BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Obyek Penelitian Weber Shandwick Indonesia merupakan perusahaan public relations yang memberikan berbagai macam jasa komunikasi yang efektif dan inovatif kepada klien-klien baik yang berada di Indonesia maupun di dunia. Didirikan pada tahun 2003, kantor Weber Shandwick di Jakarta, Indonesia, memiliki tim yang berisikan para konsultan dengan berbagai keahlian mulai dari komunikasi di bidang korporat, keuangan, consumer marketing, teknologi hingga public affair dan kesehatan dengan berbagai pengalaman yang beragam baik bagi klienklien dari perusahaan dalam negeri maupun multinasional. Kantor Weber Shandwick Indonesia bertempat di Menara Mulia Lantai 12, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 9-11 Jakarta 12930 Indonesia dengan website resmi nya yaitu http://webershandwick.co.id/ 4.1.1 Profil Perusahaan Nama Perusahaan
: Weber Shandwick Indonesia
Tanggal berdiri
: January 2003
Jenis Usaha
: Jasa Konsultan
Telepon
: +62 21 5292 1881 x 7211
Fax
: +62 21 5292 1883
Alamat
: PT Interpublic Group of Companies Indonesia Menara Mulia, Lt. 12 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 9-11 Jakarta 12930, Indonesia
Website
: http://webershandwick.co.id/
49
50 Secara global, Weber Shandwick juga merupakan perusahaan public relations dan komunikasi yang telah memenangkan banyak penghargaan dengan riwayat keberadaan di kawasan Asia Pasifik selama lebih dari 50 tahun. Jaringan bisnis Weber Shandwick itu sendiri mempunyai 18 kantor di 12 negara – bersama dengan perusahaan afiliasi dan perwakilan – yang terbentang dari Cina, Jepang, Korea, India, Asia Tenggara hingga Australia. Perusahaan yang berdiri sekitar 11 (sebelas) tahun ini sudah memiliki beberapa klien utama seperti: 1. Temasek Holdings 2. Singapore Airlines 3. Nokia 4. General Motors Sedangkan beberapa perusahaan lainnya yang menjadi klien Weber Shandwick Indonesia yaitu: 1. Citibank 2. Facebook 3. Saratoga Capital 4. RSPO 5. Exxon Mobile 6. Forbes 7. Master Cards 8. HITACHI 9. NetApp 10. Panasonic 11. SOHO 12. Honeywell 13. Wise 14. Clariant 15. Abbot 16. Cisco
51 Weber Shandwick Indonesia menyediakan jasa konsultan dalam berbagai bidang, meliputi: 1. B2B Marketing 2. Consumer marketing 3. Financial and Professional Services 4. Healthcare Communications 5. Public Affairs and Public Policy 6. Technologies 7. Corporate Responsibility 8. Crisis and Issues Communications 9. Digital Communications 10. Internal Communications 11. Market Intelligence 12. Sports Marketing 13. Travel, Transport, and Lifestyle
4.1.2 Logo Perusahaan
Gambar 4.1 Logo Weber Shandwick Indonesia (sumber: dokumen perusahaan)
52 Semua orang berbicara tentang hal itu. Sebuah era baru dalam pemasaran. The Engagement Era ini adalah waktu ketika orang terlibat satu sama lain dan brands (merek) dan juga isu-isu yang mereka pedulikan dengan cara yang sama sekali baru. Hari ini, orang yang mengambil kontrol dari merek dan organisasi yang digunakan untuk melakukan sebagian besar pembicaraan dan membentuk cerita mereka sendiri. Pada Weber Shandwick, kita memahami era baru ini karena melibatkan orang dalam percakapan yang penting bagi mereka adalah apa yang kita selalu lakukan. Kemenangan pada saat ini membutuhkan cerita yang relevan, personal dan asli. Ini berarti memahami kekuatan baru yang dipercaya memegang pendukung. Dan, lebih dari apa pun, memenangkan tuntutan konten yang provokatif, asli dan tak tertahankan. “The Engagement Era is new to some, but not to us. We’re the kind of marketing company built for today. Because we didn’t start building yesterday” 4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan Visi
: Visi dari Weber Shandwick Indonesia adalah to be the world’s
leading relations firm in a new world of engagement, atau menjadi firma public relations terbaik di dunia yang kini dipenuhi dengan engagement atau hubungan. Menjadi yang terbaik dalam setiap bidang yang digelutinya, berarti memimpin lima kunci utama di dalam internal ataupun eksternal perusahaan, yaitu tempat kerja, cara pemikiran, pangsa pasar, kinerja, dan bidang operasional.
Misi
: Misi dari Weber Shandwick Indonesia adalah to harness the
power of advocacy on behalf our clients. Berarti Weber Shandwick memiliki misi untuk memanfaatkan kekuatan advokasi dalam mewakili setiap kliennya. Sebagai perusahaan konsultan yang profesional, Weber
53 Shandwick memfokuskan diri untuk melayani kepentingan para klien nya. 4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Weber Shandwick Indonesia (Sumber: dokumen perusahaan)
54
4.1.5 Deskripsi Pekerjaan President Director 1. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan perusahaan. 2. Memilih, menetapkan, serta mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian (manajer). 3. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan. 4. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan. Head of Operations 1. Fokus kepada komunikasi keuangan dan urusan publik konseling untuk klien. 2. Mengoordinasi pengelolaan isu dan pemangku kepentingan program penjangkauan untuk perusahaan. Finance Director 1. Mengelola fungsi akuntansi dalam memproses data dan informasi keuangan. 2. Mengkoordinasi dan mengontrol perencanaan, pelaporan dan pembayaran kewajiban pajak perusahaan. 3. Merencanakan
dan
mengkoordinasi
arus
kas
(cashflow), terutama pengelolaan piutang dan hutang.
perusahaan
55 General Manager 1. Menetapkan kebijakan perusahaan dan menentukan rencana dan tujuan perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Mengkoordinir
dan
mengawasi
seluruh
aktivitas
yang
dilaksanakan perusahaan. 3. Membantu peraturan internal perusahaan yang tidak bertentangan dengan kebijakan perusahaan. Vice President 1. Menandatangani pengubahan anggaran dasar. 2. Menandatangani daftar pemegang saham dan surat saham mengenai pemindahan ha katas saham. 3. Memimpin rapat direksi bila Direktur Utama tidak hadir. Senior Account Manager 1. Bertanggung jawab terhadap proses yang berkaitan dengan client, mulai dari kerjasama, kebutuhan client, monitoring, dll. 2. Dapat menjaga citra perusahaan dan memberikan pelayanan terbaik serta mampu menjaga hubungan personal yang baik dengan client. Account Manager 1. Mengelola dan menyelesaikan bilamana ada konflik dengan klien. 2. Berinteraksi dan berkoordinasi dengan tim penjualan dan anggota staf lain di departemen lain yang bekerja pada account sama. 3. Menetapkan anggaran dengan klien dan perusahaan.
56 Account Supervisor 1. Mengawasi penanganan rekening klien perusahaan. 2. Memastikan layanan berkualitas tinggi yang disediakan pada akun klien melalui account executive dan meningkatkan hubungan klien. 3. Manajemen proyek, visi strategis dan pengetahuan industry yang atribut yang diperlukan untuk posisi ini. Senior Consultant 1. Menyediakan database, pengembangan, dan peningkatan. 2. Mengawasi proyek kecil yang dipimpin oleh staf tingkat menengah di bawah pengawasan. 3. Menyajikan professional image dalam perilaku, sikap dan pakaian. Consultant 1. Seorang profesional yang menangani keseluruhan kegiatan PR yang terkait dengan perusahaan. 2. Membantu manager PR dalam membangun citra perusahaan. 3. Mengetahui informasi tentang perkembangan dan kebutuhan untuk klien serta menerapkan ide-ide inovatif.
57 Associate 1. Membantu pengembangan dan pelaksanaan rencana media. 2. Mengembangkan, menulis, dan mendistribusikan press release yang memiliki kelayakan dalam berita. 3. Memberikan saran, membuat dan memperbaharui elemen ke dalam sebuah press kit formal.
4.2
Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1
Pengumpulan Data 1. Wawancara Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan 3 narasumber yang dianggap penting dan memiliki wawasan serta pengetahuan yang dapat mendukung penelitian ini. 1
Nama
: Amalia Tania
Jabatan
: PR Consultant
Tanggal Wawancara
: Senin, 28 April 2014
Durasi
: 50 menit
Alat perekam
: Smartphone
Tempat
: Eaton, Menara Mulia Gatot Subroto, LG Floor
58 Dalam proses wawancara ini, narasumber sangat membantu dan memberikan pengetahuan nya yang luas serta pengalaman nya selama menjadi praktisi PR. Sehingga dalam proses wawancara pun berjalan dengan baik, dan pertanyaan dapat dijawab dengan lancar. Walaupun suasana dan kondisi di dalam restaurant tidak terlalu sepi, namun hal tersebut tidak menjadi halangan dan narasumber tetap fokus terhadap pertanyaan yang diajukan. Namun karena narasumber sangat sibuk, maka pewawancara mengalami sedikit kesulitan untuk membuat janji. Alasan dalam pemilihan narasumber ini adalah karena beliau telah memiliki pengalaman yang baik dan sudah menjadi PR Consultant di Weber Shandwick Indonesia dimana pengalaman yang beliau miliki tersebut sangat mendukung dan sudah lama berkecimpung di dalam dunia public relations dan komunikasi tentunya. Selain itu, beliau juga bergabung ke dalam sebuah Asosiasi Public Relations, yang juga dapat memungkinkan beliau memiliki pengalaman pribadi tersendiri terkait dengan public relations.
2
Nama
: Citra Putri
Jabatan
: Associate
Tanggal Wawancara
: Senin, 10 Maret 2014
Durasi
: 55 menit
Alat perekam
: Smartphone
Tempat
IDEA : Ruang Indonesia
Weber
Shandwick
59 Dalam proses wawancara ini, narasumber memberikan pengalaman nya selama beliau bekerja di Weber Shandwick Indonesia yang masih terbilang anggota baru, namun beliau sudah menekuni bidang public relations dari awal melalui program internship. Namun beliau memiliki pengetahuan yang baik karena beliau juga memiliki background pendidikan di bidang public relations. Walaupun masih terbilang baru bekerja menjadi Associate di Weber Shandwick Indonesia, beliau dapat memberikan informasi dan masukan yang berguna untuk penelitian. Beliau cukup sibuk, karena client yang bertambah, namun hal itu tidak menutup kemungkinan untuk beliau meluangkan waktunya untuk wawancara.
3
Nama
: Yeyen Yenuarizki
Jabatan
: Associate
Tanggal Wawancara
: Senin, 5 May 2014
Durasi
: 50 menit
Alat perekam
: Smartphone
Tempat
IDEA : Ruang Indonesia
Weber
Shandwick
Dalam proses wawancara ini narasumber sangat bekerja sama, dan menyenangkan, disamping itu beliau juga memiliki jiwa yang humoris. Dan sangat baik sekali karena beliau sangat respect sekali dengan apa yang ditanyakan. Namun untuk meluangkan waktu dan berkesempatan untuk wawancara, tidak bisa secara mendadak, jadi harus membuat janji dari minggu-minggu sebelumnya. Proses wawancara berlangsung tenang dan nyaman, beliau juga memiliki background pendidikan di bidang public relations sehingga tidak
60 terlalu kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang ada. Dan sebelumnya beliau telah mengetahui mengenai penelitian apa yang sedang berjalan terkait dengan kegiatan wawancara tersebut. 2. Observasi Selain menggunakan metode wawancara, dilakukan juga metode observasi, yaitu observasi partisipan. Sebenarnya kegiatan observasi ini juga dilakukan selama periode kerja praktek, yaitu langsung meneliti dan mengamati kegiatan public relations di Weber Shandwick Indonesia. Namun akan lebih difokuskan kepada event yang diadakan oleh pihak Nokia dengan Weber Shandwick Indonesia yaitu pada saat peluncuran Nokia X di Empirica, Jakarta. Dipilihnya event tersebut dalam pengamatan observasi karena adanya kegiatan terjun langsung, melakukan kegiatan media relations dengan berbagai macam media yang hadir, khususnya dengan para media, membantu event organizer untuk mengantisipasi hal-hal yang nantinya akan terjadi, dan hal sebagainya. Event ini juga terbilang merupakan event yang besar karena gebrakan yang dibuat oleh Nokia dengan menghadirkan smartphone pertama berbasis Android dengan harga yang terjangkau. Event ini berlangsung pada tanggal 27 Maret 2014, bertempat di Empirica, Jakarta. Di dalam event tersebut, Nokia meluncurkan produk terbarunya itu yang bernama Nokia X, yang merupakan satu dari serangkaian smartphone baru Nokia yang menjalankan aplikasi Android, dan dikombinasikan dengan fitur khas Nokia dan layanan dari Microsoft. Nokia X hadir dengan fitur Fastlane yang memudahkan pengguna untuk berpindah aplikasi favorit mereka dengan lebih mudah. Mereka juga dapat mengaplikasi yang telah dikurasi dan dites
61 melalui Nokia Store. Terdapat layanan unik Nokia seperti HERE Maps online dan offline yang dapat diakses secara gratis melalui koneksi data. Jadi jika para pengguna smartphone ingin pergi ke tempat terpencil yang tidak memungkinkan untuk mengakses peta online, cara yang mudah adalah cukup dengan mengunduh dan menyimpannya di Nokia X terlebih dahulu sebelum pergi ke tempat terpencil tersebut. Bagi penggemar musik, terdapat fitur Nokia Mix Radio yang menyediakan 21 juta lagu dengan sistem streaming dan dapat di download. Nokia X juga memberikan layanan popular dari Microsoft, termasuk layanan cloud gratis menggunakan One Drive. Selain itu, untuk pengguna X, Nokia menawarkan akses panggilan gratis selama satu bulan menggunakan Skype dan memori penyimpanan 10 gratis menggunakan OneDrive. Untuk
memudahkan
pengguna,
Nokia
X
juga
telah
menyediakan aplikasi BlackBerry Messenger yang sudah tersedia langsung (pre-loaded) dalam gadget ini. Begitu juga dengan aplikasi Android seperti Facebook, Twitter, Line dan WeChat. Sedangkan aplikasi lainnya seperti Instagram, Path, WhatsApp, Temple Run, Subway Surfer, Hayday, Candy Crush dan Clash of Clans bisa diunduh melalui Nokia Store dan toko aplikasi pihak ketiga. Nokia
X
juga
merupakan
kombinasi
terbaik
yang
menggunakan pengguna untuk memilik akses pada beragam aplikasi favorit dan memberikan pengalaman baru dengan harga yang terjangkau. Nokia X akan mulai tersedia pada tanggal 12 April 2014 dengan harga Rp 1,6 juta. Pengguna dapat memilih warna case belakang yang dapat diganti dengan pilihan warna merah cerah, hijau cerah, cyan, kuning, putih dan hitam.
