Diterbitkan Oleh: Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia JL. Budi Utomo No. 6 Jakarta Pusat Telepon (021) 3449230 Pesawat 5500, 384068 Faksimili (021) 3864776
Selain tersedia dalam bentuk cetakan, Panduan teknis ini juga dapat diakses melalui www.perbendaharaan.go.id. Kritik dan saran untuk perbaikan kualitas publikasi sangat kami harapkan.
i
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14, Nopember 2013 Tim Penyusun: Penanggung Jawab Redaktur Penyunting/Editor
: Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan : Indra Soeparjanto : 1. Ludiro 2. Didyk Choiroel 3. Agung Kurniawan Purbohadi 4. R. Wiwin Istanti 5. Denny Febriano Singawiria 6. Midden Sihombing 7. Bayu Setiawan Yuniarto 8. Basuki Rachmad 9. Chandra Akyun Singgih Wibowo 10. Mei Ling 11. Hamim Mustofa 12. I Gedhe Made Artha Dharmakarja 13. Ady Wijaya Joanes Brebeuf 14. Windraty A. Sialagan 15. Kuntardi 16. Yanuar Imbiyono
Desain Grafis
: 1. Edi Suwarno 2. Pirhot Hutauruk 3. Tino Adi Prabowo 4. Novri Hendri Subara Tanjung
Sekretariat
: 1. M. Iqbal Firdaus 2. Herlina 3. N. Ikah 4. Raspan 5. Asrarul Anwar 6. Evasari Br. Bangun
Redaksi menerima tulisan/artikel dan pertanyaan Yang berhubungan dengan pelaksanaan anggaran dan Akuntansi dan pelaporan keuangan.
ii
DAFTAR ISI
I. Pelaksanaan, Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Belanja Negara Melalui Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) dengan Mekanisme Pertanggungjawaban Terpusat ......................................................................... 1 II. Perbedaan Laporan Realisasi Anggaran Basis Akrual Dengan Laporan Realisasi Anggaran Basis Cash Toward Accrual dan Perbedaan Laporan Realisasi Anggaran Dengan Laporan Operasional ............................................. 31 III. Klinik Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat ....................... 44
iii
KATA PENGANTAR
S
yukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena dengan perkenanNya- lah, Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14 ini dapat disusun. Sebagai media informasi pelaksanaan anggaran, akuntansi dan pelaporan bagi
S
pengelola keuangan diharapkan materi dalam buku Panduan Teknis ini dapat memberi pedoman praktis dan aplikatif atas permasalahan dalam pelaksanaan anggaran, serta akuntansi pelaporan keuangan pemerintah pusat yang sering dihadapi oleh Satuan Kerja. Menyongsong penerapan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015, maka pada Edisi kali ini menyajikan materi tulisan mengenai panduan teknis mengenai “Perbedaan Laporan Realisasi Anggaran Basis Akrual Dengan Laporan Realisasi Anggaran Basis Cash Toward Accrual dan Perbedaan Laporan Realisasi Anggaran Dengan Laporan Operasional”. Diharapkan dalam tulisan tersebut dapat menmbah pemahaman pembaca khususnya Satuan Kerja mengenai akuntansi dengan basis akrual. Selain itu juga terdapat pambahasan mengenai “Pelaksanaan, Penatausahaan Dan Pertanggungjawaban Belanja Negara Melalui Bendahara Pengeluaran Pembantu (Bpp) Dengan Mekanisme Pertanggungjawaban Terpusat”. Harapan kami, semoga buku ini dapat bermanfaat dan membantu pembaca dalam melaksanakan anggaran dan menyusun laporan keuangan pemerintah. Kontribusi yang konstruktif akan selalu kami respon dalam rangka perbaikan kualitas materi dan penyajian dari Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran Dan Akuntansi Pemerintah Pusat.
Redaksi
PELAKSANAAN, PENATAUSAHAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA NEGARA MELALUI BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU (BPP) DENGAN MEKANISME PERTANGGUNGJAWABAN TERPUSAT Oleh M. Iqbal Firdaus Dit. Akuntansi Pelaporan Keuangan Ditjen Perbendaharaan Menurut UU No. 17 Tahun 2003
Belanja Negara. Ketentuan ini adalah tindak
tentang Keuangan Negara dinyatakan
lanjut ditetapkannya Peraturan Pemerintah
bahwa bendahara adalah setiap orang yang
Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
diberi
Pelaksanaan APBN dan guna mengakomodir
tugas
menerima,
menyimpan,
membayar, dan/atau menyerahkan uang
berbagai
atau surat berharga atau barang‐barang
pelaksanaan
negara. Kemudian UU No. 1 Tahun 2004
penyempurnaan
tentang
penatausahaan
Perbendaharaan
Negara
perkembangan tugas
ketentuan
Bendahara
ketentuan dan
serta
mengenai
penyusunan
LPJ
menyebutkan bahwa bendahara adalah
Bendahara. Kemudian terkait dengan
setiap orang atau badan yang diberi tugas
petunjuk
untuk dan atas nama negara/daerah
162/PMK.05/2013 sampai dengan tulisan
menerima, menyimpan, membayar, dan
ini disusun belum ditetapkan lebih lanjut
atau mengeluarkan uang/surat berharga/
melalui
barang‐barang milik negara/daerah.
(Perdirjen)
Ketentuan
lebih
lanjut
yang
terkait
pelaksanaan
Peraturan
PMK
Direktur
Perbendaharaan,
dengan
bentuk
dan
Nomor
Jenderal sehingga model
mengatur tentang kedudukan dan tanggung
pembukuan bendahara, penulis masih
jawab Bendahara diatur dalam Peraturan
mengacu kepada Perdirjen Perbendaharaan
Menteri
Nomor 47/PB/2009 tentang Petunjuk
Keuangan
(PMK)
Nomor
162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan
Pelaksanaan
Penatausahaan
dan
Tanggung Jawab Bendahara pada Satuan
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan 1 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/
dengan
162/PMK.05/2013
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk
Kantor/Satuan Kerja. Sesuai
2.
PMK
Nomor
bahwa
syarat
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan,
dan
memper‐
pengangkatan bendahara adalah harus
tanggungjawabkan
uang
untuk
memiliki Sertifikat Bendahara. Sertifikat
keperluan
negara
dalam
Bendahara tersebut diperoleh melalui
pelaksanaan APBN pada kantor/satuan
proses sertifikasi yang diselenggarakan oleh
kerja Kementerian Negara/Lembaga.
belanja
Kementerian Keuangan, namun dalam hal
Selain kedua bentuk bendahara
proses sertifikasi tersebut belum terlaksana,
tersebut, untuk aktivitas pekerjaan yang
maka syarat yang harus dipenuhi untuk
kompleks dan mungkin didasarkan pula atas
dapat diangkat sebagai bendahara adalah
lokasi pelaksanaan kegiatan yang berjauhan
pegawai negeri, pendidikan minimal SLTA
dengan tempat kedudukan Bendahara
atau sederajat, dan minimal golongan
Pengeluaran,
adalah II/b atau sederajat.
Lembaga atau pejabat yang diberi kuasa
Berdasarkan ruang lingkup tugas
dapat
maka
mengangkat
Menteri/Pimpinan
satu
atau
lebih
dan wewenang yang ada pada bendahara
Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP).
maka dikenal ada dua jenis bendahara
BPP adalah orang yang ditunjuk untuk
yaitu:
membantu Bendahara Pengeluaran untuk
1.
Bendahara Penerimaan
melaksanakan pembayaran kepada yang
adalah orang yang ditunjuk untuk
berhak guna kelancaran pelaksanaaan
menerima, menyimpan, menyetorkan,
kegiatan tertentu.
memper‐
Kedudukan BPP ini adalah berbeda
tanggungjawabkan uang pendapatan
dengan apa yang dahulu sering disebut
negara dalam rangka pelaksanaan
sebagai PUMK (Pemegang Uang Muka
APBN pada kantor/satuan kerja
Kerja). Perbedaannya adalah PUMK tidak
Kementerian Negara/Lembaga;
wajib untuk menyusun pembukuan dan LPJ
setiap bulannya serta apabila terjadi
indikasi kerugian negara, yang akan dikenai
menatausahakan,
dan
2 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
tuntutan perbendaharaan adalah bukan
berarti bahwa atas segala pengeluaran yang
PUMK, namun dalam hal ini adalah
telah dilakukan oleh masing‐masing BPP,
Bendahara Pengeluaran itu sendiri. Dengan
Bendahara Pengeluaran wajib memeriksa
kata lain, BPP memiliki kedudukan dan
dan
tanggung jawab yang lebih jelas dalam
pembayaran yang dilakukan oleh masing‐
mengelola Uang Persediaan yang berada
masing BPP, serta apabila ternyata
dalam penguasaannya.
diketemukan
BPP wajib melakukan pembukuan
memverifikasi
atas
kesalahan
kebenaran
pembayaran,
ketidaklengkapan berkas pembayaran, atau
atas seluruh uang yang berada dalam
bahkan
pengelolaannya, dan oleh karena itu BPP
dengan anggaran yang ada, Bendahara
wajib melakukan pembukuan sebagaimana
Pengeluaran wajib untuk mengembalikan
pembukuan yang dilakukan oleh Bendahara
pertanggungjawaban tersebut kepada BPP.
Pengeluaran. Dalam melaksanakan tugas‐
Bendahara Pengeluaran dalam hal ini juga
nya BPP bertindak untuk dan atas nama
harus
Bendahara Pengeluaran. Dengan diangkat‐
dikuasainya, sehingga terhadap uang‐uang
nya BPP dalam suatu satuan kerja, maka
yang telah direalisasikan, baik melalui
Bendahara
melimpahkan
Bendahara Pengeluaran maupun BPP, dapat
kewajiban dan tanggung jawab pengelolaan
segera dipertanggungjawabkan ke KPPN
sebagian uang yang dikelolanya kepada
melalui mekanisme SPM/SP2D, dan atas
BPP.
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
Pengeluaran
ketidaksesuaian
bisa
me‐manage
pembayaran
kas
yang
Atas Uang Persediaan yang dikelola
oleh satuan kerja, Bendahara Pengeluaran
oleh BPP, sesuai dengan pasal 43 ayat (10)
dapat menyiapkan kebutuhan dana atas
PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang
kegiatan tersebut, baik itu yang nantinya
Tata Cara Pembayaran dalam Rangka
akan direalisasikan melalui Bendahara
Pelaksanaan APBN disebutkan bahwa setiap
Pengeluaran sendiri, maupun yang akan
BPP mengajukan penggantian UP melalui
direalisasikan melalui BPP.
Bendahara Pengeluaran apabila UP yang
Tulisan ini disusun dengan harapan
dikelolanya telah dipergunakan paling
dapat
membantu
para
Bendahara
sedikit 50 (lima puluh) persen. Hal ini
Pengeluaran yang satuan kerjanya memliki 3
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
satu atau beberapa BPP. Fungsi Bendahara
yang harus dipertimbangkan dalam
Pengeluaran dalam hal ini tidak saja
menentukan besaran UP yang dikelola
menatausahakan dan mempertanggung‐
oleh masing‐masing BPP adalah besaran
jawabkan
yang
nilai SPM UP yang akan diajukan itu
dilakukan melalui Bendahara Pengeluaran
sendiri, pagu anggaran di masing‐
sendiri maupun para BPP, namun penting
masing BPP, kalender kegiatan satker
juga Bendahara Pengeluaran bertindak
yang nantinya akan dibayar oleh
sebagai cash manager yang mampu
masing‐masing
mengelola kas yang dikuasainya dengan
mempertimbangkan pula kebutuhan
tanpa banyak kendala. Adapun yang dapat
dana untuk Bendahara Pengeluaran
penulis sampaikan dalam tulisan ini adalah
sendiri
terkait
Penyaluran dana UP kepada BPP oleh
pembayaran/belanja
prinsip‐prinsip
diperhatikan,
aktivitas
yang
harus
Bendahara
dan
Bendahara
BPP,
dan
BPP‐BPP
Pengeluaran
yang
tetap
lain.
dilakukan
Pengeluaran terkait hubungannya dengan
berdasarkan SPBy yang ditandatangani
BPP, aktivitas BPP terkait hubungannya
oleh PPK atas nama KPA yang dilampiri
dengan
rincian kebutuhan dana masing‐masing
Bendahara
Pengeluaran,
dan
simulasi pembukuan.
