AKU WARGA NEGARA YANG BAIK UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
OLEH : DOSEN
: M. AYUB PRAMANA, SH.
NAMA
: NATOKO INDROJATI
NIM
: 11.12.5590
PROGRAM
: STRATA-1
JURUSAN
: SISTEM INFORMASI
KELOMPOK
:G
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011
1
Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “AKU WARGA NEGARA YANG BAIK”. Makalah ini dibuat berdasarkan materi yang saya dapatkan dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila. Dalam Mata Kuliah ini saya mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang Pancasila yang sebelumnya tidak terlalu saya pahami dengan benar. Makalah ini terdiri dari beberapa judul, yaitu: Tuhan Itu Ada, Separatisme, Terorisme dan Pemberantasan Korupsi. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing saya bapak M. Ayup Pramana, SH, yang telah memberikan materi ini kepada saya. Terima kasih juga kepada orang tua saya yang telah mengirimkan doa, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 29 Oktober 2011
Natoko Indrojati NIM 11.12.5590
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………..…..2 Daftar Isi
…………………………………………………………………..3
Isi
…………………………………………………………………..4-11
Tuhan Itu Ada …………………………………………………………………..4-5 Separatisme
…………………………………………………………………..6-8
Terorisme
…………………………………………………………………..9-10
Pemberantasan Korupsi
………………………………………………….11-12
3
A. TUHAN ITU ADA
Tuhan itu ada karena kepercayaan yang kita miliki. Agama yang ada dalam masyarakat primitive adalah dinamisme, animisme, politeisme dan henoteisme. Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan ghaib yang misterius. Dalam faham ini ada bendabenda tertentu yang dianggap mempunyai kekuatan ghaib yang berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Kekuatan ghaib itu ada yang bersifat baik dan jahat. Benda yang dianggap mempunyai sifat yang baik, disenangi dan dipakai untuk melindungi dirinya. Barang-barang yang dianggap sakti misalnya seperti keris, cincin dan batu. Animisme adalah kepercayaan yang mengajarakan bahwa tiap-tiap benda baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa memiliki roh. Roh ada yang baik dan ada juga yang jahat. Roh yang baik senantiasa dijaga hubungan baiknya dan dihormati dengan menyajikan sesajen sebagai makanannya. Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa. Dewa dalam politeisme dipercayai masing-masing memiliki tugas tertentu. Henoteisme mempercayai satu Tuhan untuk satu bangsa dan bangsa lain mempunyai Tuhannya sendiri. Dalam masyarakat yang sudah maju agama yang dianut bukan lagi animisme, dinamisme, politeisme atau henoteisme, akan tetapi monoteisme. Dasar ajaran agama monoteisme adalah Tuhan Satu, Tuhan Maha Esa, dengan demikian Tuhan tidak lagi merupakan Tuhan nasional akan tetapi Tuhan Internasional. Tuhan semua bangsa di dunia ini bahkan alam semesta. Disinilah Islam mengambil posisi sebagai agama tauhid yang hanya mengakui adanya satu Tuhan yaitu Allah SWT. Allah mempunyai kehendak sebagai bagian dari sifat-sifatNya, maka orang yakin pula adanya malaikat yang diciptakan Allah untuk melaksanakan dan menyampaikan kehendak Allah yang dilakukan oleh malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang kini dihimpun dalam kitab suci. Namun, perlu dicatat dan diingat bahwa kitab suci yang masih murni dan asli memuat kehendak Allah hanyalah Al-Quran. Kehendak Allah itu disampaikan kepada manusia pilihan Allah yang disebut Rasulullah untuk