LAB3202 Bahasa Indonesia 4
Buletin
Semester I Tahun Akademik 2011/2012
Ibu Dosen: Ibu Johanna & Ibu Siantik
Penyusun buletin BI4 Lim Jia Jia
Tata letak komentar oleh Sarah Koh
Susunan foto dalam folder oleh Tan Pei Zi
DAFTAR ISI 0 Daftar Isi ……………………………………………………………………………………..…. 2 1 Pendahuluan Buletin ………………………………………………………………………. 3 2 Komentar-komentar dari mahasiswa-mahasiswi …………..………..….. 4 – 7 3 Laporan-laporan Karyawisata ke pulau Batam ………..………………... 8 – 33 3.1 Laporan Grup A (Winston, Sarah & Winston) ……………………….…… 8 – 16 3.2 Laporan Grup B (Peizhi, Kae Shin & Jafni) ……………….…….……….. 17 – 24 3.3 Laporan Grup C (Eileen & Andy) ………………………………………… 25 – 28 3.4 Laporan Grup D (Hui Wen & Lee Ting) …………….………….………... 29 – 33 4 Pekerjaan Rumah 1 (‘Kumpul Kebo’) ………..…………………………..... 34 – 41 4.1 Ho Winston Haryoho (U077140A) ……………………….………..……… 34 – 35 4.2 Lim Jia Jia (A0075086Y) ………………………..………………….……….. 36 – 37 4.3 Eileen Lee (U091530E) …………………………………………………..……… 38 4.4 Tan Pei Zhi (U098566X) …………………….……………………………... 39 – 40 4.5 Low Kae Shin (U093215N) …………………….………………………………... 41 5 Pekerjaan Rumah 2 (‘Yellow Ribbon’) ………………..…………….…..... 42 – 48 5.1 See Lee Ting (U091870J) ……………………………………….……..…… 42 – 43 5.2 Sia Hui Wen (U091807R) ……………………………..……….….……….. 44 – 45 5.3 Andy Sim (U094011R) ……………………………………….…….…….….…… 46 5.4 Hanis Jafni (U098004H) …………………………………….….……….…….….. 47 5.5 Sarah Koh Yung An (A0082992R) …………………………………….…….….. 48
2
BAHASA INDONESIA IV
BULETIN SEMESTER I, TAHUN AKADEMIK 2011-12
Pendahuluan Buletin Bahasa Indonesia tingkat (“BI”) 4 adalah kursus menengah yang ditawarkan oleh NUS Centre for Language Studies. BI4 diadakan untuk mahasiswamahasiswi yang telah mengambil kursus BI3 ataupun telah lulus tes penempatan BI. Dalam mata pelajaran ini, mahasiswa telah didedahkan kepada beberapa jenis bahan bacaan otentik BI dan film untuk mempercepat proses pembelajaran. Selain itu, ibu dosen juga telah menyelenggarakan satu karyawisata ke pulau Batam supaya mahasiswa-mahasiswi lebih terekspos kepada budaya warga Negara Indonesia serta bahasa Indonesia. Terlampir dalam buletin ini adalah laporan karyawisata ke pulau Batam serta esai pekerjaan rumah (“PR”) mahasiswa-mahasiswi BI4. Akan tetapi, bacalah komentar-komentar oleh mahasiswa dan mahasiswi yang sedang mengambil mata pelajaran ini! =) Penyusun buletin BI4 Lim Jia Jia
Dengan bimbingan dari Ibu Johanna dan Ibu Siantik
Sia Hui Wen
Andy Sim BI4 memang satu modul yang menarik. Mula-mulanya saya hanya memilih modul ini karena saya gagal untuk mendapatkan modul yang lain. Untunglah saya karena bisa mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia ini. Cara ibu mengajar di dalam kuliah cukup menarik karena semua teman bisa melibatkan dalam diskusi. Malahan, ibu juga memilih artikel yang menarik dan berbeda topiknya agar kami tidak terasa bosan. Selain itu, aktivitas yang lain seperti menonton filem Indonesia dan kunjungan ke Batam lagi menyenangkan. Walaupun saya masih keliru tentang bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia dalam kata-kata tertentu, tetapi ternyata saya lebih memahami bahasa Indonesia sekarang. Sekurang-kurangnya bisa berbicara dengan perlahan-lahan. Pendek kata, modul ini memang bermanfaat dan saya senang mengikuti kuliah BI4.
Kelas BI 4 telah memberi saya banyak kenangan yang baik. Dalam kelas, kami selalu berbicara dengan gembira dan selalu ketawa bersama-sama. Selain itu, saya sangat senang fieldtrip ke Pulau Batam. Ini adalah pengalaman yang sangat istimewa kepada saya karena ini adalah kali pertama saya pergi ke Indonesia. Saya menikmati waktu bersama teman-teman saya. Akhirnya, terima kasih Ibu Jo dan Ibu Siantik mendidik kami dengan sabar.
See Lee Ting Dalam kelas BI4, saya telah berkenalan banyak teman yang bagus dan baik hati dan saling membantu. Ketika dalam kelas, saya sangat gembira karena topik topik yang diberikan oleh ibu sangat tertarik . Karya wisata ke Batam telah memberi kenagan yang indah kepada saya yang bisa saya mengingati sepangjang hayat saya. Di sini, saya ingin berterima kasih kepada Ibu Johana dan Ibu Siantik karena telah mengembangkan “critical thinking” saya karena topik yang dibicarakan dalam kelas amat berguna kepada saya dalam module lain juga. Terima Kasih teman teman BI4 dan juga Ibu Jo dan Ibu Siantik karena telah memberikan saya keadaan yang relaks untuk belajar dalam keadaan yang tidak adanya stres. Sampai berjumpa di BI5 nya teman teman dan Ibu! ^^
Winston Ho Selama satu semester terakhir saya mengambil kelas Bahasa Indonesia tingkat 4, saya tidak hanya belajar mengenai cara berbicara dan berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia, tapi saya juga belajar banyak tentang isu-isu yang melanda dunia saat ini, dipandang dari sisi pandang masyarakat Indonesia. Saya merasa bersyukur dapat mengambil kelas Bahasa Indonesia 4 ini karena saya lebih mengerti tentang perbedaan pemikiran dan wawasan yang ada di kelompok masyarakat yang berbeda. Sama seperti kelas Bahasa Indonesia tingkatan lebih rendah, struktur kelas Bahasa Indonesia menggunakan banyak bacaan dan materi diskusi mengenai isu-isu sosial yang dihadapi di masyarakat Indonesia. Perbedaanya, saya merasa materi yang diajarkan lebih mendalam dan melalui diskusi-diskusi yang dilaksanakan, kami turut berpikir tentang masalah yang dihadapi serta jalan pemecahan yang mungkin dapat dilakukan. Akan tetapi, pada umumnya kami menemukan bahwa tidak ada jalan pemecahan yang pasti, tidak ada jalan pemecahan yang memuaskan bagi semua orang. Melaui diskusi dan permainan peran, saya merasa hal ini sangat membantu daya kritis para pelajar. Selain itu melalui beberapa proyek perkenalan tentang masyarakat Indonesia melalui tayangan film dan kunjungan karyawisata ke Batam, kami juga dapat mengenal lebih dalam tentang budaya di Indonesia di berbagai kalangan masyarakat, dan kami menemukan banyak perbedaan dengan budaya di Singapura. Selama satu semester ini, hal yang paling berkesan bagi saya adalah kunjungan ke Batam dan juga menonton film "Ada Apa Dengan Cinta". Film ini menarik karena film ini menunjukkan perbedaan pemikiran antara generasi , dan juga penggunaan bahasa Indonesia tidak baku , yang berbeda jauh dengan bahasa Indonesia yang telah kami pelajari. Selama satu semester ini, kami semua dibimbing oleh Ibu Johanna dan Ibu Siantik. Saya merasa sangat berterima kasih karena telah dapat belajar banyak hal mengenai Indonesia dari kedua ibu guru ini. Mereka penuh perhatian akan murid-murid di kelas , dan mereka selalu memastikan proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan baik. Melalui kedua ibu guru ini, saya mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan yang berharga, tidak hanya dari segi kemampuan bahasa Indonesia, tapi lebih pentingnya dari peningkatan daya kritis dan kemampuan mengutarakan pendapat.
Low Kae Shin Saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada dua orang ibu yang sabar mengajar selama beberapa bulan ini. Selain itu, anak ingin memohon maaf jika ada apa kesilapan atau salah cakap.
Lim Jia Jia Pada awalnya, saya merasa saya sudah lupa sebagian besar pengetahuan Bahasa Melayu saya oleh sebab kurangnya penggunaan Bahasa Melayu sejak saya mencari ilmu di Singapura. Namun, setelah mengambil Bahasa Indonesia, saya menyadari bahwa saya
Jafni Saya benar-benar menikmati modul ini. Kelas pelajaran selalu menarik dan karyawisata di Batam telah sangat mengesankan. Saya juga telah bertemu dan membuat teman-teman baik dari modul ini. Kalau diberikan peluang, saya berharap untuk melanjutkan pelajaran Bahasa Indonesia sampai ke BI5.
dapat mengingat kembali kosakata Bahasa Melayu. Melalui mata kuliah ini, saya belajar untuk menghargai keunikan Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu seperti pengaruh bahasa-bahasa asing seperti bahasa negara-negara barat dalam Bahasa Indonesia dan perbedaan antara Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia yang tersurat dan yang tersirat. Oleh sebab keunikan setiap bahasa ini, saya dapat belajar untuk menjadi lebih sensitif dalam memilih dan merancang kalimat-kalimat saat bercakap-cakap sesuai dengan konteks Bahasa Melayu ataupun Bahasa Indonesia. Terlebih lagi, beberapa kosakata dalam Bahasa Indonesia memiliki arti yang sangat berbeda dengan Bahasa Melayu. Melalui karyawisata ke Pulau Batam, saya juga telah mendapat kesempatan untuk mengalami dan menelaah secara langsung budaya dan tradisi bangsa Indonesia. Mata kuliah ini telah berhasil mengajarkan kosakata yang cocok untuk digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda melalui media-media pembelajaran yang sangat relevan. Sebagai penutup, saya ingin menyatakan bahwa saya sangat menikmati proses belajar Bahasa Indonesia melalui mata kuliah ini karena cara pengajaran yang lebih baik serta Ibu dosen yang ramah dan sabar. Semoga saya dapat mengambil mata kuliah Bahasa Indonesia yang lebih lanjut di semestersemester yang akan datang. =)
!
