BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Signal (signaling theory) Teori yang mendasari penelitian ini adalah signaling theory atau biasa disebut teori persinyalan, yang menyatakan bahwa bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal berupa informasi kepada pengguna laporan keuangan mengenai apa yang telah dilakukan manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Teori persinyalan menekankan betapa pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi oleh pihak luar perusahaan.Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi investor maupun pelaku bisnis. Karena informasi pada dasarnya menyajikan keterangan, catatan, ataupun gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini, maupun masa depan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu, dapat dijadikan oleh investor sebagai alat analisis untuk mengambil suatu keputusan dalam berinvestasi. Signaling Theory sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk menyampaikan informasi supaya investor atau pelaku bisnis dapat menganalisis prospek suatu perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga signaling theory dapat dijadikan acuan sebagai alat untuk mengambil suatu keputusan dalam berinvestasi. Karena Signalling theory juga menyatakan bahwa keputusan investasi yang diambil perusahaan akan memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan
9
10
dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan indeks harga saham di pasar modal. 2.1.2 Pasar Modal Syariah Darmadji dan Fachruddin (2011:231), pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi terlepas dari hal-hal yang dilarang, seperti riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 40/DSN-MUI/X/2003 (Bab II Pasal 2) tentang pedoman umum penerapan prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal, dinyatakan bahwa pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai
emiten,
jenis
efek
yang
diperdagangkan
dan
mekanisme
perdagangannya dipandang telah sesuai dengan syariah apabila telah memenuhi prinsip-prinsip syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 40/DSN-MUI/X/2003 (Bab III Pasal 3, ayat 2), menyebutkan bahwa kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah antara lain, (1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang, (2) Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankang dan asuransi konvensional, (3) Produsen, distributor serta pedagang makanan dan minuman yang haram, (4) Produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat, (5) Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.
11
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 40/DSN-MUI/X/2003 (Bab V, Pasal 5) pada ayat 1 menyebutkan bahwa pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung unsure dharar, harar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezaliman. Pada ayat 2 menyebutkan bahwa transaksi yang mengandung unsurdharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezaliman sebagaimana dimaksud ayat 1 diatas meliputi: najsy yaitu melakukan penawaran palsu, bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang belum dimiliki (short selling), insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang, menimbulkan informasi yang menyesatkan, margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah tersebut, ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan suatu efek syariah untuk menyebabkan perubahan harga efek syariah, dengan tujuan mempengaruhi pihak lain. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah, yaitu setiap perdagangan surat berharga harus mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan ketentuan syariah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 40/DSNMUI/X/2003.
12
2.1.3 Investasi Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2011:4). Sedangkan menurut Tandelilin (2001:3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan dimasa akan datang. Investasi bisa terkait dalam bebrapa aktivitas, menginvestasikan sejumlah dana pada asset real (tanah, emas, mesin atau bangunan) maupun asset financial (deposito, saham ataupun obligasi) merupakan hal umum yang dilakukan ketika berinvestasi. Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut investor, investor ini dibagi menjadi dua bgian yaitu investor individual (Individual/Retail investor) dan investor institusional (Institutional Investor).Investor individual berasal dari masing-masing individu yang melakukan aktivitas investasi. Sedangkan investor institutional adalah perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana (bank dan lembaga simpan pinjam), lembaga dan pensiun, maupun perusahaan investasi (Tandelilin, 2001:3) Proses penting yang harus dilakukan oleh pemodal dalam hubungannya dengan investasi pada sektor sekuritas: a) sekuritas apa yang akan dipilih, b) seberapa banyak investasi tersebut dan c) kapan investasi tersebut akan dilakukan. Ada lima langkah dalam membuat keputusan yang menjadi dasar proses investasi yaitu:
13
1.
Penentuan kebijakan investasi Investor harus menentukan tujuan dan banyaknya kekayaan yang dapat
diinvestasikan. Karena terdapat hubungan positif antara risiko dan return untuk strategi investasi, bukan hal yang tepat jika tujuan investasi adalah memperoleh banyak keuntungan. Tujuan investasi seharusnya dinyatakan dalam risiko maupun return. Hal yang perlu dilakukan saat proses investasi meliputi identifikasi potensi kategori asset keuangan yang akan dimasukkan ke portofolio berdasarkan beberapa hal: tujuan investasi, jumlah kekayaan yang akan diinvestasikan, dan status pajak dari investor. 2. Melakukan analisis sekuritas Analisis terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang termasuk kategori luas dalam aset finansial yang didefinisikan sebelumnya.