dijadikan pedoman hidup. Kehidupan ini pasti akan berakhir pada suatu ketika, sebagaimana dinyatakan dengan tegas oleh kita-kitab suci dan oleh para Rasul itu. Tentunya kita yakin akan adanya hari akhir. Pada waktu itu kelak allah Yang Maha Esa dalam perbuatan-Nya itu akan menyediakan suatu kehidupan baru yang sifatnya abadi. Untuk mendiami alam baka itu kelak, manusia yang pernah hidup di dunia ini, akan dihidupkan kembali oleh Allah SWT dalam perbuatan-Nya itu akan dimintai pertanggungjawaban individu mengenai keyakinan, tingkah laku dan akhlaknya selama hidup di dunia ini. Yakin adanya hidup lain selain kehidupan 4
sekarang, dan dimintai pertanggungjawab kelak, membawa keyakinan akan adanya Qodo dan Qodar yang ada dalam hidup dan kehidupan manusia di dunia ini yang membawa akibat pada kehidupan di alam baka kelak. Allah,Zat Yang Maha Mutlak itu, menciptakan segala sesuatu, Zat satu-satunya yang berhak disembah. Allah adalah yang Maha Sempurna, sempurna dalam zat-Nya, sempurna dalam sifatNya, sempurna dalam perbuatan-Nya dan sempurna dalam segala-galanya. Beriman kepad Allah berarti yakin dan percaya dengan sepenuh hatinya akan adanya Allah. Kemaha Esaan Allah dalam zat-Nya dapat dirumuskan dengan kata-kata bawha Zat Allah tidak sama dan tidak dapat bandingkan dengan apapun juga. Dia berbeda dalam segala-galanya. Zat Tuhan yang unik atau Yang Maha Esa itu bukanlah materi yang terdiri dari beberapa unsur tersusun. Hubungan manusia denga Allah, Tuhan Yang Maha Esa sebagai dimensi taqwa pertama. Karena itulah hubungan ini yang seyogyanya diutamakan dan secara tertib diatur tetap dipelihara. Sebab, dengan menjaga hubiugan dengan Allah, manusia akan terkendali. Demikianlah uraian tentang keberadaan Tuhan, dan hendaknya menjadi pedoman bagi setiap muslim dan mukmn. Sudah waktunya karakteristik orang yang bertaqwa selalu dijadikan sebagai bagian hidup muslim dan mukmin dimanapun dan kapanpun, sehingga hidup dan kehidupan muslim mukmin selalu dalam ridho Allah. Sebagai seorng yang beriman, kita memohon kepada-Nya agar dapat selalu berjalan pada jalur yang diridhoi oleh Allah SWT.
5
B. SEPARATISME
Pada masa kejayaannya, nasionalisme tampak begitu kuat mengakar dalam berbagai lapisan masyarakat di Indonesia. Ini dapat dengan mudah terlihat dalam berbagai ungkapan ‘bangsaku, negeri-ku, yang ku cinta’ atau ‘demi kehidupan berbangsa dan bernegara’, sebagaimana muncul hampir dalam setiap percakapan sehari-hari hingga dialog resmi kenegaraan. Memaknai Indonesia, dalam konteks nasionalisme, merupakan sebuah kesatuan antara bangsa sekaligus negara. Di dalamnya terdapat sebuah solidaritas negara-bangsa dari susunan beraneka solidaritas suku-bangsa. Sebuah misteri besar di balik bersatunya beraneka entitas kultural yang sangat heterogen dalam sebuah payung yang bernama negara-bangsa Indonesia, menjadi hal yang biasa saja dalam kehidupan nasional. Slogan “bhineka tunggal ika”, tampaknya menjadi adagium pamungkas yang mampu mereduksi semua perbedaan tersebut. Namun, munculnya berbagai konflik sosial pada era 1990-an, tampaknya menjadi sebuah titik balik perjalanan nasionalisme di Indonesia. Setelah berjaya hampir setengah abad di bumi nusantara pasca kemerdekaannya, nasionalisme Indonesia seakan-akan runtuh begitu saja tanpa sisa. Rasa kebanggaan sebagai sebuah kesatuan bangsa Indonesia tampaknya menghilang, tergerus oleh gelombang semangat kesukuan dan kedaerahan yang tengah menggelora