ANALISIS KELAYAKAN UNIT USAHA PEMBIBITAN DOMBA EKOR TIPIS (Kasus: Peternakan Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
SKRIPSI
WIDYA INDAH OKTAVIANTY H34060490
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN WIDYA INDAH OKTAVIANTY. H34060490. 2010. Analisis Kelayakan Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis (Kasus: Peternakan Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI). Subsektor peternakan merupakan salah satu penopang sektor pertanian dalam PDB Indonesia Tahun 2004-2009. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata kontribusi subsektor peternakan sebesar 2,88 persen terhadap sektor pertanian dalam PDB tersebut. Produk-produk peternakan memegang peranan yang sangat penting di masa yang akan datang, salah satu produk peternakan tersebut adalah daging. Produksi daging nasional berfluktuatif sementara permintaannya terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan perekonomian Indonesia yang lebih baik. Daging domba ekor tipis merupakan salah satu jenis daging tersebut. Salah satu komoditas subsektor peternakan yang berpeluang untuk dikembangkan sebagai penghasil daging adalah komoditas domba ekor tipis. Khusus pasar domestik, domba ekor tipis memiliki peluang yang cukup besar. Pada saat Idul Adha, domba ekor tipis yang dibutuhkan sekitar 5,6 juta ekor tiap tahun dan belum termasuk pasokan untuk aqiqah, restoran, dan warung sate kaki lima yang membutuhkan sekitar 2-3 ekor per hari. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penghasil domba ekor tipis di Jawa Barat yang merupakan provinsi dengan populasi domba ekor tipis terbesar di Indonesia. Populasi domba ekor tipis di Kabupaten Bogor mengalami fluktuasi, sehingga populasi yang ada belum mampu memenuhi permintaan domba ekor tipis di Kabupaten Bogor. Tawakal Farm merupakan peternakan terbesar di Kabupaten Bogor. Dengan demikian, keberadaaan Tawakal Farm diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pasokan domba ekor tipis di Kabupaten Bogor. Semakin lama, kualitas bibit domba ekor tipis yang dikirim dari pemasok semakin menurun. Hal ini yang mendorong Tawakal Farm untuk melakukan integarasi vertikal berupa usaha pembibitan domba ekor tipis. Unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm baru dijalankan pada bulan September tahun 2009 dan untuk mengantisipasi kekeliruan dalam investasi yang telah dilakukan diperlukan analisis berupa studi kelayakan. Oleh karena itu, peneliti melakukan analisis kelayakan terhadap unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis kelayakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm dilihat dari aspek non finansial, 2) menganalisis tingkat kelayakan finansial unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm, 3) menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm apabila terjadi perubahan harga input dan output. Penelitian ini dilakukan pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis Peternakan Tawakal Farm pada bulan Maret-Mei 2010. Jenis dan sumber data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder yang dibutuhkan untuk analisis aspek non-finansial dan aspek finansial. Pada aspek non finansial, aspek yang dikaji antara lain aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial-ekonomi-
budaya dan lingkungan. Analisis aspek pasar layak untuk diusahakan jika dilihat dari peluang pasar dan bauran pemasaran. Analisis aspek teknis layak untuk diusahakan jika dilihat dari lokasi usaha, luas produksi, proses budidaya domba ekor tipis yang telah memperhitungkan risiko produksi (kematian) dan peluang kejadian anakan, layout serta pemilihan teknologi dan perlengkapan yang digunakan. Analisis aspek manajemen layak untuk diusahakan jika dilihat dari bentuk usaha, struktur organisasi, pembagian kerja (job description), sistem upah dan promosi. Analisis aspek hukum layak untuk diusahakan jika dilihat dari jenis dan proses perizinan. Analisis aspek sosial, ekonomi dan budaya layak untuk diusahakan dilihat dari manfaat tidak langsung yang dirasakan masyarakat sekitar seperti penyerapan tenaga kerja, penerangan listrik dan kemudahan akses lalu lintas. Selain itu, untuk aspek lingkungan layak untuk diusahakan dapat dilihat dari adanya penanganan polusi yang ditimbulkan dari unit usaha pembibitan. Aspek finansial dapat dilihat dari kriteria kelayakan investasi dan tingkat sensitivitas usaha terhadap perubahan variabel kunci. Kriteria kelayakan usaha dapat dilihat dari Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), Payback Periode (PP), Break Even Point (BEP unit) dan Harga Pokok Produksi (HPP) dan dilanjutkan pada analisis nilai pengganti untuk mengetahui tingkat sensitivitas usaha. Secara keseluruhan, unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm dari aspek non-finansial layak untuk diusahakan, namun masih diperlukan penyelesaian dari perizinan usaha. Analisis aspek finansial unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm layak untuk dijalankan. Hal ini sesuai dengan kriteria kelayakan antara lain NPV > 0 yaitu Rp 222.367.054,39, IRR > Discount Rate Bank BRI (6,5%) yaitu 19,31 persen, Net B/C>1 yaitu 1,71, dan PP<10 tahun yaitu selama 5,94 tahun. Analisis dilanjutkan dengan analisis nilai pengganti dan diperoleh batas kelayakan usaha jika terjadi: 1) penurunan harga jual jantan muda sebesar 35,825 persen (relatif sensitif); 2) peningkatan harga beli indukan yang sudah dikawinkan sebesar 149,43 persen (tidak sensitif) ; 3) peningkatan harga beli indukan dara sebesar 2.394 persen (tidak sensitif). Sementara itu, untuk variabel kunci ke-4 yaitu penurunan harga jual betina dara sebesar 100 persen (tidak sensitif), tidak diperoleh limit kelayakan usaha. Analisis BEP ditujukan untuk mengetahui titik impas (ekor) unit usaha pembibitan pada kedua output utama dan diperoleh BEP unit untuk domba jantan muda dan betina dara masing-masing sebanyak 1003 dan 523 ekor. Perhitungan HPP digunakan untuk mengetahui batas minimal harga jual output utama dan diperoleh HPP untuk jantan muda dan betina dara masing-masing sebesar Rp 508.703,14 dan Rp 447.731,28.
ANALISIS KELAYAKAN UNIT USAHA PEMBIBITAN DOMBA EKOR TIPIS (Kasus: Peternakan Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
WIDYA INDAH OKTAVIANTY H34060490
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis (Kasus: Peternakan Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Nama
: Widya Indah Oktavianty
NIM
: H34060490
Disetujui, Pembimbing
Ir. Narni Farmayanti, MSc NIP. 196300228 199003 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis (Kasus: Peternakan Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2010
Widya Indah Oktavianty H34060490
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1988. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Alm. Bapak Yusri Bin Husein dan Ibunda Erni Wati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 02 Petang Pancoran, Jakarta Selatan pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN Unggulan 41 Ragunan, Jakarta Selatan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 55 Jakarta Selatan pada tahun 2006. Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melelui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai Asisten Dosen MK. Ekonomi Umum Tahun 2008-2010, Reviewer Ekonomi-Akuntansi tingkat SMA di Bimbingan Belajar Primagama Dramaga Tahun 2009-2010, Anggota Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang (IPMM) sekaligus anggota Keluarga Mahasiswa Kota Wisata, Kabupaten Agam dan Sekitarnya (Kemawita) Tahun 2006-2010, serta sebagai Penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) IPB Tahun 2006-2010. Selain itu penulis pun aktif dalam berbagai kepanitiaan baik tingkat Departemen, Fakultas maupun Institut.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis (Kasus: Peternakan Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kelayakan usaha baik secara finansial maupun non finansial untuk unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm yang berpeluang untuk dijalankan dan dikembangkan. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2010 Widya Indah Oktavianty
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesain skripsi ini juga tidak terepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Orang tua tercinta (Alm. Yusri Bin Husein dan Erni Wati) yang telah membesarkanku, terimakasih atas pengorbanan, dukungan dan cinta kasih kalian selama ini hingga aku dapat menuliskan sebuah karya ini. Semoga karya ini dapat menjadi awal persembahan terbaik dari ku dan akan selalu memberikan yang terbaik untuk kalian. 2. Uni-uni ku tersayang (Rini PS, Oktriyani PD, Nona Treisia) dan keponakanku (Nazwa Yunasyah), terimakasih atas kehangatan, keharmonisan dan keceriaan dalam rumah. Semoga dengan karya ini, aku bisa menjadi adik kebanggan kalian dan 3. Keluarga Besar Idwar Marhabban dan Rosma Elliya atas dukungan finansial, motivasi dan semangat kepada penulis selama ini. 4. Ir. Lusi Fauzia M. Ec yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 5. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. 6. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen penguji utama pada ujian siding penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 7. Suprehatin, SP, MAB selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 8. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis, Mba Dian, Ibu Ida, Mas Hamid, Pak Yusuf, Pak Cecep, Mas Arif, Bu Yoyoh atas kesediaan untuk membantu selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi. 9. Pihak Tawakal Farm, Drs. H. Bunyamin, kepala kandang (Mang Farid), untuk kesempatan, waktu, dukungan serta kesabaran dalam memberikan informasi dan ilmu selama penelitian di Tawakal Farm.
10. Husnul Khotimah (Yus) selaku pembahas seminar, terimaksaih atas masukan dan dukungan, baik saat perkuliahan maupun saat penyelesaian skripsi. 11. Rio Aditya, SIp atas kesediaanya untuk memberikan masukkan, motivasi serta keterbukannya atas keluh kesah dan kebahagian yang dialami penulis. Karya ini bukti kasih sayang dan dukungan yang telah kau berikan selama ini. 12. Sahabat-sahabatku, Elva, karya ini bukti persahabatan kita, “sampai jauh-jauh ke UI untuk cari topik yang terbaik dan ternyata inilah yang terbaik ”. Maya PS, terimasih atas sharing, keceriaan dan persahabatannya untuk selama ini, “Trimkasih untuk share bisnis dan smwnya slma ini” dan Fadhila H (Bundo) terimakasih atas semangat, sharing dan siraman rohani yang telah diberikan “bundo adalah guru rohani aku, kekuatan doa dan sholat diatas segalanya ya bund”. Irena O,”nci makasih ya atas sharing dan persahabatanya”. 13. Sahabat-sahabat dan teman-teman AGB 43,42,44. Suatu kebanggan bagiku menjadi bagian dari orang-orang kritis dan kreativ seperti kalian semua, trimakasih semuanya. Deni, Yus, Bundo, Mey sebagai Tim gladikarya “AsemManis Cimande Cinta” yang telah menjadi teman sharing, senasib sepenanggungan dan sepengalaman selama 40 hari di Cimande Hilir. Yus, Mawar, Rina sebagai teman satu PA. Na, Mayachan, dan Okla (Waank) sebagai teman satu PS “kita selalu kompak ya, bimbingan, seminar dan sidang barengan, moga kita sukses barengan juga, amien”. Serta Tim sukses sidangku (Elva, Shara, Iren, Mira, Devi, Mayapus, Dewi, Aris) “makasih ya udah mau nungguin aq sidang 2,5 jam, jadi terharu aku”. 14. Sahabat serta “adik” ku di IPB, Prima, makasih atas persahabatan dan kontribusinya untuk karya ini. 15. Sahabat di Wisma Zulfa, Jakiyah, Ta2, Epil, Febi, Rince, Mba Ari, Imel, Dian Gege, Erna, T okta, T Iqi, dan smwnya yang belum kesebut,,”Trimakasih atas keceriaan, kekonyolan dan kenyamanannya saat dikosan” 16. Sahabat asrama dan TPB. Arz, Nonop, Ratih, Popz, Biji, Cope, Pity, Rahma, Sofi, Anggun, Tewe, Hidup di asrama dan TPB terasa menyenangkan, ceria, dan damai bersama dengan kalian semua. 17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
xvii
I
PENDAHULUAN ................................................................. 1.1 Latar Belakang ........................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................ 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..........................................
1 1 6 10 10 11
II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 2.1. Deskripsi Domba.......................................................... 2.2 Pembibitan dan Penggemukan .................................. 2.3 Input Budidaya Domba ............................................... 2.3.1. Bibit Unggul ...................................................... 2.3.2. Kandang ............................................................ 2.3.3. Pakan ................................................................. 2.4. Perawatan dan Penentuan Umur ................................ 2.5. Jenis Penyakit ............................................................. 2.5.1. Penyakit Parasit .................................................. 2.5.2. Penyakit Bakterial ............................................. 2.5.3. Penyakit Akibat Faktor Lain .............................. 2.6. Perkawinan dan Kelahiran ........................................ 2.7. Tinjauan Studi Terdahulu .......................................... 2.7.1. Studi Empiris mengenai Kelayakan Usaha Peternakan Domba ............................................ 2.7.2. Studi Empiris mengenai Domba Ekor Tipis .... 2.7.1. Evaluasi Studi Terdahulu .................................
12 12 14 15 15 15 16 16 17 17 18 19 19 20 21 22 23
III
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................... 3.1.1. Analisis Kelayakan Usaha ............................... 3.1.2. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha .......... 3.1.3. Analisis Finansial .............................................. 3.1.4. Analisis Laba Rugi ........................................... 3.1.5. Analisis Sensitivitas ......................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..............................
26 26 26 27 34 39 39 40
IV
METODE PENELITIAN .................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu ...................................................... 4.2. Jenis dan Sumber Data .............................................. 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................... 4.4. Analisis Kelayakan Non-Finansial .............................. 4.4.1. Aspek Pasar .......................................................
45 45 45 46 46 48
4.4.2. Aspek Teknis...................................................... 4.4.3. Aspek Manajemen ............................................. 4.4.4. Aspek Hukum .................................................. 4.4.5. Aspek Sosial-Ekonomi -Budaya ....................... 4.4.6. Aspek Lingkungan ........................................... Komponen Biaya dan Manfaat .............................. Analisis Kelayakan Finansial ....................................... 4.6.1. Laporan Laba-Rugi .......................................... 4.6.2. Net Present Value (NPV) ................................. 4.6.3. Rasio Biaya Manfaat (Net B/C) ......................... 4.6.4. Internal Rate of Return (IRR) ............................ 4.6.5. Payback Periode (PP) ........................................ 4.6.6. Break Even Point (BEP Unit ) .......................... 4.6.7. Harga Pokok Produksi (HPP) ........................... Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) ................. Definisi Operasional .................................................... Asumsi Dasar yang Digunakan ....................................
47 51 51 52 52 53 54 55 56 57 57 58 60 60 59 59 60
V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................ 5.1. Gambaran Umum Desa Cimande Hilir ...................... 5.2. Gambaran Umum Perusahaan ..................................... 5.2.1. Deskripsi Perusahaan ....................................... 5.2.2. Struktur Organisasi Perusahaan ....................... 5.2.3. Pengadaaan Input ............................................. 5.2.4. Proses Pembibitan Domba ............................... 5.2.4.1. Pemilihan Bibit Unggul ...................... 5.2.4.2. Perkawinan ............................................ 5.2.4.3. Proses Kebuntingan dan Perawatan ...... 5.2.4.4. Perawatan Pasca Kelahiran .................. 5.2.4.5. Pemeliharaan Domba ........................... 5.2.5. Pemasaran .......................................................
63 63 63 63 67 70 71 71 71 73 74 75 77
VI
ANALISIS KELAYAKAN UNIT USAHA ........................ 6.1. Analisis Aspek Non-Finansial ................................... 6.1.1. Aspek Pasar ....................................................... 6.1.1.1. Peluang Pasar ........................................ 6.1.1.2. Bauran Pemasaran ................................. 6.1.1.3. Hasil Analisis Aspek Pasar .................. 6.1.2. Aspek Teknis .................................................... 6.1.2.1. Pemilihan Lokasi Usaha dengan Variabel Utama ................................................... 6.1.2.2. Pemilihan Lokasi Usaha dengan Variabel Pelengkap .............................................. 6.1.2.3. Luas Produksi ........................................ 6.1.2.4. Proses Produksi .................................... 6.1.2.5. Layout ................................................... 6.1.2.6. Pemilihan Peralatan .............................. 6.1.2.7. Hasil Analisis Aspek Teknis ................
79 79 79 79 82 85 85
4.5. 4.6.
4.7. 4.8. 4.9.
86 92 93 94 97 100 101
6.2.
VII
6.1.3. Aspek Manajemen ............................................ 6.1.3.1. Bentuk Badan Usaha .......................... 6.1.3.2. Struktur Organisasi ............................ 6.1.3.3. Job Description .................................. 6.1.3.4. Sistem Upah dan Promosi ................... 6.1.3.5. Hasil Analisis Aspek Manajemen ..... 6.1.4. Aspek Hukum .................................................. 6.1.4.1. Jenis Perijinan .................................... 6.1.4.2. Hasil Analisis Aspek Hukum ............ 6.1.5. Aspek Sosial-Ekonomi -Budaya ........................ 6.1.5.1. Analisis Aspek Sosial-EkonomiBudaya ............................................... 6.1.5.2. Hasil Analisis Aspek Sosial-Ekonomi Budaya ................................................ 6.1.6. Aspek Lingkungan ............................................ 6.1.6.1. Analisis Aspek Lingkungan ................ 6.1.6.2. Hasil Analisis Lingkungan .................. Analisis Aspek Finansial ............................................ 6.2.1. Analisis Kelayakan Finansial pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) ............................. 6.2.1.1. Analisis Biaya ...................................... 6.2.1.2. Analisis Manfaat ................................. 6.2.1.3. Hasil Analisis Finansial ...................... 6.2.2. Analisis Kelayakan Finansial pada Analisis Pengganti (dengan perubahan) ......................... 6.2.2.1. Penurunan Harga Jual Jantan Muda ..... 6.2.2.2. Penurunan Harga Jual Domba Dara .... 6.2.2.3. Peningkatan Harga Beli Indukan yang sudah Dikawinkan ....................... 6.2.2.4. Peningkatan Harga Beli Indukan Dara 6.2.3. Analisis Kriteria Investasi Lainnya ................... 6.2.3.1. Break Even Point (BEP unit) ................ 6.2.3.2. Harga Pokok Produksi (HPP) ..............
102 102 103 104 106 107 107 107 108 109 109 110 110 111 112 112 113 113 124 128 131 132 133 135 136 137 137 138
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 7.1. Kesimpulan ................................................................ 7.2. Saran ...........................................................................
140 140 140
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
142
LAMPIRAN ......................................................................................
143
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor Tahun 2004-2009 .....................
1
Permintaan dan Produksi Daging Domba Ekor Tipis Tahun 2004-2008 di Jawa Barat ...........................................
4
Perkembangan Populasi Ternak Kecil Tahun 2006-2008 di Kabupaten Bogor ..................................................................
5
Daftar perusahaan Peternakan Ternak Kecil Tahun 2008 di Kabupaten Bogor ...............................................................
6
5.
Data Teknis Reproduksi Ternak Domba ...............................
20
6.
Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................
24
7.
Kriteria Calon Bibit Unggul pada Domba ekor Tipis ............
49
8.
Ukuran Standar Kandang Menurut Umur Domba ................
49
9.
Ukuran Standar dan Jenis Kandang Domba .........................
50
10.
Kebutuhan Pakan Ternak Domba per Hari
........................
50
11.
Sistematika Perhitungan Laporan Laba-Rugi ......................
55
12.
Daftar Nama, Jabatan dan Tingkat Pendidikan Akhir Para Pekerja di Tawakal Farm ...............................................
70
Jenis Obat dan Vitamin yang digunakan pada Kandang Pembibitan Tawakal Farm ..................................................
71
Pembeli, Permintaan dan Penawaran Domba Ekor Tipis Tawakal Farm Tahun 2010 .................................................
80
Ciri-ciri Bibit Unggul Domba Ekor Tipis yang dijadikan Bakalan pada Unit Usaha Pembibitan Tawakal Farm .........
86
Pemberian Pakan pada Domba menurut Ukuran Kandang Koloni dan Kapasitas Kandang .............................................
90
2. 3. 4.
13. 14. 15. 16. 17.
Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Cimande Hilir Tahun 2009 ...................................................
91
Jadwal Aktivitas Perkawinan, Kelahiran, dan Penjualan Anakan Selama Umur Usaha ..............................................
96
19.
Biaya Investasi pada Kondisi Sekarang (Tanpa Perubahan) .
114
20.
Umur Ekonomis dari Investasi Usaha pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) ...............................................................
115
Biaya Re-investasi pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) .................................................................
117
18.
21. 22.
Biaya Penyusutan Investasi pada Kondisi Sekarang xiv
(tanpa perubahan) 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
..............................................................
118
Biaya Tetap Unit Usaha Pembibitan Domba ekor Tipis pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) .........................
120
Penerimaan Penjualan Domba Anakan selama Umur Usaha pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) .................
125
Jadwal Penjualan Domba Indukan Afkir selama Umur Usaha .....................................................................................
126
Jumlah Penerimaan dari Limbah Kotoran selama Umur Usaha .....................................................................................
127
Nilai Sisa Investasi Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis (tanpa perubahan) .........................................................
128
Rekapitulasi Proyeksi Laba-Rugi Unit Usaha Pembibitan Domba pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) ...............
129
Hasil Analisis Finansial pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) ..................................................................
129
Analisis Nilai Pengganti pada Penurunan Harga Jual Jantan Muda sebesar 35,825 persen .....................................
133
Analisis Nilai Pengganti pada Penurunan Harga Jual Domba Dara sebesar 100 persen .......................................................
134
Analisis Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan yang sudah Dikawinkan sebesar 149,43 persen ....................
135
Analisis Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan Dara sebesar 2.394 persen .....................................................
135
Perhitungan BEP unit Output Utama Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm .......................................
138
Perhitungan HPP Output Utama Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm .......................................
139
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Permintaan dan Produksi Daging Nasional Tahun 2004 – 2008 .......................................................................................
2
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (persen) Tahun 20032010 .....................................................................................
3
3.
Hubungan antara NPV dan IRR .............................................
38
4.
Alur Kerangka Pemikiran Operasional ..................................
44
5.
Struktur Organisasi Peternakan Tawakal Farm .....................
68
6.
Perawatan Pasca Melahirkan ..............................................
73
7.
Aktivitas Memandikan Domba ekor Tipis ............................
75
8.
Proses Pencukuran Bulu Domba Ekor Tipis ........................
76
9.
Proses Pengguntingan Kuku Domba Ekor Tipis ...................
76
10.
Pemberian Obat dan Pembersihan Luka ................................
76
11.
Siklus Proses Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm .......................................................................................
77
Saluran Pemasaran Produk Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm ...........................................................
78
Produk Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm ......................................................................................
82
Input Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm .....................................................................................
89
15.
Limbah Kotoran Domba Ekor Tipis ......................................
81
16.
Indukan Betina yang dibeli oleh Unit Usaha Pembibitan Tawakal Farm .......................................................................
86
17.
Pakan Ampas Tahu ..............................................................
88
18.
Pakan Hijaaun (Rumput) ......................................................
88
19.
Pakan Mineral Premik ..........................................................
88
20.
Alat Perawatan Kandang .......................................................
100
21.
Gambar Kayu Skop ................................................................
100
22.
Gunting Kuku Domba Ekor Tipis ..........................................
100
23.
Hubungan NPV dan IRR yang diperoleh pada Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm .....................
130
2.
12. 13. 14.
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Populasi Ternak Domba Berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2005-2009 .....................................................................
144
2. Populasi Ternak Kecil Tiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2008 ..............................................................................
145
3. Kuesioner Penelitian Kelayakan Usaha ....................................
146
4. Contoh Perhitungan Proses Perkawinan dan Kelahiran Anak Domba pada Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm ............................................................................
151
5. Pola Produksi Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm ............................................................................
153
6. Keterangan Pola Produksi Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm ..........................................................
155
7. Layout Kandang pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm...........................................................................................
157
8. Biaya Variabel Unit Usaha Pembibitan Domba ekor Tipis Tawakal Farm ............................................................................
158
9. Proyeksi Laba-Rugi Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm ..................................................................
159
10. Cashflow Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm ............................................................................
160
11. Proyeksi Laba-Rugi Nilai Pengganti Penurunan Harga Jual Jantan Muda sebesar 35,825 persen .................................................... 161 12. Cashflow Nilai Pengganti Penurunan Harga Jual Jantan Muda sebesar 35,825 persen ................................................................
162
13. Proyeksi Laba -Rugi Nilai Pengganti Penurunan Harga Jual Dara sebesar 100 persen ....................................................................
163
14. Cashflow Nilai Pengganti Penurunan Harga Jual Dara sebesar 100 persen .................................................................................
164
15. Proyeksi Laba-Rugi Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan yang sudah dikawinkan sebesar 149,43 persen .........
165
16. Cashflow Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan yang sudah dikawinkan sebesar 149,43 persen ......................
166
17. Proyeksi Laba -Rugi Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan Dara sebesar 2.394 persen ..........................................
167
18. Cashflow Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan Dara sebesar 2.394 persen .......................................................
168
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Dalam pembangunannya, sektor pertanian ditopang oleh berbagai
subsektor. Salah satu subsektor penopangnya adalah subsektor peternakan. Potensi pengembangan komoditas peternakan yang cukup besar merupakan alasan utama untuk menjadikan subsektor peternakan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian saat ini (Saragih 2000). Hal ini dapat dibuktikan dari besaran kontribusi subsektor peternakan yang cenderung mengalami peningkatan sejak tahun 2004-2009 terhadap sektor pertanian (Tabel 1). Pada tabel tersebut terlihat bahwa subsektor peternakan berkontribusi positif terhadap perkembangan PDB Sektor Pertanian Indonesia dengan rata-rata kontribusi sebesar 2,88 persen. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Subsektor Tahun 2004-2009** (Milyar Rupiah) No
2.
Subsektor Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan
3.
Peternakan
31.672,5
32.346,5
33.430,2
34.220,7
35.425,3
36.743,6
4.
Kehutanan
17.433,8
17.176,9
16.686,9
16.548,1
16.543,3
16.793,8
5.
Perikanan 36.596,3 Total PDB Pertanian 247.163,6 Peningkatan PDB Subsektor Peternakan (%)
38.745,6
41.419,1
43.652,8
45.866,2
48.253,2
253.881,7
262.402,8
271.509,3
284.620,7
296.369,3
2,0
3,2
2,3
3,4
3,5
1.
2004
2005
2006
2007
2008*
2009**
122.611,7
125.801,8
129.548,6
133.888,5
142.000,4
148.691,6
38.849,3
39.810,9
41.318,0
43.199,2
44.785,5
45.887,1
Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka sangat Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik 2009 (diolah)
Saragih (2000) menyatakan bahwa produk-produk peternakan memegang peranan yang sangat penting di masa yang akan datang. Fungsi terbesar produk peternakan adalah penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral untuk melengkapi hasil-hasil pertanian. Protein hewani ini mengandung asam amino yang tidak dapat digantikan oleh pangan nabati sehingga konsumsi protein hewani juga diperlukan selain protein nabati. Sebagai salah satu produk utama pangan asal ternak, daging merupakan sumber protein hewani yang mempunyai arti sangat penting bagi kehidupan 1
manusia karena daging mengandung protein yang dibutuhkan untuk kesehatan manusia. Permintaan daging dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan dan belum dapat diimbangi oleh tingkat produksi daging itu sendiri. Produksi daging di Indonesia cenderung fluktuatif. Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2004, produksi daging nasional sebesar 66 ton. Besarnya produksi daging tidak dapat diperkirakan tiap tahunnya, hal ini berkaitan dengan salah satu diantaranya adalah jumlah peternak yang berlaku pada saat itu. Pada tahun berikutnya, produksi daging nasional mengalami penurunan sebesar 28,35 persen dan kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun berikutnya sebesar 58,84 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Fluktuasi produksi berlaku pada tahun 2007 dimana produksi kembali menurun sebesar 24,38 persen, kemudian meningkat kembali pada tahun 2008 sebesar 9,6 persen. Dengan demikian, adanya fluktuasi dan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran di domestik menyebabkan perlu adanya impor daging untuk memenuhi permintaan pada tahun-tahun tersebut. 100,000,000 80,000,000 60,000,000 40,000,000 20,000,000 0
Produksi Daging (Kg) Permintaan Daging (kg) 2004
2005
2006
2007
2008
Gambar 1. Permintaan dan Produksi Daging Nasional Tahun 2004 – 2008 Sumber: Badan Pusat Statistik 20091 (diolah)
Peningkatan kebutuhan daging untuk konsumsi di Indonesia seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sejak tahun 2003 hingga tahun 2010 cenderung mengalami fluktuasi2. Pada tahun 2003 hingga tahun 2005, angka pertumbuhan ekonomi terus meningkat. Namun, 1
[BPS] Badan Pusat Statistik Pusat. 2009. Permintaan dan Produksi Daging Nasional Tahun 2004 – 2008. http://www.beritaresmi-datastatistik-indonesia.com. [11 Februari 2010] 2 [BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2009. Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. http://commodity.php.htm [12 Mei 2010]
2
pada tahun 2006 mengalami sedikit penurunan sebesar 0,1 persen. Begitu juga yang terjadi antara tahun 2007 hingga tahun 2009 dimana pertumbuhan ekonomi menurun cukup signifikan dikarenakan dampak buruk dari krisis ekonomi global. Meskipun demikian, tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2009 merupakan pencapaian terbaik sepanjang 10 tahun terakhir. Mulyani (2009) menyatakan bahwa performa positif ekonomi tahun 2009 dapat dijadikan sebagai pijakan untuk mendorong ekonomi lebih maju di tahun 2010 sehingga diprediksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 akan kembali meningkat (Gambar 2). Diperkirakan pertumbuhan ekonomi ini dapat berimplikasi pada meningkatnya tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Dengan adanya daya beli yang meningkat, maka akan berdampak pula pada konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan non primer. Di negara berkembang seperti Indonesia, daging merupakan kebutuhan non primer sehingga dengan adanya pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat terhadap daging. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ketika daya beli masyarakat meningkat akan berimplikasi kepada peningkatan permintaan terhadap daging maka akan semakin membesarnya gap antara permintaan dan produksi daging nasional. Dengan demikian, pemerintah harus bekerja keras agar mampu memasok daging nasional sehingga tertutupi permintaan daging nasional. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%) 7 6 5 4 3 2 1 0 2002
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%)
2004
2006
2008
2010
2012
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (persen) Tahun 2003 – 2010 Sumber : World Bank 20093 (diolah)
3
[TWB] The World Bank. 2008. Tantangan dan Peluang untuk Pengeluaran Publik di Masa Depan. http://www.worldbank.org [ 14 Februari 2010]
3
Salah satu komoditas subsektor peternakan yang berpeluang untuk dikembangkan sebagai penghasil daging adalah domba ekor tipis. Khusus pasar domestik, domba ekor tipis memiliki peluang yang cukup besar. Pada saat Idul Adha, domba ekor tipis yang dibutuhkan sekitar 5,6 juta ekor per tahun, dan belum termasuk pasokan untuk aqiqah, restoran, dan warung sate kaki lima yang membutuhkan sekitar 2-3 ekor per harinya4. Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki populasi domba ekor tipis terbesar di Indonesia (Dirtjen Peternakan Indonesia 2009). Pada lampiran 1, terlihat dengan jelas bahwa populasi ternak domba ekor tipis di Jawa Barat mengalami peningkatan dengan rata-rata populasi sebesar 4,68 juta ekor. Walaupun mengalami peningkatan namun belum mampu memenuhi permintaan terhadap daging domba ekor tipis di Jawa Barat (Tabel 2). Hal ini diduga karena rendahnya pengetahuan dan keseriusan masyarakat dalam pemeliharaan domba ekor tipis dengan baik sehingga pertumbuhan produktivitas relatif lambat. Tabel 2. Permintaan dan Produksi Daging Domba Ekor Tipis Tahun 2004 – 2008 di Jawa Barat Tahun Permintaan Daging (kg) 2004 46.140.000 2005 39.227.150 2006 47.375.000 2007 48.356.879 2008 51.755.372 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2009)5
Produksi Daging (kg) 37.059.288 27.425.000 44.328.963 34.065.000 37.043.000
Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penyumbang domba ekor tipis di Jawa Barat yang menempati urutan ke-9 setelah Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Garut, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Subang6. Walaupun demikian, populasi domba ekor tipis di Kabupaten Bogor mengalami penurunan tiap tahunnya sejak tahun 2006. Hal ini dikarenakan pada tahun 2006, perhatian pemerintah daerah terkosentrasi pada pengembangan 4
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Permintaan Domba Berdasarkan Waktu Tahun 2008. http://www.beritaresmi-datastatistik-indonesia.com. [14 Februari 2010] 5 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2008. Grafik Perkembangan Produksi dan Permintaan Hasil Ternak. http://jabarprov.go.id [12 Mei 2010] 6 [BPS] Badan Pusat Statistik Dinas Jawa Barat. 2009. Jumlah Ternak Menurut Jenis di Jawa Barat Tahun 2008.http://jabar.bps.go.id [27 April 2010]
4
komoditas kambing PE sehingga menyebabkan trade off pada anggaran pemerintah daerah Kabupaten Bogor (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2009). Berdasarkan Tabel 3, populasi ternak domba ekor tipis di Kabupaten Bogor mengalami penurunan, tetapi penurunan populasi domba ekor tipis lebih kecil bila dibandingkan dengan populasi kambing pada tahun yang sama, yaitu sebesar 0,94 persen. Jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan populasi dari tahun 2006 hingga 2008, populasi ternak domba ekor tipis mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 0,5 persen. Berbeda dengan ratarata pertumbuhan kambing pedaging yang selalu menurun tiap tahunnya yaitu sebesar 11,30 persen. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan adanya pertumbuhan ekonomi nasional yang berkorelasi positif dengan peningkatan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan non primer yaitu daging domba ekor tipis maka akan menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran daging domba ekor tipis karena adanya permintaan yang terus meningkat yang tidak mampu ditutupi dengan penawaran yang ada. Dengan demikian, mengindikasikan bahwa adanya peluang usaha yang prospektif pada subsektor peternakan domba ekor tipis. Tabel 3. Perkembangan Populasi Ternak Kecil Tahun 2006-2008 di Kabupaten Bogor Tahun (Ekor) Jenis ternak
2005
2006
2007
2008
Kambing 120.255 122.064 117.386 106.787 pedaging Domba Ekor 220.467 229.012 223.253 221.149 Tipis Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2009 (diolah)
Peningkatan rata-rata per tahun (%) (11,30) 0,5
Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan yang merupakan penghasil domba ekor tipis. Menurut Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2009) Kecamatan Caringin menempati posisi ke-10 sebagai penyuplai domba ekor tipis dengan jumlah populasi 6.095 ekor di Kabupaten Bogor (Lampiran 2). Desa Cimande Hilir merupakan salah satu daerah penghasil domba ekor tipis di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. 5
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, berfluktuasinya populasi domba ekor tipis di Kabupaten Bogor sehingga belum mampu permintaan domba ekor tipis diduga disebabkan karena sedikitnya jumlah peternak yang serius dan intensif dalam melakukan usaha pembibitan domba ekor tipis sehingga semakin menurunnya kualitas dan kuantitas bibit yang berkualitas yang dihasilkan peternak. Dengan demikian, mengindikasikan bahwa adanya peluang usaha yang dapat dimanfaatkan oleh para peternak. Salah satu peternakan yang memanfaatkan peluang tersebu adalah Tawakal Farm yang berada di Desa Cimande Hilir. Dalam melaksanakan usaha, modal yang dibutuhkan tidak sedikit. Oleh karena itu, diperlukan analisis kelayakan usaha untuk menghindari kerugian dari modal yang akan atau telah diinvestasikan oleh para peternak. 1.2.
Perumusan Masalah Desa Cimande Hilir merupakan salah satu daerah yang potensial untuk
pengembangan peternakan domba ekor tipis (Monografi Desa Cimande Hilir 2009). Hal ini disebabkan karena Desa Cimande Hilir memiliki topografi yang sesuai dengan budidaya domba ekor tipis dengan curah hujan 3000-4000 mm/tahun. Di desa tersebut terdapat satu peternakan domba yang memiliki skala usaha wajib izin yaitu Tawakal Farm. Tawakal Farm merupakan usaha peternakan dengan kapasitas kandang terbesar di Kabupaten Bogor yang terdapat di Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin dengan kapasitas kandang sebesar 1200 ekor (Tabel 4). Tabel 4. Daftar Perusahaan Peternakan Ternak Kecil Tahun 2008 di Kabupaten Bogor No
Lokasi
Nama Perusahaan Desa
1.
PT. CAPRITO A.P
Cariu
2.
Tawakal Farm
Cimande Hilir
Komoditi
Kecamatan Cariu
Kambing Domba
Caringin Domba DUAFA (Domba 3. Sehat) Pasir Buncir Caringin Domba Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2009)
Kap. Kandang (ekor) 350 350 1.200 500
6
Produk yang ditawarkan oleh Tawakal Farm berupa domba hidup. Domba hidup dari Tawakal Farm tidak hanya dijadikan sebagai pasokan domba untuk Idul Adha di daerah Jabodetabek melainkan juga sebagai bibit indukan bagi peternak lain yang daerah pemasarannya telah meluas ke berbagai peternak di wilayah Kabupaten Bogor. Menurut data penjualan Tawakal Farm tahun 2009, domba yang berhasil dijual pada tahun tersebut mencapai 2000 ekor. Walaupun demikian, belum mampu memenuhi permintaan domba ekor tipis di Kabupaten Bogor. Keberadaaan Tawakal Farm diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap suplai domba ekor tipis di Kabupaten Bogor. Ketidakmampuan Tawakal Farm dalam memenuhi permintaan pasar disebabkan oleh kurangnya bibit domba baik jenis ekor tipis maupun garut yang berkualitas sehingga menyebabkan sulitnya Tawakal Farm untuk mendapatkan bibit domba ekor tipis yang berkualitas. Dengan permasalahan seperti ini, maka Tawakal Farm melakukan integrasi vertikal dengan mengusahakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis pada tahun 2009. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik, terdapat beberapa alasan Tawakal Farm juga mengusahakan pembibitan domba ekor tipis yaitu: 1) semakin berkurangnya bibit domba ekor tipis yang berkualitas di daerah Jawa Barat dimana bibit tersebut biasa digunakan sebagai domba penggemukan (pedaging); 2) sekalipun ada bibit yang berkualitas, pemasok tidak mampu menyediakannya sepanjang waktu atau tidak ada kontinuitas dari pemasok; 3) selain itu, adanya permintaan pelanggan yang lebih kontinu untuk domba ekor tipis bila dibandingkan dengan domba garut seperti peternak pembibit, permintaan untuk akikah dan pada saat Idul Adha (kurban) menyebabkan pemilik memutuskan untuk melakukan usaha pembibitan domba ekor tipis sendiri tanpa menunggu kiriman bibit domba ekor tipis yang berkualitas dari pemasok sehingga dapat tepat waktu melakukan pengiriman kepada pelanggan. Target penjualan dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm adalah peternak pembibit yang mengusahakan bibit untuk dijadikan sebagai domba pembibit (indukan) maupun sebagai pedaging. Pengembangan tersebut berupa pengalifungsian satu kandang penggemukan menjadi kandang pembibitan 7
yaitu pada kandang D. Karena luas kandang dan agroklimat yang dibutuhkan untuk penggemukan dan pembibitan hampir sama sehingga kandang ini dapat dialihfungsikan. Terdapat sedikit perbedaaan antara kandang untuk penggemukan dengan kandang pembibitan tetapi karena terus berkurangnya kualitas pasokan bibit domba ekor tipis untuk penggemukan serta permintaan pasar yang harus dengan cepat dipenuhi, maka pemilik Tawakal Farm memutuskan untuk mengalihfungsikan kandang tersebut. Pada kandang ini tidak hanya dikhususkan untuk pembibitan tetapi juga dilanjutkan dengan proses penggemukan selama empat bulan setelah anakan lepas sapih (umur tiga bulan) sebelum dilakukan penjualan anakan pada umur tujuh bulan. Kandang yang dialihfungsikan berkapasitas 320 ekor dengan kandang berbentuk kandang koloni. Pengembangan berupa unit usaha ini ditujukan untuk meningkatkan produktivitas Tawakal Farm dan memenuhi permintaan konsumen. Dengan kata lain, unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm dapat dijadikan sebagai salah satu kunci dalam penyedia pasokan daging domba ekor tipis di Kabupaten Bogor. Usaha peternakan merupakan usaha yang rentan terhadap risiko, salah satunya adalah risiko produksi. Risiko produksi dapat disebabkan karena penyakit, pakan, kondisi lingkungan, perawatan serta dari indukannya sendiri (gen yang berasal indukan yang berpengaruh pada cempe). Domba ekor tipis termasuk salah satu ternak ruminansia kecil yang peka terhadap penyakit tertentu. Selain dapat menimbulkan risiko kematian, penyakit tersebut juga dapat meningkatkan morbiditas (tingkat kesulitan hidup pada individu atau kelompok ternak). Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti parasit, bakterial, dan faktor lainnya termasuk dalam kesalahan pemberian pakan. Kesalahan pada pemberian pakan dapat berakibat fatal (kematian) pada pencernaan domba seperti kesalahan pada saat pemberian rumput yang basah (lembab) dapat menyebabkan domba menjadi kembung perut. Penyakit-penyakit tersebut tidak hanya dapat menyerang domba yang sudah dewasa, melainkan juga dapat terjadi pada domba yang baru lahir. Penurunan kualitas domba hidup yang diakibatkan faktor yang telah disebutkan di atas, akan berpengaruh pada penurunan besarnya peluang hidup 8
serta penurunan nilai jual dari domba ekor tipis yang diusahakan sehingga akan menurunkan pendapatan unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm. Pada penelitian ini, sebelum dilakukan analisis kelayakan akan diperhitungkan tingkat kematian pada anakan sebesar lima persen dan peluang kejadian anakan 70 persen. Setelah risiko kematian tersebut dilakukan, maka akan dilanjutkan dengan analisis kelayakan finansial dan non finansial. Dalam unit usaha pembibitan diperlukan bibit domba yang baik untuk dibudidayakan karena akan mempengaruhi kualitas keturunan yang akan dihasilkan. Bibit yang dibeli oleh unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm memiliki harga beli yang berbeda antara indukan yang sudah dikawinkan dengan yang dara. Harga beli indukan pada tahun berikutnya diperkirakan akan berfluktuasi. Oleh karena itu, harga beli indukan untuk tahun berikutnya perlu diperhitungkan sejak awal agar dapat diketahui seberapa jauh peningkatan harga beli indukan yang masih dapat ditolerir oleh usaha pembibitan Tawakal Farm. Anakan yang dilahirkan tidak seluruhnya dijual melainkan untuk anakan betina, 10 persen dari total anakan betina setiap kelahiran dijadikan sebagai indukan tetapi untuk anakan jantan dijual seluruhnya. Anakan akan dijual setelah berumur tujuh bulan dimana anakan tersebut telah digemukkan selama empat bulan. Harga jual anakan domba yang dilahirkan hingga saat ini cenderung konstan. Penetapan harga jual anakan dilihat dari beberapa pertimbangan seperti dari bobot hidup serta kualitas keturunan induk dari anakan tersebut. Penjualan domba anakan merupakan pendapatan utama dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis, sehingga ketika terjadi perubahan akan berpengaruh terhadap pendapatan unit usaha pembibitan. Unit usaha yang baru berjalan kurang dari setahun ini, belum diketahui tingkat kelayakan dari investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan analisis kelayakan. Analisis kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek non finansial dan finansial. Dari aspek finansial, pengukuran kelayakan menggunakan indikator NPV, IRR, Net B/C, PP dan kriteria investasi lainnya yaitu BEP unit dan HPP. 9
Untuk mengetahui kelayakan usaha dari bisnis ini juga diperlukan analisis dari berbagai aspek non finansial seperti aspek pasar, teknis, manajemen, hukum dan sosial-ekonomi-budaya, dan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara lain: 1) Bagaimana kelayakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm dari sisi non finansial yaitu dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial–ekonomi-budaya dan lingkungan? 2) Bagaimana kelayakan finansial unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm? 3) Bagaimanakah tingkat kepekaan (sensitivitas) unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm apabila terjadi perubahan harga input dan output? 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kelayakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm dari sisi non finansial yaitu dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial-ekonomi-budaya dan lingkungan. 2) Menganalisis kelayakan finansial unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm. 3) Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm apabila terjadi perubahan harga input dan output. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni : 1) Bagi peternakan Tawakal Farm, hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan operasional usaha dan menentukan kebijakan terkait dengan kegiatan operasional dan pengembangan usahanya. 2) Bagi masyarakat luas terutama para peternak, sebagai bahan masukan dan informasi dalam melakukan pembibitan domba ekor tipis. 10
3) Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor sebagai acuan untuk pengembangan peternakan domba ekor tipis di Kabupaten Bogor. 4) Bagi akademisi dan peneliti, sebagai literatur untuk penelitian yang berhubungan dengan masalah yang relevan dalam rangka pengembangan peternakan domba ekor tipis. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terfokus pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis yang
dijalankan oleh Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor pada kandang D dan usaha ini baru dilaksanakan pada bulan September 2009. Penelitian dilakukan hanya pada kandang pembibitan dimana di dalam kandang tersebut hanya terdapat domba indukan betina dan anakan yang dilahirkan, sementara domba jantan yang dijadikan sebagai pemacek disewa dari kandang penggemukan Tawakal Farm yang telah ada sebelum usaha pembibitan dijalankan. Aspek kelayakan usaha tersebut ditinjau dari aspek finansial dan nonfinansial. Pada aspek non-finansial, aspek yang akan diteliti adalah aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial-ekonomi-budaya dan lingkungan.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Deskripsi Domba Menurut Williamson dan Payne (1993) domba merupakan hewan
ruminansia kecil yang masih tergolong kerabat kambing, sapi, dan kerbau. Secara umum, klasifikasi domba adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas
: Mamalia
Ordo
: Artiodactyla
Famili : Bovidae Genus : Ovis Spesies : Ovis Aries Menurut Mulyono (2003) terdapat berbagai macam jenis domba yang diternakkan di Indonesia, diantaranya: 1)
Domba Ekor Tipis (Domba Lokal) Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 persen populasinya berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mampu hidup di daerah yang gersang. Domba ini memiliki tubuh yang kecil sehingga sering disebut Domba Kacang atau Domba Jawa. Selain badannya yang kecil, ciri lain dari domba ini, antara lain: 1) Ekor relatif kecil dan tipis; 2) Biasanya berbulu badan berwarna putih, hanya terkadang ada warna lain, misalnya belang-belang hitam di sekitar mata, hidung, atau bagian lainnya; 3) Domba betina umumnya tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk kecil dan melingkar; 4) Berat bedan domba jantan dewasa berkisar 30-40 kg dan berat badan domba betina dewasa sekitar 15-20 kg. Tubuh domba ini tidak berlemak sehingga daging yang dihasilkan pun sedikit.
2)
Domba Priangan (Garut) Natasasmita et al. (1986) menyatakan bahwa domba garut adalah nama lain yang lebih populer dari Domba Priangan. Domba Priangan merupakan rumpun domba tersendiri yang pada mulanya hanya terdapat di Jawa Barat, namun sekarang telah menyebar ke provinsi lain. Domba ini banyak
12
digunakan sebagai domba adu. Dalam perkembangannya, domba garut terbagi dalam dua tipe, yaitu tipe adu (tangkas) dan tipe pedaging. Domba Garut telah dibudidayakan masyarakat Garut sejak lama. Ciri dari domba priangan ini antara lain: 1) Berat domba jantan hidup dapat mencapai 60-80 kg dan berat domba betina sekitar 30-40 kg; 2) Domba betina tidak bertanduk, sedangkan domba jantan memiliki tanduk yang cukup besar, melengkung kearah belakang, dan ujungnya mengarah kedepan sehingga berbentuk seperti spiral. Pangkal tanduk kanan dan kiri hampir bersatu; 3) Ekornya pendek dan pangkalnya agak besar (gemuk); 4) Bentuk telinganya ada yang panjang, pendek dan sedang yang terletak dibelakang pangkal tanduk; 5) Bulunya lebih panjang dan halus jika dibandingkan dengan domba asli, berwarna putih, hitam, cokelat, atau kombinasi dari ketiga warna tersebut; 6) Domba ini baik untuk penghasil daging. 3)
Domba Ekor Gemuk (DEG) Domba ekor gemuk banyak ditemui di daerah Jawa Timur, Madura, Sulawesi dan Lombok. Ciri khas dari domba ini adalah bentuk ekor yang panjang, lebar, besar dan semakin ke ujung semakin kecil. Ciri lain dari DEG adalah: 1) Domba jantan dan betina tidak mempunyai tanduk; 2) Sebagian besar domba berwarna putih, tetapi ada beberapa pada anaknya yang berwarna hitam atau kecoklatan; 3) Domba jantan mampu mencapai berat sekitar 50 70 kg, sedangkan berat domba betina sekitar 25-40 kg.