Eileen Lee Satu semester lalu, sesudah saya selesai mempelajari BI 3, saya tidak pasti apakah saya ingin melanjutkan ke BI 4. Saya takut akan ‘mati di kelas’ karena saya membayangkan itu akan ada banyak kata-kata yang sangat sulit. Sekarang, sesudah hampir dua belas minggu belajar BI 4, saya yakin bahwa keputusan saya untuk belajar BI 4 adalah tepat. Walaupun saya membutuhkan waktu lama untuk memahami bacaan diberikan oleh Ibu, tetapi saya masih menikmati proses belajar karena saya punya kesempatan untuk belajar tentang budaya di Indonesia. Apalagi, topik untuk diskusi di kelas juga menarik, misalnya aborsi dan pendidikan. Dalam kelas, saya bersyukur bahwa saya memiliki Ibu dan teman kelas yang sadar dan ramah. Kalau saya bingung atau tidak mengerti apa yang mereka katakan, mereka akan menjelaskan dengan sadar. Mudah-mudahan saya tidak akan lupa apa yang saya pelajari sesudah saya lulus dari NUS.
Sarah Koh Belajar Bahasa Indonesia di mata kuliah ini sangat menarik sekali. Saya menikmati membicarakan tentang budaya dan isu-isu yang penting dihadapi Indonesia, apalagi ketika kami sempat pergi ke Batam. Juga karena mahasiswa lain yang ramah dan guru yang sangat sabar dan baik sekali. :)
Tan Pei Zhi Kelas BI 4 menarik sekali, karena ada beberapa mahasiswa yang sangat lucu dan selalu membuat kami tertawa. Saya merasa karyawisata ke Batam adalah aktivitas yang paling asyik. Bacalah laporan kami untuk mengetahui mana yang kami kunjungi di Batam!
S E P T E M B E R
2 0 1 1
Batam
Dicatat Oleh…
Pendahuluan
Dengan Bimbingan… Ibu Johanna Ibu Siantik
KARYAWISATA KE BATAM
SEPTEMBER 2011
Di Harbourfront Centre Restoran di Macdonalds
Terminal Feri Harbourfront
2
KARYAWISATA KE BATAM
SEPTEMBER 2011
Di Kapal Feri
3
1 2
KARYAWISATA KE BATAM
SEPTEMBER 2011
Perjalanan Di Bus Ke Bandara & Informasi tentang Batam
4
1 2
KARYAWISATA KE BATAM
SEPTEMBER 2011
Bandar Udara (Bandara) Hang Nadim Informasi Umum
5
1 2
KARYAWISATA KE BATAM
SEPTEMBER 2011
Wisata Di Sekitar Bandara Hang Nadim
6
1 2
KARYAWISATA KE BATAM
SEPTEMBER 2011
Wisata Di Sekitar Bandara Hang Nadim
7
1 2
KARYAWISATA KE BATAM
SEPTEMBER 2011
Kehidupan Bapak Irwansyah
8
KARYAWISATA KE BATAM
SEPTEMBER 2011
Pelajaran Yang Diterima
9
Laporan Kelompok B Nama: Low Kae Shin U093215N Tan Pei Zhi U098566X Hanis Jafni U098004H
Proyek untuk Bahasa Indonesia 4 mengharuskan kami untuk mewawancarai pegawai-pegawai yang bekerja di Bandara Hang Nadim dan sebuah pabrik kue lapis legit di Indonesia. Kelompok kami mendapatkan tugas membuat pertanyaan untuk mewawancarai pegawai-pegawai yang bekerja di bandara Hang Nadim di Batam pada tanggal 21 September. A. Bandara Hang Nadim Kami
disambut oleh Bapak Irwansyah, Kepala
Keselamatan
Penerbangan, yang
mewakili atas
nama Bandara Hang Nadim Batam. Sebagai pemandu kami, Mr Irwan mulai perjalanan kami dengan menunjukkan kami kedatangan
ruang keberangkatan. Kemudian,
dan mengakhiri perjalanan
kami
di
kami bandara
melanjutkan Hang
perjalanan ke ruang
Nadim
Batam dengan
mengunjungi area kargo. Kami sudah mengumpulkan semua hasil wawancara dalam laporan ini. Pertama-tama, kami akan mulai dengan bagian sejarah bandara tersebut diikuti dengan penjelasan mengenai asal-usul penamaan Bandara Hang Nadim. Kemudian kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang fasilitas, perusahaan penerbangan dan, kapasitas dan pergerakan pesawat. I.
Sejarah
Dulunya, feri adalah alat transportasi utama untuk bepergian ke pulau-pulau di seberang Batam, termasuk Singapura. Namun, lama kelamaan, menggunakan feri mulai tidak efektif lagi, jadi Bandara Hang Nadim dibangun. Bandara ini terletak di Nongsa, Batam, Kepulauan Riau. Bandara Hang Nadim mulai beroperasi pada tanggal 9 Agustus 1965 dengan melayani penerbangan domestik. Sejak tanggal 1 Januari 1994, bandara ini mulai melayani penerbangan internasional, dan oleh karena itu, namanya diubah menjadi Bandar Udara Internasional Hang Nadim. II.
Nama “Hang Nadim”
Bandara ini mendapatkan nama dari Laksamana Hang Nadim yang termasyhur dari Kesultanan Malaka.
17
Nama “Hang Nadim” juga bisa ditemukan dalam Sejarah Melayu, dan suatu kisah yang terkenal untuk orang Singapura berjudul ‘Singapura dilanggar todak’. Dongeng rakyat ini bercerita tentang seorang budak anak, namanya Hang Nadim, menyelamatkan Singapura dari serangan sekumpulan besar ikan todak. Menurut cerita, ikan todak menyerang masyarakat Melayu Asli yang tinggal di pinggir Tanjong Pagar. Mereka mencoba banyak cara untuk menghentikan serangan, akan tetapi semua cara tetap gagal juga, mengakibatkan angka korban jiwa semakin meningkat. Saat itu Hang Nadim yang bijaksana, menyarankan untuk membangun sebuah tembok panjang dan tebal dari batang pisang, mengelilingi pantai dan berfungsi sebagai penghadang. Ide dari budak tersebut menyebabkan todak-todak yang menyerang pulau tersangkut di celah antara batang-batang pisang, dan kemudian dibunuh oleh orangorang di pantai. Oleh karena keberhasilan idenya, Hang Nadim diberi pujian dan penghargaan jasa bakti yang tertinggi. Hal ini membuat beberapa orang iri dengan penghargaan yang diperoleh Hang Nadim, dan mereka juga takut kemungkinan bahwa Hang Nadim akan mengancam pengaruh mereka. Pada akhirnya, mereka meyakinkan penguasa untuk menghukum mati anak itu. Dia hanya berusia tujuh tahun pada saat kematiannya. III.
Fasilitas
Bandara Hang Nadim terbukti cukup efektif dan awalnya dikembangkan sebagai alternatif bandara Internasional Changi karena bandara ini memiliki landasan pacu yang cukup panjang untuk menampung pesawat-pesawat sebesar jenis Boeing 747. Pada kenyataannya, Hang Nadim memiliki fasilitas dan landasan pacu sepanjang 4.025 meter yang menjadikan bandara ini sebagai pemilik landasan pacu yang terpanjang di Indonesia. Dengan kondisinya saat ini, bandara Hang Nadim dapat menampung delapan belas pesawat berbadan lebar seperti jenis Boeing 767. IV.
Perusahaan Penerbangan
Di bawah ini adalah tabel yang merangkum perusahaan penerbangan dan tujuannya.
Perusahaan
Tujuannya
Terminal
Batavia Air
Bandar Lampung, Jakarta-Soekarno Hatta, Medan, Padang, Domestik Palembang, Pekanbaru, Pontianak, Surabaya, Yogyakarta
18
Firefly
Kuala Lumpur-Subang
Internasional
Garuda Indonesia
Jakarta-Soekarno Hatta
Domestik
Citilink
Jakarta-Soekarno Hatta
Domestik
Kartika Airlines
Jakarta-Soekarno Hatta, Jambi, Medan, Padang, Palembang, Domestik Pangkal Pinang
Lion Air
Jakarta-Soekarno Hatta, Medan, Padang, Pekan Baru, Domestik Surabaya
Merpati Airlines
Nusantara Bandung
Domestik
Sriwijaya Air
Jakarta-Soekarno Hatta, Jambi, Medan, Surabaya, Padang
Domestik
Sriwijaya Air
Penang
Internasional
Trigana Air Service
Natuna, Surabaya
Domestik
Tabel 1: Perusahaan Penerbangan dan Tujuannya V. Kapasitas dan Pergerakan Di bawah ini adalah tabel yang merangkum kapasitas dan pergerakan bandara Hang Nadim. Data di bawah kolom "Pergerakan" tidak bisa dirata-rata sepanjang tahun, karena jumlah penumpang akan terpengaruh oleh musim seperti Haji. Sebagai contoh, jumlah penumpang bisa mencapai dua kali lebih tinggi selama Haji, kalau dibandingkan dengan jumlah penumpang pada hari biasa.
Data
Satuan
Pergerakan Pesawat
Kapasitas
Terminal
m²
4 Ruang Tunggu 12 Ruang Tunggu Keberangkatan Keberangkatan 31.500 (2 Lantai) 88.000
Kapasitas Terminal
Penumpang Per Tahun
3.300.000
8.300.000
19
Kapasitas Penyimpanan Kapasitas Penyimpanan Bakar
Ton
Bahan Kilo Liter
16.230
700.000
52.000
52.000
Tabel 2: Fasilitas bandara Hang Nadim VI.
Karyawisata di Bandara Hang Nadim Batam
1) Ruang Keberangkatan Perhentian pertama kami adalah area keberangkatan. Bapak Irwan menjelaskan sistem keberangkatan yaitu penumpang akan berangkat dari Batam menuju daerah-daerah lain yang akan dikunjungi. Kalau seseorang ingin berangkat ke daerah lain dia harus membeli tiket terlebih. Bapak Irwan menerangkan bahwa seorang
penumpang juga membayar pajak bandara untuk
penerbangan domestic sebesar RP30,000. Pajak ini akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Setelah seorang penumpang mendapatkan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran pajak, dia akan langsung ke ruang tunggu yang telah ditentukan setiap penerbangan. Ketika menuju ke ruang tunggu, Bapak Irwan memperkenalkan kami kepada kepala keamanan bandara Hang Nadim. Bapak Irwan memberitahu kami bahwa bandara Hang Nadim mempunyai prosedur untuk menangani masalah terorisme dan tidak pernah mengalami serangan teroris semenjak tahun 1970. Untuk penumpang yang hamil, Bapak Irwan menerangkan bahwa mereka harus menjalani tes kesehatan penerbangan supaya mendapatkan izin untuk menaiki pesawat. Bandara Hang Nadim juga dilengkapi dengan mesin pendeteksi yang melakukan scan seluruh tubuh.
Penumpang
yang
terlihat
mencurigakan
atau
dianggap
menyembunyikan bahan peledak di balik pakaian mereka akan diarahkan untuk menjalani proses tersebut.
