perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERAN DINAS KESEHATAN, LSM MITRA ALAM, DAN KDS SOLO PLUS DALAM MEMBERI PERAWATAN TERHADAP ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) AKIBAT PENGGUNAAN NARKOBA SUNTIK JENIS PUTAW DI KOTA SURAKARTA
Disusun oleh: ARIEF SIGIT PRAMANDA D0307073
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Dra. Suyatmi, MS NIP. 19520929 198003 2 001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Telah Disetujui dan Diujikan Oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari
:
Tanggal
:
Penguji: 1.
2.
3.
Dr. Mahendra Wijaya. MS NIP. 19600723 198702 1 001
(…………………………)
Eva Agustinawati, S.sos, M.Si NIP. 19700813 199512 2 001
(…………………………)
Dra. Suyatmi, MS NIP. 19520929 198003 2 001
(…………………………)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
Prof. Drs. Pawito, Ph.D NIP. 19540805 198503 1 002
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa hormat, karya ini kupersembahkan kepada yang tercinta: © Bapak dan Ibuku sebagai wujud bakti dan tanggungjawabku © Orang-orang terdekatku © Almamater ku
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Penikmat Dunia Pejuang Akherat (Arief Sigit Pramanda)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi. Penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk, dukungan dan bantuan yang berharga dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1.
Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS.
2.
Bapak Dr. Bagus Haryono, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS.
3.
Ibu Dra. Suyatmi, MS selaku Dosen Pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
4.
Bapak DR. Mahendra Wijaya, MS selaku ketua penguji skripsi
5.
Ibu Eva Agustinawati, S.Sos, MSi selaku sekertaris penguji skripsi
6.
Ibu Dra. Rahesli Humsona, MSi selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama menempuh studi di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS ini.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7.
Keluarga penulis yang selama ini memberi dukungan moral bagi penulis.
8.
Bapak Yunus selaku Ketua LSM Mitra Alam yang bersedia memberikan ijin penelitian di LSM nya.
9.
Bapak
Pawito
Mudjiono
selaku
Programer
KPAD
atas
semua
informasinya. 10. Bapak Agus Bakdullah Ketua KDS Solo Plus yang telah merubah persepsi negatif penulis menjadi positif terhadap teman-teman ODHA. 11. Teman-teman ODHA dan OHIDHA yang telah memberikan waktunya dan atas segala keterbukaan dan keramahan yang diberikan kepada penulis. 12. Seluruh teman-teman sosiologi angkatan 2007 yang selama ini telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis serta atas semua kebersamaan kita selama ini. 13. Pak Rus yang telah menemani penulis ketika sedang sendiri di parkiran FISIP UNS. 14. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan skripsi ini Penulis menyadari bahwa hanya Tuhan-lah yang Maha Sempurna, tetapi penulis berusaha menulis skripsi ini sebaik mungkin. Oleh karena itu, masukan dan saran untuk skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Surakarta, Agustus 2011
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Arief Sigit Pramanda DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...
i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………... .
ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………..
iv
HALAMAN MOTTO………………………………………………………… .
v
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. .
viii
ABSTRAK……………………………………………………………………. .
xiii
BAB I PENDAHULUAN A.
LATA R BELAKANG MASALAH…………………………………...
B.
.
1
PERU MUSAN MASALAH…………………………………………
C.
…
11
TUJU AN PENELITIAN………………………………………………
D.
.
12
LUAR AN YANG DIHARAPKAN…………………………………..
E.
..
12
MANF AAT PENELITIAN…………………………………………
commit to user viii
….
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F.
TINJA UAN PUSTAKA……………………………………………. 1.
…
13
Landas an Teori………………………………………………….
2.
….
13
Batasa n Konsep…………………………………………………. a.
…
19
HIV/AI DS………………………………………………….
b.
…..
19
Pemak ai Narkoba Suntik (IDU)……………………………..
c.
…
25
Peran ……..………………………………………………..
d.
……
26
Perawa tan…………………………………………………….
G.
….
29
KERA NGKA BERPIKIR………………………………………….
H.
…..
31
DEFIN ISI KONSEPTUAL……………………………………….
I.
……
33
DEFIN ISI OPERASIONAL……………………………………….
J.
…..
34
METO DE PENELITIAN…………………………………………
commit to user ix
……
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.
Jenis Penelitian…………………………………………………
2.
…..
34
Lokasi Penelitian……………………………………………….
3.
…..
36
Sumber Data…………………………………………………..
4.
……
36
Teknik Pengumpulan Data……………………………………..
5.
…..
37
Sampel ………………………………………………………….
6.
…..
38
Teknik Analisa Data…………………………………………….
….
39
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A.
KOTA SURAKARTA DAN HIV/AIDS…………………………..
B.
…..
42
DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA…………………….
C.
….
46
LSM MITRA ALAM………………………………………………
D.
…..
51
KDS (KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA ) SOLO PLUS……..
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
commit to user x
….
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.
PROFI L INFORMAN………………………………………………
…
57
B.
P ERAN DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DALAM PERAWATAN ODHA………………………………………………...
60
C.
P ERAN
LSM
MITRA
ALAM
DALAM
PERAWATAN
ODHA……………………………………….........……………………
72
D.
P ERAN
KDS
SOLO
PLUS
DALAM
PERAWATAN
ODHA…………………………………………………………………. E.
84 PEMB
AHASAN……………………………………………………
….
87
BAB IV PENUTUP A.
SIMPU LAN…………………………………………………...….…
B.
….
90
SARA N…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xi
…..
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.
Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS s.d. September 2010……... …
Tabel 1.2.
Komulatif Kasus AIDS Pada Pengguna Narkoba Suntik di
3
Indonesia Berdasarkan Provinsi s.d. September 2010….. ……
5
Tabel 1.3.
Kasus HIV/AIDS di Kota Surakarta s.d. Maret 2011…….. ….
8
Tabel 1.4.
Hasil Pemetaan Data Populasi Kunci KPA Kota Surakarta..…
9
Tabel 2.1.
Banyaknya Fasilitas Kesehatan Kota Surakarta……….…..….
44
Tabel 2.2
Persebaran IDU di Kota Surakarta………………………… …
46
Tabel 3.1.
Jenis Konseling Dalam VCT..……………………………. ….
66
Tabel 3.2.
Antiretroviral yang tersedia di Dinas Kesehatan Kota Surakarta
69
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1.
Kerangka Berpikir………………………………………... …..
33
Bagan 2.1.
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta……. ….
50
Bagan 3.1.
Alur Tes VCT ………………………………………….. ……
65
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1.
Persentase Komulatif Kasus AIDS di Indonesia Berdasarkan Cara Penularan………………………………………….. ……
Grafik 1.2.
4
Persentase Komulatif Kasus AIDS Pada Penasun di Indonesia Berdasarkan KelompokUmur…………………………………
7
DAFTAR DIAGRAM Diagram 1.1. persentase Kasus AIDS Pada Penasun Menurut Jenis Kelamin
commit to user xiii
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK ARIEF SIGIT PRAMANDA, D0307073, “PERAN DINAS KESEHATAN, LSM MITRA ALAM, DAN KDS SOLO PLUS DALAM PERAWATAN ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) AKIBAT PENGGUNAAN NARKOBA SUNTIK JENIS PUTAW DI KOTA SURAKARTA. Kasus HIV/AIDS bagaikan gunung es; yang nampak hanyalah permukaan belaka namun kasus yang sesungguhnya jauh lebih besar daripada kasus yang nampak. HIV/AIDS merupakan penyakit yang mematikan, karena hingga saat ini belum ditemukan obat penyembuhannya. Penyalahgunaan narkoba suntik di beberapa negara telah menjadi salah satu penggerak utama dalam penyebaran HIV. UNAIDS memperkirakan bahwa di seluruh dunia ada sekitar 10 persen infeksi HIV yang berasal dari jarum atau alat suntik yang tercemar. Penggunaan narkotika suntik ini telah meluas, dilaporkan terjadi di 100 negara. Delapan puluh negara mengaitkan insiden dan epidemik infeksi HIV dengan IDU (Injecting Drug Users). Bahkan diperkirakan terdapat sekitar 22 persen orang menderita HIV/AIDS (orang yang hidup dengan HIV/AIDS atau disingkat ODHA) akibat penggunaan narkotika suntik secara bergantian di seluruh dunia, karenanya IDU merupakan kelompok beresiko tertular HIV/AIDS. Terlebih lagi bagi para IDU yang sudah terserang HIV/AIDS. Menerima kenyataan bahwa kita mengidap suatu virus yang tak bisa disembuhkan bukan hal bisa dianggap biasa-biasa saja, terutama secara psikologis. Selain itu, ODHA seringkali harus menutup-nutupi status HIV jika mau aman. Ada resiko diskriminasi di lingkungan di tempat kerja, dalam mendapatkan pelayanan, bahkan di rumah dan di tempat perawatan kesehatan. Belum lagi pandangan masyarakat yang merendahkan dan penuh ketakutan yang masih kuat di sekeliling ODHA. Selain itu, ingin menjaga kesehatan fisikpun sulit. Obat-obatan tidak tersedia ataupun tidak terjangkau harganya, fasilitas tes kesehatan dan perawatan minim dan terbatas, kesediaan dan kemampuan para tenaga kesehatan dan perawatan juga minim dan terbatas, dan jaminan kerahasiaan yang meragukan adalah beberapa contohnya. Berangkat dari sejumlah kasus yang dialami oleh ODHA diatas, sangat jelas menunjukkan masalah sosial yang ditimbulkan lebih banyak dari pada masalah medisnya. Persoalan sosial inilah yang justru menjadi persoalan utama bagi ODHA karena persoalan sosial ini menyangkut interaksinya dengan lingkungan sosial dimana mereka harus menjalani kehidupan mereka seperti sewajarnya. Penelitian ini mengarah pada bagaimana peran Dinas Kesehatan, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam perawatan ODHA IDU yang berada di Kota Surakarta, yang mengambil lokasi penelitian di Dinas Kesehatan Kota Surakarta, LSM Mitra Alam dan KDS Solo Plus. Pemilihan sampel ini menggunakan purposive sampling dimana peneliti menentukan informan dengan pertimbangan dapat memberikan informasi secara maksimal. Penelitian ini menggunakan Paradigma Definisi Sosial dan teori yang digunakan adalah teori tindakan dan teori aksi dari Webber dan Parson. Trianggulasi sumber dengan menggunakan kroscek dengan ODHA dan keluarganya. Hasil dari penelitian ini adalah dalam perawatan ODHA, lembaga-lembaga membuat suatu jejaring kerja supaya mempermudah penanganan demi terciptanya akses layanan kesehatan yang berkesinambungan dan dukungan psikososial untuk ODHA, sehingga ODHA mampu keluar dari masalah kesehatan dan masalah sosialnya.
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Kasus HIV/AIDS saat ini semakin berkembang luas, tidak hanya di Barat, tapi penyebarannya di Indonesia semakin hari kian bertambah banyak. HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya dan kondisi kesehatan reproduksi pada khususnya karena pada umumnya HIV/AIDS berkaitan langsung dengan sistem reproduksi manusia. Bahkan HIV/AIDS dapat berdampak pada kematian. Kasus HIV/AIDS bagaikan gunung es; yang nampak hanyalah permukaan belaka namun kasus yang sesungguhnya jauh lebih besar daripada kasus yang nampak. HIV/AIDS merupakan penyakit yang mematikan, karena hingga saat ini belum ditemukan obat penyembuhannya. Di Indonesia, kasus penderita HIV/AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di Bali, dan pada pertengahan tahun 2001 hasil dari perhitungan perkiraan yang dilakukan pemerintah dan para ahli lainnya didapatkan 80.000 – 120.000 infeksi HIV di Indonesia. Hingga tahun 2002 secara kumulatif jumlah penderita infeksi HIV yang dilaporkan ke Departemen Kesehatan RI sebanyak 1904 dan kasus AIDS sebanyak 671 kasus. Dilihat dari jumlah yang harus diwaspadai adalah penyebarannya yang begitu cepat. Hingga 30 September 2004,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah mencapai angka 5.700 yaitu 3337 infeksi HIV dan 2363 kasus AIDS (Trenggono, 2004). Perkembangan HIV/AIDS memang tidak bisa diabaikan. UNAIDS, Badan
PBB
untuk
Kesehatan
Dunia
Khusus
AIDS,
memperkirakan
perkembangan dan pertumbuhan penyakit tersebut sudah pada tingkat yang sangat memprihatinkan. Tahun 2006 tercatat 39,5 juta orang hidup dalam kungkungan HIV. Jumlah ini meningkat lebih dari 2,9 juta dibandingkan dengan tahun 2004. Dari jumlah itu, korban yang terinfeksi menjadi 4,3 juta orang atau meningkat sekitar 400.000 orang dibandingkan dengan tahun 2004. Berdasarkan data dari Subdit AIDS dan IMS Ditjen PP dan PL, Departemen Kesehatan Republik Indonesia jumlah kasus baru HIV/AIDS berdasarkan tahun pelaporan dapat dilihat pada tabel 1, berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Tabel 1.1 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Berdasarkan Tahun Pelaporan s.d September 2010 NO TAHUN 1987 1. 1988 2. 1989 3. 1990 4. 1991 5. 1992 6. 1993 7. 1994 8. 1995 9. 1996 10. 1997 11. 1998 12. JUMLAH
JUMLAH 5 2 5 5 15 13 24 20 23 42 44 60
NO 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
TAHUN 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
JUMLAH 94 255 219 345 316 1195 2639 2873 2947 4969 3863 2753* 22726
*Jan-Sep 2010 Sumber: Laporan Surveilans AIDS Depkes RI Tahun 1987-Sept 2010 Berdasarkan tabel 1. diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kasus baru HIV/AIDS dari tahun ke tahun selalu meningkat. Penyalahgunaan narkoba suntik di beberapa negara telah menjadi salah satu penggerak utama dalam penyebaran HIV. UNAIDS memperkirakan bahwa di seluruh dunia ada sekitar 10 persen infeksi HIV yang berasal dari jarum atau alat suntik yang tercemar. Penggunaan narkotika suntik ini telah meluas, dilaporkan terjadi di 100 negara. Delapan puluh negara mengaitkan insiden dan epidemik infeksi HIV dengan IDU (Injecting Drug Users). Bahkan diperkirakan terdapat sekitar 22 persen orang menderita HIV/AIDS (orang yang hidup dengan HIV/AIDS atau disingkat ODHA) akibat penggunaan narkotika suntik secara bergantian di seluruh dunia (Hindar AIDS, 1998). Ada banyak jenis zat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
digunakan dengan cara suntik, di antaranya kokain, amfetamin, obat penenang (tranquiziler), obat tidur (barbiturat), dan juga opium, di antaranya heroin (putaw). (Sucahya, 2: 2001) Di Indonesia jumlah penggunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) belum diketahui secara tepat. Angka-angka yang ada masih berupa perkiraan dan hasilnya kadang-kadang masih menjadi polemik. Dalam beberapa tahun terakhir ini terlihat adanya peningkatan pengguna narkoba yang cukup besar hal ini bisa dilihat pada tabel berikut: Grafik 1.1 Persentase Kumulatif Kasus AIDS di Indonesia Berdasarkan Cara Penularan sd 30 September 2010
Sumber: Laporan Surveilans AIDS Depkes RI Tahun 1987-Sept 2010 Berdasarkan Grafik 2 diatas, penularan melalui jarum suntik menempati peringkat kedua setelah penularan heteroseksual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Tabel 1.2 Komulatif Kasus AIDS pada Pengguna Narkoba Suntik di Indonesia Berdasarkan Provinsi sd September 2010 NO
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua TOTAL
Σ Kasus Σ Kasus AIDS AIDS Karena IDU
%
52
17
32.7
485 410 477 166 219 119 144
209 268 135 96 104 60 112
43.1 65.4 28.3 57.8 47.5 50.4 77.8
120
41
34.2
365 3870 3714 872 458 3617 326 1747 142 182 1125 49 27 11 173 12 591 22 3 192 16 58 2962 22726
31 2744 2697 170 130 1024 200 269 50 14 197 12 9 4 40 6 265 1 2 79 5 5 3 8999
8.5 70.9 72.6 19.5 28.4 28.3 61.3 15.4 35.2 7.7 17.5 24.5 33.3 36.4 23.1 50.0 44.8 4.5 66.7 41.1 31.3 8.6 0.1 39.6
Sumber: Laporan Surveilans AIDS Depkes RI Tahun 1987-Sept 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Diagram 1.1 Presentase Kasus AIDS pada Pengguna Narkoba Suntik di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin sd September 2010
Sumber: Laporan Surveilans AIDS Depkes RI Tahun 1987-Sept 2010 Berdasarkan diagram 1. Diatas dapat dijelaskan bahwa penderita AIDS akibat penggunaan narkoba suntik terbesar adalah laki-laki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Grafik 1.2 Persentase Kumulatif Kasus AIDS pada Pengguna Narkoba Suntik di Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur sd 30 September 2010
Sumber: Laporan Surveilans AIDS Depkes RI Tahun 1987-Sept 2010
Berdasarkan Diagram 1 dan Grafik 2 diatas dapat dijelaskan bahwa infeksi HIV AIDS akibat penggunaan narkoba suntik sebagian besar (lebih dari 80 persen) diderita oleh kelompok usia reproduktif (15–49), terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia kebanyakan tertular virus tersebut terutama mereka yang melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan. Mereka mempunyai risiko yang tinggi untuk tertular HIV karena virus HIV bisa menular lewat cairan sperma dan cairan vagina. Selain itu orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia juga banyak tertular virus tersebut lewat jarum suntik. Ketika memakai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
narkoba, mereka menggunakan jarum suntik yang sama secara bergantian. Salah satu saja diantara mereka mengidap virus HIV, maka yang lainnya punya risiko tertular virus tersebut. Inilah yang menyebabkan pecandu narkoba punya risiko paling tinggi tertular HIV/AIDS. Tabel 1.3 Kasus HIV/AIDS di Kota Surakarta s/d Maret 2011 Keterangan Banyaknya Jumlah Kasus 546 HIV 233 AIDS 313 Meninggal 173 Di bulan Maret 2011 HIV: 9, AIDS: 7 Sumber: Data KPAD s/d Maret 2011 Hasil pemetaan data populasi kunci dari KPAD Kota Surakarta sebagai berikut; dari kelompok resiko IDU (pengguna narkoba suntik) terdapat 1.309 orang, dari kelompok resiko WPS terdapat 4.307 orang, pelanggan WPS sebanyak 40.474 orang, waria sebanyak 103 orang, gay sebanyak 1.168 orang dapat dilihat pada tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Tabel 1.4 Hasil Pemetaan Data Populasi Kunci KPA Kota Surakarta Kelompok Resiko
Estimasi
Data Lapangan
Dijangkau
Narkoba Suntik 270 1.309 753 (IDUS) WPS Langsung 1.310 4.307 2.663 Pelanggan WPS 24.350 40.474 36.675 (HRM) Waria 80 103 103 MSM/LSL 2.510 1.168 900 Ibu Rumah Tangga/Anak PLHIV/ODHA 860 511 Sumber: Data KPAD Kota Surakarta s/d Januari 2011
Gap.
ODHA
556
76
1.444
53
1.799
214
11 268
11 29 128
349
511
Padahal segala kegiatan yang berkaitan dengan peredaran, kepemilikan serta menggunakan narkoba, telah diatur dalam UU, dengan ketentuan hukuman yang jelas. Aturan hukum tersebut semisal, mereka yang secara tanpa hak dan melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan atau menguasai narkotika dalam bentuk tanam dan bukan tanaman, memproduksi, mengolah, mengekstraksi, mengkonversi, merakit atau menyediakan, membawa, mengirim, mengangkut, mentransito, mengimpor, mengekspor, menyerahkan, menerima, menjadi perlantara dalam jual-beli, atau menukar narkoba golongan I, diancam hukuman penjara antara 4 tahun hingga hukuman mati atau penjara seumur hidup dan denda Rp. 100.000.000,00 hingga Rp 5 miliar ( UU RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika pasal 78, 80, 81 dan 82 ).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Dari kegiatan penyalahgunaan narkoba semisal pada kasus pemakaian narkoba dengan cara diminum dialih fungsikan menjadi proses menyuntik, seperti yang dilakukan Injecting Drug User (IDU) atau orang yang menggunakan narkoba dengan cara menyuntikkan obat terlarang pada anggota tubuhnya dengan tanpa pengawasan dari medis. Disinilah IDU mempunyai kemungkinan dapat tertular HIV melalui dua jalur, yaitu perilaku seksual yang sering berganti pasangan, mengingat terpengaruh rangsangan dari narkoba serta melalui penggunaan jarum suntik dan alat suntik, kemungkinan juga sendok atau wadah lain yang digunakan untuk mencairkan obat secara bergantian. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, ada dua sebab yang menunjukkan mengapa IDU menggunakan jarum suntik secara bergantian, yaitu karena tekanan sosial dan alasan ekonomi. Apabila para IDU sedang melakukan pemakaian jarum suntik secara bersama-sama, mereka sulit menolak jarum suntik yang telah digunakan karena dianggap menghina atau menganggap pecandu lain tidak bersih atau tidak sehat. (Magura et.al, 1989). Penolakan penggunaan jarum suntik secara bergantian menandakan bahwa orang tersebut tidak mempercayai kelompoknya. Alasan tekanan ekonomi disebabkan pecandu umumnya belum bekerja atau tidak punya uang yang cukup sehingga tidak mampu membeli jarum suntik yang baru pada setiap kali pemakaian. Para pengguna biasanya enggan membawa jarum suntik sehingga mereka cenderung menggunakan jarum suntik yang masih bisa dipergunakan. (Purwa, Ferdinan, Kurnia, 2001 : 3-4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Kemudian alasan sulitnya mendapatkan jarum suntik pada agen penjual, semisal di apotik, membuat mereka rela untuk menggunakan jarum suntik secara bergantian namun tekanan-tekanan yang mereka hadapi baik dari segi sosial maupun ekonomi yang membuat mereka rela untuk melakukan kegiatan sharing jarum suntik. Hal ini merupakan perilaku beresiko tinggi yang dapat mengakibatkan meningkatnya penularan virus HIV/AIDS di kalangan pemakai narkoba suntik maupun bagi orang disekitar mereka. Terlebih lagi bagi para IDU yang sudah terserang HIV/AIDS. Sulit untuk memperoleh obat-obatan atau tidak terjangkau harganya, fasilitas tes kesehatan dan perawatan minim dan terbatas, kesediaan dan kemampuan para tenaga kesehatan dan perawatan juga minim dan terbatas, dan jaminan kerahasiaan yang meragukan adalah beberapa contohnya. (Julianto, 1996 ; Siahaan, 1997; Stanley, 2002)
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka masalah yang ada didalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah peran Dinas Kesehatan, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam perawatan ODHA akibat penggunaan narkoba suntik jenis putaw ?”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui peran Dinas Kesehatan, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam perawatan ODHA akibat penggunaan narkoba suntik jenis putaw 2. Mengetahui peluang dan hambatan dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di kalangan IDU. 3. Sebagai masukan bagi lembaga atau pihak-pihak yang terkait dengan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada kalangan IDU.
D. LUARAN YANG DIHARAPKAN Target luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah mengetahui peran Dinas Kesehatan, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam memberi perawatan terhadap ODHA akibat penggunaan narkoba suntik jenis putaw.
E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan untuk penelitian sejenis dan dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melaksanakan penelitian serupa dalam lingkup yang lebih luas. 2. Manfaat Praktis Memberikan gambaran mengenai peran Dinas Kesehatan, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam memberi perawatan terhadap ODHA akibat penggunaan narkoba suntik jenis putaw.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
F. TINJAUAN PUSTAKA 1.
Landasan Teori Permasalahan dalam penelitian ini akan dikaji dengan pendekatan sosiologi. Sosiologi adalah induk ilmu sosial yang mengkaji secara ilmiah mengenai kehidupan manusia. Sosiologi merupakan suatu ilmu dimana didalamnya dipelajari hakekat dan sebab-sebab dari berbagai pola dan perilaku manusia yang terjadi secara teratur dan bisa berulang-ulang. Perlu diketahui juga bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari banyak hal dan banyak bidang, dengan tujuan dan persepsi khusus yang satu sama lain berbeda-beda pula. Ada banyak sekali teori dan perspektif dalam sosiologi. Ada yang menggunakan evolusionisme, interaksionisme, fungsionalisme, teori konflik, pertukaran dan ada pula yang menggunakan pembagian dalam pandangan George Ritzer (1988) yakni fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Namun pada penelitian kali ini, lebih mengedepankan paradigma definisi sosial sebagai perspektif yang digunakan dalam melihat realitas sosial yang menjadi obyek penelitian. (Soeprapto, 2001: 1,4) Exemplar paradigma definisi sosial ini salah satu aspeknya yang sangat khusus adalah dari karya Max Weber yakni, mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial. Inti tesisnya adalah ”tindakan yang penuh arti” dari individu. Tindakan sosial yang dimaksud Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan ”membatin” atau bersifat subyektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu, atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa, atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yaitu : a. Tindakan manusia, yang menurut aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi tindakan nyata. b. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif. c. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diamdiam. d. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu. e. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu. (Ritzer, 2002 : 38-39) Tindakan manusia disini menghasilkan karakter yang berbeda sebagai hasil dari bentukan proses interaksi dalam dirinya sendiri. Untuk bertindak, seseorang individu harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dia inginkan, dalam hal ini juga berlaku pada para pengguna narkoba jarum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
suntik ketika ingin melakukan suatu tindakan yang berkaitan dengan pelaksanaan VCT (Voluntary Counseling and Testing). Berdasarkan tipe-tipe tindakan manusia Max Weber membedakan tindakan manusia itu kedalam dua tipe yaitu, tindakan rasional dan tindakan yang tidak rasional. Tindakan rasional itu sendiri dapat dibedakan menjadi : a. Tindakan rasional Instrumental Tindakan rasional instrumental adalah tindakan manusia yang mempunyai tujuan dan untuk mencapai diperlukan cara-cara tertentu. Cara itu berupa alat, means atau sarana atau instrumens yang rasional. b. Tindakan rasional yang berorientasi nilai Tindakan rasional yang berorientasi nilai adalah suatu tindakan rasional yang memiliki tujuan tertentu dan apa yang dituju itu dianggap sesuatu yang bernilai bagi orang yang bersangkutan. Sesuatu yang bernilai itu memungkinkan berupa kemerdekaan, gelar, status kesehatan yang dimiliki oleh seorang pecandu narkoba dan lain-lain. Sedangkan tindakan yang tidak rasional antara lain : a. Tindakan afektif Tindakan afektif adalah tindakan yang didasarkan atas rasa kebanggaan dan perasaan cinta. Hal ini dapat dicontohkan pada kasus pengguna narkoba, bahwa obat terlarang merupakan kecintaan dari para IDU yang dapat melebihi kecintaannya pada apa pun atau siapa pun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
b. Tindakan yang tradisional Tindakan yang tradisional adalah tindakan dan pilihan tindakan yang berdasarkan atas tradisi yang turun temurun. (Soegihardjono, 2002 : 2526) Max Weber mengartikan tindakan sosial adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain (Ritzer, 1992: 45). Di dalam bertindak pelaku mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai. Entah tindakan itu bersifat lahiriah atau batiniah yang berupa perenungan, perencanaan, pengambilan keputusan, ataupun kelakuan. Tindakan tersebut dapat terdiri dari intervensi positif ke dalam situasi ataupun sikap pasif yang sengaja tidak mau terlibat. Kata tindakan hanya dipakai untuk perbuatan manusia yang mempunyai arti subyetif bagi pelakunya. Selain itu tindakan menjadi sosial hanya jika dan dan sejauh mana arti subyektif dari tindakan membuat individu memikirkan dan memperhitungkan tindakan orang lain dan mengarahkan kepadanya. Memandang tentang makna sebuah tindakan, maka Weber memandang arti tindakan berdasarkan rasionalitas tindakan sosial. Di mana dalam hal ini Weber membedakan tindakan itu ke dalam empat tipe, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
a. Zwerk rational Yaitu tindakan sosial murni, dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya, tetapi juga menentukan nilai dari tujuannya itu sendiri. b. Werkirarational Action Dalam tindakannnya aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan cara yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan yang lain. c. Affectual Action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi. Tindakan ini sukar dipahami dan kurang rasional. d. Traditional Action Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu. (Ritzer, 1992: 47-48) Talcott Parsons dalam bukunya “The Structure of Social Action”. Parson dalam analisanya menggunakan kerangka alat-tujuan (means-end frame work). Inti dari pemikiran Parsons adalah bahwa: a. Tindakan itu diarahkan pada tujuan (atau memiliki suatu tujuan). b. Tindakan terjadi dalam suatu situasi, di mana beberapa elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainnya digunakan oleh yang bertindak itu sebagai alat menuju tujuan itu, dan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
c. Secara normatif tindakan itu diatur sehubungan dengan penentuan alat dan tujuan. (Doyle Paul Johnson, 1980: 106) Dalam teori aksi ini juga diterangkan mengenai konsepsi Parsons tentang kesukarelaan (voluntarisme). Kerelaan (voluntarisme) merupakan kemampuan individu untuk melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat guna mencapai tujuan dari berbagai alternatif yang tersedia. Dalam perilakunya, individu senantiasa dipengaruhi oleh sejumlah norma dan nilai yang telah dibagi bersama dengan anggota masyarakat lain, akan tetapi tindakan aktualnya akan senantiasa merupakan hasil proses kreatifitas dan kebebasan individu tersebut. Ada beberapa asumsi fundamental teori aksi dikemukakan oleh Hinkle, sebagai berikut: a. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. b. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan. c. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode, serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. d. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya. e. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang, dan telah dilakukannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
f. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, dan prisnsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan.
2.
Batasan Konsep a. HIV/AIDS (Humman Immuno-deficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome) 1) Pengertian HIV HIV berarti Human Immunodeficiency Virus. HIV hanya menular antar manusia. Ada virus yang serupa yang menyerang hewan, tetapi virus ini tidak dapat menular pada manusia, dan HIV tidak dapat menular hewan. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, yaitu sistem yang melindungi tubuh terhadap infeksi. Karena pada tahun-tahun pertama setelah terinfeksi tidak ada gejala atau tanda infeksi, kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Penyakit ini disebut sebagai infeksi HIV primer atau akut. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menular pada orang lain. Tidak ada seorang pun yang tahu asal HIV, cara kerja yang sesungguhnya atau bagaimana HIV dapat diberantas dari tubuh seseorang. Di setiap negara, waktu laporan infeksi HIV pertama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
muncul, orang menyalahkan kelompok yang sudah terpinggirkan (dan oleh karena itu pada umumnya lebih mudah diserang infeksi HIV, karena kemiskinan dan tidak terjangkau oleh layanan dan informasi). Biasanya yang disalahkan adalah orang ‘dari luar’ atau yang penampilannya atau perilakunya ‘berbeda’. Semua itu membawa masalah saling menyalahkan dan prasangka. Artinya juga bahwa banyak orang menganggap bahwa hanya orang dalam kelompok ini berisiko tertular HIV dan bahwa ‘itu tidak mungkin terjadi pada saya.’ Ketidak pastian mengenai asal usulnya HIV dan siapa yang terpengaruh oleh HIV juga membuat orang bahkan siap menyangkal
bahwa
HIV
sebetulnya
ada
di
antaranya.
