ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN KOMPOT ANGGREK DENDROBIUM (Di Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid, Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)
SKRIPSI
KURNIA RAHMAH SEPTIANI H34060209
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
RINGKASAN KURNIA RAHMAH SEPTIANI. Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Kompot Anggrek Dendrobium (Di Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat) Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan HARIANTO). Indonesia memiliki sumberdaya hayati yang sangat melimpah dan potensial untuk dijadikan tanaman hias. Anggrek merupakan salah satu bunga khas Indonesia dan menjadi tanaman hias unggulan nasional. Impor anggrek ke Indonesia didominasi oleh anggrek dengan segmentasi bibit seedling (anggrek remaja). Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid merupakan salah satu usaha budidaya penghasil bibit anggrek yang berada di Kota Depok yang telah berjalan sejak tahun 2009. Analisis kelayakan pembibitan kompot anggrek di Estie’s Orchid dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi para petani dan pengusaha anggrek yang ingin melakukan usaha serupa. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan non finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium (2) menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman angggrek Dendrobium (3) menganalisis sensitivitas kelayakan usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium terhadap perubahan jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot dan harga bibit botolan. Penelitian dilaksanakan di Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid Kecamatan Limo. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Penelitian ini menggunakan Analisis Kelayakan Investasi baik finansial ataupun non-finansial. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa analisis aspek non finansial yang meliputi analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan pada usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium dapat dikatakan layak. Hasil analisis finansial menyatakan usaha pembibitan kompot anggrek layak untuk dijalankan. Dapat dilihat dari nilai NPV sebesar Rp 66,08 juta, IRR sebesar 27 persen, Net B/C sebesar 1,87 dan PBP selama tiga tahun, tujuh bulan, 16 hari. Informasi ini menunjukkan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa jika harga kompot anggrek menurun lebih dari 9,07 persen, jumlah produksi kompot anggrek menurun lebih dari 9,06 persen dan harga bibit botolan meningkat lebih dari 12,82 persen maka usaha pembibitan kompot anggrek menjadi tidak layak. Hal ini memperlihatkan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek sensitif terhadap penurunan harga kompot anggrek, penurunan jumlah produksi kompot anggrek dan peningkatan harga bibit botolan.
ii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN KOMPOT ANGGREK DENDROBIUM (Di Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid, Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)
KURNIA RAHMAH SEPTIANI H34060209
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 iii
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Kompot Anggrek Dendrobium (Di Usaha Pembibitan Anggrek Estie’s Orchid, Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)
Nama
: Kurnia Rahmah Septiani
NIM
: H34060209
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Harianto, MS NIP. 19581021 198501 1 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1002
Tanggal Lulus:
iv
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Kompot Anggrek Dendrobium (Di Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid, Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir.
Bogor, Februari 2013
Kurnia Rahma Septiani H34060209
v
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 2 September 1988 sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Nursani dan Ibu Komariyah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Muhammadiyah Meruyung pada tahun 2000 dan pendidikan menengah di SLTP Muhammadiyah 4 Depok pada tahun 2003. Pendidikan menengah atas di SMAN 1 Depok diselesaikan pada tahun 2006. Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajamen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan penulis aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa. Penulis tercatat sebagai Sekretaris Divisi Media Ekonomi Syariah SES-C (Shariah Economics Student Club) tahun 2008/2009 dan pengurus Lembaga Dakwah Fakultas FORMASI tahun 2007-2008 serta berbagai kepanitiaan dalam berbagai acara skala kampus maupun nasional. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai Asisten Dosen MK Pendidikan Agama Islam Periode 2008/2010.
vi
KATA PENGANTAR Puji Syukur ke hadirat Allah SWT. Atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Kompot Anggrek Dendrobium (Di Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid, Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kelayakan non finansial dan finansial dari usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium. Selain itu juga untuk mengetahui sensitivitas kelayakan usaha terhadap perubahan input dan output. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2013 Kurnia Rahmah Septiani
vii
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1.
Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Anita Primaswari Widhiani, SP. MSi selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3.
Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku dosen penguji komdik yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4.
Bapak Wagiman dan seluruh keluarga besar Pembibitan Kompot Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid atas semua bantuan yang diberikan selama penelitian.
5.
Pihak Pemerintah Kota Depok, dan Kelurahan Meruyung atas bantuan, izin, waktu, dan kesempatan yang diberikan.
6.
Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis.
7.
Orang tua dan kakak-adik tercinta untuk setiap doa dan dukungan yang telah diberikan. Semoga ini bisa jadi persembahan terbaik.
8.
Teman-teman Agribisnis seperjuangan angkatan 43 atas semangat dan kenangan selama perkuliahan dan penelitian.
9.
Dan untuk semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Bogor, Februari 2013 Kurnia Rahmah Septiani
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................
xii
I
PENDAHULUAN ............................................................... 1.1. Latar Belakang ......................................................... 1.2. Perumusan Masalah .................................................. 1.3. Tujuan ...................................................................... 1.4. Manfaat .................................................................... 1.5. Ruang Lingkup .........................................................
1 1 7 9 10 10
II
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 2.1. Potensi Bisnis Anggrek ............................................. 2.2. Segmentasi Umur Anggrek ....................................... 2.3. Tinjauan PenelitianTerdahulu .....................................
11 11 12 13
III
KERANGKA PEMIKIRAN .............................................. 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................... 3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis ................................. 3.1.2 Aspek Nonfinansial ....................................... 3.1.3 Aspek Finansial ............................................. 3.1.4 Analisis Sensitivitas ...................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..............................
16 16 16 17 20 23 24
IV
METODE PENELITIAN ................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................... 4.2. Data dan Metode Penentuan Responden .................... 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................... 4.3.1 Analisis Kelayakan Nonfinansial ...................... 4.3.2 Analisis Kelayakan Finansial ............................. 4.4. Definisi Operasional dan Asumsi Dasar ....................
27 27 27 28 28 30 35
V
GAMBARAN UMUM USAHA ......................................... 5.1. Gambaran Umum Desa Meruyung ............................ 5.2. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ..................... 5.3. Visi dan Misi Estie’s Orchid .....................................
38 38 38 41
VI
ANALISIS ASPEK NONFINANSIAL .............................. 6.1. Aspek Pasar .............................................................. 6.1.1 Analisis Peluang Pasar .................................. 6.1.2 Bauran Pemasaran ......................................... 6.1.2.1 Produk ............................................ 6.1.2.2 Harga .............................................. 6.1.2.3 Distribusi ........................................ 6.1.2.4 Promosi .......................................... 6.2. Aspek Teknis ............................................................
41 41 41 41 42 42 43 43 44
ix
6.3. 6.4. 6.5.
Aspek Manajemen dan Hukum ................................. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ......................... Aspek Lingkungan ....................................................
57 60 62
ANALISIS ASPEK FINANSIAL ....................................... 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) .................................. 7.1.1 Arus Masuk (Inflow) ..................................... 7.1.2 Arus Keluar (Outflow) ................................... 7.1.2.1 Biaya Investasi ............................... 7.1.2.2 Biaya Reinvestasi ........................... 7.1.2.3 Biaya Operasional ........................... 7.2. Harga Pokok Poduksi ................................................ 7.3. Analisis Laba Rugi ................................................... 7.4. Analisis Kelayakan Investasi .................................... 7.5. Analisis Switching Value .......................................... 7.5.1 Penurunan Harga Kompot Anggrek ............... 7.5.2 Penurunan Jumlah Produksi Kompot Anggrek ........................................................ 7.5.3 Peningkatan Harga Bibit Botolan ....................
63 63 63 65 65 67 68 71 72 73 75 75 76 76
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 8.1. Kesimpulan .............................................................. 8.2. Saran ........................................................................
78 78 78
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
79
LAMPIRAN ...................................................................................
81
VII
VIII
x
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
Halaman Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Periode 2007-2011 ...............................................................
1
Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias Indonesia 2007-2011 ............................................................
2
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2009-2011 .............................................
5
4.
Pola Tanam Bibit Kompot Anggrek di Estie’s Orchid ..........
51
5.
Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bibit Kompot Per Tahun ............................................................................
64
Nilai Sisa Investasi Usaha Pembibitan Kompot Anggrek ..................................................................
65
7.
Rekapitulasi Biaya Investasi .................................................
66
8.
Umur Ekonomis dan Penyusutan Investasi ...........................
67
9.
Rekapitulasi Biaya Reinvestasi .............................................
68
10.
Perhitungan Common Cost ....................................................
68
11.
Rincian Biaya Tetap per Tahun ............................................
69
12.
Rincian Biaya Variabel per Tahun ........................................
71
13.
Rekapitulasi Proyeksi Laba Rugi ..........................................
72
14.
HPP per Unit Bibit Kompot Anggrek Dendrobium ...............
73
15.
Hasil Kriteria Investasi Usaha Pembibitan Kompot ..............
73
16.
Perbandingan Jumlah Produksi Kompot ...............................
76
17.
Hasil Perhitungan Interpolasi Masing-masing Variabel ........
77
2. 3.
6.
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional ....................
25
2.
Saluran Distribusi Kompot Anggrek Dendrobium ................
43
3.
Layout Pembibitan Estie’s Orchid ......................................
54
4.
Layout Greenhouse ..............................................................
55
5.
Struktur Organisasi Pembibitan Anggrek Estie’s Orchid ....
57
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1.
Halaman Volume Ekspor dan Impor Anggrek di Indonesia Tahun 2009-2011 ...............................................................
79
Produksi Anggrek Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2009-2011 ...............................................................
80
3.
Produksi Anggrek di Jawa Barat Tahun 2007-2011 ............
81
4.
Bibit Kompot Anggrek Dendrobium, Bibit Botolan, dan Media Pakis ..................................................................
89
5.
Proyeksi Produksi .............................................................
90
6.
Biaya Investasi ...................................................................
92
7.
Biaya Operasional ..............................................................
93
8.
Arus Masuk (Inflow) ..........................................................
95
9.
Harga Pokok Produksi ........................................................
96
10.
Proyeksi Laba Rugi ............................................................
97
11.
Cashflow ............................................................................
99
12.
Switching Value Jika Terjadi Penurunan Harga Kompot Sebesar 9,07 persen .....................................
101
Switching Value Jika Terjadi Penurunan Jumlah Produksi Kompot Sebesar 9,06 persen ....................
104
Switching Value Jika Terjadi Peningkatan Harga Bibit Botolan sebesar 12,82 persen ....................................
107
2.
13. 14.
xiii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang mempunyai peran dalam mendukung perekonomian bangsa. Hingga tahun 2009, sumbangan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia adalah sebesar Rp 857.196,8 milyar atau sebesar 15,29 persen (BPS, 2012). Kontribusi sektor pertanian dalam mendukung perekonomian bangsa baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain dalam hal menyediakan bahan pangan dan bahan baku, menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat, serta mendatangkan devisa bagi negara. Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan pertanian. Kontribusi subsektor hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto nasional dalam kurun waktu 2007-2011 mengalami kecenderungan peningkatan dengan laju peningkatan rata-rata 3,8 persen per tahunnya. Nilai PDB subsektor hortikultura naik 9,65 persen pada tahun 2008 dan 4,91 persen pada tahun 2009. Terjadi penurunan sebanyak 2,00 persen pada tahun 2010, namun nilai PDB subsektor hortikultura kembali mengalami peningkatan pada tahun berikutnya sebanyak 2,64 persen. Hal ini menunjukkan peran penting subsektor hortikultura dalam mendukung perekonomian nasional. Tabel 1 menunjukkan nilai PDB hortikultura periode 2007-2011. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura periode 2007-2011 Kelompok Komodita s
Nilai PDB (Milyar Rp) 2007
2008
2009
2010
Persentase Pertumbuhan (%) 2011
2008
2009
Buah42.362 47.060 48.437 45.482 46.736 11.09 2.93 buahan Sayuran 25.587 28.205 30.506 31.244 33.137 10,23 8,16 Biofarmak 4.105 3.853 3.897 3.665 2.995 -6,14 1,14 a Tanaman 4.741 5.085 5.494 6.174 5.984 7,26 8,04 Hias Total Hortikultu 76.795 84.203 88.334 86.565 88.851 9,65 4,91 ra Sumber : Direktorat Jendral hortikultura, Kementrian Pertanian, 2012 (Diolah)
2010
2011
-6,10
2,76
2,42
6,06 18,28
-5,95 12,38
-3,08
-2,00
2,64
Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok komoditas tanaman hias bukan merupakan kelompok komoditas yang memberikan kontribusi tertinggi dengan kontribusi terhadap PDB hortikultura mencapai 6,46 persen per tahun, namun PDB komoditas tanaman hias terus meningkat setiap tahunnya dengan nilai peningkatan PDB tanaman hias rata-rata mencapai 6,15 persen per tahunnya dalam periode tahun 2007-2011. Tanaman hias merupakan salah satu kelompok komoditas hortikultura yang memiliki peluang sangat baik bagi pasar lokal maupun internasional. Hal ini tercermin dari nilai neraca ekspor dan impor tanaman hias Indonesia yang masih defisit. Perkembangan volume ekspor dan impor tanaman hias di Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias Indonesia 2007-2011 Ekspor Tahun
Impor
2007
Volume (Ton) 4.621
Nilai (US $) 6.899.222
2008
3.258
2009
Volume (Ton)
Nilai (US $)
869
2.019.309
6.725.862
281.522
355.183
5.111
7.718.570
218.876
641.206
2010
4.294
9.041.872
320.583
1.748.000
2011
4.888
13.160.381
315.988
2.700.692
6
19
256
56
Rata-Rata Pertumbuhan (%)
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa volume dan nilai impor tanaman hias di Indonesia masih lebih besar dibandingkan nilai ekspornya. Komoditas tanaman hias yang dimaksud adalah krisan, anggrek, mawar dan tanaman hias lain. Rata-rata pertumbuhan volume impor tanaman hias di Indonesia mencapai 256 persen per tahun pada tahun 2007 sampai 2011, sedangkan rata-rata pertumbuhan volume ekspor tanaman hias hanya mencapai enam persen per tahun pada kurun waktu yang sama. Hal ini menunjukkan masih besarnya peluang bagi tanaman hias untuk pasar lokal maupun internasional. Besarnya minat masyarakat terhadap tanaman hias berkaitan erat dengan pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan, dan taraf hidup masyarakat. 2
Pembangunan kompleks perumahan, perkantoran, dan taman kota membuka peluang untuk pengembangan usaha di bidang tanaman hias. Selain itu, kondisi agroklimat dengan iklim tropis membuat Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati dapat dilihat dari jenis flora dan fauna yang ada di Indonesia. Sebagian dari kekayaan flora Indonesia berpotensi sebagai tanaman hias, salah satunya adalah flora khas Indonesia yaitu anggrek yang menjadi komoditas tanaman hias unggulan nasional. Tanaman anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi karena memiliki bunga yang indah yang beraneka ragam dengan keunikan dan warna-warna yang menarik. Anggrek juga salah satu tanaman hias unggulan Indonesia yang merupakan famili Orchidaceae, famili yang sangat besar dan tersebar di seluruh dunia kecuali di daerah kering dan dingin. Pada tahun 1965 Hawkes memperkirakan di dunia ini ada sekitar 30.000 jenis anggrek baik berupa spesies asli, silangan alam dan silangan buatan. Di Indonesia dilaporkan ada sekitar 5.000 jenis asli yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia1. Anggrek merupakan tanaman hias yang sangat populer karena memiliki jenis yang beragam dan biasanya dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta ungkapan sukacita maupun dukacita. Negara Hongkong, Singapura dan Amerika Serikat merupakan negara yang cukup banyak meminta anggrek dari Indonesia karena memiliki keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga tropis. Hal ini menimbulkan tingginya minat masyarakat untuk memelihara dan mengelola tanaman anggrek sebagai tanaman komersil, karena peluang pasar di dalam dan di luar negeri yang masih terbuka.2 Pasar anggrek saat ini terdiri atas pasar dalam negeri dan pasar luar negeri. Konsumen pasar dalam negeri adalah para penggemar dan pencinta anggrek, pedagang keliling tanaman anggrek, pedagang tanaman anggrek pada kios di tempat 1
[Balithi] Balai Penelitian Tanaman Hias. 2010. http://balithi.litbang.deptan.go.id/ [6 Desember 2012]
Budidaya
Tanaman
Anggrek.
2
Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2010. Road Map Pasca Panen dan Pemasaran Anggrek 2005-2010. http://agribisnis.deptan.go.id [6 Desember 2012]
3
tempat-tempat tertentu dalam kota, perhotelan, perkantoran, gedung-gedung pertemuan, pengusaha pertamanan, toko bunga, florist, pesta-pesta dan perkawinan. Jenis-jenis anggrek yang banyak diminta pasar adalah Vanda Douglas, Dendrobium dan Golden Shower. Selera konsumen terhadap mutu bunga potong anggrek sangat spesifik dan berkembang sangat dinamis ke arah yang lebih serasi dan sempurna dari segi keindahan, warna, ukuran, susunan, daya tahan dan bentuk bunga tersebut. Anggrek jenis Dendrobium banyak digunakan dalam rangkaian bunga karena sifatnya yang relatif lebih tahan lama dan warna bunganya lebih bervariasi. Pada saat ini anggrek yang dominan disukai masyarakat adalah jenis Dendrobium (34%), Oncidium Golden Shower (26%), Catleya (20%) dan Vanda (17%) serta anggrek lainnya (3%).3 Perkembangan komoditas anggrek dapat dilihat dari luas areal panen, tingkat produksi dan produktivitasnya. Rata-rata tingkat produktivitas anggrek dalam kurun waktu 2009-2011 menempati urutan paling rendah dibandingkan tanaman hias lain yaitu mencapai 9.34 tangkai/m2 per tahunnya. Rata-rata tingkat produktivitas untuk krisan, mawar dan sedap malam berturut-turut mencapai 21,12 tangkai/m2, 14,91 tangkai/m2, 17,33 tangkai/m2 per tahunnya. Padahal luas areal panen anggrek mencapai 1.209.938 m2 jauh lebih tinggi dibandingkan mawar dan sedap malam yaitu 504.745 m2 dan 709.987 m2. Hal ini menunjukkan masih perlunya peningkatan dari berbagai aspek dalam sistem peranggrekan di Indonesia mulai dari tingkat hulu hingga tingkat hilir. Seperti ketersediaan bibit, teknik budidaya, intensitas penanaman dan sebagainya. Tabel 3 menunjukkan luas panen, produksi dan produktivitas tanaman hias di Indonesia tahun 2009-2011.
3
Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2010. Road Map Pasca Panen dan Pemasaran Anggrek 2005-2010. http://agribisnis.deptan.go.id [6 Desember]
4
Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2009-2011 Komoditi
Anggrek
Krisan
Mawar
Sedap Malam
Tahun
Luas Panen (m2 )
Luas Produksi
Produktivitas
(Tangkai)
(Tangkai/m2)
2009
1.308.199
16.205.949
12,39
2010
1.391.206
14.050.445
7,68
2011
1.209.938
15.490.256
7,96
2009
9.742.677
107.847.072
11,07
2010
10.024.605
185.232.970
17,58
2011
8.379.521
305.867.882
34,71
2009
610.480
60.191.362
8,25
2010
3.844.434
82.351.332
14,13
2011
504.745
74.319.773
22,34
2009
815.709
51.047.807
7,89
2010
623.463
52.298.954
23,00
2011
709.987
62.535.465
21,11
Sumber : Badan Pusat Satistik (2012)
Peranggrekan di Indonesia terkendala pada ketersediaan bibit tanaman anggrek. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya volume impor bibit anggrek yang masuk ke Indonesia (Lampiran 1). Masih sedikitnya petani yang mengambil segmen hulu, yaitu segmen bibit botolan sampai segmen seedling, maka agribisnis anggrek di lingkungan petani terputus pada sub sektor bibit, sehingga tanpa ada yang memilih segmen bibit para petani anggrek akan sangat tergantung dengan pasokan dari luar/impor. Hal ini menunjukkan masih terbukanya peluang untuk menekuni usaha anggrek dengan segmen bibit botol hingga seedling. Menurut Wijayanti dalam Arbianto (2006), karakteristik agribisnis anggrek adalah skala usaha lahan yang relatif kecil, padat modal, dan mata pemasaran yang relatif pendek. Anggrek juga memiliki keunggulan dibandingkan tanaman hias lainnya meliputi variasi yang lebih banyak dalam bentuk, ukuran, warna, jenis, serta lebih tahan lama sebagai bunga potong. Pada perkembangan selanjutnya budidaya anggrek ini mampu meningkatkan pendapatan petani sehingga berpengaruh besar terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Anggrek merupakan salah satu pilihan usahatani yang memiliki nilai komersial tinggi 5
dengan pemanfaatan lahan yang sempit dan laku di pasaran, sehingga anggrek sangat potensial untuk dikembangkan di areal perkotaan. Jawa Barat merupakan provinsi yang menjadikan anggrek sebagai komoditas unggulan daerah dengan jumlah produksi anggrek terbesar di Indonesia (Lampiran 2). Hal ini didukung dengan adanya pasokan dari daerah-daerah sentra penghasil anggrek yang tersebar di seluruh provinsi Jawa Barat. Beberapa sentra di sekitar pesisir seperti Kota Depok, Kabupaten Kerawang dan sebagian Kabupaten Bogor serta Kabupaten Bekasi merupakan dataran rendah sampai sedang, sedangkan sebagian Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi bagian utara umumnya merupakan dataran sedang sampai dataran tinggi.4 Kota Depok merupakan daerah penyumbang anggrek yang menempati urutan ke-2 setelah Kabupaten Bogor dengan jumlah produksi rata-rata mencapai 1.228.543 tangkai per tahun (Lampiran 3). Kota Depok sebagai salah satu sentra produksi anggrek mendapat dukungan dari pemerintah kota melalui Dinas Pertanian Kota Depok dalam rangka pengembangan pertanian perkotaan. Sektor pertanian di perkotaan memiliki keunggulan spesifik dan sangat prospektif, karena jaminan pangsa pasar dan permintaan akan produk pertanian segar dan olahan amat beragam. Tanaman hias kini menjadi ciri khas Pembangunan Pertanian Perkotaan. Salah satu kebutuhan batiniah masyarakat kota adalah keindahan dan suasana nyaman di suatu lingkungan. Penataan Taman Kota, Taman Lingkungan dan taman rumah memberikan nuansa kepuasan batin tersendiri bagi masyarakat kota, sehingga berdampak pada kebutuhan akan berbagai jenis tanaman hias. Pengembangan Pertanian Perkotaan dilaksanakan Dinas Pertanian Kota Depok dengan menjadikan komoditas tanaman hias termasuk di dalamnya tanaman anggrek sebagai komoditas potensial dan prospektif yang akan dikembangkan di Kota Depok (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007). Keragaan pertanaman Anggrek di wilayah Kota Depok tersebar di enam wilayah kecamatan se-Kota Depok pada umumnya, dan khususnya di Kecamatan Sawangan dan Limo. 4
Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2006. Daerah Sentra Jawa http://dithias.hortikultura.deptan.go.id/daerah_sentra/jabar.php [7 Desember 2012]
Barat.