4) Domba Suffolk Domba Suffolk berasal dari Inggris. Domba ini terkenal dengan bobot badan yang tinggi. Di Inggris, berat domba jantan dapat mencapai 135-200 kg dan domba betina 100-150 kg, tetapi di Indonesia beratnya hanya 60-80 kg. Domba ini memiliki keunggulan karena presentase dagingnya yang tinggi yaitu 55-65% dari bobot badan. 5) Domba Merino Domba merino berasal dari daerah Asia kecil. Domba ini berkembang baik di Spanyol, Inggris, dan Australia. Domba merino terkenal sebagai penghasil
13
wol terbaik dengan panjang bulu mancapai 10 sentimeter. Pada saat itu produksi wol dapat mencapai 10 kilogram wol per ekor. 6)
Domba Dorset Domba ini merupakan tipe pedaging yang bagus dan tipe wol yang sedang. Di negara asalnya Inggris, bobot domba jantan 100-125 kg dan betina sekitar 7090 kg. Persentase dagingnya 50-65% dari berat badan hidup. Secara umum, domba dorset jantan dan betina mempunyai tanduk yang melingkar. Persilangan antara domba dorset dan merino disebut domba dormer.
2.2.
Pembibitan dan Penggemukan Hardjosubroto
(1994)
mendefinisikan
pembibitan
sebagai
upaya
peningkatan produktivitas melalui seleksi, persilangan atau kombinasinya. Pola pembibitan yang ada di masyarakat bermula dari kelompok-kelompok tani yang cukup intensif. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembibitan adalah adanya pencatatan, baik catatan tertua (induk dan pejantan) maupun catatan anak. Penggemukan saat ini telah banyak dilakukan oleh peternak maupun pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar dalam bentuk pertambahan bobot. Menurut Parakkasi (1999) istilah penggemukan berasal dari kata fattening yang berarti pembentukan lemak. Dewasa ini, istilah tersebut tidak lagi sesuai karena sistem produksi dan selera konsumen yang berubah. Tujuan penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendefosit lemak seperlunya saja. Bila ternak belum dewasa, maka program tersebut sifatnya adalah bersifat membesarkan sambil menggemukan atau memperbaiki kualitas karkas. 2.3.
Input Budidaya Domba Menurut Mulyono (2003) budidaya domba ekor tipis pada umumnya
hampir sama dengan domba jenis lainnya sehingga sebagian besar input yang dibutuhkan untuk budidaya domba ekor tipis sama dengan input domba jenis lain. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai beberapa input utama yang dibutuhkan pada budidaya domba ekor tipis.
14
2.3.1. Bibit Unggul Bibit merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan usaha pengembangbiakan ternak domba secara komersial. Beberapa persyaratan harus dipenuhi oleh calon induk dan pejantan domba jika menginginkan anakan yang baik. Pemilihan bibit sebagai calon induk dan pejantan dimaksudkan untuk memperoleh keturunan yang memiliki sifat-sifat yang baik, seperti kesuburan dan persentase kelahiran yang tinggi, kecepatan tumbuh yang baik, dan produksi susu yang cukup. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit antara lain kesehatan, ukuran tubuh besar, kemampuan menghasilkan susu, bobot dan bobot sapih, kemampuan merumput, dan silsilah (Mulyono 2003). 2.3.2. Kandang Menurut Mulyono (2003) dalam hal pemeliharaan domba, perkandangan perlu diperhatikan juga selain bibit genetiknya. Perkandangan ini penting karena tidak sekedar membangun kandang yang memenuhi syarat teknis, tetapi juga terkait dengan aspek lainnya seperti sumber air, peralatan pemeliharaan, letak lokasi terhadap perumahan dan jalan, ketersediaan kendaraan, tempat sampah dan penangannya. Widyastuti (1996) menambahkan bahwa kandang diperlukan sebagai tempat berlindung ternak dari hujan dan terik matahari. Dalam keadaan yang baik, ternak akan mampu berkembang dan tumbuh secara normal. Adanya kandang, kesehatan dan keberadaan manusia tetap terjamin, juga kesehatan hewan lainnya. Selain itu, kandang juga bermanfaat agar ternak tidak merusak tanaman, diganggu/ dimangsa hewan buas atau dicuri. Dilihat dari tipenya, kandang domba yang terbentuk disebabkan karena perbedaan kondisi daerah pemeliharaan, tingkat skala usaha, dan tingkat pengetahuan peternak. Namun, umumnya peternak membangun kandang dalam bentuk panggung. Kandang panggung merupakan kandang yang konstruksinya dibuat panggung atau dibawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung kotoran.
15
2.3.3. Pakan Menurut Mulyono (2003) pakan sangat penting diperlukan untuk pertumbuhan ternak karena mengandung zat gizi. Oleh karenanya, pakan harus tersedia secara kontinu. Pakan yang umum diberikan berupa hijauan, tetapi pada saat ketersediaan hijauan berkurang maka diperlukan pengawetan atau penambahan pakan penguat (konsentrat). Pakan bila ditinjau dari segi nutrisi, merupakan unsur yang sangat menentukan pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ternak. Pemberian pakan yang baik adalah yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi domba yang dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh. 1) Pakan Penguat (konsentrat) Merupakan pakan yang mempunyai kandungan zat makanan tertentu dengan kandungan energi relatif tinggi, serat kasar rendah, dan daya cerna yang relatif baik. Pakan ini cocok untuk menambah zat makanan yang ada. Umumnya, bahan pakan konsentrat mempunyai nilai palatabilitas (rasa enak) dan aseptabilitas (kemauan ternak mengonsumsi) yang lebih tinggi karena mengandung jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, dan bekatul. Dengan demikian, konsentrat diberikan kepada domba dengan tujuan untuk meningkatkan nilai gizi/ zat makanan, meningkatkan konsumsi pakan dan meninggikan daya cerna. 2) Pakan Hijauan Menurut Skerman dan Rivers diacu dalam Widyastuti (1996) rumput yang dikonsumsi oleh domba berjenis Brachiaria humidicola yang merupakan rumput asli Afrika Selatan, kemudian menyebar ke daerah Fiji dan Papua New Guinea. Rumput ini tumbuh pada ketinggian 1000-2000 m, tidak beracun dan tumbuh dengan baik pada musim panas. 2.4.
Perawatan dan Penentuan Umur Mulyono (2003) menjelaskan bahwa ternak juga membutuhkan perawatan
agar dapat tumbuh dengan baik yang akhirnya dapat berreproduksi dengan maksimal. Selain pemberian pakan, perawatan lain yang juga diperlukan, antara lain: 1) Memandikan ternak. Tujuan memandikan domba untuk menciptakan
16
suasana segar, menjaga kesehatan, memelihara kebersihan wol dan meningkatkan daya tarik pembeli pada saat domba akan dijual. Khusus untuk pejantan, setelah dimandikan, domba diberi kesempatan bergerak agar dapat meningkatkan kekuatan dan produktivitas sperma yang dihasilkan; 2) Mencukur bulu domba. Hal ini diperlukan karena bulu domba tumbuh lebih lebat dibanding ternak kecil lain. Dari segi ekonomis, bulu domba yang pendek dan bersih akan menunjukkan kegemukkan domba sehingga harga jualnya akan tinggi. Pencukuran bulu sebaiknya dilakukan setelah domba berumur lebih dari enam bulan. Umumnya pencukuran dilakukan dua kali dalam setahun; 3) Memotong kuku. Kuku akan memanjang dan dapat berakibat kurang baik seperti mengganggu saat berjalan, mengganggu saat mengawini betina (untuk pejantan), kuku yang patah dapat mengakibatkan luka dan mudah terinfeksi karena selalu menginjak kotoran dan mudah terjangkit penyakit. Oleh karena itu, pemotongan kuku ini dilakukan setiap 3-6 bulan sekali; 4) Menaksir Umur. Domba yang mempunyai umur di bawah sembilan bulan akan mempunyai pertumbuhan yang sangat pesat. Pada umur 1820 bulan, pertumbuhan domba relatif berhenti dan tidak bertambah besar lagi. Salah satu teknik menentukan umur yang paling baik adalah dengan melihat keadaan gigi geligi domba seperti melihat tingkat keterasahannya gigi seri (bagian depan) dan penggantian (tanggalnya) gigi susu. 2.5.
Jenis Penyakit Menurut Mulyono (2003) penyakit yang menyerang domba dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyakit parasit, penyakit bakterial, dan faktor penyebab lainnya. Penyakit-penyakit tersebut adalah: 2.5.1. Penyakit Parasit Parasit adalah makhluk hidup yang hidup di tubuh ternak dengan mengisap atau memakan sebagian tubuh inangnya. Dengan demikian, penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan adanya gangguan parasit. Penyakit tersebut antara lain:
17
1) Kudis Penyakit ini disebabkan oleh Sacroptes scabei, Psoroptes communis. Penyebab penyakit tersebut berpindah lewat kontak dengan domba yang terinfeksi. Pembentukkan kudis pada minggu ke-12 setelah ternak terinfeksi. Ternak yang terserang penyakit akan gelisah, tidak dapat istirahat dan nafsu makan menurun karena rasa gatal yang berat. Penyakit akan semakin parah bahkan berpotensi kematian jika domba diberi daun lamtoro atau daun lainnya yang mengandung mimosin. 2)
Kutu Kutu sebagai hewan yang kecil mampu berpindah dari ternak satu ke ternak lainnya dengan lincah. Gejala klinis dari serangan kutu ini adalah ternak menjadi gatal, berat badan menurun, air susu domba yang menyusui berhenti/ berkurang.
3) Cacing Gepeng (Cacing Hati, Cacing Daun) Penyakit ini disebabkan oleh cacing Fasciola ginatica yang menyerang bagian hati sehingga disebut juga cacing hati. Gejala teknis yang tampak adalah produksi dan pertumbuhan menurun dan pembengkakan dibawah rahang. 2.5.2. Penyakit Bakterial 1) Antraks (Radang Limpa) Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus Antracic. Gejala klinis yang tampak adalah demam tinggi (41-42°C), domba stress, selaput lendir mulut dan mata berwarna merah sampai ungu. Kematian sangat cepat yaitu 2-6 jam untuk yang akut atau 48 jam untuk akut setelah tejadinya infeksi. Ternak ini tidak boleh dipotong apalagi dibedah. 2)
Penyakit Cacar Mulut Penyakit ini disebabkan oleh Actynomices necrophorus. Gejala klinisnya adalah demam yang tinggi, sukar bernapas, lidah terjulur, dan mulut banyak air liur yang berbau asam.
18
2.5.3
Penyakit Akibat Faktor Lain
1) Keracunan Sianida Hal ini terjadi karena domba diberi pakan daun yang mengandung sianida, misalnya daun singkong atau sorgum segar. Gejala klinisnya seperti menggigil, berdiri sempoyongan, susah bernapas, bergetar, kejang dan pupil mata membesar. Pencegahan dapat dilakukan dengan melayukan daun tersebut terlebih dahulu sebelum diberikan, campurkan daun tersebut dengan hijauan lainnya, dan jauhkan tanaman tersebut dari kandang. 2)
Kembung Perut Penyakit ini terjadi karena domba tidak mampu menghilangkan gas yang dihasilkan oleh lambung pertama (rumen). Gas yang timbul karena domba terlalu banyak makan hijauan legum, pemberian pakan yang tidak teratur atau domba yang terlalu lapar diberi hijauan yang basah (embun). Gejala yang terlihat seperti domba gelisah, sulit bernapas, daerah mulut dan mata berubah kebiru-biruan karena kekurangan oksigen.
2.6.
Perkawinan dan Kelahiran Menurut Mulyono (2003) perkawinan diawali dengan masa birahi
(pubertas) yang dialami oleh domba. Pubertas yang pertama untuk domba terjadi setelah umur 6-12 bulan, tetapi pada saat ini organ kelamin belum sempurna jadi dianjurkan domba dikawinkan setelah berumur lebih dari satu tahun. Masa birahi terjadi hanya terjadi beberapa saat, yaitu sewaktu hormon estrogen mencapai puncaknya. Masa birahi domba sekitar 24-36 jam. Masa birahi berikutnya (siklus estrus) membutuhkan waktu 16-18 hari setelah birahi sebelumnya. Domba betina yang mengalami birahi memiliki tanda-tanda yaitu vulva mengalami oedema, kemerahan, kemaluannya terasa hangat, sering menggosok-gosokkan pantat atau menaiki hewan lainnya. Waktu yang baik untuk mengawinkan domba adalah 12-18 jam setelah terlihat tanda-tanda birahi. Apabila birahi terlihat pagi hari maka siang atau malam hari sudah harus dikawinkan. Menurut Herman (1980) terdapat beberapa keragaan reproduksi ternak antara lain: umur dikawinkan pertama kali (alami)
19
untuk jantan 18 bulan dan betina 15 bulan, lama bunting 4-5 bulan, lama menyusui 2-3 bulan, masa kering kandang setengah bulan, dan umur afkir selama 60-72 bulan. Sudarmono dan Sugeng (2005) menyatakan bahwa usahaternak domba akan memberikan keuntungan jika peternak mampu mengatur produktivitas induk-induk sehingga akan melahirkan anakan dengan umur sebaya yang siap dipasarkan. Hal ini dapat dilaksanakan oleh peternak dengan cara mengawinkan induk-induk secara bersamaan sehingga induk-induk akan menghasilkan dalam waktu bersamaan, yakni dalam minggu atau bulan yang sama. Untuk mencapai tujuan tersebut, peternak harus membuat induk-induk dapat birahi dengan serentak. Penyerentakan birahi semacam ini merupakan rekayasa produksi yang dapat diatur dengan : (1) penggunaan hormon, (2) perangsangan dengan pejantan, dan (3) penggunaan metode inseminasi buatan dan sinar laser. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa domba lokal di daerah tropik dapat kawin sepanjang tahun. Namun, hal ini memberikan dampak pada persentase beranak cenderung rendah. Dewasa kelamin yang dicapai domba di daerah tropik akan lebih lambat dibandingkan domba di daerah dingin. Data-data teknis mengenai reproduksi domba di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Data Teknis Reproduksi Ternak Domba No Parameter Jantan 1. Masak kelamin 6 – 8 bulan 2. Kawin pertama > 12 bulan 3. Siklus Birahi 4. Lama birahi 5. Lama bunting 6. Afkir 6 – 8 tahun Sumber : Sudarmono dan Sugeng (2005)
2.7.
Betina 6 – 8 bulan 12 – 15 bulan Setiap 17 hari sekali 30 – 40 jam 5 – 6 bulan (144 – 152 hari) 5 tahun
Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi adalah
berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha, dan analisis pada domba serta analisis kelayakan usaha pada peternakan domba.
20
2.7.1. Studi Empiris mengenai Kelayakan Usaha Peternakan Domba Penelitian yang dilakukan oleh Fitrial (2009) bejudul Analisis Tingkat Kelayakan Finansial Penggemukan Kambing dan Domba pada Mitra Tani (MT) Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini antara lain: berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial diperoleh NPV sebesar Rp 359. 346. 744,00; IRR diperoleh sebesar 11,7 persen dengan discount rate sebesar 8,5 persen, perolehan nilai Net B/C dan Gross B/C masing-masing sebesar 2,53, PP diperoleh selama 1,5 tahun. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan analsis sensitivitas. Variabel-variabel yang diubah dalam analisis sensitivitas yaitu: kenaikan harga input yang masih dapat ditolerir sampai 5,34 persen, dan penurunan kuantitas penjualan output yang masih dapat ditolerir sebesar 4,79 persen. Secara finansial dapat disimpulkan bahwa peternakan ini layak untuk dijalankan. Penelitian hanya mengkaji aspek finansial saja, tidak mengkaji aspek non finansialnya. Penelitian lain yang menggunakan objek penelitian domba adalah penelitian yang dilakukan oleh Isep (2008) berjudul Analisis Kelayakan Usahaternak Domba Rakyat di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Populasi penelitian adalah seluruh peternak domba di Desa Cibunian sebanyak 700 Rumah Tangga Petani (RTP). Sampel diambil berdasarkan cluster random sampling sebanyak 180 RTP, kemudian diseleksi menjadi 164 RTP berdasarkan kriteria yang diperlukan dalam analisis data. Usaha ternak dibagi ke dalam tiga skala kepemilikan yaitu skala I (0,75-2,50 SDD atau Standar Domba Dewasa), skala II (2,51-4,75 SDD), dan skala III (4,76-8,50 SDD). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (52,44 persen) peternak di desa ini menjalankan usahaternaknya pada skala I. Peternak domba pada semua skala tergolong ke dalam usia produktif, dengan pengalaman beternak yang tinggi namun berpendidikan rendah. Melalui kriteria kelayakan, didapatkan NPV untuk skala I, II, III secara berurut antara lain Rp (3.537.029,00), Rp (1.413.826,00) dan Rp 1.770.519,00. IRR pada skala I tidak terdefinisi sementara pada skala II dan III adalah 0,57 persen dan 16,65 persen pada discount rate 9,5 persen. Untuk nilai Net B/C secara urut didapat 0,67; 0,89; 1,1. Nilai kepekaan hanya dilakukan pada
21
usahaternak skala III dimana tingkat maksimum kenaikan biaya dan penurunan penerimaan yang masih dapat ditolerir masing-masing sebesar 9,97 persen dan 9,06 persen. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa skala usaha I dan II tidak layak untuk dijalankan sementara skala III layak untuk dijalankan. 2.7.2. Studi Empiris mengenai Domba Ekor Tipis Hadiningrum
(2006)
melakukan
penelitian
mengenai
Strategi
Pengembangan Usahaternak Domba Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupeten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan usahaternak domba Tawakal Farm, dilanjutkan dengan menyusun strategi pengembangan usahaternak domba Tawakal sesuai dengan faktor internal dan eksternal yang dihadapi. Pada penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah Matrix IE, SWOT dan QSPM. Hasil identifikasi faktor internal perusahaan (IFE), memberikan skor kekuatan utama perusahaan berada pada komitmen pemilik yang tinggi dan performa produk yang baik. Sementara kelemahan terbesarnya adalah inefisiensi penggunaan tenaga kerja. Dari sisi eksternal perusahaan (EFE), peluang utama yang harus dimanfaatkan oleh perusahaan adalah tingkat persaingan antar peternak domba yang rendah, sedangkan yang menjadi ancaman utama adalah kenaikan biaya transportasi. Pada Matrix IE, hasil dari pemetaan IFE dan EFE ini berada pada posisi perusahaan berada pada sel V (hold and maintain) dimana total skor matrix IFE sebesar 2,76 dan total skor matrix EFE sebesar 2,73. Strategi yang tepat untuk diterapkan adalah pengembangan produk dan penetrasi pasar. Dengan menggunakan analisis SWOT dan dilanjutkan dengan QSPM terdapat empat strategi yang dimunculkan dengan kombinasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan urutan sebagai berikut: 1) Mempertahankan kualitas produk dan pelanggan yang ada dengan tata laksana manajemen produksi yang baik; 2) Meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar; 3) Mempertahankan hubungan baik dengan
22
masyarakat sekitar usahaternak; dan 4) Menciptakan suatu kerjasama dengan masyarakat sekitar usahaternak dalam pengadaan input produksi. Penelitian yang dilakukan oleh Legawati (2007) berjudul Pendugaan Model Fungsi Produksi dan Analisis Efisiensi Usaha Penggemukan Domba pada Peternakan Domba Tawakal Farm, Desa Cimade Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini menganalisis pengaruh faktor-faktor usaha penggemukan domba terhadap pertambahan bobot badan dan menganalisis tingkat efisiensi produksi usaha penggemukan domba. Hasil dari penelitian ini berdasarkan nilai T-hitung, R2, F-hitung, uji autokorelasi, heterokedastisitas dengan menggunakan model Cobb-douglas menunjukkan bahwa kedua faktor produksi yaitu rata-rata jumlah konsumsi rumput dan ampas tahu berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan domba. Masing-masing faktor produksi sudah efisien secara teknis jika dilihat berdasarkan nilai elastistas produksi berada antara 0 dan 1. 2.7.3.
Evaluasi Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan pada Peternakan Tawakal Farm, Desa Cimande
Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor mengkaji tentang kelayakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan keempat penelitian terdahulu. Dari sisi lokasi penelitian, terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadiningrum (2006) yang melakukan penelitian tentang strategi pengembangan usahaternak domba Tawakal Farm dan Legawati (2007) yang mengkaji tentang efisiensi produksi terhadap pakan. Jika dibandingkan penelitian oleh Fitrial (2009) dan Isep (2008), penelitian ini memiliki beberapa kesamaan yaitu objek penelitian (domba) dan mengkaji aspek finansial usaha. Letak perbedaanya adalah waktu dan lokasi penelitian, serta aspek yang dikaji lebih luas yaitu menyertakan aspek non finansial dalam mengkaji kelayakan usaha.
23
Tabel 6. Penelitian Terdahulu yang Relevan No
Peneliti
Tahun Penelitian 2006
1.
Hadiningrum Vifin
2.
Legawati
2007
3.
Isep Irwan
2008
Judul penelitian Strategi Pengembangan Usahaternak Domba Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupeten Bogor. Pendugaan Model Fungsi Produksi dan Analisis Efisiensi Usaha Penggemukan Domba pada Peternakan Domba Tawakal Farm, Desa Cimade Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor Analisis Kelayakan Usahaternak Domba Rakyat di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
• • •
Alat yang digunakan Matrix IE SWOT QSPM
T-hitung, R2, Fhitung, uji autokorelasi, heterokedastisitas (Model CobbDouglas)
Analisis Finansial • NPV • IRR • Net B/C • Analisis Sensitivitas.
Hasil Penelitian • Matrix IE = sel V (hold and maintain). • SWOT dan QSPM terdapat empat strategi: 1) Mempertahankan kualitas produk dan pelanggan yang ada dengan tata laksana manajemen produksi yang baik; 2) Meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar; 3) Mempertahankan hubungan baik dengan masyarakat sekitar usahaternak; dan 4) Menciptakan suatu kerjasama dengan masyarakat sekitar usahaternak dalam pengadaan input produksi. Masing-masing faktor produksi (rumput dan ampas tahu) sudah efisien secara teknis jika dilihat berdasarkan nilai elastistas produksi berada antara 0 dan 1.
1. Sebagian besar (52,44%) peternak di desa ini menjalankan usahaternaknya pada skala I. 2. Peternak domba pada semua skala tergolong ke dalam usia produktif, 3. Kriteria Kelayakan • NPV untuk skala I,II,III secara berurut = Rp (3.537.029,00), Rp (1.413.826,00) dan Rp 1.770.519,00 • IRR pada skala I tidak terdefinisi sementara pada skala II dan III adalah 0,57 dan 16,65% (DR= 9,5%). • Net B/C secara urut = 0,67; 0,89; 1,1. • Nilai kepekaan hanya dilakukan pada usahaternak skala III (tingkat maksimum kenaikan biaya dan penurunan penerimaan yang masih dapat
24
4.
Fitrial
2009
Analisis Tingkat Kelayakan Finansial Penggemukan Kambing dan Domba pada Mitra Tani (MT) Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Analisis Finansial • NPV • IRR • Net B/C • Analisis Sensitivitas.
ditolerir masing-masing sebesar 9,97 dan 9,06 persen. Analisis Finansial: • NPV=Rp 359.346.744,00 • IRR= 11,7 % (DR= 8,5%) • Net B/C = 2,53, • PP =1,5 tahun. • Analisis sensitivitas yaitu: kenaikan harga input yang masih ditolerir samapai 5,34 persen, dan penurunan kuantitas penjualan output yang masih dapat ditolerir sebesar 4,79%. Secara finansial dapat disimpulkan bahwa peternakan ini layak untuk dijalankan.
25
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis Sebuah usaha akan diikuti oleh kegiatan investasi. Kegiatan investasi yang
dilakukan dalam bidang pertanian memiliki risiko yang relatif besar dibandingkan dengan bidang usaha lain. Oleh sebab itu, diperlukan adanya perencanaan serta pengkajian yang mendalam dan menyeluruh mengenai pemanfaatan modal, untuk melihat besarnya manfaat yang diperoleh serta biaya yang dikeluarkan. Selanjutnya diperlukan suatu analisis serta studi kelayakan usaha untuk melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu proyek dalam memberikan manfaat sehingga risiko kerugian pada masa yang akan datang dapat diantisipasi (Husnan dan Muhammad 2005). 3.1.1. Analisis Kelayakan Usaha Bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai suatu unit. Proyek pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu (Gittinger 1986). Adanya peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan atau kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila diusahakan. Studi kelayakan bisnis digunakan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperolah dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek, serta sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan dalam bisnis (Ibrahim 2003). Dalam arti luas, studi kelayakan investasi diartikan sebagai suatu penelitian tentang dapat tidaknya proyek investasi dilaksanakan secara menguntungkan dengan indikasi adanya manfaat bagi masyarakat luas yang bisa terwujud dari penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah ataupun manfaat untuk pemerintah berupa penghematan atau penambahan devisa (Husnan dan Muhammad 2005).
Dengan
kata
lain
bahwa
studi
kelayakan
diperlukan
untuk
memperhitungkan apakah suatu modal berupa investasi yang ditanamkan dapat mendatangkan manfaat baik manfaat untuk mikro (stakeholder perusahaan) dan makro (stockholder perusahaan) selama umur proyek. Pengertian ini mengandung makna bahwa sebuah proyek investasi tidak hanya menguntungkan secara finansial, melainkan menguntungkan secara makro bagi daerah dimana lokasi investasi tersebut dilaksanakan. 3.1.2
Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha Terdapat
beberapa
aspek
yang
harus
dipertimbangkan
dalam
merencanakan dan menganalisa proyek yang efektif. Aspek-aspek tersebut secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan suatu putusan mengenai suatu aspek akan mempengaruhi putusan-putusan terhadap aspek-aspek lainnya. Seluruh aspek harus dipertimbangkan pada setiap tahap (stage) dalam perencanaan proyek dan siklus perencanaannya (Nurmalina et al. 2009 ). Aspek-aspek non finansial tersebut antara lain: 1) Aspek Pasar Ibrahim (2003) menjelaskan bahwa analisis pasar dilakukan dengan tujuan untuk menguji serta menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan usaha atau proyek yang dilaksanakan. Faktor utama yang perlu dinilai dalam aspek pasar adalah jumlah permintaan produk di masa lalu dan masa sekarang serta kecenderungan permintaan di masa yang akan datang, besar kemungkinan potensi pasar yang tersedia di masa yang akan datang, besarnya market share berdasarkan produksi yang dilaksanakan, strategi yang akan dijalankan untuk dapat meraih market share tersebut, dan faktor-faktor yang mungkin akan mempengaruhi permintaan di masa yang akan datang. Sedangkan, menurut Husnan dan Muhammad (2005) aspek pasar mengkaji tentang:
27
a) Pemintaan (Demand) Menurut Kotler diacu dalam Husnan dan Muhammad (2005) menyatakan bahwa jumlah komoditi yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta untuk komoditi tersebut. Sehubungan dengan konsep ini, terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, jumlah yang diminta adalah suatu jumlah yang diinginkan pada tingkat harga komoditi tersebut, dan pada harga komoditi lain, pendapatan kosumen dan sebagainya yang sudah tertentu. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan antara lain: 1) Harga komoditi tersebut; 2) Harga komoditi barang lain; 3) Pendapatan rata-rata rumah tangga; 4) Selera; 5) Distribusi pendapatan diantara rumah tangga; 6) Jumlah penduduk. b)
Penawaran Menurut Kotler diacu dalam Husnan dan Muhammad (2005) penawaran adalah jumlah dari suatu komoditi yang ingin dijual oleh perusahaan atau sering disebut sebagai jumlah yang ditawarkan perusahaan. Penawaran menunjukkan apa yang ingin dijual oleh perusahaan. Hal ini mungkin berbeda dengan penawaran yang benar-benar dilakukan oleh perusahaan karena terkait dengan konsep persediaan produk yang dilakukan perusahaan untuk penjualan yang akan datang. Hampir sama dengan konsep permintaan, penawaran juga memiliki beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi besarnya penawaran yang dilakukan oleh suatu industri (perusahaan) yaitu: 1) Harga barang tersebut; 2) Harga barang lain; 3) Harga faktor produksi; 4) Teknologi.
c) Program Pemasaran Menurut Kotler diacu dalam Husnan dan Muhammad (2005) program pemasaran sering disebut sebagai bauran pemasaran (maketing mix) yang terdiri dari empat komponen yaitu produk (product), harga (price), distribusi (distribution), dan promosi (promotion).
28
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada produk yang dapat diterima oleh pasar adalah produk yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen. Dengan kata lain, jika produk itu dibutuhkan maka akan timbul permintaan dari konsumen. Produsen yang cerdas, mampu membaca keinginan konsumen saat itu, sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang ada. Sebelum mengambil peluang tersebut, perusahaan terlebih dahulu melakukan studi kelayakan dalam aspek pasar seperti penelitian tentang permintaan yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, penawaran yang dilakukan oleh produsen dalam industri tersebut, market share perusahaan selama ini, serta peluang market share yang masih bisa ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan terlebih dahulu agar produk yang ditawarkan perusahaan tepat sasaran dan menghindari kerugian bagi perusahaan. Karena ketika produk yang ditawarkan tidak laku di pasaran, maka akan menyebabkan pemborosan pengeluaran yang sangat besar yang tidak mampu ditutupi oleh hasil penjualan dari produk tersebut. 2) Aspek Teknis Husnan dan Muhammad (2005) menyatakan bahwa aspek teknis merupakan analisis yang berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha. Evaluasi ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek, seperti karakteristik produk yang diusahakan, lokasi dimana proyek baik akan maupun sedang didirikan dan sarana pendukungnya, serta layout bangunan yang dipilih, peralatan dan teknologi yang diterapkan, penentuan luas produksi. Menurut Ibrahim (2003) aspek teknis merupakan lanjutan dari aspek pemasaran, kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan usaha atau proyek yang direncanakan telah menunjukkan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Aspek pokok yang perlu dibahas dalam aspek teknis produksi antara lain masalah lokasi, luas produksi, proses produksi, peralatan yang digunakan, serta lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi.
29
Sedangkan menurut Gittinger (1986) analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan seperti keadaan tanah di daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas benih tanaman, pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi, pemupukan, dan alat kontrol yang diperlukan. Analisis teknis akan dapat menentukan hasilhasil yang potensial di areal proyek, pengujian fasilitas-fasilitas pemasaran dan penyimpanan yang dibutuhkan untuk mendukung dalam pelaksanaan proyek, dan pengujian sistem-sistem pengolahan yang dibutuhkan. Dalam
aspek
teknis
yaitu
pada
proses
produksi
harus
mempertimbangkan risiko produksi yang mungkin akan terjadi dari usaha agar hasil analisis tidak over estimate. Menurut Kadarsan (1992) risiko dan ketidakpastian menjelaskan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha atau berbagai macam akibat dari usaha-usaha tertentu. Perbedaan antara risiko dengan ketidakpastian adalah bahwa risiko menjabarkan keadaan hasil dan akibatnya mengikuti suatu penjabaran kemungkinan yang diketahui, sedangkan ketidakpastian menunjukkan keadaan yang hasil dan akibatnya tidak bisa diketahui. Harwood et al. (1999) menyatakan bahwa sumber risiko pada kegiatan pertanian meliputi: 1) Risiko produksi; 2) Risiko harga atau pasar; 3) Risiko institusi; serta 4) Risiko finansial. Risiko produksi pada kegiatan pertanian dan peternakan sebenarnya hampir sama hanya saja pada pertanian, yang diusahakan adalah sesuatu yang tidak bergerak sedangkan pada peternakan yang diusahakan adalah sesuatu yang bergerak sehingga penyebab risiko produksinya pun terdapat sedikit perbedaan. Domba merupakan makhluk hidup yang memiliki potensi untuk terserang penyakit. Menurut Blakely dan Bade (1998) daur hidup domba terbagi menjadi anakan (cempe) dimana usia domba ini sekitar 0-3 bulan, setelah anak disapih (tiga bulan) maka anakan tersebut akan beranjak pada fase dara (3-12 bulan). Setelah setahun, domba baik betina maupun jantan sudah dapat dikatakan sebagai domba dewasa dan siap dikawinkan. Dari setiap daur 30
hidup domba tersebut, terdapat kemungkinan untuk adanya risiko kematian (produksi). Pada saat indukan bunting, terdapat kemungkinan (peluang) untuk terjadinya keguguran. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti indukan yang sedang bunting masih terlalu muda atau karena pakan yang diberikan kurang mencukupi sehingga tidak dapat memberikan asupan gizi untuk menjaga anak yang dikandung. Setelah induk melahirkan biasanya anakan mendapat asupan gizi dari susu induk tersebut. Tidak sedikit indukan yang tidak mau merawat anaknya bahkan ada juga induk yang hormon penghasil susunya tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, biasanya pada siklus ini terdapat peluang kematian anakan sebesar 10 persen. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa aspek teknis merupakan kelanjutan dari aspek pasar. Setelah diketahui pasar mampu menyerap penawaran produk perusahaan dengan baik maka fokus perhatian terhadap aspek teknis perlu dilakukan. Pada aspek teknis ada beberapa hal yang perlu diteliti terlebih dahulu sebelum usaha dilakukan, seperti penentuan lokasi usaha dengan variabel utama dan pelengkap, luas produksi, proses produksi dengan perhitungan risiko produksi (kematian) serta layout. Penentuan lokasi usaha diperlukan agar usaha yang telah dipilih untuk dijalankan dapat berjalan dengan lancar di lokasi tersebut seperti dilihat dari sisi kemudahan akses transportasi, ketersediaan bahan baku, pasokan tenaga kerja, pasokan listrik dan air, serta ada tidaknya pasar yang dituju. Selain itu, dukungan dari kondisi agroekosistem, pemerintah serta masyarakat sekitar juga perlu disperhitungkan karena secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kelancaran usaha. 3) Aspek Manajemen Menurut Ibrahim (2003) aspek ini berhubungan dengan institusi atau lembaga proyek yang harus mempertimbangkan struktur kelembagaan, pola sosial dan budaya yang ada pada suatu daerah atau negara setempat. Aspek ini meneliti sistem manajerial suatu usaha antara lain kesanggupan dan keahlilan staf dalam menangani masalah proyek. Evaluasi aspek manajemen 31
operasional bertujuan untuk menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha yang dipilih, struktur organisasi yang akan digunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar serta kebutuhan biaya gaji dan upah tenaga kerja. Umar (2005) menambahkan bahwa stuktur manajemen antar perusahaan ada kemungkinan terdapat perbedaan. Hal ini disesuaikan dengan skala usaha, strategi perusahaan serta keadaan karyawan perusahaan yang bersangkutan. Jika perusahaan masih dalam skala mikro maka tidak diperlukan direktur utama dan para manajer sebagai pemegang kendali perusahaan melainkan hanya pemilik perusahaan dan beberapa karyawan (jika dianggap perlu). 4) Aspek Hukum Pendirian dan beroperasinya suatu perusahaan akan lebih diketahui serta diakui keberadaannya oleh pemerintah jika berbentuk badan usaha atau memiliki legalitas usaha. Suatu perusahaan yang layak, perlu memenuhi persyaratan legalitas agar mempermudah hubungan ke luar perusahaan (eksternal). Selain itu, dapat memiliki kekuatan hukum sehingga akan terikat pada kebijakan hukum yang berlaku baik yang memihak atau pun tidak kepada perkembangan perusahaan. Analisis pada aspek hukum terdiri dari bentuk usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, akta, sertifikat dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha (Umar 2005). Dengan kata lain, perijinan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan suatu
cara
untuk
menghindari
kesulitan yang mungkin dihadapi yang berasal dari pemerintah. Ketika perusahaan telah melakukan perijinan, maka perusahaan telah terdaftar sebagai badan usaha dan diakui oleh keberadaanya oleh pemerintah setempat dan pusat. 5) Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya Nurmalina
et
al.
(2009)
menyatakan
bahwa
terdapat
beberapa
pertimbangan sosial yang harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaaan 32
sosial seperti penciptaan kesempatan kerja yang merupakan masalah terdekat dari suatu wilayah. Gittinger (1986) menambahkan bahwa dalam menganalisis aspek sosial perlu mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani proyek serta implikasi sosial yang lebih luas dari adanya investasi proyek. Hal-hal yang perlu dikaji dalam aspek sosial adalah manfaat proyek bagi peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, adanya penerangan listrik, serta kemudahan akses lalu lintas. Dalam studi kelayakan bisnis diperlukan informasi yang berhubungan dengan lingkungan proyek untuk mengetahui seberapa besar lingkungan tersebut memberikan pengaruh terhadap proyek. Proyek yang dijalankan tersebut harus berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Dengan demikian, pertumbuhan dan perkembangan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan dapat berpengaruh positif maupun negatif pada suatu usaha, sehingga aspek ini juga perlu dianalisis. Dengan kata lain, suatu usaha yang dijalankan perusahaan perlu mendapatkan perijinan dari masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya bentrokan antara perusahaan dengan warga setempat karena secara tidak langsung masyarakat yang mendukung akan berpengaruh positif terhadap kenyamanan, ketenangan dan kelancaran usaha tersebut. 6) Aspek Lingkungan Dalam menganalisis aspek lingkungan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengaruh keberadaan bisnis terhadap lingkungan sekitar. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Nurmalina et al. 2009). Dengan kata lain, pada aspek lingkungan suatu bisnis akan berjalan lama jika usaha yang dijalankan tersebut tidak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan sekitar seperti polusi udara, suara, air dan sebagainya. Jika hal 33
tersebut mungkin terjadi dan tidak dapat dihidari maka tindakan seperti apa yang perlu dilakukan perusahaan untuk mengatasi hal tersebut. 3.1.3. Analisis Finansial Analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya (cost) dengan manfaat (benefit) untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad 2005). Tujuan utama analisis finansial terhadap usaha pertanian adalah untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupan mereka kepada usaha pertanian tersebut. Dalam analisis finansial tersebut perlu dibuat proyeksi mengenai anggaran yang akan mengestimasi penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang setiap tahun, termasuk biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi dan pembayaran kredit yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga petani, agar dapat menentukan berapa besar pendapatan yang diterima oleh rumah tangga petani sebagai balas jasa tenaga kerja, keahlian manajemen, dan modal mereka (Gittinger 1986). Dengan demikian, analisis finansial digunakan untuk melihat manfaat proyek bagi proyek itu sendiri, sehingga dalam analisis finansial untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai harus menyertakan definisi-definisi mengenai manfaat dan biaya yang berkaitan dengan suatu proyek. Manfaat biasanya berupa nilai produksi total, pinjaman, produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua yang dipakai dalam proyek dan nilai sewa. 1) Teori Biaya dan Manfaat Gittinger (1986) mendefinisikan secara sederahana, biaya merupakan segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, sedangkan manfaat adalah sesuatu yang membantu tujuan. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan sebelum bisnis tersebut dimulai dan akan terus ada selama bisnis tersebut berlangsung. Biaya-biaya yang digunakan dalam analisis proyek agribisnis adalah biayabiaya langsung seperti biaya investasi, operasional dan lain-lain. Husnan dan Muhammad (2005) mendefinisikan biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk 34
membeli aset-aset proyek baik untuk aktiva tetap maupun aktiva lancar. Secara umum komponen biaya investasi terdiri atas biaya pra investasi dan biaya pembelian aktiva tetap. Aktiva tetap atau aktiva jangka panjang terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin, dan aktiva tetap lainnya. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung dari besarnya output yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah selama proses produksi. Kadariah et al. (2001) membagi manfaat menjadi tiga bagian yaitu : a) Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai output, fisik, dan atau dari penurunan biaya. b) Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan adanya proyek tersebut dan biasanya dirasakan oleh orang tertentu dan masyarakat berupa adanya efek multiplier, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya
dynamic
secondary
effect,
misalnya
perubahan
dalam
produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh keahlian. c) Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible effect), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan, dan lainnya. 2)
Proyeksi Aliran Kas (Cash Flow) Husnan dan Muhammad (2005) mendefinisikan cashflow merupakan arus kas yang ada di perusahaan, baik arus kas masuk (inflow) maupun arus kas keluar (outflow). Aliran kas penting digunakan dalam akuntasi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi para investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan proyek dapat dikelompokan dalam 3 bagian, yaitu aliran kas permulaan (initial cashflow), aliran kas operasional (operational cashflow), dan aliran kas terminal (terminal cashflow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan initial cashflow. Aliran kas yang timbul selama operasi proyek disebut operational 35
cashflow. Aliran kas yang diperoleh pada saat proyek telah berakhir disebut terminal cashflow. Pada umumnya initial cashflow bernilai negatif sedangkan operasional dan terminal cashflow bernilai positif. Aliran-aliran kas ini harus dinyatakan dengan dasar setelah pajak. Dengan kata lain, cashflow terdiri dari biaya dan manfaat. Biaya adalah arus kas yang benar-benar dikeluarkan perusahaan, sedangkan manfaat adalah arus kas yang masuk ke dalam kas perusahaan, dalam hal ini piutang dimasukkan ke dalam komponen manfaat karena masih termasuk ke dalam harta lancar. 3)
Konsep Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) Menurut Husnan dan Muhammad (2005) investasi suatu proyek berkaitan dengan usaha dalam jangka waktu yang panjang. Uang memiliki nilai waktu yaitu uang yang dihargai secara berbeda dalam waktu yang berbeda. Konsep nilai waktu uang menyatakan bahwa uang yang diterima sekarang lebih berharga dari pada uang yang diterima kemudian atau dengan kata lain nilai sekarang adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, dalam perhitungan kelayakan suatu usaha perlu memperhitungkan nilai waktu dengan mendiscounting nilai (biaya dan manfaat) di masa yang akan datang ke masa sekarang ini. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui sampai pada umur proyek berapa biaya dan manfaat yang diperoleh perusahaan yang akan mempengaruhi kelangsungan usaha tersebut.
4)
Umur Proyek Untuk menentukan panjangnya umur suatu proyek, terdapat beberapa pedoman yang dapat digunakan antara lain (Kadariah et al. 2001): a) Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis suatu aset. Maksud dari umur ekonomis suatu aset adalah jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dan meminimumkan biaya tambahannya. Asset yang dijadikan sebagai
36
patokan penetuan umur usaha adalah aset yang memliki nilai investasi terbesar atau yang memiliki umur ekonomis terlama. b) Untuk proyek yang memiliki modal yang sangat besar, umur proyek yang digunakan adalah umur teknis. Dalam hal ini, untuk proyek tertentu, umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena absolence (ketinggalan jaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien). Dengan kata lain, penentuan umur proyek ini diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana batasan waktu pengembalian atas modal (investasi) yang telah dikeluarkan pada awal proyek (usaha). Selain itu, umur proyek berguna untuk mengetahui kapan perusahaan tersebut harus melakukan reinvestasi terhadap asset yang terbesar dari usaha sehingga dapat menjadi suatu peringatan bagi perusahaan sebelum aset terbesar harus direinvestasi. 5)
Kriteria Kelayakan Investasi Menurut Kadariah et al. (2001) dalam mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu proyek diperlukan pengukuran menggunakan beberapa kriteria. Kriteria ini tergantung dari kebutuhan akan keadaan masing-masing proyek. Setiap kriteria mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dalam penilaian kelayakan suatu proyek hendaknya digunakan beberapa metode sekaligus. Hal ini bertujuan untuk memberikan hasil yang lebih sempurna. Kriteria yang biasa digunakan antara lain : a) Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) Net Present Value (NPV) merupakan nilai sekarang dari selisih antara manfaat (benefit) dengan biaya (cost) pada tingkat suku bunga tertentu. b) Tingkat Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas bersih masa depan proyek dengan pengeluaran awal proyek. Kriteria penilaiannya yaitu jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari discount rate yang ditentukan maka
37
investasi dapat diterima atau dengan kata lain discount rate yang dapat membuat arus penerimaan bersih sekarang dari suatu proyek (NPV=0) Nilai Sekarang bersih (NPV)
+
IRR 0
Biaya Modal (%)
‐
Gambar 3. Hubungan antara NPV dan IRR Sumber :Weston dan Brigham (1990)
c) Rasio Manfaat-Biaya Bersih (Net Benefit-Cost Ratio) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah net present value (NPV) yang positif dengan jumlah Net Present Value (NPV) yang negatif. d) Pengembalian Investasi (Payback Period) Payback Period (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi yang didanai dengan aliran kas. Payback Period (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran 6) Kriteria Kelayakan Investasi Lainnya Menurut Nurmalina et al. (2009), selain keempat kriteria kelayakan investasi yang telah disebutkan di atas terdapat kriteria pelengkap yaitu Break Even Poin (BEP) berupa BEP unit dan BEP harga serta Harga Pokok Produksi (HPP), sehingga dalam penelitian ini dilakukan perhitungan terhadap kriteria tersebut. BEP adalah suatu keadaan yang berada pada titik impas yaitu pada saat tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan sehingga pada saat itu, perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Harga pokok produksi (HPP) merupakan cara penentuan harga berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk 38
memproduksi suatu produk (komoditas) dan besarnya harga pokok produksi merupakan acuan yang digunakan oleh produsen dalam penetapan harga jual produk. 3.1.4. Analisis Laba Rugi Nurmalina et al. (2009) mendeskripsikan laporan laba rugi sebagai ringkasan dari empat jenis kegiatan, yaitu: 1) pendapatan dari penjualan produk atau jasa, 2) beban produksi atau biaya untuk mendapatkan barang atau jasa yang dijual, 3) beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa pada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administrative operasional, dan 4) beban keuangan dalam menjalankan bisnis (contoh: bunga yang dibayarkan pada kreditur, pembayaran dividen pada pemegang saham preferen).
