BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Obyek Penelitian 4.1.1 Profil Perusahaan Menurut data company profile milik Chevron, profil perusahaannya adalah sebagai berikut: Chevron merupakan salah satu perusahaan energi terintegrasi terdepan di dunia dengan anak-anak Perusahaan yang beroperasi di seluruh dunia dengan kantor pusat di San Ramon, California. Chevron didirikan pada tahun 1879 di Pico Canyon, California dengan namaStandard Oil Company of California atau Socal. Saat itu Socal termasuk dari seven sisters atau 7 perusahaan terbesar yang menguasai industri minyak dunia pada awal abad ke-20. Chevron memiliki cabang lebih dari 90 dengan mempekerjakan karyawan sekitar 53.000 karyawan diseluruh dunia dimana bergerak di dalam bidang minyak dan gas bumi mencakup eksplorasi, pengolahan dan produksi, pemasaran dan transportasi, manufaktur produk kimia, serta pembangkit energi (power generation). Chevron adalah salah satu dari 6 perusahaan minyak terbesar di dunia bersama ExxonMobil, Royal Dutch Shell, Total S.A, BP Amoco/BP dan ConocoPhillips. Langkah Chevron pertama kali di Indonesia dimulai pada tahun 1924 ketika Standard Oil Company (SOCAL), sebelum bernama Chevron, melakukan survei eksplorasi ke Sumatra dan Kalimantan. Pada tahun 1936, SOCAL
dan
Texaco
mendirikan
99
California
Texas
Petroleum
100 Corporation(Caltex).
Kemudian
pada
Juni
1930,
dibentuk
N.V.
Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM), nama semula dari PT Caltex Pacific Indonesia (CPI). Eksistensi Chevron Indonesia Company dimulai pada tahun 1968, ketika perusahaan tersebut menandatangani Production Sharing Contract (PSC) yang pertama untuk sebuah blok lepas pantai yang terletak di sebelah barat laut Sumatra. Namun baru pada PSC kedua yang ditandatangani Chevron, pada tahun yang sama, yang kemudian mengokohkan eksistensi Chevron di Indonesia. Dua tahun kemudian, Chevron menemukan lahan minyak dan gas terbesar terletak di lepas pantai Selat Makassar yang disebut dengan Lahan Attaka. Pada Februari 1950, undang-undang pertambangan mulai dipelajari dan disusun oleh pemerintah Republik Indonesia.Pada tahun 1963, seluruh wilayah konsensi CPPM/CPOC dikembalikan oleh Caltex kepada pemerintah Republik Indonesia berdasarkan undang-undang No. 44/1960, tetapi pelaksanaan pekerjaan eksploitasi dan eksplorasinya diserahkan kembali oleh pemerintah Republik Indonesia kepada Caltex. Pada tahun yang sama, “Perjanjian Karya” ditandatangani antara perusahaan-perusahaan asing dengan perusahaan-perusahaan negara, termasuk antara PT Caltex Pacific Indonesia dengan PN Pertamina. Selama lebih dari setengah abad, Chevron telah menjadi produser minyak mentah terbesar di Indonesia.Dari lahan minyak di Sumatra dan lahan di pantai lepas di Kalimantan Timur, perusahaan tersebut telah memproduksi lebih dari 12.000.000.000 barel minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan energi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
101 Pada awalnya Chevron baru mulai memproduksi minyak mentah pada tahun 1952 hanya memiliki satu lapangan produksi dengan kapasitas produksi 15.000 barel per hari. Pada tahun yang sama terdapat 35 aktivitas pemboran di mana dua di antaranya berupa eksplorasi dan 33 sisanya merupakan pengembangan. Kemudian pada tahun 1969 produksi berhasil menembus angka 1.000.000.000 barel sejak mulai memproduksi tahun 1952, sekaligus pembangkit listrik tenaga Gas-Turbin Duri dengan kapasitas 20 megawatt diresmikan. Sekarang produksi minyak mentah Chevron lebih dari 420.000 barel per hari dengan adanya lebih dari 85 lapangan produksi. Sedangkan pembangkit listrik yang dihasilkan dengan mengandalkan potensi panas bumi (geothermal) sudah dimanfaatkan oleh Chevron sampai dengan 5000 megawatt dari 31.000 megawatt potensi yang ada di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun, Chevron telah membantu beberapa negara memanfaatkan sumber daya geothermal-nya untuk memenuhi perkembangan obyektif
yang
berkelanjutan.Chevron
menjadi
pemimpin
dalam
perkembangan geothermal, mengembangkan seperempat dari potensi dunia ini.Sekarang pekerjaan eksploitasi dan eksplorasi geothermal-nya di Indonesia dan Filipina menjadikan Chevron sebagai produser energi geothermal terbesar di dunia. Pada tahun 2007, proyek Chevron di Jawa Barat yang disebut Darajat III yang berada di bawah kontrak Pertamina dan PLN, didaftarkan di bawah Clean Development Mechanism (CDM) dari Protokol Kyoto. Dengan kemampuan sekarang yang mencapai 110 megawatt, Darajat III menjadi proyek energi geothermal terbesar yang terdaftar di bawah program CDM. Pada
tahun
2009,
Darajat
III
mendapatkan
Certified
Emission
102 Reductionpertamanya dari PBB.Tanda tersebut menandakan pengakuan terhadap
komitmen
dari
Chevron
dan
Republik
Indonesia
untuk
mengembangkan sumber energi yang dapat diperbaharui. Melalui Chevron Asia Pacific Exploration & Production (CAPEP), Chevron beroperasi di Indonesia dan Filipina di bawah IndoAsia Business Unit (IBU). Di Indonesia, Chevron merupakan salah satu penghasil minyak dan gas terbesar melalui anak perusahaan PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI), Chevron Indonesia Company (CICo) dan Chevron Makassar, Ltd. (CML). Di Filipina, Chevron berpartisipasi di proyek gas-to-power yang terbesar di negara tersebut melalui Chevron Malampaya LLC. Operasi geothermal Chevron dilakukan melalui Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. (CGI) dan Chevron Geothermal Salak, Ltd. (CGS) di Indonesia Inc. (CGPHI) di Filipina. Baru-baru ini Chevron menambah proyek-proyek baru ke portofolio perusahaan: dua blok eksplorasi minyak dan gas di West Papua I dan West Papua III di Provinsi Papua Barat; dan dua prospek panas bumi, Kalinga di Filipina dan Suoh-Sekincau di Provinsi Lampung. Operasi Chevron di kedua negara tersebut didukung lebih dari 7.000 karyawan handal dan 32.000 karyawan mitra.Saat ini, lebih dari 97 persen karyawan IBU adalah warga negara Indonesia dan Filipina. 4.1.1.1 Chevron Geothermal Salak Ltd. Lahirnya Chevron Geothermal Salak Ltd (CGS) diawali dengan kontrak kerjasama penjualan energi geothermal dan pengembangannya di daerah kontrak Gunung Salak antar Pertamina, PLN, dan Unocal pada tahun 1982.Sewaktu bernama Unocal Geothermal Indonesia (UGI), telah dilakukan eksplorasi dan pengeboran sumur – sumur di wilayah Gunung Salak.Awi 1-1
103 merupakan sumur geothermal komersial pertama yang kemudian diikuti dengan ditemukannya sumur – sumur produksi lainnya. Produksi steam untuk menghasilkan energi listrik sebesar 110 MW pertama kali dilakukan pada tahun 1994 untuk unit pembangkit 1,2 milik PLN. Kemudian unit 3 (PLN), unit 4. 5 dan 6 milik UGI baru mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1997 dengan kapasitas produksi sebesar masing – masing 55 MW.Hingga tahun 2001, jumlah sumur produksi dan injeksi di daerah kontrak Gunung Salak telah mencapai 53 buah sumur dengan kedalaman rata-rata 1250-3211 meter. Pada tahun 2005 Unocal Geothermal Indonesia telah diakuisisi oleh Chevron dan berganti nama menjadi Chevron Geothermal Salak, Ltd. Dengan wilayah operasi tetap di Gunung Salak. Sampai saat ini, CGS men-supply steam dari sekitar 41 sumur produksi dan 12 sumur injeksi dengan 6 unit pembangkit listrik, yaitu unit 1,2 dan 3 milik PLN dengan kapasitas 165 MW dan unit 4,5,6 milik Chevron dengan kapasitas 190 MW. Lapangan panas bumi ini juga dikenal sebagai salah satu alternatif energi ramah lingkungan. Lapangan uap panas bumi dan PLTP unit 4,5,6 Gunung Salak terletak pada ketinggian antara 1000-1400 mdpl, lokasi terletak diantara 2 kabupaten yaitu desa Kabandungan, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, dan desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabutapen Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi kegiatan berbatasan dengan kompleks pegunungan Desa Ciasmara (Utara), perkebunan teh Cianten (Barat), PT Perkebunan teh 2 – Tang Jayanegara (Selatan) dan kompleks Pegunungan Salak (Timur). Lokasi sumur produksi dan injeksi di lapangan Panas bumi Gunung Salak terletak di kawasan Hutan Lindung Gunung Sawak. Secara geografis
104 letak wilayah kerja lapangan panas bumi Salak pada koordinat 6◦4’32” sampai 6◦45’26” Lintang Selatan dan 106◦37’41” sampai 106◦40’58” Bujur Timur. Di lapangan Salak terdapat sebanyak 68 sumur dengan perincian 41 sumur produksi, 9 sumur injeksi brine, 3 sumur injeksi konsendat, 7 sumur idle (inactive), 3 sumur monitoring dan 5 sumur baru. Lapangan uap panasbumi dan PLTP 4,5,6 ini berada di kawasan Hutan Lindung Gunung Salak. Sesuai dengan perjanjian pinjam pakai dari Departemen Kehutanan dan Pertamina – UGI No. 06/044.3/III/1996 selama 20 tahun. Luas lahan yang dimanfaatkan saat ini adalah seluas 174 Ha dari 273,66 Ha yang telah mendapat izin. 4.1.2 Lokasi Chevron Indonesia Company Secara geografis Chevron Indonesia Company mempunyai beberapa anak cabang perusahaan yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia. Berikut adalah lokasi geografis dari beberapa anak cabang Chevron Indonesia :
Gambar 4.1 Peta Lokasi Chevron Indonesia Company
105 4.1.3 Logo Chevron Dalam perkembangan selama operasinya, Chevron telah beberapa kali berganti logo. Berikut sejarah perkembangan logo Chevron: Tabel 4.1 Perkembangan Logo Chevron VERSI AWAL Logo ini digunakan sejak tahun 1879, ketika Pasific Coast Oil co. didirikan. Logo
ini merupakan
ilustrasi dari penemuan minyak di Pico Canyon. Pada tahun 1903, diciptakan simbol baru untuk perusahaan. Simbol tersebut diciptakan
berdasarakan
saran yang diberikan oleh seorang ahli kimia berusia 19 tahun, yang menyarankan penggunaan gambar “bintang” Negara
seperti Texas
lambang
pada
saat
dari itu.
Sehingga, pada tahun 1909 sebuah logo baru yang berbentuk bintang merah dengan huruf T di tengah, digunakan
untuk
mengambarkan
perusahaan Texaco. Pada periode yang sama, sebuah perusahaan yang bernaman Gulf,
106 menjadi
bagian
dari
Chevron.
Sehingga logo perusahaan kembali berubah. PERJALANAN MENUJU SUKSES Chevron tidak mengadopsi simbol lain sebagai lambang perusahaan nya hingga tahun 1931, ketika Standard Oil mengkonsolidasikan produk
dan
gambarkan
jasa
nya
sebagai
dan
di
emblem
berwarna biru, putih dan merah.
Ketika terjadi nya Perang Dunia ke II,sepasang “sayap” ditambahkan kedalam
lambang
perusahaan
Chevron CHEVRON GAS STATION Setelah
Perang
Perusahaan identitas membangun
Dunia
mulai
ke
II,
menggunakan
Chevron
untuk
pom
bensin
(gasstation). Dan pada awal 1995, sekitar 7000 pom bensin telah
107 menggunakan logo Chevron.
Pada akhir 1960, logo Chevron kembali berganti, dengan dua warna terang (biru danmerah) dan tulisan “Standard” diatasnya. MERGER ANTARA GULF DAN STANDARD Pada tahun 1984, setelah merger dengan Gulf Corporation, nama Standard OilCompany sudah tidak lagi
dipergunakan.
Sebagai
gantinya,
nama
ChevronCorporation untuk
digunakan
menggambarkan
perusahaan menjadi
yang satu
2
(dua)
telah
bersatu
identitas
dalam
menjalankan operasinya.
4.1.4 Visi dan Misi Chevron Indonesia Visi Chevron adalah: “At the heart of the Chevron Way is our vision… to be the global energy company most admired for its people, partnership, and performance.”
108 (Dari hati yang terdalam dengan cara Chevron adalah visi kami… untuk menjadi perusahaan energi global yang dikagumi karena orang-orangnya, keimtraannya, dan kinerjanya.) Our vision mean we: a. Safely provide energy products vital to sustainable economic progress and human development throughout the world; b. Are people and an organization with superior capabilities and commitment; c. Are the partner of choice; d. Earn the admiration of all our stakeholders – investors, customers, host governments, local communities, and our employees – not only for the goals that we achieve but how we achieve them; e. Deliver world class performance. Visi Chevron memiliki arti bahwa Chevron : a. Dengan
aman
menyediakan
produk
energi
yang
vital
untuk
perkembangan ekonomi berkelanjutan dan perkembangan manusia di seluruh dunia; b. Adalah orang-orang dan sebuah organisasi dengan kemampuan dan komitmen yang superior; c. Adalah mitra pilihan; d. Mendapatkan kekaguman dari semua stakeholder kami – investor, pelanggan, pemerintah suatu
negara, komunitas lokal, dan pegawai-
pegawai kami – tidak hanya untuk sasaran yang kami capai tapi juga bagaimana kami mencapai sarasan tersebut; e. Memberikan kinerja kelas dunia.)
109 Misi Chevron adalah: “Our company’s foundation is built on our values, which distinguish us and guide our actions. We conduct our business in a socially responsible and ethical manner. We support the law, support universal human rights, protect the environment, and benefit the communities where we work.” (Dasar perusahaan kami dibangun dengan nilai-nilai kami, yang membedakan kami [di antara perusahaan lainnya] dan membimbing langkah-langkah kami. Kami melakukan bisnis kami dengan cara yang secara sosial bertanggung jawab dan etis. Kami mendukung hukum, mendukung hak asasi manusia universal, melindungi lingkungan, dan memberikan manfaat terhadap komunitas di mana kami bekerja.) 4.1.5 Nilai – Nilai Inti yang Dianut Chevron Nilai – nilai inti yang dianut oleh seluruh karyawan Chevron antara lain : a) Integritas (integrity) Untuk menjaga integritas nya yang tinggi, Chevron berusaha untuk selalu jujur kepada orang lain dan dirinya sendiri. Chevron melakukan apa yang dikatakan dan bertanggung jawab atas semua hasil dan akibat dari operasinya. b) Kepercayaan (trust) Chevron mempercayai, menghormati, dan mendukung satu sama lain, dan juga berusaha mendapatkan kepercayaan dari rekan kerja dan mitranya. c) Keanekaragaman (diversity) Chevron mempelajari dan menghormati budaya di tempatnya bekerja, menghargai dan menghormati keunikan setiap individu dan perbedaan sudut pandang dan bakat yang mereka miliki.Lingkungan kerja yang Chevron
110 miliki sangat terbuka dan Chevron berusaha merangkul beraneka ragam komunitas, pendapat, kemampuan dan pengalaman. d) Terobosan (ingenuity) Chevron senantiasa mencari peluang – peluang dan terobosan baru, menggunakan daya kreativitas untuk mendapatkan cara yang tidak konvesional dan praktis untuk memecahkan masalah. Pengalaman, teknologi, dan keuletan yang Chevron miliki telah membantunya mengatasi tantangan dan memberikan nilai tambah. e) Kemitraan (partnership) Chevron mempunyai komitmen yang tinggi untuk menjadi mitra yang baik dalam
membangun
mempercayai
dan
hubungan
yang
menguntungkan
produktif,
dengan
kolaboratif,
pemerintah,
saling
kompetitor,
pelanggan, masyarakat, dan satu dengan yang lain. f) Melindungi manusia dan lingkungan (protecting people and the environment) Chevron menempatkan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, serta perlindungan asset dan lingkungan prioritas tertinggi.Tujuannya adalah mendapatkan pengakuan atas kinerja kelas dunia melalui penerapan Sistem Manajemen Keungguan Operasi (Operational Excellence Management System) yang seksama. g) Kinerja tinggi (high performance) Chevron mengutamakan keunggulan dalam setiap hal yang dilakukan, dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik.Chevron sangat mendambakan pencapaian hasil yang lebih dari yang diharapkan, dan berusaha mencapai hasil dengan sepenuh tenaga dan dengan rasa urgensi yang tinggi.
111 4.1.6 Strategi Perusahaan Chevron Indonesia Rencana Strategis Chevron menjadi panduan, menyelaraskan organisasi, dan membedakan perusahaan dari para pesaing.Rencana Strategis Chevron menjadi panduan dari kegiatan Chevron untuk mengelola risiko dengan baik serta memberikan nilai tambah bagi pemegang saham. 4.1.6.1 Strategi Perusahaan a. Sumber Daya Manusia Berinvestasi pada sumber daya manusia untuk memperkuat kemampuan organisasi dan membangun tenaga kerja global yang bertalenta tinggi untuk meraih hasil dengan cara yang tepat. b. Eksekusi Mengeksekusi dengan baik melalui aplikasi yang cermat dari keunggulan operasi dan sistem pengelolaan aset/kapital serta pengelolaan biaya yang disiplin. c. Pertumbuhan Tumbuh
dan
memberikan profitdengan
menggunakan
keunggulan
kompetitif kami untuk memaksimalkan nilai dari aset yang kami miliki serta mendapatkan peluang-peluang baru.
4.1.6.2 Strategi Bisnis Chevron Berikut strategi bisnis Chevron dalam menjalankan setiap kegiatannya yang berlandaskan kepada visi dan misi perusahaan: 1. Strategi Bisnis Utama
112 Strategi bisnis utama Chevron adalah mengembangkan posisi terintegrasi di wilayah – wilayah yang sedang tumbuh di dunia. Dimana, strategi bisnis utama yang dimiliki oleh Chevron adalah: a) Operasi Hulu Global (Global Upstream) Memiliki pertumbuhan yang menguntungkan dalam kegiatan bisnis inti dan membangun posisi legendaris yang baru. b) Operasi Gas Global (Global Gas) Mengkomersialkan kepemilikan sumber gas dan mengembangkan bisnis gas global yang berdampak tinggi. c) Operasi Hilir Global (Global Downstream) Meningkatkan laba dari penghasilan bisnis inti dan pertumbuhan selektif dengan fokus pada penciptaan nilai yang terintegrasi. d) Energi yang terbarukan Berinvestasi pada teknologi bagi energi yang terbarukan dan merebut posisi menguntungkan pada sumber daya penting. 2. Strategi Pendukung Berikut ini tiga strategi pendukung yang diterapkan di seluruh bagian perusahaan yaitu: a) Berinvestasi pada Sumber Daya Manusia untuk mencapai tujuan strategis. b) Meningkatkan pemanfaatan teknologi untuk mencapai kinerja yang unggul dan pertumbuhan yang tinggi c) Membangun kemampuan organisasi untuk menghasilkan kinerja tingkat dunia dalam bidang keunggulan operasi, pengurangan biaya, pengelolaan asset atau capital, dan peningkatan keuntungan.
113 4.1.7 Produk Chevron Indonesia Company Chevron adalah perusahaan yang bergerak di bidang energy, namun bukan produk akhir, melainkan produk mentah.Chevron memproduksi dua jenis energi di Indonesia yaitu minyak dan gas alam serta geothermal.Minyak dan gas alam dijual kepada Pertamina sedangkan listrik dari geothermal dijual kepada PLN. Chevron memproduksi minyak dan gas alam di berbagai belahan Indonesia, baik di daratan maupun lepas pantai.Beberapa blok lahan produksi minyak dan gas alam antara lain di: a. Sumatra: PSC Rokan dan Siak yang dimiliki dan dioperasikan 100% oleh Chevron. Produksi minyak mentah sekitar 370.000 barel per hari dan 46.000.000 kaki persegi gas alam pada tahun 2010. Mayoritas produksi Chevron di Sumatra berasal dari lahan-lahan yang berada di bawah PSC Rokan. Duri merupakan lahan produksi terbesar pada PSC Rokan. Produksi lainnya yang di bawah PSC Rokan ada di area light oil di Sumatra, mencakup lebih dari 90 lahan aktif dengan produksi total harian rata-rata 182.000 barel dan 46.000.000 kaki persegi gas alam pada tahun 2010. PSC Rokan ini berakhir pada tahun 2021. Untuk pengembangan, di Area 1 sampai Area 11 lahan Duri, 206 produksi dan 16 sumur steam injection dibor pada tahun 2010.Pengembangan terus berlanjut pada bagian utara lahan tersebut, di mana sekitar 110.000.000 barel minyak mentah diperkirakan dapat dipulihkan.
114 Pada Lahan Minas, 58 sumur produksi dibor pada tahun 2010 dan diusahakan untuk terus dioptimalkan program waterflood untuk mempertahankan produksi lahan.Untuk eksplorasi, terdapat dua sumur di Blok Rokan pada tahun 2010 yang menjadi suatu penemuan dan dalam tahap produksi. b. Kalimantan Timur: Operasi Chevron di Kalimantan termasuk empat area PSC di lepas pantai yang mencakup 1.100 km2. Area PSC di Kalimantan Timur berada di lepas pantai Kutei Basin, termasuk operasi di Kalimantan Timur (92.5%), Makassar (90%), Rapak (80%), dan Ganal (80%). Pada tahun 2010, Chevron membuat kesepakatan untuk menyerahkan 18% kepentingannya di PSC Selat Makassar, Rapak, dan Ganal yang tertunda oleh pemerintah Republik Indonesia untuk diselesaikan dan diharapkan selesai pada semester kedua tahun 2011. Produksi total harian rata-rata 33.000 barel minyak mentah dan 144.000.000 kaki persegi gas alam. Pada tahun 2010, mayoritas dari produksi di Kalimantan berasal dari 14 lahan produksi di area shelf dalam PSC Kalimantan Timur.Area shelf tersebut memproduksi rata-rata 28.000 barel minyak mentah dan 113.000.000 kaki persegi gas alam. Sisa produksinya berasal dari dalam laut Seno Barat, dengan produksi total harian rata-rata 5.000 barel dan 31.000.000 kaki persegi gas alam pada tahun 2010. Untuk pengembangan, Chevron terus mengimplementasikan proyek yang didesain untuk mempertahankan produksi, meningkatkan
115 pemulihan, dan memperbaiki keandalan waduk yang ada di area shelf dan dalam laut.Pada area shelf, Chevron terus melaksanakan program pengembangan dengan 22 sumur baru yang dibor pada tahun 2010. Bahkan ada tiga proyek pengembangan dalam laut yang sedang dilaksanakan.Proyek gas alam Gendalo-Gehem, proyek pengembangan Bangka, dan proyek pemboran jangkauan luas untuk Lahan Seno Barat. c. Laut Basin Jawa Timur: Untuk eksplorasi, sepertiga sumur wajib di Blok NE Madura III dibor pada tahun 2009 dan berakhir dengan sumur kering. Karena hasil dari sumur tersebut dan pencarian sumur yang dibor sebelumnya, Chevron melakukan kewajiban untuk berpartisipasi dalam pencarian tiga sumur tambahan dan melepaskan 40% kepentingan yang dimiliki dan tidak beroperasi dalam PSC tersebut, persetujuan dari pemerintah untuk pelepasannya diharapkan akan direalisasikan pada semester kedua tahun 2011. d. Papua Barat: Pada bulan Juni 2011, Chevron mendapatkan persetujuan akhir untuk mengurangi operasinya di dua pencarian blok daratan di Papua Barat menjadi 51%. e. Blok B Laut Natuna Selatan: Chevron memiliki 25% kepentingan yang tidak beroperasi di lepas pantai Blok B Laut Natuna Selatan.
116 Produksi Blok B memiliki tujuh lahan gas alam dan empat lahan minyak mentah. Produksi harian total selama 2010 rata-rata 75.000 barel dan 421.000.000 kaki persegi gas alam. Untuk pengembangan, Blok B memiliki proyek pengembangan lima-tahap untuk mendukung dua kontrak jangka panjang dengan Malaysia dan Singapura.Pemboran untuk tiga tahap pengembangan pertama berlanjut melewati 2010. Proyek Belut utama, tahap keempat dari pengembangan Blok B, memperoleh gas pada tahun 2009 dan mencapai produksi harian total maximum 240.000.000 kaki persegi gas alam dan 33.000 barel minyak mentah pada tahun 2010. Selain energi dari minyak mentah dan gas alam, Chevron juga memproduksi energi listrik yang dihasilkan melalui kerak bumi dengan memanfaatkan panasnya, yang disebut dengan geothermal.Indonesia memiliki potensi geothermal tersebut sampai dengan 31.000 megawatt, dimana lebih dari 5.000 megawatt sedang dalam operasi Chevron.Namun sebagian potensi geothermal tersebut berada di kawasan hutan lindung atau daerah yang tidak terlalu membutuhkan jumlah listrik yang banyak atau signifikan.Sehingga sebagian besar upaya untuk memanfaatkan potensi geothermal terhambat atau mengalami jalan buntu pada masalah hukum dan kebutuhan masing-masing daerah. Proyek
Geothermal
atau
disebut juga
Cogeneration
ini
dioperasikan dan dipegang 95%-nya oleh Chevron di lahan geothermal Darajat yang terletak di Jawa Barat, Indonesia.Lahan tersebut
117 menyediakan uap ke tiga unit pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas operasi 377 megawatt. Chevron
juga
mengoperasikan
dan
memegang
95%
di
Pembangkit Listrik Cogeneration Duri Utara di Sumatra, menyediakan sampai dengan 300 megawatt tenaga listrik terhadap operasi Chevron Sumatra dan juga uap untuk mendukung proyek Duri Steamflood. Pada Desember 2010, Chevron memperoleh 95% bagian yang dimiliki dan dioperasikan di area berprospek Suoh-Sekincau yang terletak di Kabupaten Lampung Barat, Sumatra Selatan, Indonesia. 4.1.8 Struktur Organisasi Sejak 11 Maret 1995 Chevron menggunakan sistem line and staff (sistem yang bersifat fungsional) yg dikenal dengan SBU (Strategic Business Unit). Pada bulan Maret 2004 SBU diganti dengan sistem baru yang disebut IBUC (IndoAsia Business Unit Challenge) yang mengatur wilayah operasionalnya dengan OU (Operating Unit ). OU lebih bersifat kerja tim dan sesuai dengan proses pekerjaanya yg terdiri dari Heavy Oil OU dan sumatera Light Oil OU. OU adalah suatu struktur organisasi yg berdasarkan proses kerja bisnis dan mempunyai otoritas tersendiri atas proses produksi dari awal hingga akhirdalam satu unit shg ada pelimpahan wewenang yg besar pada suatu unit. Sementara untuk IBUC sendiri, saat ini telah berganti saat ini telah berganti nama menjadi IBU (IndoAsia Business Unit). Secara umum struktur organisasi nya sebagai berikut :
118
IndoAsia Business Unit Managing Director Shellebarger, Jeffreye
Presdir PT CPI
Presdir PT CPI dan Deputi MD IBU Batubara A. H
Law Department VP & General Counsel Peter Dumanaum
IBU PGPA(Policy, Government & Public Affair ) VP PGPA Sianipar Yanto
Planning & Technology VP Planning & Technology Rachmat A Abdoellah
Business Service
Executive Secretary
Operation East Kalimantan
Commercial
SR VP Business Service
Executive Assistant Setiowati K.W Narjadi
SR VP Operation Etchison Theodore Alan
VP Commercial Jourdan, Leland
Exploration
Finance
GPO Executive
GM Exploration Benoit, John P
VP Finance Inchausti, Dave
SR VP Geothermal & Power Taureka, Isikeli Reuben
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Chevron IndoAsia Business Unit
Corporate Internal Audit Corporate Internal Audit
119
Local PGPA service delivery
Gambar 4.3 Struktur Bagian PGPA 4.1.9 Divisi Corporate Responsibility Chevron Indonesia Divisi Corporate Responsibility termasuk ke dalam bagian Policy, Government and Public Affair yang memiliki tugas utama yaitu: Bagian
Corporate
Responsibility
bekerja
untuk
mencanangkan,
mengkomunikasikan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap project atau program corporate responsibility yang dilakukan oleh Chevron terhadap masyarakat dan lingkungan disekitar wilayah operasi perusahaan di Indonesia. Berikut peran dari divisi CR meliputi: a. Memberikan dukungan kepada perusahaan utama (corporate) di Amerika Serikat serta rekan di lapangan baik yang berada di Indonesia dan Filipina. b. Manager CR, CR specialist melakukan fungsi sebagai mediator antara para pemangku kepentingan perusahaan baik internal dan eksternal. c. Menyiapkan pedoman/guidelines.
120 d. Menyiapkan peraturan/policy. e. Mengelola
kode
peraturan
program
CR
dan
memberikan
nasihat/advocacy. 4.1.10 Program Corporate Responsibility Green Corridor Initiative Chevron Indonesia Dalam upaya menjaga kualitas sumber daya alam di dalam kawasannya, Chevron telah bekerja sama dengan berbagai pihak melakukan kegiatan pemberdayaan yang mendukung konservasi secara berkelanjutan mengenai fungsi-fungsi hutan dan hubungan manusia serta lingkungan di wilayah Halimun-Salak sejak 2002. Keberadaan hutan juga untuk peradaban sekitarnya.Namun
pemanfaatannya
perlu
dijaga
supaya
tetap
ada
keseimbangan dan berkelanjutan.Dengan dukungan dan partisipasi semua pihak, sumber daya hutan diharapkan tetap bisa bermanfaat untuk masyarakat dan kehidupan di sekitarnya.Hal ini sejalan dengan salah satu nilai Chevron, yaitu melindungi peradaban dan lingkungan setempat. Chevron menindak lanjuti hasil dari berbagai kajian tersebut dan bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) sebagai salah satu pemangku kepentingan kunci dalam bagian pengelolaan panas bumi di wilayah Gunung Salak. Melalui serangkaian kegiatan dan penelitian, Chevron memperluas komitmen jangka panjang hingga ke wilayah luar operasi panas bumi mereka.Komitmen berkelanjutan inilah yang dikenal sebagai Pogram Lintasan Hijau Halimun-Salak atau Green Corridor Initiative.
121 Green Corridor Initiative atau GCI merupakan upaya untuk merestorasi sekitar 500 hektar lahan di koridor Halimun Salak dengan komitmen dana sebesar satu juta dolar AS selama lima tahun. Dalam program ini Chevron Geothermal Salak bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Balai TNGHS), Yayasan Bina Usaha Lingkungan (YBUL), Yayasan Kehati, Jaringan Masyarakat Koridor (Jarmaskor) dan beberapa mitra lainnya.Program GCI bertujuan untuk merestorasi zona ekologi kritis di koridor dalam Taman Nasional Halimun Salak untuk mendukung keberlanjutan migrasi hewan (fauna) diantaranya Owa Jawa (Hylobates
moloch),
Surili
(Presbytis
commata),
Lutung
Jawa
(Trachypithecus auratus), Elang Jawa (Spizateus bartelsi), dan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas).dan habitatnya dengan melibatkan partisipasi masyarakat, baik dalam kegiatan restorasi, maupun perlindungan dan pelestarian hutan koridor. Bagi peradaban di sekitarnya, ekosistem ini menyokong pasokan air segar yang muncul sebagai mata air dan mengalir melalui 117 sungai serta anak sungai yang menghulu dari kawasan. Pasokan air ini sebagian menuju kota-kota penting yang terletak di daerah sekitarnya.Akan tetapi, ekosistem ini mengalami penurunan kualitas lingkungan.Akibat perambahan dan penebangan liar, sebagian wilayah hutan hutan Gunung Halimun telah ditumbuhi semak belukar yang menggantikan pohon-pohon besar dan pionir, seperti Kareumbi, Cangcaratan, Manggong, dan Puspa.Namun pada wilayah lainnya masih ditemukan hutan primer yang berada dalam kondisi baik. Selain itu, dilakukan pula upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui program pemberdayaan ekonomi yang mendukung
122 konservasi.Wilayah hutan Gunung Halimun Salak merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas di Pulau Jawa.Berdasarkan keputusan menteri kehutanan no 175/Kpts-II/2003, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak membentang pada dua provinsi, Banten dan Jawa Barat, yang meliputi tiga kabupaten (Lebak, Sukabumi, Bogor). Kawasan seluas 113.357 hektar ini menyimpan ribuan jenis flora dan fauna yang hidup dalam sejumlah ekosistem , mulai dari dataran rendah, sub Montana, Montana hingga hutan lumut (elfin). Jarmaskor telah menginisiasi hutan rakyat, berupa kegiatan menanam tanaman bernilai ekonomi di area masyarakat atau lahan tidak produktif yang berada di luar kawasan konservasi.Masyarakat telah mengembangkan kegiatan ini pada lahan 10 hektar yang ditanami 10.000 pohon. Apabila memperhitungkan umur panen selama lima tahun maka masyarakat akan mendapatkan pendapatan sekitar Rp 2 miliar. Nilai ini merupakan perhitungan penjualan kayu bulat. Dan, nilainya akan bertambah menjadi Rp 4 miliar apabila masyarakat menjual tanaman tersebut berupa kayu olahan. Kegiatan positif itu terus berlanjut.Chevron, Peka Indonesia, dan Wildlife Trust juga mendorong masyarakat sekitar kawasan lintasan menerapkan praktik pertanian organic.Upaya ini terdorong oleh kondisi sekitar kawasan yang berbatasan langsung dengan wilayah pertanian masyarakat. Selama bertahun-tahun, praktik pertanian yang masyarakat gunakan adalah teknologi yang kurang ramah lingkungan dan dapat menimbulkan permasalahan di masa depan. Contohnya, pemakaian pestisida kimiawi.Upaya mengalihkan praktik tersebut telah dijalankan dengan
123 menggunakan teknik organik hingga menyediakan ruang pemasaran bagi produk-produk tersebut. Selain itu, upaya lainnya adalah mengembangkan kluster bisnis yang berbasiskan masyarakat. Sejak 2008, masyarakat telah mengembangkan tiga kelompok bisnis: pertanian, perikanan darat, dan usaha kecil dengan skala rumah.
Pada
kelompok
terakhir
ini,
warga
perempuan
setempat
mengembangkan nilai tambah dari produk pertanian, misalnya keripik singkong atau pisang. Tahun 2009, Chevron dan mitranya, Yayasan Bina Usaha Lingkungan dan Biodiversity Conservation Indonesia, telah merintis dan melakukan konservasi yang berbasiskan masyarakat.Melalui program ini, masyarakat dilibatkan aktif dalam mengembangkan kegiatan ekonomi di luar kawasan hutan koridor dan secara bersamaan melakukan upaya pemulihan hutan koridor. Untuk di kawasan hutan koridor akan ditanam dengan pohon asli, sedangkan kegiatan ekonomi masyarakat diarahkan pada peternakan dan pertanian yang terintegrasi serta ramah lingkungan dan di dukung oleh koperasi simpan pinjam. Sejak tahun 2011, Chevron berinsiatif untuk melanjutkan dan memperkuat
program
konservasi
berbasiskan
masyarakat
dengan
menggulirkan Prakarsa Lintasan Hijau.Kunci utama prakarsa ini adalah kohesi sosial para pemangku kepentingan.Semakin kuat masyarakat lokal yang mendukung prakarsa ini tercermin dalam semboyan mereka, “Masyaraktna ngejo leuweungna hejo”. Sebagai bukti adanya landasan kearifan lokal yang berarti bila masyarakat berdaya maka hutan pun
124 akanterpelihara. Dengan demikian, keseimbangan ekologi ekosistem hutan hujan tropis terbesar di Jawa Barat dapat terjaga.
4.2 Penyajian Data Penelitian Dalam penelitian ini, data sampel yang terkumpul diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada anggota Greenweb dimana sampel dipilih sebanyak 100 responden.Penulis menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner.Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban
yang
mempunyai
makna
dalam
menguji
hipotesis.Kuesioner yang diberikan kepada responden adalah instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen kuesioner tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif eksplanatif yang dapat dilakukan untuk menguji hipotesis dengan statistik inferensial seperti korelasi dan regresi.Teknik analisis dengan statistik inferensial adalah teknik pengolahan data yang memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan, berdasarkan hasil penelitiannya pada sejumlah sampel, terhadap suatu populasi yang lebih besar.Kesimpulan yang diharapkan dapat dibuat biasanya dinyatakan dalam suatu hipotesis(Husein Umar, 2011:37). 4.2.1 Karakteristik Responden Pada tahap ini, penulis menjabarkan mengenai karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, lamanya responden menjadi anggota Greenweb Indonesia, pekerjaan responden, pengenalan responden sebelum
125 adanya program GCI, berapa besarnya pengenalan responden terhadap perusahaan saat ini, sumber pengenalanresponden terhadap program CSR Green Corridor Initiative, sumber pengenalan responden yang berasal dari media massa. 4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam tabel 4.2 berikut ini dijelaskan mengenai gambaran responden berdasarkan jenis kelamin yang diperoleh melalui kuesioner. Tabel 4.2Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
Pria
63
63%
Wanita
37
37%
Jumlah
100
100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jenis kelamin yang paling banyak diteliti adalah pria yaitu sebanyak 63 responden atau (63%) dan wanita sebanyak 37 responden atau (37%).
Gambar 4.4Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin
126 4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Dalam tabel 4.3 berikut ini dijelaskan mengenai gambaran responden berdasarkan usia yang diperoleh melalui kuesioner. Tabel 4.3Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia
Responden
Persentase
< 25 tahun
26
26%
25 – 35 tahun
46
46%
35 – 45 tahun
21
21%
>45 tahun
7
7%
Jumlah
100
100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa usia yang paling banyak diteliti adalah responden yang berumur 25-35 tahun yaitu sebanyak 46 responden atau (46%), <25 tahun yaitu sebanyak 26 responden atau (26%), usia 35-45 tahun sebanyak 21 responden atau (21%) dan usia >45 sebanyak7 responden atau (7%).
Gambar 4.5Karakteristik responden berdasarkan usia
127 4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota Greenweb Indonesia Dalam tabel 4.4 berikut ini dijelaskan mengenai gambaran responden berdasarkan lamanya menjadi anggota Greenweb Indonesia yang diperoleh melalui kuesioner. Tabel 4.4Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota Greenweb Indonesia Frekuensi
Responden
Persentase
< 6 bulan
32
32%
1 tahun
49
49%
>1 tahun
18
18%
Jumlah
100
100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang 1 tahun menjadi anggota Greenweb Indonesia adalah yang paling banyak jumlahnya yaitu sebesar 49 responden atau (49%), responden yang <6 bulan menjadi anggota Greenweb sebanyak 32 responden (32%) dan responden yang >1 tahun menjadi anggota Greenweb sebanyak 18 responden atau (18%).
128
Gambar 4.6Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota Greenweb Indonesia
4.2.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Dalam tabel 4.5 berikut ini dijelaskan mengenai gambaran responden berdasarkan pekerjaan responden. Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Responden
Presentasi
Pegawai Negeri
21
21%
Pegawai Swasta
39
39%
Pengusaha
34
34%
Mahasiswa
5
5%
Lain – Lain
0
0%
Jumlah
100
100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebanyak 39 responden atau (39%) berprofesi sebagai pegawai swasta, 34 responden atau (34%) berprofesi sebagai pengusaha,21 responden atau (21%)
129 berprofesi sebagai pegawai negeri, 5 responden atau (5%) sebagai mahasiswa.
Gambar 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 4.2.1.5 Karakteristik
Responden
Berdasarkan
Pengenalan
Terhadap Perusahaan Sebelum Adanya Program GCI Dalam tabel 4.6 berikut ini dijelaskan mengenai gambaran responden berdasarkan pengenalan terhadap perusahaan sebelum adanya program Green Corridor Initiative. Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengenalan Terhadap Perusahaan Sebelum Adanya Program GCI Frekuensi
Responden
Presentasi
Ya (Mengenal)
100
100%
Tidak Mengenal
0
0%
Jumlah
100
100%
130 Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa 100 responden atau (100%) sudah mengenal dan mengetahui mengenai perusahaan sebelum adanya program CSR GCI.
Gambar 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengenalan Terhadap Perusahaan Sebelum Adanya Program GCI
4.2.1.6 Karakteristik
Responden
Berdasarkan
Tingkatan
Pengenalan terhadap Perusahaan Saat Ini Dalam tabel 4.7 berikut ini dijelaskan mengenai gambaran responden berdasarkan berapa besarnya pengenalan responden terhadap perusahaan saat ini. Tabel 4.7Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Pengenalan terhadap Perusahaan Saat Ini Frekuensi
Responden
Presentasi
Sangat Mengenal
25
25%
Mengenal
75
75%
Tidak Mengenal
0
0%
Jumlah
100
100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2013
131 Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa sebanyak 75 responden atau (75%) mengenal perusahaan, dan sebanyak 25 responden atau (25%) sangat mengenal perusahaan
Gambar 4.9Karakteristik responden berdasarkan Tingkatan Pengenalan terhadap Perusahaan Saat Ini
4.2.1.7 Karakteristik
Responden
Berdasarkan
Sumber
Pengenalan Responden terhadap Program CSR Green Corridor Initiative Dalam tabel 4.8 berikut ini dijelaskan mengenai gambaran responden berdasarkan sumber pengenalan responden terhadap program Green Corridor Initiative. Tabel 4.8Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Pengenalan Responden terhadap Program Green Corridor Initiative Sumber
Responden
Persentase
Website Greenweb
61
61%
Website Chevron
10
10%
Internet
12
12%
Pengenalan
132 Media Massa
14
14%
Teman
2
2%
Jumlah
100
100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.8 berikut ini dijelaskan bahwa responden paling banyak mengetahui program CSR Green Corridor Initiative melalui website Greenweb Indonesia yaitu sebanyak 61 responden (61%), melalui media massa sebanyak 14 responden atau (14%), melalui internet sebanyak 12 responden atau (12%), melalui website Chevron sebanyak 10 responden atau (10%) dan melalui teman sebanyak 2 responden atau (2%).
Gambar 4.10Karakteristik responden berdasarkan Sumber Pengenalan Responden terhadap Program Green Corridor Initiative
4.2.1.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Pengenalan Responden dari Media Massa
Dalam tabel 4.9 berikut ini dijelaskan mengenai gambaran karakteristik responden berdasarkan sumber pengenalan responden yang berasal dari media massa.
133
Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Pengenalan Responden dari Media Massa Sumber
Media Responden
Persentase
Massa Surat Kabar
7
50%
Majalah
7
50%
Televisi
0%
0%
Radio
0%
0%
Jumlah
14
100%
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa dari data responden yang sebelumnya, responden yang menjawab sumber pengenalan terhadap program GCI yang bersumber dari media massa sebanyak 14 responden. Dan sebanyak 7 responden atau (50%) menjawab berasal dari surat kabar dan sisanya sebanyak 7 responden (50%) menjawab berasal dari majalah.
134 Gambar 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Pengenalan Responden Terhadap Program CSR GCI yang Berasal dari Media Massa
4.3 Pengolahan Data yang Terkumpul Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan komputansi SPSS (Statistical Product and Service Solution) dimana program ini memiliki kemampuan analisis statistikcukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakanmenu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudahdipahami cara pengoperasiannya.Sebelum melakukan analisis terhadap data yang diperoleh, makakuesioner yang diperoleh akan diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya (Priyatno, 2012:1). Berikut ini data pengujiannya: 4.3.1 Uji Validitas Tujuan pengujian validitas adalah untuk mengukur valid atau tidaknya kuesioner. Kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan kuesioner mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 20 untuk menguji validitas variabel x dan y dalam penelitian ini.Sebelum memulai penghitungan, pertama penilis harus mengitung nilai df dengan rumus df = (N-2) = (100 – 2) = 98. Dalam uji validitas ini penulis menggunakan tingkat kepercayaan 90%. Kemudian diperoleh nilai r tabel yaitu sebesar 0,1654. Dimana dasar pengambilan uji validitas sebagai berikut:
135 a. Jika r hitung untuk r tiap butir pertanyaan bernilai positif dan > dari r tabel (0,1654), maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid. b.
Jika r hitung untuk masing-masing butir pertanyaan ternyata positif dan negatif, tetapi nilainya < dari r tabel (0,1654), maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.
Berikut ini adalah hasil analisis uji validitas untuk variabel x yaitu program Corporate Social Responsibility: Tabel 4.10Uji Validitas Variabel X ( Program Corporate Social Responsibility) No Pernyataan r hitung r tabel Keterangan 1
Program tanggung jawab sosial Green
Corridor
.845
.1654
Valid
.784
.1654
Valid
.903
.1654
Valid
Initiative
memberikan manfaat ekonomi dengan pohon
upaya di
penanaman
kawasan
hutan
koridor Halimun Salak 2
Program tanggung jawab sosial Green
Corridor
Initiative
memberikan nilai bagi reputasi perusahaan 3
Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative dilaksanakan sejalan dengan kebijakan Kementrian Kehutanan mengenai upaya
136 pelestarian hutan 4
Program tanggung jawab sosial
.867
.1654
Valid
.897
.1654
Valid
.867
.1654
Valid
Green Corridor Initiativesesuai dengan Perseroan
Undang-Undang Terbatas
No
40
Tahun 2007 Pasal 74 mengenai kewajiban perusahaan untuk melakukan
tanggung
jawab
sosial dan lingkungan 5
Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative diimplementasikan secara transparan
6
Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initative sesuai dengan etika dengan tidak melanggar hak asasi manusia
137 7
Program tanggung jawab sosial Green
Corridor
mengundang
.841
.1654
Valid
.810
.1654
Valid
Initiative partisipasi
masyarakat untuk ikut dalam penanaman pohon di hutan koridor
8
Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative membuat Saya lebih sadar dan peduli terhadap isu lingkungan terutama dalam upaya penanaman pohon di hutan koridor
Kedelapan pertanyaan diatas dapat disebut valid dikarenakan semua hasil r hitung yang diperoleh dengan menggunakan penghitungan SPSS menunjukan nilai yang positif dan hasilnya lebih besar dari r tabel yaitu 0,1654. Berikut ini adalah hasil analisis uji validitas untuk variabel y yaitu Citra Perusahaan: Tabel 4.11Uji Validitas Variabel Y (Citra Perusahaan) No
Pernyataan
r
r tabel
Keterangan
.1654
Valid
hitung 1
Saya mengenal mengenai bisnis usaha
.548
138 Chevron 2
Saya pernah melihat/mendengar informasi
.585
.1654
Valid
.629
.1654
Valid
.742
.1654
Valid
mengenai perusahaan Chevron melalui media massa 3
Perusahaan Chevron merupakan sebuah perusahaan yang berprestasi di bidangnya
4
Perusahaan Chevron memiliki reputasi yang baik sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi.
5
Saya pernah mengunjungi website Chevron
.813
.1654
Valid
6
Tampilan website Chevron mencerminkan
.847
.1654
Valid
.777
.1654
Valid
.867
.1654
Valid
perusahaan kelas dunia (world class)
7
Website
Chevron
memberikan
banyak
variasi informasi mengenai bisnis operasi perusahaan
8
Saya mudah mengakses informasi yang saya perlukan seputar perusahaan melalui website Chevron
139 9
Saya pernah bertemu/menghubungi contact
.824
.1654
Valid
.893
.1654
Valid
person/ staff/karyawan Chevron
10
Karyawan Chevron ramah dan menunjukan sikap kesopanan yang baik
Kesepuluh pertanyaan diatas dapat disebut valid dikarenakan semua hasil r hitung yang diperoleh dengan menggunakan penghitungan SPSS menunjukan nilai yang positif dan hasilnya lebih besar dari r tabel yaitu 0,1654. 4.3.2 Uji Reliabilitas Tahap selanjutnya yaitu pengujian reliabilitas.Tujuan dari uji reliabilitas adalah untuk mengetahui apakah suatu kuesioner merupakan indikator dari variabel atau konstruk.Dimana suatu kuesioner dinyatakan varibael jika jawaban responden dari setiap pertanyaan konsisten dari waktu ke waktu.Pada kesempatan ini, peneliti menggunakan Cronbach Alpha untuk mengukur reliabilitas. Berikut ini hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel x yaitu program Corporate Social Responsibility : Tabel 4.12Uji Reliabilitas Variabel X (Program Corporate Social Responsibility) Reliability Statistics
140 Cronbach's Alpha
N of Items
.946
8
Menurut Uma Sekaran dalam Duwi Priyatno (2012:123), instrumen dinyatakan reliabel jika cronbach alpha lebih dari 0,6. Berdasarkan penghitungan dengan SPSS versi 20 didapat nilai cronbach alpha sebesar 0,946. Maka variabel X dapat dinyatakan reliabel dengan tingkat reliabel adalah sangat reliabel karena berisar antara 0,800 – 1,00 . Kemudian berikut ini hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel y yaitu Citra Perusahaan : Tabel 4.13Uji Reliabilitas Variabel Y (CitraPerusahaan) Reliability Statistics Cronbach's Alpha .918
N of Items 10
Menurut Sekaran dalam Duwi Priyatno (2012:123), instrumen dinyatakan reliabel jika cronbach alpha lebih dari 0,6. Berdasarkan penghitungan dengan SPSS versi 20 didapat nilai cronbach alpha sebesar 0,918. Maka variabel Y dapat dinyatakan reliabel dengan tingkat reliabel adalah sangat reliabel karena berisar antara 0,800 – 1,00 . 4.3.3 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependent dan variabel independent berdistribusi normal atau
141 berdistribusi tidak normal.Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode uji statistic Kolmogorov-Smirnov. Menurut Sarwono (2012:96), bahwa distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan yang di dapat dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika nilai sig < taraf signifikansi 10% (0,1), maka distribusi data dikatakan tidak normal. b. Jika nilai sig > taraf signifikansi 10% (0,1), maka distribusi data dikatakan normal. Berikut ini hasil pengujian normalitas untuk variabel X yaitu Program Corporate Social Responsibility: Tabel 4.14Uji Normalitas Variabel X (Program Corporate Social Responsibility) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test X total N Normal Parametersa,,b Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
100 Mean
28.17
Std. Deviation
5.903
Absolute
.112
Positive
.084
Negative
-.112 1.118 .164
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari tabel 4.14 tersebut dapat dilihat bahwa variabel x dikatakan berdistribusi
142 normal, karena telah memenuhi ketentuan yang berlaku, yakninilai sig > taraf signifikansi 10% (0,1). Dimana besar nilai sig yang diperoleh adalah 0,164 dan lebih besar dari 0,1, sehinggadistribusi data dapat dikatakan normal. Kemudian berikut ini hasil pengujian normalitas untuk variabel Y (Citra Perusahaan):
Tabel 4.15 Uji Normalitas Variabel Y (Citra Perusahaan) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y total N
100 a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Mean
38.13
Std. Deviation
5.432
Absolute
.095
Positive
.075
Negative
-.095
Kolmogorov-Smirnov Z
.947
Asymp. Sig. (2-tailed)
.332
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari tabel 4.15 tersebut dapat dilihat bahwa variabel x dikatakan berdistribusi normal, karena telah memenuhi ketentuan yang berlaku, yakni nilai sig > taraf signifikansi 10% (0,1). Dimana besar nilai sig yang diperoleh adalah 0,332 dan lebih besar dari 0,1, sehingga distribusi data dapat dikatakan normal. 4.3.4 Analisis Program Corporate Social Responsibility Green Corridor Initiative
143 Penyebaran kuesioner telah dilakukan, maka penulis dapat mengetahui bagaimana persepsi responden terhadap program corporate social responsibility Green Corridor Initiative. Setiap jawaban dari responden diberi penilaian berdasarkan skala likert dan kemudian menggunakan kelas interval yang telah dihitung pada bab sebelumnya, maka dapat diketahui seberapa besar hasilnya.Dalam variabel Corporate Social Responsibility, terdapat 8 item pernyataan. Dari 100 responden, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.16 Analisis Corporate Social Responsibility Berdasarkan Pernyataan
No
Pernyataan
SS
S
R
TS
STS
Mean
1
Program tanggung jawab sosialGreen Corridor Initiative memberikan manfaat ekonomi dengan upaya penanaman pohon di kawasan hutan koridor Halimun Salak
10 36 41 13 (10%) (36%) (41%) (13%)
-
3.43
2
Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative memberikan nilai bagi reputasi perusahaan
14 31 44 11 (14%) (31%) (44%) (11%)
-
3.48
144 3
Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative dilaksanakan sejalan dengan kebijakan Kementrian Kehutanan mengenai upaya pelestarian hutan
15 39 29 17 (15%) (39%) (29%) (17%)
-
3.52
4
Program tanggung 11 43 30 16 jawab sosial Green (11%) (43%) (30%) (16%) Corridor Initiative sesuai dengan UndangUndang Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 Pasal 74 mengenai kewajiban perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan
-
3.49
5
Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative diimplementasikan secara transparan
12 42 34 12 (12%) (42%) (34%) (12%)
-
3.54
6
Program tanggung 11 44 29 16 jawab sosial Green (11%) (44%) (29%) (16%) Corridor Initative sesuai dengan etika dengan tidak melanggar hak asasi manusia
-
3.50
7
Program tanggung 15 45 29 11 jawab sosial Green (15%) (45%) (29%) (11%) Corridor Initiative mengundang partisipasi masyarakat untuk ikut dalam penanaman pohon di hutan koridor
-
3.64
145 8
Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative membuat Saya lebih sadar dan peduli terhadap isu lingkungan terutama dalam upaya penanaman pohon di hutan koridor
8 50 34 8 (8%) (50%) (34%) (8%)
-
3.58
Untuk kriteria kelas interval dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini: Kelas Interval
Klasifikasi Kategori
1,00-1,79
Sangat Buruk (Sangat Tidak Setuju)
1.80-2,59
Buruk (Tidak Setuju)
2,60-3,39
Cukup Baik (Ragu-Ragu)
3,40-4,19
Baik (Setuju)
4,20-5,00
Sangat Baik (Sangat Setuju)
Dari tabel 4.16 dapat dilihat bahwa hasil dari analisis deskriptif 8 item pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dari pernyataan “Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative memberikan manfaat ekonomi dengan upaya penanaman pohon di kawasan hutan koridor Halimun Salak” diperoleh hasil sebanyak 10 responden (10%) menjawab “Sangat Setuju” , 36 responden (36%) menjawab “Setuju”, 41 responden (42%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 13 responden (13%) menjawab “Tidak Setuju”. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.43. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”.
146 2. Dari pernyataan “Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative memberikan nilai bagi reputasi perusahaan” diperoleh hasil sebanyak 14 responden (14%) menjawab “Sangat Setuju”, 31 responden (31%) menjawab “Setuju”, 44 responden (44%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 11 responden (11%) menjawab “Tidak Setuju”. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.48. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 3. Dari pernyataan “Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative dilaksanakan sejalan dengan kebijakan Kementrian Kehutanan mengenai upaya pelestarian hutan” diperoleh hasil sebanyak 15 responden (15%) menjawab “Sangat Setuju”, 39 responden (39%) menjawab “Setuju”, 29 responden (29%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 17 responden (17%) menjawab “Tidak Setuju”. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.52. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 4. Dari pernyataan “Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 Pasal 74 mengenai kewajiban perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan” diperoleh hasil sebanyak 11 responden (11%) menjawab “Sangat Setuju”, 43 responden (43%) menjawab “Setuju”, 30 responden (30%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 16 responden (16%) menjawab “Tidak Setuju”. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.49. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”.
147 5. Dari pernyataan “Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative diimplementasikan secara transparan” diperoleh hasil sebanyak 12 responden (12%) menjawab “Sangat Setuju”, 42 responden (42%) menjawab “Setuju”, 34 responden (34%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 12 responden (12%) menjawab “Tidak Setuju”. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.54. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 6. Dari pernyataan “Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initative sesuai dengan etika dengan tidak melanggar hak asasi manusia” diperoleh hasil sebanyak 11 responden (11%) menjawab “Sangat Setuju”, 44 responden (44%) menjawab “Setuju”, 29 responden (29%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 16 responden (16%) menjawab “Tidak Setuju”. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.50. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 7. Dari pernyataan “Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative mengundang partisipasi masyarakat untuk ikut dalam penanaman pohon di hutan koridor” diperoleh hasil sebanyak 15 responden (15%) menjawab “Sangat Setuju”, 45 responden (45%) menjawab “Setuju”, 29 responden (29%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 11 responden (11%) menjawab “Tidak Setuju”. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.64. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 8. Dari pernyataan “Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative membuat Saya lebih sadar dan peduli terhadap isu lingkungan terutama dalam upaya penanaman pohon di hutan koridor” diperoleh hasil sebanyak 8
148 responden (8%) menjawab “Sangat Setuju”, 50 responden (50%) menjawab “Setuju”, 34 responden (34%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 8 responden (8%)
menjawab
“Tidak
Setuju”.
Dari
hasil
penghitungan
dengan
menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.58. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan dalam tabel 4.18 seperti berikut ini: Tabel 4.18Tabulasi Program Corporate Social ResponsibilityGreen Corridor Initiative Berdasarkan Dimensi No Dimensi Mean Dimensi Nilai 1
Dimensi Ekonomi (pernyataan 1
3,455
Baik (Efektif)
3,505
Baik (Efektif)
3,52
Baik (Efektif)
3,61
Baik (Efektif)
TOTAL
14,09
-
RATA – RATA TOTAL
3,522
Baik (Efektif)
& 2) 2
Dimensi Hukum (pernyataan 3 & 4)
3
Dimensi Kode Etis (pernyatan 5 & 6)
4
Dimensi Philantropic(pernyataan 7 & 8)
Dari tabel dimensi diatas dapat dilihat bagaimana efektivitas program corporate social responsibility Green Corridor Initiative dari setiap dimensi yang ada. Berikut ini penjelasan setiap dimensinya: 1. Dimensi ekonomi terdiri dari dua pertanyaan yaitu:
149 a. Program tanggung jawab sosialGreen Corridor Initiative memberikan manfaat ekonomi dengan upaya penanaman pohon di kawasan hutan koridor Halimun Salak. b. Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative memberikan nilai bagi reputasi perusahaan. Setelah dilakukan penghitungan dari dua pertanyaan diatas, didapati mean dimensi sebesar 3,45. Karena berada pada interval 3,4 – 4,1 maka dapat disimpulkan dimensi ekonomi dalam program corporate social responsibility GCI baik. 2. Dimensi hukum terdiri dari dua pertanyaan yaitu: a. Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative dilaksanakan sejalan dengan kebijakan Kementrian Kehutanan mengenai upaya pelestarian hutan. b. Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 Pasal 74 mengenai kewajiban perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Setelah dilakukan penghitungan dari dua pertanyaan diatas, didapati mean dimensi sebesar 3,505. Karena berada pada interval 3,4 – 4,1 maka dapat disimpulkan dimensi ekonomi dalam program corporate social responsibility GCI baik. 3. Dimensi kode etis terdiri dari dua pertanyaan yaitu: a. Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative diimplementasikan secara transparan.
150 b. Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initative dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan. Setelah dilakukan penghitungan dari dua pertanyaan diatas, didapati mean dimensi sebesar 3,52. Karena berada pada interval 3,4 – 4,1 maka dapat disimpulkan dimensi ekonomi dalam program corporate social responsibility GCI baik. 4. Dimensi philantrophic terdiri dari dua pertanyaan yaitu: a. Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative mengundang partisipasi masyarakat untuk ikut dalam penanaman pohon di hutan koridor b. Program tanggung jawab sosial Green Corridor Initiative membuat Saya lebih sadar dan peduli terhadap isu lingkungan terutama dalam upaya penanaman pohon di hutan koridor. Setelah dilakukan penghitungan dari dua pertanyaan diatas, didapati mean dimensi sebesar 3,61. Karena berada pada interval 3,4 – 4,1 maka dapat disimpulkan dimensi ekonomi dalam program corporate social responsibility GCI baik.
4.3.5 Analisis Citra Perusahaan pada Chevron Indonesia Dalam variabel citra perusahaan terdapat 10 item pernyataan dan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.19 Analisa Citra Perusahaan Berdasarkan Pernyataan
151
No
Pernyataan
SS
S
R
TS
STS
Mean
1
Saya mengenal mengenai bisnis usaha Chevron
15 58 27 (15%) (58%) (27%)
-
-
3.88
2
Saya pernah melihat/mendengar informasi mengenai perusahaan Chevron melalui media massa
14 64 22 (14%) (64%) (22%)
-
-
3.92
3
Perusahaan Chevron 14 61 24 1 merupakan sebuah (14%) (61%) (24%) (1%) perusahaan yang berprestasi di bidangnya
-
3.88
4
Perusahaan Chevron 17 56 25 2 memiliki reputasi yang (17%) (56%) (25%) (2%) baik sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi
-
3.88
5
Saya pernah mengunjungi website Chevron
16 48 35 1 (16%) (48%) (35%) (1%)
-
3.79
6
Tampilan website 20 46 32 2 Chevron mencerminkan (20%) (46%) (32%) (2%) perusahaan kelas dunia (world class)
-
3.84
7
Website Chevron 17 46 34 3 memberikan banyak (17%) (46%) (34%) (3%) variasi informasi mengenai bisnis operasi perusahaan
-
3.77
8
Saya mudah mengakses 17 44 36 3 informasi yang saya (17%) (44%) (36%) (3%) perlukan seputar perusahaan melalui Website Chevron
-
3.75
152 9
Saya pernah 16 42 40 2 bertemu/menghubungi (16%) (42%) (40%) (2%) contact person/ staff/karyawan Chevron
-
3.72
10
Karyawan Chevron ramah dan menunjukan sikap kesopanan yang baik
-
3.70
17 39 41 1 (17%) (39%) (41%) (1%)
Dari tabel 4.19 dapat dilihat bahwa hasil dari analisis deskriptif dari 10 item pernyataan tersebut yaitu: 1. Dari pernyataan “Saya mengenal mengenai bisnis usaha Chevron” diperoleh hasil sebanyak 15 responden (15%) menjawab “Sangat Setuju”, 58 responden (58%) menjawab “Setuju” dan 27 responden (27%) menjawab “Ragu – Ragu”. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.88. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 2. Dari pernyataan “Saya pernah melihat/mendengar informasi mengenai perusahaan Chevron melalui media massa” diperoleh hasil sebanyak 14 responden (14%) menjawab “Sangat Setuju”, 64 responden (64%) menjawab
153 “Setuju” dan 22 responden (22%) menjawab “Ragu – Ragu”. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.92. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 3. Dari pernyataan “Perusahaan Chevron merupakan sebuah perusahaan yang berprestasi di bidangnya” diperoleh hasil sebanyak 14 responden (14%) menjawab “Sangat Setuju”, 61 responden (61%) menjawab “Setuju” , 24 responden (24%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 1 responden (1%) menjawab “Tidak Setuju”. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.88. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 4. Dari pernyataan “Perusahaan Chevron memiliki reputasi yang baik sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi” diperoleh hasil sebanyak 17 responden (17%) menjawab “Sangat Setuju”, 56 responden (56%) menjawab “Setuju” , 25 responden (25%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 2 responden (2%)
menjawab
“Tidak
Setuju.
Dari
hasil
penghitungan
dengan
menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.88. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 5. Dari pernyataan “Saya pernah mengunjungi website Chevron” diperoleh hasil sebanyak 16 responden (16%) menjawab “Sangat Setuju”, 48 responden (48%) menjawab “Setuju” , 35 responden (35%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 1 responden (1%) menjawab “Tidak Setuju. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.79. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 6. Dari pernyataan “Tampilan website Chevron mencerminkan perusahaan kelas dunia (world class)” diperoleh hasil sebanyak 20 responden (20%) menjawab
154 “Sangat Setuju”, 46 responden (46%) menjawab “Setuju” , 32 responden (32%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 2 responden (2%) menjawab “Tidak Setuju. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.84. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 7. Dari pernyataan “Website Chevron memberikan banyak variasi informasi mengenai bisnis operasi perusahaan” diperoleh hasil sebanyak 17 responden (17%) menjawab “Sangat Setuju”, 46 responden (46%) menjawab “Setuju” , 34 responden (34%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 3 responden (3%) menjawab “Tidak Setuju. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.77. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 8. Dari pernyataan “Saya mudah mengakses informasi yang saya perlukan seputar perusahaan melalui website Chevron” diperoleh hasil sebanyak 17 responden (17%) menjawab “Sangat Setuju”, 44 responden (44%) menjawab “Setuju” , 36 responden (36%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 3 responden (3%)
menjawab
“Tidak
Setuju.
Dari
hasil
penghitungan
dengan
menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.75. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 9. Dari pernyataan “Saya pernah bertemu/menghubungi contact person/ staff/karyawan Chevron”
diperoleh hasil sebanyak 16 responden (16%)
menjawab “Sangat Setuju”, 42 responden (42%) menjawab “Setuju” , 40 responden (40%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 2 responden (2%) menjawab “Tidak Setuju. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat
155 nilai mean sebesar 3.72. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. 10. Dari pernyataan “Karyawan Chevron ramah dan menunjukan sikap kesopanan yang baik” diperoleh hasil sebanyak 17 responden (17%) menjawab “Sangat Setuju”, 39 responden (39%) menjawab “Setuju” , 41 responden (41%) menjawab “Ragu – Ragu” dan 1 responden (1%) menjawab “Tidak Setuju. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS, didapat nilai mean sebesar 3.70. Dengan demikian, rata – rata responden menjawab “Setuju”. Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan dalam tabel 4.20 seperti berikut ini:
No 1
Tabel 4.20Tabulasi Citra Perusahaan Berdasarkan Dimensi Dimensi Mean Dimensi Nilai Dimensi Corporate Identity
3,9
Baik (Tinggi)
3,88
Baik (Tinggi)
3,81
Baik (Tinggi)
3,76
Baik (Tinggi)
3,71
Baik (Tinggi)
TOTAL
19,06
-
RATA – RATA TOTAL
3,81
Baik (Tinggi)
(pernyataan 9 & 10) 2
Dimensi Corporate Individuality (pernyataan 11 & 12)
3
Dimensi Physical Environment (pernyatan 13 & 14)
4
Dimensi Service Offering (pernyataan 15 & 16)
5
Dimensi Contact Personnel (pernyataan 17 & 18)
156 Dari tabel dimensi diatas dapat dilihat seberapa besar tingkat citra Chevron Indonesia dari setiap dimensi yang ada. Berikut ini penjelasan setiap dimensinya: 1. Dimensi corporate identityterdiri dari dua pertanyaan yaitu: a. Saya mengenal mengenai bisnis usaha Chevron b. Saya pernah melihat/mendengar informasi mengenai perusahaan Chevron melalui media massa Setelah dilakukan penghitungan dari dua pertanyaan diatas, didapati mean dimensi sebesar 3,9. Karena berada pada interval 3,4 – 4,1 maka dapat disimpulkan dimensi corporate identity pada Chevron Indonesia tinggi. 2. Dimensi corporate individuality terdiri dari dua pertanyaan yaitu: a. Perusahaan Chevron merupakan sebuah perusahaan yang berprestasi di bidangnya. b. Perusahaan Chevron memiliki reputasi yang baik sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi. Setelah dilakukan penghitungan dari dua pertanyaan diatas, didapati mean dimensi sebesar 3,88. Karena berada pada interval 3,4 – 4,1 maka dapat disimpulkan dimensi corporate individuality pada Chevron Indonesia tinggi. 3. Dimensi physical environment terdiri dari dua pertanyaan yaitu: a. Saya pernah mengunjungi websiteChevron . b. Tampilan website Chevron mencerminkan perusahaan kelas dunia (world class). Setelah dilakukan penghitungan dari dua pertanyaan diatas, didapati mean dimensi sebesar 3,81. Karena berada pada interval 3,4 – 4,1 maka dapat disimpulkan dimensi physical environment pada Chevron Indonesia tinggi. 4. Dimensi service offering terdiri dari dua pertanyaan yaitu:
157 a. Website Chevron memberikan banyak variasi informasi mengenai bisnis operasi perusahaan. b. Saya mudah mengakses informasi yang saya perlukan seputar perusahaan melalui website Chevron. Setelah dilakukan penghitungan dari dua pertanyaan diatas, didapati mean dimensi sebesar 3,76. Karena berada pada interval 3,4 – 4,1 maka dapat disimpulkan dimensi service offering pada Chevron Indonesia tinggi. 5. Dimensi contact personnel terdiri dari dua pertanyaan yaitu: a. Saya pernah bertemu/menghubungi contact person/ staff/karyawan Chevron b. Karyawan Chevron ramah dan menunjukan sikap kesopanan yang baik. Setelah dilakukan penghitungan dari dua pertanyaan diatas, didapati mean dimensi sebesar 3,81. Karena berada pada interval 3,4 – 4,1 maka dapat disimpulkan dimensi contact personnel pada Chevron Indonesia tinggi. 4.3.6 Uji Hubungan antara Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan pada Chevron Indonesia Berikut ini penulis sajikan hasil dari uji hubungan antara variabel x dan variabel y dengan menggunakan rumus koefisien korelasi Pearson Product Moment, yakni sebagai berikut: Tabel 4.21Uji Korelasi Pearson Product Moment Correlations X total X total
Pearson Correlation
Y total 1
Sig. (2-tailed) N
.448** .000
100
100
158 Y total
Pearson Correlation
.448**
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
1 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dapat dilihat bahwa hasil korelasi antara variabel x dan y dalam kolom Pearson Correlation sebesar 0,448.Dimana artinya adalah korelasi cukup kuat karena berkisar antara 0,401 – 0,600. 4.3.7 Uji Hipotesis Hubungan antara Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan pada Chevron Indonesia Hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut : H0 (Hipotesa Null): tidak terdapat hubungan yang signifikan antara corporate social responsibility Green Corridor Initiative dan citra perusahaan Chevron Indonesia. Ha (Hipotesa Alternative): terdapat hubungan yang signifikan antara corporate social responsibility Green Corridor Initiative dan citra perusahaan Chevron Indonesia. Untuk menentukan apakah penelitian ini terbukti atau tidak yaitu dengan melihat ketentuan pengujian hipotesis dalam korelasi yaitu: a. Jika angka sig < 0,1, maka H0 ditolak. b. Jika angka sig > 0,1, maka H0 diterima. Dari hasil pengujian hubungan antara variabel x dan variabel yang telah di lakukan sebelumnya dengan menggunakan metode rumuskoefisien korelasi Pearson Product Moment, maka diperoleh angka sig sebesar 0,000.Maka peneliti dapat menarikkesimpulan bahwa H0 ditolak. Hal ini disebabkan karena angka sig hasil riset< 0,1 dan menurut ketentuan yang berlaku, makaH0 ditolak dan Ha diterima.
159 Sehingga dari hasil pengujian hipotesis ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara program corporate social responsibility Green Corridor Initiative dan citra perusahaan pada Chevron Indonesia dengan melihat arah korelasi dari hubungan antara variabel x dan variabel y tersebut. Angka koefisien korelasi bernilai positif sebesar 0,448 maka hubungan kedua variabel searah.Maksud dari searah yaitu jika variabel x tinggi atau bagus maka variabel y juga tinggi atau bagus.Kesimpulan yang dapat diambil bahwa hubungan antara program corporate social responsibility Green Corridor Initiative(variabel X)dan citra perusahaan (variabel Y) pada Chevron Indonesia adalah cukup kuat, searah dan signifikan (Bungin, 2009:184).
4.3.8 Koefisien Determinasi antara Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan pada Chevron Indonesia Pada tabel 4.22 dapat dilihat hasil sebagai berikut : Tabel 4.22 Koefisien Determinasi
Model Summary Model
R
1
R Square .448
a
.201
Adjusted R Square .193
Std. Error of the Estimate 4.881
a. Predictors: (Constant), Program Corporate Social Responsibility b. Dependent Variable : Citra Perusahaan Melalui perhitungan dapat diketahui bahwa r2 : 0,201 maka KD = r2 x 100% KD = 0,201 x 100% KD = 20,1% Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel bebas x (program corporate social responsibility) mempengaruhi variabel terikat y (citra
160 perusahaan Chevron Indonesia) sebesar 20,1% sisanya sebesar 79,9% dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.3.9 Uji Pengaruh antara Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan pada Chevron Indonesia Tabel 4.23Koefisien Regresi Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Program Corporate Social Responsibility
Std. Error
26.513
2.391
.412
.083
Standardized Coefficients Beta
.448
t
Sig.
11.088
.000
4.963
.000
a. Dependent Variable: Citra Perusahaan Tabel diatas menggambarkan persamaan regresi untukmengetahui tingkat konstan, dan uji hipotesis signifikansi koefisienregresi. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = a + bx Dimana: Y = Citra Perusahaan x = program corporate social responsibility Maka dapat diinterpretasikan bahwa: 1. a= angka konstan dari Unstandardized Coefficients yang dalampenelitian ini sebesar 26,513. Angka ini berupa angka konstanyang mempunyai arti: besarnya tingkat citra perusahaansaatnilai x (program corporate social responsibility) sama dengan 0.
161 2. b= angka koefisien regresi pertama sebesar 0,412. Angka tersebutmempunyai arti bahwa setiap penambahan 1 program corporate social responsibility, maka tingkat citra perusahaanakan bertambah sebesar 0,412. 3. Oleh karena itu, persamaannya regresinya menjadi: Y = 26,513 + 0,412x.
4.3.10 Uji Hipotesis Pengaruh antara Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan pada Chevron Indonesia Hipotesis yang telah diajukan peneliti yaitu: H0 (Hipotesa Null): tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara corporate social responsibility Green Corridor Initiative terhadap citra perusahaan Chevron Indonesia. Ha (Hipotesa Alternative): terdapat pengaruh yang signifikan antara corporate social responsibility Green Corridor Initiative terhadap citra perusahaan Chevron Indonesia. Berdasarkan hasil uji korelasi antara program corporate social responsibility terhadap citra perusahaan pada Chevron Indonesia, maka diperoleh hasil uji signifikansi 0,000 < α = 10%, dimana H0 ditolak dan Ha diterima.Sehingga hasilnya adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara corporate social responsibility Green Corridor Initiative terhadap citra perusahaan Chevron Indonesia. 4.4 Pembahasan Dari hasil penelitian yang didapat oleh peneliti mengenai hubungan antara program corporate social responsibility terhadap citra perusahaan pada Chevron Indonesia ternyata terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut.Angka koefisien korelasi bernilai positif sebesar 0,448 maka hubungan kedua variabel searah.Maksud dari searah yaitu jika variabel x tinggi atau bagus maka variabel y juga tinggi atau
162 bagus.Dimana kedua hubungan antara variabel x dan y cukup kuat, searah dan signifikan (Bungin, 2009:184).Kemudian terdapat efektifitas yang baik dalam pelaksanaan programcorporate social responsibility dan tingkat citra perusahaan yang tinggi pada perusahaan Chevron.