6
Limo. Pengembangan anggrek di kedua kecamatan ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu masih banyak areal tanam yang luas dan cocok bagi pertumbuhan anggrek serta letaknya yang dekat dengan pusat pemasaran lokal (DKI Jakarta). Estie’s Orchid adalah salah satu usaha yang bergerak dalam bidang budidaya anggrek Dendrobium di Kecamatan Limo Kota Depok. Sejak tahun 2009 usaha Estie’s Orchid memfokuskan usaha budidaya anggreknya pada segmen hulu, yaitu segmen pembibitan tanaman anggrek. Hal ini dilakukan berdasarkan pada peluang bisnis anggrek di segmen hulu yang masih besar karena belum banyak petani yang mengambil segmen ini. Oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan usaha pembibitan anggrek untuk melihat sejauh mana usaha pembibitan anggrek dapat memberikan tingkat keuntungan kepada para petani yang ingin melakukan usaha pembibitan anggrek. 1.2 Perumusan Masalah Peluang bisnis anggrek cukup menjanjikan, hal ini terlihat dari setiap fase dalam perkembangan anggrek yang dapat dijadikan usaha dimulai dari mengadakan silangan untuk menciptakan kultivar baru sampai menghasilkan tanaman pot anggrek hias berbunga atau produksi bunga potong. Anggrek pada umumnya diperdagangkan dalam tiga bentuk komoditas, yaitu bibit anggrek, tanaman anggrek dewasa (pot plant) dan bunga anggrek potong. Bibit anggrek terbagi lagi menjadi empat segmen, yaitu bibit botolan, bibit kompot, bibit seedling (tanaman dara), dan bibit tanaman remaja. Bibit anggrek menjadi komoditas perdagangan di tingkat petani dan importir bibit, sedangkan tanaman anggrek dewasa dan bunga anggrek potong diperdagangkan di tingkat penjual/pusat pemasaran. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, petani yang mengambil segmen hulu yaitu pembibitan anggrek masih sedikit. Perdagangan bibit anggrek di Kota Depok yang meliputi bibit dalam botol, kompot dan seedling belum terbuka karena belum ada pusat pemasaran khusus bibit tanaman anggrek. Padahal pada umumnya pelaku bisnis anggrek dewasa berbunga dan anggrek potong menanam
anggrek dalam
bentuk seedling
untuk mempersingkat
masa
pemeliharaan dan menurunkan risiko kematian tanaman, untuk itu peluang usaha pembibitan anggrek masih terbuka khususnya usaha pembibitan segmentasi bibit 7
kompot yang merupakan input utama untuk menanam seedling anggrek. Bibit kompot atau community pot adalah bibit tanaman anggrek yang ditanam beramairamai dalam satu pot dan berusia 4-5 bulan setelah proses pengeluaran dari dalam botol. Setelah umur kompot mencapai lima bulan, tanaman anggrek dipindahkan ke dalam pot individu (seedling). Seedling ini dipelihara hingga tanaman anggrek dewasa dan menghasilkan bunga. Peluang usaha pembibitan kompot memang besar mengingat belum banyak yang melakukannya, namun untuk mengetahui tingkat keuntungan yang akan dihasilkan dari usaha pembibitan kompot anggrek tersebut terhadap investasi yang sudah dikeluarkan perlu dilakukan analisis kelayakan usaha secara finansial yang dapat dijadikan pertimbangan bagi para petani yang ingin menjalankan usaha pembibitan kompot. Analisis kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana kelayakan finansial dan non finansial usaha pembibitan kompot anggrek sehingga layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan dilakukan pada unit pembibitan kompot Estie’s Orchid, yaitu suatu usaha pembibitan anggrek Dendrobium yang berlokasi di Desa Meruyung Kecamatan Limo, Kota Depok. Usaha pembibitan kompot yang dilakukan Estie’s Orchid sejak tahun 2009 dapat dijadikan model acuan untuk melihat bagaimana kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek dari aspek finansial dan non finansial. Hasil dari analisis kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium di Estie’s Orchid ini dapat dijadikan gambaran kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium sehingga dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi para pelaku usaha dan petani yang ingin menjalankan usaha serupa. Estie’s Orchid memiliki visi jangka panjang yaitu menjadikan Desa Meruyung sebagai kawasan khusus penyedia bibit anggrek Dendrobium (semacam daerah sentra produksi). Oleh karena itu diperlukan keterlibatan masyarakat sekitar untuk ikut membudidayakan bibit anggrek. Hasil analisis kelayakan usaha yang dilakukan dapat dijadikan alat bantu dalam mewujudkan visi tersebut yaitu sebagai dasar pertimbangan bagi masyarakat sekitar untuk ikut membudidayakan bibit anggrek.
8
Studi kelayakan harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan berapa keuntungan yang akan diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Aspek yang dikaji antara lain aspek non finansial dan aspek finansial. Terdapat beberapa ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha pembibitan kompot ini. Perubahan-perubahan tersebut antara lain penurunan jumlah produksi bibit kompot, penurunan harga bibit kompot, dan peningkatan harga bibit botolan. Jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot, dan harga bibit botolan sampai saat ini memang tidak terlalu berfluktuasi, namun perubahanperubahan pada variabel ini tentu dapat mempengaruhi kelayakan usaha pembibitan kompot dari segi aspek finansial sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas karena adanya perubahan tersebut. Analisis switching value juga digunakan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan variabel tersebut. Analisis Switching Value ini dilakukan karena sampai saat ini belum terjadi fluktuasi jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot, dan harga bibit botol yang signifikan, namun tentu saja risiko perubahan ini akan tetap ada. Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa permasalahan pokok yang akan ditinjau dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kelayakan non finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium di Estie’s Orchid? 2. Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium Estie’s Orchid? 3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium Estie’s Orchid terhadap perubahan jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot dan harga bibit botolan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Menganalisis kelayakan non finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium. 2. Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium. 9
3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium terhadap perubahan jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot dan harga bibit botolan 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pemilik usaha, sebagai informasi mengenai kelayakan usaha yang dijalankan sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi keberlanjutan usaha. 2. Bagi masyarakat luas terutama para petani anggrek, sebagai bahan masukan dan informasi dalam melakukan budidaya pembibitan kompot anggrek Dendrobium. 3. Bagi Akademisi dan peneliti peranggrekan, sebagai literatur untuk penelitian yang berhubungan dengan masalah yang relevan dan dapat menjadi referensi dan wacana apabila akan melakukan penelitian lebih lanjut. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terfokus pada unit usaha pembibitan kompot tanaman anggrek yang dijalankan oleh Estie’s Orchid, Desa Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok Jawa Barat dan usaha ini baru dilaksanakan pada awal tahun 2009. Penelitian hanya dilakukan pada unit pembibitan kompot dengan lahan seluas 160 m2 dan kapasitas produksi 1800 pot bibit kompot. Pada unit usaha ini hanya dilakukan pemeliharaan tanaman anggrek menjadi bibit kompot, sementara bibit botolan yang dijadikan sebagai input diperoleh dari laboratorium kultur jaringan Estie’s Orchid yang telah ada. Penelitian meliputi berbagai aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Bisnis Anggrek Anggrek termasuk tanaman yang memiliki prospek dan nilai ekonomi yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari beragamnya segmen produk yang dapat diusahakan. Tanaman anggrek yang diusahakan tidak hanya bernilai ekonomis pada saat berbunga saja (tanaman anggrek pot dan bunga potong), namun juga pada saat tanaman anggrek masih berbentuk bibit botolan, kompot dan bibit remaja (seedling). Anggrek pada umumnya diperdagangkan dalam tiga bentuk komoditas, yaitu bibit anggrek, tanaman anggrek dewasa (pot plant) dan bunga anggrek potong. Bibit anggrek terbagi lagi menjadi empat segmen, yaitu bibit botolan, bibit kompot, bibit seedling (tanaman dara), dan bibit tanaman remaja. Bibit anggrek menjadi komoditas perdagangan di tingkat petani dan importir bibit, sedangkan tanaman anggrek dewasa dan bunga anggrek potong diperdagangkan di tingkat penjual/pusat pemasaran. Menurut Wijayanti dalam Arbianto (2006), hal ini erat kaitannya dengan kepemilikan modal dan luasan area. Bagi petani yang luasan area usahanya sempit, pada umumnya mengusahakan anggrek Dendrobium berupa bibit botol, kompot, sampai seedling untuk kemudian dijual. Oleh pedagang perantara, tanaman anggrek tersebut diusahakan sampai berbunga untuk kemudian dijual sebagai anggrek pot berbunga kepada konsumen rumah tangga. Petani yang permodalannya kuat pada umumnya memproduksi anggrek dalam bentuk bunga potong. Masih sedikitnya petani yang mengambil segmen hulu, yaitu segmen bibit botolan sampai segmen seedling, maka agribisnis anggrek di lingkungan petani terputus pada sub sektor bibit sehingga tanpa ada yang memilih segmen bibit para petani anggrek akan sangat tergantung dengan pasokan dari luar/impor. Hal ini menunjukkan masih terbukanya peluang untuk menekuni usaha anggrek dengan segmen bibit botol hingga seedling. Anggrek selain dapat dikembangkan menjadi lebih dari satu usaha berdasarkan segmentasi umur anggrek, usaha anggrek juga dapat menghasilkan kios tanaman yang tidak hanya menyediakan tanaman anggrek melainkan juga kebutuhan lain yang menunjang tanaman seperti pupuk, pot, dan lainnya. Peluang usaha anggrek juga terbuka lebar mengingat kesadaran akan keindahan lingkungan juga semakin meningkat, seperti adanya taman pada
pembangunan areal perkantoran atau perumahan. Hal ini turut membuka peluang pada bidang usaha jasa sewa tanaman hias termasuk anggrek yang biasa digunakan untuk resepsi pernikahan, seminar atau acara lainnya. Para penyewanya pun beragam mulai dari usaha wedding organizer hingga hotel berbintang lima5. 2.2 Segmentasi Umur Anggrek 1. Bibit Botolan Bibit botolan dapat dikatakan sebagai bibit anggrek apabila telah mencapai kurun waktu ± 24 bulan lamanya, terhitung dari awal proses pembenihan. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai bibit apabila telah mencapai kurun waktu ± 26 bulan lamanya terhitung dari proses pembenihan (Setiawan, 2002). 2. Anak Semai (Komunitas Pot) Anak semai dapat dikatakan sebagai bibit siap semai apabila telah mencapai kurun waktu ± empat bulan lamanya setelah proses pengeluaran bibit dari botol ke dalam pot. Di pot ini bibit asal botol dipelihara beramai-ramai. Satu pot diisi ± 25 bibit. Itulah sebabnya ia disebut kompot, berasal dari kata community pot. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai anak semai apabila telah mencapai kurun waktu ± enam bulan lamanya setelah proses pengeluaran bibit dari botol ke dalam pot (Setiawan, 2002). 3. Anggrek Remaja (seedling) Anggrek remaja dapat dikatakan sebagai bibit remaja apabila telah mencapai kurun waktu ± 8 bulan lamanya dari anak semai yang dipindahkan ke dalam pot yang lebih besar lagi. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai anggrek remaja apabila telah mencapai kurun waktu ± 28 bulan lamanya terhitung dari proses pemindahan anak semai 5
www.kompas.com Artikel/Bunga Anggrek, Keindahan yang Membawa Rezeki [7 Januari 2012]
12
ke pot yang lebih besar (Setiawan, 2002). 4. Anggrek Dewasa Anggrek dewasa dapat dikatakan sebagai bibit dewasa apabila telah mencapai kurun waktu ± 15 bulan lamanya dari anggrek remaja yang berpindah ke dalam pot yang lebih besar lagi. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai anggrek dewasa apabila telah mencapai kurun waktu ± 18 bulan lamanya terhitung dari proses pemindahan dari anggrek remaja ke dalam pot yang lebih besar (Setiawan, 2002). 5. Anggrek Dewasa Memiliki Calon Bunga Anggrek dewasa memiliki calon bunga merupakan anggrek yang telah mencapai kurun waktu ± 12 bulan lamanya dari anggrek dewasa yang siap untuk kawin. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai anggrek dewasa memiliki calon bunga apabila telah mencapai kurun waktu ± 15 bulan lamanya terhitung dari anggrek dewasa siap kawin (Setiawan, 2002). 6. Dewasa Berbunga Anggrek dewasa berbunga merupakan anggrek yang telah mencapai kurun waktu ± empat bulan lamanya dari anggrek dewasa yang memiliki calon bunga. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai anggrek dewasa berbunga apabila telah mencapai kurun waktu ± enam bulan lamanya terhitung dari anggrek yang memiliki calon bunga (Setiawan, 2002). 2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha dan analisis pada tanaman anggrek. Penelitian yang dilakukan Ernawati (2007) tentang analisis daya saing dan strategi pengembangan anggrek di DKI Jakarta menunjukkan bahwa dari hasil Metode Perbandingan Eksponensial menunjukkan jenis Anggrek Dendrobium 13
memiliki ranking atau prioritas tertinggi dibanding alternatif prioritas lainnya, setelah itu jenis Anggrek Phalaenopsis menjadi pesaing utama Dendrobium, kemudian disusul dengan jenis Athurium dan Anggrek Cattleya, pesaing lainnya yaitu jenis Anggrek Vanda, Anggrek Oncidium, Melati dan Mawar. Begitupun dengan jenis Gladiol dan Palem menjadi pesaing terjauh Anggrek Dendrobium. Hasil analisis SWOT dan dilanjutkan dengan QSPM terdapat empat strategi, yaitu: 1) Meningkatkan promosi tidak hanya melalui pameran dan bursa tapi langsung mendekati konsumen, hotel, restoran dan mall-mall; 2) Memberikan kemudahan kepada para pelaku anggrek untuk memanfaatkan sarana agribisnis anggrek khususnya milik Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta; 3) Menerapkan teknologi inovatif dan modern mengacu Standar Prosedur Operasional
(SPO)
berbasis
Good
Agricultural
Practices
(GAP);
4)
Mengembangkan nursery-nursery anggrek dengan pola kerja sama perbanyakan bibit anggrek unggul melalui teknik kultur jaringan. Zulkarnain (2009) melakukan analisis finansial terhadap budidaya tanaman anggrek. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kriteria kelayakan investasi terhadap perubahan penawaran segmentasi umur anggrek yang dilakukan oleh Permata Anggrek. Perubahan segmentasi dilakukan berdasarkan meningkatnya permintaan terhadap anggrek dengan segmentasi umur dewasa dan berbunga namun belum dapat dipenuhi oleh Permata Anggrek. Hasil penelitian ini menyatakan perubahan segmentasi umur budidaya yang dilakukan oleh Permata Anggrek telah memenuhi kriteria kelayakan investasi. Adapun interpretasi dari angka-angka tersebut adalah: NPV sebesar Rp 75.320.472, nilai NPV tersebut lebih besar dari nol maka nilai NPV tersebut dinyatakan layak; nilai IRR sebesar 51 persen, nilai tersebut dikatakan layak karena nilai IRR tersebut lebih besar dari tingkat bunga diskontonya sebasar 14 persen; Net B/C sebesar 2,63 menunjukkan setiap satu rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya akan mendapatkan manfaat sebesar Rp 2,63 dan dinyatakan layak karena nilainya lebih dari satu; PP yang diperoleh sebesar 0,32 menunjukkan pengembalian modal investasi selama tiga bulan lebih. Aspek finansial diteliti pula oleh Arbianto (2006), penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan Rama 14
Orchid berdasarkan kriteria finansial dan non finansial serta pengaruh perubahan volume produksi, harga input dan harga output terhadap kelayakan usaha. Analisis dilakukan pada dua skenario yaitu membudidayakan anggrek sendiri (skenario satu) atau menambah petani mitra (skenario dua). Skenario satu menghasilkan NPV terbesar dibanding skenario dua yaitu Rp 410.072.749, sedangkan IRR, Net B/C dan PBP skenario dua lebih baik dari skenario satu, berturut-turut yaitu sebesar 55,2 persen; 3,55 dan dua tahun satu bulan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana peneliti melakukan penelitian terhadap komoditi anggrek Dendrobium spesifik pada segmentasi fase bibit kompot, sedangkan komoditi pada penelitian yang dilakukan Zulkarnain (2009) dan Arbianto (2006) adalah anggrek Dendrobium pada fase dewasa berbunga. Penelitian ini menganalisis kelayakan aspek finansial dan non finansial pada usaha budidaya pembibitan kompot anggrek Dendrobium yang merupakan input penting bagi tersedianya anggrek dewasa berbunga. Analisis kelayakan pada usaha kompot anggrek perlu dilakukan mengingat belum banyaknya pelaku usaha anggrek yang mengambil peluang usaha pada pembibitan kompot anggrek, sehingga hasil analisis dapat menjadi dasar pertimbangan bagi petani dan pelaku usaha anggrek dalam menjalankan usaha ini. Penelitian dilakukan di kelayakan usaha budidaya bibit kompot tanaman anggrek Estie’s Orchid Kota Depok. Kriteria kelayakan investasi secara finansial meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PBP). Aspek finansial meliputi berbagai aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomibudaya, dan aspek lingkungan.
15
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kegiatan investasi yang dilakukan di bidang pertanian mempunyai risiko yang cukup besar. Sebab itu diperlukan perencanaan serta pengkajian yang mendalam dan menyeluruh mengenai pemanfaatan modal, untuk mengetahui besarnya manfaat yang diperoleh dan besarnya biaya yang akan dikeluarkan. Diperlukan suatu analisis yang disebut studi kelayakan usaha, yang melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu proyek dalam memberikan manfaat sehingga risiko kerugian di masa yang akan datang dapat diantisipasi (Husnan dan Muhammad, 2000). 3.1.1 Pengertian Analisis Kelayakan Usaha Studi kelayakan usaha adalah penelitian terhadap rencana usaha yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya usaha dilakukan, namun juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka mencapai keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2005). Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjutan penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan memerlukan biaya, namun biaya tersebut relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Muhammad, 2000). Dengan analisa proyek, tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi proyek dapat diketahui, pemborosan terhadap sumber daya dapat dihindarkan, serta dapat memilih proyek yang paling menguntungkan di antara berbagai alternatif proyek investasi yang ada. Hasil dari analisis ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada bisnis itu sendiri. Adapun pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat dari analisis ini antara lain: 1) Investor, dengan adanya analisis kelayakan bisnis, maka investor dapat menilai apakah dana yang ditanamkan akan memberikan keuntungan sehingga investor dapat membuat keputusan investasi secara lebih objektif, 2) Kreditor/Bank, hasil analisis yang diperoleh dapat dijadikan acuan apakah dana yang dipinjamkan pada suatu bisnis dapat dikembalikan, selain itu
payback period dari bisnis tersebut juga sangat diperhatikan oleh kreditor/bank, 3) Analis, analisis ini digunakan oleh analis untuk dapat menunjang tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai bisnis yang sudah ada, 4) Masyarakat, hasil dari analisis ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui nilai tambah yang muncul akibat bisnis tersebut, 5) Pemerintah, dilihat dari sudut pandang mikro, analisis ini diharapkan mampu mengembangkan pemanfaatan sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, peningkatan pemasukan pemerintah melalui pajak dan retribusi, sedangkan secara makro, analisis ini diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional sehingga terjadi pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita (Nurmalina et al, 2009). 3.1.2 Aspek Non Finansial Aspek non finansial dianalisis secara kualitatif dan tidak terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Ada lima aspek non finansial yang akan dibahas pada penelitian ini. 1. Aspek Pasar Pasar merupakan kumpulan orang yang berpotensi untuk membeli suatu produk sehingga analisis aspek pasar sangat diperlukan agar bisnis dapat berjalan dengan baik karena produk yang dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran. Menurut Umar (2005), pada aspek ini dilihat apakah pasar yang dituju jelas, bagaimana prospek ke depan, dan risiko kegagalan bisnis di masa yang akan datang. Marketing mix dianalisis untuk mengetahui bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan dalam mengoptimalkan keuntungan. Bauran pemasaran terdiri dari produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Analisis aspek pasar pada studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan (Nurmalina et al. 2009). Permintaan mengkaji secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis kelamin, perusahaan, dan proyeksi permintaan. Penawaran
mengkaji
dari
dalam
maupun
luar
negeri,
bagaimana
perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan 17
datang. Harga mengkaji perbandingan dengan produk saingan yang sekelas dan apakah ada kecenderungan perubahan harga atau tidak. 2. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan analisis yang berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha. Evaluasi ini meliputi kebutuhan-kebutuhan teknis proyek seperti karakteristik produk yang diusahakan, lokasi dimana proyek akan didirikan dan sarana pendukungnya, serta lay out bangunan yang dipilih (Husnan dan Muhammad, 2000). Menurut Gittinger (1986) analisis secara teknis akan menguji hubunganhubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan seperti keadaan tanah di daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas benih tanaman, pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi, pemupukan, dan alat kontrol yang diperlukan. Analisis teknis akan dapat menentukan hasil-hasil yang potensial di areal proyek, pengujian fasilitas-fasilitas pemasaran dan penyimpanan yang dibutuhkan untuk mendukung dalam pelaksanaan proyek, dan pengujian sistemsistem pengolahan yang dibutuhkan. Setelah diketahui pasar mampu menyerap penawaran produk perusahaan dengan baik, maka fokus perhatian selanjutnya adalah aspek teknis. Pada aspek teknis ada beberapa hal yang perlu dikaji sebelum usaha dilakukan, seperti penentuan lokasi usaha, luas produksi, proses produksi dan lay out. Penentuan lokasi usaha dilihat dari sisi kemudahan akses transportasi, ketersediaan bahan baku, supply tenaga kerja, supply listrik dan air, serta tersedianya pasar. 3. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen meneliti sistem manajerial suatu usaha yaitu kesanggupan dan keahlian staf dalam menangani masalah. Evaluasi aspek manajemen operasional bertujuan menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha yang dipilih, struktur organisasi yang akan digunakan, jenisjenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar serta kebutuhan biaya gaji dan upah tenaga kerja (Umar, 2005). 18
Analisis aspek hukum diperlukan dengan mempertimbangkan bentuk badan hukum dari badan usaha yang telah dibangunnya. Pertimbangan ini didasarkan dari kekuatan hukum, konsekuensi, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Dengan kata lain perizinan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan suatu cara untuk menghindari kesulitan yang mungkin dihadapi yang berasal dari pemerintah. Ketika perusahaan telah melakukan perizinan, maka perusahaan telah terdaftar sebagai badan usaha dan diakui keberadaannya oleh pemerintah setempat dan pusat. 4. Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya Aspek ini menganalisis dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Beberapa pertimbangan sosial yang harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial seperti penciptaan kesempatan kerja yang merupakan masalah terdekat dari suatu wilayah (Gittinger, 1986). Sehingga pada aspek sosial yang dinilai antara lain penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Sedangkan dari aspek ekonomi akan dinilai apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Aspek budaya dapat dianalisis melalui dampak adanya bisnis pada budaya masyarakat sekitar. 5. Aspek Lingkungan Pembangunan suatu usaha tentu akan memberikan dampak bagi lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Nurmalina et al (2009) menyatakan bahwa dalam menganalisis aspek lingkungan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengaruh keberadaan bisnis terhadap lingkungan sekitar. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan.