62
Gambar 4.3 Peluncuran Nokia X di Empirica, Jakarta
Gambar 4.4 Media sedang meliput peluncuran Nokia X di Empirica
Setelah menyelenggarakan event tersebut, Weber Shandwick Indonesia selaku consultant public relations dari PT. Nokia Indonesia, melakukan perhitungan PR value dari event yang diadakan tersebut. Hal ini biasanya berkaitan dengan didapatkannya beritaberita mengenai event Nokia X tersebut. Berita-berita ini terdiri dari media elektronik, sampai ke media cetak. Dalam proses ini, berita-
63 berita tersebut akan dikumpulkan yang nantinya akan di hitung PR value-nya, yang kemudian akan dilaporkan ke pihak PT. Nokia Indonesia. Selain itu, dilakukan pula kegiatan media monitoring media cetak dan online setiap harinya. Media monitoring ini sangat berguna, karena media monitoring ini memiliki kegunaan agar perusahaan mengetahui seberapa banyak media yang memuat berita mengenai event
tersebut
dan
mengetahui
opini
masyarakat
mengenai
peluncuran smartphone Nokia pertama yang berbasis Android. Selain itu, hal ini juga berguna untuk melihat apakah ada pemberitaan baik yang bersifat positif maupun negative yang mempengaruhi image (citra) perusahaan untuk kelanjutan perusahaan juga. Media monitoring ini juga berguna untuk melihat kegiatan dari kompetitor PT. Nokia Indonesia, serta industri apakah yang saat itu sedang berkembang.
Gambar 4.5 Kegiatan media monitoring Online dan Cetak
64
Gambar 4.6 Perhitungan AVE dan APAC weekly reports
Seperti yang dijelaskan, bahwa di dalam observasi ini, hampir keseluruhan kegiatan telah dilibatkan dalam divisi media relations. Divisi ini sangat penting terhadap image klien dalam mengembangkan inovasi dan strategi-strategi nya baik di dalam produk maupun jasa. Karena hal ini berkaitan langsung dengan media (wartawan) yang dianggap sebagai stakeholder utama dalam Weber Shandwick Indonesia. Dengan menjaga hubungan yang baik dan menerapkan bagaimana Etika PR yang baik, maka media akan menyampaikan informasi serta tujuan-tujuan yang ingin diraih oleh klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dan hal ini juga dapat dilihat dari PR Value pada setiap berita-berita mengenai Nokia X itu sendiri.
65 3. Dokumentasi Dokumentasi disini merupakan bahan-bahan atau data pendukung tertulis yang dapat diperoleh dari lokasi penelitian yang isinya mengarah/terkait tentang hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan penelitian tersebut. Salah satu bahan penelitian yang berupa dokumentasi melalui foto-foto yang ada, salah satunya seperti foto-foto di salah satu client Weber Shandwick Indonesia, yaitu PT Nokia Indonesia saat launching product Nokia X. Informasi tambahan lainnya dilihat melalui website yang dimana semua informasi kegiatan perusahaan dapat dilihat di website yang dimiliki oleh Weber Shandwick Indonesia.
4.2.2 Keabsahan Data Untuk mengetahui kebenaran data yang diterima dari narasumber, dilakukannya metode keabsahan data triangulasi sumber. Triangulasi sumber ini adalah kegiatan membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang tidak hanya berpacu kepada satu narasumber saja, namun pada beberapa narasumber. Di dalam penelitian ini, dilakukan perbandingan dari narasumber A, B, dan C. Dimana dalam salah satu pertanyaan yang diajukan, tidak ditemukan adanya perbedaan dalam jawaban ketiga narasumber tersebut. Salah satu contohnya di dalam sebuah pertanyaan, mengenai “Apakah etika PR berhubungan dengan pencitraan sebuah client yang sedang ditangani” masing-masing narasumber setuju menjawab dengan adanya hubungan antara kedua itu. Karena jika kita sebagai praktisi PR tidak menjaga etika, maka kredibilitas dan integritas kita akan turun, yang membuat orang tidak akan ada yang percaya dan otomatis citra client yang sedang ditangani akan buruk pula. Sebisa mungkin praktisi PR itu juga dituntut untuk jujur
66 dalam berbagai hal. Jika kita memberikan informasi yang tidak relevan, maka hal tersebut tidak akan ada artinya, hanya akan membuat citra yang negative kepada client. Jadi inti dari keabsahan data ini adalah bahwa hasil wawancara yang dilakukan dengan ketiga narasumber seperti yang dijelaskan diatas akan melalui proses triangulasi lagi dengan teori pendukung dan hasil observasi secara lengkap di jelaskan di point bab display data. 4.2.3 Hasil Penelitian 1. Reduksi data Pada tahap reduksi data ini, awalnya kegiatan yang dilakukan adalah secara bertahap. Pertama, kegiatan transkip hasil wawancara yang telah direkam sebelumnya. Kedua, dari hasil transkip hasil wawancara tersebut, dilakukan kegiatan mencari kata kuci dari setiap point jawaban dari masing-masing narasumber. Ketiga, setiap kata kunci yang ada akan dihubungkan dengan teori-teori yang telah dijelaskan pada bab 2. Dimana proses reduksi data ini setiap kata kunci nya dipisahkan dan dikaitkan dengan teori tersebut agar lebih memudahkan dalam memahami hasil reduksi data tiap narasumber. Berikut beberapa kata kunci yang ada, dan telah melalui proses triangulasi.
67 a. Public Relations Tabel 4.1 Reduksi data: Public Relations No
1
Narasumber
PR Consultant Weber Shandwick Indonesia Ibu Amalia Tania
Kesimpulan
Sebagai
praktisi
PR,
Weber
Shandwick
Indonesia memberikan jasa konsultasi secara strategis,
khususnya
untuk
client
Nokia,
biasanya pihak Nokia sudah mempunyai kalender marketing yang ada secara internalnya mereka dan digunakan untuk kegiatan-kegiatan PR. PR disini juga berperan memberikan awereness, seperti dalam sisi media yang bisa menjelaskan berbagai macam hal kepada publik,
langkah-langkah
strategis
yang
diberikan oleh PR, dan PR Weber Shandwick disini
melaksanakan
dari
awalnya,
dari
akarnya. Selain itu, peran PR secara garis besarnya adalah untuk komunikasi secara eksternal.
68 Tabel 4.2 Reduksi data: Public Relations 2 No
2
Narasumber
Associate Weber Shandwick Indonesia Ibu Citra Putri
Kesimpulan
Sebagai agency PR di Weber Shandwick, biasanya bertanggung jawab untuk kegiatan komunikasi, seperti salah satu client yang sangat consumer sekali, hal ini berkaitan juga dengan event yang dilakukan secara bertahap, pertama-tama datang brief dari client, lalu membuat communication plan, strategi dan taktik, membentuk key message yang objektif, dll. Sebagai PR juga dituntut untuk kreatif, banyak mengetahui dan mencari launching product baru yang ada, bagaimana konsepnya, dan memberikan ide kreatif kepada klien.
Tabel 4.3 Reduksi data: Public Relations 3 No
3
Narasumber
Associate Weber Shandwick Indonesia Ibu Yeyen Yenuarizki
Kesimpulan
Fungsi utama PR adalah untuk mencapai tujuan klien, memberikan support, konsultasi, Diluar itu juga PR disini rutin untuk membuat report, karena kegiatan client tentu cakupan nya banyak, maka sebagai PR biasanya juga pasti
69 membantu menyiapkan report dan itu semua berasal dari PR di Weber Shandwick, dari bahan mentah nya, dan kemungkinan klien hanya ingin menerima beres saja. Dan report tersebut terdiri dari berbagai macam kegiatan, tidak hanya press conference, namun juga ada media briefing, wawancara, dan hal tersebut juga berasal dari bantuan praktisi PR.
b. Event Tabel 4.4 Reduksi data: Event No
1
Narasumber
PR Consultant Weber Shandwick Indonesia Ibu Amalia Tania
Kesimpulan
Biasanya berkaitan dengan event pertama-tama akan datang datang brief dari client dulu, mereka mau ngapain, dan tujuan nya apa aja, tujuan mereka untuk produk itu, mereka memberitahu para praktisi PR, dan selanjutnya PR itu sendiri yang membuat tujuan untuk kegiatan itu maksudnya apa atau yang biasa disebut dengan istilah (communication plan), mendefinisikan key message nya (pesan-pesan inti), langkahlangkah menentukan
strategisnya,
dan
strategic
planning,
selanjutnya dan
baru
diturunkan ke teknikal nya (seperti press conference, press release, media briefing).
70 Tabel 4.5 Reduksi data: Event 2 No
2
Narasumber
Associate Weber Shandwick Indonesia Ibu Citra Putri
Kesimpulan
Berkaitan dengan event yang di lakukan, product launching, dengan secara bertahap, Pertama membuat communication plan yaitu sebuah dokumen tertulis yang biasanya menggambarkan apa yang ingin di capai, Kedua adalah strategi dan taktik, Ketiga yaitu key message objektif yaitu
pesan
kunci
yang
diangkat
dalam
kampanye tersebut, dan secara general untuk sebuah kegiatan komunikasi baik itu kampanye atau
program
PR
lainnya
sudah
pasti
dilakukannya pembuatan communication plan juga, kontak dengan media (media relations), membuat media kit (press release, fact sheet, undangan media, follow up media, menyiapkan key messages untuk spoke person, ketika ingin presentasi dan segala hal yang berhubungan dengan media.
71 Tabel 4.6 Reduksi data: Event 3 No
3
Narasumber
Associate Weber Shandwick Indonesia Ibu Yeyen Yenuarizki
Kesimpulan
Di dalam event, sesuai dengan kapasitas PR nya, jadi yang pertama pastinya client memberikan brief
mengenai
event
yang
ingin
diselenggarakan, lalu PR disini juga fokus terhadap press release, media yang diundang, lalu pastinya ada kesepakatan mengenai tema dari event tersebut bersamaan dengan event, atau yang lain-lain. Dan PR disini juga fokus kepada pekerjaan nya masing-masing, fokus kepada media, press release,
apa
yang mau di
sampaikan di event (key messages) segala sesuatu nya kita control, jadi tidak out of topic.
c. Etika PR Tabel 4.7 Reduksi data: Etika PR No
1
Narasumber
PR Consultant Weber Shandwick Indonesia Ibu Amalia Tania
Kesimpulan
Etika PR tentunya sangat penting sekali, dan mungkin buat beberapa orang etika PR itu terdengar klise sekali, justru hal-hal tersebut menjadi hal yang penting dan membuat PR
72 menjadi profesional yang sebenarnya, karena etika-etika itu adalah hal yang menjaga PR untuk bisa
tetap
memenuhi
kewajiban
sebagai
konsultan PR dan sebagai humas yang harus dijaga dan jika dilihat dari media, media juga bisa melihat kredibilitas PR itu sendiri, dan membedakan PR mana yang profesional dan mana yang dalam sebutan kasarnya hanya “menyelipkan amplop”.
Tabel 4.8 Reduksi data: Etika PR 2 No
2
Narasumber
Associate Weber Shandwick Indonesia Ibu Citra Putri
Kesimpulan
Sebagai praktisi PR harus menjunjung tinggi etika
sebagai
PR.
Apabila
tidak
dapat
menjunjung etika sebagai praktisi PR maka hal ini akan mempengaruhi pula kepada citra dan reputasi client yang di tangani. Publik dapat saja dengan mudah berfikiran negatif jika praktisi PR tidak dapat bersikap, berbicara, dan mengambil keputusan sesuai dengan pedoman dan kode etik sebagaimana seharusnya. Etika PR yang bisa di terapkan seperti harus jujur, apa yang di sampaikan sebisa mungkin harus fakta.
73 Tabel 4.9 Reduksi data: Etika PR 3 No
3
Narasumber
Associate Weber Shandwick Indonesia Ibu Yeyen Yenuarizki
Kesimpulan
Sebagai makhluk sosial saja tentunya harus menjunjung tinggi nilai etika, apalagi dengan profesi sebagai PR, praktisi PR tidak bisa melewati batas-batas yang tidak menjadi ruang gerak
PR
itu
sendiri,
bagaimana
kita
menyampaikan informasi kepada publik, hal itu juga berdampak kepada etika sebagai praktisi PR. Jadi bagaimana cara kita untuk berbicara apa adanya tanpa mengada-ngada.
d. Kode Etik Tabel 4.10 Reduksi data: Kode Etik No
1
Narasumber
PR Consultant Weber Shandwick Indonesia Ibu Amalia Tania
Kesimpulan
Kode etik sangat penting sekali dan harus diterapkan oleh para praktisi PR sekarang ini. Berikut cara praktisi PR Weber Shandwick dalam menerapkan kode etik: a.
The spirit and letter of all laws of Indonesia: berpengaruh dengan proses dimana perusahaan itu bekerja, jadi kita
74 harus mengerti sekali posisi perusahaan ini, industry nya itu seperti apa, jadi kita tahu dari segala macam regulasi. b.
The highest professional standards of excellence: hal ini lebih mengarah kepada kualitas pekerjaan kita seperti apa.
c.
Dear fairly, openly and honestly with the media: hal ini berkaitan dengan kode etisnya humas seperti terbuka, tidak menutup-nutupi dan jujur.
d.
Authentic in content, candid, transparent: proses kita dalam membuat produk, seperti yang sebelumnya dijelaskan, seperti dari segi konten yang kita berikan haruslah content yang original dan benar-benar dari hasil pemikiran kita.
e.
Clearly disclose client relationship: hal ini juga penting sekali, karena client tentu memiliki competitor, jadi antara kita dengan client bersifat confidential, yaitu kerahasiaan yang harus kita hargai, antara kita dan client.
75 Tabel 4.11 Reduksi data: Kode Etik 2 No
2
Narasumber
Associate Weber Shandwick Indonesia Ibu Citra Putri
Kesimpulan
Tentunya kode etik sangat penting sekali untuk menuntun kita sebagai praktisi PR. Berikut point-point yang diterapkan oleh praktisi PR di Weber Shandwick: a. The spirit and letter of all laws of Indonesia: Hal ini lebih kepada bagaimana kita bekerja berdasarkan peraturan hukum yang sudah ada. b. The highest professional standards of excellence: dalam hal ini lebih kepada kualitas pekerjaan kita sebagai praktisi PR. Karena client sudah invest ke kita, jadi bagaimanapun
pekerjaan
yang
kita
sediakan, ide-ide kita, strategi komunikasi kita, harus semaksimal mungkin. c. Dear fairly, openly and honestly with the media:
hal
dibicarakan
ini
seperti
sebelumnya
yang
sudah
di
point
pertanyaan berkaitan dengan etika PR. Jadi
bagaimana
kita
menekankan
kejujuran, keterbukaan, kepada media. d. Authentic in content, candid, transparent: misalnya kita ingin launching product,
76 tentunya
dalam
tahapan
itu
kita
memikirkan bagaimana konten yang baik berdasarkan pengetahuan dan pengalaman kita. e. Clearly disclose client relationship: jika client kita mempunyai competitor, sebisa mungkin kita menjaga kerahasiaan client yang kita tangani.
Tabel 4.12 Reduksi data: Kode Etik 3 No
3
Narasumber
Associate Weber Shandwick Indonesia Ibu Yeyen Yenuarizki
Kesimpulan
Kode etik itu setiap profesi nya pasti sangat ditekankan sekali, karena hal tersebut dapat menuntun kita untuk bersikap profesional. a. The spirit and letter of all laws of Indonesia: kita tidak bisa cross the line, kita harus menjunjung hukum, untuk membimbing agar berjalan secara adil, tertib,
dan
aturan
dibuat
untuk
dijalankan, supaya semuanya tertib. b. The highest professional standards of excellence: tentunya sebagai praktisi PR yang bergerak di industri jasa, PR juga harus meningkatkan standar kualitas
77 kerja. c. Dear fairly, openly and honestly with the media: kita harus membina hubungan yang baik dengan media karena PR itu pekerjaan nya sangat erat dengan media dan kita memerlukan bantuan dari media untuk
menyampaikan
pesan
kepada
public. d. Authentic in content, candid, transparent: misalnya ada kasus yang tertimpa pada salah satu client di Weber Shandwick Indonesia, selain Nokia, yaitu Singapore Airlines, mau tidak mau PR disini harus memberikan informasi apa adanya. e. Clearly disclose client relationship: hal ini berkaitan dengan kompetitor, ada beberapa hal yang tentunya bersifat sensitif, apapun itu yang berhubungan langsung dengan client dan perusahaan.
78 e. Citra Tabel 4.13 Reduksi data: Citra No
1
Narasumber
PR Consultant Weber Shandwick Indonesia Ibu Amalia Tania
Kesimpulan
Etika PR sangat berhubungan dengan pencitraan client yang di tangani. Seperti misalnya dalam hal press release, Nokia yang merupakan klien yang sudah memiliki press release global, namun PR disini harus mampu mencari konten yang lokal, dan biasanya konten press release itu datang dari PR agency nya, dan konten-konten itulah yang akan di berikan ke media, disitu banyak sekali etika PR yang harus diterapkan dalam penulisan press release itu, seperti jujur, ada klaim yang mendukung, dan lain-lain.
Tabel 4.14 Reduksi data: Citra 2 No
2
Narasumber
Associate Weber Shandwick Indonesia Ibu Citra Putri
Kesimpulan
Etika PR tentu saja berhubungan dengan pencitraan client yang sedang ditangani, seperti misalnya kita menjunjung tinggi etika PR yang baik, pasti orang akan menilai dengan yang baik pula, seperti apa yang kita lakukan, tentunya
79 akan menjadi penilaian orang banyak, sehingga membuat citra yang positif bagi client yang kita tangani.
Tabel 4.15 Reduksi data: Citra 3 No
3
Narasumber
Associate Weber Shandwick Indonesia Ibu Yeyen Yenuarizki
Kesimpulan
Etika PR sangat berhubungan sekali dengan pencitraan sebuah client yang ditangani. Citra itu tentu akan timbul dari apa yang perusahaan kita lakukan,
putuskan,
bagaimana
penilaian
khalayak dan publik terhadap kita. Dan hal tersebut dapat kita terapkan salah satunya dengan menerapkan etika PR. Karena misalnya jika kita tidak menjaga etika kita sebagai PR maka kredibilitas kita turun, integritas kita juga turun jadi orang-orang tidak ada yang percaya, dan orang-orang akan menilai perusahaan yang kita tangani juga akan buruk.
2. Display Data Secara garis besar, dari hasil pengolahan data sementara yang dilakukan,
memperoleh
sebuah
kesimpulan
sebagai
berikut.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat disimpulkan bahwa dengan mengetahui pentingnya Etika PR sebagai praktisi PR, maka akan membuat citra yang positif dimata publik, karena jika
80 tidak masyarakat pun tidak kan simpati dengan perusahaan kita, apapun yang kita lakukan. Tidak hanya berdasarkan hasil wawancara saja, namun berdasarkan observasi yang dilakukan dalam event peluncuran Nokia X, para praktisi PR dengan ramah tamah menyambut media yang berdatangan, dan apabila ada media yang rasanya tidak di undang, praktisi PR Weber Shandwick dengan tenang mengatasi nya tanpa memarah-marahi ataupun membuat tersinggung pihak media tersebut. Karena sebelum hal itu terjadi, sudah adanya kesepakatan dari para tim PR dan Event Organizer untuk mengorganisir kejadian yang akan terjadi. Dan diharapkan juga adanya hubungan yang baik dengan media, bisa dilakukan melalui media briefing selain dapat menginformasikan mengenai produk Nokia tersebut, namun hal ini juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi agar informasi yang ingin kita sampaikan ke publik dapat sesuai dengan harapan. Jika praktisi PR tidak mampu menjaga etikanya sebagai PR, maka hal ini akan menurunkan kredibilitas dan integritas mereka sebagai praktisi PR, dan akan menimbulkan ketidakpercayaan tidak hanya pihak media, maupun pihak client kita sendiri. Karena etika PR memang tidak kelihatan wujudnya, namun dapat kita rasakan apabila kita dapat bertindak, berkata, dan mengambil keputusan sesuai dengan etika yang ada, dan kode etik pun disini sangat memegang peranan yang penting, untuk menuntun praktisi PR dalam bersikap, dan lain sebagainya. Dari hal-hal tersebutlah yang menjadi hal yang sangat fundamental dan harus dianut dan diterapkan oleh para praktisi PR untuk citra klien yang dikelola. Bagaimana kita menjaga nama baik dan menjaga kepercayaan publik terhadap perusahaan yang kita kelola tersebut.
81 1. Public Relations Public Relations atau PR adalah bidang yang berkaitan dengan mengelola citra dan reputasi seseorang ataupun lembaga di mata publik. Dimana profesi PR bekerja untuk melakukan fungsi komunikasi, hubungan masyarakat, manajemen crisis, hubungan dengan media, dan lain-lain (Nova, 2011:39). Hal ini sesuai dengan pendapat di salah satu narasumber di dalam penelitian ini, yaitu Ibu Tania Amalia, yang mengatakan bahwa sebagai profesi PR memang bertugas untuk melakukan kegiatan komunikasi khususnya dengan pihak eksternal yaitu publik. Dimana jika kita sebagai profesi PR mampu bertindak dan memahami etika PR dengan baik, maka hal ini juga akan memberikan citra dan reputasi yang positif bagi seseorang maupun perusahaan yang sedang ditangani. Berdasarkan pendapat Ibu Citra juga mengatakan bahwa sebagai praktisi PR kita dituntut untuk kreatif mengenai berbagai hal yang kita kerjakan. Aktivitas-aktivitas dan tanggung jawab kita selama bekerja. Praktisi PR juga harus mampu mengetahui seluk beluk perusahaan, agar dapat mengkomunikasikan segala sesuatu hal dengan baik dan mengkomunikasikan pesan ke target yang dituju dengan prosedur yang benar. Dimana khususnya kepada salah satu contoh praktisi Public Relations yaitu adanya consultant PR, Ibu Yeyen mengatakan bahwa fungsi PR lebih dari menopang penjualan secara fisik, namun sebenarnya lebih dari itu, praktisi public relations itu menciptakan sebuah kesadaran dan perubahan perilaku. Seperti beberapa case study yang karena kampanye PR nya, dapat memberikan efek samping yang besar terhadap kemajuan suatu produk dan demi kemajuan perusahaan yang sedang dikelola.
82 Pihak praktisi PR Weber Shandwick itu sendiri, tidak secara gamblang menjelaskan strategi apa saja yang mereka lakukan, namun hal tersebut dapat didukung dengan strategi PR yang digunakan yaitu PENCILS, dan di dalam strategi itulah, diterapkannya Etika PR. Strategi Public Relations menurut (Nova, 2011: 54-56) mencakup beberapa hal, salah satunya adalah sebagai berikut: 1.
Publications (publikasi) Para
praktisi
PR
Weber
Shandwick
Indonesia
melakukan kegiatan dengan menyebarkan informasi, gagasan, serta ide kepada khalayak mengenai kegiatan atau event-event yang diadakan dengan salah satu client nya yaitu Nokia. Bentukbentuk publikasi yang dilakukan oleh Weber Shandwick Indonesia dengan PT Nokia Indonesia adalah sebagai berikut: a.
Press Conference Praktisi
melakukan
PR
press
Weber
Shandwick
conference
bertujuan
Indonesia untuk
mempublikasikan event atau kegiatan yang berkaitan dengan salah satu client nya itu sendiri, yaitu PT Nokia Indonesia. Dengan kegiatan inilah, terjalin nya hubungan yang baik dengan para rekan-rekan media. Di dalamnya tertanam pula Etika PR, seperti yang dikatakan oleh Ibu Citra misalnya, disaat diadakan nya press conference atau product launching, tentunya akan ada wartawan yang ingin bertanya di acara yang kita selenggarakan tersebut, dan kebanyakan media rata-rata itu kritis, jadi kita sebagai praktisi PR harus mengetahui potential questions yang akan ditanyakan ke spokesperson kita untuk menjaga
83 image yang baik di hadapan wartawan. Bahwa memang spokesperson yang ada tersebut mampu menjawab pertanyaan
tanpa
membocorkan
kerahasiaan
yang
seharusnya tidak diumbar ke media. Sebelum kegiatan tersebut berjalan, biasanya ada persiapan yang mencakup brief document, yang berisikan Q&A, hal ini juga menjadi sebuah pemandu bagi spokesperson tadi, untuk menjawab pertanyaan dari wartawan. Jadi kita sebagai praktisi PR benar-benar harus mempersiapkan segala sesuatu informasi yang ingin disampaikan ke media sesuai dengan fakta, ada klaim yang mendukung, dan kita juga harus mengetahui pertanyaan apa yang tidak boleh di umbar ke media dan bagaimana cara bersikap jika media mencoba menanyakan hal yang memang tidak boleh disampaikan, tanpa seizin dari pihak klien kita tersebut. Namun alangkah baiknya jika acara yang kita selenggarakan dengan pihak media dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang ada, agar pencitraan terhadap klien dapat berjalan dengan baik.
Gambar 4.7 Press Conference Nokia & Isuzu Partnership for KUNCI Program
84
Gambar 4.8 Press Conference Nokia Lumia 625
b.
Media Briefing Biasanya salah satu client Weber Shandwick yaitu
Nokia, seringkali mengadakan media briefing, guna memberikan informasi penting terkait dengan salah satu produk Nokia tersebut atau mengenai hal yang terkait dengan klien tersebut. Di dalam media briefing biasanya para praktisi PR mengundang media yang penting saja, yang memang menjadi media utama dari client nya tersebut. Di dalam media briefing ini, para media
85 diberikan kesempatan untuk melihat dan mencoba kecanggihan dari produk Nokia seperti yang terlihat di gambar, dan tentunya akan ada spokesperson yang berbicara dan menjelaskan kecanggihan dari smartphone Nokia tersebut. Kembali lagi kepada etika PR, dimana disaat
media
briefing
tersebut,
informasi
yang
disampaikan kepada media itu adalah hal yang memang benar, jujur, dan tidak menyesatkan. Selain itu di dalam media briefing ini, benar-benar murni merupakan pertemuan dengan media dan mereka diberikan sebuah brief mengenai informasi terkait. Namun terkadang ada saja kejadian yang aneh, yang berasal dari salah satu media yang ingin diundang pada saat media briefing di luar kota, masalah nya adalah mereka menginginkan adanya dana untuk memuat berita terkait apa yang disampaikan di media briefing nanti, namun permintaan dana tersebut mungkin agak terdengar aneh, dan sebagai PR yang baik yang mampu menjaga image perusahaan dengan baik, harus mampu memutuskan bahwa kegiatan media briefing ini murni hanya untuk menyebarkan sebuah informasi yang benar, yang ingin disampaikan oleh pihak klien kepada media, dan informasi tersebut akan didapatkan oleh media, dan menurut praktisi PR di Weber Shandwick, hal itu tidak perlu lagi, karena kita dengan media sudah saling melengkapi.
86
Gambar 4.9 Nokia Lumia 1520 Media Briefing (Tech Media)
c.
Press Release Nokia juga sering menerbitkan siaran pers, yang
biasanya berasal dari contoh press release yang bersifat global. Disini praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia berperan untuk membuat konten yang bersifat lokal dan melakukan kegiatan localizing the issues yang maksudnya adalah untuk memilih hal-hal yang memang tidak diperlukan, dimana ada hal yang ada secara global, namun
87 jika di dalam industry Indonesia tidak di perlukan, maka tidak akan diambil. Praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia juga memperhatikan etika sebagai PR, bagaimana membuat sebuah press release dengan informasi yang benar, yang benar-benar mengacu kepada hal yang mempunyai bukti, sesuai dengan klaim yang ada, dan tidak ada unsur kebohongan. Seperti misalnya kita memberikan informasi bahwa penjualan kita besar namun hal itu hanya bohong semata, maka tidak akan ada artinya kerena kita tidak memberikan informasi yang sebenarnya, dan tentunya tidak relevan. Hal ini juga akan berdampak dari citra perusahaan yang dikelola akan buruk. Salah satu contoh press release yang disebutkan seperti diatas, akan di lampirkan di halaman lampiran. 2.
Event (acara) Salah satu event yang terakhir kali dilakukan pada
periode penelitian dan kegiatan magang adalah event Nokia X di Empirica, Jakarta. Di dalam event tersebut media yang diundang terbilang sangat banyak sekali, karena event ini pun juga sangat besar. Suasana di dalam event tersebut ramai, dan karena lokasi penempatan event tersebut di Empirica yaitu salah satu night club di Jakarta, maka event ini berjalan dalam kondisi yang sedikit gelap namun tetap memperlihatkan aura yang memberi kesan mewah dan berkelas. Dalam event ini, kegiatan yang dijalankan lebih berfokus kepada divisi media relations yaitu yang bertugas untuk menyambut para wartawan yang hadir, berkenalan dengan wartawan tersebut, mengetahui asal dari media manakah wartawan tersebut, serta melakukan interaksi lainnya.
88 Di samping itu, dalam event ini, Nokia X tersebut merupakan produk pertama Nokia yang berbasis Android. Karena selama ini Nokia hanya dikenal dengan basis Windows Phone, namun sekarang Nokia berhasil membuat gebrakan baru dari produk nya yaitu Nokia X ini. Diterapkan pula etika PR di dalam event ini, seperti bersikap ramah tamah kepada media, dan misalnya ada media yang memang tidak diundang, akan terlihat dari media attendance yang telah ada. Sebagai praktisi PR yang kita harus bersikap baik dan tetap profesional, alangkah baiknya kita menanyakan apakah media tersebut memiliki undangan atau tidak, karena kemungkinan mereka mendapatkan undangan diluar dugaan kita. Selain
itu
pada
event
tersebut
juga
dilakukan
penyebaran press release dimana dalam siaran pers tersebut berisi konten dan informasi yang sesuai dengan fakta dan memang berkaitan dengan event tersebut, bukan berita yang mengada-ngada. Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana kita bersikap kepada media dan media kepada kita. Kita harus menjauhi istilah “wartawan amplop” karena hal tersebut dapat melanggar kode etik yang ada. Selain itu, praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia menerapkan citra yang positif pada PT. Nokia Indonesia adalah dengan menjauhi istilah tersebut melekat kepada para praktisi. Memang para praktisi PR pernah memberikan sebuah experience terhadap salah satu produk nya, namun hal ini hanya untuk memberikan informasi dan membuat sebuah ketertarikan kepada pihak media. Tentunya hal ini dilaksanakan sesuai dengan persetujuan pihak Nokia, dan harus dipastikan bahwa citra klien tidak buruk karena hal tersebut.
89 3.
News (Pesan/berita) Bentuk News (Pesan/Berita) disini merupakan cara yang
digunakan oleh pihak Nokia untuk mengkomunikasikan kepada khalayak baik secara langsung maupun tidak langsung. Informasi tersebut bertujuan untuk mendapatkan respon positif dari khalayak. Hal ini dilakukan melalui social media. Karena pada zaman sekarang ini social media bukan lagi hal yang lumrah, tentunya setiap perusahaan ingin mendapatkan feedback yang baik dengan khalayak. Namun dalam hal ini, media sosial dipegang penuh oleh pihak PR di Nokia itu sendiri. Bukan menjadi tugas praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia. Kegiatan social media tersebut memungkinkan untuk adanya kegiatan interaksi langsung dalam bentuk komentar, reply, dan retweet. Pada
suatu
ketika,
berdasarkan
informasi
yang
didapatkan, bahwa ada salah satu media yang membuat sebuah status dengan menggunakan hastag kepada pihak Nokia melalui akun twitter, yang mengatakan sesuatu hal yang kurang baik, dan kurang enak di dengar. Disinilah kesabaran praktisi PR dan pihak klien diuji, dan sebaik-baiknya tetap menjaga image perusahaan. Dan sesuai dengan kenyataannya, bahwa hal yang dikatakan oleh pihak tersebut adalah tidak benar adanya. Namun pihak Nokia dan Weber Shandwick Indonesia tidak gegabah dalam mengatasi hal tersebut, hanya cukup mengetahui saja dan tidak membalas tweet dari orang tersebut, karena hal ini juga akan membuat citra klien buruk, dengan membalas tweet dari orang yang tidak bertanggung jawab. Disamping itu, praktisi PR juga harus menjaga profesionalitas dan kredibilitas dalam menjalankan praktiknya.
90 4.
Corporate Identity (Identitas Perusahaan) Hal ini berkaitan dengan cara pandang khalayak kepada
suatu perusahaan terhadap aktivitas yang dilakukan. Pihak Nokia dan Weber Shandwick Indonesia saling mengusahakan untuk terjalinnya kerjasama yang baik dengan media massa, media cetak dan online ataupun seperti social media yang sedang booming saat ini. Tentunya strategi yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan mengkomunikasikan sebuah informasi secara intensif, konsisten, merupakan informasi yang tidak menyesatkan, komunikasi yang tepat, baik pada media, maupun pada produk yang dikomunikasikan juga harus tepat. Hal tersebut diyakinkan menjadi hal yang efektif agat terjaga citra klien dari Weber Shandwick Indonesia itu sendiri. PT. Nokia Indonesia menggunakan logo, company profile, video profile, annual report, dan lainnya sebagai Corporate Identity (Identitas Perusahaan) yang digunakan untuk mempresentasikan citra perusahaan kepada publik.
Gambar 4.10 Logo PT. Nokia Indonesia
91 5.
Community Involvement (Hubungan dengan Khalayak) Salah satu upaya yang dilakukan oleh PR di Weber
Shandwick dengan Nokia dalam mengelola citra perusahaan nya adalah dengan memuaskan pelanggan dan para stakeholder dari perusahaan client nya tersebut, yaitu Nokia. Contohnya adalah, dengan diadakannya gathering komunitas fotografi. Hal ini dikarenakan pada saat itu, Nokia tengah gencar dalam memperkenalkan Lumia 1020 yang dibekali dengan kamera beresolusi 41 MP. Kegiatan itu dilakukan di Moodz Café, Epicentrum, Kuningan. Ajang ini selain untuk menjalin hubungan dan interaksi dengan khalayak langsung, namun bertujuan juga untuk memberikan edukasi dan experience terhadap produk Lumia 1020. Dengan dapat bergabungnya dengan komunitas fotografi tersebut, pihak Nokia dan Weber Shandwick Indonesia menganggap bahwa khalayak telah memberikan kepercayaan nya kepada pihak kita untuk memperkenalkan produk Lumia 1020 ini kepada mereka. Hal ini juga tentunya berhubungan dengan kredibilitas dan integritas pihak Nokia dan Weber Shandwick sehingga tumbuhnya kepercayaan khalayak terhadap produk tersebut. 6.
Lobbying and Negotiation (Teknik Lobi dan Negosiasi) Berdasarkan penelitian dan wawancara yang dilakukan,
belum ada ditemukannya kegiatan teknik lobi dan negosiasi yang dilakukan. Kemungkinan hal ini diharapkan dapat terjadi dan dapat menjadi masukan serta saran kepada pihak PT. Nokia Indonesia
dan
Weber
Shandwick
Indonesia
mengembangkan teknik lobi dan negosiasi tersebut.
untuk
92 7.
Social Responsibility Dalam implementasi CSR ini public relations (PR)
mempunyai peran penting baik secara internal maupun eksternal. Dalam konteks pembentukan citra perusahaan, PR terlibat di dalamnya, sejak fact finding, planning, communicating, hingga evaluation. CSR merupakan bagian dari community relations, karena CSR pada dasarnya adalah kegiatan PR, maka langkahlangkah dalam proses PR pun mewarnai langkah-langkah CSR. (Nova, 2011: 54-56). Salah satu kegiatan CSR yang dilakukan oleh pihak Nokia dengan praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia adalah memberikan sebuah donasi, pada hari perayaan Idul Fitri Lebaran yang diperingati oleh sejumlah umat Muslim. Donasi ini ditujukan untuk diberikan kepada kaum Dhuafa, dengan nama program “Donasi Ramadhan Dompet Dhuafa”. Kegiatan ini biasanya dilakukan sesuai dengan agenda yang ada dari Nokia. Dan masih ada kegiatan CSR lainnya yang biasanya memang dilaksanakan rutin oleh pihak Nokia.
Gambar 4.11 Corporate Social Responsibility
93
2. Etika PR Etika itu sendiri mengacu pada sistem nilai seseorang dan bagaimana dia menentukan benar ataupun salah. Di dalam buku J.A. Jaksa dan M.S. Pritchard memberikan sebuah definisi yang baik mengenai etika di dalam buku nya yang berjudul “Methods of Analysis” yang menjelaskan bahwa “Etika berkaitan dengan bagaimana kita harus menjalani hidup kita.” (Wilcox, 2009:73). Berkaitan dengan Public Relations, menurut Grunig dan Hunt (dalam Butterick, 2011:78), mengemukakan bahwa apa yang praktisi PR butuhkan adalah definisi umum tentang apa artinya menjadi seorang PR yang etis yang kemudian dapat diterapkan untuk situasi individual yang mereka hadapi. Dan terdapat dua prinsip etika nya yang berkaitan dengan hal ini. Pertama, praktisi PR harus memiliki “kemauan untuk menjadi etis”. Praktisi etis tidak harus melakukan apa yang bisa meloloskan diri mereka, namun mereka harus berniat untuk jujur dan dapat dipercaya. Kedua, tindakan praktisi etika tidak harus memiliki konsekuensi bagi orang lain dimanapun dalam hal dan kondisi yang memungkinkan. Jadi, kesimpulan dari hal yang bekaitan dengan Etika PR adalah, bahwa etika ini berkaitan dengan nilai yang memberikan pedoman kepada seseorang, organisasi, atau masyarakat untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, adil dan tidak adil, kejujuran dan kebohongan. Dimana praktisi PR harus menetapkan standar tinggi etika professional dengan didasari kejujuran dan kebenaran tersebut sebagai kunci utama terhadap apa yang mereka lakukan. Hal ini berkaitan dengan Code of Professional Standards of the Public Relations Society of
94 America, praktisi PR harus bertindak jujur dan dapat dipercayai yang berkaitan dengan tindakan untuk kepentingan publik. Dan inti dari aturan Public Relations Society dan International Association of Business Communication adalah kejujuran dan keadilan yang harus ada pada seorang PR. (Nova, 2011: 24-26). Menurut Ibu Amalia Tania, Etika PR itu sangat penting sekali untuk menjaga profesionalitas kita. Dan mungkin untuk beberapa orang, etika PR terdengar klise sekali, namun justru halhal seperti itulah yang menjadi hal yang penting. Karena dengan etika tersebut, dapat menjaga kita untuk tetap bisa memenuhi kewajiban kita sebagai praktisi humas, konsultan, dan jika dilihat dari media, media pun dapat menilai apakah kita memiliki kredibilitas yang baik atau hanya sekadar praktisi yang hanya bisa “menyelipkan amplop” kepada wartawan. Dan jika kita sudah tidak dianggap kredibel oleh wartawan, maka media (wartawan) tersebut melihat klien kita juga tidak penting dan kredibel, dan tentunya hal ini akan berdampak kepada citra klien itu sendiri. Dan untuk diri kita sendiri, etika itu penting untuk membangun citra sebagai individu maupun sebagai konsultan. Tindakan etis dan tidak etis itu juga merupakan pandangan dari manusia, jadi jika tidak dipegang dengan kuat, maka implikasi dan masalahnya akan kuat pula. Point-point dari etika PR juga diibaratkan sudah mengalir didalam darah, dan apapun yang kita lakukan tanpa difikirkan kita sudah tahu jika hal itu melanggar etika, jadi penting sekali untuk kita memahami etika-etika tersebut. Menurut Ibu Citra, kita sebagai praktisi PR juga harus menjunjung tinggi etika. Karena jika kita tidak menjunjung tinggi etika sebagai praktisi PR, maka hal ini juga akan mempengaruhi citra dan reputasi klien yang kita kelola. Publik dapat saja dengan
95 mudah berfikiran negatif jika kita tidak dapat bersikap, berbicara, dan mengambil keputusan sesuai dengan pedoman dan kode etik bagaimana seharusnya. Etika yang harus kita perhatikan itu seperti misalnya sedang menghadapi perusahaan yang tengah krisis, bagaimana cara kita untuk tetap jujur, apa yang kita sampaikan kepada media adalah fakta. Jika memang ada hal yang tidak bisa kita sebutkan, maka kita dapat mengalihkan ke angle lain. Ibu Yeyen Yenuarizki juga menekankan bahwa kita saja sebagai makhluk sosial harus menjunjung tinggi nilai etika, apalagi dengan profesi kita sebagai PR. Kita tidak bisa melewati batas-batas yang tidak menjadi ruang gerak kita. Bagaimana kita menyampaikan informasi kepada publik, hal ini juga berdampak kepada etika kita sebagai praktisi PR. Setiap orang yang sudah percaya dengan kita otomatis membuat kredibilitas kita lebih tinggi. Jadi bagaimana cara kita untuk berbicara apa adanya tanpa mengada-ngada. Salah satu faktor yang berkaitan dengan kredibilitas serta integritas juga ada, misalnya kasus yang seperti kita tahu semua, adanya sebutan wartawan amplop, jika kita sebagai PR memberikan dana (uang) kepada wartawan sesuai dengan pengertian dari istilah tersebut, maka akan merusak kredibilitas serta integritas tersebut. Hal yang dilarang tersebut juga akan merusak moral jurnalis serta client yang kita tangani. Menurut beliau, etika PR juga berhubungan dengan pengelolaan citra klien itu sendiri. Karena citra itu tentu akan timbul dari apa yang perusahaan lakukan, putuskan, bagaimana penilaian khalayak dan publik terhadap kita. Dan hal tersebut dapat kita terapkan salah satunya dengan menerapkan etika PR. Karena misalnya jika kita tidak menjaga etika kita sebagai PR maka kredibilitas kita turun, integritas kita
96 juga turun jadi orang-orang tidak ada yang percaya, dan orangorang akan menilai perusahaan yang kita tangani juga akan negatif. Jika orang tidak percaya, maka akan sulit sekali, karena Weber Shandwick Indonesia bergerak dalam bidang jasa, yang bersifat intangible tidak bisa dihitung dan tidak bisa dipegang, namun hal ini akan terasa kepada pekerjaan kita. Untuk memberikan kepercayaan, utamanya kepada media, dalam menyampaikan informasi tentunya kita sebagai PR jika memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi otomatis kita menyampaikan informasi yang benar dan secara langsung media akan percaya kepada kita, dan citra client kita pun akan baik di mata mereka. Dan jika mereka ingin menggali lebih dalam mungkin mereka bisa menggali ke client, atas persetujuan client tentunya.
3. Peranan Etika Berdasarkan Jefkins, (2004:186-187) peranan etika terbagi menjadi beberapa point, yaitu: a.
Etika itu Punya Nilai Ekonomis Sebuah bisnis akan lebih berhasil jika dapat
dipercaya. Dan khususnya dalam dunia PR, kredibilitas itu mutlak penting. Dan prinsip “kejujuran” adalah aturan paling mendasar yang menunjukkan bahwa kegiatan PR takkan membawa manfaat apapun jika tidak dipercaya. Berdasarkan pendapat Ibu Citra Putri mengatakan bahwa kita sebagai praktisi PR harus menjalin hubungan yang baik dengan
publik,
dan
dengan
semaksimal
mungkin
menerapkan etika PR yang baik dengan cara menekankan kejujuran, keterbukaan. Karena jika kita sudah berbohong,
97 tentunya hal ini akan membuat citra client yang kita kelola buruk. Jika sudah buruk tentunya kepercayaan itu sudah tidak ada lagi. b.
Etika dan Perilaku Etika harus diterapkan pada setiap perilaku para
praktisi PR. Serta integritas pribadi juga merupakan bagian utama dari profesionalisme. Jadi praktisi PR harusnya senantiasa untuk berusaha memberikan nasihat terbaik, tidak suka menyuap, dan mengemukakan segala sesuatu atas dasar fakta. Karena Weber Shandwick Indonesia bergerak di bidang jasa konsultasi, dan sangat berpedoman kepada etika PR, maka berdasarkan narasumber, melalui pedoman
itulah
praktisi
PR
di
Weber
senantiasa
memberikan nasihat/konsultasi terbaik bagi klien nya, dan tidak suka menyuap wartawan dengan uang (dana), serta mengemukakan segala informasi berdasarkan fakta. c.
Instruksi-instruksi yang tidak etis Seandainya pihak pimpinan/atasan/klien meminta
para praktisi PR untuk melakukan sesuatu yang tidak etis, maka mereka harus mau dan mampu menolaknya karena hal itu jelas bertentangan dengan kode etik profesional harus mereka anut dan junjung tinggi. Hal ini berkaitan dengan kode etik di Weber Shandwick Indonesia. Berdasarkan pernyataan Ibu Amalia Tania, bahwa jika kita mengetahui perusahaan di tempat kita bekerja tidak mengikuti
peraturan
yang
ada,
atau
dalam
artian
bertentangan dengan kode etik, maka kita sebagai PR tidak boleh mendukung mereka. Karena praktisi PR juga bukan seorang pengacara yang harus menuntun mereka untuk
98 menutupi hal itu, namun kita justru harus tetap terbuka sebagaimana PR semestinya. d.
Nilai Kode Etik dan Kode Etik Internasional Suatu kode etik profesional hanya akan efektif
apabila benar-benar diterapkan dalam rangka mengatur sepak terjang para praktisi yang menekuni profesi yang bersangkutan. Dimana praktisi PR memiliki kode etik yang sangat bernilai sekali dalam menuntun dan menjadi panutan para praktisi untuk menjalankan praktiknya. 4. Strategi dan Dilemma Menurut Parsons, strategi dan dilemma ini masuk ke dalam beberapa point penting, yaitu mencakup: (2008:8992) a.
PR ethics and the media: the old and the new Praktisi PR tentunya melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan media seperti mengirimkan press release, media kit, media conferences, menyiapkan organisasi untuk melakukan wawancara dengan media, dan lain sebagainya. Dengan itu harus adanya pertimbangan etika bagaimana kita menyusun strategi mengenai hal tersebut dan bagaimana menangani hal yang dilakukan sehar-hari dengan media yang menjadi hal yang sangat penting. Dimana praktisi PR mewakili klien nya PT. Nokia Indonesia, melakukan kegiatan seperti diatas dengan wartawan secara rutin, disetiap adanya event maupun kegiatan klien yang ingin mengundang wartawan. Etika di dalam menyusun strategi disini sangat dibutuhkan agar semua perencanaan klien dan praktisi PR dapat berjalan
99 dengan baik. Dimana jika etika tersebut dapat diterapkan dengan baik, maka citra klien pun akan sesuai dengan harapan. b.
Our relationship with Journalist Point ini menunjukkan bahwa praktisi PR sangat
memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan media. Seperti pernyataan pada narasumber di Weber Shandwick yang mengatakan bahwa media adalah stakeholder utama. Sangat disarankan sekali untuk menjalin hubungan yang baik dengan wartawan hal ini juga dilakukan semata-mata guna pencitraan klien itu sendiri. Agar terciptanya citra yang positif melalui kerjasama yang baik dan yang telah terjalin tersebut. c.
Media access and Ethics Hal ini berkaitan dengan akses media yang
memberikan pertimbangan untuk praktisi PR mengenai masalah kejujuran. Pihak media percaya bahwa mereka memiliki hak mutlak untuk menentukan akses terhadap informasi tertentu. Hal ini berkaitan juga dengan etika PR yang diterapkan. Bahwa sebisa mungkin informasi yang dikatakan adalah dengan unsur kejujuran dan fakta, karena media memang berhak untuk menentukan akses terhadap informasi dan sumber-sumber tertentu diluar sepengetahuan praktisi PR dan pihak klien. Jadi bagaimana untuk praktisi PR menerapkan news value disaat menyampaikan kepada wartawan
yang
membuat
wartawan
mempercayai informasi yang disampaikan.
tertarik
dan
100 d.
Journalists have codes, too Kebanyakan yang kita tahu bahwa wartawan
dalam bidangnya bertujuan untuk mengungkap dan melaporkan kepada publik tentang kebenaran, namun diluar itu sebenarnya jurnalis sama juga dengan praktisi public relations yang sama-sama memiliki kode etik. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Citra Putri bahwa jika dalam keadaan krisis, sebaiknya kita sebagai PR yang baik, memberikan informasi sesuai dengan kenyataan, jangan sekali-kali menjawab no comment. Karena hal ini juga akan menunjukkan prediksi yang lain. Jika memang ada yang yang tidak bisa disebutkan, maka bisa dialihkan ke pertanyaan yang lain.
101 e.
Aspects of ethical media relations
Pillars of ethical media relations
-
Menekankan pada informasi yang tidak menyesatkan, namun harus adanya kejujuran dan keakuratan
-
Bijaksana dalam menggunakan media, agar tidak memberikan efek yang merugikan kepada masyarakat
-
Tanggap terhadap media merupakan hal yang sangat penting dari kepercayaan dalam sebuah hubungan
-
Serta bersikap hormat yang merupakan langkah pertama untuk interaksi yang sangat moral.
Honesty and accuracy Judiciousness Responsiveness Respects a. Kode Etik
Gambar 4.12 Aspects of ethical media relations
Berikut penjelasan dari hasil wawancara dan penelitian yang ada: a. Honesty and accuracy Menekankan pada informasi yang tidak menyesatkan, namun harus adanya kejujuran dan keakuratan. Hal ini berkaitan terutama dengan press release. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Amalia Tania mengenai etika PR yang harus diterapkan dalam penulisan press release, yaitu harus adanya kejujuran, ada klaim yang mendukung. Seperti
102 misalnya perusahaan kita sedang mengalami krisis, seperti yang dikatakan oleh Ibu Citra, bahwa disaat krisis terjadi, etika yang harus kita perhatikan saat menyampaikan sesuatu adalah jujur, sebisa mungkin apa yang kita sampaikan itu adalah fakta. Karena media jika sudah tidak percaya kepada kita, maka citra kita sebagai PR dan klien yang kita tangani juga akan buruk. b. Judiciousness Bijaksana dalam menggunakan media, agar tidak memberikan efek yang merugikan kepada masyarakat. Hal ini juga berhubungan dengan hasil wawancara dengan ketiga narasumber yang ada. Dimana dapat ditarik kesimpulan bahwa praktisi PR disaat menjalin hubungan dengan media, susah-susah tidak. Karena walaupun praktisi PR sudah memiliki hubungan dekat dengan media, namun tetap saja ada batasan yang harus kita jaga antara kepentingan klien kita dengan mereka. Seperti misalnya di dalam keadaan yang mendesak, menurut ibu Citra, kita sebagai PR jika sedang mengalami krisis pada perusahaan atau sedang melakukan press conference dll dengan media, sebisa mungkin kita menjauhkan kata-kata ”no comment” karena hal ini tentunya akan menimbulkan prediksi yang tidak-tidak dan media pun akan berfikiran negatif juga kepada klien kita. Karena berdasarkan pekerjaan media khususnya wartawan, yang kita tahu adalah mereka harus mendapatkan informasi dari apa yang mereka lihat, atau dari apa yang memang menjadi pekerjaan mereka. Jika mereka tidak mendapatkan itu, maka buruk-buruknya mereka akan menulis sesuai dengan apa yang terlihat dan apa yang mereka fikirkan
103 mengenai klien kita. Dan hasilnya, hal ini akan merugikan dan memberikan efek kepada masyarakat luas. c. Responsiveness Tanggap terhadap media merupakan hal yang sangat penting dari kepercayaan dalam sebuah hubungan. Tanggap disini lebih kepada bagaimana praktisi PR merespon baik itu dari segi pertanyaan yang media berikan, maupun tanggap dalam berbagai hal. Misalnya pihak Nokia ingin mengadakan sebuah event, praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia yang bertugas untuk mengundang para pihak media baiknya adalah sangat responsive. Kita harus tahu kebutuhan media untuk event tersebut apa saja, apa yang dapat menyulitkan media, kita juga harus mampu mencari solusi-solusi agar apa yang diharapkan media dapat sesuai dengan ekspektasi nya. Jika media sudah merasa puas, maka media akan mudah untuk memberikan kepercayaan nya kepada kita, dan hubungan tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan. d. Respects Respects disini lebih kepada menumbuhkan sikap hormat yang merupakan langkah pertama untuk interaksi yang sangat moral. Sikap hormat ini tentu saja sangat penting, tidak hanya kepada media, namun kepada orang banyak. Seperti hasil dari wawancara dengan Ibu Amalia Tania yang menekankan kepada profesionalitas kita sebagai praktisi PR. Public Relations yang profesional akan memiliki kredibilitas dan integritas yang baik. Hal ini akan diwujudkan dari sikap hormat kepada media yang memang menjadi stakeholder utama di Weber Shandwick.
104 5. Kode Etik Berdasarkan Ruslan mengenai kode etik menjelaskan bahwa tentunya setiap profesi memiliki kode etik profesinya masing-masing, yang dapat mengikat para anggotanya secara etis, moral, dan profesionalisme yang harus ditaati atau dipatuhi dalam menjalankan aktivitas, peran, dan fungsinya. Dimana kode etik humas biasa dikenal sebagai kode perilaku (code of conduct) yang mengacu
pada
IPRA
(International
Public
Relations
Associations) (Ruslan, 2008: 77-79) Berdasarkan Ibu Amalia Tania, pada setiap perusahaan pasti memiliki kode etik nya tersendiri, namun bagaimana penerapannya yang mungkin berbeda. Dan kode etik tersebut sangat harus dan penting sekali untuk diterapkan oleh praktisi PR sekarang ini. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Ibu Citra dan Ibu Yeyen yang masing-masing mengatakan bahwa kode etik itu sangat penting sekali untuk menuntun setiap profesi PR agar mampu menjadi seorang yang profesional. Menurut Ruslan, terdapat empat kode perilaku pokok dan sekaligus merupakan “standar” atau “piagam moral” bagi perilaku professional Humas, yang mencakup hal berikut: (2008:77-79) a. Integritas Pribadi dan Profesional Integritas pribadi menjelaskan bahwa terpeliharanya standar moral yang tinggi maupun reputasi yang baik. Sedangkan integritas profesional adalah ketaatan pada anggaran dasar, peraturan, khusunya kode etik sebagaimana yang disetujui oleh IPRA. Berkaitan dengan integritas pribadi ini, ibu Yeyen Yenuarizki menjelaskan bahwa jika PR memiliki integritas yang tinggi otomatis media pun juga akan
105 mudah percaya kepada kita, sehingga terpelihara lah reputasi yang baik di mata publik, terhadap klien kita. Dan berkaitan dengan integritas profesional mengenai ketaatan kepada kode etik adalah benar adanya, karena menurut Ibu Amalia Tania kode etik itu sangat harus dan penting sekali untuk diterapkan oleh para praktisi PR untuk menjaga profesionalitas kita sebagai PR. Walaupun etika PR terdengar klise sekali, justru hal-hal tersebut menjadi hal yang penting dan membuat kita menjadi seorang profesional yang sebenarnya. b. Perilaku terhadap Klien dan Pimpinan Salah satu point penting dari bagian ini adalah bagaimana praktisi PR mampu berhubungan secara jujur dan adil terhadap klien yang di kelola, sebelum maupun sesudahnya,
serta
tidak
mewakili
kepentingan
yang
berlawanan, dan menjaga kepercayaan dari klien tersebut. Memang berdasarkan ketiga narasumber tersebut menjelaskan bahwa klien yang ingin memakai jasa kita sebagai PR pastinya memiliki alasan untuk memilih kita sebagai partner kerja nya. Salah satunya adalah kepercayaan. Jika mereka sudah percaya dengan kita, maka hubungan yang baik dan jangka panjang dengan klien akan mudah tercipta. Dan untuk membuat klien kita percaya, tentunya kita harus jujur dan terbuka, serta adil dalam bekerja dengan semua tim kita. Misalnya kita sudah menjalin kerjasama dengan Nokia selama 4 tahun lamanya, tentunya kita mengetahui hal yang orang lain tidak ketahui, hal itu lah yang harus kita jaga baik kita masih bekerja dengan mereka, maupun tidak bekerja lagi dengan mereka.
106 c. Perilaku terhadap Publik dan Media Massa Di dalam salah satu point penting dari bagian ini adalah
bahwa seorang anggota PR
hendaknya
tidak
menyebarluaskan dengan sengaja informasi palsu dan menyesatkan masyarakat. Menurut ibu Citra adalah jika kita ingin menyampaikan informasi kepada publik, hendaknya kita harus memperhatikan etika kita sebagai praktisi PR seperti adanya kejujuran, apa yang disampaikan sebisa mungkin harus fakta, dan memang jika ada hal yang tidak bisa kita sebutkan misalnya angka penjualan, dan lain sebagainya kita hanya tinggal mengatakan bahwa hal itu tidak bisa kita sebutkan, atau lebih baik kita twist ke angle lain. Jadi kita lain. Jadi kita tell the truth, but not the whole truth. Kita menjelaskan sesuatu sesuai dengan apa yang bisa kita jelaskan dan katakan namun tidak sampai ke akar-akarnya. d. Perilaku terhadap Rekan Seprofesi Di dalam point ini terdapat bagian yang sesuai dengan hasil wawancara dan penelitian di Weber Shandwick, yaitu dengan rekan seprofesi hendaknya saling melaksanakan kode etik PR dan menegakkan nya. Harus adanya keterbukaan dengan rekan seprofesi. Misalnya memberitahukan hasil dari meeting dengan klien, mengenai konsep sebuah product, program plan, atau hal lainnya. Agar terciptanya kerjasama yang baik antar tim.
107 Selain itu menurut Firsan Nova (2011:30) ada pula 6 tindakan yang berkaitan dengan kode etik dan etika bisnis, yaitu: 1. Kejujuran Jujur dalam setiap usaha yang dilakukan, mengatakan hal yang sebenarnya kepada konsumen, masyarakat, supplier dan pemegang saham. Di dalam penelitian ini, Ibu Tania Amalia mengatakan hal yang sama, berkaitan dengan kode etik yang diterapkan di Weber Shandwick Indonesia, yang pertama adalah (point 3 mengenai “dear friendly, openly and honestly with the media”) yaitu hal yang berkaitan dengan kode etik humas dengan adanya keterbukaan, kejujuran, dan tidak menutup-nutupi. Karena jika kita berbohong, pastinya kebohongan itu akan ketahuan dan efeknya ke kita akan lebih parah. Seperti misalnya dari segi media, yang merupakan stakeholder utama kita. Informasi yang di dapatkan oleh media tidak hanya berasal dari spokesperson kita saja, dan jika ada informasi yang memang terdapat kekurangan atau kesalahan yang kita sampaikan ke media, tentunya harus kita perbaiki, dan memang harus kita tekankan kejujuran di dalamnya. Karena dengan kejujuran tersebut, mereka tentu menilai kita sebagai orang yang professional, dan kita juga tidak lupa untuk meminta maaf, apabila terjadi kesalahan dalam pemberian informasi. Jadi kejujuran dan keterbukaan memang harus kita lakukan. Apapun kegiatan yang berkaitan dengan pihak media, baik itu wawancara, press conference, dan lain sebagainya, pasti harus adanya informasi yang media dapatkan dari pihak client kita, karena mereka memang dituntut untuk menulis sebuah berita, jangan sampai pihak kita yang tidak ingin atau tidak dapat memberikan jawaban,
108 namun malahan mengatakan no comment, justru hal itu akan menimbulkan prasangka yang tidak baik. Yang kedua, adalah (point 3 mengenai “Authentic in content,
candid,
transparent”).
Menurut
Ibu
Yeyen
Yenuarizki, misalnya sebuah perusahaan sedang mengalami krisis ataupun masalah, mau tidak mau kita sebagai praktisi PR harus memberikan informasi apa adanya, namun demi terjaganya citra klien yang dikelola, misalnya klien Nokia, issue atau masalah itu disampaikan kepada media sesuai dengan apa adanya namun dengan bahasa yang diperhalus, dijaga, dan mengetahui mana yang boleh dikonsumsi oleh publik dan mana yang tidak. Lalu lain hal nya jika kita ingin membuat press release, kita tidak boleh mengklaim sesuatu tanpa bukti yang kuat. Karena dengan adanya bukti itu akan membuat media menjadi lebih percaya. Berdasarkan observasi yang dilakukan dalam event Nokia X di Empirica adalah bahwa disetiap event, press release itu menjadi bahan yang penting bagi media, yang nantinya akan digunakan oleh media dan dijadikan sebagai informasi/ berita yang akan di muat di media tersebut, agar masyarakat tahu mengenai event yang sudah berlangsung. Dimana dengan informasi yang jujur, akan membuat image perusahaan Nokia baik di mata publik, dibandingkan dengan membuat informasi yang semata-mata hanya untuk menguntungkan klien, namun hanya bersifat fiktif belaka, alias adanya unsur kebohongan.
109 2. Integritas Mengatakan apa yang dimaksud, dan menepati apa yang dijanjikan serta menegakkan kebenaran yang ada. Hal ini didukung pula oleh pernyataan dari Ibu Yeyen Yenuarizki yang mengatakan bahwa kita sebagai sebagai praktisi PR tidak bisa melewati batas-batas yang tidak menjadi ruang gerak kita, bagaimana kita menyampaikan informasi kepada publik, apakah hal tersebut merupakan suatu kebenaran atau tidak, hal ini tentunya berkaitan dengan etika kita sebagai praktisi PR. Dalam pencitran klien Nokia, Weber Shandwick Indonesia sebagai praktisi PR sangat menekankan dengan berbicara dan mengatakan apa adanya terhadap informasi yang ingin disampaikan dan tidak ada pernyataan yang mengada-ngada. Hal ini juga berkaitan dengan kasus yang seringkali terjadi dikalangan praktisi PR dan media, yaitu adanya sebutan wartawan amplop. Dimana agar terciptanya citra yang positif untuk Nokia, Weber Shandwick sebagai PR tidak diperbolehkan memberikan dana (uang) kepada wartawan. Karena sebagai seorang PR yang professional tentunya sangat tidak membenarkan dengan memberikan dana kepada wartawan tersebut. Dengan melakukan hal yang tidak sesuai dengan kebenaran tersebut lah yang akan mengakibatkan rusaknya integritas serta kredibilitas sebagai praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia. Berkaitan dengan observasi yang di lihat adalah, bahwa praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia memang memperlihatkan
profesionalitas
mereka
di
dalam
berhubungan dengan media, dimana para praktisi PR disana menekankan untuk tidak memberi ataupun menyogok media
110 untuk mendapatkan keuntungan. Karena bagi mereka pihak Nokia maupun PR di Weber Shandwick melakukan sistem barter dengan media, yaitu praktisi PR yang memberi informasi,
dan
media
yang
mendapatkan
informasi
bertanggung jawab untuk memuat informasi tersebut sesuai dengan fakta yang ada. Pada suatu kejadian, ada sebuah media yang dengan berani meminta bayaran kepada praktisi PR di Weber Shandwick, jika ingin berita nya di muat di media tersebut. Namun dengan tetap menjunjung bagaimana beretika yang baik dengan media dan menjaga citra klien, para praktisi PR tersebut menolak dengan memberikan bayaran, dengan alasan yang tidak menimbulkan permasalahan maupun dampak yang negatif kepada kedua belah pihak. Hal ini juga berkaitan dengan kode etik di Weber Shandwick Indonesia, yaitu (point 2
mengenai
“The
highest
professional
standards
of
excellence”), (point 4 mengenai “Authentic in content, candid, transparent”), dan (point 5 mengenai “Clearly disclose client relationship”). 3. Hormat Memperlakukan satu sama lain dengan homat dan adil, serta menghargai adanya keberagaman di tempat kerja dan adanya keunikan di masing-masing karyawan. Hal ini juga berkaitan dengan observasi yang dilakukan selama melakukan kegiatan internship (magang) selama 3 bulan lamanya. Walaupun di dalam Weber Shandwick Indonesia terdiri dari beragam karyawan, dengan bahasa yang berbeda,
111 background pendidikan yang berbeda, budaya kerja yang berbeda, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk para karyawan tetap mampu bekerja sama dengan baik, tetap saling menghormati satu sama lain, tanpa melihat perbedaan dari hal-hal tersebut. Karena sebagai sesama karyawan pastinya kita saling membutuhkan, kita saling membantu, dan melakukan interaksi, seperti adanya kegiatan rutin yaitu meeting dengan beberapa karyawan lainnya, untuk membicarakan suatu pekerjaan, program plan, dengan tujuan mencapai keberhasilan bersama. Dengan menghormati satu sama lain, pastinya pekerjaan yang dilakukan akan berjalan dengan baik. Dimana pencitraan yang dilakukan oleh Weber Shandwick Indonesia terhadap Nokia berkaitan dengan kode etik di Weber Shandwick itu sendiri, yaitu (point 2 mengenai “The highest professional standards of excellence”) yaitu bagaimana praktisi PR di Weber Shandwick memberikan kualitas yang baik kepada klien, dan bahwa hal yang dilakukan telah memenuhi standar mereka. Jika Weber Shandwick Indonesia tidak memberikan kualitas yang baik kepada klien, pastinya akan berdampak kepada citra yang buruk pada klien dan citra praktisi PR di Weber itu sendiri. Kualitas yang baik itulah yang menunjukkan jika praktisi PR di Weber Shandwick telah menghormati Nokia. Selain itu rasa hormat yang dilakukan oleh Weber Shandwick Indonesia juga berkaitan dengan (point 5 mengenai “Clearly disclose client relationship”), dimana praktisi PR tetap menjaga sesuatu hal yang bersifat confidential pada Nokia, dari semua kompetitor yang ada. Hal ini dilakukan demi pencitraan Nokia agar hal yang tidak
112 seharusnya sampai kepada para kompetitor, khususnya hal yang bersifat negatif, tidak akan memberikan dampak terhadap citra Nokia itu sendiri. 4. Percaya Membangun kepercayaan melalui kerjasama dan melakukan komunikasi secara terbuka. Hal ini tentunya berkaitan dengan point ketiga diatas, yaitu hormat. Dimana jika selain menghormati sesama karyawan, hal yang memang harus di tanamkan adalah kepercayaan. Kepercayaan disini tidak hanya diterapkan di dalam ruang lingkup organisasi saja, namun kepercayaan harus diterapkan dimana saja, karena dengan adanya kepercayaan, kerjasama yang terjalin juga akan nyaman dan sesuai dengan harapan kita. Orang akan ingin melakukan kerjasama, jika sudah timbulnya kepercayaan yang ada kepada mereka, hal ini di kemukakan oleh Ibu Amalia Tania, berkaitan dengan etika maupun kode etik. Kode etik di Weber Shandwick Indonesia, menunjukkan hal ini, yaitu yang tertera pada (point ke 2 “The highest professional standards of excellence”). Dimana kualitas pekerjaan kita tentunya akan penting sekali. Seperti misalnya kepada client. Klien tersebut memakai jasa kita sebagai praktisi PR atau PR Consultant, pastinya melihat dari kualitas pekerjaan kita, apakah kita professional atau tidak, apakah kita mampu memberikan produk kita sebagai PR yang baik dengan memenuhi kriteria dan memenuhi standard mereka atau tidak. Jika kita tidak memberikan kualitas yang baik dan tidak sesuai dengan harapan mereka, tentunya hal ini akan
113 merusak image kita, dan klien pun tidak akan ada yang mau bekerjasama dengan kita karena kepercayaan tersebut, untuk menjalin kerjasama, sudah tidak ada lagi. Disamping itu, kita juga harus melakukan komunikasi secara terbuka kepada tim kerja kita, mengenai hasil yang kita konsultasikan kepada klien. Karena dengan membentuk tim kerja baik, menciptakan komunikasi secara terbuka, memupukkan kepercayaan, akan membuat segala sesuatu hal berjalan dengan baik dan sesuai dengan
harapan
kita
masing-masing
pekerja.
Seperti
contohnya client Nokia yang sudah cukup lama bekerjasama dengan para praktisi PR di Weber Shandwick, tentunya hal ini dikarenakan adanya unsur kepercayaan terhadap tim kerja di Weber Shandwick. Dan berjalannya etika PR yang baik dalam pencitraan PT. Nokia Indonesia oleh para praktisi PR. Hal ini juga berkaitan dengan (point 5 mengenai “Clearly disclose client relationship”), jika Nokia telah memberikan informasi yang memang bersifat confidential kepada
Weber
Shandwick
Indonesia,
maka
hal
ini
menunjukkan adanya kepercayaan dari Nokia terhadap praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia. Hal ini dilakukan dengan pencitraan Nokia itu sendiri dari kompetitorkompetitor yang ada serta para stakeholder. Bagaimana menyimpan informasi yang seharusnya tidak disampaikan dan memahami betul konsekuensi nya terhadap citra perusahaan, jika melanggar hal tersebut. 5. Bertanggung-jawab Berani berbicara tanpa adanya rasa takut dan mengharap balas jasa serta melaporkan hal-hal yang perlu mendapat
perhatian
di
lingkungan
kerja,
mencakup
pelanggaran hukum, aturan dan kebijakan perusahaan, dan
114 mencari klarifikasi serta pedoman ketika terjadi keraguraguan. Hal ini berkaitan dengan kode etik di Weber Shandwick Indonesia dalam (point 1 “The spirit and letter of all laws of Indonesia) yang dijelaskan oleh Ibu Amalia Tania mengenai proses dimana perusahaan itu bekerja, bagaimana posisi perusahaan itu, bagaimana industri nya, sehingga kita mengetahui segala macam regulasi yang ada di perusahaan itu. Apakah perusahaan itu mengikuti peraturan yang ada atau tidak. Dan jika sebuah perusahaan tidak mengikuti peraturan yang ada maka kita sebagai PR tidak boleh mendukung perusahaan tersebut. Ibarat kata PR itu bukan pengacara yang harus menuntun perusahaan tersebut untuk menutupi itu, namun kita harus tetap terbuka sebagaimana PR semestinya. 6. Kewarganegaraan Mematuhi seluruh aturan hukum di masa perusahaan melakukan bisnis dan melakukan perannya untuk membuat kehidupan masyarakat lebih baik. Hal ini juga berkaitan dengan point diatas, dimana perusahaan harus mengikuti aturan hukum yang berlaku dan melakukan bisnis memang sesuai dengan yang ada. Seperti pernyataan Ibu Citra yang menyatakan bahwa jika perusahaan kita tidak mematuhi regulasi yang ada, maka kita sama saja sudah melanggar peraturan yang sudah dibuat tersebut. Ibu Yeyen Yenuarizki pun menjelaskan bahwa kita tidak bisa cross the line, kita harus menjunjung hukum, untuk membimbing agar segala sesuatunya berjalan dengan adil, tertib, dan sesuai dengan aturan yang ada. Apalagi jika kita
115 sebagai praktisi PR, khususnya yang sering memberikan konsultasi kepada klien. Contohnya kepada klien asing. Walaupun posisi perusahaan tersebut adalah global, namun perusahaan itu di Indonesia harus tetap mengikuti hukum yang berlaku di Indonesia. 6. Citra Dalam memahami citra, Frank Jeffkins (dalam Firsan Nova, 2011:299) menyebutkan beberapa jenis citra (image), yaitu citra bayangan (the mirror image), citra yang berlaku (the current image), citra yang diharapkan (the wish image), citra perusahaan atau citra lembaga (corporate image), citra majemuk (the multiple image), dan citra yang baik dan buruk (Good and Bad Image). Dimana hal yang berkaitan dengan citra disini dilakukan dengan metode mengumpulkan data dari publik khususnya media, di saat obvervasi dilakukan yaitu pada event Nokia X. Selain itu, citra ini juga didapatkan disaat melakukan wawancara dengan ketiga narasumber, yaitu Ibu Citra, Ibu Amalia, dan Ibu Yeyen. Dibawah ini merupakan pengaplikasian jenis-jenis citra terhadap PT. Nokia Indonesia: a. Citra bayangan (The Mirror Image) Citra ini melekat pada orang atau anggota-anggota organisasi,
yang
biasanya
adalah
pemimpinnya,
mengenai anggapan pihak luar tentang organisasi tersebut. Dan dari orang dalam PT. Nokia Indonesia beranggapan pihak luar mencitrakan Nokia Indonesia kini dikenal sebagai perusahaan yang juga mampu merambah kalangan menengah, untuk produknya. Hal ini terlihat khususnya pada saat Nokia X diluncurkan.
116 Lalu selain itu, Nokia juga disebut sebagai perusahaan yang mampu berkembang tidak hanya dalam bidang smartphone namun juga pada bidang lainnya. b. Citra yang berlaku (The Current Image) Citra ini adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar genai suatu organisasi. Dalam memperoleh pandangan ini, didapatkan disaat melakukan observasi di event Nokia X, dengan metode pengumpulan data informasi berdasarkan pendapat para media. Dimana disaat itu, pihak Nokia dan Weber memberikan sebuah kertas feedback, yang harus diisi oleh semua media yang datang, yang dapat secara bebas dalam mengemukakan pendapatnya. Dari situlah dapat disimpulkan bahwa PT. Nokia Indonesia dikatakan sebagai perusahaan yang inovatif, seiring dengan diluncurkannya Nokia berbasis Android. Yaitu dengan tiga seri, Nokia X, Nokia XL, dan Nokia X+. Karena dapat mengembangkan smartphone yang telah berbasis Android dengan kecanggihannya, namun dengan harga yang cukup terjangkau. c. Citra perusahaan (Corporate Image) Dalam hal ini adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan. Bukan hanya citra atas produk dan pelayanannya, namun terbentuk juga dari sejarah, atau kinerja
perusahaan,
stabilitas
keuangan,
kualitas
produk, dan lain-lain. Untuk saat ini PT. Nokia Indonesia juga merupakan bagian dari perusahaan Microsoft. Jadi, kedua perusahaan tersebut saling
117 bekerja sama untuk kedepannya. Dimana tidak menutup kemungkinan untuk Nokia tetap membuat sebuah gebrakan baru, seperti berita yang baru ini saja beredar, yang memberitakan bahwa Nokia telah berinvestasi dalam
mobil
launching
pintar,
product
Nokia melakukan
untuk
Nokia
XL,
kegiatan dan
lain
sebagainya. Sehingga citra perusahaan ini sangat kuat dan positif, sangat inovatif dan tidak mudah menyerah di dalam industri di zaman sekarang ini. Karena Nokia hingga
saat
ini
masih
tetap
berusaha
untuk
mengembangkan di bisnisnya, tidak hanya kerjasama dengan
pihak
Microsoft
dalam
mengembangkan
smartphone yang baik, namun juga di bidang lain. d. Citra yang diharapkan (The Wish Image) Citra harapan ini merupakan citra yang diinginkan oleh perusahaan. Biasanya citra yang diharapkan lebih baik daripada citra yang sesungguhnya. Setelah bertahun-tahun memimpin penjualan ponsel secara global, tentunya harapan dari Nokia adalah tetap mampu menghadirkan gebrakan-gebrakan baru, baik itu dari segi smartphone, technology, maupun bidang lainnya. Khususnya untuk para pengguna Nokia, yang senantiasa tetap menggunakan produk dari perusahaan Finlandia tersebut. Karena dengan berkembangnya terus inovasi dari Nokia, seperti diluncurkan nya smartphone berbasis Android baru-baru ini, dengan nama Nokia X lalu Nokia XL, tidak akan menutup kemungkinan bahwa di era selanjutnya Nokia bersama dengan Microsoft akan membuat gebrakan baru yang tidak kalah menarik nya.
118 Hal ini ditunjukkan dengan beredarnya kabar bahwa kedua perusahaan tersebut sama-sama menggelar kompetisi
bernama
“Imagin8
Mission”
dengan
menggunakan Nokia Imaging Software Development Kit (SDK), untuk membuat aplikasi yang dapat memaksimalkan
pengalaman
imaging
bagi
para
konsumen. Di dalam penelitian ini terlihat citra yang melekat terhadap PT. Nokia Indonesia adalah citra yang diharapkan (wish image) sebab jika dilihat dari citra yang lainnya adalah sebagai pengembang smartphone yang saat ini mampu membuat gebrakan-gebrakan baru, dengan menghadirkan ponsel pintar berbasis Android dengan harga yang terjangkau. Dengan begitu citra yang diharapkan (wish image) itulah yang diharapkan dapat terbentuk secara positif sehingga lebih mudah dalam menjual produk atau jasanya dikemudian hari.
3. Interpretasi data Di dalam interpretasi data ini, mengacu kepada sebuah opini di dalam menjawab fokus penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian yang ada di BAB 1. Dimana penelitian ini fokus kepada etika PR di dalam strategi PR Weber Shandwick Indonesia dalam mengelola citra PT. Nokia Indonesia. Selain itu juga membahas etika PR yang diterapkan oleh para praktisi Weber Shandwick Indonesia dalam menjalankan profesinya, dan mencakup kode etik apa saja yang diterapkan demi pencitraan klien yang dikelola.
119 Sebelum berfokus kepada etika PR, harus diperlukan pemahaman terhadap pengertian dari public relations yaitu praktisi yang mengelola citra dan reputasi klien atau perusahaan. Agar praktik praktisi public relations dapat sesuai dengan aturan yang ada, maka etika PR disini sangatlah memiliki peran. Karena dengan memahami etika PR dan menerapkannya dalam kegiatan komunikasi, praktisi PR dapat memahami hal yang benar dan salah, hal yang tidak boleh dilakukan dan dapat merugikan perusahaan. Lalu berkaitan dengan etika PR, terkait pula strategi PR yang digunakan oleh praktisi Public Relations di Weber Shandwick Indonesia dalam pencitraan PT. Nokia Indonesia. Strategi tersebut terdiri dari, Pertama mengenai publikasi. Dalam hal ini, praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia menggunakan kegiatan press conference, media briefing, dan press release. Dimana demi terciptanya citra yang positif dari kliennya, Weber Shandwick Indonesia melakukan kegiatan tersebut dengan memahami etika PR yang baik. Seperti misalnya berkaitan dengan media, apa yang disampaikan
oleh
praktisi
PR
di
Weber mengenai
Nokia,
disampaikan sesuai dengan fakta, ada klaim yang mendukung, dan praktisi PR harus mampu mengetahui apa saja pertanyaan yang tidak boleh dijawab dengan mengumbar kerahasiaan klien, dan tidak boleh memberikan dana apapun kepada media, seperti sebutan dari “wartawan amplop”. Karena hal ini akan merusak image perusahaan, tidak hanya pihak media saja yang mengetahui kesalahkan yang di lakukan, namun hal ini juga akan menjadi topik pembahasan yang negatif dikalangan Public Relations di setiap perusahaan. Kedua, dalam melakukan strategi yang berkaitan dengan event. Salah satu contohnya pada event Nokia X. Menjalin hubungan yang baik dengan media sangatlah diperlukan, hal ini juga dapat diterapkan pada saat berlangsungnya sebuah event. Praktisi PR di
120 Weber Shandwick sangat ramah kepada media, menyambut media dengan sopan, dan jika memang ada media yang sekiranya tidak di undang, maka praktisi PR di Weber tetap tenang untuk mengatasi hal tersebut, agar citra dari kliennya yaitu Nokia juga akan baik. Khususnya pada divisi media relations, kita juga harus mampu memberikan respon yang baik ketika media ingin menanyakan sebuah informasi, dan praktisi PR di Weber Shandwick dituntut untuk memahami semua hal tersebut. Ketiga, berkaitan dengan pesan dan berita yang disampaikan oleh Nokia kepada publik. Pesan dan berita ini lebih mengarah kepada social media, dan biasanya dalam sosial media terdapat permasalahan yang timbul dari publik, contohnya adalah pada suatu ketika terdapat salah satu media yang hadir di event Nokia X, yang memberikan hastag kepada Nokia dan memberikan komentar yang kurang enak didengar serta tidak sesuai dengan fakta. Dalam hal ini, praktisi PR dan pihak Nokia tidak gegabah, karena citra pun sangat penting pada saat kondisi seperti ini. Kita tidak boleh membalas dan kembali mencaci maki atau memarahi media tersebut, namun lebih kepada tetap sabar dan cukup saja untuk mengetahui tipe-tipe dari media yang terbilang aneh tersebut. Keempat, berkaitan dengan identitas perusahaan. Disini PT. Nokia Indonesia mengusahakan untuk menjalin hubungan yang baik dengan media massa, cetak dan online, agar identitas perusahaan di mata publik tidak buruk. Nokia menggunakan logo, company profile, annual report, dan lainnya sebagai identitas perusahaan untuk mempresentasikan citra perusahaan kepada publik. Kelima, berkaitan dengan hubungan dengan khalayak. Untuk mempertahankan citra perusahaannya, Nokia dan Weber Shandwick Indonesia berusaha menjalin hubungan dan berinteraksi langsung
121 dengan khalayak melalui kegiatan yang memberikan edukasi dan pengalaman terhadap salah satu produk Nokia yaitu Nokia Lumia 1020, khususnya untuk komunitas fotografi. Nokia pun menganggap bahwa khalayak telah memberikan kepercayaan nya kepada pihak Nokia dan Weber untuk memperkenalkan produk Lumia 1020 ini. Hal ini juga tentunya berhubungan dengan kredibilitas dan integritas pihak Nokia dan Weber Shandwick sehingga tumbuhnya kepercayaan khalayak terhadap produk tersebut. Keenam, berkaitan dengan teknik lobi dan negosiasi. Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya kegiatan lobi dan negosiasi yang dilakukan oleh Weber Shandwick Indonesia dan PT. Nokia Indonesia. Ketujuh, mengarah kepada kegiatan sosial atau yang biasa disebut dengan kegiatan CSR. Nokia dan Weber Shandwick melakukan donasi untuk para kaum dhuafa pada saat hari peringatan Idul Fitri Lebaran. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan rasa simpati dan peduli terhadap komunitas yang ada disekeliling perusahaan. Lalu berkaitan dengan Etika PR yang diterapkan oleh Weber Shandwick Indonesia demi mengelola citra klien nya adalah dengan menerapkan prinsip “kejujuran”. Karena jika kita sudah berbohong, tentunya hal ini akan membuat citra client yang kita kelola buruk. Jika sudah buruk tentunya kepercayaan itu sudah tidak ada lagi. Selain itu, praktisi PR di Weber Shandwick juga selalu berpedoman kepada etika PR yang baik, dalam memberikan jasa konsultasi kepada klien. Serta praktisi PR tidak suka menyuap wartawan dengan uang (dana), dan sebisa mungkin mengemukakan segala informasi berdasarkan fakta. Disamping itu, dalam menjalin hubungan dengan media, praktisi PR di Weber Shandwick seringkali mengadakan event. Dan dalam menjalankan event tersebut, praktisi PR memiliki strategi-strategi khusus dan menerapkan etika di dalamnya. Etika di dalam menyusun strategi disini sangat dibutuhkan agar semua
122 perencanaan klien dan praktisi PR dapat berjalan dengan baik. Dimana jika etika tersebut dapat diterapkan dengan baik, maka citra klien pun akan sesuai dengan harapan. Unsur kejujuran, kebijaksanaan, tanggap kepada media, dan hormat kepada media, merupakan etika yang sangat penting untuk diterapkan dalam berhubungan dengan media. Agar pencitraan yang dilakukan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Selain mengetahui etika PR yang diterapkan oleh praktisi PR, terdapat pula kode etik dari PR Weber Shandwick Indonesia dalam mengelola citra Nokia di mata publik. Yang pertama adalah berkaitan dengan memahami regulasi dan peraturan yang ada di Indonesia, hal ini dilakukan praktisi PR di Weber agar Nokia walaupun bersifat global, namun tetap mematuhi dan tetap bergerak sesuai dengan apa yang dibutuhkan di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan rasa tanggung jawab perusahaan dengan mematuhi peraturan yang ada. Selain itu, menurut praktisi PR integritas juga sangat perlu sekali ditekankan demi menegakkan kebenaran yang ada. Hal ini dilakukan oleh praktisi di Weber dengan memberikan informasi yang transparent, tidak mengada-ngada, terbuka serta jujur kepada media. jika memang terdapat hal yang tidak boleh disebutkan, maka demi pencitraan Nokia, Weber Shandwick selalu berusaha untuk menjaga nama baik Nokia dengan mengalihkan ke hal yang lain, jadi walaupun kita memberitahu sebuah kenyataan, namun tidak semua dari informasi tersebut bisa kita bagi ke pihak media. Hal ini dilakukan juga untuk menunjukkan rasa hormat praktisi PR kepada pihak Nokia, untuk menjaga segala sesuatu hal yang bersifat confidential.
123 Berkaitan mengenai citra, PT. Nokia Indonesia dikatakan sebagai perusahaan yang kini mampu merambah pasar menengah dengan platform terbarunya yaitu smartphone pertama dengan berbasis Android. Nokia memang sudah lama bekerja sama dengan pihak Microsoft dalam mengembangkan smartphone canggih yang dibuat untuk kalangan atas. Namun sekarang Nokia mampu membuat gebrakan baru dengan menciptakan 3 jenis smartphone yang bernama Nokia X, Nokia XL, dan Nokia X+. Masyarakat pun sangat antusias dalam peluncuran produk tersebut. Karena dapat dijual dengan harga yang terjangkau dan dengan varian warna yang bermacam-macam. Selain itu Nokia juga tengah dikabarkan telah berinvestasi kepada mobil pintar, serta bekerja sama dengan Microsoft dalam membentuk sebuah kompetisi bernama “Imagin8 Mission” dengan menggunakan Nokia Imaging Software Development Kit (SDK). Citra yang diharapkan oleh Nokia adalah tentunya kesetiaan para pengguna terhadap Smartphone dari Nokia dan Nokia dapat dinilai sebagai perusahaan yang terus mengembangkan inovasi terutama dalam teknologi smartphone dalam jangka panjang.
124