BPP. Kemudian pada awal tahun
anggaran
hendaknya
Bendahara
Prinsip‐Prinsip yang Harus Diperhatikan
Pengeluaran
1. Prinsip Pemberian Uang Persediaan
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)
dapat
memberikan
Kepada BPP
kepada masing‐masing BPP sesuai
Setiap awal tahun anggaran, ketika
dengan kegiatan yang dapat mereka
pengajuan SPM UP ke KPPN, untuk
bayarkan, sebagai acuan mereka dalam
Bendahara Pengeluaran yang dalam
melakukan pembayaran. POK yang
aktivitas sehari‐harinya dibantu oleh
disampaikan setidak‐tidaknya meng‐
satu
atau
beberapa
BPP,
wajib
informasikan program, kegiatan, output,
daftar
rincian
yang
rincian detail pembayaran, akun yang
menyatakan jumlah uang yang akan
digunakan, nilai satuan dan total nilai
melampirkan
dikelola oleh masing‐masing BPP. Hal 4 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
untuk detail pembayaran yang dapat
dengan PMK Nomor 162/PMK.05/2013,
dilakukan oleh masing‐masing BPP.
BPP wajib untuk membuat Berita Acara
2. Penggunaan Brankas dan Penggunaan
yang ditandatangani oleh BPP dan PPK.
Rekening dalam Pengiriman Uang
Bentuk dan format Berita Acara
Persediaan ke BPP
tersebut akan diatur melalui Perdirjen
Sesuai dengan Pasal 28 ayat (1) PMK
Perbendaharaan.
Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata
Lebih lanjut diatur dalam PMK Nomor
Cara
162/PMK.05/2013 bahwa Bendahara
Pembayaran
Pelaksanaan
dalam
APBN,
KPA
Rangka dapat
dilarang
menyimpan
uang
yang
membuka rekening pengeluaran atas
dikelolanya dalam rangka pelaksanaan
nama BPP dengan persetujuan Kuasa
APBN atas nama pribadi pada Bank
BUN (KPPN), kemudian dalam ayat (3)
Umum/Kantor Pos. Kemudian dalam
ditegaskan bahwa penggunaan rekening
PMK‐57/PMK.05/2007
pengeluaran atas nama BPP tersebut
Pengelolaan
mengacu kepada Peraturan Menteri
Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/
Keuangan
Satuan Kerja dan Peraturan Dirjen
mengenai
pengelolaan
tentang
Rekening
rekening pemerintah pada kementerian
Perbendaharaan
negara/lembaga/satuan kerja. Namun
35/PB/2007 tentang Petunjuk Teknis
apabila BPP tersebut dalam hal ini tidak
Pengelolaan
mempunyai rekening atas nama BPP,
Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/
masing‐masing BPP dapat menggunakan
Satuan
brankas dalam hal menyimpan UP yang
penggunaan Rekening Bendahara untuk
dikelolanya. Besaran uang tunai yang
menampung uang bagi keperluan
berada di brankas BPP pada setiap akhir
belanja
hari
melebihi
pelaksanaan APBN, sehingga terkait
Rp.50.000.000,00 (Lima Puluh Juta
dengan pengiriman uang secara transfer
Rupiah). Dalam hal uang yang terdapat
bank oleh Bendahara Pengeluaran
di brankas pada akhir hari kerja tersebut
kepada BPP yang dalam hal ini tidak
melebihi nilai tersebut, maka sesuai
memiliki rekening atas nama BPP, tidak
kerja
tidak
boleh
Kerja
Nomor
Milik
Rekening
juga
negara
PER‐
Milik
mewajibkan
dalam
rangka
5 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
diperkenankan menggunakan rekening
ketentuan perpajakan yang berlaku.
atas nama pribadi. Untuk BPP yang
Kemudian
secara geografis berjauhan lokasinya
pertanggungjawabannya yang terpusat
dengan Bendahara Pengeluaran dan
di Bendahara Pengeluaran, terdapat
juga tidak memiliki rekening atas nama
beberapa hal yang membutuhkan
BPP, pengiriman uang dapat dilakukan
perhatian
melalui
pembayaran melalui Uang Persediaan
rekening
Bendahara
oleh
lebih
karena
terkait
dengan
Pengeluaran satker lain yang terdekat,
melalui BPP, yaitu antara lain:
dengan catatan harus seizin dan
Semua bukti pembayaran yang asli
sepengetahuan KPA satker tersebut.
hendaknya dikirim ke Bendahara
Setelah uangnya sampai, maka atas
Pengeluaran
uang tersebut oleh BPP akan diambil
pertanggungjawaban BPP, dengan
semua dan dimasukkan ke dalam
terlebih dahulu difotokopi oleh BPP
brankas miliknya.
untuk arsip;
3. Mekanisme Pembayaran dengan Uang
pada
saat
Untuk pembayaran dibawah Rp1
Persediaan oleh BPP
juta pada rekanan yang sama dan
Sesuai dengan Pasal 43 ayat (3) PMK
bulan
Nomor 190/PMK.05/2012 dinyatakan
kuitansi) sehingga jumlah totalnya
bahwa pembayaran dengan Uang
diatas Rp 1 juta dalam satu bulan,
Persediaan
maka atas pembayaran tersebut
dapat
dilakukan
oleh
Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa
yang
sama
(memecah
tetap dipungut PPN;
Pemotongan PPh pasal 21 atas
paling banyak sebesar Rp.50.000.000,00
Honorarium
(Lima Puluh Juta Rupiah) kecuali untuk
berdasarkan
pembayaran honorarium dan perjalanan
masing pegawai, yaitu:
dinas. Untuk setiap pembayaran yang
a. Golongan I dan II tidak kena
dilakukan oleh BPP, dalam hal fungsinya sebagai pemungut pajak, masing‐masing BPP
harus
pula
memperhatikan
disesuaikan golongan
masing‐
pajak; b. Golongan III dikenakan PPh sebesar 5 persen; 6
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
c. Golongan IV dikenakan PPh
s.d.
sebesar 15 persen.
BPP menyetor potongan pajak pada Bank Persepsi pada hari itu juga dan
dibubuhi
materai Rp.3.000.‐; b. Pembayaran
diatas
Rp.1.000.000,‐ dibubuhi materai
bank persepsi yang bersangkutan;
Rp.6.000.‐;
PPh 21 disetor atas nama Bendahara
c. Ketentuan di atas hanya untuk
Pengeluaran dengan nomor NPWP
kuitansi pengadaan/pembelian
Bendahara Pengeluaran, sedangkan
barang; d. Untuk
kuitansi
honorarium
barang/jasa
dinas tidak dikenakan materai.
yang
bersangkutan
dan
pembayaran
atas nama dan NPWP penyedia
perjalanan
4. Kelengkapan Dokumen Pembayaran
selaku wajib pajak;
Rp.1.000.000,‐
memvalidasinya ke KPPN mitra kerja
untuk PPN dan PPh yang lain disetor
a. Pembayaran diatas Rp.250.000,‐
Untuk keperluan pelaporan pajak
Melalui Uang Persediaan di BPP
oleh
Pengeluaran,
Pengujian oleh BPP atas perintah bayar
masing‐masing BPP agar segera
yang disampaikan oleh PPK adalah
menyampaikan potongan pajak yang
meliputi
dipungutnya
Bendahara
pembayaran, kebenaran hak tagih,
Pengeluaran untuk selanjutnya oleh
kesesuaian capaian keluaran antara
Bendahara
akan
spesifikasi teknis dalam perjanjian dan
dilaporkan ke KPP paling lambat
yang disebutkan dalam penerimaan
tanggal 15 bulan berikutnya untuk
barang/jasa, dan ketepatan penggunaan
PPN dan tanggal 20 bulan berikutnya
akun (6 digit).
untuk PPh;
Kemudian terkait dengan pertanggung‐
Penggunaan materai pada kuitansi
jawabannya ke Bendahara Pengeluaran,
mengacu pada ketentuan sebagai
untuk setiap pertanggungjawaban yang
berikut, yaitu:
disampaikan oleh masing‐masing BPP ke
Bendahara
ke
Pengeluaran
Bendahara
kelengkapan
Pengeluaran
perintah
hendaknya
sudah benar dan lengkap serta siap 7 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
untuk diproses SPP dan SPM‐nya. Ketika
e. Faktur Pajak untuk masing‐masing
masih terdapat hal‐hal yang belum
PPN yang dipungut oleh BPP yang
lengkap, sedapat mungkin segera
ditandatangani dan ditempel basah
dilengkapi oleh masing‐masing BPP.
oleh rekanan/pihak ketiga;
Pertanggungjawaban yang benar dan
f. SSP asli untuk masing‐masing pajak
lengkap dalam hal ini mengacu kepada
yang dipungut dan disetor oleh BPP;
kesesuaian penggunaan dana dengan
g. Validasi dari KPPN atas setiap pajak
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)
yang telah dipungut dan disetor oleh
yang telah diberikan, kelengkapan
BPP;
dokumen
pembayaran,
kebenaran
h. Fotokopi Surat Keputusan apabila
pengenaan pajak bagi masing‐masing penerima pembayaran, dan alangkah
terkait dengan pembayaran honor; i.
Terkait
pembayaran
perjalanan
lebih baiknya apabila disertai dengan
dinas, sekurang‐kurangnya disertai
fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) yang
pula dengan Surat Tugas, SPD, bukti
telah divalidasi oleh KPPN setempat
pengeluaran riil, daftar rincian
untuk seluruh pajak yang telah dipungut
perjalan
oleh
BPP.
pembayaran
dinas,
tiket,
airport
Kelengkapan
dokumen
tax/retribusi
terminal/pelabuhan,
tersebut
sekurang‐
dan kuitansi pembayaran hotel apabila menginap di hotel.
kurangnya terdiri dari: a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab
5. Pengembalian Belanja atas Beban DIPA yang Dibayarkan Melalui BPP
Belanja (SPTB); b. Surat Perintah Bayar (SPBy);
Pengembalian belanja dalam tahun
c. Kuitansi/bukti pembelian yang telah
anggaran berjalan pada prinsipnya
disahkan PPK; d. Daftar
nominatif
adalah harus sesuai dengan kode Bagian pembayaran
Anggaran, Eselon I, Fungsi/Sub Fungsi,
apabila dibutuhkan, misalnya saja
Program, Kegiatan, Output, Kode Satuan
untuk pembayaran honor dan
Kerja, Kode Lokasi, dan akun yang
perjalanan dinas para pegawai;
digunakan. belanja
Seluruh
harus
pengembalian
hendaknya
tetap 8
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
berkoordinasi
dengan
Bendahara
penerima pembayaran, dan alangkah
Pengeluaran.
Sepanjang
kelebihan
lebih baiknya apabila disertai dengan
pembayaran atas beban DIPA melalui
fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) yang
penggunaan Uang Persediaan yang
telah divalidasi oleh KPPN untuk seluruh
dibayarkan melalui BPP tersebut belum
pajak yang telah dipungut oleh BPP.
secara sah menjadi belanja negara
Pertanggungjawaban
(belum diterbitnya SP2D‐nya) dan masih
masing
dalam tahap verifikasi oleh Bendahara
diverifikasi kembali oleh Bendahara
Pengeluaran, maka terhadap kesalahan
Pengeluaran dan apabila telah benar
pembayaran tersebut dapat langsung
dan lengkap, dalam hal dana UP di
diperbaiki/dikoreksi/diganti bukti pem‐
Bendahara
bayarannya.
maka
6. Mekanisme Pertanggungjawaban BPP
BPP
ini
oleh
kemudian
Pengeluaran
dapat
masing‐
langsung
akan
mencukupi dilakukan
penggantian UP kepada BPP. Namun
dan Waktu Penyampaian Pertanggung‐
apabila
jawaban
Pengeluaran tidak mencukupi untuk
Pertanggungjawaban BPP disampaikan
dilakukan penggantian UP kepada BPP,
kepada Bendahara Pengeluaran setelah
atas pertanggungjawaban BPP tersebut
Uang Persediaan yang ada di masing‐
kemudian akan diproses SPP dan SPM‐
masing BPP sudah terealisasi minimal 50
nya dan diajukan ke KPPN. Untuk
persen. Pertanggungjawaban BPP yang
masing‐masing BPP yang memiliki
disampaikan ke Bendahara Pengeluaran
rekening, maka atas SP2D yang terbit
ini hendaknya sudah benar dan lengkap.
dapat langsung ditujukan langsung ke
Pertanggungjawaban yang benar dan
rekening BPP, namun apabila masing‐
lengkap dalam hal ini mengacu kepada
masing BPP tersebut tidak memiliki
kesesuaian penggunaan dana dengan
rekening, setelah SP2D GU ini terbit dan
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)
uang masuk ke rekening Bendahara
yang telah diberikan, kelengkapan
Pengeluaran, maka kemudian akan
dokumen
kebenaran
didistribusikan kembali ke masing‐
pengenaan pajak bagi masing‐masing
masing BPP sesuai dengan nilai
pembayaran,
dana
UP
di
Bendahara
9 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
pertanggungjawaban yang disampaikan
menghitung seluruh Uang Persediaan
sebelumnya oleh BPP, sehingga uang
yang berada dalam pengelolaannya,
persediaan yang ada di masing‐masing
agar terhindar dari kekurangan atau
BPP menjadi kembali terisi seperti
kelebihan setor sisa Uang Persediaan.
sediakala.
Prinsip yang harus dipegang adalah
Pada akhir tahun anggaran, ketika
bahwasanya
masing‐masing BPP telah melaksanakan
jawaban Bendahara Pengeluaran dan
semua kegiatannya dan tidak terdapat
BPP per tanggal 31 Desember tahun
lagi pembayaran yang akan dilakukan
yang berkenaan harus menunjukkan
oleh masing‐masing BPP, maka atas sisa
saldo 0 (nol) pada semua buku yang
Uang
tidak
ada, baik BKU, Buku Kas, Buku Kas
hendaknya
Tunai, Buku Kas Bank, dan buku‐buku
Persediaan
dipergunakan
yang
tersebut
segera dikembalikan ke Bendahara Pengeluaran agar dapat segera disetor
Laporan
Pertanggung‐
pembantu yang lainnya. 7. Rekonsiliasi
LPJ
Bendahara
ke kas negara. Prinsipnya ketika akhir
Pengeluaran
tahun anggaran, jumlah uang yang
Pengeluaran Pembantu
dikuasakan di masing‐masing BPP harus
Dalam PMK Nomor 162/PMK.05/2013
sama
dijelaskan bahwa KPA atau PPK atas
dengan
pertanggungjawaban
penjumlahan atas
kuitansi‐
kuitansi yang telah dibayarkan dan pengembalian sisa Uang Persediaan oleh masing‐masing BPP yang tidak dipergunakan lagi. Alangkah baiknya kalau
masing‐masing
BPP
dapat
menyelesaikan seluruh Uang Persediaan yang dikuasainya tidak terlalu dekat dengan batas tutup tahun anggaran, sehingga dapat memberikan waktu
nama
KPA
pemeriksaan
dan
LPJ
Bendahara
wajib
melakukan
kas
Bendahara
Pengeluaran sekurang‐kurangnya satu kali dalam satu bulan, sedangkan untuk BPP, PPK wajib melakukan pemeriksaan kas BPP sekurang‐kurangnya sekali pula dalam satu bulan. Pemeriksaan ini terkait dengan kesesuaian antara saldo buku dan saldo kas serta meneliti kesesuaian
antara
pembukuan
lebih bagi Bendahara Pengeluaran untuk 10 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
bendahara dengan Laporan Keuangan
4. Buku Pembantu Pajak hendaknya
UAKPA.
saldonya adalah 0 (nol), dengan
Masing‐masing BPP paling lambat
demikian atas pajak‐pajak yang telah
tanggal 5 (lima) hari kerja setiap awal
dipungut oleh BPP telah semuanya
bulan wajib menyampaikan LPJ BPP ke
disetor ke kas negara;
Bendahara Pengeluaran. Atas dasar LPJ
5. Pada LPJ BPP, jumlah kas (tunai dan
BPP yang telah disampaikan, Bendahara
bank) ditambah dengan jumlah
Pengeluaran meneiliti kebenaran angka‐
kuitansi UP yang belum di SPPkan
angka yang tersaji di LPJ BPP tersebut
ditambah Uang Muka Perjadin
dan melakukan rekonsiliasi dengan LPJ
harusnya sama dengan nominal UP
yang
Bendahara
yang dikelola oleh masing‐masing
Pengeluaran itu sendiri. Hal‐hal yang
BPP, dan jumlah atas seluruh uang
harus diperhatikan adalah sebagai
yang dikelola oleh semua BPP yang
berikut:
berasal
1. Pada LPJ BPP, angka‐angka yang
nilainya harus sama dengan saldo BP
disusun
oleh
dari
tersaji sebagai saldo awal pada
BPP
pada
masing‐masing buku adalah harus
Pengeluaran.
Uang
LPJ
Persediaan
Bendahara
sama dengan angka‐angka yang
Aktivitas Bendahara Pengeluaran Terkait
tersaji sebagai saldo akhir di masing‐
Hubungannya dengan BPP (Pencatatan
masing buku pada LPJ BPP bulan
pada Bendahara Pengeluaran)
sebelumnya;
Bendahara Pengeluaran yang mempunyai
2. Uang Tunai di brankas tidak boleh mencapai nilai Rp.50.000.000,00; 3. Uang di rekening harus sesuai dengan rekening koran yang ada, dan untuk BPP yang tidak memiliki rekening, maka uang di rekening bank harus 0 (nol);
Bendahara Pengeluaran Pembantu wajib untuk
membukukan
aktivitasnya
segala
dengan
bentuk
Bendahara
Pengeluaran Pembantu yang berada di bawah pengawasannya, baik terkait dengan aktivitas
penyaluran
dana
maupun
pertanggungjawaban atas pengelolaan uang yang telah disalurkan melalui Laporan 11
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Pertanggungjawaban BPP yang diterima
Belanja atas beban Uang Persediaan
oleh Bendahara Pengeluaran sebagai
yang telah dilakukan oleh BPP dicatat
dokumen
oleh Bendahara Pengeluaran ketika
sumber.
Aktivitas‐aktivitas
tersebut antara lain: a. Pengiriman
pertanggungjawaban
Uang
Pengeluaran
dari
kepada
oleh
masing‐
Bendahara
masing BPP disampaikan, atau dalam
Bendahara
hal ini ketika belanja oleh BPP telah
Pengeluaran Pembantu.
mencapai 50 persen atau lebih. Atas
Uang yang dikirimkan dalam hal ini
transaksi ini dicatat pada :
dapat berupa UP atau uang LS
Sisi Kredit pada Buku Kas Umum
Bendahara
dibayarkan
Sisi Kredit pada Buku Pembantu BPP
melalui BPP. Pembukuan atas transaksi
Sisi Kredit pada Buku Pembantu UP
ini
Pengurang Pagu Mata Anggaran
yang
adalah
akan
sebesar
tanda
bukti
transfer/tanda terima penyerahan uang
Berkenaan pada Buku Pengawasan
dari Bendahara Pengeluaran kepada
Anggaran Belanja
Bendahara Pengeluaran Pembantu yang
c. Pertanggungjawaban BPP atas Uang LS
dicatat dalam:
Bendahara yang telah dibayarkan.
Uang LS Bendahara yang dibayarkan
Sisi Debet Dan Kredit pada Buku Kas Umum
melalui BPP dicatat oleh Bendahara
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas
Pengeluaran
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas
jawaban LS Bendahara oleh masing‐
Tunai (Apabila Uang yang Dikirim
masing BPP disampaikan. Atas transaksi
Diambil dari Uang Kas di Brankas)
ini dicatat pada :
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas
Sisi Kredit pada Buku Kas Umum
Bank (Apabila Uang yang Dikirim
Sisi Kredit pada Buku Pembantu BPP
Diambil dari Uang Kas di Rekening
Sisi Kredit pada Buku Pembantu LS‐
Bank)
Sisi Debet pada Buku Pembantu BPP
b. Pertanggungjawaban BPP atas Uang
ketika
pertanggung‐
Bendahara d. Setoran Sisa LS Bendahara yang telah dibayarkan BPP.
Persediaan yang telah Dibelanjakan. 12 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Adakalanya atas uang LS Bendahara yang telah dikirimkan oleh Bendahara
BPP
Pengeluaran kepada BPP tersebut berlebih dan harus dikembalikan ke kas negara
berupa
Surat
Setoran
Sisi Kredit pada Buku Pembantu
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Pajak
f. Pengiriman
Kembali
Sisa
Uang
Pengembalian Belanja. Atas transaksi ini
Persediaan dari BPP ke Bendahara
dicatat pada :
Pengeluaran.
Sisi Kredit pada Buku Kas Umum
Transaksi ini biasanya dilakukan pada
Sisi Kredit pada Buku Pembantu BPP
menjelang akhir tahun anggaran setelah
Sisi Kredit pada Buku Pembantu LS
tidak terdapat lagi pembayaran yang
Bendahara
dilakukan oleh masing‐masing BPP
e. Pertanggungjawaban
BPP
untuk kemudian disetor ke kas negara
atas
Pemungutan dan Penyetoran Pajak yang
sebegai
Telah Dilakukan.
anggaran berjalan. Atas transaksi ini
Pemungutan dan penyetoran pajak yang
dicatat pada :
telah dilakukan oleh BPP dicatat oleh
Bendahara
Pengeluaran
pengembalian
UP
tahun
Sisi Debet dan Kredit pada Buku Kas Umum
ketika masing‐
Sisi Debet pada Buku Pembantu Kas
masing BPP disampaikan. Atas transaksi
Sisi Debet pada Buku Pembantu Kas
pertanggungjawaban
oleh
ini dicatat pada :
Tunai (apabila diserahkan langsung
1. Pada saat pemungutan pajak
ke Bendahara Pengeluaran tanpa
Sisi Debet pada Buku Kas Umum
Sisi Debet pada Buku Pembantu
transfer bank)
BPP
Bank (apabila dikirimkan melalui
Sisi Debet pada Buku Pembantu
transfer bank)
Pajak 2. Pada saat penyetoran pajak:
Sisi Debet pada Buku Pembantu Kas
Sisi Kredit pada Buku Pembantu BPP
Sisi Kredit pada Buku Kas Umum pada Saat Penyetoran Pajak 13
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Aktivitas
BPP
Terkait
Hubungannya
Sisi Debet pada Buku Pembantu Kas
dengan Bendahara Pengeluaran (dicatat
Bank (apabila uang dikirim memalui
oleh BPP)
rekening bank BPP)
a. Penerimaan POK (Petunjuk Operasional Kegiatan) dari Bendahara Pengeluaran Penerimaan
POK
dari
Bendahara
Sisi Debet pada Buku Pembantu UP
c. Pembayaran melalui Uang Persediaan yang dilakukan oleh BPP
Pengeluaran ini dapat diibaratkan
Pembayaran melalui Uang Persediaan
sebagai
yang dilakukan oleh BPP dicatat oleh
penerimaan
DIPA
bagi
Bendahara Pengeluaran. Dalam POK
BPP pada :
tertuang pagu anggaran untuk masing‐
Sisi Kredit pada Buku Kas Umum
masing kegiatan, output, dan per akun
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas
yang merupakan batas tertinggi yang
Sisi kredit pada Buku Pembantu Kas
tidak boleh dilampaui oleh masing‐
Tunai
masing BPP. Atas transaksi ini maka oleh
Sisi Kredit pada Buku Pembantu UP
BPP akan dicatat pada :
Sisi Kredit pada Buku Pengawasan
Sisi Debet dan Kredit pada Buku Kas Umum
MAK d. Potongan dan setoran pajak yang
Sisi Debet pada Buku Pengawasan
dilakukan oleh BPP.
MAK
Potongan dan setoran pajak yang
b. Penerimaan Uang Persediaan dari Bendahara Pengeluaran
dilakukan oleh BPP dicatat oleh BPP: Pada saat pemungutan pajak :
Atas Uang Persediaan yang diterima dari
Sisi Debet pada Buku Kas Umum
Bendahara Pengeluaran dicatat oleh
Sisi Debet pada Buku Pembantu
BPP pada :
Sisi Debet pada Buku Kas Umum
Sisi Debet pada Buku Pembantu Kas
Sisi Debet pada Buku Pembantu Kas Tunai (apabila uang yang dikirim tunai)
Kas
Sisi Debet pada Buku Pembantu Kas Tunai
Sisi Debet pada Buku Pembantu Pajak
Pada saat penyetoran pajak : 14
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Sisi Kredit pada Buku Kas Umum
Sisi Kredit pada Buku Pembantu UP
Sisi Kredit pada Buku Pembantu
Sisi Kredit pada Buku Pengawasan MAK
Kas
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas Tunai
Sisi Kredit pada Buku Pengesahan
g. Penerimaan
LS
Bendahara
dari
Sisi Kredit pada Buku Pembantu
Bendahara Pengeluaran.