19
3.1.3 Aspek Finansial Aspek finansial bersifat kuantitatif dimana analisis ini mengkaji jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan bisnis. Aspek ini memperhitungkan penerimaan yang diperoleh selama suatu usaha berjalan. Beberapa data yang diperlukan antara lain biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta penerimaan yang diperoleh selama umur usaha. Data-data ini akan diolah dengan menggunakan analisis kelayakan bisnis berupa kriteria investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP). Adanya perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama bisnis berjalan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti (Switching Value Analysis). 1. Kriteria Kelayakan Investasi Analisis kelayakan suatu usaha ditinjau dari aspek penanaman investasinya sehingga kelayakan usaha dapat dilihat dari sisi kelayakan investasi. Beberapa kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Net Present Value (NPV) 2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 3) Internal Rate of Return (IRR) 4) Payback Period 2. Biaya dan Manfaat Menurut Gittinger (1986), secara sederhana biaya (cost) adalah sesuatu yang mengurangi tujuan (manfaat). Sedangkan manfaat (benefit) adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya, dengan kata lain segala sesuatu yang menambah tujuan. Secara umum komponen biaya investasi terdiri atas biaya pra investasi dan biaya pembelian aktiva tetap. Aktiva tetap terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin, dan aktiva tetap lainnya. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak bergantung pada jumlah output yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah selama proses produksi. 20
Biaya juga dapat digolongkan berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan. Terdapat tiga fungsi pokok biaya yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya produksi merupakan biayabiaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Menurut objek pengeluarannya, biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap (Mulyadi, 2000). Adapun pengertian dari biaya-biaya tersebut antara lain: 1) Biaya bahan baku, yakni seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku. 2) Biaya tenaga kerja, sebenarnya biaya tenaga kerja terbagi menjadi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung merupakan imbalan yang diberikan pada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam menghasilkan output. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan imbalan yang diberikan pada tenaga kerja, akan tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada produk yang dihasilkan perusahaan. Biaya tenaga kerja yang diperhitungkan dalam biaya produksi merupakan biaya tenaga kerja langsung. 3) Biaya overhead yakni biaya yang secara tidak langsung mempengaruhi proses produksi. Biaya overhead tetap adalah biaya overhead yang tidak berubah dengan perubahan jumlah produksi. Sedangkan biaya overhead variabel yaitu biaya yang berubah sebanding dengan perubahan jumlah produksi perusahaan. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya ini antara lain biaya iklan, promosi, transportasi, dan pengiriman. Sedangkan biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk yang dikeluarkan untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini antara lain gaji karyawan bagian keuangan, personalia, biaya fotocopy, dan lain-lain. Terdapat dua kelompok biaya dalam pembuatan produk yakni biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi membentuk harga pokok
21
produksi. Penentuan harga pokok produksi terbagi menjadi dua metode yakni full costing dan variable costing: 1) Full
costing
merupakan
metode
harga
pokok
produksi
dengan
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan over head pabrik baik yang berperilaku secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain metode full costing memperhitungkan biaya variabel dan biaya tetap dimana biaya tetap terdiri dari biaya produksi tetap dan biaya penyusutan. 2) Variable Costing merupakan metode yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel. Namun pada penelitian ini, perhitungan harga pokok produksi tidak menggunakan metode variabel costing karena perhitungan variabel costing tidak menggambarkan keseluruhan biaya yang digunakan untuk menghasilkan produk. Harga pokok produksi yang ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, administrasi, dan umum) digunakan untuk menghitung total harga pokok produk. Harga pokok produk merupakan semua biaya yang berkaitan dengan produk (barang) yang dihasilkan. Pada umumnya biaya seringkali lebih mudah diperkirakan dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh. Manfaat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar yakni Tangible Banefit, Indirect Benefit, dan Intangible Benefit (Nurmalina et al 2009). a)
Tangible Benefit, merupakan manfaat yang dapat diukur. Manfaat ini dapat diperoleh melalui (1) peningkatan produksi (2) perbaikan kualitas produk karena jika kualitas meningkat maka harga dapat meningkat sehingga dengan jumlah yang sama total penerimaan akan meningkat pula, (3) perubahan waktu dan lokasi penjualan baik yang berhubungan dengan peningkatan ketersediaan produk sepanjang waktu maupun penurunan biaya transportasi, (4) perubahan bentuk produk yang meliputi pengolahan lebih lanjut dan penetapan grading pada produk, (5) mekanisasi pertanian sehingga mampu mengurangi biaya misalnya karena menurunnya penggunaan tenaga kerja, (6) 22
penggunaan biaya transportasi, (7) penurunan atau menghindari kerugian. b) Indirect Benefit, yakni manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri sehingga mempengaruhi keadaan eksternal bisnis. c)
Intangible Benefit, yakni manfaat yang riil namun sulit diukur contohnya manfaat keindahan, kenyamanan, dan kesegaran pada bisnis pertamanan.
3. Konsep Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) Investasi suatu proyek berkaitan dengan usaha dalam jangka waktu yang panjang. Konsep nilai waktu uang (Time Value of Money) menyatakan bahwa uang yang diterima sekarang lebih berharga daripada uang yang diterima kemudian atau nilai sekarang lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (Gittinger, 1986). Oleh karena itu, dalam perhitungan kelayakan suatu usaha perlu memperhitungkan nilai waktu uang dengan men-discounting nilai (biaya dan manfaat) di masa yang akan datang ke masa sekarang ini. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui sampai pada umur proyek berapa biaya dan manfaat yang diperoleh perusahaan akan mempengaruhi kelangsungan usaha tersebut. 4. Umur Proyek Beberapa pedoman yang dapat menjadi acuan untuk menentukan panjangnya umur suatu proyek, antara lain (Kadariah et al,1999): a. Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kirakira sama dengan umur ekonomis dari proyek. Yang dimaksudkan dengan umur ekonomis suatu aset adalah jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunannya. b. Umur proyek yang mempunyai investasi modal yang sangat besar, umur proyek yang digunakan adalah umur teknis. Dalam hal ini, untuk proyekproyek tertentu, umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena obsolence (ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien). 3.1.4 Analisis Sensitivitas Menurut Gittinger (1986) pada proyek di sektor pertanian dapat berubahubah sebagai akibat dari empat permasalahan utama, yaitu perubahan harga jual 23
produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya input (cost over run) dan kesalahan dalam memperkirakan hasil produksi. Permasalahan ini timbul karena banyak faktor yang tidak terkendali. Setiap kemungkinan perubahan atau kesalahan dalam dasar perhitungan dipertimbangkan dalam analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap analisa hasil proyek jika terjadi suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar penghitungan benefit (Kadariah et al, 1999). Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Analisis nilai pengganti dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat ditoleransi dan akhirnya membuat suatu usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Pada analisis ini dicari berapa nilai pengganti pada komponen biaya dan penurunan manfaat dapat terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat diskonto yang digunakan, dan nilai Net B/C sama dengan satu (cateris paribus). 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pembibitan anggrek merupakan salah satu sektor hulu yang penting dalam pemenuhan bibit anggrek bagi para petani. Salah satu produk pembibitan anggrek adalah bibit kompot. Saat ini petani anggrek yang mengambil segmen hulu yaitu pembibitan masih sedikit sehingga pasokan bibit dalam negeri masih dipenuhi dengan impor dari negara lain. Selain karena tingkat produksinya yang masih terbatas, harga jual bibit kompot yang juga cukup tinggi menyebabkan usaha pembibitan kompot ini sangat potensial untuk dikembangkan. Untuk itu diperlukan beberapa analisis untuk mengetahui kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium. Analisis dilakukan pada unit pembibitan kompot anggrek Dendrobium Estie’s Orchid sebagai model acuan yang sudah berjalan sejak tahun 2009. Estie’s Orchid merupakan salah satu usaha pembibitan anggrek yang terdapat di Kecamatan Limo Kota Depok. Pada aspek pasar perlu diketahui jumlah permintaan, harga jual, penawaran dan pemasaran bibit kompot anggrek. Pada aspek teknis dikaji lokasi usaha, luas produksi yang dijalankan saat ini, dan proses budidaya yang dilakukan. Pada aspek manajemen dan hukum perlu diketahui dengan jelas 24
mengenai legalitas usaha dan struktur organisasi. Pada aspek sosial, ekonomi dan budaya dianalisis mengenai dampak keberadaan usaha dilihat dari sisi sosial, ekonomi dan budaya. Pada aspek lingkungan dikaji apakah usaha memberikan dampak yang merugikan bagi lingkungan atau tidak. Pada aspek finansial perlu dilihat kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek. Analisis kelayakan didasarkan pada kriteria kelayakan investasi seperti NPV, Net B/C, IRR, Payback Periode dan HPP. Beberapa perubahan yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek antara lain perubahan jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot, dan harga bibit botolan. Untuk itu perlu dilakukan analisis sensitivitas dengan menggunakan analisis switching value karena sampai saat ini belum terjadi fluktuasi harga bibit kompot, jumlah produksi bibit kompot, dan harga bibit botolan. Hasil dari analisis kelayakan ini dapat dijadikan pedoman bagi pelaku usaha/petani untuk menjalankan usaha pembibitan kompot anggrek. Apabila hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek ini layak maka usaha ini dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan dan bila tidak layak maka perlu pertimbangan dari pihak Estie’s Orchid mengenai tindakan yang akan dijalankan selanjutnya. Alur pemikiran di atas dapat dilihat pada Gambar 1.
25
- Adanya prospek cukup baik pada usaha anggrek dilihat dari keunggulan yang dimiliki seperti tingkat harga. - Peluang usaha anggrek pada segmen hulu yaitu pembibitan tanaman anggrek yang masih terbuka - Visi Estie’s Orchid untuk menjadikan Desa Meruyung sebagai kawasan khusus penyedia bibit anggrek
Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Pembibitan Kompot Anggrek Dendrobiumm Unit Usaha Pengompotan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid
Analisis non Finansial : - Aspek pasar - Aspek teknis - Aspek manajemen dan hukum - Aspek sosial, ekonomi, dan budaya - Aspek ligkungan
Layak
Analisis Finansial Kriteria Kelayakan Investasi - NPV - Net B/C - IRR - Payback periode
Tidak Layak
Analisis Switching Value dan Sensitivitas
Rekomendasi bagi Pelaku Usaha Anggrek/Petani Anggrek
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional 26
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan Estie’s Orchid yang beralamat di Jalan Masjid Al Mujahidin No 51, Desa Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Esties Orchid merupakan perusahaan yang berpengalaman dalam budidaya bibit anggrek Dendrobium di kota Depok yang tengah mendapatkan perhatian khusus dari Dinas Pertanian Kota Depok. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2011 hingga bulan Februari 2012. 4.2 Data dan Metode Penentuan Responden Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari wawancara langsung di tempat penelitian dengan Drs. Wagiman (pemilik Estie’s Orchid), penanggung jawab pembibitan kompot anggrek, dan penduduk sekitar Estie’s Orchid yang terkait dengan keperluan kajian aspek sosial, ekonomi dan budaya. Penentuan responden untuk penduduk sekitar dilakukan dengan metode purposive yaitu orang-orang yang memiliki informasi sempurna untuk menganalisis aspek sosial, ekonomi dan budaya diantaranya adalah Kepala Desa Meruyung, Tokoh Masyarakat, Ketua RW, dua orang warga sekitar yang bekerja di Estie’s Orchid dan dua orang warga sekitar yang tinggal dekat dengan Estie’s Orchid. Data meliputi data keuangan dan aspek non finansial, data keuangan mencakup penerimaan, biaya-biaya operasional, biaya investasi yang telah dikeluarkan dalam menjalankan usaha. Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur baik buku, internet, penelitian terdahulu dan Dinas Pertanian Kota Depok. Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling karena pemilihan responden didasarkan pada berbagai pertimbangan seperti pengetahuan, keahlian, serta pengalaman responden. Pertimbangan-pertimbangan tersebut diberikan secara langsung oleh peneliti.
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha secara finansial. Data dan informasi yang bersifat kualitatif seperti analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lingkungan akan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. Sedangkan data dan informasi kuantitatif yang diperoleh akan diolah dengan bantuan software Microsoft Excel edisi 2007 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi dengan tujuan untuk mengkalisifikasikan serta memudahkan dalam menganalisis data. 4.3.1 Analisis Kelayakan Non Finansial Aspek non finansial merupakan aspek-aspek yang tidak terkait dengan kondisi finansial usaha bibit kompot anggrek Dendrobium. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. 1. Aspek Pasar Aspek pasar dikatakan layak jika memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Jumlah permintaan pasar terhadap bibit kompot anggrek masih lebih tinggi dibandingkan jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. 2) Perusahaan memiliki program atau strategi pemasaran yang jelas dan efektif yang dapat mendukung pencapaian penjualan perusahaan yang lebih tinggi (Husnan dan Muhammad, 2000) 2. Aspek Teknis Aspek teknis dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1)
Lokasi usaha mampu menunjang pelaksanaan usaha tersebut. Hal ini dicirikan dengan ketersediaan input, jarak dengan pasar yang dituju, ketersediaan listrik dan air, ketersediaan tenaga kerja, dan ketersediaan 28
fasilitas transportasi (jalan raya, kendaraan umum, dan lain-lain) yang memadai dalam menjamin kelancaran akses terhadap bahan baku dan akses terhadap pasar yang dituju. 2)
Kapasitas produksi sudah melebihi luas produksi minimum yang harus dicapai.
3)
Proses produksi yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok.
4)
Layout usaha yang sesuai yang dicirikan oleh adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruang yang optimal, dan kemudahan melakukan ekspansi.
5)
Pemilihan jenis teknologi dan peralatan yang tepat yaitu teknologi dan peralatan yang dapat dioperasikan secara tepat oleh tenaga kerja yang ada, tidak mengganggu keseimbangan ekologi dan keharmonisan sosial budaya setempat
(tidak
menghasilkan
limbah
yang
berlebihan
dan
tidak
menimbulkan kebisingan) (Husnan dan Muhammad, 2000) 3. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen dan hukum dapat dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi yang terdapat pada usaha ini telah dilakukan dengan baik. Hal ini dicirikan oleh adanya struktur organisasi serta adanya pembagian dan deskripsi tugas yang jelas dari masing-masing jabatan yang ada. 2) Perusahaan memiliki badan hukum dengan kekuatan dan konsekuensi yang mendukung berjalannya usaha ini, memiliki akta, sertifikat atau surat izin yang diperlukan untuk menjalankan usaha (Husnan dan Muhammad, 2000). 4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Aspek sosial, ekonomi dan budaya dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Mampu meningkatkan kesempatan kerja yang dicirikan dengan adanya penyerapan tenaga kerja dari usaha yang dilakukan. 2) Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli Kota 29
Depok (Husnan dan Muhammad, 2000) 5. Aspek Lingkungan Pada aspek lingkungan yang akan dikaji adalah dampak yang terjadi untuk lingkungan sekitar akibat usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium. Usaha pembibitan kompot anggrek pada aspek lingkungan dikatakan layak bila bisnis tidak memberikan dampak yang merugikan terhadap lingkungan (Nurmalina et al 2009). 4.3.2 Analisis Kelayakan Finansial Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial usaha tersebut. Analisis pada aspek finansial dapat dilihat dari perhitungan kriteria kelayakan investasi, harga pokok produksi, laporan laba rugi dan analisis sensitivitas. 1. Harga Pokok Produk Perhitungan harga pokok produksi yaitu: Biaya Bahan Baku
xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung
xxx
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
xxx
Biaya Overhead Tetap
xxx
Biaya Overhead Variabel
xxx +
Harga Pokok Produksi
xxx
1) Biaya bahan baku tidak digunakan dalam proses produksi bibit kompot karena tidak ada komponen bahan mentah yang menjadi bagian dari produk akhir bibit kompot. Biaya bahan baku akan dialihkan menjadi biaya sarana produksi seperti: bibit botolan, media tanam, pupuk, dan vitamin. 2) Biaya tenaga kerja. 3) Biaya overhead tetap antara lain biaya transportasi, listrik, pajak dan komunikasi. Sedangkan contoh biaya overhead variabel antara lain biaya kemasan produk. Setelah dilakukan perhitungan harga pokok produksi maka dapat dilakukan perhitungan harga pokok produk dengan menambahkan harga pokok produksi dengan biaya non produksi seperti pemasaran, administrasi dan umum. 30
Penelitian ini tidak menggunakan penggolongan biaya seperti di atas tetapi digunakan penggolongan biaya seperti biaya variabel, dan biaya tetap. Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel digolongkan menjadi biaya variabel. Biaya overhead tetap, biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum digolongkan menjadi biaya tetap, dimana biaya penyusutan termasuk dalam biaya overhead tetap. Harga pokok produk per unit diketahui dengan membagi total harga pokok produk dengan jumlah produk yang dihasilkan. Dengan demikian, HPP dapat dihitung dengan menggunakan cara: Total Biaya Variabel
xxx
Total Biaya Tetap
xxx
Total Harga Pokok Produk
xxx
+
2. Kriteria Kelayakan Investasi Kelayakan suatu usaha dapat ditinjau dari berbagai hal, salah satunya melalui kriteria kelayakan investasi. Namun sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa seluruh biaya dan manfaat harus dinilai-kinikan (diskonto). Hal ini terkait dengan adanya preferensi uang terhadap waktu dimana sejumlah uang yang ada saat ini akan lebih disukai dari pada sejumlah uang yang sama di masa yang akan datang sehingga untuk dapat dibandingkan maka perlu mengkonversi nilai uang dengan menggunakan discount factor (DF) yang besarnya mengikuti rumus :
1 (1+ )
DF =
…………………………………………………...….. (1)
Keterangan : i : Discount rate (DR) sebesar 12,0% t : tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diperoleh Nilai discount rate (DR) perlu diketahui dalam menghitung DF. Biasanya nilai DR ini didasarkan pada tingkat bunga deposito atau bunga pinjaman. Penggunaan DF erat kaitannya dengan preferensi uang atas waktu, nilai uang saat ini lebih disukai dari pada nilai uang dengan jumlah yang sama pada masa yang akan datang sehingga agar seluruh manfaat dan biaya dapat dibandingkan maka digunakanlah DF. Beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan antara lain : 31
1) Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value manfaat bersih tambahan selama umur usaha. NPV memiliki nilai satuan mata uang (Rp) dengan rumus: n
= t 1
Bt Ct ...........……...................………………………... (2) (1 i)t
Keterangan : Bt Ct t i
= = = =
Penerimaan pada tahun t Biaya-biaya pada tahun t Tahun kegiatan bisnis Tingkat DR sebesar 12,0%
Kriteria kelayakan menurut NPV yakni : NPV > 0, usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium layak untuk dijalankan. NPV < 0, usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium tidak layak untuk dijalankan. 2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang menguntungkan bisnis dengan manfaat bersih yang merugikan bisnis. Secara matematis, net B/C dapat dirumuskan sebagai berikut : n
Net B/C =
Bt Ct
(1 i)
t
t 1 n
Bt Ct t t 1 (1 i )
(Bt - Ct) > 0
...............………….... (3)
(Bt - Ct) < 0
Keterangan : Bt Ct i t
= = = =
Penerimaan pada tahun t Biaya-biaya pada tahun t Tingkat DR sebesar 12,0 % Tahun kegiatan bisnis
Kriteria kelayakan menurut Net B/C yakni : Net B/C > 1, usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium layak untuk dijalankan. Net B/C < 1, usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium tidak layak 32
untuk dijalankan. 3) Internal Rate of Return (IRR) Kelayakan investasi juga dapat dilihat dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR menunjukkan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol dengan satuan persentase. Perhitungan tingkat IRR dapat dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat DR yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat DR yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR :
=
( − ) ………………………..…….
+
(4)
Keterangan : i1 i2 NPV1 NPV2
= DR yang menghasilkan NPV positif = DR yang menghasilkan NPV negatif = NPV positif = NPV negatif
Kriteria kelayakan dilakukan dengan membandingkan nilai IRR dengan tingkat DR yang digunakan. Tingkat DR yang digunakan dalam penelitian sebesar 12,0% yang merupakan bunga pinjaman Bank Centra Asia (BCA). Bank BCA digunakan oleh pemilik dalam menyimpan uang dan bertransaksi. Dengan demikian kriteria kelayakan menurut IRR yakni : IRR > 12,0%, usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium layak untuk dijalankan. IRR < 12,0%, usaha pembibitan anggrek Dendrobium tidak layak untuk dijalankan. 4) Payback Period Kriteria ini mengukur seberapa cepat pengembalian investasi pada suatu usaha. Namun terdapat kelemahan pada kriteria ini yakni diabaikannya time value of money dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Untuk mengatasi kelemahan yang pertama, maka terkadang digunakan discounted payback period. Adapun rumus payback period adalah
=
……………………………………... (5)
Keterangan : 33
I = Besarnya investasi yang diperlukan Ab= Manfaat bersih rata-rata per tahun yang didiskontokan selama 10 tahun. Semakin kecil nilai payback period pada usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium ini maka akan semakin cepat pengembalian investasi yang telah dikeluarkan sehingga usaha ini akan semakin layak untuk dilaksanakan. 3. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Analisis ini dilakukan dengan cara mengubah besarnya suatu komponen inflow dan outflow. Besarnya perubahan ditentukan secara trial and error (cobacoba) hingga diperoleh nilai perubahan maksimum yang masih dapat ditoleransi oleh suatu usaha dari sudut pandang finansial usaha tetap dinyatakan layak untuk dijalankan. Pada usaha pembibitan kompot anggrek, analisis Switching Value akan dilakukan untuk mengetahui peningkatan harga maksimum bibit botolan sebagai komponen biaya operasional terbesar, penurunan harga bibit anggrek botolan, jumlah produksi bibit kompot anggrek sebagai ouput utama sehingga usaha masih dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Untuk mempermudah perhitungan, maka switching value dapat dicari dengan metode interpolasi. 4. Analisis Sensitivitas Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting. Pada penelitian ini perubahan ditentukan berdasarkan hasil analisis switching value dengan melakukan perubahan secara terpisah antar variabel. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan pengembangan (NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period). Analisis sensitivitas yang dilakukan pada pembibitan kompot anggrek Dendrobium digunakan untuk melihat kepekaan kelayakan usaha pembibitan kompot ini terhadap perubahan harga bibit kompot anggrek, jumlah produksi bibit kompot anggrek, dan harga bibit botolan yang dibeli.
34
4.4. Definisi Operasional dan Asumsi dasar Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu dipaparkan secara jelas untuk menyamakan persepsi. Selain itu, dalam menganalisis kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek pada pembibitan kompot Estie’s Orchid secara finansial perlu digunakan beberapa asumsi. Adapun istilah operasional dan asumsi yang digunakan antara lain : 1. Bibit kompot adalah anggrek yang masih berupa tanaman sangat muda yang ditanam secara berkelompok dalam satu pot (community pot). 2. Lama pembibitan dalam bentuk kompot adalah 5 bulan sampai siap panen. 3. Greenhouse adalah bangunan yang digunakan dalam budidaya anggrek sebagai rumah pelindung untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk. 4. Umur proyek ditetapkan selama 10 tahun berdasarkan investasi yang mengeluarkan biaya terbesar yaitu green house. 5. Unit usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium Estie’s Orchid menggunakan modal sendiri. 6. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga pinjaman Bank Centra Asia (BCA) yakni sebesar 12,0 persen per tahun. Pemilihan bunga pinjaman pada bank BCA karena pemilik perusahaan memiliki tabungan di bank tersebut. 7. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari hasil wawancara dan survey langsung pada pemilik dan karyawan Estie’s Orchid. 8. Keadaan ekonomi selama proyek berlangsung dianggap tetap. 9. Bibit botolan yang dijadikan input utama pembibitan kompot tanaman anggrek berasal dari unit usaha pembibitan bibit dalam botol (laboratorium kultur jaringan) Estie’s Orchid sehingga diperhitungkan sebagai biaya dengan harga Rp 30.000,00 per botol sesuai dengan harga yang berlaku untuk pelanggan lainnya. 10. Output yang dijual oleh unit usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium Estie’s Orchid adalah bibit kompot anggrek Dendrobium. 11. Total penjualan per bulan diasumsikan sama yaitu 171 pot pada dua tahun 35
pertama dan 285 pot pada tahun berikutnya setelah memperhitungkan produk yang rusak/mati selama proses produksi yang diasumsikan sebesar 5 persen. 12. Kapasitas greenhouse satu pada unit pembibitan kompot anggrek adalah 1080 pot dan kapasitas greenhouse dua adalah 720 pot. 13. Dalam satu tahun diasumsikan terdiri dari 12 bulan dan 360 hari. Sedangkan satu bulan diasumsikan terdiri dari 30 hari. 14. Perhitungan penyusutan investasi menggunakan metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis komponen investasi. 15. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Pasal 17 ayat 2 a.Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. 16. Pada analisis switching value, diasumsikan komponen lain tidak berubah.
