi seorang penulis skenario, mereka perlu untuk membangun hubungan dan kepercayaan terlebih dahulu. Dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang penulis skenario, diperlukan strategi dalam membangun hubungan dan kepercayaan. Hal tersebut dapat dimulai dari lapangan, baik dalam bentuk magang ataupun bekerja dalam bidang lain seperti pencatat skrip atau asisten sutradara.
63
4.2.2.3.2
Mempersiapkan Penulis Skenario Baru Banyak film di Indonesia terkesan memiliki ide yang mirip bahkan hampir serupa. Hal tersebut dikarenakan penulis skenario yang ada di Indonesia pun jumlahnya sangat sedikit. Sehingga film-film yang dihasilkan pun memiliki warna yang hampir sama. Untuk memperbanyak penulis skenario yang ada di Indonesia diperlukan peran dari penulis-penulis skenario yang sudah ada di Indonesia (senior). Karena itulah, peneliti berusaha untuk mengetahui usaha yang dilakukan dalam rangka mencetak penulis skenario baru. Dalam wawancaranya, informan 2 mengatakan bahwa: “Sangat sih saya. Makanya kalo ada workshop itu selalu saya mau. Misalnya, saya selalu menerima undangan workshop-workshop untuk penulisan skenario. Kadang-kadang kalo ditanya, “honor bapak berapa?”, saya jawab “oh nda usah. Pokonya kamu ada anggaran berapa.”. Gitu saya. Karena saya merasa bahwa penulis itu memang sedikit, gitu kan. Cuma sedikit dan kebetulan ada kesempatan saya ngajarin orang kenapa engga, gitu. Bagi ilmu aja.”
Dengan cara yang berbeda, Informan 1 mengatakan: “Di setiap film saya kan saya pake astrada yang berbeda, jadi saya lagi coba untuk dia nanti kedepannya udah bisa megang sendiri, gitu lho. Itu otomatis sih. Kalo director kan harus punya asisten. Semua director itu pasti munculnya dari situ.” Melalui observasi, peneliti dapat melihat bahwa walaupun dunia perfilman cukup eksklusif, namun mereka cukup terbuka apabila diajak
64
berdiskusi. Sehingga peneliti bisa banyak belajar, khususnya dari pengalaman mereka. Peneliti menyimpulkan bahwa, para cinemantek menyadari bahwa penulis skenario memang sangat terbatas, sehingga mereka sangat terbuka untuk munculnya junior atau penulis skenario baru. Maka dari itu, masing-masing penulis skenario memiliki caranya masing-masing dalam membagi ilmu mereka.
4.2.3
Proses Film “Masih Bukan Cinta Biasa” Lolos dalam Seleksi Kategori Skenario Terbaik FFI Tahun 2011
4.2.3.1
Unsur Film Masih Bukan Cinta Biasa
4.2.3.1.1
Ide Awal Membuat “Masih Bukan Cinta Biasa” Film Masih Bukan Cinta Biasa merupakan kelanjutan dari dari film Bukan Cinta Biasa. Menurut Informan 1: “Itu kan permintaan. Waktu itu kan sukses ya Bukan Cinta Biasa, terus produser sendiri kepengen ada kelanjutannya. Jadi dibuatlah. Itu kan sequal dari Bukan Cinta Biasa kan. Itu sih murni ide saya sendiri gitu ya. Rocker kan selalu dipandang negatif kehidupannya, padahal rocker juga punya sisi kehidupan yang humanis.”
Dan ternyata apa yang dibicarakan oleh Informan 1 itu turut diperkuat Informan 2 yang berkata: “Setelah saya tanya Benni, emang yang punya gagasan dia sendiri, dia yang menuliskannya pula.”
65
Namun, setelah peneliti menanyakan kepada Informan 3, beliau juga menyatakan bahwa: “Jadi tuh gini, setelah film kedua Cinta Dua Hati, lagi mikir, film next apa. Ternyata pas kita liat twitternya Wanna-B, “Duh pengen deh ada sequalnya” dan itu terus-terus request. Akhirnya ngomonglah ke produser. Kita print semua requestnya, banyak banget. Disitu akhirnya dari pihak produser, nelpon penulis, Om Benni Setiawan. Ternyata dia sudah mempersiapkan. Akhirnya ga berapa lama, setelah tiga empat hari kemudian kita meeting, itu draft pertama udah selesai.”
Dari pernyataan-pernyataan yang dikatakan oleh informan 1, Informan 2, dan Informan 3, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa awal mula tercetusnya pembuatan film Masih Bukan Cinta biasa berawal dari banyaknya request dari sebuah situs sosial yang ingin sekali melihat kelanjutan dari film Bukan Cinta Biasa. Saat hal tersebut disampaikan oleh produser kepada penulis skenario, ternyata penulis skenario film masih Bukan Cinta Biasa, yaitu Benni Setiawan telah mempersiapkan. Sehingga dalam jangka waktu yang cukup cepat (2 minggu), draft pertama skenario Masih Bukan Cinta Biasa sudah selesai. Untuk Ide ceritanya sendiri murni dari penulis skenario.
4.2.3.1.2
Pembuatan Sinopsis Sinopsis merupakan ringkasan dari sebuah skenario film. Menurut teori, sinopsis adalah ikhtisar, ringkasan cerita, namun yang berisi semua bahan pokok untuk kepentingan film yang akan kita buat. Maka itu, sinopsis harus berisi: (Biran, 2007:234)
66
1.
Garis besar jalan cerita
2.
Tokoh protagonis
3.
Tokoh antagonis
4.
Tokoh-tokoh penting yang menunjang langsusng Plot utama maupun Sub Plot yang penting
5.
Problema utama dan problema-problema penting yang sangat berpengaruh pada jalan cerita
6.
Motif utama dan motif-motif pembantu action
7.
Klimaks dan penyelesaian
8.
Kesimpulan
Menurut hasil pengamatan, sinopsis dari film Masih Bukan Cinta Biasa mampu untuk menunjukkan garis besar jalan cerita yang akan disampaikan melalui film Masih Bukan Cinta Biasa. Dan di dalam sinopsis terdapat juga kutipan-kutipan percakapan yang penting Dari data yang didapatkan oleh peneliti, peneliti mencoba untuk menjabarkan kriteria apa saja yang terdapat dalam skenario film Masih Bukan Cinta Biasa.
67
Gambar 1:
Tokoh Protagonis
Dalam film Masih Bukan Cinta Biasa ini, tokoh yang termasuk protagonis ialah Tommy. Ia merupakan seorang pensiunan rocker yang kedatangan seseorang remaja dengan mengaku bahwa dirinya ialah anak dari Tommy. Ia dapat disebut sebagai tokoh protagonis karena dalam karakternya Tommy merupakan seseorang yang baik, dan sifatnya berlawanan dengan tokoh antagonis dalam film ini.
68
Gambar 2:
Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis merupakan tokoh yang sangat menyebalkan dan dikenal jahat, ia memiliki karakter yang berlawanan dengan karakter utama atau protagonis. Melalui sinosis dari film Masih Bukan Cinta Biasa, dapat terlihat bahwa tokoh antagonis di sini ialah Vino. Ia merupakan rocker muda yang mengaku sebagai anak dari Tommy. Karakter Vino yang urakan dan tidak dapat diatur, menjadikannya sebagai tokoh antagonis di film ini.
69
Gambar 3:
Tokoh-tokoh penting yang menunjang langsusng Plot utama maupun Sub Plot yang penting
Selain tokoh protagonis dan tokoh antagonis, tokoh lain yang penting dalam film ini ialah Lintang dan Nikita. Dimana Lintang merupakan istri dari Tommy, sedangkan Nikita merupakan anak Tommy dan Lintang. Mereka berperan penting dalam membangun cerita film ini dari awal sampai akhir, dan menentukan bagaimana Tommy harus bertindak.
70
Gambar 4:
Problema utama dan problema-problema penting yang sangat berpengaruh pada jalan cerita
Problema utama yang digambarkan dalam sinopsis ini diwakili dengan penggalan-penggalan kalimat dan percakapan, “...Kepikir punya anak lagi aja engga...”, “Kalau gitu, situ bokap aku?”. Problema utamanya ialah dimana Vino dan Tommy sama-sama tidak mengetahui apakah mereka benar memiliki hubungan darah sebagai ayah dan anak. Problema utama ini yang kemudian akan berkembang menjadi problemaproblema penting lainnya.
71
Gambar 5:
Motif utama dan motif-motif pembantu action yang penting
Setelah adanya problema utama dalam sebuah cerita, maka lahirlah motif utama yang menjadi dasar dari sebuah karakter bertindak, dan juga menjadi dasar utama adegan-adegan yang akan diambil. Dalam hal ini, motif utama Tommy mempertahankan Vino dalam rumahnya ialah, ia takut terkutuk apabila Vino benar-benar anaknya dan ia mengusirnya. Atas dasar motif itulah, Tommy akhirnya melakukan adegan-adegan selanjutnya, seperti pencarian Voni, memanggil ustad Jepret, dan sebagainya.
72
Gambar 6:
Klimaks
Klimaks merupakan salah satu bagian terpenting dari sebuah sinopsis. Pada saat klimaks, penonton akan dibawa ke satu titik dimana mereka tidak merasa yakin dengan penyelesaian ari cerita tersebut. Ada hal-hal yang pembuat penonton goyah, sehingga bertanya-tanya bagaimana cerita selanjutnya. Dengan ditaruhnya klimaks, setiap orang yang membaca sinopsis ini, entah itu produser, investor, atau siapapun dapat mengetahui mau dibawa ke arah mana cerita film tersebut. Dan bagaimana titik puncak dramatisnya. Dalam film Masih Bukan Cinta Biasa, bagian klimaksnya
73
terdapat pada bagian dimana tiba-tiba Voni, ibu Vino berbicara bahwa Tommy bukanlah ayah Vino yang sebenarnya.
Gambar 7:
Kesimpulan
Setelah klimaks, sebaiknya di dalam sebuah sinopsis juga diberikan penyelesaian akhirnya, sehingga dalam proses pembuatan skenario nanti, penulis tidak lagi harus memikirkan bagaimana penyelesaiannya, namun sudah dituntun oleh sinopsis ini sendiri.
74
Gambar 8:
Dialog utama
Di dalam sebuah sinopsis juga dicantumkan beberapa dialogdialog penentu dimana dialog ini menjadi sebuah kunci atau pernyataan yang bersifat penting. Dialog utama ini biasanya mempermudah penulis dengan menjadi sebuah patokan yang pasti, walaupun nanti sinopsis ini dikembangkan pada saat penulisan skenario. Seperti pada skenario film Masih Bukan Cinta Biasa ini, salah satu kalimat yang disisipkan disini ialah “Maaf ya oom, Vino salah alamat” Vino tampak menitikkan air matanya. Dialog tersebut merupakan
75
dialog kunci pada saat Vino mengetahui bahwa ia sebenarnya bukan anak kandung dari Tommy. Apabila dibandingkan antara teori, data, dan pengamatan peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan, sinopsis merupakan ringkasan dari sebuah cerita yang kemudian akan dikembangkan kedalam skenario. Sinopsis yang kemudian akan dikembangkan menjadi sebuah skenario memiliki unsur-unsur yang berisi tentang: gambaran utama cerita, tokoh, dan dialog utama sebuah film. Gambaran utama cerita, terbagi lagi menjadi problema utama, motif utama, klimaks, penyelesaian, dan kesimpulan. Sedangkan tokoh terdiri dari tokoh protagonis, antagonis, dan tokoh penting lainnya. Di dalam sebuah sinopsis juga diselipkan dialog utama yang menjadi dialog kunci dalam sebuah skenario film. Dari ciri-ciri sebuah sinopsis secara keseluruhan, setelah dicocokan dengan data dan hasil observasi peneliti, maka terlihat bahwa dalam sinopsis film Masih Bukan Cinta Biasa memiliki semua unsur tersebut. Namun, untuk penamaan tokoh Voni, ibu Vino, dalam sinopsis tersebut tertulis Vivi.
4.2.3.1.3
Teknik Menulis Skenario Dalam penulisannya, skenario film tidaklah seperti menulis novel, akan tetapi memerlukan teknik tersendiri, dimana disajikan dengan singkat namun mencakup semua aspek.
76
Menurut teori yang dinyatakan oleh Misbach (2007), dalam wujudnya, format skenario dan format menuliskan deskripsi dalam naskah skenario terbagi menjadi: (Biran, 2007: 274-316)
1. Format deskripsi gambar dan suara Deskripsi gambar meliputi tokoh, set, properti, dan cahaya, dituliskan dalam baris memanjang. Sedangkan deskripsi suara, termasuk dialog, sound effect (SFX), dan ilustrasi musik. 2. Scene dan sequence Pada awal penulisan sebuah scene dituliskan penjelasan tempat dan waktu peristiwa yang berlangsung dalam scene bersangkutan. 3. Deskripsi informasi tempat Deskripsi
tempat
dibutuhkan
sejelas-jelasnya
untuk
kepentingan pembuatannya art director, diperlukan oleh sutradara untuk pengelolaan adegan, oleh juru kamera untuk menata lampu, serta melihat kemungkinan gerak kamera. 4. Deskripsi informasi tokoh Deskripsi rinci tentang tokoh juga hanya pada pertama kali tokoh itu muncul dalam urutan alur cerita. 5. Format deskripsi insert dan flashback. Format
menuliskan
flashback
atau
adegan
yang
menggambarkan apa yang dikenang oleh seseorang, format
77
penulisannya sama dengan menuliskan insert. Karena gambaran
kenangan
seseorang
di
sebuah
scene,
pemunculannya menyisip ke dalam scene. 6. Camera set up Mengenai jarak kamera, gerak kamera, dan komposisi gambar. 7. Time lapse Pada penyambungan scene yang dipisahkan oleh waktu pendek akan digunakan cara penyambungan Dissolve, dan kalau waktunya panjang, digunakan teknik penyambungan Fade Out – Fade In (FO – FI) ataupun Cut to. Dalam hal ini, peneliti membandingkan dan mencoba untuk melihat data yang didapatkan oleh peneliti berupa naskah skenario Masih Bukan Cinta Biasa dengan teori yang ada mengenai teknik menulis skenario. Hal tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut:
78
Gambar 9:
Format Deskripsi Gambar dan Suara Untuk mendeskripsikan gambar pada skenario, penulis skenario
Masih Bukan Cinta Biasa menyisipkan kalimat, “menyisipkan foto-foto keluarga bahagia Tommy masa sekarang yang sangat berbeda”. Deskripsi gambar ini nantinya akan diterjemahkan oleh Art Director untuk menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan, misalnya foto dan bingkainya, beserta susunan dari bingkai foto tersebut. Tidak hanya itu, dalam sebuah skenario juga terdapat deskripsi suara, yang dalam skenario film ini berupa dialog. Misalnya yang terdapat pada gambar diatas. Dengan adanya deskripsi suara ini, penata
79
suara akan mengetahui berapa orang yang harus berbicara dan menyiapkan alat-alat untuk perekamannya.
Gambar 10:
Scene dan Sequence
Dalam penulisan nomor scene, INT atau EXT, deskripsi informasi tempat, dan keterangan waktu ditulis dalam satu baris. Dalam gambar di atas terlihat bahwa angka 1 menunjukkan nomor scene. INT menunjukkan bahwa scene tersebut berada di luar ruangan (interior). Untuk DAY, menunjukkan keterangan waktu, dimana syutingnya akan diadakan pada siang hari. Sedangkan RUANG TENGAH TOMMY
80
menunjukkan deskripsi informasi tempat dimana lokasi scene tersebut berada. Hal tersebut dapat dilihat pada:
Gambar 11:
Deskripsi Informasi Tempat
Melalui deskripsi informasi tempat, maka kru film yang bertugas di bagian lokasi manajer, dapat menyiapakan tempat-tempat yang dibutuhkan. Informasi tempat hendaknya ditulis dengan jelas. Bukan hanya sekedar “Rumah Tommy” tapi lebih spesifik, seperti pada contoh diatas, “Ruang Tengah Tommy”. Hal tersebut akan berpengaruh penting dalam pengaturan set dan bidang lainnya.
81
Gambar 12:
Deskripsi Informasi Tokoh
Deskripsi informasi tokoh selalu disebutkan pada saat sebuah tokoh pertama kali muncul. Informasi tokoh dapat disampaikan melalui kalimat seperti, “Tommy juga melihat Vino dari ujung sampai kaki, jug atas ransel dan gitar”. Hal tersebut untuk memudahkan semua kru yang bersangkutan, seperti wardrobe dan make-up.
82
Gambar 13:
Camera Set Up
Dalam skenario ini, terlihat bahwa tidak banyak bahasa camera set-up yang digunakan oleh penulis. Camera pan yang tertulis pada skenario film Masih Bukan Cinta Biasa merupakan gerak kamera baik dari kiri ke kanan, atas ke bawah, ataupun sebaliknya. Dalam penulisannya, format camera set-up yg ditulis oleh penulis skenario hanya bersifat sebagai referensi penulis kepada seluruh kru, untuk dapat membayangkan hal yang sama dengan apa yang dibayangkan oleh penulis.
83
Gambar 14:
Time Lapse
Format time lapse dalam skenario ini terlihat pada pemakaian bahasa teknis cut to, dimana suatu adegan lompat ke adegan yang lainnya. Dalam skenario ini penulis tidak memakai bahasa flashback dan insert karena tidak diperlukan dalam adegan-adegan yang ada dalam film tersebut. Dari tujuh unsur yang terdapat pada teknik penulisan skenario, enam diantaranya terdapat pula dalam skenario film Masih Bukan Cinta Biasa. Teknik yang tidak ditemukan dalam skenario film tersebut ialah format deskripsi insert dan flashback. Hal tersebut dikarenakan oleh,
84
tidak adanya adegan yang merupakan flashback serta insert, sehingga format tersebut tidak dapat diaplikasikan.
4.2.3.1.4
Revisi skenario “Masih Bukan Cinta Biasa” Skenario yang pertama kali telah selesai dibuat biasanya disebut dengan skenario draft satu, namun skenario tersebut masih harus diperbaiki lagi dengan berbagai mmacam pertimbangan. Dalam hal ini, Informan menyatakan alasannya skenario Masih Bukan Cinta Biasa direvisi sebanyak tujuh kali. “Lebih ke durasi. Susunan scenenya ga terlalu banyak sih. Kata produser, butuh waktunya cuman sekitar 90 menit, jangan lebih dari 100 menit. Akhirnya saya pendekin.” Berbeda dengan Informan 3, beliau mengatakan bahwa proses revisi skenario tersebut : “Soalnya gini, melihat situasi sama kita lihat, kita waktu itu survey, yang lagi in apa sih sekarang. Jadi kita ga mau bikin karya itu yang ga ada lagi sekarang di lingkungan kita. Buat apa juga gitu orang ga ngira, ini apa, ini apa kan percuma juga. Jadi kita survey, yang lagi in waktu itu apa. Kita cari, kita liat dulu apa. Trus bahasa-bahasanya, tata bahasanya, semua kita perhatiin.”
Menurut pengamatan peneliti, revisi dilakukan karena adanya perbedaan konsep kehidupan yang ingin digambarkan oleh penulis dengan produser dan sutradara. Di sisi lain, durasi pada draft pertama juga terlalu panjang.
85
Mengenai durasi, peneliti mendapatkan teori yang menyatakan bahwa Skenario untuk film minimum sepanjang sembilan puluh menit atau satu setengah jam. (Set & Sidharta, 2006: 26) Jadi, dapat disimpulkan bahwa alasan utama skenario film Masih Bukan Cinta Biasa perlu direvisi ialah, durasi dari film tersebut lebih dari 100 menit, sedangkan yang diperlukan hanyalah 90 menit. Skenario juga perlu disesuaikan dengan keadaan sekarang, mulai dari trend hingga tata bahasa.
4.2.3.1.5
Implementasi Skenario “Masih Bukan Cinta Biasa” ke Lapangan Skenario yang telah disepakati, pada kenyataannya belum tentu dapat diaplikasikan 100%. Hal tersebut dikarenakan oleh pada proses produksi terdapat banyak hal-hal yang tidak terduga. Kemenangan skenario film Masih Bukan Cinta Biasa membuat peneliti ingin mengetahui seberapa besar dari skenario yang telah dibuat dapat diimplementasikan ke dalam proses produksi. Setelah melalui wawancara mendalam, Informan 1 menyatakan bahwa: “Terus terang tingkat kepuasannya itu masih 75% lah, masih bisa jauh lebih bagus kalau semuanya berjalan sesuai dengan rencana, planning saya.” Berbeda dengan Informan 1, pernyataan Informan 3 sedikit berbeda, beliau menyatakan:
86
“Kalo itu, sangatlah susah. Itu kalo ga salah sekitar 30%-an itu tidak sesuai dengan skenario. Jadi kayak tidak mungkin ini terjadi di lapangan. Dan itu kita percayain sama pihak sutradara.” Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan, memang terdapat perbedaan antara skenario dengan film yang dijalankan. Hal tersebut terlihat jelas dari urutan beberapa scene terakhir. Dalam skenario, urutan adegannya ialah setelah Vino pulang dari pesantren, ia pun tinggal di rumah Tommy, setelah itu adegan Vino dijemput oleh Voni, dan terakhir Vino dan Tommy manggung bersama di sebuah cafe. Namun, pada implementasinya berbeda. Pulang dari pesantren, Vino manggung dengan Tommy. Setelah itu, dalam keadaan Vino sekeluarga lengkap, Voni menjemput Vino. Adegan diakhiri dengan keharuan karena kepergian Vino. Untuk menanggapi hal tersebut, Informan 1 memiliki tanggapan: “Jadi proses pembuatan film itu juga, ketika pasca produksi, tetep akan melibatkan pihak editor, bagusnya seperti apa. Jadi samasama kita cari, dibongkar-bongkar lagi. Jadi belum tentu urutan di scene skenario itu bisa sama dengan filmnya. Kadang-kadang editor punya kreatif sendiri, “oh ini bagusnya taro di depan nih”. Jadi bikin kayak puzzle. Disusun lagi.”
Dari hasil wawancara dan pengamatan peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses produksi dan pasca produksinya, sebuah film
tidak
dapat
sama
persis
(100%)
dengan
skenario.
87
4.2.3.2
Proses Seleksi Kategori Skenario dalam FFI 2011
4.2.3.2.1
Prosedur Pendaftaran Dalam mengikuti ajang penghargaan film tertinggi di Indonesia, tentunya perlu dilakukan proses pendaftaran untuk mendapatkan data resmi dari film yang bersangkutan. Mengenai sistem pendaftaran, dijelaskan oleh Informan 2 bahwa: “Kalok sekarang, dihimbau. Jadi panitia itu pro-aktif, ‘eh kamu punya film ga? Ayo ikutin punya kita dong’ Jadi, ada yang aktif daftar karna memang pengen ikut, ada yang ‘eh kamu kan punya film, ikut dong...’. Cuman prinsipnya bahwa ada proses pendaftaran itu, iya.”
Prosedur pendaftaran film Masih Bukan Cinta Biasa dalam Festival Film Indonesia 2011 dijelaskan oleh Informan 3, bahwa: “Uhm, mereka yang mensurvey. Jadi bukan kita. Waktu itu juga dapet kabarnya baik banget. Mereka telepon kita, mereka bilang film kita masuk ke dalam berapa nominasi, lumayan banyak itu. Jadi sebelumnya itu, pihak FFI itu memberi tahu, kalo film kita itu bisa masuk FFI. Ya, kasarnya kayak, yaudah lulus deh, langsung bisa masuk FFI dari sebuah pertimbangan. Kan mereka juga ada juri ya. Yaudah, akhirnya dari situ baru kita masukin film kita ke FFI.”
Dari observasi peneliti, masih sedikit orang yang terjun dalam bidang perfilman Indonesia saat ini, sehingga dalam prosesnya, pendaftaran FFI 2011 pun tidak terlalu kaku dan lebih fleksibel. Pendaftaran sebuah film bisa menjadi dua arah, yakni dari pihak pembuat film yang mendaftarkan diri ataupun juga dari ajakan panitia film untuk ikut bergabung. Namun keduanya tetap harus menjalankan prosedur
88
pendaftaran yang berlaku, baik mengisi formulir, menyerahkan data-data yang diperlukan, dan sebagainya.
4.2.3.2.2
Alasan Film Masih Bukan Cinta Biasa Lolos Seleksi dalam Kategori Skenario Film Terbaik FFI 2011 Film Masih Bukan Cinta Biasa merupakan pemenang skernario terbaik dalam Festival Film Indonesia 2011. Hal tersebut membuktikan bahwa ada hal-hal yang menonjol dari film tersebut bila dibandingkan dengan film-film lain yang mungkin saja secara unsur-unsur lain lebih unggul dari Masih Bukan Cinta Biasa. Menurut Informan 1 ketika ditanyakan mengenai hal-hal yang menonjol dari skenario film Masih Bukan Cinta Biasa, beliau menanggapi: “Ya kemarin sih dari beberapa pengamat bilang bahwa itu film sangat sederhana, maksudnya kita tidak bermain, itu film dengan budget yang sangat murah. Karena kita bermain di rumah. Tapi bagaimana situasi bisa dibuat orang bisa menikmati film itu walaupun setting-nya di situ-situ aja. Dan yang film-film keluarga seperti ini kan jarang-jarang di tema film-film kita itu mereka ga berani ngambil resiko bikin film keluarga. Paling film remaja ya, cinta kan itu ga ada resiko ya. Tapi MBCB kekuatannya di situ. Karena kuat dari sisi-sisi humanis gitu antara anggota keluarga, ayah, ibu, cerita sehari-hari. Sederhana tapi sebetulnya ya memang deket dengan kita semua.”
Sebagai Juri Seleksi, Informan 2 pun menyatakan keunggulan skenario film Masih Bukan Cinta Biasa dibandingkan dengan film-film yang lain, katanya:
89
“Emh, itu faktor unikum itu yah. Karna keunikan sebab kalau dibandingkan dengan yang lain sesama nominee gitu, ya samasama bener lah. Beberapa nominasi yang lain itu oke. Nah, setelah kita banding-bandingkan, ini diantara yang menonjol ini akhirnya kita pilih yang keunikannya, karena kita semua terperangah itu dalam hal keunikan ceritanya, gitu. Terus semua unsur-unsur syarat skenario yang baik itu ada di situ. Kalo ada unsur entertaining, iya. Kemudian unsur action, ada. Unsur musikal, ada. Unsur surprise, ini luar biasa banget. Gitu, jadi tetep unsur-unsur dramatik yang mendukung bagusnya skenario itu kan juga ada suspectnya, suspectnya itu tegangan, ada surprise. Kalo istilah surprise itu sekarang orang banyak istilahkan dnegan istilah twist. Twist itu sesuatu yang tadinya kita yakini A, trus ternyata B. Gitu, surprise kan, jadi tiba-tiba kenyataan itu berbalik sedemikian rupa hingga penonton terperangah. Nah itu, di film itu ada. Nah itu, unsur-unsur tuh ada. Dan terbangun luar biasa mulus gitu sampe dibikin-bikin surprise, gitu. Surprise yang baik ya, surprise yang betul-betul tidak terduga-duga, gitu. Jadi akhinya, wah itu. Nih, ini memang unsurnya skenario terlalu menonjol dibandingkan dengan yang lain. Ya kalau keunikannya sendiri sebenarnya dari segi tema ya, dari cerita. Cerita yang bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari skenario kan. Jadi keunikannya itu bercerita tentang seorang pensiunan rocker gitu, yang tiba-tiba memilih tobat dan menjadi ayah rumah tangga yang ngurus rumah, sementara istrinya yang kerja. Dari judul sendiri kan begitu unik kan, yang orang lain ga pernah kebayang. Awam gitu. Awam itu pasti ga kebanyang. Kehidupan seorang rocker itu seperti apa sih. Gitu.”
Saat hal ini coba diamati oleh peneliti, film Masih Bukan Cinta Biasa memang memiliki tema besar yang jarang diangkat oleh film-film lain, yaitu keluarga rocker. Selain itu, alur ceritanya pun penuh dengan kejutan, dimana Vino yang tadinya ditolak, sudah berubah dan dianggap salah satu bagian dalam keluarga tersebut dan akhirnya dinyatakan bahwa ia bukan anak Tommy. Ditambah dengan karakter-karakter seperti Ustad Jepret, yang unik untuk diangkat, membuat penonton tidak bosan saat
90
pesan moral disampaikan. Sehingga layak bila mendapatkan skenario terbaik. Namun, kesimpulan dari semuanya ialah, film ini patut untuk mendapatkan penghargaan sebagai skenario terbaik, karena memang memiliki unsur keunikan baik dari segi cerita maupun urutan adegannya sehingga unsur suprise atau twistnya benar-benar menonjol. Tidak hanya itu, perkembangan masing-masing karakter pun menjadi nilai tambah bagi penilaian juri. Walaupun dari segi cerita sepertinya dekat dengan penonton, namun dengan pengurutan adegan yang baik, maka film ini mampu membuat cerita tersebut mengalami twist. Dan juga, film ini mampu untuk menyampaikan pesan moralnya dengan situasi dramakomedi.
4.3 Pembahasan 4.3.1
Menentukan Skenario yang Baik Dalam menentukan skenario yang baik, peneliti membagi menjadi dua bagian yakni dilihat dari faktor artistik dan faktor non-artistiknya. Faktor artistik mewakili hal-hal yang berkaitan dengan isi film, baik dari segi cerita maupun hal-hal teknisnya. Sedangkan faktor non-artistik dilihat dari segi lain selain artistik. Dari faktor artistik, sebuah skenario dapat dikatakan sebagai skenario yang baik apabila sebuah skenario terdapat unsurentertaining,
91
musikal, action, surprise, unsur-unsur dramatik, ketegangan, dan juga setiap karakter tokohnya terus berubah menjadi lebih baik. Diluar faktor artistik, sebuah skenario ditentukan sebagai skenario yang baik dinilai dari sisi peminatnya. Semakin banyak peminat dari film tersebut nantinya, maka skenario tersebut semakin dinilai baik oleh para menanam modal (investor).
4.3.2
Proses Pembuatan Skenario Film Proses
pembuatan
skenario
film
harus
dimulai
dengan
pengetahuan mendasar menyangkut skenario film tersebut. Penulis skenario merupakan seseorang yang merancang dan membangun sebuah film melalui skenarionya. Ia memiliki peran sebagai orang kunci dalam suatu pembuatan film. Peranan skenario sendiri dalam sebuah film seperti blueprint dalam membangun rumah, dimana semua perancangan ada di situ. Skenario film akan diterjemahkan oleh masing-masing kru menurut bidangnya masing-masing. Sehingga setiap kemampuan
dalam
membaca
dan
kru harus
menerjemahkan
memiliki
skenario
ke
pekerjaannya. Dengan adanya skenario sebagai acuan, maka masingmasing bidang bekerja dengan tujuan yang sama dan tidak menyimpang. Skenario sendiri terdiri dari cerita dan susunannya ketika disampaikan. Menulis skenario memerlukan teknik dalam mengatur susunan adegan sehingga unsur surprise dan kejutannya tidak hilang.
92
Tidak hanya itu, skenario film juga menggambarkan secara jelas dan utuh bagaimana adegan-adegan dalam sebuah film akan ditampilkan. Skenario film hendaknya ditulis dengan sesuatu yang dekat dengan penontonnya jaman itu. Sehingga peminatnya juga lebih banyak, karena penonton lebih suka menonton sesuatu yang dengan dengan mereka, baik secara fisik maupun emosional. Karena itu, tidak heran apabila skenario film dikatakan menggambarkan sebuah bangsa pada jamannya. Sebelum membuat sebuah film, terlebih dahulu dibutuhkan gagasan awal. Hal tersebut biasanya diajukan oleh produser, namun tidak jarang apabila sutradara ataupun penulis skenario memiliki gagasan terlebih dahulu. Terlepas dari siapa gagasan dalam membuat sebuah film muncul, proses membuat sebuah film selalu melibatkan tiga pihak tersebut dalam berdiskusi, oleh sebab itu muncullah istilah triangle sistem. Membuat skenario film sebaiknya dilakukan secara bertahap, mulai dari sebuah ide atau gagasan, pembuatan basic story atau sinopsis yang diikuti oleh penentuan karakter utama dalam sebuah film, penambahan treatment yang dikembangkan kembali menjadi sebuah skenario film secara utuh. Ide dalam membuat skenario film dapat berasal dari ide asli seseorang, baik itu produser, sutradara, maupun penulis skenario. Namun, ide juga dapat diadaptasi dari cerita yang sudah ada. Bila ide cerita sudah
93
disepakati, hendaknya dalam penulisan skenario, disepakati secara bersama-sama batasan ceritanya dan kesamaan tujuan. Dalam penulisan skenario memang tidak memiliki standar tertentu, namun biasanya setiap penulis memiliki standar masing-masing selain dari teknik penulisan skenario yang harus diterapkan. Seseorang biasanya tidak langsung menjadi penulis skenario karena diperlukan seseorang yang dapat dipercaya dalam membangun film melalui skenario yang dihasilkannya. Untuk memiliki hubungan yang baik, biasanya penulis skenario berstrategi terlebih dahulu baik terjun ke lapangan dengan menjadi seorang penulis skrip, kleper, ataupun asisten sutradara. Menyadari bahwa penulis skenario sangatlah terbatas jumlahnya, maka masing-masing penulis skenario juga telah memiliki caranya sendiri dalam mendidik dan mempersiapkan penulis skenario yang baru, baik itu dengan menjadi asisten ataupun tim dalam menulis. Walaupun hal tersebut hanya bisa dilakukan dalam penulisan skenario film. Tapi mereka juga tidak tertutup apabila diajak untuk sharing mengenai penulisan skenario.
