BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum 2.1.1 Konsep Sistem Informasi Dan Teknologi Informasi 2.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut Thompson dan Cats-Baril (2003, p202) sebuah sistem informasi adalah sebuah sistem yang terintegrasi, berbasiskan
teknologi
informasi
yang
dirancang
untuk
mendukung operasi, manajemen, dan fungsi pembuatan keputusan dalam sebuah organisasi. Sedangkan Rainer (2006, p48) mengungkapkan bahwa sistem
informasi
adalah
sekumpulan
komponen
yang
terorganisasi dan saling berhubungan atau berinteraksi secara sistematis untuk membangun atau mengolah data menjadi informasi. Selanjutnya
pendapat
dari
O’Brien
(2003,
p10)
sisteminformasi merupakan sebuah sistem yang dapat mengatur kombinasi dari orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak, data, dan jaringan komunikasi untuk melakukan input, memproses, menyimpan, dan menyajikan output, mengontrol aktivitas yang mengubah sumber data menjadi informasi. Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan sistem yang mengatur kombinasi 8
9
dari orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi dan sumber daya
yang terorganisasi dan saling
berhubungan sehingga tercipta kumpulan data yang nantinya akan diproses menjadi informasi guna mendukung pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi
2.1.1.2 Pengertian Teknologi Informasi Menurut Thompson dan Cats-Baril (2003, p206) teknologi informasi adalah perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk
menyimpan, menangkap, memproses, dan
mengirim data. Menurut Whitten (2004, p11) information technology is a contemporary term that describes the combination of computer technology
(hardware
telecommunications
and
technology
software) (data,
image,
with
the
and
voice
networks). Teknologi informasi adalah sebuah istilah yang menjelaskan kombinasi dari teknologi komputer (hardware dan software) dengan teknologi telekomunikasi (data, gambar, dan jaringan suara) Menurut Rainer dan Turban (2006, p49) teknologi informasi meliputi proses integrasi, operasi, dokumentasi, pemeliharaan, dan manajemennya. Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah kombinasi dari teknologi komputer
10
dan
teknologi
telekomunikasi
yang
digunakan
untuk
menyimpan, menangkap, memproses, dan mengirim data.
2.1.1.3 Komponen Dasar Sistem Informasi Menurut O’Brien (2005, p35) menunjukkan kerangka konsep dasar untuk berbagai komponen dan aktivitas sistem informasi. Sistem Informasi bergantung pada sumber daya manusia (pemakai akhir dan pakar sistem informasi), hardware (mesin dan media), software (program dan prosedur), data (dasar data dan pengetahuan), serta jaringan (media komunikasi dan dukungan jaringan) untuk melakukan input, pemrosesan, output,
penyimpanan
dan
aktivitas
pengendalian
yang
mengubah sumber daya data menjadi produk informasi. Model sistem
informasi
ini
memperlihatkan
hubungan
antara
komponen dan aktivitas sistem informasi. Model tersebut memberikan kerangka kerja yang menekankan pada empat konsep utama yang diaplikasikan ke semua jenis sistem informasi, yaitu : manusia, hardware, software, data, dan jaringan adalah lima sumber daya dasar sistem informasi.
2.1.1.3.1 Sumber Daya Data Data lebih daripada hanya bahan baku mentah sisteminformasi. Konsep sumber daya data telah diperluas
oleh
para
manajer
dan
pakar
11
sisteminformasi. Data dapat berupa banyak bentuk, termasuk data alfanumerik tradisional, yang terdiri dari angka dan huruf serta karakter lainnya yang menjelaskan transaksi bisnis dan kegiatan serta entitas lainnya. Data teks, terdiri dari kalimat dan paragraph yang digunakan dalam menulis komunikasi, data gambar, sepertu bentuk grafik dan angka, serta gambar video grafis dan video; serta data audio, suara manusia dan suara-suara lainnya, juga merupakan bentuk data yang penting.
.
2.1.1.3.2 Sumber Daya Manusia Manusia dibutuhkan untuk pengoperasian semua sistem informasi. Sumber daya manusia ini meliputi pemakai akhir dan pakar sistem informasi. Pemakai akhir (juga disebut pemakai atau klien) adalah orangorang yang menggunakan sistem informasi atau informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut. Merek dapat berupa pelanggan, tenaga penjualan, teknisi, staf administrasi, akuntan, atau para manajer. Pakar sistem
informasi
mengembangkan
adalah dan
orang-orang
mengoperasikan
yang sistem
informasi. Mereka meliputi analis sistem, pembuat
12
software, operator sistem, dan personel tingkat manajerial, teknis dan staf administrasi SI lainnya.
2.1.1.3.3 Sumber Daya Hardware Hardware meliputi semua peralatan dan bahan fisik yang digunakan dalam pemrosesan informasi. Contoh-contoh hardware dalam sistem informasi berbasis komputer antara lain : 1. Sistem computer, yang terdiri dari unit pemrosesan pusat yang berisi pemroses mikro, dan berbagai peralatan peripheral yang saling berhubungan, contohnya adalah : computer palmtop, laptop, atau desktop 2. Periferal computer, yang berupa peralatan seperti keyboard atau mouse elektronik untuk input data dan perintah, layar video, atau printer untuk output informasi, dan disk magnetis atau optikal untuk menyimpan sumber daya data.
2.1.1.3.4 Sumber Daya Software Sumber daya software meliputi semua rangkaian perintah pemrosesan informasi. Berikut ini adalah contoh-contoh sumber daya software :
13
1. Software sistem, seperti program sistem operasi, yang mengendalikan serta mendukung operasi sistem computer. 2. Software aplikasi, yang memprogram pemrosesan langsung bagi penggunaan tertentu oleh pemakai akhir 3. Prosedur, yang mengoperasikan perintah bagi orang-orang yang akan menggunakan sistem informasi.
2.1.1.3.5 Sumber Daya Jaringan Konsep sumber daya jaringan menekankan bahwa teknologi
telekomunikasi
dan
jaringan
adalah
komponen sumber daya dasar dari semua sistem informasi. Sumber daya jaringan meliputi : 1. Media komunikasi. Contohnya meliputi kabel twisted- pair, kabel tembaga, dan kabel optikal fiber; serta teknologi gelombang mikro, selular, dan satelit yang nirkabel. 2. Dukungan
jaringan.
Kategori
umum
ini
menekankan bahwa banyak hardware, software, dan teknologi data dibutuhkan untuk mendukung operasi dan penggunaan jaringan komunikasi.
14
2.1.1.4 Strategi dalam implementasi sistem Menurut Schniederjans (2008, p20), there are several sistem implementation strategies that can be used and should be considered in the IT investment analysis as presented in below table : Implementation
Description
When Used
Strategies 1.Direct conversion An existing sistem is If there is only capacity removed totally and or spaced allowed for one a new sisteminstalled sistem to operate at a time or that the existing sistem is too costly, or dysfunctional to ongoing operation. 2.Parallel
An existing sistem If the cost of shutting
conversion
and
new
sistem down the existing sistem
operate
in prohibitive.
simultaneously until the new sistem is fully functional and the existing sistem can be discontinued.
15
3.Phased
New sistem is phased If the architecture of
conversion
in as modules are existing sistem will permit sistematically
the gradual updating of
brought online.
new modules or the cost of completely new sistem are beyond the resources of the firm.
4.Pilot convesrsion
New sistem is fully If the sistem has features implemented on a that need to be examined pilot basis in one in use, or the risk of part of the business converting entire sistem operation.
is too risky or expensive.
Tabel 2.1 Strategi dalam implementasi sistem (English)
Dari tabel di atas dapat diartikan : Strategi
Deskripsi
Kapan digunakan
Implementasi 1.Konversi
Sistem yang sudah Jika hanya ada kapasitas
Langsung
ada dihapus
atau tempat yang
semuanya dan
diperbolehkan
untuk
sistem baru diinstal.
satusistem
untuk
beroperasi waktu
pada atau
satu bahwa
16
sistemyang adaterlalumahal, atau disfungsionaluntuk operasi
yang
sedang
berjalan. 2. Konversi Paralel
sistem
yang
dansistem
ada Jika biayanya mematikan baru sistem yang ada
beroperasi
secara
bersamaan
sampai
sistem
baru
sepenuhnya berfungsi dan sistem yang
ada
dapat
dihentikan. 3.Konversi
Sistem
Bertahap
bertahap
baru
ini Jika
arsitektur
sistem
sebagai yang ada memungkinkan
modul
secara secara
sistematis
bertahap
memperbarui modul baru atau biaya sepenuhnya dari sistem baru berada di luarsumber
daya
perusahaan. 4. Konversi Pilot
Sistem
baru
ini Jika sistem memilikifitur
17
sepenuhnya
yang
diimplementasikan
diperiksadalam
atas
perlu
dasar penggunaannya, atau bila
percontohan di satu risiko bagian dari operasi seluruh bisnis.
mengkonversi sistem
terlalu
berisikoatau mahal.
Tabel 2.2 Strategi dalam implementasi sistem
Menurut O’brien (2005, p542), empat bentuk utama dari konversi sistem adalah : 1.
Konversi parallel Konversi dapat dilakukan secara paralel, dimana baik sistem yang lama maupun sistem yang baru sama-sama beroperasi
hingga
tim
pengembangan
proyek
dan
manajemen pemakai akhir setuju untuk mengubah secara keseluruhan ke sistem yang baru. Selama waktu tersebut, operasional dan hasil dari kedua sistem dibandingkan dan dievaluasi. Kesalahan dapat diidentifikasi dan dikoreksi, dan masalah operasional dapat diselesaikan sebelum sistem yang lama ditinggalkan. Instalasi dapat juga dilakukan
secara
langsung
dikembangkan. 2.
Konversi bertahap (phased)
ke
sistem
yang
baru
18
Konversi dapat juga dilakukan secara bertahap, dimana hanya bagian-bagian dari aplikasi yang baru atau hanya beberapa departemen, kantor cabang, atau lokasi pabrik yang dikonversi terlebih dahulu. Konversi bertahap memungkinkan proses implementasi secara bertahap di organisasi. 3.
Konversi percontohan (pilot) Konversi percontohan (pilot) dilakukan dengan cara dimana satu departemen atau suatu tempat kerja menjadi tempat percobaan.
4.
Konversi Langsung
2.1.1.5 Fungsi dan Peran Dasar Sistem Informasi dalam Bisnis Menurut O’brien (2005, p26), fungsi sistem informasi mewakili: 1. Area fungsional utama dari bisnis yang penting dalam keberhasilan bisnis, seperti fungsi akuntansi, keuangan, manajemen operasional, pemasaran, dan manajemen sumber daya manusia. 2. Kontributor
penting
dalam
efisiensi
operasional,
produktivitas dan moral pegawai, serta layanan dan kepuasan pelanggan. 3. Sumber utama informasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk menyebarluaskan pengambilan keputusan yang efektif oleh para manajer dan praktisi bisnis.
19
4. Bahan yang y sangat penting dallam mengem mbangkan prroduk dan
jaasa yang koompetitif, yang y membeerikan organnisasi
kelebihaan strategis dalam d pasar global. 5. Peluangg
berkarierr
yang
diinamis,
meemuaskan,
serta
menantaang bagi jutaaan pria dan wanita. 6. Komponnen pentingg dari sumbber daya, innfrastruktur,, dan kemamppuan perusahhaan bisnis yang y membeentuk jaringaan. Menurut O’’Brien (20055, p10), terddapat tiga peeran penting yang dapat dilakkukan sistem m informasi untuk sebbuah perusaahaan bisnis :
Meendukung Berbaagai Strategi untuk Keunggulan Koompetitif Mendukunng Pengambilan Keeputusan dalaam Bisnis
Meendukung Proses dan Operaasi Bisnis
Gambar 2.1 Peran SI dalam orgganisasi
2.1.2 2Pengertian n Studi Kelaayakan Kellayakan adaalah ukuran seberapa beesar manfaaat pengembaangan sistem infformasi bagi suatu organnisasi. Sedanngkan studi kelayakan adalah a
20
proses yang kita lakukan untuk mengukur kelayakan. (Whitten, Bentley dan Dittman, 2004,p402) Menurut O’Brien (2005,p515), Studi Kelayakan adalah studi awal untuk merumuskan informasi yang dibutuhkan oleh end user, kebutuhan sumber daya, biaya, manfaat, dan kelayakan proyek yang diusulkan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan adalah proses yang dilakukan untuk mengetahui manfaat, kebutuhan, dan kelayakan proyek yang diusulkan.
2.2
Teori Khusus 2.2.1
Investasi Teknologi Informasi 2.2.1.1 Pengertian Investasi Teknologi Informasi Menurut Schniederjans (2008,p9) terdapat perbedaan cara dalam mendefinisikan investasi teknologi informasi. Keen (1995) melihat investasi teknologi informasi sebagai istilah yang berkaitan dengan investasi peralatan, aplikasi, layanan, dan teknologi-teknologi dasar. Sedangkan Weil dan Olson (1989) mendefinisikan investasi teknologi informasi sebagai biaya-biaya yang dihubungkan dengan perolehan computer, komunikasi, software,
jaringan
dan
personel
yang
mengatur
dan
mengoperasikan sistem informasi manajemen (SIM). Suatu investasi teknologi informasi (TI) merupakan pengeluaran yang dilakukan organisasi berupa pengeluaran untuk
21
telekomunikasi dan jaringan, sistem operasi dan software baru, dukungan lanjut dan operasi terhadap infrastruktur pusat data (data centers) yang tersedia, yang secara langsung mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai peningkatan performa misi,
pengambilan
keputusan
manajemen
dan
efisiensi
operasional. Menurut Williams (2007, p4), Teknologi Informasi (TI) adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apapun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan atau menyebarkan informasi. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa investasi teknologi informasi adalah suatu keputusan yang dilakukan untuk mengeluarkan sejumlah biaya yang berkaitan dengan pembelian komponen-komponen SI yang secara langsung mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai peningkatan performa misi,
pengambilan
keputusan
manajemen
dan
efisiensi
operasional.
2.2.1.2 Tujuan Investasi Teknologi Informasi Tujuan dari investasi menurut Remenyi (2001,p66) merupakan hal yang kritis pada proses mendefinisikan pendekatan untuk evaluasi dan pengukuran performa. Beberapa tipe investasi memerlukan perlakuan yang berbeda diantaranya seperti pada tabel berikut
22
Tujuan Investasi
Tipe investasi
Evaluasi/Ukuran
Kelangsungan
Harus dilakukan
Lanjut/Berhentinya
Hidup Bisnis Peningkatan
bisnis Vital/Inti
Biaya Manfaat
Kritis/Inti
Analisis Bisnis
Strategis/Martabat
Analisis Strategis
Efesiensi Peningkatan Kefektifan Lompatan Kompetitif Infrastruktur
Arsitektur/ dilakukan/
Harus Hal yang sangat luas Corn
Seed Tabel 2.3 Tipe Investasi berdasarkan tujuan dan evaluasi
2.2.1.3 Pentingnya Menganalisa Investasi Teknologi Informasi bagi Organisasi Sebuah investasi TI harus dianalisa secara kritis karena beberapa alasan berikut : 1.
Perusahaan seringkali mengeluarkan biaya yang cukup besar
23
2. Karena banyaknya investasi TI yang tidak selalu dianggap memiliki kaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh dalam bisnis 3. Karena kesepakatan tidak selalu ada dalam kebutuhan, nilai atau kinerja investasi TI 4. Banyaknya pengeluaran TI, khususnya pada hardware yang dimodalkan secara tradisional 5. Karena ketidakpuasan atas fungsi dan kinerja TI
2.2.2
Studi Kelayakan Investasi TI 2.2.2.1 Pengertian Studi Kelayakan Investasi TI Menurut O’Brien (2005,p515), Studi Kelayakan adalah studi awal untuk merumuskan informasi yang dibutuhkan oleh end user, kebutuhan sumber daya, biaya, manfaat, dan kelayakan proyek yang diusulkan.
2.2.2.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan Investasi TI Menurut Bentley (2004,p101) aspek-aspek kelayakan investasi TI dapat diukur dari kriteria-kriteria berikut ini : 1.
Kelayakan teknis merupakan pengukuran kepraktisan dari solusi teknis serta ketersediaan sumber daya teknis dan sumber daya ahli. Hal ini juga berhubungan dengan tiga hal penting yaitu : menentukan apabila teknologi yang digunakan
dapat
memecahkan
masalah,
apakah
24
perusahaan mempunyai atau dapat memperoleh teknologi yang diperlukan serta apakah perusahaan mempunyai sumber daya manusia atau ahli yang dapat menjalankan teknologi yang ditawarkan. 2.
Kelayakan operasional merupakan pengukuran apakah solusi yang ditawarkan dapat berfungsi bagi perusahaan. Kriteria ini juga digunakan untuk mengukur seberapa penting masalah atau apakah solusi yang ditawarkan dapat memecahkan masalah
3.
Kelayakan
ekonomi
merupakan
pengukuran
dari
keefektifan biaya yang digunakan dari sebuah proyek. 4.
Kelayakan Jadwal merupakan pengukuran dari seberapa logis waktu yang diperlukan untuk mengerjakan proyek. Sebagai contoh adalah penentuan deadline yang tepat untuk menyelesaikan proyek.
2.2.3Metode Penilaian Investasi TI dengan Cost Benefit Analysis 2.2.3.1 Pengertian Cost Benefit Analysis Menurut Schniederjans (2010,p140), cost benefit analysis involves the estimation and evaluation of the net benefits associated with alternative courses of action.Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa cost benefit analysis adalahmelibatkan estimasi dan evaluasi dari keuntungan bersih yang berhubungan dengan tindakan alternatif. Teknik ini membandingkan present
25
value of benefits dengan present value of costs dari investasi yang sama. Menurut Remenyi (1995,p80) cost-benefit analysis may be defined as the process of comparing the various costs of acquiring and implementing an information sistem with the benefit which the organization derives from the use of the sistem.
2.2.3.1.1 Pengertian Payback Period (PP) Menurut Haming (2010,p104), adalah
jangka
waktu
yang
payback period
diperlukan
untuk
mengembalikan seluruh modal yang diinvestasikan, biasanya dinyatakan dalam satuan tahun. Menurut
Schniederjans
(2008,p107),
payback
period is a simple technique in which time period necessary to recoup the initial investment is calculated and used to evaluate an investment and/or a set mutually exclusive investments. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa payback period adalah suatu teknik pengukuran
untuk
mengetahui
jangka
waktuyang
diperlukanuntuk menutupinvestasi awal.
2.2.3.1.2 Pengertian Profitability Index (PI) Menurut Haming (2010,p109), Profitability Index (PI)adalah metode yang mengukur tingkat kelayakan
26
investasi berdasarkan rasio antara total nilai sekarang arus kas masuk dengan total dari investasi inisial. Menurut Schniederjans (2008,p122), profitability index (PI) is the ratio of NPV to the cost of initial investment. Dari definisi di atas dapat disimpulkan PI adalah rasio dari NPV terhadap biaya investasi awal.
Investasi dikategorikan layak , jika PI >1. Investasi dikategorikan tidak layak, jika PI < 1.
2.2.3.1.3Pengertian Net Presenet Value (NPV) Menurut Schniederjans (2008,p119), net present value(NPV) is another way of carrying out present value analysis. NPV is the present value of cash flows minus the initial investment cost. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa net present value (NPV) adalah nilai sekarang dariarus kasdikurangibiayainvestasi awal. 1
1
= initial cost (investasi awal)
1
27
…
expected cash flows (arus kas yang
diharapkan) tingkat diskon n = number of time periods (periode tahun) Jika NPV> 0 investasi layak dijalankan Jika NPV< 0 investasi tidak layak dijalankan
2.2.3.1.4 Pengertian Return On Investment (ROI) Menurut Schniederjans (2008,p125), return on invesments (ROI) is another technique traditionally used in capital budgeting decisions where the rate of return of an investment is compared to opportunity cost of capital. Dari definisi di atas dapat disimpulkan ROI adalah teknik yang digunakan dalam penganggaran modaldimana tingkatpengembalianinvestasidibandingkan denganbiaya modal investasi awal.
2.2.3.2 Biaya (Cost) dalam Implementasi TIK Menurut
Hansen
dan
Moven
(2000,
p40)
biaya
didefinsikan sebagai kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan
barang
atau
jasa
yang
diharapkan
28
memberikan manfaat saat ini atau masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Supriyono (2000, p16) biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Sedangkan menurut Mulyadi (2001, p8) biaya adalah sumber pengorbanan ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, yang sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang.
2.2.3.2.1
Jenis-Jenis Biaya Implementasi TIK Terbagi dua jenis biaya yaitu : a. Tangible Cost Adalah
biaya
yang
dapat
dengan
mudah
diidentifikasi dan diukur dengan analisis sistem, contohnya : biaya hardware, biaya software, biaya peralatan, biaya perubahan. b.Intangible Cost
29
Merupakan biaya yang sulit diidentifikasi dan susah untuk diukur, contohnya : biaya kehilangan persaingan kompetitif dari pesaing.
2.2.3.2.2
Kategori Biaya Implementasi TIK Dalam
bisnis
biaya
manfaat,
biaya
dikategorikan menjadi tiga macam, antara lain : 1. Biaya Investasi Merupakan modal pembayaran tidak diulangulang
untuk
mendapatkan
atau
mengembangkan peralatan baru, software baru, fasilitas baru, dan lain-lain. Contoh : komputer, storage,
jaringan
komunikasi,
software,
training atau pelatihan. 2. Biaya Implementasi Adalah pembayaran satu kali untuk membuat atau meng-installkemampuan baru, yang sama seperti biaya investasi dimana satu kali biaya investasi dapat diubah ke biaya operasi tahunan (annual
operating
cost)
ketika
peralatan
dikontrakkan. Contoh : biaya penghapusan sistem sekarang, biaya pembaharuan ulang. 3. Biaya Operasional Tahunan
30
Adalah
biaya
bila
pembayaran
berulang
dibutuhkan. Ini dibutuhkan untuk operasi dasar dari hari ke hari atau bulan ke bulan. Contoh : biaya perawatan peralatan dan software dan gaji. 2.2.3.3 Manfaat (Benefit) Impelementasi TIK 2.2.3.3.1 Definisi Manfaat Implementasi TIK Menurut Remenyi (2000, p40), manfaat (benefit) dari teknologi informasi adalah keuntungan yang diperoleh dengan bantuan dari komputer dan komunikasi yang mana sebuah perusahaan bersedia membayar atas penggunaan semua itu. 2.2.3.3.2 Jenis-Jenis Manfaat Implementasi TIK Menurut Remenyi (2000, p7) ada dua jenis manfaat : 1. Tangible Benefit Adalah manfaat yang dihasilkan dari investasi yang akan dapat diidentifikasi atau diukur secara langsung dari segi financial. Contohnya adalah penurunan total biaya
produksi,
peningkatan
laba,
peningkatan
penghematan penggunaan kertas . 2. Intangible Benefit Adalah peningkatan lingkungan kerja bagi karyawan sehingga menciptakan suasana kerja yang lebih baik.
31
2.2.4
Ukuran Pemusatan 2.2.4.1 Mean (Rata-rata) Menurut Lungan (2006, p61) suatu nilai yang tepat berada pada
pusat sebaran dinamakan mean atau nilai tengah dan
dihitung dengan rumus : ….
X
= ∑
X
Xi = Nilai pengamatan ke-i X = Rata-rata n = Banyaknya unsur data 2.2.4.2 Median Menurut Lungan (2006, p71) median adalah suatu nilai yang tepat pada pertengahan data yang telah diurutkan menurut tingkat nilai – nilainya. Dengan kata lain, median membagi data yang telah diurutkan menjadi dua bagian yang sama. 2.2.4.3 Modus Menurut Lungan (2006, p81) modus adalah nilai atau kelas yang mempunyai frekuensi tertinggi dalam suatu deretan (kelompok) data. 2.2.4.4 Varians dan Standar Deviasi Menurut Suharyadi dan Purwanto (2003, p.99), varians dan standar deviasi
adalah sebuah ukuran penyebaran yang
32
menunjukan standar penyimpangan atau deviasi data terhadap nilai rata – ratanya. Pengertian varians sendiri menurut Suharyadi dan Purwanto (2003, p100) adalah rata – rata hitung deviasi kuadrat setiap data terhadap rata – rata hitungnya dan dapat dirumuskan sebagai berikut : S2 =
∑ X X
Dimana : S2
= Varians sampel
X
= Nilai setiap data / pengamatan dalam sampel
X = Nilai rata – rata hitung dalam sampel n
= Jumlah total data / pengamatan dalam sampel
Sedangkan standar deviasi menurut Suharyadi dan Purwanto (2003, p.101) adalah akar kuadrat dari varians dan menunjukan standar penyimpangan data terhadap nilai rata – ratanya. Rumus standar deviasi : S = √s
2.2.4.5 Skala Likert (Likert Scale) Menurut Indriantoro dan Supomo (2002), skala likert merupakan
metode
yang
mengukur
sikap
setuju
atau
33
ketidaksetujuannya terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu. Skala likert umumnya menggunakan lima angka penilaian, yaitu : (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak pasti atau netral, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat juga dibalik mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.