36
V. GAMBARAN UMUM USAHA 5.1 Gambaran Umum Desa Meruyung Usaha pembibitan kompot anggrek yang menjadi objek penelitian terletak di Desa Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok. Luas wilayah Desa Meruyung seluas 288 Ha dengan ketinggian 100 m di atas permukaan laut. Suhu udara ratarata mencapai 27°C dengan curah hujan sebanyak 10 mm/tahun. Pada kondisi demikian bibit kompot anggrek Dendrobium cocok untuk dibudidayakan. Selain itu, letak desa dekat dengan pusat pemerintahan kota dan ibukota negara, dengan jarak 11 km ke pusat kota dan 27 km ke ibukota negara sehingga memudahkan dalam menjalankan aktivitas dalam usaha. Batas-batas administratif pemerintahan Desa Meruyung Kecamatan Limo adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kelurahan Limo
Sebelah Selatan
: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
Sebelah Barat
: Kelurahan Cinangka
Sebelah Timur
: Kelurahan Grogol
Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Meruyung sangat mendukung berkembangnya usaha pembibitan kompot anggrek. Sarana dan prasarana tersebut antara lain ketersediaan transportasi, pengairan, telekomunikasi yang memadai, pemukiman, dan jaringan listrik. 5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Estie’s Orchid merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam bidang budidaya anggrek Dendrobium di Kota Depok, beralamat di Jalan Masjid Al Mujahidin No 51 Rt 03/06 Limo, Depok, Jawa Barat. Estie’s Orchid didirikan pada tahun 2004 oleh Bapak Wagiman. Sebenarnya Bapak Wagiman adalah seorang guru bahasa Inggris yang mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ketertarikan yang tinggi dan hobi terhadap anggrek membuat Bapak Wagiman merintis usaha budidaya tanaman anggrek Dendrobium di samping kesibukannya mengajar. Bapak Wagiman sudah mulai berbisnis tanaman anggrek sejak tahun 1998, awalnya beliau hanya melakukan kegiatan pembibitan di rumah secara sederhana
berbekal ilmu yang didapatkan dari hasil magang ketika masih di sekolah menengah atas. Kegiatan produksi dilakukan di sebuah bilik berukuran 2 m x 2,5 m secara sederhana. Menginjak sekitar tahun 2001-2002 semua produk bibit anggrek hancur akibat cuaca yang terlalu panas sehingga banyak bibit yang terkontaminasi dan akhirnya mati, namun Bapak Wagiman tidak menyerah dan tetap melanjutkan usahanya dengan sabar dan tekun sambil mengumpulkan modal dengan cara bereksperimen membuat peralatan yang dibutuhkan dalam kultur jaringan bibit anggrek Dendrobium dan menjualnya, hingga pada tahun 2004 Bapak Wagiman dapat memindahkan lokasi usahanya ke lahan seluas 1500 m2 yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah dan memperluasnya pada tahun 2008 sehingga total lahan menjadi 2000 m2. Dari lahan seluas 2000 m2, baru 1500 m2 yang dimanfaatkan karena masih terbatasnya modal. Pada lahan seluas 1500 m2 ini dibangun beberapa sarana yang mendukung budidaya anggrek Dendrobium diantaranya laboratorium kultur jaringan, rumah kebun untuk pekerja, gudang, tempat pembakaran pot dan serre. Serre adalah bangunan yang dinding dan atapnya dari paranet untuk mengurangi intensitas cahaya yang diterima tanaman anggrek. Pada awal berdirinya usaha, Bapak Wagiman memproduksi tanaman anggrek Dendrobium dengan semua segmentasi mulai dari bibit dalam botol hingga tanaman berbunga. Anggrek Dendrobium dipilih karena memiliki harga yang relatif stabil dan terjangkau untuk berbagai kalangan konsumen. Selain itu juga Dendrobium cocok dengan keadaan iklim di Depok dan perawatannya lebih mudah dibanding dengan jenis anggrek lainnya. Melihat perkembangan industri bibit anggrek yang masih minim dan masih banyaknya petani yang bergantung pada bibit impor, pada tahun 2009 Pak Wagiman memfokuskan usahanya hanya pada segmen hulu, yaitu penyediaan bibit tanaman anggrek. Di sisi lain, usaha yang menyediakan bibit tanaman anggrek belum begitu banyak khususnya di Kota Depok. Hal ini juga dilakukan dalam rangka mewujudkan visi Bapak Wagiman yang ingin menjadikan desa Meruyung sebagai pusat peyedia bibit anggrek Dendrobium di Kota Depok bekerjasama dengan kelompok tani yang ada. Usaha dibagi menjadi tiga unit yaitu unit laboratorium kultur jaringan, unit pembibitan kompot dan unit pembibitan seedling. Unit laboratorium terdiri dari 38
bangunan dua lantai di atas lahan seluas 130 m2. Unit usaha ini menghasilkan produk berupa bibit anggrek Dendrobium dalam botol hasil kultur jaringan. Hasil produksi rata-rata per bulan bibit botol mencapai 800 botol per bulan dengan harga jual Rp 30.000,00 per botolnya. Unit ini juga membuka pelatihan bagaimana cara melakukan kultur jaringan agar berhasil dengan baik. Peserta tidak hanya datang dari wilayah Jabodetabek, tapi ada juga yang berasal dari luar Jabodetabek bahkan luar provinsi, maka pada unit ini juga disediakan kamar menginap untuk tamu. Unit pembibitan kompot menghasilkan produk berupa bibit kompot anggrek. Awalnya unit ini hanya memiliki satu buah greenhouse dengan kapasitas 1080 pot dan rata-rata produksi mencapai 171 pot bibit kompot per bulannya dengan harga jual Rp 60.000,00 per potnya. Pada tahun 2011 Estie’s Orchid menambah satu buah greenhouse pada unit pembibitan kompot yang memiliki kapasitas hingga 720 pot bibit kompot. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan yang masih belum terpenuhi. Total luas lahan yang digunakan unit pembibitan kompot saat ini adalah 160 m2. Unit pembibitan seedling menghasilkan produk berupa bibit seedling. Pembibitan dilakukan di rumah lindung yang biasa disebut seree, unit usaha ini merupakan yang paling luas dengan luas lahan mencapai 1200 m2 dan produksi rata-rata mencapai 5200 pot per bulan. Harga jual bibit seedling per potnya adalah Rp 4.000,00 untuk partai besar (di atas 50 pot) dan Rp 5.000,00 untuk partai kecil. Pada unit ini juga dibangun tempat pembakaran pot agar pot yang sudah dipakai menanam dapat digunakan kembali setelah dilakukan pembakaran. Selain melakukan budidaya dan penjualan anggrek Dendrobium Bapak Wagiman juga melakukan penangkaran anggrek untuk menghasilkan silangan anggrek baru. Berkat pengalamannya yang sudah bertahun-tahun sebagai pelaku bisnis peranggrekan membuatnya sering diundang dalam beberapa forum dan seminar tentang anggrek. Selain itu Bapak Wagiman juga dipercaya menjadi ketua dari ASPAD atau Asosiasi Petani Anggrek Depok di bawah Dinas Pertanian Kota Depok.
39
5.3 Visi dan Misi Estie’s Orchid Pemilik tentu memiliki visi dan misi sehingga usaha pembibitan Estie’s Orchid dapat berkembang sesuai dengan harapan. Visi pemilik sendiri dalam menjalankan usaha ini adalah menjadikan Desa Meruyung sebagai kawasan penghasil bibit anggrek Dendrobium, semacam sentra produksi bibit anggrek. Misi yang diperlukan agar visi ini terwujud adalah melakukan segmentasi produksi yang jelas. Saat ini Estie’s Orchid sudah memfokuskan usahanya hanya pada segementasi produksi bibit anggrek. Selain itu, misi yang dilakukan adalah memenuhi kebutuhan bibit anggrek Dendrobium yang berkualitas bagi para petani sehingga mampu bersaing dengan bibit impor. Oleh karena itu pemilik melakukan sosialisasi kepada penduduk setempat yang tertarik terhadap bisnis anggrek dan memiliki lahan pekarangan rumah yang cukup (minimal sekitar 30 m2) untuk ikut melakukan budidaya anggrek di rumahnya masing-masing, tentunya setelah mengikuti pelatihan yang dilakukan di unit pembibitan Estie’s Orchid. Saat ini sudah ada delapan orang penduduk Desa Meruyung yang mau ikut membudidayakan anggrek dan pemilik membentuk kelompok tani bersama mereka agar lebih mudah dalam pemenuhan sarana produksi dan pemasaran produk.
40
VI. ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Suatu produk diharapkan dapat diterima dengan baik oleh pasar tujuan sehingga analisis aspek pasar pada sebuah usaha perlu untuk dilakukan. Unit pembibitan kompot Estie’s Orchid juga memerlukan analisis aspek pasar agar produk utama yakni bibit kompot yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar. 6.1.1 Analisis Peluang Pasar Saat ini jumlah permintaan bibit kompot anggrek Dendrobium dari pembibitan kompot Estie’s Orchid rata-rata mencapai 397 pot per bulan, sedangkan jumlah penawaran yaitu jumlah bibit kompot yang dapat dijual sebelum dilakukan penambahan greenhouse hanya sekitar 171 pot per bulan. Informasi ini menunjukkan bahwa usaha pembibitan kompot memiliki peluang untuk meningkatkan jumlah produksinya agar kekurangan permintaan sebesar 226 pot per bulan dapat dipenuhi. Adanya penambahan jumlah greenhouse menyebabkan produksi bibit kompot di pembibitan kompot Estie’s Orchid semakin meningkat. Peningkatan produksi bibit kompot membuat jumlah penawaran di Estie’s Orchid meningkat menjadi 285 pot per bulan. Jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah seluruh permintaan bibit kompot di pembibitan kompot Estie’s Orchid saat ini sehingga seluruh bibit kompot yang dihasilkan dapat terserap oleh pasar. Masih ada peluang sebesar 28,21 persen yang belum mampu dimanfaatkan Estie’s Orchid. Hal ini menunjukkan masih ada peluang untuk meningkatkan produksi agar dapat memberikan penawaran lebih dan memenuhi permintaan yang datang. Tidak adanya data mengenai jumlah permintaan bibit kompot baik dari Badan Pusat Statistik maupun data dari Dinas Pertanian Kota Depok menyebabkan perhitungan pasar potensial hanya dilakukan dalam skala usaha perusahaan yaitu sama dengan peluang pasar sebesar 28,21 persen. 6.1.2 Bauran Pemasaran Strategi pemasaran dibutuhkan antara lain untuk menghadapi persaingan yang terjadi di pasar. Bauran pemasaran merupakan kebijakan pemasaran yang
dilakukan suatu usaha. Bauran pemasaran terdiri dari 4 P, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion). 6.1.2.1 Produk (product) Produk utama yang dihasilkan oleh unit pembibitan kompot Estie’s Orchid adalah bibit kompot anggrek Dendrobium. Bibit anggrek Dendrobium ditanam dalam pot ukuran 18 dengan populasi tanaman mencapai 30 bibit tanaman anggrek Dendrobium per pot. Bibit kompot yang dihasilkan berumur lima bulan terhitung setelah proses pengeluaran dari dalam botol. Contoh bibit kompot anggrek Dendrobium dapat dilihat pada Lampiran 5. Bibit kompot yang dihasilkan Estie’s Orchid dan siap jual merupakan bibit kompot yang pertumbuhan bibit tanaman anggreknya sehat, seragam dan warna daun hijau segar serta kondisi perakaran yang sehat. Tinggi bibit kurang lebih mencapai enam centimeter. Varietas bibit anggrek Dendrobium yang dihasilkan ada beberapa jenis yaitu Dendrobium Wongleng, Dendrobium Lee kim You, dan Dendrobium Red Bull. Varietas dijamin unggul dengan asal-usul yang jelas, yaitu berasal dari tanaman induk terdaftar yang bermutu dan pemilik Estie’s Orchid merupakan penangkar yang sudah cukup dikenal dan memiliki reputasi yang baik. Tanaman anggrek yang dihasilkan akan memiliki karakter yang seragam karena bibit tanaman diperoleh dengan cara kultur jaringan. Pengemasan bibit kompot dilakukan dengan membungkus bibit kompot yang sudah dikeluarkan dari pot bersama medianya dengan kertas koran per kompot. Setiap kompot kemudian diberi label keterangan varietas anggrek Dendrobiumnya. Kompot yang sudah dibungkus kemudian disusun ke dalam kardus dengan posisi daun bertemu daun. 6.1.2.2 Harga (price) Harga merupakan salah satu faktor yang sering dipertimbangkan oleh konsumen sebelum membeli suatu produk. Unit pembibitan kompot Estie’s Orchid menetapkan harga untuk bibit kompot yang dihasilkan sebesar Rp 60.000,00 per pot, sedangkan harga bibit di pasaran sekitar Rp 50.000,00 - Rp 90.000,00 per pot. Harga yang ditetapkan lebih rendah dari harga umum di pasaran sehingga dapat dijadikan daya tarik bagi para konsumen. 42
6.1.2.3 Distribusi (place) Konsumen membeli bibit kompot anggrek Dendrobium dengan datang langsung ke lokasi pembibitan. Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan baik pribadi maupun umum. Pada umumnya konsumen yang membeli bibit kompot di lokasi pembibitan adalah konsumen yang tinggal di Jabodetabek. Selain datang langsung ke lokasi pembibitan, konsumen juga dapat memesan bibit kompot melalui telepon maupun pesan singkat kepada pemilik, pemilik kemudian akan mengirimkan bibit kompot ke alamat yang dituju baik langsung oleh pihak pembibitan maupun melalui kiriman kilat dengan biaya pengiriman ditanggung oleh konsumen. Produk dijual tanpa melalui perantara distributor melainkan dijual langsung kepada pembeli akhir. Bibit kompot merupakan produk antara, sehingga konsumen yang datang ke pembibitan kompot anggrek Dendrobium adalah petani atau pelaku usaha anggrek yang akan melakukan pemeliharaan lanjutan terhadap bibit kompot untuk kemudian dipanen dan dijual dengan segmentasi umur yang beragam, antara lain segmentasi seedling, remaja, tanaman pot berbunga dan bunga potong. Alur distribusi yang ada dapat dinyatakan tepat karena tidak memerlukan rantai yang terlalu panjang dan rumit. Usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium
Konsumen Akhir
Gambar 2. Saluran Distribusi Kompot Anggrek Dendrobium 6.1.2.4 Promosi (promotion) Promosi disebut juga sebagai komunikasi pemasaran yang diharapkan mampu meningkatkan penjualan produk. Sampai saat ini, unit pembibitan tidak menggunakan media promosi seperti pamflet dan media cetak. Promosi dilakukan dengan menggunakan media sosial internet yaitu melalui blog dan facebook. Selain itu pemilik sering diundang oleh Dinas Pertanian Kota Depok untuk mengikuti pameran tanaman hias. Keikusertaan ini tentu akan menambah jaringan dan merupakan sarana promosi yang sangat baik. Pemilik juga sering diundang untuk mengisi seminar dan pelatihan mengenai budidaya anggrek Dendrobium dan kultur jaringan dari berbagai pihak. Pelatihan ini dapat dilakukan langsung di unit pembibitan Estie’s Orchid atau di 43
tempat lain. Secara tidak langsung, kegiatan ini juga menyebabkan nama Estie’s Orchid terangkat sehingga semakin banyak orang yang mengetahui bibit anggrek Dendrobium hasil produksi pembibitan ini. Strategi pemasaran yang dilakukan sudah tepat dan efektif karena tanpa biaya yang berlebihan mampu mendukung penjualan produk hingga terserap pasar seluruhnya. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium layak untuk dilaksanakan karena telah memenuhi kriteria kelayakan, yaitu: 1) Jumlah permintaan pasar terhadap bibit kompot anggrek masih lebih tinggi dibandingkan jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. 2) Perusahaan memiliki program atau strategi pemasaran yang jelas dan efektif yang dapat mendukung pencapaian penjualan perusahaan yang lebih tinggi (Husnan dan Muhammad, 2000) terdapat peluang pasar yang cukup besar sehingga bibit kompot yang dihasilkan dapat terserap oleh pasar. Pada bauran pemasaran pun tidak terdapat masalah yang dapat mengganggu jalannya proses pemasaran. 6.2 Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkaitan dengan penyediaan sarana produksi, proses budidaya, proses menghasilkan output, hingga penanganan pasca panen. Analisis aspek teknis pada pembibitan kompot anggrek Dendrobium perlu dikaji beberapa hal yaitu : 1.
Lokasi Usaha Lokasi usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium Estie’s Orchid terletak di Desa Meruyung Kecamatan Limo. Lokasi pembibitan kompot ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu : a.
Ketersediaan Input Pada unit usaha pembibitan kompot anggrek ini terdapat beberapa input yang digunakan antara lain bibit botolan anggrek Dendrobium, media tanam, pupuk dan fungisida. Bibit botolan diperoleh dari unit laboratorium kultur jaringan Estie’s Orchid yang sudah ada sebelumnya, selain itu bibit botolan juga dapat diperoleh dari laboratorium kultur 44
jaringan Sanderiana Orchid yang terletak di Kecamatan Sawangan yang bersebelahan dengan Kecamatan Limo. Sarana produksi lain yang dibutuhkan dipasok dari beberapa toko saprodi yang ada di daerah Parung dan sudah menjadi langganan sehingga dapat menjaga kontinuitas dan kualitas input yang dibutuhkan. Estie’s Orchid membutuhkan 2160 bibit botolan per tahun, 216 karung arang per tahun dan 108 karung media tanam pakis. Namun, media tanam pakis ketersediaannya semakin berkurang,
sehingga
Estie’s
Orchid
mulai
mempertimbangkan
menggantinya dengan media tanam sabut kelapa, selain ketersediaannya yang melimpah harganya juga lebih murah yaitu Rp 100.000,00 per satu mobil bak terbuka. Daerah Parung dipilih karena relatif dekat dengan lokasi usaha sehingga memudahkan dalam pengangkutan input yang dibutuhkan, selain itu harga
yang lebih rendah juga menjadi
pertimbangan sehingga dapat meminimalkan biaya produksi. Lokasi usaha dapat dinyatakan tepat karena menjamin ketersediaan input yang dibutuhkan dalam proses produksi. b.
Letak Pasar yang Dituju Output yang dihasilkan oleh unit pembibitan kompot adalah bibit kompot anggrek Dendrobium yang akan dijadikan bibit segmentasi tanaman anggrek selanjutnya oleh petani anggrek lain di sekitar Depok dan Jakarta. Bibit kompot hasil produksi Estie’s Orchid telah memiliki beberapa konsumen yang menjadi pelanggan tetap diantaranya petani anggota kelompok tani Makmur Orchid bentukan Pak Wagiman sendiri di Kecamatan Limo, Taman Mini, Taman Anggrek Ragunan dan petani anggrek lainnya di wilayah Kota Depok. Bahkan permintaan dari Taman Anggrek Ragunan belum dapat terpenuhi seluruhnya. Jarak antara lokasi pembibitan ini dengan pasar yang dituju tidak terlalu jauh sehingga akses terhadap pasar dapat dilakukan dengan baik dan memudahkan pembibitan kompot Estie’s Orchid dalam proses pemasaran baik dalam pengantaran pesanan bibit kompot maupun memudahkan konsumen datang ke lokasi pembibitan kompot. Lokasi usaha dinyatakan tepat
45
karena letak pasar yang dituju dapat diakses dengan mudah dan mampu menyerap semua produk yang dihasilkan. c.
Ketersediaan Air dan Listrik Pembibitan kompot ini membutuhkan banyak air untuk berbagai keperluan terutama kebutuhan untuk penyiraman bibit tanaman sehingga Estie’s Orchid perlu mempertimbangkan ketersediaan air di lokasi pembibitan. Air yang digunakan di unit pembibitan kompot ini berasal dari air sumur dan ditampung dalam tangki. Daerah ini memiliki ketersediaan air yang baik dan belum pernah mengalami kekeringan. Usaha pembibitan kompot anggrek juga membutuhkan ketersediaan listrik yang baik terutama untuk penerangan aktivitas di malam hari dan suplay cahaya bagi tanaman pada malam hari. Meskipun lokasi usaha dekat dengan persawahan, namun daerah ini telah dialiri listrik yang cukup memadai dan tidak pernah terjadi pemadaman listrik yang dilakukan secara sengaja oleh pihak PLN. Lokasi usaha dinyatakan tepat karena menjamin ketersediaan air dan listrik yang sangat berperan penting dalam proses produksi.
d.
Ketersediaan Tenaga Kerja Suplai tenaga kerja bagi usaha pembibitan tidak mengalami masalah. Tenaga kerja usaha pembibitan terdiri dari pihak keluarga dan warga sekitar lokasi usaha pembibitan. Saat ini unit pembibitan kompot Estie’s Orchid mempekerjakan dua orang karyawan. Berdasarkan wawancara kepada karyawan Estie’s Orchid, turn over pergantian pekerja hampir tidak ada karena suasana dan budaya kerja di Estie’s Orchid sangat kekeluargaan yang membuat nyaman para pekerja, sehingga perekrutan jarang dilakukan. Tenaga kerja pada unit pembibitan kompot tidak sulit diperoleh karena kriteria untuk perekrutan tenaga kerja mudah yaitu tekun, rajin, ulet, dapat dipercaya dan mau belajar
mengingat
usaha
budidaya
bibit
kompot
anggrek
ini
membutuhkan teknik budidaya yang intensif agar bibit yang dihasilkan berkualitas dan persentase kematiannya tidak tinggi. Tingkat pendidikan terakhir juga tidak menjadi kriteria yang dipertimbangkan. Lokasi usaha 46
dinyatakan tepat karena menjamin tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi. e.
Sarana dan Prasarana Transportasi Transportasi digunakan dalam memasarkan output yakni bibit kompot anggrek Dendrobium dan membeli input sehingga perlu juga menjadi pertimbangan pemilihan lokasi. Kondisi jalan yang melalui lokasi usaha pembibitan kompot anggrek Estie’s Orchid sangat baik karena merupakan jalan raya yang menghubungkan Kota Depok dengan wilayah Jakarta Selatan dan Kota Bogor. Fasilitas transportasi menuju sumber input di daerah Parung juga tersedia dengan baik dan dapat ditempuh selama kurang lebih satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Begitu juga dengan lokasi pasar tujuan yang sebagian besar berada di wilayah Depok dan Jakarta dapat dengan mudah diakses. Keberadaaan sarana dan prasarana transportasi yang sudah baik di lokasi usaha ini tentu berdampak baik bagi jalannya usaha, terutama dalam rangka pemenuhan sarana produksi yang dipasuk dari kabupaten tetangga yaitu Parung, selain itu dampak positif juga berimbas pada proses pemasaran produk ke pasar tujuan menjadi efektif dan efesien. Lokasi usaha dinyatakan tepat karena sarana dan prasarana transportasi tersedia dengan baik di lokasi usaha ini sehingga mampu mendukung kegiatan bisnis perusahaan. Pemilihan lokasi usaha pembibitan sudah tepat karena beberapa variabel
yang dipertimbangkan telah memenuhi kriteria agar mampu menunjang pelaksanaan usaha tersebut. Hal ini dicirikan dengan tersedianya input yang dibutuhkan dalam proses produksi baik dalam hal jumlah maupun kemudahan mengakses input tersebut, jelasnya pasar mana saja yang dituju untuk menyerap semua produk yang dihasilkan, tersedianya listrik dan air yang menjamin lancarnya proses produksi, tersedianya tenaga kerja yang dapat direkrut jika dibutuhkan, dan sarana-prasarana transportasi yang tersedia dengan baik sangat memudahkan kegiatan mobilitas yang dilakukan perusahaan baik input maupun output.
47
2.
Luas Produksi Luas produksi dapat dilihat dari jumlah produk yang sebaiknya diproduksi untuk mencapai keuntungan maksimum. Salah satu hal yang mempengaruhi penentuan luas produksi adalah batasan permintaan. Permintaan bibit kompot Estie’s Orchid rata-rata mencapai 397 pot per bulan sedangkan jumlah penawaran unit pembibitan kompot Estie’s Orchid lebih rendah dari jumlah permintaan tersebut sehingga unit pembibitan kompot berusaha untuk meningkatkan luas produksi dengan melakukan penambahan investasi berupa greenhouse dengan kapasitas 720 pot agar jumlah bibit kompot yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan. Namun setelah penambahan greenhouse bibit kompot yang dapat dijual masih belum memenuhi jumlah permintaan. Hal ini yang membuat perusahaan terus mengupayakan menambah luas produksinya.
3.