4.3.3
Proses Film “Masih Bukan Cinta Biasa” Lolos dalam Seleksi Kategori Skenario Terbaik FFI Tahun 2011 Pembuatan skenario film Masih Bukan Cinta Biasa berawal dari permintaan para penggemar film Bukan Cinta Biasa yang menginginkan
94
Wanna-B sebagai rumah produksi membuat sequal-nya. Setelah pihak Wanna-B Pictures menghubungi penulis skenario, ternyata yang bersangkutan telah mempersiapkan skenarionya. Ide cerita Masih Bukan Cinta Biasa merupakan ide cerita murni dari penulis skenarionya, Benni Setiawan. Ide cerita ini tentang kehidupan humanis seorang pensiunan rocker yang kedatangan seseorang yang mengaku anaknya. Pembuatan sinopsis Film biasanya berisi garis besar jalan cerita, tokoh, dan dialog utama. Dalam sinopsis film Masih Bukan Cinta Biasa, garis besar jalan crita terlihat dari keseluruhan sinopsisnya, dimana setiap orang yang membaca sinopsis ini dapat dengan jelas mengetahui isi film Masih Bukan Cinta Biasa. Problema utama yang terlihat pada sinopsis Masih Bukan Cinta Biasa ialah dimana Tommy sama sekali tidak terpikir bahwa ia akan memiliki anak lagi, apalagi ia mengenal anak itu saat anak itu sudah besar. Setiap adegan yang ada pada film tersebut didasari oleh motif dimana Tommy takut ia akan terkutuk apabila Vino benar-benar anak kandungnya. Hal tersebut mendasari Tommy yang pergi mencari Voni dan juga berusaha untuk mengubah Vino. Saat klimaks terjadi pada saat Vino sudah berubah dan diterima di keluarga Tommy, Voni datang menjemput dan mengatakan bahwa Vino sebetulnya bukanlah anak Tommy. Keteganganyang terjadi pada saat klimaks diakhiri dengan kesimpulan dimana akhirnya Tommy, Lintang, dan Nikita terlihat bahagia, serta The Boxis meliris album bersama Vino.
95
Sinopsis film Masih Bukan cinta Biasa telah menyebutkan tokohtokoh dalam film Masih Bukan Cinta Biasa. Baik itu tokoh protagonis (Tommy), tokoh antagonis (Vino), maupun tokoh penting lainnya seperti Lintang dan Nikita. Menulis skenario memerlukan teknik tertentu, seperti format deskripsi gambar, suara, tokoh, flashback, insert, scene dan sequence, camera set up, dan time line. Dari keseluruhan format yang ada, skenario film Masih Bukan Cinta Biasa tidak memakai format penulisan flashback dan insert, karena hal tersebut memang tidak diperlukan dalam cerita dan skenario film tersebut. Skenario Masih Bukan Cinta Biasa mengalami beberapa kali revisi oleh karena beberapa sebab, terutama durasi. Skenario film Masih Bukan Cinta Biasa pada awalnya berdurasi 100 menit, seharusnya 90 menit, sehingga dipersingkat kembali. Alasan lainnya ialah penyesuaian idealisme penulis dengan pasar atau penonton, mulai dari keadaan dan situuasi hingga tata bahasanya. Dalam prakteknya, hanya sekitar 70-75% dari skenario dapat direalisasikan dalam bentuk film. Hal tersebut dikarenakan oleh keadaan yang kurang mendukung, cuaca, dan juga kreatifitas dari editor mengenai susunan adegan di bagian ending film. Pendaftaran film Masih Bukan Cinta Biasa pada Festival film Indonesia, pada awalnya pihak FFI menghubungi Wanna-B Pictures dan menyatakan bahwa film Masih Bukan Cinta Biasa masuk ke dalam
96
beberapa nominasi penilaian yang ada pada FFI 2011. Dari kabar baik tersebut,
pihak
Wanna-B
kemudian
mendaftarkan
filmnya
dan
memberikan data-data sesuai dengan prosedur yang berlaku pada FFI 2011. Film Masih Bukan Cinta Biasa memiliki keunikan tersendiri sehingga dapat memperoleh penghargaan skenario terbaik FFI 2011. Keunikan tersebut dapat terlihat dari ide ceritanya yang unik dan jarang terpikir oleh orang lain, serta susunan ceritanya yang membuat film tersebut memiliki twist serta surprise yang benar-benar menonjol, terutama pada saat diketahui bahwa Vino bukanlah anak Tommy.