20
Bandara Hang Nadim juga mengalami penambahan ruang tunggu. Ruang-ruang baru ini masih belum siap untuk dioperasikan. 2) Ruang Kedatangan Setelah perhentian kami di ruang keberangkatan, Bapak Irwan membawa kelompok kami meninjau ruang kedatangan. Di sana, Bapak Irwan menjelaskan bagaimana penumpang dari daerah lain yang telah mendarat di Bandara Hang Nadim mengambil bagasi-bagasi di tempat yang disiapkan. Di sana, Bapak menjelaskan kepada kami operasi sabuk konveyor dan pelabelan bagasi untuk mencegah terjadinya pengambilan barang yang salah. Ia juga memperkenalkan kepada kami atraksi yang ada di Batam dan kegiatan yang populer untuk wisatawan seperti kegiatan air, hiking dan golf. Beliau juga menyebutkan bahwa orang Indonesia dari daerah lain yang mencari pekerjaan di Batam harus melalui dinas pekerjaan untuk memverifikasi dokumen yang diperlukan. Jika pencari kerja tidak dapat memenuhi persyaratan, mereka akan dideportasi atau dikembalikan ke daerah asal masing-masing. 3) Terminal Kargo Perhentian terakhir kami adalah area kargo atau juga diketahui sebagai gudang. Area kargo berfungsi sebagai tempat pengiriman dan kedatangan kargo dari daerah–daerah lain yang datang ke Batam.
Tempatnya berbahaya, karena para pekerja akan memeriksa semua kargo yang berisi bahan peledak cair. Kargo yang diperiksa pada saat keberangkatan diperiksa dengan lebih hati-hati terutama untuk setiap barang –barang berbahaya. Ketika kargo sudah diperiksa sepenuhnya, barang-barang akan diangkut ke dalam pesawat. Dalam sehari, 5 sampai 10 ton kargo akan diperiksa oleh para pekerja.
21
VII.
Hasil Wawancara
1) Berapa pekerja di Bandara Hang Nadim? Hampir empat ratus orang dari unit profesional dan administrasi. 2) Sudah berapa lama Bapak bekerja di sini? 27 tahun mulai di tanggal 16 september 1984. Ketika mulai bekerja di sini, bandara masih berupa tanah merah dan pesawatnya hanya satu. Bangunan juga masih berupa kayu. Jabatan Bapak sebagai Kepala Keselamatan Penerbangan. Mengatur semua pesawat di bandara Hang Nadim. 3)Apakah pekerja di bandara orang asli Batam? Tidak semuanya asli Batam. Ada yang dari Jakarta, Medan, Pekan Baru, Jawa dan juga ada yang asli Batam. Mayoritas pekerja di sini bukan penduduk Batam asli, tetapi mereka perantau. Mereka harus mencapai tingkat pendidikan tertentu, profesional dan mempunyai izin dan sertifikat yang diberikan Bapak Menteri Perhubungan. Itulah syarat-syarat untuk bekerja di suatu bidang-bidang tertentu yang ada di bandara Hang Nadim Batam. 4) Apakah bapak dari Batam atau perantau? Saya perantau dari Jakarta. Saya ditugaskan oleh Bapak Menteri Perhubungan Indonesia. Surat keputusannya dari kantor pusat Jakarta pada tahun 1984. 5) Jadi sebelumnya Bapak bekerja di sana (Jakarta)? Ya betul. Dan pendidikan Bapak sebagai pengawas lalu lintas penerbangan, lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Penerbangan dengan mendapatkan gelar Diploma 4 Khusus Manajemen Lalulintas Penerbangan. Sekarang, ilmu itu diterapkan di unit bidang kerja Bapak di bandara Hang Nadim 6) Berapa pergerakan pesawat dalam satu hari di bandara Hang Nadim? Di bandara Hang Nadim, ada sekitar 80 pergerakan pesawat per hari. Baik yang terbang maupun yang mendarat. Tapi setiap menjelang akhir tahun, ada penerbangan haji. Penerbangan haji itu hanya musiman. Mungkin nanti pada bulan Oktober kita melayani penerbangan haji yang akan berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekah atau Madina. Kalau ditambah, pergerakan pesawat bisa mencapai sekitar 105 penerbangan dalam satu hari.
22
7) Apakah Bapak senang bekerja di sini? Oh, Alhamdullilah! Bapak senang sekali mulai bekerja sebagai perintis bandara sampai sekarang sudah menjadi bandara international utama. Bapak amat bangga sekali dan punya anak tiga. Istri baru satu, belum dua. Jadi Bapak senang sekali, kalau Bapak tidak senang, mungkin saya sudah pulang kampung ke Jakarta. Jadi Bapak di sini sudah bertugas selama 27 tahun. Anak bapak yang paling besar sudah sarjana, yang kedua melanjutkan kuliah malam di Universitas Indonesia Batam Muhibah. Yang ketiga masih SMA. 8) Jadi keluarga Bapak tinggal di Batam? Ya. Otomatis keluarga Bapak tinggal di batam. Tidak mulai pisah nanti bapak minta kopi siapa nak buat? 9) Apakah Bapak pernah menghadapi kesulitan dalam pekerjaan? Selama ini, kesulitan Bapak memang tidak ada. Artinya kami sudah memiliki ilmu yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan baik, tapi kadang-kadang masih ada sedikit masalah operasional. Contohnya ‘miscoordination’. Umpama kalian datang dari Singapura, Bapak tidak laporkan pada unitunit terkait, Bapak akan menerima keluhan. Tapi sebelum kedatangan kalian, saya sudah didatangi Pak Datuk. Jadi kita sudah siapkan sebelumnya. Jadi kita tidak bermasalah. 10) Apakah kesejahteraan pekerja di perusahaan ini bagus? Alhamdullilah, bagus! Kalau tidak bagus Bapak tidak mempunyai anak tiga. Jadi pekerjaan Bapak dan teman-teman di sini baik. 11) Apakah rencana Bapak setelah selesai bertugas di Hang Nadim? Mungkin 4 tahun lagi terhitung dari usia Bapak sekarang. Batas usia pensiun untuk seorang ahli penerbangan adalah 56 tahun. Usia Bapak sekarang hampir 52 tahun. Persiapan dengan keluarga, Bapak mungkin akan kembali ke Jakarta dan beraktivitas lagi di Jakarta, tapi semua ini tergantung pada Tuhan. 12) Bagaimana Bapak menghabiskan waktu luang kalau ada? Biasanya, Bapak bekerja dari hari Senin sampai Jumat. Itu aktivitas rutin di bandara Hang Nadim. Saya tidak boleh meninggalkan pekerjaan kecuali ada perintah dari pimpinan atau kepala bandara Hang Nadim untuk bertugas di luar bandara. Saya mulai bekerja dari 7.30 pagi sampai jam 4.30 dan sesudahnya akan berkumpul untuk acara keluarga dan juga ada kegiatan-kegiatan tertentu seperti olah raga dan sebagainya. Akhir minggu khusus untuk acara keluarga.
23
B. Makan Siang di Saung Sunda Sawargi Setelah mengunjungi bandara Hang Nadim, kami beristirahat dan makan siang di Saung Sunda Sawargi. Restoran ini merupakan restoran bercorak Sunda. Restoran ini dihias mengikuti corak Sunda dan juga menghidangkan hidangan Sunda. Suasana di sekitar restoran tersebut amat indah dan semua makanannya enak. Suku Sunda berasal dari bagian barat Pulau Jawa. Hidangan Sunda merupakan salah satu hidangan yang paling populer di Indonesia. Setelah selesai makan, kami meneruskan perjalanan kami ke pabrik kue lapis.
24
Sesudah makan siang, kami menaiki bus ke pabrik kue lapis legit. Perjalanan ke sana memerlukan waktu kira-kira sepuluh menit. Setelah kenyang menikmati makan siang yang enak, kami merasa mengantuk. Cuaca hujan ketika itu juga menyebabkan suasasa menjadi kondusif untuk tidur. Ketika bus kami mendekati pabrik itu, pemandu wisata dan beberapa pekerja pabrik dengan segera membawa payung untuk melindungi kami supaya tidak terkena air hujan.
Di pabrik kue lapis legit Kue lapis yang enak!
Sementara itu, bos pabrik itu segera menyajikan kue lapis legit yang diproduksinya. Ini adalah kali pertama kami mengetahui bahwa terdapat banyak rasa kue lapis legit, seperti keju dan durian! Menarik dan enak lho! Kami tertarik pada kue lapis legit yang enak dan hampir terlupa untuk menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepada kami.
Yang mengherankan ialah pabrik kue lapis legit ini ternyata lebih kecil daripada apa yang kami bayangkan sebelum datang ke Batam. Kata “pabrik” itu memberikan gambaran kepada kami bahwa pabrik itu besar dan mempunyai berpuluh-puluh pekerja. Sebenarnya hanya ada 16 pekerja di pabrik itu dan ukurannya hanya kira- kira seperempat lapangan sepak bola.
Peralatan untuk membuat kue lapis 25
Setelah memesan kue lapis yang ingin kami beli, kami masuk ke bagian produksi kue lapis yang enak itu. Semua peralatan yang diperlukan untuk membuat kue lapis dapat dilihat di bagian ini. Setiap pekerja mempunyai tanggungjawab masing-masing. Ada yang menyediakan bahan-bahan, ada yang mengaduk tepung dan ada yang memanggang kue lapis.
Mewawancarai bos pabrik
Kelompok kami berhasil mewawancarai bos pabrik, namanya Ibu Lilun. Beliau berasal dari Batam dan rumahnya kurang lebih 20 menit dari pabrik itu. Walaupun beliau adalah bos pabrik itu, tetapi beliau tidak sombong. Malahan, beliau menjawab pertanyaan kami dengan sabar. Sebagai bos, beliau juga harus bekerja di pabriknya dari jam tujuh sampai jam lima setiap hari. Menurut beliau, pabrik ini hanya dibuka beberapa bulan yang lalu. Sebelum ini, usaha kue lapis ini dikerjakan di rumah. Inisiatif Ibu Lilun untuk memulai usaha ini sebenarnya karena beliau ingin mencari pendapatan dan beliau suka memasak. Sekarang dia memperkerjakan 16 orang dan tidak semuanya berasal dari Batam. Pekerja di sana mendapat gaji bulanan kirakira Rp. 1.200.000. Pabrik itu bisa memproduksi kurang lebih 100 kue lapis yang dijual setiap hari dan jumlah produksi yang bisa dihasilkan ialah 300 loyang sehari. Walaupun banyak kue lapis yang dihasilkan, kue lapis itu tidak diekspor ke negara lain. Ibu Lilun juga belum ada rencana untuk menjualnya ke negara lain. Beliau masih belum berencana untuk mengembangkan usahanya.
Bos pabrik – Ibu Lilun
Proses pembuatan kue lapis Setelah mewawancarai bos pabrik itu, kami jalan-jalan berkeliling dan memerhatikan proses pembuatan kue lapis. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kue lapis legit biasa saja, yaitu telur, tepung, mentega, gula, susu dan rasa yang berbeda. Langkah pertama ialah menyiapkan bahan-bahan tersebut. 650g telur kuning dan 500g gula dicampur dan diaduk selama 20 menit. Lalu masukkan 980g mentega dan 100g susu tepung dan juga tepung dengan perasa yang berbeda dicampurkan dan diaduk bersama selama 20 menit. Adonan ini cukup untuk dua resep kue lapis.
26
Langkah selanjutnya yang paling penting dalam proses pembuatan kue lapis legit ini. Adonan itu dituang lapis demi lapis ke dalam loyang dan dipanggang di dalam oven dengan suhu 200 derajat Celsius. Setiap lapisan dipanggang selama 5 menit sebelum lapisan berikutnya ditambahkan. Dalam satu Loyang kue lapis terdapat 11 atau 12 lapisan tergantung pada ketebalannya. Semua proses ini bisa disiapkan dalam jangka waktu 2 jam lebih. Semua pekerja di sana sangat mahir. Mereka bekerja dengan cepat. Terutama pekerja yang memanggang kue lapis, mereka bisa memanggang 4 loyang sekaligus. Pada saat yang sama mereka harus memastikan apinya sesuai, kue tidak dipanggang terlalu lama, lapisan yang dituang tidak terlalu tebal, dan sebagainya. Malahan mereka masih bisa berbicara dengan kami. Menurut Ibu Lilun, biaya pembuatan seloyang kue lapis kira-kira SGD13. Harga jualnya adalah SGD25 untuk yang biasa dan harga termahal adalah SGD32 untuk rasa durian. Namun menurut Ibu Lilun, kue yang kurang baik dan tidak berkualitas seperti terlalu tebal dan kasar tidak akan dijual.
Wawancarai pekerja-pekerja di pabrik
Setelah memahami proses pembuatan kue lapis, kami mewawancarai pekerja-pekerja di sana. Salah satu pekerja di pabrik sangat sopan ketika berbicara dengan kami. Kami senang berbicara dengan dia sebab dia sengaja berbicara perlahan-lahan karena dia tahu bahwa kami tidak bisa memahami bahasa Indonesia dengan baik. Dia berasal dari Sumatra. Sebelum dia bekerja di pabrik ini, dia bekerja di sebuah pabrik jaket di Jakarta. Dia memilih bekerja di pabrik ini karena dia ingin mencari pengalaman. Menurut dia, pabrik ini baru dibuka pada Desember yang lalu. Para pekerja di sini berasal dari tempat yang berbeda, misalnya Sumatra, Jawa dan Lampung. Apalagi menurut dia, dia diberikan hari libur setiap minggu. Dia harus bekerja tujuh jam sehari. Ketika kami bertanya tentang gaji dia, dia kelihatan senang dan mengatakan bahwa itu sudah cukup. Tampaknya dia menikmati pekerjaannya di sini.
27
Kami juga mewawancarai satu-satunya pekerja laki-laki di pabrik ini, namanya Dimanto. Dia baru berumur 17 tahun dan berasal dari Batam. Dia sudah mempunyai pengalaman hampir 1 tahun. Sebelum ini, dia mempunyai pengalaman membuat kue bolu. Ketika ditanya apa tujuan dia bekerja di sana, dia berkata bahwa dia ingin mendapatkan pengalaman dan bisa membuka pabriknya sendiri setelah mempunyai pengalaman yang cukup. Dia berencana untuk bekerja selama satu tahun lagi. Dia senang bekerja di sana karena dia suka membuat kue. Dia juga berpikir bahwa gaji di pabrik itu sebenarnya cukup lumayan. Ketika ditanya tentang perasaannya sebagai satu-satunya laki-laki di sana, dia hanya tersenyum.
Kemudian, kami meninggalkan pabrik itu untuk pergi ke tempat tujuan selanjutnya.
Pendapat kami tentang perjalanan ini
Andy: Secara keseluruhan kami mendapat banyak pengetahuan dan informasi dari kunjungan ini seperti pembuatan kue lapis dan kondisi pekerja di pabrik ini. Kunjungan ini cukup menarik karena kebiasaan di sana berbeda dengan Singapura. Kami juga bisa mempraktekkan bahasa Indonesia yang kami pelajari dalam kuliah ketika di Batam. Tetapi cara mereka berbahasa Indonesia sedikit berbeda dari apa yang kami pelajari. Kami bersyukur karena bisa lebih memahami kebudayaan Indonesia secara lebih mendalam dari kunjungan ke Batam ini. Eileen: Saya menikmati perjalanan ini ke Batam karena saya tidak hanya belajar tentang budaya di sana, tetapi saya juga senang memakan makanan yang enak di sana! Walaupun ini bukan kali pertama saya pergi ke Batam, tetapi saya masih gementar semasa berbicara dengan penduduk di sana karena saya tidak bisa memahami Bahasa Indonesia dengan lancar. Untung orang-orang diwawancarai kami akan berbicara dengan sabar. Mudah-mudahan saya akan ada kesempatan untuk pergi ke Batam lagi.
Disiapkan oleh kelompok C: Eileen Lee U091530E Andy Sim U094011R 28
Laporan Karyawisata ke Batam
Pada
tanggal
21
September
2011,
kelas
bahasa
Indonesia
sudah
mengadakan karya wisata sehari ke pulau Batam, Indonesia. Kelas bahasa Indonesia dari tingkat 3 hingga tingkat 5 sudah berpartisipasi dalam karya wisata ini. Kelas bahasa Indonesia kami yaitu kelas tingkat 4 juga mengambil bagian dalam karya wisata ini. Kelas kami dibagi menjadi 4 kelompok dan kami masing-masing bertanggung jawab atas dua tempat yang kami kunjungi dalam karya wisata ini. Kelompok kami yaitu kelompok keempat bertanggung jawab untuk melaporkan kunjungan ke pabrik kue lapis hingga pulang ke Singapura.
Sesudah makan siang, pemandu wisata kami yaitu Pak Johnny mengatakan bahwa kami akan menuju ke pabrik kue lapis legit buatan rumahan. Dalam perjalanan ke pabrik kue lapis, kami merasa gembira akan mengunjungi pabrik tersebut. Ketika kami sampai di pabrik itu, kami terkejut melihat pabrik yang kecil seperti ini karena berbeda dengan pabrik yang kami bayangkan. Sesudah turun dari bus, pemandu wisata memperkenalkan jenis kue lapis yang dijual di pabrik tersebut. Jenis kue lapis termasuk asli, prune, cappuccino dan lain-lain. Ketika itu,kami berpeluang untuk mencoba sampel kue lapis buatan pabrik itu supaya kami bisa mengetahui macam-macam rasa kue lapis.
29
Karena ruangan produksi terlalu kecil untuk semua mahasiswa mewawancarai kepala pabrik itu, maka mahasiswa terpaksa bergilir mewawancarai kepala pabrik tersebut dan juga melihat sekitar bangunan pabrik tersebut. Sesudah menunggu beberapa menit, kelompok kami dapat masuk ke dalam ruang tersebut untuk mewanwacarai kepala pabrik tersebut yaitu Lilun. Ibu Lilun seorang peramah dan menyambut kedatangan kami dan bersedia diwawancarai oleh kami tentang pabriknya
Menurut Ibu Lilun, pabrik tersebut didirikan sejak Desember 2010. Sebelumnya , ibu Lilun memulai usaha kecil-kecilan di rumahnya sendiri. Ibu Lilun mengatakan bahwa teman dia yang mengajak dia untuk memulai pabrik kue lapis. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencoba bisnis ini. Lokasi pabrik itu cukup dekat dari rumah Ibu Lilun. Dia mengatakan jarak rumah dengan pabriknya hanya 20 menit jalan kaki. Dia lebih senang jalan kaki setiap hari karena bisa melalui jalan kecil yang tidak digunakan oleh mobil dan menghindari kemacetan lalu lintas.
Ibu Lilun mengatakan bahwa minatnya adalah memasak dan membuat kue. Jadi, minatnya yang memotivasi dia mulai bisnis kue lapis. Oleh karena itu, dia senang bekerja di pabriknya. Jam kerja di pabrik itu cukup lama yaitu dari 7.30am hingga 5pm. Tugas-tugas Ibu Lilun termasuk penjualan, melayani pelanggan dan memantau proses keseluruhan di pabriknya supaya tidak ada masalah dalam proses menyiapkan kue lapis. Ibu Lilun memberitahu kami bahwa terdapat 16 orang pekerja di pabriknya dan masing-masing mendapat satu hari libur setiap minggu. Pekerja-pekerjanya menerima upah bulanan sebanyak Rp1.200.000 dan dijamin dengan kontrak tahunan. Selain itu, karena sehari-hari 30
semua pekerja hanya terlibat dalam proses pembuatan kue, maka syarat pertama untuk bekerja di pabrik tersebut adalah perempuan. Menurut Ibu Lilun, bahan-bahan yang digunakan unutk membuat satu loyang kue lapis adalah telur, tepung dan gula. Kira-kira 20-25 telur diperlukan unutk satu loyang kue lapis. Jumlahnya tergantung pada berat telur. Biaya pembuatan untuk satu loyang kue lapis adalah sekitar $13. Rahasia yang menyebabkan kue lapisnya enak adalah cara dalam proses menyiapkan bahan seperti mengocok telur untuk menghasilkan adonan dan lamanya memanggang. Ibu Lilun juga memberitahu kami bahwa suhu oven ketika memanggang perlu ditentukan pada 200˚C. Dalam proses wawancara, kami mendapati Ibu Lilun adalah seorang yang rendah hati karena dia mengatakan kue lapisnya tidak jauh berbeda dengan kue lapis lain karena selera semua orang berbeda. Ada 12 lapis di setiap Loyang, maka memerlukan waktu 2 jam untuk memanggang, jumlah maksimal kue lapis yang bisa dihasilkan setiap hari adalah 300 buah. Selain itu, hanya 4 loyang bias dipanggang setiap kali dalam oven yang dibeli dari Medan karena hanya api atas digunakan. Jadi mereka tidak mampu menghasilkan sebanyak yang mereka inginkan. Namun, Ibu Lilun mengatakan dia dapat menjual rata-rata 100-110 buah kue lapis setiap hari. Walaupun banyak kue lapis dihasilkan setiap hari, Ibu Lilun sangat mementingkan kualitas kue lapisnya. Menurut Ibu, tahap yang paling penting adalah proses memanggang dan mengocok kuning telur. Karena sudah sangat berpengalaman dalam bidang ini, dia mampu mengetahui kualitas kue lapis hanya dengan melihat tesktur adonannya. Jika kue lapis yang dihasilkan kurang bagus, dia tidak akan menjualnya kepada pelanggan,
Tidak terkecuali, mereka juga pernah menghadapi kesulitan ketika bekerja. Di antaranya ketika mereka mendapat pesanan yang berlebihan sehingga emmbuat mereka kalang kabut. Selain itu, kadang-kala pekerja akan menghasilkan kue lapis yang berlapis terlalu tebal. Ini akan mempengaruhi kualitas kue lapis dan kue lapis tersebut terpaksa 31
disingkirkan karena tidak bisa dijual. Wawancara kami dengan Ibu Lilun cukup menyenangkan. Kemudian, kami sempat melihat-lihat sekitar pabrik tersebut dan kami mendapati bahwa pabrik tersebut bersih dan rapi sekali.
Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan untuk membuat kue lapis tersusun dengan teratur dan
rapi.
Pabrik
tersebut
dibagikan
menjadi
beberapa bagian seperti bagian telur yaitu mengocok kuning telur, bagian menyiapkan adonan yaitu mencampur tepung dengan kuning telur dan juga bagian memanggang yaitu memanggang adonan yang dihasilkan itu menjadi kue lapis.
Sebelum kami meninggalkan pabrik, pemandu wisata memesankan beberapa kue lapis yang kami mau beli supaya kami bisa membawanya pulang ke Singapura. Harga kue lapis rasa asli adalah $25 sedangkan kue lapis dengan rasa lain adalah $29. Servis di pabrik tersebut cukup bagus. Kami bisa minta seloyang dibagi menjadi dua dan dimasukkan dalam dua paket yang berbeda, sehingga kami dapat berbagi dengan teman teman kami. Setelah itu, kami meninggalkan pabrik tersebut dan menuju ke tempat tujuan kami selanjutnya yaitu pusat perbelanjaan terbesar di Batam yang bernama Nagoya Hill Mall. Ketika masih berada di bus, Pak Johnny memberikan pilihan apakah ada mahasiswa yang mau pijat atau hanya berbelanja di mall. Terdapat beberapa mahasiswa yang memilih untuk pijat tetapi ada yang lebih senang berbelanja. Untuk yang ingin pijat, mereka diturunkan di panti pijat yang bernama “Sawadika” selama satu jam tiga puluh menit sementara untuk yang ingin berbelanja di mall, kami bisa menikmati waktu kami di mall tersebut selama dua jam tiga puluh menit. Servis pijat sebesar $20 dan kami bisa memilih 32
tambahan scrub atau aroma dengan ekstra $10.
Toko Pijat “Sawadika”
Nagoya Hill Mall
Pada pukul enam tepat waktu Singapura, kami berkumpul di depan mall tersebut dan kami mendapati sebagian besar mahasiswa telah membeli kue donat dari toko J-CO karena murah sekali jika dibandingkan dengan Singapura. Lalu kami menuju ke pelabuhan Batam untuk pulang ke Singapura. Dalam perjalanan, pemandu wisata membagikan kue lapis dan kamus bahasa Indonesia yang sudah dipesan oleh mahasiswa. Keitka tiba di pelabuhan agen membantu kami untuk mendapatkan tiket feri.
Dalam perjalanan pulang ke Singapura, semua mahasiswa sudah capai dan tidur di dalam feri sampai di pelabuhan
Harbourfront
Singapura.
Kami sampai di Singapura sekitar pukul delapan lebih dua puluh malam.
Setelah melalui pusat imigrasi Singapura, kami berpisah dan kembali ke rumah kami masing-masing.
Laporan disediakan oleh: See Lee Ting (U091870J) & Sia Hui Wen (U091807R)
33
"Kumpul Kebo"
Pada masa kini, telah muncul sebuah tren atau kecenderungan sosial baru dimana lebih banyak pasangan memutuskan untuk tinggal bersama di dalam satu rumah tanpa menikah. Fenomena ini, yang lebih sering dikenal sebagai "kumpul kebo" , marak ditemui di negara-negara maju atau di masyarakat yang berpemikiran lebih terbuka. Dalam tiga puluh tahun terakhir, jumlah pernikahan yang tercatat di negara maju semakin menurun, sementara jumlah pasangan yang memiliki status "kumpul kebo" terus bertambah. Di negara Inggris pada tahun 2005, jumlah orang yang menikah turun ke posisi yang terendah sejak 1895. Sebaliknya sekitar 28 persen dari pasangan yang belum menikah, telah memutuskan untuk tinggal bersama. Hal yang sama juga dapat ditemui di Singapura, seperti yang telah ditulis oleh Wilson Wong dalam kolom "Voices". Menurut pendapat saya, ada beberapa alasan mengapa kumpul kebo terus menjadi semakin populer, terutama dalam kalangan muda. Alasan yang pertama adalah kebebasan. Dari sisi hukum , kumpul kebo tidak memiliki ikatan apa-apa, tidak seperti pernikahan yang mengikat seumur hidup. Walaupun pasangan dapat bercerai, tetapi tetap masih ada ikatan hukum di antara dua orang tersebut, seperti tunjangan anak-anak atau tunjangan suami/istri. Sebaliknya, dengan kumpul kebo , salah satu pihak dapat menghentikan hubungan tersebut kapan saja, tanpa terkena dampak jangka panjang. Hal ini juga ditekankan dalam surat yang ditulis Wilson Wong. Dia berpendapat bahwa pernikahan hanya mengikat kebebasan seorang suami dan membuat mereka tidak bahagia dalam pernikahan mereka. Selain itu, banyak pasangan yang tinggal bersama sebelum menikah dengan alasan untuk mencoba dulu bagaimana rasanya menikah. Ada banyak persepsi di publik dimana dengan mencoba untuk tinggal bersama terlebih dahulu, pasangan akan lebih mengerti satu sama lain, dan akan hidup lebih harmonis ketika mereka memutuskan untuk menikah. Walaupun demikian, menurut pendapat saya, saya tidak begitu setuju dengan kumpul kebo. Pernikahan itu lebih dari suatu formalitas, itu juga menyatakan komitmen di antara kedua pasangan tersebut. Tanpa komitmen tertulis ini, pasangan akan lebih mudah untuk berselingkuh atau memiliki pasangan lain. Survey mengenai hubungan seksual yang diadakan di negara Inggris menyatakan bahwa 90 persen dari kaum pria dan wanita yang menikah hanya memiliki satu pasangan dalam 5 tahun terakhir. Sementara itu hanya 60 persen dari kaum wanita yang kumpul kebo memiliki satu pasangan saja. Untuk kaum pria yang kumpul kebo, hanya 43 persen saja yang memiki satu pasangan. Dari hasil survey ini, jelas terlihat bahwa pasangan yang kumpul kebo akan lebih sering berselingkuh, dan ini akan berdampak negatif pada hubungan mereka di masa depan. Selain itu, tidak benar pendapat publik bahwa kumpul kebo sebelum menikah akan membuat pernikahan itu lebih langgeng dan harmonis. Hasil survey dari General Household Survey di negara Inggris menyatakan bahwa pasangan yang tinggal bersama sebelum menikah, pada umumnya, memiliki kemungkinan bercerai dua kali lipat dari pasangan yang menikah terlebih dahulu. Hal ini mungkin dikarenakan oleh kurangnya komitmen di antara pasangan pada masa mereka kumpul kebo, dan hal ini dilanjutkan pada waktu mereka telah menikah. Akibatnya banyak pasangan yang menemukan bahwa mereka tidak bisa meneruskan pernikahan mereka. Hal ini tentu saja berefek negatif, terutama kepada anak-anak mereka. 34
Pada kesimpulannya, menurut saya kumpul kebo itu menunjukkan gaya hidup masyarakat masa kini, yang menginginkan hal-hal yang instan. Mereka ingin segera memiliki hubungan seperti pernikahan tapi tanpa ikatan dan komitmen yang dibutuhkan dalam pernikahan. Akan tetapi, menurut saya, justru ikatan dan komitmen inilah yang berpengaruh sangat besar untuk menjamin kelanggengan hubungan mereka di masa depan. Dengan ikatan dan komitmen pada masa awal hubungan, pasangan dapat menikmati hubungan yang lebih berkualitas dan berbahagia pada masa depannya. Seperti kata peribahasa Indonesia : "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."
Sumber:http://www.dailymail.co.uk/news/article-1029725/Married-couples-minority-number-single-divorced-people-soars.html
Ho Winston Haryoho U077140A
35
Pekerjaan Rumah : Kumpul Kebo Lim Jia Jia (A0075086Y) Dalam “Today” tanggal 23 Augustus dalam kolom “Voices” ada sebuah surat yang ditulis oleh Wilson Wong mengenai hidup bersama tanpa menikah dalam bahasa Indonesianya disebut “Kumpul Kebo”. Judul suratnya: “Time to Replace Marriage with a Cohabitation Contract?” Persoalan: Bagaimana pendapat Anda mengenai hal ini? Apakah Anda setuju atau tidak setuju? Mengapa?
