Aku Warga Negara yang Baik Untuk Memenuhi Tugas Pancasila M. Ayub Pramana, SH
Disusun Oleh : Nama
: Aditya Wijang Permana
No
: 11.12.5576
Program
: STRATA – 1
Jurusan
: SI
Kelompok
:G
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan. Dan terima kasih juga kepada kedua orang tua saya yang telah membiayai saya sehingga saya dapat melanjutkan kuliah di STIMIK AMIKOM Yogyakarta. Makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.
Sleman, Oktober 2011
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………i Daftar Isi………………………………………………………………………………………….ii Bukti Tuhan Itu Ada………..…………………………………………………………………….1 Islam Mengutuk Terorisme……………………………………………………………………….3 Separatisme……………………………………………………………………………………….5 Pemberantasan Korupsi…………………………………………………………………………...7
Bukti Tuhan itu Ada Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata. Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka. Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: “Benarkah Tuhan itu ada” dan “Jika ada, di manakah Tuhan itu?” Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut. “Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras, maka sungai menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan saya tak bisa menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada sebatang pohon yang tumbang. Kemudian, pohon tersebut terpotong-potong ranting dan dahannya dengan sendirinya, sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya menjadi perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai dengan perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata. Si Atheist dan juga para penduduk kampung tertawa terbahak-bahak. Dia berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi perahu dengan sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh. Setelah tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit, dan seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit, membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya ini?”Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka sendiri. “Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang kedua,” kata si Atheist. “Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak kelihatan. Di mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu berpendapat, karena dia tidak pernah melihat Tuhan, maka Tuhan itu tidak ada.Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan keras, sehingga si atheist merasa kesakitan. “Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist mengaduh. Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit. Di mana sakitnya?” “Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya.
“Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak. Orang banyak berkata, “Tidak!”“Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya.” Demikian si Alim berkata. Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru. Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada? Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada. Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya. Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta! Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya. Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih kompleks. Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 9 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya. Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya.
Sumber : http://ervakurniawan.wordpress.com/2011/09/01/bukti-tuhan-itu-ada-2
Islam mengutuk terorisme
LEDAKAN bom di Hotel JW Mariott dan Ritz Carlton beberapa waktu lalu meninggalkan trauma yang cukup dalam. peristiwa itu juga mengingatkan kita pada serangkian teror bom yang telah terjadi di masa lalu, baik di Bali atau di Jakarta sendiri. Dan satu hal yang tidak bisa kita hindari adalah adanya opini yang mengaitkan peristiwa tersebut dengan Islam dan aktifitasnya. Dari hasil penyelidikan dan pengembangan, ada sekelompok orang yang terorganisiasi melakukan pengeboman dengan label Islam. Namun hal tersebut tidak bisa digeneralisir atas dasar Islam dan oleh aktivis Islam, apalagi sampai muncul istilah Islam militan, Islam garis keras, Islam fundamentalis, atau bahkan yang lebih buruk "ISLAM AGAMA TERORIS". Sebagai umat Islam, kami sangat mengutuk serangan teroris di Jakarta pada 17 Juli 2009 dan di tempat-tempat lainnya, yang menyebabkan kematian dan cedera dari bagi orang-orang tak bersalah, dan kami turut berduka kepada kepada para korban. Dan yang tak kalah penting bagi kita sebagai orang-orang yang mencintai kedamaian adalah tugas untuk menerangkan kepada seluruh dunia bahwa Islam sangat dan sangat mengutuk tindak terorisme. Karena Islam adalah agama perdamaian dan toleransi yang memerintahkan individu kepada rasa kasih sayang dan keadilan. Agama memerintahkan kasih sayang, kemurahan hati dan kedamaian. Teror, di sisi lain, adalah berlawanan dari agama; kejam, tanpa belas kasihan dan menumpahkan darah dan penderitaan. Ini yang menjadi perkara, asal mula dari tindakan terorisme harus dicari dalam ketidakpercayaan bukannya di dalam Agama. Dengan demikian kata "Islam" dan "teror" tidak dapat berdiri berdampingan dan bahwa tidak ada agama yang mengizinkan kekerasan. Bahwa tidak ada ruang bagi terorisme dalam Islam. Ini diebutkan jelas dalam Al Qur'an, sumber utama Islam, dan dalam praktek yang memerintahkan semua kaum muslimin kepada kebenaran, Nabi Muhammad SAW yang mengedepankan diantara mereka. Berikutnya mari kita ungkapkan dengan terang ayat-ayat Al Qur'an dan dengan contoh-contoh dari sejarah, bahwa Islam melarang terorisme dan bertujuan untuk membawa perdamaian dan keamanan ke seluruh dunia. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An Nahl : 90)