Analisis laba rugi digunakan
perusahaan
untuk
mengetahui
perkembangan usaha dalam periode tertentu dan akan mempermudah penentuan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan. Komponen variabel yang termasuk dalam laba rugi terdiri dari pendapatan pokok dan sampingan perusahaan, biaya operasional perusahaan dimana di dalamnya termasuk biaya penyusutan dari barang invetasi yang ditanamkan, beban bunga (jika perusahaan melakukan pinjaman). Hasil dari perhitungan pengurangan komponen inflow dengan outflow tersebut, mengeluarkan hasil berupa laba kotor perusahaan yang dikenal dengan istilah Earning Before Tax (EBT). Dari EBT tersebut, perusahaan dapat memperhitungkan besarnya pajak (tax) yang harus dibayarkan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Setelah diperhitungkan pajak dan bunga (jika ada) maka akan diketahui besarnya laba bersih perusahaan selama umur usaha. 3.1.5. Analisis Sensitivitas Menurut Kadariah et al. (2001) analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek jika terjadi suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar penghitungan benefit. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan karena analisis proyek
39
biasanya didasarkan pada proyeksi yang biasanya mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa depan. Menurut Gittinger (1986) pada proyek di sektor pertanian dapat berubahubah sebagai akibat dari empat permasalahan utama, yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya input (cost over run) dan kesalahan dalam memperkirakan hasil produksi. Permasalahan ini timbul karena banyak faktor yang tidak terkendali. Setiap kemungkinan perubahan atau kesalahan dalam dasar perhitungan sebaiknya dipertimbangkan dalam analisis sensitivitas. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (nilai pengganti ). Menurut Gittinger (1986) pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat minimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga (discount rate) dan Net B/C sama dengan 1. 3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Adanya pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang masih
rendah menyebabkan pelaku usaha penghasil protein (peternak) harus lebih meningkatkan kinerjanya. Pemenuhan protein tersebut dapat berasal dari daging, telur, dan susu. Daging yang dikonsumsi dapat berasal dari unggas, sapi, kambing dan domba. Menurut Dirtjen Peternakan (2009) konsumsi daging domba ekor tipis per kapita per tahun di Indonesia pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 80,76 persen dari 0,26 kg per kapita menjadi 0,05 kg per kapita. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut produksi daging domba menurun sebesar 17 persen dari 56.852 ton pada tahun 2007 menjadi 47.029 ton di tahun 2008. Dengan penurunan produksi akan berpengaruh terhadap peningkatan harga jual daging domba. Dengan adanya program pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berswasembada daging pada tahun 2010, menyebabkan peternak dipicu untuk meningkatkan produktivitasnya. Tidak hanya peternak sapi potong, 40
peternak domba juga meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan produktivitas yang dilakukan tidak hanya pada satu titik, melainkan mengharuskan peternak untuk melakukan integrasi vertikal seperti melakukan pembibitan domba ekor tipis. Adanya permintaan daging domba yang belum mampu dipenuhi oleh penawaran yang ada selama ini disebabkan karena kurangnya bibit domba berkualitas untuk dijadikan sebagai bibit domba yang menghasilkan domba penggemukan dan pembibitan. Bibit domba dapat ditujukan untuk dua fungsi. Ada yang berfungsi sebagai bibit dan domba pedaging. Dengan semakin sulitnya bibit domba yang berkualitas untuk dicari maka peluang usaha pembibitan domba dapat dinilai cukup prospektif. Tawakal Farm merupakan salah satu peternakan terbesar di Kabupaten Bogor yang telah mengusahakan penggemukan domba sejak tahun 1993. Tetapi semakin lama kualitas domba yang dijadikan sebagai bibit untuk digemukkan semakin menurun. Hal ini disebabkan kurangnya keseriusan masyarakat dalam budidaya domba ekor tipis. Dengan permasalahan seperti ini, maka Tawakal Farm yang awalnya hanya melakukan usaha penggemukan, kini melakukan pengembangan usaha yaitu berupa peralihfungsian satu kandang penggemukan menjadi pembibitan domba ekor tipis. Dengan kata lain, Tawakal Farm melakukan integrasi vertikal berupa unit usaha pembibitan domba ekor tipis. Unit usaha ini baru berjalan selama enam bulan dan belum diketahui tingkat kelayakannya. Melalui penelitian ini, akan dikaji kriteria kelayakannya yang dilihat dari aspek finansial dan non finansial. Aspek non finansial meliputi: 1) Aspek pasar yang meliputi penawaran dan permintaan yang akan menunjukkan adanya peluang pasar serta bauran pemasaran yang diterapkan; 2) Aspek teknis meliputi lokasi usaha, luas produksi, layout, pengadaaan input, proses produksi; 3) Aspek manajemen yaitu bentuk badan usaha, struktur organisasi, job description dan sistem upah; 4) Aspek hukum meliputi izin dalam melakukan usaha baik izin dari pemerintah pusat maupun pemerintah setempat untuk kelancaran usaha peternakan; 5) Aspek sosial-ekonomi-budaya meliputi dampak sosial dan budaya
41
yang ditimbulkan dari usaha; 6) Aspek lingkungan meliputi dampak terhadap lingkungan akibat usaha yang dijalankan. Aspek finansial meliputi analisis finansial serta analisis kepekaan. Analisis finansial akan mengukur kelayakan investasi unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm berdasarkan beberapa kriteria, yaitu Net Present Value (NPV) yang merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya usaha pembibitan peternakan domba pada tingkat suku bunga tertentu, Internal Rate of Return (IRR) sebagai persentase tingkat pengembalian investasi pembibitan domba yang diperoleh selama umur proyek, Rasio Biaya Manfaat Bersih (Net B/C) yang merupakan besarnya tingkat tambahan manfaat dari setiap biaya sebesar satu satuan yang dikeluarkan, serta Payback Periode (PP) yaitu lamanya periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Selain itu, diperlukan kriteria investasi yang lain seperti Break Even Poin (BEP unit) dan Harga Pokok Produksi. BEP yaitu keadaan dimana besarnya pendapatan sama dengan pengeluaran yag dilakukan sehingga pada saat itu, perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. BEP digunakan untuk mengetahui besarnya unit komoditas yang harus dijual untuk menutupi biaya tetap yang dikeluarkan selama umur usaha. Sedangkan HPP merupakan salah satu cara untuk menentukan harga jual berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk (komoditas) sehingga jika perusahaan tidak ingin mengalami kerugian maka harga jual suatu produk yang dihasilkan tidak lebih rendah dari HPP. Pada penelitian ini, domba yang dikawinkan tidak seluruhnya berhasil menghasilkan anakan melainkan hanya 70 persen yang menghasilkan anakan dan dari 70 persen tersebut akan dilanjutkan pada perhitungan risiko kematian pada anakan sebesar lima persen. Penentuan angka mortalitas ini berdasarkan pengalaman usaha pembibitan selama ini. Setelah diperhitungkan risikonya maka akan dilanjutkan kepada analisis kelayakan finansial dengan kondisi saat ini. Setelah diketahui kelayakan dari kondisi saat ini maka akan dilanjutkan dengan analisis nilai pengganti mengunakan empat variabel perubahan. Penentuan variabel ini diasumsikan memiliki kontribusi terbesar terhadap kelayakan usaha 42
pembibitan dan bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha ketika terjadi beberapa perubahan. Keempat variabel tersebut antara lain variabel pertama dan kedua yaitu penilaian kelayakan akibat adannya penurunan harga jual anak domba yang berbeda-beda untuk betina dara dan jantan muda dengan variasi dari analisis sensitivitas yaitu analisis nilai pengganti. Variabel ketiga dan keempat yang juga menggunakan analisis nilai pengganti. yaitu peningkatan kedua harga indukan yaitu yang sudah dikawinkan dengan yang masih dara. Indukan yang digunakan pada usaha pembibitan ini terbagi menjadi tiga dimana terdapat indukan yang sudah 2x kawin, 1x kawin dan domba dara (siap dikawinkan). Dengan harga beli yang berbeda antara indukan yang sudah pernah kawin dengan yang dara, maka digunakan variabel ketiga dan keempat dalam analisis nilai pengganti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini analisis finansial yang dilakukan adalah kondisi saat ini tanpa dan dengan perubahan. Variabel perubahan tersebut meliputi peningkatan harga beli indukan yang belum dan sudah pernah dikawinkan serta penurunan harga jual anakan betina dan jantan. Kerangka pemikiran konseptual yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.
43
Pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat masih rendah Adanya gap antara permintaan dan penawaran daging domba ekor tipis di Jawa Barat
Produksi daging domba ekor tipis untuk memenuhi permintaan di Bogor masih rendah Ketidakpastian kualitas bibit domba ekor tipis untuk penggemukan dan pembibitan
Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm Desa Cimande Hilir, Kabupaten Bogor
Analisis Kelayakan Usaha
Finansial
Non Finansial
(Proyeksi L/R, NPV, IRR, Net B/C, Payback Periode, BEP unit dan HPP)
• • • • •
Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Hukum Aspek Sosial-EkonomiBudaya • Aspek Lingkungan
Layak
• •
Analisis Sensitivitas ( Switcing Value) Kenaikan harga beli induk dan dara yang dijadikan sebagai induk Penurunan harga jual anak domba yaitu betina dara dan jantan muda.
Tidak Layak
Usaha Pembibitan Dilanjutkan
Dilakukan Evaluasi
Gambar 4. Alur Kerangka Pemikiran Operasional 44
45
IV. METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis
Peternakan Tawakal Farm di Jalan Raya Sukabumi No. 32, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Menurut data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2008), Tawakal Farm merupakan peternakan terbesar di Kabupaten Bogor dengan kapasitas kandang terbesar yaitu 1200 ekor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Cimande Hilir merupakan sentra peternakan domba di Kabupaten Bogor dimana terdapat suatu peternakan yang mampu menghasilkan domba ratarata 1062 ekor per tahun. Pemilihan lokasi ini juga bertujuan untuk menganalisis apakah pengembangan usaha berupa pembibitan domba ekor tipis sekaligus penggemukan, layak untuk dijalankan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2010. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi langsung di tempat penelitian dengan Drs. H. Bunyamin (pemilik Tawakal Farm), kepala kandang D, penduduk sekitar Tawakal Farm yang terkait dengan keperluan kajian aspek sosial-ekonomi-budaya. Penentuan sampel responden untuk aspek sosialekonomi-budaya dilakukan dengan metode purposive yaitu orang-orang yang memiliki informasi sempurna untuk menganalisis aspek sosial-ekonomi-budaya, diantaranya adalah Kepala Desa Cimande Hilir, tokoh masyarakat, Ketua RW 5, Sekretaris Camat, dua orang warga sekitar baik yang bekerja di Tawakal Farm maupun tidak. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini, yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jendral Peternakan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kecamatan Caringin, Kantor Desa Cimande Hilir serta artikel elektronik yang terkait dengan penelitian ini. Untuk informasi tambahan yang mendukung penelitian ini menggunakan literaturliteratur yang relevan dengan objek permasalahan. 45
4.3.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh diolah dengan menggunakan kalkulator
dan Microsoft Excel. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi tahap pengolahan data dan interpretasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan unit usaha pembibitan domba ekor tipis di lokasi penelitian pada kondisi saat ini. Analisis kelayakan usaha dibagi menjadi analisis kelayakan non finansial dan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan non finansial mengkaji berbagai aspek mulai dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial-ekonomi-budaya dan lingkungan. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kelayakan usaha pembibitan secara finansial. Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah analisis kelayakan finansial dan analisis sensitivitas. 4.4.
Analisis Kelayakan Non Finansial Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji
kelayakan usaha dari berbagai aspek seperti aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial-ekonomi-budaya dan lingkungan pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm. Masing-masing aspek non finansial tersebut memiliki indikator kelayakan. Adapun indikator kelayakan dari tiap aspek yaitu: 4.4.1. Aspek Pasar Pada aspek pasar terdapat beberapa beberapa variabel yang dianalisis menurut Husnan dan Muhammad (2000) meliputi: jumlah permintaan dan penawaran yang tercover dalam peluang usaha serta kajian pada bauran pemasaran. Alasan pengambilan sumber tersebut karena variabel tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan. Jika perusahaan mengetahui jumlah permintaan dan penawaran terhadap bibit domba dan perusahaan mampu untuk mengambil peluang dari sejumlah gap antara permintaan dan penawaran yang ada serta mengetahui bauran pemasaran perusahaan maka unit usaha pembibitan Tawakal Farm tersebut dapat dikatakan layak untuk dijalankan.
46
4.4.2. Aspek Teknis Pada aspek teknis, variabel-variabel yang dianalisis mengacu menurut Husnan dan Muhammad (2005) meliputi pemilihan lokasi usaha dengan variabel utama dan pelengkap. Adapun beberapa variabel utama dalam pemiihan lokasi yaitu : 1) Pertimbangan ketersediaan bahan baku dalam hal ini input seperti pakan, bibit (bakalan) domba serta input lainnya yang menunjang usaha pembibitan domba Tawakal Farm; 2) Letak pasar yang dituju menjadi variabel pertimbangan utama karena dengan mengetahui daerah pemasaran yang ada, dapat diketahui apakah penawaran yang dilakukan oleh usaha pembibitan Tawakal Farm dapat diserap dengan baik oleh pasar atau terdapat penawaran yang berlebih. Dengan kata lain dengan mengetahui letak pasar, perusahaan dapat mempertimbangkan apakah domba yang dihasilkan dari usaha pembibitan mampu menutupi permintaan yang ada selama ini; 3) Ketersediaan tenaga listirik dan air perlu menjadi pertimbangan karena dibutuhkan dalam proses produksi. Listrik digunakan untuk menerangi kandang dan sebagai penyedia air yang berasal dari sumur bor, sedangkan air digunakan untuk memandikan domba serta membersihkan kandang dan sekelilingnya; 4) Ketersediaan pasokan tenaga kerja akan membantu kelancaran unit usaha pembibitan Tawakal Farm. Usaha pembibitan Tawakal Farm memberdayakan pemuda yang tinggal di sekitar peternakan Tawakal Farm sehingga pasokan tenaga kerja yang tersedia cukup banyak; 5) Ketersediaan fasilitas transportasi yang baik akan memperlancar operasional unit usaha pembibitan karena dapat mengefisienkan waktu serta biaya baik dalam hal pengadaan pakan maupun dalam penjualan. Selain variabel utama, terdapat variabel pelengkap yang juga perlu menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan lokasi usaha seperti: 1) Adanya hukum dan perundangan yang berlaku yang dapat mendukung atau menghambat unit usaha pembibitan Tawakal Farm; 2) Keberadaan agroekosistem setempat untuk usaha pembibitan domba; serta 3) Sikap dari masyarakat akan keberadaan usaha pembibitan Tawakal Farm apakah mendukung atau menolak. Penentuan luas produksi usaha pembibitan Tawakal Farm dapat diketahui dengan mengetahui informasi tentang jumlah output yang harus diproduksi dan dijual oleh unit pembibitan Tawakal Farm untuk mendapatkan keuntungan 47
optimal (titik impas TR=TC) usaha. Dari informasi tersebut, akan diketahui tingkat pemanfaatan kandang pada saat ini. Penentuan luas produksi dapat diketahui dengan pendekatan BEP unit, konsep keuntungan maksimum (MR=MC) dan Linier Programing. Layout kandang pembibitan dan peternakan akan mempengauhi kinerja karyawan (kepala kandang khususnya). Setiap jenis usaha memiliki layout yang berbeda-beda. Layout usaha peternakan domba berbeda dengan layout usaha peternakan ayam ataupun hewan ternak lainnya walaupun sama-sama bergerak dalam bidang peternakan. Layout yang baik adalah layout yang mampu memberikan keamanan bagi kepala kandang serta domba yang diternakan. Dengan adanya layout, dapat terlihat apakah luas kadang dan tanah yang ada telah dimanfaatkan secara optimal. Sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam rencana perluasan produksi. Pengkajian terhadap teknologi yang digunakan juga dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah teknologi yang sedang berkembang saat ini mempengaruhi penerapan teknologi pada usaha pembibitan Tawakal Farm. Sehingga dapat diketahui teknologi seperti apa yang digunakan untuk usaha pembibitan Tawakal Farm dan ketepatan dari teknologi yang diterapkan selama ini. Dalam aspek teknis, proses produksi usaha pembibitan domba menjadi fokus utama karena akan berpengaruh secara langsung terhadap keberhasilan usaha pembibitan domba. Dalam proses budidaya, terdapat beberapa hal yang sangat diperhatikan seperti: kandang, kualitas bibit, pakan, sumber pakan. Dalam penentuan kelayakan dari bibit, pakan dan kandang terdapat standar ketentuan yang harus dipenuhi agar usaha pembibitan dapat berjalan dengan efektif. Adapun standarnya sebagai berikut: 1)
Bibit Unggul Bagi peternakan yang relatif besar seperti Tawakal Farm, bibit unggul merupakan hal yang menjadi konsentrasi utama. Pada awalnya, Tawakal Farm mendapatkan bibit unggul dari Jampang, Garut dan Cianjur tetapi kini peternakan ini mulai melakukan pengusahaan bibit sendiri. Dengan
48
memenuhi kriteria bibit unggul seperti ini (Tabel 7), maka unit usaha pembibitan Tawakal Farm dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Tabel 7. Kriteria Calon Bibit Unggul pada Domba Ekor Tipis No 1.
Bibit Unggul Calon Induk
2.
Calon Pejantan
Kriteria Bibit Unggul Ukuran badan besar tetapi tidak terlalu gemuk. Dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus. Bulunya bersih dan mengkilap. Tidak cacat di bagian tubuhnya, misalnya di telinga, mulut, ekor atau hidung. Selain itu, mata tidak rabun. Bentuk dan ukuran alat kelamin normal. Ambingnya tidak terlalu menggantung, isinya kenyal, dan puting susu berjumlah dua. Umur lebih dari satu tahun dan telah birahi sebelum umur satu tahun. Ukuran badan normal, tubuh panjang dan besar, bentuk perut normal, kakinya kokoh, lurus, kuat dan terlihat tonjolan tulang yang besar pada kaki, serta mata tidak rabun. Pertumbuhannya relatif cepat, gerakannya lincah dan terlihat ganas, alat kelamin normal dan simetris serta sering terlihat ereksi. Umurnya antara 15 bulan hingga lima tahun.
Sumber : Mulyono (2003)
2)
Kandang Menurut Mulyono (2003) perlengkapan yang penting dalam kandang adalah bak/tempat pakan. Bak pakan ditempelkan pada dinding kandang dalam. Untuk domba, dasar bak pakan horizontal dengan lantai kandang karena kebiasaan domba yang merumput. Lantai kandang dibuat dari kayu papan atau belahan bambu yang disusun dengan jarak 2-3 cm. Dasar kolong kandang sebaiknya digali sedalam 20 sentimeter di bagian pinggirnya dan 3050 cm pada bagian tengah serta dibuat miring ke arah salah satu sisinya. Kemudian, dibuatkan saluran yang menuju bak penampung. Kandang untuk ternak ada yang dibuat untuk koloni dan juga yang dibuat individu. Luas kandang disesuaikan dengan umur bakalan dan jumlah ternak yang dipelihara. ukuran starndar kandang untuk koloni sebagai berikut (Tabel 8):
Tabel 8. Ukuran Standar Kandang Menurut Umur Domba No
Umur domba
1.
Anakan (3-7 bulan)
2.
Dara (7-12 bulan)
3.
Indukan (>12 bulan) Sumber : Mulyono (2003)
Kapasitas
Ukuran Kandang 2
(m )
Jenis kandang
(ekor) 5
10
Kandang Panggung
7,5
10
Kandang Panggung
10
10
Kandang Panggung
49
Tidak semua domba bisa dikolonikan sepanjang hidupnya. Widyastuti (1996) menambahkan, ukuran kandang harus disesuaikan dengan jenis dan keadaan hewan yang diternakan. Ukuran standar kandang untuk berbagai ternak sebagai berikut: Tabel 9. Ukuran Standar dan Jenis Kandang Domba No
Jenis Ternak
Ukuran Kandang (m) /ekor
1.
Pejantan dan induk bunting
2.
Indukan beranak dan menyusui
Keterangan
1,25 x 1,50
Kandang Panggung
1 x 1,5-2
Kandang Panggung
Sumber : Widyastuti (1996)
3)
Pakan Pakan merupakan hal utama bagi domba yang harus dipenuhi baik hijauan maupun konsentrat. Menurut Mulyono (2003) pakan yang diberikan kepada ternak (domba) sebesar 10 persen dari bobot badannya. Untuk domba yang baru bunting atau menyusui disarankan diberi pakan berupa ampas tahu 98,5 persen dan 1,5 persen garam dapur (vitamin) dengan jumlah pemberian pakan sekitar 0,35 kg/ekor/hari. Teknik pemberian konsentrat sebaiknya tidak bersamaan dengan hijauan karena konsentrat ini mempunyai daya cerna dan kandungan nutrisi yang berbeda dengan hijauan. Apabila diberikan secara bersamaan
maka
efektivitas
nutrisinya
akan
berkurang.
Menurut
Sumoprastowo (1987) kebutuhan ternak domba akan hijauan dan konsentrat per hari seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Kebutuhan Pakan Ternak Domba per Hari No
Domba
1 Pasca Sapih 2 Muda 3 Jantan dewasa 4 Induk dewasa 5 Bunting 6 Menyusui Sumber : Sumoprastowo (1987)
Hijauan (kg/hari/ekor) 4 5 10 8 8 8
Kebutuhan Konsentrat (kg/hari/ekor) 0,20 0,25 0,50 0,25 0,40 0,45
Garam ((kg/hari/ekor) 0,35 0,35
Selain itu, dalam aspek teknis juga mempertimbangkan risiko kematian (mortalitas) dan peluang kejadian anak yang mungkin terjadi. Unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm ini baru berjalan selama enam bulan. 50
Walaupun baru enam bulan, Tawakal Farrm telah memiliki pengalaman yang dapat mendasari penentuan risiko produksi. Blakely dan Bade (1998) mengungkapkan bahwa usaha peternakan di Indonesia, memiliki peluang kematian (mortalitas) domba sebesar 10 persen. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Tawakal Farm, penaksiran angka kematian tersebut terlalu besar karena pada kondisi lapang peluang mortalitas yang terjadi hanya lima persen dari tiap siklus kelahiran. Perhitungan risiko kematian tersebut juga dibarengi dengan perhitungan keberhasilan anakan dari proses perkawinan sebesar 70 persen. Hal ini didasarkan pada pengalaman usaha pembibitan Tawakal Farm selama ini. 4.4.3. Aspek Manajemen Pada aspek manajemen, variabel-variabel yang dianalisis mengacu menurut Umar (2005) meliputi: bentuk badan usaha, struktur organisasi, job description tiap jabatan. Dalam perusahaan biasanya yang harus ada dalam struktur organisasi perusahaan seperti direktur, divisi (produksi, pemasaran, keuangan, sumberdsaya manusia) dan staf, tetapi tidak semua perusahaan menerapkan struktur perusahaan seperti itu. Terdapat beberapa faktor utama yang perlu diperhatikan dalam menentukan struktur organisasi yaitu strategi dan struktur organisasi, teknologi yang digunakan, karyawan, serta ukuran dan skala usaha perusahaan tersebut. Begitu juga dengan Tawakal Farm, srtuktur organisasi disesuaikan dengan faktor-faktor tersebut. Jika usaha peternakan Tawakal Farm telah memiliki bentuk badan usaha, struktur organisasi dan deskripsi tugas yang jelas maka usaha peternakan dapat dikatakan layak dari aspek manajemen. 4.4.4. Aspek Hukum Mengacu menurut Umar (2005) pada aspek hukum, variabel yang dianalisis adalah perijinan. Ketika perusahaan telah memiliki perijinan maka perusahaan tersebut telah diakui keberadaannya oleh pemerintah sebagai badan usaha. Dalam dunia usaha terdapat berbagai jenis usaha yang berbeda-beda sehingga perijinan yang dilakukan pun juga berbeda. Untuk usaha peternakan, perijinan yang harus dimiliki berbeda dengan usaha bidang lainnya sehingga menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 362 ahun 1990 mengatur tentang 51
Perizinan Perusahaan Peternakan (pasal 4 s/d 13)8 terdapat beberapa kelangkapan perizinan usaha peternakan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin usaha peternakan (izin tetap) yaitu: Persetujuan prinsip, Izin lokasi/HGU, Izin tempat usaha/HO, NPWP, Dokumen AMDAL/UKL-UPL dan Rekomendasi hasil pemeriksaan lapangan oleh Dinas Peternakan Daerah Tingkat I. Jika perijinan ini telah dilakukan maka usaha peternakan Tawakal Farm dapat dikatakan layak untuk dijalankan. 4.4.5. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya Pada aspek sosial-ekonomi-budaya, variabel-variabel yang dianalisis mengacu menurut Gittinger (1986) meliputi: manfaat proyek bagi peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di lingkungan sekitar peternakan, adanya penerangan listrik, kemudahan akses lalu lintas. Karena penentuan indikator peningkatan pendapatan masyarakat terlalu luas, maka batasan kelayakan dari aspek sosial-ekonomi-budaya ini hanya sebatas pada ada tidaknya peningkatan penyerapan tenaga kerja di lingkungan sekitar usaha. Jika ada peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja dan tidak ada halangan dari masyarakat sekitar usaha peternakan maka dari aspek sosial-ekonomi-budaya, usaha Tawakal Farm layak untuk dijalankan. 4.4.6. Aspek Lingkungan Pada aspek lingkungan yang akan dikaji adalah dampak yang terjadi untuk lingkungan sekitar akibat usaha pembibitan domba ekor tipis. Pada usaha peternakan, dampak yang timbul bagi lingkungan sekitar seperti brengus (bau yang tidak sedap) yang berasal dari kotoran domba (polusi udara) dan polusi suara. Pada aspek ini pula akan dikaji manajemen pengolahan limbah dari residu (kotoran) dari usaha pembibitan domba ekor tipis.
8
Direktorat Jenderal Peternakan Indonesia. 2009. Sistem Prosedur Usaha Subsektor Peternakan. http://www.pros-nak.com. [14 April 2010]
52
4.5.
Komponen Biaya dan Manfaat Menurut Ibrahim (2003) analisis finansial dilakukan melalui penyusunan
arus tunai dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis dengan terlebih dahulu mengelompokkan komponen yang termasuk manfaat dan biaya. Pada penelitian ini, perhitungan terhadap biaya dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya investasi, dan biaya operasional (tetap dan variabel). Biaya investasi yang dikeluarkan pada unit usaha pembibitan meliputi tanah, pembelian domba indukan, pembelian kandang pembibitan, selang, garu kotoran, gergaji dan drigen. Biaya operasional dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dalam unit usaha pembibitan domba ekor tipis terdiri dari sewa mobil pick up dan biaya transportasinya untuk pencarian hijauan, arit, gunting kuku domba, asahan, ember plastik, timbangan, karung untuk rumput, sapu lidi, gunting bulu domba, sekop, batu batere, biaya komunikasi, biaya listrik dan air, upah tenaga kerja dan THR. Biaya transportasi dimasukkan ke dalam biaya tetap karena mobil pick up tersebut digunakan untuk mencari rumput ke daerah Lido, Pancawati dan Bojongkoneng setiap harinya. Frekuensi penggunaan pick up untuk mencari rumput tidak tergantung pada jumlah domba yang berada di kandang. Hal ini dikarenakan domba di Tawakal Farm diharuskan untuk makan hijauan yang segar agar sehat sehingga rumput harus diberikan dalam keadaan segar dalam setiap waktu makan. Dengan kata lain, jumlah domba yang ada di kandang tidak mempengaruhi frekuensi penggunaan pick up tersebut, sehingga sedikit banyaknya jumlah domba yang ada di kandang, penggunaan pick up terus dilakukan. Biaya variabel dalam unit usaha pembibitan domba ekor tipis terdiri dari ampas tahu, mineral premik, sewa pick up dan biaya transportasi untuk pengiriman (penjualan) domba, obat-obatan, pembelian karung untuk penjualan kotoran domba, biaya perawatan domba dan sewa indukan jantan. Pelayanan penjualan yang diberikan oleh Tawakal Farm adalah domba yang sudah dipesan akan dikirim pada waktu yang ditentukan sehingga pembeli hanya menunggu domba yang dipesan datang ke kandang mereka. Dengan keadaan seperti itu, tiap domba yang dikirim dikenakan biaya transportasi Rp 10.000,00 per ekor untuk 53
menutupi biaya transportasi dan sewa pick up yang khusus digunakan untuk pengiriman. Manfaat yang didapat pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm berasal dari penjualan domba anakan (jantan dan betina), indukan afkir, limbah kotoran domba dan nilai sisa. Penjualan domba tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu berdasarkan taksiran tongkrongan dan bobot badan. Dengan menjumlahkan hasil perkalian antara bobot domba hidup yang terjual dengan harga jual per kilogramnya dimana untuk domba betina harga jualnya adalah Rp 25.000,00/ kg bobot hidup. Sedangkan untuk domba jantan, harga jualnya sebesar Rp 35.000,00/kg bobot hidup. Dengan menjumlahkan hasil perkalian tersebut maka diperoleh pendapatan yang berasal dari penjualan domba hidup dan sistem ini digunakan untuk penjualan domba indukan afkir. Penentuan bobot hidup domba melalui proses penimbangan pada saat transaksi dilakukan. Penentuan penjualan domba berdasarkan tongkrongan adalah penjualan yang biasa dilakukan dalam penjualan domba anakan. Tujuan dilakukan sistem penjualan ini untuk mengefisienkan waktu transaksi. Dasar penjualan berdasarkan tongkrongan ini dikarenakan yang menjadi poin penting dalam menjual domba pembibitan ini adalah kualitas keturunan yang dilihat dari postur tubuh serta kerangka badan bukan dari bobot badan sehingga dilakukan sistem ini dalam penjualan domba anakan. Selain yang telah disebutkan di atas, manfaat usaha juga diperoleh dari nilai sisa yang berasal dari barang-barang investasi. Dalam unit usaha pembibitan domba ekor tipis, terdapat hasil sampingan berupa penjualan kotoran domba. Residu ini dijual ke perkebunan durian terbesar di Kabupaten Bogor, Warso Farm. Residu yang dijual dijadikan sebagai pupuk kandang. Pupuk kandang sangat baik digunakan untuk meningkatkan unsur hara pada tanaman. Berdasarkan hal tersebut, maka potensi pendapatan dari pupuk kandang dimasukkan ke dalam perhitungan arus kas dan perhitungan laba-rugi sebagai penambah manfaat. 4.6.
Analisis Kelayakan Finansial Menurut Gittinger (1986) analisis finansial yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan kriteria investasi Net Present Value (NPV), Net 54
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode (PP). Kriteria tersebut termasuk di dalam cashflow usaha. Sebelum melakukan perhitungan untuk cashflow, terlebih dahulu ditentukan pajak yang berasal dari perhitungan laporan laba-rugi. 4.6.1. Laporan Laba-Rugi Kadarsan (1992) menyatakan bahwa penyajian laporan harus dilakukan dengan sistematika yang baik untuk mempermudah jalannya perhitungan biaya dan manfaat dari awal hingga akhir. Sistematika tersebut tertera pada Tabel 11. Tabel 11. Sistematika Perhitungan Laporan Laba-Rugi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Komponen Penerimaan perusahaan tunai (kotor) Harga pokok produksi Laba kotor Beban penjualan,umum, dan administrasi Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) Beban bunga (interest) Laba sebelum pajak (EBT) Pajak penghasilan Laba setelah Pajak (EAT)
Nilai (Rp) A B C = A-B D E = C-D F G = E–F H I = G-H
Sumber : Kadarsan (1992)
Keterangan : A = Hasil penjualan komoditi yang diproduksi dan dari penjualan lainnya B = Biaya sesungguhnya untuk memproduksi produk yang dijual selama periode terkait. Termasuk di dalamnya adalah biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja, serta overhead produksi yang berkaitan dengan produk yang dijual atau terdiri dari biaya variabel dan tetap suatu produk . C = Laba yang diperoleh perusaahan setelah adanya pengurangan terhadap biaya produksi D = Inventaris hasil penjualan, komisi tenaga penjualan, iklan (promosi) dan lainlain. E = Penghasilan operasional yang diperoleh setelah pengurangan seluruh biaya operasional F = Biaya dari dana yang dipinjam (bunga yang harus dibayarkan) G = Penghasilan yang dapat dikenai pajak 55
H = Nilai pajak terhadap penghasilan usaha I = Jumlah perolehan yang menunjukkan keuntungan atau kerugian usaha. Apabila terdapat transaksi saham dalam perusahaan, maka perolehan tersebut merupakan jumlah yang dihasilkan untuk para pemegang saham. 4.6.2.
Net Present Value (NPV) Net Present Value atau keuntungan bersih sekarang merupakan selisih
antara nilai benefit sekarang dan nilai biaya sekarang pada tingkat diskonto tertentu selama umur proyek pada unit usaha pembibitan domba Tawakal Farm. Metode ini mendiskontokan seluruh arus kas terhadap biaya modal proyek dan kemudian menjumlahkan arus kas yang telah didiskontokan tersebut. NPV dirumuskan sebagai berikut:
NPV= ∑
…………....………………………………….(1)
Dimana: NPV
: Jumlah nilai sekarang pendapatan bersih penjualan domba hidup dan karkas selama n tahun pada umur proyek
Bt
: Manfaat yang dihasilkan dari perkalian harga jual domba hidup dan karkas dengan jumlah produksinya pada tahun ke-t
Ct
: Biaya operasional pembibitan dan penggemukan domba pada tahun ke-t
I
: Tingkat suku bunga yang berlaku (diskonto)
t
: Periode waktu (t = 0,1,2,3,….,n)
Sumber : Numalina et al. (2009)
Dalam kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang dihasilkan memiliki tiga alternatif nilai arti, yaitu: • NPV = 0, artinya unit usaha pembibitan domba tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial opportunity cost faktor produksi normal dan usaha tetap layak untuk dilaksanakan. • NPV > 0, artinya unit usaha pembibitan domba layak dilaksanakan. • NPV < 0, artinya unit usaha pembibitan domba tidak layak untuk dilaksanakan.
56
4.6.3. Rasio Biaya Manfaat (Net B/C) Net B/C merupakan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Secara matematis Net B/C dapat dirumuskan sebagai berikut: ∑
Net B/C =
∑
dimana
…………………………(2)
Dimana: Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t (Rp) Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t (Rp) i = Discount rate (%) t = Umur usaha (tahun) Sumber : Numalina et al. (2009)
Nilai perhitungan Net B/C yang lebih besar atau sama dengan satu menunjukkan unit usaha pembibitan domba ekor tipis ini layak untuk dijalankan. Namun bila nilai perhitungan Net B/C yang dihasilkan kurang dari satu maka unit usaha ini tidak layak untuk dijalankan. 4.6.4. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan tingkat diskonto pada saat NPV unit usaha pembibitan domba ekor tipis sama dengan nol, dinyatakan dalam satuan persen. IRR menunjukkan kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan pengembalian atau tingkat keuntungan yang dicapai. Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut: ……….. Dimana: I (NPV +) : discount rate yang menghasilkan NPV positif I (NPV -) : discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV(+) : NPV yang bernilai positif NPV(-) : NPV yang bernilai negatif Sumber: Nurmalina et al. (2009)
57
Investasi dikatakan layak jika nilai IRR lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang berlaku, karena pada kondisi tersebut NPV dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis lebih besar atau sama dengan nol. Apabila IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang berlaku maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. 4.6.5.
Payback Periode (PP) Payback Period atau masa pengembalian investasi merupakan jangka
waktu yang diperlukan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Secara matematis, payback period dapat dirumuskan sebagai berikut: Payback Period =
………………………………………...………. (4)
Dimana : Payback Period : Jumlah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi I
: Jumlah modal investasi usaha
Ab
:Keuntungan bersih tiap tahun dari unit usaha pembibitan domba
Sumber: Nurmalina et al. (2009)
Untuk mengatasi adanya pengabaian nilai waktu uang (time value of money) pada perhitungan PP, maka pada penelitian ini digunakan pendekatan PP yang didiskontokan. Dalam Husnan dan Muhammad (2005) dinyatakan bahwa metode pembayaran kembali (payback periode) yang didiskontokan mirip dengan metode pembayaran kembali seperti yang banyak digunakan untuk usaha yang memiliki manfaat bersih konstan tiap tahunnya kecuali bahwa dalam menghitng periode pembayaran kembali digunakan arus kas bersih yang didiskontokan. Periode pembayaran kembali yang didiskontokan didefinisikan sebagai jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi semua pengeluaran kas awal dari arus kas bersih yang telah didiskonto. Berikut ini merupakan penilaian kelayakan finansial berdasarkan PP yang didiskonto: •
PP yang didiskonto ≤ PP didiskonto maksimum yang diterima (umur usaha); 58
maka usaha layak untuk dilaksanakan (diterima). •
PP yang didiskonto > PP didiskonto maksimum yang diterima (umur usaha);
maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan (ditolak). 4.6.6
Break Even Point (BEP) atau Titik Impas Titik impas adalah suatu komoditi pada saat tingkat produksi atau
besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan sehingga pada saat itu, perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Perhitungan BEP dapat dilakukan dengan beberapa cara (Ibrahim 2003):
BEP (Unit) =
–
4.6.7. Harga Pokok Produksi (HPP) Harga pokok produksi merupakan cara penentuan harga berdasarkan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk (komoditas). Harga pokok produksi menjadi acuan produsen dalam penetapan harga jual. Penetapan harga pokok tersebut dapat menggunakan rumus berikut (Ibrahim 2003):
HPP = 4.7.
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Menurut Husnan dan Muhammad (2005) analisis nilai pengganti
dilakukan dengan cara mengubah besarnya suatu komponen inflow dan outflow. Besarnya perubahan ditentukan secara trial and eror (coba–coba) hingga diperoleh nilai perubahan maksimum yang masih dapat ditoleransi oleh suatu usaha dari sudut pandang finansial usaha tetap dinyatakan layak untuk dijalankan (limit kelayakan). 4.8.
Definisi Operasional
1) Bakalan adalah domba jantan dan betina yang dapat dijadikan sebagai indukan. 2) Indukan adalah domba betina yang dijadikan sebagai komoditas untuk menghasilkan keturunan. Umur domba betina yang baik untuk dijadikan 59
sebagai indukan dalam penelitian ini adalah betina dewasa yang lebih dari satu tahun. 3) Anakan (cempe) adalah anak domba yang baru lahir dan masih dalam keadaan menyusui. Umur cempe sekitar 0-3 bulan. 4) Dara adalah anak domba (jantan dan betina) yang telah lepas sapih dan berumur antara 3 -12 bulan. 5) Kepala kandang D adalah orang yang bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan operasional pembibitan domba ekor tipis. 6) Anak kandang D adalah staf kepala kandang yang bertanggung jawab terhadap pengadaan pakan hijauan dan membantu memberikan makan domba baik hijauan, ampas tahu maupun mineral premik. 7) Sistem tongkrong adalah istilah dalam penjualan domba yang biasa digunakan oleh para peternak dalam bertransaksi yang dilihat dari postur tubuh serta perawakan domba yang diperjualbelikan tanpa harus menimbang bobot domba hidup. 4.9.
Asumsi Dasar yang Digunakan Untuk mempermudah dalam analisis kelayakan unit usaha pembibitan
domba ekot tipis maka digunakan berbagai asumsi dasar. Adapun asumsi yang akan digunakan antara lain: 1) Unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm menggunakan modal sendiri. 2) Penentuan umur proyek berdasarkan investasi yang mengeluarkan biaya terbesar yaitu kandang. Umur ekonomis kandang yang terbuat dari kayu kelapa adalah 10 tahun. 3) Biaya (harga) pembelian pakan hijauan tidak dikeluarkan secara langsung melainkan dengan menggunakan upah tenaga kerja pencari rumput yaitu Rp 200.000,00/minggu. Penetapan upah ini tidak berdasarkan jumlah rumput yang mampu dicari oleh anak kandang. 4) Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia pada tahun penelitian (2010) yaitu sebesar 6,5 persen dan diasumsikan konstan selama umur proyek. Penggunaan 60
discount rate ini didasarkan pada tingkat suku bunga deposito lebih dari tiga bulan karena modal yang digunakan adalah modal sendiri. 5) Keadaan ekonomi selama proyek berlangsung dianggap tetap. 6) Rata-rata harga beli indukan domba ekor tipis betina per ekor terbagi menjadi dua yaitu •
Indukan yang sudah melahirkan sebesar Rp 700.000,00.
•
Indukan yang masih dara sebesar Rp 500.000,00.
7) Indukan domba jantan yang dijadikan sebagai pemacek berasal dari kandang khusus pejantan (kandang B) Tawakal Farm sehingga diperhitungkan sebagai biaya sewa indukan jantan seharga Rp 575.000,00 per ekor. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan rata-rata penjumlahan harga jual satu ekor domba anakan betina dan jantan (Rp 650.000,00+Rp 500.000,00)/ 2= Rp 575.000,00. Hal ini didasarkan pada budaya peternak di sekitar Tawakal Farm dimana ketika domba jantan dipinjam maka pengembalian dari peminjaman tersebut adalah satu ekor anakan yang dilahirkan (jantan/betina) dari proses perkawinan jantan yang dipinjam tersebut. 8) Output yang dijual oleh usaha pembibitan Tawakal Farm adalah domba anakan (tujuh bulan), domba afkir dan kotoran. 9) Sistem penjualan yang digunakan untuk penjualan anakan adalah taksiran berdasarkan sistem tongkrong domba hidup. Domba anakan jantan dan betina dijual dengan harga yang berbeda. Domba anakan jantan dijual dengan harga Rp 650.000,00 per ekor sedangkan domba betina anakan dijual dengan harga Rp 500.000,00 per ekor. Penjualan untuk domba afkir berdasarkan bobot hidup dimana untuk betina afkir seharga Rp 25.000,00 per kilogram. 10) Jumlah domba ekor tipis yang dijadikan sebagai indukan untuk pertama kali sebanyak 150 ekor. Pembelian indukan terbagi dalam beberapa kategori dan proporsi yang berbeda yaitu: • Indukan yang sudah dua kali melahirkan (F1) sebesar 30 persen yaitu 45 ekor. 61
• Indukan yang sudah satu kali melahirkan (F2) sebesar 60 persen yaitu 90 ekor. • Indukan yang berasal dari dara (F3) sebesar 10 persen yaitu 15 ekor. 11) Kapasitas kandang D sebesar 320 ekor. 12) Jumlah hari dalam satu tahun selama 365 hari. 13) Perkawinan berlangsung dalam selang waktu 5 bulan 40 hari atau 190 hari, sehingga dalam umur proyek terdapat 17 kali perkawinan. 14) Bakalan betina (indukan) afkir pada umur enam tahun sementara bakalan jantan tidak ada umur afkir dan tidak diperhitungkan dalam analisis. Sehingga indukan reinvestasi setelah sebelas kali dikawinkan. 15) Angka keberhasilan anakan pada sekali proses pencampuran (perkawinan) sebesar 70 persen. 16) Angka mortalitas domba yang dilahirkan sebesar lima persen. 17) Rasio jenis kelamin berdasarkan 70 persen angka keberhasilan anakan adalah 65 persen untuk anakan jantan dan 35 persen untuk anakan betina. 18) Domba anakan digemukkan terlebih dahulu selama empat bulan pasca lepas sapih (tiga bulan) sebelum dilakukan penjualan. 19) Domba anakan jantan yang telah berumur tujuh bulan dijual seluruhnya ke pasar tujuan sementara 35 persen anakan betina yang dihasilkan, 10 persennya dijadikan sebagai indukan sehingga yang dijual hanya 25 persen. 20) Indukan F1 dan F2 pada saat reinvestasi dibeli 50 persen lebih rendah dari pembelian awal. Hal ini dikarenakan pada saat itu jumlah ternak yang ada telah melebihi kapasitas kandang D. Tetapi saat reinvestasi F3, domba indukan dibeli sama seperti pembelian awal (15 ekor). Hal ini dilakukan guna mengoptimalkan kapasitas kandang D yang pada saat itu hanya ada 294 ekor. 21) Anakan yang dilahirkan dari indukan awalan akan dikawinkan setelah umur 14 bulan. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan dari anakan tersebut walaupun pada umur enam bulan, domba dara sudah mengalami birahi. Oleh karena itu, waktu yang tepat untuk domba dara dikawinkan pada umur 14 bulan. 62
22) Jumlah kelahiran rata-rata anakan pada sekali kelahiran berjumlah 1,5 ekor per ekor indukan. Hal ini dirata-ratakan karena jumlah anakan yang dilahirkan per induk tidak selalu sama tiap kelahiran (data di lapang). 23) Perhitungan penyusutan investasi menggunakan dengan metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis komponen investasi. Sedangkan untuk harga tanah diasumsikan sama antara harga beli dengan harga jual tanah pada akhir umur proyek. 24) Tahun analisis pada cashflow dimulai dari tahun nol dengan periode Maret- Desember 2010. Penggunaan tahun nol ini berdasarkan pada tahun tersebut belum ada pendapatan yang diperoleh dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm. 25) Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : • Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). • Pasal 17 ayat 2 a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
63
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1.
Gambaran Umum Desa Cimande Hilir Usaha peternakan domba yang menjadi objek penelitian terletak di Desa
Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Desa Cimande Hilir merupakan salah satu desa dari 12 desa yang terletak di Kecamatan Caringin. Desa Cimande Hilir merupakan desa dengan luas wilayah terkecil setelah Desa Muara Jaya yaitu seluas 185 Ha. Walaupun merupakan desa yang mempunyai luas wilayah yang relatif sempit, desa ini memiliki dua dusun yang dipisahkan oleh jalan raya yang menghubungkan Bogor dengan Sukabumi yang terdiri dari lima RW dan 24 RT. Desa Cimande Hilir memiliki ketinggian antara 350-450 m di atas permukaan laut. Temperatur lingkungan desa ini tergolong sedang karena suhu udara rata-rata berkisar antara 20_320C dan kelembaban udara sekitar 70-80 persen. Selain itu, Desa Cimande Hilir memiliki curah hujan 3000-4000 mm/tahun yang sangat sesuai untuk pengembangbiakan ternak domba. Berdasarkan keadaan iklim dan kondisi fisik yang ada, usaha pembibitan dan penggemukan domba ekor tipis sesuai untuk diusahakan di Desa Cimande Hillir. Batas-batas administratif pemerintahan Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Sungai Cimande/ Desa Ciherang Pondok Sebelah Timur : Desa Lemah Duhur Sebelah Selatan : Desa Caringin Sebelah Barat 5.2.
: Sungai Cisadane/ Desa Cibalung Kec. Cijeruk
Gambaran Umum Perusahaan
5.2.1. Deskripsi Perusahaan Tawakal Farm merupakan salah satu peternakan terbesar di Kabupaten Bogor saat ini dengan kapasitas 2000 ekor yang beralamatkan di Jalan Raya Sukabumi No. 32, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Seperti usaha lain, peternakan ini diawali dari usaha dengan skala mikro. Usaha ini didirikan oleh seorang mantan kepala RS Ciawi Bogor, Drs. H. Bunyamin, yang rela pensiun muda pada tahun 1993 demi mengembangkan usahanya yang berawal dari kegemarannya beternak. Usaha ini berawal dimulai pada tahun 1990. 63
Pada tahun tersebut jumlah ternak domba yang dipelihara hanya berjumlah enam ekor yang dikandangkan di belakang rumahnya. Saat lebaran Idul Adha, tiga ekor ternaknya dikurbankan dan tiga ekor lainnya dijual. Ternyata penjualan dari tiga ekor dombanya tersebut membawa keuntungan bagi bapak seorang anak ini. Dengan pengalaman itu, maka Drs. H. Bunyamin berniat untuk mengembangkan usaha penggemukan domba tersebut. Usaha peternakan Tawakal Farm terus mengalami perkembangan. Perjalanan pertama usaha ternak dombanya diawali pada tahun 1991, jumlah ternak yang dipelihara terus bertambah yang awalnya hanya berjumlah enam ekor menjadi 40 ekor. Jumlah tersebut terus mengalami peningkatan menjadi 70 ekor pada tahun 1992. Setelah tiga tahun berjalan yaitu tahun 1993, usaha terus mendatangkan keuntungan dan pada tahun inilah usaha peternakan Tawakal Farm secara resmi didirikan karena telah ada perijinan yang dilakukan oleh pemilik. Dengan adanya keuntungan dan pinjaman modal yang diberikan oleh bank, maka dana tersebut digunakan untuk mengembangkan peternakannya. Modal tersebut digunakan untuk membangun sebuah kandang berbentuk panggung yang diberi nama kandang B. Kandang ini dibangun dengan kapasitas 112 ekor domba dan berjarak 500 m dari pemukiman penduduk. Pada tahun 1995, dibangun pula kandang A dengan kapasitas koloni maksimum 312 ekor yang luasnya sama dengan kandang B. Pada saat itu, kedua kandang tersebut digunakan untuk penggemukan domba ekor tipis. Dengan melihat semakin meningkatnya permintaan domba terutama pada Hari Raya Idul Adha, maka pemilik menambahkan jumlah kandang. Sehingga pada tahun 1996, dibangun kandang panggung yang lebih luas berukuran 33x 7 m2 yaitu kandang C dengan kapasitas koloni 320 ekor. Dengan permintaan yang masih juga belum tertutupi oleh produktivitas saat itu, maka pada tahun 1997 dibangun pula kandang D dan E dengan kapasitas koloni maksimum masing-masing sebanyak 320 ekor. Pada awal pendirian, kelima kandang tersebut digunakan untuk penggemukan domba lokal dan garut. Beberapa tahun terakhir ini, pemanfaatan masing-masing kandang mulai dispesifikasikan. Kandang A dan B yang 65
merupakan kandang terlama, digunakan untuk penggemukan domba priangan (garut) jantan. Bibit domba ini didatangkan langsung dari daerah asalnya yaitu Garut. Alasan pemilik memilih domba garut sebagai domba yang diternakan karena domba garut terutama jantan merupakan domba yang permintaanya cukup tinggi di kalangan hobies terutama untuk aduan dan mempunyai nilai jual yang sangat tinggi dibanding domba jenis lain. Domba garut jantan memiliki performa yang sangat bagus selain postur tubuhnya yang tinggi dan memberi kesan kuat, domba garut juga memiliki kemampuan adu dan kekuatan tanduk yang sangat baik. Keindahan tanduk dari domba garut jantan juga banyak menarik perhatian orang-orang sehingga pemilik mengambil peluang usaha ini. Domba ini digunakan sebagai pejantan (pemacek) pada saat perkawinan silang dengan domba lokal. Sehingga untuk penjualannya, tidak dijual secara bebas di pasar kambing/domba (ceruk pasar) dan harganya jualnya pun jauh diatas harga ratarata domba lokal. Kandang C, D dan E dari awal pendirian hingga lima tahun yang lalu digunakan untuk penggemukan domba ekor tipis. Alasan pemilik memilih domba ekor tipis karena domba ini memiliki permintaan yang cukup tinggi. Untuk beberapa daerah yang masih memegang adat seperti Tangerang, Pamulang dan Banten menolak domba garut untuk dijadikan sebagai hewan untuk aqikah karena domba ekor tipis memiliki bagian tubuh yang lebih lengkap daripada domba garut. Berdasarkan hasil wawancara, walaupun harga jual domba ekor tipis lebih rendah daripada harga jual domba garut, tetapi permintaan domba ekor tipis di Tawakal Farm lebih kontinu dibandingkan dengan domba garut. Selain itu, harga bakalan (indukan) domba ekor tipis yang lebih murah daripada domba garut menyebabkan Drs. H. Bunyamin, memilih 30 persen membudidayakan domba garut (jantan dan betina) dan 70 persen domba ekor tipis (jantan dan betina) karena menurut Mulyono (2003) domba ekor tipis mampu melahirkan tiga kali dalam waktu dua tahun sehingga mempercepat proses perputaran penjualan domba. Bibit domba ekor tipis didapatkan dengan beberapa cara seperti membeli langsung dari peternak yang terletak di Jampang, Cianjur dan Garut serta dengan 66
cara mendatangkan pengumpul dari beberapa wilayah untuk menawarkan ternak domba yang dikumpulkan dari peternak daerahnya masing-masing. Domba yang ditawarkan tersebut tidak semua langsung dimasukkan ke dalam kandang, melainkan melalui proses penyortiran terlebih dahulu. Proses penyortiran ini dilakukan sendiri oleh pemilik. Jika pemilik tidak sempat untuk melakukan penyortiran, maka hal tersebut akan didelegasikan kepada salah satu kepala kandang, dimana domba yang lolos proses penyortiran akan dimasukkan ke dalam kandang
tersebut.
