Strategi Eksistensi Komunitas Suporter Sepakbola (Studi Strategi Komunikasi Untuk Penguatan Eksistensi Organisasi Pada Komunitas Suporter Sepakbola Chelsea FC True Blue Indonesia)
Disusun Oleh : Gerry Indrayana D1213033
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI – NON REGULER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2016
Strategi Eksistensi Komunitas Suporter Sepakbola (Studi Strategi Komunikasi Untuk Penguatan Eksistensi Organisasi Pada Komunitas Suporter Sepakbola Chelsea FC True Blue Indonesia)
Gerry Indrayana Sri Herwindya Baskara Wijaya
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract This study aims to determine the existence of a communications strategy for strengthening the organization in the community of football fans True Blue Chelsea FC Indonesia. Not only that, the study also aims to determine the contributing factors as well as factors inhibiting the communication strategy for strengthening the existence of the organization in the community of football fans True Blue Chelsea FC Indonesia. This study is a qualitative description of the research by using descriptive research method. Data collection techniques using observation, interview and documentation. The discussion analyzed through interviews and using interpretation. Resource persons were selected is an active member of True Blue Indonesia. Research carried out for 4 months in September - December, 2015. These results indicate that the form of the activities undertaken True Blue Indonesian community with the underlying strategy is right that as a form of proving the existence and the existence of such organizations in the world among football fans in Indonesia. Forms of activities will make clear evidence of the existence of True Blue Indonesia in the world among football fans in Indonesia. As for the communication aspects in it that AIDDA theory has been applied and used as a strategy to launch various forms of activities that run True Blue Indonesia to strengthen the organization's existence. This shows that the various forms of existing activities and walks in True Blue Indonesian community has always accompanied the communication aspect in it as a strengthening of the organization's existence. To further strengthen the organization's existence, the True Blue Indonesia is expected to reproduce the form of physical activity and is able to be seen by a wide audience, but also not only in terms of football, or can be a social activity. Keywords: communication, activities, football, existence
1
Pendahuluan Di Indonesia permainan sepakbola mengalami perkembangan yang cukup pesat. Munculnya klub-klub sepakbola atau Lembaga Pendidikan Sepakbola di berbagai daerah menunjukkan perkembangan sepakbola di Indonesia yang cukup baik. Diadakannya pertandingan resmi yang diselenggarakan PSSI yaitu Liga Sepakbola Indonesia merupakan wujud kepedulian pemerintah akan persepakbolaan di tanah air. Liga Sepakbola Indonesia merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas sepakbola di Indonesia. Liga sepakbola Indonesia mempertandingkan klubklub Divisi Utama seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, Persis Solo, PSIS Semarang, Persik Kediri dan lain sebagainya. Sehingga, masing-masing klub yang bertanding di Liga Sepakbola Indonesia tidak terlepas dari dukungan suporter. Penonton sepakbola dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu penonton sepakbola yang hanya sekadar menikmati pertandingan sepakbola tanpa memihak atau mendukung salah satu tim sepakbola serta jenis kelompok penonton sepakbola yang mendukung dan memberikan semangat disertasi sense of belonging kepada tim sepakbola yang mereka dukung atau yang biasa disebut dengan suporter. Suporter merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin melihat sesuatu (spectator crowds) (Soekanto, 1990: 25). Kerumunan semacam ini hampir sama dengan kelompok penonton, akan tetapi perbedaannya adalah spectator crowds merupakan kerumunan penonton tidak direncanakan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada umumnya tidak terkendali. Sedangkan suporter merupakan suatu kelompok manusia yang tidak hanya tergantung pada adanya interaksi di dalam kelompok itu sendiri, melainkan karena adanya pusat perhatian yang sama. Fokus perhatian yang sama dalam kelompok penonton yang disebut suporter dalam hal ini adalah tim sepakbola yang didukungnya. Seperti yang dikemukakan Anung Handoko (2008: 35) suporter jauh lebih banyak bergerak, bersuara dan berkreasi di dalam stadion dibandingkan dengan penonton yang hanya ingin menikmati suguhan permainan yang cantik dari kedua tim yang bertanding. Keberadaan suporter merupakan salah satu pilar penting dan 2
mempunyai peranan dalam suatu pertandingan sepak bola. Tanpa adanya kehadiran suporter suasana stadion terasa hambar tanpa makna. Soekanto juga menjelaskan bahwa suporter merupakan bentuk kelompok sosial yang secara relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin melihat sesuatu. Kerumunan semacam ini hampir sama seperti khalayak penonton dan akan tetapi pada kerumunan suporter tidak direncanakan serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada umumnya tidak terkendali. Keberadaan suporter sepak bola mengalami perkembangan seiring berkembangnya waktu dan kompleksitas masyarakat secara keseluruhan (Soekanto, 1990: 45). Suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehingga bersifat aktif. Di lingkungan sepakbola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim kesayangannya. Suporter sendiri juga merupakan bentuk eksistensi dari masyarakat atau seseorang yang mempunyai sebuah kebanggaan serta rasa cinta terhadap tim sepakbola. Kecintaan yang lebih adalah hampir dari faktor itu semua. Ciri
khas
untuk menggambarkan manusia
dalam persepektif cinta
memberikan kesan filosofi yang mendalam bahwa kehidupan seni mencintai (the art of loving). Fanatisme meliputi faktor-faktor antara lain sikap standar ganda yang akan memunculkan prasangka-prasangka sosial dan dapat memperkeruh hubungan antara kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain, menjadikan komunitas atau
organisasi sebagai legitimasi etis hubungan sosial yang mana pengklaiman tatanan sosial biasanya mendapat dukungan dari kelompok tertentu, dan klaim kepemilikan organisasi oleh seseorang maupun sekelompok orang dengan cara mengidentik kan kelompok sosialnya dengan organisasi tertentu (Haryatmoko, 2003: 37). Komunitas suporter layar kaca di Indonesia lebih berstruktur dalam hal keanggotaannya sehingga berbeda dengan suporter yang identik dengan sebutan Hholigans, Ultras ataupun Casuals Supporter yang selalu disertai emosional dalam mendukung tim kesayangannya. Dengan memiliki ciri lebih berstruktur maka
3
beberapa komunitas suporter di Indonesia mampu berkembang dan bekerjasama dengan beberapa media, baik cetak maupun elektronik. Kehadiran True Blue Indonesia di dunia suporter sepakbola layar kaca sangat dinantikan sepak terjangnya karena beberapa suporter sepakbola layar kaca yang hanya sekali peresmian namun setelah itu hilang tanpa adanya kegiatan nyata di bulan berikutnya atau bahkan pecah menjadi organisasi baru, seperti Manchester United (United Army, Indo Man United, Simpatisan United), Liverpool FC (Big Reds, Reds Army). Untuk menghindari kekosongan kegiatan dan perpecahan dua kubu nantinya dibutuhkan strategi yang sangat baik di dalam sebuah organisasi tersebut. Namun terkadang, tidak semua tindakan komunikasi tersebut mencapai tujuan yang diharapkan. Sebagai sebuah proses, komunikasi mungkin saja mengalami kegagalan. Kegagalan komunikasi merupakan suatu aspek yang menggambarkan bahwa suatu tindakan dan bentuk komunikasi tidak berjalan maksimal. Masalah bisa terjadi pada tingkat komunikator, pesan, saluran dan komunikan yang berpotensi menyebabkan hambatan dalam melakukan tindakan komunikasi Keadaan organisasi suporter sepakbola True Blue Indonesia inilah yang menarik untuk diteliti, karena True Blue Indonesia yang tergolong organisasi suporter sepakbola yang masih baru sejak 11 Juli 2013 dibandingkan organisasi suporter sepakbola yang telah lama bermunculan dan banyak menuai prestasi. Tentunya di dalam organisasi ini juga ada permasalahan, konflik, dan perbedaan. Dengan begitu, berkaitan dengan permasalahan yang dijabarkan sebelumnya maka penelitian ini peneliti memilih mengenai strategi komunikasi untuk penguatan eksistensi organisasi pada komunitas suporter sepakbola Chelsea FC True Blue Indonesia.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dirumuskan: 1.
“Bagaimanakah strategi komunikasi untuk penguatan eksistensi organisasi
dalam komunitas suporter sepakbola Chelsea FC True Blue Indonesia?”.
4
2.
Faktor apa sajakah yang dapat mendukung strategi komunikasi untuk
penguatan eksistensi organisasi dalam komunitas suporter sepakbola Chelsea FC True Blue Indonesia?”. 3.
Faktor apa sajakah yang dapat menghambat strategi komunikasi untuk
penguatan eksistensi organisasi dalam komunitas suporter sepakbola Chelsea FC True Blue Indonesia?”.
Tinjauan Pustaka a. Komunikasi Komunikasi suatu hal tidak akan terlepas dari segala aktivitas manusia sebagai makhluk sosial. Dalam kenyataan masalah komunikasi senantiasa muncul dalam proses pengorganisasian. Komunikasi yang efektif berarti terciptanya suatu saling pengertian. Semua pihak yang berkomunikasi merasa telah mengertian dan dimengerti oleh pihak lain. Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing. Karena sejarah ilmu komunikasi. (Hoveland, 1948: 37) mendefinisikan komunikasi, demikian: “The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbals symbols) to modify, the behavior of other individu”. Komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.) Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan dalam bentuk pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Onong Effendy, 2003: 27). Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi 5
tidak akan mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi antar manusia inilah yang di dalam sebuah ilmu komunikasi biasa disebut dengan tindakan komunikasi. Menurut definisi Carl I.Hovland (dalam Dedy Mulyana, 2001: 62) komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain. Komunikasi adalah pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami (Liliweri, 1991: 78). Pada hakikatnya, bahwa komunikasi adalah usaha penyampaian pesan atar manusia dan terdapat tiga unsur utama yang masuk ke dalam nya diantaranya yakni usaha, penyampaian pesan dan antar manusia itu sendiri. b. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi dapat terjadi di dalam organisasi maupun antar organisasi, bersifat formal maupun informal. Semakin formal sifatnya maka semakin terstruktur pesan yang disampaikan. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi yakni komunikasi ke atas, ke bawah maupun horizontal. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi di luar struktur organisasi. Karenanya komunikasi organisasi melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi antar pribadi, komunikasi intra pribadi, dan terkadang komunikasi publik juga muncul di dalamnya. Sebagaimana telah dijelaskan, Wiryanto (2004) mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Kelompok formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada kepentingan organisasi tersebut. Yakni terdapat di dalamnya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan di dalam organisasi.
6
Sendjaja (1999) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut: a.
Fungsi informatif.
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya. b.
Fungsi regulatif.
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku pada organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu : a)
Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran
manajemen. Mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b)
Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. c.
Fungsi persuasif.
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, 7
maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. d.
Fungsi integratif.
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu : a)
Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b)
Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar
pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. Dengan aktivitas yang terkoordinasi, dalam beberapa tingkatan struktur organisasi diciptakan untuk membantu individu-individu untuk berkerjasama satu sama lain dalam lingkungan organisasi yang lebih besar. Dalam hal ini komunikasi merupakan alat untuk melakukan transaksi antara dua atau lebih orang yang saling berinteraksi sebagai simbolisasi (komunikasi menjadi simbol dalam transaksi). Definisi lain juga sama halnya dengan pemahaman sebelumnya, Devito (1997: 98) mendefinisikan komunikasi organisasi adalah sebagai upaya pengiriman dan penerimaan pesan baik dalam organisasi di dalam kelompok formal maupun informal kelompok. Komunikasi organisasi memang sebuah hal yang harus di pahami karena sebuah komunikasi organisasi harus memahami bagaimana konteks dari organisasi akan mempengaruhi proses komunikasi dan bagaimana simbol alamiah dari 8
komunikasi tersebut akan membedakan tingkah laku suatu betuk organisasi dengan bentuk organisasi lainnya. c. Strategi Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses yang rumit. Dalam rangka menyusun
strategi
komunikasi
diperlukan
suatu
pemikiran
dengan
memperhitungkan komponen-komponen komunikasi dan faktor pendukung dan penghambat komunikasi. Definisi strategi lebih spesifik diungkapkan oleh Jalaludin Rakhmat (2001: 90) Suatu langkah untuk mencapai tujuan yang direncanakan dengan melakukan berbagai aktivitas termasuk didalamnya kegiatan, pesan dan media yang digunakan. Strategi dibutuhkan untuk mengatur suatu kegiatan berdasarkan arah yang telah ditentukan agar dapat mencapai sasaran atau tujuan dengan cara yang baik dan benar (Onong Effendy, 2003: 28). Cherrey sebagaimana dikutip oleh Anwar Arifin (1984: 24) mengatkan bahwa: “Communication is essentially the relationship set up bay the transmission of stimuli an the evocation of response”. Komunikasi pada dasarnya hubungan mengatur pusat rangsangan dan pembangkit respon. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa setiap perusahaan ataupun organisasi pasti memiliki suatu strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan setiap anggota yang terlibat harus menjalankan semua tugas yang telah diterima demi mencapai tujuan tersebut. Definisi strategi diatas dan juga berpedoman pada teori strategi komunikasi Harold Lasswell maka dapat memberikan pemahaman tentang eratnya hubungan strategi dengan strategi komunikasi, karena dalam proses mencapai efektinya sebuah komunikasi diperlukan strategi yang matang dan terencana. Strategi komunikasi yang tepat akan membantu tercapainya tujuan strategi komunikasi itu sendiri, yaitu untuk memastikan komunikan mengerti pesan yang diterimanya (to secure understanding), pembinaan atau
9
pengelolaan pesan yang diterima oleh komunikan (establish acceptance), dan mendorong komunikan untuk melakukan tindakan sesuai yang diinginkan. Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja tetapi harus juga menunjukan operasionalnya (Onong Effendy, 2003: 32). Definisi tersebut sepertinya cocok untuk penelitian ini, dikarenakan penelitian ini juga menyangkut manajemen di dalam sebuah kelompok. Hal ini juga nantinya menunjukan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas antara anggota dan pimpinan. Dalam strategi komunikasi terdapat perpaduan dari sejumlah kekuatan yang bekerja dalam keseluruhan proses komunikasi. Kekuatan pesan ini dapat didukung oleh metode penyajian, media, dan kekuatan kepribadian komunikator sendiri. Dalam hal ini, perencanaan dan perumusan strategi dalam proses komunikasi jelas diperlukan untuk kesuksesan program kegiatan yang dijalankan. d. Teori AIDDA Teori AIDDA atau yang juga sering disebut dengan sebutan nama A-A Procedure (from attention to action procedure), merupakan teori yang telah dikemukakan oleh seorang ahli komunikasi yang bernama Wilbur Schramm. Menurut Effendy (2003: 305), AIDDA adalah akronim atau singkatan dari kata-kata Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), Action (tindakan/kegiatan). Adapun keterangan terkait dari kelima elemen-elemen tersebut yang kaitannya dengan strategi komunikasi adalah sebagai berikut: 1.
Perhatian (Attention): Keinginan seseorang untuk mencari dan melihat sesuatu.
10
2.
Ketertarikan (Interest): Perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang suatu hal yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen.
3.
Keinginan (Desire): Kemauan yang timbul dari hati tentang sesuatu yang menarik perhatian.
4.
Keputusan (Decision): Kepercayaan untuk melakukan sesuatu hal.
5.
Tindakan (Action): Suatu kegiatan untuk merealisasiakan keyakinan dan ketertarikan terhadap sesuatu. Attention Interest Desire Decision Action
Gambar: Model Teori AIDDA Ketertarikan merupakan kelajuan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya suatu hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Jika hanya ada hasrat saja pada diri komunikasi, maka bagi komunikator ini belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision) yaitu keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana yang diharapkan oleh komunikator (Khasali, 1992: 83). e. Eksistensi Organisasi Eksistensi adalah pilihan – pilihan tindakan yang digunakan untuk mewujudkan rencana manusia itu sendiri. Dan pilihan tindakan tersebut menghasilkan tanggung jawab pribadi masing – masing. Karena eksistensi tanpa kebebasan akan menjadi sesuatu yang absurd. Kebebasan melekat pada diri setiap manusia, apa yang dilakukan setiap manusia adalah bentuk ungkapan dari kebebasannya, dan konsekuensinya dari setiap kebebasan yang 11
dimiliki manusia tersebut adalah tanggung jawab yang dipegangnya. Tanggung jawab dari setiap anggota sepertinya adalah kunci dari setiap eksistensi segala bentuk organisasi yang terbentuk. Karena itu merupakan bentuk wujud eksistensi yang ada di dalam sebuah organisasi yang membuktikan bahwa organisasi tersebut masih layak untuk ditempati anggota baru. Anggota baru akan melihat juga sepak terjang organisasi yang ingin dimasukinya dan anggota juga tidak akan asal masuk ke dalam organisasi yang tidak memiliki eksistensi di dalam lingkungannya. Sedangkan menurut Abidin Zainal (2007: 16) eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi, atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran karena eksistensi tersebut menyesuaikan keadaan yang ada di kejadian sebenarnya tanpa adanya rekayasa dan eksistensi merujuk pada partisipasi setiap anggotanya yang juga ikut berpartisipasi penuh terhadap apa yang diharapkan oleh organisasi tersebut. Dengan demikian, adanya manusia selalu ditentukan oleh situasi konkrit. Eksistensi manusia selalu berada dalam situasi tertentu. Manusia juga akan menentukan eksistensi sebuah organisasi dengan keberadaannya di dalam organisasi tersebut. Kelayakaan angggota juga dipertimbangkan untuk terpilih menjadi bagian organisasi, karena anggota akan menentukan kesuksessan upaya eksistensi organisasi di jangka waktu yang panjang.
Metodologi Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan yakni jenis penelitian kualitatif deskriptif. Bentuk penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi yang beragam nuansa, yang lebih berharga dari pada sekedar pernyataan – 12
pernyataan jumlah ataupun frekuensi dalam bentuk angka. Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitiatif , yang didefinisikan Bogdan dan Taylor (dalam Ruslan Rosady, 2010: 24) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks latar tertentu yang dikaji yang dikaji dari sudut pandang yang utuh. Penelitian ini dilakukan di Jakarta - Tangerang. Kajian utamanya yakni suporter sepakbola Chelsea yang tergabung di dalam True Blue Indonesia. Secara khusus penelitian mengambil tempat yakni lokasi nonbar (nonton bareng) dan lokasi kopi darat ketika zona sedang berkumpul. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk menjalankan penelitian. Wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan metode wawancara mendalam (in depth interview) yakni proses memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka langsung dengan informan atau informan. Dalam memilih informan digunakan Teknik sampel purposive adalah pengembangan lain dari sampel sembarang (convenience sampling). Dalam sampel sembarang, tidak ada pertimbangan atas dasar siapa yang akan terpilih sebagai responden. Sementara, dalam teknik penarikan purposive, sampel yang diambil didasarkan pada pertimbangan tertentu dari peneliti. Karena teknik ini bisa disebut juga dengan judgmental sampling atau sampel berdasarkan keputusan maka peneliti sendiri yang lihat dan menilai siapa saja yang akan dijadikan sampling. Adapun informan yang terdapat di dalam penelitian ini berjumlah 20 anggota aktif True Blue Indonesia.
Sajian Data Dan Analisis Data Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa konsep dalam teori AIDDA adalah proses psikologis dalam diri khalayak tanpa adanya paksaan. Bilamana dikaitkan dengan topik yang dibahas oleh peneliti terkait strategi komunikasi untuk 13
penguatan eksistensi organisasi pada komunitas suporter sepakbola Chelsea FC True Blue Indonesia, dapat tergambarkan ketika bahwa sekumpulan orang yang tergabung di dalam Chelsea fan dan belum terdaftar sebagai anggota True Blue Indonesia nantinya akan menemukan adanya bentuk kegiatan atau tempat untuk berkumpul di dalam satu wadah yang menarik perhatian (Attention) karena bentuk kegiatan tersebut dan wadah tersebut juga menjadikan tempat berkumpulnya sekumpulan Chelsea fan untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya untuk itu akan muncul minat ketertarikan (Interest) dari sekumpulan Chelsea fan tersebut untuk mengikuti bentuk kegiatan atau wadah untuk berkumpul yang akan terus digerakkan oleh True Blue Indonesia. Disini seluruh elemen yakni anggota aktif True Blue Indonesia sangat memahami pembicaraan kepada khalayak luas mengenai segala bentuk kegiatan yang akan dijalankan ataupun yang sedang dijalankan. Strategi komunikasi banyak menentukan keberhasilan dalam kegiatan komunikasi. Karena rencana-rencana atau strategi komunikasi yang berada dan diterapkan di setiap bentuk kegiatan atau hal apa saja terkait bentuk kegiatan di dalam True Blue Indonesia sangat berperan penting terhadap kelangsungan eksistensi True Blue Indonesia di dunia antar suporter. 1.
Perhatian (Attention)
Keinginan seseorang untuk mencari dan melihat sesuatu atau perhatian. Disini terlihat peran media mempengaruhi strategi awal dari True Blue Indonesia dalam usahanya menarik perhatian seluruh khalayak yang ada melalui berbagai bentuk kegiatan yang dilaksanakan. Khalayak disini berarti anggota aktif True Blue Indonesia dan juga Chelsea fan yang diharapkan melihat bentuk pesan yang disampaikan melalui media. Dapat dilihat seperti kutipan wawancara dari responden Reza Ardy, selaku founder komunitas True Blue Indonesia memaparkan perihal kegiatan komunitas True Blue Indonesia, “Dalam merencanakan kegiatan TBI, kita membuat kalender rencana kegiatan selama 1 musim (1tahun) seperti acara gathering nasional, open
14
house lebaran, santunan anak yatim, donor darah, dll. Ide awal muncul dari ketua/founder lalu direalisasikan ke zona dan terkadang kita juga menampung ide dari zona, apalagi jika ide tersebut menarik maka kita akan jalankan. Teknis awal ketika kita akan mengadakan kegiatan maka kita akan memberitahukan ke COO dan COO akan memberitahukan ke leader masingmasing zona untuk menjalankan kegiatan tersebut. Seperti nonton bareng serempak di beberapa zona (sebelumnya kita memberitahukan dulu ke leader masing-masing zona untuk mensupport acara nonton bareng tersebut, jika memang mendapat sponsor maka akan kita bagi rata ke zona yang akan mengadakan nonton bareng), Lalu untuk acara seperti bluesukan maka kita tidak memberitahukan dulu di sosial media, kita hanya berkomunikasi dengan leader zona yang akan kita kunjungi. Dan untuk zona yang akan mengadakan acara, mereka akan lapor dulu ke COO, kemudian COO akan memberitahukan ke founder jika sudah okey maka COO akan memberi lampu hijau untuk kegiatan tersebut.”. Menyambung perihal yang sama, responden Stara Anna selaku founder komunitas True Blue Indonesia juga memaparkan kegiatan komunitas True Blue Indonesia, “Selain kegiatan rutin seperti nonton bareng dan futsal, kerap kegiatankegiatan tambahan seperti anniversary, movie day dan jalan bareng bersifat spontan. Kegiatan amal Blues Bucks juga dilaksanakan berdasarkan moment (Idul Fitri, Natal, dsb) dan kebutuhan (bencana alam dsb). Bisa dari siapa saja. Member, pengurus. Semua di TBI berhak mengemukakan pendapat dan ide nya, jadi ide bisa datang dari siapa saja. Setelah zona memutuskan untuk mengadakan kegiatan, umumnya pengurus zona tersebut akan menginfokan kepada COO (Chief Operations Officer) mengenai kegiatan tersebut. Lalu, mereka biasanya akan mengeluarkan design teaser untuk promosi kegiatan dan disosialisasikan melalui social media dan broadcast message.”. Ikut menambahkan pandangannya maka responden Ezra L Tobing, anggota member dan selaku COO Chief Operatings Officer memaparkan teknis kegiatan di dalam komunitas True Blue Indonesia, “COO kembalikan lebih dahulu ke Zona yang akan adakan acara. Untuk kegiatan berkala Nasional sudah ada di Program TBI (True Blue Indonesia). Teknis awal persiapan yakni siapkan terlebih dahulu apa tujuan dari acara yang akan diadakan.”. Dari ungkapan COO tersebut, bahwa kegiatan berskala nasional memang sudah terencana dan terdaftar di kalender True Blue Indonesia dalam kurun waktu tiap tahun. Hanya untuk acara tiap zona maka COO akan mengembalikan lagi ke
15
zona yang akan mengadakan acara apabila ide atau bentuk kegiatan sudah disetujui COO dan untuk teknis awal maka harus memahami benar apa tujuan dari acara tersebut selain untuk eksistensi komunitas atau zona tersebut. Selanjutnya, media yang dipergunakan True Blue Indonesia dalam menyampaikan keseluruhan pesan berupa beberapa jejaring sosial media yang sering dipergunakan oleh khalayak dan juga pihak media cetak yang juga turut bekerjasama dengan pihak True Blue Indonesiaa. Dimulai dengan melalui media tersebut maka akan tersampaikan pesan-pesan yang ingin ditujukan kepada khalayak. Selanjutnya, kutipan wawancara dari responden Muhammad Rezky, anggota member Blues Troops zona Jakarta mengungkapkan, “Aku pribadi lebih sering menggunakan via whatsapp yang lebih nyaman untuk berkomunikasi antara satu anggota dengan anggota lainnya.”. Menambahkan perihal yang sama, Khusnatul Fhadilah, anggota member Blues Troops zona Serang dan juga beberapa responden lain yang masih menggunakan media yang sama untuk berkomunikasi, “Saya sih lebih sering menggunakan sosial media gitu, dari Twitter, Path, Instagram, dll tapi lebih seringnya juga memakai Twitter karena penggunaan nya yang mudah dan bermanfaat untuk berkomunikasi di dalam komunitas True Blue Indonesia dan juga bisa menggunakan Blackberry Messenger.”. Ilham Surya, anggota member Blues Troops zona Cibubur, yang juga anggota muda di zona Cibubur mengungkapkan, “Di Cibubur ini termasuk kedalam zona baru dan Oktober ini akan merayakannya dan banyak sekali anak muda, termasuk juga saya yang aktif menggunakan jejaring sosial seperti Blackberry Messenger karena melalu Blackberry Messenger kita sebagai anggota dapat bertukar informasi dan lebih dekat dengan anggota lain bahkan dengan pengurus.”. Responden Fajar Muhammad, anggota member dan selaku leader Blues Troops zona Jakarta, “Zona Jakarta lebih dekat kepada akun sosial Media, path, instagram dan blackberry messenger karena dari akun tersebut akan terbuka anggota – anggota baru yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Blues Troops zona Jakarta.”. Kemudian, setelah melihat kutipan yang telah diungkapkan responden bahwa responden selaku khalayak yang menerima pesan dari True Blue Indonesia akan 16
memberi perhatian lebih terhadap pesan yang disampaikan melalui berbagai media terutama jejaring media sosial yang menjadi sarana media True Blue Indonesia dalam menarik perhatian. Untuk itu, True Blue Indonesia harus selalu melakukan sosialisasi dan penyampaian pesan terkait kegiatan yang akan di laksanakan agar ada perhatian yang di dapat dari khalayak terhadap pesan tersebut 2.
Ketertarikan (Interest)
Dalam tahap ini, True Blue Indonesia mencoba melihat perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang suatu hal atau bentuk kegiatan yang ada pada diri khalayak setelah pesan-pesan yang ada pada tahap sebelumnya sudah tersampaikan. Pesan-pesan disini terkait dengan segala bentuk kegiatan yang akan dijalankan True Blue Indonesia. Tidak hanya berkaitan dengan sepakbola karena dapat berupa bentuk kegiatan sosial dan kemanusiaan. Ketertarikan disini lebih kepada tingkat keaktifan seluruh anggota aktif True Blue Indonesia dan juga Chelsea fan untuk bertanya atau memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai pesan-pesan yang telah disampaikan tersebut. Dapat dilihat seperti kutipan wawancara dari responden Hasan Ali, anggota member dan selaku Leader Blues Troops zona Cirebon mengungkapkan cara melihat ketertarikan menurut pandangannya, “Ada, Selain KOPDAR sering diadakan acara FUN FUTSAL untuk menjaga eksistensi dan memunculkan ketertarikan.terhadap kegiatan.”. Responden Muhammad Andhika, anggota member dan selaku Leader Blues Troops
zona
Cibubur
mengungkapkan
cara
melihat
ketertarikan
menurut
pandangannya pula, “Sering mengadakan KOPDAR dan juga silaturahmi keseluruhan anggota agar terjalin kedekatan, selain kumpul anggota ya kita suka mengadakan fun futsal demi menjaga eksistensi kita juga maka aktivitas tersebut terus dijalankan.”. Ketertarikan akan memunculkan dan menarik banyak perhatian nantinya untuk berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan. Ketertarikan anggota yang belum menjadi anggota member True Blue Indonesia nantinya akan menghasilkan banyak hal baru dan lebih lagi dapat bergabung bersama di dalam organisasi. 17
3.
Keinginan (Desire)
Keinginan atau kemauan yang timbul disini adalah keinginan dari hati seluruh anggota aktif True Blue Indonesia dan juga Chelsea fan tentang sesuatu yang menarik perhatian tersebut. Antusiasme atau keinginan untuk ikut serta dalam bentuk kegiatan True Blue Indonesia akan terlihat pada tahapan ini. Bahkan bisa lebih dari sekedar mengikuti kegiatan maka Chelsea fan mampu untuk saling kenal dengan banyak anggota True Blue Indonesia. Keinginan ini muncul dengan sendirinya tanpa ada paksaaan dari pihak mana pun. Keinginan dalam diri sendiri ini termasuk juga ketika ingin mengadakan acara dalam hal pra event atau pasca event dan pada saat menghadiri event tersebut Dapat dilihat seperti kutipan wawancara responden Teuku Hairun Mureza, anggota member dan selaku leader Blues Troops zona Pidie Jaya Aceh memberi penjelasannya tentang rasa ingin atau desire yang ada dalam sebuah kegiatan di zona Pidie Jaya Aceh, “Mengajukan ide ataupun saran baik itu di perkumpulan tatap muka maupun di media sosial yg bersifat private group. Dan kembali lagi untuk di musyawarahkan dengan kesepakatan bersama untuk suatu event atau kegiatan yg akan di jalankan komunitas dgn pertimbangan sebaik mungkin dari semua pihak hingga di putuskan hasil akhir oleh leader. Ide awal kegiatan muncul dari pengurus pusat jika itu kegiatan yg bersifat nasional, pengurus zona jika itu kegiatan yg bersifat untuk daerah Pidie Jaya dan eksistensi komunitas (zona) di kabupaten, dan jika untuk kegiatan dalam komunitas saja biasa nya ide awal munculnya dari 3 orang pengurus dasar yaitu Firdaus Saputra (Vice Leader), Fakhruni (Sekretaris), dan yg terakhir yg sering memberi ide awal adalah saya sendiri sbg Leader. Dasarnya ialah mengumpulkan anggota untuk persetujuan bersama serta meminta arahan pada pengurus pusat untuk kegiatan yg akan di jalankan.”. Senada pula dengan apa yang disampaikan Teuku Hairun Mureza, responden Rohqim Pujiyanto, anggota member dan selaku leader Blues Troops zona Sragen juga menjelaskan strategi kegiatan di dalam Blues Troops zona Sragen, “Sebelum melakukan sebuah acara atau kegiatan dari True Blue Indonesia, kami biasanya melakukan KOPDAR terlebih dahulu, agar kami bisa saling bertukar pikiran. Supaya kegiatan tersebut dpat berjalan dengan baik. Ide awal kegiatan muncul terlebih untuk sebuah acara/kegiatan biasanya kami
18
dari zona menunggu mandat dari Pusat,tetapi terkadang ada juga dari member yang mengajukan saran untuk melakukan kegiatan. Dasarnya terlebih dahulu kita mencari ataupun mensurvei target yang akan di jadikan tempat untuk sebuah acara.”. Responden Hasan Ali, Anggota member dan selaku leader Blues Troops zona Cirebon juga memaparkan secara singkat alur strategi komunikasi dalam kegiatan Blues Troops zona Cirebon, “Sosialisasi satu sama lain dan di vote oleh Leader. Ide awal muncul dari para member dan anggota lain. Teknis awal adalah merencanakan dan mensosialisasikan acara yang akan dilaksanakan.”. Responden Fajar Muhammad, anggota member dan selaku leader Blues Troops zona Jakarta mengungkapkan, “Rapat sebelum akan melakukan kegiatan, rapat bisa melalui chat personal seperti grup bbm atau bertemu langsung di base camp. Ide awal selalu muncul dari semua anggota yang hadir di dalam rapat internal ketika rapat kegiatan berlangsung.”. Keinginan untuk berpartipasi tersebut akan terlihat ketika kopdar, rapat, dan acara nonton bareng True Blue Indonesia dan berbagai kegiatan yang dilaksanakan. Tanpa adanya paksaan maka rasa ingin yang timbul akan membawa anggota-anggota baru yang belum pernah tergabung di dalam kegiatan yang di adakan True Blue Indonesia. Keinginan dapat muncul karena rasa ingin tahu dari khalayak yang selaku anggota fan Chelsea umum dan belum bergabung member True Blue Indonesia. Keinginan untuk ikut lebih dalam dan jauh lagi dengan kegiatan yang diadakan oleh True Blue Indonesia. 4.
Keputusan (Decision)
Keputusan untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan bentuk kegiatan adalah wajib bagi anggota aktif True Blue Indonesia. Jabatan dapat berupa membership ataupun anggota aktif yang telah terdaftar sebagai pengurus aktif True Blue Indonesia. Keputusan untuk melakukan tindakan sesuai apa yang khalayak luas inginkan terhadap True Blue Indonesia. Ingin terjun dan berpartisipasi di dalam True Blue Indonesia atau hanya sekedar sebatas fan Chelsea yang belum masuk di organisasi manapun. Pada tahapan ini keputusan seperti itu akan terlihat nantinya.
19
Karena keputusan tersebut ada dalam diri anggota itu sendiri tanpa adanya pengaruh ataupun paksaan dan keputusan tersebut juga akan sangat mempengaruhi anggota lain yang aktif ataupun Chelsea fan yang belum terdaftar menjadi anggota True Blue Indonesia. Sekumpulan Chelsea fan akan menetapkan keputusan untuk bergabung dengan True Blue Indonesia dan menciptakan banyak kegiatan baru lagi nantinya jika disertai adanya niat dalam diri nya tanpa adanya paksaan. 5.
Tindakan (Action)
Suatu kegiatan untuk merealisasiakan keyakinan dan ketertarikan terhadap pesan-pesan yang disampaikan. Kegiatan-kegiatan ini nantinya yang akan mencerminkan eksistensi True Blue Indonesia di dunia antar suporter sepakbola Indonesia. Kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana ataupun yang akan dilaksanakan nantinya akan sangat erat kaitannya dengan eksistensi organisasi. Karena khalayak akan melihat secara nyata bentuk kegiatan dan antusiasme terhadap True Blue Indonesia. Khalayak akan menikmati kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh True Blue Indonesia dan akan sangat mempengaruhi daya ingat khalayak itu sendiri terhadap segala bentuk kegiatan True Blue Indonesia. Selanjutnya, keinginan dari khalayak luas atau sekumpulan Chelsea fan terhadap True Blue Indonesia akan datang dengan sendirinya setelah mereka tertarik terhadap True Blue Indonesia. Elemen True Blue Indonesia dan semua fan Chelsea yang telah tergabung member nantinya juga akan berpartisipasi di dalam kegiatan yang dilaksanakan tersebut dan nantinya akan ikut sebagai membership True Blue Indonesia. Menegaskan pemaparan sebelumnya yakni responden ini menekankan harus adanya program atau kegiatan yang nyata agar adanya bukti aksi bahwa komunitas tersebut dengan anggota baru juga bisa disebut masih eksis disekeliling komunitas suporter sepakbola lainnya. Responden Ezra L Tobing, anggota member dan selaku COO Chief Operatings Officer mengungkapkan, “Jelas ada lah, di komunitas True Blue Indonesia ini kan juga ada beberapa aktivitas yang dapat terlihat langsung dan diikuti oleh semua anggota tanpa
20
tertutup member atau bukan member. Nah dari situ bisa dijadikan eksistensi komunitas ini, jika masih ada aktivitas program nyata maka bisa disebut masih eksis karena memang ada bukti. Namun, dari semua aktivitas memang tidak ada yang di fokuskan, semua bergerak bersama demi kelancaran semua aktivitas komunitas.”. Senada dengan responden sebelumnya, Iyud Wahyudi, anggota member dan selaku leader Blues Troops zona Solo mengungkapkan, “Kita memang masih baru baik sebagai zona maupun komunitas ini keseluruhan maka dari itu kita perlu gencar mengadakan beberapa aktivitas program. Seperti Oktober ini, di acara 1st anniversary Blues Troops Cibubur yang menggandeng Djarum Super sebagai sponsor atau setiap nonton bareng dimana pun itu bekerja sama dengan media cetak agar lebih meluas lagi.”. Responden Ruddy Khaizan, anggota member dan selaku Leader Blues Troops zona Bali juga memberi pandangannya dengan singkat dan jelas, “Konsistensi dan totalitas.”. Responden Rohqim Pujiyanto, anggota member dan selaku leader Blues Troops zona Sragen mengungkapkan, “Dengan cara kita melakuan kegiatan sosial di setiap zona masing masing dengan mengatasnamakan True Blue Indonesia, supaya True Blue Indonesia semakin di kenal masyarakat luas.”. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah disajikan dalam bab sebelumnya terkait strategi komunikasi untuk penguatan eksistensi organisasi pada komunitas suporter sepakbola True Blue Indonesia, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
Strategi komunikasi yang digunakan True Blue Indonesia dalam upaya
penguatan eksistensi organisasi pada komunitas suporter sepakbola. Strategi komunikasi yang digunakan True Blue Indonesia yakni erat kaitannya dengan teori AIDDA, yakni Attention, Interest, Desire, Decision, Action. 2.
Faktor pendukung strategi komunikasi True Blue Indonesia dalam
upaya penguatan eksistensi organisasi pada komunitas suporter sepakbola. Melalui penelitian, penulis menemukan beberapa faktor yang mendukung strategi komunikasi untuk penguatan eksistensi organisasi pada komunitas
21
suporter sepakbola True Blue Indonesia. Penulis menemukan faktor internal tersebut ada dalam diri masing-masing pribadi anggota meliputi loyalitas anggota, keterbukaan antar anggota, miant dan kecintaan, rasa ingin menambah teman, faktor keluarga serta tentunya lamanya anggota menekuni kegiatan. 3.
Faktor penghambat strategi komunikasi True Blue Indonesia dalam
upaya penguatan eksistensi organisasi pada komunitas suporter sepakbola. Faktor yang terlihat jelas adalah faktor yang berasal dari dalam atau internal True Blue Indonesia yakni kurangnya sumber daya manusia (anggota aktif), tidak munculnya kegiatan baru dari tiap-tiap zona selain nonton bareng dan futsal, dan sosialisasi kegiatan masih kurang merata yang kemudian mengakibatkan kurangnya perhatian, ketertarikan dari khalayak luas yang tergolong fan Chelsea terhadap True Blue Indonesia.
Saran 1.
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka disarankan kepada seluruh
elemen True Blue Indonesia nantinya agar mampu memperdalam lagi aspek komunikasi yang telah digunakan dan terus dikembangkan agar dapat terus bermanfaat di segala aspek kegiatan yang dijalankan dan berguna untuk penguatan eksistensi organisasi. 2.
Kepada seluruh anggota dan pengurus True Blue Indonesia agar terus
menerus menyebar ide kreatif dan inovatif dalam bentuk kegiatan – kegiatan yang baru agar True Blue Indonesia juga terus semakin eksis di dunia antar suporter sepakbola di Indonesia. 3.
Lebih lanjut jika nantinya ada penelitian yang selanjutnya, diharapkan
kepada peneliti yang akan datang tidak akan membahas penelitian mengenai komunitas True Blue Indonesia lagi. Namun tetapi, lebih mengarah ke dalam penelitian mengenai komunitas lain yang masih terkait dunia antar suporter sepakbola. 22
Daftar pustaka Abidin, Zainal. (2007). Analisis Eksistensial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Arifin, Anwar. (1984). Strategi Komunikasi. Bandung: Armico Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Devito, A. Joseph. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books. Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori, dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu Pustaka. Handoko, Anung. (2008). Sepakbola Tanpa Batas. Yogyakarta: Kanisius. Haryatmoko. (2003). Etika Politik dan Kekuasaan. Jakarta: Kompas. Khasali, Rhenald. (1992). Manajemen Periklanan Konsep dan aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Liliweri, Alo. (1991). Komunikasi Antarpribadi. Bandung : Citra Aditya Bakti Moleong, Lexy J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. (2001). Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy & Solatun. (2008). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaludin. (2001). Metode Penelitian Komunikasi Dan Contoh Analisis Statistik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ruslan, Rosady. (2010). Metode penelitian: Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo. Sendjaja, Sasa Djuarsa. (1999). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sutopo. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
23