Proses Produksi Penjualan bibit kompot bersifat kontinu artinya bibit kompot ini dihasilkan setiap bulan sehingga penjualan juga terjadi setiap bulan. Proses produksi yang diterapkan di pembibitan ini merupakan proses produksi yang kontinu. Dengan pola tanam yang telah diatur sehingga membentuk suatu siklus yang tetap maka jumlah bibit kompot dapat dihasilkan setiap bulan dan secara kontinu. Greenhouse merupakan tempat yang digunakan untuk budidaya bibit kompot anggrek untuk mendapatkan kondisi mikro agroklimat yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit tanaman anggrek, selain itu juga untuk melindungi tanaman dari sinar matahari yang berlebihan dan curahan hujan. Anggrek Dendrobium membutuhkan intensitas cahaya matahari yang diterima sekitar 35-45 persen. Saat ini pembibitan kompot Estie’s Orchid memiliki dua buah greenhouse dengan luasan yang berbeda. Greenhouse pertama memiliki luas 11,5 m x 8 m dengan kapasitas 1080 pot, kemudian dibangun greenhouse ke dua dengan luas 12 m x 5 m dengan kapasitas 720 pot. Proses budidaya bibit kompot anggrek memang membutuhkan ketelatenan, keterampilan, ketelitian dan perhatian lebih. Proses pembibitan
48
kompot anggrek Dendrobium terdiri dari beberapa tahap. Adapun tahapan proses pembibitan kompot anggrek Dendrobium adalah sebagai berikut : a. Pemilihan Bibit dalam Botol Pemilihan bibit dalam botol sangat berperan dalam menentukan kualitas bibit kompot yang akan dihasilkan. Menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) Anggrek Dendrobium Kota Depok, dalam pemilihan bibit botol harus memperhatikan kualitas penyilang. Penyilang harus kompeten dan memiliki reputasi baik dan memiliki induk terdaftar yang bermutu. Selain itu, bibit dalam botol yang dipilih harus berisi planlet sehat tidak terkontaminasi. Ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar dan tidak ada yang menguning. Planlet tumbuh normal dengan komposisi daun dan akar yang seimbang serta media dalam botol masih utuh dan tidak hancur. Unit pembibitan kompot Estie’s Orchid memasok bibit dari unit laboratorium kultur jaringan Estie’s Orchid yang sudah ada sebelumnya, sehingga kualitas dan kontinuitasnya terjamin, karena Pak Wagiman (pemilik Estie’s Orchid) merupakan penyilang anggrek yang sudah dikenal baik kompetensinya dalam peranggrekan di Depok. Menurut pengalaman pekerja di Estie’s Orchid untuk satu pot kompot dibutuhkan satu botol bibit hasil kultur jaringan. Contoh bibit dalam botol dapat dilihat pada Lampiran 5. Pemilihan bibit dalam botol yang dilakukan sudah tepat karena memenuhi Standar Operasional Prosedur Anggrek Dendrobium Kota Depok. b. Penyiapan Media Tanam Media tanam yang baik adalah media tanam yang tidak mudah lapuk, tidak menjadi sumber bibit penyakit, memiliki aerasi yang baik, mampu mengikat air dan zat makanan dengan baik serta mudah didapatkan dengan jumlah yang diinginkan. Menurut SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok media tanam yang dapat digunakan untuk menanam bibit kompot ada dua pilihan, yaitu media arang, akar pakis dan media sabut kelapa. Media tanam yang digunakan pada unit usaha pembibitan kompot Estie’s Orchid adalah arang kayu dan akar pakis. Pemilihan arang kayu berdasarkan kelebihan
yang
dimilikinya
yaitu
dapat
digunakan
di
tempat 49
berkelembaban tinggi, kuat dan awet, tidak mudah lapuk dan ditumbuhi jamur. Sedangkan kelebihan akar pakis yaitu kemampuan menyerap airnya yang tinggi, kuat dan awet, melapuk secara perlahan serta mempunyai aerasi dan drainase cukup baik. Contoh media pakis dapat dilihat pada Lampiran 5. Saat ini, banyak gerakan masyarakat yang mewacanakan untuk melakukan pengurangan media pakis sebagai media tanam anggrek karena jumlah populasinya di alam yang mulai menurun drastis dan adanya pelarangan pengambilan pakis dari alam terutama dari hutan-hutan lindung. Sebab itu, media tanam alternatif seperti sabut kelapa dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai pengganti media pakis. Media sabut kelapa memiliki kelebihan yaitu memiliki daya simpan air sangat baik dan mudah didapat. Kekurangan media sabut kelapa adalah mudah terdekomposisi dan mudah menjadi sumber penyakit. Estie’s Orchid telah melakukan percobaan melakukan penanaman dengan sabut kelapa, dan hasilnya memuaskan sehingga pergantian media tanam mulai dilakukan sedikit demi sedikit dalam dua tahun mendatang. Sebelum media tanam digunakan, dilakukan sterilisasi media tanam dan arang kayu direndam terlebih dulu untuk menghilangkan zat asam arang, hal ini sudah sesuai dengan SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok. Pemilihan pot juga harus diperhatikan, pot harus memiliki aerasi dan drainase air yang baik karena anggrek menyukai kelembaban udara yang cukup tinggi (70 %). Pot tanah yang dapat dipilih adalah pot tanah dengan diameter 15 cm dan 18 cm untuk penanaman bibit kompot (SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok, 2007). Menurut pengalaman pekerja di Estie’s Orchid satu karung pakis cukup untuk mengisi 20 pot dan satu karung arang cukup untuk mengisi sepuluh pot. c. Penanaman Penanaman bibit kompot anggrek diawali dengan mengeluarkan planlet (bibit dalam botol) agar siap ditanam ke dalam pot. Langkah ini memerlukan ketelatenan yang lebih. Setelah tutup botol dibuka, air bersih dimasukkan hingga terisi setengahnya. Kemudian botol digoyangkan agar 50
tanaman terlepas dari media dan media menjadi agak hancur. Setelah itu planlet dikeluarkan satu per satu menggunakan kawat berkait dengan akar menghadap ke mulut botol. Planlet dicuci dalam wadah berisi air bersih hingga tidak ada lagi agar-agar yang melekat pada planlet. Kemudian planlet yang sudah bersih direndam dalam larutan fungisida selama 1-2 menit (dosis satu gram per liter air) dan ditiriskan serta diangin-anginkan di atas koran selama 15-30 menit atau sudah tidak ada tetesan air lagi. Planlet siap ditanam pada pot yang telah berisi media arang sebanyak 2/3 bagian dasar pot lalu media pakis pada 1/3 bagian atas pot. Planlet yang sudah bersih ditanam ke dalam pot dengan jumlah planlet 25-30 planlet dan diberi label tiap kompot dengan nomor atau kode silangan serta tanggal penanaman, pada periode awal penanaman, penyinaran diperpanjang hingga pukul 22.00 WIB agar pertumbuhannya lebih cepat, kematian bibit kompot yang memenuhi kategori standar adalah tidak lebih dari lima persen (SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok). Planlet ditanam secara teratur dengan cara menimbun akar dengan media akar pakis hingga pot penuh sesuai ukuran tanaman (kira-kira berisi 30 planlet) kemudian diberi label dengan kode silangan serta tanggal penanaman. Penerapan pola tanam juga harus memperhatikan kapasitas greenhouse yang ada untuk menjaga kontinuitas produksi. Setiap greenhouse terdiri dari enam rak untuk meletakkan pot, penanaman dilakukan setiap bulan untuk mengisi satu rak hingga penuh. Pola tanam bibit kompot di Estie’s Orchid dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pola Tanam Bibit Kompot Anggrek di Estie’s Orchid Bulan Siklus Penanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
T1
T2
T3
T4
T5
T6
T1
T2
T3
T4
T5
T6
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P1
Panen Keterangan: T-n Tanam rak ke-n P-n Panen rak ke-n Sumber: Estie’s Orchid (2012)
51
Tabel 4 menunjukkan bahwa penanaman dilakukan setiap bulan pada satu rak saja dengan kapasitas setiap rak yaitu 180 pot. Sedangkan panen pada rak ke-1 baru dilakukan lima bulan kemudian yaitu pada bulan ke enam dan begitu seterusnya, sehingga setiap bulan dapat dihasilkan bibit kompot 180 pot, namun karena bibit dari dalam botol sangat rentan terhadap risiko kematian biasanya terjadi penyusutan, menurut pekerja penyusutan yang terjadi rata-rata sebesar lima persen. d. Pemeliharaan Selama 3-5 hari setelah planlet ditanam, bibit kompot dibiarkan tanpa perlakuan. Setelah itu disemprot dengan fungisida secara teratur satu kali setiap minggu dengan dosis dua gram per liter air. Pemupukan dilakukan melalui daun dengan menyemprotkan pupuk daun (kandungan nitrogen tinggi) dua kali seminggu dengan dosis satu gram per liter air. Penyemprotan vitamin B1 dilakukan seminggu sekali dengan dosis 0,5 ml per liter air. Penyemprotan menggunakan sprayer gendong ukuran 15 liter untuk satu greenhouse. Jika ada bibit yang mati atau busuk pada kompot segera pisahkan dari kompot. Namun jika terlihat serangan jamur pada sebagian besar bibit kompot, seluruh bibit dibongkar dan direndam dengan larutan fungisida kemudian ditanam kembali. Penyiraman dengan air dilakukan setiap hari menggunakan handsprayer dua kali sehari pada pagi ( pukul 07.00 – 09.00) dan sore hari ( pukul 15.00-16.30). Kegiatan pemeliharaan sudah sesuai dengan SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok, karena sebenarnya kegiatan budidaya anggrek Dendrobium di Estie’s Orchid memang dijadikan dasar validasi dalam pembuatan SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok yang dilakukan Dinas Pertania Kota Depok. e. Pemanenan Menurut SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok pemanenan bibit kompot anggrek dapat dilakukan setelah umur bibit mencapai empat sampai dengan lima bulan bila menggunakan media sabut kelapa dan lima sampai dengan enam bulan bila menggunakan media pakis. Pembibitan kompot Estie’s Orchid melakukan pemanenan ketika bibit kompot sudah berumur 52
lima bulan dengan kondisi perakaran sehat dan warna daun hijau muda. Pertumbuhan bibit yang sehat ditandai dengan seragamnya ukuran dan warna daunnya yang hijau segar serta tinggi bibit telah mencapai kurang lebih enam cm. Penanganan pasca panen untuk penjualan bibit kompot adalah pengemasan. Pengemasan baru dilakukan jika sudah ada konsumen yang mau membeli bibit kompot. Bibit kompot dikeluarkan dari pot bersama dengan medianya kemudian dibungkus dengan kertas koran dan diberi label nama jenis anggrek Dendrobiumnya dan disusun di dalam kardus. Proses budidaya yang dilakukan Estie’s Orchid dalam memproduksi bibit kompot anggrek Dendrobium mulai dari pemilihan bibit botolan, penyiapan media tanam, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan sudah tepat karena sudah sesuai dengan apa yang ada di SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok. 4.
Layout Layout pada sebuah usaha adalah proses penataan keseluruhan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan guna mencapai keseimbangan kegiatan operasi secara efisien. Gambar 3 memperlihatkan layout usaha pembibitan Estie’s Orchid di lahan seluas 2000 m2 yang diatasnya terdapat beberapa bangunan untuk mendukung jalannya usaha pembibitan. Unit pembibitan kompot sendiri hanya seluas 160 m2.
53
5 3 3
1
4
1
2
3
U
Gambar 3. Layout Pembibitan Estie’s Orchid Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5.
Greenhouse bibit kompot Laboratorium kultur jaringan Serre untuk bibit seedling Rumah kebun Tempat pembakaran pot Greenhouse merupakan rumah lindung yang digunakan pada
pembibitan kompot Estie’s Orchid. Penggunaan greenhouse bertujuan untuk mendapatkan kondisi mikro agroklimat yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit kompot tanaman anggrek. Greenhouse pembibitan kompot anggrek Dendrobium Estie’s Orchid merupakan greenhouse permanen berukuran 11,5 m x 8 m dengan ketinggian tiga meter dari tanah. Di dalam greenhouse disusun enam buah rak berbahan besi untuk meletakkan pot bibit kompot. Menurut SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok, rak sebaiknya memiliki ketinggian 60-80 cm dari atas tanah dengan lebar 100120 cm dan panjangnya menyesuaikan dengan luas greenhouse. Alas rak dibuat dari konstruksi yang memudahkan sirkulasi udara dari dan ke atas /bawah. Jarak antar rak 70 – 100 cm dan permukaan bawah rak bebas dari tumbuhan atau benda lain yang dapat mengganggu sirkulasi udara. Rak yang digunakan oleh Estie’s Orchid beralaskan kerangka besi yang berbentuk seperti jaring sehingga memudahkan terjadinya sirkulasi udara. Setiap rak memiliki ukuran yang sama yaitu 600 cm x 110 cm dengan kapasitas 180 pot 54
untuk setiap rak. Keenam rak disusun membujur dari timur ke barat dengan jarak antar rak 70 cm untuk memudahkan mobilisasi ketika melakukan aktivitas budidaya di dalam greenhouse. Greenhouse juga dilengkapi penerangan lampu untuk suplai cahaya bagi tanaman pada malam hari. Layout greenhouse pembibitan kompot Estie’s Orchid dapat dilihat pada Gambar 4. 1m
70 cm
1m
70 cm
600 x 110 cm
Gambar 4. Layout Greenhouse Layout greenhouse pembibitan kompot dinyatakan sudah tepat, karena tata letak rak yang mengoptimalkan luas ruang mampu memperlancar arus produk dengan baik. Layout perusahaan secara keseluruhan juga menunjukkan kemudahan dalam melakukan ekspansi. 5.
Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan Pembibitan kompot Estie’s Orchid menggunakan peralatan dan teknologi yang sederhana sama dengan usaha pembibitan lainnya. Sebagian besar peralatan yang digunakan dapat diperoleh di toko peralatan seperti ember, baskom, golok, gunting, pinset dan lain-lain. Pengeluaran bibit tanaman anggrek dari dalam botol dan menanamnya di pot satu per satu menggunakan pinset. Pinset dipilih untuk memudahkan pengeluaran bibit tanaman dari dalam botol yang ukuran mulut botolnya memang kecil dan tidak bisa dijangkau dengan tangan. Pinset juga memudahkan penanaman ke pot karena ukuran bibit dari dalam botol yang berukuran kecil dan menjaga kesterilan bibit tanaman dari kontaminasi jamur.
55
Penyiraman bibit kompot yang dilakukan setiap pagi dan sore hari menggunakan sprayer gendong agar volume air yang diterima bibit tanaman tidak terlalu banyak, karena air yang terlalu banyak akan membuat bibit tanaman mudah busuk dan terserang jamur. Begitu juga untuk pemberian pupuk, fungisida dan vitamin menggunakan sprayer gendong. Pembuangan perakaran bibit tanaman yang sudah keluar dari pot tanaman dapat menggunakan gunting biasa. Selain itu, untuk penghematan biaya, pot tanah yang sudah digunakan untuk menanam bibit kompot dapat digunakan lagi setelah panen dengan sebelumnya dilakukan pembakaran kembali pot yang sudah pernah digunakan tersebut. Pemilihan jenis teknologi yang digunakan sudah tepat, karena alat yang digunakan mampu mendukung kegiatan produksi dengan efektif dan efisien, pekerja dengan mudah dapat menggunakannya dan tidak ada limbah atau kebisingan yang ditimbulkan akibat penggunaannya. Hasil analisis di atas menyatakan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium secara aspek teknis layak untuk dilaksanakan karena telah memenuhi kriteria kelayakan, yaitu : 1) Lokasi usaha mampu menunjang pelaksanaan usaha tersebut. Hal ini dicirikan dengan ketersediaan input, jarak dengan pasar yang dituju, ketersediaan listrik dan air, ketersediaan tenaga kerja, dan ketersediaan fasilitas transportasi (jalan raya, kendaraan umum, dan lain-lain) yang memadai dalam menjamin kelancaran akses terhadap bahan baku dan akses terhadap pasar yang dituju. 2) Kapasitas produksi sudah melebihi luas produksi minimum yang harus dicapai. 3) Proses produksi yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok. 4)
Layout usaha yang sesuai yang dicirikan oleh adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruang yang optimal, dan kemudahan melakukan ekspansi.
5)
Pemilihan jenis teknologi dan peralatan yang tepat yaitu teknologi dan peralatan yang dapat dioperasikan secara tepat oleh tenaga kerja yang ada, tidak mengganggu keseimbangan ekologi dan keharmonisan sosial budaya 56
setempat
(tidak
menghasilkan
limbah
yang
berlebihan
dan
tidak
menimbulkan kebisingan) (Husnan dan Muhammad, 2000) 6.3 Aspek Manajemen dan Hukum Suatu manajemen yang baik tentu akan menyebabkan suatu usaha dapat berjalan dengan baik pula. Pada penelitian ini dilakukan analisis manajemen dalam masa operasi. Analisis tersebut meliputi : 1) Struktur Organisasi Meskipun masih sederhana, struktur organisasi di pembibitan ini sudah mampu menggambarkan pemisahan jenis pekerjaan dan pembagian tugas dengan cukup jelas. Jumlah keseluruhan karyawan yang terdapat di pembibitan Estie’s Orchid saat ini sebanyak delapan orang namun jumlah karyawan yang bekerja dan berkaitan langsung dengan pembibitan kompot berjumlah tiga orang. Struktur organisasi pembibitan anggrek Estie’s Orchid dapat dilihat pada Gambar 5.
Pimpinan Estie’s Orchid
PJ Laboratorium
PJ Pembibitan Kompot
PJ Pembibitan Seedling
Pekerja
Gambar 5. Struktur Organisasi Pembibitan Anggrek Estie’s Orchid Sumber: Wawancara dengan Pemilik Estie’s Orchid
2) Deskripsi Pekerjaan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jumlah orang yang terlibat dalam pembibitan kompot saat ini berjumlah tiga orang yaitu pemilik, penanggung jawab bibit kompot, dan pekerja. Bapak Wagiman selaku pemilik usaha pembibitan merupakan bagian inti dari usaha pembibitan ini dimana pusat perintah berada padanya. Selain sebagai pemilik modal, pemilik juga bertugas untuk melakukan berbagai kegiatan pemasaran atas produk yang dihasilkan yakni bibit kompot mulai 57
dari promosi kepada rekanan, mencatat pesanan, hingga menerima hasil penjualan bibit kompot. Pemasaran ini biasanya dilakukan melalui telepon selular kepada rekanan pemilik dan media sosial seperti facebook dan blog. Sebagai pemegang modal, pemilik juga mengharapkan usahanya dapat berjalan dengan baik agar keuntungan yang diperoleh semakin meningkat sehingga pemilik juga mengontrol jumlah bibit kompot yang dihasilkan. Jika terjadi penurunan yang signifikan pemilik melakukan upaya untuk memperbaiki masalah tersebut. Penanggung jawab pembibitan kompot bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional di unit pembibitan kompot mulai dari kebersihan greenhouse, penanaman, pemeliharaan, panen, pasca panen, laporan penjualan serta mengontrol kinerja pekerja dalam membantu semua tugas teknis di unit pembibitan kompot. Pekerja bertanggung jawab dalam membantu PJ bibit kompot dalam semua pekerjaan di unit pembibitan kompot Estie’s Orchid seperti menyediakan media tanam, melakukan penyiraman, pemupukan dan kegiatan teknis budidaya lainnya. Jam kerja dimulai pada pukul 07.00 dan berakhir pada pukul 17.00 WIB setiap hari Senin-Sabtu. Pekerja di unit pembibitan kompot baru direkrut ketika Estie’s Orchid memutuskan untuk menambah satu buah greenhouse. Sebelumnya hanya ada satu orang karyawan yang bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan operasional di unit pembibitan kompot Estie’s Orchid ini. Upah yang diterima pekerja sudah merupakan gaji tetap karena status pekerja memang sudah sebagai karyawan tetap di Estie’s Orchid dengan pemberian THR (Tunjangan Hari Raya) sebesar satu bulan gaji. Besaran gaji yang diterima PJ pembibitan kompot dengan pekerja di bawahnya berbeda, hal ini dikarenakan perbedaan tanggung jawab dan faktor lamanya waktu bekerja di Estie’s Orchid karena pekerja baru saja direkrut. Gaji yang diberikan pada karyawan berbeda yaitu sebesar Rp 1.450.000,00 untuk Penanggung Jawab pembibitan kompot, Rp 950.000,00 untuk pekerja pembantu dibawahnya. Jumlah gaji untuk pekerja lebih rendah dibandingkan dengan Upah Minimum Kota (UMK) Depok yakni sebesar Rp 1.424.797,00 pada tahun 2012, namun gaji tersebut adalah gaji bersih karena selain gaji 58
pekerja juga mendapat fasilitas lain seperti penginapan dan tunjangan hari raya (THR). 3) Laporan Keuangan Laporan keuangan berisi informasi mengenai pengeluaran dana untuk kegiatan usaha pembibitan serta pemasukan yang diperoleh dari usaha pembibitan tersebut. Hingga saat ini unit pembibitan kompot Estie’s Orchid belum memiliki laporan keuangan yang baik. Pembukuan hanya berupa catatan mengenai produksi bibit kompot dan nota penjualan bibit kompot, itu pun terkadang ada penjualan yang tidak tercatat. Sebenarnya laporan keuangan dapat membantu usaha pembibitan dalam melakukan pengawasan kinerja usaha serta menjadi alat evaluasi kegiatan usaha pembibitan kompot. Pengkajian aspek hukum dapat didasarkan pada perizinan usaha perbenihan. Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 39 Tahun 2006 perorangan dan badan hukum wajib memiliki izin produksi benih apabila mempekerjakan paling sedikit sepuluh orang tenaga tetap, memiliki aset Rp 500.000.000,00 diluar tanah dan bangunan, serta hasil penjualan benih selama satu tahun paling sedikit Rp 5 Milyar, jika tidak memenuhi ketentuan ini maka cukup dilakukan pendaftaran. Usaha pembibitan Estie’s Orchid belum termasuk ke dalam usaha yang wajib izin karena hanya mempekerjakan delapan orang karyawan (kurang dari sepuluh orang), dan hasil penjualan selama satu tahun sebesar Rp 207.000.000,00 (lebih rendah dari Rp 5 milyar). Sampai saat ini usaha pembibitan anggrek Estie’s Orchid sudah terdaftar di Dinas Pertanian Kota Depok, sehingga sering mendapatkan perhatian berupa bantuan berupa perlengkapan rumah lindung (serre) ataupun undangan untuk mengikuti pameran dan seminar. Usaha pembibitan anggrek Estie’s Orchid juga sudah mendapatkan persetujuan lingkungan dari aparat Desa setempat. Analisis aspek manajemen telah menguraikan beberapa hal mengenai sistem manajemen yang terdapat di unit pembibitan kompot anggrek Estie’s Orchid terutama struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan laporan keuangan. Dari hasil analisa di atas dapat diketahui bahwa usaha pembibitan kompot anggrek
59
Estie’s Orchid secara manajemem layak untuk dilaksanakan karena telah memenuhi kriteria kelayakan, yaitu: 1) Manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi yang terdapat pada usaha ini telah dilakukan dengan baik. Hal ini dicirikan oleh adanya struktur organisasi serta adanya pembagian dan deskripsi tugas yang jelas dari masing-masing jabatan yang ada. 2) Perusahaan memiliki badan hukum dengan kekuatan dan konsekuensi yang mendukung berjalannya usaha ini, memiliki akta, sertifikat atau surat izin yang diperlukan untuk menjalankan usaha (Husnan dan Muhammad, 2000). Badan hukum secara resmi baru akan diurus dan keberadaan usaha pembibitan ini pun telah diketahui oleh aparat Desa setempat. Sebaiknya usaha pembibitan kompot mulai membuat laporan keuangan sehingga proses pengawasan dan evaluasi pada usaha ini dapat dengan mudah dilakukan 6.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Suatu usaha tentu dapat memberikan dampak bagi berbagai pihak, begitu pula pembibitan kompot Estie’s Orchid. Usaha di pembibitan kompot Estie’s Orchid tentu akan berjalan dengan sangat baik jika selaras dengan kehidupan masyarakat karena usaha yang tidak selaras dengan kehidupan masyarakat sekitar tidak akan bertahan lama. Dampak ini dapat dikaji dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang berkembang di masyarakat sekitar. Usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium ini memberikan berbagai dampak, baik dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Usaha pembibitan ini dari aspek sosial dikatakan memberikan dampak yang positif jika terjadi peningkatan peluang kerja, dan pengurangan pengangguran. Untuk unit pembibitan kompot, Estie’s Orchid menggunakan sumber daya manusia yang berasal dari Desa Meruyung. Pekerja yang berjumlah dua orang ini, dipekerjakan sebagai karyawan yang mengurus pekerjaan teknis di greenhouse pembibitan kompot anggrek tiap harinya. Walaupun hanya dua orang warga sekitar yang dipakai oleh pembibitan kompot Estie’s Orchid, namun telah mengurangi pengangguran di desa sehingga dapat dikatakan usaha pembibitan kompot Estie’s Orchid memberikan pengaruh positif bagi masyarakat. Selain itu, pemilik Estie’s Orchid juga melakukan pelatihan berbisnis dan budidaya anggrek kepada masyarakat sekitar agar warga 60
mau ikut berbisnis anggrek dan saat ini sudah ada delapan orang warga yang turut melakukan budidaya anggrek meski skalanya masih kecil dan sebagian besar menggunakan lahan pekarangan rumah. Hal ini tentu memberikan dampak positif karena secara tidak langsung Estie’s Orchid membuka lapangan kerja baru bagi warga sekitar yang dapat meningkatkan pendapatan warga. Pembibitan ini juga dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran dan penelitian bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui usaha pembibitan anggrek Dendrobium. Bibit kompot anggrek Dendrobium yang dihasilkan merupakan input utama bagi pelaku bisnis anggrek dengan segmentasi umur berikutnya, sehingga secara tidak langsung usaha pembibitan kompot ini juga memberikan kesempatan pekerjaan bagi pelaku usaha lainnya dan ikut memutar roda perekonomian. Kekurangan dari usaha pembibitan kompot ini adalah belum memiliki badan hukum, sebab pemilik belum mengurusnya sehingga usaha pembibitan ini belum memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan pendapatan daerah melalui pembayaran pajak. Padahal besar pajak yang dikeluarkan dapat meningkatkan pendapatan daerah, yaitu sebesar Rp 81.557.370,00 yang dikeluarkan selama umur usaha yaitu sepuluh tahun. Namun rencana untuk mengurus badan hukum ini sudah ada dan akan dilaksanakan pada tahun yang akan datang. Budaya sangat erat hubungannya dengan masyarakat karena merupakan sesuatu yang diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain. Budaya ini mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain. Keberadaan usaha pembibitan anggrek Estie’s Orchid selama ini tidak bertentangan dengan budaya yang telah berkembang di masyarakat selama ini. Menurut beberapa warga dan aparatur desa kehadiran usaha pembibitan ini tidak mengganggu kebudayaan yang ada selama ini, baik dari sisi nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, maupun religi yang ada di masyarakat. Hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa secara sosial, ekonomi, dan budaya usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium layak untuk dilaksanakan karena memenuhi kriteria kelayakan yaitu: 1) Mampu meningkatkan kesempatan kerja yang dicirikan dengan adanya 61
penyerapan tenaga kerja dari usaha yang dilakukan. 2) Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli Kota Depok (Husnan dan Muhammad, 2000) Selain itu, usaha pembibitan kompot Dendrobium layak karena tidak bertentangan dengan budaya yang telah berkembang di masyarakat. 6.5 Aspek Lingkungan Analisis terhadap aspek lingkungan dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan usaha pembibitan kompot anggrek
Dendrobium.