(http://spiritia.or.id/). 2) Pengertian AIDS AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Accuired artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit keturunan, immune berarti sistem kekebalan tubuh, deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala. AIDS adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain karena sistem kekebalan tubuhnya menurun secara drastis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
AIDS yang disebabkan oleh virus HIV ini adalah bagian dari keluarga atau kelompok virus yang disebut lentivirus. Lentivirus seperti HIV ditemukan dalam lingkup luas primata non-manusia. Virus HIV bekerja secara terus menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel T4) memainkan suatu peranan penting pada pencegahan infeksi dan berguna untuk menjaga kekebalan tubuh. HIV tidak hanya menyerang sistem kekebalan tubuh, tetapi virus ini juga merusak otak dan sistem saraf pusat. (Dianawati, 2003: 95, 96 dan 99).
3) Gejala-gejala HIV/AIDS Kebanyakan orang yang sudah tertular HIV tidak mengetahui bahwa dirinya terserang virus berbahaya itu. Baru beberapa minggu sesudah itu, orang terinfeksi sering kali menderita penyakit ringan sehari-hari seperti flu dan diare. Selain itu, penderita juga sering merasa tidak sehat meski dari luar tampak sehat. Keadaan penderita yang terinfeksi ini biasa disebut dengan sindrom HIV akut. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa minggu. Dalam waktu 3-6 bulan kemudian, tes serologi baru akan positif karena telah terbentuk antibodi. Masa 3-6 bulan ini disebut dengan window
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
periode, di mana penderita dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif. Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang yaitu 5-10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. (Dianawati, 2003: 99). Sebenarnya gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Namun begitu, beberapa gejala umum yang terjadi adalah: - Rasa lelah yang berkepanjangan. - Sering terserang demam dengan suhu lebih dari 38 derajat celcius disertai keringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas. - Berat badan turun secara mencolok. - Pembesaran kelenjar di leher, ketiak, lipatan paha tanpa sebab yang jelas. - Bercak merah kebiruan di kulit seperti terkena kanker kulit. - Terus-menerus terkena diare tanpa sebab yang jelas. - Ada bercak putih atau luka di mulut. Walaupun sudah muncul gejala-gejala penyakit, belum tentu seseorang yang mengalaminya sudah terserang HIV/AIDS sebab gejala-gejala itu juga dijumpai pada penyakit-penyakit lain. Jalan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
satu-satunya untuk mengetahui sudah tertular HIV/AIDS adalah dengan cara pemeriksaan darah. (Mundiharno, 1997: 9-10).
4) Penularan HIV/AIDS HIV terdapat di darah seseorang yang terinfeksi (termasuk darah haid), air susu ibu, air mani dan cairan vagina. - Pada saat berhubungan seks tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah, air mani atau cairan vagina orang yang terinfeksi langsung ke aliran darah orang lain, atau melalui selaput lendir (mukosa) yang berada di vagina, penis, dubur atau mulut. - HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV; saat ini darah donor seharusnya diskrining oleh Palang Merah Indonesia (PMI), sehingga risiko terinfeksi HIV melalui transfusi darah seharusnya rendah, walau tidak nol. - HIV dapat menular melalui alat suntik (misalnya yang dipakai secara pergantian oleh pengguna narkoba suntikan), melalui alat tindakan medis, atau oleh jarum tindik yang dipakai untuk tato, bila alat ini mengandung darah dari orang yang terinfeksi HIV. - HIV dapat menular pada bayi saat kehamilan, kelahiran, dan menyusui. Bila tidak ada intervensi, kurang lebih sepertiga bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu dengan HIV akan tertular.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
HIV agak sulit menular, dan tidak menular setiap kali terjadi peristiwa berisiko yang melibatkan orang terinfeksi HIV. Misalnya, walau sangat berbeda-beda, rata-rata hanya akan terjadi satu penularan HIV dari laki-laki yang terinfeksi pada perempuan yang tidak terinfeksi dalam 500 kali berhubungan seks vagina. Namun penularan satu kali itu dapat terjadi pada kali pertama. Risiko penularan HIV dari seks melalui dubur adalah lebih tinggi, dan penularan melalui penggunaan jarum suntik bergantian lebih tinggi lagi. Risiko penularan dari seks oral lebih rendah, tetapi tetap ada. HIV hanya dapat hidup di dalam tubuh manusia yang hidup dan hanya bertahan beberapa jam saja di luar tubuh. - HIV tidak dapat menular melalui air ludah, air mata, muntahan, kotoran manusia dan air kencing, walaupun jumlah virus yang sangat kecil terdapat di cairan ini. HIV tidak ditemukan di keringat. - HIV tidak dapat menembus kulit yang utuh dan tidak menyebar melalui sentuhan dengan orang yang terinfeksi HIV, atau sesuatu yang dipakai oleh orang terinfeksi HIV; saling penggunaan perabot makan atau minum; atau penggunaan toilet atau air mandi bergantian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
- Perawatan seseorang dengan HIV tidak membawa risiko apabila tindakan pencegahan diikuti seperti membuang jarum suntik secara aman dan menutupi luka. -
HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga pengisap darah yang lain. Kebanyakan serangga tidak membawa darah dari satu orang ke orang lain ketika mereka menggigit manusia. Parasit malaria memasuki aliran darah dalam air ludah nyamuk, bukan darahnya.
(http://spiritia.or.id/).
b. Pemakai Narkoba Suntik (IDU-Injecting Drug Use) Penggunaan narkoba dengan jarum suntik (IDU-Injecting Drug Use) adalah salah satu dari banyak ketergantungan yang sering kali berawal pada masa remaja. IDU di kalangan generasi muda, terutama para pria muda, telah meningkat secara tajam pada tahun-tahun belakangan ini. Ada semakin banyak penyuntik yang sekedar mencobacoba, dan eksperimen seperti ini makin meluas di kalangan anak muda, kebanyakan dari mereka tidak menganggap dirinya sebagai pengguna tetap narkoba dengan narkoba suntik. Orang-orang yang berbagi jarum dan suntikan untuk menginjeksi narkoba berada pada resiko yang sangat rentan untuk terkena HIV. Pada negara-negara di seputarAsia Tengah, Federasi Rusia sertaEropa Tengah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
dan Timur, diperkirakan 70 persen orang-orang yang menginjeksi narkoba berada pada usia dibawah 25 tahun. Epidemi HIV adalah epidemi yang menyebar paling cepat di dunia. (UNAIDS). IDU adalah orang yang menggunakan narkoba dengan media jarum suntik atau orang yang menggunakan narkoba dengan cara menyuntikan obat terlarang tersebut, pada anggota tubuhnya dengan tanpa pengawasan dari medis, yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan suatu kenikmatan tersendiri bagi dirinya. (Lydia, Satya, 2006 : 27) IDU mempunyai ciri-ciri tersendiri, pengamatan yang paling mudah adalah para IDU lebih senang memakai baju lengan panjang atau semacam penutup yang dipasang dilengan tangan, yang biasanya digunakan oleh para olahragawan untuk menutup lutut agar tidak cidera. Tujuannya ialah untuk menutupi bekas luka suntik agar tidak terlihat oleh orang lain. Ciri lain adalah tatapan hampa dan matanya berwarna kemerah-merahan, serta umumnya pengguna berbadan kurus. (Purwa, Ferdinan, Kurnia, 2002 : 64)
c. Peran Definisi peran menurut beberapa tokoh berbeda pendapatnya. Akan tetapi peran itu sendiri merupakan suatu perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh individu. Adapun definisi peran adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang atau kelompok yang memiliki status. Sedangkan status itu sendiri sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi suatu kelompok dalam hubunganya dengan kelompok lain. Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak tersebut. Menurut Ralph Linton tentang definisi peran adalah sebagai berikut: a) Peran adalah sebuah rangkaian konsep yang berkaitan dengan apa yang dapat dilakukan oleh individu di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai organisasi. b) Peran merupakan suatu perilaku yang penting bagi struktur sosial. Peran dalam sosiologi dibahas ketika mengkaji struktur sosial. Dalam struktur sosial ini dikenal dengan dua macam konsep yang sangat penting dalam peran, yaitu status (status) dan peran (role). Definisi dari kedua konsep tersebut menurut Ralph Linton adalah bahwasannya status adalah ”a collection of right and duties” (suatu kumpulan antara hak dan kewajiban) , sedangkan peran adalah ”the dynamic aspect of status” (aspek dinamis dari suatu status). Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa deskripsi posisi dan kedudukan dari status dan peran sangatlah jelas. Seseorang dapat dikatakan menjalankan peran manakala ia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
menjalankan hal dan kewajiam yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang dijabatnya. Dalam kaitannya dengan peran yang harus dilakukan tidak seluruhnya mampu untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Oleh karenanya tidak jarang terjadi kurangnya keberhasilan dalam menjalankan perannya. Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam 3 hal yaitu: a) Kegagalan peran Kegagalan peran terjadi saat seseorang enggan atau tidak melanjutkan peran suatu individu yang harus dimainkannya. Implikasinya sangat mengencewakan para mitra perannya yaitu masyarakat. Orang yang telah mengecewakan masyarakat akan kehilangan kepercayaan untuk menjalankan perannya secara maksimal, termasuk stigma negatif yang akan melekat pada dirinya. b) Disensus peran Dalam disensus peran, mitra (masyarakat) tidak setuju dengan apa yang diharapkan dari salah satu pihak atau kedua-duanya. Hal ini terjadi karena dalam proses interaksi untuk menjalankan aktivitas yang berhubungan dengan perannya. Dalam hal ini permasalahan dapat berasal dari pembawa peran maupun mitra yang berkaitan dengan aktivitas menjalankan peran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
c) Konflik peran Konflik peran ini terjadi saat seseorang dengan tuntutan yang bertentangan melakukan peran yang berlainan. Biasanya seseorang menangani konflik peran dengan memutuskan secara sadar atau tidak peran mana yang menimbulkan konsekuensi terburuk, jika diabaikan maka akan meperlakukan peran itu lebih dari peran yang lain. Konflik peran yang berlangsung seringkali terjadi bila individu dihadapkan sekaligus
pada
kewajiban-kewajiban
dari
dua
peranan
yang
dipegangnya. Pemenuhan kewajiban dari peranan tertentu sering berakibat melalaikan yang lain. (Soerjono Soekanto, 1990:102) Melihat dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa peran yang dijalankan oleh seorang individu ataupun kelompok merupakan suatu cermin dari sebuah harapan dan tujuan yang akan dicapai terhadap perubahan perilaku yang menyertainya.
d. Perawatan Perawatan merupakan bagian dari upaya kesehatan dalam UU No.23 Tahun 1992 pasal 10 Tentang Kesehatan yakni suatu upaya mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu , dan berkesinambungan. Perawatan merupakan semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan
masyarakat.
(Notoatmodjo,
2003
dalam
http://google.co.id/kesehatan) Upaya Kesehatan Preventif Adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatumasalah kesehatan/penyakit. Upaya Kesehatan Promotif Adalah
upaya
untuk
meningkatkan
kemampuanmasyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk danbersama masyarakat, agar mereka dapat menolongdirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yangbersumber daya masyarakat sesuai sosial budayasetempat dan didukung oleh kebijakan publik yangberwawasan kesehatan. Upaya kesehatan Rehabilitatif Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Upaya Kesehatan Kuratif Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, (wikipedia.com) Perawatan melibatkan suatu jejaring kerja di antara semua sumber daya yang ada dalam rangka memberikan pelayanan dan perawatan holistik, komprehensif dan dukungan yang luas bagi ODHA dan keluarganya. Perawatan komprehensif tersebut meliputi pula perawatan di rumah sakit dan perawatan di rumah selama perjalanan penyakit. Sebelum diputuskan
untuk
memberikan
perawatan
komprehensif
perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain sumber daya yang memadai yaitu dukungan dana, bahan dan alat, sumber daya manusia, baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat serta jalinan kerjasama yang baik di antara mereka.
G. KERANGKA BERPIKIR Kasus HIV/AIDS saat ini semakin berkembang luas, tidak hanya di Barat, tapi penyebarannya di Indonesia semakin hari kian bertambah banyak. HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya dan kondisi kesehatan reproduksi pada khususnya karena pada umumnya HIV/AIDS berkaitan langsung dengan sistem reproduksi manusia. Bahkan HIV/AIDS dapat berdampak pada kematian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Salah satu penyebab penularan HIV/AIDS adalah perilaku beresiko menggunakan narkoba suntik secara bergantian. Penggunaan narkoba suntik secara bergantian ini memunculkan masalah bagi para pengguna narkoba suntik (IDU) yang sudah positif HIV Terlebih lagi bagi para IDU yang sudah terserang HIV/AIDS. Menerima kenyataan bahwa mengidap suatu virus yang tak bisa disembuhkan bukan hal bisa dianggap biasa-biasa saja, terutama secara psikologis. Selain itu, ingin menjaga kesehatan fisikpun sulit. Obat-obatan tidak tersedia ataupun tidak terjangkau harganya, fasilitas tes kesehatan dan perawatan minim dan terbatas, kesediaan dan kemampuan para tenaga kesehatan dan perawatan juga minim dan terbatas, dan jaminan kerahasiaan yang meragukan adalah beberapa contohnya. Dari penelitian ini diharapkan mampu mengeksplor lebih jauh lagi mengenai segala permasalahan yang berkenaan dengan peran Dinas Kesehatan, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam memberi perawatan terhadap ODHA akibat penggunaan narkoba suntik jenis putaw. Untuk mencapai tujuan tersebut, adapun kerangka berfikir yang melatar belakangi pemikiran dari penelitian ini antara lain seperti diagram dibawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Bagan 1.1. Kerangka Berpikir ODHA IDU/PENASUN
MASALAH SOSIAL
MASALAH KESEHATAN
PERAN
PERAN
KDS SOLO PLUS
LSM MITRA ALAM DINKES
ODHA IDU/PENASUN KELUAR DARI MASALAHNYA
H. DEFINISI KONSEPTUAL 1) Peran Peranan adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang atau kelompok yang memiliki status.Sedangkan status itu sendiri sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi suatu kelompok dalam hubunganya dengan kelompok lain. Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak tersebut. (Soerjono Soekanto, 1990:102)
2) IDU (Injecting Drug User) atau Pemakai Narkoba Suntik IDU disini diartikan sebagai pengguna narkoba suntik. IDU merupakan orang yang menggunakan narkoba dengan cara menyuntikkan obat terlarang tersebut pada anggota tubuhnya dengan tanpa pengawasan dari medis, yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan suatu kenikmatan tersendiri bagi dirinya.
I.
DEFINISI OPERASIONAL Peran Dinas Kesehatan, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam perawatan ODHA akibat penggunaan narkoba suntik jenis putaw adalah segala macam perilaku dari kelompok yang memiliki status dalam rangka perawatan ODHA akibat penggunaan narkoba suntik jenis putaw.
J.
METODE PENELITIAN 1.
Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Digunakannya metode penelitian kualitatif ini karena ada beberapa pertimbangan yaitu: a.
Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.
b.
Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
c.
Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (Moleong, 2001: 5) Penelitian deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai
suatu gejala sosial yang diteliti. Peneliti mendeskripsikan suatu gejala berdasarkan indikator-indikator yang dijadikan dasar dari ada tidaknya suatu gejala yang diteliti. (Slamet, 2006: 7). Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. (Moleong, 2001 : 4) Hal tersebut dikarenakan dalam penelitian kualitatif, orang bisa sebagai instrumen yang sangat luwes, dapat menilai keadaan dan dapat mengambil keputusan. Selain itu hanya manusia saja yang dapat berhubungan dengan responden atau obyek lainnya dan hanya manusia yang mampu memahami kaitan kenyataan di lapangan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengambil fakta berdasarkan subyek peneliti (verstehen), mengetengahkan hasil pengamatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
itu secara sangat rinci (thick decription), seraya menghindari komitmen terhadap model teoritik terdahulu. Penelitian kualitatif ini justru berusaha membangun teori, minimal teori tentang masyarakat yang diteliti. (Dewi P, 2006 : 40-41).
2.
Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta karena terdapat sejumlah ODHA penasun
yang bergabung dalam sebuah LSM yaitu
MITRA ALAM serta Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan KDS Solo Plus. Informan dalam penelitian ini adalah LSM Mitra Alam, Dinas Kesehatan Kota Surakarta, dan KDS Solo Plus. 3.
Sumber Data Berbagai sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini yaitu: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan yang diperoleh melalui wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang bersangkutan secara langsung yaitu: - LSM MITRA ALAM - Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Solo Plus - Dinas Kesehatan Kota Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
b. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh bukan secara langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini sumber data sekunder yang dipakai adalah sumber tertulis seperti buku mengenai HIV/AIDS, internet, data atau arsip-arsip yang bersangkutan terkait mengenai penelitian ini.
4.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode : a. Wawancara Mendalam (in – depth interviewing) Interview yang digunakan adalah interview informal yang dapat dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat guna mendapatkan data eksplisit. Dalam tanya jawab ini penulis berusaha mendapatkan gambaran tentang sejauh mana peranan Dinas Kesehatan, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam memberi perawatan terhadap ODHA akibat penggunaan narkoba suntik jenis putaw di Kota Surakarta b. Observasi Tak Berperan Pada saat pengumpulan data primer yang berupa pengamatan terhadap aktivitas objek yang diteliti, peneliti tidak terlibat secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
langsung dalam kegiatan yang dilakukan obyek penelitian, namun hanya sebatas sebagai seorang pengamat. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, juga bisa berbentuk sebuah foto.
5.
Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel a. Sampel Dalam penelitian kualitatif sampel bukan mewakili populasi, sehingga tidak ditentukan berdasarkan ketentuan yang mutlak, tetapi sampel berfungsi untuk menggali beragam informasi yang penting yang dibutuhkan peneliti dilapangan. b. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling (sampel bertujuan), yaitu menentukan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Sutopo, 2002). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah: a. Pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta
: 1 orang
b. Pihak LSM Mitra Alam
: 1 orang
c. Pihak KDS Solo Plus
: 1 orang
d. ODHA IDU yang menggunakan putaw
: 2 orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
6.
Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Dalam model ini ada tiga komponen analisis, yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. a. Reduksi Data Reduksi Data merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan dan abstraksi data dari field note, dilakukan selama penelitian berlangsung. Dengan reduksi data, data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai cara, seperti seleksi ketat, ringkasan dan menggolongkan dalam suatu pola yang lebih luas. b. Sajian Data Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan peneliti dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logika dan sistematis sehingga bila dibaca akan bisa mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pernyataan peneliti, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskriptif mengenai kondisi yang rinci
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian ini
merupakan
narasi
yang
disusun
dengan
pertimbangan
permasalahannya dengan menggunakan logika penelitinya. Yang banyak terjadi dimasa lalu, penyajian data tetap berupa kalimat-kalimat panjang atau cerita yang banyak berbeda dengan catatan lengkap yang diperoleh dari lapangan. c. Penarikan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Jika disimpulkan dirasa kurang mantap, maka penulis akan menggali dalam field note, tetapi jika dalam field note belum diperoleh data yang diinginkan maka penulis mencari data lagi dilapangan. Kesimpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Kesimpulan akhir yang ditulis merupakan rangkaian keadaan dari yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pertanyaan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap fenomena yang ada. (Sutopo, 2002 : 9193) Adapun skema yang menunjukkan hal tersebut, dapat dilihat seperti dibawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan Sumber : HB. Sutopo, 2002
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. KOTA SURAKARTA DAN HIV/AIDS 1. Letak Geografis Secara Administratif Kota Surakarta mempunyai batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Luas wilayah Kota Surakarta adalah 4404,06 Ha yang terdiri dari 5 Kecamatan dan 51 Kelurahan yaitu: Kecamatan Laweyan terdiri dari 11 Kelurahan, Kecamatan Serengan terdiri dari 7 Kelurahan, Kecamatan Pasar Kliwon terdiri dari 9 Kelurahan, Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan dan Kecamatan Banjarsari terdiri dari 13 Kelurahan. Secara geografis Kota Surakarta dapat dikatakan strategis karena di sekelilingnya terdapat daerah yang cukup ramai dan jaraknya tidak terlalu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
jauh dari Kota Surakarta itu sendiri. Kota Surakarta juga didukung oleh kemudahan sarana transportasi baik dari dalam maupun luar kota sehingga adanya kecenderungan bagi orang untuk bekerja maupun beraktivitas. Selain itu Kota Surakarta juga terkenal dengan hiburan malamnya. Adanya tempattempat hiburan malam seperti galabo (Gladak Langen Bogan), club, wedangan dan karaoke. Selain itu Kota Surakarta juga terkenal dengan tempat-tempat singgah (kost dan losmen) yang murah sehingga memunculkan gaya hidup malam yang mendorong orang baik dari dalam maupun luar kota Surakarta untuk datang mengunjungi kota Surakarta. Mobilitas penduduk ini merupakan salah satu pintu masuk peredaran narkoba di kota Surakarta. Dari peredaran narkoba inilah muncul penyalahgunaan narkoba, Dari kegiatan penyalahgunaan narkoba semisal pada kasus pemakaian narkoba dengan cara diminum dialih fungsikan menjadi proses menyuntik, seperti yang dilakukan Injecting Drug User (IDU) atau orang yang menggunakan narkoba dengan cara menyuntikkan obat terlarang pada anggota tubuhnya dengan tanpa pengawasan dari medis. Disinilah IDU mempunyai kemungkinan dapat tertular HIV melalui dua jalur, yaitu perilaku seksual yang sering berganti pasangan, mengingat terpengaruh rangsangan dari narkoba serta melalui penggunaan jarum suntik dan alat suntik, kemungkinan juga sendok atau wadah lain yang digunakan untuk mencairkan obat secara bergantian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Kegiatan tersebut yang memunculkan kelompok resiko tinggi yakni para IDU (injecting drug user) yang ada di Kota Surakarta. Hal inilah yang menjadi salah satu pintu masuk penyebaran HIV/AIDS di Kota Surakarta.
2. Fasilitas Kesehatan di Kota Surakarta Mengetahui banyaknya kelompok resiko tinggi yang rentan dengan HIV/AIDS, Kota Surakarta juga harus memiliki fasilitas kesehatan yang memadahi. Fasilitas kesehatan sangat penting untuk mewujudkan kota yang sehat dari wabah penyakit. Fasilitas kesehatan di Kota surakarta juga berperan dalam mencegah penyebaran virus HIV/AIDS sehingga dapat menekan laju penyebaran virus HIV/AIDS tersebut. Kota Surakarta mempunyai berbagai jenis fasilitas kesehatan diantaranya terdiri dari : Tabel 2.1 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Kota Surakarta No 1
Jenis Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Bersalin Balai Pengobatan atau Klinik 2 Puskesmas Puskesmas Tetap Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling 3 Posyandu 4 Apotek Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta
commit to user
Jumlah 11 buah 2 buah 13 buah 38 buah 14 buah 25 buah 17 buah 584 buah 138 buah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Dari seluruh fasilitas kesehatan yang ada di Kota Surakarta yang menyediakan fasilitas VCT (Voluntary Counseling and Testing) ada 2 Rumah Sakit yakni RSDM (Rumah Sakit Dokter Muwardi) dan Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta serta 2 Puskesmas yakni Puskesmas Manahan dan Puskesmas Sangkrah.
3. Persebaran Pengguna Narkoba Suntik Di Kota Surakarta Di Kota Surakarta berdasarkan data penjangkauan LSM Mitra Alam sejumlah 507 orang IDU/ Penasun yang tersebar diwilayah-wilayah ekskarisidenan Surakarta antara lain : a. Batas kawasan Solo Utara yaitu sepanjang utara Kali Anyar tepatnya dari Jalan Agung Timur hingga Jalan Tulang Bawang Utara yang terdiri dari 8 wilayah yang ditempati sejumlah 64 IDU. b. Batas kawasan Solo Timur yaitu sepanjang batas wilayah Kali Pepe Gilingan hingga batas timur Kali Pepe Sewu dengan menempati 14 wilayah dengan jumlah IDU sebanyak 69 orang. c. Batas kawasan Solo Selatan yaitu sebelah selatan perbatasan Kali Pepe hingga Jalan Moch. H. Thamrin dengan ditempati 25 wilayah dan diantaranya terdapat IDU sebanyak 109 orang. d. Batas kawasan Solo Barat yaitu sepanjang perbatasan Kecamatan bagian barat Kota Surakarta hingga bagian utara Banyuanyar dengan menempati 53 wilayah dan didalamnya terdapat IDU sebanyak 265 orang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Kawasan persebaran Injecting Drug User (IDU) dapat dilihat seperti tabel di bawah ini : Tabel 2.2 Persebaran IDU di Kota Surakarta
Kawasan
Batas Wilayah
Jumlah Wilayah
Banyaknya Injecting Drug User (IDU)
8
64
14
69
25
109
53
265
100
507
Utara Kali Anyar dari Jalan Agung Timur hingga Jalan Tulang Bawang Utara Solo Kali Pepe Gilingan hingga Timur batas timur Kali Pepe Sewu Solo Kali Pepe hingga Jalan Selatan Moch. H. Thamrin Kecamatan bagian barat Solo Kota Surakarta hingga Barat bagian utara Banyuanyar Total Sumber: LSM Mitra Alam Solo Utara
B. DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA Fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di Kota Surakarta, tentu tidak terlepas dari hubungannya dengan Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Pada dasarnya segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung berada dibawah pengawasan Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Dinas Kesehatan Kota Surakarta mempunyai tugas-tugas yang sangat penting didalam mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Terkait dengan pelaksanaan program dalam upaya pencegahan ataupun penanggulangan epidemi HIV/AIDS di Kota Surakarta, Dinas Kesehatan Kota Surakarta memiliki program antara lain : 1. Layanan Terapi Rumatan Methadon Merupakan terapi pengalih penyuntikan putaw ke cara yang lebih aman dengan meminum methadon. Methadon diberikan kepada pecandu putaw untuk diminum dibawah pengawasan dokter di rumah sakit dan puskesmas. 2. Rujukan ke klinik VCT Suatu program rujukan kepada pelaku beresiko HIV/AIDS untuk mengetahui status HIV mereka agar segera mendapatkan perawatan maupun mencegah perilaku beresiko. 3. Layanan Klinik Infeksi Menular Seksual di 2 Puskesmas 4. Kegiatan Sosialisasi Kegiatan sosialisasi ini terkait dalam penyebarluasan ilmu pengetahuan mengenai permasalahan seputar narkoba dan HIV/AIDS, yang dilakukan dibeberapa Kecamatan yang ada di Kota Surakarta, serta pada bidang pendidikan yang difokuskan bagi siswa SLTP dan SMU Kota Surakarta. Kegiatan sosialisasi ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan yang benar mengenai sebab dan akibat dari penyalahgunaan narkoba, beserta segala permasalahan seputar cara penularan dan upaya menghindari terjangkitnya HIV/AIDS. 5. Sosialisasi Organisasi Masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Pengetahuan mengenai HIV/AIDS, sangat diperlukan bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan agar masyarakat senantiasa peduli dengan isu-isu HIV/AIDS, serta dalam rangka mewujudkan pelaksanaan upaya pencegahan maupun penanggulangan penyebaran HIV/AIDS di Kota Surakarta. Upaya tersebut salah satunya melibatkan kegiatan sosialisasi diberbagai organisasi masyarakat. Kegiatan tersebut dirasa lebih efektif dan efisien untuk dilakukan, karena pelaksanaannya akan melibatkan jumlah anggota masyarakat yang tidak sedikit, sehingga dalam proses transfer ilmu pengetahuan mengenai HIV/AIDS akan lebih cepat terealisasikan. 6. Transportasi ke Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Upaya penyediaan alat transportasi bagi orang yang tergolong berisiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS, dirasa sangat diperlukan apabila orang yang risti tersebut telah dalam kondisi yang benar-benar membutuhkan penanganan yang khusus dan serius. Namun transportasi dalam wujud pelayanan rujukan ke klinik VCT yang ada, dirasa belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan harapan dari berbagai pihak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
7. Pembuatan Leaflet atau Pamflet Pembuatan leaflet atau pamflet ini dengan maksud agar masyarakat dapat memperoleh
pengetahuan
tentang
HIV/AIDS.
Sehingga
masyarakat
senantiasa dapat merespon segala hal yang berkaitan seputar HIV/AIDS, baik dalam upaya penyebaran, pecegahan HIV/AIDS maupun penanganannya bagi seseorang yang terlanjur terjangkit HIV/AIDS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
C. LSM MITRA ALAM LSM Mitra Alam adalah salah satu organisasi non pemerintah (NGO) lokal yang berkedudukan di Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah yang bekerja dalam berbagai kegiatan pengembangan swadaya masyarakat. Program pelayanan Mitra Alam berorientasi pada pemberdayaan masyarakat rentan yang bertumpu pada pendekatan kelompok maupun pendekatan secara individual. Keberadaan LSM Mitra Alam dirintis sejak tahun 1998 oleh tim relawan dari berbagai disiplin ilmu yang peduli terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan tidak membedakan latar belakang suku, agama, ras, dan berbagai golongan. Untuk lebih meningkatkan profesionalisme pelayanan, maka keberadaan lembaga diaktanotariskan pada tanggal 18 Juli 2000, oleh Ny. E. Ratna Widjaja Notaris di Surakarta. Berdasar Status Hukum antara lain terdaftar di PN Sukoharjo No. 37/2000/p/Skh, Kansospol Sukoharjo No. 106/YL/2000 dan di Dinas Sosial No. 466/609/BKS. LSM Mitra Alam adalah Non Government Organization (NGO) yang tidak terikat oleh lembaga lain dalam status hukum organisasinya (independent) serta tidak berafiliasi pada organisasi massa atau partai politik tertentu. Dalam menjalankan program-program pelayanan, LSM Mitra Alam bekerjasama dengan NGO lokal lain dan internasional NGO dalam pelaksanaan dan pendanaan program yang berprinsip pada transparansi, akuntabilitas, dan sustainabilitas program.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Peran serta LSM dikalangan masyarakat sangatlah diperlukan dalam kerangka pemberdayaan masyarakat. LSM Mitra Alam bergerak dalam berbagai bidang kegiatan yaitu : 1. Bidang Pertanian dan Lingkungan 2. Bidang MED (Microenterprise Development) 3. Bidang Kesehatan Masyarakat Setiap menjalankan prosedur dari masing-masing bidang kegiatan, sekiranya tidak mengurangi perhatiannya pada bidang lain, akan tetapi bidang yang ada tersebut berjalan saling beriringan walaupun berada dalam satu organisasi yang menaungi beberapa garapan yang berlainan, bahkan cenderung memiliki perbedaan program kerja satu sama lain. Hal ini tidaklah menjadi persoalan yang besar, karena ada alternatif yang dapat diambil, untuk membedakan dari semua bidang yang ada tersebut, semisal dibentuknya sebuah tim-tim kerja untuk menangani berbagai bidang yang ada. Bidang kesehatan masyarakat yang menjadi fokus perhatian penelitian ini, kegiatannya menitikberatkan pada penanganan pengurangan dampak buruk (Harm Reduction) dan mengurangi permintaan (Demand Reduction) atau dengan program yang terangkum dalam bentuk Awareness. Adapun salah satu cabang dari usaha bidang kesehatan ini terletak di Jalan Arif Rahman Hakim no.66 Kepunton, Jebres, Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Berbagai program yang telah dilaksanakan antara lain:
1. Kampanye pencegahan HIV pada remaja, pengguna narkoba suntik dan narapidana di Lapas/rutan 2. Kampanye pencegahan HIV melalui Aksi, renungan dan ceramah/penyuluhan 3. Pendampingan kelompok Pengguna Narkoba Suntik/IDU’s 4. Pelayanan Kesehatan dasar dan rujukan tes VCT 5. Promosi dan distribusi kondom serta jarum suntik steril 6. Penguatan ODHA melalui layanan Manager Kasus dan KDS ”Solo Plus” 7. Advokasi Kebijakan Di samping itu, LSM Mitra Alam juga mengembangkan program pencegahan HIV/AIDS di kalangan penasun dengan programnya yakni Harm Reduction, isi program tersebut antara lain: 1. Pencegahan HIV/AIDS a. Pendidikan penjangkauan dengan memakai pendidik sebaya b. Penyediaan program informasi untuk menyadarkan IDU mengenai risiko risiko penggunaan dan penyuntikan narkoba c. Program penyebaran/pertukaran jarum suntik yang suci hama dan pembuangan jarum suntik bekas 4. Perawatan Narkoba a. Pendirian program pengalihan narkoba b. Program perawatan dan pemulihan pecandu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
5. Dukungan dan Perawatan HIV/AIDS a. Konseling dan tes HIV pada kelompok IDU b. Pengobatan dan perawatan HIV/AIDS c. Memperbesar kesempatan bagi IDU untuk memperoleh layanan kesehatan dasar. 6. Pelibatan IDU dalam perubahan perilaku atau hierarki perubahan perilaku (Pesan Harm Reduction) a. Berhenti menggunakan narkoba jenis apapun. b. Jika itu tidak bisa dilakukan, maka penggunaannya jangan disuntik. c. Jika itu pun masih belum bisa, maka gunakan jarum sendiri dan jangan berbagi jarum dengan orang lain. d. Jika benar-benar belum bisa dilakukan, maka sterilkan dengan pemutih jika harus berbagi dalam penggunaan jarum suntik. 7. Mendorong perubahan perilaku Kegiatan dalam upaya mendorong perubahan perilaku, perlu mengidentifikasi dan mendapatkan akses pada mereka yang paling berisiko seperti pada: a. Institusi Sekolah, Kampus serta Lapas atau Rutan b. Penjangkauan komunitas 1. Tempat tetap 2. Bergerak Penerapan pendekatan-pendekatan khusus ini diupayakan melalui : a. Meningkatkan kesadaran terhadap HIV/AIDS
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
b. Memunculkan HIV/AIDS sebagai bahaya saat ini dan nyata (Clear and Present danger) c. Menyederhanakan pengetahuan tentang HIV dan bagaimana penularannya d. Memberikan usulan berbagai strategi alternatif pengurangan risiko yang memungkinkan e. Mendorong advokasi pencegahan dapat dilakukan dengan cara, antara lain : 1) Mempelajari norma sosial yang terkait dengan perilaku risiko tinggi 2) Menggali bagaimana klien mengartikan risiko yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima 3) Membantu klien untuk mengidentifikasi perilaku berisikonya sebagai risiko yang tidak dapat diterima 4) Memperkuat perubahan norma sosial untuk mendukung pengurangan risiko. 5) Cara pencegahan penularan HIV/AIDS dikomunitas Injecting Drug User (IDU)
D. KDS (Kelompok Dukungan Sebaya) SOLO PLUS KDS (Kelompok Dukungan Sebaya) Solo Plus merupakan tempat berkumpul sekaligus tempat singgah bagi para ODHA. Terletak di Jalan Arif Rahman Hakim no.66 Kepunton, Jebres, Surakarta. KDS Solo Plus ini memberikan pelayanan dukungan psikososial dan layanan kesehatan bagi para ODHA, selain itu KDS Solo Plus juga memberikan akses obat terhadap para ODHA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Kegiatan yang ada di dalamnya adalah kegiatan kumpul bersama ODHA dan OHIDHA setiap minggu terakhir pada akhir bulan. Kegiatannya adalah penguatan mental dan pemantauan kesehatan ODHA serta memberikan sosialisasi pada masyarakat mengenai HIV/AIDS secara lengkap dan benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PROFIL INFORMAN Penelitian yang dilakukan oleh penulis melibatkan berbagai lembaga dalam upaya pemutusan rantai penyebaran HIV/AIDS khususnya bagi komunitas pengguna narkoba suntik antara lain: Dinas Kesehatan Kota Surakarta, LSM Mitra Alam dan KDS Solo Plus serta wawancara tersebut juga difokuskan pada bidang-bidang yang terkait dalam memberi perawatan terhadap ODHA akibat penggunaan narkoba suntik jenis putaw adapun diantaranya meliputi : 1. Ibu Titik Kadarsih (Mewakili Dinas Kesehatan Surakarta) Kegiatan yang dilakukan penulis kepada Kabid P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) dari Dinas Kesehatan Surakarta berupa kegiatan wawancara dengan Ibu Titik Kadarsih. Tugas beliau yaitu merupakan pihak yang berkompeten dalam bidang penyuluhan-penyuluhan tentang narkoba dan HIV/AIDS dikalangan pelajar dan masyarakat umum khususnya Kota Surakarta. 2. Bapak Yunus Prasetyo (mewakili LSM Mitra Alam) Wawancara juga dilakukan dengan pihak LSM Mitra Alam yakni Direktur Program, direktur Program dari LSM Mitra Alam terkait dengan Program Harm Reduction untuk pencegahan HIV/AIDS bagi pengguna narkoba suntik yaitu bapak Yunus Prasetyo. Adapun tugas-tugasnya antara lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
bertanggung jawab secara umum atas bidang yang ditangani mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta dalam rangka untuk mewujudkan kelanjutan dari proyek. 3. Bapak Agus Bakdullah (mewakili KDS Solo Plus) Wawancara dengan ketua KDS (Kelompok Dukungan Sebaya) Solo Plus dilakukan dengan Bapak Agus Bakdulah, beliau juga termasuk ODHA. Tugasnya adalah memimpin kegiatan KDS dengan tujuan memberi dukungan psikososial kepada para ODHA. Kegiatan ini dilakukan sekali di minggu terakhir pada akhir bulan. 4. ODHA dari kalangan IDU/Penasun Jenis Putaw Wawancara dengan ODHA dari kalangan IDU dilakukan dengan: a.
Garis Subandi 32 tahun. Beliau merupakan ODHA yang sudah open status. Mengetahui status HIV+ sejak tahun 2006. Sebelum mengetahui status HIV nya beliau merupakan pengguna narkoba suntik jenis putaw dan seorang heteroseksual. Pertama kali menggunakan narkoba sewaktu kelas 3 SMA. Saat itu umurnya baru sekitar 18 tahun. Jenis narkoba yang pertama kali dicoba adalah obat-obatan seperti pil koplo dan ineks. Pergaulan di kos-kosannya menambah wawasannya mengenai narkoba. Pada awal masuk kuliah ia mulai mencoba menggunakan putaw dengan cara dibakar yaitu dengan meletakkan putaw pada sebuah wadah logam, kemudian dibakar. Uap dari hasil pembakaran kemudian dihisap dan menyebabkan fly. Lama menggunakan putaw dengan cara dibakar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
dijalaninya selama 4 bulan. Pada masa itu beliau belum berani menggunakan putaw dengan cara disuntik, namun karena pengaruh dari teman-teman
kos
beliau
akhirnya
beliau
memberanikan
diri
menggunakan putaw dengan cara disuntik. Biasanya kebiasaan menyuntiknya dilakoni dengan cara bersama-sama atau patungan dengan temannya di kos-kosan. Caranya adalah melarutkan putaw dengan air di sendok kemudian disedot kedalam alat suntik dan disuntikkan di tangan. Kegiatan ini dilakukan hamper seminggu 3 kali. Setelah beliau mengetahui status HIV nya kini beliau aktif dalam kegiatan KDS Solo Plus guna memberi dukungan psikososial kepada para ODHA yang baru mengetahui status HIV+ nya dan baru bergabung dengan KDS Solo Plus. b. Sandi berusia 27 tahun, mempuyai status sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Surakarta. Dalam pengakuannya saat wawancara, bahwa pertama kali mengenal narkoba dengan alasan mencoba-coba dimulai sejak duduk dibangku SMA hingga kini dan kegiatan pemakaian narkoba yang dilakukannya tersebut tanpa sepengetahuan dari anggota keluarga. Terkait dengan masalah penggunaan narkoba, beliau memilih Putauw, kebiasaannya menggunakan putaw yakni dilakukan di kostnya. Biasa mendapatkan putaw dari seorang bandar yang sudah lama dikenalnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Pemakaian putaw dilakukan secara beramai-ramai dengan temantemannya di kost. Cara menggunakan putaw yakni dengan cara disuntik, hampir sama yang dilakukan oleh Mas Garis Subandi yakni dengan melarutkannya dahulu dengan air kemudian disuntikkan ke tubuh, setelah itu disedot kembali darahnya untuk mendapatkan kepuasan maksimal kemudian disuntikkan lagi ke dalam tubuhnya. Mengetahui statusnya sebagai ODHA sejak tahun 2009. Dan sekarang aktif dalam kegiatan di KDS Solo Plus untuk mendapatkan dukungan psikososial antar sesama ODHA.
B. PERAN
DINAS
KESEHATAN
KOTA
SURAKARTA
DALAM
PERAWATAN ODHA Dalam perawatan terhadap ODHA IDU/penasun, Dinas Kesehatan Kota Surakarta berperan sebagai penyedia layanan. Yakni dengan menyediakan layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) beserta pengobatan HIV/AIDS dan Layanan Terapi Rumatan Methadon. 1. Layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) Merupakan layanan yang bertujuan untuk mengetahui status HIV seseorang dan merupakan pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS Berkelanjutan. Di Kota Surakarta terdapat dua Puskesmas yang menyediakan layanan VCT antara lain Puskesmas Sangkrah dan Puskesmas Manahan. Dalam kaitanya dengan perawatan ODHA IDU/Penasun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
diarahkan ke Puskesmas Manahan, Sedangkan untuk perilaku beresiko yang lain diarahkan ke Puskesmas Sangkrah. Sesuai dengan yang diutarakan Ibu Titik: “Perawatan IDU kita laksanakan dengan mengacu pada pedoman nasional dik…DKK disini sebagai penyedia layanan, hingga saat ini kita sudah punya 2 tempat layanan VCT di Puskesmas Sangkrah dan Manahan…di Manahan untuk IDU disana juga ada layanan terapi methadone, yang satunya di Sangkrah itu untuk perilaku beresiko yang umum dan IMS tapi pada dasarnya semua pelaku beresiko bisa memanfaatkan layanan di 2 puskesmas tadi” (wawancara 4 April 2011) Kegiatan yang dilakukan dalam layanan VCT ini adalah kegiatan konseling dan tes darah yang bersifat sukarela dan rahasia, dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV di laboratorium. Tes ini dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani informed consent yaitu surat persetujuan setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar mengenai HIV/AIDS. Kegiatan VCT ini penting karena: a.
Merupakan pintu masuk ke seluruh layanan HIV/AIDS seperti pelayanan medik diantaranya pelayanan Antiretroviral Therapy (ART) atau
pengobatan
antiretroviral,
terapi
dan
pencegahan
Infeksi
Oportunistik (IO) serta pencegahan penularan dari ibu kepada anak. Pelayanan yang lain adalah keluarga berencana, pelayanan psikososial, konseling perilaku hidup sehat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
b.
Memudahkan akses ke berbagai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan klien baik kesehatan maupun psikososial.
c.
Menawarkan keuntungan baik yang hasilnya negatif atau positif yang dilakukan dengan cara memberi dukungan atas kebutuhan klien seperti perubahan perilaku, dukungan mental, pemahaman faktual dan terkini tentang HIV/AIDS. Kegiatan tes VCT ini memiliki prinsip yang disebut 3C (Counseling,
Consent, dan Confidental). a.
Counseling/Konseling Adalah proses pertolongan dimana seseorang dengan tulus dan tujuan jelas, memberikan waktu, perhatian dan keahliannya, untuk membantu klien mempelajari keadaan dirinya, mengenali dan melakukan pemecahan masalahterhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.
b.
Consent/Persetujuan Klien Pemberian informasi mengenai HIV/AIDS oleh tenaga kesehatan terlatih
secara
lengkap
diberikan
kepada
klien/pasien
sampai
pasien/klien paham, sebelum pasien/klien memberikan izinnya untuk tindakan kesehatan. Informasi ini disampaikan oleh dokter pemeriksa dengan bahasa yang dapat diterima pasien. Konseling harus dilakukan pada setiap pasien, sedangkan testi ng dilakukan atas izin pasien. Informed consent diberikan secara lisan dan tertulis yang memuat persetujuan dari klien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
c.
Confidental/Rahasia Kerahasiaan informasi yang diberikan dan hasil tes yang disampaikan merupakan bagian utama dalam melaksanakan tes HIV. Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat klien. Semua informasi yang disampaikan klien dijaga kerahasiaannya oleh konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan didiskusikan di luar konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak dapat dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Informasi tentang klien dapat diketahui hanya untuk keperluan dan atas izin klien. Sesuai yang diutarakan oleh Ibu Titik Kadarsih: ”Dalam melaksanakan program VCT ini kita tetap memegang prinsip 3C dik… 3C itu Counseling, Consent,dan Confidental…counseling itu harus ada konseling sebelum dan sesudah tes, kalau consent itu harus ada persetujuan dari kilen, terus kalau confidential itu rahasia, jadi Cuma konselor sama klien aja yang tau hasilnya dik…” (wawancara 4 April 2011) Proses tes VCT dimulai dengan klien datang dengan/tanpa keluhan
yang mengarah pada gejala/tanda HIV/AIDS atau dengan riwayat perilaku berisiko (riwayat penggunaan napza, perilaku seksual berisiko riwayat transfusi
darah
dan
lainnya),
kemudian
Dokter/Tenaga
kesehatan
memberikan KIE dan konseling yang cukup dan menginisiasi klien untuk melakukan testing. Apabila klien setuju melakukan tes ia harus menandatangani informed consent, jika tidak bersedia melakukan tes klien hanya diberi KIE dan anjuran untuk melakukan tes kembali. Bagi klien yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
sudah menandatangani informed consent, ia segera di test HIV kemudian hasil dapat diambil dan dibuka setelah itu dilanjutkan dengan tatalaksana selanjutnya sesuai kebutuhan klien. Seuai dengan yang diutarakan oleh Mas Garis Subandi dan Mas Sandi, seorang ODHA IDU: “Saya tahu VCT itu dari Mitra Alam mas terus dirujuk ke Puskesmas Manahan…Di VCT itu isinya ya konseling, terus saya dikasih pengertian soal AIDS, terus saya ditawari mau atau tidak…ya saya mau terus saya tanda tangan, lalu dites darah saya dan hasilnya ya positif…saya sempat syok tapi ya gimana lagi memang saya dulunya nakal jadi ya saya terima…”(wawancara dengan mas Garis Subandi, 29 Mei 2011) “Sebelum tes itu saya dikasih konseling sama dokter soal AIDS dan perilaku beresiko saya…terus proses selanjutnya tanda tangan pernyataan,tes darah lalu buka hasil ternyata hasilnya saya potitif.. setelah saya buka hasil itu ya sayamasih dikasih konseling koq mas..”(wawancara dengan mas Sandi, 27 Agustus 2011) Apabila digambarkan alur tes VCT adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Bagan 3.1 Alur Tes VCT Kesadaran IDU tentang HIV/AIDS Kesadaran Individu untuk TEST
Konseling PRE TEST
Keputusan untuk TEST
Ya
Tdk
Konseling POS TEST
HIV Positif
HIV Negatif
Konseling dan Tindak lanjut
Berikut adalah tabel jenis konseling di dalam kegiatan VCT yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta:
commit to user
66
Tabel 3.1. Jenis Konseling dalam VCT Jenis Konseling 1. Konseling untuk Pencegahan
Tujuan Membuat klien memahami menghindari perilaku beresiko
2. Konseling Pra Tes
Membuat klien mampu memutuskan apakah dirinya perlu memeriksakan status HIVnya atau tidak dengan segala konsekuensinya
3. Konseling Post Tes
perlunya
Isi Konseling · Pemahaman HIV/AIDS dan dampak fisik serta psikososial · Cara penularan, tidak menularkan dan pencegahan · Mendorong perubahan perilaku kearah yang lebih sehat Konseling ini memiliki prinsip: 1. Motif pelaksanaan sukarela 2. Interpretasi hasil tes: a. Penapisan vs konfirmasi b. Tanpa gejala vs gejala nyata c. Pemahaman bahwa infeksi HIV dan dampaknya tidak dapat sembuh namun ODHA dapat tetap produktif d. Infeksi oportunistik dapat diobati 3. Membuat keputusan: melaksanakan tes/tidak 1. Menilai keadaan psikologis klien terkini 2. Menilai pemahaman klien 3. Pembacaan hasil
Membuat klien mampu menerima hasil pemeriksaan status HIVnya dan menyesuaikan diri dengan konsekuensi dan resikonya, membuat perubahan perilaku kearah yang lebih sehat 4. Konseling berkelanjutan Agar klien terbantu menghadapi keadaan 1. Identifikasi masalah klien dan kondisi psikologis yang terbebani 2. Pemecahan masalah masalah kesehatan fisik 3. Kepatuhan berobat 4. Memberi akses terhadap pencapaian obat Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
2.
Pengobatan HIV Pengobatan HIV di kalangan IDU/Penasun yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta bertujuan untuk menyediakaan dan memberikan pengobatan dan perawatan berkualitas untuk Penasun yang hidup dengan HIV/AIDS, mengintegrasikan layanan pengobatan dan perawatan AIDS bagi Penasun ke dalam penyediaan dan pemberian perawatan kesehatan umum, dan dengan
program-program
pencegahan
infeksi
HIV,
membuat
dan
mengembangkan sebuah pendekatan rangkaian/kesatuan perawatan untuk HIV di kalangan Penasun. Sasarannya adalah Penasun yang yang hidup dengan HIV/AIDS dan sudah
memerlukan
layanan
kesehatan
misalnya
pengobatan
infeksi
opportunistik, terapi ARV atau layanan lain yang berkaitan dengan kesehatannya. Bagi IDU/Penasun yang setelah melakukan tes VCT kemudian didapati bahwa ia positif HIV, maka selanjutnya ia akan segera dianjurkan untuk mekukan
pengobatan
dengan
mengikuti
terapi
Antiretroviral.
Terapi
Antiretroviral (ART) adalah terapi obat dengan kombinasi tiga obat Antiretroviral (ARV) yang bertujuan untuk mengurangi jumlah virus dan replikasi virus dalam darah seorang ODHA IDU/Penasun dan meningkatkan kadar sel CD4 dalam tubuh seorang ODHA IDU/Penasun. Jenis obat tersebut antara lain AZT, 3TC, dan Nevirapine, dahulu harga obat ini berkisar antara Rp 600.000 hingga Rp 700.000 namun kini obat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
tersebut dapat diperoleh secara cuma-cuma. Tujuan dari terapi ARV ini antara lain untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait HIV, memperbaiki mutu hidup, memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan dan menekan replikasi virus semaksimal mungkin dalam waktu yang lama. Sesuai dengan yang diutarakan Ibu Titik: “Sekarang zaman sudah berubah dik…walaupun infeksi HIV masih belum dapat disembuhkan, tapi sudah ada obat yang dapat menekan penggandaan virus itu dalam darah penderita sehingga jumlah virus menjadi rendah juga untuk meningkatkan kadar CD4…namanya ARV atau Antiretroviral dulu harganya sekitar 600 sampai 700 tapi sekarang gratis…terapi ini adalah terapi minum kombinasi 3 obat yang harus habis diminum tiap bulan dengan kepatuhan yang tingg seumur hidup, artinya minumnya nggak boleh sembarangan per 12 jam sekali, kalau tidak maka akan terjadi resistensi sehingga virus kebal obat..dan obat ini juga harus diminum seumur hidup” (wawancara 4 April 2011) Hal senada juga diutarakan oleh mas Garis Subandi dan Sandi: “Saya dapat obat 3 macam mas gratis…saya kurang tahu merknya apa…tapi yang jelas kata dokter minumnya gak boleh telat dan harus habis sebulan,,kalau habis ya minta lagi…pokoknya obat itu kudu diminum terus mas…” (wawancara dengan mas Garis Subandi, 29 Mei 2011) “Saya menjalani terapi ARV juga mas…yah biarpun tahu kalau ini gak bisa nyembuhin paling tidak memperpanjang usia saya..obatnya kalau gak salah 3macem..mereknya duviral keto’e…trus apalagi ya? saya lupa… gratis itu mas saya dapetnya..itu kaya amoxilin harus habis kalau habis harus minta lagi pokoknya ya harus terapi terus-menerus..” (wawancara dengan mas Sandi, 27 Agustus 2011) Namun obat ini harus diminum seumur hidup oleh ODHA dan memerlukan kepatuhan yang sangat tinggi agar tidak terjadi resistensi virus di dalam tubuh ODHA. Berikut adalah Antiretroviral yang tersedia di Dinas Kesehatan Kota Surakarta:
commit to user
69
Tabel 3.2 Antiretroviral yang Tersedia di Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Golongan NRTI
Nama Zidovudine
Singkatan AZT, ZDV
Produsen Kimia Farma
Sediaan Kapsul/tablet 300 mg Kapsul 100 mg
Lamivudine
3TC
Kimia Farma
Tablet 100 mg Larutan 10 mg/ml Tablet 150 mg
Stavudine
D4T
Bristol Myers-Squibb
Kapsul 30 mg, 40 mg
Didanosine
ddl
Bristol Myers-Squibb
Tablet kunyah 100 mg
NNRTI
Nevirapine
NVP
Boehringer Ingelheim
Tablet 200 mg
PI
Nelfinavir
NFV
Auguron Pharmautical
Tablet 250 mg
Konformulasi
AZT + 3TC
Kimia Farma
AZT 300 mg + 3TC 150 mg
AZT + 3TC + NVP
Kimia Farma
AZT 300 mg + 3TC 150 mg + NVP 200 mg
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Selain terapi Antiretroviral, Dinas Kesehatan Kota Surakarta juga menyediakan layanan pengobatan Infeksi Oportunistik (IO). Yakni layanan pengobatan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit atau jamur yang diakibatkan penurunan kekebalan tubuh ODHA. Sesuai yang diutarakan oleh Ibu Titik: “DKK juga menyediakan layanan terapi Infeksi Oportunistik disediakan di 2 Puskesmas Sangkrah dan Manahan, bentuknya berupa pengobatan infeksi yang muncul pada ODHA dan pemberian KIE soal IO pada Kelompok beresiko saat konseling di VCT, kasus yang kita temukan ODHA IDU/Penasun biasanya banyak yang mengalami hepatitis…ini bisa terjadi karena jarum suntik yang mereka pakai tidak steril..atau juga karena sharing jarum…”(wawancara 4 April 2011) Hal senada juga diutarakan oleh mas Garis Subandi dan Sandi: “Pas saya di VCT dulu juga dapet leaflet soal infeksi oportunistik…penjelasannya ya itu khan saya ini udah jadi ODHA sudah pasti saya rawan sama penyakit kena sedikit aja pasti mbabrak…terus dikasih tahu sama dokter supaya nggak khawatir karena kalo kita rajin minum ARV infeksi dapat ditekan, kalau pun kena kita masih bisa diobati…” (wawancara dengan mas Garis Subandi, 29 Mei 2011) “Alhamdulilah sampe saat ini saya belum mengalami infeksi…tapi kalo kena saya udah tahu harus kemana…yang penting obat ARV saya minum terus untuk mencegah infeksi…” (wawancara dengan sandi, 27 Agustus 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
3.
Layanan Terapi Rumatan Methadon Merupakan layanan yang disediakan Dinas Kesehatan Kota Surakarta khusus bagi pengguna narkoba suntik. Program rumatan methadon
menyediakan
dan
memberikan
obat
legal
yang
dikonsumsi secara oral (dengan diminum) sebagai pengganti obat ilegal/Napza yang dikonsumsi dengan cara menyuntik. Tujuannya
adalah
untuk
mengurangi
dampak
buruk
kesehatan, sosial dan ekonomi bagi setiap orang dan komunitas serta bukan untuk mengedarkan Napza. Selain itu tujuan yang lain adalah: a. Mengurangi risiko tertular atau menularkan HIV/AIDS serta penyakit lain yang ditularkan melalui darah (Hepatitis B dan C). b. Memperkecil risiko overdosis dan penyulit kesehatan lain. c. Mengalihkan dari zat yang disuntik ke zat yang tidak disuntikkan. d. Mengurangi penggunaan Napza yang berisiko, misalnya memakai peralatan suntik bergantian, memakai bermacammacam Napza secara bersamaan, menyuntikkan tablet atau disaring terlebih dahulu. e. Mengevaluasi kondisi kesehatan klien dari hari ke hari f. Memberi konseling rujukan dan perawatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Sesuai yang diutarakan oleh Ibu Titik: “Layanan TRM ini adalah layanan yang kita sediakan buat para penasun sebagai program subtitusi oral, yaitu pengganti putaw yang disuntik menjadi methadon yang diminum kita sediakan di Puskesmas Manahan…ini resmi dan legal,,tetapi perawatan ini juga dibawah pengawasan dokter dan memakai dosis tertentu..fungsinya ya untuk mengurangi resiko overdosis, mencegah hepatitis karena biasanya ODHA penasun itu banyak yang kena hepatitis, selain itu juga ada konseling di sana, cek evaluasi kesehatan ODHA juga, yang jelas untuk mengurangi pemakaian jarum suntik yang bergantian dan menekan penularan HIV” (wawancara 4 April 2011) Methadon diberikan setiap hari kepada pecandu putaw untuk diminum di bawah pengawasan dokter. Tujuan dari terapi ini adalah untuk menghentikan penggunaan putaw, mengurangi frekuensi penyuntikan, dan supaya IDU/Penasun dapat hidup sehat dan produktif. Layanan terapi ini disediakan di Puskesmas Manahan. Hal senada diungkapkan oleh Mas Garis Subandi: “saya juga pernah ikut terapi ini...biasanya saya datang ke Puskesmas manahan,,di sana ada dokter yang nanti ngasih konseling dulu sebelum minum...abis itu kita dikasih metadon...abis itu tanda-tangan terus pulang..” (wawancara dengan Mas Garis Subandi, 29 Mei 2011)
C. PERAN LSM MITRA ALAM DALAM PERAWATAN ODHA LSM Mitra Alam adalah lembaga non pemerintah yang bergerak dibidang HIV/AIDS khususnya pada kalangan IDU/Penasun. Dalam kaitannya dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
perawatan ODHA IDU/Penasun, LSM Mitra Alam memiliki beberapa program yang disebut dengan Program Harm Reduction. Program ini adalah program pengurangan dampak buruk Napza bagi IDU/Penasun. Program ini berisi antara lain: 1. Program penjangkauan (Outreach) 2. Program KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) 3. Program penilaian perilaku beresiko 4. Program Konseling dan Tes HIV Sukarela 5. Program Penyucihamaan atau Sterilisasi Jarum Suntik 6. Program Layanan Jarum Suntik Steril (LJSS) 7. Program Terapi Subtitusi 8. Program Pengobatan dan Perawatan HIV 9. Program Layanan Kesehatan Dasar
a. Program Penjangkauan (Outreach) Yakni proses penjangkauan langsung yang dilakukan secara aktif kepada IDU/Penasun baik secara kelompok maupun individu. Dalam proses penjangkauan, para pekerja lapangan melakukan proses identifikasi lokasi yang biasa menjadi tempat IDU/Penasun berkumpul atau tempat yang memungkinkan untuk melakukan interaksi langsung dengan IDU/Penasun kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemetaan populasi penasun. Tujuan dari penjangkauan ini adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
a)
Memetakan populasi IDU di Kota Surakarta
b) Memudahkan dalam memberi KIE pada IDU/Penasun c)
Mengajak IDU/Penasun untuk mengurangi resiko perilaku penggunaan narkoba suntik melalui upaya yang memungkinkan untuk dicoba
d) Mengurangi resiko penularan HIV/AIDS di kalangan IDU/Penasun Sesuai dengan yang diutarakan oleh Bapak Yunus: “Penjangkauan atau biasa kita sebut dengan outreach, adalah program untuk menjangkau para pemakai yang kita lakukan dengan cara masuk langsung ke komunitas mereka…hal ini tidak bisa dilakukan pemerintah karena umumnya pemakai itu takut dengan yang berbau pemerintah…ntar disangkanya garukan…kita sendiri pun melakukan outreach ini petugas kita rata-rata adalah mantan pemakai jadi tidak sulit untuk melakukan outreach…dan tujuan dari penjangkauan ini jelas; untuk memetakan populasi mereka, kalau sudah di mapping khan nanti mudah untuk ngasih KIE, kalau sudah dikasih KIE mereka kita ajak untuk mengurangi frekuensi penyuntikan, dan goalnya adalah menekan penularan HIV dikalangan pemakai…” (wawancara, 10 Mei 2011) Hal senada juga diutarakan oleh Mas Garis Subandi seorang ODHA pengguna narkoba suntik jenis putaw: “Dulu itu saya juga nggak ngira kalau saya ini di data LSM ya…lha wong yang datang tiap hari itu teman saya sendiri ada Mas Yunus, Mas Walidi, Puger, sama yang lain juga ada…jadi saya ya nggak curiga…tapi lama-lama kita diajakin main ke Mitra Alam dikasih pengetahuan baru soal HIV, trus kita juga ikut VCT terus tahu kalau udah jadi ODHA terus di link kan di KDS..itu semua juga karena Mitra Alam yang jelas kita terbantu lah” (wawancara dengan Mas Garis Subandi, 29 Mei 2011)
b. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Merupakan program penyediaan informasi mengenai HIV/AIDS pada kalangan IDU/Penasun. Media KIE yang diberikan berupa pamflet, poster, buletin, gambar, stiker, video, dan bentuk lainnya yang mudah diakses oleh Penasun. Media informasi ini dibagikan pada Penasun di tempat-tempat Penasun biasa berkumpul. KIE tersebut berisi mengenai informasi bahaya HIV/AIDS, cara penularan dan bagaimana HIV tidak dapat ditularkan, pengobatan HIV beserta Infeksi Oportunistiknya, selain itu juga ada himbauan untuk meninggalkan perilaku beresiko sharring jarum suntik. Tujuan dari Program KIE ini antara lain: a) Meningkatkan pengetahuan yang dapat mendorong perubahan perilaku dalam mengurangi risiko terinfeksi HIV b) Menyediakan dan memberikan informasi yang benar dan tepat guna c) Mencegah penularan HIV/AIDS melalui pesan media Sesuai dengan yang diutarakan oleh Bapak Yunus: “Program kita berikutnya adalah KIE,,,Komunikasi, Informasi, dan Edukasi…ini adalah program pentransferan pengetahuan soal HIV/AIDS di kalangan pemakai…kegiatan ini biasanya kita barengkan dengan kegiatan outreach dan VCT…KIE ini biasanya berupa bulletin, leaflet, stiker, gambar, video yang gampang diakses buat mereka yang isinya seputar HIV/AIDS…tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan merekasupaya berubah dari perilaku yang beresiko menjadi perilaku yang aman supaya tidak terinfeksi HIV dan untuk menyediakan info yang lengkap, benar, dan tepat guna.” (wawancara, 10 Mei 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Mas Garis Subandi dan Sandi: “saya juga dapat KIE dari Mitra Alam mas…dulu pertamanya ya saya dapet stiker dulu..sama Mitra Alam itu..terus dapet brosur juga…nonton film soal HIV juga pernah..” (wawancara dengan Mas Garis Subandi, 29 Mei 2011) “iya saya dapet KIE juga…itu dapatnya pas didatangi temen-temen Mitra Alam kalo saya dapatnya brosur itu sama buku saku…isinya ya soal AIDS itu..” (wawancara dengan Sandi, 27 Agustus 2011)
c. Program Penilaian Perilaku Beresiko Penilaian pengurangan
risiko diberikan sebagai upaya untuk
memperkuat dan membangun pelaksanaan pengurangan risiko infeksi HIV. Kegiatan ini dilakukan selama penjangkauan. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengenalkan pesan pengurangan risiko dan mendukung upaya-upaya perubahan perilaku. Penilaian pengurangan risiko dilakukan dengan cara memberi form pada IDU/Penasun yang berisi pertanyaan seputar kebiasaan dan perilaku beresiko mereka baik secara individu maupun kelompok. Setelah form diisi oleh para IDU/Penasun, maka petugas lapangan akan menilai seberapa beresiko kah perilaku IDU/Penasun. Apabila dianggap sangat beresiko maka IDU/Penasun akan disarankan untuk mengikuti proses VCT. Sesuai yang diutarakan oleh Sandi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
“saya dulu juga ngisi form isinya soal kebiasaan saya nyuntik, terus perilaku seks saya dan lain-lain...mbuh itu buat apa aku juga nggak ngerti yang tau ya anak-anak mitra alam itu...” (wawancara, 27 Agustus 2011)
d. ProgramKonseling dan Tes HIV Sukarela Konseling dan tes HIV sukarela disebut juga sebagai Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan salah satu program sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan. Program ini adalah program tes HIV pada IDU/Penasun. Tujuan dari program ini antara lain: a)
Mengetahui status HIV IDU/Penasun
b) Mendorong perubahan perilaku yang dapat mencegah penularan HIV di kalangan IDU/Penasun c)
Meningkatkan kesehatan ODHA, termasuk dalam upaya mencari perawatan untuk infeksi-infeksi oportunistik bagi ODHA
d) Merencanakan masa depan dalam hubungannya dengan keluarga serta komitmen-komitmen lainnya, serta memberi peluang mencegah terjadinya penularan HIV Program ini juga dimaksudkan untuk mendukung program pemerintah dalam perawatan dan pencegahan HIV/AIDS. Dalam hal ini LSM Mitra Alam bekerjasama dengan Puskesmas Manahan dan Rumah Sakit Dokter Muwardi sebagai tempat rujukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Sesuai dengan yang diutarakan oleh Bapak Yunus: “Program Tes HIV sukarela ini biasa disebut VCT, tujuannya buat mengetahui status HIV pengguna, juga untuk merubah perilaku mereka, kalau yang positif bisa sebagai pintu masuk layanan pengobatan IO… kita juga bekerjasama dengan pemerintah, kita sudah ada kerjasama dengan puskesmas Manahan dan Rumah Sakit Dokter Muwardi Surakarta” (wawancara, 10 Mei 2011) Hal senada juga diutarakan oleh mas Garis Subandi: “Saya tahu VCT itu dari Mitra Alam mas terus dirujuk ke Puskesmas Manahan…Di VCT itu isinya ya konseling, terus saya dikasih pengertian soal AIDS, terus saya ditawari mau atau tidak…ya saya mau terus saya tanda tangan, lalu dites darah saya dan hasilnya ya positif…saya sempat syok tapi ya gimana lagi memang saya dulunya nakal jadi ya saya terima…”(wawancara dengan mas Garis Subandi, 29 Mei 2011)
e. Program Penyucihamaan/Sterilisasi Jarum Suntik Program penyucihamaan atau sterilisasi jarum suntik merupakan bagian dari program Harm Reduction. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah virus yang bersifat menular di peralatan suntik bekas yang akan mengurangi pula kemungkinan terjadinya penyebaran virus tersebut, seperti: mencuci jarum suntik untuk menghilangkan darah yang telah terkontaminasi dari dalam jarum suntik tersebut; mensucihamakan jarum suntik dengan menggunakan cairan kimia pensucihama; atau mensterilkan jarum suntik dengan dipanaskan. Sesuai dengan yang diutarakan oleh bapak Yunus:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
“Penyucihamaan ini merupakan upaya untuk mensterilkan jarum suntik bekas pakai, karena apabila jarum suntik ini tidak di bersihkan, virus-virus didalam nya masih hidup dan masih dapat menularkanya ke orang lain, cara untuk mensterilkan ini sebenarnya cukup mudah dan sederhana, yaitu dengan menyiapkan 3 gelas, 2 gelas berisi air bersih, lalu yang satunya lagi berisi air yang telah dicampuri pemutih atau bayclean. Caranya adalah jarum dimasukan ke gelas pertama yang berisi air lalu , jarum dimasukan ke gelas kedua yang berisi air yang sudah dicampur dengan pemutih, lalu dibilas lagi dengan air bersih.” (wawancara, 10 Mei 2011) Hal tersebut dibenarkan oleh Sandi: “Saya dulu pernah diajari cara bagaimana mensterilkan jarum suntik sama Mitra Alam, caranya gampang cuma menyiapkan pemutih dan air bersih terus alat-alatnya dicuci pake itu tadi…maklum saya masih belum bisa mandeg” (wawancara, 27 Agustus 2011)
f. Program Layanan Jarum Suntik Steril (LJSS) Layanan Jarum Suntik Steril (LJSS) adalah upaya penyediaan layanan yang meliputi penyediaan jarum suntik steril (baru), pendidikan beserta informasi tentang penularan HIV, dan rujukan terhadap akses medis. Layanan ini menyediakan dan memberikan peralatan suntik steril, beserta materi-materi pengurangan risiko lainnya, kepada ODHA IDU/Penasun, untuk
memastikan
bahwa
setiap
penyuntikan
dilakukan
dengan
menggunakan jarum suntik baru. Sasaran dari program ini adalah ODHA IDU/Penasun yang belum mampu berhenti menggunakan narkoba suntik. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak buruk dari pemakaian narkoba yang digunakan oleh para ODHA dan mencegah penularan HIV di kalangan IDU/penasun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Sesuai yang diutarakan oleh Bapak Yunus: “Program LJSS ini dimaksudkan untuk mendistribusikan jarum suntik beserta sempritnya untuk para pengguna…tujuannya adalah menekan penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna, selain itu juga dalam kaitannya terhadap perawatan ODHA IDU, itu bisa menekan dampak buruk yang diakibatkan pemakaian narkobanya…kita punya dua strategi yakni dengan mendistribusikan di kalangan mereka…atau mereka dating sendiri kemudian menukarkan sama kita….” (wawancara, 10 Mei 2011) Hal senada juga diutarakan oleh sandi: “saya dulu sering menukarkan jarum suntik sama pipetnya...soalnya dulu masih sering nyuntik tapi sekarang udah jarang soalnya juga udah dikasih tau cara membersihkan alatnya...trus kalo harus ke mitra alam terus khan juga repot...” (wawancara, 27 Agustus 2011)
g. Program Terapi Subtitusi Terapi
substitusi
terutama
ditujukan
kepada
ODHA
yang
ketergantungan putaw/heroin. Sasaran terapi ini adalah mengurangi perilaku kriminal, mencegah penularan HIV/AIDS, mempertahankan hidup yang produktif dan menghentikan kebiasaan penggunaan rutin narkoba suntik. Substitusi yang digunakan berupa methadon yakni berupa zat semacam narkoba yang legal digunakan dengan cara diminum dan memiliki efek yang hampir sama dengan putaw dan morfin. Dalam program ini, LSM Mitra Alam bekerjasama dengan Puskesmas Manahan dan Rumah Sakit Dokter Muwardi mengingat terapi ini harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
dibawah pengawasan medis dan tidak boleh sembarangan serta harus dihubungkan dengan perawatan ARV. Hal senada diungkapkan oleh Mas Garis Subandi: “saya juga pernah ikut terapi ini...biasanya saya datang ke Puskesmas manahan,,di sana ada dokter yang nanti ngasih konseling dulu sebelum minum...abis itu kita dikasih metadon...abis itu tanda-tangan terus pulang..” (wawancara dengan Mas Garis Subandi, 29 Mei 2011)
h. Program Pengobatan dan Perawatan HIV Program ini dilaksanakan karena melihat di kelompok IDU/Penasun yang terinfeksi HIV terdapat angka kematian yang tinggi akibat sebab-sebab yang tidak berhubungan dengan infeksi HIV. Sebab-sebab tersebut meliputi pneumonia, penyakit hati (Hepatitis B dan C) dan overdosis. Hal ini dapat terjadi karena tubuh seorang ODHA melemah sistem kekebalannya sehingga mudah terserang penyakit. Program ini meliputi pengobatan dengan terapi ARV dan pengobatan Infeksi Opportunistik. Tujuan dari program ini adalah: a) Menyediakaan dan memberikan pengobatan dan perawatan berkualitas untuk Penasun yang hidup dengan HIV/AIDS. b) Mengintegrasikan layanan pengobatan dan perawatan AIDS bagi Penasun ke dalam penyediaan dan pemberian perawatan kesehatan umum, dan dengan program-program pencegahan infeksi HIV.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
c) Membuat dan mengembangkan sebuah pendekatan rangkaian/kesatuan perawatan untuk HIV di kalangan Penasun. Kegiatan di dalam program ini adalah pemberian ARV kepada ODHA IDU/penasun secara cuma-cuma ARV berfungsi memperlambat perjalanan penyakit, meningkatkan jumlah sel CD4 dan mengurangi jumlah virus dalam darah. Pertimbangan memulai ARV adalah jika CD4 berjumlah 200350/mm3. Sebelum memulai terapi ARV, ODHA diberi konseling kepatuhan tentang cara penggunaan, efek samping, tanda bahaya dan semua yang terkait dengan terapi agar tidak terjadi resistensi. Prosesnya konselor mengusulkan mulai ARV dengan kombinasi tiga obat, yang sering disebut highly active antiretroviral therapy, mencakup dua obat dari golongan NRTI dan satu dari golongan NNRTI atau golongan protease inhibitor (PI). NRTI yang saat ini tersedia adalah AZT, 3TC, ddI dan d4T. Dua kombinasi NRTI yang sering dianjurkan adalah AZT + 3TC dan d4T + 3TC. Selain itu LSM Mitra Alam juga menyediakan Manager Kasus sebagai pengawas minum obat bagi ODHA mengingat terapi ARV ini sangatlah membutuhkan kepatuhan minum obat yang tinggi. Dalam program ini LSM Mitra Alam bekerjasama dengan Puskesmas Manahan dan Rumah Sakit Dokter Muwardi sebagai tempat untuk rujukan perawatan. Sesuai dengan yang diutarakan oleh Bapak Yunus:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
“Layanan pengobatan dan perawatan HIV ini kita melibatkan jejaring kerja diantaranya Puskesmas Manahan dan Rumah Sakit Dokter Muwardi…dalam pengobatan terhadap ODHA kita sudah mendistribusikan ARV secara gratis ARV ini adalah kombinasi 3 obat untuk ODHA supayakekebalan tubuhnya meningkat dan tidak terkena infeksi opportunistik…kita juga menyediakan layanan manager kasus yang bertugas sebagai PMO buat ODHA karena ARV ini harus rutin diminum dan gak boleh telat…” (wawancara, 10 Mei 2011) Senada dengan yang dikatakan oleh Sandi: “Alhamdulilah sampe saat ini saya belum mengalami infeksi…tapi kalo kena saya udah tahu harus kemana…yang penting obat ARV saya minum terus untuk mencegah infeksi…” (wawancara, 27 Agustus 2011)
i. Program Layanan Kesehatan Dasar ODHA IDU/Penasun seringkali berada dalam kondisi kesehatan yang buruk sebagai akibat penggunaan Napza, makanan yang tidak memadai, serta kondisi lingkungan yang tidak sehat. Namun masih banyak ODHA IDU/Penasun masih enggan untuk mendekati atau menggunakan layananlayanan kesehatan utama dan umum. Selain itu terdapat rasa ketakutan bila ketahuan menggunakan Napza, yang kemudian akan mengakibatkan diproses secara hukum dan diskriminasi. Berangkat dari hal tersebut LSM Mitra Alam menyediakan layanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah berupaya menyediakan dan memberikan layanan-layanan kesehatan, seperti; perawatan abses, rujukan ke layananlayanan yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan ODHA IDU/Penasun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Sesuai dengan yang diutarakan Bapak Yunus: “Di sini kita juga menyediakan layanan kesehatan dasar untuk ODHA khususnya di kalangan penasun…kita ada perawatan abses, nadi, terus kita juga memberi rujukan ke tempat layanan kesehatan semisal puskesmas dan rumah sakit…umumnya kita dampingi…soalnya mereka masih pada takut kalau-kalau ketahuan kalo mereka itu pemakai atau malu karena status mereka sudah jadi ODHA..” (wawancara, 10 Mei 2011) Hal senada diungkapkan oleh Sandi: “Layanan kesehatan yang saya terima dari Mitra Alam ya itu kita didampingi mereka mulai dari penjangkauan..dapat obat sampai ke perawatan di Puskesmas” ( wawancara, 27 Agustus 2011)
D. PERAN KDS (KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA) SOLO PLUS DALAM PERAWATAN ODHA KDS Solo Plus merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari para ODHA dan OHIDHA yang sudah dijangkau oleh pemerintah maupun LSM, kegiatan didalamnya adalah memberikan dukungan psikososial kepada para ODHA dan OHIDHA, konsultasi pengobatan, pemantauan perkembangan kesehatan ODHA, sosialisasi tentang HIV/AIDS, selain itu KDS Solo Plus didirikan dengan maksud agar ODHA dapat bekerjasama dengan cara berkelompok untuk dapat menghilangkan stigma yang adadi masyarakat. Peranan yang dilakukan KDS Solo Plus dalam kaitannya dengan perawatan ODHA dapat dibagi menjadi: 1. Konsultasi pengobatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Kegiatan ini dilakukan KDS Solo Plus dalam rangka memberikan layanan konsultasi bagi ODHA mengenai pengobatan ARV dan infeksi opportunistik yang muncul dalam diri ODHA, selain itu di dalam konsultasi ini dipantau juga kesehatan ODHA mulai dari peningkatan CD4 dalam darah ODHA hingga pada tingkat kepatuhan minum obat bagi ODHA.
2. Layanan Pengawas Minum Obat Layanan ini diberikan kepada ODHA mengingat terapi ARV harus diminum dengan kepatuhan yang sangat tinggi sehingga KDS Solo Plus menyediakan layanan Pengawas Minum Obat fungsi dari layanan ini adalah untuk mengingatkan kepada ODHA maupun keluarganya agar rajin meminum obat supaya tidak terjadi resistensi (virus kebal obat) dalam diri ODHA. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengirim SMS atau menelepon ODHA untuk mengingatkan supaya meminum ARV, sedangkan jika ODHA sedang berada di KDS Solo Plus dan lupa membawa obat, maka KDS Solo Plus sudah menyediakan obatnya.
3. Home Visit dan Hospital Visit Kegiatan ini merupakan kegiatan kunjungan kepada ODHA yang sedang dirawat di rumah maupun di rumah sakit. Fungsi dari kegiatan ini adalah member semangat hidup pada ODHA dan keluarganya serta memberi dukungan psikosoial kepada ODHA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Sedangkan kegiatan diluar perawatan, KDS Solo Plus juga terdapat kegiatan lain seperti::
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
1. Sosialisasi HIV/AIDS kepada masyarakat Dalam kegiatan ini ODHA dilibatkan untuk memberikan pengertian yang benar mengenai apa itu HIV,cara penularan HIV, dan cara HIV tidak dapat ditularkan, serta mensosialisasikan mengenai hak-hak para ODHA. Kegiatan ini dimulai dengan pentransferan pengetahuan kepada masyarakat mengenai HIV oleh ODHA kemudian ditutup dengan pernyataan bahwa yang memberi pengetahuan tersebut adalah ODHA, sehingga dapat mematahkan anggapan bahwa ODHA itu hidupnya tidak sehat.
2. Kegiatan Sharring Kegiatan ini adalah kegiatan berkumpul bagi para ODHA dari seluruh perilaku beresiko yang diselenggarakan setiap hari minggu terakhir pada akhir bulan. Kegiatan ini merupakan kegiatan berbagi pengalaman di antara para ODHA mengenai penyakitnya dan cara menyembuhkannya, selain itu di dalam kegiatan ini juga ada forum untuk berbagi mengenai masalah yang muncul dalam diri ODHA yang nantinya akan diselesaikan bersama-sama di KDS Solo Plus. Hal ini sesuai yang diutarakan oleh Bapak Agus bakdullah: “Tujuan mendirikan KDS Solo Plus ini untuk mendukung ODHA. Karena kita tahu, masalah yang dihadapi ODHA sangat kompleks. Minim informasi, masalah diskriminasi juga. Ada konotasi di masyarakat, orang kena HIV itu adalah orang tidak baik-baik. Kalau baik-baik tidak mungkin kena. Ini jadi beban psikologis yang berat bagi mereka, Banyaknya mis persepsi di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
masyarakat soal penularan HIV, membuat banyak orang ”baik-baik” yang merasa menolak ketika dinyatakan terinfeksi HIV. ”Jadi orang HIV butuh teman sesama mereka. Di Solo Plus, kami membukakan pintu, ke mana sih orang-orang yang positif bisa mendapatkan akses layanan. Di mana bisa akses obat. Rumah sakit mana yang bisa menerima pasien HIV?” (wawancara, 29 Mei 2011) Hal senada juga diutarakan oleh Mas Garis Subandi dan Sandi: “Di sana saya ketemu teman positif lainnya. Setelah mengenal KDS Solo Plus, saya merasakan manfaat yang besar banget,“ (wawancara dengan Mas Garis Subandi, 29 Mei 2011) “Ada teman-teman pengguna narkoba suntik, ada pekerja seks, ada waria. Saya bisa ngambil pengalaman dari mereka, soal penyakit mereka” (wawancara dengan Sandi, 27Agustus 2011)
E. PEMBAHASAN Dalam menganalisis dan mengkaji peran Dinas Kesehatan Kota Surakarta, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam memberi perawatan terhadap ODHA akibat penggunaan narkoba suntik jenis putaw teori yang mendukung untuk digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teori “Paradigma Definisi Sosial” karya Max Weber yang, mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial. Inti tesisnya adalah ”tindakan yang penuh arti” dari individu. Yang dimaksud dengan tindakan sosial adalah tindakan individu, sepanjang tindakannya itu mempunyai arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada benda mati atau obyek fisik semata tanpa dihubungkan dengan tindakan orang lain bukan merupakan tindakan sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Dengan menggunakan konsep rasionalitasnya, Weber membedakannya kedalam empat tipe tindakan sosial yaitu Zwerk rational, Werk rational, Affectual Action, dan Traditional Action. (Ritzer, 2002: 40) Relevansi yang ada antara hasil penelitian dengan teori tersebut adalah Pertama adanya tindakan yang penuh arti yaitu tindakan yang mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain. Makna peran sebagai penyedia layanan kesehatan dan perawatan memberikan arti subyektif yang diarahkan kepada orang lain yakni bagi peningkatan kesehatan ODHA Penasun. Hal ini dilihat dari layanan yang diberikan untuk para ODHA penasun. Kedua, tindakan sosial murni muncul pada pemaknaan Dinas Kesehatan, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam kaitannya dengan perawatan ODHA Penasun yakni pada umumnya lembaga-lembaga tersebut sudah bekerja sesuai dengan prosedur yang ada. Lembaga-lembaga tersebut telah menentukan cara-cara yang tepat dan paling baik untuk mencapai tujuannya yakni dengan memberikan layanan kesehatan dan perawatan yang terbaik
bagi ODHA
penasun. Tujuan yang hendak dicapai adalah memelihara kesehatan ODHA penasun dan timbal baliknya adalah layanan ini berhasil meningkatkan kualitas hidup ODHA penasun. Tindakan tersebut merupakan tindakan Zwerk rational Action atau tindakan sosial murni. Ketiga, Peran Dinas Kesehatan Kota Surakarta, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam memberi perawatan terhadap ODHA penasun antara lain memberikan konseling, informasi, layanan, wadah interaksi dan juga sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
tempat untuk memecahkan masalah yang tengah dihadapi oleh ODHA penasun dimana tindakan tersebut dikatakan sebagai Affectual action karena didalam menjalankan perananya mereka menggunakan perasaan yaitu dengan penuh rasa kesabaran dan rasa kasih sayang. Sebagai penyedia layanan dan penjangkau ODHA penasun dalam melakukan penjangkauan dan perawatan tidak mungkin bersikap terlalu rasional karena ODHA penasun memiliki masalah dan latar belakang yang berbeda-beda. Apalagi seorang yang menggunakan narkoba suntik dan orang yang mengidap virus HIV/AIDS sangat memerlukan pengawasan, perhatian dukungan yang lebih dari orang-orang sekitarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
BAB IV PENUTUP
A. SIMPULAN Simpulan yang dapat diambil dari bab-bab yang telah dikemukakan adalah bahwa masalah HIV/AIDS merupakan masalah yang serius dan dapat menyebabkan
masalah-masalah sosial yang lainya, misalnya diskriminasi,
stigma dan masih banyak yang lain apabila tidak segera ditanggulangi. Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan memberikan perawatan yang komprehensif bagi para ODHA, perawatan ini tidak dapat berjalan dengan sendirinya melainkan melibatkan suatu jejaring kerja guna mengoptimalkan perawatan sehingga ODHA dapat dapat keluar dari masalah kesehatannya. Dari penelitian yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa Kota Surakarta telah melakukan upaya untuk menekan pertumbuhan angka HIV/AIDS dan melakukan advokasi bagi para ODHA yakni dengan adanya suatu jaringan kerja yang terpadu antara Dinas Kesehatan, LSM, dan kelompok dukungan. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam memberikan perawatan terhadap ODHA Penasun masing-masing lembaga berperan dan memiliki program guna mencapai tujuannya yakni meningkatkan kesehatan ODHA dan menekan laju perkembangan HIV/AIDS di kalangan pengguna narkoba suntik antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
1. Dinas Kesehatan Kota Surakarta Berperan sebagai penyedia layanan kesehatan bagi ODHA Penasun dengan menyediakan layanan antara lain: a. Layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) Merupakan layanan yang bertujuan untuk mengetahui status HIV seseorang dan merupakan pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS Berkelanjutan b. Pengobatan HIV Dilakukan
Dinas
Kesehatan
Kota
Surakarta
bertujuan
untuk
menyediakaan dan memberikan pengobatan dan perawatan berkualitas untuk Penasun yang hidup dengan HIV/AIDS, mengintegrasikan layanan pengobatan dan perawatan AIDS bagi Penasun ke dalam penyediaan dan pemberian perawatan kesehatan umum, dan dengan program-program pencegahan infeksi HIV c. Layanan Terapi Rumatan Methadon Merupakan layanan yang disediakan Dinas Kesehatan Kota Surakarta khusus bagi pengguna narkoba suntik. Program rumatan methadon menyediakan dan memberikan obat legal yang dikonsumsi secara oral (dengan diminum) sebagai pengganti obat ilegal/Napza yang dikonsumsi dengan cara menyuntik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
2. LSM Mitra Alam Berperan sebagai lembaga yang turut serta mensukseskan program pemerintah dalam penanggulangan HIV/AIDS. Menyediakan program antara lain: a. Program penjangkauan (Outreach) Yakni proses penjangkauan langsung yang dilakukan secara aktif kepada IDU/Penasun baik secara kelompok maupun individu. Dalam proses penjangkauan, para pekerja lapangan melakukan proses identifikasi lokasi yang biasa menjadi tempat IDU/Penasun berkumpul atau tempat yang memungkinkan untuk melakukan interaksi langsung dengan IDU/Penasun kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemetaan populasi penasun. b. Program KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) Merupakan program penyediaan informasi mengenai HIV/AIDS pada kalangan IDU/Penasun. Media KIE yang diberikan berupa pamflet, poster, buletin, gambar, stiker, video, dan bentuk lainnya yang mudah diakses oleh Penasun. Media informasi ini dibagikan pada Penasun di tempat-tempat Penasun biasa berkumpul. c. Program penilaian perilaku beresiko Penilaian pengurangan risiko diberikan sebagai upaya untuk memperkuat dan membangun pelaksanaan pengurangan risiko infeksi HIV. Kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
ini dilakukan selama penjangkauan. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengenalkan pesan pengurangan risiko dan mendukung upaya-upaya perubahan perilaku. d. Program Konseling dan Tes HIV Sukarela Merupakan salah satu program sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan. Program ini adalah program tes HIV pada IDU/Penasun. e.
Program Penyucihamaan atau Sterilisasi Jarum Suntik Program penyucihamaan atau sterilisasi jarum suntik merupakan bagian dari program Harm Reduction. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah virus yang bersifat menular di peralatan suntik bekas yang akan mengurangi pula kemungkinan terjadinya penyebaran virus tersebut, seperti: mencuci jarum suntik untuk menghilangkan darah yang telah terkontaminasi dari dalam jarum suntik tersebut; mensucihamakan jarum suntik dengan menggunakan cairan kimia pensucihama; atau mensterilkan jarum suntik dengan dipanaskan.
f. Program Layanan Jarum Suntik Steril (LJSS) Layanan Jarum Suntik Steril (LJSS) adalah upaya penyediaan layanan yang meliputi penyediaan jarum suntik steril (baru), pendidikan beserta informasi tentang penularan HIV, dan rujukan terhadap akses medis. Layanan ini menyediakan dan memberikan peralatan suntik steril, beserta materi-materi pengurangan risiko lainnya, kepada ODHA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
IDU/Penasun, untuk memastikan bahwa setiap penyuntikan dilakukan dengan menggunakan jarum suntik baru. g. Program Terapi Subtitusi Terapi substitusi terutama ditujukan kepada ODHA yang ketergantungan putaw/heroin. Sasaran terapi ini adalah mengurangi perilaku kriminal, mencegah penularan HIV/AIDS, mempertahankan hidup yang produktif dan menghentikan kebiasaan penggunaan rutin narkoba suntik. Substitusi yang digunakan berupa methadon yakni berupa zat semacam narkoba yang legal digunakan dengan cara diminum dan memiliki efek yang hampir sama dengan putaw dan morfin. h. Program Pengobatan dan Perawatan HIV Program ini dilaksanakan karena melihat di kelompok IDU/Penasun yang terinfeksi HIV terdapat angka kematian yang tinggi akibat sebabsebab yang tidak berhubungan dengan infeksi HIV. Sebab-sebab tersebut meliputi pneumonia, penyakit hati (Hepatitis B dan C) dan overdosis. Hal ini dapat terjadi karena tubuh seorang ODHA melemah sistem kekebalannya sehingga mudah terserang penyakit. Program ini meliputi pengobatan dengan terapi ARV dan pengobatan Infeksi Opportunistik. i. Program Layanan Kesehatan Dasar Menyediakan layanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah berupaya menyediakan dan memberikan layanan-layanan kesehatan, seperti;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
perawatan abses, rujukan ke layanan-layanan yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan ODHA IDU/Penasun.
3. KDS Solo Plus Di KDS ini beranggotakan ODHA bukan hanya dari kalangan penasun saja akan tetapi dari berbagai kalangan,baik itu dari kalangan waria,PSK dan juga ibu rumah tangga, Kesebayaan disini diartikan sebagai kesamaan dalam perilaku beresikonya, orientasi seksual, usia, status sosial, gender, dan sebagainya. Jadi setiap Kelompok dukungan mempunyai spesifikasi anggota tersendiri. Karena unsure kesamaan/kesebayaan orang-orang di dalamnya akan merasa lebih nyaman dalam keterbukaan, lebih leluasa mengeluarkan pikiran lebih mudah merasakan dan memahami permasalahan yang ada di komunitasnya. Dari aspek politis, kelompok dukungan dapat memberikan kesempatan kepada seseorang untuk berbicara secara bebas, didengar dan dibesarkan hatinya di kalangan orang yang senasib. Dengan demikian pada dasarnya
pengembangan
kelompok
dukungan
merupakan
upaya
pemberdayaan bagi kelompok sasaran untuk mampu menyuarakan dan merumuskan berbagai kepentingan dan kebutuhan mereka sehingga memungkinkannya terpenuhinya hak dan kebutuhannya terkait dengan pelayanan kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
B. SARAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa lembaga yang terkait dengan perawatan terhadap ODHA penasun, maka ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan: 1. Pemerintah harus senantiasa lebih memperhatikan kondisi yang terjadi pada komunitas pengguna narkoba suntik yang juga tergolong kelompok beresiko terhadap HIV/AIDS. Sudah seharusnya pemerintah dapat mengurangi praktek-praktek peredaran narkoba yang ada di Kota Surakarta ini. Selain itu sosialisasi pada remaja usia sekolah tentang bahaya narkoba juga harus selalu dijalankan mengingat usia ini rawan sekali terhadap praktek penyalahgunaan narkoba. 2. Rumah Sakit dan Puskesmas di Surakarta hendaknya selalu menyediakan layanan kesehatan lengkap yang terkait dengan HIV/AIDS. Selain itu rumah sakit dan puskesmas juga harus memberikan sosialisasi yang jelas dan lengkap supaya apabila ODHA akan berobat mereka tidak kebingungan untuk mencari layanan kesehatan. 3. LSM-LSM peduli AIDS di Kota Surakarta hendaknya harus lebih gencar melakukan penjaringan terhadap kelompok-kelompok beresiko supaya dapat menekan laju pertumbuhan kasus HIV/AIDS di Kota Surakarta. Selain itu LSM juga harus memberikan pelatihan yang tepat bagi pengguna narkoba suntik yang masih sulit keluar dari kecanduan terhadap obat mengenai cara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
menyuntik yang steril dan cara menyucihkan jarum suntik juga sosialisasi supaya tidak melakukan sharing jarum suntik.
commit to user