Pajak
Atas transaksi ini oleh BPP akan dicatat
e. Pertanggungjawaban Uang Persediaan
pada :
ke Bendahara Pengeluaran.
Sisi Debet pada Buku Kas Umum
Pertanggungjawaban Uang Persediaan
Sisi Debet pada Buku Pembantu Kas
ke Bendahara Pengeluaran yang dalam
Sisi Debet pada Buku Pembantu Kas
hal ini nantinya akan diproses menjadi
Tunai (apabila uang yang dikirim
SPP/SPM oleh BPP akan dicatat oleh
tunai)
BPP pada :
Sisi Debet pada Buku Pembantu Kas
Sisi Debet dan Kredit pada Buku Kas
Tunai (apabila uang dikirim memalui
Umum
rekening bank BPP)
Sisi Kredit pada Buku Pengesahan
f. Pengembalian Sisa UP ke Bendahara Pengeluaran.
Sisi Debet pada Buku Pembantu LS Bendahara
h. Pembayaran LS Bendahara oleh BPP
Atas sisa UP yang tidak dipergunakan
kepada Pihak yang Berhak.
lagi pada akhir tahun anggaran akan
Atas transaksi ini oleh BPP akan dicatat
dicatat oleh BPP pada :
pada :
Sisi Kredit pada Buku Kas Umum
Sisi Kredit pada Buku Kas Umum
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas
Sisi kredit pada Buku Pembantu Kas
(apabila pembayaran menggunakan
Tunai (apabila disetor tunai)
uang tunai)
Sisi kredit pada Buku Pembantu Kas Bank
(apabila
rekening)
disetor
melalui
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas Tunai
(apabila
pembayaran
menggunakan uang tunai) 15
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas
Referensi
Bank (apabila pembayaran dilakukan
1.
tentang Keuangan Negara;
melalui transfer bank)
2.
Sisi Kredit pada Buku Pembantu LS
Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
Bendahara i.
Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 2003
3.
Setoran Sisa LS Bendahara
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Atas Surat Setoran Pengembalian
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Belanja yang disetor oleh BPP, ,maka
Pembayaran
atas transaksi ini oleh BPP akan dicatat
Pelaksanaan APBN; 4.
pada :
dalam
Rangka
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Sisi Kredit pada Buku Kas Umum
162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas
dan Tanggung Jawab Bendahara pada
Sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas
Satuan Kerja Pengelola Anggaran
Tunai
Pendapatan dan Belanja Negara;
5.
Sisi Kredit pada Buku Pembantu LS
Peraturan
Direktur
Jenderal
Bendahara
Perbendaharaan Nomor 47/PB/2009
tentang
Penatausahaan
Laporan
Bendahara
Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.
Petunjuk dan
Pelaksanaan Penyusunan
Pertanggungjawaban Kementerian
Negara/
16 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Simulasi Pembukuan Satuan Kerja Kantor Penyuluhan Akuntansi
Transaksi yang terjadi pada Bulan Januari
(015.08.0199.160582.KP) menerima DIPA
2013 adalah sebagai berikut :
Tahun
Tanggal 2 Januari 2013
2013
dengan
015.08.1.160582/2013 Desember
nomor
DIPA‐
tanggal
05
2012
Rp.4.500.000.000,00
dengan
1.
sebesar perincian
Diterima DIPA dengan perincian tersebut dalam Tabel 1;
2.
Penyampaian Petunjuk Operasional
tersebut pada Tabel 1.
Kegiatan (POK) oleh Bendahara
Satuan kerja ini memiliki satu orang BPP
Pengeluaran
yang tidak memiliki rekening di Bank,
perincian tersebut dalam Tabel 2.
sehingga menyimpan uang UP yang dikirimkan oleh Bendahara Pengeluaran
ke
BPP
dengan
Tanggal 3 Januari 2013 1.
Diterima SPM‐UP beserta SP2D‐UP
dengan menggunakan brankas.
sebesar Rp.100.000.000,00 nomor
307405E Tanggal 03 Januari 2013 Daftar Rincian DIPA (Tabel 1)
No.
Jenis Belanja
Akun
Pagu
1.
Belanja Honor Output Kegiatan
521213
Rp. 150.000.000,00
2.
Belanja Barang Non Operasional Lainnya
521219
Rp.2.500.000.000,00
3.
Belanja Jasa Profesi
522151
Rp.1.000.000.000,00
4.
Belanja Perjalanan Lainnya
524119
Rp. 850.000.000,00
Daftar Rincian DIPA (Tabel 2) No.
Jenis Belanja
Akun
Pagu
1.
Belanja Honor Output Kegiatan
521213
Rp. 50.000.000,00
2.
Belanja Barang Non Operasional Lainnya
521219
Rp. 500.000.000,00
3.
Belanja Jasa Profesi
522151
Rp. 150.000.000,00
4.
Belanja Perjalanan Lainnya
524119
Rp. 200.000.000,00
17 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
2.
3.
Pengambilan uang tunai di bank
nomor KW‐003/GU/BPP/I/2013. Atas
senilai Rp.90.000.000,00 dengan cek
transaksi ini dipungut PPN sebesar
nomor FU 460672 tanggal 03 Januari
Rp.1.500.000,00
2013
Rp.225.000,00. Adapun pajak seluruhnya
Pengiriman ke BPP melalui tunai
disetor pada hari yang sama.
senilai Rp.50.000.000,00 dengan bukti
kuitansi
nomor
dan
PPh
sebesar
Tanggal 13 Januari 2013
KW‐
Pembayaran pembelian obat‐obatan
001/BPP/I/2013 Tanggal 03 Januari
oleh BPP senilai Rp.500.000,00 di Apotik
2013
Sugih Waras dengan bukti pembelian
Tanggal 6 Januari 2013 Pembayaran
nomor KW‐004/GU/BPP/I/2013.
pembelian
ATK
dan
Tanggal 17 Januari 2013
komputer supplies oleh BPP senilai
Pembayaran honorarium narasumber
Rp.950.000,00 di Toko Supra dengan
senilai Rp. 18.000.000,00 untuk 8 orang
bukti
narasumber atas nama Sukotjo, dkk
pembelian
KW‐
001/GU/BPP/I/2013.
dengan bukti pembayaran nomor KW‐
Tanggal 8 Januari 2013
005/GU/BPP/I/2013. Atas transaksi ini
Pembayaran
pembuatan
spanduk
dipungut PPh senilai Rp.1.500.000,00 dan
kelengkapan diklat oleh BPP senilai
disetor pada ke kas negara pada hari
Rp.1.320.000,00 di Toko Mega Pro
yang sama.
Advertising dengan bukti pembelian
Tanggal 18 Januari 2013
nomor KW‐002/GU/BPP/I/2013. Atas
Diterima SPM‐LS Bendahara beserta
transaksi ini dipungut PPN sebesar
SP2D‐LS Bendahara atas perjalanan dinas
Rp.120.000,00 dan langsung disetor ke
narasumber sebesar Rp.25.000.000,00
kas negara pada hari itu juga.
nomor 307406Etanggal 18 Januari 2013
Tanggal 10 Januari 2013
Tanggal 19 Januari 2013
Pembayaran pembelian perlengkapan peserta
oleh
BPP
senilai
1.
Pengambilan uang tunai di bank atas SPM‐LS
bendahara
senilai
Rp.16.500.000,00 di Toko Variomas Jaya
Rp.25.000.000,00 dengan cek nomor
Sejahtera dengan bukti pembelian
FU 460673 tanggal 19 Januari 2013 18
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
2.
Pengiriman ke BPP melalui tunai
dibayarkan
senilai Rp.25.000.000,00 dengan
Rp.23.500.000,00
bukti
Rp.1.500.000,00).
kuitansi
nomor
KW‐
yang
pertanggungjawaban
berhak
sebesar bukti
nomor
senilai
304481E tanggal 26 Januari 2013 Tanggal 28 Januari 2013
Penyetoran kelebihan LS Bendahara sebesar
1.
Rp.1.500.000,00
menggunakan
Surat
Setoran
Pengembalian
Belanja
nomor
Pengambilan uang di bank dengan cek nomor FU 460674 tanggal 28 Januari
2.
Tanggal 23 Januari 2013
senilai
Pengiriman ke BPP melalui tunai senilai
Penyampaian kepada Bendahara pertanggungjawaban
2013
Rp.37.270.000,00
001/SSPB/I/2013.
Pengeluaran
BPP
Rp.37.270.000,00 dengan SP2D nomor
KW‐
001/LS/BPP/I/2013
Rp.37.270.000,00
bukti
kuitansi nomor KW‐003/BPP/I/2013. Tanggal 31 Januari 2013
UP yang sudah benar dan lengkap
1.
Dari rekening Koran tampak jasa giro
senilai Rp.37.270.000,00 dengan
yang telah disetor oleh pihak bank
SPTB
adalah sebesar Rp.250.000,00;
dengan
nomor
001/SPTB/I/2013
perincian
untuk
akun
2.
521219 sebesar Rp.19.270.000,00 dan
2.
SSPB
Diterima SPM GU dan SP2D GU atas
pembelian
1.
dan
Pembayaran LS Bendahara kepada
Rp.23.500.000,00dengan
4.
kuitansi
Tanggal 26 Januari 2013
002/BPP/I/2013. 3.
(nilai
522151
LPJ
Bendahara
Pengeluaran dan LPJ BPP.
sebesar
Rp.18.000.000,00, untuk selan‐
jutnya diproses SPP dan SPMnya dan
diajukan ke KPPN;
Penyampaian kepada Bendahara
Pengeluaran
pertanggungjawaban
atas LS Bendahara yang telah
Penyusunan
19
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
20 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
21 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
22 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
23 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
24 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
25 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
26 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
27 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
28 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
29 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
30 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
PERBEDAAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PADA SAP BERBASIS AKRUAL DENGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PADA SAP BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL DAN PERBEDAAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN DENGAN LAPORAN OPERASIONAL Oleh Fitra Riadian Dit. Akuntansi Pelaporan Keuangan Ditjen Perbendaharaan A. PERBEDAAN LRA PADA SAP BERBASIS
A.1. PERLAKUAN ATAS TRANSAKSI NON
AKRUAL DENGAN LRA PADA SAP BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL
KAS Pada LRA pada SAP Berbasis Kas Menuju
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada
Akrual, terdapat pencatatan atas transaksi
dasarnya adalah menggunakan basis Kas.
Non
Walaupun
disusun
transaksi-transaksi yang tidak melibatkan
berdasarkan basis Akrual, namun untuk LRA
kas. Contoh dari transaksi Non Kas adalah
tetap menggunakan basis Kas. Sehingga
transaksi
pada umumnya tidak ada perbedaan antara
barang/jasa/surat berharga.
LRA pada SAP Berbasis Akrual dengan LRA
Pada LRA pada SAP Berbasis Kas Menuju
pada SAP Berbasis Kas Menuju Akrual.
Akrual,
Namun
barang/jasa/surat berharga tersebut dicatat
Laporan
demikian,
Keuangan
terdapat
perbedaan
Kas.
Transaksi
penerimaan
transaksi
antara LRA pada SAP Berbasis Akrual
sebagai berikut:
dengan LRA pada SAP Berbasis Kas Menuju
-
Akrual
yang
modifikasi
lebih
kebijakan
Non
Kas
Hibah
hibah
adalah
berupa
berupa
Dicatat sebagai Pendapatan Hibah Non
disebabkan
karena
Kas;
akuntansi
selama
Pendapatan Hibah non Kas dicatat oleh
pemberlakuan basis Kas Menuju Akrual dan terkait Sistem Akuntansi yang digunakan, yaitu pada hal-hal sebagai berikut:
BUN (BA.999.02). -
Dicatat
sebagai
Belanja
Barang/
Modal/Pembiayaan Non Kas;
-
Perlakuan atas Transaksi Non Kas; dan
Belanja Barang/Modal/Pembiayaan Non
-
Jurnal Standar
Kas dicatat oleh Kementerian/Lembaga. 31
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Pada LRA pada SAP Berbasis Akrual, tidak
perbedaan pada jurnal standar. Perbedaan
lagi terdapat Pendapatan atau Belanja Non
ini terjadi karena perbedaan pilihan sistem
Kas. Yang dicatat pada LRA pada SAP
akuntansi
Berbasis Akrual adalah transaksi-transaksi
menggunakan basis Kas Menuju Akrual dan
yang melibatkan Kas saja.
saat menggunakan basis Akrual, yaitu:
Pada Laporan Keuangan Basis Akrual, atas
-
yang
digunakan
pada
saat
Jurnal Penganggaran:
transaksi Hibah berupa barang/jasa/ surat
Pada LRA pada SAP Berbasis Kas Menuju
berharga dicatat sebagai berikut (Tabel 1):
Akrual,
Dicatat
-
-
sebagai
Pendapatan
pada
penganggaran
menggunakan
double entry. Pada LRA pada SAP
Laporan Operasional; dan
Berbasis Akrual, jurnal penganggaran
Dicatat sebagai Aset pada Neraca.
dilakukan dengan cara single entry. Tabel 1
No. 1.
Transaksi
Jurnal Kas Menuju Akrual
Akrual
Penganggaran (DIPA) - Estimasi pendapatan Estimasi Pendapatan..... Utang kepada KUN - Allotment Belanja
(single entry)
Piutang dari KPPN
Allotment Belanja.....
Allotment Belanja..... 2.
Realisasi - Pendapatan
Utang Kepada KUN
Pendapatan.....
Belanja.....
Belanja.....
Piutang dari KPPN A.2. JURNAL STANDAR Jurnal Standar adalah dasar pencatatan dan pemrosesan atas suatu transaksi. Pada LRA pada SAP Berbasis Akrual dan LRA pada SAP Berbasis Kas Menuju Akrual terdapat
(single entry) Diterima Entitas Lain
Pendapatan..... - Belanja
Estimasi Pendapatan.....
Ditagihkan ke Entitas Lain Jurnal Realisasi: Pada jurnal realisasi, baik LRA pada SAP Berbasis Ks Menuju Akrual maupun LRA pada SAP Berbasis Akrual mencatat secara double entry, namun berbeda untuk pasangan jurnalnya. 32
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
B. PERBEDAAN LRA DENGAN LO Dalam penyusunan Laporan Keuangan Basis Akrual terdapat laporan yang tidak ada pada laporan basis Kas Menuju Akrual, yaitu Laporan Operasional (LO), Laporan
bersangkutan pemerintah,
yang dan
menjadi
tidak
perlu
hak dibayar
kembali oleh pemerintah. Definisi Pendapatan pada LO adalah:
Perubahan Ekuitas (LPE), dan Laporan
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah
Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL).
yang
LO menyajikan Pendapatan LO dan Beban.
kekayaan bersih. Kekayaan Bersih adalah
Selisih dari Pendapatan dan Beban disebut
Selisih Aset dengan Kewajiban atau disebut
Surplus/Defisit. Dalam Laporan Realisasi
dengan Ekuitas.
Anggaran (LRA), terdiri dari Pendapatan dan
Dari definisi, dapat diketahui perbedaan
Belanja. Selisih dari Pendapatan dan Belanja
antara Pendapatan LRA dengan Pendapatan
disebut SiLPA/SiKPA.
LO adalah bahwa:
Dalam tulisan ini akan dibahas: -
-
Perbedaan antara Pendapatan pada LO
-
diakui
sebagai
penambah
LRA: pendapatan adalah “Penerimaan oleh BUN/BUD” yang menambah “SAL”;
-
LO: Pendapatan adalah “Hak (atas
dengan Pendapatan pada LRA; dan
pekerjaan
Perbedaan antara Beban pada LO
dilaksanakan)”
dengan Belanja pada LRA
“kekayaan bersih (ekuitas)”.
B.1. PERBEDAAN ANTARA PENDAPATAN LO DENGAN PENDAPATAN LRA
Definisi Pendapatan pada LRA adalah: Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Umum
Tulisan
yang
telah yang
menyajikan
selesai menambah
beberapa
contoh
perbedaan antara pendapatan LRA dengan Pendapatan LO sebagai berikut:
B.1.1. DEFINISI
Bendahara
nilai
Negara/Bendahara
Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
B.1.2.
PENDAPATAN
NEGARA
BUKAN PAJAK (PNBP) Pada PNBP, umumnya tidak terdapat perbedaan antara saat pengakuan dan nilai yang diakui/dicatat baik pada LRA maupun LO karena pada umumnya PNBP ditagih dan diterima
kasnya
pada
periode
tahun 33
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
anggaran yang sama, bahkan diharapkan
B.1.3. PENDAPATAN SEWA
ditagih dan diterima pada hari yang sama.
Untuk lebih mudah dalam memahami
Contoh:
perbedaan antara Pendapatan LRA dengan
Pendapatan PNBP Perijinan, pada umum
Pendapatan
penerimaan kas PNBP Perijinan pada hari
diilustrasikan terdapat transaksi sebagai
yang sama dengan hak/tagihan perijinan
berikut:
timbul, sehingga pengakuan pendapatannya
Satker A menyewakan salah satu ruangan
antara LRA dengan LO sama.
gedungnya kepada pihak ketiga. Perjanjian
LO
atas
transaksi
Sewa,
sewa gedung tersebut dimulai dari tgl. 1 Juli Namun, apabila terjadi, misalnya Surat Ijin
2015 s/d 30 Juni 2016 sebesar Rp.10 juta.
telah dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah
Pembayaran dilakukan pada tanggal 1 Juli
dan/atau telah diterima oleh yang meminta
2015.
perijinan,
dilakukan
Dari transaksi diatas akan terjadi perbedaan
periode
pencatatan antara pendapatan sewa LRA
pelaporan, maka akan terdapat perbedaan
dengan pendapatan sewa LO sebagai
antara pendapatan pada LRA dengan pada
berikut (Tabel 2):
LO pada akhir periode pelaporan yaitu:
LRA, pada tanggal 1 Juli 2015 saat
tetapi
pembayarannya
-
-
belum
hingga
akhir
Pada LRA tidak akan mencatat adanya
menerima Kas, mencatat pendapatan Sewa
pendapatan, karena sampai dengan
sebesar Rp.10 Juta. Setelah itu, tidak ada
akhir periode pelaporan tidak ada
lagi pencatatan pada LRA. Sedangkan LO,
penerimaan Kas.
pada
Pada LO diakui adanya pendapatan,
pendapatan sebesar Rp.10 juta, namun
walaupun tidak ada penerimaan kas
pada akhir tahun (31 Des’ 2015) dilakukan
sampai dengan akhir periode pelaporan,
Jurnal
karena
pendapatan sewa.
pada
saat
perijinan
tanggal
1
Juli
penyesuaian
2015
mencatat
terhadap
nilai
dikeluarkan/diterima telah terjadi hak
Mengapa?
atas pendapatan perijinan tersebut.
Karena perjanjian Sewa adalah untuk
Pada kasus ini, di neraca akan mencatat
selama 1 tahun sebesar Rp. 10 Juta,
adanya piutang.
sedangkan sampai dengan akhir tahun 34
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
2015,
sewa
setengah
baru
tahun,
terlaksana maka
selama
januari sampai dengan Juni 2016. Pada
pengakuan
Neraca
akan
dicatat
(Pendapatan
pengurangan
pendapatan sewa pun hanya sebanyak
kewajiban
Sewa
diterima
setengah tahun, yaitu ½ dari Rp.10 juta
dimuka) sebesar Rp. 5 juta.
yaitu Rp. 5 juta. Dengan demikian pada
Transaksi diatas dapat dijelaskan pada
akhir tahun akan dilakukan penyesuaian
ilustrasi tabel di halaman ini (Tabel 2):
Tabel 2 Tanggal 1 Juli’15
Transaksi
LRA
LO
Pembayaran Sewa Rp.10 Mencatat Pendapatan Mencatat Pendapatan Juta untuk sewa dari 1 sebesar Rp.10 Juta
sebesar Rp.10 Juta
Juli’15 s/d 30 Juni’16 31 Des’15
Penyesuaian
pada
akhir Tidak ada pencatatan
tahun
Mengurangi Pendapatan
sewa
sebesar Rp. 5 Juta, mencatat
kewajiban
sebesar Rp.5 Juta 30 Juni’16
Berakhirnya masa sewa
Tidak ada pencatatan
Mengakui
adanya
pendapatan
sewa
sebesar Rp.5 Juta dan mengurangi kewajiban sebesar Rp.5 Juta berupa pengurangan pendapatan sewa
Terlihat bahwa pada tahun 2015 LRA
sebesar Rp. 5 Juta. Disamping itu, pada
mencatat pendapatan sebesar Rp.10 Juta,
neraca juga dicatat adanya kewajiban
sedangkan pada LO mencatat pendapatan
(Pendapatan
dimuka)
sewa sebesar Rp.5 Juta. Pada tahun 2016
sebesar Rp. 5 Juta. Pada Tahun 2016 pada
LRA tidak mencatat pendapatan, sedangkan
LO akan diakui adanya pendapatan sewa
LO mencatat pendapatan sebesar Rp. 5
gedung sebesar Rp. 5 juta juga. Yaitu
Juta.
Sewa
diterima
pengakuan pendapatan sewa dari bulan 35 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Perbedaan Pendapatan Sewa pada LRA dan LO akan menjadi semakin besar apabila sewa dilakukan untuk tahun yang lebih lama, misalnya 4 tahun, dari tanggal 1 Juli 2015 s.d. 30 Juni 2019 sebesar Rp.10 juta,dan dibayar diawal. Maka pengakuan pendapatan akan sebagai berikut (Tabel 3): Tabel 3 Tahun
LRA
LO
2015
Rp. 10 Juta
Rp. 1,25 juta (Juli sd Des’15 → ⅟2 tahun)
2016
-
Rp. 2,5 juta (Jan sd Des’16 → 1 tahun)
2017
-
Rp. 2,5 juta (Jan sd Des’17 → 1 tahun)
2018
-
Rp. 2,5 juta (Jan sd Des’18 → 1 tahun)
2019
-
Rp. 1,25 juta (Jan sd Jun’19 →⅟2 tahun)
B.1.4. PENJUALAN ASET Untuk lebih mudah dalam memahami
Pada saat lelang, mobil tersebut terjual
perbedaan antara Pendapatan LRA dengan
dengan harga Rp.40 Juta. Bagaimana
Pendapatan LO atas transaksi penjualan
pencatatan transaksi tersebut di LRA dan di
aset,
LO?
diilustrasikan
terdapat
transaksi
sebagai berikut:
Pada LRA, Kas sebesar Rp. 40 juta
Satker A mempunyai sebuah mobil dengan
merupakan penerimaan pada Kas Negara
harga pembelian sebesar Rp. 100 Juta.
(BUN) dan menambah SAL. Sehingga pada
Mobil tersebut ingin dijual karena sudah
LRA diakui/dicatat sebagai pendapatan
tidak digunakan lagi. Pada saat penjualan,
penjualan sebesar Rp.40 juta.
mobil tersebut telah disusutkan sebesar Rp.
Pada LO, dari Penjualan
70 Juta, sehingga nilai buku mobil tersebut
juta, telah memenuhi definisi hak, namun
sebesar Rp.30 juta.
tidak
semuanya
menambah
sebesar Rp. 40
memenuhi
kekayaan
bersih
definisi (ekuitas). 36
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Mengapa? karena pada basis akrual pada
Pada Pendapatan LRA, akan mencatat
saat mobil dijual, juga terjadi pengurangan
pendapatan penjualan aset sebesar Rp.20
ekuitas sebesar nilai buku mobil tersebut
Juta. Pada LO, akan mencatat sesuai
(Rp.30 juta).
ilustrasi tabel di halaman ini (Tabel 5):
Sehingga dari transaksi sebesar Rp. 40 Juta
Dengan demikian pada LO, akan mencatat
hanya menambah ekuitas sebesar Rp. 10
beban penjualan aset sebesar Rp.10 juta,
juta. Yaitu sebagai berikut (Tabel 4):
sedangkan
pada
Neraca
mencatat
Tabel 4 Transaksi
Nilai
Keterangan
Penerimaan Kas
Rp.40 juta
Menambah ekuitas
Pengurangan nilai buku mobil
Rp.30 juta
Mengurangi ekuitas
Rp.10 juta
Penambah ekuitas Netto
pada saat dijual Keuntungan penjualan mobil
Dengan demikian pada LO mencatat
penambahan Kas sebesar Rp. 20 Juta dan
keuntungan pejualan aset tetap hanya
Pengurangan nilai aset sebesar Rp.30 Juta.
sebesar Rp.10 juta, sedangkan pada Neraca
Pada
kasus
ini,
terdapat
perbedaan
Tabel 5 Transaksi
Nilai
Keterangan
Penerimaan Kas
Rp.20 juta
Menambah ekuitas
Pengurangan nilai buku mobil
Rp.30 juta
Mengurangi ekuitas
Rp.10 juta
Pengurangan ekuitas Netto
pada saat dijual Kerugian penjualan mobil
mencatat penambahan Kas sebesar Rp. 40
pencatatan pada LRA dengan LO, pada LRA
Juta dan Pengurangan nilai aset sebesar
mencatat Pendapatan sebesar Rp. 20 juta,
Rp.30 Juta. Bagaimana jika Mobil tersebut
pada LO mencatat Kerugian penjualan aset
hanya terjual sebesar Rp. 20 Juta?
tetap sebesar Rp.10 juta. 37
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
B.2. PERBEDAAN ANTARA BEBAN LO
pelaporan keuangan yang sama. Sehingga
DENGAN BELANJA LRA
pada umumnya Belanja Pegawai (LRA)
B.2.1. DEFINISI
adalah sama dengan Beban Pegawai (LO).
Belanja (LRA) adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Beban (LO) adalah kewajiban pemerintah yang
diakui
sebagai
pengurang
nilai
kekayaan bersih. Dari definisi, dapat diketahui perbedaan antara Belanja LRA dengan Beban LO adalah bahwa: -
LRA: belanja adalah “Pengeluaran oleh BUN/BUD” yang mengurangi “SAL”;
-
LO: beban adalah “Kewajiban (atas pekerjaan yang telah diterima)” yang mengurangi “kekayaan bersih (ekuitas)”.
Dalam Bab ini akan disajikan beberapa contoh perbedaan antara Belanja LRA dengan Beban LO sebagai berikut:
Akan terjadi perbedaan antara Belanja Pegawai dan Beban Pegawai, apabila ada suatu
Keputusan
yang
mengakibatkan
kewajiban pemerintah untuk membayar namun baru dibayar pada tahun anggaran berikutnya. Misalnya,
telah
terbit
SK
Kenaikan
pangkat/gaji pada tahun 2015 yang berlaku terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2015. Namun,
kenaikan
gaji
tersebut
baru
dilaksanakan pada tahun 2016 (Tabel 6). Katakan total belanja yang dibayarkan selama tahun 2015 sebesar Rp.120 juta. Sedangkan kekurangan kenaikan gaji bulan Oktober sd Desember 2015 adalah sebesar Rp. 1 Juta. Pada LRA, Belanja pegawai yang diakui adalah yang benar-benar dibayarkan pada tahun 2015, yaitu sebesar Rp.120 juta. Pada LO, Beban pegawai yang diakui adalah kewajiban yang terjadi pada tahun 2015, pada kasus ini, termasuk beban kenaikan
B.2.2. BELANJA PEGAWAI DENGAN
gaji pada bulan Oktober sd Desember 2015.
BEBAN PEGAWAI
Pada LO, seluruh belanja pegawai sebesar
Pada umumnya, pemerintah membayar gaji
Rp.120 Juta diakui sebagai beban pegawai,
pegawai pada tahun anggaran/periode
namun di akhir tahun akan dilakukan jurnal 38
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
penyesuaian penambahan beban pegawai
adalah kewajiban yang terjadi pada tahun
sebesar kekurangan kenaikan gaji bulan
2016
Oktober s/d Desember sebesar Rp. 1 juta.
kekurangan gaji tahun 2015 sebesar Rp.1
Jadi, pada tahun 2015, pada LO, dicatat
juta tidak termasuk sebagai Beban Tahun
Beban Pegawai sebesar Rp.121 juta, dan
2016, tetapi merupakan beban tahun 2015.
juga
Pada LO, awalnya akan diakui/dicatat beban
mengakui
adanya
utang
belanja
saja.
Sehingga
pembayaran
pegawai pada Neraca.
Pegawai sebesar Rp.131 Juta, namun pada
Pada kasus ini, di tahun 2016 akan terjadi
akhir tahun 2016, pada LO akan dilakukan
juga perbedaan antara LRA dengan LO.
penyesuaian berupa pengurangan beban
Mengapa demikian?
Pegawai sejumlah pembayaran kekurangan
Misalnya, pada tahun 2016 dibayarkan Gaji
gaji tahun 2015
Induk sebesar Rp. 130 juta dan Kekurangan
sebesar Rp.1 juta. Jadi, pada LO akan
Gaji Okt-Des’15 sebesar Rp.1 Juta, total Rp.
dicatat Beban Pegawai sebesar Rp.130 Juta,
131 Juta.
dan juga mencatat pengurangan utang
Pada LRA Tahun 2016 akan mencatat
sebesar Rp.1 juta. Apabila diikhtisarkan
Belanja Pegawai sebesar Rp. 131 Juta.
sebagai berikut (Tabel 6):
Sedangkan pada LO, beban pegawai Tabel 6 Tanggal
Transaksi
Sepanjang tahun Pembayaran Gaji Induk 2015 31 Des 2015 Penyesuaian Kekurangan Gaji Okt-Des 2015 TOTAL Belanja/Beban Pegawai 2015 Sepanjang tahun Pembayaran Gaji Induk 2016 Pada tahun 2016 Pembayaran Kekurangan Gaji Okt-Des 2015 31 Des 2016
Penyesuaian pembayaran Kekurangan Gaji Okt-Des 2015 TOTAL Belanja/Beban Pegawai 2016
Belanja
Beban
pada LRA
pada LO
120 juta
120 juta
-
1 juta
120 juta
121 juta
130 juta
130 juta
1 juta
1 juta
-
(1 juta)
131 juta
130juta 39
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
B.2.3.
BELANJA
BARANG/JASA
DENGAN BEBAN BARANG/JASA
Rp.25 juta,
Dari belanja Barang/Jasa (akun 52) ada yang
belanja
menghasilkan barang
persediaan. yang
Atas
524 (belanja perjalanan) sebesar Rp.15 juta,
menghasilkan persediaan dan ada yang tidak
523 (Belanja pemeliharaan) sebesar
526 (belanja barang untuk diserahkan kepada
menghasilkan
masyarakat
-
persediaan)
persediaan, tidak mengurangi kekayaan
sebesar Rp.15 juta yang hingga akhir
bersih/ekuitas. Karena tidak mengurangi
tahun belum diserahkan.
ekuitas, maka pada LO tidak diakui sebagai
Pada LRA, belanja barang/jasa pada LRA
beban. Misalnya, Satker A selama tahun
adalah sebesar seluruh belanja Barang/jasa,
2015 mengeluarkan belanja barang sebesar
yaitu sebesar Rp.100 juta.
total Rp.100 juta, terdiri dari:
Pada LO, yang menjadi beban barang/jasa
521 (belanja barang) sebesar Rp.25 juta,
hanya yang mengurangi ekuitas, yang tidak
Dari Rp. 25 juta, sebesar Rp. 20 Juta
menghasilkan
menjadi persediaan pada akhir tahun,
sebesar Rp.65 juta dari: 521 yang langsung
sedangkan yang Rp.5 juta habis pada
habis (Rp.5 juta), 522 (Rp.20 juta), 523
tahun 2015.
(Rp.25 juta), dan 524 (Rp.15 juta).
522 (belanja jasa) sebesar Rp.20 juta,
Dari tabel sebagai berikut (Tabel 7):
aset
(persediaan),
yaitu
Tabel 7 No.
Transaksi dari Akun
Belanja pada
Beban pada
LRA
LO
1.
521 menjadi persediaan
20 juta
-
2.
521 menjadi persediaan namun habis terpakai
5 juta
5 juta
3.
522
20 juta
20 juta
4.
523
25 juta
25 juta
5.
524
15 juta
15 juta
6.
526 yang belum diserahkan (masih sebagai persediaan) TOTAL
15 juta
-
100 juta
65 juta 40
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
B.2.4.
BELANJA
MODAL
LRA
DENGAN BEBAN LO
mengurangi ekuitas, maka pembelian mobil tersebut tidak diakui sebagai Beban.
Belanja modal seharusnya dalam rangka
B.2.5. BELANJA BANTUAN SOSIAL
memperoleh aset atau untuk menambah
LRA VS BEBAN BANTUAN SOSIAL LO
nilai
rangka
Bantuan Sosial (Bansos) dapat diberikan
memperoleh aset atau menambah nilai
kepada yang berhak menerima dalam
aset, maka transaksi belanja modal tidak
bentuk uang (Kas) maupun dalam bentuk
mengurangi ekuitas. Sehingga:
Barang. Baik Bansos dalam bentuk Uang
-
-
aset.
Karena
dalam
Pada LRA akan diakui sebagai Belanja
maupun
Modal,
menggunakan
Pada LO tidak dicatat sebagai beban.
(57xxxx).
dalam Akun
bentuk Belanja
Barang Bansos
Contoh:
BANSOS DALAM BENTUK UANG
Satker A membeli sebuah Mobil seharga Rp.
Apabila Bansos diberikan dalam bentuk
100
uang, maka pada LRA akan dicatat sebagai
juta
dan
telah
diterbitkan
SPM/SP2Dnya (telah dilunasi). Pada
LRA,
pembelian
belanja bansos dan pada LO akan dicatat
Mobil
tersebut
merupakan pengeluaran oleh BUN yang
sebagai Beban Bansos dengan jumlah yang sama pada saat SPM/SP2D terbit.
mengurangi SAL sehingga dicatat sebagai realisasi Belanja Modal sebesar Rp.100 juta.
Pada LO, pembelian Mobil tersebut tidak mengurangi
kekayaan
bersih
(ekuitas).
Mengapa? Karena pada transaksi pembelian mobil,
selain
mencatat
pengeluaran
(pengurang ekuitas) juga mencatat sebagai Aset tetap (penambah ekuitas) pada saat dan jumlah yang sama, sehingga ekuitas nettonya tidak berubah. Karena tidak
41 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
BANSOS DALAM BENTUK BARANG
Namun untuk Bansos dalam bentuk Barang,
Bansos dalam bentuk barang adalah Satker
ada ketentuan apabila sampai dengan akhir
memberikan bansos kepada yang berhak
tahun
menerima dalam bentuk barang. Barang
diserahkan kepada yang berhak, maka sisa
tersebut dapat dibeli atau dibuat terlebih
barang tersebut dicatat sebagai persediaan.
dahulu
kemudian
Dengan dicatat sebagai persediaan, maka
diserahkan kepada yang berhak menerima.
berarti belanja bansos tersebut belum
Pembelian atau pembuatan barang tersebut
mengurangi ekuitas, sehingga pada LO tidak
menggunakan akun Belanja Bansos.
dicatat sebagai beban Bansos. Dilakukan
Pada saat Satker menerbitkan SPM/SP2D
penyesuaian pada akhir periode, yaitu
untuk membeli/membuat Barang tersebut,
sejumlah Bansos berupa barang yang belum
baik pada LRA maupun pada LO diakui
diserahkan (masih berupa persediaan).
sebagai Belanja Bansos (LRA) atau Beban
Dalam Ilustrasi dapat disajikan sebagai berikut (Tabel 8):
oleh
Satker,
baru
Bansos (LO).
barang
tersebut
belum
habis
Tabel 8 No.
Transaksi
Belanja Bansos LRA
Beban Bansos LO
TAHUN 2015: 1.
SPM/SP2D Bansos berupa Kas sebesar Rp.100 Juta
Rp.100 juta
Rp.100 juta
2.
SPM/SP2D Bansos untuk membeli Barang Bansos sebesar Rp. 400 juta
Rp. 400 juta
Rp. 400 juta
3.
Pada akhir tahun terdapat Barang bansos senilai Rp.150 juta yang belum diserahkan.
-
(Rp.150 juta)
Rp.500 juta
Rp.350 juta
-
Rp.150 juta
Rp. -
Rp.150 juta
TOTAL BELANJA/BEBAN BANSOS TAHUN 2015 TAHUN 2016: 1.
Diserahkan barang Bansos perolehan tahun 2015 sebesar Rp.150 juta TOTAL BELANJA/BEBAN BANSOS TAHUN 2016
42 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
B.2.6. BEBAN-BEBAN YANG HANYA
2. Nilai Pendapatan pada LRA dengan LO
ADA PADA LO TAPI TIDAK ADA PADA
dapat sangat berbeda. Pendapatan LRA
LRA
dapat lebih besar dari LO, namun bisa
Selain
transaksi-transaksi
diatas,
yang
juga sebaliknya.
menjadi perbedaan antara Belanja pada
3. Belanja pada LRA mencatat pengeluaran
LRA dengan Beban pada LO adalah adanya
yang telah dikeluarkan dari BUN/BUD
beban yang tidak melibatkan transaksi Kas
atau
(tidak
pelaporan, sedangkan Beban pada LO
ada
pengeluaran
Kas).
Beban
dimaksud adalah beban atas konsumsi
pengesahan
selama
tahun
adalah sebesar yang mengurangi ekuitas saja yang terjadi pada tahun pelaporan.
suatu aset dan beban pembentukan penyisihan/cadangan atas kerugian yang
4. Nilai Belanja pada LRA dengan Beban LO
mungkin timbul. Beban atas konsumsi aset
dapat sangat berbeda. Belanja LRA
diantaranya adalah:
dapat lebih besar dari Beban LO, namun
1. Beban persediaan;
bisa juga sebaliknya. 5. Perbedaan-perbedaan
2. Beban Penyusutan; 3. Beban Amortisasi. Beban
atas
penyisihan/cadangan
atas
diatas
terjadi
utamanya
karena
perbedaan
dasar/basis
dalam
melakukan
kerugian yang mungkin timbul diantaranya
pencatatan, LRA berdasarkan Kas (harus
adalah:
ada penerimaan atau pengeluaran Kas),
1. Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih;
sedangkan LO berdasarkan Akrual (tidak
2. Beban Penghapusan Piutang.
harus telah ada penerimaan atau pengeluaran Kas). Perbedaan tersebut
C. KESIMPULAN
merupakan suatu hal yang normal dan
1. Pada LRA mencatat penerimaan yang
bukan sesuatu yang harus dijelaskan
telah diterima pada BUN/BUD atau
dalam Laporan Keuangan. Namun bagi
pengesahan selama tahun pelaporan,
penyusun Laporan Keuangan harus
sedangkan pada LO mencatat hak yang
mengerti
benar-benar telah terjadi pada tahun
tersebut.
penyebab
perbedaan
pelaporan. 43 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
KLINIK PELAKSANAAN ANGGARAN DAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT 1. Pertanyaan :
hasil lelang harus dicatat sebagai penerimaan BLU.
Kami adalah satker BLU, ada beberapa pertanyaan yang akan kami tanyakan: 1. Apabila ada lelang BMN, apakah nilai hasil lelang tersebut perlu kami catat sebagai realisasi penerimaan BLU dan tercatat di BKU bendahara penerima? 2. Apabila
ada
pengembalian
sebagai pendapatan, tetapi apakah pada bendahara
kami
perlu
juga
penerimaan
dicatat
BLU,
tapi
merupakan
pendapatan
(dicatat sebagai pendapatan) BLU yang harus disetor ke rekening Kas Negara dengan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP).
belanja
tahun lalu, pada SAI akan tercatat
pembukuan
2. .Pengembalian tersebut bukanlah PNBP
sebagai
pendapatan? sedangkan pengembalian belanja tahun lalu tersebut sumbernya berasal dari rupiah murni (Non PNBP).
3. Pertanyaan : Terdapat
transaksi
akrual
yang
tidak
dimasukan dalam neraca Laporan keuangan Semester
I,
namun
Keuangan
Tingakt
karena
Laporan
Kementerian
telah
terlanjur diserahkan kepada Kementerian Keuangan maka tidak dimungkinkan untuk mengganti
Jawaban :
laporan
keuangan
tersebut
karena otomatis akan mengganti laporan Dasar hukum pasal 22 PP 74/2012:
keuangan
1. Kalau dana perolehan BMN yang akan
Bagaimana caranya memperbaiki kekeliruan
dilelang berasal dari Rupiah Murni (RM),
akibat tidak dimasukannya transaksi akrual
maka hasil lelang tidak tercatat pada
ini didalam neraca semester I?
penerimaan
BLU
karena
tingkat
kementerian
juga.
langsung
disetor ke Kas Negara, akan tetapi apabila dana perolehan BMN yang akan itu bersumber dari PNBP BLU, maka
Jawaban : Prinsipnya, perbaikan dilakukan pada saat ditemukan. Dalam hal Laporan Keuangan tidak dapat diubah lagi, maka perbaikan 44
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
dilakukan pada periode berikutnya atau
malah merepotkan urus Uang Muka bahkan
saat
cenderung
diketahuinya
(itu
pun
apabila
tidak
perlu..
pengaruhnya masih ada). Namun demikian,
5. Mohon penjelasan…banyak pertanyaan
mengingat pencatatan transaksi akrual
dibenak saya menyangkut BAB III pasal 3
hanya dilakukan pada saat penyusunan LK
ayat 3 Per. 19/PB/2013
Semesteran dan Tahunan, maka perbaikan yang Saudara maksudkan, dilakukan pada LK Tahunan, dengan syarat memang masih ada pengaruhnya pada tanggal pelaporan tersebut dan dicatat sebesar pengaruh yang tersisa tersebut.
Jawaban : Pada prinsipnya uang muka adalah pilihan yang
dapat
barang/jasa
diambil untuk
oleh
penyedia
pembiayaan
awal
pekerjaan yang akan dilakukan. Nilai jaminan uang muka diatur harus sama
4. Pertanyaan :
dengan uang muka yang diberikan agar Dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan
apabila terjadi wanprestasi maka negara
No.19/PB/2013 tentang Uang Muka. jika
dapat melakukan klaim pencairan jaminan
saya Penyedia Jasa, pada Bab III, Pasal 3
uang muka dengan nilai yang sama dengan
ayat 3 disebutkan bahwa Nilai Jaminan
yang
sesuai dengan yang akan dibayarkan ke
barang/jasa
Penyedia/Jasa.
kerugian).
Pertanyaannya:
dibayarkan (negara Jaminan
kepada
penyedia
tidak yang
mengalami disampaikan
:
kepada bank/lembaga penjamin dimaksud
1. jika saya punya 1jt, kenapa harus pinjam
sesuai dengan ketentuan tidak hanya dapat
modal ke Negara dengan nilai yang sama?
dalam bentuk uang, namun juga dapat
2. Jika Nilainya sama, maka itu bukan
berbentuk agunan, sehingga modal uang
Modal..
tunai yang dimiliki penyedia barang/jasa
3. Apakah kata “Nilai” yang dimaksud harus
dapat
sama dengan yang dibayarkan Penyedia ke
lainnya.
dimanfaatkan
untuk
keperluan
Lemb. Penjamin ? atau tetap mengacu pada Dok.
Pengadaan/Perpres
70/2012
?
4. Jika harus sama nilainya…maka kayaknya 45 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
5. Pertanyaan :
tersebut tidak hanya pada revolving GU pertama
Didalam PMK 190/PMK.05/2012 pasal 44 dijelaskan bahwa KPA diberikan surat pemberitahuan semenjak
jika
SP2D-UP
dalam terbit
2
bulan
KPA
belum
namun
juga
berlaku
atas
keterlambatan satker dalam revolving GU berikutnya. 6. Pertanyaan :
mengajukan penggantian dana, tetapi hal ini berbeda implementasinya pada aplikasi KPPN,
satker
tetap
dikenakan
teguran/pemberitahuan jika dalam 2 bulan tidak melakukan revolving setelah revolving pertama? bukankah seharusnya setelah spm GU pertama, dia sudah bebas dari kewajiban untuk GU setiap 2 bulannya ? karena yang di ikat dalam aturan hanyalah
Dengan hormat, Kami adalah satuan kerja dekonsentrasi. Pertanyaannya, apakah kami boleh menganggarkan belanja sewa untuk kendaraan dimana kendaraan tersebut rencananya akan digunakan antara lain untuk kegiatan pemantauan kualitas air sungai (pemantauan ini dilakukan rutin 5 – 6 kali setiap tahun menggunakan dana dekonsentrasi)?
setelag SPM UP bukan SPM GUP
Hal
ini
penting
kami
tanyakan mengingat pada poin 20 bab Jawaban :
penjelasan Standar Biaya Masukan Tahun ANggaran 2013 Yang Berfungsi Sebagai
Secara tersurat pengaturan pada PMK 190/2012
hanya
mengatur
mengenai
teguran atas keterlambatan revolving UP pertama. Namun secara tersirat, prinsip pengaturan
Pasal
190/PMK.05/2012
44
PMK
dimaksud
Nomor adalah
bertujuan agar satker lebih cepat dalam melaksanakan kegiatan operasional yang dapat dibiayai dengan UP sehingga tidak terjadi uang UP yang mengendap di satker.
batas
Estimasi
pada
Permenkeu
No.
37/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun
ANggaran
2013,
biaya
sewa
kendaraan hanya dapat dianggarkan untuk kegiatan yang sifatnya insidentil. Apakah pengertian kegiatan yang sifatnya insidentil sebagaimana tercantum dalam penjelasan Permenkeu
tersebut?
dan
bagaimana
contohnya? Demikian kami tanyakan, atas jawabannya kami ucapkan terima kasih.
Oleh karena itu teguran kepada satker 46 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Jawaban :
6 thn maka Kementerian Luar Negeri tidak membayarkan tiket kepulangan pengasuh
Pengertian insidentil dan tidak untuk jangka waktu lama (maksimal 8 jam) sebagaimana dimaksud dalam penjelasan PMK Nomor 37/PMK.02/2012 diantaranya adalah sewa kendaraan untuk perjalanan dinas pejabat negara. Untuk sewa kendaraan operasional kantor yang tidak bersifat insidentil atau untuk jangka waktu yang lama, baik dalam satuan bulanan atau untuk tahunan, satuan biayanya menggunakan harga pasar, dan hal tersebut dapat dilakukan sepanjang pagu dana untuk itu telah disediakan dalam DIPA. Penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini dapat disampaikan kepada Direktorat Jenderal Anggaran.
tsb. Akan tetapi jika melihat pada Pasal 20 huruf e dalam Peraturan Menkeu yang sama disebutkan bahwa orang-orang yang tersebut dalam pasal 12 di atas negara membayarkan:
(e)
Biaya
transportasi
keberangkatan dan pemulangan bagi pihakpihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) sesuai klasifikasi kelas Moda Transportasi terendah yang digunakan oleh Pejabat Negara/Pegawai Negeri pembawa. Menurut saya pasal ini menjabarkan bahwa jika ada individu yang disebut dalam pasal 12
ayat
3
keberangkatannya,
ditanggung
biaya
maka
saat
pemulangannyapun menjadi tanggungan negara tanpa lagi melihat batas usia si anak.
7. Pertanyaan :
Pendapat saya karena di pasal 20 huruf e Saya bekerja di Kementerian Luar Negeri.
tersebut sama sekali tidak menyinggung
Berdasarkan
usia anak.Mohon penegasan apakah apabila
Peraturan
Menkeu
No
97/pmk.05/2010 pada Pasal 12 ayat 3
pengasuh
menyebutkan jika terjadi mutasi ke luar
transportasinya dibiayai negara karena anak
negeri di mana pejabat memiliki anak di
berusia di bawah 6 tahun, negara juga
bawah 6 thn, maka pejabat dimaksud dapat
membayarkan tiket kepulangannya ketika
membawa pengasuh dgn tiket dibiayai
anak tsb telah lewat 6 tahun atau tidak?
saat
berangkat
biaya
negara. Terdapat kebiasaan di Kementerian Luar Negeri jika saat penugasantersebut si anak bertambah usianya dan melewati usia 47 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Jawaban :
hari, untuk memenuhi beban kerja 24 jam tatap muka terkait pemenuhan beban kerja
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 20 huruf e PMK Nomor 97/PMK.05/2010 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap, disebutkan bahwa Perjalanan Dinas Pindah diberikan biayabiaya
antara
lain
biaya
transportasi
keberangkatan dan pemulangan bagi pihakpihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) sesuai klasifikasi kelas Moda Transportasi terendah yang digunakan oleh Pejabat Negara/Pegawai Negeri pembawa. Dengan demikian, kami sependapat bahwa untuk Pejabat Negara/Pegawai Negeri, yang
pada
saat
berangkat
untuk
sertifikasi guru, agar bisa memperoleh tunjangan profesi guru. Sesuai dengan PMK tentang tata cara pembayaran uang makan, maka guru tersebut berhak mendapatkan uang makan yang dibayarkan oleh satker kami, sesuai dengan banyaknya hari dia mengajar. Pertanyaannya: 1. Bagaimana caranya agar guru tersebut dapat
dibayarkan
uang
makannya
melalui aplikasi GPPsatker kami? 2. Apakah guru tersebut dapat dibayarkan uang
makannya
melalui
satker
satminkal-nya dengan cara mengirimkan data kehadirannya/absensi dari satker kami?
melaksanakan perjalanan dinas pindah membawa
anak
yang
masih
berusia
Jawaban :
dibawah 6 (enam) tahun membawa 1 (satu) orang nurse/pengasuh anak atas biaya Negara, maka ditanggung biaya perjalanan untuk keberangkatan dan kepulangannya
1. Sebelumnya, harus diperjelas dahulu mengenai
status
pegawai
yang
bersangkutan. Status pegawai agar mengacu pada ketentuan mengenai
bagi nurse/pengasuhnya.
kepegawaian. Selanjutnya pembayaran 8. Pertanyaan :
uang makan mengacu pada PMK No.110/PMK,05/2010,
Di Satker kami ada guru PNS yang ditugaskan
dari
satker
lain
untuk
melaksanakan tugas mengajar selama dua
bagi
PNS
Pusat/Daerah yang diperbantukan atau dipekerjakan pada instansi di luar satker induknya dibayarkan oleh satker dimana 48
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
PNS
tersebut
diperbantukan
atau
penjelasan
yang
9. Pertanyaan :
dipekerjakan. 2. Melihat
dari
disampaikan dapat kami beritahukan bahwa sebaiknya uang makan guru tersebut dibayarkan di satker induknya karena
status
diinduknya
pegawainya
dan
juga
masih waktu
mengajarnya juga lebih banyak di satker induknya dan sekaligus memudahkan
Assalamualaikum Wr. Wb. Mohon maaf bila pertanyaan
saya
sebelumnya.
sudah
Tempat
dibahas
saya
mau
menyelenggarakan
sosialisasi
dengan
mengundang
dari
luar.
Karena
anggaran,
kami
hanya
kerterbatasan
tamu
mampu membiayai penginapan/hotelnya saja.
Sedangkan
komponen
perjalanan
dinas lainnya mereka yang tanggung, yang
pengawasan pembayaran
jadi pertanyaan saya, kita menggunakan
3. Pertanyaan : 4. Apakah perjalanan dinas menghadiri workshop/konsiyenring
harus
menggunakan akun 524 119 tidak bisa 524 111, terimakasih
akun
apa
untuk
pembiayaan
penginapan/hotel nya saja itu. terima kasih atas perhatiannya. Wassalam Jawaban :
5. Jawaban : 6. Dalam hal instansi saudara diundang
Untuk
pengeluaran
pembayaran
yang
penginapan di hotel yang dilaksanakan
dilaksanakan oleh instansi lain dan
secara paket meeting dalam hal tempat
biaya perjalanannya ditanggung sendiri
penyelenggaraannya dilaksanakan di kota
maka pengeluarannya dibebankan ke
satker penyelenggara maka menggunakan
dalam akun 524111 (Belanja Perjalanan
akun 524114, sedangkan apabila di luar
Biasa).
kota satker penyelenggara menggunakan
untuk
menghadiri
undangan
akun 524119
49 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
10. Pertanyaan :
524114 cukup dilakukan pada Dana yang
Kalau dalam suatu diklat mendatangkan
belum
terealisasi..?
SEKIAN,
Hormat kami
widyaiswara/pengajar dari jakarta demikian juga kalou melakukan survey lokasi OL,
Jawaban :
maka akun perjalanan yang dipakai 524119 atau 524111
Perjalanan dinas yang dilaksanakan secara individu (tidak dilaksanakan secara paket)
Jawaban :
maka penngelurannya dibebanakan ke dalam akun 524111.
Diklat yang dilaksanakan di suatu kota dan dilaksanakan dalam bentuk paket meeting
12. Pertanyaan :
maka sebaiknya untuk perjalanan dinas narasumber dibebankan saja ke dalam akun 524119. Survey lokasi yang dilaksanakan di dalam kota menggunakan akun 524113, sedangkan di luar kota menggunakan akun 524111.
Mohon
pencerahan
penggunaan
akun
511511 (Belanja gaji pokok non PNS). apakah guru honorer dan pegawai honorer di Madrasah Negeri dapat dibayarkan/digaji melalui akun ini? atau ada syarat syarat tertentunya untuk bisa dibayarkan/digaji
11. Pertanyaan :
melalui akun ini, Makasih
Mohon Pencerahan
Jawaban :
1. Untuk perjalanan dinas luar kota dalam rangka konsultasi dan tidak menggunakan Paket Meeting sebaiknya di bebankan pada Akun 524119 atau 524111..? 2. Untuk anggaran yang menggunakan Akun 521119 dan 521219 yang telah terealisasi apakah harus dilakukan Ralat
Pembayaran penghasilan yang dibayarkan secara bulanan (di luar tunjangan profesi guru Non PNS) kepada pegawai honorer yang akan diagkat sebagai pegawai negeri dalam rangka mendukung tupoksi unit organisasi tersebut menggunakan kode akun 512111.
SPM ataukah revisi ke akun 524113 dan 50 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
13. Pertanyaan :
Jawaban :
Akun untuk penambahan daya listrik apa?
Sebagaimana telah diatur dalam Perdirjen
dan masuk pada output apa? terima kasih.
33/PB/2008 tentang pedoman penggunaan akun belanja barang dan belanja modal dan
Jawaban :
Perdirjen
Pada dasarnya instalasi listrik pada gedung kantor merupakan bagian dari Aset Gedung dan
Bangunan
sehingga
pengeluaran
Nomor
Penambahan
80/PB/2011
dan
Perubahan
tentang Akun
Pendapatan, Belanja, dan Transfer Pada BAS, bahwa pengeluaran-pengeluaran yang
setelah perolehan mengikuti nilai batas
dapat diatribusikan langsung terhadap
kapitalisasi Gedung dan Bangunan (10 juta).
pembentukan Aset Tetap/Aset Lainnya di
Berdasarkan hal tersebut maka kami
atas batas kapitalisasi yang disajikan dalam
berpendapat bahwa penambahan daya
neraca, seluruhnya tidak dibebankan ke
listrik
dalam akun 52 melainkan menggunakan
akan
lebih
tepat
apabila
menggunakan akun 523111 (Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Banguanan).
akun 53. 15. Pertanyaan :
14. Pertanyaan :
Mohon bantuan, Satker kami melakukan
Salam Bapak dan Ibu yang terhormat, Akun
kegiatan sosialisasi didalam kota yang
53 murni adalah belanja pembentukan aset
pesertanya Non PNS (masyarakat) dan
atau modal seperti yg sudah diatur pada
dalam rincian di RKAKL kegiatan tersebut
bagan akun standar tetapi yg menjadi
terdapat uang saku peserta dengan akun
pertanyaan
saya
mengapa
521219
dibolehkan
untuk
membentuk
Akun
52
modal?
mohon dijelaskan n apa dasar hukumnya. Terima kasih
dan
akun
524119
yang
dipergunakan untuk transport narasumber, panitia, dan peserta? pertanyaan kami apakah penggunaan akun tesebut setelah ada SE tgl 3 Juli 2013 tentang penegasan dan tindak lanjut akun perjalanan dinas, untuk uangsaku dan tranport narasumber, 51
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
peserta, dan panitia dimasukkan dalam
pada tahun anggaran 2013, akibat dari
akun
belum keluarnya surat keputusan bupati
524114,
dan
bagaimana
pertanggungjawabannya untuk peserta Non
tentang
PNS
pengeluaran pada tahun anggaran 2013
(masyarakat)
apakah
juga
harus
penunjukan
bendahara
membawa surat tugas atau cukup tanda tangan dalam daftar penerimaan uang saku dan transport ?
Sesuai pasal 22 PP NO. 45 tahun 2013
Jawaban : Sesuai
surat
Jawaban :
Direktur
Jenderal
ditegaskan
bahwa
Bendahara
Pengeluaran
periode
tahun
pengangkatan tidak
anggaran
terikat sehingga
Perbendaharaan a.n. Menteri Keuangan
Bendahara TA 2012 masih bisa mengelola
Nomor S-4599/PB/2013 tanggal 3 Juli 2013
anggaran Tahun 2013 selagi belum ada SK
tentang
pengganti atau SK penunjukkan yang baru
Penjelasan
Lebih
Lanjut
Penggunaan Akun Perjalanan Dinas sesuai surat
Menteri
Keuangan
Nomor
S-
17. Pertanyaan :
2056/MK.05/2013 maka kegiatan sosialisasi
Terdapat Belanja yang dibayar dimuka dan
di dalam kota yang mengundang peserta
belanja barang yang masih harus dibayar
dari luar kota, maka untuk pengeluran
untuk semester I untuk UAKPA dan UAPPA
paket meeting dan pengeluaran biaya
Eselon
perjalanan dinas bagi peserta, narasumber dan panitia baik yang berasala dari dalam kota maupun luar kota dibebankan ke dalam akun 524114 (Belanja perjalanan dinas paket meeting dalam kota). 16. Pertanyaan :
I,
namun
Laporan
Keuangan
Semester I sudah terlanjur dibuat dan tidak bisa dirubah lagi karena Laporan Keuangan UAPA tingkat kementerian sudah terlanjur dikirimkan
ke
KementerianKeuangan.
Bagaimanakah solusinya ,
Apakah bisa
dicantumkan saja di CALK saja?
Apakah seorang bendahara pada tahun anggaran 2012 dapat mengelola keuangan 52 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
Jawaban :
Perbendaharaan nomor PER-89/PB/2011 tanggal
Sesuai dengan paragraf 10 Lampiran II PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi pemerintahan
menyatakan
21
Desember
2011
tentang
Mekanisme Pengiriman dan Koreksi Data pada KPPN.
bahwa,’
Terhadap setiap kesalahan harus dilakukan
19. Pertanyaan :
koreksi segera setelah diketahui.” Namun oleh karena sudah tidak memungkinkan dilakukannya tersebut
koreksi
dalam
atas
kekeliruan
laporan
keuangan
(termasuk dalam CALK), maka koreksi dapat dilakukan dalam laporan tahunan (semester II) jika terdapat akun-akun akrual tersebut.
Dalam
rangka
penyusunan
laporan
keuangan semester I TA 2013, data yang digunakan dalam estimasi pendapatan dan pagu belanja, apakah menggunakan APBN atau APBN-P. Mengingat UU APBN-P TA 2013 telah ditetakan tanggal 18 Juni 2013. Mohon
penjelasannya
18. Pertanyaan :
hukumnya. Trims
Dengan hormat, saya ingin mengajukan
Jawaban :
berikut
dasar
pertanyaan tentang pengajuan penggantian uang persediaan rupiah murni (RM) honor output kegiatan (521213) yang seharusnya masuk pertanggungan jawab PNBP keliru memasukkan pertanggungan jawab di RM, bagaimana penyelesaiannya, Apakah bisa
Sesuai dengan paragraf 10 PSAP 02 Lampiran II PP 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi
menyatakan bahwa “Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan,
dikoreksi? Mohon penjelasannya….
surplus/defisit Jawaban :
pemerintahan
belanja, dan
transfer,
pembiayaan,
yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.” Dengan
Kasalahan tersebut dapat diperbaiki dengan melakukan koreksi atas SPM yang telah diterbitkan SP2D nya dengan menacu pada Peraturan
Direktur
demikian semua transaksi dalam periode pelaporan harus dimasukkan dalam LRA, dalam hal ini untuk laporan semester I
Jenderal 53
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14
seharusnya semua transaksi sampai dengan 30 juni harus dimasukkan dalam Laporan Realisasi Anggaran 20. Pertanyaan : Mohon penjelasan, apakah ada ketentuan bahwa saldo rekening koran bendahara pengeluaran
harus
nol
rupiah
saat
melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulannya? Apakah diperbolehkan ada saldo uang persediaan
di
rekening
rekonsiliasi
bulanan
koran
dengan
saat KPPN?
terimakasih penjelasannya Jawaban : Tidak terdapat ketentuan saldo rekening koran harus 0 saat melakukan rekonsiliasi dengan KPPN kecuali pada akhir tahun anggaran.
54 Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 14