ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I DI RUANG NIFAS RSUD KABUPATEN CIAMIS LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : AISAH NURAENI NIM. 13DB277003
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I DI RUANG NIFAS RSUD KABUPATEN CIAMIS1 Aisah Nur’aeni2 Tantri Desiyanti3 Dedi Supriadi4 INTISARI Jumlah data ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Kabupaten Ciamis sebanyak 118 kasus. Hiperemesis gravidarum adalah kejadian mual muntah yang berlebihan terutama pada pagi hari disertai pusing atau gangguan keseimbangan. Faktor penyebab hiperemesis gravidarum diantaranya faktor adaptasi dan hormonal, faktor psikologis dan faktor alergi. Peran bidan dalam hiperemesis gravidarum yaitu memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan seharihari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering, makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan, makan dan minum sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Tujuan penyusun laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat I menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat I ini dilakukan selama 4 hari di Ruang Nifas RSUD Kabupaten Ciamis. Hasil pengkajian laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat I. Kesimpulannya asuhan kebidanan dilaksanakan dengan baik. Kata Kunci
: Ibu hamil, Hiperemesis Gravidarum, trimester 1
Kepustakaan : 20 buku (2007-2015) Halaman
: i-xii, 46 halaman, 7 lampiran
1
Judul Penulis Ilmiah 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen STIKes Muhammmadiyah Ciamis 4Dosen STIKes Muhammmadiyah Ciamis
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di Indonesia, 0,3% dari seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0-9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki, prevalensi hiperemesis gravidarum di Amerika Serikat adalah 0,5-2%. Literature juga menyebutkan bahwa perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4:1000 kehamilan (Winkjosastro, 2010). Hiperemesis gravidarum merupakan salah satu jenis komplikasi yang sering dialami oleh ibu hamil yang dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkolisis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum adalah kejadian mual muntah yang berlebihan terutama pada pagi hari disertai pusing atau gangguan keseimbangan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Faktor penyebab hiperemesis gravidarum diantaranya adalah faktor adaptasi dan hormonal, faktor psikologis dan faktor alergi (Wiknjosastro, 2010). Sekitar 50-60% kehamilan disertai mual dan muntah dari 360 wanita hamil, 2% diantaranya mengalami mual dan muntah di pagi hari dan sekitar 80% mual dan muntah sepanjang hari, kondisi ini biasanya bertahan dan mencapai puncak pada usia kehamian 9 minggu. Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihaan sehingga dapat memicu terjadinya hiperemesis gravidarum (Fauziyah, 2012). Melihat penyebab diatas sesungguhnya dapat dicegah dan diatasi dengan
penanganan
pada
saat
hamil,
salah
satunya
dengan
pemeriksaan antenatal yang memenuhi standar. Menurut Manuaba (2010) pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya peningkatan kesehatan
1
2
mental dan fisik serta dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk persiapkan persalinannya. Dengan pengawasan tersebut dapat diketahui berbagai komplikasi yang dapat mempengaruhi kehamilan sehingga dapat segera diatasi (Jannah, 2011). Berdasarkan data kasus pada ibu hamil di RSUD Kabupaten Ciamis tahun 2015 sebanyak 1.040 kasus. Table 1.1 data kasus pada ibu hamil di RSUD Kabupaten Ciamis tahun 2015. Jenis penyakit
Jumlah kasus
Anemia
214
Abortus
176
Gemeli
69
Hipertensi dalam kehamilan
253
Hiperemesis gravidarum
118
KET
17
PEB
156
PER
20
Mollahidatidosa
9
Infeksi berat
8
Jumlah
1.040
[Sumber: RSUD Kabupaten Ciamis, 2015]. Berdasarkan data yang di peroleh dari RSUD Kabupaten Ciamis, jumlah ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum pada tahun 2015 sebanyak 118 orang. Dari jumlah data kasus diatas hiperemesis gravidarum menjadi salah satu kasus yang harus ditangani agar dapat mengurangi angka kejadian hiperemesis gravidarum. Upaya untuk menurunkan dan mengurangi jumlah ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum adalah dengan menganjurkan ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal kepada petugas kesehatan terdekat, dan perlu di lakukan penyuluhan mengenai gizi bagi ibu hamil. Adapun standar kunjungan yang harus dilaksanakan oleh ibu hamil yaitu pada trimester I setiap satu bulan sekali, trimester II setiap dua minggu sekali dan trimester III setiap satu minggu sekali sehingga ibu hamil
3
dengan Hiperemesis Gravidarum terdeteksi sedini mungkin dalam pelayanan antenatal ini agar mengarah pada penemuan ibu hamil beresiko untuk mendapatkan penanganan secara memadai sehingga kematian atau kesakitan dapat dicegah. Peran bidan dalam hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan
muda
dan
akan
hilang
setelah
kehamilan
4
bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering,waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi di anjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat, makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan, makan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin (Lisnawati, 2014). Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah keyakinan terhadap Allah bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, hal ini seyogyanya diketahui oleh seorang muslim adalah tidaklah Allah menciptakan suatu penyakit kecuali dia juga menciptakan penawarannya. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah SWT :
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS: Yunus Ayat 57)”.
4
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah berfirman, memberikan karunia kepada makhluk-Nya yaitu berupa Al-Qur’an yang Agung, yang allah turunkan kepada rasul-Nya yang mulia. Di dalam AlQur’an Allah telah memberikan petunjuk kepada umatnya bahwasanya semua penyakit yang Allah turunkan itu semua atas kehendaknya, serta ada penyembuh bagi setiap penyakit-penyakit bagi umatnya. Hendaknya kita selalu berprasangka baik kepada-Nya bahwa hidayah dan rahmat Allah dapat dihasilkan dengan adanya Al-Quran. Berdasarkan data di atas angka kejadian hiperemeisis gravidarum pada ibu hamil masih cukup tinggi, maka penulis tertarik untuk mengambil kasus yang berjudul “Asuahan Kebidanan pada Ny. N Umur 28 Tahun G1P0A0 Hamil 14 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat I di Ruang Nifas RSUD Kabupaten Ciamis”.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, memberikan landasan bagi penulis untuk membuat rumusan masalah “Bagaimana Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny. N Umur 28 Tahun G1P0A0 Hamil 14 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat I di Ruang Nifas RSUD Kabupaten Ciamis ?”
C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. N umur 28 tahun G1P0A0 hamil 14 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di ruang nifas RSUD Kabupaten Ciamis secara mandiri dan kolaborasi dengan pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian pada Ny. N umur 28 tahun G1P0A0 hamil 14 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I.
5
b. Melakukan interpretasi data serta merumuskan diagnosa kebidanan dengan masalah pada Ny. N umur 28 tahun G1P0A0 hamil 14 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I. c. Megidentifikasi diagnosa potensial atau masalah Ny. N umur 28 tahun G1P0A0 hamil 14 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I. d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada Ny. N umur 28 tahun G1P0A0 hamil 14 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I. e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Ny. N umur 28 tahun G1P0A0 hamil 14 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I. f. Melaksanakan perencanaan secara efisiensi dan aman pada Ny. N umur 28 tahun G1P0A0 hamil 14 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I. g. Mengevaluasi pada pelaksnaan asuhan kebidanan pada Ny. N umur 28 tahun G1P0A0 hamil 14 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I. h. Menganalisa kesenjangan pelaksanaan asuhan kebidanan antara teori dan lapangan.
D. MANFAAT 1. Bagi Ibu Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil diharapkan ibu bisa melewati masa kehamilannya tanpa ada rasa mual dan muntah. 2. Bagi Lahan Praktek Meningkatkan
pelayanan
kebidann
pada
klien
secara
komprehensif, sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah diberkan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat
bermanfaat
sebagai
bahan
masukan
bagi
institusi
pendidikan menghasilkan lulusan bidan yang professional dan mandiri, juga sebagai penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi
6
banding bagi studi kasus selanjutnya mengenai pendokumentasian kebeidanan secara komprehensif. 4. Bagi Penulis Studi kasus ini sebagai bahan masukan atau informasi untuk mahasiswa mampu mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang telah didapat selama perkulihan mengenai asuha kebidanan pada ibu hamil terhadap praktek di lapangan.
B AB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kehamilan 1. Kehamilan a. Pengertian kehamilan Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dan spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, bila dihitung dan saat lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (Wiknjosastro, 2010). Kehamilan adalah hasil dari sperma dan sel telur. Dalam prosesnya perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh dengan perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya sedikit yang berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah yang sudah sedikit itu, hanya 1 sperma saja yang bisa membuahi sel telur (Walyani, 2015). Ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang kehamilan sangat banyak, umumnya terkait dengan tanda-tanda adanya Allah, kebesaran dan kekuasaan Nya, diantaranya Al-Qur‟an Surat AlMu‟minun ayat 12-14.
7
8
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (12) kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (13) kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, pencipta Yang Paling Baik (14)”. (Q.S. Al-Mu‟minun : 12-14) Ayat tersebut mengisyaratkan adanya proses penciptaan manusia dalam alam arham (masa kehamilan), yang diawali dengan “sulalah min tin”, kemudian “menjadi nutfah, „alaqah, mudghah, izaman, lahman dan khalqan”. Penciptaan manusia berasal dari sulalah min tin, artinya saripati tanah, yaitu inti zat-zat yang ada dalam tubuh wanita dalam bentuk ovum dan dalam diri laki-laki dalam bentuk sperma. Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma, atau zygote, disebut nutfah. Setelah terjadi pembuahan, zygote berjalan secara perlahan melalui tuba fallopi menuju rahim. Setelah menempel di dinding rahim, berubah menjadi „alaqah. Istilah „alaqah biasa diterjemahkan dengan segumpal darah. Penggunaan istilah „alaqah oleh Al-Qur‟an sangat tepat, karena posisi zygote menggantung di dinding rahim. „Alaqah juga berarti sesuatu yang menggantung. Proses berikutnya, berubah menjadi mudghah, yang bentuknya seperti sekerat daging, kemudian tumbuh tulang (izamaman) tulang dibungkus daging (lahman), selanjutnya menjadi khlaqan akhar (makhluk janin, yang sudah berbeda dengan kondisi awal terjadinya manusia). Kemudian Allah meniupkan ruh dalam janin. b. Kalsifikasi dalam kehamilan Dalam kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, dimana trimester I berlangsung dari 0-12 minggu, trimester II minggu ke 13 sampai ke-27, dan trimester III minggu ke-27 hingga ke-40 (Wiknjosastro,2010).
9
1) Menurut Sulistyawati (2013), proses kehamilan meliputi : a) Konsep yaitu pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang memungkinkan terjadi kehamilan. b) Fertilisasi yaitu kelanjutan dari proses konsepsi terjadi penyatuan sperma dan ovum, sampai dengan terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum-sperma hingga menjadi buah kehamilan. c) Implantasi (Nidasi) yaitu masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. 2) Tanda-tanda kemungkinan hamil (Wiknjosastro, 2010) a) Adanya HCG (Human Chorioic Gonadotropin) cara khas yang dipakai untuk menentukan HCG pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pagi hari. b) Pada pemeriksaan ditemukan tanda hegar yaitu segmen bawah Rahim melunak. Tanda goodell’s tanda ini berupa serviks menjadi lebih lunak. Tanda chadwick biasanya tanda ini berupa perubahan warna , warna pada vagina dan vulva
menjadi
lebih
Tanda piscaseks
merah
dan
agak
kebiruan.
uterus membesar secaraa simetris
menjauhi garis tengah tubuh. Tanda braxton hicks bila uterus dirangsang mudah berkontraksi, tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil. 3) Tanda tidak pasti (Saifudin, 2010), a) Amenorea (tidak haid), gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan
tuanya
kehamilan
dan
bila
persalinan
diperkirakan akan terjadi. b) Nause dan emesis (mual dan muntah), dimana enek pada umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning sickness.
10
c) Mengidam (menginginkan makanan dan minuman tertentu), sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan. d) Pingsan, sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai. Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bula-bulan pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu. e) Anoreksia (tidak ada nafsu makan), pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk dua orang, sehingga kenaikan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. f)
Frekuensi buang air kecil bertambah, sering kencing terjadi karena
kandung
kencing
pada
bulan-bulan
pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang muai membesar. g) Leukore (Keputihan), tanda berupa peningkatan jumlah cairan vagina pada pengaruh hormone cairan tersebut tidak menimbulkan rasa gatal, warnanya jernih dan jumlahnya tidak banyak. h) Mamae menjadi tegang dan membesar, keadaan ini disebabkan pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae. 4) Tanda pasti kehamilan (Saifudin, 2010). a) Adanya gerakan janin sejak usia kehamilan 16 minggu. b) Terdengar denyut jantung janin pada kehamilan 12 minggu dengan fetal elektro cardiograph dan pada kehamilan 18-20 minggu dengan stethoscope leannec. c) Terabanya bagian-bagian janin. d) Terlihat kerangka janin bila dilakukan pemeriksaan Rongent. e) Terlihat kantong janin pada pemeriksaan USG c. Kunjungan dalam kehamilan Menurut Saifudin (2010), ibu hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan.
11
1) Kehamilan trimester I (<14 minggu) satu kali kunjungan. 2) Kehamilan trimester II (14-28 minggu) satu kali kunjungan. 3) Kehamilan trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36) dua kali kunjungan. Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk memerikasakan kehamailannya dengan jadwal sebagia berikut: Kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 36-40 minggu satu minggu sekali. Bila ada masalah atau ganggun kehamilannya, ibu segera menemui petugas kesehatan (bidan atau dokter) untuk penanganan lebih lanjut. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan Menurut
Sulistyawati
(2013),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kehamilan antara lain : 1) Faktor fisik Berkaitan dengan status kesehatan kehamilan pada usia tua, berkaitan dengan status kesehatan kehamilan multiple, berkaitan dengan status kesehatan kehamilan dengan HIV. 2) Status gizi Pemenuhan
gizi
seimbang
selama
hamil
akan
meningkatkan kondisi kesehatan bayi dan ibu, terutama dalam menghadapi masa nifas sabagai modal awal untuk menyusui. 3) Gaya hidup Berkaitan dengan perokok, minuman keras, obat-obatan penenang (narkoba), pergaulan bebas (hamil pranikah, hamil tidak diinginkan). 4) Faktor psikologis a)
Stresol internal Faktor pemicu stress ibu hamil berasal dari ibu sendiri seperti adanya beban psikologis yang ditanggung oleh
ibu
yang
perkembangan bayi.
dapat
menyebabkan
gangguan
12
b)
Strsol eksternal Pemicu stress yang berasal dariluar antara lain: masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran dengan suami, dan tekanan dari lingkungan.
e. Gizi bagi ibu hamil Seorang yang hamil mengalami peningkatan metabolisme energi, kerena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat. Peningkatan energi dan gizi tersebut diperlukan untuk tumbuh kembang
janin,
pertambahan
besarnya
organ
kandungan,
perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Kristiyanasri, 2010). Menurut Kristiyanasri (2010), kebutuhan gizi ibu hamil adalah sebagai berikut : 1) Kebutuhan energy atau kalori a)
Kebutuhan energi yaitu : 27.000-80.000 Kkal atau 100 Kkal/hari.
b)
Kegunaan untuk pertumbuhan janin, plasenta, jaringan payudara dan cadangan lemak.
c)
Sumber
:
sumber
energi
bisa
didapat
dengan
mengkonsumsi beras, jagung, gandum, kentang, ubi jalar, ubi kayu dan sagu. 2) Karbohidrat a)
Kebutuhan : sekitar 1.500 kalori
b)
Kegunaan : karbohidrat dapat melindungi protein terhadap pembakaran
menjadi
energi.
Mengkonsumsi
cukup
karbohidrat kompleks dapat mencegah sembelit. c)
Sumber : bahan makanan yang merupakan sumber karbohidrat adalah serelia (padi-padian) dan produk olahannya juga kentang, umbi-umbian, dan jagung.
3) Protein dan asam amino a)
Kebutuhan : 350-450 gram.
b)
Kegunaan : untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga untuk pembentukan plasenta dan cairan amnion,
13
pertumbuhan
jaringan
maternal
seperti
pertumbuhan
mammae ibu dan jaringan uterus serta penambahan volum darah. c)
Sumber : sumber protein bisa didapat melalui protein hewani dan nabati. Protein hewani meliputi : daging, ikan, unggas, telur dan kerang. Protein nabati meliputi : kacangkacangan seperti tahu, tempe, oncom dan selai kacang.
4) Lemak a) Kebutuhan : 25% dari seluruh kalori yang dikonsumsi sehari b) Kegunaan : lemak dibutuhkan tubuh terutama untuk membentuk energy dan serta perkembangan system syaraf janin. c) Sumber : bahan makanan sumber asam lemak mega 3 antara lain kacang-kacangan dan hasil olahannya, serta jenis ikan laut lainnya, terutama ikan laut dalam. 5) Vitamin Vitamin dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : a) Vitamin yang larut dalam lemak (1) Vitamin A (a) Kebutuhan 25 mg/hari. (b) Kegunaan : vitamin A berfungsi untuk membantu proses pertumbuhan sel dan jaringan tulang, mata, rambut, kulit, organ dalam dan fungsi rahim. (c) Sumber : sumber vitamin A adalah kuning telur, hati dan ikan. Sumber provitamin A atau karoten adalah wortel, labu kuning, bayam, kangkung dan buahbuahan berwarna kemerah-merahan. (2) Vitamin D (a) Kebutuhan : 10mg/hari. (b) Kegunaan untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi serta penyerapan kalsium dan fosfor. (c) Sumber : ikan, susu, kuning telur, minyak ikan, mentega dan hati.
14
(3) Vitamin E (a) Kebutuhan : 15 mg (22,5 IU) (b) Kegunaan
:
anti
oksidan
almiah,
mencegah
perdarahan dan mencegah keguguran. (c) Sumber : biji-bijian, sayur hijau, hati dan telur. b)
Vitamin yang larut dalm air (1) Vitamin C (a) Kebutuhan : 70 mg. (b) Kegunaan : untuk mencegah anemia, berperan dalam pembentukan kolagen interseluler dan proses penyembuhan luka. Selain itu membangun kekuatan plasenta, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan stress, serta membantu penyerapan zat besi. (c) Sumber : vitamin C adalah buah dan sayuran segar, antara lain jeruk, kiwi, papaya, bayam, kol, brokoi dan tomat. (2) Vitamin B6 Vitamin B6 penting untuk metabolisme asam amino. Vitamin B6 dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu mengatasi mual dan muntah. (3) Asam folat (a) Kebutuhan : 400 mg/hari. (b) Kegunaan : dapat mencegah cacat tabung syaraf (neural tube defects) seperti spina bifida. (c) Sumber : hasil ternak dan olahannya seperti daging hati, telur, keju, susu, kacang-kacanga, dan sayursayuran.
6) Mineral a) Kalsium (1) Kebutuhan : 1200-1500 mg/hari. (2) Kegunaan : untuk pembentukan tulang dan bakal gigi janin yang dimulai sejak usia kehamilan 8 minggu.
15
(3) Sumber : susu dan produk susu lainnya seperti keju, youghourt, teri, udang kecil dan kacang-kacangan. b)
Magnesium (1) Kebutuhan : 320 mg. (2) Kegunaan : untuk mendukung pertumbuhan dari jaringan lunak. Menurut Kristiyanasri (2010), contoh menu makanan
seimbang pada ibu hamil, meliputi :
Table 2.1 Contoh Menu Makanan Seimbang pada Ibu Hamil
BahanMakanan
Porsi Hidangan
Jenis Hidangan
Sehari Nasi
5+1 porsi
Makan Pagi : Nasi
1,5
porsi
gram)
(150
dengan
ikan/daging
1
potong
sedang (40 gram), tempe 2 potong sedang (50 gram), sayur 1 mangkok dan
buah
1
potong
sedang. Sayuran
3 mangkok
Makan Selingan :
Buah
4 potong
Susu 1 gelas dan buah 1
Tempe
3 potong
potong sedang.
Daging
3 potong
Makan siang : nasi 3
Susu
2 gelas
porsi (300 gram) dengan
Minyak
5 sendok teh
lauk,sayur
dan
buah
sama dengan pagi. Selingan : Susu 1 gelas dan buah 1 potong.
16
Gula
2 sendok makan
Makan malam : Nasi 2,5 porsi (250 gram ) dengan lauk, saur dan buah sama dengan pagi atau siang Selingan : Susu 1 gelas
Sumber : Kristiyanasri, 2010
B. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum a. Pengertian Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu menderita Hiperemesis Gravidarum jika seorang ibu memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu sangat turun, turgor kulit kurang, tubuh sangat lemas, muka pucat, aktifitas sehari-hari menjadi terganggu, keadaan umum menurun, dan timbul aseton dalam air kencing (Rukiyah, 2010). b. Etiologi Hiperemesis gravidarum Menurut hasil penelitian Yossi Fitriani ada beberapa faktor predisposisi
yang
berhubungan
dengan
meningkatnya
resiko
hiperemesis gravidarum yaitu : 1) Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormone memegang peranan kerena pada kedua keadaan tersebut human chorionic gonadotropin di bentuk kelebihan. 2) Fisik, terdapat kemungkinan masuknya villi khorealis ke dalam sirkulasi darah ibu, terjadinya peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan human chorionic gonadotropin, faktor konsentrasi human chorionic gonadotropin yang tinggi, faktor gizi/anemia meningkat terjadinya hiperemesis gravidarum. 3) Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organic.
17
4) Faktor Psikologik bergantung pada apakah ibu dapat menerima kehamilannya dan apakah kehamilannya diinginkan atau tidak, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan. 5) Faktor adaptasi dan hormonal, pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum. c. Patofisologis Hiperemesis gravidarum Menurut Manuaba (2010), diawali dengan muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan deurisis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan, menutup untuk memberikan nutrisi dan mengkonsusmsi O2. Oleh kerena itu dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke arah anaerobic yang menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah
yang
berlebihan
dapat
menimbulkan
perubahan
elektrolit sehingga PH darah menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua itu masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital sebagai berkut : 1) Hepar Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus, terjadi perdarahan pada parenkin liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum. 2) Ginjal Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolism tertimbun, terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal, sistem saraf pusat terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel. d. Gejala dan tingkat Hiperemesis Gravidarum Menurut
Norma
dan
Dwi
(2013),
gejala
Hiperemesis
gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi 3 tingkat, meliputi : 1) Tingkat I (Ringan), dengan gejala mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun, rasa nyeri di epigastrum, nadi meningkat dan tekanan darah turun, turgor kulit turun, lidah kering dan mata cekung. 2) Tingkat II (Sedang), dengan gejala mual muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah dan
18
apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), tekanan darah turun, ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, hemokonsentrasi, oligoria dan konstipasi, dapat pula terjadi asetonuria dan nafas keluar bau aseton. 3) Tingkat III (Berat), dengan gejala keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil (halus) dan cepat, dehidrasi hebat, suhu badan naik dan tekanan darah turun sekali, icterus, komplikasi yang sangat fatal terjadi pada susunan syaraf pusat (ensefalopati wernicke, ristagmus, diplopia, perubahan mental). Untuk usia kehamilan pada hiperemesis gravidarum grade I,II dan III yaitu dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia kehamilan diantara 30-60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60-70 hari kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari (Prawirohardjo, 2010). e. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum Diagnosis hiperemesis gravidarum dapat dengan mudah ditegakkan melalui gambaran klinis seperti amenore, mual muntah berlebihan, atau segala yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan, sampai mengganggu aktifitas sehari-hari, nyeri perut bagian bawah (tidak berhubungan dengan persalinan normal) (Sulistyawati, 2013) f. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum Prinsip pencegahan menurut Fauziyah (2012), adalah dengan memberikan edukasi tentang diet dan gaya hidup untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup ibu hamil. Diet ibu hamil yaitu makan sedikit-sedikit tapi sering, kaya akan karbohidrat dan rendah lemak, memberikan makanan selingan seperti snack, kacang, biskuit dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur, menghindari makanan yang berminyak dan berbau, makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau sangat dingin. Edukasi gaya hidup bisa dengan istirahat dan dukungan emosional.
19
Ada tiga macam diet pada hipeemesis gravidarum, yaitu : 1) Diet hiperemesis I makanan hanya berupa roti kering
dan buah-
buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang akan zat-zat gizi kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. 2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makana yang bernilai gizi tinggi. Pemberian minuman tidak diberikan bersama makan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D. 3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemeis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium. g. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan Norm dan Dwi (2013) yaitu : 1) Terapi obat menggunakan sedative, yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 atau B kompleks. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti stimetil atau khlorpromasin. Terapi obat menggunakan sedative, yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 atau B kompleks. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti stimetil atau khlorpromasin. 2) Menganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang berbau lemak dan berminyak. 3) Menganjurkan ibu untuk mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering, menghindari makanan yang berbau lemak dan berminyak. 4) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit. 5) Isolasi, penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi yang cerah dan peredaran darah yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan bidan yang boleh masuk kedalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
20
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengorbanan. 6) Terapi psikologik, perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut karena kehamilan, kurangi pekerjaan dan menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakangnya penyakit ini. 7) Cairan parenteral, berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit dengan dekstrosa 5%-10% dalam cairan garam, fisiologis dilakukan sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu berikan vitamin intravena, elektrolit (kalsium, kalium, dan natrium) serta protein. 8) Penghentian kehamilan, pada keadaan yang sangat berat tindakan ini dilakukan dengan indikasi gangguan kesadaran dan saraf, somnelon sampai koma, ensefalopati wernick, gangguan organic (perdarahan esofagus, lambung, retina) atau gangguan fungsi hati dan ginjal (Manuaba, 2010). 9) Menganjurkan ibu untuk bedreast total. h. Prognosis Hiperemesis Gravidarum Menurut Manuaba (2010), prognosis hiperemesis gravidarum melalui pengobatan konservatif melalui rehidrasi dan pemberian glukosa. Kriteria keberhasilan pengobatan dapat ditentukan sebagai berikut : rehidrasi berhasil dan turgor kulit pulih kembali, diuresis bertambah
banyak
sehingga
benda
keton
semakin
berkurang,
kesadaran penderita semakin membaik, keadaan icterus semakin berkurang, hasil pemeriksaan laboratorium membaik artinya benda keton semakin berkurang.
C. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisirkan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Simatupang,2008).
21
2. Proses Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney Dalam penyusunan studi kasus inii penulis mengacu pada penerapan manajemen kebidanan pada ibu hamil degan Hiperemesis Gravidarum
menurut
7
langkah
Varney
karena
metode
dan
pendekatannya sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien. Dalam proses ketujuh langkah tersebut dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, yaitu: a. Langkah I : Pengkajian Pengkaji adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk pengumpulan semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Hidayat dan Sujiatini, 2010). b. Langkah II : Interpretasi Data Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau
masalah
dan
kebutuhan
klien
berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar
yang
sudah
dikumpulkan
diinterpretasikan
sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik (Hidayat dan Sujiatini, 2010). c. Langkah III : Diagnosa Potensial Diagnosa potensial adalah mengidentifikaiskan masalah atau diagnosa potensial lain didasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose atau masalah potensial benar-benar terjadi. Dan yang paling penting asuhan yang aman (Hidayat dan Sujiatini, 2010). d. Langkah IV : Antisipasi Antisipasi adalah mengidentifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan
pada
tahap
ini
adalah
konsultasi,
mmelakukan rujukan (Rukiyah dkk,2013).
kolaborasi,
dan
22
e. Langkah V : Perencanaan Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan rujukan yang mungkin diperukan (Rukiyah dkk,2013). f.
Langkah VI : Pelaksanaan Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh mengarahkan
seperti atau
yang
diuraikan
melaksanakan
pada
langkah
kelima,
asuhan
secara
rencana
efesiensi dan bermutu (Rukiyah dkk, 2013). g. Langkah VII : Evaluasi Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah rencana tersebut (Rukiyah dkk, 2013). 3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketaahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu : a. Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney. b. Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. c. Assessment atau analisa data Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dalam suatu identifikasi diagnosa atau masalah, potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
23
d. Planning atau penatalaksanaan Menggambarkan
pendokumentasian
dari
perencanaan,
tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,7 Varney (Salmah, 2010). 4. Keterkaitan
antara
Manajemen
Kebidanan
dan
Sistem
Pendokumentasian SOAP. Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Alur pikir Bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Management Kebidanan 1)
7 Langkah (varney) Data Masalah/Diagnosa Antisipasi masalahpotensial/di agnoselain Menetapkan kebutuhan segera untuk konsultasi, kolaborasi Perencanaan Asuhan
5 Langkah (kompetensi bidan) Data
Assesment/Diagnos a
Perencanaan Asuhan
Implementasi
Implementasi
Evaluasi
Evaluasi
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
SOAP NOTES Subjektif& Objektif
Assesment/Diagno sa
Planning : a. Konsul b. Tes diagnostik c. Rujukan d. Pendidikan d. Konseling e. Follow up
Gambar 2.2 Alur Pikir Bidan (Sumber Varney , 2007)
24
D. Landasan Hukum Tugas dan Kewenangan Bidan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010, Tentang Penyelenggaraan Praktik Bidan a. Pasal 9 Bidan
dalam
menyelenggarakan
praktik,
berwenang
untuk
memberikan pelayann meliputi : 1) Pelayanan kesehatan ibu 2) Pelayanan kesehatan anak 3) Pelayanan
kesehatan
reproduksi
perempuan
dan
keluarga
berencana b. Pasal 10 1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana di maksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. 2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil. b) Pelayanan antenatal pada kehamialn normal. c) Pelayanan persalinan normal. d) Pelayanan ibu nifas normal. e) Pelayanan ibu menyusui, dan f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan. 3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk : a) Episiotomi. b) Penjahitan jalan lahir tingkat 1 dan 3. c) Penanganan kegawatdaruratan, dianjurkan untuk perujukan. d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil. e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. f) Fasilitas atau bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif. g) Pemberian uteronika pada manajemen aktif kala tiga postpartum.
25
h) Penyuluhan dan konseling. i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil. j) Pemberian surat keterangan kematian, dan k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Sebelum Hamil, Masa
Hamil,
Persalinan,
Melahirkan,Penyelenggaraan
dan
pelayanan
Masa
Sesudah
Kontrasepsi
dan
Pelayanan Kesehatan Seksualitas. a. Pasal 6 1) Pemeriksaan fisik bagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (3) huruf a saling meliputi : a) Pemeriksaan fisik b) Pemeriksaan status gizi 2) Pemeriksaan status gizi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b harus dilakukan terutama untuk : a) Menanggulangi masalah kekurangan energi kronis (KEK) b) Pemeriksaan status anemia b. Pasal 9 1) Pemberian suplementasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (3) huruf d bertujuan untuk pencegahan anemia gizi. 2) Pemberian suplemen gizi untuk pencegahan anemia gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah. c. Pasal 13 1) Pelayanan kesehatan masa hamil sekurang-kurangnya 4 kali selama kehamilan : a) 1 kali pada trimester pertama. b) 1 kali pada trimester kedua. c) 2 kali pada trimester ketiga 2) Pelayanan
kesehatan
pada
masa
hamil
sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan.
26
3) Pelayann kesehatan masa hamil sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dilakukan sesuai standar dan dicatat dalam buku KIA. 4) Ketentuan mengenal buku KIA dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
E. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat I S
: Data sujektif di ambil berdasarkan anamnesa, penderita merasa lemah, mual muntah terus menerus, tidak mau makan, berat badan turun. (Rukiyah dkk, 2013).
O
: Data objektif diambil berdasarkan : a. Pemeriksaan tanda-tanda vital Biasanya pada hiperemesis gravidarum keadaan umum lemah, tekanan darah menurun, nadi sekitar 100 x/menit, suhu mengalami kenaikan dari batas normal karena dehidrasi, pernapasan lebih cepat (Fauziyah, 2012). b. Inspeksi Pada pemeriksaan ini terlihat muka tampak pucat, turgor kulit turun, mata cekung, dan lidah kering (Fauziyah, 2012). c. Palpasi Untuk mengetahui bentuk perut dan pembesaran perut, gerakan janin, TFU, hasil pemeriksaan palpasi leopold, TBJ, DJJ, dan presentasi (Prawirohardjo, 2010). Pada kasus hiperemesis
gravidarum
akan
teraba
rasa
nyeri
di
epigastrum (Manuaba, 2010). A
:Dapat
disimpulkan
analisa
data
menjadi
Hiperemesis
Gravidarum Tingkat I. Kebutuhan : Beri penyuluhan bahwa kehamilan dan persalinan proses fisiologis, anjurkan makan sedikit-sedikit
tapi
sering.
Diagnosa
potensial
:
Terjadi
dehidrasi, tergangguanya keseimbangan elektrolit. Tindakan segera : kolaborasi dengan Dokter Obgyn (Manuaba, 2010).
27
P
: Pada kasus hiperemesis gravidarum penatalaksanaanya Norma dan Dwi (2013) : 1) Terapi obat menggunakan sedative, yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 atau B kompleks. Pada keadaan lebih berat
diberikan
antiemetik
seperti
stimetil
atau
khlorpromasin. 2) Menganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang berbau lemak dan berminyak. 3) Menganjurkan ibu untuk mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering, menghindari makanan yang berbau lemak dan berminyak. 4) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit. 5) Isolasi, penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi yang cerah dan peredaran darah yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan bidan yang boleh masuk kedalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Kadangkadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengorbanan. 6) Terapi psikologik, perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut karena kehamilan, kurangi pekerjaab dan menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakangnya penyakit ini. 7) Cairan parenteral, berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit dengan dekstrosa 5%-10% dalam cairan garam, fisiologis dilakukan sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu berikan vitamin intravena, elektrolit (kalsium, kalium, dan natrium) serta protein. 8) Penghentian kehamilan, pada keadaan yang sangat berat tindakan
ini
dilakukan
dengan
indikasi
gangguan
28
kesadaran dan saraf, somnelon sampai koma, ensefalopati wernick,
gangguan
organic
(perdarahan
esofagus,
lambung, retina) atau gangguan fungsi hati dan ginjal (Manuaba, 2010). 9) Menganjurkan ibu untuk bedreast total.
DAFTAR PUSTAKA Ayat Al-Qur’an surat Al-Mu’minun :12-14. Ayat Al-Qur’an surat Yunus : 57. Data kasus pada ibu hamil di RSUD Kabupaten Ciamis, 2015. Fauziyah, Y. (2012). Obstetri Patologi. Yogyakarta : Nuha Mendika. Hidayat dan Sujiatini (2010). Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta : Salemba Medika. Jannah, N. (2012). Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : ARRuzz Media. Kristiyanasri, W. (2010).Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika. Lisnawati, L. (2014). Asuhan Kebidanan terkini Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta : CV Trans info Media. Manuaba, (2010). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC. Norma, Dwi (2013). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika. Notoatmodjo, S. (2010). Metode dan Teknik Pengumpulan Data (internet). Tersedia dalam http//salimafarma.blogspot.com(accessed 29 April 2015). Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
1464/Menkes/PER/X2010
Indonesia
tentang
izin
Nomor dan
penyelenggaraan Praktik Bidan. Prawirohardjo, (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti. (2010). Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta : TIM. Rukiyah, dkk. (2013). Asuhan Kebidanan I Kehamilan. Yogyakarta : Trans Info Media. Saifuddin, AB. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Pendidikan Bina Pustaka. Salmah, (2010). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC. Simatupang, J. (2008). Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta : EGC. Sulistyawati, (2013). Asuhan Kebidanan Pada Masa Hamil. Jakarta : Salemba Medika.
45
Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta : EGC. Walyani, (2015). Konsep Dasar Kehamilan. Jakarta : EGC Wiknjosastro, (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Pendidikan Bina Pustaka. Yossi
Fitriani.
2014.
Faktor-Faktor
Yang
Berhubungan
Dengan
Kecemasan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Palembayan
Jorong
Koto
Tinggi
http://docs.google./skripsi.com. 2014.
46
Tersedia
dalam