Penyortiran
dilakukan
untuk
menghindari
inefisiensi
produktivitas dimana bibit yang dibeli tidak menghasilkan kualitas anakan yang baik. Semakin lama kualitas bibit yang dibutuhkan sebagai bakalan, terus mengalami penurunan dan semakin sulit dicari. Sehingga pada pertengahan tahun 2009, kandang D yang awalnya digunakan sebagai penggemukan dialihfungsikan menjadi kandang pembibitan. Saat ini (Maret 2010), Kandang D dikhususkan untuk pembibitan domba ekor tipis dan garut betina beserta anak-anaknya. Rasio isi kandang antara domba garut dan ekor tipis adalah 30 dan 70 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik, proporsi ini didasarkan pada perkembangan permintaan di Tawakal Farm yang semakin meningkat pada domba ekor tipis. Rencana ke depannya, populasi domba ekor tipis di kandang D akan terus ditambahkan dengan bibit yang berasal dari anakan yang dilahirkan dari proses pembibitan Tawakal Farm sehingga diharapkan akan mengurangi ketergantungan permintaan bibit dari pemasok . 5.2.2. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi yang dimiliki oleh Tawakal Farm masih tergolong sederhana dan termasuk ke dalam struktur organisasi garis. Walaupun sederhana, peternakan ini memiliki job description yang jelas. Tawakal Farm didirikan oleh Drs. H. Bunyamin yang menempati posisi sebagai pemilik usaha peternakan Tawakal Farm. Pemilik memiliki garis koordinasi langsung kepada beberapa divisi seperti staf administrasi, kepala kandang, sopir, satpam, pemikul ampas tahu maupun dan secara tidak langsung kepada anak kandang. Setiap divisi 67
memanfaatkan sumberdaya manusia yang berbeda-beda. Staf administrasi dipegang oleh satu orang. Proses perekrutannya tidak melalui proses khusus karena sumberdaya manusia yang digunakan adalah istri kepala kandang A dan B. Terbatasnya latar belakang pendidikan dari staf administrasi tersebut, maka pekerjaan yang dilakukan hanya pencatatan jumlah domba yang keluar dan masuk dari masing-masing kandang serta mencatat jumlah ampas tahu yang dikirim sebagai pakan. Jabatan sebagai kepala kandang dipercayakan kepada empat orang, dimana kandang A dan B dibawah tanggung jawab satu orang, sementara ketiga kandang lainnya masing-masing dipegang oleh satu orang. Kepala kandang tersebut bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional di dalam kandang seperti memandikan, memberi makan, mencukur bulu, memberi obat dan vitamin secara berkala, serta memotong kuku domba. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 5.
Pemilik Tawakal Farm Administrasi
Pemikul Ampas Tahu
Satpam
2 supir
Kepala Kandang
A dan B
3 anak
C
3 anak
D
3 anak
E
3 anak
Keterangan: : Garis koordinasi langsung Gambar 5. Struktur Organisasi Peternakan Tawakal Farm Sumber : Data Primer Tawakal Farm (2010)
Sumberdaya manusia yang dimanfaatkan sebagai pencari rumput (anak kandang) pada saat ini di Tawakal Farm berjumlah delapan orang. Pada kondisi biasanya, anak kandang yang dipekerjakan berjumlah 12 orang. Karena pada 68
kondisi itu, kandang terisi penuh sementara pada saat ini kandang E kosong sehingga anak kandang E untuk sementara waktu tidak dipekerjakan sampai kandang E terisi kembali. Anak kandang tersebut bertanggung jawab terhadap pengadaan kebutuhan pakan hijauan domba untuk seluruh kandang setiap harinya. Seorang pemikul ampas bertugas mengangkut ampas tahu dari setiap pabrik tahu ke mobil operasional Tawakal Farm dan menurunkan kembali ampas tahu tersebut dari mobil sampai ke masing-masing kandang. Para pencari rumput dan pemikul ampas tahu tersebut bekerja sama dengan supir yang bertugas mengantarkan dan membantu kelancaran tugas mencari rumput dan pengambilan ampas tahu dari pabrik. Karena pencarian rumput dan pengambilan ampas tahu dilakukan pada waktu yang bersamaan, maka dibutuhkan dua kendaraan operasional dengan dua orang supir tetapi pada kondisi saat ini, supir untuk pengambilan rumput dirangkap oleh kepala kandang A dan B karena kekurangan tenaga supir. Selain itu, Tawakal Farm juga merekrut seorang satpam yang bertugas menjamin keamanan peternakan khususnya pada malam hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebanyak 16 orang sumberdaya manusia yang dimanfaatkan oleh Tawakal Farm. Karyawan yang dipekerjakan oleh Tawakal Farm rata-rata memiliki latar belakang pendidikan terakhir adalah tingkat sekolah dasar (SD). Hal ini dikarenakan dalam melakukan setiap pekerjaan yang diperlukan adalah keterampilan dan pengalaman yang bersifat teknis. Pada Tabel 12, tertera daftar nama pekerja dan tingkat pendidikan akhirnya.
69
Tabel 12. Daftar Nama, Jabatan dan Tingkat Pendidikan Akhir Para Pekerja di Tawakal Farm No 1. 2. 3.
Nama Neng Andi M.Yayan
Jabatan Administrasi Supir ampas tahu Kepala Kandang A dan B dan Supir (untuk sementara) 4. M. Acep Kepala Kandang C 5. M. Farid Kepala Kandang D 6. M. Sudikin Kepala Kandang E 7. M. Odong Satpam 8. A. Yusuf Anak Kandang 9. Misbah Anak Kandang 10. A.Irvan Anak Kandang 11. M. Maman Anak Kandang 12. M. Bebet Anak Kandang 13. M. Muklis Anak Kandang 14. M. Agus Anak Kandang 15. M. Tetep Anak Kandang 16. M. Idris Pemikul Ampas tahu Sumber: Data Primer Peternakan Tawakal Farm (2010)
Tingkat Pendidikan SMA SMA Sekolah Peternakan SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD
5.2.3. Pengadaan Input Input yang digunakan pada unit usaha pembibitan Tawakal Farm antara lain indukan untuk pembibitan, pakan hijauan dan ampas tahu serta obat dan vitaminnya. Usaha pembibitan ini mendapatkan bibit khusus yang berkualitas yang berasal dari Jawa Tengah, Jampang, Garut dan Cianjur. Keempat daerah tersebut dipilih berdasarkan pengalaman pemilik serta informasi dari peternak lain bahwa tempat tersebut memiliki bibit yang berkualitas. Bakalan yang dibeli dalam pembibitan ini hanya betina saja karena jantan yang dimanfaatkan sebagai pemacek telah dibudidayakan di kandang A dan B sebelum pembibitan ini dijalankan. Sehingga biaya investasi yang dikeluarkan hanya untuk pembelian bibit indukan. Selain bakalan (jantan/ betina), pakan juga merupakan hal utama yang menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan karena 60 persen dari biaya operasional berasal dari pakan. Pakan yang dibutuhkan oleh ternak berupa hijauan, ampas tahu dan mineral premik. Hijauan didapat dari sekitar kawasan peternakan seperti Lido, Pancawati, Bojongkoneng. Sementara ampas tahu berasal dari pabrik tahu di sekitar Kabupaten Bogor seperti Cimande Hilir, Batu Tulis, Cipopokol, Maseng, Ranji, Cikretek, Cisempur, dan Cisalopa. Obat-obatan dan 70
vitamin yang dibutuhkan untuk kesehatan domba didatangkan dari perusahaan obat-obatan ternak di Jakarta dan Bandung seperti Kalbe Farma, PT Tekad Mandiri Citra (TCM) dan PT Arab Veterinary Industrial Co (AVICO). Adapun obat-obatan yang digunakan untuk kesehatan domba di Tawakal Farm antara lain: Tabel 13. Jenis Obat dan Vitamin yang digunakan pada Kandang D Tawakal Farm No Jenis Obat dan Vitamin 1. Kalbazen 2. Oxy Tertacylin 3. Tertracylin 4. Antero 5. Timpanol 6. Busanex 7. Ivomex 8. Betadine 9. Vitamin B12 10. Vitamin B complex Sumber: Data Primer Peternakan Tawakal Farm (2010)
Fungsi Obat Cacing Penambah Nafsu Makan Obat Sakit Mata Obat Mencret Obat Perut Kembung Pencegah Jamur Obat scabies Antiseptik Luar Penambah Stamina Penambah nafsu makan
5.2.4. Proses Pembibitan Domba 5.2.4.1. Pemilihan Bibit Unggul Bakalan domba (jantan dan betina) yang digunakan untuk pembibitan memliki umur awalan yang berbeda-beda. Menurut literatur, domba jantan yang baik untuk dikawinkan setelah ternak tersebut berumur 15 bulan karena dianggap pertumbuhan hormonnya telah sempurna. Sehingga di Tawakal Farm, jantan yang siap dikawinkan setelah jantan berumur sekitar dua tahun. Berbeda halnya dengan jantan, domba betina yang siap dikawinkan untuk pertama kali setelah domba betina tersebut berumur sekitar 1,5 tahun dan telah birahi umur enam bulan, karena jika dikawinkan di bawah umur satu tahun akan dapat mengganggu pertumbuhan janin domba tersebut. Domba ekor tipis yang dijadikan sebagai indukan dipilih berdasarkan kualitas dan keturunannya. Keturunan yang dicari adalah keturunan yang berasal dari indukan yang kembar agar menghasilkan anakan yang lebih dari satu. 5.2.4.2. Perkawinan Sebelum proses perkawinan dimulai, terlebih dahulu kandang disiapkan dengan ukuran 3x3 m2. Biasanya satu ekor jantan domba ekor tipis jantan digunakan sebagai pemacek untuk lima ekor domba betina. Sebelumnya dicari 71
terlebih dahulu domba betina yang sedang birahi yang ada di kandang D. Menurut data di lapang, birahi awal domba ekor tipis pada umur enam bulan. Setelah kandang dipersiapkan dan ditemukan beberapa domba betina yang birahi, maka domba jantan dan betina tersebut dimasukkan ke dalam yang telah disiapkan. Untuk menghindari kekeliruan domba mana yang telah dikawinkan dan mengetahui jumlah perkawinan domba betina selama dalam satu kandang tersebut, Tawakal Farm menggunakan manajemen yang cukup sederhana. Setelah mencampurkan domba betina dan jantan yang sedang birahi ke dalam kandang koloni selama dua siklus birahi atau selama 40 hari maka akan terlihat mana domba betina yang telah bunting dengan pengecekan secara tradisional yaitu jika terlihat domba betina sudah tenang dan tidak mau dikawinkan lagi pada saat perkawinan selanjutnya maka betina tersebut sedang bunting. Pada saat itu, pengecekan melalui performa ambing belum dapat dilakukan karena pada umur dua minggu kebuntingan, ambing belum terlihat adanya penurunan yang signifikan. Setelah dicampur selama 40 hari, domba dikembalikan ke kandang semula. Jika dalam waktu pencampuran telah terdeteksi tanda-tanda kebuntingan maka domba tersebut dipindahkan ke kandang semula. Hal ini dilakukan agar domba yang sedang bunting tidak dikawinkan lagi oleh jantan dan pengecekkan dilakukan setiap dua minggu sekali terkait dengan masa estrus domba yaitu 14-20 hari setelah estrus pertama. Jika selama dua minggu pertama pencampuran, domba tidak bunting maka domba tersebut akan dikawinkan pada dua minggu kedua yaitu pada siklus estrus berikutnya. Manajemen proses perkawinan pada kandang pembibitan (D) tidak menggunakan manajemen yang sesuai dengan teori peternakan yang ada selama ini. Menurut Blakely dan Bade (1998) terdapat beberapa tahapan pemberian tanda saat perkawinan domba yang seharusnya dilakukan oleh Tawakal Farm antara lain: 1. Pejantan diberi pewarna menggunakan cat atau bahan lain lain yang terdiri atas campuran oker dan oli yang dioleskan di dadanya. 2. Pewarna yang digunakan dimulai dari warna yang terang, agak gelap, dan gelap. Tahapan warna yang digunakan secara berurutan adalah kuning, merah, biru atau hitam. 72
3. Pewarna ini harus diganti setiap 16 hari dengan warna yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan untuk mengetetahui telah berapa kali domba tersebut melakukan perkawinan dan penentuan 16 hari tersebut disebabkan karena siklus birahi domba betina berkisar antara 14 sampai 20 hari. 4. Bila pantat betina berwarna kuning, maka betina tersebut adalah betina yang pertama kali dikawinkan oleh pejantan sehingga akan bunting paling awal. 5. Bila didapati betina dengan dua macam cat, yaitu kuning dan merah maka betina tersebut sudah mengalami dua kali perkawinan. 6. Selanjutnya, bila terdapat betina yang terkena tiga macam cat, maka betina tersebut telah mengalami tiga kali perkawinan. Pengaturan perkawinan yang tepat akan berpengaruh positif terhadap jarak kelahiran. Pada umumnya, dalam dua tahun domba dapat dikawinkan sebanyak tiga kali dengan masa bunting selama lima bulan, setelah anakan berumur tiga bulan dan masuk pada fase sapih maka indukan siap dikawinkan kembali. Kebanyakan peternak di Indonesia, rata-rata kelahiran indukan sebanyak 1,5 ekor per kelahiran. Pada usaha pembibitan Tawakal Farm, pengaturan proses perkawinan dilakukan secara intensif yaitu setelah indukan 40 hari melahirkan akan dikawinkan lagi. Dengan kata lain, dalam waktu lima bulan 40 hari, indukan dikwainkan kembali. Rata-rata kelahiran indukan sebanyak 1,5 anakan/induk tiap musim kelahiran. 5.2.4.3. Proses Kebuntingan dan Perawatannya Setelah terjadi proses pembuahan antara sperma dan sel telur, maka akan terbentuk foetus di dalam uterus. Jangka waktu selama perkembangan feotus sampai dengan masa kelahiran anak disebut dengan kebuntingan. Lamanya kebuntingan pada domba rata-rata 148 hari dengan kisaran antara 144 sampai 152 hari. Pada Tawakal Farm, tanda-tanda kebuntingan pada domba betina dapat diketahui dengan cara seperti: 1) Tidak timbul birahi (estrus) pada siklus berikutnya; 2) Perut sisi kanan lebih besar dari sisi kiri; 3) Ambing mulai membesar dan sering menggosok-gosok perutnya ke dinding kandang; 4) Domba 73
terlihat lebih tenang, suka menyendiri dan enggan didekati ternak lain terutama pejantan. Pada saat bunting sekitar 4-6 minggu sebelum melahirkan, pertumbuhan janin mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Oleh karena itu diperlukan pemberian pakan yang mengandung protein, vitamin dan mineral yang cukup agar tidak terjadi keguguran. Proporsi pemberian pakan adalah 10 persen dari bobot badan ternak. Jika indukan bunting tersebut dengan bobot badan 40 kilogram maka pakan yang diberikan sekitar 4-4,5 kg. Dua bulan sebelum melahirkan, indukan bunting tersebut dipindahkan ke kandang khusus melahirkan berukuran 1,5 x 1,5 m2. Kandang tersebut diberi alas sisa-sisa rumput agar hangat. Kandang khusus ini bertujuan untuk menghindari benturan akibat perkelahian, mengantisipasi kegagalan proses melahirkan dan memberikan rasa aman saat domba melahirkan. 5.2.4.4. Perawatan Pasca Melahirkan Setelah lima bulan, indukan yang bunting tersebut melahirkan. Terkadang, kelahiran anakan yang terjadi di Tawakal Farm melebihi dari kebanyakan peternak lainnya yaitu sekitar 3-6 ekor anakan/induk/kelahiran. Hal ini dapat disebabkan karena perawatan serta pemberian pakan yang baik saat indukan bunting yang dapat berpengaruh positif terhadap proses kebuntingan tersebut. Setelah melahirkan, anakan yang baru dilahirkan dibersihkan oleh induknya dan disusui. Keadaan lazimnya adalah induk yang baru melahirkan dapat menghasilkan susu, tetapi ada pula induk yang hormon estrogennya tidak bekerja dengan sempurna maka domba diberikan susu formula dengan racikan sendiri yang berupa susu kambing atau susu balita. Selain itu, jika didapati indukan yang tidak mau menyusui maka kepala kandang yang berkewajiban untuk merawat ternak, mengoleskan garam di sekitar puting induk tersebut agar terasa gatal dan mau menyusui. Selain itu, cara yang digunakan adalah kepala kandang terpaksa memaksa indukan untuk mau menyusui dengan cara mendekatkan mulut anakan ke puting indukan dan jika indukan menolak maka kepala kandang harus memegang dengan erat indukan tersebut sampai anakan selesai menyusui. 74
Gambar 6. Perawatan Pasca Melahirkan 5.2.4.5. Pemeliharaan Domba Pemeliharaan domba terdiri dari kegiatan memandikan domba, mencukur bulu, memotong kuku domba serta memberi obat dan vitamin. Domba dimandikan setiap pagi agar tubuh domba tidak terserang kuman penyakit. Tawakal Farm memiliki manajemen yang sangat baik dalam perawatan kandang. Pada kandang D (pembibitan), domba dimandikan dengan menggunakan selang dan tidak dikeluarkan dari kandangnya. Terkadang, secara bergantian domba tersebut dikeluarkan pada pagi hari untuk dimandikan menggunakan air, sabun dan disikat bulunya kemudian dijemur sekitar setengah jam.
Gambar 7. Aktivitas Memandikan Domba Manajemen pemeliharaan kedua pada Tawakal Farm adalah mencukur bulu domba. Pencukuran pertama dilakukan setelah domba berumur tujuh bulan. Hal ini dilakukan agar domba tersebut tidak stress. Selanjutnya pencukuran dilakukan setiap enam bulan sekali. Karena kandang D dimanfaatkan sebagai pembibitan, maka penampilan luar domba yang baik juga memberikan kontribusi terhadap nilai jual walaupun hal tersebut tidak menjadi prioritas dalam pembelian bibit oleh pembeli.
75
Gambar 8. Proses Pencukuran Bulu Domba Manajemen pemeliharaan ketiga adalah memotong kuku. Pemotongan kuku ini bertujuan agar tidak ada penyakit yang menempel pada kaki domba yang dapat menyebabkan busuk kuku, dan menghindari luka pada kaki karena kuku terjepit pada alas kandang. Pemotongan kuku ini dilakukan setiap tiga bulan sekali.
Gambar 9. Proses Pengguntingan Kuku Domba Ekor Tipis Manajemen pemeliharaan yang terakhir adalah pemberian obat dan vitamin. Tawakal Farm telah melakukan kerjasama jual beli dengan produsen obat dan vitamin ternak yang berada di Jakarta. Pihak dari produsen obat dan vitamin tersebut datang ke peternakan Tawakal Farm secara berkala setiap sebulan sekali untuk mengontrol kesehatan ternak dan memberikan vitamin dan serta obat jika ada ternak yang sakit. Pemberian obat cacing dilakukan setiap tiga bulan sekali. Sedangkan untuk pemberian vaksin dilakukan setahun sekali.
Gambar 10. Pemberian Obat dan Pembersihan Luka 76
Setelah semuua perlakuan dilakukan n mulai daari pemilihaan bibit un nggul, k dan pemeliiharaannya,, perawatan pasca kelah hiran, perkawinaan, proses kebuntingan sampai peemeliharaann domba, maka m anakan n dari dombba pembibittan tersebutt siap dijual seteelah digem mukkan selaama tujuh bulan. b Untuuk mendappatkan gamb baran lebih jelassnya, dapat dilihat padaa Gambar 11. Pemilihan Bibit Ungggul Penjualaan anakan n
Perkawiinan
Proses Keebuntingan d dan P Pemeliharaan nya
Pemeliharaan P n Domba Perawatan P Pasca Melahirkaan
Gambar 11. 1 Siklus Proses P Pembbibitan Dom mba Ekor Tiipis Tawakaal Farm 5.2.5. Peemasaran Prooduk yang dihasilkann oleh usah ha pembibiitan Tawakkal Farm berupa indukan yang y berkuualitas, dom mba afkir serta kotooran dombaa. Ternak yang dilahirkann dari bakkalan yang berkualitaas akan menghasilkan m n anakan yang berkualitaas juga. Anakan tersebbut akan dijjual baik dalam d bentuuk hidup. Betina B anakan akkan dijual kee usaha peteernakan lain n yang mem mbutuhkan bbibit dombaa ekor tipis denggan proporrsi 10 perrsen dijadik kan sebagaai indukan selanjutny ya di pembibitaan Tawakal Farm kanddang, sedan ngkan untukk jantan anaakan akan dijual d seluruhnya kepada peternak pem mbibit dan yayasan paada saat Iduul Adha. Domba betina yanng telah afkkir akan dijjual ke tigaa saluran yaaitu pasar kkambing, Ru umah Potong Heewan (RPH H) atau rum mah makan. Menurut pemilik, p dom mba jantan tidak memiliki umur afkirr sehingga sampai deengan umuur 13 tahunn domba jantan tersebut masih m mam mpu menghaasilkan speerma. Berbeeda dengann domba betina, domba beetina akan afkir a setelahh umur enam tahun atau dengan kata lain domba betina akaan afkir seteelah melakuukan perkaw winan sebannyak 11 kalli dengan assumsi 77
perkawinan dilakukan dua kali dalam setahun. Suatu peternakan domba akan menghasilkan residu berupa kotoran. Begitupun dengan usaha pembibitan Tawakal Farm, kotoran ini tidak dibuang begitu saja melainkan dijual ke perkebunan durian terbesar di Kabupaten Bogor, Warso Farm dengan harga jual Rp 7.00,00/karung. Untuk lebih jelasnya saluran pemasaran tersebut akan disederhanakan dalam bentuk gambar berikut pada Gambar 12.
Domba Betina Anakan
Pasar kambing
\ Domba Afkir
Rumah makan dan Katering Rumah Potong Hewan
\
Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm
Peternak lain untuk penggemukan dan bibit
Domba Jantan Anakan
Pasar saat Idul Adha (yayasan)
Peternakan lain untuk pembibitan Kotoran Domba
Warso Farm
Gambar 12. Saluran Pemasaran Produk Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm
78
VI. ANALISIS KELAYAKAN UNIT USAHA 6.1
Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek–aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sampai
sejauh mana usaha pembibitan Tawakal Farm layak jika dilihat dari aspek-aspek non finansial. Dalam penelitian ini, dikaji beberapa aspek non finansial diantaranya aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial-ekonomi-budaya, dan lingkungan. 6.1.1
Aspek Pasar
6.1.1.1. Peluang Pasar Domba ekor tipis merupakan salah satu domba asli Indonesia yang sering disebut dengan domba lokal. Domba ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan domba jenis lainnya. Domba ekor tipis merupakan domba yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia baik untuk konsumsi, akikah, qurban maupun untuk keperluan yang lainnya. Domba ini memiliki nilai jual yang lebih rendah dari domba jenis lainnya. Nilai jual yang rendah disebabkan karena proses budidaya yang lebih mudah dibandingkan dengan domba jenis lainnya sehingga biaya yang dikeluarkan pun juga sedikit. Walaupun keuntungan yang diperoleh dari domba ekor tipis ini kecil, namun permintaan terhadap domba ini selalu kontinu. Sehingga banyak peternak yang membudidayakan domba ekor tipis untuk tujuan pasar masing-masing. Sejak tahun 2006 hingga akhir tahun 2008, perkembangan populasi domba ekor tipis yang diternakan di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan yang relatif lambat yaitu sebesar 0,5 persen per tahunnya (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2009). Sedangkan, permintaan daging domba ekor tipis yang meningkat lebih cepat seiring dengan pertumbuhan perekenomian Indonesia
dibandingkan
dengan
penawaran
yang
dilakukan.
Sehingga
mengharuskan peternak untuk lebih intensif dalam pembudidayaan domba ekor tipis sehingga kelebihan pasar tersebut dapat terpenuhi. Salah satu peternakan yang mengambil peluang ini adalah Tawakal Farm.
79
Peningkatan kinerja peternak untuk mampu memenuhi permintaan daging domba ekor tipis harus dibenahi dari seluruh aspek yaitu dari hulu hingga hilir. Peluang pasar yang diambil oleh Tawakal Farm adalah peluang pasar dari sisi hulu yaitu dalam hal pengadaan input (indukan) domba ekor tipis. Dengan mengintensifkan pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis, diharapkan mampu meningkatkan jumlah populasi domba ekor tipis di Kabupaten Bogor (khususnya) sehingga mampu memenuhi kebutuhan daging domba ekor tipis di Kabupaten Bogor. Sejak unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm dijalankan, permintaan yang datang berasal dari para peternak penggemukan dan pembibitan baik pemula maupun yang sudah establish. Berdasarkan hasil wawancara dengan pembeli, mereka kesulitan mendapatkan bibit domba ekor tipis yang berkualitas di Kabupaten Bogor sehingga permintaan mengalir ke Tawakal Farm. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat permintaan dan penawaran dari unit unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm (Tabel 14). Tabel 14. Pembeli, Permintaan dan Penawaran Domba Ekor Tipis Tawakal Farm Tahun 2010 No.
Pembeli (Peternak)
Permintaan (ekor)
Habib Muhammad (Cililitan, Jakarta) 30 Leuwiliang 224 MT Farm (Ciampea) 500 Mas Jieda (Caringin, Kab. Bogor) 200 BAZNAS (Kab. Bogor) 200 Tangerang 30 Nangleng (Kab.Bogor) 200 Cirebon 40 Cicurug 40 Pak Budi (Ciampea) 40 Pak Juanda (Ciampea) 170 Semplak (Kab.Bogor) 35 Rumpin (Pak Probo) 110 Total 1819 Sumber: Data Primer Peternakan Tawakal Farm (2010) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13
Penawaran (ekor) 15 224 200 200 30 36 40 40 170 110 1065
Peluang (ekor) 15 300 200 200 4 35 754
Pembeli yang datang ke unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm merupakan peternak pembibit dan penggemukan domba ekor tipis. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Tawakal Farm merupakan salah satu pemasok bagi peternakan lain yang berada di Jabodetabek. Dari data tesebut (Tabel 14) 80
memperlihatkan bahwa terdapat peluang sebesar 48,36 persen yang belum mampu dimanfaatkan
oleh
Tawakal
Farm.
Dengan
adanya
informasi
tersebut
menunjukkan bahwa jika Tawakal Farm ingin meningkatkan kepuasaan pembeli maka harus meningkatkan kinerja dengan cara lebih mengatur pola produksi serta manajemen perkandangan agar output yang dihasilkan mampu memenuhi permintaan yang ada. Tidak adanya data yang memisahkan antara jumlah peternak pembibit dan peternak penggemukan domba dengan jumlah domba ekor tipis yang ditawarkan di Kabupaten Bogor menyebabkan potensi pasar dari usaha pembibitan domba ekor tipis tidak dapat diketahui dengan pasti. Selain itu, ketiadaan data mengenai jumlah permintaan domba ekor tipis dari masing-masing peternak untuk dijadikan sebagai bibit di Kabupaten Bogor (permintaan efektif) baik di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor maupun Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, mengakibatkan perhitungan terhadap market share unit usaha pembibitan Tawakal Farm tidak dapat dilakukan. Sehingga tidak dapat diketahui secara pasti besaran peluang pasar selama ini yang telah diambil oleh unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm. Walaupun demikian, peluang usaha tersebut dapat didekati dari permintaan daging domba ekor tipis yang meningkat tiap tahunnya (Direktorat Jendral Peternakan 2010) seiring dengan perkembangan perekonomian yang lebih baik9 serta adanya kontinuitas permintaan saat Idul Adha dimana domba yang dibutuhkan sekitar 5,6 juta ekor tiap tahunnya, dan belum termasuk pasokan untuk aqiqah, restoran, dan warung sate kaki lima yang membutuhkan sekitar 2-3 ekor per harin10 untuk nasional. Selain mengkaji peluang pasar yang terdapat di Kabupaten Bogor, diperlukan juga mengkaji peluang pasar di Indonesia karena tidak menutup kemungkinan target pemasaran dari unit usaha pembibitan Tawakal Farm merambah ke seluruh Indonesia sehingga perlu diketahui besaran peluang usaha 9
[TWB] The World Bank. 2008. Tantangan dan Peluang untuk Pengeluaran Publik di Masa Depan. http://www.worldbank.org [ 14 Februari 2010] 10 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Permintaan Domba Berdasarkan Waktu Tahun 2008. http://www.beritaresmi-datastatistik-indonesia.com. [14 Februari 2010]
81
pembibitan serta pesaing potensial dari usaha sejenis. Masih sedikitnya perhatian yang dicurahkan oleh pemerintah Indonesia seperti Direktorat Jenderal Peternakan dan Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat untuk usaha pembibitan domba ekor tipis, menyebabkan tidak adanya data valid yang membedakan antara permintaan peternak penggemukan dan peternak pembibit domba ekor tipis yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk menentukan besarnya market share usaha peternakan di nasional. 6.1.1.2. Bauran Pemasaran a) Produk Produk yang dihasilkan dari unit usaha pembibitan Tawakal Farm terdiri dari output utama dan sampingan. Output utama yang dihasilkan berupa jantan muda dan betina yang dijual setelah berumur tujuh bulan. Sedangkan output sampingan yang dihasilkan berupa domba indukan afkir dan limbah kotoran (sludge). Domba indukan afkir adalah domba yang sudah tidak produktif dengan kata lain sudah tidak mampu bereproduksi. Domba betina afkir pada umur enam tahun, sedangkan domba jantan tidak memiliki umur afkir. Limbah kotoran yang dihasilkan dari kandang pembibitan ini dalam jumlah yang berbeda tiap tahunnya tergantung dari jumlah domba yang ada di kandang pada tahun tersebut. Menurut data di lapang, rata-rata satu ekor domba ekor tipis menghasilkan limbah kotoran sebesar 1,25 karung per bulannya (asumsi 1 karung = 20 kg). Berikut Gambar dari produk yang dihasilkan oleh usaha pembibitan Tawakal Farm.
1.
2.
3.
Keterangan : 1 = jantan muda 2 = induk afkir 3 = limbah kotoran
Gambar 13. Produk Unit Usaha Pembibitan Domba ekor Tipis Tawakal Farm 82
b) Harga Unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm menghasilkan output utama dan sampingan dengan harga jual yang berbeda. Output utama berupa jantan muda dan dara yang dijual dengan harga yang berbeda. Pendapatan dari penjualan anakan merupakan penjualan utama yang berasal dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm dengan menggunakan sistem penjualan berupa sistem tongkrong. Domba jantan muda dijual dengan harga Rp 650.000,00 per ekor, sedangkan domba dara dijual dengan harga Rp 500.000,00 per ekor. Penetapan harga jual ini berdasarkan harga pasar dan biaya produksi yang ditambah dengan keuntungan yang diinginkan. Harga jual jantan muda yang lebih tinggi dibandingkan dengan betina karena permintaan terhadap domba jantan lebih banyak seperti untuk qurban dan akikah sehingga menurut hukum permintaan ketika permintaan meningkat maka harga mengikuti peningkatan permintaan tersebut demi meningkatkan keuntungan. Selain pendapatan utama terdapat pendapatan sampingan yang berasal dari indukan afkir dan limbah kotoran (sludge). Pada indukan yang afkir, penjualan dilakukan dengan sistem bobot hidup. Penjualan dilakukan dengan menimbang bobot domba afkir di atas timbangan khusus domba. Setelah diketahui bobot hidup domba afkir maka untuk mengetahui harga jualnya dikalikan dengan harga jual per kilogramnya yaitu Rp 25.000,00. Menurut data di lapang, domba afkir memiliki rata-rata berat badan 40 kilogram sehingga harga jual rata-rata per ekor sebesar Rp 1.000.000,00. Pendapatan selanjutnya berasal dari limbah kotoran. Kotoran tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk kandang oleh Warso Farm yang di beli dengan harga Rp 7.000,00 per karung (20 kilogram). c) Tempat (Saluran Distribusi) Saluran distribusi yang dilalui oleh output yang dihasilkan oleh unit usaha pembibitan domba ekor tipis ini berbeda-beda. Aturan penjualan dari unit usaha ini berbeda dengan usaha penggemukan domba ekor tipis yang telah ada selama ini yaitu tidak ada domba produktif yang dijual sebagai domba konsumsi. Domba betina anakan hanya memiliki satu saluran pemasaran yaitu dijual ke peternak lain 83
yang dijadikan baik sebagai bibit maupun untuk digemukkan sebagai domba konsumsi. Sedangkan jantan muda dijual melalui satu saluran tambahan selain saluran yang biasa dilalui oleh domba dara yaitu melalui yayasan. Penjualan melalui yayasan ini dilakukan pada saat tertentu yaitu pada saat Idul Adha. Tiga bulan sebelum Idul Adha penjualan domba di Tawakal Farm di fokuskan untuk yayasan yang biasanya membeli dalam jumlah ratusan ekor. Karena pembelian dalam jumlah besar maka terlebih dahulu yayasan tersebut memesan domba jauh sebelum menjelang Idul Adha. Sehingga pada saat itu, penjualan jantan muda tidak langsung ke peternak melainkan ke yayasan. Terlepas dari hari besar tersebut, penjualan jantan muda biasanya dilakukan kepada peternak lain baik untuk digemukkan maupun untuk dijadikan bibit. Pelayanan dalam penjualan yang dilakukan oleh Tawakal Farm berupa antar pesanan, dimana domba yang telah dibeli (dipesan) akan diantarkan ke tempat pembeli sehingga pembeli tidak perlu menjemput sendiri domba yang sudah dipesan. Saluran distribusi yang dilalui oleh domba indukan afkir ditujukan untuk pengolahan lebih lanjut seperti Rumah Potong Hewan (RPH), rumah makan/ restoran, dan terkadang di jual ke pasar kambing. Selain itu, terkadang ada juga konsumen yang datang langsung ke kandang peternakan untuk membeli domba dan biasanya pembelian dalam jumlah kecil dan untuk acara tertentu. Residu berupa kotoran domba yang merupakan output sampingan didistribusikan langsung ke perkebunan durian Warso Farm yang berada di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor untuk dijadikan sebagai pupuk kompos. Pendistribusian tersebut dilakukan oleh Tawakal Farm yang mengantarkan limbah tersebut ke tempat tujuan. Dengan kata lain tidak ada perantara dalam pendistribusian limbah kotoran domba ekor tipis. d) Promosi Promosi merupakan suatu cara perusahaan untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan kepada konsumen agar konsumen menyadari keberadaan produk tesebut. Promosi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Promosi secara langsung seperti promosi yang secara sengaja dilakukan oleh 84
perusahaan sedangkan promosi tidak langsung dilakukan melalui perantara. Hingga saat ini, peternakan Tawakal Farm tidak pernah melakukan kegiatan promosi secara langsung seperti menggunakan media televisi, radio, ataupun media lainnya. Promosi secara tidak langsung yang dilakukan seperti yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir di peternakan Tawakal Farm dimana diadakannya pelatihan usaha untuk para purna karya karyawan BUMN yang diadakan dua kali dalam sebulan. Dengan memperlihatkan hasil ternak domba dan manajemen yang ada di Tawakal Farm, secara tidak langsung pemilik telah melakukan kegiatan promosi karena dengan memberikan contoh peternakan domba yang baik kepada peserta pelatihan, maka ketika peserta tersebut ingin membuka usaha peternakan baru, bibitnya dapat diperoleh dari Tawakal Farm dan akan meningkatkan penjualan domba pembibitan Tawakal Farm. 6.1.1.3. Hasil Analisis Aspek Pasar Pada aspek ini, yang dikaji adalah jumlah permintaan dan penawaran yang ada sehingga dapat mengindikasikan adanya peluang pasar serta bauran pemasaran yang dilakukan oleh usaha pembibitan Tawakal Farm. Hingga saat ini, Tawakal Farm belum mampu memenuhi permintaan yang datang. Umumnya, pembeli yang datang adalah peternak pembibit dan penggemukan yang berorientasi ke pasar (daging). Bauran pemasaran berupa produk, harga, saluran distribusi dan promosi yang telah diterapkan pada unit usaha pembibitan Tawakal Farm turut menunjang kelayakan aspek pasar sehingga unit usaha pembibitan domba ekor tipis jika dilihat dari aspek pasar dapat dikatakan layak untuk dijalankan. 6.1.2
Aspek Teknis Analisis terhadap aspek teknis yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi pemilihan lokasi usaha dengan variabel utama dan pelengkap, luas produksi, layout kandang pembibitan dan kawasan peternakan Tawakal Farm, pemilihan teknologi dan perlengkapan serta proses produksi yang dilakukan. 6.1.2.1. Pemilihan Lokasi Usaha dengan Variabel Utama 85
a) Ketersediaan Input Pada unit usaha pembibitan ini terdapat beberapa input yang digunakan antara lain indukan dan bakalan domba ekor tipis, pakan (hijauan dan ampas tahu) serta vitamin dan obat-obatan. Pada awal usaha pembibitan dijalankan, domba ekor tipis yang akan dijadikan sebagai indukan didatangkan khusus dari Jawa Tengah, Cianjur dan Garut dengan harga beli rata-rata Rp 500.000-700.000 per ekor. Pemilihan sumber pasokan ini disebabkan karena pemilik telah menjadi pelanggan dari penjualan bakalan tempat tersebut. Selain itu, ketiga pemasok tersebut memiliki agroekosistem dan manajemen ternak yang baik untuk pembibitan bakalan (indukan) sehingga kualitas bakalan yang dihasilkan juga baik. Pada awal usaha, bakalan yang dibeli hanya induk betina domba ekor tipis karena bakalan disewa dari kandang penggemukan yang telah ada. Adapun ciriciri indukan yang dijadikan sebagai bibit unggul oleh Tawakal Farm dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Ciri-Ciri Bibit Unggul Domba Ekor Tipis yang Dijadikan Sebagai Bakalan pada Unit Usaha Pembibitan Tawakal Farm No 1.
Bibit Unggul Calon Induk
Ciri –ciri Domba Ekor Tipis yang Dijadikan Bakalan Ukuran badan besar tetapi tidak terlalu gemuk. Dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus dan postur tubuh tinggi. Tidak cacat di bagian tubuhnya, misalnya di telinga, mulut, ekor atau hidung. Selain itu, mata tidak rabun. Keempat kakinya lurus dan terlihat kokoh Bentuk dan ukuran alat kelamin normal. Ambingnya tidak terlalu menggantung, isinya kenyal, dan puting susu berjumlah dua dengan ukuran dan posisi yang simetris. Umur lebih dari satu tahun dan telah birahi sebelum umur satu tahun. Terlahir dari kelahiran kembar dan pertumbuhan yang baik. Giginya lengkap, rahang, atas dan bawah rata dengan tujuan agar induk dapat memamah biak dengan baik. 2. Calon Ukuran badan normal, tubuh panjang dan besar, bentuk perut normal, Pejantan kakinya kokoh, lurus, kuat dan terlihat tonjolan tulang yang besar pada kaki, serta mata tidak rabun Pertumbuhannya relatif cepat, gerakannya lincah dan terlihat ganas, alat kelamin normal dan simetris serta sering terlihat ereksi. Tidak pernah mengalami penyakit yang serius. Terlahir dari kelahiran kembar atau lebih karena diharapkan dapat menghasilkan anakan seperti indukannya. Umurnya antara 15 bulan hingga lima tahun. Sumber : Data Primer Peternakan Tawakal Farm (2010)
Pemilihan indukan dengan bulu yang bersih dan mengkilap tidak menjadi kriteria pembelian indukan pada usaha pembibitan Tawakal Farm karena setelah 86
domba ekor tipis dibeli dan dimasukkan ke dalam kandang, domba tersebut akan mengalami proses perawatan yang dilakukan oleh kepala kandang seperti dimandikan, pencukuran bulu dan kuku sehingga kriteria tersebut diacuhkan dalam pemilihan bakalan. Poin terpenting dalam pemilihan bakalan ini adalah garis keturunan dan perkembangannya. Hal ini disebabkan karena pada usaha pembibitan Tawakal Farm, output yang dihasilkan adalah domba hidup dan domba tersebut akan dijadikan sebagai bakalan selanjutnya oleh peternak lain sehingga domba yang menghasilkan keturunan yang kembar atau lebih adalah domba dengan kualitas yang terbaik. Pakan adalah input variabel yang sangat dibutuhkan oleh unit usaha Tawakal Farm. Biaya pakan memberikan kontribusi terbesar dalam total biaya variabel usaha yaitu sekitar 60 persen. Pakan yang dibutuhkan berupa pakan hijauan (rumput segar), ampas tahu dan tambahan vitamin berupa mineral premik. Pakan hijauan tersebut didapatkan dari daerah sekitar Desa Cimande Hilir, yaitu Pancawati, Lido, dan Bojongkoneng. Tidak ada ikatan khusus antara Tawakal Farm dengan pemasok hijauan karena tempat yang dijadikan sumber hijauan adalah lapangan terbuka yang ditumbuhi dengan rerumputan sehingga siapapun dapat dengan mudah mengambil rumput di lahan tersebut. Sedangkan dalam hal pengadaan pakan ampas tahu, Tawakal Farm memiliki beberapa pemasok yaitu beberapa pabrik tahu yang berada di sekitar Desa Cimande Hilir seperti Batu Tulis, Cipopokol, Maseng, Ranji, Cikretek, Cisempur, dan Cisalopa. Dengan para pemasok ampas tahu tersebut, Tawakal Farm melakukan sistem kontrak selama setahun dengan membayar total biaya pembelian ampas tahu di awal kontrak sebanyak Rp 10.000.000,00/tahun untuk pabrik skala besar sedangkan untuk skala kecil sebesar Rp 5.000.000,00/tahun sehingga berapapun ampas tahu yang dihasilkan pabrik tersebut, dapat diambil seluruhnya oleh supir ampas tahu Tawakal Farm setiap harinya. Pada kondisi normal dimana jumlah domba yang berada di kandang pembibitan adalah 320 ekor dan merupakan kondisi optimal kandang. Setiap harinya pakan hijauan yang dibutuhkan oleh kandang ini adalah 16 karung dimana tiap karung tersebut memiliki berat rata-rata sebesar 40 kilogram. Sehingga dapat 87
disimpulkan bahwa setiap harinya dibutuhkan 640 kilogram rumput segar dan mengindikasikan bahwa dengan penggunaan tiga orang anak kandang, masingmasing anak kandang tersebut harus mencari sekitar 214 kilogram hijauan setiap harinya agar tercukupi kebutuhan pakan ternak kandang D dimana tiap domba mendapatkan rata-rata dua kilogram hijauan. Ampas tahu tidak diberikan kepada semua domba yang berada di kandang pembibitan melainkan hanya diberikan untuk anakan yang sudah lepas sapih (tiga bulan) hingga berumur tujuh bulan karena pada umur tersebut domba anakan akan dijual. Pemberian ampas tahu ini berguna untuk mempercepat pertumbuhan bobot anakan sehingga pada saat dijual, bobot tubuh anakan meningkat. Dapat disimpulkan bahwa setelah lepas sapih (tiga bulan), jantan muda dan dara diberikan pakan berupa rumput dan ampas tahu. Ampas tahu yang diberikan kepada anakan tersebut sebanyak satu kilogram per harinya. Mineral premik hanya diberikan untuk domba indukan yang sedang menyusui. Lama domba indukan menyusui adalah tiga bulan sehingga pengeluaran untuk pemberian mineral premik hanya tiga bulan dalam setelah waktu kelahiran. Menurut pemilik, mineral premik yang diberikan sebanyak 35 gram/ekor/hari bertujuan untuk mempercepat kerja hormon pada puting susu indukan sehingga dapat menghasilkan susu lebih banyak untuk anakannya. Mineral premik mengandung vitamin A, D3, E, K3, B1, B2, Kalsium dan Cholyne yang berfungsi meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan mencegah dehidrasi serta meningkatkan efisiensi pakan. Sehingga untuk indukan yang sedang menyusui hanya diberi pakan rumput dan mineral premik sebanyak 35 gram/ekor/hari yang dicampurkan dengan satu liter air. Sedangkan untuk indukan diluar dari keadaan tersebut, pakan yang diberikan hanya rumput segar. Hal ini disebabkan karena indukan akan menjadi terlalu gemuk jika diberikan ampas tahu karena indukan yang terlalu gemuk akan menghambat proses perkawinan dan kelahiran. Untuk pengadaan vitamin dan obat-obatan, Tawakal Farm menjadi pelanggan perusahaan Kalbe Farma, PT AVICO dan PT Tekad Mandiri Citra (TMC) tetapi tidak ada kontrak khusus yang dilakukan kepada masing-masing 88
perusahaan tersebut. Pemberian vitamin berupa penambah nafsu makan, diberikan dalam porsi kecil yaitu sebesar 35 gram per ekor per hari. Mineral premik diberikan untuk indukan yang sedang menyusui karena indukan ini tidak diberikan tambahan pakan apapun sehingga diberikan vitamin berupa mineral premik.
1.
2.
3.
Keterangan : 1 = ampas tahu 2 = rumput (hijauan) 3 = mineral premik
Gambar 14. Input Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm Sumber: Data Primer Peternakan Tawakal Farm (2010)
Pemberian pakan hijauan dan ampas tahu pada Tawakal Farm telah sesuai dengan ketentuan kebutuhan pakan domba per hari menurut umurnya dimana pemberian pakan yang seharusnya diberikan adalah 10 persen dari bobot badannya. Manajemen pemberian pakan pada kandang pembibitan dilakukan oleh kepala kandang pembibitan. Pemberian pakan yang dilakukan, menggunakan penyesuaian jumlah domba yang terdapat dalam kandang koloni tersebut. Seluruh kandang koloni tersebut mendapatkan jumlah pakan yang sama misalnya untuk kandang koloni yang berukuran 3x3 meter dengan kapasitas kandang koloni 12 ekor anakan mendapatkan jumlah pakan yang sama dengan 6-8 ekor domba betina dewasa dalam ukuran kandang yang sama yaitu 24 kilogram hijauan. Metode pemberian pakan menggunakan perkiraan kepala kandang. Pemberian pakan ini memang sama tetapi disesuaikan dengan kondisi domba tersebut. Untuk memperjelas pernyaataan tersebut dapat dilihat pada Tabel 16.
89
Tabel 16. Pemberian Pakan pada Domba Menurut Ukuran Kandang Koloni dan Kapasitas Kandang No
Ukuran Kandang Koloni (m2)
Jenis domba
Kapasitas Kandang (ekor)
Pemberian pakan masing-masing domba Hijauan Ampas Mineral (kg) tahu (kg) Premik (kg)
Betina dewasa 1. 2.
1,5 x 1,5 1,5 x 1,5
Betina bunting (3 bulan) Betina persiapan melahirkan sampai 3. 1,5 x 1,5 anakan disapih Anakan (jantan/betina) 4. 3,0 x 3,0 Sumber : Data Primer Tawakal Farm (2010)
0 3-4 2
2 2,2
0 0
0
1 12
2,2 1
0 1
0,035 0
b) Letak Pasar yang Dituju Ouput yang dihasilkan oleh unit usaha pembibitan adalah domba hidup yang akan dijadikan sebagai bibit (indukan) selanjutnya oleh peternak lain di sekitar Jabodetabek, domba afkir dan kotoran hewan. Dengan output yang ada selama ini, usaha pembibitan Tawakal Farm belum mampu menutupi permintaan yang ada. Domba afkir akan dijual ke RPH di Maleber atau pasar kambing sekitar kabupaten Bogor sedangkan limbah kotoran akan dijual ke Perkebunan Durian Warso Farm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm telah memiliki pasar yang jelas untuk dituju bahkan penawaran yang dilakukan belum mampu menutupi permintaan yang ada selama ini. c) Tenaga Listrik dan Air Ketersediaan listrik dan air untuk unit usaha pembibitan sudah terjamin karena untuk lisrik, di sekitar peternakan terdapat gardu utama yang mengalirkan listrik ke Desa Cimande Hilir. Sedangkan untuk pasokan air, Desa Cimande Hilir adalah desa yang dikelilingi oleh Sungai Cisadane, Singai Cimande, dan Sungai Cigintung sehingga dapat dijamin ketersediaan airnya. Selain itu, untuk mempercepat aliran air, di belakang mess karyawan dibuat sumur bor dan menggunakan bak penampung air dan dari bak tersebut, air dialirkan ke kandang pembibitan. Untuk usaha pembibitan, air digunakan untuk memandikan domba dan membersihkan kandang sehingga hanya dengan menggunakan daya 900 watt sudah mampu memenuhi kebutuhan kandang pembibitan. 90
d) Pasokan Tenaga kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh unit usaha pembibitan adalah satu orang kepala kandang, empat orang anak kandang, supir, satpam dan bagian admistrasi (yang juga dibutuhkan oleh kandang lain). Ketersediaan tenaga kerja pada unit usaha berasal dari daerah sekitar peternakan Tawakal Farm. Tenaga kerja yang banyak dibutuhkan oleh usaha pembibitan domba Tawakal Farm adalah anak kandang. Berdasarkan wawancara dengan kepala kandang, turn over pergantian anak kandang dalam satu tahun sebesar 25 persen. Hal ini disebabkan karena adanya senioritas antara kepala dan anak kandang atau bahkan sesama anak kandang sehingga menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman yang berlaku dalam budaya kerja di peternakan Tawakal Farm. Dengan demikian, mengindikasikan bahwa Tawakal Farm selalu membutuhkan tenaga kerja tiap tahunnya. Karena tugas seorang anak kandang adalah mencari hijauan dan membantu memberi makan domba maka diperlukan tenaga kerja yang energik dan memiliki semangat tinggi sehingga pemilik memiliki batasan umur dari 1524 tahun untuk dijadikan sebagai anak kandang. Jika dilihat dari Monografi Desa Cimande Hilir (2010) terdapat 30 persen dari 778 orang laki-laki yang menganggur yang dapat dijadikan sebagai pasokan tenaga kerja anak kandang. Tabel berikut menunjukkan jumlah penduduk yang tinggal di Desa Cimande Hilir. Tabel 17. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Cimande Hilir Tahun 2009 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 0-9 693 811 10-19 749 488 20-29 870 673 30-39 656 662 40-49 364 98 50-59 389 235 60-69 225 222 70 keatas 79 56 Jumlah 4077 3761 Sumber: Monografi Desa Cimande Hilir, 2010 (diolah) Kelompok Umur
Jumlah 1454 1480 1603 1333 707 607 447 145 7838
91
e) Fasilitas Transportasi Sarana eksternal yang seharusnya ada untuk kelancaran unit usaha pembibitan adalah adanya jalan khuhus menuju peternakan yang dibuat untuk mendatangkan dan mengirim domba ekor tipis sehingga tidak melalui jalan umum yang biasa dilalui warga setempat. Jalan tersebut telah dibuat oleh pemilik Tawakal Farm sejak beberapa tahun lalu sebelum usaha pembibitan dijalankan. Selain itu, fasilitas transportasi lainnya seperti mobil pengiriman juga tersedia sehingga dapat dikatakan bahwa unit usaha pembibitan tidak memiliki hambatan jika dilihat dari fasilitas transportasi. 6.1.2.2. Pemilihan Lokasi Usaha dengan Variabel Pelengkap a) Lingkungan Agroekosistem Desa Cimande Hilir terletak pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut dan berada disekitar Sungai Cimande, Sungai Cisadane, dan Sungai Cigintung. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun di Desa Cimande Hilir sekitar 3000-4000 mm3/tahun. Berdasarkan ketinggian dan curah hujan yang ada, Desa Cimande Hilir sesuai untuk dijadikan sebagai tempat unit usaha pembibitan domba ekor tipis karena usaha pembibitan domba baik dilakukan pada iklim sejuk. b) Hukum dan Peraturan Pemerintah Peraturan pemerintah yang ada selama ini tentang peternakan domba tidak menjadi penghambat usaha peternakan Tawakal Farm. Bahkan pada tahun 2006, Tawakal Farm pernah dijadikan sebagai kandang percontohan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk para peternak domba yang ada di Kabupaten Bogor. Setelah itu pada tahun 2007 hingga saat ini, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mempercayai pemilik Tawakal Farm, Drs. H. Bunyamin untuk mengelola peternakan domba milik BAZNAS. Selain itu, saat ini pemilik juga dipercayai untuk memberikan pelatihan tentang tata cara beternak (penggemukan maupun pembibitan) domba yang baik kepada calon purna karya dari Bank BRI, JAMSOSTEK, Bank Danamon dan perusahaan lainnya. Dengan dijadikan sebagai percontohan dan dipercaya memberikan pelatihan beternak, maka terbukti bahwa 92
usaha peternakan domba Tawakal Farm merupakan peternakan yang baik dan didukung oleh pemerintah demi memajukan peternakan nasional. c) Respon Masyarakat Sekitar Peternakan Pada awal pendirian usaha peternakan Tawakal Farm, masyarakat menentang keras daerah tempat tinggal mereka dibangun peternakan. Pada saat itu, pemilik pernah didatangi oleh warga yang rumahnya cukup jauh dari kawasan peternakan dan meminta peternakan Tawakal Farm untuk ditutup. Pemilik menganalisis sebab akibat masalah tersebut, dan ternyata tujuan dari warga tersebut adalah menuntut pembagian zakat secara merata kepada warga Dusun Lembur Situ dan tidak hanya dibagikan kepada warga yang berada di sekitar peternakan. Lembur Situ adalah salah satu dusun di Desa Cimande Hilir dan dusun tersebut adalah dusun dimana peternakan Tawakal Farm didirikan. Sejak saat itu, pemilik mengeluarkan zakatnya dengan menyerahkannya kepada seluruh ketua RT yang ada di Dusun Lembur Situ agar pembagian merata. 6.1.2.3. Luas Produksi Sejak unit usaha pembibitan domba ini berjalan pada bulan September 2009, jumlah domba yang berhasil diproduksi sebanyak 571 ekor. Hal ini dikarenakan pada saat itu, domba yang awalnya ditujukan untuk pembibitan, pada kenyataannya dijual sebelum dilahirkan anakan. Sistem produksi dan penjulan yang berlaku pada saat itu adalah domba ekor tipis dibeli dari pemasok dan hanya digemukkan selama beberapa bulan sudah dijual kepada pembeli dengan demikian belum ada domba yang melahirkan anakan. Sehingga diharuskan melakukan pembelian kembali terhadap indukan pada bulan Maret 2010. Indukan digunakan untuk menghasilkan anakan selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi serta hasil wawancara dengan pemilik dan kepala kandang, kapasitas kandang pembibitan belum dimanfaatkan secara optimal. Sehingga rencana ke depan untuk usaha pembibitan ini adalah akan mengoptimalkan kapasitas kandang. Melihat perkembangan usaha pembibitan domba yang semakin baik dan semakin banyaknya investor yang mempercayakan pemilik peternakan Tawakal Farm, Drs. H. Bunyamin untuk membangunkan kandang dan memberikan pelatihan 93
peternakan domba maka pemilik berencana untuk mengembangkan usaha Tawakal Farm dalam bentuk franchise. Rencana ini akan direalisasikan dalam waktu dua tahun ke depan dan saat ini sedang dibuat ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan franchise usaha peternakan Tawakal Farm. 6.1.2.4. Proses Produksi Kegiatan produksi dalam usaha pembibitan domba tidak dapat disamakan dengan usaha yang menghasilkan produk sehingga proses produksinya pun tidak seperti usaha lain. Karena usaha ini merupakan usaha untuk menghasilkan komoditas, maka dibutuhkan proses budidaya yang baik untuk menghasilkan komoditas yang berkualitas. Proses budidaya pembibitan domba ekor tipis ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pemilihan bibit unggul, perkawinan, proses kebuntingan dan perawatan, perawatan pasca melahirkan, pemeliharaan anakan dan indukan serta penjualan anakan dan indukan afkir. Pemilihan bibit yang baik perlu dilakukan sejak awal karena akan menentukan kualitas keturunan yang dihasilkan. Bibit yang dibeli oleh unit usaha pembibitan Tawakal Farm didatangkan langsung dari pusat pembibitan domba ekor tipis di Jawa Barat. Proses pemilihan bibit unggul dilakukan dengan cara penyortiran dan penyeleksian indukan yang datang ke Tawakal Farm. Domba yang dipilih sebagai indukan adalah domba yang memiliki keturunan yang baik terutama dari keturunan kembar. Domba indukan yang kini ada di kandang pembibitan Tawakal Farm yang berjumlah 150 ekor domba ekor tipis merupakan domba hasil sortiran yang memiliki kriteria sesuai dengan domba indukan unggul. Domba tersebut dibeli dengan rasio tertentu dan dengan umur yang bervariasi seperti 10 persen dara, 60 persen indukan telah satu kali dikawinkan dan 30 persen yang telah dua kali dikawinkan. Pemilihan domba yang bervariasi ini guna mendapatkan domba indukan yang bervariasi. Rasio pembelian terkecil yaitu domba dara. Hal ini disebabkan karena pada dara (belum pernah dikawinkan) belum dapat diketahui bagaimana keturunan yang dihasilkan, sehingga untuk memperkecil risiko yang mungkin akan terjadi maka pemilik membeli sebesar rasio tersebut. Pembelian indukan terbanyak yaitu pada indukan yang baru satu 94
kali dikawinkan. Alasan pemilihan indukan seperti ini karena keturunan yang dihasilkan telah diketahui dan memiliki umur produktif lebih panjang dibandingkan dengan indukan yang telah dua kali melahirkan. Perkawinan domba akan dilakukan secara serempak agar proses selanjutnya dapat dilakukan secara serempak juga. Dengan penyerempakan proses perkawinan akan menghasilkan proses kelahiran dan penjualan secara serempak juga sehingga akan ada waktu kering kandang yang serempak. Proses ini telah sesuai dengan proses budidaya domba ekor tipis pada umunya dimana terdapat siklus kering kandang setiap enam bulan. Kering kandang adalah suatu siklus dalam budidaya dimana tidak ada ternak (domba) yang melahirkan sehingga terdapat waktu yang sama kapan domba dikawinkan, bunting, melahirkan, menyusui, dan anakan dijual sehingga semua proses dapat diberlakukan untuk semua ternak yang ada dalam waktu yang sama. Setelah dikawinkan, tidak seluruhnya domba tersebut menghasilkan anakan. Pada kandang pembibitan Tawakal Farm digunakan asumsi keberhasilan anakan sebesar 70 persen. Besaran asumsi ini didasarkan pengalaman dan teori peternakan yang relevan. Selang waktu perkawinan yang ada di kandang pembibitan ini tidak seperti peternakan domba lainnya yang dikawinkan pada waktu 240 hari sekali, melainkan perkawinan dilakukan setiap 190 hari. Penentuan selang waktu ini didasarkan pada pengalaman beternak pemilik yang menjelaskan bahwa setelah 40 hari melahirkan domba telah bersih dari masa nifas dan pada saat itu, domba betina telah memasuki siklus birahi berikutnya sehingga setelah 40 hari melahirkan dapat dikawinkan kembali. Selain itu, pada masa itu sampai anakan disapih domba indukan membutuhkan pakan yang lebih banyak dan akan meningkatkan bobot badan indukan. Ketika bobot indukan tersebut meningkat maka akan semakin sulit dilakukan perkawinan. Agar pakan yang masuk ke dalam indukan tersebut tidak seluruhnya jadi daging (karena tidak ditujukan sebagai domba pedaging) maka pakan tersebut dipergunakan menghasilkan susu untuk anakan dan asupan makan untuk bayi domba di dalam perut indukan. Agar domba dapat melahirkan dan dijual tepat pada waktunya
95
maka perlu dibuat jadwal perkawinan domba ekor tipis selama umur usaha, yang dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut (Tabel 18). Tabel 18. Jadwal Aktivitas Perkawinan, Kelahiran dan Penjualan Anakan Selama Umur Usaha Bulan ke-
0
1
2
3
4
Tahun ke5
1. Kawin (6)
2.
3.
Kawin (1)
Kawin (13) Kawin (8)
Kawin (3)
5.
10.
Kawin (2)
Kawin (14) Kawin (9)
Kawin (4)
Lahir dan jual (13)
Lahir dan jual (8)
Lahir dan jual (3)
11.
12.
Kawin (17) Kawin (12)
Kawin (7)
Lahir dan jual (5)
Lahir dan jual (16)
Lahir dan jual (11)
Lahir dan jual (6)
Lahir (1)
9.
9
Lahir dan jual (14)
Kawin (15) Kawin (10)
Kawin (5)
8
Lahir dan jual (9)
Lahir dan jual (4)
6.
7.
7 Lahir dan jual (12)
Lahir dan jual (7)
Lahir dan jual (2)
4.
8.
6 Kawin (11)
Lahir dan jual (15)
Lahir dan jual (10) Kawin (16)
Lahir dan jual (17)
Setelah domba melahirkan, anakan disusui sampai lepas sapih yaitu pada umur sekitar tiga bulan. Pada umumnya anakan yang dilahirkan berjumlah satu atau dua ekor per induk per kelahiran, bahkan terkadang terdapat lima anakan yang dilahirkan dengan bobot yang sangat kecil per kelahiran. Sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata kelahiran anakan sebesar 1,5 ekor per kelahiran per induk. Pada umumnya, ternak memiliki peluang risiko kematian (mortalitas) sebesar 5 persen. Sehingga jumlah anakan yang dilahirkan yang diperkirakan dalam usaha pembibitan adalah 95 persen dari 70 persen kelahiran indukan. Setelah dilahirkan, anakan digemukkan dan dijual pada umur tujuh bulan, anakan jantan akan dijual seluruhnya sementara untuk anakan betina, 10 persen 96
diantaranya dijadikan sebagai bibit dan sisanya dijual. Untuk perhitungan, hasil serta pola produksinya dapat dilihat pada Lampiran 4 hingga 6. Pencegahan penyakit dilakukan sejak domba ekor tipis masuk hingga keluar kandang. Pemberian obat cacing dilakukan untuk seluruh domba baik yang baru datang maupun yang telah lama di kandang. Pemberian obat cacing diwajibkan untuk domba yang baru masuk kandang karena biasanya domba dari kampung memiliki banyak kandungan penyakit dan biasanya yang berada di dalam pencernaan karena pakan yang diberikan tidak steril dan segar. Seminggu setelah penyesuaian diri dengan kandang baru di Tawakal Farm, baru dilakukan pemberian obat-obatan dan vitamin. Adapun hambatan dalam proses pembibitan domba ekor tipis ini adalah tidak adanya tenaga dokter hewan yang mengontrol kesehatan domba serta memberikan obat-obatan dan vitamin secara intensif sehingga pemberian obat dan vitamin dilakukan oleh pemilik dan kepala kandang. 6.1.2.5. Layout Lahan seluas 2 Ha yang berlokasi di Dusun Lembur Situ, Desa Cimande Hilir dimiliki oleh Drs. H. Bunyamin yang dimanfaatkan sebagai usaha peternakan domba Tawakal Farm seluas 5500 m2. Luas lahan yang dimanfaatkan untuk peternakan hanya 27,5 persen dari total luas lahan yang dimiliki pemilik. Dari presentase tersebut, dua persennya digunakan sebagai perumahan (mess) karyawan, kamar mandi dan musholla. Pemilihan lokasi kandang yang cukup jauh dari rumah penduduk dikarenakan menurut aturan peternakan bahwa suatu peternakan diperbolehkan untuk dijalankan jika kandangnya dibangun dengan jarak minimal 10 meter dari pemukiman penduduk. Kandang merupakan bagian yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha peternakan. Kandang yang baik akan berpengaruh pada peningkatan konversi makanan, pertumbuhan dan kesehatan. Tujuan pembuatan kandang adalah untuk melindungi ternak dari terik matahari, hujan dan dingin, sehingga dapat dijadikan sebagai tempat berkembangbiak. Jumlah kandang yang dibangun di peternakan Tawakal Farm berjumlah lima kandang dengan layout kandang yang sama yaitu berbentuk panggung. 97
Kandang yang dibuat pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis (kandang D) juga berbentuk panggung karena kandang ini telah dibuat pada tahun 1997 yang awalnya dipergunakan untuk usaha penggemukan domba ekor tipis seluas 33x7 m2. Menurut Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 197711, kandang yang baik untuk beternak domba adalah kandang berbentuk panggung. Pembuatan kandang panggung bertujuan untuk mempermudah pembuangan kotoran domba. Selain itu, kandang panggung juga dapat melindungi ternak dari basah karena iklim wilayah Indonesia yang tropis sehingga mempunyai kelembaban dan curah hujan yang tinggi. Posisi kandang pembibitan domba ekor tipis yang dibangun membujur dari utara ke selatan. Posisi kandang ini tidak sesuai dengan ketentuan posisi kandang yang seharusnya yaitu membujur dari timur ke barat. Posisi kandang yang membujur dari timur ke barat bertujuan agar radiasi sinar matahari masuk secara merata untuk seluruh ternak yang ada. Tetapi keadaaan yang ada di Tawakal Farm adalah radiasi sinar matahari hanya sampai pada ternak pada sisi tertentu saja, misalnya pada pagi hari hari, domba yang terkena radiasi sinar matahari hanya domba yang berada di sisi kanan, saat siang hari domba yang berada di banjar tengah yang mendapatkan sinar matahari dan pada sore hari, yang terkena sinar adalah domba yang berada di sisi kiri. Walaupun tidak mendapatkan sinar matahari secara bersamaan tetapi hal ini tidak menjadi suatu masalah yang besar bagi usaha pembibitan karena tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap pertumbuhan pembibitan domba. Atap kandang pembibitan dibuat miring dan meluncur ke samping kiri dan kanan. Atap depan dibuat lebih tinggi dari bagian belakang. Atap model ini bertujuan agar siang hari tidak terlalu panas dan saat hujan air dapat meluncur dengan cepat dan tidak masuk ke dalam kandang. Kandang pembibitan domba ekor tipis yang dibangun pada lokasi penelitian adalah kandang berbentuk panggung dengan ketinggian lantai dari tanah sekitar 70-100 cm. Pada kandang ini, di dalamnya dibuat beberapa kandang 11
Direktorat Jendral Peternakan Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1977. http://www. pros-nak.org. [21 April 2010]
98
kecil yang diberi sekat yang menjadi kandang koloni dan kandang individu. Di dalam kandang, dibuat tiga banjar kandang kecil dimana masing-masing kandang dibuat dalam beberapa ukuran yang digunakan untuk domba dengan umur, ukuran dan kondisi yang berbeda. Jika domba tersebut sedang bunting besar maka dipisahkan dari kandang koloni dan dimasukkan ke dalam kandang individu. Jarak antara banjar satu dan dua sekitar 90-100 cm, begitu juga dengan jarak antara ganjar dua dan tiga. Lantai kandang terbuat dari bambu yang diberi celah pada masing-masing bilah bambu tersebut. Celah pada lantai berjarak 1,5 sentimeter. Celah tersebut bertujuan untuk mempermudah kotoran domba langsung jatuh ke bawah dan tidak menumpuk pada lantai kandang karena jika kotoran menumpuk pada lantai kandang, maka akan berpeluang untuk timbulnya penyakit. Dinding kandang pembibitan terbagi menjadi empat sisi yaitu depan, samping kiri dan kanan serta bagian belakang. Pada sisi samping kiri dan kanan dibagi menjadi dua bagian yaitu atas dan bawah. Bagian atas dinding terbuat dari bilah bambu setinggi 200 sentimeter, sedangkan pada bagian bawahnya terbuat dari papan kayu kelapa setinggi 100 sentimeter. Tinggi bagian bawah ini disesuaikan dengan tinggi domba ekor tipis pada umumnya. Antar bambu tersebut dibuat celah dengan jarak 5-6 cm. Pembuatan celah ini juga dilakukan pada bagian bawah sisi samping dengan jarak antar kayu sama dengan celah bambu yaitu 5-6 cm. Tujuan pembuatan celah tersebut adalah untuk ventilasi udara agar terjadi pertukaran udara, pembuangan panas dan agar kandang tidak lembab. Sisi depan kandang adalah pintu masuk kandang yang memiliki dua daun pintu pada sisi kanan dan kiri yang digunakan untuk mempermudah mobilitas kepala kandang baik dalam pemberian pakan, keluar masuk domba. Untuk masuk ke dalam kandang panggung tersebut, kepala kandang dan domba harus melewati empat anak tangga dengan ketinggian 20-25 cm untuk masing-masing anak tangga. Menurut pemilik, penggunaan tangga ini sebenarnya tidak baik untuk domba karena seharusnya jalan antara manusia dengan ternak dibedakan. Langkah domba yang memiliki empat kaki tidak dapat disamakan oleh langkah manusia 99
sehingga jika harus melewati tangga tersebut maka domba akan kesulitan baik naik atau turun tangga. Untuk ke depannya, pemilik berencana untuk membuat dua jalan yaitu jalan untuk kepala kandang dan gank way atau yang terkenal dengan istilah jalan kecil yang terbuat dari anyaman bambu dari atas ke bawah kandang. Pembuatan jalan seperti ini terinspirasi dari peternakan sapi, domba dan ayam yang dijadikan dalam satu kawasan peternakan yang dimiliki oleh Dirtjen Peternakan dimana gank way dibuat untuk mempermudah mobilitas ternak. Dalam satu banjar dibuat beberapa kandang dan diantara masing-masing kandang terdapat tempat (bak) pakan domba dengan ketinggian 50 sentimeter yang disesuaikan dengan tinggi domba pada umumnya. Lebar bak pakan tersebut sekitar 25-30 cm dengan panjang yang sama ukuran kandang kandang tersebut. Selain itu, kedalaman dari bak pakan tersebut sekitar 20-25 cm. Ukuran bak pakan di kandang pembibitan domba Tawakal Farm ini disesuaikan dengan kebiasaan domba yang suka merumput. Penjelasan di atas dapat diperjelas dengan gambar layout kandang pembibitan Tawakal Farm pada Lampiran 7. 6.1.2.6. Pemilihan Peralatan Unit usaha pembibitan domba ekor tipis ini menggunakan peralatan dan teknologi yang sederhana seperti usaha pembibitan ternak domba lainnya. Untuk pemberian ampas tahu, peralatan yang digunakan terbuat drigen bekas yang dibelah menjadi dua. Jadi untuk pemberian ampas tahu, drigen terlebih dahulu dipersiapkan, setelah itu ampas tahu yang berada di dalam karung dipindahkan ke dalam drigen tersebut. Pemberian ampas tahu tidak dimasukkan secara langsung ke dalam bak pakan agar bak tetap bersih dan sehat. Setelah waktu makan selesai, maka kandang dan bak pakan kembali dibersihkan dengan menggunakan sapu lidi. Hal ini dilakukan agar kandang tetap bersih dan mencegah sisa pakan yang masuk ke dalam kandang koloni yang akan melilit pada kuku kaki domba. Selain itu, drigen tersebut juga berfungsi sebagai tempat minum untuk indukan yang sedang menyusui yang berisi mineral premik yang dilarutkan dalam air. Untuk memandikan domba dilakukan di dalam kandang dengan menggunakan selang. Tujuannya selain untuk membersihkan domba juga untuk 100
membersihkan kandang khususnya lantai kandang sehingga kotoran yang terselip di celah mudah turun ke tanah. Pada saat domba baru datang dari pemasok, biasanya bulu domba gimbal dan kotor serta kuku yang panjang. Setelah seminggu beradaptasi dengan kandang dan pakan baru, maka domba tersebut akan dilakukan perawatan berupa pencukuran bulu serta pemotongan kuku. Pencukuran bulu domba dilakukan dengan gunting biasa. Seharusnya untuk mempercepat proses pencukuran, digunakan gunting khusus seperti yang digunakan pada kandang penggemukan domba garut (kandang A dan B). Alasan teknologi ini tidak diterapkan pada kandang pembibitan karena yang menjadi poin penting dari usaha pembibitan adalah keturunan dan kualitas anakan bukan performa seperti domba garut yang diharuskan memiliki bulu domba yang bersih dan mengkilap. Berbeda dengan proses pengguntingan kuku domba, perlatan yang digunakan adalah gunting khusus kuku ternak karena jika menggunakan gunting biasa, gunting tersebut tidak akan kuat memotong kuku domba yang terlalu keras. 6.1.2.7. Hasil Analisis Aspek Teknis Kelayakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis dari aspek teknis dapat dilihat dari teknis lokasi, teknis usaha pembibitan (budidaya), luas produksi, layout, serta teknis pemilihan teknologi dan peralatan yang diterapkan. Jika dilihat dari teknis lokasi, unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm layak untuk dijalankan karena berada jauh dari pemukiman penduduk, terjaminnya input yang dibutuhkan, adanya letak pasar yang dituju, adanya tenaga listrik dan air yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional usaha pembibitan domba ekor tipis, adanya pasokan tenaga kerja dan fasilitas yang memadai serta adanya dukungan dari pemerintah dan instansi terkait yang membantu kelancaran kegiatan operasional unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm. Jika dilihat dari luas produksi, usaha pembibitan ini layak untuk dijalankan karena dengan luasan yang ada saat ini yaitu saat kapasitas kandang belum dimanfaatkan secara optimal, Tawakal Farm tidak mengalami kerugian sehingga diperlukan perluasan usaha untuk dapat memenuhi permintaan yang terus datang. Selain itu, jika dilihat dari layout kandang, unit usaha pembibitan domba ekor 101
tipis layak untuk dijalankan karena dengan konstruksi kandang yang ada selama ini mampu menjamin keselamatan karyawan dan ternak domba di dalamnya, dengan layout seperti ini juga berkorelasi positif terhadap jumlah anakan yang dihasilkan dengan kata lain pembentukan kandang berupa kandang panggung, adanya bak pakan yang mampu dijangkau oleh domba serta adanya ventilasi yang mampu memberikan sirkulasi udara yang baik mampu menunjang domba untuk bereproduksi dengan aman. Pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm, teknologi dan peralatan yang digunakan mampu menunjang usaha pembibitan. Sehingga dengan peralatan yang ada selama ini, unit usaha pembibitan domba ekor tipis layak untuk dijalankan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari aspek teknis secara keseluruhan, unit usaha pembibitan domba ekor tipisTawakal Farm layak untuk dijalankan. 6.1.3. Aspek Manajemen 6.1.3.1. Bentuk Badan Usaha Badan usaha adalah kumpulan orang dan modal yang mempunyai kegiatan atau aktivitas yang bergerak di bidang perdagangan atau dunia usaha. Unit usaha pembibitan Tawakal Farm adalah sebuah pengembangan usaha berupa integrasi vertikal dari usaha sebelumnya yang hanya mengusahakan penggemukan domba garut dan ekor tipis. Sejak awal pendirian, belum adanya penyelesaian izin usaha yang dilakukan untuk mendapatkan bentuk badan usaha yang sah dari pemerintah pusat. Perizinan yang dilakukan hanya sebatas izin pemerintah Desa Cimande Hilir dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Bentuk badan usaha akan mempengaruhi struktur organisasi perusahaan. Karena usaha ini didirikan atas modal pemilik dan belum ada izin dari pemerintah pusat maka bentuk usaha peternakan Tawakal Farm tergolong usaha perorangan karena modal tersebut berasal dari perorangan dan jika dilihat dari omzet per tahun yang kurang dari Rp 1.000.000.000,0012. 12
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Indonsesia. 2010. UU No. 9 Tahun 1995 Pasal 5. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah. http://www. deperindag.go.id [02 April 2010].
102
Bentuk badan usaha adalah nama yang melekat pada satu perusahaan sementara untuk skala usaha adalah nama yang melekat untuk tiap unit bisnis. Maka jika dilihat dari badan usaha, peternakan Tawakal Farm berbadan usaha perorangan dan dari skala usahanya, unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm berada pada skala usaha wajib izin karena jumlah domba ekor tipis yang telah diusahakan berjumlah lebih dari 300 ekor (Dinas Peternakan Kabupaten Bogor 2010). 6.1.3.2. Struktur Organisasi Usaha peternakan Tawakal Farm memiliki struktur organisasi yang sederhana, yaitu dimana usaha ini dipimpin oleh seorang pendiri usaha yaitu Drs. H. Bunyamin yang mengatur dan membuat segala kebijakan yang berkaitan dengan usaha peternakan domba Tawakal Farm. Garis koordinasi pemilik secara langsung tertuju pada staf administrasi, kepala kandang, supir dan satpam. Staf administrasi bertugas dalam pencatatan (recording) penjualan dan pemasukan domba yang baru dibeli dari pemasok serta jumlah pakan ampas tahu yang dikirim dari pemasok (pabrik tahu). Hal ini dilakukan untuk mempermudah perhitungan cashflow Tawakal Farm dan mencegah kekeliruan dalam pemesanan ampas tahu untuk periode selanjutnya. Untuk mempermudah kegiatan operasional pada kandang D (fokus penelitian pada usaha pembibitan) maka pemimpin perusahaan mempekerjakan satu orang yang bertugas sebagai kepala kandang. Kepala kandang wajib memberikan perlakukan dengan baik dari domba dibeli sebagai indukan sampai indukan (afkir) dan anakan dijual. Kepala kandang tersebut membawahi empat orang anak kandang. Anak kandang adalah orang yang betugas dalam penyediaan pakan bagi domba. Masing-masing kandang memiliki empat anak kandang. Jumlah penggunaan anak kandang tidak selalu sama dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan karena pada waktu-waktu tertentu ada saatnya kandang dikosongkan beberapa saat dan ini dilakukan dua bulan sebelum Idul Adha. Pengosongan kandang ini tidak berlaku untuk kandang D (kandang pembibitan) karena pemilik menargetkan pasar yang dituju oleh kandang D bukanlah pasar saat Idul Adha 103
melainkan para peternak pembibit lainnya. Sehingga jumlah anak kandang yang diperkerjakan akan selalu sama yaitu tiga orang. Selain kepala kandang, pemilik juga membawahi dua orang supir dan satu orang satpam. Supir tersebut masing-masing bertugas mengantar jemput anak kandang dalam mencari pakan hijauan dan ampas tahu. Karena pencarian kedua pakan ini dilakukan secara bersamaan maka dibutuhkan dua orang supir yang menggunakan dua kendaraan operasional yang berbeda. Sementara itu, satpam bertugas menjaga keamanan peternakan Tawakal Farm khususnya di malam hari. Pada waktu siang hari, keamanan kandang menjadi tanggung jawab kepala kandang karena tugas kepala kandang adalah mengontorol jumlah dan kondisi domba. Manajemen ini ditunjang dengan penyediaan prasarana yang diberikan untuk kesejahteraan karyawan Tawakal Farm. Di depan masing-masing kandang, terdapat empat blok mess karyawan. Mess ini pada awalnya dikhususkan untuk masing-masing kepala kandang. Tetapi akhir-akhir ini, mess juga ditempati oleh anak kandang. Hal ini dilakukan oleh pemilik untuk meningkatkan keamanan kandang serta meningkatkan loyalitas karyawan. Untuk memperjelas pernyataan di atas, berikut struktur organisasi usaha peternakan Tawakal Farm (Gambar 5). 6.1.3.3. Job Description Merujuk pada Gambar 5, terdapat beberapa job description yang dilakukan oleh setiap stakeholder Tawakal Farm, sebagai berikut: 1. Pimpinan (pemilik) : •
Memformulasi dan mengimplementasikan semua kebijakan yang telah ditetapkan kepada karyawan untuk perkembangan usaha peternakan Tawakal Farm.
•
Mencari daerah pemasaran potensial untuk domba pembibitan dan penggemukan Tawakal Farm.
•
Melakukan negosiasi kepada pelanggan (pembeli) dan pemasok baik untuk penjualan maupun pembelian input.
•
Menentukan sistem penjualan dan pembelian domba hidup. 104
2. Staf Administrasi: •
Bertanggung jawab terhadap recording penjualan, pembelian bakalan, dan pengiriman ampas tahu.
•
Jam kerja mulai pukul 8.00-16.00 WIB
3. Kepala kandang : •
Bertanggungjawab terhadap keseluruhan kegiatan operasional kandang mulai dari kebersihan kandang, mengawinkan domba, mengatur siklus perkawinan, perawatan indukan pasca kelahiran dan anakan, pemberian obat (jika sakit) dan vitamin serta pemeliharaan (memandikan, mencukur bulu, menggunting kuku) domba serta bertanggungjawab terhadap keamanan kandang di siang hari.
•
Mengontrol kinerja anak kandang
•
Jam kerja mulai pukul 06.00-16.00 WIB
4. Anak kandang: •
Bertanggung jawab dalam hal penyediaan pakan (hijauan).
•
Membantu kepala kandang dalam pemberian pakan pada pagi dan sore hari.
•
Jam kerja mulai pukul 06.00-16.00 WIB
5. Supir : •
Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan transportasi dalam pengadaan pakan hijauan, ampas tahu dan pengantaran penjualan domba ke pembeli.
•
Jam kerja mulai pukul 06.00-15.00 WIB
6. Satpam : •
Bertanggungjawab terhadap keamanan peternakan terutama pada malam hari.
•
Jam kerja mulai pukul 17.00-06.00 WIB
7.. Pemikul Ampas Tahu: •
Bertanggung jawab dalam hal penyediaan ampas tahu.
105
•
Bertanggungjawab terhadap pengangkutan ampas tahu dari pabrik sampai ke masing-masing kandang.
•
Jam kerja mulai pukul 06.00-15.00 WIB
6.1.3.4. Sistem Upah dan Promosi Upah yang diberikan kepada masing-masing pekerja disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan. Kepala kandang, anak kandang, satpam, supir diberi upah Rp 200.000,00 per minggu. Pemikul ampas tahu diberi upah Rp 1.000,00 per karung. Sedangkan untuk bagian administrasi, pemberian upah seperempat dari upah kepala kandang yaitu Rp 50.000,00 per minggu karena pekerjaan yang dilakukan oleh staf administrasi ini tidak seberat pekerja yang lain. Hal ini sudah ditetapkan oleh pemilik sejak lama dan berlangsung hingga saat ini. Upah tersebut tidak sesuai dengan UMR yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Bogor tahun 2010 sebesar Rp 1.056.914,00 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/Kep.1665-Bangsos/200913. Walaupun penetapan upah yang dilakukan oleh Tawakal Farm dibawah standar UMR, namun terdapat fasilitas yang diberikan seperti diberikannya mess untuk tempat tinggal karyawan dan dibebaskan dari pembayaran air untuk setiap mess per bulan. Dengan demikian, upah yang diberikan dapat digunakan untuk kebutuhan hidup lainnya. Sama seperti perusahaan lain, pada Tawakal Farm berlaku sistem kompensasi dan promosi karyawan. Pada saat Idul Adha, permintaan domba ekor tipis Tawakal Farm mengalami peningkatan dibandingkan penjualan pada hari biasa. Keuntungan yang didapat dari tiap kandang jumlahnya berbeda tergantung dari kandang mana domba itu terjual. Sistem kompensasi yang diberikan oleh Tawakal Farm untuk tiap kandang sebesar 7,5 persen dari total keuntungan kandang tersebut. Sementara itu, sistem promosi jabatan yang berlaku di Tawakal Farm hampir mirip dengan perusahaan pada umumnya, hanya saja tidak ada rentang waktu yang pasti untuk kenaikan jabatan. Rentang waktu yang tidak tentu tersebut maksudnya adalah tidak ada waktu yang pasti kapan pemilik melakukan ekspansi usaha dengan membangun kandang baru. Promosi ini hanya berlaku 13
[Anonim]. 2009. UMR Tahun Depan di Atas Rp 1 Juta. http://megapolitan.kompas.com [ 22 Mei 2010]
106
untuk anak kandang. Pemilik memiliki kriteria tertentu untuk dijadikan sebagai kepala kandang. Selain karena kerajinannya, anak kandang harus memiliki insting yang baik dalam hal pemeliharaan domba (pemberian pakan dan obat-obatan serta vitamin), memiliki kemampuan dalam perawatan domba (memandikan, mencukur bulu domba, serta menggunting kuku domba). Keahlian tersebut akan terlihat saat anak kandang membantu rutinitas kepala kandang. 6.1.3.5. Hasil Analisis Aspek Manajemen Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek manajemen, unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan dengan struktur organisasi dan job description yang ada selama ini dapat membantu kelancaran kegiatan operasional pembibitan serta mampu memberikan manfaat finansial (keuntungan) bagi usaha peternakan Tawakal Farm. 6.1.4. Aspek Hukum 6.1.4.1 Jenis Perizinan Unit usaha pembibitan domba ekor tipis adalah bentuk integrasi vertikal yang dilakukan oleh Tawakal Farm sehingga perizinannya tidak terpisah dengan usaha penggemukan domba Tawakal Farm yang telah dijalankan sejak tahun 1993. Dengan semakin bertambahnya luas produksi, hingga saat ini perizinan yang telah dilakukan oleh Tawakal Farm hanya sebatas perizinan lokasi usaha peternakan. Perizinan yang seharusnya diakukan adalah perizinan lokasi usaha dan perizinan usaha peternakan. Perizinan lokasi yang telah didapatkan oleh Tawakal Farm, dilakukan melalui proses birokrasi yang panjang. Berbagai tahapan harus dilakukan oleh pemilik seperti membuat Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) di tingkat Kecamatan Caringin. Setelah ada penyataan dari kecamatan, surat keterangan tersebut digunakan sebagai bukti dalam pembuatan ijin prinsip di Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Setelah bukti izin prinsip itu keluar, maka perijinan dilanjutkan ke instansi selajutnya, yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan untuk mendapatkan bukti Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Bersamaan dengan itu, pemilik juga melakukan perijinan ke 107
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor untuk mendapatkan Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP). Setelah melalui beberapa tahapan tersebut maka Tawakal Farm telah memiliki legalitas untuk melakukan usaha peternakan domba jika dilihat dari lokasi usahanya. Tidak hanya perijinan lokasi usaha yang harus dipenuhi oleh Tawakal Farm, melainkan juga perijinan pelaksanaan usaha peternakan. Perijinan tersebut disebut dengan Surat Daftar Ijin Usaha/ Ijin Gangguan/ Ijin Tetangga/ Ijin HO. Untuk mendapatkan ijin tersebut, Tawakal Farm diharuskan mengurus perijinan ke BAPPEDA, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Ijin Tetangga, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. Birokrasi yang cukup panjang menyebabkan pemilik enggan untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, untuk mendapatkan izin tetangga, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit karena pada awal pendirian, omzet yang didapat Tawakal Farm tidak cukup menutupi biaya perijinan tersebut. Hasil dari ijin usaha adalah mendapatkan status badan usaha berbentuk CV. 6.1.4.2. Hasil Analisis Aspek Hukum Dilihat dari aspek hukum, maka usaha ini layak untuk dijalankan tetapi masih perlu memenuhi beberapa ketentuan persyaratan ijin usaha agar usaha tidak ada hambatan untuk ke depannya. Dalam perijinan usaha tersebut, Tawakal Farm telah mendapatkan izin lokasi usaha tetapi belum mendaftarkan ijin HO dan ijin dari tetangga secara tertulis sehingga belum mendapatkan izin usaha. Walaupun izin secara tertulis dari tetangga belum didapatkan tetapi izin secara lisan sudah didapat oleh Tawakal Farm. Hal ini dibuktikan dengan sudah tidak adanya keluhan dari masyarakat sekitar peternakan tentang usaha peternakan domba Tawakal Farm seperti yang terjadi pada tahun 1999 dan berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik, pada tahun ini akan dilakukan kelanjutan dari perjinan usaha tersebut.
108
6.1.5. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya 6.1.5.1. Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya Analisis
terhadap
aspek
sosial-ekonomi-budaya
dilakukan
untuk
menganalisis keberadaan unit usaha pembibitan Tawakal Farm dari sisi pemerintah dan masyarakat sekitar. Unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal farm dapat berpengaruh secara positif maupun negatif terhadap faktor sosial-ekonomi-budaya. Jika dilihat dari sisi ekonomi, keberadaan unit usaha Tawakal Farm memberikan kontribusi positif terhadap pemerintah yaitu dengan adanya pembayaran pajak kepada pemerintah. Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara dengan warga, keberadaan unit usaha pembibitan domba ekor tipis memberikan pengaruh positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Pada awal pendirian usaha peternakan Tawakal Farm, respon dari masyarakat sekitar adalah negatif. Tetapi karena pemilik memberikan santunan rutin dan zakat setiap tahunnya kepada masyarakat sekitar sebagai wujud social responsibility Tawakal Farm maka lambat laun masyarakat mulai menerima keberadaan usaha peternakan domba Tawakal Farm. Selain itu, terdapat beberapa pengaruh positif lainnya yang diberikan peternakan, diantaranya: a) Penyerapan Tenaga Kerja Untuk usaha pembibitan, Tawakal Farm menggunakan SDM (pemuda) yang berasal dari Desa Cimande Hilir. Pemuda yang berjumlah empat orang ini, dipekerjakan sebagai anak kandang yang bertugas mencari pakan hijauan tiap harinya. Walaupun hanya empat orang yang dimanfaatkan oleh Tawakal Farm (pada kandang pembibitan), tetapi telah mengurangi pengangguran desa tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm memberikan pengaruh positif bagi masyarakat. Selain itu, dengan bekerja sebagai anak kandang dan mendapatkan penghasilan sebesar Rp 200.000,00 per minggu akan meningkatkan pendapatan riil mereka (asumsi: harga barang konstan). Setelah tenaga kerja mendapatkan hak yang sesuai dengan tanggung
109
jawabnya, maka akan berpengaruh positif dengan loyalitas pekerja yang nantinya akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha pembibitan Tawakal Farm. b) Penerangan Listrik Karena usaha pembibitan ini baru berjalan sejak bulan September 2009, maka tidak ada dampak positif yang diberikan untuk masyarakat sekitar dalam hal penerangan listrik. Pengembangan usaha ini dilakukan saat listrik sudah menjangkau pemukiman penduduk Desa Cimande Hilir. Tetapi jauh sebelumnya, yaitu saat usaha penggemukan didirikan dan baru berjalan pada tahun 1993, listrik yang mengalir ke rumah penduduk dan beberapa mesjid sekitar peternakan berasal dari peternakan Tawakal Farm dan dibayarkan oleh Tawakal Farm sampai saat ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa, sejak berdirinya usaha peternakan Tawakal Farm telah memberikan pengaruh positif kepada masyarakat sekitar dalam hal penerangan listrik. c) Kemudahan Akses Lalu Lintas Pada awal pendirian, Tawakal Farm tidak memiliki jalan khusus untuk mendatangkan dan menjual dombanya sehingga menggunakan jalan yang biasa dilalui masyarakat sekitar. Setelah usaha berjalan lima tahun, dibuat jalan khusus menuju peternakan Tawakal Farm. Jalan tersebut dibuat di lahan pemilik peternakan, Drs. H. Bunyamin. sejauh 500 meter dari jalan utama BogorSukabumi. Pada saat awal pendirian, peternakan Tawakal Farm adalah daerah yang tidak ada rumah penduduknya dalam radius 20 meter, tetapi kini dalam jarak lima meter dari kawasan peternakan sudah ada pemukiman penduduk dan jalan yang telah dibuat oleh Tawakal Farm dapat membantu mobilitas penduduk di sekitar peternakan Tawakal Farm. 6.1.5.2. Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari aspek sosialekonomi-budaya dimana dengan adanya unit usaha pembibitan domba ekor tipis lebih banyak memberikan manfaat dari pada kerugian untuk masyarakat seperti memberikan kesempatan kerja untuk masyarakat sekitar, teralirinya listrik ke beberapa rumah penduduk, serta adanya jalan yang ikut dimanfaatkan oleh 110
masyarakat maka unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm layak untuk dijalankan karena mendatangkan pengaruh positif bagi masyarakat sekitarnya. 6.1.6. Aspek Lingkungan 6.1.6.1. Analisis Aspek Lingkungan Dampak yang terjadi terhadap lingkungan dari adanya usaha peternakan Tawakal Farm adalah adanya polusi udara dan tanah. Polusi udara dan tanah dapat berasal dari limbah yang dihasilkan oleh ternak yang dapat menimbulkan bau tidak sedap di sekitar peternakan baik kotoran maupun urin yang dikeluarkan. Kotoran tersebut pada awalnya dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai pupuk kompos dimana kotoran hewan tersebut diolah menjadi pupuk kompos, tetapi sejak tahun 2009, pengolahan kotoran domba menjadi pupuk kompos sudah tidak diusahakan lagi. Hal ini disebabkan karena kurangnya sumberdaya manusia yang ada untuk menangani proses pembuatan pupuk kompos karena dibutuhkan proses yang cukup lama seperti penjemuran kotoran, pemberian obat-obatan dan sebagainya hingga membalik kotoran tersebut setelah sebulan pembuatan. Kurangnya sumberdaya manusia serta waktu pembuatan yang cukup lama, sejak awal tahun 2009 kotoran tersebut tidak lagi diolah melainkan langsung dijual dalam keadaan basah. Target penjualan kotoran tersebut adalah Perkebunan Durian Warso Farm di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Kotoran yang dijual tergantung dari jumlah domba yang berada di kandang tersebut sehingga pendapatan dari penjualan limbah kotoran per bulannya berfluktuasi. Menurut data di lapang, per ekor domba mampu menghasilkan limbah kotoran per bulannya sebesar 25 kilogram dengan harga jual Rp 8.750 per ekor per bulan. Selain itu, untuk mengurangi polusi tersebut, Tawakal Farm menanami tanaman perdu dan rerumputan lainnya yang diduga dapat mengurangi polusi udara yang ditimbulkan dari peternakan tersebut. Urin yang dikeluarkan tidak mengalir ke perumahan masyarakat sekitar secara langsung karena konstruksi bangunan kandang pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm adalah kandang panggung dimana alas kandang tersebut terbuat dari bambu yang disusun berjarak 2-3 cm 111
antar bambu sehingga urin yang dikeluarkan langsung meresap ke dalam tanah yang berada di bawah kandang. Dengan demikian, Tawakal Farm telah menangani dampak polusi udara dan tanah yang terjadi akibat usaha peternakan yang dijalankan. 6.1.6.2. Hasil Analisis Lingkungan Dengan adanya penanganan atas polusi udara dan tanah yang ditimbulkan dari usaha peternakan domba Tawakal Farm seperti pembuatan konstruksi kandang berupa kandang panggung yang dibangun di atas tanah dimana dengan konstruksi tersebut, mampu menyerap limbah kotoran dan urin yang dihasilkan sehingga limbah kotoran dapat dengan mudah diambil dan dimasukkan ke dalam karung untuk dijual dan dengan menanami rerumputan serta tanaman perdu di sekitar peternakan maka Tawakal Farm telah menangani dampak lingkungan yang ditimbulkan terhadap masyarakat sekitar. Sehingga dapat dikatakan bahwa unit usaha pembibitan ekor tipis Tawakal Farm layak untuk dijalankan. 6.2. Analisis Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui kelayakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis dari sisi finansial menguntungkan atau tidak. Dalam penelitian ini, analisis kelayakan finansial menggunakan empat kriteria kelayakan usaha yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan PP dan dua kriteria lainnya yaitu BEP unit dan HPP. Setelah diperhitungkan risiko kematian sebesar lima persen dan persentase kejadian anakan sebesar 70 persen, maka akan dilanjutkan kepada analisis kelayakan unit usaha pembibitan pada kondisi saat ini (tanpa perubahan). Setelah diketahui kelayakan dari kondisi saat ini maka akan dilanjutkan dengan analisis nilai pengganti menggunakan empat variabel perubahan. Penentuan variabel kunci ini diasumsikan memiliki kontribusi terbesar terhadap kelayakan usaha pembibitan dan mengetahui kelayakan dari usaha ketika terjadi perubahan. Keempat variabel tersebut antara lain variabel pertama dan kedua yaitu penilaian kelayakan akibat adannya penurunan harga jual anakan yang berbeda-beda untuk dara dan jantan muda dengan analisis nilai pengganti. Variabel ketiga dan 112
keempat yang juga menggunakan analisis nilai pengganti yaitu peningkatan kedua harga indukan yaitu yang sudah dikawinkan dengan yang masih dara. Indukan yang digunakan pada usaha pembibitan ini terbagi menjadi tiga dimana terdapat indukan yang sudah 2x kawin, 1x kawin dan indukan yang masih dara (siap dikawinkan). Dengan harga beli yang berbeda pada indukan yang sudah pernah kawin dengan yang masih dara, maka digunakan variabel ketiga dan keempat dalam analisis finansial yaitu untuk indukan yang sudah pernah dikawinkan dan indukan yang masih dara. 6.2.1. Analisis Kelayakan Finansial pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) Analisis finansial unit usaha pembibitan domba ekor tipis tanpa perubahan mengacu pada kondisi usaha pembibitan dimana tidak terdapat perubahan yang mempengaruhi usaha pembibitan, baik itu yang disebabkan dari sisi peneriman ataupun pengeluaran yang dapat menimbulkan perubahan pada analisis finansial. Komponen yang terdapat pada analisis ini merupakan komponen yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Komponen pertama yang dianalisis pada aspek ini yaitu: 6.2.1.1 Analisis Biaya Komponen biaya yang dikeluarkan oleh unit usaha pembibitan domba ekor tipis, mencakup biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya awal yang dikeluarkan saat menjalankan usaha yaitu pada tahun nol usaha, dimana jumlahnya relatif besar dan tidak dapat habis dalam satu kali periode produksi. Biaya investasi ditanamkan atau dikeluarkan pada suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam periode yang akan datang, yakni selama umur usaha, atau selama usaha tersebut dijalankan. Rincian biaya investasi yang dikeluarkan oleh usaha pembibitan domba ekor tipis, dapat dilihat pada Tabel 19.