MORAL ISLAM : SUMBER KEDAMAIAN DAN KEAMANAN Beberapa orang mengatakan bahwa sesuatu boleh dilakukan atas nama agama, kenyataanya, salahpaham bahwa agama dan buah hasilnya, prakteknya adalah salah. Oleh karena itu, ia akan menjadi salah dalam membentuk pemikiran agama dan orang-orang ini sebagai contoh. Cara yang terbaik dari pemahaman agama adalah kepada pembelajaran sumber ilahi. Sumber ilahi Islam adalah Al Quran, yang didasarkan pada konsep-konsep moralitas, cinta, kasih sayang, kerendahan hati, berkorban, toleransi dan perdamaian. Seorang muslim hidup dari ajaran ini dalam arti akan lebih sopan, hati-hati, rendah hati, sederhana, adil, dapat dipercaya dan mudah untuk menerimanya. Dia akan menyebarkan cinta, hormat, keselarasan dan kegembiraan hidup di sekelilingnya. Islam adalah Agama Damai Teror, dalam arti luas, adalah kekerasan terhadap sasaran non-militer untuk tujuan politik. Untuk meletakkannya dengan cara lain, target dari teror adalah warganegara yang seluruhnya tidak bersalah kepada siapa yang hanya berbuat kriminal, dimata teroris, adalah untuk mewakili "sisi lain". Untuk alasan ini, teror berarti subjek orang tak bersalah kepada kekerasan, yang merupakan tindakan kehilangan pembenaran moral apapun. Ini, seperti dalam kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Hitler atau Stalin, adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Semua ini mengungkapkan bahwa tindakan organisasi teroris terhadap orang-orang tidak bersalah sepenuhnya bertentangan terhadap Islam dan in tidaklah mungkin bahwa setiap Muslim dapat pernah melakukan kejahatan seperti itu. Sebaliknya, umat Islam bertanggung jawab untuk menghentikan orang-orang ini, menghapus "kerusakan di bumi" dan membawa perdamaian dan keamanan untuk semua orang di seluruh dunia. Islam tidak dapat didamaikan dengan teror. Sebaliknya, ia harus menjadi solusi dan jalan untuk pencegahan teror. ALLAH TELAH MENGUTUK KEJAHATAN Allah telah memerintahkan orang-orang untuk menghindari melakukan kejahatan: penindasan, kekejaman, dan pembunuhan besar-besaran adalah sepenuhnya dilarang. Dia menjelaskan mereka yang tidak mentaati perintah-Nya sebagai "pengikut jejak Iblis" dan mengadopsi suatu sikap yang dinyatakan terbuka untuk berdosa dalam Alquran.
Sumber : http://nadhirin.blogspot.com/2009/08/islam-mengutuk-terorisme.html
Separatisme Salah satu ancaman serius yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan ke depan adalah disintegrasi bangsa. Gerakan separatis telah menjadi bahaya laten serius, karena dapat mengancam eksistensi keutuhan NKRI.Mereka terus melakukan berbagai aksi dan gerakan baik pada tataran politik, diplomasi maupun militer, dengan menciptakan kekacauan, konflik, dan teror di tengah-tengah masyarakat Sejumlah kalangan juga sudah mulai mengkhawatirkan bahwa Papua akan lepas dari NKRI, bila pemerintah termasuk aparat keamanan tidak melakukan langkah-langkah yang cepat, tepat, dan serius. Salah satu upaya urgen untuk segera dilakukan, selain percepatan pembangunan guna meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat, adalah melalui pendekatan keamanan, yaitu menciptakan kondisi aman dan menegakkan hukum. Saat ini pihak TNI kabarnya sedang melakukan pengkajian terhadap rencana pembentukan Kodam baru di Papua. Berkaitan dengan rencana pembentukan Kodam baru di Provinsi Papua, menurut hemat saya merupakan kebutuhan yang mutlak dan mendesak. Mengapa demikian? Karena bila dihadapkan dengan bentuk dan luas geografi wilayah Papua (kurang lebih 3,5 kait Pulau Jawa), yang meliputi dua provinsi yaitu Papua dan Papua Barat, maka gelar kekuatan satuan TNI AD di wilayah tersebut saat int dirasakan belum memadai dan seimbang. Saat ini baru ada satu Kodam, yaitu Kodam XVJI/Cen-derawasih. Kondisi ini tentunya menyulitkan dari segi komando dan pengendalian, karena rentang kendalinya cukup jauh untuk menangani seluruh wilayah Papua.Belum lagi bila dihadapkan dengan potensi dan hakekat ancaman yang dihadapi, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri Gerakan separatis telah menjadi bahaya laten serius, karena dapat mengancam eksistensi keutuhan NKRI.Mereka terus melakukan berbagai aksi dan gerakan baik pada tataran politik, diplomasi maupun militer, dengan menciptakan kekacauan, konflik, dan teror di tengah-tengah masyarakat Sejumlah kalangan juga sudah mulai mengkhawatirkan bahwa Papua akan lepas dari NKRI, bila pemerintah termasuk aparat keamanan tidak melakukan langkah-langkah yang cepat, tepat, dan serius. Karena bila dihadapkan dengan bentuk dan luas geografi wilayah Papua (kurang lebih 3,5 kait Pulau Jawa), yang meliputi dua provinsi yaitu Papua dan Papua Barat, maka gelar kekuatan satuan TNI AD di wilayah tersebut saat int dirasakan belum memadai dan seimbang. OPM dan RMS dalam batas tertentu mungkin mengharap „durian runtuh‟ seperti peristiwa kekerasan Santa Cruz di Timor Timor (sekarang Timor Leste) sehingga asistensi kekuatan internasional terhadap gerakan separatisme OPM dan RMS kembali meningkat. Dengan taktik serangan simbolik „mendadak‟ secara bersama, pemerintah Indonesia menjadi „panik‟ sehingga rentan melakukan tindakan yang tidak profesional.
Menyikapi kondisi ini, pemerintah Indonesia harus melakukan pembenahan sistem keamanan di daerah konflik secara bersungguh-sungguh dan profesional. Pemerintah harus bisa meng-capture wilayah-wilayah konflik agar tidak terjadi kekosongan otoritas karena dari sinilah sebenarnya konflik dan kekerasan akan muncul. Dalam proses meng-capture wilayah konflik, pemerintah Indonesia diharapkan lebih mengedepankan pendekatan persuasif-keamanan guna meminimalisasi iritasi dan ketegangan yang semakin menguntungkan tindakan separatis. Dalam sebagian besar tesis tentang pengawasan, dua kejadian tersebut bisa dimaknai sebagai bentuk melemahnya kemampuan koersif negara. Situs-situs penting yang harus terjaga dengan sangat rapi dan sistematis, telah mampu dibobol oleh para hacker dari gerakan RMS dan OPM dengan sangat rapi dan canggih. Sedangkan antara pihak kepolisian dan militer merasa telah melakukan segala daya dan upaya untuk mengamankan momen tersebut sesuai dengan standar prosedur dan ketetapan (protap). Bagi kelompok separatis, keberhasilan dua aksi tersebut memiliki makna yang sangat besar. Dari dua kejadian tersebut, pertama, eksistensi kelompok separatisme di depan para simpatisan maupun pendukungnya akan semakin meningkat, di tengah semakin termarginalkannya organisasi RMS dan OPM. Pamor yang menanjak itu pada akhirnya membuat para pendukung kedua organisasi tersebut akan terus setia berjuang bersamanya. Mereka menjadi mempunyai alasan bahwa organisasi ini masih memiliki taktik dan strategi yang sistematis serta efisien dalam mengartikulasikan aspirasinya.
Sumber :
http://bataviase.co.id/node/91313 http://myartikel.wordpress.com/2007/07/08/memaknai-separatisme
PEMBERANTASAN KORUPSI
Di Indonesia praktek korupsi sudah semakin meluas dan bahkan sudah sampai disegala aspek kehidupan, baik itu ditingkat seluruh kelembagaan di pusat maupun di daerah, korupsi bak seperti pelaku kecanduan narkoba yang sulit diberantas karena sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi setiap saat dan serta manjadi jalan hidup oleh koruptor untuk memperoleh harta kekayaan sebanyak-banyaknya (way of life), tanpa mempedulikan lagi yang namanya hukum serta azas kemanusiaan. Perilaku korupsi di Indonesia dalam sejarahnya sudah menjadi kebiasaan (budaya) yang sulit untuk diberantas, karena banyaknya permasalahan-permasalahan diberbagai aspek yang mendukung terjadinya korupsi itu sendiri. Kompleksitas korupsi ini seolah-olah tidak menjadi permasalahan prioritas yang harus diselesaikan secara bersama-sama namun lebih kepada korupsi dijadikan alat bagi penguasa yang mempunyai wewenang dan otoritas untuk memberikan kesempatan serta peluang untuk dirinya sendiri dan kelompoknya (partai) agar korupsi itu ada dibawah tangannya. Ini bisa dilihat dari berbagai indikator misalnya dimulainya dari Peraturan PerUndang-Undangan itu sendiri yang memberikan kelemahan-kelamahan terjadinya korupsi, itu baru dilihat dari segi peraturannya yang memberikan peluang atau celah serta kesempatan terjadinya korupsi, belum lagi dari simtem yang bobrok yang diperlakukakan oleh lembaga-lembaga negara pada umumnya yang tidak terkontrol dan anehnya orang yang berprilaku baik (sholeh) ketika sudah memasuki sisitem yang bobrok tersebut malah ikut-ikutan masuk ke dalam sistem yang tidak dikehendakinya, jadi orang yang baik, cerdas, profesional, dan mempunyai track record yang bagus tidak menjadi jaminan dia bisa terhindar dari kejahatan korupsi. Korupsi bak seperti lingkaran setan yang sulit untuk keluar karena kerjanya dipengaruhi oleh sistem yang jelek yang dibangun oleh para penguasa yang mempaunyai otoritas dan wewenag. Dan yang tidak kalah pentingnya terjadinya korupsi itu disebabkan oleh penyalahgunaann kekuasaan tanpa adanya akuntabilitas dan transparansi kepada publik sehingga kekuasaan yang mereka miliki digunakan untuk kepentingan pribadi atau sekelompok golongan tanpa mempedulikan nasib kepentingan rakyat yang semestinya mereka perjuangkan sebagai wakil rakyat (DPR) ataupun para pejuang penegak hukum (Kejaksaan Agung, hakim dan Kepolisian), sebagai konsekuensi dari korupsi itu rakyatlah yang menaggung beban akibat dari para pelaku koruptor, rakyat menjadi miskin, pengangguran bertambah banyak, biaya ekonomi semakin mahal, yang kaya bertambah kaya dan yang miskin bertambah miskin, kesenjangan itu semakin terlihat akibat oleh para koruptor. Tidak salah kalau korupsi itu disebut sebagai kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime), bahkan ia merupakan ancaman terhadap kemanusiaan (crime again himanity) dimanakah hati nurani mereka sesungguhnya?
Terjadinya korupsi itu sendiri tidak bisa lepas dari aspek ”hukum dan politik”, ketika hukum benar-banar ditegakkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dinegara ini, maka akan ada secercah harapan agar korupsi ini bisa dibasmi atau setidaknya dikurangi, ketika berbicara hukum tentunya tidak lepas dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah atau lemabaga yang berwenang untuk membuat Undang-undang seperti DPR. Jadi sejatinya kedua elemen pokok itu sangat menentukan upaya pemberantasan pelaku korupsi di Indonesia yang sudah semakin merajalela, contohnya adalah ketika Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan tujuan untuk mengatasi, menanggulangai dan memberantas korupsi yakni pembentukan lembaga KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) merupakan langkah positif yang dilakukan oleh pemerintah dan lemabga DPR sehingga kejahatan korupsi ini kembali ditakuti olek koruptor yang semenjak dekade silam penegakan hukum mengalami krisis. Upaya ini semestinya kita dukung secara bersama-sama, bukan untuk dibikin isu agar lemabaga ini dibubarkan oleh DPR, kalau isu ini sampai terjadi kita bisa mengukur lembaga DPR bukan lagi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat tetapi Dewan penyengsara rakyat. Tentunya kita masih berharap lembaga negara seperti DPR selalu memperjuangkan aspirasi rakyat, mendengarkan hati nurani, menjadi pengkriktik kebijakan pemerintah yang menyeleweng dan merugikan rakayat, serta menjadi teladan bagi politisi yang belum berkiprah secara nasional, mudahmudahan ke depannya kesemua ini bisa terwujud. Selain Lemabaga DPR selaku pembetuk Undang-Undang yang disetujui oleh presiden, kita masih berharap kepada para penegak hukum seperti Kejaksaan Agung agar benar-benar menjalankan fungsinya secara penuh komitmen dan tanggung jawab, tertangkapnya Tri Urip Gunawan sebagai pelaku korupsi cukuplah menjadi pelajaran berharga bagi jaksa-jaksa lainnya, jaksa yang diharapkan menyapu bersih korupsi malah tertangkap tangan melakukan korupsi, semoga ini menjadi tolak ukur bagi Ketua Kejaksaan Agung sudah sampai sejauh mana kinerja anggotanya. Kemudian persoalan hakim, kita harapakan hakim yang adil akan tumbuh di negara tercinta ini, hakim yang adil hanya akan tumbuh ketika uang bukan segala-galanya tapi lebih kepada pertangung jawaban terhadap negara dan amanah yang mereka kerjakan nantinya akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak. Sebagai bangsa yang beragama seorang hakim harus memikirkan sampai kesana. Parameter hakim yang adilpun tidak bisa ditentukan oleh kualitasnya, jenjang pendidikan, serta lulus secara uji kalayakan tapi lebih kepada hati nuraninya yang takut kepada Tuhan bukan kepada manusia. Sumber : http://padang-today.com/?mod=artikel&today=detil&id=66