Yayasan HAK
Jl. Gov. Serpa Rosa T-091, Farol Dili - Timor Lorosae Tel.: + 670 390 313323 Fax.: + 670 390 313324
Direito
e-mail:
[email protected]
Dwi
E d i s i
Mingguan
13
Hak
Azasi
Manusia
19 Maret 2001
Ketika Anak Tak Punya Waktu untuk Bermain
S
Dili berubah total pasca referendum. Bukan hanya bangunan yang tinggal puing-puing. Anak-anak jalanan ada di mana-mana. hari berjualan rokok di Kantor UNTAET. Jika hari menjelang malam berpindah ke Cafe Timor. Saya disuruh ayah untuk berjualan. Dulu ayah bekerja sebagai security, te-
Foto: Antonio Goncalves
alvador berusia 8 tahun. Tubuhnya yang kurus dibungkus pakaian kumal. Setiap hari menggendong tas kecil, isinya rokok. Murid kelas 3 sekolah dasar itu setiap
Anak-anak tumbuh di jalanan kota
Daftar Isi Direito Utama...........................Ketika Anak Tak Punya Waktu Bermain
(1) ................................................................Kenapa Sekarang Jadi Masalah? (2) ...............................................................................Jangan Biarkan Mereka (3) Info HAM........................................................................Anak Punya Hak Asasi (4-5) Wawancara..................................................Helio Freitas: ............................................................Persoalan Anak, Persoalan Kita (6) Opini........Anak Jalanan di Timor Lorosae: Korban yang Terus Dikorbankan (8) Serba Serbi..............................Penandatanganan Kesepakatan di Uato-lari (10) ................................................................Investigasi RR Baucau ..........................................................Kerjasama RR Maubisse-CDEP ..............................................Refleksi Bersama Anggota NC
Ami Lian.......................................................................Anak Jalanan di Mata Malae (11) .............................................................Anak Jalanan di Mata Seorang Guru ................................................................Anak Jalanan di Mata Joao Reis (12) ......................................................................Cerita Diri Anak Jalanan ............................................Olandina Cairro Berbicara Tentang Anak-anak
tapi sekarang menganggur, katanya. Modal berjualan rokok itu diperoleh dari hasil mencuci mobilnya malae. Uang yang diperoleh ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Penampilan Salvador tidak berbeda dengan Joaquim. Hanya tubuhnya lebih tegap. Ayah saya sudah meninggal karena sakit. Bocah 13 tahun itu mengaku, setiap siang saya harus ke sekolah. Kalau saya tak ada uang, kakak saya yang membayar uang sekolah. Pemerintah transisi hanya membantu buku dan pensil,kata Joaquim. Hari-harinya nyaris dihabiskan di sekitar kantor Sergio de Mello. Ia menjajakan kartu telepon. Modalnya dari kawan-kawan di sini. Saya hanya menjualkan kartu mereka. Setiap kartu telepon yang terjual saya dapat uang Rp. 5.000, katanya. Sejak tahun lalu Antonio (10 tahun) telah berdagang rokok, kartu telepon dan buku tulis. Seperti teman sebayanya ia memilih lahan di sekitar Kantor UNTAET. Modalnya sebesar Aus $ 5 diperoleh dari ibunya. Ayah saya sekarang tidak bekerja lagi. Dia hanya ke sana ke mari. Kalau dapat uang dia kumpulkan untuk makan. Tak heran bila sebagian dari penghasilannya, setiap minggu, ia harus membeli beras satu karung. Kalau ayah tidak bisa membayar uang sekolah, saya akan membiayai sendiri. Antonio mendapat keuntungan A$ 1 dari setiap kartu telepon yang terjual. Ah, saya tidak terlalu lelah berjualan di sini, karena teman saya banyak, katanya. Apa yang dirasakan dan dipikirkan pemimpin kita ketika menyaksikan anak-anak itu harus mencari uang di jalanan? tanya Olandina dari ETWAVE. ***
Editorial
Kenapa Sekarang Jadi Masalah?
J
elas tertuang dalam Peraturan UNTAET No. 1/1999, bahwa Pemerintah Transisi mentaati semua standar internasional hak asasi manusia. Salah satu standar ini adalah Konvensi Hak Anak, yang ditetapkan PBB tanggal 20 November 1989. Konvensi ini tentu tidak dibuat asalasalan. Ia adalah hasil upaya bertahuntahun komunitas internasional untuk melindungi anak-anak agar bisa hidup aman, sejahtera, dan bahagia sekarang maupun di masa depan. Konvensi mengharuskan setiap pemerintah untuk melindungi dan memajukan hak anak. Tetapi itu hanya indah di atas kertas. Kenyataannya? Pemerintah Transisi PBB di Timor Lorosae seperti tak peduli dengan semakin banyaknya anak-anak yang terpaksa menyambung hidup di jalanan, termasuk di depan kantor Sergio de Mello. Anak-anak yang terpaksa mencari uang untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya itu bukannya dilindungi. Alih-alih dipikirkan hak-haknya, tak jarang mereka malah dipukul atau dibentak-bentak oleh petugas security kantor yang megah itu. Bahkan, salah satu edisi Tais Timor, media resmi UNTAET tahun lalu menulis bahwa anak-anak jalanan yang berkeliaran di depan hotel terapung Olympia membuat tidak nyaman staf internasional. Menyaksikan tindak aparat keamanan PBB juga membuat kita marah. Pada suatu sore di depan Uma Han Bar, petugas keamanan menangkap seorang anak yang berkelahi dengan kawannya. Anak berusia sekitar 10 tahun itu ditangkap, tangannya dibekuk seolah-olah ia penjahat yang siap untuk melarikan diri. Anak-anak itu terpaksa bekerja karena orangtua mereka tidak mampu. Mereka, seperti juga rakyat Timor lainnya, membayangkan setelah memenangkan referendum, hidup mereka akan lebih nyaman. Kalau mereka berkeliaran menawarkan jasanya pada staf internasional, karena merekalah yang punya uang. Kalau mereka tidak bersekolah itu karena pelayanan publik yang merupakan hak asasi setiap orang itu tidak maksimal dan biayanya tidak murah. Menurut peraturan yang Anda buat, itu tanggungjawab Anda, Senhor.*** Direito 13
Anak jalanan ada di mana-mana. Kenapa masalah anak jalanan tidak dijadikan prioritas utama di Timor Lorosae. Padahal masa depan negeri ini ada di pundak mereka.