113
Tabel 19. Biaya Investasi pada Kondisi Sekarang (Tanpa Perubahan) No 1. 2.
Biaya Investasi
Jumlah 210 1
Satuan Meter Unit
Tanah Kandang Bibit indukan (betina) 3. Indukan sudah 2x kawin 45 Ekor 4. Indukan sudah 1x kawin 90 Ekor 5. Indukan (dara) 15 Ekor 6. Selang 50 Meter 7. Garu Kotoran 1 Unit 8. Gergaji 1 Unit 9. Drigen 60 Unit Total Biaya Investasi Sumber: Data Primer Peternakan Tawakal Farm (2010)
Harga Satuan (Rp) 100.000 103.000.000 700.000 700.000 500.000 6.500 30.000 100.000 15.000
Total (Rp) 21.000.000 103.000.000 31.500.000 63.000.000 7.500.000 325.000 30.000 100.000 900.000 227.355.000
Unit usaha pembibitan domba ekor tipis terhitung dalam analisis finansial mulai dari tahun ke-0. Hal ini disebabkan karena penjualan terhadap anakan yang berumur tujuh bulan dilakukan pada tahun berikutnya. Indukan dikawinkan pada tahun nol yaitu pada bulan ke-3 dan dengan memperhitungkan waktu bunting selama lima bulan serta penggemukan domba anakan baik jantan maupun betina selama tujuh bulan maka usaha pembibitan baru menghasilkan penerimaan pada tahun berikutnya sehingga pada tahun ke-0 hanya dilakukan pengeluaran berupa biaya investasi dan biaya tetap. Besarnya biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun nol usaha sebesar Rp 227.355.000,00 yang terdiri dari biaya pembelian tanah, pembangunan kandang, pembelian domba indukan, selang, garu kotoran, gergaji dan drigen. Jenis investasi yang ditanamkan oleh unit usaha pembibitan domba ekor tipis disesuaikan dengan kebutuhan usaha. Kandang digunakan sebagai tempat pembibitan domba mulai dari indukan dibeli, dikawinkan, dirawat dan digemukkan sampai pada tahap penjualan. Indukan dibeli dengan kualitas yang unggul sebagai penghasil anakan yang akan dijual. Selang digunakan untuk memandikan domba setiap harinya. Garu dijadikan sebagai investasi karena umur ekonomis dari garu ini lebih dari satu tahun, garu digunakan untuk mengumpulkan kotoran domba di bawah kandang. Gergaji dijadikan sebagai barang investasi karena memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun yang dipergunakan untuk memotong kayu yang digunakan untuk mengganti kayu yang rusak pada kandang. Selain itu, belahan drigen dibutuhkan untuk memberikan 114
minum domba berupa campuran mineral premik dengan air untuk domba yang sedang menyusui dan drigen ini digunakan lebih dari satu tahun. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun nol dan biaya tersebut mengalami penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh umur ekonomis dari masing-masing barang yang diinvestasikan yang berbeda-beda pula. Umur ekonomis dari setiap barang yang diinvestasikan ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan suatu barang untuk dapat digunakan secara layak dan masih memiliki fungsi yang baik untuk mendukung jalannya usaha peternakan (Tabel 20). Tabel 20. Umur Ekonomis dari Investasi Usaha pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) No 1
Komponen Investasi a. Kandang b. Bibit indukan (betina) 2 Indukan sudah 2x kawin 3 Indukan sudah 1x kawin 4 Indukan belum pernah kawin (dara) 5 c. Selang 6 d. Garu Kotoran 7 e. Gergaji 8 f Drigen Sumber: Data Primer Peternakan Domba Tawakal Farm (2010)
Umur Ekonomis (Tahun) 10 5 6 6 3 3 3 3
Dalam hal ini, tanah tidak diperhitungkan umur ekonomisnya karena tanah dapat dipergunakan sepanjang tahun (melebihi umur ekonomis usaha) sehingga dalam perhitungan penyusutan, tanah tidak dimasukkan dalam tabel penyusutan. Umur ekonomis dari kandang diasumsikan selama 10 tahun. Hal ini didasarkan pada perhitungan tingkat kelayakan bangunan tersebut. Setelah 10 tahun, kandang tidak memiliki fungsi yang optimal untuk dipergunakan. Hal ini disebabkan karena investasi tersebut telah mengalami kerusakan, seperti atap yang berlubang, sekat kandang yang rusak parah dan bahkan membutuhkan biaya perawatan yang lebih besar dari yang seharusnya sehingga menyebabkan barang investasi menjadi tidak efisien. Umur ekonomis dari kandang ini ditentukan sebagai umur dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis, karena selain merupakan salah satu komponen
115
penting dalam pelaksanaan usaha, kandang memiliki umur ekonomis terpanjang dan juga salah satu komponen investasi yang memiliki nilai terbesar. Agar usaha pembibitan dapat terus berjalan ketika barang investasi telah habis masa pakainya (umur ekonomis) maka diharuskan melakukan pergantian terhadap barang-barang investasi tersebut sehingga Tawakal Farm harus mengeluarkan biaya yang disebut sebagai biaya re-investasi (Tabel 21). Biaya reinvestasi ini dikeluarkan setelah secara ekonomis dari barang investasi sudah tidak optimal untuk digunakan. Biaya-biaya ini dikeluarkan pada tahun yang berbedabeda yakni, pada perode tahun ke-3, ke-5, ke-6, ke-7, ke-9. Biaya reinvestasi terbesar dikeluarkan pada tahun ke-6 sebesar Rp 32.855.000 untuk pembelian kembali 45 ekor indukan yang sudah satu kali kawin dan pembelian selang, garu kotoran, gergaji dan drigen. Pada tahun ke-3, reinvestasi sejumlah Rp 1.355.000,00 digunakan untuk pembelian peralatan seperti selang, garu kotoran, gergaji dan drigen. Pada periode tahun ke-5, terdapat re-investasi sebesar Rp 16.100.000,00 untuk pembelian 23 ekor bibit domba yang sudah dua kali kawin (melahirkan) dimana domba tersebut afkir pada bulan November periode ke-4. Domba yang sudah afkir (11 kali dikawinkan) harus dijual dan dibeli kembali agar unit usaha pembibitan domba ekor tipistetap berjalan maka dilakukan re-investasi. Domba tersebut dibeli kembali (re-investasi) sejumlah setengah dari rasio pertama kali pembelian yaitu 30 persen dari total indukan. Pembelian terhadap indukan juga dilakukan pada periode tahun ke-7 untuk indukan yang masih dara atau belum pernah dikawinkan dan melahirkan sejumlah 15 ekor yaitu sebesar Rp 7.500.000,00. Re-investasi terakhir dilakukan pada periode tahun ke-9 sama seperti reinvestasi pada periode ke-3 yaitu reinvestasi untuk perlengkapan sejumlah Rp 1.355.000,00. Kandang tidak direinvestasi karena kandang dijadikan sebagai patokan umur usaha pembibitan domba ekotr tipis Tawakal Farm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21.
116
Tabel 21. Biaya Re-investasi pada Kondisi Sekarang (Tanpa Perubahan) No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Re-Investasi a. Bibit indukan (betina) Indukan sudah 2x kawin Indukan sudah 1x kawin Indukan (dara) b. Selang c. Garu Kotoran d. Gergaji e. Drigen Total Biaya
3
5
Tahun Ke- (Rp) 6
7
9
16.100.000 31.500.000 7.500.000 325.000 30.000 100.000 900.000
325.000 30.000 100.000 900.000
1.355.000 16.100.000 32.855.000 Sumber: Data Primer Peternakan Domba Tawakal Farm (2010)
325.000 30.000 100.000 900.000 7.500.000
1.355.000
Barang-barang investasi tersebut mengalami penyusutan setiap tahunnya. Nilai penyusutan ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus. Penyusutan dari setiap barang investasi memiliki nilai yang berbeda (Tabel 22). Hal ini dipengaruhi oleh nilai awal barang investasi, umur ekonomis serta nilai sisa barang tersebut. Tanah tidak mengalami penyusutan setiap tahunnya, karena penggunaan tanah tidak memiliki batas waktu atau umur ekonomis yang dibatasi oleh waktu tertentu. Sebuah kandang pembibitan yang dibangun dari kayu kelapa dengan tiang terbuat dari semen sebagai fondasinya dibangun dengan biaya investasi sebesar Rp 103.000.000,00 memiliki nilai penyusutan sebesar 10.300.000,00 per tahunnya karena umur pakai dari kandang adalah 10 tahun. Indukan dibeli dengan jumlah yang berbeda sehingga penyusutan atas reinvestasi berbeda dengan penyusutan pada investasi awal. Untuk indukan yang sudah 2 kali dikawinkan sebelum dibeli oleh Tawakal Farm, memiliki biaya penyusutan sebesar Rp 6.300.000,00 per tahun. Untuk indukan yang baru satu kali dikawinkan dibeli sejumlah 90 ekor pada awal investasi dengan harga beli Rp 700.000 per ekor nya sehingga selama enam tahun memiliki nilai penyusutan sebesar Rp 10.500.000,00 per tahun. Berbeda dengan indukan sebelumnya, indukan yang masih dara dibeli dengan harga yang lebih murah yaitu Rp 500.000 per ekor sehingga biaya penyusutannya pun lebih murah yaitu Rp 1.250.000,00 per tahun. Pada saat 117
reinvestasi, dengan mempertimbangkan jumlah domba yang ada pada saat itu, reinvestasi indukan dilakukan setengah dari pembelian awal untuk indukan yang sudah pernah dikawinkan sementara untuk indukan dara dibeli dengan jumlah yang sama dengan jumlah investasi awal. Sehingga penyusutan untuk indukan yang sudah pernah dikawinkan adalah setengah dari penyusutan indukan awal. Tetapi untuk indukan dara, penyusutannya sama dengan penyusutan sebelum reinvestasi. Peralatan seperti selang, garu kotoran, gergaji dan drigen memiliki nilai penyusutan yang berbeda-beda walaupun memliki umur ekonomis sama. Selang yang digunakan selama tiga tahun memiliki nilai penyusutan sebesar Rp 108.333,33 per tahunnya. Garu yang digunakan untuk mengumpulkan kotoran memiliki nilai peyusutan sebesar Rp 10.000,00 per tahunnya. Gergaji yang digunakan untuk perawatan kandang memiliki nilai penyusutan sebesar Rp 33.333,00 per tahunnya. Sedangkan belahan drigen yang dijadikan sebagai tempat minum untuk indukan yang sedang menyusui sekaligus sebagai tempat ampas tahu untuk anakan memiliki nilai penyusutan sebesar Rp 300.000,00 per tahun. Masing-masing dari nilai penyusutan ini, dimasukkan ke dalam perhitungan laba rugi dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm. Tabel 22. Biaya Penyusutan Invetasi pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) Jenis Investasi
No 1.
Indukan (investasi awal) Indukan sudah 2x kawin (45 ekor) Indukan sudah 1x kawin (90 ekor)
2.
Indukan dara (15 ekor) Indukan (Reinvestasi)
3. 4.
Indukan sudah 2x kawin (23 ekor) Indukan sudah 1x kawin (45 ekor) Indukan dara (15 ekor) Kandang Selang
5.
Garu Kotoran
6. 7.
Gergaji Drigen
Nilai Beli
Umur Pakai (tahun)
Penyusutan
31.500.000,00 63.000.000,00
5 6
6.300.000,00 10.500.000,00
7.500.000,00
6
1.250.000,00
16.100.000,00 31.500.000,00 7.500.000,00 103.000.000,00 325.000,00
5 6 6 10 3
3.220.000,00 5.250.000,00 1.250.000,00 10.300.000,00 108.333,33
30.000,00
3
10.000,00
100.000,00
3
33.333,33
900.000,00
3
300.000,00
Sumber: Data Primer Peternakan Domba Tawakal Farm (2010)
Selain biaya investasi dan biaya penyusutan, terdapat biaya tetap yang dikeluarkan selama jalannya usaha (Tabel 23). Besarnya biaya tetap yang 118
dikeluarkan ini, tidak dipengaruhi oleh output yang dihasilkan oleh unit usaha pembibitan domba ekor tipis. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh unit usaha pembibitan domba ekor tipis terdiri dari beberapa yaitu arit, gunting kuku, gunting bulu, asahan, ember plastik, timbangan, batu batere, sewa mobil, karung untuk rumput, sekop, sapu lidi, biaya komunikasi, listrik dan air, dan upah tenaga kerja. Arit dibeli sebanyak 4 unit yang digunakan selama setahun dengan total biaya per tahunnya sebesar Rp 45.000,00. Gunting kuku yang digunakan untuk domba berbeda dengan gunting bulu domba tersebut, sehingga pembeliannya pun berbeda dengan harga beli masing-masing Rp 25.000,00 dan Rp 60.000,00 per tahun. Asahan digunakan untuk mengasah arit dan digunakan setiap kali akan mengambil rumput dengan harga beli Rp 20.000,00. Timbangan digunakan untuk menimbang bobot domba guna mengetahui perkembangan bobot badan domba setiap saat sehingga setiap tahun harus dikeluarkan biaya pembelian sebesar Rp 50.000,00. Mobil pick up digunakan untuk mengambil rumput dengan sistem sewa setiap harinya sehingga setiap tahunnya biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 5.698.000,00 dengan biaya transportasi sebesar Rp 1.600.000,00 tiap tahunnya. Karung yang digunakan untuk mengambil rumput adalah jenis karung yang mudah rusak sehingga selama umur usaha setiap tahunnya terdapat biaya pembelian karung sebanyak Rp 480.000,00 untuk 24 karung per tahun. Sekop, ember plastik dan sapu lidi merupakan alat untuk membersihkan kandang yang dikeluarkan setiap tahunnya dengan biaya masing-masing Rp 20.000,00, Rp 50.000,00 dan Rp 20.000,00. Pengeluaran berupa batu batere ditujukan untuk satpam yang menjaga keamanan khususnya pada malam hari. Biaya komunikasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghubungi pihak pembeli, supplier input (bibit) serta supplier pakan (ampas tahu, vitamin dan obatobatan) sebanyak Rp 22.200,00 per bulan. Biaya air dan listrik yang dikeluarkan sebanyak Rp 62.500,00 per bulan ditujukan untuk memandikan domba, memberi minum, membersihkan kandang serta penerangan kandang pada malam hari. Upah tenaga kerja merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan per bulannya. Tenaga kerja yang digunakan pada kandang pembibitan adalah kepala kandang, 119
anak kandang, satpam, pemikul ampas tahu, dan bagian administrasi. Upah pemikul ampas tahu, satpam, dan bagian admnistrasi dimasukkan ke dalam biaya tetap dengan menggunakan proporsi yaitu, total upah tenaga kerja tersebut per bulannya dibagi dengan lima kandang yang ada sehingga didapat biaya yang harus dikeluarkan per bulannya untuk semua tenaga kerja yaitu Rp 4.160.000,00. Tabel 23. Biaya Tetap Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) No
Biaya Tetap
Tahun ke0 (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Arit 37.500,00 Gunting Kuku 20.833,33 Asahan 16.666,67 Ember Plastik 41.666,67 Timbangan 41.666,67 Gunting Bulu 50.000,00 Batu Batere 200.000,00 Biaya komunikasi 221.666,67 Listrik dan Air 625.000,00 Upah Tenaga Kerja 33.600.000,00 Biaya Transportasi 1.333.333,33 THR karyawan 5.416.666,67 Sewa mobil (rumput) 4.748.333,33 Karung (rumput) 400.000,00 Sekop 16.666,67 Sapu lidi 16.666,67 Total Biaya Tetap 46.753.333,33 Sumber: Data Primer Peternakan Domba Tawakal Farm (2010)
1-9 (Rp) 45.000,00 25.000,00 20.000,00 50.000,00 50.000,00 60.000,00 240.000,00 266.000,00 750.000,00 49.920.000,00 1.600.000,00 6.500.000,00 5.698.000,00 480.000,00 20.000,00 20.000,00 65.744.000,00
Biaya tetap yang dikeluarkan pada tahun pertama usaha (nol) lebih rendah jumlahnya daripada biaya tetap yang dikeluarkan pada tahun berikutnya. Hal ini disebabkan karena pada tahun nol tersebut, biaya tetap baru dikeluarkan pada bulan ke-3 sedangkan pada tahun 1 dan seterusnya biaya dikeluarkan mulai bulan ke-1 sehingga biaya tetap yang dikeluarkan pun berbeda. Biaya operasional selanjutnya adalah biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh jalannya proses produksi, yakni berkaitan dengan jumlah input yang digunakan serta jumlah output yang dihasilkan dan mengacu pada siklus reproduksi domba ekor tipis yang telah dibuat pada proses produksi (Lampiran 4). Biaya variabel pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis pada kondisi saat ini terdiri dari mineral premik, sewa indukan jantan, biaya perawatan domba, ampas tahu, karung untuk kotoran, sewa pick up dan biaya transportasi 120
pengiriman penjualan domba, vitamin dan obat-obatan mencakup spuit cc, tetra cap, obat cacing, obat vaksin/ antibiotik, obat vaksin antraks, dan obat lainnya (Lampiran 8). Mineral premik diberikan untuk indukan yang sedang menyusui sebanyak 35 gram per hari per ekor selama tiga bulan dengan biaya Rp 175,00 per ekor per hari. Biaya ini dikeluarkan berbeda-beda tiap tahunnya tergantung dari jumlah domba indukan yang sedang menyusui pada tahun tersebut. Tahun nol merupakan biaya terkecil yang dikeluarkan untuk mineral premik karena pada tahun ini jumlah indukan yang sedang menyusui adalah 150 ekor sehingga biaya mineral premik pada tahun tersebut adalah sebesar Rp 2.362.500,00; Sedangkan biaya terbesarnya berada pada tahun ke-9 karena pada tahun tersebut domba indukan yang sedang menyusui sebanyak 433 ekor sehingga pada tahun tersebut biaya variabel yang harus dikeluarkan untuk mineral premik sebesar Rp 6.819.750,00. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pejantanyang digunakan dalam unit usaha ini disewa dari unit usaha penggemukan yang telah diusahakan sebelumnya oleh Tawakal Farm. Dengan demikian, terdapat biaya variabel untuk sewa jantan indukan yang berbeda tiap tahunnya. Biaya sewa yang dikeluarkan tergantung dari jumlah domba indukan betina yang dikawinkan pada tahun tersebut. Domba indukan yang dikawinkan berasal dari indukan yang pertama kali dibeli dengan tambahan indukan yang berasal dari domba dara yang dijadikan sebagai indukan bibit. Biaya sewa pejantan terbesar berada pada tahun ke-8 usaha karena jumlah indukan betina yang dikawinkan sebanyak 370 ekor sehingga membutuhkan 74 ekor domba indukan jantan. Sedangkan biaya sewa terendah pada tahun ke-5 usaha karena domba indukan yang dibeli pada awal usaha, sudah berada pada tahap afkir sehingga sudah tidak dikawinkan lagi dan dilakukan reinvetasi 50 persen dari jumlah pembelian awal usaha. Biaya perawatan domba dibutuhkan untuk menjaga kebersihan dan keindahan tanduk domba (anakan jantan). Dalam melakukan perawatan, barangbarang yang dibutuhkan berupa sabun dan mentega. Sabun digunakan untuk memandikan semua domba yang ada di kandang pembibitan.Tidak hanya indukan melainkan juga anakan. Domba tersebut dimandikan setiap harinya dengan 121
menggunakan sabun. Mentega digunakan untuk menjaga kekokohan tanduk domba anakan. Karena pada kandang pembibitan ini tidak terdapat domba pejantanjadi pengeluaran untuk mentega ini hanya untuk jantan muda. Mentega tersebut diolesi pada tanduk domba anakan agar pada saat dijual tidak hanya badannya yang gemuk, tetapi juga tanduknya kokoh dan meliuk. Sehingga dapat dijual dengan harga yang ditetapkan oleh Tawakal Farm. Pada tahun nol, biaya variabel perawatan domba ini mencapai biaya terkecil yaitu Rp 131.813,00; karena pada saat itu jantan muda yang berada di dalam kandang yaitu 89 ekor. Pada tahun ke-1 usaha, domba yang berada di kandang pembibitan sebanyak 2,15 kali lipat dari domba pada tahun sebelumnya karena pada tahun ini, aktivitas melahirkan terjadi dua kali yaitu pada bulan ke-3 dan ke-10 sehingga jumlah domba anakan bertambah banyak dari tahun sebelumnya. Begitupun pada tahun berikutnya hingga tahun ke-2, biaya perawatan domba semakin bertambah tetapi pada tahun ke-3 biaya mengalami penurunan kembali karena pada tahun tersebut berdasarkan siklus reproduksi domba, indukan hanya melahirkan satu kali pada tahun tersebut sehingga jumlah domba yang ada pun lebih sedikit yaitu 341 ekor. Seiring dengan siklus reproduksi, biaya kembali meningkat menjadi Rp 335.000,00; pada tahun ke-4 usaha karena terdapat dua kali aktivitas melahirkan yaitu bulan ke-2 dan ke-9, sehingga jumlah domba bertambah. Penurunan biaya kembali terjadi pada tahun ke-5, biaya tersebut menurun karena pada tahun ke-5 terdapat domba indukan yang afkir sebanyak 135 ekor sehingga jumlah domba juga berkurang menjadi 619 ekor. Tahun ke-6 usaha adalah tahun yang sama dengan tahun ke-3 usaha dimana hanya terdapat sekali aktivitas kelahiran sehingga dengan jumlah domba yang sedikit maka biaya perawatan domba yang dikeluarkan pun juga sedikit. Biaya tersebut semakin lama, semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah domba yang berada di kandang. Pengeluaran terbesar pada variabel ini adalah pada tahun ke-9 usaha karena domba yang ada di kandang berjumlah 835 ekor sehingga dengan biaya Rp 463,00 per ekor didapat biaya perawatan domba sebesar Rp 336.188,00. Ampas tahu termasuk salah satu pakan domba yang merupakan biaya yang dikeluarkan bergantung dari jumlah domba yang diternakkan. Ampas tahu 122
diberikan untuk domba anakan yang telah lepas sapih dan diberikan selama empat bulan sebelum domba anakan tersebut dijual pada umur tujuh bulan. Biaya untuk ampas tahu ini dikeluarkan selama 120 hari dengan biaya per ekor anakan per hari sebesar Rp 250,00. Pada tahun ke-0 usaha, anakan belum diberikan asupan tersebut dan baru diberikan pada tahun ke-1 usaha sehingga biaya ampas tahu baru dikeluarkan pada tahun ke-1 usaha. Sama seperti penjelasan biaya variabel sebelumnya, biaya ampas tahu mengalami fluktuasi karena jumlah anakan yang dilahirkan tiap tahunnya yang disebabkan karena jumlah indukan dan pola kelahiran yang telah dijadwalkan juga berbeda tiap tahunnya ada yang sekali atau dua kali melahirkan dalam setahun sehingga jumlah ampas tahu yang diberikan akan berbeda. Pengeluaran ampas tahu terkecil berada pada tahun ke-3 usaha karena pada tahun tersebut anak domba yang diberikan ampas tahu berasal dari aktivitas melahirkan bulan ke-12 tahun ke-2 usaha, yang berjumlah 152 ekor. Sehingga biaya ampas tahu yang harus dikeluarkan pada tahun ke-3 usaha adalah Rp 250,00 dikalikan dengan 120 hari masa pemberian ampas tahu dan dikalikan kembali dengan 152 domba anakan yang lahir pada bulan ke-12 tahun ke-2 usaha. Sama seperti variabel lainnya, biaya terbesar pada ampas tahu adalah pada tahun ke-9 usaha. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut terdapat dual kali penjualan anakan yang berasal dari kelahiran pada bulan ke-10 tahun ke-8 usaha dan bulan ke-5 tahun ke-9 sehingga jumlah domba anakan yang harus diberikan ampas tahu sebanyak 342 ekor. Vitamin dan obat-obatan yang diberikan berupa tetra cap, obat cacing, obat vaksin (antibiotik), vaksin antraks, spuit cc dan obat-obatan lainnya. Tetra cap diberikan untuk domba yang sakit mata dan obat ini diberikan untuk domba yang sakit saja. Biaya yang dikeluarkan per ekor sebesar Rp 100,00. Biaya ini disesuaikan dengan jumlah indukan yang ada pada tahun tersebut. Biaya terkecil yang dikeluarkan pada tahun-0 karena indukan yang ada pada saat itu sebanyak 150 ekor dan berfluktuasi karena ada indukan yang afkir dan anakan yang dijadikan sebagai indukan sampai tahun ke-9 usaha dan biaya terbesar berada pada tahun ke-9 usaha karena jumlah indukan yang ada saat itu berjumlah 433 123
ekor. Obat cacing diberikan untuk seluruh domba baik induk maupun anak setiap tiga bulan sekali dan berarti setiap tahun terdapat empat kali pemberian obat cacing dimana biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 6.000,00 per ekor tiap tahun. Pemberian vaksin sebagai antibiotik dan vaksin antraks diberikan setiap tahunnya untuk semua domba yang ada di kandang pembibitan dimana biaya untuk vaksin sebagai antibiotik sebesar Rp 1.500,00 per ekor dan untuk vaksin antraks sebesar Rp 1.000,00 per ekornya dan biayanya disesuaikan dengan jumlah domba pada tahun tersebut. Spuit cc adalaha alat suntik yang digunakan untuk memberikan obat untuk domba yang sakit. Pembelian alat ini disesuaikan dengan jumlah indukan yang ada dan setiap tiga bulan sekali alat ini diganti yang baru dan biaya per unitnya sebesar Rp 500,00. Sewa dan biaya transportasi dimasukkan ke dalam biaya variabel karena biaya ini dikeluarkan tergantung jumlah anak domba dan indukan afkir yang akan dijual dimana per ekornya dikenakan biaya Rp 10.000,00. Begitu juga untuk pembelian karung untuk kotoran yang akan dijual. Menurut data di lapang, per ekor domba dirata-ratakan menghasilkan kotoran sebayak 25 kilogram (1,25 karung) per bulan. Jumlah kotoran yang dihasilkan berdasarkan jumlah domba yang ada pada tahun tersebut dengan harga beli karung kotoran sebesar Rp 1.000,00/ unit. 6.2.1.2 Analisis Manfaat Manfaat yang diterima dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm berasal dari penjualan yang berasal dari penerimaan penjualan anak domba, domba indukan afkir, dan limbah kotoran (sludge) serta berasal dari nilai sisa. Jantan muda dan dara dijual dengan harga yang berbeda karena jantan muda memiliki permintaan yang lebih tinggi sehingga harga yang ditetapkan lebih tinggi dibanding domba dara. Permintaan jantan muda banyak datang dari pembibit yang menginginkan pejantan untuk usaha pembibitan dan juga permintaan banyak datang dari yayasan yang digunakan untuk domba akikah dan kurban pada saat menjelang Idul Adha, sehingga permintaan jantan muda lebih banyak dibanding domba dara. Harga jual jantan muda adalah Rp 650.000,00 per 124
ekor sedangkan untuk domba dara adalah Rp 500.000,00 per ekor. Penjualan anak domba dilakukan setelah anakan tersebut digemukkan selama empat bulan dan telah berumur tujuh bulan. Berikut data penjualan domba dari tahun ke tahunnya selama umur usaha (Tabel 24). Tabel 24. Penerimaan Penjualan Domba Anakan Selama Umur Usaha pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) Domba Anakan Tahun Usaha ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jantan Harga Jual (Rp) 650.000 650.000 650.000 650.000 650.000 650.000 650.000 650.000 650.000 650.000 Total
Jumlah 0 188 201 105 220 239 113 189 220 243 1.718
Betina Total Penerimaan (Rp) 0 122.200.000 130.650.000 68.250.000 143.000.000 155.350.000 73.450.000 122.850.000 143.000.000 157.950.000 1.116.700.000
Harga Jual (Rp) 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
Jumlah 0 88 94 47 97 102 47 73 86 99 733
Total Penerimaan (Rp) 0 44.000.000 47.000.000 23.500.000 48.500.000 51.000.000 23.500.000 36.500.000 43.000.000 49.500.000 366.500.000
Selain dari penjulan domba anakan, manfaat langsung yang didapat dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm juga berasal dari indukan afkir. Penjualan untuk indukan afkir tidak seperti anak domba yang dilakukan setiap tahun. Domba indukan yang dibeli di awal usaha memiliki umur dan frekuensi melahirkan yang tidak sama umurnya sehingga umur afkirnya pun berbeda. Seperti pada indukan yang telah dua kali dikawinkan pada saat dibeli oleh Tawakal Farm memiliki umur ekonomis selama lima tahun di Tawakal Farm karena diasumsikan telah berumur satu tahun sehingga akan afkir pada umur enam tahun atau pada periode kawin ke-9 yaitu pada bulan ke-11 tahun ke-4 usaha. Domba indukan afkir dijual setelah melahirkan dan anakan sapih sehingga pada bulan ke-4 tahun ke-5 usaha, terdapat pendapatan berupa penjualan domba indukan afkir yang sudah dua kali dikawinkan sebanyak 45 ekor. Dengan harga jual rata-rata per ekor Rp 1.000.000,00. Nilai ini berdasarkan bobot timbangan indukan afkir rata-rata 40 kilogram dan per kilogramnya Rp 25.000,00. Pada tahun berikutnya, terjadi penjualan atas indukan afkir yang sudah satu kali 125
dikawinkan pada waktu awal pembelian sebanyak 90 ekor tepatnya pada bulan ke2 tahun ke-6 usaha. Indukan yang dibeli terbagi menjadi tiga yaitu yang sudah dua kali, satu kali dan indukan belum pernah dikawinkan (dara). Pada bulan ke-4 tahun ke-7 usaha, indukan dara yang afkir dijual sebanyak 15 ekor. Seiring dengan anakan yang dilahirkan dan dijadikan sebagai indukan maka indukan yang berasal dari anakan tersebut akan ada masa afkir dan dijual. Anakan yang dijadikan sebagai indukan dari proses perkawinan pertama di kandang pembibitan Tawakal Farm akan afkir pada bulan ke-6 tahun ke-8 usaha sebanyak empat ekor. Pada tahun ke-9 usaha terjadi dua kali penjualan indukan afkir yaitu pada bulan ke-1 dan ke-8. Pada bulan ke-1, anakan yang afkir adalah anakan yang dijadikan sebagai indukan mulai dari proses perkawinan kedua sebanyak lima ekor usaha dan pada bulan ke-8, indukan dari anakan yang afkir sebanyak lima ekor juga yang berasal dari perkawinan ketiga sehingga pada tahun tersebut terdapat penjualan domba afkir sebanyak 10 ekor. Untuk memperjelas waktu penjualan domba afkir tersebut dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 25): Tabel 25. Jadwal Penjualan Domba Indukan Afkir Selama Umur Usaha No.
Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8 Total
5
6
Tahun ke7
8
9 5 ekor
90 ekor 15 ekor 4 ekor 45 ekor 45 ekor
90 ekor
15 ekor
4 ekor
5 ekor 10 ekor
Limbah kotoran (sludge) merupakan residu dari unit usaha pembibitan domba ekor tipisyang masih dapat diambil manfaatnya sebagai sumber pendapatan. Menurut data di lapang, tiap ekor domba rata-rata menghasilkan korotan sebanyak 20 kilogram dengan penjualan per kilogramnya sebesar Rp 8.750,00 per bulan. Penjualan limbah ini tergantung dari jumlah yang ada di kndang tersebut pada tahun tertentu. Sehingga pendapatannya pun berflkutuatif. Limbah kotoran yang dijual berasal dari limbah pada tahun sebelumnya karena 126
pada tahun ke-0 belum terjadi penjualan kotoran sehingga penerimaan atas penjualan kotoran dimasukkan ke dalam penerimaan tahun berikutnya. Untuk memperjelas jumlah penjualan kotoran tiap tahunnya dapat dilihat pada tabel beikut (Tabel 26). Tabel 26. Jumlah Penerimaan dari Limbah Kotoran Selama Umur Usaha Tahun (t) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah domba (t-1) (ekor)
Bulan
12 285 12 613 12 646 12 341 12 726 12 619 12 300 12 639 12 716 12 Total Penerimaan
Harga Jual (Rp)
Total Penerimaan (Rp)
8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750
0 29.925.000 64.365.000 67.830.000 35.805.000 76.230.000 64.995.000 31.500.000 67.095.000 75.180.000 512.925.000
Manfaat langsung lainnya dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm berasal dari nilai sisa (salvage value) yang dihasilkan dari variabel investasi yang telah dikeluarkan. Nilai sisa diperoleh dari adanya penerimaan dari barang-barang investasi di akhir tahun umur usaha, dimana nilai sisa ini didapat pada saat usaha telah selesai dijalankan secara ekonomis tetapi terdapat barangbarang investasi tertentu yang masih memiliki nilai untuk dapat menghasilkan manfaat bagi perusahaan. Nilai sisa tersebut berasal dari tanah, indukan yang satu kali dikawinkan, indukan dara, selang, garu kotoran, gergaji dan drigen. Tanah tidak memiliki nilai penyusutan karena tanah dapat dipergunakan sepanjang tahun dan nilainya tidak berkurang selama usaha berjalan sehingga nilai sisa dari tanah tersebut sama dengan nilai belinya yaitu Rp 21.000.000,00. Indukan yang baru satu kali dikawinkan masih memiliki umur ekonomis satu tahun, pada saat umur usaha telah habis sehingga pada akhir usaha masih terdapat nilai sebesar Rp 5.250.000,00. Begitupun dengan indukan dara, sejak re-investasi hingga usaha berakhir masih terdapat umur ekonomis selama dua tahun sehingga pada akhir usaha tersebut terdapat nilai sisa sebesar Rp 2.500.000,00. Selebihnya untuk barang investasi lainnya seperti selang, garu, gergaji, dan drigen masih
127
terdapat umur ekonomis selama dua tahun sehingga memiliki kontribusi terhadap nilai sisa unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm. Umur ekonomis dan nilai beli dari variabel investasi tersebut berbeda-beda maka nilai sisanya pun juga berbeda. Terdapat beberapa variabel investasi yang memiliki nilai sisa di akhir umur usaha, sebagaimana disajikan pada tabel berikut (Tabel 27). Tabel 27. Nilai Sisa Investasi Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis (Tanpa Perubahan) No
Variabel Investasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tanah Kandang Indukan sudah 2x kawin Indukan sudah 1x kawin Indukan dara Selang Garu Kotoran Gergaji Drigen Total Nilai Sisa
Nilai Beli (Rp) 21.000.000 103.000.000,00 16.100.000,00 31.500.000,00 7.500.000,00 325.000,00 30.000,00 100.000,00 900.000,00
Umur Ekonomis (Tahun) Selamanya 10 5 6 6 3 3 3 3
Nilai Sisa (Rp) 21.000.000 5.250.000,00 2.500.000,00 216.666,67 20.000,00 66.666,67 600.000,00 29.653.333
6.2.1.3. Hasil Analisis Finansial Hasil proyeksi laba rugi pada kondisi sekarang tanpa perubahan menunjukkan bahwa pada tahun ke-0, unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm mengalami kerugian sebesar Rp 113.463.446,00 yang disebabkan karena pada tahun tersebut terkait pada pola penjualan anak domba dimana pada tahun tersebut tidak ada anakan yang siap jual karena anakan baru dilahirkan pada bulan ke-8 tahun ke-0 usaha dan sampai akhir tahun tersebut anak domba tersebut belum berumur tujuh bulan sehingga tidak dapat dilakukan penjualan. Pada tahun berikutnya, setelah anak domba sudah cukup umur untuk dijual maka domba siap dijual dan pendapatan diperoleh sejak tahun tersebut hingga umur usaha. Selama 10 tahun umur usaha, total keuntungan bersih (EAT) yang diperoleh dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm adalah sebesar
Rp
563.082.416,00.