Pernikahan adalah ikatan antara seorang pria dan seorang wanita yang diakui oleh hukum. Perjanjian kohabitasi / kumpul kebo (“cohabitation contract”) adalah satu bentuk kesepakatan yang dicapai antara pasangan yang telah memilih untuk hidup bersama. Saya tidak setuju bahwa sudah waktunya pernikahan diganti dengan kumpul kebo. Dari perspektif saya, pernikahan tidak pernah harus diganti dengan kumpul kebo. Dalam esai ini, saya akan menguraikan pendapat saya tentang bagaimana pernikahan itu lebih baik daripada perjanjian kumpul kebo. Pernikahan adalah untuk kedua belah pihak: pria dan wanita. Argumen yang disampaikan dalam surat kepada ‘Today’ menyatakan bahwa konsep pernikahan itu ditujukan untuk melindungi wanita dan tidak memberi manfaat kepada pria. Walaupun kita biasanya fokus pada ketidaksetiaan pria, wanita juga bisa mempunyai hubungan luar nikah maka pernikahan memberi manfaat kepada pria juga. Pernikahan juga membantu pria, dalam arti wanita juga harus mempertimbangkan banyak faktor sebelum menyimpang dari pernikahan. Pernikahan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perselingkuhan. Juga tersirat dalam surat itu bahwa alasan utama dalam pernikahan adalah agar pria dapat menyediakan keperluan wanita dan sekarang tidak perlu lagi bagi seorang pria untuk menyediakan keperluan bagi seorang wanita karena peningkatan kemakmuran perempuan sekarang. Pernikahan bukan saja dibina untuk tujuan keamanan finansial, tetapi juga dibangun atas dasar cinta dua individu. Dalam pernikahan, kedua belah pihak bertanggung jawab untuk tidak hanya memberikan dukungan keuangan, tetapi juga dukungan emosional. Pernikahan sejati memberikan rasa keamanan bahwa Anda tidak menikah hanya demi uang tetapi juga demi semua bagian yang baik dan buruk dari pernikahan tersebut. Dari sudut pandang hukum, tidak jelas apakah kesepakatan hidup bersama secara hukum ditegakkan tetapi hukum tersebut bermanfaat untuk mengingatkan pasangan itu tentang niat asli mereka. Sebuah pernikahan hanya bisa berakhir di pengadilan atau di Registrasi Kelahiran, Kematian dan Pernikahan (“Registry of Births, Deaths and Marriages”). Pasangan kumpul kebo membuat keputusan mereka sendiri mengenai pengakhiran perjanjian mereka. kumpul kebo masih merupakan sebuah kontrak dan pada umumnya, orang-orang tidak suka menyamakan hubungan dengan bisnis. Pernikahan juga adalah sesuatu yang sebagian besar mempunyai sanksi agama dan hukum, sementara kumpul kebo biasanya hanya sanksi oleh hukum (jika ada kontrak kohabitasi yang telah disahkan oleh undang-undang). Dalam pernikahan, keluarga cenderung lebih bersatu dalam keadaan pasang surut. Kumpul kebo lebih mudah, mereka karena memiliki tanggal kadaluwarsa, dan relatif mudah untuk ditinggalkan. 36
Satu lagi persoalan adalah di mana posisi anak-anak dalam situasi kumpul kebo? Dengan asumsi bahwa tidak ada stigma yang melekat pada orang tua yang belum menikah, kumpul kebo masih dianggap rendah dan dapat berakibat buruk bagi moral anak-anak. Hal ini karena membuat anak-anak tampak seperti properti dari sebuah kontrak bisnis. Ini mungkin memiliki efek emosional yang berbeda pada anak-anak. Selain itu, tanpa pernikahan, bapak tidak akan ada tanggung jawab langsung terhadap kesejahteraan anak-anak. Justru itu, hubungan keluarga yang diakui oleh hukum keluarga hanya adalah hubungan ibu-anak. Hal ini dapat terjadi kecuali jika sang suami mengakui anak dan berlaku untuk pengadilan untuk tanggung jawab. Di samping semua yang disebut di atas, seseorang akan memiliki lebih manfaat dari sebuah pernikahan daripada dari kontrak hidup bersama, misalnya, manfaat dukungan pasangan hidup dan manfaat perumahan HDB. Dari pengalaman saya sendiri dan apa yang telah saya perhatikan selama ini, saya amat mendukung ide pernikahan daripada kumpul kebo. Sejak kecil, sebuah gambaran keluarga yang kokoh ditanamkan dalam hati dan pikiran saya. Dalam penikahan yang tulen, anak-anak lebih besar kemungkinannya akan menerima jagaan yang mencukupi dan tumbuh dalam lingkungan yang dipenuhi sayang. Kerana ini, anak- anak akan dapat tumbuh dengan lebih baik dari segi lahir dan batin. Jika tidak ada pernikahan, lebih besar kemungkinannya bahwa anak-anak dan bapak ibu tidak akan bahgia. Kesimpulannya, saya merasa bahwa oleh karena pernikahan lebih baik daripada kumpul kebo dalam berbagai aspek, pernikahan tidak patut diganti dengan kumpul kebo. Pendapat saya didasari pada tujuan pernikahan bukan hanya demi dukungan finansial keluarga, tetapi juga demi sekuriti emosional bagi kedua pria dan wanita, dan lingkungan yang stabil untuk anakanak. Akan tetapi, semua ini masih tergantung kepada pilihan pribadi seseorang dan pandangan pasangan mereka. Pandangan pasangan mereka penting karena walaupun masingmasing pasangan memiliki pilihan dan cara berpikir yang berbeda, suami istri dapat saling berkorban demi pernikahan dan keluarga yang sejati.
37
BI 4 PR 1 – Eileen Lee (U091530E)
Setelah membaca artikle berjudul “Time to replace marriage with a cohabitation contract?” saya tidak setuju dengan pendapat Wilson Wong. Bahkan saya merasa heran tentang ide Wilson Wong bahwa mungkin lebih baik kalau orang-orang di Singapura memilih hidup bersama tanpa menikah. Karena saya masih punya pikiran yang tradisional bahwa kalau seorang pasangan mau hidup bersama dalam rumah yang sama, mereka akan harus menikah dulu. Jadi saya selalu tidak bisa setuju dengan orang-orang yang memilih kumpul kebo daripada pernikahan. Menurut saya, kalau seorang pasangan benar-benar saling mencintai, mereka seharusnya menikah. Saya selalu percaya bahwa janji pernikahan harus dipegang pasangan sampai mereka mati. Saya tidak setuju dengan ide kontrak kumpul kebo karena hubungannya akan kelihatan seperti bisnis. Menurut saya, hubungan antara seorang pasangan tidak seharusnya ada kondisi atau aturan. Karena itu, kalau dibandingkan dengan pernikahan, kontrak kumpul kebo akan kelihatan seperti kontrak bisnis daripada berjanji saling mencintai. Apalagi, mungkin orang tuanya tidak akan setuju dan mungkin juga merasa heran tentang keputusan anak mereka untuk kumpul kebo. Situasi seperti itu bisa terjadi terutama jika orang tuanya masih ada pikiran yang tradisional seperti saya. Lagipula, mungkin orang tuanya takut bahwa kerabat atau teman-teman mereka akan gosip tentang anak mereka, terutama jika temannya dan kerabatnya juga punya cara berpikir yang tradisional dan tidak bisa menerima kumpul kebo. Menurut saya, kalau semakin banyak orang-orang di Singapura memutuskan untuk kumpul kebo daripada menikah, masyarakat Singapura akan ada konsekuensi negatif di masa depan. Mungkin semakin banyak orang-orang akan berpikir bahwa kontrak kumpul kebo lebih mudah untuk diputuskan daripada pernikahan. Barangkali orang-orang akan cepat-cepat memilih kumpul kebo tanpa berpikir tentang konsekuensi kumpul kebo. Karena itu, nilai sosial akan berubah dan menjadi buruk sebab nilai pernikahan akan hilang. Meskipun pikiran masyarakat di Singapura sedang pelan-pelan berubah, dan semakin banyak orang-orang di Singapura punya ide yang bebas tentang pernikahan, saya masih percaya bahwa pernikahan paling penting jika pasangan benar-benar saling mencintai. Semoga di masa depan, saya tidak akan melihat semakin banyak orang-orang di Singapura yang memilih kumpul kebo menggantikan pernikahan.
38
Tan Pei Zhi U098566X PR1: Kumpul Kebo Sekarang di negara-negara barat, lebih sedikit pasangan menikah. Sedangkan, lebih banyak pasangan hidup bersama tanpa menikah, dan memilih kumpul kebo daripada penikahan. Kumpul kebo dulunya langka namun sekarang sudah menjadi umum untuk banyak negara barat. Banyak hasil penelitian mengenai kumpul kebo bisa ditemukan lewat internet. Salah satu hasilnya menunjukkan penikahan sesudah kumpul kebo meningkat 40% dalam 30 tahun. Bukan hanya begitu, hasilnya juga menunjukkan kira kira separuh para wanita yang berusia 35 sampai 39 tahun pernah hidup bersama dengan pasangannya tanpa menikah untuk paling tidak satu kali. Banyak pasangan ingin menggantikan pernikahan dengan kumpul kebo. Oleh karena itu, pernikahan bisa diibaratkan seperti membeli mobil, soalnya pasangan-pasangan ingin "test drive" sebelum mereka menandatangani surat perjanjian. Ada beberapa alasan untuk pikiran ini. Beberapa dari mereka merasa waktunya belum tepat untuk pernikahan, sementara yang lain berpikir hidup bersama sebelum perkawinan adalah jaminan terbaik untuk mencegah perceraian. Mereka percaya dengan pengalaman hidup bersama, mereka akan lebih saling mengerti, dan ini berarti mereka bisa mengambil keputusan yang lebih tepat. Bertentangan dengan kepercayaan tersebut, kumpul kebo akan merusakkan lebih banyak hubungan dari pada memperkuatnya. Banyak hasil penelitian bisa membuktikan kepercayaan tersebut kurang betul. Misalnya, tingkat perceraian di antara pasangan yang hidup bersama sebelum perkawinan hampir 80% lebih tinggi kalau dibandingkan dengan pasangan yang tidak hidup bersama. Umumnya, pasangan yang hidup bersama sering kurang berkomitmen untuk hubungan dalam jangka panjang. Dan karena
39
pernikahan merupakan perwujudan dari komitmen, pasangan yang menikah tanpa kumpul kebo biasanya lebih bersedia untuk mengatasi konflik mereka sebelum memustuskan hubungannya. Jadi, sangatlah tidak benar kalau pasangan-pasangan berpikir kumpul kebo bisa memperkuat hubungan di antara mereka. Intinya, kumpul kebo hanya akan merusak hubungan di antara pasangan-pasangan. Dengan kesadaran ini, pendapat saya pribadi adalah kumpul kebo seharusnya tidak diperbolehkan. Pokoknya, untuk menjalani hubungan dengan baik, kita harus berkomitmen, dan ini akan menjadi jaminan terbaik yang bisa mencegah perceraian. Menurut saya, kita harus bersedia untuk mengatasi semua perbedaan yang mungkin akan muncul, dan bukan menolak menghadapi masalah dengan memustuskan hubungan mereka ketika kita bertemu masalah.
http://www.thetrumpet.com/?q=1644.677.0.0
http://www.crosswalk.com/family/marriage/engagement-newlyweds/cohabitation-trial-marriage-or-lack-of-commitment-516028.html
http://www.usatoday.com/life/lifestyle/2005-07-17-cohabitation_x.htm
40
PR1 – Low Kae Shin (U093215N)
Pada zaman sekarang ini, semakin banyak pasangan memilih untuk hidup bersama sebelum menikah. Ada yang akan menikah setelah beberapa waktu, ada yang akan berakhir dengan perpisahan. Ada juga yang memilih untuk terus hidup bersama atau disebut kumpul kebo. Pada pendapat saya, menikah membawa banyak kebaikan kepada pria dan juga wanita jadi saya tidak setuju dengan ide kumpul kebo. Menurut penelitian, pria yang telah menikah memperolah pendapatan yang lebih tinggi dari pada pria yang bujang. Ini mungkin disebabkan pria yang telah menikah merasa lebih besar tanggungjawabnya terhadap keluarganya jadi mereka akan bekerja keras demi membiayai keluarganya. Seterusnya, pasangan yang menikah lazimnya dapat mempertahankan hubungan mereka lebih lama berbanding pasangan kumpul kebo. Ini karena pasangan yang menikah mempunyai komitmen yang lebih tinggi dalam menjalin dan mempertahankan hubungan mereka. Selain itu, menikah boleh menyenangkan hati orang tua. Pada umumnya, orang tua mempunyai konsep bahwa anak-anak harus menikah dan mempunyai rumah tangga sendiri. Jika anak-anak memutuskan tidak menikah, orang tua akan merasa amat kecewa dan terluka hatinya. Sebagai anak, kita tidak harus melukai hati orang tua kita. Menurut penelitian, anak yang dilahirkan oleh pasangan kumpul kebo berkemungkinan besar tumbuh dalam keadaan yang kurang nyaman dan merasa kurang bahagia atau gembira dalam kehidupan mereka. Keadaan hidup yang kurang nyaman termasuk kekurangan kasih saying dari orang tua dan juga menerima tekanan dari kawan-kawan sekitar karena stuktur keluarga yang berbeda dengan yang lain. Ini akan meninggalkan kesan negative kepada generasi muda. Lama-kelamaan, fenomena ini berpotensi menjadi suatu masalah masyarakat yang baru. Tambahan pula, menikah boleh menenangkan hati para pria dan wanita. Pasangan yang telah menikah akan merasa hubungan mereka terjamin dan mempunyai keyakinan lebih tinggi terhadap satu sama lain. Jadi, pasangan tidak perlu merasa risau atau resah setiap hari. Kesimpulannya, menikah membawa banyak faedah bukan sahaja kepada kita sendiri malah juga orang tua dan masyarakat.Jadi, sekali lagi saya ingin menegaskan pendapat saya bahwa kita harus memilih untuk menikah dari pada kumpul kebo.
41
Nama: SEE LEE TING
Nomor Matric: U091870J “Dukunglah Proyek Yellow Ribbon”
Proyek Yellow Ribbon dilaksanakan oleh pemerintah Singapura untuk memberi peluang kepada mantan narapidana untuk kembali ke dalam masyarakat. Namun, proyek ini telah mendapat tanggapan yang berbeda dari lapisan masyarakat. Ada yang menentang proyek ini sementara ada juga yang memberi dukungan terhadap proyek ini. Untuk mereka yang menentang proyek ini, mereka berpikir bahwa golongan tersebut tidak perlu diberikan peluang lain karena mereka akan melakukan tindak kejahatan lagi sementara untuk mereka yang mendukung proyek ini, mereka berpikir bahwa setiap orang akan melakukan kesalahan entah kecil atau besar, jadi kita harus memberi peluang kepada setiap orang baik yang telah melakukan kesalahan kecil atau besar. Dukungan harus diberikan kepada gologan tersebut karena sebagai insan yang diciptakan oleh Tuhan, setiap orang adalah tidak sempurna baik dari fisik atau batin. Setiap insan akan melakukan kesalahan dalam hidupnya. Maka, kita harus belajar bagaimana mangampuni kesalahan orang lain karena kita juga akan berharap orang lain mengampuni kesalahan kita jika kita melakukan kesalahan. Memang ada yang tidak memberi dukungan kepada golongan ini karena mereka berpendapat bahwa golongan ini adalah golongan yang tidak bisa diampuni karena mereka melakukan tindak pidana dan mereka akan melakukan tindak pidana lagi jika diampuni. Namun, sebagai contoh, coba bayangkan jika salah seorang dari golongan tersebut adalah anggota keluarga Anda, bagaimana reaksi Anda? Jika anggota keluarga tersebut adalah bapak atau ibu Anda? Apakah reaksi atau tindakan yang akan Anda ambil jika Anda tahu reaksi yang akan diberikan kepada anggota keluarga Anda oleh orang lain? Pasti Anda akan marah dan kecewa, betul? Selanjutnya, masyarakat harus menyingkirkan stereotip bahwa mantan narapidana tersebut adalah orang jahat, tidak mau bekerja, akan mencuri harta benda orang lain, perompak atau pemerkosa dan lainlain. Masyarakat telah menanamkan stereotip seperti ini di dalam otak mereka sehingga mereka menolak untuk memberi peluang untuk mantan narapidana walaupun mereka sudah menyesal. Sebenarnya, ada yang melakukan tindak pidana karena terpaksa. Sebagai contoh, mantan narapidana itu membunuh seseorang mungkin karena ketika ia membunuh orang tersebut, orang tersebut ingin membunuhnya juga, cuma mantan narapidana tersebut salah membunuh orang yang ingin membunuhnya karena dia harus melindungi dirinya sendiri. Oleh karena itu, kita tidak bisa memastikan bahwa mantan narapidana tersebut membunuh orang itu dengan sengaja atau karena ia cuma salah membunuh orang tersebut untuk pertahanan diri. Maka, kita harus memberi mereka peluang lain kepada mereka untuk membuktikan 42
mereka sudah menyesal dan mereka betul-betul ingin berubah menjadi insan yang berguna lagi dalam masyarakat. Di samping itu, setiap orang harus mendapat peluang kedua baik kesalahan itu besar atau kecil. Ini adalah hak insan alami yang harus diberikan. Biasanya, kita bisa mengampuni orang yang melakukan kesalahan kecil seperti mencuri walaupun pencuri tersebut akan melakukan kesalahan yang sama lagi dan kita tetap akan mengampuninya berkali-kali tanpa kita sadari. Namun, jika situasi tersebut berubah menjadi tindak pidana, masyarakat memandangnya serius dan tegas bahwa mereka tidak akan mengampuni mantan narapidana itu. Masyarakat tidak memperbolehkan mantan narapidana itu kembali ke tempat mereka tetapi mereka mengizinkan mantan pencuri terus berada di dalam masyarakat mereka. Kita harus memberi peluang kepada mereka yang betul-betul menyesal dan betul-betul ingin mengubah diri menjadi insan yang berguna bagi masyarakat, kenapa kita tidak bisa memberi peluang kepada mereka untuk membuktikan mereka diri sendiri? Jika Anda bisa mengampuni anggota keluarga Anda yang pernah membunuh orang atau pernah memerkosa orang, mengapa Anda tidak bisa mengampuni orang lain yang pernah berbuat demikian juga? Mengapa kita, sebagai insan selalu tidak dapat mengampuni orang lain ketika orang melakukan kesalahan? Pada kenyataannya kita juga insan yang selalu melakukan kesalahan dan juga ingin mendapat pengampunan dari orang lain. Maka, kita harus memberi dukungan kepada mereka yang ingin membuktikan bahwa mereka adalah insan yang berguna dan berketrampilan dalam masyarakat. Kesimpulannya,masyarakat harus memberi dukungan dan belajar untuk mengampuni mereka yang pernah melakukan kesalahan. Masyarakat harus memberi lebih banyak kasih sayang dan kehangatan kepada para mantan narapidana supaya mereka dapat merasakannya karena mereka akan tahu bahwa ini adalah sukar untuk masyarakat menerima mereka kembali sebagai anggota biasa dalam masyarakat, jadi dengan kasih sayang dan kehangatan yang diberikan, mereka akan bertekad untuk mengubah diri mereka untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat diterima oleh semua masyarakat. Akhirnya, saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa proyek Yellow Ribbon harus diberikan sambutan dan dukungan dari masyarakat dan tidak terus menjatuhkan hukuman mati kepada para mantan narapidana secara langsung tanpa memberi peluang kepada mereka. 725 kata.
43
Nama : Sia Hui Wen (U091807R)
LAB3202-Bahasa Indonesia 4 Yellow Ribbon
Kasih sayang dan tenggang rasa sudah semakin dilupakan dalam masyarakat kami pada jaman ini. Masyarakat tidak dapat menerima orang-orang yang pernah melanggar hukum terutama mereka yang pernah masuk penjara. Masyarakat akan memandang rendah pada mereka apalagi memberi peluang kepada mereka untuk menyumbang ketrampilan mereka kepada masyarakat. Oleh karena itu, di Singapura ada proyek Yellow Ribbon. Tujuan proyek ini adalah untuk memberi peluang kedua kepada para mantan narapidana dan mendidik masyarakat supaya sanggup memberi peluang kepada mereka. Menurut pendapat saya, proyek Yellow Ribbon adalah proyek yang bagus sekali karena mantan narapidana mempunyai hak untuk mendapat peluang untuk menyumbang kepada masyarakat. Pada realitasnya, kebanyakan mantan narapidana telah menyesali kesalahan mereka setelah dijatuhi hukuman. Sesetengah besar juga mempunyai ketrampilan, kita harus tidak mengabaikan kemampuan mereka dan mempunyai pikiran “ Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”. Jika mereka menyesal dan mempunyai tekad untuk menjadi rakyat yang baik dan menyumbang kepada masyarakat, kita harus memberi peluang kepada mereka. Pada realitasnya, mereka mungkin mencapai keberhasilan yang lebih baik daripada kami. Selain itu, mantan narapidana adalah juga bagian dari masyarakat kami. Jika mantan narapidana tidak diterima oleh masyarakat dan tidak diberi peluang untuk bekerja, mereka akan menghadapi masalah dalam pendapatan. Kita tidak bisa hidup tanpa mempunyai pendapatan karena kita perlu berbelanja untuk kebutuhan pokok. Apabila mantan narapidana tidak diberi peluang untuk bekerja, mereka akan terpaksa melakukan kesalahan lagi seperti mencuri atau mencopet untuk mendapat uang. Hal ini akan menyebabkan angka kriminalitas 44
dalam masyarakat bertambah. Dalam proyek Yellow Ribbon, mantan narapidana diberi peluang untuk mendapat jalan keluar dan mencegah mereka untuk membuat kesalahan lagi. Oleh karena itu, proyek Yellow Ribbon sangat penting bagi masyarakat. Jika kita lihat lebih mendalam, proyek Yellow Ribbon adalah dukungan kepada mantan narapidana untuk kembali hidup dalam masyarakat. Hal ini karena mereka memang menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan terutama apabila majikan tidak menerima mereka. Tambahan pula, apabila masyarakat tidak senang didekati oleh mereka, mereka akan merasa rendah diri. Semua orang akan memlakukan kesalahan, cuma kesalahan itu tidak berat seperti narapidana. Maka, mereka harus mendapat peluang untuk menyadari dan menebus kesalahan tersebut. Oleh karena itu, kita harus membantu mereka supaya mereka bisa kembali ke kehidupan normal yaitu mendapat pekerjaan dan hal ini selaras dengan tujuan utama proyek Yellow Ribbon Sebagai kesimpulan, proyek Yellow Ribbon memberi banyak kebaikan kepada masyarakat terutama bagi mantan narapidana. Saya percaya impian utama mereka adalah mendapat pekerjaan dan hidup dengan bahagia setelah keluar dari penjara atau telah menjalankan hukuman. Oleh karena itu, kami harus memberi bantuan yang sepantasnya kepada mereka. Peluang yang diberikan pasti banyak berpengaruh pada kehidupan mereka. Apakah kita sampai hati untuk mengabaikan kepentingan dan peranan mereka dalam masyarakat? Ingatlah bahwa bantuan kita yang sedikit, akan sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan. 446 perkataan.
45
Andy Sim
U094011R
Pekerjaan Rumah 2:
Memberi peluang kedua kepada bekas narapidana Sebagai tanggapan terhadap artikel “Don’t treat yellow like a dirty fellow” dan “to err is human, so give ex-offenders a second chance”, saya mendukung pernyataan tersebut sepenuhnya. Sebenarnya, banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak berkuasa untuk membantu bekas narapidana mendapatkan peluang kedua. Namun, pandangan masyarakat yang masih stereotip menyebabkan bekas narapidana sering menghadapi kesulitan untuk memulai kehidupan yang baru. Bekas narapidana juga merupakan manusia yang normal. Pernah melakukan tindak pidana dan masuk ke penjara tidak berarti bahwa seseorang itu sentiasa jahat. Memang sangat normal sebagai manusia untuk melakukan kesalahan. Jikalau seseorang itu melakukan kejahatan berulang kali, ditahan di dalam penjara selama beberapa tahun sudah cukup untuk menghukumnya. Kalau orang itu melakukan tindak kejahatan yang serius seperti membunuh ataupun melakukan tindak pidana berkali-kali itu lain ceritanya. Tetapi fungsi sistem dan peraturan yang ditentukan oleh pemerintah memang untuk rehabilitasi penjahat. Jadi orang yang dihukum pasti telah melalui proses yang cukup keras untuk menyadarkan. Orang seperti ini harus diberikan peluang kedua untuk meneruskan hidup. Setelah dibebaskan dari penjara, orang-orang biasanya menghadapi kesulitan seperti keuangan, tempat tinggal dan pekerjaan. Bahkan dalam masyarakat kini, biasanya mereka tidak akan mendapat dukungan dari keluarga atau teman. Jikalau pemikiran stereotip ini tidak dihapuskan, mereka tetap tidak mempunyai harapan hidup setelah dibebaskan dan ini meningkatkan kemungkinan bahwa merekan akan melakukan tindak pidana lagi. Jadi, untuk memberi peluang kepada bekas narapidana, kita tidak hanya membebaskan mereka dari penjara. Kita juga harus memberi perhatian dan perlindungan yang cukup supaya mereka tidak terjatuh ke dalam kesalahan yang sama, yaitu melakukan kejahatan lagi. Kita harus menganggap mereka sebagai individu yang normal dan memberi peluang yang sama kepada mereka. Mereka layak mendapat pekerjaan dengan perlakuan yang sama dengan orang lain. Maka, mereka tidak hanya mendapat peluang untuk meneruskan hidup, bahkan mereka juga akan bekerja keras karena mereka ingin membuktikan bahwa mereka sudah menyesal dan berniat 46
untuk menjadi baik. Beberapa dari mereka sebenarnya menjadi individu yang berhasil dalam karir dan usahanya. Namun, kita harus memberikan perhatian yang lebih besar kepada mereka terutama pada tahap awal setelah dibebaskan. Seperti contoh kepada bekas narapidana yang melakukan pencurian uang, lebih baik kita tidak memberi tugas yang melibatkan uang. Jika mempunyai perhatian yang cukup dari masyarakat yang menerima mereka, bekas narapidana bisa diterima ke dalam masyarakat kita. Mereka juga berpotensi untuk menyumbang kepada pembangunan negara. (378 kata)
47
Yellow Ribbon Saya setuju dengan pendapat penulis untuk memberikan orang yang pernah melakukan tindak pidana kesempatan kedua dalam hidup. Inti bantahan mereka adalah bahwa mantan narapidana juga adalah manusia yang berhak untuk hidup seperti manusia lain. Para penulis berpendapat bahwa alih-alih mendukung mantan narapidana supaya dapat menemukan peran mereka dalam masyarakat sebagai anggota yang bisa berkontribusi, mantan narapidana pada umumnya menghadapi masalah stigma social dan menderita diskriminasi yang membatasi mereka dari maju dalam kehidupan. Salah satu penulis mempersoalkan pengisian fomulir lamaran pekerjaan tentang catatan kriminalnya. Dia berpendapat bahwa jika pemerintah tulus mebantu narapidana, pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dihapuskan. Jika tidak, hal ini akan mencerminkan keburukan pemerintah karena tidak bisa menepati janji-janji mereka untuk membantu mantan narapidana. Meskipun penulis telah mengetengahkan hal yang valid, ia mungkin mengabaikan kenyataan bahwa majikan umumnya ingin mempekerjakan pekerja yang dapat dipercayai dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Saya merasa bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut masih diperlukan tetapi mantan narapidana yang melamar pekerjaan masih harus diperlakukan sama seperti pelamar lainnya. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah supaya mantan narapidana teladan dapat diberikan surat rekomendasi oleh mantan sipir merek. Penulis lainnya manganjurkan bahwa pemerintah harus mengambil inisiatif dengan menghapuskan catatan kriminal mantan narapidana didasarkan pada jenis kejahatan dan durasi hukuman mereka. Saya merasa bahwa ini adalah proposal yang baik karena beberapa tindakan pidana mungkin dilakukan karena kebodohan atau keputusasaan. Penelitian telah menunjukkan bahwa mayoritas tindakan pidana yang dilakukan biasanya berasal dari kesulitan finansial dan kurangnya kesempatan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kenyataan sebagian besar mantan narapidana berpaling ke tindak pidana sebagai upaya terakhir untuk menyelesaikan masalah mereka. Saya merasa saran seperti ini bermanfaat untuk mantan narapidana yang menjadi korban tingkah laku sendiri . Saya berpendapat bahwa para penulis telah mengemukakan fakta-fakta dan juga telah memberikan saran-saran relevan untuk memecahkan masalah terkait. Sayangnya, hanya ada begitu banyak bantuan pemerintah, tetapi nasib mantan narapidana terletak di tangan calon majikan mereka saja. Saya merasa bahwa kesedaran yang lebih juga perlu dibuat untuk mendidik pengusaha dengan tujuan untuk menghapuskan stereotip bahwa mantan narapidana adalah anggota yang buruk dan tak berguna dalam masyarakat. Saya merasa bahwa ini dapat meningkatkan program untuk mengintegrasikan mantan narapidana kembali ke masyarakat.
Hanis Jafni (U098004H)
47
LAB3202
Yellow Ribbon
Sarah Koh Yung An 28 Oktober 2011
Setelah membaca artikel itu, saya berpendapat bahwa isu “Yellow Ribbon" sangat penting dalam masyarakat kita karena kita harus mencari cara bagaimana masyarakat kita mampu dan sanggup menerima seorang bekas narapidana yang umumnya lebih didiskriminasikan. Saya setuju dengan artikel bahwa “to err is human”, dan kita seharusnya memberi kesempatan kedua kepada bekas narapidana. Tetapi saya berpendapat bahwa saran yang ada dalam artikel itu tidak realis, dan saya tidak setuju dengan anjuran artikel untuk menghapus catatan pidana. Malahan, untuk mengatasi masalah ini, saya menganjurkan kita seharusnya bergaul dengan lebih banyak bekas narapidana, dan mengerti keadaan dan kesulitan yang mereka hadapi setelah dilepaskan dari penjara. Yang pertama, saya setuju dengan artikel bahwa “to err is human” dan setiap orang melakukan kesalahan. Sebenarnya, kita semua pernah marah kepada orang lain, hanya saja kita menahan diri untuk tidak melakukan tindak pidana, karena kita takut akibat tindakan kita. Bahkan kita juga diatur oleh hukum. Kalau kita memandang isu tersebut dari perspektif ini, maka perbedaan antara kita semua dan bekas narapidana adalah bahwa bekas narapidana tidak menahan diri, lalu melakukan tindak pidana. Sebetulnya, kita tidak lebih unggul daripada bekas narapidana. Oleh karena itu, kita seharusnya tidak merasa diri kita lebih tinggi, dan harus memberi kesempatan yang kedua kepada mereka. Tambahan juga, saya setuju dengan artikel bahwa kita seharusnya lebih rela memaafkan lalu menerima bekas narapidana di masyarakat kita. Kita semua ada peranan yang penting untuk memastikan stereotip yang salah tidak terjadi terus-menerus. Tanggung jawab tidak cuma dipikul oleh pemerintah dan majikan, tetapi juga oleh kita semua. Apa yang membuat kita tidak bisa menerima bekas narapidana dalam masyarakat kita? Tentu saja, sangat mudah bagi kita untuk berpikir bahwa setiap bekas narapidana adalah orang yang jahat, dan akan terus melakukan tindak pidana setelah dilepaskan dari penjara. Bagaimanapun, keadaan bekas narapidana lebih rumit daripada pikiran kita, dan kita seharusnya mengerti dari segi pandangan mereka. Saya sendiri kenal dengan beberapa bekas narapidana di gereja saya, dan saya tahu mereka adalah orang yang baik, dan mereka telah memutuskan dengan sungguh-sungguh untuk membelakangi hidup dulu yang buruk. Tetapi mereka masih menghadapi banyak tekanan untuk ikut serta lagi dengan gerombolan dulu, terutama ketika mereka bertemu dengan anggota gerombolan atau teman-teman lama mereka. Tambahan juga, kalau anggota masyarakat menjauhkan diri dari mereka, itu hanya membuat keadaannya lebih buruk. Karena kalau mereka tidak ada sokongan yang sangat kuat dari teman-teman yang baik, memang sangat mudah untuk ‘gagal’ dan kembali ke dalam kehidupannya dulu. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah masyarakat ini, kita harus mencari cara penyelesaian yang efektif. Bagaimanapun, saya tidak setuju dengan saran yang dianjurkan dalam artikel. Pada pendapat saya, saran untuk menghapus catatan pidana tidak sesuai atau realistis, karena walaupun ada bekas narapidana yang menjadi lebih baik, tetapi juga ada banyak yang terus melakukan tindak pidana lalu masuk lagi ke penjara. Oleh karena itu, menghapus catatan pidana mungkin akan meningkatkan jumlah kasus pidana. Sebaliknya, saya sungguh percaya bahwa kita semua seharusnya bergaul dengan bekas narapidana, dan mencoba mengerti kesulitan yang mereka hadapi. Saya sendiri menyadari nilai-nilai yang dapat diambil dari interaksi dengan bekas narapidana. Saya ingat pada beberapa tahun lalu, walaupun saya tahu tentang proyek “Yellow Ribbon”, tetapi saya masih menghakimi bekas narapidana sebagai orang jahat. Hanya setelah saya kenal sendiri dengan bekas narapidana di gereja saya, saya mulai berhenti menghakimi mereka, dan memandang mereka sebagai manusia juga, sungguh-sungguh ingin mencoba mengerti keadaan mereka, dan memperlakukan mereka seperti teman-teman saya. 48