di sejumlah wilayah. Ikatan kebangsaan Indonesia menjadi tidak begitu berarti, dan tenggelam oleh sentimen etnis yang sangat kental. Munculnya berbagai konflik bernuansa suku, agama, dan ras (SARA) di Kalimantan, Maluku, dan Poso, hingga gerakan pemberontakan lokal radikal di Timor Timur, Aceh, Maluku Selatan, dan Papua tampaknya menjadi bukti nyata rasa kebangsaan yang memudar dan sekaligus sebagai ancaman terhadap eksistensi Indonesia sebagai kesatuan entitas dalam sebuah negara-bangsa. Hidup bersama di bawah tekanan dengan identitas kultural yang berbeda dalam waktu yang sangat lama, demikianlah pra-kondisi lahirnya nasionalisme Indonesia. Tidak dapat di pungkiri, bahwa faktor etnisitas pada perode perjuangan kemerdekaan masih menonjol. Bagaimana mungkin, sebuah organisasi perjuangan modern pertama, Budi Utomo yang merupakan simbol kebangkitan bangsa,
masih
menggunakan atribut ke-Jawa-annya sebagai ‘identitas’ organisasi . Fakta ini menunjukkan 6
bahwa kesadaran etnis dan kedaerahan tidak bisa dilepaskan begitu saja dan digantikan dengan jubah kebersamaan nasional. Meskipun demikian, perasaan ketertindasan sebagai nasib bersama akibat praktek kolonialisasi setidaknya mampu menghasilkan ikatan solidaritas yang lebih kuat, dan untuk sementara waktu mampu menciptakan sebuah kesatuan komunitas kebangsaan (nation) yang berdasarkan pada bayangan perasaan anti-kolonial. Semangat anti-kolonial inilah yang menjadi motivasi sekaligus identitas perekat beraneka entitas kultural tersebut dalam memperjuangkan sebuah kemerdekaan negara-bangsa Indonesia. Dalam perjalanan selanjutnya, semangat anti-kolonial inilah yang kemudian menjadi sebuah landasan nasionalisme Indonesia pada periode pertama untuk mengantisipasi munculnya kembali identitas etnis lokal. Slogan ‘revolusi belum selesai’ hingga ‘neokolim’ menjadi senjata yang cukup ampuh bagi penguasa republik yang baru lahir ini untuk memupus sentimen kedaerahan. Pembangunan identitas nasional terus diupayakan sebagai sebuah usaha merangkul berbagai identitas lokal yang bernuansa etnis. Meski belum sepenuhnya berhasil, negara setidaknya mampu menciptakan ikatan nation berada di atas keanekaragaman solidaritas suku-bangsa. Dengan kondisi seperti ini, berbagai etnis masyarkat di ‘Daerah’ tidak lagi merasakan manfaat sebagai bagian dari Indonesia. Perasaan tersisihkan dari kesatuan sebagai bangsa dalam nasionalisme Indonesia muncul. Walhasil, terjadi penguatan semangat kesukuan dan kedaerahan yang berdampak pada krisis identitas nasional dan krisis kepercayaan terhadap kepemimpinan nasional. Solidaritas nasional pun melemah, tergerus oleh sentimen etnisitas. Ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat, menimbulkan gejolak sosial di berbagai daerah. Konflik sosial hingga upaya disintegrasi nasional merebah di sejumlah daerah. Reformasi pun tidak lagi terelakkan. Keran demokratisasi, bahkan deliberalisasi di buka. Euforia reformasi memicu perubahan sosial yang begitu cepat. Ikatan etnisitas dan kedaerahan kembali menunjukkan identitasnya. Pemerintah pusat seakan kehilangan legitimasi di sejumlah daerah. Puncaknya adalah lepasnya Timor Timur. Belum lagi wacana pemberontakan yang digulirkan
7
oleh Republik Maluku Selatan (RMS), Gerakan Aceh Merdeka (GAM), hingga Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali bergulir di tingkat daerah. . Agar tidak terjadi hal-hal serupa utamakan peningkatan kesejahteraan rakyat secaara adil merupakan kunci pokok dalam membungkam gerakan separatis. Dalam sejarahnya, munculnya berbagai gerakan yang dicap sebagai separatis merupakan dampak dari pembangunan yang tidak adil dengan ketimpangan kesejahteraan. Ketika hal tersebut dikaitkan dengan atribut etnis, kedaerahan, bahkan agama, hal tersebut tampaknya menjadi senjata yang ampuh bagi separatis dalam melakukan doktrinasi terhadap masyarakat umum untuk menentang negara. Namun, ketika kesejahteraan tersebut dapat terpenuhi, maka akan sulit bagi aktor-aktor gerakan separatis untuk mencari celah dalam mendapatkan legitimasi dari rakyat untuk perlawanannya melawan negara. Oleh karenanya, gerakan-gerakan perlawanan separatisme itu janganlah sekedar dilihat secara hitam-putih sebagai bentuk anti-nasionalisme. Karena, mungkin saja, gerakan tersebut merupakan pengingatan bagi pemerintah atas ketidakadilan pembangunan kesejahteraan yang dilakukan selama ini.
8
C. TERORISME Dewasa ini marak terjadi bom bunuh diri di wilayah Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi karena kekeliruan dalam menafsirkan dokrtin agama. Isu utama mereka adalah agama, mereka memandang bahwa saat ini dunia Islam dijajah oleh Amerika yang menganut ideologi sekuler yang bertentangan dengan doktrin dan ajaran agama Islam. Bahasa teroris yang memakai ideologi Islam itu dimana-mana sama, yaitu bahasa agama. Jika benar-benar di Indonesia berkaitan dengan isu ketidakadilan ekonomi, maka yang paling memungkinkan untuk melakukan bom bunuh diri itu adalah orang-orang miskin di Jakarta yang digusur rumahnya hampir setiap saat, para pedagang kecil pinggir jalan yang kerap menjadi incaran satpol PP, para pelacur yang sering ditangkap polisi dan sebagainya. Nyatanya tidak demikian, yang melakukan bom bukan kalangan yang selama ini menjadi korban ketidakadilan itu, tetapi orang-orang yang telah mengalami indoktrinasi tertentu, doktrin agama yang sering disebut “jihad”. Jaringan terorisme internasional yang umumnya mempunyai kaitan dengan Tandzim alQaidah (atau lebih dikenal al-Qaidah) itu membutuhkan biaya yang mahal, dan karena itu hanya bisa didanai oleh orang yang kaya seperti Osama bin Laden. Pendana dan pelaku bom bunuh diri itu umumnya bukan orang-orang miskin pedagang kaki lima di pasar-pasar tradisional, misalnya, dan bukan orang-orang bodoh. Mereka berasal dari kelas menengah yang terdidik dan menjalani indoktrinasi tertentu. Kalaupun ada isu ketidakadilan yang diperjuangkan oleh para teroris itu, maka itu bukanlah ketidakadilan di dalam negeri dalam bentuk kesenjangan sosial-ekonomi yang ada di sekitar kita. Yang mereka maksud dengan ketidakadilan adalah dukungan Amerika terhadap Israel, atau negara Amerika Serikat sendiri yang mereka pandang sebagai wakil dari “dunia kafir” yang mengancam dunia Islam. Sekarang ini yang kerap menjadi tempat perkumpulan para teroris adalah pesantren, maka orang-orang yang memakai kopyah putih, berjubah putih dan berjenggot belum tentu orang yang mengerti Islam, mungkin mereka itu adalah para teroris tersebut. Karena dengan 9
penampilan tersebut dapat mengelabuhi para warga atau orang-orang disekitar. Sehingga tidak akan menyangka bahwa dia itu adalah teroris. Banyak orang dengan penampilan seperti itu sudah merasa bangga karena ia percaya mereka dekat dengan surga, dekat dengan Tuhan. Tetapi sesungguhnya Tuhan menjauhkan surga dari mereka karena tindakan yang merugikan diri sendiri apalagi banyak orang serta bangsa sendiri. Mereka yang salah mengartikan falsafah agama Islam untuk memerangi kaum kafirternyata salah tangkap dalam pikiran mereka. Seharusnya bukan dengan cara bom bunuh diri itu jalan keluarnya, tetapi mengajak mereka kejalan yang benar yang diridhoi oleh Allah SWT. Orang-orang yang melakukan pembomman itu adalah orang yang tidak mempunyai hati nurani dan akal sehat. Bagi para teroris yang akan melakukan perbuatan semacam itu tidaklah sebaiknya dipikirkan duluapa arti perkataan Allah melalui Al-Quran, apa maksud sebenarnya dan pelajari dahulu falsafah serta doktrin agama tersebut secara matang. file:///E:/Aku%20Warga%20Negara%20yang%20Baik/Terorisme%20dan%20Soal%20Ketidaka dilan%20-%20JIL%20Edisi%20Indonesia.htm
10
D. Pemberantasan Korupsi Korupsi sesungguhnya sudah lama ada terutama sejak manusia pertama kali mengenal tata kelola administrasi. Pada kebanyakan kasus korupsi yang dipublikasikan media, seringkali perbuatan korupsi tidak lepas dari kekuasaan, birokrasi, ataupun pemerintahan. Korupsi juga sering dikatikan pemaknaannya dengan politik. Sekalipun sudah dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar hukum/kriminal, pengertian korupsi dipisahkan dari bentuk pelanggaran hukum lainnya. Selain mengkaitkan korupsi dengan politik, korupsi juga dikatikan dengan perekonomian, kebijakan publik, internasional, kesejahteraan sosial, dan pembangunan nasional. Begitu luasnya aspek-aspek yang terkait dengan korupsi hingga badan dunia seperti PPB memiliki badan khusus yang memantau korupsi dunia. Sebagai landasan untuk memberantas dan menanggulangi korupsi adalah memahami pengertian korupsi itu sendiri. Banyak yang belum paham akan upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam pemberantasan korupsi. Disini saya akan mencoba menjelaskan, upaya apa saja yang dilakukan dalam pemberantasan korupsi. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang menjadi penyebab korupsi dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pemberantasannya, dapatlah dikemukakan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menangkalnya, yakni: 1. Menegakkan hukum secara adil dan konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan norma-norma lainnya yang berlaku. 2. Menciptakan
kondisi
birokrasi
yang
ramping
struktur
dan
kaya
fungsi.
Penambahan/rekruitmen pegawai sesuai dengan kualifikasi tingkat kebutuhan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. 3. Optimalisasi fungsi pengawasan atau kontrol, sehingga komponen-komponen tersebut betulbetul melaksanakan pengawasan secara programatis dan sistematis. 4. Mendayagunakan segenap suprastruktur politik maupun infrastruktur politik dan pada saat yang sama membenahi birokrasi sehingga lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakantindakan korup dapat ditutup. 5. Adanya penjabaran rumusan perundang-undangan yang jelas, sehingga tidak menyebabkan kekaburan atau perbedaan persepsi diantara para penegak hukum dalam menangani kasus korupsi. 11
6. Semua elemen (aparatur negara, masyarakat, akademisi, wartawan) harus memiliki idealisme, keberanian untuk mengungkap penyimpangan-penyimpangan secara objektif, jujur, kritis terhadap tatanan yang ada disertai dengan keyakinan penuh terhadap prinsipprinsip keadilan. Itulah beberapa upaya pemerintah dalam memberantas korupsi. (Sumber:
http://mgtabersaudara.blogspot.com/2010/03/pemberantasan-korupsi-di-
indonesia.html)
12