Keuntungan
tersebut
diperoleh
setelah
memperhitungkan pajak pendapatan sebesar 25 persen untuk setiap keuntungan kotor (EBT) yang diperoleh per tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 28). 128
Tabel 28. Rekapitulasi Proyeksi Laba-Rugi Unit Usaha Pembibitan Domba pada Kondisi Sekarang (Tanpa Perubahan) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Keuntungan Kotor (Rp) (113.463.446) 51.086.105 90.046.292 17.863.705 67.392.842 196.060.480 127.591.617 62.587.880 104.265.367 185.166.863 Rp 788.597.703
Pajak (25%) 0 12.771.526 22.511.573 4.465.926 16.848.211 49.015.120 31.897.904 15. 7646.90 26.066.342 46.291.716
Keuntungan Bersih (Rp) (113.463.446) 38.314.578 67.534.719 13.397.778 50.544.632 147.045.360 95.693.713 46.940.910 78.199.025 138.875.147 Rp 563.082.416
Perhitungan analisis finansial unit usaha pembibitan domba ekor tipis pada kondisi saat ini (tanpa perubahan) menggunakan kriteria NPV, Net B/C, IRR dan PP. Kriteria kelayakan dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm adalah apabila nilai NPV yang diperoleh selama umur usaha lebih besar dari nol (NPV>0), IRR yang diperoleh lebih besar dari discount rate (IRR ≥ 6,5%), Net B/C lebih besar atau sama dengan satu (Net B/C ≥ 1) dan PP lebih kecil dari umur usaha (PP<10tahun) maka usaha pembibitan ini dikatakan layak untuk dijalankan. Berdasarkan perhitungan kriteria investasi yang dilakukan dengan umur usaha 10 tahun, maka didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 29). Tabel 29. Hasil Analisis Finansial pada Kondisi Sekarang (tanpa perubahan) No 1 2 3 4
Kriteria Net Present Value (NPV) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Internal Rate of Return (IRR) Payback Periode (PP)
Hasil Rp 222.367.054,39 1,71 19,31% 5,94 (5 tahun 11 bulan 9 hari )
Perhitungan kriteria kelayakan investasi unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm dilakukan dengan mempertimbangan discount rate yang berlaku pada saat ini yaitu 6,5 persen dimana suku bunga yang digunakan adalah suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia pada tahun penelitian karena modal unit usaha ini berasal dari modal pribadi dan pemilik menabungkan pendapatan dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis pada bank tersebut. Oleh karena itu, suku bunga tersebut menjadi suku bunga acuan dalam perhitungan analisis finansial ini. Discount rate digunakan untuk memperhitungkan inflasi, risiko, 129
ketidakpastian dan faktor produktivitas uang di masa yang akan datang sehingga dapat mencegah terjadi hasil perhitungan yang bias. Berdasarkan Tabel 28 dengan menggunakan tingkat discount rate sebesar 6,5% diperoleh nilai NPV pada kondisi tanpa perubahan besarnya lebih dari nol yaitu Rp 222.367.054,39. NPV tersebut menggambarkan nilai kini dari manfaat bersih yang diperoleh selama pelaksanaan usaha. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika nilai tersebut dikinikan maka manfaat bersih yang diperoleh selama umur unit usaha pembibitan domba ekor tipis adalah sebesar Rp 222.367.054,39. Net B/C pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm bernilai 1,71. Nilai tersebut mengartikan bahwa untuk setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan untuk unit usaha pembibitan domba ekor tipis akan menghasilkan manfaat bersih sebesar 1,71 kalinya. Nilai IRR yang diperoleh dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis adalah sebesar 19,31%. IRR mengindikasikan besarnya kemampuan usaha untuk memberikan pengembalian atas modal yang dikeluarkan. IRR merupakan discount rate yang dapat membuat nilai NPV sama dengan nol. Dengan kata lain bahwa ketika discount rate yang digunakan dalam analisis finansial sama dengan nilai IRR yang diperoleh maka usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan bersih karena NPV nya bernilai nol. Selain itu, opportunity cost atas deposito yang mungkin akan dilakukan tidak ada karena pada saat modal ditanamkan di bank sebagai deposito, pemilik tidak memiliki biaya imbangan yang harus dikorbankan ketika modal didepositokan. Dengan demikian pada kondisi tersebut, kelayakan usaha dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm berada pada kondisi limit kelayakan. Tetapi pada kenyataanya saat ini, nilai discount rate yang digunakan pada analisis finansial tidak sama dengan IRR yang diperoleh atau discount rate yang digunakan (6,5%) lebih kecil dari IRR yang diperoleh (19,31%) maka unit usaha pembibitan domba ekor tipis jika dilihat dari sudut tingkat pengembalian modal maka usaha ini layak untuk dijalankan. Hubungan antara NPV dan IRR tersebut dapat dilihat pada Gambar 23 berikut:
130
Nilai Sekarang bersih (NPV)
+
IRR= 19,31% (DR=6,5%) 0
Biaya Modal (%)
‐
Gambar 23. Hubungan NPV dan IRR yang Diperoleh pada Unit usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm Selain IRR, PP turut pula memberikan indikasi terhadap kemampuan pengembalian modal usaha dan kelayakan usaha. Pada kondisi tanpa perubahan, PP dari unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm yaitu selama 5,94 tahun (5 tahun 11 bulan 9 hari). Hal tersebut mengandung makna bahwa modal yang dikeluarkan untuk menjalankan unit usaha pembibitan akan dapat dikembalikan dalam kurun waktu 5,94 tahun sejak dimulainya pelaksanaan usaha yaitu sejak tahun ke-0 usaha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm dari sisi finansial dapat dikatakan layak untuk dijalankan karena NPV yang diperoleh bernilai lebih dari nol satuan mata uang (rupiah), Net B/C yang diperoleh lebih besar atau sama dengan satu, tingkat pengembalian modal yang ditanamkan untuk usaha pembibitan domba melebihi nilai discount rate (opportunity cost) yang digunakan yaitu discount rate bank BRI, serta jangka waktu pengembalian modal tersebut kurang dari umur ekonomis usaha pembibitan yaitu selama 10 tahun. Perhitungan selengkapnya mengenai laba rugi dan cashflow disajikan pada Lampiran 9 dan 10. 6.2.2. Analisis Kelayakan Finansial pada Analisis Pengganti (dengan perubahan) Pada analisis nilai pengganti, variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel yang memiliki pengaruh besar terhadap kelayakan unit usaha 131
pembibitan domba ekor tipis yaitu penjualan jantan muda dan betina (dari sisi inflow) dan pembelian domba indukan yang sudah dikawinkan dan yang masih dara (dari sisi outflow). Analisis ini dilakukan untuk setiap variabel hingga variabel tersebut menyebabkan NPV yang diperoleh (mendekati) sebesar nol rupiah, Net B/C sama dengan (mendekati) satu, IRR sama dengan (mendekati) discount rate yang berlaku selama umur proyek dan PP selama umur proyek (10 tahun), 6.2.2.1. Penurunan Harga Jual Jantan Muda Pada analisis ini, biaya yang dikeluarkan seperti biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan sama seperti keadaan tanpa perubahan sehingga tidak ada perubahan biaya yang dikeluarkan pada analisis ini dan tidak perlu dijelaskan kembali. Pada kondisi tanpa perubahan, harga jual jantan muda adalah sebesar Rp 650.000,00. Hasil yang diperoleh dari analisis ini adalah jika harga jual domba anakan turun maksimal hingga 35,825 persen maka kriteria kelayakan finansial yang diperoleh adalah NPV sebesar Rp 26.395,39 , Net B/C sebesar 1, IRR sebesar 6,5 persen dengan discount rate 6,5 persen dan kurun waktu pengembalian selama 10 tahun yaitu selama umur ekonomis unit usaha pembibitan domba ekor tipis. Nilai-nilai tersebut mengindikasikan bahwa penurunan harga jual domba anakan yang masih dapat ditolerir adalah maksimal sebesar 35,825 persen yaitu hingga Rp 385.050,00 per ekor karena pada saat itu manfaat bersih yang dihasilkan selama umur usaha sebesar Rp 26.395,39 (mendekati Rp 0), rasio antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh adalah seimbang (impas), tingkat pengembalian atas modal yang ditanamkan sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku sehingga tidak ada opportunity cost atas unit usaha pembibitan domba ekor tipis serta jangka waktu pengembalian modal yang dikeluarkan sama dengan umur ekonomis usaha. Penurunan harga jual yang masih dapat ditolerir yang tertera pada tabel di atas diperoleh dari hasil coba-coba hingga didapat batas minimal kriteria kelayakan usaha. Jika harga jual jantan muda dibawah nilai pengganti tersebut maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Nilai tersebut tertera pada Tabel 30. 132
Tabel 30. Analisis Nilai Pengganti pada Penurunan Harga Jual Jantan Muda sebesar 35,825 persen No Kriteria Hasil 1 Net Present Value (NPV) Rp 26.395,39 2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,00 3 Internal Rate of Return (IRR) 6,5% 4 Payback Periode (PP) 10,00 tahun Dengan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa maksimal penurunan harga jual jantan muda maksimal hingga 35,825 persen (Rp 385.050,00 per ekor) dari harga jual jantan muda awal yaitu Rp 650.000,00 per ekor. Jika harga jual jantan muda tersebut dibawah dari hasil nilai pengganti, maka unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm tidak layak untuk dijalankan karena melewati batas (limit) kriteria kelayakan usaha. Penurunan nilai jual hingga limit kelayakan tersebut tanpa merubah kontribusi pendapatan dari output yang lain (cateris paribus) sehingga perhitungan ini hanya menggambarkan jika terjadi penurunan harga jual jantan muda tanpa disertai adanya perubahan pada variabel kunci lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm peka (relatif sensitive) terhadap penurunan harga jual jantan muda. Untuk lebih memperjelas hasil perhitungan kriteria kelayakan nilai pengganti tersebut dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12 tentang pendapatan unit usaha pembibitan domba ekor tipis selama umur usaha yang berada di cashflow dan laporan laba-rugi dengan kondisi nilai pengganti penurunan harga jual jantan muda 35,825 persen. 6.2.2.2. Penurunan Harga Jual Domba Dara Sama seperti analisis nilai pengganti penurunan harga jual jantan muda dimana biaya yang dikeluarkan pada analisis nilai pengganti penurunan harga jual domba dara ini tidak berbeda dengan analisis biaya pada kondisi tanpa perubahan. Dengan demikian, penjelasan tentang biaya modal tidak perlu dijelaskan kembali. Dari hasil analisis nilai pengganti penurunan harga jual domba dara, diperoleh hasil NPV sebesar Rp 18.107.798,00 selama umur usaha, tingkat pengembalian modal (IRR) sebsar 7,61 persen, Net B/C 1,06 serta dengan payback periode 9,71 tahun. 133
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penurunan harga jual domba dara sebesar 100 persen (Rp 0,00 per ekor) menyebabkan kelayakan unit usaha pembibitan masih berada di atas limit kelayakan, antara lain: 1) rasio yang digunakan untuk kelahiran anakan betina relatif lebih kecil dibandingkan dengan rasio kelahiran anakan jantan yaitu 35 persen dimana dengan penggunaan rasio 35 persen kelahiran anakan betina menyebabkan kuantitas betina anakan yang dilahirkan menjadi sedikit. Terlebih lagi, domba dara yang dilahirkan tersebut tidak dijual seluruhnya melainkan dijadikan sebagai bibit indukan sebesar 10 persen dari setiap kelahiran sehingga domba dara yang dijual semakin sedikit. Berbeda dengan jantan muda dimana domba yang dilahirkan sama dengan domba yang dijual. Hal ini disebabkan karena domba pejantan banyak tersedia di kandang lainnya; 2) share inflow dari penjualan domba dara sebesar 16,74 persen dari total inflow pada kondisi normal (tanpa perubahan) dan lebih kecil dari share inflow penjualan jantan muda. Sementara itu, jika dibandingkan dengan output sampingan yaitu indukan afkir dan limbah kotoran, maka total share kedua output tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan share dari penjualan domba dara yaitu 30,91 persen. Sehingga dengan menurunnya harga jual domba dara hingga 100 persen, unit usaha pembibitan masih dalam kondisi layak untuk dijalankan karena unit usaha ini ditopang dari output sampingan yang nilainya lebih besar dari penjualan domba dara yang terlihat dari perhitungan cashflow pada kondisi tanpa perubahan (Lampiran 10). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm tidak peka (tidak sensitive) terhadap penurunan harga jual domba dara . Nilai tersebut diperoleh dari perhitungan laporan laba-rugi dan cashflow yang dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14. Untuk lebih memperjelas hasil dari nilai pengganti di atas, dapat dilihat pada Tabel 31 Tabel 31. Analisis Nilai Pengganti pada Penurunan Harga Jual Domba Dara sebesar 100 persen No 1 2 3 4
Kriteria Net Present Value (NPV) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Internal Rate of Return (IRR) Payback Periode (PP)
Hasil Rp 18.107.798,00 1,06 7,61 % 9,71 tahun 134
6.2.2.3. Peningkatan Harga Beli Indukan sudah Dikawinkan Pada kondisi awal (tanpa perubahan), harga beli indukan betina yang sudah dikawinkan baik satu kali maupun dua kali adalah sama yaitu Rp 700.000,00 per ekor. Tetapi pada analisis ini, harga beli indukan tersebut berubah menjadi seharga Rp 1.746.000,00 per ekor dengan kuantitas yang sama seperti tanpa perubahan yaitu 45 ekor untuk indukan yang sudah dua kali dikawinkan dan 90 ekor untuk indukan yang baru satu kali dikawinkan. Nilai ini diperoleh dengan cara trial and error agar diperoleh sesuai dengan kriteria nilai pengganti (limit kelayakan) yaitu NPV=0 (mendekati), IRR sama dengan discount rate, Net B/C=1, dan PP selama umur ekonomis usaha yaitu 10 tahun (umur ekonomis usaha). Dengan adanya peningkatan harga beli indukan yang sudah dikawinkan maka hasil kriteria kelayakan juga akan berubah. Hasil tersebut dapat dilihat dari perhitungan laba-rugi dan cashflow pada Lampiran 15 dan 16. Hasil yang diperoleh dari analisis nilai pengganti peningkatan harga beli indukan yang sudah dikawinkan dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Analisis Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan yang Sudah Dikawinkan sebesar 149,43 persen No Kriteria Hasil 1 Net Present Value (NPV) Rp 38.454,45 2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,00 3 Internal Rate of Return (IRR) 6,5% 4 Payback Periode (PP) 10 tahun Dari hasil perhitungan nilai pengganti tersebut, dapat disimpulkan bahwa maksimal peningkatan harga beli indukan yang sudah dikawinkan sebesar 149,43 persen (Rp 1.746.000,00 per ekor). Nilai tersebut menjelaskan bahwa jika selama umur unit usaha pembibitan, indukan yang sudah dikawinkan dibeli dengan harga Rp 1.746.000,00 per ekor maka usaha pembibitan berada pada batas kelayakan paling minimal. Dengan kata lain jika harga beli indukan berada di atas harga hasil analisis nilai pengganti, maka usaha pembibitan tidak akan mendapatkan manfaat bersih dari biaya modal yang dikeluarkan selama umur usaha sehingga lebih baik modal tersebut dijadikan sebagai deposito atau diinvestasikan untuk
135
usaha lain. Dengan demikian, unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm tidak peka terhadap perubahan harga beli indukan yang sudah dikawinkan. 6.2.2.4. Peningkatan Harga Beli Indukan Dara Pada kondisi sebelumnya yaitu kondisi tanpa perubahan, harga beli indukan betina dara yaitu Rp 500.000,00 per ekor. Tetapi pada analisis ini, harga beli indukan tersebut berubah menjadi seharga Rp 12.470.000,00 per ekor dengan kuantitas yang sama seperti tanpa perubahan yaitu 15 ekor. Nilai ini diperoleh denga cara trial and error agar didapatkan hasil NPV=0 (mendekati), IRR sama dengan discount rate, Net B/C=1, dan payback periode selama umur ekonomis usaha yaitu 10 tahun yang merupakan kriteria nilai pengganti. Dengan adanya peningkatan harga beli indukan dara maka hasil kriteria kelayakan juga akan berubah. Hasil tersebut dapat dilihat dari perhitungan laba-rugi dan cashflow pada Lampiran 17 dan 18. Hasil yang diperoleh dari analisis swiching value peningkatan harga beli indukan dara dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Analisis Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan Dara sebesar 2.394 persen No Kriteria Hasil 1 Net Present Value (NPV) Rp 42.327,85 2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,00 3 Internal Rate of Return (IRR) 6,5% 4 Payback Periode (PP) 10 tahun Dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh harga beli indukan dara seharga Rp 12.470.000,00 per ekor atau lebih tinggi 2.394 persen dibandingkan dengan kondisi tanpa perubahan. Nilai tersebut menjelaskan bahwa jika selama umur usaha pembibitan, indukan dara dibeli dengan harga Rp 12.470.000,00 per ekor maka unit usaha pembibitan mencapai batas kelayakan paling minimal. Dengan kata lain jika harga beli indukan berada di atas harga hasil analisis nilai pengganti, maka usaha pembibitan tidak akan mendapatkan manfaat bersih dari biaya modal yang dikeluarkan selama umur usaha sehingga lebih baik modal tersebut dijadikan sebagai deposito atau diinvestasikan untuk usaha lain. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kelayakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm menjadi tidak peka terhadap 136
peningkatan harga beli indukan dara karena jumlah indukan yang dibeli untuk investasi awal maupun re-investasi berjumlah relatif lebih sedikit dibandingkan dengan indukan lainnya sehingga peningkatan sedikit pada harga beli indukan dara tidak berpengaruh besar terhadap biaya yang dikeluarkan selama umur proyek. Selain itu, kontribusi biaya investasi dan re-investasi indukan dara hanya 5,24 persen dari total biaya investasi selama umur usaha sehingga untuk dapat mempengaruhi kelayakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis untuk berada pada batas minimalnya maka harga indukan dara ditingkatkan hingga 23,94 kalinya. Untuk melihat perbedaan inflow dan outflow yang diperoleh dari hasil analisis nilai pengganti ini dapat dilihat pada laporan laba-rugi dan cashflow Lampiran 17 dan 18. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm tidak peka terhadap peningkatan harga beli indukan dara. 6.2.3. Analisis Kriteria Investasi Lainnya 6.2.3.1. Break Even Poin (BEP) Perhitungan BEP yang digunakan dalam penelitian ini adalah BEP unit. BEP unit digunakan untuk mengetahui besarnya unit yang harus dihasilkan dan dijual oleh unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm sehingga mampu menutupi biaya yang dikeluarkan selama umur usaha. Selain itu juga, perhitungan BEP ditujukan untuk mengetahui luas produksi unit usaha sehingga dapat diketahui berapa banyak output yang seharusnya dihasilkan untuk mendapatka posisi pulang pokok usaha (titik impas). Output utama yang dihasilkan oleh unit usaha ini adalah jantan muda dan domba dara sehingga perlu diketahui besarnya BEP unit dari kedua output utama tersebut. Dalam perhitungan BEP perlu diketahui besarnya biaya tetap dan biaya variabel selama umur usaha yang mengacu pada laporan laba-rugi pada kondisi tanpa perubahan (Lampiran 9). Biaya tetap yang dikeluarkan selama umur usaha terdiri dari biaya tetap yang sudah termasuk biaya penyusutan invetasi. Biaya tetap yang dikeluarkan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk seluruh output yang dihasilkan baik output utama maupun sampingan dari unit usaha ini dan 137
istilah tersebut dikenal dengan join cost. Untuk menghindari perhitungan yang bias terhadap biaya tetap yang dikeluarkan dari penggunaan barang yang dimanfaatkan secara bersama-sama, maka dalam penelitian ini digunakan perhitungan share biaya tetap terhadap masing-masing output yang dihasilkan. Share total biaya tetap untuk jantan muda sebesar 51,0 persen sedangkan untuk domba dara sebesar 16,74 persen. Nilai tersebut diperoleh dari share masingmasing output terhadap total pendapatan unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm. Output utama seperti jantan muda dan dara merupakan pendapatan utama dari unit usaha pembibitan sehingga BEP unit yang diperhitungkan adalah BEP untuk kedua output utama tersebut. Bedasarkan hasil perhitungan, BEP unit untuk jantan muda dan dara sebesar 1.003 dan 523 ekor. Nilai tersebut menunjukan bahwa untuk menutupi biaya yang telah dikeluarkan selama umur usaha untuk jantan muda maka jumlah jantan muda yang harus dijual sebanyak 1.003 ekor agar tercapai titik impas dari usaha. Begitu halnya dengan domba dara , jumlah domba dara yang harus dijual sebanyak 523 ekor untuk mencapai titik impas dari unit usaha pembibitan Tawakal Farm. Untuk lebih jelas, perhitungan dari BEP tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 34. Perhitungan BEP unit Output Utama Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm No
Domba Anakan
Komponen Biaya
1. Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya Variabel 2. Harga Jual 3. BEP unit (ekor)
Jantan Rp Rp Rp .
.
. .
,
406.927.638 244.491,76 650.000 = 1.003
Betina Rp Rp Rp .
.
. .
133.568.013 244.491,76 500.000 = 523 ,
6.2.3.2. Harga Pokok Produksi (HPP) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm menghasilkan output utama berupa jantan muda dan dara. Output tersebut dijual berdasarkan harga pasar dengan pertimbangan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan diperoleh berdasarkan harga pokok produksi ditambah dengan keuntungan (margin) yang diharapkan oleh unit 138
usaha pembibitan Tawakal Farm. Dengan demikian, diperlukan perhitungan terhadap harga pokok produksi dari setiap output. Perhitungan harga pokok produksi mengacu pada laporan laba rugi pada kondisi awal (tanpa perubahan) sehingga diketahui total biaya operasional per ekor output yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap yang sudah memperhitungkan biaya penyusutan. Untuk menghindari perhitungan yang bias atas join cost maka perhitungan biaya tetap dan biaya penyusutan menggunakan share tiap output terhadap inflow unit usaha Tawakal Farm. Share tersebut diperoleh berdasarkan rasio kontribusi besarnya pendapatan yang diperoleh dari masing-masing output terhadap total pendapatan (inflow) unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm. Dengan demikian, diperoleh harga pokok produksi (HPP) per ekor dari jantan muda dan dara masing-masing sebesar Rp 508.703,14 dan Rp 447.731,28. Tujuan dari perhitungan HPP adalah untuk memberikan batasan terendah harga jual dari output yang dihasilkan. Jika harga jual dari output tersebut sama dengan HPP yang dikeluarkan maka unit usaha tidak mendapatkan keuntungan apapun melainkan hanya mampu menutupi biaya per output yang telah dikeluarkan. Untuk perhitungan lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 35 berikut: Tabel 35. Perhitungan HPP Output Utama Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm No
Anak Domba Jantan Muda Dara
Komponen Biaya per ekor
1. Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya Penyusutan Biaya Variabel 2. Harga Jual (Harga Pokok Penjualan) 3. HPP (per ekor) 4. Margin (per ekor)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
189.523,17 Rp 74.688,21 Rp 244.491,76 Rp 650.000 Rp 508.703,14 Rp 141.296,86 Rp
145.787,05 57.452,47 244.491,76 500.000 447.731,28 52.268,72
139
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis Peternakan Tawakal Farm di Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin maka dapat diambil tiga kesimpulan yaitu: 1.
Berdasarkan analisis seluruh aspek non finansial yaitu aspek pasar, teknis, manajemen,
hukum,
sosial-ekonomi-budaya
dan
lingkungan
usaha
pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm layak untuk dijalankan. 2.
Berdasarkan analisis aspek finansial maka usaha pembibitan domba ekor tipis ini layak untuk dijalankan karena sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha yang utama yaitu NPV, IRR, Net B/C, PP dan kriteria tambahannya yaitu BEP dan HPP.
3.
Jika dibandingkan dengan keempat variabel perubahan, dapat disimpulkan bahwa unit usaha ini relatif sensitif terhadap penurunan harga jual domba jantan muda dibandingkan dengan penurunan harga jual dara, peningkatan harga beli induk yang sudah dikawinkan serta peningkatan harga beli induk dara.
7.2. Saran Dari analisis yang telah dilakukan terdapat beberapa saran yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain: 1.
Tawakal Farm sebaiknya melakukan pembukuan usaha (recording) secara intensif dan menyeluruh untuk semua kegiatan yang mungkin dilakukan meliputi pengiriman input, penjualan output, jadwal pemberian obat-obatan dan vitamin, penjadwalan perkawinan dan lainnya yang dapat menunjang kelancaran operasional usaha pembibitan.
2.
Berdasarkan hasil perhitungan pola produksi (aspek teknis) pada unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm, terkait dengan kapasitas kandang,
maka pada bulan 12 tahun ke-2 usaha (dimulai dari tahun 0)
Tawakal Farm sebaiknya sudah melakukan penambahan kapasitas kandang pembibitan (pembuatan kandang baru) karena pada saat itu jumlah domba pada kandang D sudah melebihi kapasitas kandang yaitu 320 ekor. 140
3.
Hingga saat ini, lahan yang dimanfaatkan hanya 27,5 persen dari 2 Ha lahan yang dimiliki oleh pemilik dan masih dapat dioptimalkan manfaatnya. Sehingga untuk ke depannya akan lebih baik jika sisa lahan tersebut digunakan untuk membangun pabrik pupuk organik sehingga akan meningkatkan nilai jual kotoran.
4.
Berdasarkan analisis aspek hukum, Tawakal Farm belum memiliki ijin usaha. Sebaiknya,
perijinan
ini
diselesaikan
karena
jika
tidak
dilakukan
dikhawatirkan akan menghambat jalannya usaha peternakan Tawakal Farm ke depannya.
141
LAMPIRAN
144
Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2005-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Provinsi
2005 124,303 271,314 6,052 2,453 45,285 60,180 6,655 75,556 1,624 3,735,919 1,944,362 106,137 1,399,054 23 18,723 57,150 0 4,242 3,427 888 0 2,172 1,987 240 13,278 1,042 170
2006 157,962 275,844 6,806 2,582 47,899 60,890 6,464 70,884 1,633 4,221,806 2,017,656 107,892 1,414,939 62 25,055 58,305 99 4,314 3,474 973 0 2,211 1,486 306 13,477 973 50
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jabar Jateng DI Yogyakarta Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Bangka Belitung 28 Banten 444,906 475,807 29 Gorontalo 0 0 30 Malut 0 0 31 Kep.Riau 0 0 32 Papua Barat 0 0 33 Sulbar 0 0 Total 8,327,022 8,979,849 Sumber : Dirtjen Peternakan Indonesia (2009)
Tahun 2007 203,489 222,211 5,874 5,578 49,330 61,316 4,151 83,382 1,864 4,605,417 2,023,449 115,1281 1,435,188 42 28,662 58,318 128 4,452 3,462 894 0 2,845 1,371 353 15,963 105 78
2008 157,881 268, 291 5,335 5,798 51,959 34,583 4,341 81,359 1,561 5,311,836 2,083,431 130,775 729,721 62 27,875 62,648 340 4,630 3,494 909 0 7,167 818 197 17,521 115 123
2009* 184,757 268, 479 5,787 6,351 57,159 33,146 4,528 81,459 1,812 5,542,209 2,661,731 134,056 740,667 64 29,857 63,719 345 4,815 3,506 956 0 8,026 808 205 18,222 127 128
581,134 0 0 0 0 0 9,514,184
612,569 0 0 0 0 0 9,605,339
637,072 0 0 0 0 0 10,471,991
145
Lampiran 2. Populasi Ternak Kecil tiap Kecamatan di Kabupaten Bogor pada Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kecamatan Nanggung Leuwiliang Leuwi Sadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Ciomas Tamansari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Mg.Mendung Sukaraja Bbk. Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Klapanunggal Gn. Putri Citeureup Cibinong Bojonggede Tajur Halang Kemang Rancabungur Parung Ciseeng Gn. Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Pr.Panjang
Domba
8.075 4.569 2.307 10.755 6.840 5.026 2.418 4.363 5.401 3.207 6.509 6.084 6.095 4.079 6.241 6.419 3.142 3.483 8.073 21.212 12.564 13.959 4.553 3.522 3.070 4.970 1.758 4.969 2.517 2.381 8.548 782 2.494 1.955 4.750 5.507 10.416 4.277 1.850 2.009 JUMLAH 221.149 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2009)
Babi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 297 0 0 0 0 0 1.096 56 0 25 0 719 0 0 0 0 86 214 2.493
146
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Kelayakan Usaha
KUISIONER PENELITIAN --------------------------------------------------------------------------------------------------ANALISIS KELAYAKAN UNIT USAHA PEMBIBITAN DOMBA EKOR TIPIS (Kasus: Peternakan Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor) Terima kasih atas partisipasi Anda untuk mengisi kuisioner ini. Lembar konsumen ini merupakan instrumen yang digunakan untuk penelitian. “Analisis Kelayakan Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm” oleh Widya Indah Oktavianty (H34060490), Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Untuk memenuhi tugas penyelesaian skripsi Program Sarjana Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas bantuan dan partisipasi Anda, saya sampaikan terima kasih.
--------------------------------------------------------------------------------------------------1. Karakteristik Perusahaan 1. Nama Perusahaan 2. Jenis Usaha 3. Alamat : 4. Telp/fax 5. Tahun Berdiri 6. Nama Pemilik 7. Tahun Pengembangan Usaha 8. Alasan Pendirian usaha a) Penggemukan b) Pembibitan 8. Total Luas lahan a) Untuk penggemukan : b) Untuk pembibitan c) Lainnya
: : : : : : : : :
Ha Ha
: :
Ha Ha
2. Aspek Non Finansial 2.1. Aspek Pasar 1. Bagaimana deskripsi produk yang dihasilkan oleh usaha pembibitan domba Tawakal Farm? ..................................................................................................... 2. Berapakah harga jual domba yang berasal dari usaha pembibitan domba ini? ..... 3. Kemana sajakah pasar tujuan usaha pembibitan domba? .................................... 4. Berapakah permintaan masing-masing pasar tersebut? ........................................ 5. Berapakah permintaan masing-masing pasar tujuan yang mampu dipenuhi Tawakal Farm? .................................................................................................... 6. Bagaimana saluran distribusi usaha pembibitan domba? ...................................... 7. Berapakah jumlah total penawaran domba dalam industrinya? ............................ 8. Apakah Tawakal Farm dalam penjualannya melakukan grading? ........................
147
Jika iya, berdasarkan apa penetapan grading dan berapa harga jualnya? ................. 9. Bagaimana dengan kegiatan promosi yang telah dilakukan? ................................ 10. Apakah terdapat kendala dalam pemasaran domba selama ini dan bagaimana cara mengatasinya? 2.2 Aspek Teknis 2.2.1 Pemilihan Lokasi Usaha dengan Variabel Utama a) Ketersediaan Bahan Baku : 1. Apa saja input yang dibutuhkan dalam usaha pembibitan domba? .............. 2. Berapa jumlah masing-masing input tersebut yang dibutuhkan selama satu periode (delapan bulan)? .............................................................................. 3. Darimanakah sumber pasokan input tersebut? ............................................. 4. Bagaimana hubungan dengan pemasok input tersebut? ............................... 5. Apakah terdapat kualifikasi khhusus untuk input tersebut? ........................... 6. Berapa harga masing-masing input tersebut per satuannya? ......................... b) Letak Pasar yang dituju 1. Apa sajakah output yang dihasilkan dari usaha pembibitan Tawakal Farm?....... 2. Bagaimana dengan daerah pemasaran yang ada selama ini? apakah sudah mampu dipenuhi oleh output usaha pembibitan Tawakal Farm?................................. c) Tenaga Listrik dan Air 1. Bagaimana dengan ketersediaan pembangkit listrik dan air beserta aksesibilitasnya yang dapat membantu kelancaran proses produksi?........................................ d) Supply Tenaga Kerja 1. Bagaimana dengan ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha pembibitan domba? ..................................................................................... 2. Tenaga kerja apa saja yang dibutuhkan dalam proses produksi dan berapa jumlahnya? ................................................................................................. 3. Bagaimana proses rekrutmennya? ................................................................. 4. Adakah kualifikasi khusus tenaga kerja yang dibutuhkan untuk usaha pembibitan Tawakal Farm? ...................................................................................................... e) Fasilitas Transportasi 1. Bagaimana aksesibilitas (sarana eksternal perusahaan) yang harus dipenuhi agar usaha pembibitan dapat berjalan lancar? ................................................................. 2.2.2 Pemilihan Lokasi Usaha dengan Variabel Pelengkap 1. Bagaimana dengan hukum dan peraturan pemerintah yang berlaku, apakah mendukung usaha pembibitan domba Tawakal Farm? ................................ Jika mendukung, bagaimana bentuk dukungannya?..................................... 2. Bagaimana lingkungan agroekosistem yang harus dipenuhi dalam usaha pembibitan domba dan apakah kondisi di lokasi tersebut mendukung? ......... 3. Bagaimana sikap dari masyarakat setempat dengan adanya usaha pembibitan domba Tawakal Farm? ..................................................................................... 2.2.3. Luas Produksi 1. Berapa proyeksi produksi optimum (kapasitas maksimum kandang) yang harus dipenuhi dan kapan?. ......................................................................... 2. Berapakah output yang mampu dihasilkan dengan keadaan finansial saat ini?.................................................................................................................
148
3. Bagaimana dengan rencana ke depan, apakah akan ada perluasan lahan dan pemanfaatan kapasitas maksimum kandang atau lahan ? ............................ 2.2.4. Proses Produksi 1. Bagaimana prosedur yang harus dipenuhi dalam proses pembibitan domba? ......... 2. Bagaimana dengan proses produksi yang terjadi di lapang?...................................... 3. Bagaimana hasil produksi (pembibitan) yang terjadi selama ini? ............................ 4. Berapakah kisaran angka mortalitas anakan domba yang sering/ pernah dialami dalam usaha pembibitan domba ? ...................................................................... 5. Apakah terdapat waktu-waktu tertentu dimana terjadi angka mortalitas tertinggi dan terendah ? .............................................................................................. Jika iya, berapa dan saat kapan? ................................................................... 6. Berapakah proporsi anakan hasil pembibitan yang akan dijual dan yang akan dijadikan bibit untuk selanjutnya? ..................................................................... 7. Bagaimana dengan kendala yang dihadapi pada proses produksi dan bagaimana cara mengatasinya? .......................................................................................... 2.2.5 Lay out 1. Apakah kandang dimanfaatkan secara optimal? ........................................... (bandingkan antara kapasitas dengan pemanfaatan saat ini) 2. Apakah layout kandang aman bagi ternak dan tenaga kerja? ...................... 2.2.6 Pemilihan jenis teknologi dan perlengkapan 1. Fasilitas produksi dan peralatan (teknologi) yang disediakan dalam usaha pembibitan domba? ................................................................. 2. Alasan pemilihan teknologi?.......................................................................... 3. Bagaimana dengan ketepatan penggunaan teknologinya? .......................... 2.3. Aspek Manajemen 1. Bagaimana dengan bentuk perusahaan? alasannya? .................................... 2. Bagaimana dengan strukur manajemen (organisasi) Tawakal Farm? ......... 3. Bagaimana dengan job descrition masing-masing jabatan? .......................... 4. Bagaimana dengan sistem kompensasi yang berlaku? .................................. 5. Apakah terdapat promosi jabatan dan dilakukan saat kapan? ....................... 2.4 Aspek Hukum 1. Bagaimana prosedur pendirian usaha pembibitan domba Tawakal Farm? .... 2. Bagaimana pengaruh peraturan pemerintah terhadap kelangsungan usaha pembibitan domba Tawakal Farm? .............................................................. 3. Bagaimana dengan sistem perpajakan yang diterapkan pemerintah untuk usaha pembibitan domba Tawakal Farm? .................................................... 2.5. Aspek Sosial- Ekonomi-Budaya dan Lingkungan (ditujukan untuk masyarakat sekitar) 1. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya usaha pembibitan domba Tawakal Farm? .............................................................................................. 2. Apa sajakah dampak tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat akibat adanya usaha pembibitan Tawakal Farm? a) Positif : .......................................................................................................... b) Negatif : .........................................................................................................
149
3. Aspek Finansial Pembibitan Domba 3.1 Komponen Investasi Uraian
Jumlah (ukuran)
Harga per satuan (Rp/Unit)
Nilai (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
1. Tanah (m2) a. Sewa b. Milik sendiri c. Lainnya... 2. Kandang 3. Bibit Pembibitan • Jantan • Betina 4. Peralatan • Tambang • Sapu Lidi • Lampu TL • Arit • Gunting kuku domba • Asahan • Selang • Ember plastik kecil • Timbangan • Gunting bulu 5. Transportasi • Pick up Lainnya....
3.2 Komponen Biaya Operasional a. Biaya Tetap per bulan Uraian
Jumlah (ukuran)
Harga per satuan (Rp/Unit)
Nilai (Rp)
Keterngan
1. Upah Tenaga kerja 2. Biaya administrasi kantor 3.Biaya Pemeliharaan kandang 4. Pembelian Karung 5. Biaya Komunikasi 6. Biaya Transportasi pembelian pakan 7. Listrik dan Air 8. Biaya Pemeliharaan domba 9. Lainnya....
b. Biaya Variabel Uraian
Jumlah (ukuran)
Harga per satuan (Rp/Unit)
Nilai (Rp)
Keterangan
1. Biaya Ampas Tahu 2. Vitamin 3. Obat-obatan 4. Garam 5. Biaya transportasi ke pelanggan 6. Lainnya....
4. Pembayaran Pajak Jenis Pajak Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Penghasilan Lainnya...
Jumlah (Rp)
Periode (Tahun)
150
5. Komponen Inflow 5.1 Komponen Penerimaan Jenis Penerimaan
Harga Jual (Rp/Kg)
Jumlah produksi (kg)
Periode (Tahun)
Jumlah (Rp)
1.Penjualan domba (anakan) 2.Penjualan domba afkir 3.Penjualan Kotoran
6.2 Komponen Nilai Sisa Uraian
Nilai pembelian (Rp)
Umur ekonomis (Tahun)
Nilai sisa (Rp)
Nilai penyusutan/tahun (Rp)
1. Kandang 2. Peralatan • Tambang • Sapu Lidi • Lampu TL • Arit • Gunting kuku domba • Asahan • Selang • Ember plastik kecil • Timbangan • Gunting bulu • lainnya..... 5. Transportasi • Pick up • Lainnya....
☻Thank You ☻
151
Lampiran 4. Contoh Perhitungan Proses Perkawinan dan Kelahiran Anak Domba pada Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm No 1
Tahun 0
Bulan Maret April – Juli Agustus
Aktivitas Kawin (1x) : 45 F13 + 90 F22 +27 F201 Bunting 1- 4 bulan 1) Lahiran (1x) • 70% x 95 % x 1,5 x 45 F13= 45 anakan • 70% x 95 % x 1,5 x 90 F22 = 90 anakan
2.
1
Sept Okt Nov-Feb
Apr
65 % jantan = 30 ekor (F113) 35 % betina = 15 ekor 10 % bibit = 1 ekor 90 % jual = 14 ekor 65 % jantan = 59 ekor (F122) 35 % betina = 31ekor 10 % bibit = 3 ekor 90 % jual = 28 ekor
2) Penjualan = 0 3) Jumlah Domba = 45 F13 + 90 F22 + 15F30 + 135 anakan = 285 ekor Masa Kering kandang Kawin (2x) : 45 F14 + 90 F23 + 15 F31 + 30 F202 Bunting 1- 4 bulan 1) Lahiran (2x) 65 % jantan = 30 ekor (F113) • 70% x 95 % x 1,5 x 45 F14= 45 anakan 35 % betina = 15 ekor 10 % bibit = 1 ekor (F213) 90 % jual = 14 ekor 65 % jantan = 59 ekor (F122) • 70% x 95 % x 1,5 x 90 F23 = 90 anakan 35 % betina = 31ekor 10 % bibit = 3 ekor (F222) 90 % jual = 28 ekor 65 % jantan = 10 ekor • 70% x 95 % x 1,5 x 15 F31 = 15 anakan 35 % betina = 5 ekor 10 % bibit = 1 ekor 90 % jual = 4 ekor 2) Penjualan = • anakan jantan = 89 ekor • anakan betina = 42 ekor 3) Jumlah Domba = 45 F14 + 90 F23 + 15F31 + 4 bibit (7 bulan) + 99 anakan jantan + 51 anakan betina = 304 ekor Masa kering kandang
152
Lampiran 4. (lanjutan) Mei Jun- Sept Okt
Nov Des
Kawin (3x) : 45 F15 + 90 F24 + 15 F32 + 30 F203 Bunting 1- 4 bulan 1) Lahiran (3x) 65 % jantan = 30 ekor • 70% x 95 % x 1,5 x 45 F15= 45 anakan 35 % betina = 15 ekor • 70% x 95 % x 1,5 x 90 F24 = 90 anakan
65 % jantan = 59 ekor 35 % betina = 31ekor
• 70% x 95 % x 1,5 x 15 F32 = 15 anakan
65 % jantan = 10 ekor 35 % betina = 5 ekor
10 % bibit = 1 ekor 90 % jual = 14 ekor 10 % bibit = 3 ekor 90 % jual = 28 ekor 10 % bibit = 1 ekor 90 % jual = 4 ekor
2) Penjualan = • anakan jantan = 99 ekor • anakan betina = 46 ekor 3) Jumlah Domba = 45 F15 + 90 F24 + 15F32 + 4 bibit (14 bulan/F4) +5 bibit (7bulan) + 99 anakan jantan + 51 anakan betina = 309 ekor Masa kering kandang Kawin (4x) : 45 F16 + 90 F25 + 15 F33 + 4 F41 + 31 F204
Keterangan: 1) Indukan (Fi)yang dibeli berjumlah 150 ekor dengan rasio sebagai berikut:1. * sudah 2x melahirkan (F1) : 30% (45 ekor) * Indukan Jantan (disewa) (F20) = disesuaikan * sudah 1x melahirkan (F2) : 60% (90 ekor) * anakan yang dijadikan indukan diberi kode Fi dimulai dari 4,5,6…..18 * masih dara (7 bulan) (F3) : 10% (15 ekor) * Fij = Indukan (i) dengan perkawinan ke- (j). 2. Perkawinan berlangsung dalam selang waktu lima bulan 40 hari atau 190 hari. Sehingga dalam umur proyek terdapat 17 kali perkawinan. 3) Bakalan betina (indukan) afkir pada umur enam tahun sementara bakalan jantan tidak ada umur afkir dan tidak diperhitungkan dalam analisis. Sehingga indukan reinvestasi setelah 11 kali dikawinkan. 4) Angka keberhasilan anakan pada sekali proses pencampuran (perkawinan) sebesar 70 persen dan angka mortalitas domba sebesar lima persen.
153
155
Lampiran 5. Pola Produksi Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm Aktivitas Kawin Bunting Lahir Penjualan anakan Jumlah Domba
1
2
3
4
5
Tahun 0 6
7
8
9
10
11
12
Aktivitas Kawin Bunting Lahir Penjualan anakan Jumlah Domba
1
2
3
4
5
Tahun 1 6
7
8
9
10
11
12
Aktivitas Kawin Bunting Lahir Penjualan anakan Jumlah Domba
1
2
3
4
5
Tahun 2 6
7
8
9
10
11
12
Aktivitas Kawin Bunting Lahir Penjualan anakan Jumlah Domba
1
2
3
4
5
Tahun 3 6
7
8
9
10
11
12
Aktivitas Kawin Bunting Lahir Penjualan anakan Jumlah Domba
1
2
3
4
5
Tahun 4 6
7
8
9
10
11
12
Aktivitas Kawin Bunting Lahir Penjualan anakan Penjualan Indukan afkir Jumlah Domba
1
2
3
4
5
Tahun 5 6
7
8
9
10
11
12
Aktivitas Kawin Bunting Lahir Penjualan anakan Penjualan Indukan afkir Jumlah Domba
1
2
3
4
5
Tahun 6 6
7
8
9
10
11
12
155
Lampiran 5. (lanjutan) Tahun 7 Aktivitas Kawin Bunting Lahir Penjualan anakan Penjualan Indukan afkir Jumlah Domba
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Aktivitas Kawin Bunting Lahir Penjualan anakan Penjualan Indukan afkir Jumlah Domba
1
2
3
4
5
Tahun 8 6
7
8
9
10
11
12
Aktivitas Kawin Bunting Lahir Penjualan anakan Penjualan Indukan afkir Jumlah Domba
1
2
3
4
5
Tahun 9 6
7
8
9
10
11
12
Lampiran 6. Keterangan Pola Produksi Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm No 1
Tahun 0
2
1
3
2
4
3
5
4
6
5
Warna
Keterangan Diluar tahun analisis kawin (1) = 135 ekor kawin (2) = 150 ekor bunting (1)= 135 ekor bunting (2)= 150 ekor lahir (1) = 89 jantan dan 46 betina Penjualan domba(1) = 0 Jumlah domba = 285 Masa kering kandang kawin (3) = 150 ekor kawin (4) = 154 ekor bunting (3)= 150 ekor bunting (4)= 154 ekor lahir (2) = 99 jantan dan 51 betina lahir (3) = 99 jantan dan 51 betina Penjualan domba (2) = 89 jantan dan 42 betina Penjualan domba (3) = 99 jantan dan 46 betina Jumlah domba (Maret)= 304 ekor Jumlah domba (Okt)= 309 ekor Masa kering kandang kawin (5) = 159 ekor bunting (4)= 154 ekor bunting (5)= 159 ekor lahir (4) = 102 jantan dan 52 betina lahir (5) = 105 jantan dan 54 betina Penjualan domba (4) = 99 jantan dan 46 betina Penjualan domba (5) = 102 jantan dan 48 betina Jumlah domba (Mei)= 318 ekor Jumlah domba (Des)= 328 ekor Masa kering kandang kawin (6) = 164 ekor kawin (7) = 170 ekor bunting (6)= 164 ekor bunting (7)= 170 ekor lahir (6) = 108 jantan dan 56 betina Penjualan domba (6) = 105 jantan dan 47betina Jumlah domba (Sept)= 341 ekor Masa kering kandang kawin (8) = 177 ekor kawin (9) = 185 ekor bunting (7)= 170 ekor bunting (8)= 177 ekor bunting (9)= 185 ekor lahir (7) = 112 jantan dan 58 betina lahir (8) = 117 jantan dan 60 betina Penjualan domba (7) = 108 jantan dan 48 betina Penjualan domba (8) = 112 jantan dan 49 betina Jumlah domba (Feb)= 355 ekor Jumlah domba (Sept)= 371 ekor Masa kering kandang kawin (10) = 172 ekor bunting (9)= 185 ekor bunting (10)= 172 ekor lahir (9) = 122 jantan dan 63 betina lahir (10) = 113 jantan dan 59 betina Penjualan domba (9) = 117 jantan dan 50 betina Penjualan domba (10) = 122 jantan dan 63 betina Penjualan afkir = 45 ekor Jumlah domba (April)= 344 ekor Jumlah domba (Nov)= 275 ekor
156
Lampiran 6. (lanjutan) 7
6
8
7
9
8
10
9
Masa kering kandang kawin (11) = 137 ekor kawin (12) = 148 ekor bunting (11)= 137 ekor bunting (12)= 148 ekor lahir (11) = 91 jantan dan 46 betina Penjualan domba (11)= 113 jantan, 47 betina Jumlah domba = 300 Penjualan afkir = 90 ekor Masa kering kandang kawin (13) = 177 ekor kawin (14) = 173 ekor bunting (13)= 177 ekor bunting (14)= 173 ekor lahir (12) = 98 jantan dan 50 betina lahir (13) = 106 jantan dan 54 betina Penjualan domba (12) = 91 jantan dan 35 betina Penjualan domba (13) = 98 jantan dan 28 betina Jumlah domba (Jan)= 294 ekor Jumlah domba (Agus)= 345 ekor Penjualan afkir = 15 ekor Masa kering kandang kawin (15) = 181 ekor kawin (16) = 189 ekor bunting (14)= 173 ekor bunting (15)= 181 ekor lahir (14) = 114 jantan dan 36 betina lahir (15) = 119 jantan dan 62 betina Penjualan domba (14) = 106 jantan dan 41 betina Penjualan domba (15) = 114 jantan dan 48 betina Jumlah domba (Maret)= 355 ekor Jumlah domba (Okt)= 384 ekor Penjualan afkir = 4 ekor Masa kering kandang kawin (17) = 198 ekor bunting (16) = 189 ekor bunting (17)= 198 ekor lahir (16) = 124 jantan dan 70 betina lahir (17) = 130 jantan dan 73 betina Penjualan domba (16) = 119 jantan dan 48 betina Penjualan domba (17) = 124 jantan dan 51 betina Jumlah domba (Mei)= 406 ekor Jumlah domba (Des)= 429 ekor Penjualan afkir = 10 ekor Masa kering kandang
Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
= Diluar tahun analisis = Proses Perkawinan = Indukan Bunting = Indukan melahirkan = Penjualan anak domba = Jumlah domba = Penjualan indukan betina afkir = Masa kering kandang
157
Lampiran 7. Layout Kandang Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm (a.Depan dan b. Samping) a.
b.
158
Lampiran 8. Biaya Variabel Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis No
6 2.520.000 138.750
7 5.244.750 295.538
8 6.063.750 331.150
4.560.000
Biaya (Tahun) 4 5 5.969.250 4.126.500 335.775 286.288 10.230.00 9.510.000 0
4.800.000
7.860.000
9.180.000
9 6.819.750 386.188 10.260.00 0
668.000 801.600 33.400 3.876.000 969.000 646.000
354.000 424.800 17.700 2.046.000 511.500 341.000
758.000 909.600 37.900 4.356.000 1.089.000 726.000
524.000 628.800 26.200 3.714.000 928.500 619.000
320.000 384.000 16.000 1.800.000 450.000 300.000
666.000 799.200 33.300 3.834.000 958.500 639.000
770.000 924.000 38.500 4.296.000 1.074.000 716.000
866.000 1.039.200 43.300 5.040.000 1.260.000 840.000
2.760.000 2.736.000
2.950.000 5.884.800
1.520.000 6.115.200
3.170.000 6.720.000
3.410.000 5.625.600 20.125.00 0 50.243.88 8
1.600.000 2.649.000
2.650.000 5.731.200 38.525.00 0 67.236.48 8
2.980.000 7.305.600 43.125.00 0 76.804.00 0
3.530.000 8.006.400 23.000.00 0 61.090.83 8
Barang Variabel 0 2.362.500 131.813
1 4.929.750 283.513
2 5.260.500 298.775
3 2.787.750 157.713
0
8.280.000
8.850.000
300.000 360.000 15.000 1.710.000 427.500 285.000
626.000 751.200 31.300 3.678.000 919.500 613.000
0 0
1 2
a. Mineral premik b. Biaya Perawatan Domba
3
10 11
c. Ampas tahu Vitamin dan Obat-obatan d. Spuit cc (pipet) e. obat-obatan lain f. Tetra Cap g. Obat Cacing h. Obat vaksin/ Antibiotik i. Obat vaksin antraks k. Sewa+ transportasi mobil (pengiriman) l. Karung unttuk kotoran
12
Sewa jantan indukan
32.775.000
35.075.000
37.375.000
38.525.000
41.975.000
Total Biaya Variabel
38.366.813
60.683.263
67.613.075
57.360.663
75.556.525
4 5 6 7 8 9
33.350.000 48.327.750
159
Lampiran 9. Proyeksi Laba -Rugi Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm URAIAN Inflow 1. Penjualan Penjualan Anakan Jantan Betina Penjualan Indukan Afkir Penjualan Limbah Kotoran (sludge ) 2. Nilai Sisa Total Inflow Biaya Operasional 2.1. Biaya Variabel a. Mineral premik b. Biaya Perawatan Domba c. Ampas tahu Vitamin dan Obat-obatan d. Spuit cc (pipet) e. obat-obatan lain f. Tetra Cap g. Obat Cacing h. Obat vaksin/ Antibiotik i. Obat vaksin antraks k. Sewa+ transportasi mobil (pengiriman domba) l. Karung untuk kotoran m. Sewa jantan Total Biaya Variabel 2.2 Biaya Tetap a. Arit b. Gunting Kuku c. Asahan d. Ember Plastik e. Timbangan f. Gunting Bulu g. Batu Batere h. Biaya komunikasi i. Listrik dan Air j. Upah Tenaga Kerja k. Biaya Transportasi l. THR m. Sewa mobil (rumput) n. Biaya Penyusutan Kandang Bibit 2x kawin Bibit 1x kawin Bibit dara Selang Garu kotoran Gergaji Drigen Total biaya penyusutan Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak Penghasilan Biaya Bunga Kredit Laba Bersih Sebelum Pajak Penghasilan Pajak Pendapatan Usaha (25 %) Laba Bersih Setelah Pajak
0
1
122,200,000 44,000,000
2
130,650,000 47,000,000
3
68,250,000 23,500,000
Tahun 4
143,000,000 48,500,000
5
6
7
8
73,450,000 23,500,000 90,000,000 64,995,000
122,850,000 36,500,000 15,000,000 31,500,000
143,000,000 43,000,000 4,000,000 67,095,000
9
29,925,000
64,365,000
67,830,000
35,805,000
155,350,000 51,000,000 45,000,000 76,230,000
0
196,125,000
242,015,000
159,580,000
227,305,000
327,580,000
251,945,000
205,850,000
257,095,000
157,950,000 49,500,000 10,000,000 75,180,000 29,653,333 322,283,333
2,362,500 131,813 0
4,929,750 283,513 8,280,000
5,260,500 298,775 8,850,000
2,787,750 157,713 4,560,000
5,969,250 335,775 9,510,000
4,126,500 286,288 10,230,000
2,520,000 138,750 4,800,000
5,244,750 295,538 7,860,000
6,063,750 331,150 9,180,000
6,819,750 386,188 10,260,000
300,000 360,000 15,000 1,710,000 427,500 285,000 0 0 32,775,000 38,366,813
626,000 751,200 31,300 3,678,000 919,500 613,000 2,760,000 2,736,000 35,075,000 60,683,263
668,000 801,600 33,400 3,876,000 969,000 646,000 2,950,000 5,884,800 37,375,000 67,613,075
354,000 424,800 17,700 2,046,000 511,500 341,000 1,520,000 6,115,200 38,525,000 57,360,663
758,000 909,600 37,900 4,356,000 1,089,000 726,000 3,170,000 6,720,000 41,975,000 75,556,525
524,000 628,800 26,200 3,714,000 928,500 619,000 3,410,000 5,625,600 20,125,000 50,243,888
320,000 384,000 16,000 1,800,000 450,000 300,000 1,600,000 2,649,000 33,350,000 48,327,750
666,000 799,200 33,300 3,834,000 958,500 639,000 2,650,000 5,731,200 38,525,000 67,236,488
770,000 924,000 38,500 4,296,000 1,074,000 716,000 2,980,000 7,305,600 43,125,000 76,804,000
866,000 1,039,200 43,300 5,040,000 1,260,000 840,000 3,530,000 8,006,400 23,000,000 61,090,838
37,500 20,833 16,667 20,833 41,667 12,500 200,000 221,667 625,000 33,600,000 1,333,333 5,416,667 4,748,333
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 28,801,633 75,096,633 113,463,446 (113,463,446) 0 (113,463,446) 0 (113,463,446)
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 28,801,633 84,355,633 145,038,896 51,086,105 0 51,086,105 12,771,526 38,314,578
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 28,801,633 84,355,633 151,968,708 90,046,292 0 90,046,292 22,511,573 67,534,719
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 28,801,633 84,355,633 141,716,296 17,863,705 0 17,863,705 4,465,926 13,397,778
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 28,801,633 84,355,633 159,912,158 67,392,842 0 67,392,842 16,848,211 50,544,632
10,300,000 3,220,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 25,721,633 81,275,633 131,519,521 196,060,480 0 196,060,480 49,015,120 147,045,360
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 20,471,633 76,025,633 124,353,383 127,591,617 0 127,591,617 31,897,904 95,693,713
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 20,471,633 76,025,633 143,262,121 62,587,880 0 62,587,880 15,646,970 46,940,910
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 20,471,633 76,025,633 152,829,633 104,265,367 0 104,265,367 26,066,342 78,199,025
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 20,471,633 76,025,633 137,116,471 185,166,863 0 185,166,863 46,291,716 138,875,147
Lampiran 10. Cashflow Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm Uraian Inflow 1. Penjualan Penjualan Anakan Jantan Betina Penjualan Indukan Afkir Penjualan Limbah Kotoran (sludge) 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi a. Tanah b. Kandang c. Bibit indukan (betina) Indukan sudah 2x kawin Indukan sudah 1x kawin Indukan belum pernah kawin (dara) d. Selang e. Garu Kotoran f. Gergaji g. Drigen Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1. Biaya Tetap a. Arit b. Gunting Kuku c. Asahan d. Ember Plastik e. Timbangan f. Gunting Bulu g. Batu Batere h. Biaya komunikasi i. Listrik dan Air j. Upah Tenaga Kerja k. Biaya Transportasi l. THR m. Sewa mobil (rumput) n. Karung rumput o. Sekop p. Sapu lidi Total Biaya Tetap 2.2. Biaya Variabel a. Mineral premik b. Biaya Perawatan Domba c. Ampas tahu Vitamin dan Obat-obatan d. Spuit cc (pipet) e. obat-obatan lain f. Tetra Cap g. Obat Cacing h. Obat vaksin/ Antibiotik i. Obat vaksin antraks k. Sewa+ transportasi mobil (pengiriman domba) l. Karung untuk kotoran m. Sewa indukan jantan Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Total Outflow Net Benefit Pajak Net Benefit After Tax DF (6,5%) PV/Tahun PV kumulatif PV positif PV negatif NPV IRR Net B/C Payback Periode
0
1 122,200,000 44,000,000
0
2 130,650,000 47,000,000
3 68,250,000 23,500,000
Tahun ke4 143,000,000 48,500,000
5
6
7
8
9
73,450,000 23,500,000 90,000,000 64,995,000
122,850,000 36,500,000 15,000,000 31,500,000
143,000,000 43,000,000 4,000,000 67,095,000
251,945,000
205,850,000
257,095,000
157,950,000 49,500,000 10,000,000 75,180,000 29,653,333 322,283,333
29,925,000
64,365,000
67,830,000
35,805,000
155,350,000 51,000,000 45,000,000 76,230,000
196,125,000
242,015,000
159,580,000
227,305,000
327,580,000
21,000,000 103,000,000 31,500,000 63,000,000 7,500,000 325,000 30,000 100,000 900,000 227,355,000
16,100,000
0
37,500 20,833 16,667 41,667 41,667 50,000 200,000 221,667 625,000 33,600,000 1,333,333 5,416,667 4,748,333 400,000 16,667 16,667 46,786,667 2,362,500 131,813 0
31,500,000 7,500,000
0
325,000 30,000 100,000 900,000 1,355,000
0
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
4,929,750 283,513 8,280,000
5,260,500 298,775 8,850,000
2,787,750 157,713 4,560,000
300,000 626,000 360,000 751,200 15,000 31,300 1,710,000 3,678,000 427,500 919,500 285,000 613,000 0 2,760,000 0 2,736,000 32,775,000 35,075,000 38,366,813 60,683,263 85,153,479 126,427,263 312,508,479 126,427,263 (312,508,479) 69,697,738 0 12,771,526 (312,508,479) 56,926,211 1.00000 0.93897 (312,508,479) 53,451,842 (312,508,479) (259,056,638) 534,875,534 (312,508,479) 222,367,054.39 19.31% 1.71 5.94
668,000 801,600 33,400 3,876,000 969,000 646,000 2,950,000 5,884,800 37,375,000 67,613,075 133,357,075 133,357,075 108,657,925 22,511,573 86,146,352 0.88166 75,951,731 (183,104,907)
354,000 424,800 17,700 2,046,000 511,500 341,000 1,520,000 6,115,200 38,525,000 57,360,663 123,104,663 124,459,663 35,120,338 4,465,926 30,654,411 0.82785 25,377,227 (157,727,680)
16,100,000
325,000 30,000 100,000 900,000 32,855,000
7,500,000
0
325,000 30,000 100,000 900,000 1,355,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
5,969,250 335,775 9,510,000
4,126,500 286,288 10,230,000
2,520,000 138,750 4,800,000
5,244,750 295,538 7,860,000
6,063,750 331,150 9,180,000
6,819,750 386,188 10,260,000
758,000 909,600 37,900 4,356,000 1,089,000 726,000 3,170,000 6,720,000 41,975,000 75,556,525 141,300,525 141,300,525 86,004,475 16,848,211 69,156,265 0.77732 53,756,761 (103,970,919)
524,000 628,800 26,200 3,714,000 928,500 619,000 3,410,000 5,625,600 20,125,000 50,243,888 115,987,888 132,087,888 195,492,113 49,015,120 146,476,993 0.72988 106,910,750 2,939,831
320,000 384,000 16,000 1,800,000 450,000 300,000 1,600,000 2,649,000 33,350,000 48,327,750 114,071,750 146,926,750 105,018,250 31,897,904 73,120,346 0.68533 50,111,868 53,051,699
666,000 799,200 33,300 3,834,000 958,500 639,000 2,650,000 5,731,200 38,525,000 67,236,488 132,980,488 140,480,488 65,369,513 15,646,970 49,722,543 0.64351 31,996,765 85,048,464
770,000 924,000 38,500 4,296,000 1,074,000 716,000 2,980,000 7,305,600 43,125,000 76,804,000 142,548,000 142,548,000 114,547,000 26,066,342 88,480,658 0.60423 53,462,773 138,511,237
866,000 1,039,200 43,300 5,040,000 1,260,000 840,000 3,530,000 8,006,400 23,000,000 61,090,838 126,834,838 128,189,838 194,093,496 46,291,716 147,801,780 0.56735 83,855,817 222,367,054
Lampiran 11. Proyeksi Laba -Rugi Nilai Pengganti Penurunan Harga Jual Jantan Muda sebesar 35,825 persen URAIAN Inflow 1. Penjualan Penjualan Anakan Jantan Betina Penjualan Indukan Afkir Penjualan Limbah Kotoran s( ludge ) 2. Nilai Sisa TotalInflow Biaya Operasional 2.1. Biaya Variabel a. Mineral premik b. Biaya Perawatan Domba c. Ampas tahu Vitamin dan Obat-obatan d. Spuit cc (pipet) e. obat-obatan lain f. Tetra Cap g. Obat Cacing h. Obat vaksin/ Antibiotik i. Obat vaksin antraks k. Sewa+ transportasi mobil (pengiriman domba) l. Karung unttuk kotoran m. Sewa jantan indukan Total Biaya Variabel 2.2 Biaya Tetap a. Arit b. Gunting Kuku c. Asahan d. Ember Plastik e. Timbangan f. Gunting Bulu g. Batu Batere h. Biaya komunikasi i. Listrik dan Air j. Upah Tenaga Kerja k. Biaya Transportasi l. THR m. Sewa mobil (rumput) n. Biaya Penyusutan Kandang Bibit 2x kawin Bibit 1x kawin Bibit dara Selang Garu kotoran Gergaji Drigen Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak Penghasilan Biaya Bunga Kredit Laba Bersih Sebelum Pajak Penghasilan Pajak Pendapatan Usaha (25 %) Laba Bersih Setelah Pajak
Tahun ke0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
72,389,400 44,000,000
77,395,050 47,000,000
40,430,250 23,500,000
84,711,000 48,500,000
29,925,000
64,365,000
67,830,000
35,805,000
92,026,950 51,000,000 45,000,000 76,230,000
43,510,650 23,500,000 90,000,000 64,995,000
72,774,450 36,500,000 15,000,000 31,500,000
84,711,000 43,000,000 4,000,000 67,095,000
146,314,400
188,760,050
131,760,250
169,016,000
264,256,950
222,005,650
155,774,450
198,806,000
93,567,150 49,500,000 10,000,000 75,180,000 29,653,333 257,900,483
2,362,500 131,813 0
4,929,750 283,513 8,280,000
5,260,500 298,775 8,850,000
2,787,750 157,713 4,560,000
5,969,250 335,775 9,510,000
4,126,500 286,288 10,230,000
2,520,000 138,750 4,800,000
5,244,750 295,538 7,860,000
6,063,750 331,150 9,180,000
6,819,750 386,188 10,260,000
300,000 360,000 15,000 1,710,000 427,500 285,000 0 0 38,366,813 43,958,625
626,000 751,200 31,300 3,678,000 919,500 613,000 2,760,000 2,736,000 60,683,263 86,291,525
668,000 801,600 33,400 3,876,000 969,000 646,000 2,950,000 5,884,800 67,613,075 97,851,150
354,000 424,800 17,700 2,046,000 511,500 341,000 1,520,000 6,115,200 57,360,663 76,196,325
758,000 909,600 37,900 4,356,000 1,089,000 726,000 3,170,000 6,720,000 75,556,525 109,138,050
524,000 628,800 26,200 3,714,000 928,500 619,000 3,410,000 5,625,600 50,243,888 80,362,775
320,000 384,000 16,000 1,800,000 450,000 300,000 1,600,000 2,649,000 48,327,750 63,305,500
666,000 799,200 33,300 3,834,000 958,500 639,000 2,650,000 5,731,200 67,236,488 95,947,975
770,000 924,000 38,500 4,296,000 1,074,000 716,000 2,980,000 7,305,600 76,804,000 110,483,000
866,000 1,039,200 43,300 5,040,000 1,260,000 840,000 3,530,000 8,006,400 61,090,838 99,181,675
37,500 20,833 16,667 20,833 41,667 12,500 200,000 221,667 625,000 33,600,000 1,333,333 5,416,667 4,748,333
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 84,355,633 170,647,158 (24,332,758) 0 (24,332,758) 0 (24,332,758)
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 84,355,633 182,206,783 6,553,267 0 6,553,267 1,638,317 4,914,950
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 84,355,633 160,551,958 (28,791,708) 0 (28,791,708) 0 (28,791,708)
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 84,355,633 193,493,683 (24,477,683) 0 (24,477,683) 0 (24,477,683)
10,300,000 3,220,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 81,275,633 161,638,408 102,618,542 0 102,618,542 25,654,636 76,963,907
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 76,025,633 139,331,133 82,674,517 0 82,674,517 20,668,629 62,005,888
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 76,025,633 171,973,608 (16,199,158) 0 (16,199,158) 0 (16,199,158)
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 76,025,633 186,508,633 12,297,367 0 12,297,367 3,074,342 9,223,025
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 76,025,633 175,207,308 82,693,175 0 82,693,175 20,673,294 62,019,882
0
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 75,096,633 119,055,258 (119,055,258) 0 (119,055,258) 0 (119,055,258)
Lampiran 12. Cashflow Nilai Pengganti Penurunan Harga Jual Jantan Muda sebesar 35,825 persen Uraian Inflow 1. Penjualan Penjualan Anakan Jantan Betina Penjualan Indukan Afkir Penjualan Limbah Kotoran (sludge ) 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi a. Tanah b. Kandang c. Bibit indukan (betina) Indukan sudah 2x kawin Indukan sudah 1x kawin Indukan belum pernah kawin (dara) d. Selang e. Garu Kotoran f. Gergaji g. Drigen Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1. Biaya Tetap a. Arit b. Gunting Kuku c. Asahan d. Ember Plastik e. Timbangan f. Gunting Bulu g. Batu Batere h. Biaya komunikasi i. Listrik dan Air j. Upah Tenaga Kerja k. Biaya Transportasi l. THR m. Sewa mobil (rumput) n. Karung rumput o. Sekop p. Sapu lidi Total Biaya Tetap 2.2. Biaya Variabel a. Mineral premik b. Biaya Perawatan Domba c. Ampas tahu Vitamin dan Obat-obatan d. Spuit cc (pipet) e. obat-obatan lain f. Tetra Cap g. Obat Cacing h. Obat vaksin/ Antibiotik i. Obat vaksin antraks k. Sewa+ transportasi mobil (pengiriman domba) l. Karung unttuk kotoran m. Sewa jantan indukan Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Total Outflow Net Benefit Pajak Net Benefit After Tax DF (6,5%) PV/Tahun PV kumulatif PV positif PV negatif NPV IRR Net B/C Payback Periode
0
0
1
2
3
72,389,400 44,000,000
77,395,050 47,000,000
40,430,250 23,500,000
Tahun 4 84,711,000 48,500,000
5
6
7
8
9
43,510,650 23,500,000 90,000,000 64,995,000
72,774,450 36,500,000 15,000,000 31,500,000
84,711,000 43,000,000 4,000,000 67,095,000
222,005,650
155,774,450
198,806,000
93,567,150 49,500,000 10,000,000 75,180,000 29,653,333 257,900,483
29,925,000
64,365,000
67,830,000
35,805,000
92,026,950 51,000,000 45,000,000 76,230,000
146,314,400
188,760,050
131,760,250
169,016,000
264,256,950
21,000,000 103,000,000 31,500,000 63,000,000 7,500,000 325,000 30,000 100,000 900,000 227,355,000
0
37,500 20,833 16,667 41,667 41,667 50,000 200,000 221,667 625,000 33,600,000 1,333,333 5,416,667 4,748,333 400,000 16,667 16,667 46,786,667 2,362,500 131,813 0 300,000 360,000 15,000 1,710,000 427,500 285,000 0 0 32,775,000 38,366,813 85,153,479 312,508,479 (312,508,479) 0 (312,508,479) 1.00000 (312,508,479) (312,508,479) 312,534,875 (312,508,479) 26,395.39 6.50% 1.00 10.00
16,100,000 31,500,000 7,500,000
0
325,000 30,000 100,000 900,000 1,355,000
0
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
4,929,750 283,513 8,280,000
5,260,500 298,775 8,850,000
2,787,750 157,713 4,560,000
626,000 751,200 31,300 3,678,000 919,500 613,000 2,760,000 2,736,000 35,075,000 60,683,263 126,427,263 126,427,263 19,887,138 0 19,887,138 0.93897 18,673,369 (293,835,111)
668,000 801,600 33,400 3,876,000 969,000 646,000 2,950,000 5,884,800 37,375,000 67,613,075 133,357,075 133,357,075 55,402,975 1,638,317 53,764,658 0.88166 47,402,110 (246,433,001)
354,000 424,800 17,700 2,046,000 511,500 341,000 1,520,000 6,115,200 38,525,000 57,360,663 123,104,663 124,459,663 7,300,588 0 7,300,588 0.82785 6,043,785 (240,389,216)
16,100,000
325,000 30,000 100,000 900,000 32,855,000
7,500,000
0
325,000 30,000 100,000 900,000 1,355,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
5,969,250 335,775 9,510,000
4,126,500 286,288 10,230,000
2,520,000 138,750 4,800,000
5,244,750 295,538 7,860,000
6,063,750 331,150 9,180,000
6,819,750 386,188 10,260,000
758,000 909,600 37,900 4,356,000 1,089,000 726,000 3,170,000 6,720,000 41,975,000 75,556,525 141,300,525 141,300,525 27,715,475 0 27,715,475 0.77732 21,543,879 (218,845,337)
524,000 628,800 26,200 3,714,000 928,500 619,000 3,410,000 5,625,600 20,125,000 50,243,888 115,987,888 132,087,888 132,169,063 25,654,636 106,514,427 0.72988 77,742,839 (141,102,498)
320,000 384,000 16,000 1,800,000 450,000 300,000 1,600,000 2,649,000 33,350,000 48,327,750 114,071,750 146,926,750 75,078,900 20,668,629 54,410,271 0.68533 37,289,215 (103,813,283)
666,000 799,200 33,300 3,834,000 958,500 639,000 2,650,000 5,731,200 38,525,000 67,236,488 132,980,488 140,480,488 15,293,963 0 15,293,963 0.64351 9,841,760 (93,971,523)
770,000 924,000 38,500 4,296,000 1,074,000 716,000 2,980,000 7,305,600 43,125,000 76,804,000 142,548,000 142,548,000 56,258,000 3,074,342 53,183,658 0.60423 32,135,225 (61,836,298)
866,000 1,039,200 43,300 5,040,000 1,260,000 840,000 3,530,000 8,006,400 23,000,000 61,090,838 126,834,838 128,189,838 129,710,646 20,673,294 109,037,352 0.56735 61,862,694 26,395
Lampiran 13. Proyeksi Laba -Rugi Nilai Pengganti Penurunan Harga Jual Dara sebesar 100 persen URAIAN Inflow 1. Penjualan Penjualan Anakan Jantan Betina Penjualan Indukan Afkir Penjualan Limbah Kotoran (sludge ) 2. Nilai Sisa Total Inflow Biaya Operasional 2.1. Biaya Variabel a. Mineral premik b. Biaya Perawatan Domba c. Ampas tahu Vitamin dan Obat-obatan d. Spuit cc (pipet) e. obat-obatan lain f. Tetra Cap g. Obat Cacing h. Obat vaksin/ Antibiotik i. Obat vaksin antraks k. Sewa+ transportasi mobil (pengiriman domba) l. Karung unttuk kotoran m. Sewa indukan jantan Total Biaya Variabel 2.2 Biaya Tetap a. Arit b. Gunting Kuku c. Asahan d. Ember Plastik e. Timbangan f. Gunting Bulu g. Batu Batere h. Biaya komunikasi i. Listrik dan Air j. Upah Tenaga Kerja k. Biaya Transportasi l. THR m. Sewa mobil (rumput) n. Biaya Penyusutan Kandang Bibit 2x kawin Bibit 1x kawin Bibit dara Selang Garu kotoran Gergaji Drigen Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak Penghasilan Biaya Bunga Kredit Laba Bersih Sebelum Pajak Penghasilan Pajak Pendapatan Usaha (25 %) Laba Bersih Setelah Pajak
0
Tahun ke4
1
2
3
5
6
7
8
9
122,200,000 0
130,650,000 0
68,250,000 0
143,000,000 0 35,805,000
155,350,000 0 45,000,000 76,230,000
73,450,000 0 90,000,000 64,995,000
122,850,000 0 15,000,000 31,500,000
143,000,000 0 4,000,000 67,095,000
136,080,000
178,805,000
276,580,000
228,445,000
169,350,000
214,095,000
157,950,000 0 10,000,000 75,180,000 29,653,333 272,783,333
29,925,000
64,365,000
67,830,000
0
152,125,000
195,015,000
2,362,500 131,813 0
4,929,750 283,513 8,280,000
5,260,500 298,775 8,850,000
2,787,750 157,713 4,560,000
5,969,250 335,775 9,510,000
4,126,500 286,288 10,230,000
2,520,000 138,750 4,800,000
5,244,750 295,538 7,860,000
6,063,750 331,150 9,180,000
6,819,750 386,188 10,260,000
300,000 360,000 15,000 1,710,000 427,500 285,000 0 0 32,775,000 38,366,813
626,000 751,200 31,300 3,678,000 919,500 613,000 2,760,000 2,736,000 35,075,000 60,683,263
668,000 801,600 33,400 3,876,000 969,000 646,000 2,950,000 5,884,800 37,375,000 67,613,075
354,000 424,800 17,700 2,046,000 511,500 341,000 1,520,000 6,115,200 38,525,000 57,360,663
758,000 909,600 37,900 4,356,000 1,089,000 726,000 3,170,000 6,720,000 41,975,000 75,556,525
524,000 628,800 26,200 3,714,000 928,500 619,000 3,410,000 5,625,600 20,125,000 50,243,888
320,000 384,000 16,000 1,800,000 450,000 300,000 1,600,000 2,649,000 33,350,000 48,327,750
666,000 799,200 33,300 3,834,000 958,500 639,000 2,650,000 5,731,200 38,525,000 67,236,488
770,000 924,000 38,500 4,296,000 1,074,000 716,000 2,980,000 7,305,600 43,125,000 76,804,000
866,000 1,039,200 43,300 5,040,000 1,260,000 840,000 3,530,000 8,006,400 23,000,000 61,090,838
37,500 20,833 16,667 20,833 41,667 12,500 200,000 221,667 625,000 33,600,000 1,333,333 5,416,667 4,748,333
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 75,096,633 113,463,446 -113,463,446 0 -113,463,446 0 -113,463,446
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 84,355,633 145,038,896 7,086,105 0 7,086,105 1,771,526 5,314,578
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 84,355,633 151,968,708 43,046,292 0 43,046,292 10,761,573 32,284,719
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 84,355,633 141,716,296 -5,636,296 0 -5,636,296 0 -5,636,296
10,300,000 6,300,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 84,355,633 159,912,158 18,892,842 0 18,892,842 4,723,211 14,169,632
10,300,000 3,220,000 10,500,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 81,275,633 131,519,521 145,060,480 0 145,060,480 36,265,120 108,795,360
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 76,025,633 124,353,383 104,091,617 0 104,091,617 26,022,904 78,068,713
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 76,025,633 143,262,121 26,087,880 0 26,087,880 6,521,970 19,565,910
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 76,025,633 152,829,633 61,265,367 0 61,265,367 15,316,342 45,949,025
10,300,000 3,220,000 5,250,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 76,025,633 137,116,471 135,666,863 0 135,666,863 33,916,716 101,750,147
Lampiran 14. Cashflow Nilai Pengganti Penurunan Harga Jual Dara sebesar 100 persen Uraian Inflow 1. Penjualan Penjualan Anakan Jantan Betina Penjualan Indukan Afkir Penjualan Limbah Kotoran (sludge ) 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi a. Tanah b. Kandang c. Bibit indukan (betina) Indukan sudah 2x kawin Indukan sudah 1x kawin Indukan belum pernah kawin (dara) d. Selang e. Garu Kotoran f. Gergaji g. Drigen Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1. Biaya Tetap a. Arit b. Gunting Kuku c. Asahan d. Ember Plastik e. Timbangan f. Gunting Bulu g. Batu Batere h. Biaya komunikasi i. Listrik dan Air j. Upah Tenaga Kerja k. Biaya Transportasi l. THR m. Sewa mobil (rumput) n. Karung rumput o. Sekop p. Sapu lidi Total Biaya Tetap 2.2. Biaya Variabel a. Mineral premik b. Biaya Perawatan Domba c. Ampas tahu Vitamin dan Obat-obatan d. Spuit cc (pipet) e. obat-obatan lain f. Tetra Cap g. Obat Cacing h. Obat vaksin/ Antibiotik i. Obat vaksin antraks k. Sewa+ transportasi mobil (pengiriman domba) l. Karung unttuk kotoran m. Sewa indukan jantan Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Total Outflow Net Benefit Pajak Net Benefit After Tax DF (6,5%) PV/Tahun PV kumulatif PV positif PV negatif NPV IRR Net B/C Payback Periode (tahun)
0
1
130,650,000 0
3 68,250,000 0
Tahun ke4 143,000,000 0
5
29,925,000
64,365,000
67,830,000
35,805,000
155,350,000 0 45,000,000 76,230,000
152,125,000
195,015,000
136,080,000
178,805,000
276,580,000
122,200,000 0
0
2
6
7
8
9
73,450,000 0 90,000,000 64,995,000
122,850,000 0 15,000,000 31,500,000
143,000,000 0 4,000,000 67,095,000
228,445,000
169,350,000
214,095,000
157,950,000 0 10,000,000 75,180,000 29,653,333 272,783,333
21,000,000 103,000,000 31,500,000 63,000,000 7,500,000 325,000 30,000 100,000 900,000 227,355,000
0
37,500 20,833 16,667 41,667 41,667 50,000 200,000 221,667 625,000 33,600,000 1,333,333 5,416,667 4,748,333 400,000 16,667 16,667 46,786,667 2,362,500 131,813 0 300,000 360,000 15,000 1,710,000 427,500 285,000 0 0 32,775,000 38,366,813 85,153,479 312,508,479 (312,508,479) (312,508,479) 1.00000 (312,508,479) (312,508,479) 330,616,277 (312,508,479) 18,107,798 7.61% 1.06 9.71
16,100,000 31,500,000 7,500,000
0
325,000 30,000 100,000 900,000 1,355,000
0
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
4,929,750 283,513 8,280,000
5,260,500 298,775 8,850,000
2,787,750 157,713 4,560,000
626,000 751,200 31,300 3,678,000 919,500 613,000 2,760,000 2,736,000 35,075,000 60,683,263 126,427,263 126,427,263 25,697,738 1,771,526 23,926,211 0.93897 22,465,926 (290,042,553)
668,000 801,600 33,400 3,876,000 969,000 646,000 2,950,000 5,884,800 37,375,000 67,613,075 133,357,075 133,357,075 61,657,925 10,761,573 50,896,352 0.88166 44,873,241 (245,169,312)
354,000 424,800 17,700 2,046,000 511,500 341,000 1,520,000 6,115,200 38,525,000 57,360,663 123,104,663 124,459,663 11,620,338 11,620,338 0.82785 9,619,886 (235,549,426)
16,100,000
325,000 30,000 100,000 900,000 32,855,000
7,500,000
0
325,000 30,000 100,000 900,000 1,355,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
5,969,250 335,775 9,510,000
4,126,500 286,288 10,230,000
2,520,000 138,750 4,800,000
5,244,750 295,538 7,860,000
6,063,750 331,150 9,180,000
6,819,750 386,188 10,260,000
758,000 909,600 37,900 4,356,000 1,089,000 726,000 3,170,000 6,720,000 41,975,000 75,556,525 141,300,525 141,300,525 37,504,475 4,723,211 32,781,265 0.77732 25,481,634 (210,067,792)
524,000 628,800 26,200 3,714,000 928,500 619,000 3,410,000 5,625,600 20,125,000 50,243,888 115,987,888 132,087,888 144,492,113 36,265,120 108,226,993 0.72988 78,992,808 (131,074,984)
320,000 384,000 16,000 1,800,000 450,000 300,000 1,600,000 2,649,000 33,350,000 48,327,750 114,071,750 146,926,750 81,518,250 26,022,904 55,495,346 0.68533 38,032,854 (93,042,130)
666,000 799,200 33,300 3,834,000 958,500 639,000 2,650,000 5,731,200 38,525,000 67,236,488 132,980,488 140,480,488 28,869,513 6,521,970 22,347,543 0.64351 14,380,783 (78,661,348)
770,000 924,000 38,500 4,296,000 1,074,000 716,000 2,980,000 7,305,600 43,125,000 76,804,000 142,548,000 142,548,000 71,547,000 15,316,342 56,230,658 0.60423 33,976,317 (44,685,030)
866,000 1,039,200 43,300 5,040,000 1,260,000 840,000 3,530,000 8,006,400 23,000,000 61,090,838 126,834,838 128,189,838 144,593,496 33,916,716 110,676,780 0.56735 62,792,828 18,107,798
Lampiran 15. Proyeksi Laba -Rugi Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan yang sudah dikawinkan sebesar 149,43 persen URAIAN Inflow 1. Penjualan Penjualan Anakan Jantan Betina Penjualan Indukan Afki Penjualan Limbah Kotoran sludge ) 2. Nilai Sisa Total Inflow Biaya Operasional 2.1. Biaya Variabel a. Mineral premik b. Biaya Perawatan Domba c. Ampas tahu Vitamin dan Obat-obatan d. Spuit cc (pipet) e. obat-obatan lain f. Tetra Cap g. Obat Cacing h. Obat vaksin/ Antibiotik i. Obat vaksin antraks k. Sewa+ transportasi mobil (pengiriman domba l. Karung unttuk kotoran m. Sewa indukan jantan Total Biaya Variabel 2.2 Biaya Tetap a. Arit b. Gunting Kuku c. Asahan d. Ember Plastik e. Timbangan f. Gunting Bulu g. Batu Batere h. Biaya komunikasi i. Listrik dan Air j. Upah Tenaga Kerja k. Biaya Transportasi l. THR m. Sewa mobil (rumput n. Biaya Penyusutan Kandang Bibit 2x kawin Bibit 1x kawin Bibit dara Selang Garu kotoran Gergaj Drigen Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak Penghasila Biaya Bunga Kredit Laba Bersih Sebelum Pajak Penghasilan Pajak Pendapatan Usaha (25 %) Laba Bersih Setelah Pajak
0
1
2
3
122,200,000 44,000,000
130,650,000 47,000,000
68,250,000 23,500,000
Tahun 4
143,000,000 48,500,000
5
6
7
8
9
73,450,000 23,500,000 90,000,000 64,995,000
122,850,000 36,500,000 15,000,000 31,500,000
143,000,000 43,000,000 4,000,000 67,095,000
29,925,000
64,365,000
67,830,000
35,805,000
155,350,000 51,000,000 45,000,000 76,230,000
0
196,125,000
242,015,000
159,580,000
227,305,000
327,580,000
251,945,000
205,850,000
257,095,000
157,950,000 49,500,000 10,000,000 75,180,000 51,296,833 343,926,833
2,362,500 131,813 0
4,929,750 283,513 8,280,000
5,260,500 298,775 8,850,000
2,787,750 157,713 4,560,000
5,969,250 335,775 9,510,000
4,126,500 286,288 10,230,000
2,520,000 138,750 4,800,000
5,244,750 295,538 7,860,000
6,063,750 331,150 9,180,000
6,819,750 386,188 10,260,000
300,000 360,000 15,000 1,710,000 427,500 285,000 0 0 32,775,000 38,366,813
626,000 751,200 31,300 3,678,000 919,500 613,000 2,760,000 2,736,000 35,075,000 60,683,263
668,000 801,600 33,400 3,876,000 969,000 646,000 2,950,000 5,884,800 37,375,000 67,613,075
354,000 424,800 17,700 2,046,000 511,500 341,000 1,520,000 6,115,200 38,525,000 57,360,663
758,000 909,600 37,900 4,356,000 1,089,000 726,000 3,170,000 6,720,000 41,975,000 75,556,525
524,000 628,800 26,200 3,714,000 928,500 619,000 3,410,000 5,625,600 20,125,000 50,243,888
320,000 384,000 16,000 1,800,000 450,000 300,000 1,600,000 2,649,000 33,350,000 48,327,750
666,000 799,200 33,300 3,834,000 958,500 639,000 2,650,000 5,731,200 38,525,000 67,236,488
770,000 924,000 38,500 4,296,000 1,074,000 716,000 2,980,000 7,305,600 43,125,000 76,804,000
866,000 1,039,200 43,300 5,040,000 1,260,000 840,000 3,530,000 8,006,400 23,000,000 61,090,838
37,500 20,833 16,667 20,833 41,667 12,500 200,000 221,667 625,000 33,600,000 1,333,333 5,416,667 4,748,333
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
10,300,000 15,714,000 26,190,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 100,200,633 138,567,446 -138,567,446 0 -138,567,446 0 -138,567,446
10,300,000 15,714,000 26,190,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 109,459,633 170,142,896 25,982,105 0 25,982,105 6,495,526 19,486,578
10,300,000 15,714,000 26,190,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 109,459,633 177,072,708 64,942,292 0 64,942,292 16,235,573 48,706,719
10,300,000 15,714,000 26,190,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 109,459,633 166,820,296 -7,240,296 0 -7,240,296 0 0
10,300,000 15,714,000 26,190,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 109,459,633 185,016,158 42,288,842 0 42,288,842 10,572,211 31,716,632
10,300,000 16,494,680 26,190,000 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 110,240,313 160,484,201 167,095,800 0 167,095,800 41,773,950 125,321,850
10,300,000 16,494,680 26,893,500 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 110,943,813 159,271,563 92,673,437 0 92,673,437 23,168,359 69,505,078
10,300,000 16,494,680 26,893,500 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 110,943,813 178,180,301 27,669,700 0 27,669,700 6,917,425 20,752,275
10,300,000 16,494,680 26,893,500 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 110,943,813 187,747,813 69,347,187 0 69,347,187 17,336,797 52,010,390
10,300,000 16,494,680 26,893,500 1,250,000 108,333 10,000 33,300 300,000 110,943,813 172,034,651 171,892,183 0 171,892,183 42,973,046 128,919,137
Lampiran 16. Cashflow Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan yang sudah dikawinkan sebesar 149,43 persen Uraian Inflow 1. Penjualan Penjualan Anakan Jantan Betina Penjualan Indukan Afkir Penjualan Limbah Kotoran (sludge ) 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi a. Tanah b. Kandang c. Bibit indukan (betina) Indukan sudah 2x kawin Indukan sudah 1x kawin Indukan belum pernah kawin (dara) d. Selang e. Garu Kotoran f. Gergaji g. Drigen Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1. Biaya Tetap a. Arit b. Gunting Kuku c. Asahan d. Ember Plastik e. Timbangan f. Gunting Bulu g. Batu Batere h. Biaya komunikasi i. Listrik dan Air j. Upah Tenaga Kerja k. Biaya Transportasi l. THR m. Sewa mobil (rumput) n. Karung rumput o. Sekop p. Sapu lidi Total Biaya Tetap 2.2. Biaya Variabel a. Mineral premik b. Biaya Perawatan Domba c. Ampas tahu Vitamin dan Obat-obatan d. Spuit cc (pipet) e. obat-obatan lain f. Tetra Cap g. Obat Cacing h. Obat vaksin/ Antibiotik i. Obat vaksin antraks k. Sewa+ transportasi mobil (pengiriman domba) l. Karung unttuk kotoran m. Sewa indukan jantan Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Total Outflow Net Benefit Pajak Net Benefit After Tax DF (6,5%) PV/Tahun PV kumulatif PV positif PV negatif NPV IRR Net B/C Payback Periode
0
0
1
2
3
122,200,000 44,000,000
130,650,000 47,000,000
68,250,000 23,500,000
Tahun 4 143,000,000 48,500,000
5
6
7
8
9
73,450,000 23,500,000 90,000,000 64,995,000
122,850,000 36,500,000 15,000,000 31,500,000
143,000,000 43,000,000 4,000,000 67,095,000
251,945,000
205,850,000
257,095,000
157,950,000 49,500,000 10,000,000 75,180,000 51,296,833 343,926,833
29,925,000
64,365,000
67,830,000
35,805,000
155,350,000 51,000,000 45,000,000 76,230,000
196,125,000
242,015,000
159,580,000
227,305,000
327,580,000
21,000,000 103,000,000 78,570,000 157,140,000 7,500,000 325,000 30,000 100,000 900,000 368,565,000
82,473,400
0
37,500 20,833 16,667 41,667 41,667 50,000 200,000 221,667 625,000 33,600,000 1,333,333 5,416,667 4,748,333 400,000 16,667 16,667 46,786,667
161,361,000 7,500,000
0
325,000 30,000 100,000 900,000 1,355,000
0
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
2,362,500 131,813 0
4,929,750 283,513 8,280,000
5,260,500 298,775 8,850,000
300,000 360,000 15,000 1,710,000 427,500 285,000 0 0 32,775,000 38,366,813 85,153,479 453,718,479 -453,718,479
626,000 751,200 31,300 3,678,000 919,500 613,000 2,760,000 2,736,000 35,075,000 60,683,263 126,427,263 126,427,263 69,697,738 6,495,526 63,202,211 0.93897 59,344,799 (394,373,680)
668,000 801,600 33,400 3,876,000 969,000 646,000 2,950,000 5,884,800 37,375,000 67,613,075 133,357,075 133,357,075 108,657,925 16,235,573 92,422,352 0.88166 81,485,025 (312,888,655)
-453,718,479 1.00000 (453,718,479) (453,718,479) 453,756,925 (453,718,479) 38,445.45 6.50% 1.00 10.00
82,473,400
325,000 30,000 100,000 900,000 162,716,000
7,500,000
0
325,000 30,000 100,000 900,000 1,355,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
2,787,750 157,713 4,560,000
5,969,250 335,775 9,510,000
4,126,500 286,288 10,230,000
2,520,000 138,750 4,800,000
5,244,750 295,538 7,860,000
6,063,750 331,150 9,180,000
6,819,750 386,188 10,260,000
354,000 424,800 17,700 2,046,000 511,500 341,000 1,520,000 6,115,200 38,525,000 57,360,663 123,104,663 124,459,663 35,120,338 0 35,120,338 0.82785 29,074,340 (283,814,316)
758,000 909,600 37,900 4,356,000 1,089,000 726,000 3,170,000 6,720,000 41,975,000 75,556,525 141,300,525 141,300,525 86,004,475 10,572,211 75,432,265 0.77732 58,635,241 (225,179,075)
524,000 628,800 26,200 3,714,000 928,500 619,000 3,410,000 5,625,600 20,125,000 50,243,888 115,987,888 198,461,288 129,118,713 41,773,950 87,344,763 0.72988 63,751,268 (161,427,806)
320,000 384,000 16,000 1,800,000 450,000 300,000 1,600,000 2,649,000 33,350,000 48,327,750 114,071,750 276,787,750 -24,842,750 23,168,359 -48,011,109 0.68533 (32,903,651) (194,331,458)
666,000 799,200 33,300 3,834,000 958,500 639,000 2,650,000 5,731,200 38,525,000 67,236,488 132,980,488 140,480,488 65,369,513 6,917,425 58,452,088 0.64351 37,614,282 (156,717,176)
770,000 924,000 38,500 4,296,000 1,074,000 716,000 2,980,000 7,305,600 43,125,000 76,804,000 142,548,000 142,548,000 114,547,000 17,336,797 97,210,203 0.60423 58,737,437 (97,979,739)
866,000 1,039,200 43,300 5,040,000 1,260,000 840,000 3,530,000 8,006,400 23,000,000 61,090,838 126,834,838 128,189,838 215,736,996 42,973,046 172,763,950 0.56735 98,018,185 38,445
Lampiran 17. Proyeksi Laba -Rugi Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan Dara sebesar 2.394 persen URAIAN Inflow 0 1. Penjualan Penjualan Anakan Jantan Betina Penjualan Indukan Afkir Penjualan Limbah Kotoran (sludge ) 2. Nilai Sisa 0 Total Inflow Biaya Operasional 2.1. Biaya Variabel a. Mineral premik 2,362,500 b. Biaya Perawatan Domba 131,813 c. Ampas tahu 0 Vitamin dan Obat-obatan d. Spuit cc (pipet) 300,000 e. obat-obatan lain 360,000 f. Tetra Cap 15,000 g. Obat Cacing 1,710,000 h. Obat vaksin/ Antibiotik 427,500 i. Obat vaksin antraks 285,000 0 k. Sewa+ transportasi mobil (pengiriman domba) l. Karung unttuk kotoran 0 m. Sewa indukan jantan 32,775,000 38,366,813 Total Biaya Variabel 2.2 Biaya Tetap a. Arit 37,500 b. Gunting Kuku 20,833 c. Asahan 16,667 d. Ember Plastik 20,833 e. Timbangan 41,667 12,500 f. Gunting Bulu g. Batu Batere 200,000 h. Biaya komunikasi 221,667 625,000 i. Listrik dan Air j. Upah Tenaga Kerja 33,600,000 k. Biaya Transportasi 1,333,333 l. THR 5,416,667 m. Sewa mobil (rumput) 4,748,333 n. Biaya Penyusutan Kandang 10,300,000 Bibit 2x kawin 6,300,000 Bibit 1x kawin 10,500,000 Bibit dara 31,175,000 108,333 Selang Garu kotoran 10,000 33,300 Gergaji Drigen 300,000 Total Biaya Tetap 105,021,633 Total Biaya Operasional 143,388,446 Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak Penghas(143,388,446) Biaya Bunga Kredit 0 Laba Bersih Sebelum Pajak Penghasilan (143,388,446) Pajak Pendapatan Usaha (25 %) 0 (143,388,446) Laba Bersih Setelah Pajak
1
2
3
Tahun 4
68,250,000 143,000,000 23,500,000 48,500,000
5
6
122,200,000 44,000,000
130,650,000 47,000,000
29,925,000
64,365,000
196,125,000
242,015,000
4,929,750 283,513 8,280,000
5,260,500 298,775 8,850,000
2,787,750 157,713 4,560,000
5,969,250 335,775 9,510,000
4,126,500 286,288 10,230,000
2,520,000 138,750 4,800,000
626,000 751,200 31,300 3,678,000 919,500 613,000 2,760,000 2,736,000 35,075,000 60,683,263
668,000 801,600 33,400 3,876,000 969,000 646,000 2,950,000 5,884,800 37,375,000 67,613,075
354,000 424,800 17,700 2,046,000 511,500 341,000 1,520,000 6,115,200 38,525,000 57,360,663
758,000 909,600 37,900 4,356,000 1,089,000 726,000 3,170,000 6,720,000 41,975,000 75,556,525
524,000 628,800 26,200 3,714,000 928,500 619,000 3,410,000 5,625,600 20,125,000 50,243,888
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
10,300,000 6,300,000 10,500,000 31,175,000 108,333 10,000 33,300 300,000 114,280,633 174,963,896 21,161,105 0 21,161,105 5,290,276 15,870,828
10,300,000 6,300,000 10,500,000 31,175,000 108,333 10,000 33,300 300,000 114,280,633 181,893,708 60,121,292 0 60,121,292 15,030,323 45,090,969
10,300,000 10,300,000 6,300,000 6,300,000 10,500,000 10,500,000 31,175,000 31,175,000 108,333 108,333 10,000 10,000 33,300 33,300 300,000 300,000 114,280,633 114,280,633 171,641,296 189,837,158 (12,061,296) 37,467,842 0 0 (12,061,296) 37,467,842 0 9,366,961 (12,061,296) 28,100,882
10,300,000 3,220,000 10,500,000 31,175,000 108,333 10,000 33,300 300,000 111,200,633 161,444,521 166,135,480 0 166,135,480 41,533,870 124,601,610
7
8
9
35,805,000
155,350,000 51,000,000 45,000,000 76,230,000
73,450,000 122,850,000 23,500,000 36,500,000 90,000,000 15,000,000 64,995,000 31,500,000
143,000,000 43,000,000 4,000,000 67,095,000
159,580,000 227,305,000
327,580,000
251,945,000 205,850,000
257,095,000
157,950,000 49,500,000 10,000,000 75,180,000 89,503,333 382,133,333
5,244,750 295,538 7,860,000
6,063,750 331,150 9,180,000
6,819,750 386,188 10,260,000
320,000 384,000 16,000 1,800,000 450,000 300,000 1,600,000 2,649,000 33,350,000 48,327,750
666,000 799,200 33,300 3,834,000 958,500 639,000 2,650,000 5,731,200 38,525,000 67,236,488
770,000 924,000 38,500 4,296,000 1,074,000 716,000 2,980,000 7,305,600 43,125,000 76,804,000
866,000 1,039,200 43,300 5,040,000 1,260,000 840,000 3,530,000 8,006,400 23,000,000 61,090,838
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
45,000 25,000 20,000 25,000 50,000 15,000 240,000 266,000 750,000 40,320,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000
10,300,000 10,300,000 3,220,000 3,220,000 5,250,000 5,250,000 31,175,000 31,175,000 108,333 108,333 10,000 10,000 33,300 33,300 300,000 300,000 105,950,633 105,950,633 154,278,383 173,187,121 97,666,617 32,662,880 0 0 97,666,617 32,662,880 24,416,654 8,165,720 73,249,963 24,497,160
10,300,000 3,220,000 5,250,000 31,175,000 108,333 10,000 33,300 300,000 105,950,633 182,754,633 74,340,367 0 74,340,367 18,585,092 55,755,275
10,300,000 3,220,000 5,250,000 31,175,000 108,333 10,000 33,300 300,000 105,950,633 167,041,471 215,091,863 0 215,091,863 53,772,966 161,318,897
67,830,000
Lampiran 18. Cashflow Nilai Pengganti Peningkatan Harga Beli Indukan Dara sebesar 2.394 persen Uraian Inflow 1. Penjualan Penjualan Anakan Jantan Betina Penjualan Indukan Afkir Penjualan Limbah Kotoran (sludge ) 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi a. Tanah b. Kandang c. Bibit indukan (betina) Indukan sudah 2x kawin Indukan sudah 1x kawin Indukan belum pernah kawin (dara) d. Selang e. Garu Kotoran f. Gergaji g. Drigen Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1. Biaya Tetap a. Arit b. Gunting Kuku c. Asahan d. Ember Plastik e. Timbangan f. Gunting Bulu g. Batu Batere h. Biaya komunikasi i. Listrik dan Air j. Upah Tenaga Kerja k. Biaya Transportasi l. THR m. Sewa mobil (rumput) n. Karung rumput o. Sekop p. Sapu lidi Total Biaya Tetap 2.2. Biaya Variabel a. Mineral premik b. Biaya Perawatan Domba c. Ampas tahu Vitamin dan Obat-obatan d. Spuit cc (pipet) e. obat-obatan lain f. Tetra Cap g. Obat Cacing h. Obat vaksin/ Antibiotik i. Obat vaksin antraks k. Sewa+ transportasi mobil (pengiriman domba l. Karung unttuk kotoran m. Sewa indukan jantan Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Total Outflow Net Benefit Pajak Net Benefit After Tax DF (6,5%) PV/Tahun PV kumulatif PV positif PV negatif NPV IRR Net B/C Payback Periode
0
1 122,200,000 44,000,000
0
2 130,650,000 47,000,000
3 68,250,000 23,500,000
Tahun ke4 143,000,000 48,500,000
5
29,925,000
64,365,000
67,830,000
35,805,000
155,350,000 51,000,000 45,000,000 76,230,000
196,125,000
242,015,000
159,580,000
227,305,000
327,580,000
6
7
8
73,450,000 23,500,000 90,000,000 64,995,000
122,850,000 36,500,000 15,000,000 31,500,000
143,000,000 43,000,000 4,000,000 67,095,000
251,945,000
205,850,000
257,095,000
9 157,950,000 49,500,000 10,000,000 75,180,000 89,503,333 382,133,333
21,000,000 103,000,000 31,500,000 63,000,000 187,050,000 325,000 30,000 100,000 900,000 406,905,000
16,100,000 31,500,000 187,050,000 325,000 30,000 100,000 900,000 1,355,000
16,100,000
325,000 30,000 100,000 900,000 32,855,000
187,050,000
325,000 30,000 100,000 900,000 1,355,000
37,500 20,833 16,667 41,667 41,667 50,000 200,000 221,667 625,000 33,600,000 1,333,333 5,416,667 4,748,333 400,000 16,667 16,667 46,786,667
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
45,000 25,000 20,000 50,000 50,000 60,000 240,000 266,000 750,000 49,920,000 1,600,000 6,500,000 5,698,000 480,000 20,000 20,000 65,744,000
2,362,500 131,813 0
4,929,750 283,513 8,280,000
5,260,500 298,775 8,850,000
2,787,750 157,713 4,560,000
5,969,250 335,775 9,510,000
4,126,500 286,288 10,230,000
2,520,000 138,750 4,800,000
5,244,750 295,538 7,860,000
6,063,750 331,150 9,180,000
6,819,750 386,188 10,260,000
300,000 360,000 15,000 1,710,000 427,500 285,000 0 0 32,775,000 38,366,813 85,153,479 492,058,479 (492,058,479) (492,058,479) 1.00000 (492,058,479) (492,058,479) 492,100,807 (492,058,479) 42,327.85 6.50% 1.00 10.00
626,000 751,200 31,300 3,678,000 919,500 613,000 2,760,000 2,736,000 35,075,000 60,683,263 126,427,263 126,427,263 69,697,738 5,290,276 64,407,461 0.93897 60,476,490 (431,581,990)
668,000 801,600 33,400 3,876,000 969,000 646,000 2,950,000 5,884,800 37,375,000 67,613,075 133,357,075 133,357,075 108,657,925 15,030,323 93,627,602 0.88166 82,547,644 (349,034,345)
354,000 424,800 17,700 2,046,000 511,500 341,000 1,520,000 6,115,200 38,525,000 57,360,663 123,104,663 124,459,663 35,120,338 0 35,120,338 0.82785 29,074,340 (319,960,006)
758,000 909,600 37,900 4,356,000 1,089,000 726,000 3,170,000 6,720,000 41,975,000 75,556,525 141,300,525 141,300,525 86,004,475 9,366,961 76,637,515 0.77732 59,572,110 (260,387,896)
524,000 628,800 26,200 3,714,000 928,500 619,000 3,410,000 5,625,600 20,125,000 50,243,888 115,987,888 132,087,888 195,492,113 41,533,870 153,958,243 0.72988 112,371,171 (148,016,725)
320,000 384,000 16,000 1,800,000 450,000 300,000 1,600,000 2,649,000 33,350,000 48,327,750 114,071,750 146,926,750 105,018,250 24,416,654 80,601,596 0.68533 55,239,024 (92,777,702)
666,000 799,200 33,300 3,834,000 958,500 639,000 2,650,000 5,731,200 38,525,000 67,236,488 132,980,488 320,030,488 (114,180,488) 8,165,720 (122,346,207) 0.64351 (78,730,545) (171,508,246)
770,000 924,000 38,500 4,296,000 1,074,000 716,000 2,980,000 7,305,600 43,125,000 76,804,000 142,548,000 142,548,000 114,547,000 18,585,092 95,961,908 0.60423 57,983,178 (113,525,069)
866,000 1,039,200 43,300 5,040,000 1,260,000 840,000 3,530,000 8,006,400 23,000,000 61,090,838 126,834,838 128,189,838 253,943,496 53,772,966 200,170,530 0.56735 113,567,396 42,328