Berdasarkan
hasil
observasi,
kegiatan
usaha
pembudidayaan kompot anggrek Dendrobium tidak menghasilkan limbah yang dapat berdampak buruk bagi keseimbangan lingkungan. Penggunaan pupuk dan fungisida sudah sesuai dengan dosis dan tidak ada aliran sisa pemupukan atau pemberian obat-obatan yang mengalir ke aliran sungai terdekat. Peralatan yang digunakan pun tidak menimbulkan polusi udara maupun suara. Tanaman anggrek yang ditanam dapat meningkatkan kesegaran udara karena tingkat oksigen yang dihasilkan di daerah tersebut dan menghasilkan pemandangan yang asri dan indah. Hasil analisis mengenai aspek lingkungan di atas dapat dikatakan bahwa secara aspek lingkungan, usaha pembibitan kompot anggrek Estie’s Orchid layak untuk dilaksanakan. Layaknya usaha ini karena tidak adanya limbah yang dihasilkan dan kontribusi usaha terhadap ketersediaan oksigen dan pemandangan yang asri dan indah.
62
VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial mengkaji kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama periode usaha dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kriteria investasi. Ada pun hal-hal yang akan dibahas pada aspek finansial antara lain : cashflow, asumsi yang digunakan, proyeksi laba rugi, analisis kriteria investasi, dan switching value. Pada penelitian ini, analisis kelayakan dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium yang dilakukan oleh Estie’s Orchid. Analisis dilakukan dengan menggunakan kondisi usaha yang melakukan penambahan greenhouse dan seorang tenaga kerja pada tahun ke tiga usaha. Selanjutnya jika hasil analisis finansial layak untuk dilaksanakan, maka dilakukan analisis switching value untuk menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan yang terjadi. 7.1 Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Arus kas dalam penelitian ini, diproyeksikan selama 10 tahun sesuai dengan umur ekonomis greenhouse.
Penelitian
ini menggunakan proyeksi
hasil panen
setelah
diperhitungkan risiko kematian sebesar lima persen (Lampiran 5) untuk menentukan inflow dan outflow. 7.1.1 Arus Masuk (Inflow) Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari suatu usaha. Inflow pada usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium adalah hasil penjualan bibit kompot anggrek Dendrobium. Selain itu, ada juga penjualan botol bekas kemasan bibit hasil kultur jaringan yang merupakan input utama untuk menanam kompot anggrek dan nilai sisa juga dihitung sebagai penerimaan di akhir umur usaha (Lampiran 8). Sumber pendapatan dari pembibitan kompot anggrek ini adalah penjualan bibit kompot anggrek Dendrobium. Jumlah produksi bibit kompot anggrek yang dihasilkan diasumsikan sama setiap bulan dengan pola penanaman yang sudah
diatur dan dengan memperhitungkan risiko kematian bibit sebesar lima persen yaitu 171 pot bibit kompot pada tahun pertama dan ke dua dan 285 pot bibit kompot untuk tahun berikutnya hingga akhir umur usaha. Bibit kompot anggrek Dendrobium dihargai sebesar Rp 60.000,00 per pot tanaman. Selain penjualan bibit kompot, pendapatan sampingan diperoleh dari hasil penjualan botol bekas kemasan bibit anggrek hasil kultur jaringan yang dijual dengan harga Rp 500,00 per botol. Adapun proyeksi arus masuk dapat dilihat masing-masing pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bibit Kompot per Tahun Penerimaan
Jumlah
Penjualan kompot Penjualan botol bekas Penjualan kompot Penjualan botol bekas Penjualan kompot Penjualan botol bekas Penjualan kompot Penjualan botol bekas
1197 2160 2052 2160 2850 3600 3420 3600
Tahun 1 2 3 4-10
Harga satuan (Rp) 60.000 500 60.000 500 60.000 500 60.000 500
Nilai Penjualan (Rp) 71.820.000 1.080.000 123.120.000 1.080.000 171.000.000 1.800.000 205.000.000 1.800.000
Total Penerimaan (Rp) 72.900.000 124.200.000 172.800.000 207.000.000
Jumlah produksi bibit kompot pada tahun pertama berbeda karena panen bibit kompot pada tahun pertama baru bisa dilakukan pada bulan ke enam. Sedangkan jumlah produksi bibit kompot pada tahun ke dua, panen dapat dilakukan setiap bulan. Pada tahun ke tiga ada penambahan greenhouse sehingga produksi kompot meningkat hingga tahun ke sepuluh. Penerimaan lain yang diperoleh pembibitan kompot Estie’s Orchid adalah nilai sisa atau salvage value. Nilai sisa diperoleh dari nilai sisa barang-barang yang sifatnya investasi dan masih bernilai serta berada di akhir umur usaha. Investasi yang masih memiliki nilai sisa pada akhir umur usaha adalah tanah, greenhouse dan rak pot yang dibeli pada tahun ke tiga serta pot tanah. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai sisa pada akhir umur usaha sebesar Rp 40.177.280,00 Perhitungan nilai sisa dapat dilihat pada Tabel 6.
64
Tabel 6. Nilai Sisa Investasi Usaha Pembibitan Kompot Anggrek Variabel Investasi
Nilai Beli (Rp)
Tanah Greenhouse II Rak untuk GH II Pot tanah Total Nilai Sisa
Umur Ekonomis (Tahun)
36.000.000 12.000.000 686.400 880.000
10 10 4
Nilai Sisa (Rp) 36.000.000 2.400.000 137.280 440.000 38.977.280
7.1.2 Arus Keluar (Outflow) Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Outflow berupa biaya-biaya yang dikeluarkan baik saat usaha tersebut sedang dibangun maupun saat usaha tersebut sedang berjalan. Outflow terdiri dari biaya investasi, dan biaya operasional. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. 7.1.2.1 Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha dengan umur ekonomis lebih dari satu tahun. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama usaha. Barang-barang investasi yang telah habis masa pakainya sebelum periode usaha berakhir harus dibeli kembali atau direinvestasi. Komponen investasi yang dikeluarkan disesuaikan dengan kebutuhan produksi bibit kompot secara teknis, meliputi pembelian tanah, pembangunan greenhouse, dan pembelian peralatan produksi (Lampiran 6). Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium pada tahun pertama adalah sebesar Rp 56.809.600,00. Sedangkan total biaya investasi yang dikeluarkan oleh usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium pada tahun ke tiga karena ada penambahan greenhouse adalah sebesar Rp 13.326.400,00. Tabel 7 menunjukkan rincian biaya investasi yang dikeluarkan oleh usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium Estie’s Orchid.
65
Tabel 7. Rekapitulasi Biaya Investasi Uraian Tanah Greenhouse Rak Sprayer gendong Pot tanah Ember Baskom Gunting Pinset Greenhouse Rak Pot tanah
Jumlah Satuan Harga (Rp/satuan) 160 m2 225.000 92 m2 200.000 39.6 m2 26.000 1 Unit 400.000 1100 Unit 800 2 Unit 10.000 3 Unit 10.000 1 Unit 20.000 2 Unit 15.000 Total Investasi pada Tahun Pertama 60 m2 200.000 26,4 m2 26.000 800 Unit 800 Total Investasi pada Tahun ke Tiga
Nilai (Rp) 36.000.000 18.400.000 1.029.600 400.000 880.000 20.000 30.000 20.000 30.000 56.809.600 12.000.000 686.400 640.000 13.326.400
Jumlah pembelian pot yang melebihi kapasitas greenhouse sengaja dilakukan untuk mengganti pot yang rusak/pecah atau dibawa oleh konsumen ketika membeli bibit kompot. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama, namun biaya tersebut mengalami penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh umur ekonomis dari masing-masing barang yang diinvestasikan. Umur ekonomis dari setiap barang yang dinvestasikan ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan suatu barang untuk dapat digunakan secara layak dan masih memiliki fungsi yang baik untuk mendukung jalannya usaha pembibitan kompot. Selain umur ekonomis, penyusutan dari setiap barang juga dipengaruhi oleh nilai awal barang investasi tersebut. Lahan tidak mengalami penyusutan sehingga nilai sisa pada akhir umur usaha merupakan nilai beli lahan tersebut pada awal umur usaha. Tabel 8 menunjukkan nilai penyusutan yang telah dihitung berdasarkan metode garis lurus.
66
Tabel 8. Umur Ekonomis dan Penyusutan Investasi Uraian Greenhouse Rak Sprayer gendong Pot tanah Ember Baskom Gunting Pinset
Umur Ekonomis (Tahun) 10 10 5 4 2 2 5 2 Total Penyusutan
Penyusutan (Rp) 3.040.000 171.600 80.000 380.000 10.000 15.000 4.000 15.000 3.715.600
7.1.2.2 Biaya Reinvestasi Dalam komponen investasi, terdapat beberapa komponen yang telah habis umur ekonomisnya sebelum umur usahanya berakhir. Umur ekonomis dari greenhouse ditentukan menjadi umur usaha pembibitan kompot anggrek Estie’s Orchid karena memiliki umur ekonomis terpanjang dan merupakan komponen investasi yang memiliki nilai investasi terbesar. Sprayer gendong dan gunting memiliki umur ekonomis selama lima tahun. Setelah lima tahun, peralatan tersebut sudah tidak layak untuk digunakan dan dapat menghambat jalannya usaha. Ember, baskom dan pinset memiliki umur ekonomis dua tahun. Peralatan tersebut memiliki umur ekonomis yang lebih singkat karena penggunaannya dilakukan secara terus-menerus selama jalannya usaha. Pada kondisi tersebut, harus dilakukan investasi kembali untuk menambah fungsi ekonomisnya selama umur usaha masih berlangsung. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan investasi kembali pada komponen investasi yang telah habis umur ekonomisnya disebut dengan biaya reinvestasi. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan berbeda tiap tahunnya bergantung pada banyaknya investasi yang perlu diperbarui. Tabel 9 menunjukkan biaya reinvestasi yang diperlukan dalam usaha pembibitan kompot anggrek.
67
Tabel 9. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi Uraian
Sprayer gendong Pot tanah Ember Baskom Gunting Pinset Total
Umur Ekonomis (Tahun) 5 4 2 2 5 2
Tahun 3
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 9
640.000 20.000 30.000
880.000 20.000 30.000
30.000 720.000
30.000 960.000
400.000 640.000 20.000 30.000
880.000 20.000 30.000
30.000 720.000
30.000 960.000
20.000 420.000
7.1.2.3 Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan dimana biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak ditentukan oleh banyaknya output. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya ditentukan oleh banyaknya ouput, semakin banyak ouput maka akan semakin banyak biaya yang dikeluarkan (Lampiran 7). A. Biaya Tetap Pembibitan anggrek Dendrobium Estie’s Orchid memiliki unit pembibitan kultur jaringan dan unit pembibitan seedling anggrek selain unit pembibitan kompot anggrek sehingga terdapat beberapa biaya yang digunakan bersama. Hal ini menyebabkan perlunya perhitungan common cost. Common cost adalah biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas/jasa oleh dua departemen atau lebih. Common cost untuk masing-masing unit usaha dihitung berdasarkan pendapatan yang diperoleh saat ini dari masing-masing unit usaha karena mencerminkan kontribusi masing-masing unit usaha pada pendapatan usaha pembibitan Estie’s Orchid. Tabel 10 menunjukkan perhitungan common cost di pembibitan anggrek Estie’s Orchid. Tabel 10. Perhitungan Common Cost Unit Usaha Bibit dalam botol Bibit kompot Bibit seedling Total
Pendapatan/bulan(Rp) 24.000.000 17.100.000 20.800.000
Common cost (%) 38,8 27,6 33,6 100
68
Biaya listrik merupakan biaya yang dikeluarkan secara bersamaan oleh unit usaha lainnya sehingga perlu adanya perhitungan common cost. Total biaya listrik pada tahun pertama hingga ke dua sebesar Rp 150.000,00 per bulan tetapi dengan perhitungan common cost maka biaya listrik menjadi Rp Rp 41.400,00 per bulan. Pada tahun ke tiga dan seterusnya, total biaya listrik sebesar Rp 170.000,00 per bulan tetapi dengan perhitungan common cost menjadi Rp 46.920,00 per bulan. Biaya pulsa telepon digunakan untuk menghubungi konsumen atau mempromosikan bibit kompot pada calon konsumen. Biaya keamanan dikeluarkan kepada aparat keamanan desa setempat sebesar Rp 15.000,00 per bulan karena usaha pembibitan anggrek Estie’s Orchid tidak memiliki tenaga keamanan sendiri. Biaya sewa mobil dikeluarkan untuk meminjam mobil pribadi pemilik Estie’s Orchid untuk kegiatan pengiriman barang dan pembelian sarana produksi. Biaya transportasi terdiri dari biaya bahan bakar, tol dan biaya perjalanan lain-lain. Biaya penyusutan hanya terdapat pada laporan laba rugi sebesar Rp 3.715.600,00. Biaya tenaga kerja terdiri dari gaji dan THR karyawan yang diberikan setiap tahun sebanyak besaran gaji selama satu bulan. Penambahan satu buah greenhouse pada unit pembibitan kompot di tahun ke tiga menyebabkan terjadinya penambahan satu orang pekerja. Tabel 11 menunjukkan rincian biaya tetap yang dikeluarkan usaha pembibitan kompot anggrek Estie’s Orchid. Tabel 11. Rincian Biaya Tetap per Tahun Tahun 1-2 Biaya Tetap Gaji karyawan Biaya komunikasi Listrik Sewa mobil Biaya transportasi THR karyawan Biaya keamanan Biaya penyusutan* Total Biaya Tetap
17.400.000 1.200.000 496.800 4.200.000 1.800.000 1.450.000 180.000 3.715.600 30.442.400
Tahun 3-10 28.800.000 2.400.000 563.040 4.200.000 2.400.000 2.400.000 180.000 3.715.600 44.658.640
Keterangan : *biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan Laba/Rugi
69
Pada perhitungan cashflow perusahaan, komponen biaya terbesar adalah biaya yang dikeluarkan untuk gaji karyawan. Biaya penyusutan peralatan hanya ada di perhitungan laba/rugi karena pada perhitungan tersebut tidak dikeluarkan biaya investasi sehingga komponen outflow untuk investasi hanya dihitung berdasarkan penyusutannya. Komponen yang termasuk dalam laba rugi terdiri dari pendapatan pokok dan sampingan perusahaan, biaya operasional perusahaan dimana di dalamnya termasuk biaya penyusutan dari barang investasi yang ditanamkan, beban bunga (jika perusahaan melakukan pinjaman (Nurmalina et al 2009). B. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah sesuai dengan perubahan jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel mengacu pada proyeksi produksi pada Lampiran 5, diantaranya yaitu biaya input untuk proses budidaya bibit kompot anggrek, diantaranya pembelian bibit botol, media pakis dan arang, pupuk, vitamin, fungisida, arang sekam, koran bekas dan kardus. Bibit botolan yang dijadikan benih untuk penanaman kompot diperoleh dari unit laboratorium kultur jaringan Estie’s Orchid, meskipun pada kenyataannya tidak mengeluarkan biaya untuk memperoleh bibit botolan, tetap saja biaya bibit botol perlu diperhitungkan. Biaya bibit botol diperhitungkan sesuai dengan harga bibit botol jika bibit botol tersebut dijual yakni sebesar Rp 30.000,00 per botol. Satu botol bibit cukup untuk penanaman satu pot kompot anggrek. Media tanam yang digunakan adalah pakis dan arang dengan perbandingan 1: 2 untuk setiap pot. Setiap satu karung media pakis cukup untuk mengisi 20 pot dan setiap satu karung arang cukup untuk mengisi sebanyak sepuluh pot. Harga satu karung pakis Rp 12.500,00 dan arang Rp 25.000,00. Pemupukan dilakukan dua kali dalam seminggu dengan dosis satu gram pupuk untuk satu liter air. Menurut pengalaman pekerja di pembibitan kompot Estie’s Orchid, setiap kali pemupukan dibutuhkan 15 liter air untuk populasi kompot sebanyak 900 pot. Sehingga dibutuhkan pupuk sebanyak 15 gram untuk dilarutkan dalam 15 liter air. Pemberian vitamin B1 juga dilakukan dua kali seminggu dengan dosis 0,5 mililiter untuk setiap satu liter air. Sedangkan 70
pemberian fungisida dilakukan satu kali setiap minggu dengan dosis satu gram untuk satu liter air. Harga pupuk, vitamin dan fungisida
yang digunakan
berturut-turut yaitu Rp 60.000,00 per kilogram, Rp 35.000,00 per liter dan Rp 95.000,00 per kilogram. Arang sekam digunakan untuk membakar pot tanah yang sudah dipakai agar dapat dipakai kembali untuk menanam. Kebutuhan arang sekam untuk pembakaran pot adalah dua karung setiap bulan dengan harga pembelian Rp 4.000,00 per karungnya. Koran bekas digunakan untuk membungkus bibit kompot yang sudah dipisahkan dari potnya dalam proses pengemasan. Hal ini dimaksudkan agar kompot tidak rusak dalam proses pendistribusian ke konsumen. Setiap bulan dibutuhkan sekitar 0,5 kilogram koran bekas untuk tahun pertama dan ke dua dan dua kilogram koran bekas untuk tahun berikutnya yang dibeli dengan harga Rp 2.500,00 per kilogram. Sedangkan kardus digunakan untuk menyimpan kompot yang sudah dikemas koran untuk dikirim kepada konsumen. Pada tahun pertama dan ke dua dibutuhkan sekitar 10 kardus per bulan dan pada tahun berikutnya 30 kardus yang dibeli dengan harga Rp 1.000,00 per kardus. Tabel 12 menunjukkan rincian biaya variabel. Tabel 12. Rincian Biaya Variabel per Tahun Tahun 1 Biaya Variabel Bibit dalam botol Media pakis Media arang Pupuk Vitamin Fungisida Arang sekam Koran Kardus Total Biaya Variabel
64.800.000 1.350.000 9.000.000 72.000 21.000 57.000 96.000 8.750 70.000 71.874.750
Tahun 2
Tahun 4-10
64.800.000 1.350.000 9.000.000 72.000 21.000 57.000 96.000 15.000 120.000 71.931.000
108.000.000 2.250.000 9.000.000 120.000 35.000 95.000 96.000 60.000 360.000 160.959.040
7.2 Harga Pokok Produk Harga pokok produk berguna untuk mengetahui biaya per unit produk yang dihasilkan oleh pembibitan kompot Estie’s Orchid sehingga keuntungan setiap produk dapat diketahui (Lampiran 9). Harga pokok produk kompot bibit anggrek pada tahun pertama sebesar Rp 81.204,09 per pot. Nilai ini lebih tinggi 71
dibandingkan harga jualnya yaitu sebesar Rp 60.000,00 per pot. Hal ini disebabkan oleh produksi bibit kompot pada tahun pertama yang masih sedikit, yaitu sebanyak 1.260 pot karena baru mulai panen pada bulan ke enam. Harga pokok produk kompot anggrek menurun pada tahun ke dua menjadi Rp 47.395,09 dan pada tahun ke tiga dan seterusnya menjadi Rp 54.891,55 seiring dengan meningkatnya produksi kompot yaitu sebanyak 2.160 pot pada tahun ke dua dan sebanyak 3.000 pot pada tahun ke tiga dan seterusnya hingga tahun ke sepuluh. Nilai ini lebih rendah dari harga jual yang ditetapkan oleh Estie’s Orchid sehingga ada margin yang memberikan keuntungan bagi usaha pembibitan kompot anggrek. Tabel 13 menunjukkan rincian perhitungan HPP per unit bibit kompot anggrek Dendrobium. Tabel 13. HPP per Unit Bibit Kompot Anggrek Dendrobium Tahun Uraian
1
2
3-10
Total Biaya Tetap (Rp)
30.442.400
30.442.400
44.658.640
Total Biaya Variabel (Rp)
71.874.750
71.931.000
120.016.000
Jumlah Produksi (pot)
1.260
2.160
3.000
HPP per unit (Rp/pot)
81.204
47.395
54.891
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui harga pokok produksi (HPP) dari kompot anggrek sebesar Rp 54.891,55. Sebab itu, sebaiknya Estie’s Orchid tidak menjual kompot anggrek di bawah HPP yang telah diperhitungkan. 7.3 Analisis Laba Rugi Analisis
laba
rugi
digunakan
untuk
mengetahui
perkembangan
profitabilitas usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium. Proyeksi laba rugi juga digunakan untuk menentukan besar pajak yang harus dikeluarkan (Lampiran 10). Hasil proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha pembibitan kompot anggrek Estie’s Orchid mengalami kerugian sebesar Rp 29.417.150,00. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut penjualan kompot anggrek baru dapat dilakukan pada bulan ke enam. Pada tahun berikutnya, penjualan kompot anggrek dapat dilakukan setiap bulan hingga umur usaha. Selama sepuluh tahun umur usaha, total keuntungan 72
bersih (laba setelah pajak) yang diperoleh dari usaha pembibitan kompot anggrek Estie’s Orchid adalah sebesar Rp 215.254.960,00. Keuntungan tersebut diperoleh setelah memperhitungkan pajak pendapatan sebesar 25% untuk setiap keuntungan kotor yang diperoleh per tahunnya. Tabel 14 menunjukkan rincian proyeksi laba rugi usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium Estie’s Orchid. Tabel 14. Rekapitulasi Proyeksi Laba Rugi Laba Kotor (Rp) Pajak 25% (Rp) Tahun 1 (29.417.150) 0 2 21.826.600 5.456.650 3 8.125.360 2.031.340 4-10 42.325.360 10.581.340 Total 81.557.370
Laba Bersih (Rp) (29.417.150) 16.369.950 6.094.020 31.744.020 215.254.960
7.4 Analisis Kelayakan Investasi Analisis
kelayakan
investasi
usaha
pembibitan
kompot
anggrek
Dendrobium menggunakan kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, dan PBP. Analisis kelayakan investasi dapat dilihat melalui cashflow yang tertera pada Lampiran 11. Kriteria kelayakan dari usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium adalah apabila nilai NPV yang diperoleh selama umur usaha lebih besar dari nol (NPV>0), IRR yang diperoleh lebih besar dari discount rate (IRR>12%), dan Net B/C lebih besar atau sama dengan satu (net B/C≥1), maka usaha pembibitan kompot ini layak untuk dijalankan. Berdasarkan perhitungan kriteria investasi yang dilakukan dengan umur usaha sepuluh tahun, maka didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 15. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pembibitan Kompot Kriteria Hasil No 1
Net Present Value
66.088.277
2
Net Benefit Cost Ratio
1,87
3
Internal Rate of Return
27%
4
Payback Periode
3,66
73
Perhitungan kriteria kelayakan investasi unit pembibitan kompot anggrek Dendrobium dilakukan dengan mempertimbangkan discount rate yang berlaku pada saat ini yaitu 12 persen dimana suku bunga yang digunakan adalah suku bunga Bank Central Asia pada tahun penelitian karena pemilik menabungkan pendapatan dari usaha pembibitan kompot anggrek pada bank tersebut. Oleh karena itu, suku bunga tersebut menjadi suku bunga acuan dalam perhitungan analisis finansial ini. Discount rate digunakan untuk memperhitungkan inflasi, risiko, ketidakpastian dan faktor produktivitas uang di masa yang akan datang sehingga dapat mencegah terjadinya hasil perhitungan yang bias. Berdasarkan Tabel 15 dengan menggunakan tingkat discount rate sebesar 12 % diperoleh nilai NPV yang besarnya lebih besar dari nol yaitu Rp 66.088.277,00. NPV tersebut menggambarkan nilai kini dari manfaat bersih yang diperoleh selama pelaksanaan usaha, sehingga dapat dikatakan bahwa manfaat bersih tambahan yang diperoleh selama umur usaha adalah sebesar Rp 66.088.277,00. Net B/C yang dihasilkan adalah 1,87. Nilai ini mengartikan bahwa untuk setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembibitan kompot anggrek akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,87. Nilai IRR yang diperoleh adalah 27%. Nilai IRR mengindikasikan besarnya kemampuan usaha untuk memberikan pengembalian atas modal yang dikeluarkan. IRR merupakan discount rate yang dapat membuat nilai NPV sama dengan nol, sehingga jika discount rate yang digunakan dalam analisis finansial sama dengan nilai IRR yang diperoleh maka usaha tersebut tidak menghasilkan manfaat bersih karena NPV nya benilai nol. Dengan demikian, pada kondisi tersebut, kelayakan usaha dari unit pembibitan kompot anggrek Dendrobium berada pada kondisi limit kelayakan. Namun, nilai IRR yang diperoleh dari perhitungan cashflow yaitu 27% menunjukkan angka yang lebih besar dari nilai discount rate yang digunakan pada analisis finansial yaitu 12%. Sehingga usaha pembibitan kompot anggrek layak dijalankan. Selain IRR nilai payback periode juga memberikan indikasi terhadap kemampuan pengembalian modal usaha dan kelayakan usaha. Payback periode
74
dari usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium yaitu selama 3,66 tahun (tiga tahun tujuh bulan 16 hari). Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium adalah layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol, Net B/C yang dihasilkan lebih dari satu, nilai IRR yang diperoleh melebihi nilai discount rate yang digunakan dan waktu pengembalian modal selama tiga tahun tujuh bulan 16 hari. 7.5 Analisis Switching value Hasil dari analisis kelayakan menyatakan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek layak untuk dilaksanakan sehingga tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan analisis switching value. Analisis switching value merupakan bagian dari analisis sensitivitas yang digunakan untuk melihat perubahan maksimal yang masih ditoleransi agar usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium masih layak untuk dijalankan. Analisis ini juga digunakan untuk melihat kondisi kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek paling sensitif dipengaruhi oleh variabel apa. Perhitungan dilakukan dengan mengubah masingmasing variabel dengan melihat kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek dari nilai NPV pada saat terjadi perubahan. Setelah diketahui besar perubahan yang menghasilkan nilai NPV positif dan besar perubahan yang menghasilkan nilai NPV negatif, maka digunakan metode interpolasi untuk mempermudah perhitungan. Adapun variabel yang mengalami perubahan antara lain harga kompot anggrek, jumlah produksi kompot anggrek, dan harga bibit botol anggrek. 7.5.1 Penurunan Harga Kompot Anggrek Harga kompot anggrek memang cukup tinggi namun tidak menutup kemungkinan terjadi penurunan harga. Penurunan harga ini dapat terjadi karena kualitas kompot anggrek yang menurun atau munculnya pesaing-pesaing baru dengan kualitas kompot anggrek yang hampir sama bahkan lebih baik dari kompot anggrek Estie’s Orchid yang menawarkan harga lebih rendah sehingga perlu adanya analisis switching value terhadap penurunan harga kompot anggrek. Penurunan harga kompot anggrek tidak boleh melebihi 9,07 persen atau harga kompot anggrek menjadi Rp 54.560,00. Perubahan harga kompot anggrek 75
sebesar 9,07 persen menyebabkan nilai NPV sama dengan nol, IRR sebesar 12 persen, dan Net B/C sama dengan satu. Hal ini mengindikasikan bahwa jika terjadi penurunan harga kompot angggrek lebih dari 9,07 persen akan mengakibatkan usaha pembibitan kompot anggrek Estie’s Orchid menjadi tidak layak. Proyeksi laba rugi dan cashflow dari perhitungan switching value ini tertera pada Lampiran 12. 7.5.2 Penurunan Jumlah Produksi Kompot Anggrek Saat ini jumlah produksi kompot anggrek tidak berfluktuatif namun penurunan jumlah kompot anggrek yang diproduksi tetap dapat terjadi jika manajemen pemeliharaan kurang baik sehingga meningkatkan risiko kematian bibit kompot. Hal inilah yang menyebabkan analisis switching value terhadap penurunan jumlah produksi kompot anggrek perlu dilakukan. Penurunan jumlah produksi kompot anggrek sebesar 9,06 persen akan menghasilkan NPV mendekati nol (67.647), IRR sebesar 12 persen dan Net B/C sama dengan satu. Artinya, jika jumlah kompot anggrek menurun lebih dari 9,06 persen maka usaha pembibitan kompot anggrek yang dijalankan menjadi tidak layak. Tabel 16 menunjukkan perbandingan jumlah produksi kompot anggrek pada kondisi normal dan ketika terjadi penurunan sebesar 9,06 persen. Tabel 16. Perbandingan Jumlah Produksi Kompot Kondisi Normal Penurunan jumlah produksi kompot sebesar 9,06%
Jumlah Produksi Kompot Anggrek (pot) pada Tahun ke1 2 3 4 5-10 1.197 2.052 2.850 3.420 3.420 1.089
1.866
2.592
3.110
3.110
Proyeksi laba rugi dan cashflow dari perhitungan switching value ini tertera pada Lampiran 13. 7.5.3 Peningkatan Harga Bibit Botolan Biaya bibit botolan ini menduduki posisi terbesar yakni sekitar 65 persen dari seluruh biaya operasional sehingga peningkatan harga bibit botolan dapat mempengaruhi kelayakan usaha. Analisis switching value dilakukan terhadap peningkatan harga bibit botolan. Proyeksi laba rugi dan cashflow dari perhitungan switching value ini tertera pada Lampiran 14. 76
Diketahui bahwa perubahan harga bibit botolan tidak boleh lebih dari 12,82 persen karena akan menyebabkan nilai NPV sama dengan nol, IRR sebesar 12 persen, dan Net B/C sama dengan satu. Informasi ini mengindikasikan bahwa peningkatan harga bibit botolan diperbolehkan tetapi tidak boleh lebih dari 12,82 persen atau harga bibit botolan mencapai Rp 33.846,00 karena usaha pembibitan kompot anggrek Estie’s Orchid akan menjadi tidak layak. Tabel 17 menunjukkan perhitungan interpolasi pada perubahan masing-masing variabel. Tabel 17. Hasil Perhitungan Interpolasi Masing-Masing Variabel Harga Kompot Anggrek Penurunan NPV (Rp) 9% 10%
482.670 -6.806.842 9,07%
Jumlah Produksi Kompot Anggrek Penurunan NPV (Rp) 9% 10%
411.176 -6.815.738 9,06%
Harga Bibit Botolan Peningkatan NPV (Rp) 12% 13%
3.429.354 -744.393 12,82%
Dari hasil analisis switching value ini dapat diketahui bahwa usaha pembibitan kompot paling sensitif terhadap perubahan harga kompot anggrek dan perubahan jumlah produksi kompot anggrek. Sehinggga diperlukan teknik budidaya yang intensif dan tenaga kerja yang terampil agar jumlah produksi tidak turun di bawah batasan kelayakan, yaitu sebesar 9,06 persen serta kualitas bibit kompot yang dihasilkan tidak menurun yang dapat menurunkan tingkat harga di bawah batas kelayakan yaitu sebesar 9,07 persen. Pelatihan terhadap tenaga kerja menjadi sangat diperlukan, terlebih pada tenaga kerja baru yang belum berpengalaman. Hasil analisis switching value ini dapat dijadikan batasan kelayakan terhadap hasil analisis finansial yang dihasilkan, sehingga perlu diperhatikan bagi petani dan pelaku usaha anggrek yang ingin melakukan segmentasi usaha yang sama yaitu pembibitan kompot anggrek Dendrobium. Estie’s Orchid dapat menggunakan hasil analisis kelayakan ini dalam rangka mewujudkan visi perusahaan untuk menjadikan Desa Meruyung sebagai kawasan penghasil bibit anggrek Dendrobium.
77
VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1) Dilihat dari aspek non finansial, usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium telah layak, namun ada hal yang masih harus dibenahi yaitu pengadaan laporan keuangan pada aspek manajemen dan memulai penggunaan media tanam alternatif pengganti media pakis. 2) Hasil analisis pada aspek finansial menjelaskan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV, IRR, dan Net B/C yang telah memenuhi kriteria kelayakan investasi. 3) Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa jika harga kompot anggrek menurun lebih dari 9,07 persen, jumlah produksi kompot anggrek menurun lebih dari 9,06 persen, dan harga bibit botolan meningkat lebih dari 12,82 persen maka usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Hasil ini memperlihatkan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek sensitif terhadap penurunan harga kompot anggrek, penurunan jumlah produksi kompot anggrek, dan peningkatan harga bibit botolan. 8.2 Saran Bibit anggrek merupakan variabel penting pada sektor hulu yang mendukung perkembangan peranggrekan. Bibit anggrek dibagi menjadi beberapa segmentasi, yaitu bibit botolan, bibit kompot dan bibit seedling. Pada penelitian ini hanya menganalisis kelayakan non finansial dan finansial terhadap usaha pembibitan kompot anggrek. Sebab itu, perlu dilakukan analisis kelayakan terhadap segmentasi bibit lain yaitu bibit botolan dan bibit seedling pada penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arbianto, Diki. 2006. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Tanaman Anggrek Perusahaan Rama Orchid di Taman Anggrek Ragunan [skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek. Jakarta: Departemen Pertanian. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. PDB atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) Tahun 2004-2011. www.bps.go.id [12 Desember 2012] [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Tanaman Hias di Indonesia 19972011. www.bps.go.id [12 Desember 2012] [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data Ekspor Impor. www.bps.go.id [12 Desember 2012] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Ekspor Impor Hortikultura. http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/351 [12 Desember 2012] Dinas Pertanian Kota Depok. 2007. Potensi Investasi Hortikultura Kota Depok. Jakarta: Dinas Pertanian Kota Depok Dinas Pertanian Kota Depok. 2007. SOP Anggrek Dendrobium. Jakarta: Dinas Pertanian Kota Depok Ernawati, Sri. 2007. Analisis Daya Saing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Anggrek di DKI Jakarta [skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Gittinger J P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Ed ke-2. Slamet S, Komet M, Penerjemah; Jakarta: UI Press.Terjemahan dari : Economic Analysis of Agriculture Project. Husnan S, dan Suwarsono M. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Ed. Ke-4. Yogyakarta: AMPYKPN. Kadariah et al. 2001. Evaluasi Proyek; Analisa Ekonomi. Ed Ke-2. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI [Kementan] Kementrian Pertanian. 2011. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun 2006-2011. Jakarta: Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Ed ke-5. Yogyakarta: Aditya Media
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Setiawan, H. 2002. Usaha Perbesaran Anggrek Seri Agribisnis. Jakarta: Penebar Swadaya Sutiyoso, Yos. 2007. Merawat Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya Umar, H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Ed Ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Zulkarnain, Muhammad Denny. 2009. Analisis Kelayakan Finansial terhadap Perubahan Segmentasi Umur Budidaya Anggrek : Studi Kasus Permata Anggrek Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
80
LAMPIRAN
Lampiran 1. Volume Ekspor dan Impor Anggrek di Indonesia Tahun 2009-2011 Ekspor Tahun
Komoditi (Kg)
2009
Orchid cuttings and slips, unrooted Rooted orchid cuttings and slips Orchids, fresh flowers of a suitable for bouquets/ornamental purpose Orchid seedlings
2010
2011
371
-
10.519
88.562
54.770
55.999
32.679
1.262
435
100
-
-
Impor Orchid cuttings and slips, unrooted
-
Rooted orchid cuttings and slips
-
-
-
26.452
-
14
37.891
25.609
12.577
Orchids, fresh flowers of a suitable for bouquets/ornamental purpose Orchid seedlings
1.192
1.005
Sumber : Badan Pusat Statistik (2012)
82
Lampiran 2. Produksi Anggrek Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2009-2011 Provinsi
Tahun 2009
Aceh
2010
2011
1.789
1.057
531
Sumatera Utara
342.217
531.431
862.964
Sumatera Barat
179.296
106.988
76.737
Riau
45.363
10.726
9.168
Jambi
47.639
19.358
5.075
Sumatera Selatan
26.317
37.343
62.959
Bengkulu
36.586
37.667
14.830
Lampung
206.954
219.669
8.848
32.492
8.219
19.876
Bangka Belitung Kep. Riau
6.313
5.778
159.944
DKI Jakarta
1.258.047
1.305.565
1.683.623
Jawa Barat
5.582.076
2.412.619
4.085.935
985.222
452.886
3.673.559
89.781
86.451
411.276
Jawa Timur
2.180.521
3.430.362
50.335
Banten
1.453.304
2.189.988
1.952.960
574.426
1.209.106
1.349.747
8.277
5.633
9.407
Jawa Tengah DI Yogyakarta
Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
130.124
-
-
2.005.276
1.009.599
358.844
Kalimantan Tengah
18.339
9.706
7.271
Kalimantan Selatan
11.027
11.860
11.687
Kalimanatan Timur
506.415
484.318
216.196
Sulawesi Utara
362.906
296.409
205.117
Sulawesi Tengah
20.655
71.075
2.122
Sulawesi Selatan
30.699
42.057
119.143
Sulawesi Tenggara
11.673
28.878
51.903
2.155
1.769
1.436
20.673
1.534
31.674
Gorontalo Sulawesi Barat Maluku
-
158
581
Maluku Utara
-
4.660
27.479
Papupa Barat
-
-
-
Papua Indonesia
29.378
17.576
19.029
16.205.949
14.050.445
15.490.256
Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) Keterangan: Satuan Produksi dalam Tangkai
83
Lampiran 3. Produksi Anggrek di Jawa Barat Tahun 2007-2011 Kota/Kabupaten Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasik Kota Banjar
Tahun 2007
2008
540,171 48,075 550,258 74,249 2,036 301 5,639 2,162 897 0 10,288 124 27,035 6,589 150,660 150
688,175 16,610 3,811 227,347 5,520 0 12,209 3,342 1,134 0 1,311 323 5,135 14,996 906,032 650
22,610 48,397 560 3,394 5,090 158,482 1,023 1,149 57
2009
2010
14,712
3,093,879 8,680 19,522 86,929 2,259 36 1,332 1,288 31 0 1,501 551 5,895 7,573 61,650 2,555 15.330
1,546,334 1,250 367 93,467 4,454 0 14,469 1,806 1,105 0 2,811 1,646 3,104 5,004 2,412 1,410 139,410
46,317 1,039 330 1,234 0 3,662,323 2,902 106 2,435
666,766 2,611 25,761 2,337 1,718 1,568,967 4,063 192 650
145,200 1,840 17,485 596 7,840 415,845 2,612 228 1,924
2011 2,659,782 5,150 645 66,999 12,426 0 9,798 768 0 0 547 70 1,684 4,691 2,805 0 801,770 151,200 968 6,700 920 17,390 337,097 3,610 415 500
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan provinsi Jawa Barat (2012) Keterangan : Satuan dalam Tangkai
84
Lampiran 4. Bibit Kompot Anggrek Dendrobium, Bibit Botolan dan Media Pakis
85
Lampiran 5. Proyeksi Produksi
Keterangan Jumlah kebutuhan bibit dalam botol (unit) Jumlah bibit kompot yang ditanam (pot) Jumlah bibit kompot yang dipelihara Jumlah kebutuhan pupuk (gram) Jumlah kebutuhan vitamin (ml) Jumlah kebutuhan fungisida (gram) Jumlah kebutuhan pakis (karung) Jumlah kebutuhan arang (karung) Jumlah bibit kompot siap panen Jumlah bibit siap jual
Keterangan Jumlah kebutuhan bibit dalam botol (unit) Jumlah bibit kompot yang ditanam (pot) Jumlah bibit kompot yang dipelihara Jumlah kebutuhan pupuk (gram) Jumlah kebutuhan vitamin (ml) Jumlah kebutuhan fungisida (gram) Jumlah kebutuhan pakis (karung) Jumlah kebutuhan arang (karung) Jumlah bibit kompot siap panen Jumlah bibit siap jual
1 180 180 180 24 12 12 9 18
2 180 180 360 48 24 24 9 18
3 180 180 540 72 36 36 9 18
4 180 180 720 96 48 48 9 18
5 180 180 900 120 60 60 9 18
Tahun 1 Bulan 6 7 180 180 180 180 900 900 120 120 60 60 60 60 9 9 18 18 180 180 171 171
8 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
9 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
10 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
11 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
12 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
1 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
2 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
3 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
4 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
Tahun 2 Bulan 6 7 180 180 180 180 900 900 120 120 60 60 60 60 9 9 18 18 180 180 171 171
5 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
8 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
9 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
10 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
11 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
12 180 180 900 120 60 60 9 18 180 171
1
2
3
4
5
Tahun 3 Bulan 6 7
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
600
900
1200
1500
1500
1500
1500
1500
300 150 0
300 150 0
300 150 0
300 150 0
300 150 0
300 150 0
300 150 0
300 150 0
300 150 0
300 150 0
300 150 0
300 150 0
300 150 0
300
300
300 150 0
1500
40
80
120
160
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
20
40
60
80
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
20
40
60
80
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
180 171
180 171
180 171
180 171
180 171
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
300 285
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
Tahun 4-10 Bulan 6 7
8
9
10
11
12
86
Lampiran 6. Biaya Investasi Perhitungan Biaya Investasi No
Komponen Biaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tanah Greenhouse I Greenhouse II Rak untuk GH I Rak untuk GH II Sprayer gendong Pot tanah untuk GH I Pot tanah untuk GH II Ember Baskom Gunting Pinset Total
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraian Tanah Greenhouse Rak Sprayer gendong Pot tanah Ember Baskom Gunting Pinset Total
Satuan m2 m2 m2 m2 m2 unit unit unit unit unit unit unit
Jumlah Fisik
Harga per satuan (Rp)
160 92 60 39.6 26.4 1 1,100 800 2 3 1 2
225,000 200000 200000 26000 26000 400000 800 800 10000 10000 20000 15000
Jumlah biaya (Rp)
Umur ekonomis (tahun)
36000000 18400000 12000000 1029600 686400 400000 880000 640000 20000 30000 20000 30000 70136000
Nilai Sisa di Akhir Umur Proyek (Rp)
Nilai penyusutan per tahun (Rp)
-
0 1840000 1200000 102960 68640 80000 220000 160000 10000 15000 4000 15000 3715600
10 10 10 10 5 4 4 2 2 5 2
36000000 0 2400000 0 137280 0 440000 0 0 0 0 0 38977280
Rekapitulasi Nilai Sisa No Uraian 1 Tanah 2 Greenhouse II 3 Rak untuk GH 2 4 Pot tanah Total
Reinvestasi di tahun ke-
6 5,9 7 3,5,7,9 3,5,7,9 6 3,5,7,9
Tahun 1 36000000 18400000 1029600 400000 880000 20000 30000 20000 30000 56809600
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 12000000 686400 0 640000 20000 30000 0 30000 13406400
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5
6
7
0 0 0 0 880000 20000 30000 0 30000 960000
0 0 0 400000 0 0 0 20000 0 420000
0 0 0 0 640000 20000 30000 0 30000 720000
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 880000 20000 30000 0 30000 960000
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Nilai Sisa 36000000 2400000 137280 440000 38977280
87
Lampiran 7. Biaya Operasional
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Biaya Tetap Gaji PJ Kompot Gaji Pekerja Biaya komunikasi Listrik Sewa mobil Biaya transportasi THR Karyawan Biaya Keamanan
Satuan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Tahun Bulan
Jumlah fisik 12 12 12 12 12 12 1 12
Tahun 1-2 Biaya Total satuan biaya/tahun 1450000 17400000 100000 41400 350000 150000 1450000 15000
1200000 496800 4200000 1800000 1450000 180000
Tahun 3-10 Biaya satuan Total biaya/tahun 1450000 17400000 950000 11400000 200000 2400000 46920 563040 350000 4200000 200000 2400000 2400000 2400000 15000 180000
Tahun No 1
2
3
4
5
6
7 8 9
Biaya Variabel Bibit dalam Botol Kebutuhan bibit dalam botol/tahun (unit) Biaya bibit dalam botol (Rp) Media arang Kebutuhan arang (karung) Biaya arang (Rp) Media pakis Kebutuhan pakis (karung) Biaya pakis (Rp) Pupuk Kebutuhan pupuk (gr) Biaya pupuk (Rp) Vitamin Kebutuhan vitamin (ml) Biaya vitamin Fungisida Kebutuhan fungisida (gr) Biaya fungisida (Rp) Arang sekam (Rp) Koran (Rp) Kardus (Rp)
1
2
3
4
5
2160 64800000
2160 64800000
3600 108000000
3600 108000000
3600 108000000
216 5400000
216 5400000
360 9000000
360 9000000
108 1350000
108 1350000
180 2250000
1200 72000
1200 72000
600 21000 600 57000 96000 8750 70000
6
7
8
9
10
3600 108000000
3600 108000000
3600 108000000
3600 108000000
3600 108000000
360 9000000
360 9000000
360 9000000
360 9000000
360 9000000
360 9000000
180 2250000
180 2250000
180 2250000
180 2250000
180 2250000
180 2250000
180 2250000
2000 120000
2000 120000
2000 120000
2000 120000
2000 120000
2000 120000
2000 120000
2000 120000
600 21000
1000 35000
1000 35000
1000 35000
1000 35000
1000 35000
1000 35000
1000 35000
1000 35000
600 57000 96000 15000 120000
1000 95000 96000 60000 360000
1000 95000 96000 60000 360000
1000 95000 96000 60000 360000
1000 95000 96000 60000 360000
1000 95000 96000 60000 360000
1000 95000 96000 60000 360000
1000 95000 96000 60000 360000
1000 95000 96000 60000 360000
88
Rekapitulasi Biaya Operasional No
Uraian 1
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Biaya Tetap Gaji karyawan Biaya komunikasi Listrik Sewa mobil Biaya transportasi THR Karyawan Biaya Keamanan Total Biaya Tetap Biaya Variabel Bibit dalam Botol Media arang Media pakis Pupuk Vitamin Fungisida Arang sekam Koran Kardus Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional
Persentase biaya pada tahun ke-2 (%)
Tahun 2
3
4
5
6
7
8
9
10
17400000 1200000 496800 4200000 1800000 1450000 180000 26726800
17400000 1200000 496800 4200000 1800000 1450000 180000 26726800
28800000 2400000 563040 4200000 2400000 2400000 180000 40943040
28800000 2400000 563040 4200000 2400000 2400000 180000 40943040
28800000 2400000 563040 4200000 2400000 2400000 180000 40943040
28800000 2400000 563040 4200000 2400000 2400000 180000 40943040
28800000 2400000 563040 4200000 2400000 2400000 180000 40943040
28800000 2400000 563040 4200000 2400000 2400000 180000 40943040
28800000 2400000 563040 4200000 2400000 2400000 180000 40943040
28800000 2400000 563040 4200000 2400000 2400000 180000 40943040
17.63672006 1.216325521 0.503558766 4.257139324 1.824488282 1.469726671 0.182448828 27.09040745
64800000 5400000 1350000 72000 21000 57000 96000 8750 70000 71874750 98601550
64800000 5400000 1350000 72000 21000 57000 96000 15000 120000 71931000 98657800
108000000 9000000 2250000 120000 35000 95000 96000 60000 360000 120016000 160959040
108000000 9000000 2250000 120000 35000 95000 96000 60000 360000 120016000 160959040
108000000 9000000 2250000 120000 35000 95000 96000 60000 360000 120016000 160959040
108000000 9000000 2250000 120000 35000 95000 96000 60000 360000 120016000 160959040
108000000 9000000 2250000 120000 35000 95000 96000 60000 360000 120016000 160959040
108000000 9000000 2250000 120000 35000 95000 96000 60000 360000 120016000 160959040
108000000 9000000 2250000 120000 35000 95000 96000 60000 360000 120016000 160959040
108000000 9000000 2250000 120000 35000 95000 96000 60000 360000 120016000 160959040
65.68157814 5.473464845 1.368366211 0.072979531 0.021285697 0.057775462 0.097306042 0.015204069 0.121632552 72.90959255 100
89
Lampiran 8. Arus Masuk Tahun No 1
2
Penerimaan Jumlah produksi bibit kompot (pot)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1260
2160
3000
3600
3600
3600
3600
3600
3600
3600
Jumlah bibit kompot yang dijual (pot) Penjualan bibit kompot (Rp)
1197 71820000
2052 123120000
2850 171000000
3420 205200000
3420 205200000
3420 205200000
3420 205200000
3420 205200000
3420 205200000
3420 205200000
Jumlah kebutuhan bibit dalam botol (unit) Jumlah botol bekas yang dijual (unit) Penjualan botol bekas (Rp) Total Penerimaan
2160 2160 1080000 72900000
2160 2160 1080000 124200000
3600 3600 1800000 172800000
3600 3600 1800000 207000000
3600 3600 1800000 207000000
3600 3600 1800000 207000000
3600 3600 1800000 207000000
3600 3600 1800000 207000000
3600 3600 1800000 207000000
3600 3600 1800000 207000000
90
Lampiran 9. Harga Pokok Produk Biaya per Tahun Tahun No 1
2
Uraian Biaya Tetap biaya produksi biaya penyusutan Total Biaya Tetap Biaya Variabel
1 26726800 3715600 30442400 71874750
2 26726800 3715600 30442400 71931000
3 40943040 3715600 44658640 120016000
4 40943040 3715600 44658640 120016000
5
6
40943040 3715600 44658640 120016000
40943040 3715600 44658640 120016000
7 40943040 3715600 44658640 120016000
8 40943040 3715600 44658640 120016000
9 40943040 3715600 44658640 120016000
10 40943040 3715600 44658640 120016000
HPP per Unit Tahun Produk Bibit Kompot
Uraian Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Jumlah Produksi (pot) HPP (Rp/pot)
1 30442400 71874750 1260 81204.0873
2 30442400 71931000 2160 47395.09259
3 44658640 120016000 3000 54891.54667
4
5
6
7
8
9
10
44658640 120016000 3000 54891.54667
44658640 120016000 3000 54891.54667
44658640 120016000 3000 54891.5467
44658640 120016000 3000 54891.54667
44658640 120016000 3000 54891.54667
44658640 120016000 3000 54891.54667
44658640 120016000 3000 54891.54667
91
Lampiran 10. Proyeksi Laba Rugi No A 1 2 B1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B2 1 2 3 4 5 6 7 8
Uraian PENERIMAAN Penjualan Bibit Kompot Penjualan Botol Bekas TOTAL PENERIMAAN BIAYA VARIABEL Bibit dalam Botol Media arang Media pakis Pupuk Vitamin Fungisida Arang sekam Koran Kardus TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor BIAYA TETAP Gaji karyawan Biaya komunikasi Listrik Sewa mobil Biaya transportasi THR Karyawan Biaya Keamanan Penyusutan TOTAL BIAYA TETAP Laba Bersih sebelum Pajak Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK total laba Rata-rata laba Total pajak rata-rata pajak % laba terhadap penerimaan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
71,820,000 1,080,000 72,900,000
123,120,000 1,080,000 124,200,000
171,000,000 1,800,000 172,800,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 8,750 70,000 71,874,750 1,025,250
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 15,000 120,000 71,931,000 52,269,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 52,784,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 86,984,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 86,984,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 86,984,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 86,984,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 86,984,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 86,984,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 86,984,000
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000 3,715,600 30,442,400 -29,417,150 0 -29,417,150 215,254,960 21,525,496 81,557,370 8,155,737 12%
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000 3,715,600 30,442,400 21,826,600 5,456,650 16,369,950
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 8,125,360 2,031,340 6,094,020
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 42,325,360 10,581,340 31,744,020
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 42,325,360 10,581,340 31,744,020
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 42,325,360 10,581,340 31,744,020
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 42,325,360 10,581,340 31,744,020
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 42,325,360 10,581,340 31,744,020
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 42,325,360 10,581,340 31,744,020
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 42,325,360 10,581,340 31,744,020
92
Lampiran 11. Cashflow No A 1 2 3 B B1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B2 B21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B22 1 2 3 4 5 6
Uraian INFLOW Penjualan Bibit Kompot Penjualan Botol Bekas Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW INVESTASI Tanah Greenhouse Rak Sprayer gendong Pot tanah Ember Baskom Gunting Pinset TOTAL INVESTASI BIAYA OPERASIONAL BIAYA VARIABEL Bibit dalam Botol Media arang Media pakis Pupuk Vitamin Fungisida Arang sekam Koran Kardus TOTAL BIAYA VARIABEL BIAYA TETAP Gaji karyawan Biaya komunikasi Listrik Sewa mobil Biaya transportasi THR Karyawan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
71,820,000 1,080,000 0 72,900,000
123,120,000 1,080,000 0 124,200,000
171,000,000 1,800,000 0 172,800,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 38977280 245,977,280
36,000,000 18,400,000 1,029,600 400,000 880,000 20,000 30,000 20,000 30,000 56,809,600
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 12,000,000 686,400 0 640,000 20,000 30,000 0 30,000 13,406,400
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 880,000 20,000 30,000 0 30,000 960,000
0 0 0 400,000 0 0 0 20,000 0 420,000
0 0 0 0 640,000 20,000 30,000 0 30,000 720,000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 880,000 20,000 30,000 0 30,000 960,000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 8,750 70,000 71,874,750
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 15,000 120,000 71,931,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000
93
7
Biaya Keamanan TOTAL BIAYA TETAP TOTAL OUTFLOW Pajak NET BENEFIT DF pada DR 12 % PV PV negatif PV positif NPV IRR Net B/C Rata-rata PV per tahun PBP PBP PV Inflow % NPV terhadap PV inflow
180,000 26,726,800 155,411,150 0 -82,511,150 0.892857143 -73,670,670 -76,230,787 142,319,064 66,088,277 27% 1.86694996 15,528,772 3.658344677 3 tahun 65,089,286 7%
180,000 26,726,800 98,657,800 5,456,650 20,085,550 0.797193878 16,012,077
180,000 40,943,040 174,365,440 2,031,340 -3,596,780 0.711780248 -2,560,117
180,000 40,943,040 160,959,040 10,581,340 35,459,620 0.635518078 22,535,230
180,000 40,943,040 161,919,040 10,581,340 34,499,620 0.567426856 19,576,011
180,000 40,943,040 161,379,040 10,581,340 35,039,620 0.506631121 17,752,162
180,000 40,943,040 161,679,040 10,581,340 34,739,620 0.452349215 15,714,440
180,000 40,943,040 160,959,040 10,581,340 35,459,620 0.403883228 14,321,546
180,000 40,943,040 161,919,040 10,581,340 34,499,620 0.360610025 12,440,909
180,000 40,943,040 160,959,040 10,581,340 74,436,900 0.321973237 23,966,690
7.900136127 7 bulan 99,011,480
27.00408382 16 hari 122,995,627
131,552,242
117,457,359
104,872,642
93,636,288
83,603,828
74,646,275
79,198,101
94
Lampiran 12. Switching Value Jika Terjadi Penurunan Harga Kompot sebesar 9,07 persen No A 1 2 B B1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B2 1 2 3 4 5 6 7 8
Uraian PENERIMAAN Penjualan Bibit Kompot Penjualan Botol Bekas TOTAL PENERIMAAN BIAYA OPERASIONAL BIAYA VARIABEL Bibit dalam Botol Media arang Media pakis Pupuk Vitamin Fungisida Arang sekam Koran Kardus TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor BIAYA TETAP Gaji karyawan Biaya komunikasi Listrik Sewa mobil Biaya transportasi THR Karyawan Biaya Keamanan Penyusutan TOTAL BIAYA TETAP Laba Bersih sebelum Pajak Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK total laba Rata-rata laba Total pajak rata-rata pajak % laba terhadap penerimaan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
65,308,645 1,080,000 66,388,645
111,957,677 1,080,000 113,037,677
155,496,774 1,800,000 157,296,774
186,596,128 1,800,000 188,396,128
186,596,128 1,800,000 188,396,128
186,596,128 1,800,000 188,396,128
186,596,128 1,800,000 188,396,128
186,596,128 1,800,000 188,396,128
186,596,128 1,800,000 188,396,128
186,596,128 1,800,000 188,396,128
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 8,750 70,000 71,874,750 -5,486,105
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 15,000 120,000 71,931,000 41,106,677
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 37,280,774
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,380,128
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,380,128
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,380,128
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,380,128
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,380,128
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,380,128
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,380,128
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000 3,715,600 30,442,400 -35,928,505 0 -35,928,505 91,074,116 9,107,412 42,334,207 4,233,421 6%
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000 3,715,600 30,442,400 10,664,277 2,666,069 7,998,208
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 -7,377,866 -1,844,467 -5,533,400
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,721,488 5,930,372 17,791,116
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,721,488 5,930,372 17,791,116
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,721,488 5,930,372 17,791,116
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,721,488 5,930,372 17,791,116
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,721,488 5,930,372 17,791,116
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,721,488 5,930,372 17,791,116
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,721,488 5,930,372 17,791,116
95
Cashflow No A 1 2 3 B B1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B2 B21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B22 1 2 3 4 5 6 7
Uraian INFLOW Penjualan Bibit Kompot Penjualan Botol Bekas Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW INVESTASI Tanah Greenhouse Rak Sprayer gendong Pot tanah Ember Baskom Gunting Pinset TOTAL INVESTASI BIAYA OPERASIONAL BIAYA VARIABEL Bibit dalam Botol Media arang Media pakis Pupuk Vitamin Fungisida Arang sekam Koran Kardus TOTAL BIAYA VARIABEL BIAYA TETAP Gaji karyawan Biaya komunikasi Listrik Sewa mobil Biaya transportasi THR Karyawan Biaya Keamanan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
65,308,645 1,080,000 0 66,388,645
111,957,677 1,080,000 0 113,037,677
155,496,774 1,800,000 0 157,296,774
186,596,128 1,800,000 0 188,396,128
186,596,128 1,800,000 0 188,396,128
186,596,128 1,800,000 0 188,396,128
186,596,128 1,800,000 0 188,396,128
186,596,128 1,800,000 0 188,396,128
186,596,128 1,800,000 0 188,396,128
186,596,128 1,800,000 38977280 227,373,408
36,000,000 18,400,000 1,029,600 400,000 880,000 20,000 30,000 20,000 30,000 56,809,600
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 12,000,000 686,400 0 640,000 20,000 30,000 0 30,000 13,406,400
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 880,000 20,000 30,000 0 30,000 960,000
0 0 0 400,000 0 0 0 20,000 0 420,000
0 0 0 0 640,000 20,000 30,000 0 30,000 720,000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 880,000 20,000 30,000 0 30,000 960,000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 8,750 70,000 71,874,750
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 15,000 120,000 71,931,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000
1,450,000 180,000
1,450,000 180,000
2,400,000 180,000
2,400,000 180,000
2,400,000 180,000
2,400,000 180,000
2,400,000 180,000
2,400,000 180,000
2,400,000 180,000
2,400,000 180,000
96
TOTAL BIAYA TETAP TOTAL OUTFLOW Pajak NET BENEFIT DF pada DR 12 % PV PV negatif PV positif NPV IRR Net B/C Rata-rata PV per tahun PBP PBP PV Inflow % NPV terhadap PV inflow
26,726,800 155,411,150 0 -89,022,505 0.892857143 -79,484,380 -90,320,664 90,320,664 0 12% 1.000000002 8,831,598 6.432539344 6 tahun 59,275,576 0%
26,726,800 98,657,800 2,666,069 11,713,808 0.797193878 9,338,176
40,943,040 174,365,440 -1,844,467 -15,224,200 0.711780248 -10,836,285
40,943,040 160,959,040 5,930,372 21,506,716 0.635518078 13,667,907
40,943,040 161,919,040 5,930,372 20,546,716 0.56742686 11,658,759
40,943,040 161,379,040 5,930,372 21,086,716 0.506631121 10,683,187
40,943,040 161,679,040 5,930,372 20,786,716 0.45234922 9,402,855
40,943,040 160,959,040 5,930,372 21,506,716 0.40388323 8,686,202
40,943,040 161,919,040 5,930,372 20,546,716 0.36061002 7,409,352
40,943,040 160,959,040 5,930,372 60,483,996 0.321973237 19,474,228
5.190472131 5 bulan 90,112,944
5.714163937 5 hari 111,960,736
119,729,145
106,901,023
95,447,342
85,220,841
76,090,036
67,937,533
73,208,152
97
Lampiran 13. Switching Value Jika Terjadi Penurunan Jumlah Produksi Kompot sebesar 9,06 persen Proyeksi L/R No A 1 2 B B1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B2 1 2 3 4 5 6 7 8
Uraian PENERIMAAN Penjualan Bibit Kompot Penjualan Botol Bekas TOTAL PENERIMAAN BIAYA OPERASIONAL BIAYA VARIABEL Bibit dalam Botol Media arang Media pakis Pupuk Vitamin Fungisida Arang sekam Koran Kardus TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor BIAYA TETAP Gaji karyawan Biaya komunikasi Listrik Sewa mobil Biaya transportasi THR Karyawan Biaya Keamanan Penyusutan TOTAL BIAYA TETAP Laba Bersih sebelum Pajak Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK total laba Rata-rata laba Total pajak rata-rata pajak % laba terhadap penerimaan
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
10
65,315,310 1,080,000 66,395,310
111,969,103 1,080,000 113,049,103
155,512,642 1,800,000 157,312,642
186,615,171 1,800,000 188,415,171
186,615,171 1,800,000 188,415,171
186,615,171 1,800,000 188,415,171
186,615,171 1,800,000 188,415,171
186,615,171 1,800,000 188,415,171
186,615,171 1,800,000 188,415,171
186,615,171 1,800,000 188,415,171
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 8,750 70,000 71,874,750 -5,479,440
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 15,000 120,000 71,931,000 41,118,103
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 37,296,642
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,399,171
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,399,171
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,399,171
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,399,171
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,399,171
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,399,171
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000 68,399,171
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000 3,715,600 30,442,400 -35,921,840 0 -35,921,840 91,201,226 9,120,123 42,374,355 4,237,436 6%
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000 3,715,600 30,442,400 10,675,703 2,668,926 8,006,777
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 -7,361,998 -1,840,499 -5,521,498
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,740,531 5,935,133 17,805,398
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,740,531 5,935,133 17,805,398
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,740,531 5,935,133 17,805,398
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,740,531 5,935,133 17,805,398
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,740,531 5,935,133 17,805,398
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,740,531 5,935,133 17,805,398
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 23,740,531 5,935,133 17,805,398
98
Cashflow No A 1 2 3 B B1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B2 B21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B22 1 2 3 4 5 6 7
Uraian INFLOW Penjualan Bibit Kompot Penjualan Botol Bekas Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW INVESTASI Tanah Greenhouse Rak Sprayer gendong Pot tanah Ember Baskom Gunting Pinset TOTAL INVESTASI BIAYA OPERASIONAL BIAYA VARIABEL Bibit dalam Botol Media arang Media pakis Pupuk Vitamin Fungisida Arang sekam Koran Kardus TOTAL BIAYA VARIABEL BIAYA TETAP Gaji karyawan Biaya komunikasi Listrik Sewa mobil Biaya transportasi THR Karyawan Biaya Keamanan
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
10
65,315,310 1,080,000 0 66,395,310
111,969,103 1,080,000 0 113,049,103
155,512,642 1,800,000 0 157,312,642
186,615,171 1,800,000 0 188,415,171
186,615,171 1,800,000 0 188,415,171
186,615,171 1,800,000 0 188,415,171
186,615,171 1,800,000 0 188,415,171
186,615,171 1,800,000 0 188,415,171
186,615,171 1,800,000 0 188,415,171
186,615,171 1,800,000 38977280 227,392,451
36,000,000 18,400,000 1,029,600 400,000 880,000 20,000 30,000 20,000 30,000 56,809,600
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 12,000,000 686,400 0 640,000 20,000 30,000 0 30,000 13,406,400
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 880,000 20,000 30,000 0 30,000 960,000
0 0 0 400,000 0 0 0 20,000 0 420,000
0 0 0 0 640,000 20,000 30,000 0 30,000 720,000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 880,000 20,000 30,000 0 30,000 960,000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 8,750 70,000 71,874,750
64,800,000 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 15,000 120,000 71,931,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
108,000,000 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 120,016,000
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
99
TOTAL BIAYA TETAP TOTAL OUTFLOW Pajak NET BENEFIT DF pada DR 12 % PV PV negatif PV positif NPV IRR Net B/C Rata-rata PV per tahun PBP PBP PV Inflow % NPV terhadap PV inflow
26,726,800 155,411,150 0 -89,015,840 0.892857143 -79,478,429 -90,306,242 90,373,889 67,647 12% 1.000749088 8,838,453 6.42755024 6 tahun 59,281,527 0%
26,726,800 98,657,800 2,668,926 11,722,377 0.797193878 9,345,007
40,943,040 174,365,440 -1,840,499 -15,212,298 0.71178025 -10,827,813
40,943,040 160,959,040 5,935,133 21,520,998 0.635518078 13,676,983
40,943,040 161,919,040 5,935,133 20,560,998 0.567426856 11,666,863
40,943,040 161,379,040 5,935,133 21,100,998 0.506631121 10,690,422
40,943,040 161,679,040 5,935,133 20,800,998 0.45234922 9,409,315
40,943,040 160,959,040 5,935,133 21,520,998 0.403883228 8,691,970
40,943,040 161,919,040 5,935,133 20,560,998 0.36061002 7,414,502
40,943,040 160,959,040 5,935,133 60,498,278 0.32197324 19,478,826
5.130602877 5 bulan 90,122,052
3.9180863 3 hari 111,972,032
119,741,247
106,911,828
95,456,989
85,229,455
76,097,727
67,944,399
73,214,283
100
Lampiran 14. Switching Value Jika Terjadi Peningkatan Harga Bibit Botolan sebesar 12,82 persen Proyeksi L/R No A 1 2 B B1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B2 1 2 3 4 5 6 7 8
Uraian PENERIMAAN Penjualan Bibit Kompot Penjualan Botol Bekas TOTAL PENERIMAAN BIAYA OPERASIONAL BIAYA VARIABEL Bibit dalam Botol Media arang Media pakis Pupuk Vitamin Fungisida Arang sekam Koran Kardus TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor BIAYA TETAP Gaji karyawan Biaya komunikasi Listrik Sewa mobil Biaya transportasi THR Karyawan Biaya Keamanan Penyusutan TOTAL BIAYA TETAP Laba Bersih sebelum Pajak Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK total laba Rata-rata laba Total pajak rata-rata pajak % laba terhadap penerimaan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
71,820,000 1,080,000 72,900,000
123,120,000 1,080,000 124,200,000
171,000,000 1,800,000 172,800,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
205,200,000 1,800,000 207,000,000
73,108,428 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 8,750 70,000 80,183,178 -7,283,178
73,108,428 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 15,000 120,000 80,239,428 43,960,572
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381 38,936,619
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381 73,136,619
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381 73,136,619
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381 73,136,619
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381 73,136,619
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381 73,136,619
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381 73,136,619
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381 73,136,619
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000 3,715,600 30,442,400 -37,725,578 0 -37,725,578 117,630,926 11,763,093 51,785,502 5,178,550 6%
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000 3,715,600 30,442,400 13,518,172 3,379,543 10,138,629
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 -5,722,021 -1,430,505 -4,291,515
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 28,477,979 7,119,495 21,358,485
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 28,477,979 7,119,495 21,358,485
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 28,477,979 7,119,495 21,358,485
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 28,477,979 7,119,495 21,358,485
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 28,477,979 7,119,495 21,358,485
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 28,477,979 7,119,495 21,358,485
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000 3,715,600 44,658,640 28,477,979 7,119,495 21,358,485
101
Cashflow No A 1 2 3 B B1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B2 B21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B22 1 2 3 4 5 6 7
Uraian INFLOW Penjualan Bibit Kompot Penjualan Botol Bekas Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW INVESTASI Tanah Greenhouse Rak Sprayer gendong Pot tanah Ember Baskom Gunting Pinset TOTAL INVESTASI BIAYA OPERASIONAL BIAYA VARIABEL Bibit dalam Botol Media arang Media pakis Pupuk Vitamin Fungisida Arang sekam Koran Kardus TOTAL BIAYA VARIABEL BIAYA TETAP Gaji karyawan Biaya komunikasi Listrik Sewa mobil Biaya transportasi THR Karyawan Biaya Keamanan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
71,820,000 1,080,000 0 72,900,000
123,120,000 1,080,000 0 124,200,000
171,000,000 1,800,000 0 172,800,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
205,200,000 1,800,000 0 207,000,000
36,000,000 18,400,000 1,029,600 400,000 880,000 20,000 30,000 20,000 30,000 56,809,600
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 12,000,000 686,400 0 640,000 20,000 30,000 0 30,000 13,406,400
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 400,000 880,000 20,000 30,000 0 30,000 1,360,000
0 0 0 0 0 0 0 20,000 0 20,000
0 0 0 0 640,000 20,000 30,000 0 30,000 720,000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 880,000 20,000 30,000 0 30,000 960,000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
73,108,428 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 8,750 70,000 80,183,178
73,108,428 5,400,000 1,350,000 72,000 21,000 57,000 96,000 15,000 120,000 80,239,428
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381
121,847,381 9,000,000 2,250,000 120,000 35,000 95,000 96,000 60,000 360,000 133,863,381
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000
17,400,000 1,200,000 496,800 4,200,000 1,800,000 1,450,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
28,800,000 2,400,000 563,040 4,200,000 2,400,000 2,400,000 180,000
102
TOTAL BIAYA TETAP TOTAL OUTFLOW Pajak NET BENEFIT DF pada DR 12 % PV PV negatif PV positif NPV IRR Net B/C Rata-rata PV per tahun PBP PBP PV Inflow % NPV terhadap PV inflow
26,726,800 163,719,578 0 -90,819,578 0.892857143 -81,088,909 -91,041,245 91,041,246 0 12% 1.000000004 9,009,879 6.305256813 6 tahun 65,089,286 0%
26,726,800 106,966,228 3,379,543 13,854,229 0.797193878 11,044,506
40,943,040 188,212,821 -1,430,505 -13,982,315 0.711780248 -9,952,336
40,943,040 174,806,421 7,119,495 25,074,085 0.635518078 15,935,034
40,943,040 176,166,421 7,119,495 23,714,085 0.567426856 13,456,008
40,943,040 174,826,421 7,119,495 25,054,085 0.506631121 12,693,179
40,943,040 175,526,421 7,119,495 24,354,085 0.452349215 11,016,551
40,943,040 174,806,421 7,119,495 25,074,085 0.403883228 10,127,002
40,943,040 175,766,421 7,119,495 24,114,085 0.360610025 8,695,781
40,943,040 174,806,421 7,119,495 25,074,085 0.321973237 8,073,184
3.663081756 3 bulan 99,011,480
19.89245268 19 hari 122,995,627
131,552,242
117,457,359
104,872,642
93,636,288
83,603,828
74,646,275
66,648,460
103