Yayasan HAK
Jl. Gov. Serpa Rosa T-091, Farol Dili - Timor Lorosae Tel.: + 670 390 313323 Fax.: + 670 390 313324
e-mail:
[email protected]
Direito
E d i s i
Dwi 16
Mingguan
Hak
S
21 Mei 2001
Kalau Sudah Pukul 1 Siang Masuk dan Seranglah
Foto: Istimewa
Gereja tak lagi tempat berlindung yang aman bagi rakyat Timor Lorosae dari serangan milisi dan militer Indonesia. Mereka menyerang, melukai, dan membunuh siapa saja.
Upacara sebelum membunuh sesama.
Daftar Isi Direito Utama ............ Kalau Sudah Pukul 1Siang Masuk dan Seranglah 1-3
........................................... Sepak Terjang Besi Merah Putih 4-5
Info Hak Asasi .................. Keputusan Presiden Wahid Tidak Memiliki
Yurisdiksi 6-7
Wawancara ..... Galuh Wandita: Pelindungan terhadap Saksi dan Korban 8-9 Kesaksian ............ Padre Rafael: 2.000 Orang Berlindung di Dalam Gereja .................................................. Jose Menezes: Saya Menyerah ...
Opini ........ Impunitas dan Dampaknya Bagi Penegakan Hak Asasi
Azasi
10 11
12-13
Serba Serbi ..........................................Bekerja Bersama Petani dan Nelayan 14 Ami Lian ..................................Kronologi Pembantaian Versi ABRI
15 ......................................Tawar-Menawar Jumlah Korban? 16
Mari Bersatu Menuntut Pengadilan Pelaku Kejahatan terhadap Kemanusiaan di Mana Saja! Korban Bersatu Tak Bisa Dikalahkan!
Manusia
iang di awal musim kemarau itu udara sangat panas di Liquiça. Pada hari itu di dalam kompleks Gereja João de Brito banyak orang sejak sehari sebelumnya, 5 April 1999 untuk mencari perlindungan. Orang-orang yang berasal dari Maubara dan kota Liquiça itu terancam oleh anggota-anggota Milisi BMP (Besi Merah Putih) yang kembali melakukan aksi pembunuhan dan pembakaran rumah. Di antara yang berlindung itu terdapat banyak anak kecil, juga ada perempuan hamil. Ketika hari bertambah siang, milisi semakin banyak. Mereka bersenjata parang, samurai, senapan rakitan, dan ada yang bersenjata senapan otomatis. Selain milisi, berdatangan pula anggota-anggota TNI dan Brimob. Seorang saksi mata, orang Timor Lorosae yang menjadi pegawai negeri sipil di Kodim Liquiça, melihat ada anggota-anggota TNI yang berpakaian Brimob yang dikenalnya karena sering bertemu muka. Seorang Timor Lorosae lainnya yang menjadi anggota TNI malah melihat adanya anggota-anggota Kopassus tidak berpakaian seragam. Mereka ini sebelumnya sering datang ke Kodim. Sejak pukul 6 pagi milisi BMP telah mengelilingi gereja sambil meneriakkan kata-kata ancaman dan makian, termasuk terhadap pastor. Kalian percaya dengan Rafael dos Santos itu! Kalau mau kami dapat cukur kumisnya! Padahal pastor paroki, Pe. Rafael dos Santos dan Pe. Yoseph Daslan ada di situ. Menurut milisi, polisi, dan TNI, di dalam gereja ada beberapa pucuk senjata dan peluru. Berkali-kali mereka mendatangi gereja menyuruh orang-orang keluar. Tetapi orang-orang tak menanggapi. Pagi itu, Bupati Liquiça Leonito Martins datang bersama sejumlah tentara. Atas pertanyaan
Editorial
B
eberapa waktu lalu Pengadilan Negeri Jakarta Utara menjatuhkan hukuman yang sangat rendah kepada enam orang terdakwa pembunuhan tiga orang staf UNHCR di Atambua, September 2000. Hukuman yang dijatuhkan antara 10 sampai 20 bulan. Kontan saja muncul reaksi keras, dari luar negeri maupun dari Indonesia sendiri. Kroasia dan Amerika Serikat yang warganegaranya menjadi korban pembunuhan menyatakan protes. Sekjen PBB Kofi Annan menyatakan keterkejutannya. Di Dili sejumlah pekerja kemanusiaan berdemonstasi ke Kantor Urusan Kepentingan Indonesia. Di Indonesia, Sekjen Komnas HAM Asmara Nababan mengatakan pengadilan ini lemah sejak awal, karena tuduhan yang ringan, yakni penyerangan terhadap harta benda dan manusia, bukan pembunuhan berencana. Padahal sangat kuat indikasi bahwa pembunuhan tiga orang staf UNHCR tersebut merupakan rangkaian yang dimulai dari pembunuhan terhadap Olivio Mendonça Moruk, salah seorang tersangka pembantaian Suai September 1999. Vonis yang tidak adil ini adalah rangkaian ketidakadilan yang terus terjadi setelah kekerasan 1999. Sebelumnya, Eurico Guterres yang menghasut anak buahnya untuk membangkang perintah polisi yang melucuti senjata mereka hanya dijatuhi hukuman beberapa bulan saja. Kejadian-kejadian tersebut memperlihatkan salahnya sikap masyarakat internasional yang memberi kepercayaan kepada pengadilan nasional Indonesia untuk mengadili kasus-kasus kekerasan di Timor Lorosae Januari-Oktober 1999. Pemberian kepercayaan ini jelas berlebihan karena selama ini pengadilan Indonesia dikenal sangat tidak punya kredibilitas. Mereka juga tidak punya kapasitas untuk mengadili kasus kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran hukum humaniter internasional. Apalagi TNI sekarang terus berupaya keras mempertahankan penguasaannya atas politik Indonesia. Karena itu masyarakat internasional harus mendukung organisasi-organisasi hak asasi manusia Indonesia yang pada Maret lalu mendesak dibentuknya Pengadilan Internasional untuk kekerasan di Timor Lorosae 1999.*** Direito 16
Pastor Rafael, Leonito Martins mengatakan bahwa dia datang untuk mengontrol. Selanjutnya dua orang perwira polisi menemui Pastor Rafael memintanya menyerahkan Jacinto da Costa Conceição, yang selanjutnya akan mereka serahkan kepada Milisi BMP. Tentu saja pastor menolak. Juga datang lima orang anggota Brimob yang meminta Pastor Rafael menyerahkan senjata api yang dibawa Jacinto. Pastor membantah bahwa Jacinto membawa senjata. Sekitar pukul 10.00 Komandan Milisi Aitarak Eurico Guterres mendatangi Pastor Rafael. Eurico Guterres mengajak pastor berunding menyelesaikan masalah. Pastor bersedia dan meminta Eurico menghubungi Bupati Leonito Martins dan Komandan BMP Manuel de Sousa. Tetapi mereka berkeras menuntut agar para pemimpin CNRT seperti Kepala Desa Dato Jacinto da Costa Conceição diserahkan kepada mereka. Pastor tidak mau menyerahkan dengan alasan tidak ada yang membawa senjata ke dalam gereja, dan karena mengkhawatirkan keselamatan mereka jika dibawa oleh milisi. Julio da Conceição Correia, seorang pegawai negeri sipil di Kodim yang sedang piket, mendengar Leonito Martins berkata, Bila masyarakat di gereja tunduk pada BMP mereka bisa hidup, mereka diberi batas hingga pukul 12 siang ... Kalau sudah pukul 1 siang masuk dan seranglah. Bunuh semuanya! Di gereja ada yang mendengar bahwa setelah kembali dari Kodim, Eurico memberi tahu pastor bahwa Leonito Martins dan Manuel de Sousa memang bertujuan menyerang gereja karena orang-orang Maubara yang mereka cari bersembunyi di gereja. Tidak lama kemudian, datang empat truk berisi pasukan Brimob. Mereka langsung mengelilingi kompleks gereja. Para pengungsi mengira mereka datang untuk memberi perlindungan. Pastor sebelumnya memang meminta kepada seorang perwira 21 Mei 2001
Brimob untuk mengamankan gereja. Sementara itu milisi tidak menghentikan intimidasinya. Mereka terusmenerus mengancam akan menyerang gereja. Tiba-tiba sekitar pukul 13.00 terdengar dua kali suara tembakan dari arah belakang gereja. Terdengar teriakan, Kita serang! Kita serang! Mereka yang di dalam gereja yang menembak! Maka serentak semua yang bersenjata menembakkan senjatanya ke arah gereja. Orang-orang yang di dalam kompleks gereja berlarian dengan panik. Suara teriakan, tangisan bercampur suara tembakan senjata api dan sabetan-sabetan senjata tajam. Kepanikan menjadi-jadi karena ke arah gereja juga ditembakkan gas air mata. Pengungsi di luar rumah pastor berlarian ke segala arah, ada yang ke jalanan, ada yang ke rumah pastor. Di dalam rumah pastor suasananya kacau-balau. Serbuan dan tembakan gas air mata memaksa dua pastor, Pastor Rafael dos Santos dan Pastor Yoseph Daslan untuk keluar. Tentara segera membawa mereka ke Kodim. Di Kodim, Pastor Rafael melihat Bupati Leonito Martins, Komandan Kodim Letkol Asep Kuswandi, Kapolres Salopas, Ketua DPRD, Wakil Danrem 164 Kolonel Mudjiono. Seorang pengurus Mudika yang menyertai kedua pastor ke Kodim bahkan melihat Komandan Kodim menembakkan pistolnya. Begitu kedua pastor keluar, anggota milisi, TNI, dan Brimob menyerang habis-habisan. Mereka menembak membabi-buta ke arah gereja. Selanjutnya mereka bergerak maju memasuki gereja dan rumah tinggal pastor. Para pengungsi berteriak histeris. Sebagian penyerang bertopeng, ada juga yang memakai rambut palsu. Ada yang melihat milisi yang tidak bertopeng, tetapi mukanya hitam dan matanya merah. Orang-orang yang di dalam rumah pastor ditendang, dipukul, dibacok, dan ditembak. Dalam keadaan gelap 2
Direito Utama dan mata pedas karena gas air mata, nimbulkan protes keras. Di Jakarta se- milisi dari Maubara bersama tentara orang-orang sulit mencari jalan untuk jumlah organisasi non-pemerintah se- dan polisi akan menyerang Liquiça. meloloskan diri. Apalagi jumlah me- perti FORTILOS, Tim Relawan untuk Masyarakat Liquiça pun menuju perreka yang menyerang semakin ba- Kemanusiaan, ELSAM, dan FOR- batasan barat kota untuk mencegah nyak. Orang-orang yang bersembunyi MACI (Forum Mahasiswa Ciputat) penyerang masuk kota. Tetapi karena di kamar mandi juga tidak selamat. menuntut diadakannya penyelidikan kekuatan yang tidak seimbang, milisi, Para penyerang juga ada yang masuk independen dan penarikan TNI dari TNI, dan polisi yang menyerang tidak melalui atap rumah pastor. Timor Lorosae. Dari luar negeri juga bisa ditahan. Mereka masuk kota, Penyerangan baru membakar rumah-rumah berhenti sekitar pukul tokoh pro-kemerdekaan. Foto: Istimewa empat sore, tetapi satu Di seluruh kota terdengar jam berikutnya pebunyi tembakan dari tentanembakan baru berra dan polisi selama satu henti. Darah bercecerjam. Lebih dari seribu oran di mana-mana. Paang pergi meninggalkan ra penyerang tidak rumah mencari perlinpandang bulu. Siapa dungan di Gereja João de saja mereka hantam: Brito. laki-laki, perempuan, Kejadian pembantaian tua, muda, anak-anak. di Gereja Liquiça ini adaDi antara korban terlah rangkaian dari kekedapat seorang peremrasan yang merajalela di puan hamil. Ia dibunuh Timor Lorosae setelah di dalam kamar mandi maraknya tuntutan referenrumah pastor. dum penentuan nasib senNamun pastor yang diri. Menurut penyelidikan Sekjen PBB Kofi Annan bersama korban pembantaian Liquiça. kembali ke gereja setelah KPP-HAM (Komisi Penyetembakan mereda tidak melihat ada- muncul reaksi keras. Tetapi Panglima lidik Pelanggaran HAM Timor Tinya mayat. Yang terlihat hanya ce- TNI Jenderal Wiranto mengatakan mur) yang dibentuk oleh Komnas ceran darah di kamar-kamar. Seisi bahwa kejadian tersebut karena ke- HAM (Komisi Nasional Hak Asasi rumah hancur. Sejumlah kesaksian lompok pro-integrasi dan anti-inte- Manusia) Indonesia, penyerangan ini menyatakan bahwa mayat-mayat di- grasi bersikap emosional. adalah bagian dari serangan yang masukkan ke truk Hino dan VaskolanMenurut penyelidikan KPP-HAM, sistematis dan luas terhadap kelomte milik TNI untuk dikuburkan di tem- pembantaian di Gereja Liquiça meru- pok pro-kemerdekaan. Tujuannya pat tersembunyi. Sebagian mayat di- pakan rangkaian peristiwa yang di- adalah memenangkan opsi otonomi. buang ke laut di wilayah Kecamatan mulai pada Hari Paskah 4 April 1999. KPP-HAM merekomendasikan aMaubara. Pada hari itu, Milisi BMP melakukan gar para penanggungjawab operasiHasil investigasi Yayasan HAK perusakan dan pembakaran rumah- operasi kekerasan milisi-TNI diadili, sehari setelah insiden menunjukkan, rumah milik orang-orang pro-kemer- tidak hanya para pelaksana di lapangkorban yang mati lebih dari 40. Me- dekaan di Maubara. an. Untuk pembantaian Liquiça, lanurut Komandan Korem 164 Kolonel Setelah itu para pelaku melarikan poran KPP-HAM secara khusus meTono Suratman, korban meninggal li- diri ke Koramil 03 Maubara. Pendu- nyebutkan Komandan Kodim Liquiça ma orang. António de Jesus, pegawai duk setempat yang marah lalu me- Letnan Kolonel Asep Suwandi untuk sipil Kodim, yang bersama dua or- ngepung Koramil akan menyerbu de- diadili karena terlibat dalam rangang lain disuruh mengangkut mayat ke ngan panah dan parang. Bentrokan kaian kekerasan di Liquiça sepanjang atas dua truk yang telah disediakan berhasil dicegah oleh Pastor Rafael bulan April 1999. Komandan BMP tentara, mengatakan bahwa ia meng- dos Santos. Tetapi 5 April, milisi ber- Manuel de Sousa dan Bupati Liquiça hitung mayat yang diangkutnya. Se- sama anggota Koramil dan polisi me- Martins, serta beberapa staf Kodim luruhnya 103. Di antaranya dua anak lakukan penyerangan dan penangkap- juga disebut sebagai yang harus diakecil sekitar 3-4 tahun, dan tiga or- an terhadap orang-orang pro-kemer- dili. Tetapi, menurut Timbul Silaen ang perempuan dewasa. dekaan. Dua orang meninggal akibat kepada KPP-HAM, dari TNI tak ada Penyerangan dan pembantaian di dibacok anggota milisi. tindakan apa pun terhadap anggotaGereja João de Brito Liquiça ini meSelanjutnya terdengar kabar bahwa nya yang terlibat. *** 3
Direito 16
21 Mei 2001
Direito Utama
Sepak Terjang Milisi Besi Merah Putih Kelompok Besi Merah Putih diambil dari senjata rakitan dan senjata api pemberian militer Indonesia, yang ujungnya diikat dengan bendera merah putih.
K
elompok Besi Merah Putih (BMP) dibentuk di Maubara, 27 Desember 1998. Pada awalnya hanya beranggotakan sekitar 100 orang, umumnya pemuda buta huruf yang berusia 18-25 tahun. Pendirinya Manuel de Sousa, mantan anggota DPRD II Liquiça, periode 19921997 dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI), yang mendapat dukungan kuat dari Bupati Leonito Martins. Menurut laporan KPP- HAM, Manuel de Sousa adalah tokoh Gada Paksi (Garda Muda Penegak Integrasi), organisasi pemuda yang dibentuk, dilatih, dan didanai oleh Kopassus. Sebelum mendirikan BMP, Manuel de Sousa telah mendirikan kelompok Milisi Mahiti (Mati Hidup dengan Integrasi) dan Naga Merah. Pembentukan organisasi paramiliter ini diilhami oleh Cancio de Carvalho yang membentuk MAHIDI (Mati Hidup Integrasi Dengan Indonesia) di Desa Cassa, Distrik Ainaro. Suatu saat Manuel de Sousa pernah mengatakan bahwa pembentukan BMP dilakukan karena banyak penduduk yang diteror dan diintimidasi oleh kelompok pro-kemerdekaan. Seperti yang terungkap dalam pengakuan beberapa tokoh dan bekas tokoh prointegrasi seperti Tomás Gonçalves, jenderal-jenderal Indonesia adalah arsitek pembentukan milisi, yang tujuannya memenangkan opsi otonomi. Besi Merah Putih muncul sebagai salah satu milisi yang paling aktif melancarkan terornya dari Maubara. Nama Besi Merah Putih berasal dari senjata rakitan dan senjata api pemberian militer Indonesia, senjata tradiDireito 16
sional (parang, tombak, dan panah) yang pada ujung-jungnya diikatkan bendera Indonesia Merah Putih. Anggota-anggota pertama BMP direkrut dari Gada Paksi yang telah lama melakukan kerjasama dengan BTT 143 dan Koramil 03 Maubara. Di Markas Koramil 03 Maubara pula BMP mendirikan markasnya. Beberapa anggota tentara yang berdinas di Koramil yang menjadi anggota BMP adalah Tome Diogo, Jacob, Domingos Kopas, Teovilho, Jose Ecali, Julio Gomes (asal Tibar), dan Tobias Maulaku. Dari anggota awal Gada Paksi itulah BMP melebarkan jaringannya dengan cara memaksa penduduk untuk bergabung. Banyak orang terpaksa mau menjadi anggota karena kalau menolak rumah mereka bisa dibakar dan dijarah. Untuk mengikat kesetiaan penduduk pada Indonesia, mereka melakukan upacara juramento, yaitu sumpah adat minum darah. Dalam upacara ini, biasanya hadir Muspida Kabupaten Liquiça dan aparat militer teritorial Batalyon 143. Maubara merupakan basis pertama BMP sebelum masuk Liquiça pada awal April 1999. Setelah kelompok ini dianggap mampu bergerak sendiri ditambah munculnya sorotan akibat terlalu menyoloknya peranan militer, Komandan Koramil Maubara Carlos Amaral mulai mengurangi peranannya. Hubungan BMP dengan TNI tampak pada penggunaan beberapa ruangan Koramil Maubara untuk markas BMP. Juga digunakannya pos-pos BTT. BMP juga mendapat dukungan pe21 Mei 2001
merintah sipil. Camat Maubara ikut andil dalam mengembangkan kelompok ini dengan menyediakan alat transportasi. BMP memiliki pos hampir di setiap desa, bahkan di beberapa desa ada lebih dari satu pos. Misalnya di Desa Gugleur ada tiga pos, yaitu di aldeia Caicassa, Rainaba, dan Lebu Lau Tela. Dalam sepak terjangnya, BMP tidak segan-segan menyiksa atau membunuh orang-orang yang diketahui mendukung kemerdekaan. Kegiatan kelompok milisi ini mulai menonjol sejak Januari 1999, ketika mereka mendirikan pos-pos pemeriksaan sepanjang jalan Liquiça-Maubara. Setiap kendaraan yang melewati jalan Maubara mereka periksa. Tidak jarang mereka memotong paksa rambut laki-laki yang panjang. Laki-laki berambut panjang mereka anggap dari kelompok pro-kemerdekaan. Mereka juga dibekali daftar berisi nama-nama pendukung kemerdekaan yang menjadi target operasi militer. Pada 2 Februari, 15 orang anggota BMP menghadang sebuah mobil yang dikendarai oleh seorang pegawai negeri dan melemparinya dengan batu. Pengemudi mobil berhasil melarikan diri, sedangkan mobil diambil oleh para penyerang. Pada 22 Februari, BMP menyerang Desa Lissa Dila, Desa Guicu, dan Desa Gugleur yang menyebabkan sekitar 7.800 orang terpaksa mengungsi ke Desa Sare dan dataran Faularan. Serangan ini berawal dari sebuah undangan untuk menghadiri acara pengarahan dari Bupati Liquiça Leonito Martins. Acara tersebut dihadiri sekitar 200 orang penduduk Desa Guica Maubara. Ketika acara sedang berlangsung tiba-tiba datang serangan yang dilakukan oleh anggota BMP dengan dukungan dari pasukan Batalyon 143. Penduduk yang menghadiri acara berusaha mempertahankan diri sebisanya. Dalam serangan tersebut tiga orang anggota BMP meninggal sedangkan lima orang lainnya luka se4
Direito Utama rius. Empat penduduk setempat meng- biarawati bekerja untuk kelompok alami luka-luka. Tidak diketahui jelas pro-kemerdekaan. berapa korban yang meninggal dari Pada tanggal 4 April, kelompok ini pihak pro-kemerdekaan. Setelah ben- mulai mengadakan perluasan ke witrok itu terjadi aksi pembakaran ter- layah Liquiça Kota dengan menghadap puluhan rumah yang diikuti de- adakan penyerangan ke Desa Dato, tingan penjarahan terhadap bahan ma- ga kilometer dari arah barat Liquiça kanan dan binatang piaraan milik pen- Kota. Itu gara-gara penduduk Desa duduk Desa Lissa Dilla, Gugleur, dan Dato dianggap sebagai pendukung keGuico yang ditinggalkan penghu- merdekaan. ninya. Pada hari berikutnya serangan yang Manuel de Sousa dalam acara pe- lebih besar datang dari arah Maubara ngarahan yang dilakukan pada 10 Fe- ke Desa Dato dengan menggunakan bruari, menuntut kepada kelompok parang dan tombak. Serangan yang Milisi Besi Merah Putih ini agar: meluas sampai ke Liquiça Kota itu 1. Mencari tokoh-tokoh dari ke- setelah aparat Koramil 03 Maubara lompok pro-kemerdekaan yang se- dan anggota TNI dari Kodim 1638 lama ini melakukan teror, intimidasi, membantu pihak BMP. dan memeras rakyat. Pihak aparat secara terang-terang2. Mencari pimpinan Kelompok an menembak masyarakat yang ber11, 55, 77, dan 12. usaha bertahan sehingga menyebab3. Mencari dan kan lima orang meninggal dan puluhmengutuk tokoh-tokoh kelompok pro-kemerdekaan dan menuntut pihak CNRT dan tokoh- tokohnya. 4. Mencari dan menuntut pelaku pembunuh rakyat yang tidak bersalah. 5. Menuntut mereka yang membagikan beras yang berasal dari Amerika Serikat dengan mengatakan bahwa beras itu hanya khusus dibagikan untuk pihak Anggota milisi dan jarahannya. kelompok pendukung kemerdeka-an. an lainnya mengalami luka-luka. Pada 9 Maret BMP berhasil meDari data investigasi Yayasan nguasai Maubara. Mereka melakukan HAK setelah kejadian, beberapa naintimidasi dan teror terhadap mereka ma anggota TNI, seperti Koptu Abilio yang tidak sepaham, sehingga ma- Martins, Prada Domingos Kopas, syarakat ketakutan dan kemudian me- Serda Yakobus, Koptu Tobias, Koptu ngungsi ke Liquiça. Penculikan dan Antonio Gomes Jacinto, Alberto dan pembunuhan terhadap pendukung ke- Teofilo yang bertugas di Kodim 1638 merdekaan pun terus dilakukan. Liquiça terlibat dalam penyerangan Bahkan pada 16 Maret, mereka me- itu. ngepung Biara Carmelita di MauMereka juga mendukung serangan bara. Kelompok ini mengancam akan milisi terhadap kediaman rumah pasmembunuh setiap biarawati yang me- toral Paroki Liquiça pada keesokan ninggalkan biara karena menganggap harinya. Penyerangan yang diikuti de5
Direito 16
ngan pembantaian di Kompleks Gereja Liquiça itu telah mengundang kecaman keras terhadap pemerintahan Indonesia, khususnya TNI yang tidak melindungi masyarakat, tetapi malah memberikan dukungan kepada kelompok milisi. Kecaman itu tidak mengubah dukungan militer Indonesia terhadap operas mereka. Dengan bebas mereka melakukan operasinya seperti menyerang rumah Manuel Carascallão di Dili pada 17 April dan menyerang Tim Kemanusiaan tanggal 4 Juli yang baru saja pulang dari memberikan bantuan kepada pengungsi di Sare dan Faularan. Setelah insiden di Gereja Liquiça, Leonito Martins mengeluarkan instruksi kepada kepala desa yang wilayahnya telah dikuasai BMP untuk mengirimkan warganya menjadi angFoto: Istimewa gota BMP. Martins menjanjikan kepada anggotanya gaji sebesar Rp 25 ribu rupiah per hari. Kelompok BMP memiliki kekuatan satu batalyon. Selain Manuel de Sousa selaku Komandan Batalyon, Grasiano Filipe dan Elidio dos Santos bertindak sebagai Wakil Komandan Batalyon I dan II dengan kekuatan enam kompi. Masing-masing kompi terdiri atas empat pleton. Ke-6 kompi itu adalah Kompi Ban di Liquiça, pimpinan Zacarias Alves. Kompi Mar di Maubara dipimpin Hermenegildo dos Santos; Kompi A Vatuboro dipimpin oleh Marcelino Afonso; Kompi B Gugleur dipimpin oleh Floriano da Silva; Marcelino Soares memimpin Kompi C Vaviquinia; dan Kompi D Maubara Lissa di bawah pimpinan Faustino Filipe. Setiap kompi itu terdiri atas tiga regu yang siap bertempur. *** 21 Mei 2001
Info Hak Asasi
Keputusan Presiden Wahid Tidak Memiliki Yurisdiksi Berkaitan dengan desakan kepada pemerintah Indonesia agar mengadili para pelaku kejahatan terhadap kemanusian di Timor Lorosae sepanjang proses Konsultasi Popular lalu, Presiden Wahid pada 24 April lalu telah mengeluarkan Keputusan Presiden bernomor 53/ 2001 untuk membentuk pengadilan ad hoc. Tetapi yurisdiksi Keputusan Presiden itu hanya mencakup kasus-kasus pasca Konsultasi Popular. Sementara PBB menginginkan pengadilan harus mencakup seluruh kasus yang terjadi sejak Januari hingga Oktober 1999. Apakah itu bisa menjadi alasan untuk dibentuknya Pengadilan Internasional? Berikut komentar Patrick Anthony Burgess, Kepala Urusan Hak Asasi Manusia UNTAET kepada Direito. Keputusan Presiden itu jelas-jelas tidak memberi yuridiksi untuk menangani semua kasus tersebut. Itulah yaAda dua masalah berkaitan dengan ng menjadi persoalan bagi kita sekaKeputusan Presiden itu. Pertama, apa rang. Keputusan Presiden Nomor 53/ yang bisa dilakukan dengan kasus-ka2001 itu adalah untuk menyustifikasi sus yang terjadi sebelum Konsultasi Dengan kenyataan itu apakah PBB pembentukan pengadilan hak asasi Foto: Charles Darapak bisa menuntut untuk sedi Indonesia. Dan untuk kasus gera dibentuknya PeTimor Lorosae isi Keputusan itu ngadilan Internasional hanya mencakup kasus-kasus pemengingat ... langgaran hak asasi berat setelah Keputusan Presiden itu Konsultasi Popular. Kasus pembaru saja dikeluarkan bantaian pengungsi di Gereja Lidan telah ada sedikit kequiça dan kasus pembantaian di bingungan di Indonesia rumah Manuel Carasscallão yang sendiri mengenai apa arti terjadi pada April 1999 tidak terkeputusan itu. Pihak Kejangkau dalam Keputusan itu. jaksaan Agung Indonesia Sebelumnya, Indonesia meawalnya mengatakan mang tidak memiliki yuridiksi unbahwa pengadilan ad tuk menangani kasus-kasus pehoc yang akan dibentuk langgaran hak asasi manusia, baik akan menjangkau seluruh yang terjadi di Indonesia maupun Polisi membiarkan milisi melancarkan kasus pelanggaran hak yang terjadi pada tahun 1999 di Tiasasi sebelum dan setelah Konmor Lorosae. Popular. Kedua, bagaimana kita me- sultasi Popular, 30 Agustus 1999 lalu Jadi Keputusan Presiden itu adalah mahami hubungan kasus-kasus yang sebagaimana yang diinginkan PBB. upaya akomodatif dari pemeritahan terjadi setelah Konsultasi Popular de- Tetapi belakangan Keputusan PresiWahid terhadap berbagai tuntutan pe- ngan kasus-kasus yang terjadi sebe- den itu berisi sebaliknya. ngadilan hak asasi untuk mengadili lumnya. Menurut pendapat saya dua hal pelaku pelanggaran kejahatan terhaKasus-kasus yang melibatkan staf yang harus kita sikapi. Kita harus medap kemanusiaan di Indonesia, teru- PBB sebagai korban, seperti kasus lihat dampaknya. Maksudnya, damtama yang terjadi di Timor Lorosae. pembunuhan atas beberapa staf lokal pak dari Keputusan Presiden itu dan PBB dan penyerangan terhadap Polisi kemudian melihat kembali posisi Bagaimana mungkin keadilan akan Sipil (CivPol) PBB di Liquiça? MePBB. Sampai saat ini posisi PBB iaditegakkan jika kejahatan yang terjadi nurut pendapat saya, kenyataannya, lah bahwa PBB masih menunggu proApa pendapat Anda tentang pembentukan Pengadilan ad hoc yang hanya menjangkau kasus-kasus kejahatan terhadap kemanusiaan setelah Konsultasi Popular?
Direito 16
secara sistematis selama Konsultasi Popular, tetapi kemudian hanya akan diproses sebagian?
21 Mei 2001
6
Info Hak Asasi ses yang sedang diupayakan Indonesia. Saya mendengar, di Indonesia, Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) telah membuat pernyataan bahwa harus ada perubahan pada Keputusan Presiden itu, untuk memastikan agar pengadilan hak asasi itu bisa juga mengadili kasus-kasus yang terjadi di Timor Lorosae sebelum 30 Agustus 1999. Jadi, kenyataan bahwa Keputusan Presiden itu tidak lengkap telah mendapat banyak kritikan. Saat ini kita sedang menhadapi suatu siatuasi yang kompleks dimana di Indonesia sendiri prosesnya lambat dan persoalan lain juga terjadi Timor Lorosae, yakni pengadilan di sini mengalami hambatan untuk mengadili para pelaku yang masih ada di Indonesia. Pengadilan kasus-kasus serious crime di Timor Lorosae tidak memiliki yuridiksi untuk memaksa pelaku-pelaku kejahatan yang sebagian besar ada di Indonesia untuk datang ke sini.
diksi untuk membawa para pelaku di Indonesia untuk diadili di Pengadilan di Timor Lorosae. Berkaitan dengan Keputusan Presiden itu, saat ini kita terus memonitor perkembangan yang terjadi di Jakarta. Tetapi, saya pikir, jika Keputusan Presiden itu tidak diubah maka upaya untuk mengadili pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi di Timor Lorosae yang berlangsung pada masa Indonesia tidak akan maksimal. Dan jika dilihat dari aspek hak asasi manusia jelas bahwa hal itu adalah sebuah persoalan besar. Serious Crime tidak mempunyai kekuatan untuk memaksa pelaku pelanggaran hak asasi manusia untuk datang ke Timor Lorosae.
Keputusan Presiden yang begitu terbatas itu tentu saja bisa menjelaskan, bahwa Indonesia memang tidak punya niat baik untuk menangani kasus kejahatan kemanusiaan di Timor Lorosae? Kita sedang mengamati perkembangan proses itu. Dan kita juga selalu melaporkan setiap perkembangan di sini maupun di sana kepada Kofi Annan, Sekjen PBB. Dengan cara itu kita Lalu, bagaimana dengan hasil moni- mencoba memberi masukan kepada toring itu. Maksudnya, apakah Pe- PBB agar reaksi PBB atas dikeluarkannya Keputusan PreFoto: Istimewa siden tersebut tidak bertentangan dengan tuntutan atas keadilan.
Apa yang dilakukan untuk memecahkan persoalan seperti itu mengingat UNTAET dan pemerintah Indonesia pernah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU). Tetapi kenapa Korban kekersan TNI-milisi belum memperoleh keadilan. MoU itu tidak dimanfaatkan secara maksimal? merintah Transisi hanya sebatas MoU merupakan sebuah kesepa- memonitor saja mengingat adanya katan yang semata-mata hanya ber- alasan bahwa tanggungjawab dikaitan dengan kerja sama di bidang bentuk atau tidaknya sebuah Pengproses penyelidikan. Artinya, hanya adilan Internasional hanya ada pada mengatur pertukaran saksi atau kor- Dewan Kemanan PBB di New ban untuk proses penyelidikan, dan York? bukan proses untuk mengadili para Keputusan untuk membentuk Pepelaku itu. Pada saat ini kita mencoba ngadilan Internasional memang menmelihat apa yang sedang terjadi di jadi wewenang Dewan Keamanan Jakarta. PBB. Tadi saya telah menjelaskan Jadi MoU itu tidak memilik yuris- bahwa posisi PBB sampai saat ini a7
dalah masih memberi kesempatan kepada Indonesia, agar mereka bisa menangani kasus-kasus kejahatan terhadap kemanusiaan di Timor Lorosae. Tetapi saya pikir, jika proses di Indonesia itu berjalan tidak baik maka PBB pasti akan meninjau kembali keputusannya itu.
Direito 16
Menurut Anda bersediakah Indonesia mengubah Keputusan Presiden Wahid mengingat situasi politik di Indonesia cenderung memperkuat posisi kaum konservatif ?
Sangat penting yuridiksi yang luas bagi pengadilan hak asasi di Indonesia. Bukan untuk kepentingan pengadilan terhadap pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan di sini, tetapi penting bagi demokratisasi di Indonesia. Di Indonesia juga banyak kasus pelanggaran hak asasi. Pengadilan terhadap pelaku pelanggaran hak asasi di Indonesia akan berpengaruh pada perkembangan proses demokratisasi di Indonesia. Berjalannya demokrasi di Indonesia akan berdampak positif bagi Timor Lorosae. Keputusan itu harus diubah jika Indonesia tak menghendaki Pengadilan Internasional di Belanda . *** 21 Mei 2001
Wa w a n c a r a Galuh Wandita:
Perlindungan Terhadap Saksi dan Korban Salah satu persoalan yang dihadapi peradilan kasus Serious Crime (kejahatan berat) di Timor Lorosae adalah sulitnya mendapatkan kesaksian dari para saksi atas insiden kekerasan sepanjang proses Konsultasi Popular, 1999 lalu. Sejumlah milisi pro-otonomi yang semula ditahan atas dakwaan terlibat kasus pembunuhan dibebaskan gara-gara kurangnya bukti dan saksi.
S
ementara dari Timor Barat tersebar berita, sebagian milisi yang kian dikecewakan para pimpinannya sesungguhnya ingin pulang. Mereka bersedia mengakui dosa-dosanya kepada pihak pengadilan tetapi hambatannya mereka belum mendapatkan jaminan atas keselamatan diri mereka dari aksi balas dendam masyarakat. Banyak saksi yang saat ini masih bertahan di Timor Barat, kata David Senior, investigator dari Unit Serious Crime UNTAET untuk kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan atau gender related crime (kejahatan yang berkaitan dengan masalah gender). Untuk kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan bukan hanya sulitnya mendapatkan saksi, tetapi korban pun sulit untuk memberikan kesaksian atas peristiwa yang menimpa mereka. Persoalan itu juga dialami oleh negara-negara wilayah pasca konflik. Hanya saja mereka telah mengambil langkah lebih maju dengan membentuk Sistem Perlindungan dan Dukungan Bagi Saksi dan Korban. Apakah sistem seperti itu bisa diterapkan di Timor Lorosae? Berikut wawancara Direito dengan Galuh Wandita, pegiat hak asasi asal Indonesia yang kini bekerja pada Unit Hak Asasi Manusia UNTAET untuk masalah gender dan kekerasan terhadap perempuan.
pakah di Timor Lorosae perlu regulasi tentang perlindungan terhadap saksi? Saya pikir itu sangat penting bagi Timor Lorosae. Ketika saya membaca beberapa regulasi UNTAET sesungguhnya untuk perlindungan terhadap saksi, terdapat satu pasal khusus dalam regulasi untuk mendirikan Pengadilan Serious Crime. Pasal yang sama juga ada dalam Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP) versi UNTAET. Pasal itu mengatakan pengadilan harus menjamin keselamatan saksi, baik keselamatan fisik, kejiwaan dan sebagainya. Tetapi hanya satu pasal dan di situ disebutkan selanjutnya akan diatur dalam peraturan UNTAET, yang disebut sebagai direcseseorang tive. Di Indotidak mau nesia mungkin bersaksi sama dengan juga berhubungan dengan peraturan pemerasa frustasi ... rintah yang sifatnya penjabaran dari pasal itu atau bersifat operasional. Jadi, peraturan jabaran itu tidak perlu melalui Dewan Nasional, tetapi cukup dikeluarkan oleh Sergio de Mello sebagai penguasa eksekutif. Kalau di Indonesia dikeluarkan oleh Presiden. Yang saya tahu sampai saat ini peraturan itu belum ada. Beberapa mingMelihat fakta tidak adanya jamin- gu yang lalu ada diskusi antar Unit an perlindungan terhadap saksi a- Kejaksaan dengan Unit Hak Asasi
Direito 16
21 Mei 2001
Manusia UNTAET dan gender affair untuk mulai membahas tentang peraturan perlindungan terhadap saksi. Jadi, dari segi yuridis memang sangat kurang. Telah dicantumkan secara minimal dalam sebuah regulasi tetapi belum ada peraturan operasionalnya. Tentunya pekerjaan-pekerjaan perlindungan terhadap saksi seharusnya telah masuk dalam pekerjaan seharihari CivPol dan Polisi Timor Lorosae. Misalnya saya menjadi saksi atas sebuah kasus dan kemudian ada yang datang untuk mengancam saya sehubungan dengan kesaksian saya itu, seharusnya saya bisa juga melaporkan ke polisi. Pihak polisi seharusnya memberikan perlindungan. Itu teorinya. Tetapi yang terjadi di Timor Lorosae sekarang adalah masalah klasik. Masalah yang kita tahu bahwa sumber daya polisi tidak cukup, ada masalah komunikasi karena perbedaan bahasa dengan CivPol dan polisi-polisi yang baru direkrut masih belum berpengalaman. Jadi, semua itu merupakan masalah tambahan selain karena tidak adanya kepastian perlindungan terhadap saksi. Masalah orang tidak mau memberi kesaksian juga berhubungan dengan rasa frustasi masyarakat akibat mereka tidak melihat ada pemajuan dalam proses di pengadilan. Sebagian lagi masyarakat memang belum berpengalaman dengan proses investigasi. Khususnya untuk masalah kekerasan 8
Wa w a n c a r a terhadap perempuan. Perlindungan terhadap saksi sangat penting bukan hanya untuk tindak kejahatan berat, tetapi juga untuk kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang disebut sebagai tindak pidana biasa (ordinary crime). Sistem perlindungan terhadap saksi sangat penting untuk kasus-kasus incest, kekerasan dalam rumahtangga, dan perkosaan. Seseorang akan sangat takut untuk menceritakan apa yang terjadi pada dirinya jika kemudian ia bisa terancam oleh pelaku.
khusus di sebuah pemerintahan, apakah itu di bawah kejaksaan atau polisi. Semua itu penting dalam usaha mendapatkan rasa keadilan di Timor Lorosae.
yang tidak terlalu sulit karena prosesnya tidak seperti membuat undangundang. Itu jika UNTAET memang berpikir untuk membentuknya. Jadi saya setuju selama Masa Transisi teman-teman NGO harus mampu mendorong semaksimal mungkin proses pengambilan satu kebijakan dari UNTAET agar mereka segera membuat peraturan operasional tentang perlindungan terhadap saksi dan korban.
Tadi Anda menjelaskan bahwa usaha untuk membahas peraturan operasioanal perlindungan terhadap saksi macet ... Saya pikir tekanan dari teman-teman NGO dan teman-teman yang aktif memantau proses pengadilan penting Selain peraturan itu
Foto: Firdia/AP Saya pikir di Timor Selain perlindungan Lorosae juga sudah terhadap saksi secaharus memikirkan ra yuridis juga ada tentang pembentukan dukungan bagi saksebuah lembaga pesi. Apakah itu juga layanan publik yang diperlukan di sini? secara terus-menerus Di negara-negara dan konsisten memmaju biasanya ada berikan perlindungan departemen khusus dan dukungan terhayang mendukung kordap saksi dan korban. ban. Di Australia, miKita bisa belajar salnya, saya tahu ada dari negara-negara laproses di mana saksi in yang telah melakubisa meminta komkannya. Pengalaman pensasi darurat. Ini di sana menunjukkan, juga bagi korban. lembaga-lembaga seNGO biasanya me- Korban kekerasan milisi-TNI berhak atas perlindungan dan pemulihan. perti itu sangat memmainkan peran yang bantu proses penesangat kuat dalam memberikan du- sekali untuk mendorong proses pem- gakan keadilan. Dan lembaga seperti kungan bagi saksi atau korban, baik bentukan peraturan yang dimaksud. ini harus bekerjasama dengan NGO, untuk korban perkosaan atau kasus- Karena jika peraturan itu terbentuk Gereja dan masyarakat. kasus kekerasan dalam rumah-tangga. dalam Masa Transisi itu akan meNGO di banyak negara memainkan ringankan tugas pemerintah menda- Apa fungsi lembaga semacam itu? peran pendampingan bagi korban. tang. Jangan lupa bahwa pemerinAntara lain, memberikan kompenSaya pikir sebagian NGO di Timor tahan Timor Lorosae yang baru nanti sasi. Hanya harus diciptakan kriteria Lorosae telah memainkan peran itu akan punya banyak tekanan. Jadi kalau atau syarat untuk menentukan kasus ameskipun jika dibandingkan dengan pada Masa Transisi kita berhasil pa seorang korban atau saksi mendapersoalannya dan kebutuhannya ma- membuat peraturan operasional yang patkan kompensasi. Tidak mungkin sih sangat kurang. Tetapi itu tidak ber- terkait dengan perlindungan terhadap seseorang yang jatuh dari motor menarti hanya dilakukan oleh NGO. Ne- saksi dan korban maka itu akan me- dapat kompensasi gara-gara helmnya gara harus tetap bertanggungjawab. ringankan beban bagi bangsa Timor pecah. Konsep yang sama dengan disedia- Lorosae di masa yang akan datang. Saya yakin, setiap orang di sini kannya public defender di pengadilItu artinya pemerintahan mendatang pernah menjadi korban karena peman. Negara memberi sumber daya, a- tinggal meneruskan apa yang telah di- bantaian masa lalu dan konflik intergar tersedia pengacara bagi pencari bentuk pada Masa Transisi sambil nal. Nah, tidak mungkin semua korban keadilan yang miskin. Meskipun du- menambah atau mengurangi beberapa itu mendapat kompensasi karena sumkungan terhadap korban dan saksi te- bagian yang dianggap tidak konteks- ber keuangan dari pemerintah Timor lah dijalankan oleh beberapa NGO tual. Apalagi peraturan yang dimak- Lorosae mendatang masih sangat di sini tetapi tetap perlu ada satu divisi sud sifatnya peraturan pemerintah minim. *** 9
Direito 16
21 Mei 2001
Kesaksian
2.000 Orang Berlindung di Gereja Berikut ini adalah kesaksian Padre Rafael dos Santos, Pastor Paroki Liquiça, yang disampaikan pada Rabu, 7 April 1999 di rumah Uskup Belo di Lecidere, Dili. Kesaksian ini pernah dimuat pada buletin Avante! No. 1/Minggu IV/April 1999.
P
ertama-tama kami dua, Padre Rafael dos Santos dan Pastor Jose Daslan, Pr. berada di tempat, mulai Senin sampai Selasa, 5-6 April. Orang dari Kecamatan Liquiça Kota pro-kemerdekaan tidak mau diganggu oleh orang pro-integrasi dari Kecamatan Maubara. Wilayah Maubara yang khusus untuk warga BMP jangan bergerak ke Liquiça. Karena warga BMP ke Liquiça Kota pada Senin, 5 April maka warga Kecamatan Liquiça berusaha untuk menghadangnya. Pagi-pagi (5 April) warga Liquiça telah berada di daerah perbatasan untuk menghadapi BMP dengan senjata tradisional, seperti panah, parang, dan tombak. Waktu itu memang tampak BMP yang berjalan di tengah jalan raya di daerah perbatasan antara Maubara-Liquiça Kota. Tetapi kenyataannya, tampak dari kiri kanan jalan raya adalah para anggota Koramil dari Maubara. Itu di bawah kepemimpinan Dandim 1638 Liquiça, Asep Kuswanto. Enam orang ditembak. Para pemuda dari Liquiça Kota mau melawan dengan panah dan tombak, tetapi dari kiri kanan mengeluarkan tembakan senjata sehingga mengenai tujuh orang pemuda. Sekarang mereka dirawat di Poliklinik di Dili. Pukul 13.00 di seluruh Kota Liquiça terdengar bunyi tembakan. Tembakan itu dilakukan oleh anggota Kodim Liquiça dan anggota Polres Liquiça. Akibatnya, rakyat takut sehingga mereka lari ke gereja. Sesudah bunyi tembakan itu, baru BMP masuk ke Kota Liquiça dengan teriakan. Bahkan seluruh BMP masuk ke Kodim Liquiça. Itu bagaimana? Siapa di belakang itu? Di lain tempat saya tidak tahu, tetapi di Liquiça itu Direito 16
persis anggota Kodim Liquiça yang di belakang itu. Kemarin (Selasa, 6 April) yang menyelamatkan saya dari rumah adalah orang berpistol. Waktu itu, anggota Brimob datang dan mengelilingi pagar gereja. Katanya mau mengamankan pastor dan rakyat. Saya tidak tahu. Sekitar pukul 13.00, anggota BMP mau menyerang rakyat yang berada di dalam rumah pastoran dalam lingkungan gereja. Awalnya, aparat menembak gas air mata ke dalam gereja. Lalu disusul dengan tembakan sporadis ke atas. Para anggota Brimob menembak ke atas sedangkan BMP menembak ke arah rakyat di dalam lingkungan gereja. Tembakan Brimob ke atas itu justru memberikan kesempatan kepada BMP untuk masuk ke dalam lingkungan Gereja, lalu BMP mulai membantai rakyat dengan panah dan tombak. Rakyat yang terkena gas air mata itu lari keluar dari dalam rumah pastoran dengan mata tertutup, lantas anggota BMP langsung potong-potong rakyat yang sedang terkena gas air mata itu. Itu namanya pembunuhan. Tujuan mereka adalah membunuh semua rakyat yang berada di lingkungan Gereja. Mereka yang berada di atas loteng rumah dan bersembunyi di kamar mandi dan kamar saya dibunuh habis. Mereka adalah Kepala Desa Dato, Jacinto da Costa Conceicao Pereira, Agustinho, Victor, Leovirgildo (pelajar SMA III) dan Lucio. Sebelumnya, Laurindo, kepala Perikanan Tingkat II Liquiça dan Herminio dibunuh di rumahnya oleh anggota Koramil Maubara. Otak pembunuhan itu tidak berpakaian tentara dari Jawa, tetapi tentara putra daerah. Hanya tentara tertentu yang diberikan senjata dan bergabung 21 Mei 2001
dengan BMP untuk membunuh rakyat. Saya dengan Padre Jose juga mau ditembak, tetapi senjata api tradisional BMP tidak meledak. ABRI menuduh bahwa ada dua senjata di dalam rumah. Lalu saya jawab kepada dua orang anggota polisi bahwa Jacinto dan putranya ketika masuk ke lingkungan gereja hanya membawa parang. ABRI bilang bahwa ada dua senjata itu hanyalah alasan mereka (BMP dan tentara) untuk membunuh semua rakyat di lingkungan gereja. Maksud BMP ke Kota Liquiça itu untuk membunuh semua pemimpin prokemerdekaan di Liquiça. Rakyat yang berlindung di lingkungan gereja sebanyak 2.000 orang lebih. Saya lihat secara langsung korban tewas tergeletak di rumah pastoran itu ada tujuh orang. Pasalnya, setelah kami berdua dibawa ke kantor Kodim baru terjadi pembunuhan lebih sadis dan brutal. Kalau Danrem Tono bilang hanya lima orang yang terbunuh lantas pemuda dan orang tua yang dibunuh di luar rumah pastoran itu bagaimana? Masalahnya, sekarang mayat-mayat itu tidak tahu ada di mana. Saya tidak tahu. Pada malam harinya, saya dengar bunyi kendaraan Hino di gereja. Bagaimanapun kita harus tahu di mana mayat-mayat yang dibunuh itu. Saya pulang dari Kodim sekitar pukul 19.00. Saat saya tiba di rumah, mayat-mayat itu tidak ada. Yang tersisa hanya ceceran darah di kamar-kamar, termasuk kamar tidur saya juga penuh darah. Sementara uang Rp. 8.000.000 milik SMPK Katholik Liquiça yang disimpan oleh Padre Jose Daslan juga hilang. Uang derma di celengan juga hilang. Juga sepeda motor Padre Jose dan beberapa mobil pribadi milik rakyat juga diambil lalu dibawa ke Maubara. Semua dokumen yang disimpan dalam lemari juga dirusak. Pokoknya seisi rumah pastoran dihancurkan. Peristiwa pembantaian dan penjarahan itu harus ditanggung oleh ABRI dan Pemerintah. *** 10
Kesaksian Jose Menezes:
Saya Menyerah ...!
S
aya, Jose Menezes (40), pega- ulangi. Setelah Eurico pergi polisi wai Departemen Penerangan memaksa kami untuk keluar dari gereLiquiça. Dalam perjalanan da- ja. Tetapi yang keluar hanya perempuri kantor, 5 April 1999, saya melihat an dan anak-anak. tentara di Kodim 1638 Liquiça berPenyerangan diawali dengan dua senjata lengkap. kali tembakan yang diikuti dengan Di rumah, saya mendapat informa- tembakan gas air mata. Saya segera si, milisi BMP dari Maubara menye- ke ruang makan untuk mencari anakrang yang mengakibatkan dua pemuda anak saya. Tetapi hanya melihat anak dirawat di rumah sakit. Situasi sema- bungsu saya, Caniziu, digendong kakin memanas. Sekitar pukul 12.00 sa- kak perempuan saya. Di tengah-teya dan keluarga mengungsi ke gereja, ngah orang-orang yang saling berhimsekitar 100 meter dari rumah kami. pitan saya masuk ke ruang tidur PasTernyata sudah banyak orang di sana, tor sambil menggendong Caniziu. Foto: Istimewa Melihat orang yang berlindung di lingkungan gereja. Ketika itu masyarakat mencoba mamasih terus berdatangan. suk Pastor RaDari dalam gereja kami fael mengatamendengar suara tembakan. kan, Jangan Kami diam dan berdoa. Saya masuk. Tempat dan seorang teman sempat sudah penuh! berkata, Kita harus melariDi dalam kan diri. Tetapi Jacinto, Keruangan itu sapala Desa Dato, dan Agusya melihat ada tinho melarang. Saya masih orang yang naingat mereka mengatakan, ik ke atas plaMilisi mengikuti briefing. Dalam perang kita harus fon. Saat memenderita dan mungkin harus mati. lompat ke luar lewat jendela untuk Pada 6 April setelah mendengar su- menyelamatkan diri, tiba-tiba seara truk tak lama kemudian terdengar seorang yang tidak saya kenal memorang berteriak, Kalian tunggu di si- bacok leher saya. Saya menyerah. ni. Jam satu kami akan serang kalian, Saya menyerah! kalau tidak percaya tunggu saja nanSaya berusaha berjalan, tetapi baru ti! Dari dalam kediaman Pastor kami beberapa langkah milisi yang bernamelihat para milisi membawa senjata ma Maurego mendatangi saya, Berirakitan dan samurai. Mereka berjalan kan anak itu, berikan anak itu! Saya ke sana ke mari sambil minum bir dan berusaha memeluk erat anak saya. Samerokok. ya tidak mau bicara karena takut darah Sekitar pukul 11.45 Eurico Guter- keluar semakin banyak. Melihat Maures dengan empat orang pengawalnya rego tidak bereaksi saya terus berjadatang menemui Pastor Rafael. Tak lan. Ketika itu saya melihat Cezar dos lama kemudian Eurico pergi. Sekitar Santos, pemuda dari Maubara dibasatu jam kemudian ia kembali da- cok oleh BMP ketika akan lari. tang. Eurico kelihatan berbicara deBeberapa langkah kemudian saya ngan Pastor. Di teras rumah Pastor ia bertemu dengan Fernando Lakubau, berkata, Kami dari Maubara datang yang saya tahu anggota BMP Maubauntuk menyerang Gereja Liquiça, ka- ra. Dia berkata, Biarkan dia. Dia surena orang-orang kami bersembunyi dah tidak bisa hidup lagi. Lihat leherdi dalam. Kata-kata itu terus di- nya hampir putus. Saya hanya bisa 11
Direito 16
diam. Saya mulai berjalan kembali. Di depan Kantor Kecamatan Liquiça saya melihat Joao Luo Mesa dan dua orang milisi BMP menikam dua pelajar SMA. Samar-samar saya mendengar, Tikam mereka. Bacok mereka! Saya terus berjalan sampai akhirnya terjatuh di dekat rumah keponakan saya, Agustinho. Ia mengangkat dan menyembunyikan saya di bawah tempat Oratori sedangkan anak saya diberikan pada istrinya. Saya mendengar dia bertanya, Jose, Jose kenapa kamu jadi begini? Agustinho segera memanggil Ona dan Ana Maria, bidan yang tinggal di dekat sana. Ketika sedang menjahit luka saya, salah seorang di antara mereka berkata, Kakak jarumnya patah. Ya, Tuhan! Apakah ada jarum cadangan, kata saya dalam hati. Darah terus mengalir. Lebih baik kita bawa ke Rumah Sakit Liquiça, kata Agustinho. Dia membawa saya ke rumah sakit dengan motor. Di sana luka saya diobati oleh mantri. Obat yang diberikan hanya Antalgin dan Kloroquin. Saya hanya bisa berdoa semoga selamat. Tome Diogu, anggota Koramil 03 Maubara datang ke rumah sakit, berseragam loreng militer dengan dengan senjata dan granat. Untung waktu itu saya tidak lihat kamu. Kalau saya lihat kamu pasti kamu tidak akan selamat, katanya pada saya. Dia memandangi saya lalu mengatakan, Sekarang saya pergi dulu. Kalau dia datang lagi, kata saya dalam hati, mungkin saya akan mati. Tengah malam saya mendengar suara anjing menggongong. Seorang mantri, Guilherme datang dan memanggil-manggil saya, Jose, Jose mereka datang lagi. Ia berbisik, Baru saja mereka datang membawa enam orang tanpa kepala dan hanya bercelana dalam. Guilherme tidak tahu ke mana korban itu dibawa dengan mobil Hino. Keesokan harinya saya dibawa ke Rumah Sakit Umum Bidau, Dili untuk mendapatkan perawatan. *** 21 Mei 2001
O p i n i
Impunitas dan Dampaknya Bagi Penegakan Hak Asasi (1/2) oleh Tim Divisi Advokasi Kebijakan
I
mpunitas merupakan sebuah topik yang luas dibicarakan dan terus menjadi persoalan yang hidup, bahkan di negara-negara yang mempunyai tradisi hukum yang kuat. Impunitas terjadi ketika negara atau penguasa hukum gagal menjalankan fungsinya untuk memproses secara hukum serta menjatuhkan hukuman bagi pelaku tindak kejahatan. Dalam banyak hal, impunitas umumnya dibicarakan dalam kaitannya dengan kegagalan meminta pertanggung-gugatan pelaku pelanggaran hak asasi. Penekanan memang banyak diberikan kepada kasus-kasus pelanggaran hak asasi, karena keseriusan dampaknya terhadap para korban, tetapi sebetulnya impunitas mencakup setiap kegagalan berfungsinya hukum dalam melindungi korban tindak kejahatan dengan membiarkan pelakunya bebas dari tanggungjawab apa pun. Dalam kaitannya dengan kasus-kasus pelanggaran HAM, impunitas merupakan persoalan bagi hampir semua negeri yang pernah menjalani masa kediktatoran atau penjajahan oleh kekuatan asing. Negara-negara Amerika Latin, seperti Chile, Argentina, Mexico, dan Guatemala merupakan contoh negara-negara yang pernah menderita kasus-kasus pelanggaran hak asasi berat di bawah pemerintah otoriter dan hingga sekarang masih berurusan dengan masalah impunitas. Bagi rakyat Timor Lorosae, impunitas merupakan suatu kenyataan yang telah dialami sejak masa penjajahan selama berabad-abad. Selama masa penjajahan, rakyat dijadikan korban
Direito 16
dari hampir semua tindakan yang tidak menghormati hukum dan hak asasi manusia. Dan dalam banyak kasus, meskipun tindakan-tindakan tersebut, bahkan jelas-jelas bertentangan dengan hukum kolonial sendiri, para pelaku tetap bebas mengulangi tindakannya dan terbebas dari jangkauan hukum. Hukum dan aparat penegak hukum bukan melindungi rakyat dan
menghantarkan keadilan, tetapi justru berfungsi menekan rakyat. Selama pendudukan Indonesia, hukum digunakan secara efektif untuk mengesahkan opresi dan menegakkan pendudukan itu sendiri. Pengungkapan secara damai dan demokratis pandangan-pandangan yang mengeritik opresi dan menuntut perubahan justru dipidana. Dengan pasal pamungkas anti subversi banyak pegiat kemerdekaan Timor Lorosae dipenjarakan. Rakyat menjadi korban dari penguasa kolonial dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi. Dalam keadaan itu, rakyat tidak dapat mengandalkan hukum dan aparat penegak hukum. Hukum justru merupa21 Mei 2001
kan sesuatu yang ditakuti dan dihindari. Hukum jelas memihak dan membenarkan tindakan apa pun yang mendukung pendudukan. Penyebab Impunitas Pembicaraan tentang impunitas mengundang perhatian orang untuk mempertanyakan beberapa hal. Salah satu pertanyaan penting adalah mengapa impunitas itu terjadi, dan bahkan pada tingkat tertentu membentuk suatu lingkaran setan yang sulit diputus. Impunitas hampir terjadi dalam pola yang sama dari satu tempat ke tempat yang lain. Impunitas pada saat pertama dapat terjadi karena suatu faktor, tetapi kemudian berkembang menjadi suatu lingkaran tak terputus karena kombinasi berbagai faktor lain yang saling berhubungan. Jika hukum dilihat sebagai alat sekaligus mekanisme untuk meminta pertanggungjawaban bagi suatu tindakan pelanggaran, pertanyaan pertama yang harus diajukan dalam kaitannya dengan impunitas adalah seberapa baik alat dan mekanisme itu untuk memastikan pertanggungjawaban. Sistem hukum tertentu tidak mengakui tindakan tertentu sebagai kejahatan. Sebaliknya, terdapat hukum di negara tertentu yang menganggap tindakan tertentu, yang sebetulnya sah menurut pandangan internasional, sebagai tindak kejahatan. Contoh yang paling nyata adalah hukum Indonesia, yang hingga akhir-akhir ini mengganggap pengungkapan pandangan po12
O p i n i litik secara terbuka sebagai tindakan subversi dan upaya merongrong kedaulatan negara, dan karenanya pelakunya harus dihukum. Dalam hukum internasional, pengungkapan pandangan politik merupakan hak asasi yang harus dijamin. Atas dasar itu, upaya-upaya untuk menghambat pelaksanaan hak tersebut harus dianggap tidak berdasarkan hukum. Artinya, tindakan penangkapan dan pemenjaraan terhadap seseorang karena kegiatan politik seharusnya merupakan tindakan di luar hukum. Tetapi karena hukum Indonesia belum mengakui prinsip dalam hukum internasional tersebut, tindakan-tindakan penangkapan dan pemenjaraan para pegiat politik bukan merupakan pelanggaran hukum. Hal ini berarti bahwa hukum Indonesia sendiri memungkinkan terjadinya impunitas, di mana para pelaku penangkapan dan pemenjaraan terhadap para pegiat politik tidak pernah dimintai pertanggungjawaban. Demikian pula dengan hukum Malaysia, yang dengan Internal Security Act, masih memungkinkan pemenjaraan terhadap para pegiat politik yang berbeda pendapat dengan pemerintah. Persoalan yang sama juga terjadi pada hukum di sejumlah negara lainnya. Hukum tidak efektif untuk melindungi dan menjamin pelaksanaan rakyat. Tetapi dalam tahun-tahun terakhir di banyak negara terjadi perubahan dan muncul kesadaran akan ketidakefektifan hukum tersebut. Atas desakan masyarakat dan dengan kemauan politik para pemimpin untuk melakukan perubahan, hukum kemudian diperbaharui sehingga dapat menutup celah bagi terjadinya impunitas. Kemauan politik ini merupakan salah satu faktor bagi terjadinya perubahan yang sungguh-sungguh menuju perbaikan. Di negara-negara yang hukumnya memungkinkan terpeliharanya pemerintah otoriter tanpa pertanggungjawaban kepada rakyat, tidak adanya kemauan politik ini, perubahan politik 13
nampak baik di permukaan saja. Per- anggota militer di bawah kolonel haubahan itu sendiri tidak akan mem- nya melaksanakan perintah dari atasbawa rasa keadilan bagi rakyat yang annya, maka anggota militer tersebut telah hidup dalam ketidakadilan di tidak dihukum. Hukum baru itu juga bawah regim otoriter. memerintahkan pembatalan semua kaIlustrasi yang paling terang mung- sus yang sedang menunggu bagi angkin dapat diambil, lagi-lagi, dari ne- gota militer yang masuk dalam kategara-negara Amerika Latin yang per- gori tersebut. Hal ini benar-benar nah diperintah oleh rezim otoriter. Se- menghambat proses penyelidikan dan sudah masa kediktatoran, karena ba- penuntutan terhadap para pelaku penyak pelaku pelanggaran hak asasi langgaran hak asasi pada masa lalu masih tetap berada dalam struktur pe- di Argentina. merintahan dan militer, tidak ada inLey de Punto Final akhirnya dinyavestigasi menyeluruh serta penuntutan takan tidak konstitusional baru-baru yang dilakukan terhadap pelanggaran- ini oleh hakim dari Pengadilan Fedepelanggaran hak asasi tersebut. Bah- ral Argentina, dan dinyatakan tidak kan, penguasa kemudian mengeluar- berlaku. kan memberlakukan hukum menghamKemauan politik untuk mencegah bat upaya apa pun yang dilakukan un- impunitas bukan hanya penting untuk Foto: Istimewa tuk memulihkan hak-hak mengubah hukum yang tidari para korban pedak efektif. Untuk negara langgaran tersebut. dengan hukum yang secara Di Argentina, setelah substantif efektif untuk meberakhirnya masa kelindungi hak-hak rakyat, diktatoran militer 1976kemauan politik tetap di1983 yang diwarnai perlukan untuk memastikan berbagai bentuk pelangbahwa hukum tersebut digaran hak asasi, berdaberlakukan sebagaimana sarkan hasil investigasi mestinya. Dalam keadaan dari Komisi Nasional tertentu, hukum yang efekuntuk Orang Hilang tif justru tidak dapat diberPaksa (Comision Nalakukan karena tidak adaTNI masih kebal hukum. cional sobre la Desanya kemauan politik dari paricion de Personas), Pengadilan penguasa untuk menegakkannya. Banding Federal di Buenos Aires Dalam kasus negara-negara di Aberhasil menuntut dan mempidana se- merika Latin, penetapan hukum-hujumlah anggota junta militer dan pim- kum tersebut adalah dalam rangka pinan kepolisian. Tetapi upaya terse- proses rekonsiliasi sesudah timbulnya but kemudian terhambat sama sekali celah yang sangat lebar antara mereka pemerintahan Presiden Raoul Alfon- yang terlibat dalam rezim pemerinsin mengeluarkan sebuah peraturan tahan sebelumnya dengan masyarakat yang disebut Ley de Punto Final pada secara luas. Dan dipercaya bahwa sa1986. Peraturan ini memberi batas lah satu cara yang dapat ditempuh unwaktu kepada pengadilan untuk me- tuk menjamin terjadinya rekonsiliasi nyelesaikan penyelidikannya dalam tersebut adalah dengan memberikan waktu 60 hari. pengampunan kepada para pelaku peSelanjutnya, pemerintahan yang sa- langgaran hak asasi pada masa lalu. ma mengeluarkan Ley de Obediencia Amnesti menjadi kebijakan yang diDebida pada tahun 1987, yang meme- paksakan oleh pemerintah untuk menrintahkan para hakim untuk member- capai tujuan tersebut, dan tuntutan kelakukan asas due obedience bagi ang- adilan dari rakyat serta perlunya pegota militer yang berpangkat di ba- mulihan bagi masyarakat korban sama wah kolonel. Artinya jika seorang sekali diabaikan. *** Direito 16
21 Mei 2001
Serba Serbi
Bekerja Bersama Petani dan Nelayan
P
ada tahun lalu, masyarakat sub- werment (program pemberdayaan distrik Luro dan sub-distrik masyarakat). Karena itu pihak JICA Moru, suco Laivai di Lospalos kemudian bersedia melakukan kerja serta sub-distrik Alas di Same punya sama dengan Yayasan HAK. Kesepainisiatif untuk membentuk kelompok katan kerjasama itu ditandai dengan kerja. Kelompok di Luro bergerak di penandatangan perjanjian kerjasama bidang pertanian, suco Laivai di antara JICA dan Yayasan HAK, pada bidang nelayan, sedangkan di Alas Maret lalu. Salah satu bentuk kerjabergerak di bidang pertanian dan samanya adalah JICA sebagai pihak nelayan. donor dan Yayasan HAK sebagai peTetapi, kelompok di tiga lokasi itu laksana proyek untuk mendukung kemenghadapi hambatan akibat kurang- lompok kerja di tiga wilayah itu. nya peralatan untuk mendukung keSebagai pelaksana proyek, kata Jugiatan mereka. Meskipun begitu sema- lio, bertanggungjawab atas persiapan, ngat mereka tak pernah patah. Mere- pengorganisasian, pengadaan dan ka kemudian bersama-sama sepakat pendistribusian, monitoring dan evauntuk membuat proposal. Dengan ca- luasi. Setelah tahap ini selesai maka ra itu, menurut mereka, akan memban- akan dilanjutkan dengan pelatihan setu mengatasi persoalan yang dihada- suai dengan bidangnya, yaitu tentang pi, kata Julio Fernandes, koordinator permacultur, managemen tabungan, Unit Pemberdayaan. sistem penangkapan ikan dengan cara Proposal yang mereka buat itu ke- rompong. Tahapan-tahapan yang hamudian diajukan ke Yayasan HAK. rus dilalui itu bertujuan untuk memSebagai NGO nasional yang bergerak berdayakan masyarakat agar mereka di bidang hukum, hak asasi, dan ke- bisa mandiri, dalam konteks ukun adilan bukan lembaga yang mena- rasik aan. ngani pengembaPada Maret ngan pertanian dan lalu, kelompok nelayan juga pertanian di Lumemberi perhatian ro telah mendapada rencana mepat peralatan reka itu. Sebab, berupa cangkul, hak asasi juga parang, linggis, mencakup hak atas sekop dan perkehidupan yang sealatan pendujahtera, yang cakukung lainnya. pannya sangat luas. Creche harus dibangun kembali. Begitu pula deBerdasarkan ngan kelompok pertimbangan di atas, maka Yayasan nelayan di Laivai. HAK bersedia membantu memfasiUntuk kelompok pertanian dan nelitasi kebutuhan mereka. Caranya? layan di Alas, pada 27 April diseDengan mengajukan proposal tersebut lenggarakan pertemuan antara Yayake sebuah lembaga donor dari Jepang san HAK dan anggota kelompok. Dayang bernama Japan International lam pertemuan itu, selain anggota keCooperation Agency (JICA). lompok hadir juga Pastor Paroki, seProsesnya ternyata memakan waktu kretaris zona chefe suco dan chefe yang lama meskipun JICA memiliki aldeia dari kelima desa yang ada di program tentang community empo- Alas. Masalah yang dibahas pada Direito 16
21 Mei 2001
pertemuan itu, antara lain sosialisasi program proyek dan tujuan pembentukan kelompok, yang difasilitasi oleh Julio Fernandes dibantu dua staf Rumah Rakyat Maubisse, Fernando dan Manuel Montero. Kami lebih menekankan pada bagaimana agar masyarakat bisa bekerjasama dan memanfaatkan secara maksimal bantuan dari berbagai NGO untuk membangun daerahnya, kata Julio. Itu dikarenakan pemahaman sebagian masyarakat terhadap bantuan dari berbagai NGO Internasional di Timor Lorosae akan berlangsung terus-menerus. Setelah terjadi saling pengertian, pihak pelaksana proyek kemudian mendistribusikan peralatan pendukung kegiatan kepada kelompok petani dan nelayan. Kepada kelompok pertanian mendapatkan cangkul, linggis dan parang masing-masing berjumlah 43 buah dan sekop 20 buah. Sedangkan untuk nelayan mendapatkan jaring dalam berbagai ukuran, mata pancing, tali senar, tali jaring, ember, dan keperluan lainnya. Kegiatan berikutnya, menurut Julio Fernandes adalah memantau perkembangan kegiatan setiap kelompok. Evaluasi akan di lakukan setiap tiga dan enam bulan terhitung sejak tanggal pendistribusian peralatan, untuk memantau sejauh mana tingkat pencapaian hasil kegiatan setiap kelompok. Melalui program ini kelompok yang ditargetkan bisa memanfaatkan bantuan tersebut dengan baik. Selain itu, bisa terjalin hubungan kerjasama di antara anggota kelompok demi untuk membangun Negara Timor Lorosae merdeka kelak. Bantuan ini akan mengajarkan pada kami bahwa berorganisasi itu harus dimulai dari awal, kata salah seorang anggota kelompok petani. *** 14
Ami Lian
S
Kronologi Pembantaian Versi ABRI
etelah pembantaian Liquiça, kemerdekaan yang mengepung Korapada 7 April 1999 Kepala Pu- mil Liquiça dapat dibubarkan. sat Penerangan TNI Mayor Pada 5 April sekitar pukul 09.15, Jenderal TNI Syamsul Maarif lang- massa anti-integrasi membakar rumah sung mengadakan jumpa pers. Ia me- Victor dan merusak rumah Kopral I negaskan bahwa korban yang mening- Abilio, anggota Koramil Liquiça, megal akibat penyerangan tersebut seba- rusak 5 rumah milik anggota Keanyak 5 orang terhitung 3-5 April. Ke- manan Rakyat, menghancurkan rumah lima korban tidak meninggal se- milik warga pro-integrasi di Desa kaligus pada 5 April, katanya. Me- Dato dan melempari kendaraan dinas nurut Maarif, pada 5 April terjadi Assiten II Pemda Liquiça. Menurut perkelahian antar kelompok pro-in- Maarif, aparat keamanan telah melategrasi dan anti-integrasi di Sukaer kukan usaha mengamankan wilayah Laran, Desa Dato, Kecamatan Liquiça. Pada tanggal 3 April sekitar pukul 16.30, Americo dari kelompok prointegrasi melintas balai desa Dato dan melihat lima orang dari beberapa kelompok pro-kemerdekaan sedang ngobrol di tepi jalan kantor desa. Melihat Americo leMilisi menteror penduduk. wat, mereka bubar sehingga menimbulkan rasa curiga pada Ame- tempat keja-dian, agar tidak berkemrico. Ketika ditanya bukannya men- bang ke tempat lain dan mengevakuasi jawab malah melawan sehingga ter- korban luka-luka berat ke RS Wirajadi pertengkaran. husada, Dili. Sampai saat ini jumlah Pada tanggal 4 April , sekitar pukul korban yang meningggal 5 orang, 15.00, Jaimito, seorang pegawai kata Maarif. Kantor Koperasi Tingkat II Liquiça Bagaimana versi Laporan Harian menemui Victor. Jaimito yang berasal Kodim 1638 Liquiça kepada Korem dari Desa Sana datang untuk menyele- 164/Wira Dharma? Dalam laporan insaikan pertengkaran yang terjadi seha- tern berstatus rahasia itu disebutkan ri sebelumnya. Victor langsung ma- bahwa orang-orang yang mengungsi rah. Bersama kawan-kawannya Vic- ke Kompleks Gereja Liquiça adalah tor mengeroyok Jaimito dan merusak penyebab awal dari pembantaian. Osepeda motornya. Mereka juga me- rang-orang pro-kemerdekaan di dangatakan, bahwa orang asal Sana lam Kompleks Gereja menembak kamembuat rakyat sengsara karena itu ki kiri salah seorang anggota Satgas mesti dibunuh. Jaimito akhirnya mela- Tribuana. Tentara juga menyebutkan rikan diri. telah menemukan senjata dan barangSekitar pukul 15.30, kurang lebih barang lain di rumah Pastor Rafael. 25 orang pro-integrasi yang khawatir Berikut kronologi pembantaian atas keamanannya mencari perlin- menurut Laporan Harian Kodim 1638. dungan ke Koramil Liquiça. Setengah Pada 5 April sekitar pukul 10.00 jam kemudian pemuda-pemuda pro- terjadi penculikan terhadap keluarga 15
Direito 16
Antonio Lopes da Cruz, anggota PNS Koramil 1638-01. Keesokan harinya, 6 April, sekitar pukul 08.00 terjadi bentrokan antara kelompok pro-integrasi dengan prokemerdekaan yang mengungsi di rumah Pastor Rafael dos Santos. Kelompok pro-integrasi kemudian mendatangi rumah Pastor Rafael karena ada indikasi bahwa beberapa provokator yang bersenjata bersembunyi di sana. Sekitar pukul 09.00, Komandan Kodim mengadakan koordinasi dengan Polri untuk menurunkan satuan Brimob dan melakukan negosiasi dengan pastor, agar rakyat yang mengungsi dipulangkan ke rumah masing masing. Pada saat pihak Polri sedang berunding dengan Pastor Rafael, meletus tembakan dari dalam rumah pastor. Tembakan ini melukai kaki kiri Arifin, salah seorang anggota Satgas Tribuana. Sekitar pukul 11.00 aparat Polri menyarankan agar untuk sementara waktu Pastor ke Makodim 1638. Setelah Pastor meninggalkan rumahnya kelompok pro-integrasi langsung memaksa para provokator segera keluar tetapi malah dibalas dengan rentetan tembakan yang mengakibatkan semua unsur bersenjata melakukan penyerbuan. Dari penyerbuan itu diperoleh keuntungan: dua pucuk senjata G3 No 157802 dan 4157; 10 selongsong peluru dan 17 butir peluru kecs; satu bendera Portugal dan satu bendera Fretilin; dua buah magazen G3; 2 butir peluru kaliber 12 mm. Kerugian yang diderita adalah ditemukan lima orang meninggal, seorang bernama Mozinho asal Desa Lukulai, empat lainnya tak dikenal; rumah Pastor Liquiça rusak berat. Laporan bernomor R/48/LH/IV/ 1999, 8 April itu ditujukan kepada Kepala Seksi Intelijen Korem 164/ Wira Dharma yang ditandatangani oleh Perwira Seksi Intelijen UB Bati Intel Kodim 1638/Lqs, Serka Raimundo dos Santos, NRP 554185.*** 21 Mei 2001
Ami Lian Pastor Kepala Gereja Liquiça dan pihak Korem 164/Wira Dharma. Dalam investigasi lanjutan yang dilakukan Yayasan HAK pada bulan Maret lalu, terungkap bahwa korban ban. Apalagi setelah Uskup Belo ber- yang meninggal mencapai 103 orang. temu langsung dengan Pastor Rafael Angka ini cocok dengan yang dikatados Santos dan Pastor Yoseph Daslan kan oleh António de Jesus (56), seorang saksi mata. di Liquiça. Bersama dua temannya ia dipaksa Kepada jurnalis pada 7 April Uskup Belo mengatakan jumlah korban oleh Jacob dan Raimundo, anggota yang meninggal mencapai 45 orang. Kodim 1638 Liquica untuk mengTujuh belas orang meninggal pada angkut mayat yang ada di Kompleks 5 April dan sisanya Foto: FX Sumaryono Gereja ke dalam truk Hino dan vascolante. meninggal satu hari Di antara mayat itu tikemudian. Lebih langa di antaranya adajut Uskup Belo menlah perempuan dan ajelaskan, Saya menda dua anak berusia di dapat laporan dari bawah lima tahun. Komandan Korem António yang merubahwa yang ada di pakan pegawai sipil dalam rumah berjumKodim 1638/Liquiça lah 25 orang dan seluitu juga mengatakan, ruhnya tewas. Saya hampir semua lakijuga melihat di bawah laki yang dibunuh bepohon beringin terdarasal dari Maubara. pat bekas-bekas ceSetia menanti keadilan. Kedua kendaraan ceran darah. Saya tidak tahu berapa orang yang mati di itu dikemudikan oleh Jacob dan Raisana. Lebih baik tanya saja pada me- mundo ke arah barat. Bak belakang reka yang mengangkat mayat-mayat truk ditutup terpal. Dalam ingatan António, dua kali truk Hino mengangkut tersebut ke dalam mobil? Tujuh korban tewas disaksikan mayat, sedangkan vascolante hanya sendiri oleh Pastor Rafael dos Santos. sekali. Pembuangan mayat itu dilakuKetika kami ke luar rumah saja ada kan antara pukul 14.00-16.00. Di hadua mayat yang kami langkahi, kata laman belakang Kompleks Kodim saPastor Rafael. Kesaksian Pastor Ra- ya melihat tiga mayat laki-laki yang fael itu ditegaskan oleh Pater Yoseph berasal dari rumah bupati. Ketiga mayat itu dibiarkan begitu saja, kata Daslan. Menurut hasil investigasi yang di- António. Pada 22 April Komnas HAM di lakukan oleh Yayasan HAK menemukan bahwa yang korban meninggal bawah pimpinan B.N. Marbun, Kusdunia dalam penyerangan dan pem- parmono Irsan dan Florentino Sarbantaian di Kompleks Gereja Liqui- mento dari Komnas HAM Perwakilça tersebut mencapai 59 orang, 35 or- an Timor Timur mengadakan penyeang luka luka dan 16 orang belum lidikan atas kasus penyerangan Gerekembali ke rumah alias hilang. Angka- ja Liquiça. Kini, insiden pembantaian itu diluangka itu diperoleh melalui wawancara langsung dengan saksi korban, pakan orang. Kepada siapa kita harus laporan keluarga, konfirmasi dengan mempertanyakan kebenaran itu? ***
Tawar Menawar Jumlah Korban
P
enyerangan dan pembantaian di Kompleks Gereja João de Brito Liquiça 1999 tetap misterius sampai hari ini. Terutama bagi korban dan keluarganya. Ada banyak berita di seputar insiden berdarah itu. Ada yang menyatakan korban penyerangan Kompleks Gereja Liquiça itu jumlahnya ratusan. Para korban itu diangkut dengan truk Hino milik TNI. Berita lain mengatakan para korban dikubur di sekitar Danau Masin di Maubara. Kabar yang lain lagi mengatakan jenasah mereka dibuang ke laut. Investigasi yang pernah dilakukan oleh sejumlah lembaga juga tak pernah bisa menjawab pertanyaan: berapa jumlah korban dan di mana jenasah mereka dikuburkan. Pangdam IX/Udayana Mayor Jenderal Adam Damiri di depan jurnalis satu hari setelah insiden itu mengatakan, jumlah korban yang meninggal lima orang sedangkan 25 lainnya mengalami luka-luka. Salah satu korban yang meninggal adalah Kepala Desa Dato, dua korban lainnya berasal dari Baucau dan sisanya berasal dari Maubara. Kelima korban membawa peralatan sebagaimana layaknya seorang anggota GPK (Gerakan Pengacau Keamanan), kata Damiri. Dalam bentrokan itu juga ditemukan dua pucuk senjata otomatis jenis G3 milik Fretilin dari enam pucuk yang diduga disimpan di rumah pastor. Pernyataan Adam Damiri itu ditegaskan kembali oleh Kapuspen ABRI Mayjen TNI Syamsul Maarif di Jakarta pada hari yang sama, 7 April 1999. Pihak Gereja di Timor Lorosae tak bisa menerima begitu saja pernyataan militer Indonesia tentang jumlah kor-
Redaksi Direito
Neves, Julio, NK, Pinto, Caminha, TI, Moises, Oscar, Viana, Edio, Kopral, Martinho.
Diterbitkan atas dukungan: