perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Implementasi Pelatihan Keterampilan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK) Kabupaten Boyolali (Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh : Septina Widyastuti D1110014
PROGRAM S-1 NON REGULER JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Ø “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekalikali tak ada perlindungan bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Ra’d (guruh) ayat:11) Ø
Karakter itu seperti pohon, jangan melihat orang hanya dari bayangannya tapi lihat reputasinya (Abraham Lincoln)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Syukur, Akhirnya sebuah perjalanan berhasil kutempuh Walau berawal dari suka dan duka, semangat jiwaku tak pernah pudar Karna kuyakin, walau banyaknya rintangan menghadang Jutaan pertolongan dan miliyaran kemenangan pasti kan datang Ibu…… Dalam sedih engkau menjadi penyejuk hatiku Saat tertatih engkau memapahku Nasehat dan pesanmu sebagai pendorongku Rangkaian kasihmu semangat hidupku Ayah….. Meski tidak sehebat Rasululah, atau setegar Umar bin Khattab Ataupun juga tak sekaya Abdurrahman bin Auf Namun engkau selalu menjadi pelita dalam susahku Serta penat lelahmu selalu mengiringi perjuanganku Jika ini mewakili persembahanku dan sujud baktiku Maka, dengan segenap ketulusan hati kupersembahkan Karya kecil ini kehadapan yang mulia Ayahanda Eka Susetya Jati Asmara Dan teruntuk Ibunda tercinta Sri Hastutiningsih Juga buat Adinda Danik Dwi Yulianti Terima kasih juga yang paling dalam buat yang begitu special Yang selalu dan InsyaAllah akan mendampingiku kelak Serta seluruh sobatku yang selalu memberi saran dan motivasi Tanpa kalian hari-hari dan kenangan indah takkan pernah tercipta Juga kupersembahkan terima kasih kepada seluruh sanak saudaraku Dan semua yang telah mendukung perjuanganku.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulilahi robbil’alamin penulis ucapkan dengan rahmat & hidayah-Nya Skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI PELATIHAN KETERAMPILAN di UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BALAI LATIHAN KERJA (UPTD BLK) KABUPATEN BOYOLALI (Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)” ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyratan yang diwajibkan bagi mahasiswa program Strata satu (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Jurusan Administrasi Negara. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dalam bentuk apapun, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati & kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Ali M.Si Selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan Skripsi. 2. Ibu Siti Zumrotun MPd, SPd selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di UPTD BLK Boyolali. 3. Instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor dan sub kejuruan mobil bensin untuk bantuan dan informasinya selama ini. 4. Ayah dan ibuku yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk diriku. Makasih atas doa, cinta dan kasih sayangnya. 5. Teman-teman AN Non regular 2010, serta Dyah dan Destia terima kasih untuk kebersamaan selama ini.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Semua pihak yang belum penulis sebutkan satu persatu yang juga ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan pada diri penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta
November 2012
Penulis
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………..
iii
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………………..
iv
HALAMAN MOTTO …………………………………………………………………...
v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….………..
vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………...
xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………….
xiii
ABSTRAK………………………………………………………………………………
xiv
ABSTRACT……………………………………………………………………………..
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….
1
B. Perumusan Masalah…………………………………………………
8
C. Tujuan……………………………………………………………….
8
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………..
8
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori………………………………………………………
10
1. Implementasi…………………………………………………….
10
2. Model-Model Implementasi……………………………………..
14
3. Pelatihan Keterampilan Automotif………………………………
20
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
BAB IV
digilib.uns.ac.id
4. Implementasi Pelatihan Keterampilan Automotif ………….….
28
B. Penelitian Relevan……………………………………………..…….
31
C. Kerangka Pikir ………………………………………………………
33
METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian…………………………………………………….
35
B. Jenis Penelitian………………………………………………………
35
C. Sumber Data…………………………………………………………
35
D. Teknik Penarikan Sampel……………………………………………
37
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………..
37
F. Validitas Data………………………………………………………..
38
G. Teknik Analisis Data………………………………………………...
39
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Boyolali………………………………
42
1. Kabupaten Boyolali……………………………………………...
42
2. Permasalahan Sosial dan Tantangan Yang Dihadapi di Kabupaten Boyolali………………………………………………………….
43
3. Upaya Pemecahan……………………………………………….
43
B. UPTD BLK Boyolali………………………………………………...
44
1. Sejarah…………………………………………………………...
44
2. Tugas dan Fungsi UPTD BLK…………………………………..
46
3. Visi……………………………………………………………….
46
4. Misi………………………………………………………………. 47 5. Susunan Organisasi BLK………………………………………...
47
C. Implementasi Program Pelatihan Keterampilan Automotif………….
49
1. Tahap Persiapan………………………………………………….. 50 a. Pendaftaran Peserta…………………………………………..
50
b. Seleksi Peserta……………………………………………….. 55 c. Persiapan Instruktur Pelatihan……………………………….. 57 d. Penyusunan Modul…………………………………………… 61 e. Penyusunan Jadwal Pelatihan………………………………… 63 f. Persiapan Sarana dan Prasarana………………………………. 64
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Tahap Pelaksanaan………………………………………………... 68 a. Pemberian Materi Latihan dan Evaluasi……………………… 70 b. Promosi……………………………………………………….. 76 3. Tahap Pelaporan……………………………………………….…. 80 D. Identifikasi Masalah .………………………………………………… 81 BAB V
KESIMPULAN A. Kesimpulan…………………………………………………………..
86
B. Saran…………………………………………………………………
88
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..
89
Lampiran-Lampiran
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Model Implementasi Kebijakan Menurut George E. Edward III
Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter & Van
16 20
Horn………………………………………………………………
Gambar 2.3
Kerangka Pikir……………………………………………………
33
Gambar 3.1
Bagan Proses Analisis Data Interaktif …………………………...
40
Gambar 4.1
Struktur Organisasi UPTD BLK Boyolali………………………...
49
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1
Jumlah Peserta Pelatihan Automotif di BLK Boyolali Tahun 2009-2011
6
Tabel 2.1
Jenis Pelatihan & Lama Pelatihan……………………………………….
27
Tabel 4.1
Materi dan Lama Pelatihan Keterampilan Automotif Mobil Bensin……
71
Tabel 4.2
Materi dan Lama Pelatihan Keterampilan Automotif Sepeda Motor……
72
Table 4.3
Data Penempatan Peserta Pelatihan Automotif Mobil Bensin…………..
79
Table 4.4
Data Penempatan Peserta Pelatihan Sepeda Motor……………………...
80
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Septina Widyastuti, 2012, D1110014, Implementasi Pelatihan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK) Kabupaten Boyolali Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pelatihan keterampilan automotif ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengurangi jumlah penganguran, membekali para tenaga kerja dengan keterampilan. Tujuan dari pelatihan keterampilan automotif adalah mencetak tenaga kerja yang terampil untuk dapat ditempatkan pada perusahaan yang membutuhkan (penempatan) dan usaha mandiri. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif yang dilakukan oleh UPTD BLK Boyolali.Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi dan wawancara. Sumber data yaitu informan dan dokumen. Penentuan informan menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan. Untuk menjamin validitas data penulis menggunakan teknik triangulasi. Implementasi pelatihan ini meliputi tiga tahap, dimana tiap tahap tersebut terdiri atas beberapa sub tahap. Ketiga tahap tersebut meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan. Tahap persiapan terdiri dari pendaftaran peserta, seleksi peserta, persiapan instruktur pelatihan, penyusunan modul, penyusunan jadwal pelatihan persiapan sarana dan prasarana serta promosi. Tahap pelaksanaan terdiri dari pemberian materi dan evaluasi serta promosi. Tahap pelaporan terdiri dari pelaporan hasil kegiatan. Selain itu dalam tulisan ini peneliti juga menemukan mengenai hambatan dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif. Hambatan-hambatan yang muncul yaitu kurangnya peralatan, kurangnya instruktur dan gedung yang kurang memadai. Kata kunci : implementasi, automotif, pelatihan
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Septina Widyastuti, 2012, D1110014, Implementation Technical Unit Training Department Training Center (UPTD BLK) Boyolali Automotive Skills Training Case Studies. Thesis. Department of Administration. Faculty of Social and Political Sciences.Sebelas Maret University. Surakarta. Automotive skills training is carried out in an attempt to reduce the number of unemployed, equip the workforce with the skills. The purpose of the automotive skills training is scored highly skilled workforce to be placed on companies that need (placement) and independent business. In this study, researchers wanted to know how the implementation of automotive skills training conducted by UPTD Boyolali.Penelitian BLK is a type of qualitative descriptive study using data collection techniques such as observation, documentation and interviews. Data sources are informants and documents. Determination of informants using purposive sampling. Data analysis techniques used interactive analysis technique that consists of three components, namely data reduction, data presentation conclusion. To ensure the validity of the author's data using triangulation techniques Implementation of this training includes three stages, where each stage consists of several sub-phases. The third phase includes the preparation phase, the implementation phase and the reporting phase. The preparation stage consists of participant registration, selection of participants, training instructor preparation, preparation of the module, rehearsal scheduling infrastructure and promotion. Implementation stage consists of the provision of material and evaluation and promotion. Reporting phase consists of reporting the results of the activities. Also in this paper the researchers also found that the obstacles in the implementation of automotive training. Barriers appear that the lack of equipment, lack of instructors and inadequate building. Keywords: implementation, automotive, training
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi semua negara berusaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusianya agar mampu bersaing dalam mengisi kesempatan kerja yang tersedia secara terbuka dan obyektif. Pengisian jabatan dalam pekerjaan memerlukan kesiapan tenaga kerja untuk mampu memenuhi kekurangan yang ada dalam diri tenaga kerja dengan jabatan yang akan diemban, sehingga terjadi gap antara kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kerja dengan jabatan yang akan diemban. Gap inilah yang merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh tenaga kerja yang akan masuk ke pasar kerja. Boyolali adalah bagian dari wilayah negara yang berpenduduk dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Dengan kondisi yang sedemikian itu maka kesempatan bekerja atau untuk menduduki suatu jabatan di berbagai bidang diperlukan kompetisi yang sangat ketat antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan lapangan kerja yang tersedia tidak seimbang dengan pertumbuhan angkatan kerja. Jumlah pengangguran di Boyolali tahun 2010 sejumlah 27.755 orang atau 5.5 % dari jumlah penduduk kota Boyolali. Jumlah pengangguran pada tahun 2010 ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2009 di mana angka pengangguran berjumlah 17.158 orang. Jumlah pengangguran di Boyolali diprediksi akan mengalami kenaikan dari tahun ketahun hal disebabkan karena para tenaga kerja tidak memenuhi syarat kerja, tidak memiliki skill kalaupun memiliki skill mereka jauh dari
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
rata-rata, dan para pencari kerja cenderung memilih-milih pekerjaan. Tenaga kerja biasanya memilih perusahaan yang sudah bonafit atau terkenal. (http://harianjoglosemar.com/berita/27755-warga-boyolali-nganggur53826.html) Terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan jumlah penganggur dan setengah penganggur semakin meningkat dari tahun ke tahun. Maka perlu langkah terobosan untuk penyelesaian permasalahan tersebut. Untuk merumuskan kebijakan ketenagakerjaan maka diperlukan pemikiran yang sistematis untuk memecahkan dan mengeleminasi permasalahan tersebut. Masalah ketenagakerjaan di negara kita merupakan permasalahan pembangunan yang bersifat komplek multi dimensional dari dahulu hingga sekarang. Oleh sebab itu penanganan ketenagakerjaan harus melibatkan beberapa pihak antara lain pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Kondisi ketenagakerjaan di Boyolali masih diwarnai oleh beberapa hal antara lain : 1. Pertumbuhan penduduk. 2. Pentumbuhan angkatan kerja. 3. Terbatasnya lapangan kerja (kesempatan kerja / berusaha). 4. Pendidikan formal dan skill tenaga kerja rendah, indikasinya lebih kurang 71 persen angkatan kerja pendidikan belum tamat / tamat SD sederajat. 5. Penghasilan pekerja masih dibawah Upah Minimum Kabupaten (UMK). 6. Produktivitas tenaga kerja rendah. 7. Perlindungan kepada pekerja belum berjalan sebagaimana mestinya indikasinya 57 % yang melaksanakan ketentuan normatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
8. Kesejahteraan pekerja rendah indikasinya, 57 % pekerja yang mendapatkan hak normatif. 9. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) masih cukup rendah. 10. Hubungan industrial belum seperti yang diharapkan. (http://www.boyolalikab.go.id/?hlm=198) Salah satu kelemahan angkatan kerja yang ada adalah masih rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau atau lebih dikenal dengan rendahnya sumber daya manusia. Untuk itu perlu adanya persiapan yang matang untuk dapat mengisi lowongan kerja atau berusaha mandiri sesuai dengan kebutuhan pasar usaha (wiraswasta) di segala bidang baik di wilayah setempat maupun di luar wilayah Kabupaten Boyolali. Dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja di wilayah Kabupaten Boyolali maka pemerintah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan keterampilan yang dibiayai dari dana APBD maupun APBN. Hal itu mengingat banyaknya angkatan kerja yang ada sebagian besar termasuk golongan masyarakat miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan maupun pelatihan secara mandiri. Mengingat kebutuhan perusahaan akan Sumber Daya Manusia yang lebih berkompeten dibidangnya dan ketatnya persaingan di antara para tenaga kerja maka perlu dilakukan upaya untuk menciptakan tenaga kerja yang berkompeten yang siap memenuhi kebutuhan SDM suatu perusahaan dengan sasarannya adalah ketersediaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
tenaga kerja yang berkualitas, produktifitas dan berdaya saing tinggi, baik di pasar kerja dalam negri maupun luar negri. Oleh karena itu, SDM dimaksud perlu dipersiapkan baik oleh pemerintah melalui DEPDIKNAS, DEPNAKER, dan atau Departemen Perdagangan maupun oleh swasta melalui KADIN serta oleh masyarakat pengguna jasa. Salah satu lembaga yang berperan melakukan pendidikan dan pelatihan tersebut adalah Balai Latihan Kerja (BLK), di mana balai latihan latihan kerja ini nantinya akan memberikan pelatihan-pelatihan kepada para tenaga kerja agar dapat bersaing dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Pelatihan yang dilaksanakan pada dasarnya dimaksudkan untuk membenahi kelemahan-kelamahan yang sering menghambat dalam penyelesaian tugas. Upaya ini untuk meningkatkan mutu, keahlian, dan keterampilan seseorang yang mengikuti kegiatan pelatihan. Di samping itu juga akan mengembangkan metode kerja dan menciptakan pengembangan sumber daya manusia ke arah yang lebih baik. Kebutuhan perusahaan saat ini menuntut tersedianya tenaga ahli dan terampil serta berkompeten dalam berbagai bidang dan tingkatan, karena kecenderungan penggunaan teknologi yang semakin canggih sebagai masyarakat industri maju dan penerapan persyaratan kerja yang mengacu pada pelatihan berbasis kompetensi tidak dapat dihindari lagi. Oleh karena itu penguasaan teknologi bagi setiap angkatan kerja sangat diperlukan. Selain itu akibat langsung dari proses otonomi daerah yang sedang berjalan, timbul suatu kompetisi yang sehat di antara daerah-daerah tersebut untuk saling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
membangun daerahnya masing-masing dengan mengerahkan sumber daya manusia di daerahnya. Dengan demikian terjadi peluang pasar kerja di tingkat daerah maupun pada tingkat nasional, karena kebutuhan tenaga kerja yang handal dan siap pakai sudah merupakan kebutuhan pokok bagi suatu daerah untuk membangun daerah tersebut agar lebih maju. Otonomi daerah ini juga berlaku di kabupaten Boyolali. Adanya kebutuhan tenaga kerja yang handal tersebut perlu suatu konsep perencanaan pembangunan sumber daya manusia yang baik dan berkesinambungan, khususnya dibidang penyediaan tenaga kerja yang terampil, sehingga kebutuhan pasar kerja tentang tenaga kerja yang terampil dapat terpenuhi. Mengacu pada kebutuhan pasar kerja yang membutuhkan sumber daya manusia yang handal, terampil dan profesional, Dinas Tenaga Kerja Tranmigrasi, dan Sosial Kabupaten Boyolali melalui Unit Pelaksana Teknis Daerahnya (UPTD) melakukan pelatihan-pelatihan yang mampu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia diberbagai bidang keterampilan yang diperlukan di daerah kabupaten Boyolali. Balai Latihan Kerja sebagai lembaga pelatihan kerja milik pemerintah yang diharapkan sebagai pengerak dan percontohan dalam melatih keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Penyelenggaraan latihan kerja di BLK meliputi bidang pelatihan kerja industri, pertanian, tata niaga dan aneka kejuruan dengan mempergunakan bengkel kerja (automotif). Dari berbagai pelatihan yang diadakan oleh BLK. Salah satu bidang keterampilan yang sangat dibutuhkan pasar kerja dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
mampu menciptakan peluang-peluang pasar kerja baru adalah pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan pada kejuruan automotif. Di mana kejuruan automotif terbagi menjadi dua sub, yaitu sub kejuruan mobil bensin dan sub kejuruan sepeda motor. Kejuruan automotif khususnya pada sub kejuruan mobil bensin menyelenggarakan pelatihan montir mobil bensin dengan tujuan memberi keterampilan montir mobil bensin kepada peserta pelatihan agar dapat digunakan untuk modal bekerja di perusahaan perbengkelan maupun untuk berwirausaha di bidang tersebut. Sedangkan kejuruan automotif pada sub kejuruan sepeda motor menyelenggarakan pelatihan montir sepeda motor dengan tujuan memberi keterampilan montir sepeda motor kepada peserta pelatihan agar dapat digunakan untuk modal bekerja pada perusahaan perbengkelan maupun untuk berwirausaha di bidang tersebut. Tabel 1.1 Jumlah Peserta Pelatihan Automotif di BLK Kabupaten Boyolali Tahun 2009-2011 Jenis pelatihan
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Mobil bensin
65
36
32
Sepeda motor
100
37
52
165
73
84
Sumber: Data akhir kegiatan pelatihan di BLK Kabupaten Boyolali berdasar APBD & APBN tahun anggaran 2009-2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Dari tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah peserta pelatihan automotif cenderung mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta pelatihan automotif baik itu jenis sepeda motor maupun mobil bensin antara tahun 2009-2011. Jumlah peserta jenis pelatihan mobil bensin menunjukkan penurunan yang signifikan pada tahun 2009 jumlah peserta sebanyak 65 orang, jumlah ini menurun pada tahun 2010 menjadi 36 orang dan pada tahun 2011 hanya sebanyak 32 orang. Kondisi yang hampir serupa ditunjukkan oleh jumlah peserta pelatihan jenis sepeda motor, meskipun pada tahun 2010 jumlah peserta meningkat dari 37 peserta menjadi 52 peserta, namun jika dibandingkan dengan jumlah peserta pada tahun 2009 di mana jumlah peserta berjumlah 100 orang hal ini menunjukkan penurunan yang drastis. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta automotif baik sepeda motor maupun mobil bensin cenderung menurun secara signifikan dari tahun ke tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa pelatihan keterampilan automotif belum optimal di dalam pencapaian tujuan dilihat dari kuantitas peserta yang mengikuti pelatihan. Menurunnya jumlah peserta pelatihan keterampilan automotif ini dapat dijadikan indikasi bahwa pelatihan keterampilan automotif ini masih menemui hambatan di dalam pelaksanaannya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dari pelaksanaan pelatihan keterampilan yang dilakukan oleh BLK (Balai Latihan Kerja)
Kabupaten Boyolali khususnya pelatihan keterampilan automotif. Yang
nantinya penelitian ini dapat dijadikan feedback dalam pelaksanaan keterampilan pelatihan keterampilan automotif tahun berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif yang dilakukan oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Boyolali ? C. Tujuan 1. Tujuan Operasional a. Untuk mengetahui dan menilai sejauh mana hasil dari pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif yang dilakukan Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Boyolali. 2. Tujuan Fungsional Untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana S1 pada jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret. D. Manfaat Penelitian Dalam sebuah penelitian diharapkan akan mengahasilkan manfaat yang dapat dirasakan baik oleh penulis maupun orang lain. Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain : 1.
Memberikan kontribusi dan memperkaya pengetahuan tentang pelaksanaan pelatihan ketermpilan automotif oleh Balai Latihan Kerja (BLK). .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
2.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi siapa saja yang memerlukan, khususnya instansi atau lembaga pelatihan-pelatihan kerja.
3.
Sebagai dasar acuan untuk melaksanakan penelitian sejenis secara mendalam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teori yang dapat mendukung penelitian dan membantu merumuskan kerangka pemikiran. Untuk itu dibawah ini akan diuraikan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Implementasi Pelaksanaan juga berarti implementasi, yang berasal dari bahasa Inggris “implementation”. Menurut kamus Webster dirumuskan secara pendek bahwa To implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).menurut pandangan ini, maka implementasi dapat dipandang sebagai suatu proses pelaksanaan ( Solichin Abdul Wahab, 2005; 56). Sedangkan Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno, 2008; 146) menjelaskan bahwa makna implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dari proses kebijakan publik yang bersifat crusial karena bagaimanapun baiknya suatu kebijakan, kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak akan diwujudkan. Demikian pula
sebaliknya,
bagaimanapun
baiknya
persiapan
dan
perencanaan
implementasi kebijakan, kalau tidak dirumuskan dengan baik maka tujuan kebijakan juga tidak akan bisa diwujudkan (Joko Widodo, 2008:85). Dengan demikian untuk mencapai tujuan kebijakan yang baik harus memperhatikan tahap implementasi yang harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik, tetapi juga pada tahap perumusan atau pembuatan kebijakan juga telah diantisipasi untuk dapat diimplementasikan. Sebagaimana diungkapkan oleh Lester dan Stewart (dalam Solahuddin Kusumanegara 2010;97) menjelaskan bahwa implementasi adalah sebuah tahapan yang dilakukan setelah aturan hukum ditetapkan melalui proses politik. James
Anderson
(dalam
Solahuddin
Kusumanegara
2010;97)
menyatakan bahwa implementasi kebijakan /program merupakan bagian dari administrative process (proses administrasi). Proses administrasi sebagaimana diistilahkan oleh Anderson, digunakan untuk menunjukkan desain atau pelaksana sistem administrasi yang terjadi pada setiap saat. Proses administrasi mempunyai konsekuensi terhadap pelaksanaan, isi, dan dampak dari kebijakan. Ripley dan Franklin (dalam Budi Winarno, 2008; 145) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Menurut
George
Edward
(dalam
Budi Winarno, 2008;
174)
implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan
kebijakan
dan
konsekuensi-konsekuensi
kebijakan
bagi
masyarakat yang dipengaruhinya. Daniel A.Mazmanian dan Paul A. Sebatier menjelaskan makna implementasi ini dengan mengatakan bahwa: memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan
negara,
yang
mencakup
baik
usaha-usaha
untuk
mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan akibat/ dampak nyata pada`masyarakat atau kejadian-kejadian (Solichin Abdul Wahab, 2005: 65). Dalam proses implementasi juga perlu diperhatikan mengenai batasanbatasaan implementasi. Van Meter dan Van Horn menguraikan batasan implementasi kebijakan “policy implementation encompasses those actions by the public and private individuals (or group) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions. This include both one time efforts to transform decisions into operational terms, as well as continuing effort to achieve the large and small changes mandated by policy decisions”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
(implementasi kebijakan menekankan pada suatu tindakan, baik yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun individu (atau kelompok) swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan sebelumnya. Pada suatu saat tindakan-tindakan ini, berusaha menstransformasikan keputusankeputusan menjadi pola-pola operasional serta melanutkan usaha-usaha tersebut mencapai perubahan, baik besar maupun kecil yang diamanatkan oleh keputusan-keputusan kebijakan tertentu) (dalam Joko Widodo, 2008:86) Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan suatu pengertian bahwa implementasi merupakan aksi/ tindakan untuk melaksanakan suatu kebijakan yang telah direncanakan dan ditetapkan untuk direalisasikan. Dengan kata lain implementasi merupakan tindakan untuk merealisasikan rencana yang telah ditetapkan. Selain itu, dalam proses implementasi ini juga akan dijabarkan kedalam tahap-tahap yang lebih operasional mengenai proses implementasi suatu kebijakan publik yang mencakup tahap interpretasi (interpretation), tahap pengorganisasian (to organized), dan tahap aplikasi (application). (Joko Widodo, 2007: 90) 1. Tahap Interpretasi (interpretation) Merupakan tahapan penjabaran sebuah kebijakan yang masih bersifat abstrak ke dalam kebijakan yang lebih bersifat teknis operasional. 2. Tahap Pengorganisasian (to organized) Mengarah pada proses kegiatan pengaturan dan penetapan dalam implementasi kebijakan, yakni: a.
Pelaksana kebijakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
b.
Standar prosedur operasional.
c.
Sumber daya keuangan.
d.
Penetapan manajemen pelaksanaan kebijakan.
e.
Penetapan jadwal kegiatan.
3. Tahap Aplikasi (application) Merupakan tahap penerapan rencana proses implementasi kebijakan ke dalam realitas nyata. Dengan adanya penjabaran tersebut, maka akan semakin mempermudah pelaksana kebijakan untuk mengimplementasikan kebijakan yang telah ditetapkan. 2. Model-Model Implementasi : Untuk melihat bagaimana implementasi pelatihan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan, di mana didalamnya diungkapkan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan, maka model-model implementasi sangat diperlukan. Suatu program sebagai suatu bentuk kebijakan diimplementasikan menurut beberapa model implementasi antara lain : a. Model George C. Edward III (Joko Widodo, 2008: 96-100) Menurut George C. Edward III ada empat faktor atau variabel yang berpengaruh
terhadap
keberhasilan
atau
kegagalan
implementasi
kebijaksanaan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi menurut George C. Edward III sebagai berikut: 1. Komunikasi Komunikasi kebijakan merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy maker) kepada pelaksana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
kebijakan (policy implementors). Informasi kebijakan perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui, memahami apa yang harus dipersiapkan dan lakukan untuk melaksanakan kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Kebijakan dikomunikasikan kepada kepada pelaksana kebijakan dan kelompok sasaran kebijakan dan pihak lain yang terkait dengan kebijakan. Melalui proses komunikasi ini, para pelaku kebijakan dalam struktur birokrasi menjadi jelas tentang apa yang menjadi substansi kebijakan, mencakup apa yang menjadi tujuan, sasaran, dan arah kebijakan. 2. Sumber Daya Tanpa adanya sumber daya yang cukup, sejelas dan seakurat ketentuanketentuan kebijakan tidak akan dapat diimplementasikan secara efektif. Sumber daya ini meliputi sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan sumber daya peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan kebijakan. 3. Disposisi atau Sikap Disposisi merupakan kemauan, keinginan dan kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh-sungguh sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan. Intensitas disposisi para pelaku (implementator) dapat mempengaruhi pelaksana (performance) kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya intensitas disposisi ini, bisa menyebabkan gagalnya implementasi kebijakan. 4. Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure) Struktur birokrasi mencakup aspek-aspek seperti struktur organisasi, pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan organisasi dengan organisasi luar dan sebagainya. Struktur birokrasi yang fragmentasi dan memiliki standar operasi yang tidak harmonis akan menjadi distorsi dalam pelaksanaan kebijakan. Hubungan antar keempat faktor tersebut dikuatkan dalam jurnal, “Problems of Policy Implementation in Developing Nations: The Nigerian Exsperince” (Taiwo Makinde, 2005:65): The four factors operate simultaneously and the interact with each other to aid or hinder policy implementation. By implication, therefore, the implementation of every policy is a dynamic process, which involves the interaction of many variablyes. (ke empat faktor beroperasi secara bersamaan dan mereka saling berinteraksi satu sama lain untuk membantu atau menghambat pelaksanaan kebijakan. Oleh karena itu, penerapan setiap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
kebijakan adalah sebuah proses dinamis yang melibatkan interaksi antara variabel). Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut George E.Edward III
Communication
Resources implementation Disposition
Bureaucratic Structure
Sumber: Joko Widodo, 2008: 107 b. Implementasi Kebijakan Publik Model Marilee S. Grindle (Leo Agustino, 2008; 154-156) Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik ditentukan atas content of policy (isi kebijakan) dan context of policy (konteks kebijakan).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Content of policy (isi kebijakan) meliputi: 1. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi Berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan melibatkan kepentingan-kepentingan yang membawa pengaruh terhadap proses implementasi. 2. Tipe manfaat Berkaitan dengan manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan dari implementasi kebijakan. 3. Derajat perubahan yang ingin dicapai Seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas. 4. Letak pengambilan keputusan Pengambil keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka harus jelaas dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan diimplementasikan. 5. Pelaksanaan program Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demo keberhasilan suatu kebijakan. 6. Sumber-sumber daya yang digunakan Pelaksanaan suatu kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik sedangkan context of policy (konteks implementasi) meliputi: 1. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat Implementasi kebijakan harus memperhitungkan hal ini guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. 2. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa Berkaitan dengan karakteristik lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan. 3. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana Sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan. Implementasi, yaitu menuntut adanya kepatuhan dari pelaksana kebijakan. Karena melalui kepatuhan ini dapat diketahui apakah tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
yang dilakukan oleh para pelaku baik birokrasi maupun pelaku lain sesuai dengan standar maupun prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini seperti yang terdapat dalam Journal, “Making Implementation More Democratis Throught Action Implementation Research” (Pamela A. Mischen, Thomas A. P. Sinclair, 2007:4) menyebutkan bahwa : Ingram and Schneider (1990) identify six views of success found in the implementation literature: agency compliance with the directive of the statute; actions and discretion of implementers leading to achievement of broad goals of the statute; whether the effects, both intended or unintended, were provided for in the initial design; mutual adaptation; achievement of local goals; and political resolution of conflicts. Excepting the third-whether the effects, both intended or unintended, were provided in the initial designimplementers themselves have a great deal of control over the success of the implementation efforts. However, satisfying one criterion certainly does not mean that all will be satisfied. In fact, some could be mutually exclusive— for instance agency compliance with the directives of the statute and achievement of local goals. The type of success by which policy implementation should be judged depends on the context of implementation. (Ingram dan Scheider (1990) mengidentifikasi enam dilihat dari keberhasilan ditemukan dalam literature pelaksana lembaga sesuai dengan direktif terhadap Undang-Undang, tindakan dan kebijaksanaan pelaksana yang mengarah ke prestasi tujuan yang luas dari Undang-Undang, apakah efek, baik disengaja maupun tidak disengaja, disediakan dalam desain awal, adaptasi timbal balik, pencapaian tujuan lokal, dan politik resolusi konflik. Kecuali ketiga apakah efek, baik disengaja maupun tidak disengaja, disediakan dalam pelaksana desain awal sendiri memiliki banyak control atas keberhasilan upaya implementasi. Namun, memuaskan satu kriteria tentu saja tidak berarti bahwa semua akan puas. Bahkan, beberapa bias saling ekskulusif untuk kepatuhan lembaga misalnya dengan arahan dari UndangUndang dan pencapaian lokal tujuan. Jenis keberhasilan dimana implementasi kebijakan harus dinilai tergantung pada kontek implementasi).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
c. Teori Donald, Van Meter dan Carl E. Van Horn (Subarsono, 2005: 99101) Menurut Meter dan Horn, ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yakni : 1) Standar dan sasaran kebijakan. Standart dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan. 2) Sumber daya Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia ( human resources) maupun sumber daya non manusia (non human resources). 3) Hubungan antar organisasi Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program. 4) Karakteristik agen pelaksana Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program. 5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada dilingkungan, dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan. 6) Disposisi implementor Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yakni (a) respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter dan Van Horn Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan Ukuran dan tujuan kebijakan
]
Karakteristik Badan Pelaksana
Disposisi Pelaksana
Kinerja Implemen tasi
Sumber Daya Lingkungan ekonomi, sosial dan politik
Sumber: Subarsono,2005:100 Dari berbagai teori yang dikemukakan diatas penulis menekankan atau mengadopsi teori dari George C. Edward III kecenderungan terhadap model ini dikarenakan dalam model ini aspek yang diungkapkan banyak berkaitan dengan implementasi program keterampilan automotif 3. Pelatihan Keterampilan Automotif Pelatihan keterampilan automotif menurut rencana pelaksanaan kegiatan (renlangiat) UPTD BLK diartikan sebagai pelatihan untuk menyiapkan tenaga kerja yang lebih terampil dan masuk dunia kerja untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Yang dapat memberikan bekal keterampilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
kepada tenaga kerja atau masyarakat untuk dapat bekerja secara formal dan atau berwirausaha. a) Dasar Dasar pelatihan Untuk menyelenggarakan pelatihan baik itu sepeda motor maupun mobil bensin pada tahun 2011 berdasarkan pada: 1. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor : 1 Tahun 2011, tanggal 10 Januari 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2011. 2. Peraturan Bupati Boyolali : 1 Tahun 2011, tanggal 11 Januari 2011 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2011. 3. Keputusan Bupati Boyolali Nomor : 900 / 402 Tahun 2010, Tanggal :28 Agustus 2010. Tentang Standar Satuan Harga Tahun Anggaran 2011. 4. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD) Nomor : 1.14.01.15 06 5 2, tanggal 11 Januari 2011, tentang Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2011. 5. Rencana Laporan dan Kegiatan (RENLANGIAT) pelatihan kejuruan automotif sub kejuruan mobil bensin. 6. Rencana Laporan dan Kegiatan (RENLANGIAT) pelatihan kejuruan automotif sub kejuruan sepeda motor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b) Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan diselenggarakan pelatihan automotif ini adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Boyolali khususnya pada bidang automotif yaitu mobil bensin dan sepeda motor, sehingga permintaan pasar kerja pada bidang perbengkelan dapat dipenuhi oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Boyolali. Penyelenggaraan pelatihan automotif ini juga bertujuan untuk menyediakan tenaga kerja terampil dan professional bagi daerah lain maupun untuk penyelenggaraan magang di Negara Asia, sehingga kan diperoleh aliran devisa yang cukup besar ke Kabupaten Boyolali, paling tidak penyelenggaraan pelatihan automotif mempunyai dampak positif terhadap kehidupan masyarakat di lingkungan Kabupaten Boyolali, dan mampu memotivasi masyarakat agar terjadi perubahan sikap hidup yang lebih produktif. c) Sasaran Kegiatan Terdapat dua sasaran kegiatan pelatihan automotif baik itu mobil bensin maupun sepeda motor, yaitu : sasaran kualitatif dan sasaran kuantitatif, adapun uraian kedua sasaran tersebut adalah : 1. Sasaran Kualitatif Adapun sasaran kualitatif kegiatan pelatihan automotif baik itu mobil bensin dan sepeda motor adalah hampir sama yang membedakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
adalah dalam penggunaan alat ukur. Lebih jelasnya berikut sasaran kualitatif pelatihan automotif yaitu: a. Dapat menggunakan alat perkakas bengkel mobil bensin/sepeda motor dengan baik dan benar. b. Pada
sub
kejuruan
mobil
bensin
diharapkan
peserta
dapat
menggunakan alat ukur bengkel mobil bensin yang meliputi vernier caliper, micrometer, dan alat ukur listrik dengan baik dan benar, sedangkan pada sub kejuruan sepeda motor diharapkan peserta dapat menggunakan alat ukur bengkel sepeda motor yang meliputi sciutmaat, micrometer, dan alat ukur listrik dengan baik dan benar. c. Dapat
melakukan
pemeliharaan
harian/berkala
pada
mobil
bensin/sepeda motor. d. Dapat membongkar, memasang, mengganti dan memperbaiki bagianbagian mobil bensin/sepeda motor dengan baik dan benar. e. Dapat melakukan penyetelan bagian-bagian mobil bensin/sepeda motor dengan baik dan benar. f. Dapat mengemudi mobil bensin/sepeda motor. 2. Sasaran Kuantitatif Sasaran kuantitatif dari pelatihan keterampilan automotif ini antara sasaran kuantitatif mobil bensin dan sasaran kuantitatif sepeda motor berbeda, adapun sasaran tersebut, yaitu ;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Sasaran kuantitatif pelatihan automotif mobil bensin meliputi : a. Pelatihan teori kejuruan
: 72 jam pelatihan
b. Pelatihan praktek kejuruan
:168 jam pelatihan
c. Evaluasi praktek
:
jam pelatihan
d. Evaluasi teori
:
jam pelatihan
e. OJT
:
jam pelatihan
Jumlah
:240 jam pelatihan
Sasaran kuantitatif pelatihan automotif sepeda motor meliputi : a. Pelatihan teori kejuruan
: 57 jam pelatihan
b. Pelatihan praktek kejuruan
:183 jam pelatihan
c. Evaluasi praktek
:
jam pelatihan
d. Evaluasi teori
:
jam pelatihan
e. OJT
:
jam pelatihan
Jumlah
:240 jam pelatihan
3. Sasaran peserta pelatihan a. Para pencari kerja. b. Tenaga kerja korban PHK. c. Para pengusaha kecil/ pengrajin. d. Siswa-siswi (SMK, SMU, MAN dll) untuk PSG .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
d) Syarat Peserta 1. Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk ) sebanyak satu lembar. 2. Fotocopy ijazah terakhir sebanyak satu lembar. 3. Fotocopy kartu kuning (AK 1) sebanyak satu lembar (kalau ada). 4. Pas foto 3x4 hitam putih 3 lembar. e) Jenis Pelatihan Jenis-jenis pelatihan di BLK Boyolali adalah sebagai berikut : 1. Pelatihan Institusional Adalah pelatihan yang diselenggarakan di dalam UPTD Balai Latihan Kerja. Kegiatan ini dilaksanakan / diselenggarakan dengan sumber dana dari pemerintah (APBN atau APBD). Dalam hal ini jenis maupun jumlah pelatihan keterampilan yang dilaksanakan pada setiap tahun anggaran tidak tentu sama baik jenis kejuruan maupun volume kegiatannya, tergantung dari sumber dana yang dialokasikan oleh pemerintah. Untuk Program pelatihan ini semua peserta tidak dipungut biaya. 2. Pelatihan Non Institusional Adalah pelatihan keliling/ Mobile Tranning Unit (MTU) yang dilaksanakan di luar lokasi UPTD BLK / di pedesaan (di mana peserta berada).
Sama
halnya
dengan
pelatihan
institusional,
untuk
penyelenggaraannya dibiayai dari dana APBN maupun APBD, siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
tidak dipungut biaya dan waktu pelatihan lebih pendek dari pelatihan institusional. 3. Pelatihan Swadana Pelatihan yang dilaksanakan di BLK dengan tujuan untuk melatih pekerja dalam berbagai kejuruan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dengan biaya ditanggung
peserta sendiri. Adapun pelatihan swadana
terdapat dua macam yaitu : a. Pelatihan Swadana Murni Adalah pelatihan institusional maupun non institusional yang segala pembiayaan ditanggung oleh peserta pelatihan atau pihak lain diluar Negara. Dalam hal ini peserta dipungut biaya sesuai dengan jenis kejuruan dan lamanya kegiatan pelatihan. Pelaksanaannya diatur dengan Perjanjian Kerjasama antara UPTD BLK/ Disnakertrans dengan pihak pengguna. Lamanya pelatihan tergantung permintaan. b. Pelatihan Swadana Sistem Ganda (PSG) Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama antaraa Disnakertrans/ UPTD BLK Kabupaten Boyolali dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK, MAN,dll) untuk Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Lamanya pelatihan tergantung permintaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
f) Jenis Kejuruan dan Lamanya Pelatihan Tabel 2.1 Jenis Kejuruan dan Lamanya Pelatihan No Kejuruan/ Sub. Kejuruan 1
2
3
4
Lama Pelatihan
Automotif : a. Montir Sepeda Motor
240-480 Jp
b. Montir Mobil Bensin
480 Jp
Teknologi Mekanik : a. Las karbid b. Mesin Logam (bubut/frais) Tata niaga : a. Administrasi kantor b. Sekretaris kantor
480 Jp 480 Jp
c.
320 Jp
Operator computer
240 – 480 Jp 480 Jp
5
Bangunan : a. Mebeller (Tukang mebel) Aneka kejuruan :
240 – 480 Jp 240 – 480 Jp
6
a. Menjahit b. Bordir Listrik/ elektronika : a.
Montir radio/ Tv
240 – 480 Jp
b. Instalansi penerangan, tenaga dan weikel c. Teknik pendingin
240 – 480 Jp
7
240 – 480 Jp
240 – 480 Jp
Pertanian : a. Processing hasil pertanian b. Ternak unggas
160 – 240 Jp
c.
240 - 480 Jp
Holtikultura
240 Jp
Sumber : UPTD BLK Boyolali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
g) Sarana dan Prasarana Tanah dan bangunan UPTD Balai Latihan Kerja Boyolali luas tanah 2 Ha dibangun bermacam-macam bangunan meliputi : 1. Kantor administrasi 2. Bengkel kerja : Handyccraf, Bangunan, Automotive, Tata niaga, Listrik/Elektronika, Tek. Mekanik/Las, Pertanian. 3. Ruangan perpustakaan. 4. Sarana olah raga, Lapangan Volley Ball, Bulu Tangkis, Tennis Meja, Tennis Lapangan. 5. Gudang/ Garade. 6. Garade armada MTU/ Gudang MTU, mobil, modul dan mobil Box MTU 7. Gedung serba guna, ruang pertemuan/ ruang teori. 8. Pos penjagaan. 9. Gedung pemeliharaan. 10. Mushola. 11. Perumahan Dinas Instruktur / karyawan. 12. Rumah diesel pembangkit tenaga. 13. Kantin/ warung koperasi. 4. Implementasi Pelatihan Keterampilan Automotif Implementasi pelatihan keterampilan automotif adalah dalam rangka penurunan jumlah pengangguran dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja untuk dapat mengisi lowongan kerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
atau berusaha mandiri (wiraswasta). Adapun sasaran dari pelatihan keterampilan automotif adalah ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas, produktivitas dan berdaya saing tinggi baik dipasar kerja dalam maupun luar negeri. Maksud dan tujuan diselenggarakan pelatihan automotif ini adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Boyolali khususnya pada bidang automotif, yaitu mobil bensin dan sepeda motor, sehingga permintaan pasar kerja pada bidang perbengkelan dapat dipenuhi oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Boyolali. Adapun aktivitas pelatihan keterampilan automotif meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penutup. Untuk melihat bagaimana proses implementasi pelatihan keterampilan automotif digunakan beberapa model implementasi. Dalam penelitian Implementasi pelatihan keterampilan automotif di UPTD BLK Kabupaten Boyolali menggunakan perpaduan dari berbagai pendapat tentang model-model implementasi, namun dalam penelitian ini lebih cenderung pada model implementasi menurut Edward III. Dalam penelitian ini, komponen-komponen yang ditetapkan sebagai faktor yang mempengaruhi berhasil atau gagalnya suatu pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut : a. Komunikasi (diadopsi dari Edward III) Agar implementasi berjalan efektif, maka pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab untuk mengimplementasikan kebijakan harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
mengetahui apa yang harus mereka lakukan agar terwujudkan keberhasilan program. Dengan demikian perlu adanya komunikasi yang baik antara para pelaksana dan para peserta. b. Sumber daya (diadopsi dari Gridle, Edward III dan van meter dan van horn) Tersedianya sumber daya yang memadai akan mendukung dalam pelaksanaan pelatihan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sumber daya tersebut dapat berupa dana/ biaya, sarana dan prasarana maupun sumber daya manusianya. Dalam implementasi pelatihan di BLK Boyolali dibutuhkan sumber daya manusia, tidak hanya dilihat dari jumlahnya tetapi juga kemampuan untuk menjalankan tugas. Sumber daya keuangan, sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan pelatihan. c. Disposisi atau karakteristik implementator (diadopsi dari Gridle, van meter dan van horn , dan Edward III) Karakter atau sikap pelaksana adalah faktor yang tidak kalah penting untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) Boyolali. Jika pelaksanaan ingin berjalan efektif, para pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan memiliki kemampuan untuk melakukannya, tetapi juga harus berkeinginan untuk menjalankan sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
d. Struktur birokrasi (diadopsi dari Edward III) Struktur
birokrasi
mencakup
aspek-aspek
seperti
struktur
organisasi, pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan organisasi dengan organisasi luar dan sebagainya. Struktur birokrasi yang fragmentasi dan memiliki standar operasi yang tidak harmonis akan menjadi distorsi dalam pelaksanaan kebijakan. B. Penelitian Relevan 1. Erningwati. 2006. Dalam penelitian yang berjudul, “Pelatihan Tenaga kerja dalam rangka penempatan tenaga kerja oleh Disnakertrans kabupaten Klaten”. Perbedaan dengan penelitian yang peneliti buat dalam skripsi sebelumnya ialah lokasi. Pada penelitian terdahulu berlokasi di Klaten, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilakukan di Boyolali. Lembaga pelaksana pelatihan di dalam skripsi yang disusun oleh Erningwati lembaga yang melaksanakan pelatihan ialah Disnakertrans karena di Klaten belum mempunyai BLK, BLK merupakan balai khusus untuk pelatihan, namun karena belum mempunyai BLK di Klaten maka pelatihan tenaga kerja menjadi tanggungjawab Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi, sedangkan dalam penelitian yang peneliti susun lembaga yang menjalankan pelatihan ialah Unit Pelaksana
Teknis Daerah Balai Latihan Kerja (UPTD) yang
beradadi bawah naungan Disnakertrans.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Persamaan dengan penelitian yang sebelumnya ialah sama-sama membahas mengenai pelatihan tenaga kerja. Persamaan selanjutnya ialah pada jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi dan wawancara. 2. Wiwik Ratna Handayani. 2004. Dalam penelitian yang berjudul, “Peranan Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Boyolali dalam meningingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pelatihan kerja ( Studi kasus BLK boyolali tahun 2003)”. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang disusun oleh Wiwik Ratna Handayani ialah pada penelitian sebelumnya meneliti peran BLK dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui berbagai pelatihan yang ada di BLK, sedangkan pada penelitian yang peneliti susun meneliti mengenai pelaksanaan pelatihan keterampilan pada salah satu pelatihan saja yaitu pelatihan automotif untuk membekali para tenaga kerja dengan keterampilan sehingga dapat diterima dalam dunia kerja mauoun dapat membuka usaha sendiri (berwirausaha). Persamaan dengan penelitian yang
sebelumnya ialah penelitian
dilaksanakan pada tempat yang sama yaitu di BLK Boyolali. Persamaan selanjutnya ialah pada jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi dan wawancara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
C. Kerangka Pikir Berdasarkan teori-teori yang disampaikan oleh penulis, maka diperlukan adanya suatu kerangka pemikiran yang jelas. Tujuannya adalah untuk memudahkan pembaca dan penguji dalam memahami penelitian mengenai “ Implementasi Pelatihan Keterampilan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK)
Kabupaten Boyolali (Studi Kasus Pelatihan
Keterampilan Automotif). Selain itu kerangka pemikiran merupakan landasan berfikir bagi penulis, yang digunakan sebagai pemandu dan petunjuk arah yang hendak dituju.
Adapun kerangka pemikirannya sebagai berikut : Gambar 2.3 Kerangka Pikir
Pelatihan Keterampilan di BLK
Implementasi Pelatihan Keterampilan Automotif
Penempatan Tenaga kerja Usaha Mandiri
Dari gambar diatas dapat dipahami bahwa peneliti berusaha mengungkapkan bagaimana implementasi pelatihan keterampilan automotif di UPTD BLK Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
serta bagaimana akhir dari kegiatan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditargetkan dalam pelatihan keterampilan yaitu penempatan tenaga kerja maupun usaha mandiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilaksanakan dan tempat diperolehnya sejumlah data yang dibutuhkan dari masalah yang diamati. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi di dalam usaha untuk menyatakan kebenaran data. Penelitian ini mengambil lokasi di Balai Latihan Kerja (BLK) Boyolali. Adapun alasan untuk memilih lokasi tersebut adalah : 1. Karena penulis mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian di Balai Latihan Kerja (BLK) Boyolali 2. Adanya ketersediaan data di Balai Latihan Kerja (BLK) Boyolali yang diperlukan dalam penelitian ini. B. Jenis Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sebagai suatu penelitian deskriptif, penelitian ini studi kasusnya mengarah pada pendiskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya (H.B Sutopo, 2002:111) C. Sumber Data Sumber data merupakan suatu sumber dimana data dapat diperoleh. Sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Sumber data penelitian dapat berupa manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen dan arsip serta berbagai benda lain (H B. Sutopo, 2002: 49). Sedangkan menurut Lofland dan Lofland (1984) menyatakan bahwa, “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lain” (Moleong, 2010:157). Dala penelitian ini untuk mencari data yang dibutuhkan peneliti menggunakan berbagai sumber data yaitu sebagai berikut : a. Informan Informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik tentang masalah yang diteliti, sehingga informan dapat memberikan data yang diperlukan dalam penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Sutopo, dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya (H B. Sutopo, 2002: 50). Bertindak sebagai informan adalah orang yang dipandang mengetahui permasalahan yang akan dikaji peneliti. Dalam penelitian ini, informan meliputi : 1) Kepala UPTD BLK Boyolali. 2) Instruktur pelatihan Automotif. 3) Peserta pelatihan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
b. Dokumen Dokumen ialah setiap bahan tertulis maupun film (Moleong, 2010: 216). Dokumen digunakan sebagai sumber data yaitu dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yaitu dokumen mengenai implementasi pelatihan keterampilan automotif Dokumen ini diperoleh dari buku, artikel, internet, hasil penelitian yang relevan serta dokumen lain yang menunjang penelitian. D. Teknik Penarikan Sampel Karena penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (H B. Sutopo, 2002: 56). Di dalam penelitian ini peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tepat, yaitu mereka yang mengetahui dan mengerti mengenai pelatihan yang diselenggarakan oleh BLK khususnya pelatihan Automotif. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan dan instruktur. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Indepth Interview (wawancara mendalam) Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
dalam bentuk wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang bersifat open-ended (mengajukan pertanyaan langsung kepada informan) (H.B S utopo, 2002: 58-59). b. Observasi Observasi dilakukan untuk mengali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (H.B S utopo, 2002: 64). c. Studi Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat data-data yang berkaitan dengan obyek penelitian yang diambil dari beberapa sumber demi kesempurnaan penelitian. Dokumentasi ini diperoleh dari dokumentasi-dokumentasi, literatur ataupun laporan dan data-data lain yang menunjang. F. Validitas Data Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. (H.B Sutopo, 2002:77). Dalam penelitian ini menggunakan validitas data dengan teknik triangulasi data. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai fenomena yang sedang diteliti (Agus Salim, 2006: 35). Triangulasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
dilaksanakan dengan membandingkan data yang sama atau pada informan yang berbeda, artinya apa yang diperoleh dari narasumber satu, dapat lebih teruji kebenarannya jika dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari narasumber lain, sehingga keakuratan data dapat dipertanggungjawabkan. G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Dalam model ini ada tiga komponen analisis data yang digunakan, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (H.B.Sutopo, 2002 :95). Ketiga komponen analisis data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Reduksi Data Reduksi data merupakan bagian dari analisis data yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. b. Sajian Data Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi Dalam pengumpulan data, peneliti sudah mulai mengerti arti dari halhal yang peneliti temui dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, dan proposisi-proposisi. Tetapi peneliti juga harus bersifat terbuka. Kesimpulan yang dibuat awalnya kurang jelas, kemudian semakin meningkat secara eksplisit dan memiliki landasan yang kuat (H.B Sutopo, 2002:91-93). Ketiga komponen tersebut aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus. Aktivitas tersebut digambarkan sebagai berikut : Gambar 3.1 Bagan Proses Analisis Data Interaktif
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Simpulan/ Verifikasi
Sumber : H.B Sutopo, 2002;96
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Dari model tersebut, menunjukan bahwa pengumpulan data dibuat, lalu melakukan proses reduksi dan melakukan proses sajian data dengan maksud semua data yang dikumpulkan dapat dipahami secara mendalam kemudian disusun secara sistematis. Bila pengumpulan data sudah berakhir, maka dilakukan penarikan simpulan berdasarkan pada semua hal yang terdapat pada reduksi data dan sajian data. Jika simpulan/ verifikasi yang dihasilkan dirasa tidak/ kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti wajib melakukan kegiatan pengumpulan data untuk mencari pendukung simpulan yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Boyolali 1. Kabupaten Boyolali Kabupaten Boyolali merupakan salah satu Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah 4,5 % dari luas provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Boyolali terletak pada posisi antara 110° 22’ BT – 110° 50’ BT dan 7 0 71’ LS dengan ketinggian antara 100 meter sampai dengan 1500 meter dari permukaan laut. Adapun batas-batas wilayahnya adalah : a. Sebelah utara
:Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan
b. Sebelah timur
:Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo
c. Sebelah selatan
:Kabupaten Klaten dan DIY
d. Sebelah barat
:Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang
Luas Wilayah Kabupaten Boyolali yaitu sebesar 101.510, 20 Ha. Secara administrasi Kabupaten Boyolali terbagi menjadi 19 Kecamatan dan 267 Desa atau Kelurahan. Mata pencaharian penduduk Kabupaten Boyolali mayoritas bergerak di sektor pertanian dan mayoritas penduduknya beragama islam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
2. Permasalahan Sosial dan Tantangan yang di hadapi di Kabupaten Boyolali Permasalahan sosial dapat diartikan sebagai kondisi sosial yang kurang menguntungkan, permasalahan sosial ini dapat berkembang kearah yang lebih serius dan diperlukan tindakan kolektif untuk meminimalisir dampaknya
bagi
masyarakat
atau
mencegah
dan
mengendalikan
pertumbuhannya agar tidak menimbulkan masalah baru. Masalah sosial dapat disebabkan oleh satu faktor tunggal maupun beberapa faktor yang saling berhubungan. Masalah sosial dapat pula muncul karena faktor intern (pada diri seseorang) seperti ketidak mampuan, kecacatan, ganguan jiwa dan sebagainya maupun karena faktor eksternal seperti kondisi keluarga, lingkungan sekitar (tetangga/ masyarakat), lingkungan kerja dan sebagainya. Beberapa permasalahan sosial dan tantangan yang masih dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat Kabupaten Boyolali masa sekarang dan masa yang akan datang antara lain sebagai berikut : a. Kemiskinan. b. Penganguran/ terbatasnya lapangan kerja. c. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). d. Rendahnya tingkat pendapatan dll. 3. Upaya Pemecahan Masalah Untuk dapat mengatasi dan menyelesaikan permasalahan sosial dan tantangan yang semakin kompleks tersebut, jelas diperlukan upaya yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
terintegrasi, terorganisasi dan terpadu baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun seluruh komponen masyarakat. Salah satu upaya yang dimaksud adalah melalui pelaksanaan pelatihan keterampilan yang diberikan oleh UPTD BLK Boyolali. Pelatihan yang diberikan oleh UPTD BLK terdiri berbagai macam pelatihan yang mana masyarakat nanti dapat mendaftarkan diri sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga nantinya setelah mendapat pelatihan di UPTD BLK masyarakat menjadi terampil dan dapat bersaing dalam dunia kerja. B. UPTD BLK Boyolali 1. Sejarah Pemerintah
Republik
Indonesia
sejak
awal
berusaha
untuk
mengupayakan persamaan hak disegala bidang terhadap warga Negara RI. Hal ini telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) yang menyatakan bahwa “tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Di dalam melaksanakan misi tersebut Departemen Tenaga Kerja Republik
Indonesia
memiliki
tugas
pokok,
salah
satunya
adalah
meningkatkan keahlian dan keterampilan serta produktivitas tenaga kerja. Sebagai realisasi tugas tersebut pada tahun 1947 di Surakarta didirikan Pusat Latihan Kerja yang pertama di Indonesia, kemudian pada tahun 1948 disusul pendirian Pusat Latihan Kerja di Yogyakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi, utamanya dibidang industri dalam rangka menciptakan tenaga kerja yang terampil dan terdidik, maka perkembangan Pusat Latihan Kerja sampai dengan tahun 1979 telahberdiri Pusat Latihan Kerja sebanyak 37 buah. Puncak perkembangan pendirian Pusat Latihan Kerja di Indonesia adalah sampai pada akhir tahun 1990, dengan jumlah secara keseluruhan ada 153 buah yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, salah satu diantaranya adalah didirikan Pusat Latihan Kerja di wilayah Kabupaten Boyolali pada tahun 1982, yang terletak didesa Randusari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, dengan nama Balai Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah (BLK-UKM). Pada waktu itu (BLK-UKM) didirikan berdasar Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep.88/ MEN/ 1997 tanggal 20 Mei 1997 berkedudukan sebagai unit pelaksana teknis di bidang pelatihan tenaga kerja, berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dan secara teknis fungsional dibina oleh Direktorat Jendral Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kerja. Dalam periode perkembangannya di era Otonomi daerah sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kabupaten Boyolali, BLK-UKM berkedudukan menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK) dibawah naungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
2. Tugas dan Fungsi UPTD BLK a. Tugas UPTD Balai Latihan Kerja pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Boyolali mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas operasional Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam penyelenggaraan latihan kerja yang meliputi bidang Pelatihan Kerja Industri,
Pertanian,
Tata
niaga
dan
Aneka
Kejuruan
dengan
mempergunakan Bengkel Kerja. b. Fungsi UPTD Balai Latihan Kerja pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Boyolali mempunyai fungsi perumusan
kebijakan teknis dibidang pelatihan kerja, perumusan perencanaan pelatihan kerja industri, tata niaga, pertanian dan aneka kejuruan. Perumusan pelaksanaan pelatihan kerja industri tata niaga, pertanian dan aneka kejuruan. 3. Visi Visi UPTD BLK Boyolali adalah terciptanya Balai Latihan Kerja unggul, produktif, prpfesional dan berstandar nasional menuju terwujudnya tenaga kerja yang kompeten, mandiri dan mengacu pasar kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
4. Misi Misi UPTD BLK Boyolali adalah : a. Melaksanakan pembelajaran berbasis kompetensi berdasarkan standar kompetensi kerja nasional (SKKN). b. Melaksanakan pembelajaran berbasis masyarakat. c. Menjalin kerjasama kemitraan dengan pihak ketiga. 5. Susunan Organisasi BLK Susunan organisasi Balai Lihan Kerja Kabupaten Boyolali terdiri dari : a. Kepala Kantor Kepala kantor mempunyai tugas : 1) Penanggung jawab penyelenggaraan kegiatan pelatihan. 2) Penyusun program kegiatan instansi terkait dalam rangka kinerja balai. 3) Memasarkan program pelatihan. 4) Melakukan koordinasi dengan pemda setempat, lembaga, perusahaan dan instansi terkait dalam rangka kinerja balai. 5) Melaksanakan kerjasama dalam rangka pendaftaran, seleksi calon peserta dan penempatan lulusan dengan Dinas Tenaga Kerja setempat. 6) Membina, mengendalikan dan mengevaluasi tugas bawahan. 7) Pengelola rumah tangga Balai dimana Kepala Kantor membawai staf.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
b. Urusan kepegawaian Urusan kepegawaian mempunyai tugas melakukan pengelolaan administratif kepegawaian, menyimpan data-data pegawai, mengadakan absensi pegawai, kenaikan berkala dan pangkat. c. Urusan Penghimpun Rencana Dan Laporan Urusan penghimpun rencana dan laporan mempunyai tugas mengurusi
masalah
usulan-usulan
kegiatan,
menghimpun
bahan,
melakukan rencana, menyusun dan melakukan pengiriman laporanlaporan baik ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat ataupun ke pusat. d. Urusan Umum Urusan umum mempunyai tugas mengelola urusan dalam yang meliputi keprotokolan, penggandaan, masalah surat menyurat yang meliputi penerimaan, pencatatan surat masuk dan keluar, pengiriman surat kearsipan, kebersihan, ketertiban dan keamanan. e. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok jabatan fungsional disini adalah Instruktur Latihan Kerja. Tugas pokoknya adalah memberikan pelatihan kepada peserta pelatihan baik teori maupun praktek sesuai dengan jenis keahliannya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan rencana kegiatan kerja sesuai dengan jenis keahliannya dan membuat laporan pelaksanaan kegiatan pelatihan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Dibawah ini disajikan bagan struktur organisasi
UPTD BLK
Kabupaten Boyolali : Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPTD BLK Boyolali
Kepala UPTD BLK
Urusan Kepegawaian
Urusan Penghimpun Dana dan Laporan
Urusan Umum
Kelompok Jabatan Fungsional
Sumber : UPTD BLK Boyolali C. Implementasi Program Pelatihan Keterampilan Automotif Implementasi program pelatihan keterampilan automotif di UPTD BLK Boyolali meliputi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
1. Tahap Persiapan Tahap persiapan disini yang dimaksud adalah segala kegiatan dimana dilakukan segala persiapan guna pelaksanaan pelatihan. Pada persiapan kegiatan yang dilakukan adalah menyangkut persiapan ; a. Pendaftaran Peserta. b. Seleksi peserta. c. Persiapan instruktur pelatihan. d. Penyusunan modul. e. Penyusunan jadwal pelatihan. f. Persiapan sarana dan prasarana. Secara lebih jelas tahap persiapan pelatihan keterampilan automotif dapat dilihat sebagai berikut ; a. Pendaftaran Peserta Proses ini merupakan aktivitas awal yang harus dilakukan UPTD BLK. Pada tahap persiapan UPTD BLK
melakukan berbagai macam
bentuk persiapan dengan maksud agar pelatihan keterampilan dapat diimplementasikan dengan baik dan lancar sehingga tujuan dan target dapat tercapai. Tahap persiapan dimulai dengan rekruitmen peserta, peserta merupakan hal utama yang perlu dipersiapkan. Tanpa adanya peserta kegiatan pelatihan tidak dapat terlaksana. Hal ini sesuai yang disampaikan instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin UPTD BLK Boyolali, Bapak Paimin berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
“Peserta merupakan hal utama yang perlu disiapkan karena peserta merupakan sasaran dari pelatihan keterampilan automotif, oleh karena itu tahap yang paling utama adalah recruitment peserta pelatihan. Pencarian peserta ini terkadang kami juga mencari ke lapangan seperti ke desa desa” (Wawancara, 22 september 2012). Begitu pula yang diungkapkan oleh Kepala UPTD BLK Boyolali, Ibu Siti Zumrotun berikut ini : “Ya mbak paling penting peserta kalau tidak ada peserta hanya ada peralatan fasilitas dan lain lain ya sama saja kalau tidak ada pesertanya mbak “ (Wawancara, 29 september 2012). Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa peserta merupakan persiapan yang utama karena merupakan sasaran dari pelatihan. Untuk tahap persiapan peserta UPTD BLK Boyolali melakukan sosialisasi program dan mencari peserta hingga ke daerah-daerah. Hal ini diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin, berikut ini : “Untuk sosialisasi kami menyebarluaskan dari pada pengumuman kedaerah-daerah atau kesekolahan dengan pamlet spanduk, melalui radio karisma fm, merapi fm, dan dari mulut ke mulut” (Wawancara, 22 september 2012). Hal serupa juga dikemukan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin berikut ini : “Sosialisasi melalui spanduk, radio-radio, pamlet, ke kecamatan, camat baru para lurah ke masyarakat” ( Wawancara 22 september 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala UPTD BLK Boyolali, Ibu Siti Zumrotun berikut ini : “Ya benar mbak BLK itu sosialisasinya melalui spanduk, radio pamlet, kelurahan dan sekolah-sekolah seperti kemarin saya sosialisasi ke Wonosegoro, Kemusu saya mendatangi kepalakepala sekolah, saya katakan lulusan SMA maupun SMK yang tidak melanjutkan sekolah jangan dibiarkan, saya ajak mereka untuk bekerjasama dengan BLK yang notabene BLK mencari pengangguran” (Wawancara 29 september 2012). Berdasarkan
wawancara
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
sosialisasi yang dilakukan UPTD BLK yaitu melalui pengumuman ke daerah-daerah, seperti pengumuman di kecamatan kemudian para camat memberikan informasi kepada para lurah dan para lurah meneruskan ke masyarakat, melalui pamlet dan spanduk, sosialisasi ke sekolah-sekolah, melalui pengumuman di radio-radio yaitu radio karisma fm, merapi fm, serta melalui pembicaraan dari mulut ke mulut. Adapun brosur yang disebarluaskan kepada masyarakat tersebut berisikan segala sesuatu tentang pelatihan, apa, dan bagaimana pelatihan dilaksanakan baik persyaratan peserta, macam kejuruan, biaya dan fasilitas serta lama pelatihan. Penyebaran brosur yang dibagikan kepada masyarakat dan pengumuman yang dipasang baik di BLK dan tempat-tempat yang strategis dinilai sudah cukup menarik perhatian masyarakat dan mampu membangkitkan minat masyarakat untuk mengikuti pelatihan, seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
halnya yang diungkapkan oleh salah seorang siswa pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Nova Galuh Pratama berikut ini : “Pertama kali saya tahu bahwa di BLK ada pelatihan automotif dari spanduk yang dipasang di BLK mbak karena rumah saya dekat dengan BLK mbak” (Wawancara 22 september 2012). Dari wawancara juga diperoleh keterangan bahwa informasi juga dilakukan dari mulut ke mulut, baik itu dari peserta yang telah mengikuti pelatihan maupun ajakan dari teman yang akan mengikuti pelatihan di BLK. Hal ini seperti yang dikemukan oleh peserta pelatihan automotif sub kejuruan sepeda motor, Dimas Pradipta berikut ini : “Saya tahu adanya pelatihan keterampilan automotif di BLK diberitahu oleh tetangga saya yang dulunya juga pernah ikut pelatihan automotif dan sekarang sudah mempunyai bengkel sendiri” (Wawancara 22 september 2012). Hal serupa juga diungkapkan oleh peserta pelatihan jurusan automotif sub kejuruan mobil bensin, Roni Koeshendra : “Saya daftar disini karena diajak teman saya yang juga akan ikut pelatihan di BLK, daripada nganggur dirumah mbak apalagi biayanya gratis tidak dipungut biaya sepeserpun mbak” (Wawancara 23 september 2012). Dari beberapa pendapat di atas diketahui bahwa UPTD BLK Boyolali melakukan sosialisasi melalui media cetak dan media elektronik. Melalui media cetak diantaranya melalui pemasangan spanduk informasi pelatihan yang dipasang didepan pintu masuk menuju UPTD BLK Boyolali dan dikantor
Disnakertrans Boyolali disamping itu
juga melalui
penyebaran leaflet yang disebarluaskan kepada para pencari kerja, kantor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
kecamatan, desa atau kelurahan. Untuk wilayah-wilayah pelosok dilakukan dengan media elektronik, melalui radio dan informasi dari mulut ke mulut. Media elektronik melalui radio meliputi radio karisma fm dan merapi fm. Proses rekruitmen peserta pelatihan ini membutuhkan waktu satu bulan, mengenai lamanya proses rekruitmen diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin UPTD BLK, Bapak Paimin : “Untuk proses rekruitmen kami butuh waktu kira-kira satu bulan, dalam waktu satu bulan kami telah dapat memperoleh peserta pelatihan” (Wawancara 22 september 2012). Setelah penyebaran informasi kemudian diadakan pendaftaran calon peserta pelatihan. Pendaftaran pada dasarnya adalah permohonan pengajuan diri dari masyarakat yang berminat mengikuti pelatihan untuk dicatat sebagai calon peserta pelatihan di UPTD BLK Boyolali. Prosedur pendaftaran peserta pelatihan di UPTD BLK Boyolali terdapat tiga macam, yaitu : 1. Untuk
pelatihan institusional, peserta diharuskan datang sendiri ke
UPTD BLK Boyolali dan membawa syarat – syarat pendaftaran 2. Untuk pelatihan non institusional, pendaftaran dilakukan kolektif dengan dikoordinir oleh Kepala Desa setempat. Permohonan pelatihan tersebut berisi jenis kejuruan yang dibutuhkan dan daftar calon peserta pelatihan, kemudian permohonan pelatihan dikirim ke Disnakertrans atau ke UPTD BLK Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
3. Untuk pelatihan swadana, pendaftaran dilakukan secara kolektif dengan dikoordinir
pemohonon
pelatihan
swadana
(misalnya
PNPM).
Permohonan pelatihan tersebut berisi jenis kejuruan yang dibutuhkan dan daftar calon peserta pelatihan, kemudian permohonan pelatihan dikirim ke Disnakertrans atau ke UPTD BLK Boyolali. Adapun syarat peserta pelatihan adalah sebagai berikut : 1. Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk ) sebanyak satu lembar. 2. Fotocopy ijazah terakhir sebanyak satu lembar. 3. Fotocopy kartu kuning (AK 1) sebanyak satu lembar (kalau ada). 4. Pas foto 3x4 hitam putih 3 lembar. Mengenai peryaratan peserta itu juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin Bapak Paimin, sebagai berikut : “Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk ) sebanyak satu lembar, fotocopy ijazah terakhir sebanyak satu lembar, fotocopy kartu kuning (AK 1) sebanyak satu lembar (kalau ada) dan pas foto 3x4 hitam putih 3 lembar” (Wawancara 22 september 2012). b. Seleksi Peserta Setelah peserta didapat maka selanjutnya ialah pihak UPTD BLK mengadakan tes masuk/ seleksi peserta berupa ujian tulis dan wawancara. Hal ini dilakukan bertujuan menjaring peserta pelatihan yang tepat dan agar para peserta pelatihan nantinya tidak menemui kesulitan dalam menerima latihan yang diajarkan. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Heru, berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
“Kami mengadakan tes tertulis dan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui bakat dan minat karena didalam seleksi ada tes psikologi, tes IQ untuk tes wawancara yang nantinya dikaitkan dengan minat peserta, juga dapat mengetahui seberapa besar motivasi untuk mengikuti pelatihan” (Wawancara 22 september 2012). Hal ini dibenarkan oleh peserta pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Nova Galuh Pratama berikut ini : “Sebelum menjadi siswa pelatihan disini saya dites dulu, tes wawancara dan tes tertulis” (Wawancara 22 september 2012). Sedangkan untuk pelatihan non institusional dan swadana tidak dilakukan seleksi peserta pelatihan. Hal ini diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin, sebagai berikut : “Untuk pelatihan non institusional dan swadana tidak diadakan seleksi peserta karena pesertanya sudah ditentukan sendiri oleh pemohon dalam lampiran permohonan” (Wawancara 22 september 2012). Hal serupa juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Rochjani berikut ini : “Tidak ada tes seleksi untuk pelatihan non institusional dan pelatihan swadana untuk pelatihan non institusional dan swadana juga tidak mendapatkan bimbingan FMD karena lama pelatihan non institusional waktunya lebih pendek” (Wawancara 29 september 2012). Selama ini untuk kejuruan automotif termasuk yang favorit untuk jurusan yang ada di UPTD BLK, sehingga peminatnya banyak dan selalu diadakan tes baik tertulis dan wawancara, namun selama ini untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
pelatihan non institusional dan pelatihan swadana tidak dilakukan tes terlebih dahulu baik tes tertulis maupun wawancara. Apabila tes masuk/ seleksi sudah selesai maka pihak UPTD BLK akan memberikan pengumuman bagi peserta yang lulus seleksi, bagi peserta yang lulus selanjutnya ialah melakukan daftar ulang dan barulah dimulai pelatihan. Syarat daftar ulang adalah mengambil formulir dari BLK, formulir itu disalin dan distempel kepala desa setempat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin UPTD BLK, Bapak Paimin, sebagai berikut : “Setelah calon peserta pelatihan mengikuti tes masuk berupa ujian tulis dan wawancara kemudian diumumkan hasil tes tersebut, bagi peserta yang lulus tes dimohon untuk melakukan daftar ulang, setelah daftar ulang baru pelaksanaan kegiatan pelatihan” (Wawancara 22 september 2012). Hal yang sama diungkapkan oleh instruktur otomotif sub kejuruan mobil bensin UPTD BLK, Bapak Heru berikut : “Para peserta yang berminat datang ke UPTD BLK Boyolali mbak, mereka mendaftar sebagai calon peserta pelatihan, selanjutnya di tes, tesnya ujian tulis dan wawancara bagi mereka yang lulus melakukan daftar ulang” (Wawancara 22 september 2012). c. Persiapan Instruktur Pelatih Tahap persiapan selanjutnya adalah instruktur pelatihan. Dalam proses pelatihan instruktur memegang peranan yang dominan sebagai transformator ilmu. Efektifitas pelatihan akan sangat tergantung pada kemampuan instruktur dalam menyampaikan materi latihan. Metode yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
digunakan instruktur dalam menyampaikan materi latihan berbeda-beda. Metode itu antara lain ceramah bergambar, soft talk, demonstrasi dan diskusi. Media yang digunakan adalah papan tulis, OHP (Over Head Projector) dan workshop. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin, berikut ini : “Penyampaian materi disini tergantung dari masing-masing instruktur, ada yang mengajak peserta diskusi dulu, ceramah dengan disertai gambar baru kemudian praktek, ada yang teori langsung praktek, media yang digunakan biasanya papan tulis, OHP dan work shop” (Wawancara, 22 september 2012). Hal senada juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Rochjani, sebagai berikut : “Kalau saya menyampaikan materi kepada siswa saya memberikan gambar-gambar bagaimana kerja suatu mesin disertai penjelasanpenjelasan terkadang juga dengan ceramah dan diskus” (Wawancara 22 september 2012). Menurut peserta pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Nova Galuh Pratama menyatakan bahwa: “Beda-beda mbak ada yang ceramah, trus dengan menggunakan OHP, tapi biasanya teori dulu baru praktek mbak” (Wawancara 22 september 2012). UPTD BLK Boyolali mempunyai instruktur tetap yang berasal dari pegawai Disnakertrans yang sudah mendapatkan training instruktur yang berpendidikan minimal D2 dan D3. Hal ini diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor,Bapak Rochjani, berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
“UPTD BLK Boyolali mempunyai instruktur tetap yang sebelumnya telah mendapatkan training instruktur“ (Wawancara 22 september 2012) Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala UPTD BLK Boyolali, Ibu Siti Zumrotun, berikut ini : “BLK Punya instruktur tetap, PNS negara yang memberi ditugaskan disini kecuali kita yang belum punya kita pinjam seperti untuk kejuruan Spa, program baru Spa kita belum punya instruktur nanti kita jalan dulu ternyata butuh instruktur kita minta ke negara nanti Negara akan memberi, kalau kita belum apa-apa dikasih jangan-jangan ngangur nanti tidak terpakai. Jadi kita action dulu. pinjam boleh” (Wawancara 29 september 2012). Instruktur pelatihan adalah seseorang yang memiliki kualifikasi keterampilan dan keahlian tertentu untuk memberikan latihan kerja bidang dan atau kejuruan tertentu. Berpijak pada hal tersebut pemilihan instruktur di UPTD BLK berdasarkan keahlian dan keterampilan. Mengenai kualitas instruktur ungkapkan oleh Kepala UPTD BLK Boyolali, Ibu Siti Zumrotun, sebagai berikut : “Alhamdulilah sampai saat ini jalan mbak, jalan sesuai kebutuhan jadi tidak tertinggal sama sekali karena saya selalu update dengan up grading. Seperti sekarang instruktur automotif ada yang up grading tujuh bulan dengan biaya tidak sedikit Rp 500.000.000,tiap orang. Tapi kami juga tidak mau kalah dengan guru-guru yang ada sekolah – sekolah formal yang anggarannya lebih besar. Instruktur kami walaupun up grading tujuh bulan. Itu guru automotif di SMK itu belajar ke saya (BLK) karena di BLK 75 % skill kalau formal 75% teori” (Wawancara 29 september 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Tentang kualitas instruktur UPTD BLK Boyolali dijelaskan pula oleh instruktur
automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin
sebagai berikut : “Dengan jumlah peserta cuma 16 (enam belas) tiap paket pelatihan dan jumlah instruktur yang ada cukup mbak, apalagi tidak ada spesifikasi misalnya satu instruktur hanya menguasai satu materi, jadi semua instruktur disini harus menguasai semua materi, instruktur yang sudah pernah diklat atau pelatihan nantinya akan mengajarkan kepada instruktur lain mengenai apa yang dia dapatkan” (Wawancara 22 september 2012). Dari wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas instruktur di BLK dapat dikatakan baik terbukti dengan adanya para guru-guru SMK yang datang untuk minta diajari kepada instruktur BLK. Para instruktur di UPTD BLK Boyolali juga mampu dan menguasai materi dengan baik karena instruktur yang telah terpanggil untuk mengikuti diklat, setelah selesai diklat mengajarkan apa yang didapat selama diklat kepada instruktur lainnya, sehingga dapat menguasai perkembangan teknologi yang ada. Hal senada juga diungkapkan instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin berikut ini : “Jumlah instrukur automotif untuk mobil bensin berjumlah 5 instruktur kalau instruktur keseluruhan ada sekitar 45 instruktur. Dengan jumlah sekian dirasa cukup karena jumlah peserta tiap paket pelatihan 16 orang dan tidak ada spesifikasi karena semua instruktur harus menguasai semua materi. Jadi tidak ada spesifikasi seperti di sekolah-sekolah” (Wawancara 22 september 2012),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Jumlah instruktur UPTD BLK Boyolali keseluruhan berjumlah 45 untuk jurusan automotif terdiri dari 7 instruktur, 5 instruktur pada kejuruan automotif sub kejuruan mobil bensin dan 2 instruktur pada kejuruan automotif sub kejuruan sepeda motor. Untuk pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin dengan jumlah instruktur yang ada saat ini sudah dirasa cukup namun pada sub kejuruan sepeda motor dengan jumlah instruktur 2 dirasa masih kurang, meskipun dengan jumlah instruktur yang ada saat ini hasilnya masih dapat dioptimalkan. Dengan pembatasan jumlah peserta pada tiap-tiap pelatihan sebanyak 16 peserta. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh instruktur automotif mobil bensin, Bapak Heru, berikut ini : “Memang jumlah instruktur untuk sepeda motor kurang, saat ini instruktur hanya berjumlah dua orang sedangkan untuk mobil bensin saja mempunyai lima instruktur selama ini agar kegiatan pelatihan dapat tetap berjalan yaitu dengan cara meminta bantuan dari instruktur mobil untuk membantu di sepeda motor” (Wawancara, 22 september 2012). Hal yang sama juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Sarno, berikut ini : “Untuk instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor yang berjumlah dua masih kurang mbak, semisal satu instruktur ada kepentingan maka terpaksa harus mengajar sendiri” (Wawancara, 29 september 2012). d. Penyusunan Modul Tahap persiapan berikutnya penyusunan modul. Modul digunakan untuk mempermudah pemberian materi pelatihan. Penyusunan modul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
dilakukan setiap akan diadakan pelatihan, penyusunan modul yang dilakukan oleh UPTD BLK tidak selalu diikuti oleh perubahan modul. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh instruktur sub kejuruan sepeda motor UPTD BLK, Bapak Rochjani berikut ini : “Setiap mengadakan pelatihan kami tidak selalu mengadakan pembaruan modul mbak, pembaharuan modul dilakukan jika ada tambahan atau revisi dari atasan sehingga kami perlu menyusun modul baru mbak” (Wawancara 22 september 2012). Modul akan sangat membantu peserta pelatihan dalam menerima pelajaran. Dalam pelatihan keterampilan automotif baik sub kejuruan sepeda motor maupun sepeda motor para peserta pelatihan akan mendapatkan 3 (tiga) modul untuk masing-masing materi yaitu buku informasi, buku kerja dan buku penilaian. Buku informasi ialah buku yang berisi informasi yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan sebelum melaksanakan praktek kerja, buku kerja digunakan peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, buku penilaian digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada buku kerja. Sebelum instruktur memberikan materi yang akan diajarkan para peserta pelatihan diminta untuk belajar sendiri terlebih dahulu di rumah dengan harapan pada saat materi diberikan oleh instruktur bagi peserta pelatihan yang tidak paham bisa ditanyakan kepada instruktur. Hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
sebagaimana yang diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Sarno berikut ini : “Para peserta mendapatkan masing-masing tiga buku untuk satu materi misalnya materi melakukan perbaikan ringan pada sistem kelistrikan untuk materi tersebut peserta pelatihan mendapatkan tiga buku yaitu buku informasi, buku kerja dan buku penilaian. Jadi sacara keseluran peserta pelatihan mendapatkan 18 buku pegangan, kami juga menyuruh peserta pelatihan untuk belajar dirumah dengan buku yang telah diberikan dan apabila ada yang tidak jelas dapat ditanyakan pada saat diberikan materi” (Wawancara 29 september 2012). Hal ini dibenarkan oleh salah satu peserta pelatihan automotif sub kejuruan sepeda motor, Dimas Pradipta, sebagai berikut : “Benar mbak kami diberikan modul mbak setiap materi yang diberikan masing-masing tiga modul untuk satu materi dan kami diminta belajar sendiri dirumah kalau tidak mengerti boleh ditanyakan saat materi diberikan” (Wawancara, 29 september 2012). e. Penyusunan Jadwal Pelatihan Tahap berikutnya setelah menyusun modul yaitu penyusunan jadwal pelatihan. Penyusunan jadwal pelatihan dilakukan untuk kelancaran pelaksanaan program pelatihan keterampilan automotif. Penyusunan jadwal pelatihan dibuat oleh instruktur automotif UPTD BLK. Hal ini sepertti yang diungkapkan instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin UPTD BLK, Bapak Paimin, sebagai berikut : “Jadwal dibuat oleh instruktur mengenai kegiatan apa saja dan kapan pelaksanaan kegiatan yang akan diberikan kepada para peserta pelatihan keterampilan automotif” (Wawancara, 22 september 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Pernyataan tersebut dibenarkan instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor , Bapak Sarno berikut : “Iya mbak masalah penjadwalan dibuat oleh instruktur yang sebelumnya sudah dikoordinasikan dengan seluruh instruktur automotif mbak” (Wawancara 22 september 2012). Hasil wawancara diatas diketahui bahwa penyusunan jadwal dibuat oleh instruktur yang telah dikoordinasikan
dengan seluruh instruktur
pelatihan automotif. f. Persiapan Sarana dan prasarana Perlengkapan lainnya yaitu sarana dan prasarana. Tanpa adanya sarana dan prasarana kegiatan pelatihan tidak akan terlaksana. Agar pelaksanaan pelatihan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana termasuk didalamnya gedung dan peralatan. UPTD BLK Boyolali memiliki tanah seluas 2 hektar dan diatas tanah tersebut dibangun bermacam-macam gedung antara lain gedung kantor, bengkel kerja, ruang perpustakaan, sarana olahraga (lapangan volley ball, bulu tangkis, tennis meja, tennis lapangan), gudang, garade armada MTU/ gudang MTU, mobil dan mobil box MTU, gedung serba guna ( ruang pertemuan/ ruang teori ), pos penjagaan, mushola, perumahan dinas instruktur, rumah diesel pembangkit tenaga dan kantin / warung koperasi. Fasilitas gedung yang ada menurut instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Heru, sebagai berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
“Dari gedung belum memadai seharusnya 8 x ruang yang ada sekarang, untuk BLK tipe B. Karena dulu saya bekerja di BLK Papua yang tipe A meskipun di papua tetapi disana lebih baik misalnya harusnya ada warna kuning untuk pejalan kaki, ruang tersendiri buat teori dan praktek. Disini seperti yang anda lihat mbak, kadang ruang ini dipakai teori dan praktek mbak” (Wawancara 22 september 2012). Hal senada juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Sarno, berikut ini : “Kalau gedung kurang memadai mbak, kadang dipakai praktek dan teori juga tapi ada kabar baik tahun depan gedung ini akan diperluas mbak, untuk sementara waktu dengan gedung yang ada saat ini kami mengantisipasinya dengan cara setelah berakhir kegiatan peralatan yang telah digunakan dirapikan kembali, sehingga keesokan harinya ruang sudah tersedia rapi, begitu terus mbak” (Wawancara 22 september 2012). Seorang peserta pelatihan automotif sub kejuruan sepeda motor, Dimas Pradipta, mengatakan : “Menurut saya gedungnya belum memadai mbak karena sempit, terkadang setelah teori dan mau praktek harus memindah kursi dulu mbak” (Wawancara 22 september 2012). Seorang peserta pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Nova Galuh Pratama, juga mengatakan : “Kalau menurut saya gedungnya belum memadai mbak, sempit terkadang saja kami praktek diluar ruangan mbak” (Wawancara 29 september 2012). Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa keadaan gedung diUPTD BLK Boyolali belum
memadai untuk pelaksanaan
pelatihan dibuktikan masih menyatunya ruang praktek dan ruang teori. Mengatasi permasalahan ini pihak UPTD BLK mensiasatinya dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
setiap berakhirnya kegiatan peralatan dirapikan kembali sehingga keesokan hari telah tersedia ruangan untuk kegiatan pelatihan. Selain gedung persiapan berikutnya adalah peralatan, sebelum memulai kegiatan harus disiapkan peralatan untuk mendukung pelatihan. Peralatan
merupakan
persiapan
yang
tergolong
penting
dalam
penyelenggaraan pelatihan di UPTD BLK Boyolali, terlebih BLK adalah lembaga pelatihan yang materi prakteknya lebih banyak daripada teorinya. Tersedianya peralatan yang memadai
sangat menunjang keberhasilan
pelatihan baik dalam artian cukup dalam jumlah, efisien dan praktis dalam penggunaannya dan terutama untuk membina kearah kemandirian siswa. Mengenai peralatan di UPTD BLK Boyolali sudah tersedia sejak didirikannya UPTD BLK Boyolali, namun sebelum dimulai pelatihan harus dicek kembali peralatan apa yang dibutuhkan, apakah ada alat yang rusak hal ini dilakukan untuk kelancaran saat pelatihan dilakukan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Heru, berikut ini : “Iya mbak sebelum dimulai pelatihan kami harus mengecek peralatan apa saja yang dibutuhkan, meskipun peralatan sebenarnya masih ada tapi setiap akan dimulai pelatihan kami selalu mengecek peralatan, apakah ada yang hilang maupun rusak” (Wawancara 22 september 2012). Seorang peserta pelatihan automotif sub kejuruan sepeda motor, Dimas Pradipta, mengatakan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
“Untuk peralatannya saya rasa sudah cukup memadai mbak, walaupun masih ada yang kurang memadai, tapi buat pemula seperti saya rasa cukup lumayanlah” (Wawancara 22 september 2012). Seorang peserta pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Nova Galuh Pratama, mengatakan sebagai berikut : “Kurang mbak, peralatannya saya rasa kurang mbak, seperti kurangnya alat radiator captester mbak” (Wawancara 29 september 2012). Mengenai sarana dan prasarana yang ada saat ini di UPTD BLK Boyolali diungkapkan kepala UPTD BLK, Ibu Siti Zumrotun, sebagai berikut : “Sarana dan prasarana disini memang banyak yang jaman dulu ya mbak ketinggalan tapi masih bisa dioptimalkan dengan apa yang ada. Alhamdulilah dengan memaksimalkan apa yang ada itu berjalan bagus hasilnya juga bisa dimanfaatkan” (wawancara 29 september 2012). Di dalam persiapan peralatan apabila terdapat peralatan tambahan yang dibutuhkan untuk kelengkapan pelatihan dapat diupayakan setiap tahunnya dengan pengadaan penambahan peralatan, seperti yang dijelaskan oleh instruktur pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin berikut ini : “Setiap tahun jika ada pertambahan permintaan peralatan yang dibutuhkan ya tinggal kita ajukan ke pusat mbak dan menunggu realisasinya kalau saat ini kami masih kekurangan peralatan yang mobil avanza, silinder bergauge dan radiator captester meskipun kami tidak memiliki peralatan tersebbut seperti untuk mobil avanza dapat digantikan dengan Toyota Kijang, Silinder bergauge berfungsi untuk mengukur ruang silinder tirus dan tidak adanya silinder bergauge dapat diganti dengan jangka sorong,untuk radiator
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
captester kita menerangkan dengan media player disertai penjelasan dari instruktur sehingga peserta mengetahui alat tersebut dan kegunaannya. Untuk mobil avanza dan silinder bergauge selain dapat diganti dengan alat lain kami juga memberi penjelasan melalui media palayer agar peserta benar-benar mengetahui bentuk dan kegunaan daripada alat tersebut ” (Wawancara 22 september 2012). Wawancara diatas diperoleh keterangan bahwa dalam pelaksanaan program pelatihan keterampilan automotif masih mengalami kekurangan peralatan, untuk mengantisipasi kekurangan peralatan tersebut UPTD BLK mensiasati dengan mengganti peralatan yang tidak dipunyai dengan peralatan lain dan memberikan gambaran mengenai bentuk dan kegunaan dari peralatan yang sebenarnya dengan menggunakan media player. 2. Tahap Pelaksanaan Penyelenggaraan pelatihan keterampilan di UPTD BLK Boyolali pada dasarnya dibagi menjadi tiga yaitu pelatihan institusional, pelatihan non institusional dan pelatihan swadana. a. Pelatihan Institusional Adalah pelatihan yang diselenggarakan di dalam UPTD Balai Latihan Kerja. Kegiatan ini dilaksanakan atau diselenggarakan dengan sumber dana dari pemerintah (APBN/APBD). Dalam hal ini jenis maupun jumlah pelatihan keterampilan yang dilaksanakan setiap bulan anggaran tidak tentu sama baik jenis kejuruan maupun volume kegiatannya, tergantung dari sumber dana yang dialokasikan oleh pemerintah. Untuk pelatihan jenis ini semua peserta tidak dipungut biaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
b. Pelatihan Non Institusional Adalah pelatihan keliling/ Mobile Training Unit (MTU) yang dilaksanakan diluar lokasi UPTD BLK / di pedesaan. Sama halnya dengan program pelatihan institusional, untuk penyelenggaraanya dibiayai dari dana APBN maupun APBD , siswa tidak dipungut biaya dan waktu pelatihan lebih pendek dari pelatihan institusional. c.
Pelatihan Swadana Untuk pelatihan swadana di UPTD BLK Boyolali dibagi menjadi dua yaitu pelatihan swadana murni dan pelatihan swadana sistem ganda (PSG) 1) Pelatihan Swadana Murni Adalah pelatihan institusional maupun non institusional yang segala pembiayaan ditanggung oleh peserta pelatihan atau pihak lain diluar biaya Negara. Dalam hal ini peserta dipungut biaya sesuai dengan jenis kejuruan dan lamanya kegiatan pelatihan. Pelaksanaanya diatur dengan Perjanjian Kerjasama antara UPTD BLK/ Disnakertrans dengan pihak pengguna. Lamanya pelatihan tergantung permintaan. 2) Pelatihan Swadana Sistem Ganda (PSG) Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama antara Disnakertrans / UPTD BLK Boyolali dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK, MAN, dll), PNPM mandiri. untuk Pendidikan Sistim Ganda (PSG) lamanya pelatihan tergantung permintaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Mengenai berbagai jenis pelatihan yang diadakan oleh UPTD BLK Boyolali diungkapkan oleh instruktur jurusan automotif,
sub
kejuruan mobil bensin, Bapak Pimin sebagai berikut : “Di sini kami mempunyai 3 pelatihan yaitu pelatihan institusional yang diselenggarakan di BLK, pelatihan non institusonal yang dilakukan diluar BLK dan pelatihan swadana, namun pada dasarnya tidak ada yang membedakan dari ketiga pelatihaan itu, paling yang membedakan tempat pelatihan dan sumber pembiayaan” (Wawancara 22 september 2012). Tahap pelaksanaan pelatihan merupakan tahap terlaksananya pelatihan
keterampilan
automotif.
Tahap
pelaksanaan
pelatihan
keterampilan automotif terdiri dari pemberian materi dan praktek. Secara lebih jelas mengenai tahapan pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif dapat dilihat sebagai berikut : a. Pemberian Materi Latihan dan Evaluasi Tahap pelaksanaan dimulai dengan pemberian materi pelatihan. Materi yang diberikan berupa materi dasar, materi inti dan evaluasi. Adapun
materi
yang
diperoleh
selama
mengikuti
pelatihan
keterampilan automotif baik sub kejuruan mobil bensin maupun sub kejuruan sepeda motor dan lama pelatihan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Tabel 4.1 Materi dan Lama Pelatihan Keterampilan Automotif Mobil Bensin No
Jam pelatihan Unit Kompetensi
1
Unit kompetensi dasar 1.1 mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja
2
Unit kompetensi inti 1.1 menggunakan dan memelihara alat ukur
5
5
8
12
20
15
30
45
14
38
52
15
48
63
15
40
55
Evaluasi akhir 1.1 evaluasi teori 1.2 evaluasi praktek
-
-
-
Jumlah Total
72
168
240
1.2 overhoul engine dan komponenkomponennya 1.3 memelihara/ servis sistem bahan bakar bensin 1.4 memperbaiki sistem pengapian 1.5 memperbaiki sistem starter dan pengisian 3
Teori Praktek Jumlah
Sumber : UPTD BLK Boyolali 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Tabel 4.2 Materi dan Lama Pelatihan Keterampilan Automotif Sepeda Motor No Materi 1
2
3
Jam latihan Jumlah Teori praktek
Unit kompetensi dasar 1.1 mengikuti prosedur 5 keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
7
12
10
15
35
47
2.3 memelihara/ servis 7 sistem bahan bakar
20
27
2.4 memelihara unit 7 kopling manual dan otomatik berikut komponen sistem pengoperasiannya 2.5 melakukan overhaul 7 sistem transmisi manual
25
32
30
37
2.6 melakukan perbaikan 7 ringan pada rangkaian sistem/ sistem kelistrikan
30
37
2.7 memperbaiki sistem 7 pengapian Evaluasi akhir 3.1 evaluasi teori 3.2 evaluasi praktek -
26
33
-
-
Unit kompetensi inti 2.1 menggunakan dan 5 memelihara alat ukur 2.2 pemeliharaan engine 12 berikut komponenkomponennya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Jumlah total 57 Sumber : UPTD BLK Boyolali 2011 Kedua
Data
tersebut
183
240
menunjukkan
bahwa
baik
jenis
keterampilan automotif sub kejuruan mobil bensin maupun sub kejuruan sepeda motor dilaksanakan selama 240 jam/ 30 hari. Hal ini sesuai yang diungkapkan instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin UPTD BLK, Bapak Heru sebagai berikut : “Disini baik pelatihan mobil bensin maupun sepeda motor lamanya pelatihan 1 bulan, tidak ada pembedaan antara pelatihan automotif dan mobil bensin yang membedakan adalah kalau mobil bensin hanya membahas mobil yang berbahan bensin kalau sepeda motor ya hanya membahas mengenai sepeda motor” (Wawancara 29 september 2012). Para peserta pelatihan nantinya akan mendapatkan materi berupa teori dan praktek, materi yang berupa praktek nantinya yang akan lebih diutamakan karena mengingat diharapkannya setelah peserta mengikuti pelatihan kerja dapat
bekerja dilapangan atau
berwirausaha. Senada diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Rochjani, berikut : “Materi yang diberikan didalam pelatihan automotif lebih mengutamakan praktek daripada teori, kira-kira 75% praktek dan 25% teori” (Wawancara 22 september 2012). Dari tabel diatas juga dapat ditarik kesimpulan bahwa lama materi yang diberikan antara praktek dan teori lebih banyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
prakteknya. Hal ini lah yang menjadikan para peserta pelatihan benarbenar bisa terampil dengan pelatihan yang diikutinya. Kalau pendidikan formal banyak teorinya kalau di BLK banyak prakteknya. Selain peserta pelatihan mendapat materi dasar dan materi inti, peserta juga mendapat bimbingan berupa bimbingan Fisik, Mental dan Disiplin (FMD). Meskipun tidak ada di dalam kurikulum UPTD BLK Boyolali memberikan tambahan materi FMD (Fisik, Mental dan Disiplin ) hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh Kepala UPTD BLK Boyolali, Ibu Siti Zumrotun berikut ini : “FMD sebenarnya tidak pokok tidak masuk dalam program tapi kami haruskan karena tuntutan pasar. BLK sebenarnya hanya melatih saja yang penting bisa mobil bisa las. Tapi untuk pendidikan yang lain seperti FMD itu tidak ada dalam program tapi itu tambahan mbak, didunia kerja sering muncul mbak masalah seperti itu sikap dan kepribadian yang kurang istilahnya kurang pas, kurang menyenangkan, kemudian juga kadang disiplinnya tidak tertanam” (Wawancara 29 september 2012). Bimbingan FMD diberikan pertama kali pada saat mengikuti pelatihan. Bimbingan FMD diberikan diawal pelatihan diharapkan dapat terbentuk sikap, mental dan disiplin yang baik dimulai dari awal yaitu saat pelaksanaan program pelatihan. Pelatihan FMD ini diajarkan dari KODIM. Hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh Kepala UPTD BLK Boyolali, Ibu Siti Zumrotun berikut ini : “Untuk FMD kita pinjam dari koramil tapi tahun ini tenaga kami yang sudah berpengalaman yang mengajar FMD sebenarnya bisa kita optimalkan apa yang ada. Karena saya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
melanjutkan kegiatan yang dulu karena kepala yang dulu mungkin beliau tahunya minta tolong. Kalau hanya PBB, fisiknya gimana terlebih dulu di sekolah juga begitu trainingnya untuk instruktur juga begitu, untuk gelombang ini saya maksimalkan bagus untuk tahun 2011 masih dari KODIM” (Wawancara 29 september 2012). Hal senada juga diungkapkan oleh peserta pelatihan sub kejuruan sepeda motor, Dimas Pradipta berikut ini : “Ya mbak pertama kali masuk BLK dapat FMD mbak, ya isinya pelatihan PBB mbak pokoknya biar kita disiplin dan sikap selama pelatihan lebih baik biar nanti diperusahaan sudah terbiasa mbak” ( Wawancara, 29 september 2012). Komunikasi antara instruktur dan peserta pelatihan automotif selama kegiatan pelatihan baik sepeda motor dan mobil bensin terjalin dengan baik, dimana para instruktur dan peserta seperti teman sendiri tidak seperti disekolah dimana terdapat gap antara guru dan siswa, sehingga apabila terjadi peserta pelatihan tidak paham dengan materi yang diajarkan tidak senggan untuk bertanya kepada instruktur. Jika instruktur salah dalam memberikan materi maka peserta akan menegur untuk mengingatkannya. Hal ini sebagai mana diungkapkan oleh instruktur mobil bensin, Bapak Paimin sebagai berikut: “Di sini itu komunikasinya kekeluargaan sekali mbak, tidak seperti disekolah terkadang siswa takut bertanya kepada guru karena gurunya galak, kalau di BLK tidak, seperti makan kita juga makan bersama dengan peserta sehingga akrab dengan peserta sehingga suasananya benar- benar kekeluargaan” (Wawancara, 22 september 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Setiap berakhirnya suatu pelatihan untuk mengetahui daya serap materi yang diterima peserta pelatihan maka harus diadakan evaluasi. Evaluasi peserta dilakukan dengan ujian tulis dan praktek. Tes tertulis dilaksanakan untuk menilai aspek pengetahuan dalam arti untuk penguasaan, tingkat pemahaman peserta pelatihan mengenai teori yang diajarkan untuk diterapkan dalam prinsip-prinsip praktisnya. Sedangkan
ujian
praktek
dilaksanakan
untuk
mengetahui
pengembangan dan penguasaan keterampilan. Bagi setiap siswa yang lulus ujian diberikan sertifikat sebagai bukti telah mengikuti pelatihan di BLK dan dinyatakan lulus. Evaluasi diadakan setiap unit kompetensi yang diajarkan langsung evaluasi. Hal ini dibenarkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin berikut ini : “Setiap pemberian materi baik itu teori maupun praktek kami langsung adakan evaluasi mbak, misalnya materi menggunakan dan memelihara alat ukur, instruktur memberikan materi menggunakan dan memelihara alat ukur dulu kemudian di evaluasi, setelah teori, praktek selesai praktek diadakan evaluasi lagi“ (wawancara 29 september 2012). b. Promosi Promosi
lulusan
hasil
pelatihan
merupakan
promosi
keperusahaan-perusahaan, adapun perusahaan-perusahaan yang sudah mendengar keunggulan BLK Datang sendiri ke BLK meminta agar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
lulusan BLK bekerja diperusahaannya. Hal ini dibenarkan oleh Kepala UPTD BLK Boyolali, Ibu Siti Zumrotun berikut ini : “Iya yang datang kesini, iya sudah dengar kalau BLK gaung nya mulai mencuat, BLK sana bagus coba saya kesana, untuk jurusan tertentu saya coba dengan mou mbak kesepakatan kerjasama misalnya dengan tiga serangkai dia butuh tenaga apa, kita tawarkan bagaimana kalau BLK yang melatih, nanti lulusan peserta langsung ditempatkan di tiga serangkai tentunya dengan tes penyaringan lagi dari tiga serangkai. memang untuk jurusan automotif tahun 2011 saya masih seperti dahulu, yaitu dengan mencetak tenaga kerja dahulu baru penempatan jadi belum MOU untuk tahun 2011 ” (Wawancara 29 september 2012). Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa BLK untuk jurusan tertentu pada tahun 2011 sudah melakukan kerjasama dengan sistem MOU, namun untuk jurusan automotif melatih peserta dahulu kemudian baru penempatan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan. Pada tahun 2011 penyaluran lulusan pelatihan yaitu melalui perusahaan yang telah bekerjasama dengan BLK, bisa perusahaan itu yang datang sendiri Ke BLK maupun BLK yang mendatangi perusahaan tersebut. Perusahaan-perusahaan yang bekerjasama dengan UPTD BLK untuk penempatan tenaga kerja selama ini untuk sub kejuruan mobil bensin adalah PT Sonice, Komatsu Indonesia, PT Sritex, PT Adhi Mitra Pratama, bengkel mobil Jakarta,
dan PT
Makmur Alam Santosa. Sedangkan untuk sub kejuruan sepeda motor penempatan tenaga kerja banyak terdapat pada bengkel-bengkel maupun
magang
dikorea
ataupun
commit to user
usaha
mandiri.
Mengenai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
perusahaan-perusahaan yang telah bekerjasama dengan UPTD BLK Boyolali dikemukakan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin sebagai berikut : “Perusahaan-perusahaan yang selama ini telah bekerjasama dengan UPTD BLK untuk penempatan para peserta yang telah mengikuti pelatihan diantaranya adalah PT Sonice, Komatsu Indonesia, PT Sritex, PT Adhi Mitra Pratama, bengkel mobil Jakarta, dan PT Makmur Alam Santosa” (Wawancara 22 september 2012). Sedangkan menurut instruktur pelatihan automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Sarno, sebagai berikut : “Untuk peserta pelatihan sepeda motor setelah mengikuti pelatihan banyak para peserta yang kerjanya dibengkel-bengkel maupun ikut pemagangan di Korea ataupun usaha mandiri” (Wawancara, 29 september 2012) Kendala didalam promosi yaitu ketika perusahaan mengalami resesi maka penempatan akan sulit. Mengatasi kondisi demikian maka imbasnya bagi BLK perlu untuk mencari perusahaan lain yang bersedia menampung lulusan BLK dan salah satu imbasnya lagi adalah tidak tersalurkannya semua lulusan pelatihan BLK. Mengantisipasi peseta lulusan BLK yang belum tersalurkan sebagai wujud tanggung jawab dalam penempatan tenaga kerja, BLK tetap memantau jika belum mendapat pekerjaan apabila ada penempatan maka mereka yang belum tersalurkan akan diberitahu bahwa ada penempatan tenaga kerja. Hal ini senada yang diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin, berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
“Untuk peserta yang belum mendapatkan penempatan kerja kami pantau mbak, kalau ada penempatan lagi kami panggil mereka untuk datang ke BLK, karena mereka meninggal nomor handphone mbak jadi kita tinggal menghubungi kalau mereka sudah ganti nomor Hp ya bukan tanggung jawab BLK lagi mbak, soalnya kalau sudah ganti nomor handphone kami sulit menghubungi mbak“ (Wawancara 22 september 2012). Promosi ditahun 2011 ini tidak mengalami kesulitan didalam penempatan tenaga kerja hal ini terbukti dengan penempatan seluruh peserta pelatihan pada tahun 2011, berikut daftar peserta pelatihan beserta penempatannya untuk sub kejuruan mobil bensin dan sepeda motor. Tabel 4.3 Data Penempatan Peserta Pelatihan Automotif Sub Kejuruan Sepeda Motor Tahun 2011 PENYERAPAN LULUSAN PELATIHAN USAHA MANDIRI BEKERJA DI INDUSTRI
NO
NAMA PESERTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
DANU KRISTANTO NGADIMIN PRATOMO ARIF SUPRIYATNO AGUS TRIYANTO SANDO SEPTIANA NUR SALAM ARIF HARYONO ABDULLAH JOKO PURNOMO ROSID SETIAWAN AULIA NIZAMUDIN ISMA' IL SOLEH ROHMAT MARDIYANTO MUSLIH DARMAWAN
Usaha Mandiri Bengkel Manto Magang ke Korea Kerja di Jakarta Bengkel Wiwis Bengkel Wiwis Bengkel Wiwis Usaha Mandiri Usaha Mandiri Bengkel Wiwis Bengkel Prima Jasa Mtr Bengkel Prima Jasa Mtr Usaha Mandiri Usaha Mandiri
commit to user
Bengkel Peng Yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
16
HARYANTO
Bengkel Wiwis
Sumber: UPTD BLK Boyolali 2011 Tabel 4.4 Data Penempatan Peserta Pelatihan Automotif Sub Kejuruan Mobil Bensin 2011 PENYERAPAN LULUSAN PELATIHAN NO
NAMA PESERTA USAHA MANDIRI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
YAENAL ARIFIN GUSRIANTO VICKO DASIANTO, ST ROYAN FAHRUR ROMLI MUSTAQIM FATHONI MULYANTO ADITYA WAHYUDI GANDUNG PURWANTO WAHYU KURNIYANTO YOHANES KRISTIANTO ANTON SULISTYO SUGENG PRASOJO USAMAH WARDI ARIF SULISTIONO NUNGKI NURDYANTO
BEKERJA DI INDUSTRI Komatsu Undergarriage Ind Komatsu Undergarriage Ind PT. Sonice, Boyolali Komatsu Indonesia Komatsu Undergarriage Ind Komatsu Undergarriage Ind Mebelair di Klaten Banyuanyar Motor Komatsu Indonesia PT. Makmur Alam Santoso Komatsu Indonesia PT. Adhi Mitra Pratama Bengkel Mobil Jakarta
Usaha Mandiri
Sumber: UPTD BLK Boyolali 2011 3. Tahap Pelaporan
commit to user
PT. Sritex. Sukoharjo Komatsu Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Setelah kegiatan pelatihan automotif selesai dilaksanakan,instruktur memberikan laporan tertulis tentang seluruh kegiatan dalam rangka pelaksanaan pelatihan yang diselenggarakan tersebut kepada kepala UPTD BLK kemudian dilaporkan ke provinsi. Laporan kegiatan ini terdiri dari laporan kegiatan harian, laporan kegiatan mingguan dan laporan akhir kegiatan. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh
instruktur automotif sub
kejuruan sepeda motor, Bapak Rochjani, berikut ini : “Pelaporan sebagai wujud pertanggung jawaban pelaksanaan program dibuat laporan harian, mingguan dan laporan bulanan yang bisa juga disebut sebagai laporan akhir kegiatan “ (Wawancara 22 september 2012). Laporan kegiatan terdiri dari laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang disebut dengan laporan akhir kegiatan. Laporan yang dibuat oleh instruktur berisi pelaksanaan kegiatan sesuai kurikulum, laporan kedisplinan siswa meliputi pelanggaran tata tertib peserta pelatihan selama latihan, tindak lanjut peserta yang melanggar tata tertib, presentase kehadiran selama pelatihan berlangsung, hasil pelatihan meliputi jumlah peserta pelatihan semula dan jumlah peserta hingga pelatihan berakhir, peserta yang lulus dan tidak lulus, daftar peserta yang memperoleh prestasi dan yang terakhir yaitu laporan selama pelatihan hambatan apa yang ditemui. D. Identifikasi Masalah Dalam suatu pelaksanaan kegiatan pastinya tidak terlepas dari berbagai hambatan yang menyertainya. Hambatan merupakan hal yang menghambat,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
menghalangi keberhasilan suatu kegiatan pelatihan, meskipun hambatan-hambatan itu sedapat mungkin telah diminimalisir dan diupayakan pemecahannya. Demikian halnya dengan pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif yang dilakukan oleh UPTD BLK Boyolali. Dari pembahasan diatas dapat diidentifikasi masalah dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif, yaitu sebagai berikut : 1. Sarana dan Prasarana Salah satu unsur pendukung di dalam pelaksanaan program pelatihan keterampilan automotif ialah adanya peralatan. Peralatan yang tersedia di UPTD BLK Boyolali saat ini sebagian sudah usang dan masih sederhana sehingga dirasa tidak sesuai lagi dengan perkembangan dibidang teknologi dan tuntutan di dalam dunia kerja. Seiring kemajuan teknologi maka dibutuhkan peralatan yang maju agar tidak ketinggalan, selain itu banyaknya bermunculan perusahaan-perusahaan yang menggunakan teknologi yang lebih maju menuntut adanya tenaga kerja yang mampu untuk menguasai teknologi tersebut. Di UPTD BLK Boyolali peralatan yang dimiliki meskipun masih sederhana dengan peralatan yang ada saat ini masih dapat dioptimalkan hasilnya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor UPTD BLK Boyolali, Bapak Paimin, berikut ini : “Peralatan yang ada di BLK memang banyak yang usang, tetapi dengan peralatan yang ada saat ini masih bisa dipakai untuk pelatihan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Paling tidak peralatan yang ada saat ini sudah cukup memadai untuk keterampilan dasar, tetapi kalau dibandingkan dengan kemajuan teknologi saat ini peralatannya sudah ketinggalan maka perlu adanya pembaharuan” (Wawancara, 29 september 2012). Hal yang sama juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Rochjani, berikut ini : “Untuk peralatan saya rasa cukup memadai tetapi harus tetap diadakan pembaharuan agar tidak ketinggalan jaman, terlebih kemajuan teknologi saat ini pesat sekali” (Wawancara, 29 september 2012). Mengenai kurangnya peralatan yang ada di UPTD BLK Boyolali saat ini disiasati dengan penggantian alat lain yang sejenis. Semisal untuk mobil avanza dapat diganti dengan mobil kijang, silinder bergauge digantikan dengan jangka sorong untuk radiator captester karena belum ada alat penggantinya maka instruktur memberikan penjelasan dengan menggunakan media player agar para peserta pelatihan tahu bagaimana bentuk alat tersebut dan kegunaannya apa. Selain sarana dan prasarana yang berupa peralatan, sarana dan prasarana berikutnya ialah gedung. Gedung merupakan tempat di mana pelaksanaan pelatihan baik itu teori maupun praktek. Kondisi gedung yang ada di UPTD BLK saat ini untuk pelatihan keterampilan automotif baik itu untuk sepeda motor ataupun mobil bensin belum memadai karena ruang yang sama digunakan untuk pemberian materi praktek dan materi teori. Dilihat dari luasnya gedung yang ada saat ini harusnya juga harusnya 8x (delapan kali)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
gedung yang ada saat ini. Hal ini diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Heru, berikut ini : “Menurut saya pribadi kondisi gedung yang ada saat ini belum memadai karena standar gedungnya harusnya 8x (delapan kali) gedung yang ada saat ini. Kemudian seharusnya ada garis kuning dipinggirpinggir itu untuk pejalan kaki” (Wawancara, 22 september 2012). Hal senada juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Rochjani, berikut ini : “Gedung yang ada saat ini kurang memadai mbak, karena terkadang dipakai praktek dan teori mbak, terkadang untuk praktek tertentu kami adakan diluar gedung mbak” (Wawancara 29 september 2012). Seorang peserta pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Nova Galuh Pratama, mengatakan : “Benar mbak, gedung ini dipakai pemberian materi baik teori dan praktek mbak, misalnya selesai teori kemudian dilanjut praktek kami perlu memindah kursi-kursinya terlebih dahulu. Ya,menurut saya gedungnya belum memadai mbak selain itu juga sempit gedungnya mbak” (Wawancara, 29 september 2012). Kondisi gedung yang dimiliki UPTD BLK Boyolali saat ini yang masih menyatu antara ruang untuk teori dan praktek, dalam pelaksanaan kegiatan agar tidak mengganggu kegiatan pelatihan setiapa berakhir kegiatan, alat-alat yang telah digunakan setelah praktek ditata kembali pada tempat semula sehingga keesokan harinya telah tersedia ruang untuk kegiatan pelatihan. 2. Sumber Daya Manusia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Sumber daya manusia didalam pelaksanaan keterampilan automotif di BLK ialah para pelaksana kegiatan yaitu instruktur. Dalam pelaksanaan keterampilan automotif instruktur memegang peranan yang dominan sebagai transformator ilmu. Jumlah instruktur yang ada di UPTD BLK Boyolali untuk kejuruan automotif berjumlah 7 instruktur. 5 instruktur untuk automotif sub kejuruan mobil bensin dan 2 instruktur untuk automotif sub kejuruan sepeda motor. Jumlah instruktur yang ada saat ini untuk mobil bensin dirasa sudah cukup mengingat tiap paket pelatihan peserta pelatihan berjumlah 16, namun untuk instruktur sub kejuruan sepeda motor kurang karena hanya berjumlah dua untuk lebih mengoptimalkan dalam kegiatan pemberian pelatihan dibutuhkan instruktur tambahan.hal ini sebagaimana diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Rochjani, sebagai berikut : “Perlu adanya tambahan instruktur untuk sub kejuruan sepeda motor sehingga dalam memberikan pelatihan kepada peserta pelatihan lebih optimal meskipun sudah ada pembatasan jumlah peserta tiap pelatihan 16 peserta pelatihan jika dibandingkan di sekolah-sekolah satu guru dengan 40 siswa kondisi di BLK jauh lebih baik tapi akan lebih baik lagi jika ada penambahan instruktur” (Wawancara, 29 september 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa implementasi program pelatihan keterampilan automotif di UPTD BLK Boyolali terdiri dari 3 tahapan yaitu : 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi pendaftaran peserta, seleksi peserta, persiapan instruktur pelatihan, penyusunan modul, penyusunan jadwal pelatihan dan persiapan sarana dan prasarana. Proses pendaftaran peserta pelatihan dimulai dengan pihak UPTD BLK Boyolali melakukan sosialisasi melalui spanduk, radio, famlet, penyuluhan ke sekolah-sekolah dan penyuluhan ke kecamatan. Bagi yang berminat untuk mengikuti pelatihan diminta untuk segera mendaftar ke UPTD BLK Boyolali, tahap selanjutnya yang dilakukan ialah seleksi peserta berupa ujian tulis dan wawancara untuk menjaring peserta yang tepat. Persiapan yang perlu dipersiapkan berikutnya adalah instruktur pelatihan karena instruktur memegang peran yang dominan di dalam pelaksanaan kegiatan, kemudian instruktur menyusun modul untuk pelatihan yang akan dilaksanakan dan menyusun jadwal kegiatan. Persiapan yang tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
kalah pentingnya ialah tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan seperti peralatan dan gedung sebagai tempat pelaksanaan kegiatan. 2. Tahap Pelaksanaan Penyelenggaraan pelatihan keterampilan automotif baik itu mobil; bensin maupun sepeda motor pada dasarnya terdapat tiga macam pelatihan yaitu pelatihan institusional yaitu pelatihan yang dilakukan di UPTD BLK Boyolali, pelatihan non institusional yaitu pelatihan yang dilakukan diluar UPTD BLK Boyolali yang lebih dikenal dengan pelatihan MTU (Mobil Training Unit) dan pelatihan swadana yaitu pelatihan yang semua biaya pelatihan ditanggung oleh peserta pelatihan. Ketiga macam pelatihan yang diselenggarakan Oleh UPTD BLK tersebut lebih menekankan pada kegiatan praktek daripada teori dengan perbandingan 75% praktek dan 25% teori. 3. Tahap Pelaporan Sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan keterampilan automotif baik sepeda motor maupun mobil bensin dinuat laporan harian, laporan mingguan dan laporan akhir kegiatan. Pelaporan ini dibuat oleh instruktur dan diserahkan kepada kepala UPTD BLK Boyolali. Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan automotif ini menemui berbagai hambatan-hambatan. Hambatan tersebut ialah masih terdapatnya sarana dan prasarana yang kurang memadai seperti, kondisi peralatan yang masih sederhana, kondisi gedung yang masih menyatu antara ruang praktek dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
ruang teori. Dari sisi sumber daya manusianya masih kurangnya jumlah instruktur untuk pelatihan keterampilan automotif sub kejuruan sepeda motor. B. Saran Dari penelitian dan berdasar wawancara dengan berbagai sumber maka penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna untuk mengatasi hambatan yang ada pada pelaksanan pelatihan keterampilan di UPTD BLK Boyolali, yaitu : 1. Perlu adanya penambahan peralatan yang lebih canggih dan modern hal ini dapat diupayakan dengan cara meminta pengajuan penambahan peralatan kepada pemerintah, selain itu juga bisa dengan meminjam peralatan yang dibutuhkan kepada pihak lain. 2. Perlunya pengajuan dana
yang lebih besar untuk renovasi gedung dan
perluasan gedung sehingga terpisah antara ruang untuk praktek dan ruang untuk teori. 3. Perlu adanya penambahan instruktur dengan pengajuan permintaan instruktur kepada pemerintah pusat.
commit to user