S
ungguh menyakitkan, kata Jim Mellor dari APHEDA, menyaksikan anak-anak harus tumbuh dan berkembang di jalanan. Kenapa anak jalanan sekarang menjadi masalah di sini? Mungkinkah karena mereka ingin menikmati kehidupannya yang sebebas-bebasnya pasca referendum? Atau, karena ada masalah lain? Jumlah anak jalanan yang meningkat tajam setelah kekerasan sepanjang referendum itu, karena orang tua mereka hilang, dibunuh, atau masih berada di Timor Barat? Mungkin ada benarnya jika dibandingkan pada zaman pendudukan Indonesia. Memang, sepulang rakyat Timor dari pengungsian, hampir di setiap sudut Kota Dili ada saja anak-anak yang menjajakan koran, kartu telepon, rokok, menawarkan jasa untuk membersihkan mobil atau menukar dolar dengan rupiah. Bahkan, ada saja yang mengais sampah sekadar mencari makanan sisa milik staf internasional. Semakin banyaknya anak jalanan tentu memprihatinkan banyak pihak. Salah satu di antaranya adalah ETWAVE yang dipimpin oleh Olandina Cairro. Untuk mengatasinya, Olandina melontarkan gagasan. Jika semua orang, staf internasional, nasional, dan pengusaha yang sekarang bekerja di Timor Lorosae, setiap hari mau menyisihkan uang satu dolar Amerika. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk mereka, katanya. ET-WAVE juga punya rencana membangun gedung sekolah atau asrama dan taman bermain bagi anakanak. Ia tak sepakat jika Timor Lorosae menjadi gudang anak jalanan. Itu berarti kesalahan kita. Mengapa di negeri yang begitu kecil, kita membiarkan ada 19 Maret 2001
anak jalanan? Kita harus berusaha mengatasinya. Helio Freitas dari Forum Demokrasi tak setuju jika mereka dimasukkan asrama atau panti asuhan. Lebih tepat bila anak dididik sesuai dengan kebiasaan yang mereka lakukan. Setelah bergaul dengan anak-anak itu, kita baru bisa menentukan bagaimana seharusnya mendidik mereka. Kita tak bisa menentukan secara sepihak. Kita harus berbicara dengan mereka. Dengan memasukkan mereka ke asrama tidak bisa menjawab persoalan utama. Anakanak itu telah terbiasa dengan kehidupan yang bebas, tidak terikat oleh siapa pun. Kita, lanjut Helio, harus mencari sumber masalahnya. Jim Mellor mempertanyakan, masalah anak jalanan yang tidak dijadikan prioritas di Timor Lorosae. Padahal dana dari Bank Dunia digunakan untuk kepentingan pengembangan sumberdaya rakyat. Menurut Helio yang akrab dengan anak-anak jalanan selama berada di Jakarta, pembangunan harus dimulai dari desa. Itu yang harus dilakukan pemerintah supaya semua orang tidak berkonsentrasi di kota. Sementara Jim mengusulkan, komunitas yang ada anak-anak agar membantu, melindungi, dan mempersiapkan mereka untuk masa depan Timor Lorosae. Komunitas bisa membantu anak-anak yang ditinggal orangtuanya akibat perang, kata Jim. Tempat yang baik bagi anak adalah di tengah-tengah keluarga. Kalau seseorang tidak memiliki keluarga, anggota keluarga yang lain dan komunitas harus mengambil alih tanggungjawab terhadap mereka. Menurut Konvensi Hak Anak, pemerintah wajib menyediakan pendidikan dasar gratis untuk anak.*** 2
Direito Utama
Jangan Biarkan Mereka ...
A
Jangan biarkan masa depan mereka terbuang di atas trotoar. Jangan biarkan mereka hidup dari sampah. Jangan biarkan mereka menjadi pengemis.
Foto: Antonio Goncalves
nak adalah buah hati orang tua. Mereka menjadi simbol kepolosan, jiwanya masih putih, suci. Anak hidup dalam dunia angan dan keceriaan. Dunia anak penuh dengan keindahan, tawa, dan, canda yang menyimpan banyak kenangan menyenangkan. Masa perkembangan awal seorang anak itu penting bagi kepribadian di masa dewasa. Siang itu udara panas menyengat. Alberto seperti tak kenal lelah menawarkan koran dagangannya, pada siapa saja yang melintas di Kantor UNTAET. Dari setiap koran yang terjual, anak kelas lima sekolah dasar itu mendapat keuntungan seribu rupiah. Saya diajak kawankawan yang terlebih dulu ada di sini, katanya. Pada awalnya orangtua saya marah, tetapi sekarang tidak lagi. Karena setelah sekolah saya pulang ke rumah. Ia tinggal di Becora. Setiap jam 12 Alberto berangkat ke sekolah. Orangtua saya buka kios. Uang yang saya peroleh saya gunakan untuk keperluan sendiri. Tetapi, kadang-kadang saya bagi sedikit ke ayah dan ibu untuk membeli beras. Perjuangan hidup Constantino,16 tahun, tak berbeda dengan Alberto. Ia pertama kali mencari uang sendiri pada bulan November tahun lalu. Dengan modal 545.000 rupiah yang diberikan oleh pamannya. Namun modal yang dipinjamkan itu, telah dikembalikan kepada pamannya. Karena, dia sudah mendapatkan keuntungan dari modal awal itu. Kini, kata Costantino, tabungan saya kurang lebih telah 3
mencapai 6.000.000 rupiah. Baginya, sekolah itu penting. Dan ia akan berusaha membagi waktu antara sekolah dan bisnis. Sekarang saya tidak sekolah, karena di sekolah sering terjadi perkelahian. Saya jadi takut ke sekolah. Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal bersama adik ayahnya. Ibunya tinggal di Baucau untuk mengerjakan sawah. Saya membantu ibu membelikan beras, kata Constantino, yang sesekali tangannya memegang rambutnya. Semua ungkapan di atas dapat mengigatkan kepada kita bahwa memang sulit untuk berbicara anak jalanan dan problemnya. Bahkan yang lebih sulit lagi adalah ketika anak jalanan hanya diberi janji-janji oleh para pemerhati maupun penguasa negeri ini. Banyak orang yang selalu mengatasnamakan anak jalanan tanpa memberikan solusi kasih sayang yang nyata. Semua ini, tidak sesuai dengan apa yang Direito 13
dikatakan oleh Sandyawan, seorang pastor dari Indonesia. Katanya, Bagi anak jalanan setiap orang adalah gurunya dan setiap tempat adalah sekolahnya. Jadi, memang harus kita pelajari dan amati lagi mengapa anak jalanan itu ada? Apakah sudah cukup bila lewat radio, televisi, surat kabar memberitakan tentang anak jalanan? Mungkin ada benarnya juga syair yang di nyanyikan Ebiet G. Ade, tanyakan pada rumput yang bergoyang. Olandina Cairro, salah seorang yang peduli pada masalah anak mengatakan, Kenapa di sini begitu banyak anak jalanan? Dengan pandangan yang menerawang dalam sorotan matanya, dia mengumpamakan bahwa, seorang anak itu bagaikan sebuah anak kunci. Bila kita biarkan maka ia akan berkarat. Dengan halus Joao Zito dos Santos siswa SMP Kristal Dili mengatakan, semua anak jalanan di Timor Lorosae harus diperhatikan. Tetapi apakah itu benar? Kita tidak ingin bangsa kita seperti negara lain yang hanya pandai mengumbar janji, tuturnya pada jurnalis Direito. Sementara Marsilio Colly, siswa SMU Dharma Bhakti Comoro berpendapat, anak adalah buah hati orang tua. Para penguasa jangan mengatasnamakan anak jalanan. Biarkan mereka yang menilai dirinya sendiri. Colly memberikan contoh, Ketika ada anak bermain kelereng, anak yang lain yang kebetulan melewati tempat itu, ia pasti ingin seperti temannya itu, katanya, sambil tertawa. Ah, anak-anak ...*** 19 Maret 2001
Info
HAM
Anak-anak Punya Hak Asasi
B
Pemegang kekuasaan di Timor Lorosae telah menetapkan untuk menerima Konvensi Hak Anak. Hak apa saja yang dicantumkan dalam konvensi internasional itu?
anyak orang berpendapat, yang dimaksud dengan anak adalah bayi dan anak-anak kecil yang masih menjadi tanggungjawab orang dewasa. Tetapi seluruh dunia telah sepakat, bahwa yang dimaksud dengan anak adalah semua orang yang berusia di bawah 18 tahun. Artinya, semua orang yang berusia 0-18 tahun adalah anak, dan karena itu berhak untuk dipelihara dan dilindungi dengan baik. Semua Anak Punya Hak Menurut standar hak asasi manusia internasional: Konvensi tentang Hak Anak, setiap anak punya hak. Pemerintah dan setiap orang dewasa wajib melindungi semua anak tanpa membedakan satu sama lain. • Anak laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama. • Anak yang dilahirkan di kota dan di desa juga memiliki hak yang sama. • Anak orang kaya maupun orang miskin punya hak yang sama. • Hak seorang anak tidak dibedakan berdasarkan agama yang dianutnya. • Anak-anak yang berbahasa Tetum, Indonesia, Portugis maupun yang berbahasa Bunak, Kemak, Fataluku, Makasae, Baikenu dan bahasa lainnya memiliki hak yang sama. • Anak-anak cacat atau sakit mempunyai hak yang sama. • Anak-anak dari aktivis pro-kemerdekaan, pro-integrasi, dan milisi juga mempunyai hak yang sama. • Anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan maupun di luar perkawinan punya hak yang sama. • Anak-anak yatim piatu punya hak yang sama seperti anak-anak lain.
Direito 13
Semua Anak Punya Hak dalam Sebuah Keluarga yang Mencintai dan Memelihara Mereka
Tempat yang baik bagi anak-anak adalah di tengah-tengah keluarganya. Orangtua mempunyai tanggungjawab untuk membuat anak-anak merasa aman, bahagia dan dicintai selama mereka tinggal bersama keluarganya. Kalau seorang tidak memiliki keluarga, anggota keluarga yang lain harus mengambil alih tanggungjawab terhadap mereka. Menurut Konvensi Hak Anak, pemerintah punya kewajiban untuk membantu anak-anak yang tidak punya keluarga maupun yang punya keluarga agar bisa hidup dengan aman dan bahagia. Setiap Anak Punya Hak untuk Mendapatkan Makanan yang Sehat Untuk Menunjang Perkembangannya
bicara, dan merangsang perkembangan anak (seperti mengajarkan mereka berjalan dan berbicara) merupakan awal dari pendidikan. Ketika anak berusia 6 tahun ia harus bersekolah. Sekolah penting bagi anak-anak untuk belajar dan tumbuh menjadi dewasa dan dapat berpartisipasi dalam perkembangan Timor Lorosae. Sekalipun ada banyak kegiatan pendidikan di rumah, anak-anak harus mendapat kesempatan untuk sekolah. Anak-anak ingin bersekolah jika mereka mendapat perlakuan yang setara dan tidak disakiti, mereka merasa aman, sekolah memberi mereka kebebasan untuk berbicara, berbagi ide dan belajar dengan bebas. Tidak semua orangtua mampu menyekolahkan anaknya dengan baik, karena itu Konvensi Hak Anak mengharuskan setiap pemerintah untuk membangun sistem sekolah dasar publik cuma-cuma yang baik.
Pertumbuhan fisik dan emosional seorang anak tergantung pada makanan yang mereka makan setiap hari. AnakSetiap Anak Punya Hak Untuk Beranak memerlukan makanan seperti samain dan Beristirahat yuran, nasi, susu, dan daging. Bayi khu- Bermain merupakan bagian dari belajar. susnya memerlukan lebih banyak susu Melalui bermain anak belajar untuk beragar tumbuh besar bicara, berbagi, dan kuat. Jika anakbekerjasama anak mendapatkan Setiap anak berhak untuk dan memecahmakanan yang cu- tidak mengalami kekerasan kan masalah dekup maka mereka ngan orang lain. tak akan mudah terAnak-anak meserang penyakit. Jika anak-anak sakit merlukan waktu yang bebas dan tempat mereka punya hak untuk mendapatkan yang aman untuk bermain dengan orperawatan kesehatan dari dokter. Hak ang lain. Karena anak-anak sangat aktif ini menimbulkan kewajiban pemerintah dan masih dalam masa pertumbuhan, untuk menyediakan perawatan ke- mereka membutuhkan istirahat dan tidur sehatan untuk ibu dan anak. yang cukup. Banyak keluarga karena kemiskinannya mengharuskan anakanak untuk membantu mencari nafkah Pendidikan bermula dari rumah. Sejak untuk keluarga. Ini boleh saja dilakukan sepanjang tidak memberatkan anak kecil orangtua bermain bersama, berdan tetap memberi kesempatan anak Setiap Anak Punya Hak Untuk Mendapatkan Pendidikan
19 Maret 2001
4
Info HAM untuk belajar, bermain, dan beristirahat. Setiap Anak Punya Hak Untuk Tidak Mengalami Kekerasan Kekerasan terhadap anak-anak dapat terjadi di rumah, di sekolah, atau di masyarakat. Itu bisa dilakukan oleh anggota keluarga, orang dewasa yang mengenal mereka, orang asing atau di antara anak-anak sendiri. Anak-anak di Timor Lorosae telah menjadi saksi begitu banyak kekerasan terhadap keluarga, teman-teman, dan lingkungan mereka, dan mereka tidak harus mengalaminya lagi. Kekerasan membuat mereka sedih dan seharusnya tidak menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Dalam banyak masyarakat, anak dipandang sebagai milik orang-tua dan karena itu orang-tua boleh berbuat apa saja terhadap mereka. Karena itu anak-anak kerap mengalami kekerasan seperti tamparan, pukulan, atau ancaman kekerasan. Perlu disadari bahwa anak adalah manusia, dan seperti manusia lainnya ia punya hak untuk diperlakukan dengan baik tanpa kekerasan. Bila anak melakukan sesuatu yang tidak baik, orangtua harus mencari cara-cara tanpa kekerasan untuk membuatnya menyadari perbuatannya yang salah. Misalnya, jika anak bermain-main terlalu lama dan tidak belajar, orangtua bisa memberi hukuman yang mendidik seperti menyuruhnya mencuci piring atau hukuman lainnya yang tidak menimbulkan kesakitan fisik maupun tekanan mental. Orangtua harus memberi tahu terlebih dahulu mengapa hukuman itu diberikan agar si anak mengerti kesalahannya dan tidak mengulangi perbuatannya. Bagaimana Supaya Anak-anak Mendapatkan yang Terbaik dalam Kehidupan Mereka.
1. Mencatatkan kelahiran anak Anda; 2. Tempat yang terbaik bagi anak Anda adalah di rumah bersama keluarga; 3. Setiap hari anak Anda harus makan paling sedikit satu piring nasi, sayuran yang cukup, satu gelas susu, 5
sepotong daging dan buah-buahan; Menyekolahkan anak Anda; Berikan kesempatan pada anak Anda untuk bermain dan tidur yang cukup; Anak-anak tidak diperbolehkan bekerja di rumah terlalu berat; Lindungilah anak-anak Anda dari setiap bentuk kekerasan secara fisik, baik itu di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
sendirian. Namun, secara khusus 4. mereka gampang menderita dan mung5. kin tidak mendapatkan perlakuan yang sama dan dukungan seperti anak-anak lain yang tinggal bersama keluarga me6. reka. Guru, pimpinan Gereja, pimpinan 7. masyarakat, dan terutama pemerintah harus bertanggungjawab untuk mengidentifikasi anak-anak yang terpisah dari orangtua mereka. Guru, pimimpin Gereja, pimpinan masyarakat, dan pemerintah harus menjamin bahwa Foto: Antonio Goncalves anak-anak tersebut dirawat dan dijauhkan dari penderitaan. Masyarakat dan pimpinan Gereja diharapkan membantu anakanak yang terpisah dari orangtua mereka untuk mencari ayah dan ibu mereka, agar mereka bisa berkumpul kembali. Bantuan juga dapat diberikan oleh NGO yang membantu mempertemukan orangtua dengan anak mereka dan mengidentifikasi perawatan alternatif bagi anakanak di lingkungan masyarakat. Kelompok lain yang juga menderita adalah anak-anak yang lebih besar dan anak muda yang saat ini tinggal bersama orang lain. Meskipun ada anggapan bahwa mereka telah mampu mengurus diri mereka Siapa memperhatikan hak mereka untuk bermain? sendiri, beberapa di antaranya masih berusia di bawah 18 tahun dan Sebagian Besar Anak-anak Men- membutuhkan orang dewasa untuk derita membantu mengurus mereka. Guru, Salah satu akibat dari kekerasan dan pimpinan masyarakat, Gereja, dan pekehancuran massal sepanjang proses merintah punya tanggungjawab untuk referendum pada 1999 adalah pe- mengidentifikasi dan membantu memaksaan untuk mengungsi dari tempat reka. Mereka harus melakukan sesuatu asal. Hampir seluruh keluarga terpisah, agar anak-anak ini memperoleh tempat tak bisa melindungi perempuan dan perlindungan yang memadai, makanan, anak-anak, karena milisi dan tentara kesempatan untuk dirawat secara meIndonesia sengaja memisahkan mereka. dis, serta kesempatan untuk memperSalah satu akibatnya adalah sebagian oleh pendidikan. besar dari anak-anak terpisah dari keAnak-anak Timor Lorosae butuh luarga mereka. Sebagian di antara mere- bantuan dan dukungan sekarang juga. ka dirawat oleh keluarga besar mereka, Agar mereka cepat tumbuh dan berkawan, tetangga, atau Gereja. Sebagian kembang di lingkungan yang positif dan besar dari mereka bukan anak yatim besok menjadi kuat, pintar, dan bebas. piatu. Sebagian besar dari mereka tidak *** Direito 13
19 Maret 2001
Wa w a n c a r a Helio Freitas:
Persoalan Anak, Persoalan Kita demi memenuhi kebutuhan si anak sen- kita baru bisa menentukan bagaimana diri, termasuk keluarganya. seharusnya kita mendidik mereka. Dan kita tidak bisa menentukan secara seakrab disapa, pernah menempuh Adakah karena keluargannya hancur pihak. Kita harus berbicara dengan mependidikan management komputer atau broken home? reka. di Jakarta. Lulus sarjana muda pada 1998. Ia pernah bekerja di Institut Kemungkinan itu ada. Di mana orang- Anda akrab dengan anak-anak jaSosial Jakarta sejak 1993-1999 pada tuanya punya persoalan rumah tangga. lanan di Jakarta. Adakah perbebiro advokasi buruh. Di Jakarta Misalnya, mereka bercerai karena a- daannya dengan di Timor Lorosae ? Helio juga akrab dengan anak-anak yahnya berselingkuh atau ada persoalan jalanan. Kini ia menjadi redaktur lain. Si anak kemudian menjadi korban, Perbedaannya jauh, ya. Di Jakarta munLian Maubere terbitan Forum De- yang biasanya terus meninggalkan ru- culnya anak jalanan sebagian besar kamah.Meskipun demikian, sejauh yang mokrasi. saya lihat, kebanyakan anak jalan karena rena persoalan sosial, di antaranya adaorang-tuanya tidak bekerja. Kemudian lah urbanisasi. Di sana banyak orang dari Kini semakin banyak anak jalanan anak-anak itu dianggap punya potensi ba- desa yang dengan pengetahuan yang sapasca referendum. Menurut Anda, ini gi keluarga mereka untuk mencari naf- ngat minim datang ke Jakarta, sehingga fenomena apa? mereka sulit dan tidak siap menghadapi kah. tuntutan hidup di kota besar. Akhirnya aya pikir, ada beberapa hal Di Jakarta Anda juga akrab dengan anak-anak mereka menjadi korban, kakenapa muncul anak jalanan anak-anak jalanan. Mereka juga ti- rena orangtuanya sulit mendapatkan pepasca referendum. Pertama, dak bersekolah. Pendidikan apa kerjaan. Sementara anak-anak jalanan akibat persoalan politik. Dalam arti yang tepat bagi mereka? di Timor Lorosae lebih banyak karena bahwa adanya anak jalanan kepersoalan politik selama ini. mungkian, karena orangtuanya atau Di sini para pemimpin lebih banyak saudara-saudaranya Memasukkan anak-anak ke asrama atau berbicara masalah-masalah politik. meninggal ketika terMereka seperti tidak pernah mengpanti asuhan belum bisa menjawab jadi kekerasan seanggap anak-anak jalanan sebagai panjang proses refe- persoalan. Mereka telah terbiasa masalah yang juga penting. Bagairendum dua tahun la- dengan kehidupan yang bebas, tidak mana menurut Anda? lu. Akibatnya, tidak terikat oleh siapa pun. Persoalan terada lagi orang yang Saya pikir, kalau kita berbicara masa dapat membantu penting adalah mencari sumber madepan bangsa salah satu pilar yang mereka dalam me- salahnya. paling penting untuk melanjutkan pemmenuhi kebutuhanbangunan adalah anak-anak. Pemenya.Menjadi anak rintah harus memperhatikan anak-anak jalanan menjadi satu-satunya pilihan. Sejauh pengalaman saya menangani dengan serius. Kalau sampai persoalan Kedua, akibat persoalan ekonomi. Se- anak jalanan, mereka harus diberi pen- anak ini dilalaikan, maka nasib bangsa kembalinya dari pengungsian sebagian didikan khusus. Kita harus mencari tahu ini akan seperti di Filipina dan Indonebesar rakyat Timor Lorosae kehilang- kenapa mereka menjadi anak jalanan. sia. Juga negara-negara lain. Saya setuju an harta benda, termasuk tempat ting- Mereka harus didekati secara intensif. bila persoalan anak ini menjadi agenda gal. Dan yang ketiga, sebagian besar Pengalaman saya menangani anak-anak bagi para pemimpin dan politisi kita. orangtua belum bekerja untuk meme- jalanan, mereka kurang setuju kalau diBisa saja mereka menganggap pernuhi kebutuhan keluarga. Ketiga feno- beri pendidikan formal atau harus ber- soalan ini tidak penting. Selama ini memena ini secara tidak langsung berdam- sekolah. Lebih tepat bila mendidik me- reka mengejar target politik dan apa pak pada anak-anak, sehingga mereka reka sesuai dengan kebiasaan yang dila- yang selama ini mereka lakukan belum terpaksa hidup menjadi anak jalanan kukannya. Dari bergaul dengan mereka memuaskan, sehingga persoalan anak Bungsu dari dua bersaudara kelahiran Ossu, Viqueque 20 Juni tiga puluh tahun lalu. Helio, begitu ia
S
Direito 13
19 Maret 2001
6
Wa w a n c a r a dan perempuan tidak mereka hiraukan. Menurut Anda apa perlu sebuah tempat untuk menampung dan mendidik mereka? Menangani anak jalanan tidak cukup dengan memberi fasilitas atau memasukan mereka ke asrama atau panti asuhan. Itu belum bisa menjawab persoalan, karena mereka telah terbiasa dengan kehidupan yang bebas, tidak terikat oleh siapa pun. Di asrama atau panti asuhan mereka diatur untuk disiplin, tidur teratur, makan diatur. Ini tidak cocok bagi mereka. Dari pengalaman, banyak di antara mereka yang kemudian lari dari asrama. Jadi, persoalan paling penting adalah mencari sumber masalahnya. Apa yang menyebabkan mereka berada di jalanan. Jangan karena kita melihat anakanak jalanan yang semakin banyak lalu memasukan mereka ke panti asuhan, karena akar permasalahannya bukan terletak pada anak. Justru akan menciptakan ketergantungan bila pemerintah memasukan mereka di asrama, karena orangtua tidak berhenti mencetak anak. Nanti orangtua akan beranggapan, anak yang akan lahir akan diurus orang lain. Adakah cara untuk menekan munculnya anak jalanan? Salah satu usaha yang harus dilakukan adalah pembangunan dimulai dari desa, agar semua orang tidak berkonsentrasi di Kota Dili. Kalau orang menumpuk di suatu tempat akan berpontensi munculnya anak jalanan. Kalau itu tidak dilakukan, bukannya menekan tetapi akan menambah masalah anak.
Foto: Antonio Goncalves
Kenapa mereka harus jadi anak jalanan? Kenapa mereka harus mencari uang untuk dirinya, dan keluarganya?
rang memanfaatkan anak sebagai sumber mencari penghasilan. Mungkin saja saat ini sudah ada, misalnya anak-anak disuruh menjual rokok, kartu telepon, atau VCD porno di pinggir jalan. Gejala-gajala seperti ini kalau tidak diantisipasi oleh pemerintah sejak awal, maka suatu saat organisasi atau orang akan mempekerjakan anak-anak. Dan ini akan sulit untuk dikendalikan. Agar tidak terjadi eksploitasi anak di bawah umur apakah perlu sebuah regulasi yang mengatur
Saya setuju dengan aturan hukum yang mengatur tentang hak anak. Suatu saat ada saja perusahaan yang mempekerjakan anak di bawah umur. Misalnya, umur berapa seseorang bisa kerja dan berapa jam dia harus bekerja. Bila tidak diatur maka mereka menjadi lahan yang potensial bagi perusahaan dan orangtua untuk melakukan eksploitasi. Akhirnya anak-anak kehilangan waktu bermain dan belajar seperti layaknya anak-anak yang lain.
Siapa yang seharusnya bertanggungMenurut Anda apa ada gejala bah- jawab atas masalah ini? wa anak jalanan di Dili diorganisir oleh orang tertentu untuk kepenting- Selama ini Gereja melalui madre dan an pribadinya, seperti yang terjadi beberapa organisasi telah melakukan di Jakarta? upaya untuk mengatasinya, meskipun hasilnya secara keseluruhan belum tamSaya belum melihat. Namun, dalam pak. Saya lebih setuju bila dalam suatu waktu singkat bisa saja muncul ma- kelompok atau bairo melakukan pensalah-masalah seperti itu. Bagaimana o- dataan ulang, agar kita tahu mereka 7
Direito 13
berasal dari mana. Kalau kita sudah memiliki data mereka akan lebih mudah diorganisir. Aktivitas apa yang cocok bagi mereka? Berdasarkan pengalaman, aktivitas anak di jalanan itu bermacam ragam. Di Jakarta lebih banyak aktivitas anak jalanan dibanding di sini. Misalnya, menjual koran, menyemir sepatu, mencuci mobil, ngamen, dan lain-lain. Di Timor Lorosae yang belum ada mungkin penyemir sepatu dan pengamen anak. Mungkin, di sini belum ada persaingan yang begitu ketat di antara mereka dalam berebut lahan atau wilayah untuk bekerja. Berbeda dengan Jakarta. Di sana persaingannya sangat ketat, antar sesama anak jalanan dan orang dewasa. Anak jalanan biasanya tidak hanya laki-laki, tetapi juga perempuan seperti di Jakarta ... Saya pikir itu salah satu tanda bahaya jika pemerintah tidak mengantisipasi. Kalau kita berbicara masalah anak jalanan, mau tidak mau harus bicara masalah pelacuran. Pengalaman di Jakarta, anak perempuan kebanyakan dipaksa orang dewasa untuk jadi pelacur. Di Timor Lorosae memang saat ini belum ada, tetapi suatu saat pasti terjadi. Kalau tidak diantisipasi kelak akan sulit dikendalikan. *** 19 Maret 2001
O p i n i Anak Jalanan Timor Lorosae:
Korban Yang Terus Dikorbankan? oleh
Nug Katjasungkana* Newspaper, mister ...!, Jornal, tio Memang mereka juga berusaha but menghabiskan uang penghasilannya ... Rupiah, miss ... Kata-kata itu mencari kenikmatan yang bisa mereka hanya untuk itu. Bagi yang masih tinggal akan Anda dengarkan diucapkan oleh raih dari giat di jalanan tersebut. Di Dili bersama orang tua, sebagian besar uang anak-anak di jalan-jalan Kota Dili, me- Anda saksikan anak-anak di bawah u- penghasilan diserahkan kepada orang nawarkan barang dagangannya. Anak- mur yang menghisap rokok atau minum tua untuk keperluan hidup keluarga. anak yang berjualan koran adalah seba- bir. Juga Anda saksikan anak-anak yang Sebagian orang menganggap bahwa gian kecil dari banyak sekali anak-anak bermain (atau tepatnya: membelanjakan anak-anak jalanan itu berada di jalanan di Kota Dili yang sekarang ini hidup di uangnya!) di tempat-tempat yang me- karena menginginkan hidup yang bebas. jalanan. Jumlah mereka belum dike- nyewakan video games atau Play Sta- Ini adalah pandangan yang sepihak, dari tahui, karena memang belum ada yang tion (bisnis ini jelas sangat tidak ada gu- orang luar yang tidak tahu tetapi sok menghitung. Tetapi kalau kita amati agak nanya, karena hanya mengeruk uang dari tahu. Coba perhatikan pengalaman teliti, jelas bahwa jumlah mereka jauh rakyat Timor tanpa memberikan nilai José Soares, yang ditemui oleh jurnalis lebih banyak dibanding pada zaman tambah apa pun, malah membuat or- Direito. Ia hidup di jalanan di depan pendudukan Indonesia. ang kecanduan!). Kantor UNTAET di Dili setelah ayah Yang mencolok, anak-anak ini ada Perkenalan anak-anak jalanan yang dan ibunya meninggal dunia. Saya ingin di jalanan hampir 24 jam sehari. Fak- sangat awal dengan kegiatan mencari sekolah seperti anak-anak lainnya, tetor keamanan, memang memungkin- uang, tak ayal telah juga dengan sangat tapi tidak mungkin karena saya hanya kan mereka malam-malam di jalanan. awal memperkenalkan mereka dengan seorang diri, katanya. Atau simak kisah Pada zaman pendudukan, selain per- hal-hal yang bisa ditukar dengan uang Fernando da Silva yang beruntung masonil tentara dan kaki-tangannya, siapa yang mereka dapatkan. Ini sudah men- sih bisa bersekolah di SD Farol kepada yang malam-malam berani berada di luar jadi hukum dari ekonomi uang. Ekono- jurnalis Talitakum (No. 10/Des 2000): rumah di daerah perkotaan? mi yang mengharuskan orang untuk Saya membersihkan mobil untuk Tetapi tidak mungkin anakmembayar sekolah. Orangtua saanak ini berada di jalanan seya sekarang tidak punya penghamata karena menikmati kesilan. Bapak saya petani. Tetapi ... mereka mengacaukan mana bebasan dari tentara Indoneakibat dan mana penyebabnya. keluarga kami tidak mampu hidup sia. Perhatikan saja apa kehanya dengan berjualan sayur. Mereka menyembunyikan giatan mereka di jalanan. SeKehidupan di jalanan bupenyebabnya, bagian dari mereka berjualan kanlah kehidupan bebas yang surat kabar atau majalah lokal. penuh kegembiraan. Kehidupan karena penyebabnya justru Sebagian lagi berjualan rokok, jalanan adalah kehidupan yang berada di balik kemewahan kartu mobile-phone, air mikeras. Anak-anak yang berjualan hidupnya sendiri. neral atau telur rebus, bahkan dekat hotel sering diusir, bahkan VCD porno. Ada pula yang dipukul oleh petugas keamanan menjual jasa untuk memberhotel. Anak-anak yang berjualan sihkan mobil, penukaran uang dolar bergiat mencari uang dan sekaligus paun (roti) di dekat kantor UNTAET dengan rupiah. Bahkan, tak sedikit membelanjakan uang tersebut. Mencari pada awalnya juga selalu diusir oleh yang mengais-ngais tempat sampah uang pada usia sangat dini juga telah petugas keamanan di sana. Tetapi mencari barang-barang yang masih bisa mengenalkan mereka untuk bermain mereka toh tetap berjualan di tempatdimanfaatkan, termasuk sisa-sisa uang, yakni berjudi. Secara sembunyi- tempat itu. Karena mereka lebih makanan. Dari kegiatan-kegiatan sembunyi atau terang-terangan di Dili, mencintai kebebasan? Agaknya tersebut kita sudah bisa mengambil anak-anak sudah berjudi kartu tabrak dorongan keharusan perut perut kesimpulan, bahwa mereka ini bukan atau foker. sendiri maupun perut keluarga lebih di jalanan untuk bersenang-senang, Tentu tidak semua anak jalanan me- kuat daripada dorongan kebebasan. tetapi untuk mencari uang, yang sangat lakukan hal-hal tersebut. Juga tidak seSelintas sepertinya mereka menikmati diperlukan untuk menyambung hidup. mua anak yang melakukan hal-hal terse- kebebasan yang tidak dimiliki oleh Direito 13
19 Maret 2001
8
O p i n i anak-anak yang tinggal di rumah bersama keluarga. Malam-malam mereka masih berkeliaran di jalan-jalan kota, sementara anak-anak yang tinggal di rumah telah tidur. Kita tidak bisa sepihak menilai dari fakta ini saja. Kita harus mencermati, mengapa mereka hidup di jalanan sehingga tidak lagi terikat pada nilai-nilai umum, bahwa anak-anak harus sudah tidur pada waktu malam. Pengamatan majalah Talitakum mengungkapkan bahwa sebagian besar daripada mereka hidup di jalanan karena keluarga mereka menjadi korban kekerasan pendudukan Indonesia, terutama di masa sekitar konsultasi popular 1999. Hal yang sama dikemukakan oleh ET-WAVE (East Timorese Women Against Violence and for Children Care, Perempuan Timor Lorosae Menentang Kekerasan dan Mengasihi Anakanak), sebuah organisasi non-pemerintah yang memberi perhatian pada anak-anak jalanan. Menurut Olandina Cairro, pimpinannya, anak-anak ini terlantar karena kekerasan pasca referendum yang menyebabkan orangtua mereka terbunuh atau terpisah. Tidak semua anak yang mencari nafkah di jalanan itu tidak tinggal di rumah. Banyak dari mereka tinggal di rumah bersama keluarga. Seperti yang dialami Fernando da Silva, orangtua mereka kebanyakan tidak mampu menghidupi keluarga dengan layak. Anak-anak yang tak tinggal di rumah, yang sepenuhnya 24 jam sehari hidup di jalanan, tidak lagi punya ikatan dengan keluarga. Tidak adanya ikatan dengan keluarga ini bukan berarti kebebasan. Tidak adanya ikatan keluarga justru berarti tidak adanya perlindungan. Anak-anak jelas memerlukan perlindungan dari keluarga yang mengasihi dan merawat. 9
Anak-anak yang hidup di jalanan rentan terhadap apa saja. Termasuk terhadap ajakan untuk berbuat kriminal. Beberapa bulan lalu, beberapa anak jalanan terlibat dalam aksi pembakaran. Polisi sipil internasional (CivPol) pun menangkap mereka. Bayangkan anakanak yang masih buta hukum itu sekarang mendekam dalam tahanan. Orang dewasa saja masih banyak yang belum mengetahui hukum apa yang berlaku di Timor Lorosae, dan hak apa yang dimiliki oleh tahanan. Anak-anak jalanan ini pasti tidak punya uang dan pengetahuan untuk mencari pengacara. Pandangan orang yang hidup enak tentang anak jalanan memang penuh dengan prasangka. Ini tidak saja berlaku di Timor Lorosae, tetapi umum di
nossa setiap Jumat sore memberi makan dan mengajak anak-anak jalanan bermain di bekas gedung Kejaksaan Negeri Dili. ET-WAVE menyelenggarakan program pendampingan untuk anak-anak yang trauma akibat kekerasan, menyekolahkan anak-anak korban kekerasan yang tidak mampu, memberi penyuluhan kepada orangtua, dan sekarang sedang berusaha merealisasikan rencana untuk membangun asrama untuk anak-anak jalanan. Upaya-upaya seperti ini perlu didukung dan dikembangkan. Baik oleh masyarakat, dan terutama oleh pemerintah. Upaya penting dan mendasar yang sekarang mendesak untuk dilakukan adalah membangun kegiatan-kegiatan di komunitas yang melayani kebutuhan anak-anak, termasuk melindungi, mengasuh, dan mendidik anak-anak. Di masa lalu, gerakan pembebasan nasional Timor Lorosae pernah menyelenggakaran creches (tempat pengasuhan dan pendidikan anak-anak). Sekarang yang kita perlukan tidak hanya creches, karena masalah anak-anak jauh Foto: Antonio Goncalves lebih kompleks dariseluruh dunia. Seperti pernah dikemu- pada tahun 1974-1979. kakan oleh pasca-filsuf Jerman Karl Kehidupan yang aman, bahagia, dan Marx, kelas dominan lazimnya me- sejahtera merupakan hak anak yang dimandang dunia dari nilai-nilai dan ke- jamin oleh ketentuan hak asasi manusia pentingannya sendiri. Hal-hal yang tidak internasional. Bangsa Timor yang lahir sesuai dengan nilai dan kepentingannya dari perjuangan menentang penindasan mereka anggap jelek, dan karena itu dan penghisapan, dalam Magna Carta harus dimusnahkan tanpa lebih dahulu yang diikrarkan tahun 1998 menyameneliti sebab-sebabnya. Mereka takan keterikatannya pada ketentuan mengacaukan mana akibat dan mana hak asasi manusia internasional. Mempenyebabnya. Mereka menyembunyi- biarkan anak-anak miskin dalam kemekan penyebabnya, karena penyebabnya laratan dan penderitaannya sama dejustru berada di balik kemewahan ngan mengkhianati diri sendiri! *** hidupnya sendiri. Daripada sibuk dengan penilaian-pe- * Volunteer Yayasan HAK, Dili; anggota nilaian lebih baik kita mengikuti jejak Forum Solidaritas untuk Rakyat Timor Lorosae (FORTILOS),Indonesia. yang telah dibikin oleh sejumlah pihak di Timor Lorosae ini. Suster-suster CaDireito 13
19 Maret 2001
Serba Serbi
P
Penandatanganan Kesepakatan di Uato-lari
Refleksi Bersama Anggota NC
S
Kerjasama RR MaubisseCDEP
ersoalan tanah di Uato-Lari merupakan suatu kasus yang unik. Kasus ini terkait dengan persoalan politik. Menurut masyarakat di sana, kasus tanah seluas sekitar 2.000 hektar itu melibatkan hampir semua warga di lima desa, termasuk Gereja. Berbagai upaya untuk menyelesaikan masalah yang muncul sejak 1959 itu telah dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk UNTAET bagian land and property. Antara lain melalui penyuluhan hukum dan dialog masyarakat. Pada akhir dialog dengan warga masyarakat yang dilakukan pada bulan Juni tahun lalu itu menghasilkan kesepakatan untuk membentuk satu tim gabungan yang bekerja secara independen. Langkah yang terakhir adalah penandatanganan kesepakatan di antara mereka yang berkonflik, pada 23 Februari lalu di Gereja Uato-lari, yang disaksikan oleh Yayasan HAK, koordinator justice and peace Uato-lari, dan CNRT Distrik Viqueque. Semoga penandatanganan kesepakatan itu bisa menyelesaikan konflik tanah yang berkepanjangan itu. ***
ebelum reses setelah melewati hari-hari yang melelahkan dalam membahas berbagai regulamen, sejumlah anggota Nacional Council (Dewan Nasional) menghadiri acara Refleksi di Akhir Minggu. Acara yang difasilitasi oleh staf dan relawan Yayasan HAK itu berlangsung di Seminari Dare, dihadiri oleh 18 anggota. Tujuan dari refleksi selain menginstropeksi kinerja Dewan Nasional selama ini juga sebagai kesempatan penyegaran rohani. Acara yang berlangsung pada 3 dan 4 Maret lalu ditutup dengan misa yang dipimpin oleh Uskup Belo. ***
Investigasi RR Baucau
karena kerja-sama antara terdakwa dengan salah seorang jaksa. Ketiga, pengacara dari UNTAET, Alvaro, menurut Kepala Kejaksaan Distrik Baucau, telah melakukan diskriminasi terhadap Manuel Martins. Ketika akan menyidangkan kasus Manuel, pengacaranya bukannya mengurus kasus kliennya, tetapi mengurus kasus lain. Sementara pada 12 Februari lalu, staf RR Wilayah Timur Rosito Belo yang melakukan investigasi atas kasus dugaan pemerkosaan dan pembunuhan di Distrik Manatuto. Dari Isidio, vice secretaris dan Lamberto Filomeno secretaris CNRT Zona Laclo, diper-
L
ino Lopes, SH dari Rumah Rakyat Wilayah Timur pada 21 Februari lalu melakukan observasi di Pengadilan dan Kejaksaan Distrik Baucau. Dari pemantauan itu ditemukan sejumlah masalah yang disebabkan oleh tidak optimalnya sistem peradilan. Sejak Januari sampai 21 Februari lalu, pengadilan di Baucau tidak lagi berjalan efektif karena beberapa sebab. Pertama, sembilan pengacara UNTAET telah lama berada di Dili. Kedua, kaburnya Tomas Gabriel asal Lospalos yang telah divonis 15 tahun penjara Direito 13
P
etani di Nabularan, Alas mengalami kesulitan memperoleh peralatan pertanian, sementara hasil produksi mereka relatif banyak. Peralatan yang mereka butuhkan akan segera diperoleh, setelah RR Maubisse ber-sepakat untuk bekerjasama dengan CDEP (Centro do Desenvolvimento da Economia Popular), pada pertengahan Maret lalu. CDEP menawarkan pengembangan produksi beras lokal. Kami akan membantu sebuah mesin giling padi, mesin jahit karung, karung, benang, dan transportasi, kata Jose Jaquelino. Melalui kerjasama ini semoga Foto: Antonio Goncalves mereka bisa menghasilkan produksi yang lebih baik lagi. Semoga mereka bisa memproduksi beras lokal dengan komitmen ukun rasik an, kata Mariano Ferreira, koordinator RR Maubisse. ***
Pihak yang bersengketa di Uato-lari berunding
19 Maret 2001
oleh penjelasan bahwa sampai saat ini mereka belum mendapat laporan tentang kasus pemerkosaan tersebut. Sejauh ini informasi yang kami peroleh masih belum jelas, kata Isidio. Menurut kepala desa Hohorai, Subdistrik Laclo, Manuel Nunes Freitas, pemerkosaan yang terjadi di desanya dilakukan oleh suatu kelompok politik tersebut. Mereka juga melakukan intimidasi, teror dan pengrusakan gedung sekolah dan memaksa rakyat untuk menyumbang beras, kerbau untuk pesta. Pengurus CNRT juga memberi kesempatan Rosito untuk menemui keluarga korban pembunuhan.*** 10
Ami Lian
S
Anak Jalanan di Mata Malae
aat ini anak-anak jalanan jumlahnya semakin banyak dibandingkan tahun lalu. Mereka berada di depan Gedung UNTAET dan di restoran untuk menawarkan jasa membersihkan mobil dan berjualan koran. Anak-anak itu masih terlalu kecil. Saya tidak tahu kodisi mereka di rumah, kata Lia Kent dari Unit Hak Asasi Manusia UNTAET. Masalah anakanak jalan, lanjut Lia, merupakan masalah yang sangat penting di Timor Lorosae. Keadaan mereka harus diperhatikan. Apakah mereka punya keluarga dan tempat tinggal. Saya sering bertemu mereka. Saya tanya sekolah di mana dan mereka tinggal di mana. Ternyata banyak di antara mereka yang tidak tidur di pinggir jalan. Mereka tetap bersama keluarganya. Tetapi, banyak juga yang tidak sekolah. Pendapat Mark Davis, Menurut saya, mereka membutuhkan uang untuk membantu keluarganya. Jadi tak ada yang bisa memarahi atau melarang mereka. Davis tidak tahu apakah pemerintah memberikan perhatian pada masalah anak-anak itu. Perhatian pemerintah bukan hanya untuk anak-anak, tetapi juga terhadap keluarga mereka. Mungkin, keluarganya juga tidak cukup
uang untuk hidup, sehingga anakanaknya harus bekerja. Masalah di seluruh Timor Lorosae saat ini, lanjut Davis, karena sebagian besar tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika mereka menawarkan jasa untuk mencuci mobil saya, saya akan membayar mereka. Kenapa tidak? kata Mark, jurnalis SBS TV Australia. Bagaimana pendapat Jim Mellor dari APHEDA (badan bantuan luar negeri dari Konfederasi Serikat Buruh Australia)? Saya tinggal di New York selama 20 tahun. Di sana ada ratusan ribu anak-anak jalanan. Sungguh menyakitkan melihat anak-anak jalanan itu tumbuh dan berkembang dalam keseharian di jalanan demi mencari uang. Mereka tidak punya tempat tinggal meskipun ada tempat penampungan bagi mereka. Anak-anak mendapatkan pendidikan formal di tempat penampungan yang sempit itu. Tidak ada alasan mengapa masalah anak jalanan tidak dijadikan prioritas utama di Timor Lorosae. Padahal dana Pemerintah Transisi melalui Bank Dunia digunakan untuk melayani sumberdaya masyarakat. Syukurlah, ada beberapa organisasi yang punya komitmen untuk membantu
anak-anak yang telah ditinggal oleh orangtuanya akibat perang atau yang kurang mendapatkan perhatian. Karena itu harus disediakan tempat pelayanan dan dukungan komunitas di mana saja, untuk membantu anak-anak, serta melindungi dan mempersiapkan mereka untuk masa depan Timor Lorosae. Mengenai kurangnya perhatian dari pemerintah? Merupakan periode yang sangat sulit ketika pemerintah tidak punya program untuk mereka. Sementara angka pengangguran meningkat sangat tinggi. Prioritasnya adalah alokasi sumberdaya untuk anak-anak yang tanpa orangtua, tanpa sumberdaya, dan mereka hidup tanpa struktur pendukung. Mereka manusia yang terpinggirkan. Mereka secara pribadi tak punya kekuatan dan tidak mendapat pendidikan yang cukup. Mereka di jalanan hanya karena ingin bertahan hidup. Bukan hanya di Timor Lorosae, tetapi terjadi di mana saja di dunia ini. Anakanak berusaha keras untuk mendapatkan uang demi sesuap nasi. Padahal anak membutuhkan makan dan tidur yang cukup, pendidikan, bersuka ria, tamasya, sambil belajar tentang dunia.***
Anak Jalanan di Mata Seorang Guru
M
enurut Irene, guru pada SD 2 Farol, Dili, saat ini begitu banyak anak-anak yang tidak ingin sekolah. Salah satu sebabnya karena faktor ekonomi. Banyak orangtua yang tidak mampu membiayai sekolah anak-anaknya, meskipun untuk saat ini mereka tidak ditarik biaya. Namun yang memberatkan orangtua murid karena mereka diwajibkan membayar sumbangan untuk mendukung lancarnyaproses belajar mengajar. Selaku pe11
ngajar, Irene berpendapat bahwa pendidikan anak harus dimulai dari rumah. Jika orangtua tidak berusaha untuk menyekolahkan anaknya, selaku guru kami tidak bertanggung jawab. Sebab, perhatian kami lebih terfokus pada mereka yang datang dan belajar di sekolah, ujar Irene. Soal anak-anak jalanan yang ditemui di setiap sudut Kota Dili pada masa transisi? Itu akibat situasi yang belum kondusif dalam berbagai hal. KemerdekaDireito 13
an bagi mereka adalah hidup di alam kebebasan sehingga anak lupa akan tanggung jawabnya untuk belajar. Mereka memilih mencari uang di jalanan. Selain faktor ekonomi, yang mempengaruhi adalah ada kesan, tidak ada fasilitas di sekolah. Bagaimana bisa belajar kalau harus duduk di lantai? Padahal sekolah kami menyediakan berbagai fasilitas untuk mereka, kata Irene. *** 19 Maret 2001
Ami Lian Anak Jalanan di Mata Joao Reis
M
unculnya anak jalanan pada masa transisi ini karena beberapa faktor, yang secara tidak langsung memberikan dampak terhadap masa depan mereka. Dilihat dari faktor politik diakibatkan oleh perjuangan selama 24 tahun melawan penjajahan Indonesia. Sebagian besar rakyat Timor Lorosae lahir dalam situasi yang tidak menentu. Keluarga yang belum matang akibat tidak ada perhatian yang maksimal dari pemerintah, karena rakyat melawan penjajahan. Pada masa pendudukan Indonesia ada juga anak-anak jalanan tetapi jumlahnya tidak sebanyak sekarang. Ini disebabkan tidak adanya kontrol dari Pemerintah Transisi. Buruknya kondisi ekonomi akibat lapangan kerja untuk rakyat tidak merata. Kondisi ini menyebabkan anakanak bekerja untuk membantu meringankan beban ekonomi ayah dan ibu mereka. Mereka menghabiskan sebagian waktunya untuk menawarkan jasa apa saja sambil mencari pengharapan di jalanan. Situasi saat ini betul-betul kompleks. Begitu banyak masalah yang harus kita hadapi, di antaranya menyangkut politik, ekonomi, keamanan, infrastruktur. Seluruh masalah itu karena UNTAET tidak bekerja maksimal. *** Foto: Antonio Goncalves
Anak-anak mengais rezeki di Tibar
S
Cerita Diri Anak Jalanan
iang itu Jose Soares adalah satu di antara sekian banyak anak jalanan di kota Dili. Sambil melahap sebungkus mie instan mentah, anak berusia 12 tahun itu menuturkan kenapa ia menjadi anak jalanan. Saya mulai menghabiskan waktu di jalanan setelah ayah dan ibu saya tidak ada. Kini saya hidup seorang diri tanpa keluarga maupun kerabat,kata Jose kepada Direito di pinggir pantai depan Kantor UNTAET. Untuk makan sehari-hari, saya harus mengemis kepada malae yang saya temui. Dari mereka kadang-kadang saya diberi uang. Tidak jarang juga saya diberi mie instan seperti ini. Saya ingin sekolah seperti anak-anak yang lain, tetapi itu tidak mungkin karena saya hanya seorang diri. ***
Olandina Cairro Berbicara Tentang Anak-anak
O
landina, pemimpin ET-WAVE mengaku saat ini organisasinya belum bisa berbuat banyak. Mereka sering menjelaskan kondisi yang sesungguhnya kepada anak-anak. Meskipun kita masih miskin, bukan berarti boleh menjadi anak berandal dan pengemis untuk mendapatkan sesuatu. Masih ada jalan lain yang bisa menghantarkan kita untuk mencari sesuatu yang bernilai, begitu pesan Olandina pada anak-anak. Pendidikan ekstra juga dilakukan. Mereka punya gagasan membangun gedung sekolah, atau asrama dan taman bermain bagi anak-anak. Saya tidak sepakat kalau di sini dikatakan banyak anak jalanan. Kalau ada banyak anak jalanan berarti itu kesalahan kita. Mengapa di negara yang begitu kecil kita membiarkan mereka? Kita harus Redaksi D i r e i t o
Neves, Julio, NK, Lito, TI, Oscar, Julito, Avan, Viana, Edio
berusaha mengatasinya. Prinsip ET-WAVE, perjuangan mengusir penjajahan selama ratusan tahun tidak hanya dilakukan orang dewasa, laki-laki dan perempuan, tetapi juga anak-anak. Mereka adalah korban kekejaman perang selama ini. Para pemimpin yang sering berbicara di televisi, radio, dan koran seharusnya malu melihat kondisi ini. Saya tidak mengerti, apa yang mereka bayangkan ketika melihat anakanak itu mengemis. Apa yang mereka rasakan dengan membiarkan anakanak harus mencuci mobil. Mengapa semua ini harus terjadi di sini, kata Olandia, sambil mengusap air matanya. Bagi Olandina, anak itu bagaikan sebuah anak kunci. Kunci sebuah bangsa. Ia khawatir jika anak jalanan itu dimanfaatkan oleh pengusaha untuk kepentingan bisnisnya. Ia punya ide. Semua orang staf internasional, nasional, dan pengusaha yang bekerja di Timor Lorosae setiap hari mau menyisihkan uang 1 dolar AS. Dana itu digunakan untuk membantu mereka. Kekerasan sepanjang referendum lalu telah mengakibatkan orang dulunya miskin kini menjadi kaya. Begitu sebaliknya. Banyak anak telah kehilangan orangtua. Situasi sekarang menjadi faktor pendorong semakin banyaknya anakanak yang harus bekerja. Seharusnya anak-anak menggunakan waktunya untuk sekolah dan bermain. Saya menduga ada yang mengeksploitasi mereka. Saya menentang pekerja di bawah umur. Kalau mereka terpaksa bekerja karena orangtuannya miskin, kenapa pemerintah tidak berpikir untuk memberi subsidi bagi orang miskin? Saat ini semua orang sibuk dengan pemilu. Tetapi mereka melupakan anak-anak. Hukum negara harus ada pasal yang memberikan perlindungan kepada anak.Tugas kita untuk terus mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan masalah anak-anak. *** Diterbitkan atas dukungan: