ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN RETENSIO URINE DI RSUD CIAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : FABIYOLA NURUL CLARA SUCI NIM.13DB277016
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat illahi Robbi atas taufik, rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Retensio Urine di RSUD Ciamis “ Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar ahli madya kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat : 1.
Dr. H. Zulkarnaen SH., MH. selaku Ketua BPH STIKes Muhammadiyah Ciamis.
2.
H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes. selaku ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis.
3.
Heni Heryani, SST., M.KM. selaku ketua Program Studi D III Kebidanan.
4.
Resna Litasari, SST, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5.
Sri Utami Asmarani, SST, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6.
Yayat Suryat, S.Ag. selaku pembimbing AIK yang telah memberikan arahan dan bimbingna dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
7.
Direktur RSUD Kabupaten Ciamis yang telah memberikan ijin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
8.
Bidan-bidan di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
9.
Ny. I yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
10. Kedua orangtua yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
v
11. Teman-teman
satu
asrama
yang
bersedia
menukar
pikiran
dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 12. Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerjasamanya. Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan. Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih banyak semoga apa yang dicita-citakan kita bersama di kabulkan Allah SWT, amin. Ciamis, 27 Juni 2016
Penyusun
vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN RETENSIO URINE DI RSUD KABUPATEN CIAMMIS1 Fabiyola Nurul Clara Suci2 Resna Litasari3 Sri Utami Asmarani4
INTISARI
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu Retensio urine postpartum adalah diaphoresis yang terjadi dalam 12-24 jam postpartum. Angka kejadian retensio urine di ruang Delima RSUD Ciamis dalam 3 tahun terakhir pada tahun 2014 sebanyak 2,3%%, tahun 2015 sebanyak 2,18%, tahun 2016 bulan januari-februari 5,8%. Jika retensio urine tidak dikelola dengan segera dan baik, akan terjadi komplikasi pada masa nifas. Beberapa komplikasi akibat retensio urine postpartum adalah terjadinya uremia, infeksi, sepsis, bahkan terjadinya merupakan ruptur spontan vesika urinaria. Tujuan penyysunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine dengan menggunakan pendekatan proses managementkebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu nifas ini dilakukan selama 3 hari di Ruang Nifas di RSUD Kabupaten Ciamis. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine di RSUD Kabupaten Ciamis dilaksanakan cukup baik. Kata Kunci Kepustakaan Halaman
: Asuhan, Kebidanan, Nifas, Retensio Urine : 26 buah (2003-2014) : i-xi, 45 halaman, 7 lampiran
1
Judul Penukisan Ilmiah 2Mahasiswa STIKes Muhamadiyah Ciamis STIKes Muhamadiyah Ciamis 4Dosen STIKes Muhamadiyah Ciamis.
vii
3
Dosen
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
v
INTISARI ............................................................................................................. vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
5
C. Tujuan ...............................................................................................
5
1. Tujuan Umum ..........................................................................................
5
2. Tujuan Khusus .........................................................................................
5
D. Manfaat.............................................................................................
6
1. Manfaat Teoritis ..........................................................................
6
2. Manfaat Praktis ..........................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar...................................................................................
7
1.
Nifas ..........................................................................................
7
2.
Retensio Urine .......................................................................... 11
B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................... 13 1.
Pengertian ................................................................................. 13
2.
Manajemen Kebidanan dan 7 Langkah Varney ....................... 13
3.
Data Perkembangan ................................................................. 17
viii
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Nifas Dengan Retensio Urine ................................................................................................. 19 D. Kewenangan Bidan .......................................................................... 26
BAB III TINJAUAN KASUS A. Metode Pengkajian .......................................................................... 28 B. Tempat dan Waktu Pengkajian ........................................................ 29 C. Subjek yang Dikaji ............................................................................ 29 D. Jenis Data yang digunakan.............................................................. 29 E. Instrumen Pengkajian ...................................................................... 29 F.
Tinjauan Kasus................................................................................. 30
BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Data Dasar .................................................................... 36 B. Interpretasi Data ............................................................................... 37 C. Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial ......................... 37 D. Antisipasi .......................................................................................... 37 E. Perencanaan .................................................................................... 38 F.
Pelaksanaan ..................................................................................... 38
G. Evaluasi ............................................................................................ 39
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan........................................................................................... 41 B. Saran ................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43 LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut involusi ....................
x
8
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.2 Skema Langkah-langkah Proses Manajemen .............................. 18
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Time Schedule Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4 Surat Balasan Ijin Pra Penelitian Lampiran 5 Daftar Tilik Asuhan pada Ibu Nifas Lampiran 6 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 7 Kartu Bimbingan
xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010). Apabila wanita tidak dapat melahirkan secara normal maka tenaga medis akan melakukan persalinan alternative untuk membantu pengeluaran janin (Bobak, et.al, 2005). Millenium Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan yang disepakati oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) termasuk Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada bulan September tahun 2000. Seperti yang dicanangkan dalam MDGs nomor empat dan nomor lima diharapkan setiap negara anggota mampu menurunkan angka kematian ibu dan balitanya (Manuaba, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) dalam 20 tahun, jumlah kematian ibu telah menurun pada tahun 1990-2010 yaitu dari 543.000 pada tahun 1990 menjadi 287.000 pada tahun 2010. Angka kematian ibu (AKI) di dunia menjadi 210 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2012). Di Indonesia, AKI menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Sementara target yang akan dicapai sesuai kesepakatan MDGs tahun 2015, angka kematian ibu turun menjadi 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2012) Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat tahun 2012 jumlah kematian ibu maternal yang terlaporkan sebanyak 818 orang (87,99/100.000 kelahiran hidup), tertinggi terdapat di Kabupaten Sukabumi dan Cirebon dan terendah di Kota Cirebon dan Kota Bandung. Kabupaten Ciamis masih banyak sekali dihadapkan dengan permasalahan kesehatan masyarakat terutama masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun
1
2
2012 AKI Kabupaten Ciamis sebesar 23 per 100.000 Kelahiran Hidup (Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, 2012). Dari data distribusi frekuensi penyebab kematian ibu melahirkan oleh Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, terdapat tiga faktor penyebab utama kematian ibu diantaranya adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan disusul infeksi (11%). Program
terbaru
yang dikeluarkan oleh
pemerintah
untuk
menurunkan AKI dan AKB di Indonesia adalah program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS). Program EMAS merupakan program hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan lembaga donor USAID, yang bertujuan untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia sebesar 25%. Untuk mencapai target tersebut, program EMAS akan dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan, dimana pada tahun pertama akan dilaksanakan pada 10 kabupaten. Hal tersebut bukan tanpa alasan, karena berdasarkan data Kementerian Kesehatan sekitar 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Demikian pula dengan kematian neonatal, sekitar 58,1% dari jumlah total nasional juga “disumbangkan” oleh keenam provinsi tersebut (Kementrian Kesehatan RI, 2012). Ada
beberapa
upaya
yang
dilakukan
pemerintah
untuk
menurunkan AKI dan AKB, yaitu, mendekatkan pelayanan kesehatan di tengah masyarakat dan menempatkan bidan desa, meningkatkan program KB sehingga ibu hamil makin berkurang dan komplikasi makin menurun, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menyebarkan keberadaan ahli
obstetri
meningkatkan
ginekologi upaya
yang
rujukan
berorientasi dipelayanan
pada
aspek
kesehatan,
sosialnya, melakukan
pemeriksaan kehamilan persalinan yang bersih dan aman (Syafrudin, 2015). Guna menurunkan angka kematian ibu yang masih cukup tinggi, salah satu upaya adalah meningkatkan mutu pelayanan bidan melalui standarisasi bidan praktik swasta (BPS). Peningkatan peran dan kompetensi bidan harus dilakukan sebagai salah satu cara menurunkan
3
angka kematian ibu. Ibu hamil diharapkan dapat dengan mudah mengakses layanan persalinan yang aman. Dengan cara seperti ini, diharapkan angka kematian ibu bisa ditekan. Sementara untuk membuat persalinan yang aman harus melibatkan seluruh komponen, salah satunya meningkatkan peran dan kompetensi bidan (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Tinjauan islam sendiri tentang masa nifas seorang wanita muslim : Darah nifasnya berhenti sebelum sempurna 40 hari dan setelah itu sama sekali tidak keluar lagi. Maka ketika darah tersebut berhenti/tidak keluar lagi, si wanita harus mandi, puasa (bila bertepatan dengan bulan Ramadhan), dan mengerjakan shalat (bila telah masuk waktunya). Dalil tentang nifas diambil dari Hadist Riwayat Ibu Salamah yang berbunyi: ْسلَ َم َة رض َقالَت ِ َكا َن َ َعنْ ا ُ ِّم: ِاس اَ ْر َب ِع ْينَ لَ ْيلَ ًة الَ َيأْ ُم ُرهَا ال َّنبِ ُّي ص بِ َقضَاء ِ ت ْال َم ْرأَةُ مِنْ نِسَاءِ ال َّنبِ ِّي ص َت ْق ُع ُد فِى ْال ِّن َف اس َ . ابو داود ِ صالَ ِة ال ِّن َف Artinya : Dari Ummu Salamah, ia berkata : Adalah wanita-wanita dari istri-istri Nabi SAW, mereka tidak shalat diwaktu nifas selama 40 hari, dan Nabi SAW tidak memerintahkannya mengqadla shalat karena nifas”. [HR. Abu Dawud] Dalam hadis ini terdapat dalil yang menunjukan bahwa seorang wanita yang sedang dalam masa nifas tidak diperbolehkan shalat (bila telah masuk waktunya), dan berpuasa (jika bertepatan dengan bulan Ramadhan) selama 40 hari 40 malam atau selama masa nifasnya belum selesai dan tidak perlu mengqadha atau mengganti shalat maupun puasa tersebut karena masih dalam masa nifas. Retensio urine postpartum adalah diaphoresis yang terjadi dalam 12-24 jam postpartum. Retensio urine adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urine yang terkumpul di dalam kandung kemih hingga kapasitas maksimal kandung kemih terlampaui. Adanya penyumbatan pada uretra, kontraksi kandung kemih yang tidak adekuat, atau tidak adanya koordinasi antara kandung kemih dan uretra dapat menimbulkan terjadinya retensi urine (Purnomo, 2014). Retensio urine postpartum dapat menimbulkan komplikasi pada masa nifas. Beberapa komplikasi akibat
4
retensio urine postpartum adalah terjadinya uremia, infeksi, sepsis, bahkan terjadinya merupakan ruptur spontan vesika urinaria (Andi, 2012). Retensio urine adalah akumulasi urine yang nyata dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan pengosongan kandung kemih, sehingga timbul perasaan tegang, tidak nyaman, nyeri tekan pada simpisis, gelisah, dan terjadi diaphoresis (berkeringat). Tanda-tanda utama retensio urine akut adalah tidak adanya pengeluaran urine selama beberapa jam dan terdapat distensi kandung kemih. Klien yang berada di bawah pengaruh anestesi atau analgetik mungkin hanya merasakan adanya tekanan, tetapi klien yang sadar akan merasakan nyeri hebat karena distensi kandung kemih melampaui kapasitas normalnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ekasari (2014) dari hasil penelitian menunjukan bahwa waktu pertama buang air kecil (BAK) pada ibu postpartum yang telah dilakukan bladder training seluruh ibu postpartum dapat buang air kecil (BAK) dengan cepat setelah melahirkan dengan ratarata waktu pertama kali buang air kecil (BAK) 2,7 jam. Pada tahun 2015 jumlah ibu nifas sebanyak 734 orang dan jumlah ibu nifas dengan retensio urine sebanyak 16 orang dari 734 atau sebanyak 2,17% ibu nifas. Hal ini ada penurunan dari tahun 2014 yang jumlah ibu nifas 693 orang dan jumlah ibu nifas dengan retensio urine sebanyak 18 orang atau sebanyak 2,5%,, sedangkan jumlah ibu nifas dengan retensio urine tahun 2016 sebanyak 3 orang dari 52 jumlah ibu nifas di RSUD Ciamis atau sebanyak 5,7%. (RSUD Ciamis, 2016). Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas dengan retensio urine adalah: Medeteksi komplikasi dan perlunya rujukan, Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman, Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi dan Memulai dan mendorong pemberian ASI (Ambarwati, dkk. 2009:h.3)
5
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji adalah: “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Retensio Urine di RSUD Ciamis ?”
C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine di ruang Delima RSUD Ciamis dengan secara mandiri dan kolaborasi melalui pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2.
Tujuan Khusus Diharapkan setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine penulis mampu: a.
Melakukan pengkajian secara lengkap dengan mengumpulkan semua daya yang meliputi data subyektif dan obyektif terhadap ibu nifas dengan retensio urine di ruang Delima RSUD Ciamis.
b.
Menginterpretasikan data dan menemukan diagnose atau masalah utama dan kebutuhan terhadap ibu nifas dengan retensio urine di ruang Delima RSUD Ciamis.
c.
Menentukan diagnosa potensial dari hasil pengkajian asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine di ruang Delima RSUD Ciamis.
d.
Memberi tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine di ruang Delima RSUD Ciamis
e.
Merencanakan asuhan yang menyeluruh sesuai dengan pengkajian pada ibu nifas dengan retensio urine di ruang Delima RSUD Ciamis
f.
Melaksanakan perencanaan asuhan kebidanan ibu nifas dengan retensio urine di ruang Delima RSUD Ciamis.
g.
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine di ruang Delima RSUD Ciamis.
6
D.
Manfaat 1.
Manfaat Teoritis Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan pada asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine di ruang nifas RSUD Ciamis.
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Ibu Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas, diharapkan ibu dapat
melewati masa nifas tanpa terjadi
konflikasi. b.
Bagi Profesi Dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai upaya peningkatan mutu dalam memberikan asuhan kebidanan khusunya pada ibu nifas dengan retensio urine.
c.
Bagi Instasi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dalam melakukan asuhan kebidanan untuk meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif, sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah diberikan khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.
d.
Bagi Instituti Pendidikan Agar institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang telah di dapat
dengan
mempraktekkan
dan
menerapkan
pada
pasien/klien secara langsung dengan cara mengikuti pelatihan. e.
Bagi Penulis Studi kasus ini sebagai bahan masukan atau informasi untuk mahasiswa mampu mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang telah di dapat selama perkuliahan mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap praktek di lapangan.
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Konsep Dasar 1.
Masa Nifas a.
Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010). Masa nifas (puerperium) di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kirakira 6minggu (Prawirohardjo, 2011). Puerperium ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Involusio
adalah
perubahan
uterus
setelah
persalinan, yang berangsur angsur kembali seperti keadaan semula yang sama dengan kondisi dan ukuran dalam keadaan tidak hamil (Salemba Medika, 2009). b.
Tujuan Asuhan Masa Nifas (Prawirohardjo, 2011). Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis antara ibu dan bayinya, yaitu : 1)
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikis.
2)
Melakukan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3)
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB,
menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat. 4)
Memberikan pelayanan keluarga berencana
7
8
c.
Tahapan masa nifas menurut Vivian, dkk (2013) : 1)
Puerpurium dini Yaitu
suatu
masa
kepulihan
dimana
ibu
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan 2)
Puerpurium intermedial Yaitu suatu masa kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih 6-8 minggu
3)
Remote puerpurium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau tahunan. Pada
masa
nifas
terjadi
perubahan-perubahan
fisiologis, yaitu:
d.
1)
Perubahan fisik
2)
Involusi uterus dan pengeluaran lochea
3)
Laktasi/pengeluaran ASI
4)
Perubahan sistem tubuh lainnya
5)
Perubahan psikis
Perubahan masa nifas 1)
Uterus Secara
berangsur-angsur
menjadi
kecil
(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti keadaan semula. Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut masa involusi : Tabel 1.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut involusi Involusi TFU Berat Uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 garam Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan shymfisis-pusat 500 gram 2 minggu Tidak teraba di atas shymfisis 350 gram 6 minggu Bertambah kecil 50 gram 8 minggu Sebesar normal 30 gram Sumber : Sarwono. 2008
9
2)
Bekas implantasi uri : plecenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke cavum uteri dengan diameter 7,5 cm, 2 minggu 3,5 cm, pada minggu ke-6 2,4 cm dan akhirnya pulih.
3)
Lochea : cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. (Eka dan Ramandini, 2014). a)
Lochea Rubra (Cruenta). Waktu keluarnya selama 2 hari posr partum. Konsistensi cair, warna merah, baunya biasanya / khas, berisi darah segar, dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
b)
Lochea Sanguinolenta. Waktu keluarnya hari ke 37 post partum, konsistensi lebih kental dan bercampur lendir, warnanya coklat, baunya biasa dan khas.
c)
Lochea Serosa. Waktu keluarnya hari 7-14 post partum konsistensi cair dan tidak bercampur darah, warnya kuning, baunya khas atau biasa.
d)
Lochea Alba. Waktu keluarnya saat setelah 2 minggu, cairannya putih karena banyak leukosit terspat di dalamnya.
e)
Lochea Purulenta. Keluarnya jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk, warna kehijau-hijauan.
f) e.
Lochrositosis. Lochea tidak lancar keluarnya
Perawatan Pasca Persalinan (Anggraeni, 2010). 1)
Mobilisasi Karena lelah sehabis bersalin, tidur terlentang, sekma 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miringmiring untuk mencegah trombosisdan trombo emboli, lalu duduk-duduk, jalan-jalan, aktifitas ini tergantung pada komplikasi persalinan , nifas dan sembuhnya luka.
10
2)
Diet Makanan harus bergizi, cukup kalori dan yang mengandung protein, banyak cairan yang di butuhkan 2,5 L / hari, konsumsi sayuran, buah-buahan.
3)
Eliminasi BAK dan BAB Beberapa wanita mengalami kesulitan BAB dan BAK pada hari pertama setelah melahirkan. Untuk BAK, ibu nifas harus berusaha kencing sendiri, setelah 2 jam post partum, bila tidak bisa dengan alami, dan kandung kemih penuh sebaiknya dilakukan keterisasi. BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan laxan per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan huknah.
4)
Perawatan Payudara (mamae) Perawatan mamae dilakukan atau telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal laktasi harus dihentikan dengan cara : a)
Pembalutan mamae sampai tertekan
b)
Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel. Dianjurkan seklai supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
5)
Senam Masa Nifas Berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk mengencangkan otot-otot abdomen rahim yang sudah menjadi longgar akibat melahirkan.
6)
Personal Hygiene a)
Menjaga kebersihan seluruh tubuh
b)
Menganjurkan ibu setiap selesai BAK atau BAB siramlah vagina dengan air bersih dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel.
11
c)
Bila keadaan vagina terlalu kotor, cucilah dengan sabun atau cairan antiseptik yang berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme yang terlanjur berkembang didaerah tersebut.
d)
Bila keadaan luka perineum terlalu luas atau ibu dilakukan episotomi dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 10 menit setelah BAK atau BAB.
e)
Mengganti pembalut setiap selesai BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau apabila ibu sudah merasa tidak nyaman.
f)
Keringkan vagina dengan tisu atau handuk lembut setiap kali selesai membasuh agar tetap kering dan kenakan pembalut yang baru.
7)
Istirahat dan Tidur a)
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat, 8 jam, pasca persalinan ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan.
b)
Anjurkan mengkonsumsi makanan yang bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah.
c)
Anjurkan
untuk
mencegah
kelelahan
yang
berlebihan, usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. 2.
Retensio Urine a.
Pengertian Retensio urine adalah ketidak mampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara spontan. Gejala yang ada meliputi tidak adanya kemampuan sensasi untuk mengosongkan kandung kemih ketika buang air kecil, nyeri abdomen bawah atau tidak bisa berkemih sama sekali. Retensio urin dapat terjadi secara akut maupun kronik (Stanto, 2014).
12
Retensio urine akut dapat didefinisakan sebagai rasa nyeri mendadak yang timbul akibat tidak bisa berkemih selama 24 jam, membutuhkan pertolongan kateter dengan reduksi urin keluar kurang 50% dari kapasitas sistometer.. Retensio urine kronik lebih sulit untuk didefinisikan. Kandung kemih yang normal kosong secara sempurna, pada retensio urine kronik terjadi kegagalan pengosongan kandung kemih (Stanto, 2014). Retensio urine adalah tidak bisa berkemih selama 24 jam yang membutuhkan pertolongan kateter, karena tidak dapat mengeluarkan urin lebih dari 50% kapasitas kandung kemih pada saat berkemih. Biasanya berkemih spontan harus sudah terlaksana dalam 6 jam sesudah meahirkan. Apabila setelah 6 jam pasien tidak dapat berkemih dinamakan retensio urin post partum (Stanto, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ekasari (2014) dari hasil penelitian menunjukan bahwa waktu pertama buang air kecil (BAK) pada ibu postpartum yang telah dilakukan bladder training seluruh ibu postpartum dapat buang air kecil (BAK) dengan cepat setelah melahirkan dengan rata-rata waktu pertama kali buang air kecil (BAK) 2,7 jam
dan
berdasarkan
hasil
penelitian
Lestari
(2015)
menunjukan terdapat manfaat massase simpisis pubis dan pengencangan musculus transversus abdominis terhadap percepatan pengeluaran urin pada ibu postpartum spontan. b.
Penyebab Retensio Urine (Stanto, 2014) 1)
Efek dari epidural anashtesia
2)
Trauma intrapartum
3)
Reflek kejang sfingter uretra
4)
Hipotonia selama hamil dan nifas
5)
Peradangan
6)
psikogenik
7)
Kurangnya mobilisasi
8)
Umur yang tua
13
c.
Tanda dan Gejala Retensio Urine (Stanto, 2014) Untuk mengenali adanya retensio urine kita dapat melihat dengan adanya gejala-gejala seperti : 1)
Diawali dengan urine mengalir lambat
2)
Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan kandung kemih tidak efisien.
3)
Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4)
Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
5) d.
Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.
Pengaruh Retensio Urine pada Masa Nifas (Stanto, 2014) Retensio
urine
pada
masa
nifas
memberikan
pengaruh yang tidak baik terhadap ibu dan masa nifas, Retensio urine pada masa nifas dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan aktivitas menyusui karena ibu tidak akan merasa nyaman melakukan aktivitas dan nyeri perut bagian bawah karena kandung kemih yang penuh. e.
B.
Penanganan retensio urine (Stanto, 2014) 1)
Pemasanggan kateter tetap selama 24 jam
2)
Bladder training
3)
Fisiotherapy
Teori Manajemen Kebidanan 1.
Pengertian Manajemen kebidanan adalah bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan alur pikir bidan, pemecahan masalah
atau pengambilan
keputusan
klinis. Asuhan
yang
dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas, logis sehingga perlu sesuatu metode pendokumentasian (Varney, 2008). 2.
Langkah-langkah Manajemen Kebidanan a.
Langkah Pertama : Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
14
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu: 1)
Riwayat kesehatan
2)
Pemeriksaan fisik pada kesehatan
3)
Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4)
Meninjau
data
laboratorium
dan
membandingkan
dengan hasil studi. Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. b.
Langkah Kedua : Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.
c.
Langkah Ketiga : Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial. Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa
membutuhkan
yang
sudah
antisipasi,
bila
diidentifikasi.
Langkah
memungkinkan
ini
dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
15
bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi. d.
Langkah
Keempat
:
Mengidentifikasi
dan
Menetapkan
Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera . Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. e.
Langkah Kelima : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Pada
langkah ini direncanakan asuahan
yang
menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa
atau
masalah
yang
telah
diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
16
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan
akan
terjadi
berikutnya
apakah
diberikan
penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial ekonomi, kultur atau masalah psikologis. Semua
keputusan
yang
dikembangkan
dalam
asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien. f.
Langkah Keenam : Melaksanaan Perencanaan Pada
langkah
keenam
ini
rencana
asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab
untuk
mengarahkan
pelaksanaanya.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien. g.
Langkah Ketujuh : Evaluasi Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
(Purwoastuti dan Walyani, 2014)
17
3.
Metode
yang
digunakan
dalam
pendokumentasian
data
perkembangan asuhan kebidanan ini adalah SOAP : a.
S : Subyektif Data dari pasien didapat dari anamnesa yang merupakan langkah I Varney.
b.
O : Obyektif Hasil pemeriksaan fisik pemeriksaan diagnostik dan pendukung lain untuk mendukung asuhan.
c.
A : Assesment atau Analisa Data Kesimpulan apa yang dibuat dari data subyektif dan obyektif tersebut merupakan langkah II, III, IV Varney.
d.
P : Plan atau Penatalaksanaan Menggambarkan
pelaksanaan
dari
tindakan
dan
evaluasi
perencanaan berdasarkan assessment sebagai langkah V, VI, VII Varney.
18
Dari penjelasan diatas dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Alur pikir Bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Management Kebidanan
7 Langkah (varney) Data
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan 5 Langkah (kompetensi bidan) Data
SOAP NOTES Subjektif & Objektif
Masalah/Diagnosa Antisipasi masalah potensial/diagnosa lain Menetapkan
Assement/Diagnosa
Assement/Diagnosa
kebutuhan segera untuk konsultasi, kolaborasi Plan : Perencanaan Asuhan
Perencanaan Asuhan
Implementasi
Implementasi
Evaluasi
Evaluasi
a. Konsul b. Tes diagnostik c. Rujukan d. Pendidikan d. Konseling e. Follow up
Gambar 1.2 Skema langkah-langkah proses manajemen [Sumber : Dwana, dkk. 2008]
19
C.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Nifas dengan Retensio Urine Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah yang sistematis, mulat dari pengkajian analisa data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan
asuhan,
dan
evaluasi.
Manajemen
post
partum
sendiridiharapkan dapat memberi arah yang jelas untuk mengordinasi pelayanan, mengajarkan informasi yang penting, serta menyiapkan ibu post partum untuk bisa mandiri dalam merawat diri dan bayinya (Sari dan Rimandini, 2014). Asuhan kenidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan dalam bidang kesehatan, ibu pada masa hamil, nifas, dan bayi baru lahir, serta keluarga berencana (Varney, 2008). Langkah I : Pengkajian Data Dasar 1.
Data subjektif Data subjektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2007). Data subyektif menjadi : a.
Biodata : Identitas pasien dan penanggung jawab (suami, ayah, keluarga). Menurut Sari dan Rimandani (2014), identitas meliputi : 1) Nama Pasien
:
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak
keliru
dalam
memberikan
penanganan (Sari dan Rimandini, 2014 2) Umur
:
Dicatat
dalam
tahun,
untuk
mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari
reproduksi
20
tahun,
belum
alat-alat matang.
Sedangkan umur ibu lebih dari 35 tahun
rentan
sekali
perdarahan
dalam
masa
nifas
(Sari
dan
20
Rimandini, 2014). 3) Suku/bangsa
:
Berpengaruh pada adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari.
4) Agama
:
Untuk mengetahui keyakinan agama pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
5) Pendidikan
:
Berpengaruh
dalam
tindakan
kebidanan dan untuk mengetahui sejauh
mana
intelektualnya,
sehingga biadn dapat memberikan konseling
sesuai
dengan
pendidikannya. 6) Pekerjaan
:
Gunanya
untukmengetahui
dan
mengukur tingkat social ekonominya karena
ini
juga
mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut. :
7) Alamat
Ditanyakan
untuk
mempermudah
kunjungan rumah bila diperlukan. b.
Keluhan Utama Untuk
mengetahui
masalah
yang
dihadapi
yang
berkaitan dengan masa nifas. Pada kasus retensio urine ibu mengeluh susah BAK dan nyeri pada abdomen bagian bawah (Sari dan Rimandini, 2014). c.
Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien menikah, sudah berapa lama, jumlah anak, istri keberapa dan keberadaannya dalam keluarga, kesehatan dan hubungan suami istri dapat memberikan wawasan tentang keluhan yang ada (Hacker, 2006).
d.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam kesehatan yang baik), apakah
21
terdapat kompliksai atau intervensi pada kehamilan, persalinan ataupun nifas sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya (Farrer, 2006) e.
Riwayat keluarga berencana Untuk mengetahui KB yang pernah dipakai, jenis dan lama berlangsungnya dan keluhan selama menjadi akseptor KB yang digunakan (Sari dan Rimandini, 2014).
f.
Riwayat kesehatan Untuk mengetahui kebiasaan riwayat penyakit sekarang, dahulu maupun penyakit keluarga seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, serta riwayat keturunan kembar dan riwayat operasi (Sari dan Rimandini, 2014).
g.
Kebiasaan sehari-hari Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan seharihari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer, 2006). 1) Pola nutrisi
: Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasien (Sari dan Rimandani, 2014).
2) Pola eliminasi
: Untuk mengetahui berap akali ibu BAB dan BAK dalam sehari, warnanya, bau dan masalah dalam proses eliminasi. Pada ibu dengan retensio urine sejak kapan
susah
BAK
(Sari
dan
Rimandani, 2014). 3) Pola istirahat
: Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan malam (Sari dan Rimandani, 2014).
4) Aktifitas
: Untuk
mengetahui
apakah
ibu
melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan pantuan atau
22
sendiri, dan apa yang ibu rasakan ketika melakukan ambulasi apakah pusing atau tidak (Sari dan Rimandani, 2014). 5) Personal
: Untuk mengetahui apakah ibu selalu
hygiene
menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa
nifas
masih
mengeluarkan
lochea (Sari dan Rimandini, 2014). 6) Riwayat
: Untuk mengetahui respon ibu dan
psikososial
keluarga
terhadap
bayinya
karena
wanita mengalami banyak perubahan emosi atau psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi
seorang
ibu
(Sari
dan
Rimandani, 2014). 2.
Data Obyektif Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan tanda vital pada ibu serta pemeriksaan fisik yang dilakukan salah satu cara mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data obyektif dilakukan terhadap pasien (Sari dan Rimandani, 2014). a.
Keadaan umum
:
Untuk mengetahui keadaan umum ibu
baik,
sedang,
atau
lemas
(Wartonah, 2006). b.
Kesadaran
:
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai composmentis.
c.
Tanda vital 1) Tekanan darah
:
Untuk
mengetahui
faktor
resiko
hipertensi atau hipotensi, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg (Sari dan Rimandani, 2014).
23
2) Pengukuran suhu
:
Untuk
mengetahui
suhu
badan
apakah ada peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 35,60C-37,60C (Sari dan Rimandani, 2014). 3) Nadi
:
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit. Normalnya 80-90x/menit (Sari dan Rimandani, 2014).
4) Respirasi
:
Untuk
menghitung
frekuensi
pernafasan pasien dalam 1 menit, batas normalnya 18-24x/menit (Sari dan Rimandani, 2014). d.
Pemeriksaan Fisik 1)
Rambut
:
Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan berketombe atau tidak (Nursalam, 2006).
2)
Muka
:
Keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema, adakah
cloasma
gravidarum
(Wiknjosastro, 2006). 3)
Mata
:
Untuk
mengetahui
apakah
conjungtiva pucat, sclera putih (Sari dan Rimandini, 2014). 4)
Hidung
:
Untuk mengetahui adakah kelainan, adakah
polip
adakah
hidung
tersumbat (Perry & Potter, 2006). 5)
Mulut
:
Untuk
mengetahui
apakah
mulut
bersih atau tidak, ada caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak (Nursalam, 2006). 6)
Telinga
:
Bagaimana keadaan daun telinga, simetris atau tidak, adakah serumen (Alimul, 2006).
24
7)
Leher
:
Apakah ada pembesaran kelenjar gondok
atau
thyroid,
tumor
dan
pembesaran getah bening (Farrer, 2006). 8)
Payudara
:
Ukurannya simetris kanan dan kiri (Sari dan Rimandini, 2014).
9)
Abdomen
:
Adakah bekas oprasi, adakah nyeri tekan
TFU berapa jari, kandung
kemih kosong/penuh (Wiknjosastro, 2006), dan pada kasus retensio urine pada abdomen teraba penuh. 10) Genetalia
:
Untuk
mengetahui
kebersihan
pada
atau
melihat
genetalia
ibu,
anjurkan ibu agar selalu menjaga kebersihan pada alat genetalianya karna pada masa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi (Sari dan Ramandini, 2014). Langkah II : Interpretasi Data Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang benar atas dasar data–data yang dikumpulkan. 1.
Diagnosa kebidanan, dengan : Ny. ... umur ... tahun P ... A ... Hari postpartum (Estiwidani, 2008).
2.
Masalah : Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalam pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai daignosa sesuai keadaan pasien Masalah yang sering timbul pada ibu nifas dengan retensio urine yaitu ibu merasa nyeri saat berkemih atau BAK (Varney, 2008).
3.
Kebutuhan : Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data menurut Varney Kebutuhan ibu nifas dengan retensio urine adalah pemasangan
25
kateter tetap selama 24 jam, bladder training dan fisiotherapy (Estiwidani, 2008). Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di identifikasi dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Masalah potensial yang terjadi pada retensio urine pada ibu adalah terjadinya uremia, infeksi, sepsis, bahkan terjadinya ruptur spontan vesika urinaria (Andi, 2012). Langkah IV : Mengidentifikasi Tindakan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Tindakan segera yang dilakukan pada kasus retensio urine pada ibu adalah pemasangan kateter tetap selama 24 jam (Abidin, 2009). Langkah V : Menyusun rencana tindakan Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah
sebelumnya.
Langkah
ini
merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Abidin, 2009). Perencanaan asuhan pada ibu nifas dengan retensio urine: 1.
Pemasanggan kateter tetap selama 24 jam
2.
Bladder training
3.
Fisiotherapy
(Stanto, 2014) Langkah VI : Melaksanakan perencanaan Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan sebagian dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukan asuhannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. Pada situasi dimana ia harus berkolaborasi dengan dokter, misalkan karena pasien mengalani komplikasi, bidan masih tetap
26
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya, dan meningkatkan
mutu
asuhan
(Sulistyawati dan
Nugraheny
2010).
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Langkah VII : Evaluasi Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa pertimbangan yaitu tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan hasil asuhan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Hasil yang diharapkan dari manajemen kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine adalah ibu bak dengan lancar dan tidak sakit saat BAK (Purwaningsih dan Fatmawati, 2010).
D.
Kewenangan Bidan 1. Premenkes No.1464/Menkes/per/X/2010 Berdasarkan
keputusan
Mentri
Kesehatan
Republik
Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi : Berdasarkan pada pasal 10 ayat (1), pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui,dan masa antar dua kehamilan. (Depkes RI, 2010). Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1) meliputi : a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil b. Pelayanan antenatal pada masa kehamilan normal c. Pelayanan persalinan normal d. Pelayanan ibu nifas normal e. Pelayanan ibu menyusui, dan f.
Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
27
Berdasarkan
Kepmenkes
No.900/MENKES/SK/VII/2002
pasal 16 ayat (1) pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi : a. Penyuluhan dan konseling b. Pemeriksaan fisik c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan
abortus
iminens,
hiperemis
gravidarum
tingkat
I,
preeklamsi ringan dan anemia ringan e. Pertolongan persalinan normal f.
Pertolongan
persalinan
abnormal,
yang
mencakup
letak
sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan postpartum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, postterm dan preterm g. Pelayanan ibu nifas normal h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan i.
Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
2. Kepmenkes RI NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007 Berdasarkan
keputusan
Mentri
Kesehatan
Republik
Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan,pada kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat, meliputi : a. Nutrisi ibu nifas kebutuhan istirahat, aktifitas, dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih. b. Tanda dan gejala yang mengancam
kehidupan, misalnya,
perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (syok), dan pre-eklamsi postpartum. c. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode postpartum, seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensio urine.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, T. ( 2009). Flour Albus/Leukorea. http://www.abidinblog.blogspot.com// Diakses pada tanggal April 20th, 2016 Agus, Riyanto. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. http://www.agusriyanto.blogspot.com// Diakses pada tanggal April 20th, 2016 Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. http://www.ambawati.blogspot.com// Diakses pada tanggal April 23th, 2016 Anggraini Y, (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka. Rihama Asrinah, Shinta Siswoyo Putri, dkk. (2010). Konsep kebidanan. yogyakarta: Graha Ilmu. http://www.asrinah.blogspot.com// Diakses pada tanggal April 25th, 2016 Aziz Alimul.H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan. Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. http://www.azizalimul.blogspot.com// Diakses pada tanggal April 25th, 2016 Bimo Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi. Offset. http://www.bimowalgito.blogspot.com// Diakses pada tanggal April 24th, 2016 Bobak, M. Irene, et. al. (2005).Buku Ajar KeperawatanMaternitas .Edisi 4.AlihBahasa : Maria A. Wijayarini. Jakarta : EGC. http://www.bobak.blogspot.com// Diakses pada tanggal April 24th, 2016 Dewi, Vivian. (2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika Dwana, dkk.(2008). KonsepKebidanan, Yogyakarta :PenerbitFitramaya. EkasariUtami H. (2014) WaktuPertamaBuang Air Kecil (BAK) pada Ibu Postpartum yang dilakukan Bladder Training.Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK). STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.[internet] tersedia dalam www.journal.stikesmuh-pkj.ac.id. [diakse 16 Mei 2016]. Esterberg, Kristin G, (2002). Qualitative Methods Ins Social Research, Mc Graw. Hill, New York Estiwidani dkk. (2008). Konsep Kebidanan. Yogjakarta: Fitramaya Farrer, Helen. (2006). Perawatan Maternitas, Edisi 2, Jakarta: ECG Kementrian Kesehatan RI, 2012
Hadist Riwayat Abu Dawud Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 938/Menkes/SK/VII/2007 tentang standar asuhan kebidanan.
:
Kementerian kesehatan RI (2014). Pusat Data dan Informasi. Jakarta selatan Kementerian Kesehatan RI, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Jakarta: Menkes. Ladewig, Patricia W. London, Marcia L dan Olds, Sally B. (2006). Asuhan keperawatan keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.Jakata; ECG.pp:1-2 Manuaba, Ida Ayu Chandranita et all. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC. Moh Nazir, (2011). Metode Penelitian. Cetakan 6. Bogor: Penerbit Ghalia. http://www.mohnazir.blogspot.com// Diakses pada tanggal April 24th, 2016 Nursalam, (2006), Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta : Salemba Medika. http://www.nursalam.blogspot.com// Diakses pada tanggal April 24th, 2016 Patricia W. Ladewig, M. L. (2006).Buku saku asuhan ibu dan bayi BaruLahir. Jakarta: EGC. Potter, A. Patricia & Perry, G. Anne, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktik, Edisi 4, Alih bahasa : Asih, Yasmin, Editor Monica Ester, Jakarta : EGC Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Prawirohardjo, Sarwono.(2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka Pribakti, B. (2003). Retensio Urine, Etiologi, dan Penatalaksanaan. Dasar-dasar uroginekologi. Sagung seto. http://www.pribakti.blogspot.com// Diakses pada tanggal April 24th, 2016 Rahardjo, Susilo dan Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Tekhnik Non Tes. Kudus: Nora Media Enterprise Salmah, dkk.(2006). Asuhan Kebidanan Pada Antenatal. Jakarta: EGC Sari, EP. dan Rimandini, KD., (2014). Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care), Jakarta: CV. Trans Info Media. Stanton, S. L., (1984). Clinical gynecologic urology. C.V. Mosby .
Sulistyawati,A.,Nugraheny,E. ( 2010).Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika. Varney, H, et al. (2004). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 2. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC. Vivian, dkk (2013).Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Wildan.Moh,& A. Aziz Alimul. (2012). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.