Salah
satu
tujuan
melakukan
penilaian
tersebut
adalah
mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Pendekatan ini dilakukan melalui analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal meliputi studi harga pasar saham untuk meramalkan pergerakan harga saham dimasa yang akan datang. Sedangkan analisis fundamental dengan menaksir nilai sebenarnya (nilai intrinsik) asset keuangan sama dengan nilai sekarang dari semua aliran dana tunai atau bisa dikatakan analisis meramalkan asset saat dan besarnya aliran tunai dan dikonversi dengan nilai sekarang yang kemudian dihitung dengan tingkat diskonto yang tepat.
14
3. Membentuk portofolio Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini terkait dengan identifikasi aset-aset mana yang akan dijadikan investasi, juga menentukan besarnya kekayaan investor yang akan dijadikan investasi pada setiap asset Selektivitas, merupakan mikroforecasting untuk melakukan analisis dan menfokuskan peramalan-peramalan harga setiap sekuritas. Penentuan waktu (timing), merupakan peramalan pergerakan harga saham secara umum terhadap sekuritas dengan bungah tetap seperti obligasi korporasi dan treasury bills.Kemudian pembentukan portofolio dengan memperhatikan setiap aspekaspek diatas sebagai batasannya. 4.
Merevisi portofolio Seiring berjalannya waktu, investor mungkin akan mengubah tujuan
investasinya, yang pada gilirannya portofolio tidak lagi optimal. Oleh karena itu, investor membentuk portofolio baru dengan menjual portofolio yang dimilikinya dan membeli portofolio lain yang belum dimilikinya. 5.
Mengevaluasi kinerja portofolio Pada tahap ini investor melakukan penentuan kinerja portofolio secara
periodik, tidak hanya berdasarkan return yang dihasilkan tetapi resiko yang akan dihadapi investor. Jadi diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan resiko standar yang relevan. Tujuan dari investasi secara utama adalah bahwa setiap investor mengharapkan sesuatu yang lebih dimasa yang akan datang dari investasinya,
15
dengan kata lain mengharapkan keuntungan dari sebuah investasi.Menurut Tandelilin (2010:8) tujuan dari investasi adalah sebagai berikut : a.
Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang.
b.
Mengurangi tekanan inflasi.
c.
Dorongan untuk hemat pajak. Hal lain yang perlu menjadi perhatian bagi seorang investor adalah
pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dari resiko investasi. Jika ingin mendapatkan keuntungan yang besar harus siap dengan resiko yang besar pula, dan jika resiko kecil maka keuntungan yang akan didapatkan juga kecil. Konsep ini lebih dikenal dengan high risk, high returndan loe risk, loe return. 2.1.4 Saham Tandeliin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Investor akan mempunyai hak terhadap pendapatam dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa saham merupakan sertifikat atau bukti kepemilikan yang suatu perusahaan dan berhak untuk memiliki atas penghasilan aktiva suatu perusahaan. 1) Saham Syariah Darmadji dan Fakhruddin (2011:185), saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti:
16
a.
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
b.
Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk pebangkan dan asuransi konvensional.
c.
Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.
d.
Usaha yang memroduksi, mendistribusikan dan atau menyediakan barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Peraturan Nomor II.K1 Tahun 2009: Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
Syariah harus memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut: a.
Total hutang yang berbasis bunga dibanding dengan total asset tidak lebih dari 82% (delapan puluh dua per seratus)
b.
Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain dari 10% (sepuluh per seratus) Fatwa No 40/DSN-MUI/X/2003, Bab IV, Pasal 3 dan Pasal 4, saham
syariah merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan public yang menerbitkan efek syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa saham syariah merupakan penyertaan modal oleh perusahaan-perusahaan yang kegiatan
17
operasionalnya secara keseluruhan tidak melanggar prinsip-prinsip syariah yang telah ditentukan DSN-MUI dan Peraturan Nomor II.K1 Tahun 2009. 2) Keuntungan dan Risiko Saham Darmadji dan Fakhruddin (2011:9-10), pada dasarnya permodal memiliki keuntungan dan risiko dengan membeli saham, antara lain adalah sebagai berikut: a.
Keuntungan Membeli Saham
a)
Mendapat Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan yang diberikan
perusahaan penerbit
saham
tersebut
atau
keuntungan
yang
dihasilkan
perusahaan.Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.Dividen merupakan daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. b) Capital Gain Capital Gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual.Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham dipasar sekunder. b.
Risiko Membeli Saham
a)
Tidak Mendapatkan Dividen
18
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. b) CapitalLoss Capital loss merupakan kondisi saat pemodal harus menjual saham yang dimilikinya dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Pemodal melakukannya dengan tujuan untuk menghindari potensi kerugian yang semakin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham. c)
Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika
perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah disbanding kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah semua asset perusahaan dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditur atau pemegang obligasi, dan sisanya dibagikan kepada pemegang saham. d) Saham di Delist dari Bursa Saham yang telah di delisttentu saja tidak lagi diperdagangkan di bursa, namun tetap dapat diperdagangkan di luar bursa dengan konsekuensu tidak terdapat patokan harga yang jelas jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya.
19
2.1.5 Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham.Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:129). 1) Jenis Nilai Saham Saham adalah surat berharga yang mempunyai nilai. Setiap investor atau calon investor harus mengetahui harga atau nilai suatu saham yang nilainya berbeda-beda. Sunariyah (2011:126), nilai sertifikat saham dapat dibagi menjadi empat, yaitu : a)
Nilai Nominal (Par Value), adalah harga saham pertama yang tercantum pada sertifikat badan usaha. Harga saham tersebut merupakan harga yang sudah diotorisasi oleh rapat umum pemegang saham. Harga ini tidak berubah-ubah dari yang telah ditetapkan oleh rapat umum pemegang saham.
b) Nilai Buku (Book Value), nilai saham akan bermacam-macam dari waktu perusahaan didirikan, nilai saham tersebut berubah karena adanya kenaikkan atau penurunan harga saham dan adanya laba ditahan. c)
Nilai Dasar (Base price), nilai dasar suatu saham sangat berkaitan dengan harga pasar saham yang bersangkutan setelah dilakukan penyesuaian karena corporate action (aksi emiten).
d) Nilai Pasar (Market Value), nilai pasar saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek.
20
2) Penilaian Harga Saham Upaya untuk menemukan bagaimana menghituntug harga saham yang sebenarnya (nilai intrinsik) selalu dilakukan oleh setiap analisis dengan tujuan untuk memperoleh tingkat pengembalian yang memuaskan. Darmadji dan Fakhruddin (2011:149-160), ada dua jenis analisis yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian saham : a)
Analisis fundamental: merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indicator yang terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai indicator keuangan dan manajemen perusahaan.
b) Analisis Teknikal: merupakan salah satu metode yang digunakan untuk penilaian saham, dimana dengan metode ini para analisis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham. 3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut darmadji dan Fakhruddin (2011:10) harga saham dibentuk karena adanya permintaan dan penawaran atas saham. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang bersifat spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industry dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seprti kondisi ekonomi Negara, kondisi sosial, dan politik, maupun informasi-informasi yang berkembang, selanjutnya Husnan dan Pudjiastuti(dalam Rinanti, 2009:4) mengatakan apabila
21
kemampuan perusahaan menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain profotabilitas akan mempengaruhi harga saham. faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : a)
Faktor yang bersifat fundamental Merupakan faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan
dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor ini meliputi : a.
Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan.
b.
Prospek bisnis perusahaan dimasa mendatang.
c.
Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan.
d.
Perkembangan teknologi yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan.
e.
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
b) Faktor yang bersifat teknis Faktor teknis menyajikan informasi yang menggambarkan pasaran suatu efek, baik secara individu maupun secara kelompok. Para analis teknis dalam menilai hargta saham banyak memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a.
Perkembangan kurs
b.
Keadaan pasar modal
c.
Volume dan frekuensi transaksi suku bunga
d.
Kekuatan pasar dalam mempengaruhi harga saham perusahaan
e.
Faktor sosial politik
f.
Tingkat inflasi yang terjadi
22
g.
Kebijaksanaan moneter yang dilakukan oleh pemerintah
h.
Kondisi perekonomian
i.
Keadaan politik suatu Negara
2.1.6 Earning Per Share (EPS) Tandelilin (2001:241),Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham. Samsul (2006:167), membeli saham berarti membeli prospek perusahaan, yang tercermin pada laba per saham, jika laba per saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah berarti kurang baik, dan laba per saham negatif berarti tidak baik. Maka perhitungan EPS dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih Setelah Pajak Earning Per Share = Jumlah Saham
2.1.7 Price Earning Ratio Darnadji dan Fakhruddin (2011:156), Price Earning Ratio (PER) menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.Price Earning Ratio juga sering digunakan oleh analisis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan investor membayar suatu jumlah tertentu (hrga saham) untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan (Gunawan, 2011:49)
23
Maka perhitungan PER dapat dirumuskan sebagai berikut: Harga Saham (Closing Price) Price Earning Ratio =
x 100% Earning Per Share (EPS)
2.1.8 Return On Asset (ROA) Tandelilin (2001:240), Return On Asset (ROA) menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Darmadji dan Fakhruddin (2011:158), Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau asset yang dimiliki perusahaan. Maka perhitungan ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih Return on Asset =
x 100% Total Aset
2.1.9 Debt to Equity Ratio (DER) Darmadji dan Fakhruddin (2011:158), Debt to Equity Ratio(DER), merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya hutang yang dapat ditutupi oleh modalnya sendiri.DER digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total equity (modal sendiri) yang dimiliki perusahaan.Hanifah (2014) semakin tinggi DER berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur).
24
Maka perhitungan DER dapat dirumuskan sebagai berikut: Total Utang Debt to Equity Ratio =
x 100% Ekuitas
2.1.10 Dividend Payout Ratio (DPR) Pengertian rasio pembayaran dividend (Dividend Payout Ratio) menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:159) menyatakan bahwa rasio Dividend Payout Ratio merupakan presentase tertentu dari sebuah laba yang dihasilkan perusahaan yang kemudian akan kepada pemegang saham sebagai dividen. Serta merupakan rasio yang mengukur perbandingan dividend terhadap laba perusahaan. Maka perhitungan DPR dapat dirumuskan sebagai berikut: Dividen Per Lembar Saham Dividend Payout Ratio =
x 100% Laba Per Lembar Saham
2.1.11 Price to Book Value (PBV) Darmadji
dan
Fakhruddin
(2011:157)
menyatakan
bahwa
PBV
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV yaitu merupakan rasio antara harga saham terhadap nilai bukunya.Dengan rasio PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya.Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari
25
gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV berpengaruh terhadap harga saham (Hanifah, 2014). Maka perhitungan PBV dapat dirumuskan sebagai berikut: Harga Saham Price to Book Value =
x 100% Nilai Buku Saham
2.1.12 Net Profit Margin (NPM) Menurut Bastian dan Suhadjono (2006:299), net profit margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan.NPM yang tinggi dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus karena dapat menghasilkan laba bersih yang besar melalui aktivitas penjualannya sehingga saham tersebut banyak diminati investor dan akan menaikkan harga saham perusahaan tersebut. Maka perhitungan NPM dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih Setelah Pajak Net Profit Margin =
x 100% Penjualan Bersih
2.1.13 Volume of Transactions Volume perdagangan adalah banyaknya lembar saham suatu emiten yang diperjual belikan di pasar modal setiap hari di bursa dengan tingkat harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli saham melalui perantara (broker) perdagangan saham.Volume perdagangan saham merupakan hal yang penting bagi seorang investor, karena volume perdagangan saham menggambarkan
26
kondisi efek yang diperjualbelikan di pasar modal.Bagi investor, sebelum melakukan investasi atau penanaman modal hal terpenting adalah tingkat likuiditas suatu efek. Volume perdagangan mencerminakan kekuatan antara supply dan demand yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor. Dengan naiknya volume perdagangan maka keadaan pasar dapat dikatakan menguat, demikian pula sebaliknya.Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi disuatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Saham yang aktif perdagangannya sudah pasti memiliki volume perdagangan yang besar dan saham dengan volume yang besar akan menghasilkan return saham yang tinggi. Maka perhitungan volume perdagangan dapat dirumuskan sebagai berikut: ∑ Jumlah Saham yang diperdagangkan VP=
x 100% Jumlah Saham yang Beredar
2.1.14 Penelitian Terdahulu 1.
Ningrum (2015) dengan judul pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap harga saham perusahaan menufaktur yang ada di bursa efek Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : a.
Terdapat pengaruh tidak signifikan antara current ratio terhadap harga saham. Hal ini di karenakan ketidakstabilan nilai current ratio di beberapa perusahaan manufaktur di bidang food and beverages dengan kata lain beberapa tahun terakhir nilai current ratio mengalami
27
penurunan, sehingga investor tidak melakukan investasi terhadap perusahaan tersebut. b.
Terjadi pengaruh signifikan antara return on equity terhadap harga saham. Hasil dari penelitian ini mengidentifikasikan bahwa rasio profitabilitas, yang digunakan mampu mengukur tingkat pengembalian ekuitas yang dimana hasil pengembalian ekuitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
c.
Tidak terjadi pengaruh signifikan antara debt to asset ratio terhadap harga saham. Karena rata-rata debt to asset ratio dari keempat perusahaan manufaktur bidang food and beverages yang mengalami ketidakstabilan dalam mempengaruhi harga saham.
d.
Terjadi pengaruh signifikan antara debt to equity ratio terhadap harga saham. Hasil dari penelitian ini mengidentifikasikan bahwa nilai solvabilitasnya rendah. Hal ini sangat berpengaruh positif terhadap nilai harga saham.
e.
Terjadi pengaruh signifikan antara earning per share terhadap harga saham. Hasil dari pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa nilai earning per share tinggi artinya kemampuan perusahaan memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham baik.
28
2.
Wijaya (2015) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi nilai indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : a.
Hasil pengujian uji t menunjukkan inflasi, suku bunga, nilai tukar, indeks dowjones, indeks nikkey 225 berpengaruh signifikan terhadap nilai indeks harga saham gabungan (IHSG).
b.
Hasil pengujian uji t menunjukkan indeks ftse 100 dan indeks han seng tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai indeks harga saham gabungan (IHSG).
c.
Hasil perhitungan koefisien determinasi parsial disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap nilai IHSG di BEI adalah indeks dow jones karena mempunyai koefisien determinasi paling besar.
3.
Safi’i (2011) dengan judul analisis pengaruh faktor-faktor fundamental mikro terhadap harga saham perusahaan otomotif yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : a.
Variabel current ratio, return on equity, price earning ratio, debt to equity ratio, earning per share, dan dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan otomotif.
b.
Hasil koefisien determinasi parsial (R2) earning per share berpengaruh dominan terhadap harga saham karena memiliki nilai koefisien parsial tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa besarnya earning per share menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
29
per lembar saham sangat baik, serta memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan tersebut semakin baik karena tingkat laba bersih yang dihasilkan semakin besar. 4.
Deitiana (2011) dengan judul pengaruh rasio keuangan, pertumbuhan penjualan, dan dividen terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di bursa efek indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : a.
Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap harga saham
b.
Likuiditas, pertumbuhan penjualan, dan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
5.
Swasti (2013) dengan judul dampak risiko sistematis terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda terdapat pengaruh signifikan antarar inflasi, suku bunga (BI Rate), nilai tukar, neraca pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi terhadap IHSG, secara partial pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh terbesar terhadap IHSG.
2.2 Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran dari penelitian ini dimulai pengukuran menggunakan singnaling theory dalam menjalankan suatu kinerja. Perusahaan JII menerbitkan laporan keuangan yang terdiri dari elemen-elemen akun dimana dapat digunakan untuk memperoleh informasi yakni dengan cara melakukan analisis fundamental yang terdiri dari EPS, PER, ROA, DER, DPR, NPM dan PBV. Selain analisis fundamental investor juga melakukan melakukan analisis teknikal yang terdiri dari Volume Perdagangan.Apakah dapat mempengaruhi variabeol dependennya
30
yakni Indeks Harga Saham (IHS).Sehingga kenaikan atau penurunan Indeks Harga Saham suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel independen tersebut. Dengan memperoleh informasi dari analisis tersebut maka akan dapat membantu investor dalam mengambil suatu keputusan, apakah akan membeli, menahan atau menjual sahamnya. Rerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
31
Teori Signal
Laporan Keuangan
Analisis Fundamental
EPS
PER
ROA
Analisis Teknikal
NPM
DPR
DER
PBV
Volume Perdagangan
Indeks Harga Saham
Penurunan IHS
Kenaikan IHS
Investor
Gambar 2.1 Model rerangka pemikiran
32
2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh EPS terhadap indeks harga saham Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham. Samsul (2006:167), membeli saham berarti membeli prospek perusahaan, yang tercermin pada laba per saham, jika laba per saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah berarti kurang baik, dan laba per saham negatif berarti tidak baik. Hasil penelitian dari fatmawati (2015) menyatakan bahwa earning per share berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, dan susilowati (2014) juga menyatakan bahwa earning per share berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan PT Ace Hardware Indonesia Tbk di BEI. Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : EPS berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham. 2.3.2 Pengaruh PER terhadap indeks harga saham Price Earning Ratio (PER) menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Price earning ratio juga sering digunakan oleh analisis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan
indikasi
tentang
jangka
waktu
yang
diperlukan
untuk
mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan investor membayar suatu jumlah tertentu (harga saham) untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan (Gunawan, 2011:49).
33
Hasil penelitian dari fatmawati (2015) menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, dan Gere (2015) juga menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2011) menyatakan bahwa PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sahamsaham syariah yang terdapat di Jakarta Islamic Index. Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : PER berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham. 2.3.3 Pengaruh ROA terhadap indeks harga saham Profit, sekuat apapun struktur modal suatu bisnis tetapi tidak ada artinya jika tidak bisa menghasilkan laba atau keuntungan.Keuntungan diperoleh dari investasi yang ditanamkan perusahaan, investasi ini banyak berbentuk asset, sehingga asset dapat menjelaskan seberapa besar perusahaan memperoleh labanya.Perbandingan laba dengan aset ini dapat dilihat dari ROA. Tandelilin (2001:240), menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Darmadji dan Fakhruddin (2011:158), Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau asset yang dimiliki perusahaan. Hasil penelitian dari Safira (2015) menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dan susilowati (2015) menyatakan bahwaROA berpengaruh positif terhadap harga
34
saham pada perusaahaan PT Ace Hardware Indonesia Tbk di BEI.Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2011) menyatakan bahwa ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap saham-saham syariah yang terdapat di Jakarta Islamic Index. Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 : ROA berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham. 2.3.4 Pengarug DER terhadap indeks harga saham Darmadji dan Fakhruddin (2011:158), Debt to Equity Ratio(DER), merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya hutang yang dapat ditutupi oleh modalnya sendiri.DER digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total equity (modal sendiri) yang dimiliki perusahaan. Hasil penelitian dari Gere (2015) yang menyatakan bahwa secara parsial DER tidak berpengaruh signifikan dan negative terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI, dan Cherliana (2015) yang menyatakan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan dan negative terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI.Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4 : DER tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham 2.3.5 Pengaruh DPR terhadap indeks harga saham Rasio pembayaran dividend (Dividend Payout Ratio) merupakan presentase tertentu dari laba perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen kas pemegang saham. DPR merupakan keputusan mengenai kebijakan dividen, apakah earningakan dibagikan dalam bentuk dividen atau sebagian diinvestasikan
35
kembali. DPR menunjukkan besarnya laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Hasil penelitian dari Fatmawati (2015) yang menyatakan bahwa DPR mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham pada perusahaan perbankan di BEI. Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H5 : DPR berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham 2.3.6 Pengaruh PBV terhadap indeks harga saham Price to Book Value (PBV), Darmadji dan Fakhruddin (2011:157) menyatakan bahwa price to book value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga saham, sehingga secara tidak langsung rasio ini dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian dari Hanifah (2014) menyatakan bahwa PBV mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H6 : PBV berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham 2.3.7 Pengaruh NPM terhadap indeks harga saham Net Profit Margin merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. NPM yang tinggi dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus karena dapat menghasilkan laba bersih yang besar melalui aktifitas penjualannya
36
sehingga saham perusahaan tersebut banyak diminati investor dan akan menaikkan harga saham perusahaan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arsetyawati (2013) menyatakan bahwa NPM berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan go public yang pernah masuk dalam Jakarta Islamic Index. Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H7 : NPM berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham 2.3.8 Pengaruh volume perdagangan terhadap indeks harga saham Volume perdagangan menunjukkan banyaknya lembar saham yang ditransaksikan selama periode waktu tertentu. Makin banyak lembar saham yang ditransaksikan menunjukkan optimisme pasar terhadap sebuah saham dengan demikian harga saham akan meningkat. Saham yang aktif perdagangannya sudah pasti memiliki volume perdagangan yang besar dan saham dengan volume yang besar akan menghasilkan return saham yang tinggi. Hasil penelitian dari Triani (2013)
menyatakan bahwa
volume
perdagangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada perusahaan di Jakarta Islamic Index. Arsetyawati (2013) juga menyatakan bahwa Volume Perdagangan juga berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan go public yang pernah masuk dalam Jakarta Islamic Index. Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H8 : Volume Perdagangan berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham