AKU WARGA NEGARA YANG BAIK DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PANCASILA DOSEN : M. AYUB PRAMANA, SH.
DISUSUN OLEH : Nama
: Agus Ahmad Fatoni
NIM
: 11.12.5584
Prodi
: S1-Sistem Informasi
Kelompok
: G
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat, taufiq dan hidayahnya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Aku warga Negara yang baik”. Sholawat sertra salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarga,sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman, karena berkat beliaulah kita sekarang dapat mempelajari dan melihat betapa indahnya negeri ini.
Makalah ini penulis susun berdasarkan tugas-tugas harian dari kuliah pancasila yaitu tentang adanya Tuhan, terorisme, dan tulisan tentang separatisme. Dengan dorongan dari teman-teman dan demi terpenuhinya tugas makalah yang di berikan oleh dosen pembimbing penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini penuh kelemahan dan kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Penulis,
1
DAFTAR ISI Kata pengantar ……………………………….………………………………………………
1
Daftar isi ……………………………….…………………………………………………...…
2
Bab I. Tuhan Itu Ada ………………………………………………………………………..
3
A. Pendahuluan ……………………………………………………………….………
3
B. Pengertian Tuhan ……………………………………………………….…………
3
C. Ketuhanan Di Indonesia …………………………………………………………
3
Bab II. Terorisme ……………………………………………………………………………
5
A. Pendahulaun ……………………………………………………………….………
5
B. Pengertian Terorisme …………………………………………………………….
5
C. Latar Belakang Terorisme ………………………………………………………… 6 D. Mengatasi Terorisme Dengan Pancasila …………………………………………
6
Bab III. Separatisme …………………………………………………………………….……
7
A. Pendahuluan ………………………………………………………………………
7
B. Pengertian Separatisme …………………………………………………………… 7 C. Separatisme Di Indonesia …………………..……………………………………
8
D. Solusi Mengatasi Separatisme ……………………………………………………
8
Referensi …………………………………………………………………………………..……
2
9
I. Tuhan itu ada
A. Pendahuluan Menghadapi era globalisasi ekonomi,
ancaman bahaya terorisme, komunisme dan
fundamentalisme merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia yang kini semakin kuat. Ketika bangsa ini kembali dicoba oleh pengaruh asing untuk pecah belahkan, tidak hanya oleh konflik vertikal tetapi juga oleh pandangan terhadap ke Tuhanan Yang Maha Esa, yang merupakan sila pertama darilandasan ideology bangsa Indonesia yang merupakan sebuah ideologi yang menimbulkan berbagai macam benturan pemahaman antar kelompok sejak di gulirkan oleh para pendiri bangsa.
B. Pengertian Tuhan Tuhan sendiri adalah pencipta segala sesuatu yang ada dan pencipta semua makhluq. Yang maha esa berarti maha tunggal tiada sekutu baginya , esa dalam dzatnya sifatnya maupun perbuatanya, sudah jelas di dalam firman Allah SWT di dalam Al-qur’an Q.S Al-Ikhlas Ayat 1-4 “Katakanlah dialah Allah, yang maha Esa, Allah adalah tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakan, dan tidak ada seorangpun yang setar dengan Dia.”
Dzat tuhan di sini hanya tuhan sendiri yang mengetahuinya dan tidak dapat digambarkan menurut akal fikiran manusia, karena tuhan adalah sesempurnanya dzat bukanlah sebuah patung, gunung ataupun apa yang ada dalam fikiran kita, karena tuhan tidak sama dengan apa yang ia ciptakan, tuhan merupakan prima causa atau penyebab yang utama atas sebab-sebab lainya.
Dengan demikian ketuhanan yang maha Esa mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan YME, yang menciptakan alam semesta beserta isinya, dan diantara makhluq ciptaanya yang berkaitan dengan sila yang pertama ini adalah manusia. Sebagai yang maha kuasa dan pencipta, kekuasaan tuhan tidak terbatas, sedangkan selain tuhan terbatas.
C. Ketuhanan di Indonesia Negara Indonesia didirikan diatas fondasi moral yang luhur yaitu berdasarkan ketuhanan yang maha Esa yang berarti bangsa Indonesia menjamin kepada warga Negara dan penduduk Indonesia memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya seperti yang ada dalam UUD 1945 alenia ketiga, yang berbunyi “Atas rahmat Allah yang maha kuasa…….” Kalimat ini 3
membuktikan bahwa Indonesia tidak menganut faham maupun mengandung sifat sebagai sebuah Negara tertentu, melainkan sebuah Negara yang didirikan atas landasan pancasila atau Negara pancasila. Juga disebutkan didalam UUD 1945 pasal 29 UUD 1945 yang berisi 1. Negara berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluka agamanya masingmasing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaanya. Oleh karena itu didalam Negara Indonesia tidak boleh adanya pertentangan dalam hal ketuhanan yang maha Esa dan sikap yang menyatakan anti terhadap tuhan dan anti agama.
Dengan adanya faham ketuhanan yang maha Esa ini hendaknya diwujudkan dengan kerukunan hidup beragama untuk mewujudkan tiga model kerukunan hidup yang meliputi : 1. Kerukunan hidup umat seagama 2. Kerukunan hidup umat seagama 3. Kerukunan hidup umat seagama dan pemerintah
Tri kerukunan hidup umat beragam tersebut merupakan salah satu factor perekat keswatuan bangsa dalam memahami sila ketuhanan yang maha Esa, untuk itu kita sebagai warga Negara yang baik hendaknya kita junjung tinggi nilai-nilai pancasila dan amalkan pancasila dengan sebaik mungkin.
4
II. Terorisme
A. Pendahuluan Timbulnya terorisme dalam pandangan hak asasi manusia jelas suatu pelanggaran yang amat berat, yang harus diberikan perlawanan bahkan dalam tingkatan tertentu harus dibasmi. Dalam kaitan ini sebagai Negara hukum upaya untuk menindak pelaku terorisme harus didasarkan pada ketentuan yang berlaku, sementara ini dalam hokum nasional kita, ketentuan pidana mengenai terorisme relatif masih baru karena baru diundangkan dalam peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 1 tahun 2002 dan pada 4 april 2003 tentang pemberantasan terorisme.
Perhatian masyarakat dan pemerintah tentang terorisme di Indonesia di mulai pada saat terjadinya bom Bali 1 karena selain upaya pemerintah untuk melindungi warganya dan rasa takut akan terorisme sebagai kewajiban juga diduga pemerintah telah mendapat tekanan dari dunia internasional agar bertindak tegas kepada pelaku terorisme.
Aksi terorisme modern pertama terjadi pada tanggal 2 juli 1968 yaitu ketiga 3 orang dari kelompok popular front liberation of Palestine (PFLP) membajak sebuah penerbangan komersil Israel EIA1 yang sedang terbang dari Roma, Italia menuju Tel Aviv, Israel, aksi ini menjadi sorotan dunia internasional karena secara jelas menggambarkan sebuah kegiatan yang menggambarkan sebuah kegiatan yang mempunyai tujuan-tujuan politis dan menggunakan kekerasan dalam mewujudkan tujuan tersebut, 53 tahun kemudian pada tanggal 11 september 2001 dunia kembali dikejutkan dengan sebuah aksi terorisme yang sangat fenomenal, 3 pesawat penerbangan komersil amerika serikat di bajak, 2 diantaranya ditabrakan ke twin tower world trade center dan pentagon, kejadian ini menjadi titik balik persepsi untuk memerangi terorisme sebagai musuh internasional.
B. Pengertian terorisme Dari segi bahasa istilah teroris berasal dari bahasa latin “terrere” yang berarti gemetar, dan “deterrere”, yang berarti takut. Istilah terorisme sendiri pada awalnya untuk menunjuk suatu musuh dari sengketa territorial atau cultural melawan ideologi yang melakukan kekerasan terhadap publik. Istilah terorisme dan teroris sekarang ini memiliki arti politis dan sering digunakan untuk mempolarisasi efek yang mana terorisme tadinya hanya untuk istilah kekerasan yang dilakukan oleh pihak musuh dari sudut pandang yang diserang.
5
Panel PBB mendefinisikan terorisme sebagai: “Any action intended to cause death or serious bodily harm to civilians, non combatans, when the purpose of such act by is nature or context, is to intimidate a population of compel a government on international organization to door to obtain from doing an act.”
Terjemahan bebasnya adalah: Segala aksi yang dilakukan untuk menyebabkan kematian dan atau kerusakan tubuh yang serius bagi para penduduk sipil, dimana tujuan dari aksi tersebut berdasarkan konteksnya adalah untuk mengintimidasi suatu populasi atau memaksa pemerintah atau organisasi internasional untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.”.
C. Latar belakang terorisme Dapat dikatakan secara sederhana bahwa terorisme dilator belakangi oleh motif-motif tertentu seperti perang suci, ekonomi, balas dendam dan motif-motif berdasarkan aliran-aliran tertentu. Namun patut disadari bahwa terorisme bukan suatu ideologi atau nilai-nilai tertentu dalam ajaran agama. Jadi terorisme adalah sebuah aktifitas yang sifatnya relatif tergantung pada penilainya. Bagi para pendukung pelaku, tindakan dianggap benar dan pelakunya dianggap sebagai pahlawan. Namun, sebaliknya bagi para korban dan musuh pelakunya disebut sebagai teroris. Menghapus terorisme dengan Pancasila
D. Mengatasi Terorisme Dengan Pancasila Aktifitas terror yang dilakukan oleh orang atau sejumlah orang dengan dengan berselimut pemahaman agama bisa di tangkal dengan pemahaman terhadap pancasila, dengan memahami dan mengamalkan pancasila secara benar, maka seseorang akan menghargai sifat perbedaan dan mengedepankan kerukunan dalam dirinya. Pemahaman mengenai pancasila akan membuat masyarakat menjadi warga Negara yang taat bik pada pemerintah maupun nilai-nilai yang tertanam di masyarakat. Namun, sebaliknya sedikitnya pemahaman tentang pancasila bisa menjerumuskan manusia menjadi pribadi yang arogan, dan diperparah dengan pemahaman jihad yang salah kaprah, sehingga menjadikan orang yang baik menjadi teroris, pelaku teroris sangat mudah ditandai sebagai orang yang memiliki kepribadian yang terbelah (split personality) dan juga kegalatan kategori (category mystakes), sehingga melihat apa yang dilakukanya sebagai kebenaran.
6
III. Separatisme
A. Pendahuluan Munculnya berbagai konflik sosial pada era 1990-an, tampaknya menjadi sebuah titik balik perjalanan nasionalisme Indonesia. Setelah berjaya hamper setengah abad di bumi nusantara pasca kemerdekaanya nasionalisme Indonesia seakan-akan runtuh begitu sja tanpa sisa rasa kebanggan sebagai sebuah kesatuan bangsa Indonesia tampaknya menghilang, tergerus oleh gelombang semangat kesukuan dan kedaerahan yang tengah menggelora di sejumlah wilayah. Ikatan kebangsaan Indonesia menjadi tidak begitu berarti dan tenggelam oleh sentimen etnis yang sangat kental. Munculnya berbagai konflik bernuansa suku,agama, dan ras (SARA) di Kalimantan,Maluku, dan poso hingga gerakan pemberontakan lokal radikal di timor-timor, aceh, Maluku selatan dan papua tampaknya menjadi bukti nyata rasa kebangsaan yang memudar dan sekaligus menjadi ancaman terhadap eksistensi Indonesia sebagai kesatuan entitas dalam sebuah bangsa. Wacana separatisme kultural yang anti nasionalisme Indonesia menjadi fenomena dan pertanyaan yang terus membayang.
Ketidak puasan terhadap pemerintah pusat, menimbulkan gejolak sosial di berbagai daerah. Konflik sosial hingga upaya disintegrasi nasional merebah di sejumlah daerah. Reformasipun tidak lagi terelakan keran demokrasi bahkan deliberalisasi dibuka. Euphoria reformasi memicu perubahan sosia yang begitu cepat. Ikatan etnisitas dan kedaerahan mulai menunjukan identitasnya kembali. Pemerintah pusat seakan kehilangan legitimasi di sejumlah daerah. Puncaknya adalah lepasnya daerah timor-timur. Belum lagi wacana pemberontakan yang di gulirkan oleh Republik Maluku Selatan (RMS), Gerakan Aceh Merdeka (GAM), hingga Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali bergulir si tingkat daerah.
B. Pengertian Separatisme Separatisme adalah suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (Biasanya kelompok dengan kesadarn nasional yang tajam) dari satu sama lain (Atau suatu Negara lain). Istilah ini biasanya tidak diterima kelompok separatis yang sebagian merupakan gerakan yang politis dan damai. Telah ada gerakan separatis yang damai di kanada selama tiga puluh tahun terakhir, Singapura juga lepas dari federasi Malaysia dengan damai. Separatisme juga sering merupakan tindak balas yang kasar dan brutal terhadap suatu pengambil alihan militer yang terjadi dahulu. Di seluruh dunia banyak kelompok teroris menyatakan baha separatisme adalah satu-satunya cara untuk meraih tujuan merekamencapai kemer dekaan. Ini termasuk kelompok basque ETA di perancis dan spanyol sikh di India pada tahun 1980-an, IRA di 7
irlandia dan di quebec pada 1960-an. Kampanye gerilya seperti ini juga bisa menyebabkan perang saudara seperti yang terjadi di Chechnya dan Libya.
C. Separatisme di Indonesia Pada masa kejayaanya, nasionalisme tampak begitu kuat mengakar dalam berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Ini dapat dengan mudah terlihat dalam berbagai ungkapan “bangsaku”,”negeri-ku yang kucinta” atau “Demi kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana muncul dalam setiap percakapan sehari-hari hingga dialog resmi kenegaraan, memaknai Indonesia, dalam konteks nasionalisme, merupakan sebuah kesatuan antar bangsa sekaligus Negara di dalamnya terdapat sebuah solidaritas Negara-bangsa dari susunan beraneka solidaritas suku-bangsa (Etnik). Sebuah misteri besar dibalik bersatunya beraneka entitas kultural yang sangat heterogen di dalam sebuah paying yang bernama Negara. Bangsa Indonesia, menjadi hal yang biasa saja dalam kehidupan nasional. Slogan “Bhineka Tunggal Ika”, tampaknya menjadi adagium pamungkas yang mampu mereduksi semua perbedaan tersebut. Namun, semua itu kini musnah karena hal-hal yang sudah penulis sebutkan pada bab sebelumnya.
D. Solusi mengatasi separatisme Ketidak merataan kesejahteraan dan juga munculnya sentimen etnis, merupakan sebuah medium yang subur bagi tumbuhnya wacana gerakan separatisme di Indonesia. Gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari kesatuan nasional pada hakikatnya memanfaatkan kondisi tersebut. Oleh karena itu, pemberantasan gerakan separatis yang hanya memanfaatkan gerakan militer maupun diplomasi omong kosong, tampaknya tidak akan pernah membuahkan hasil. Upaya memperlamah munculnya gerakan separatis tersebut, yakni distribusi dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara adil dan reorientasi pembangunan kebangsaan dan nasionalisme Indonesia.
8
REFERENSI
-
id.wikipedia.org
-
www.fokkylaw.com
-
Id.shvoong.com
-
Ideology.pancasila.wordpress.com
-
Khazanna032.wordpress.com
-
Berita.liputan6.com
-
www.bappenas.go.id
-
www.jpnn.com
-
www.scribd.com
-
Wisnusudibjo.wordpress.com
-
Kampus.okezone.com
-
www.republikia.co.id
-
Jurnal ranying bunu, vol .2 , no.2, juni 2007
9