Diplomasi TABLOID
No. 86 TAHUN VIII
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
15 maret - 14 april 2015
Media Komunikasi dan Interaksi
No. 86 Tahun VIII
Tgl. 15 maret - 14 april 2015
www.tabloiddiplomasi.org Email:
[email protected] tidak untuk diperjualbelikan
beasiswa seni dan budaya indonesia
Menjangkau 58 negara
Asian African Conference Commemoration Indonesia 2015
Menlu RI : IORA
dapat didesain menjadi lebih strategis
Daftar Isi
No. 86 TAHUN VIII
Diplomasi
15 maret - 14 april 2015 TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
fokus utama 4 Program BSBI bermanfaat promosikan kesenian, budaya, dan pariwisata Indonesia ke dunia internasional 6 BSBI Menjangkau 58 negara 7 Indonesia Dikenal Sebagai Negara Mega Biodiversity 7 Deklarasi Sendai Upaya Mengurangi Resiko Bencana 8 Sebar Peserta ke 6 kota, ciptakan indonesianis baru fokus 9 10 12 sorot 13 14 15 16 17 18
Menlu RI : IORA Dapat di desain Menjadi lebih Strategis MENYONGSONG keketuan indonesia di IORA Upaya meningkatkan IORA ke level yang lebih tinggi
234 WNI bebas dari Hukuman Mati menekankan pentingnya hubungan bilateral RI-Fiji Menlu RI : Kerjasama Pertanian dengan Selandia Baru akan bermanfaat bagi indonesia intensifkan sektor swasta untuk mengambil peluang ekonommi RI-Papua Nugini sepakat tingkatkan konektifitas lintas batas melalui pemajuan transportasi dan infrastruktur INDONESIA berperan aktif dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana
lensa 19 Peringatan 60 Tahun KAA Dipusatkan di Tiga Lokasi 20 Peringatan KAA ke-60 Mengangkat Kembali Semangat Asia Afrika Pada Era Abad 21 21 youth african ambassador in asia (YAAA) MEMBANGUN WAWASAN PUBLIK INDONESIA TENTANG AFRIKA 22 Raja Yordania Ingin Hadiri Pertemuan dan Peringatan Konferensi Asia-Afrika 23 TIDAK LUPAKAN SEJARAH KEBANGSAAN: PESERTA DIKLATPIM IV KUNJUNGI GEDUNG PANCASILA 24 MEMBUMIKAN POLITIK LUAR NEGERI KEMLU TERIMA KUNJUNGAN 150 PELAJAR sman 31 JAKARTA
surat pembaca Yth. Redaksi Tabloid Diplomasi
Yth. Redaksi Tabloid Diplomasi
Saya sangat tertarik dengan visi Pemerintah RI yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Sehubungan dengan hal itu saya ingin mengetahui lebih jauh, dan saya kira teman-teman mahasiswa dan masyarakat luas juga memiliki keinginan yang sama dengan saya, untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan poros maritim dunia tersebut. Apa tujuan yang ingin dicapai dan apa manfaatnya bagi masyarakat Indonesia. Selanjutnya langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan visi tersebut.
Setelah membaca artikel yang dimuat dalam Taboid Diplomasi edisi Februari-Maret 2015, tentang hukum yang berlaku di Arab Saudi terhadap warga negara asing yang terkena hukuman qishos atau hukuman mati, saya baru memahami upaya-upaya perlindungan yang dilakukan Pemerintah Indonesia terhadap WNI yang berada di luar negeri. Jujur saja, selama ini saya berpandangan negatif terhadap upaya perlindungan WNI yang dilakukan oleh Pemerintah, karena berita yang disampaikan oleh media nasional dan pandangan yang disampaikan oleh LSM-LSM cenderung negatif dan tidak proporsional.
Dalam Tabloid Diplomasi edisi Februari-Maret 2015 lalu, saya sudah mendapatkan sedikit gambaran mengenai apa yang dimaksud dengan poros maritim dunia tersebut, namun saya sangat berharap agar Tabloid Diplomasi bisa kembali menampilkan topik mengenai hal tersebut secara lebih luas dan dalam, khususnya mengenai apa yang dimaksud dengan budaya maritim, infrastruktur maritim, dan diplomasi maritim sehingga masyarakat Indonesia bisa mengetahui dan memahaminya dengan baik. Terimakasih. M. Taufik Soeharto, Mahasiswa Universitas Sudirman
Saya ucapkan terimakasih kepada redaksi Tabloid Diplomasi yang telah menampilkan artikel atau berita secara lugas, proporsional dan mendalam sehingga masyarakat bisa melihat suatu persoalan secara utuh. Saya pikir ini merupakan sebuah pembelajaran yang baik kepada masyarakat, khususnya dalam menyikapi berbagai isu sensitif yang terkait dengan kedaulatan Negara dan perlindungan kepada warga Negara. Bravo, Tabloid Diplomasi ! Astri Syifa Fatimah Mahasiswi HI, Universitas Pelita Harapan
No. 86 TAHUN VIII
15 maret - 14 april 2015
C atatan redaksi Pembaca Tabloid Diplomasi yang terhormat, pada edisi Maret-April 2015 ini, tim redaksi menyuguhkan seputar persiapan Indonesia dalam melaksanakan tugas sebagai Ketua IORA periode 2015-2017. Berbagai rapat dan diskusi mengenai berbagai kemungkinan kegiatan yang akan dilakukan oleh Indonesia dalam kerangka IORA telah dilakukan, termasuk identifikasi berbagai hal yang akan menjadi core dalam Keketuaan Indonesia di IORA. Hal yang mendasar adalah bahwa Indonesia tidak hanya akan sekedar menjabat sebagai chair, tetapi juga bagaimana Indonesia menjadi leader. Hal penting lainnya adalah mengenai sosialisasi Keketuaan Indonesia di IORA, hal ini mengingat karena IORA memang belum terlalu banyak dikenal dibandingkan organisasi-organisasi kawasan lainnya, dan Indonesia akan berupaya untuk meningkatkan postur dan norma-norma IORA kedepan melalui penyelenggaraan IORA summit. Di sisi lain, Indonesia juga akan-
memanfaatkan momentum Keketuaan di IORA untuk meningkatkan diplomasi maritim dan diplomasi ekonomi, khususnya dengan melakukan ekspansi ekonomi ke Afrika.
pinan Indonesia dan eksistensi kepemimpinan Indonesia di kawasan Asia Afrika serta mengangkat kembali semangat Asia Afrika pada era abad 21.
Topik lainnya yang kami tampilkan adalah pembukaan programBeasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) 2015. Program BSBI sudah dilakukan sejak tahun 2003 dan telah diberikan kepada 588 alumni dari 58 negara, dimana para alumni program BSBI telah menjadi sumber informasi, menjadi jembatan, katalisator dan jantung hati hubungan dan kerja sama Indonesia dengan negara-negara sahabat.
Topik lainnya yang kami suguhkan pada edisi kali ini adalah mengenai rangkaian kunjungan resmi bilateral Menlu RI ke Pasifik. Dalam kesempatan ini Menlu Retno L. P. Marsudi melakukan kunjungan ke Solomon Islands, Papua New Guinea, Fiji dan New Zealand dalam rangka memperkuat kerja sama dan meningkatkan hubungan bilateral RI dengan Negara-negara Pasifik.
Selanjutnya adalah topik mengenai persiapan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Commemorative Summit Asia Afrika ke-60 dengan tema “Strenghtening South-South Cooperation to Promote World Peace and Prosperity”.
Demikianlah beberapa topik yang kami tampilkan pada edisi Maret-April 2015 kali ini, disamping juga beberapa topik menarik lainnya. Harapan kami semoga semua tulisan yang kami suguhkan pada edisi kali ini bermanfaat bagi kita semua. Selamat membaca dan salam Diplomasi.[]
Penyelenggaraan Peringatan KAA ini dimaksudkan untuk menonjolkan kembali arti kepemim-
Yth. Redaksi Tabloid Diplomasi
Pada KTT APEC, ASEAN, dan G20, Presiden Jokowi memang berkesempatan menjelaskan visi dan misinya dalam pembangunan ekonomi pada 2014-2019. Pidato Presiden Jokowi lebih banyak merupakan formalitas atau perkenalan sebagai ’pemain’ baru di panggung internasional. Sebaliknya, berbagai pemimpin dunia akan mengidentifikasi peluang-peluang kerjasama dengan pemerintahan baru di Indonesia. Identifikasi itu juga termasuk sejauh mana perubahan dan kesinambungan dalam orientasi, program, dan sektor kerjasama. Pertimbangan utama dalam diplomasi bilateral di bidang ekonomi adalah memaksimalkan kepentingan nasional dan manfaatnya bagi rakyat Indonesia. Keberpihakan kepada rakyat, kepemilikan domestik, penguatan produsen domestik, dan akses masyarakat terhadap kerjasama bilateral itu merupakan
Al Busyra Basnur (Direktur Diplomasi Publik) REDAKTUR Aris Triyono PENYUNTING/EDITOR Johanes Subagia Made S. Ari Wardhana Eni Hartati Adik Panitro Azis Nurwahyudi Widya Airlangga Agus Badru Jamal Pinkan O Tulung Khariri Cahyono DESAIN GRAFIS DAN FOTOGRAPHY Mulyanto Sastrowiranu Anggita Gumilar Dilla Trianti Tsabit Latief SEKRETARIAT Orchida Sekarratri Tubagus Riefhan Iqbal Ledynce Iskandar Syahputra Suradi Suparno Iriana AS Kurnia Sari Rosidi Heri Gunawan Alamat Redaksi Direktorat Diplomasi Publik, Lt. 12 Kementerian Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat Telp. 021- 68663162, 3863708, Fax : 021- 29095331, 385 8035
surat pembaca Kehadiran Presiden Jokowi di forum multilatetal APEC ternyata lebih banyak didominasi oleh diplomasi bilateral dalam rangka membangun kemitraan strategis. Jika forum multilateral lebih banyak bertujuan membangun citra internasional, maka pertemuan bilateral diharapkan lebih memberi hasil nyata bagi perekonomian domestik.
PENANGGUNG JAWAB Duta Besar R. A. Esti Andayani (Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik)
beberapa isu sensitif dalam proses keterlibatan asing pada pembangunan Indonesia. Penegasan isu-isu ini penting agar kerjasama bilateral yang diinisiasi oleh Presiden Jokowi dapat memberdayakan kemampuan ekonomi nasional. Saya berharap agar penguatan Diplomasi Ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dimbangi dengan pematangan konsep dan strategi sehingga upaya tersebut dapat mempercepat kesejahteraan dan kemajuan ekonomi Bangsa.
Salam Diplomasi, M. Hudaiba Sutanto Sekolah Tinggi Agama Islam Wonosobo
Tabloid Diplomasi dapat didownload di http://www.tabloiddiplomasi.org Email :
[email protected] Diterbitkan oleh Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri R.I.
Wartawan Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber, wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.
Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:
[email protected]
4
FOKUS UTAMA
No. 86 TAHUN VIII
15 maret - 14 april 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Program BSBI
bermanfaat promosikan kesenian, budaya, dan pariwisata Indonesia ke dunia internasional “Selamat pagi ! Apa kabar?” Demikian sapaan Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Dubes Esti Andayani, mengawali laporannya pada pembukaan program BSBI 2015 (9/3) yang dijawab dengan meriah oleh 70 peserta dari 40 negara berbeda dalam Bahasa Indonesia yang terdengar fasih.
B
easiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) merupakan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kemlu RI selama tiga belas tahun sejak 2003. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan para generasi muda negara-negara sahabat pada beragam identitas dan kepribadian bangsa Indonesia yang khas seperti sikap menghargai keberagaman/kebhinekaan, kekeluargaan, kesantunan, toleransi, dan keterbukaan. Dubes Esti menyampaikan bahwa peserta BSBI akan menjadi sahabat dari Indonesia (friends of Indonesia) di masa mendatang. Selama 13 tahun terakhir, kegiatan ini telah menghasilkan 588 lulusan dari 58 negara yang menjadi friends of Indonesia yang membantu promosi Indonesia di negara masing-masing. Program BSBI 2015 dimulai pada tanggal 3 Maret 2015 dan akan ditutup dengan pertunjukan Indonesia Channel pada tanggal 11 Juni 2015 di Bandung, Jawa Barat. Tema yang diangkat pada BSBI 2015 adalah ASEAN Community 2015. Negera-negara asal peserta BSBI 2015 adalah negara anggota ASEAN dan negara mitra dialog ASEAN, antara lain Amerika Serikat, Belanda, India, Perancis, Suriname, Timor Leste, Yunani, dan Vanuatu. Slowakia menjadi negara yang pertama kali mengirimkan peserta dari negaranya. Selain itu, terdapat 6 pemuda Indonesia yang berasal dari Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Lampung Program BSBI diisi dengan pelatihan selama tiga bulan dengan kurikulum yaitu bahasa Indonesia, keberagaman seni budaya dan agama serta kearifan lokal. Kemlu dalam hal ini bekerja sama dengan lima sanggar seni bu-
peserta BSBI akan menjadi sahabat dari Indonesia (friends of Indonesia) di masa mendatang. Selama 13 tahun terakhir, kegiatan ini telah menghasilkan 588 lulusan dari 58 negara yang menjadi friends of Indonesia yang membantu promosi Indonesia di negara masingmasing.
daya di lima kota, yaitu Saung Angklung Udjo, Bandung; Sanggar Soeryo Soemirat, Surakarta; Studio Tydif, Surabaya; Sanggar Semarandana, Denpasar dan Rumah Budaya Rumata, Makassar, serta 1 perguruan tinggi yaitu Universitas Veteran Yogyakarta untuk Program Khusus bertema ASEAN Community 2015. Pada penghujung laporannya, Dubes Esti menyampaikan bahwa Kemlu akan mempublikasikan sebuah buku yang berisi tulisan para alumni program BSBI tahun-tahun sebelumnya. Mereka menuliskan pengalaman mereka selama mengikuti program BSBI di Indonesia. Dubes Esti berharap buku ini akan mendorong makin banyak orang untuk belajar dan jatuh cinta dengan negara Indonesia. Direktur Diplomasi Publik Kemlu RI, Al Busyra Basnur memaparkan, khusus untuk tahun ini peserta BSBI 2015 lebih banyak berasal dari negara-negara ASEAN, meski pun tidak menutup dari peserta-peserta negara lain. ”Kemlu sudah melakukan rekrutmen BSBI 2015 sejak akhir tahun lalu dan memutuskan nama-nama peserta pada awal Januari 2015. Jadi dalam memutuskan dan mengambil partisipan BSBI 2015 dari berbagai negara, Kemlu sudah mengevaluasinya. Kemudian kita mengusahakan penerima beasiswa ini berganti-ganti setiap tahunnya dari berbagai negara,” ungkapnya. Tujuan dari program, lanjut Al Busyra, untuk memperluas, meningkatkan dan memberi makna yang lebih
Diplomasi No. 86 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 maret - 14 april 2015
FOKUS UTAMA 5
“Kita harapkan mereka sebagai friends of Indonesia untuk memberi pemahaman, promosi dan penjelasan, keterangan dan sekaligus kerja sama Indonesia dengan para negara sahabat dalam waktu jangka panjang,” Al Busyra Basnur
dalam bagi Indonesia (friends of Indonesia), terutama bagi generasi muda untuk membina persahabatan dan memperkenalkan nilai Indonesia, kepada negara-negara sahabat. “Kita harapkan mereka sebagai friends of Indonesia untuk memberi pemahaman, promosi dan penjelasan, keterangan dan sekaligus kerja sama Indonesia dengan para negara sahabat dalam waktu jangka panjang,” tuturnya.
6
FOKUS UTAMA
No. 86 TAHUN VIII
15 maret - 14 april 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
BSBI
Menjangkau 58 negara
B
easiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) telah diselenggarakan sejak 2003 dimana pada awalnya ditawarkan kepada dan diikuti oleh negara-negara anggota South West Pacific Dialogue (SwPD), yaitu; Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, Filipina, Timor Leste, dan tuan rumah Indonesia. Mengingat pentingnya serta manfaat yang diperoleh dari program ini, maka pada tahuntahun berikutnya program ini diperluas dengan menyertakan negara-negara ASEAN, ASEAN + 3, negara-negara Pacific Islands Forum (PIF), serta berbagai negara dari seluruh dunia. Selama periode 2003-2014, program beasiswa ini telah diberikan kepada 588 alumni dari 58 negara. Karena berbagai keterbatasan dalam program ini, Kemlu RI bekerjasama dengan KBRI dan KJRI di luar negeri, mengadakan serangkaian proses seleksi terhadap calon peserta, diantaranya mengenai latar belakang calon peserta, jenis kelamin, keterwakilan kawasan dan minat untuk mempelajari budaya Indonesia. Untuk memperdalam pemahaman para peserta mengenai seni dan budaya Indonesia, dan untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam pertunjukan akhir, para penerima beasiswa dibagi dan ditempatkan di pusat-pusat seni yang berbeda selama kurang lebih 3 (tiga) bulan. Pusat-pusat seni ini berada di Bandung, Jawa Barat; Denpasar, Bali; Makassar, Sulawesi Selatan; Solo, Jawa Tengah dan Surabaya, Jawa Timur. Para penerima beasiswa akan tinggal di dalam atau di sekitar pusat kesenian tersebut, sehingga memungkinkan dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengenal dan merasakan warisan budaya lokal dan berinteraksi dengan masyarakat setempat secara langsung. Sinergi antara teori dan praktek di dalam dan di luar pusat seni akan menjadi kekuatan pendorong untuk membentuk budaya dan normanorma internasional, termasuk pemahaman dan kerja sama global pada tingkat people-to-people. Program ini menunjukkan komitmen Indonesia sebagai inisiator pembentukan SwPD dan pencetus ASEAN dalam memajukan kerjasama sosial budaya di kawasan. BSBI bertujuan untuk mendorong pemahaman yang lebih baik antara para peserta dari negara-negara yang berbeda melalui seni dan warisan budaya di Indonesia yang sangat beragam. BSBI juga bertujuan untuk menumbuhkan budaya kerja sama, yang muncul dari kontak langsung dan berbagi budaya antara orang-orang yang terlibat dalam program ini. Kerja sama ini akan mengarah kepada hubungan
diplomatik yang semakin berkembang di kawasan dan di seluruh dunia. Pada tahun 2015 ini para penerima beasiswa berasal dari negara-negara anggota ASEAN, ASEAN + 3, KTT Asia Timur, Mitra Wicara ASEAN, ASEAN + Uni Eropa, Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), Asia-Europe Meeting, dan SwPD. Program ini diselenggarakan pada tanggal 2 Maret - 15 Juni 2015. Setelah menjalani program orientasi selama satu minggu di Jakarta untuk memperoleh informasi mengenai Tujuan BSBI, Pengantar Budaya Indonesia, Seni dan budaya kontemporer Indonesia, serta agenda program, para penerima beasiswa kemudian ditempatkan di pusat-pusat seni yang telah ditunjuk untuk belajar tentang seni dan budaya Indonesia secara umum disamping juga seni budaya lokal. Di Bandung, Jawa Barat, para penerima beasiswa akan belajar seni dan budaya Sunda, teknik produksi dan pemeliharaan angklung, karawitan Sunda, wayang golek, dan tari tradisional Sunda, disamping juga bahasa Sunda. Di Solo dan Surabaya, para penerima beasiswa akan belajar seni dan budaya Jawa seperti proses pembuatan batik dan maknanya, karawitan Jawa; tari tradisional Jawa; dan bahasa Jawa. Di Bali, penerima beasiswa akan belajar seni budaya Bali, yaitu tari
dan gamelan Bali. Di Surabaya, mereka akan belajar kesenian dan budaya Jawa Timur, termasuk Gamelan Madura. Sementara itu, di Makassar, para penerima beasiswa akan belajar seni dan budaya Sulawesi, termasuk tarian Pakarena, musik dan bahasa lokal. Selanjutnya para penerima beasiswa juga akan melakukan kunjungan khusus ke beberapa tempat bersejarah dan destinasi wisata terkenal. Di penghujung program, para penerima beasiswa akan tampil dalam malam pagelaran seni budaya “Indonesia Channel”. Para penerima beasiswa akan mendapatkan fasilitas biaya kuliah (termasuk kegiatan ekstra kurikuler), tiket pp kelas ekonomi, akomodasi, asuransi kesehatan dan tunjangan bulanan. Para penerima beasiswa disyaratkan berusia 21-30 tahun, belum menikah dan memiliki ijazah SMA/sederajat, memiliki bakat seni dan minat yang tinggi terhadap seni budaya. Para mahasiswa bidang seni atau orang-orang yang memiliki latar belakang akademis tentang sejarah dan budaya Indonesia, akan diutamakan. Selanjutnya, mengingat intensitas program, para penerima beasiswa dianjurkan untuk memastikan kondisi kesehatan mereka, terutama bagi peserta wanita diharapkan untuk memastikan bahwa mereka tidak hamil sebelum dan selama program.[]
Diplomasi No. 86 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 maret - 14 april 2015
FOKUS UTAMA 7
Indonesia Dikenal Sebagai Negara
Mega Biodiversity
S
merupakan pengalaman yang berharga bagi peserta program BSBI. Pada umumnya mereka terkesan dengan keramahan masyarakat Indonesia disertai dengan perilaku gotong-royong.
ejak tahun 2003 Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) dengan partisipasi peserta negara anggota South West Pacific Dialogue; Australia, Papua Nugini, Filipina, Selandia Baru, Timor Leste dan juga peserta dari Indonesia. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2015, jumlah peserta program BSBI telah meningkat menjadi 658 orang dan mewakili 59 negara dari kawasan Asia, Pasifik, Eropa dan Amerika. Indonesia dikenal sebagai negara mega biodiversity dengan kekayaan warisan budaya. Penduduk Indonesia terdiri dari kurang lebih 300 suku dengan 700 bahasa daerah. Indonesia juga merupakan negara middle power dengan jumlah penduduk 250 juta, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia,negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, negara terbesar ASEAN dan anggota G20. Melalui program BSBI ini, Indonesia dapat menjangkau generasi muda dari berbagai belahan dunia untuk memahami potensi dan posisi strategis Indonesia. Belajar bahasa dan menghargai budaya disuatu negara bukan saja sekedar menambah pengalaman. Tanpa disadari para generasi muda ini membangun jembatan saling pengertian, perdamaian dan kemakmuran bagi dunia.
Peserta BSBI banyak yang berkunjung kembali ke Indonesia, bukan saja sebagai turis, tetapi ada juga yang ingin menetap di Indonesia. Terdapat juga peserta BSBI yang kemudian kembali ke Indonesia untuk melakukan penelitian budaya lokal. Kemudian di negara asalnya, peserta program BSBI yang memperoleh keahlian membatik mengajarkan cara membatik kepada masyarakat setempat. Dengan demikian. profil Indonesia semakin terangkat di manca negara.
Duta Besar Esti Andayani
Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik
Peserta peogram BSBI yang mendapatkan kesempatan tingga di Indonesia selama tiga bulan ini dapat memahami makna Bhineka Tunggal Ika. Kerukunan hidup berdampingan secara damai diantara pemeluk agama yang berbeda-beda
Peserta BSBI ini merupakan Friends of Indonesia yang bermanfaat untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama antara Indonesia dengan negara sahabat. Peserta BSBI ini tetap membina hubungan yang baik dengan Perwakilan RI dan juga memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat setempat. Hubungan antara negara bukan saja hubungan antara Pemerintah atau Pemimpin Negara, tetapi juga hubungan antar manusia, khususnya para pemuda. Semoga program ini menjadi inspirasi bagi para pemuda dan masyarakat Indonesia untuk memperkenalkan kekayaan dan potensi Indonesia kepada dunia untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang besar.[]
Deklarasi Sendai Upaya Mengurangi Resiko Bencana
P
ara Kepala Negara dan Pemerintahan, para menteri dan seluruh delegasi yang berpartisipasi dalam Third United Nations World Conference tentang Pengurangan Risiko Bencana, telah berkumpul pada 14-18 Maret 2015 di Kota Sendai, Miyagi, Jepang. Sendai adalah sebuah kota di Jepang yang telah menunjukkan pemulihan akibat gempa besar di Jepang Timur pada Maret 2011. Menyadari terjadinya peningkatan dampak dan kompleksitas bencana di berbagai belahan dunia, para Kepala Negara dan Pemerintahan dan seluruh delegasi yang hadir dalam pertemuan tersebut menyatakan tekad untuk meningkatkan upaya dalam memperkuat pengurangan risiko bencana untuk mengurangi kerugian ben-
cana dan aset kehidupan di seluruh dunia. Seluruh delegasi menghargai peran penting yang dimainkan oleh Kerangka Aksi Hyogo 20052015, yaitu: Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap bencana selama sepuluh tahun terakhir. Setelah menyelesaikan penilaian dan review serta dianggap memiliki pengalaman dalam pelaksanaannya, pada pertemuan ini para Kepala Negara dan Pemerintahan mengadopsi Sendai Framework untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030. Para Kepala Negara dan Pemerintahan sangat berkomitmen untuk pelaksanaan kerangka kerja baru tersebut sebagai panduan untuk meningkatkan upaya pengurangan risiko bencana di masa depan.
Para Kepala Negara dan Pemerintahan meminta semua pihak untuk bertindak dan menyadari bahwa realisasi kerangka baru tersebut tergantung pada upaya bersama yang tidak henti-hentinya dan tidak kenal lelah untuk menjadikan dunia menjadi lebih aman dari risiko bencana pada beberapa dekade ke depan untuk kepentingan generasi masa kini dan masa depan. Para Kepala Negara dan Pemerintahan serta seluruh delegasi mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan Pemerintah Jepang serta Kota Sendai yang telah menjadi host pelaksanaan United Nations World Conference tentang Pengurangan Risiko Bencana tersebut dan menyampaikan penghargaan kepada Jepang atas komitmennya untuk memajukan upaya pengurangan risiko bencana dalam agenda pembangunan global.[]
8
FOKUS UTAMA
No. 86 TAHUN VIII
15 maret - 14 april 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Sebar Peserta ke 6 kota,
ciptakan indonesianis baru Indonesia Channel 2010 di Surabaya.
Para peserta Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia 2015 disambut hangat Walikota Surabaya Tri Rismaharini di Balaikota Surabaya (10/03).
K
edepan, mereka (peserta BSBI-red) akan menjadi marketer bagi Surabaya, bagi Indonesia”, demikian pesan Tri Rismaharini, Walikota Surabaya ketika menyambut para peserta BSBI di Balaikota Surabaya (10/03). Risma, demikian ia biasa disapa,telah melihat dengan mata kepala sendiri hasil gemblengan peserta BSBI selama kurang lebih 4 bulan tatkala hadir dalam acara
“Saya kira semua penampil itu orang Indonesia asli, ternyata orang asing. Tahun ini saya instruksikan agar tari-tarian yang diajarkan dibuat sesulit mungkin. Saya ingin menantang kalian”, ujar Risma. Selama 3-4 bulan, seluruh peserta BSBI disebar ke 6 kota: Bandung, Solo, Surabaya, Makassar, Bali dan Yogyakarta untuk belajar seni, budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Meylia Wulandari, Kepala Seksi Hubungan Antar Lembaga pada Sub Direktorat Sosial dan Budaya mengungkapkan bahwa program BSBI dimaksudkan untuk mencetak para Indonesianis baru, yang mampu mempromosikan Indonesia, membagi informasi positif tentang Indonesia ke masyarakat internasional. “Setelah menjalani program, para alumni BSBI memberikan testimoni tentang Indonesia yang semuanya sangat baik. Hal itu adalah modal diplomasi kedepan”, ungkap Meylia. Di tempat lain, Wakil Bupati Badung I Made Sudiana menyambut hangat kedatangan peserta BSBI yang akan menimba ilmu di Bali. MenurutI Made Sudiana, program BSBI merupakan langkah strategis dan cerdas sebagai bagian dari upaya promosi pariwisata, mengingat Pendapatan Asli Daerah Badung mayoritas berasal dari sektor pariwisata, Selain di Surabaya dan Bali, peserta BSBI diterima oleh Kepala Dinas Pariwisata kota Makassar, Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Pengageng Mondropuro Mangkunegaraan Surakarta dan Wakil Kepala Dinas Pariwisata Solo, serta Ketua Yayasan Saung Angklung Udjo di Bandung.[]
peluncuran buku kesan dan pesan bsbi rangkum testimoni positif para alumni
M
emasuki tahun ke-13 program BSBI, Direktorat Diplomasi Publik menerbitkan buku Beasiswa Seni danBudaya Indonesia (Kesan dan Pesan), berisi testimoni alumni BSBI dari masa ke masa.
Brian Jay de Lima, peserta BSBI 2013 asal Filipina mengatakan “The program generously offered me another dimension of the love for cross-cultural understanding, and I embraced such offer with open mind and open heart.” “There are some aspects of Indonesian daily life that cannot be fully described in books. I was lucky to live in unique Indonesian society for some time”, ungkap Ekaterina Kuznetsova (Rusia, BSBI 2014) “Para peserta senang menyanyikan lagu “Indonesiaku” dan lain-lain. Tetapi kami sedih juga karena program selesai, semua akan pulang ken egara masingmasing. Tetapi saya yakin, semua peserta tidak akan lupa hari-hari itu selama di Indonesia”, ujar Gunel Bayramova asal Azerbaijan, peserta BSBI 2008. Kini ia bekerja di KBRI Baku, Azerbaijan. Stephany Sagit dari Kaledonia Baru juga memiliki kesan mendalam tentang Indonesia: “Satu hal yang tidak akan pernah terlupakan oleh saya tentang orangorang di Indonesia adalah senyuman mereka…senyuman sejati, tidak berpura-pura!”. Launching buku Kesan dan Pesan BSBI dilakukan saat pembukaan BSBI 2015 oleh Menlu RI. Secara simbolis, Menlu RI memberikan buku tersebut kepada Bhawika Hikmat, Ketua Ikatan Alumni BSBI Indonesia dan Milica Vukovic, alumni BSBI 2014 asal Serbia.
Diplomasi No. 86 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 maret - 14 april 2015
FOKUS 9
Menlu RI :
IORA Dapat di desain Menjadi lebih Strategis
T
Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas aktif. Diplomasi Indonesia akan menonjolkan karakter sebagai Negara maritim. Diplomasi Indonesia akan terkoneksi dengan kepentingan rakyat (diplomacy for the people). Diplomasi Indonesia akan membumi (down to earth). Dan diplomasi Indonesia akan dilakukan secara tegas dan bermartabat.
ahun 2015 merupakan tahun yang penting bagi Indonesia, setidaknya ada dua event penting yang akan dilaksanakan oleh Indonesia. Event pertama adalah peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika yang akan diselenggarakan pada bulan April. Event kedua, Indonesia akan menjadi ketua Indian Ocean Rim Association (IORA) periode 2015-2017 dan akan menerima tongkat estafet keketuaan IORA dari Australia pada bulan Oktober 2015. Sebagai persiapan menjadi ketua (IORA), Kementerian Luar Negeri RI menyelenggarakan Lokakarya Nasional Persiapan Keketuaan Indonesia pada IORA 2015-2017 di Ruang Nusantara, Kemlu RI (25/2) yang bertujuan untuk menjaring masukan-masukan dari instansi-instansi teknis terkait. Lokakarya ini dibuka oleh Menteri Luar Negeri RI dan dihadiri antara lain oleh Wamenlu, Ketua LIPI, Ketua Umum Kadin, Direktur IORA, serta jajaran Eselon I dan II dari Kementerian/Lembaga terkait. Dalam sambutan singkatnya, Menlu RI menegaskan tentang pentingnya bottom up process dalam formulasi politik luar negeri Indonesia, sehingga dengan demikian politik luar negeri yang terkoneksi dengan kepentingan rakyat bisa benar-benar diwujudkan. Selama proses penentuan tema yang akan diangkat, Kemlu telah berusaha mengkoneksikan prioritas Indonesia pada masa pemerintahan saat ini dengan enam prioritas utama IORA. Hasilnya, penguatan poros maritim merupakan satu hal yang akan diangkat Indonesia selama periode keketuaan dua tahun ke depan. Hal ini dikarenakan enam prioritas utama IORA ternyata juga tertuang dalam komitmen RI untuk menjadi poros maritim. Sebagai negara middle power, keanggotaan Indonesia pada IORA bukan hanya tentang apa yang didapatkan, namun lebih kepada kontribusi apa yang dapat diberikan Indonesia bagi organisasi dan dunia, apalagi selama menjabat sebagai Ketua IORA. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu prioritas politik luar negeri Indonesia adalah berperan secara aktif di kawasan dan dunia. Menlu Retno mengatakan bahwa dengan mengakui kekurangan-kekurangan yang dimiliki selama ini, IORA akan mampu memperbaiki diri demi kepentingan ne-
gara anggota dan dunia. “Indonesia harus mampu melihat apa yang masih bisa dioptimalkan atau kekurangan yang selama ini masih ada di IORA. Bukan zamannya lagi menilai sesuatu dari hal-hal baiknya saja. I don’t believe that.” “Indonesia harus mampu melihat apa yang masih bisa dioptimalkan atau kekurangan yang selama ini masih ada di IORA. Bukan zamannya lagi menilai sesuatu dari halhal baiknya saja. I don’t believe that.”
Menlu Retno L.P. marsudi
Lebih lanjut, Menlu Retno juga mengusulkan agar kegiatan-kegiatan IORA yang selama ini bersifat project based bisa diarahkan menjadi sesuatu yang bersifat strategis, beyond project based. Indonesia dan IORA harus lebih berani mengambil langkah strategis, misalnya bagaimana mengelola Samudera Hindia untuk kepentingan kita secara umum. Disamping itu, Menlu Retno juga menekankan mengenai visibilitas IORA, baik ke dalam maupun ke luar, sebagai satu hal yang harus diperhatikan. Mengakhiri sambutannya, Menlu Retno menyampaikan bahwa momen keketuaan Indonesia pada 2017 bertepatan dengan ulang tahun IORA yang ke-20. Oleh karena itu, hal-hal yang akan dilakukan Indonesia selama menjadi ketua IORA diharapkan bisa menjadi kado ulang tahun bagi IORA.[]
10
FOKUS
No. 86 TAHUN VIII
15 maret - 14 april 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
menyongsong
keketuaan indonesia di IORA Lokakarya Nasional Persiapan Keketuaan Indonesia di IORA yang dilaksanakan pada 25 Februari 2015 di Kementerian Luar Negeri RI bertujuan untuk membahas kerjasama IORA dari perspektif akademisi dan bisnis. Bidang-bidang yang dibahas dalam lokakarya tersebut adalah: Keamanan dan Keselamatan Maritim, Manajemen Resiko Bencana, Fasilitasi Perdagangan dan Investasi, Manajemen Perikanan, Akademik dan Ilmu Pengetahuan, serta Pariwisata dan Pertukaran Budaya.
P
ada pembahasan mengenai isu keamanan dan keselamatan maritim serta manajemen resiko bencana terdapat beberapa hal penting yang mengemuka, antara lain bahwa Indonesia perlu melakukan setting up norms serta fokus pada isu strategis seperti IUU Fishing. Indonesia perlu mendorong kerjasama combating illegal fishing dan norma seafood labeling. Dalam membangun norma ini, Indonesia bisa mengambilnya dari ASEAN seperti misalnya TAC. Lokakarya menekankan perlunya dijajaki kemungkinan untuk dikeluarkannya IORA Jakarta Declaration serta mendukung dilaksanakannya summit. Lokakarya juga mendorong IORA untuk lebih bersifat inklusif dengan mengundang negara-negara di Samudera Hindia untuk bergabung dalam IORA, seperti misalnya Myanmar, Maladewa dan Somalia. Selanjutnya lokakarya mengusulkan mengenai public campaign mengenai keketuaan Indonesia di IORA melalui sosial media dan humas masing-masing Kementerian dan Lembaga serta dibentuknya website keketuaan Indonesia di IORA periode 2015-2017. Sedangkan berbagai kegiatan yang diusulkan antara lain adalah IORA Maritime Security Desktop Exercise pada 2016, capacity building dan Maritime Security Information Centre yang akan dilaksanakan oleh Bakamla pada 2017. Hal lain yang mengemuka dalam lokakarya adalah bahwa Indonesia dapat memanfaatkan modalitas-modalitas yang dimiliki dalam hal manajemen resiko bencana, seperti World Class Training Centre, INA DRTG Sentul, museum, universitas dan lain-lainnya. Pada April 2016 mendatang, TNI AL akan menyelenggarakan kegiatan International Fleet Review dan Harbor Phase di Padang, Sumatera Barat. Terkait dengan kegiatan ini, TNI AL mengusulkan untuk memanfaatkan kegiatan tersebut sebagai ajang untuk melibatkan negara-negara IORA. Disamping itu juga disampaikan mengenai perlunya Indonesia melakukan sharing best practices dengan IORA. Pada pembahasan mengenai isu fasilitasi perdagangan dan investasi serta manajemen perikanan, diungkapkan bahwa target perdagangan dan investasi Indonesia cukup tinggi, dimana pada 2015-2019 target investasinya adalah sebesar Rp 3.518,6 Triliun dengan kontribusi PMA sebesar 63 % dan PMD 36 % dengan pertumbuhan diatas 7 %.
Yuri O Thamrin Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (ASPASAF) Kemlu RI saat menyampaikan sambutan pembukaan pada Lokakarya Nasional persiapan Keketuan Indonesia di IORA (25/2/2015)
Untuk mencapai target tersebut, modalitas Indonesia cukup kuat, dimana UNCTAD menempatkan Indonesia di peringkat ke-3 sebagai prospective host economies 2014-2016. Sedangkan dalam hal peningkatan daya saing, Indonesia berada di peringkat 34 dari 144 negara dalam Global Competitiveness Index. Di sisi lain lokakarya juga mengidentifikasi beberapa permasalahan, diantaranya biaya logistik yang tinggi sehingga menyebabkan Indonesia menjadi tidak kompetitif, konektivitas antar-pulau yang masih rendah, ease of doing business yang rendah (peringkat 114 pada EODB Report 2015), serta pertumbuhan income per capita yang cukup lambat sehingga rawan masuk ke dalam middle income trap. Pada 2015 income per capita diperkirakan sebesar USD 3.580, atau hanya meningkat USD 160 dari 2014, sementara target pada 2025 adalah sebesar USD
Diplomasi No. 86 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 maret - 14 april 2015
12.000.
FOKUS 11 di bidang kepabeanan dengan mengedepankan single window system yang telah dikembangkan Bea Cukai Indonesia.
Lokakarya sepakat untuk mengubah mindset dalam memberikan kemudahan fasilitasi perizinan usaha serta perlunya mendorong outward looking investment. Disamping itu juga perlunya mendorong balancing economic development yang tidak hanya fokus di pulau Jawa tetapi juga ke luar pulau Jawa. Sedangkan dalam kerangka IORA, perlu didorong pembangunan infrastruktur di bagian barat pulau Sumatera.
Dalam lokakarya juga di informasikan mengenai ketersediaan special fund IORA yang dapat di akses oleh negara-negara anggota untuk membiayai proyekproyek yang selaras dengan enam prioritas IORA. Dana di bawah USD 60.000 dapat disetujui pada tingkat SOM sedangkan dana di atas itu perlu persetujuan COM.
Untuk meningkatkan perdagangan dan investasi di Indonesia, lokakarya mengusulkan untuk dilakukannya identifikasi peluang-peluang bisnis di masing-masing negara IORA, identifikasi daerah-daerah potensial di Indonesia yang dapat dikembangkan, dan mendorong kerja sama business-to-business, khususnya melalui pemanfaatan IORA Economic Business Forum.
Pada pembahasan isu manajemen perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengusulkan sejumlah inisiatif, diantaranya adalah pendirian IORA Marine and Fisheries Capacity Development and Partnership Center yang berlokasi di pelabuhan Bungus, Padang, Sumatera Barat. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh center tersebut adalah berupa penyelenggaraan workshop, seminar, training kerjasama teknis, information sharing, dan coordinative regional fisheries measures management. Sementara itu isu mengenai responsible fish trade, pemberantasan IUU Fishing, sustainable fisheries, fishstock assessment dan fishermen welfare diusulkan sebagai isu prioritas. LIPI sebagai Koordinator Kawasan IORA, telah menyiapkan berbagai program di bidang akademik dan ilmu pengetahuan untuk periode 2015-2017, termasuk Trilateral Dialogue on the Indian Ocean (TDIO) yang akan diselenggarakan oleh LIPI pada 8-9 Juni 2015, serta seminar nasional mengenai IORA pada bulan Agustus, dan berfokus pada enam isu prioritas IORA.
Beberapa fokus yang bisa dikedepankan dalam keketuaan Indonesia di IORA antara lain adalah; memfasilitasi pembahasan Preferential Tariff Agrement (PTA) diantara negara-negara IORA. Dalam hal ini perlu menunjuk pejabat ahli dari masing-masing negara untuk membahas PTA serta mengidentifikasi negara-negara IORA yang telah siap untuk memulai pembahasan PTA; Mendorong adanya IORA Travel Business Card untuk memberikan kemudahan mobilitas bagi pengusahapengusaha negara IORA, serta mendorong untuk menjadikan IORA Economic Business Conference sebagai forum reguler untuk membahas kerja sama perdagangan negara IORA (selama ini sifatnya masih Ad hoc). Berikutnya adalah membuat Paviliun IORA di Trade Expo Indonesia, menyelenggarakan seminar internasional mengenai investasi IORA, dan sharing best practices
Alternatif pendanaan melalui APBN, skema triangular atau dana khusus IORA adalah beberapa hal yang juga disampaikan dalam lokakarya disamping juga permasalahan penyediaan tenaga ahli kelautan dan perikanan dari masing-masing negara anggota IORA. Usulan lainnya yang disampaikan adalah terkait dengan pembentukan core group on marine and fisheries dengan target membentuk kerja sama dengan negaranegara seperti India, Bangladesh, Iran, Madagaskar, Afrika Selatan, Mozambik, Tanzania dan Sri Lanka. Terdapat pula usulan untuk mendukung kerja IORA Marine and Fisheries Capacity Development and Partnership Center dengan mengadakan program pelatihan industri rumahan untuk masyarakat pesisir. Pada pembahasan mengenai isu akademik dan ilmu pengetahuan, serta pariwisata dan pertukaran budaya terdapat beberapa usulan, antara lain tema Keketuaan Indonesia di IORA, yaitu; “Strengthening the IORA through Maritime Cooperation”. Sementara itu, LIPI sebagai Koordinator Kawasan IORAG, telah menyiapkan berbagai program di bidang akademik dan ilmu pengetahuan untuk periode 20152017, termasuk Trilateral Dialogue on the Indian Ocean (TDIO) yang akan diselenggarakan oleh LIPI pada 8-9 Juni 2015, serta seminar nasional mengenai IORA pada bulan Agustus, dan berfokus pada enam isu prioritas IORA. Usulan lainnya yang disampaikan adalah berupa program penelitian bersama mengenai underwater archeology, penelitian budaya nelayan, dan interfaith dialogue antara negara anggota IORA. Lokakarya juga memandang pentingnya upaya untuk mereformasi institusi IORA, termasuk dalam hal prosedur persidangan, penyerderhanaan prosedur untuk memperoleh special fund, serta pembentukan core group untuk isu-isu prioritas IORA. Sedangkan sehubungan dengan kurangnya pemahaman masyarakat dan instansi terkait tentang IORA, lokakarya sepakat mengenai perlunya untuk meningkatkan sosialisasi IORA, baik di lingkungan internal kementerian/lembaga maupun kepada masyarakat umum. []
12
FOKUS
No. 86 TAHUN VIII
15 maret - 14 april 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Upaya meningkatkan IORA ke level yang lebih tinggi
S
elain meningkatkan postur IORA, Indonesia diharapkan juga dapat meningkatkan norma-norma IORA melalui penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT/summit), sehingga Level IORA akan seperti ASEAN. Hal lain yang perlu dilakukan adalah menjalin kerjasama marine security, dimana selama ini kerjasama yang ada hanya pada tingkatan Panglima Angkatan Laut, bila perlu kita akan tingkatkan hingga ke level Menteri Pertahanan. Kita tahu bahwa China sedang membuat 18 strategic maritime support. China tidak bisa membuat pangkalan angkatan laut di luar negeri seperti AS yang mempunyai kekuatan armada di luar negeri, tetapi China menciptakan system overseas maritime support yang berupa bantuan-bantuan kepada negara-negara kecil dalam membuat pelabuhan, khususnya di negara-negara yang terletak di samudera Hindia. Apa implikasi dari system overseas maritime support kedepan, kalau misalnya kemudian banyak kapal-kapal perang China yang berlabuh dan berlayar di Indian ocean, maka ketegangan akan bisa meningkat. Atas dasar isu itu, maka kerjasama marine security ini bisa menjadi pertimbangan untuk dibicarakan pada level Menteri Pertahanan. Selain itu pengalaman Indonesia yang bisa di share adalah maritime policy, Indonesia memiliki keahlian di maritime security, khususnya di dalam penanganan Selat Malaka dan Selat Singapura. Kita memiliki joint activities antara Dinas Perhubungan Laut Indonesia dengan Singapura yang melakukan pertemuan rutin setahun sekali untuk membahas mengenai manajemen Trafic Submarine Security (TSS). Di bagian selatan Indonesia, yaitu di Selat Lombok dan Selat Bali, ternyata belum ada TSS nya, kemudian di sebelah barat pulau Sumatera juga belum ada TSS nya, jadi ini bisa kita kembangkan kedepan di IORA, tentunya bekerjasama dengan negara-negara IORA untuk membuat suatu trafic scheme di wilayah-wilayah mereka dan juga wilayah kita. Dengan begitu, perjalanan-perjalanan kapal, navigasi, slot dari Afrika, Indian ocean, Asia Tenggra dan Asia Timur dan juga Indonesia bisa kita mapping. Kemudian yang berkaitan dengan navigasi adalah policy, kita memiliki experties dalam menangani policy terhasdap kapal-kapal yang melintas di Selat Malaka dan Selat Singapura, mekanisme itu bisa dibawa atau didiskusikan di IORA. Kalau terjadi oil spill, dimana sekarang ini kita mengalami dua jenis oil spill, yaitu dari kapal dan juga yang keluar dari rig, yang sampai seka-
di Sumatera bagian barat dan sebagian yang mungkin bisa kita establish di Afrika, bisa di connect. Saya melihat ini sudah cukup jelas dan dapat direalisasikan, ini adalah realtime information yang akan menjadi asset kita. Saya rasa konteks ini strategic sekali dalam rangka kita memberikan sesuatu kegiatan yang menjadi frame kegiatan IORA. Dari sisi diplomasi ekonomi, saya sudah mendengar dan melihat beberapa mekanisme mengenai diplomasi ekonomi maritim yang dikembangkan oleh Australia, misalnya IORA Bussiness Meeting. Yang belum disadari adalah bagaimana Indonesia memanfaatkan keketuaan di IORA ini untuk melakukan ekspansi ekonomi ke Afrika. Dok. umy.ac.id
Dubes Arif Havas Oegroseno
Penanggung Jawab Bidang Kedaulatan Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
rang ini masih belum selesai penanganannya. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa perlu ada suatu kerjasama yang spesifik di bidang ini. Hal ini sangat strategis karena Indonesia berada pada posisi leadership, baik di TSS ataupun oil spill. Kita bisa membuat mekanisme trafic scheme, dan disitulah leadership Indonesia bisa terlihat. Kemudian masih dalam konteks oil spill, kita juga sepakat mengenai kerjasama di bidang sosial media. Ini memang sudah ada MoU nya dan merupakan PR bagi Indonesia untuk mewujudkan apa yang tertuang dalam MoU itu. Indonesia juga perlu memikirkan untuk membuat regional agreement di bidang disaster risk management. Di ASEAN, ini sudah ada dan kemudian model ini bisa dibuat untuk IORA. Kita bisa membuat model regional agreement di tingkat IORA, karena itu mari kita berperan untuk membuat mekanismenya dimana MoUnya sudah ada dan akan kita kembangkan menjadi agreement. Kalau misalnya negara-negara IORA masih belum mau membuat agreement, ini masih bisa kita diskusikan di IORA karena faktanya disaster risk manajemen di Indian ocean itu memang harus ada. Dalam konteks disaster risk manajemen tersebut Indonesia sudah memiliki tsunami warning sytem yang cukup bagus, dan itu mungkin bisa dijadikan model untuk kita berbagi pengalaman dengan negara-negara di Afrika, terutama untuk meng-establish tsunami warning system. Selain itu, antara warning system yang sudah kita buat
Kita tahu bahwa sejauh ini hubungan ekonomi Indonesia dengan Asia, terutama dengan China, sangat luar biasa. Tetapi kita hanya menghasilkan USD 1 billion saja dan belum melakukan ekspansi. Terkadang pengusaha kita masih enggan untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Pengalaman saya saat bertugas di Eropa dan mengajak para investor Indonesia untuk menanamkan modal di Eropa, tapi ternyata sulit. Sedangkan untuk di Afrika dan negara-negara IORA, itu memiliki tantangannya sendiri, dimana kita harus membuat desain dan kemudian mengambil pola pengalaman saya di Eropa dengan membuat bussiness meeting dan bukan bussiness summit. Jadi CEO dari perusahaanperusahaan papan atas di IORA bertemu cukup dua tiga hari, tidak perlu sampai satu minggu. Itu akan menjadi suatu pertemuan yang sangat tinggi dan terutama untuk membuat network antara investor Indonesia dengan para bussinessman dari negara-negara IORA, termasuk temanteman kita di Afrika. Dari sisi ilmu pengetahuan, mungkin kita perlu mengembangkan semacam network antara universitas-universitas di negara-negara IORA atau universitas-universitas yang mempunyai riset di kawasan IORA, jadi ini semacam engage di sana. Kemudian juga ada gagasan untuk membentuk semacam system province antara propinsi-propinsi yang memiliki laut di Indian ocean yang mungkin nantinya secara berkala bisa membuat semacam campaigne awarenes kepada publik bahwa IORA adalah suatu organisasi yang relevan dan mempunyai nilai yang tinggi terutama bagi propinsi-propinsi yang mempunyai wilayah laut. Jadi pada intinya adalah leadership kita dalam melaksanakan suatu kegiatan yang strategis dan tidak hanya sebagai suatu proyek. []
Diplomasi No. 86 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 maret - 14 april 2015
sorot 13
234 WNI
bebas dari Hukuman Mati Lalu m. iqbal
Plt. Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia/Badan Hukum Indonesia (PWNI/BHI)
dian kita melakukan perlindungan diplomatik, Presiden mengirimkan surat kepada Raja dan sudah dilakukan berkali-kali. Mengenai uang diyat, ini memang permasalahan yang dilematis. Di satu sisi kita ingin melakukan upaya perlindungan kepada warga negara hingga titik darah penghabisan, tetapi pertanyaannya apakah justified jika kita membayar uang diyat tersebut. Untuk kasus Satinah misalnya, ia dibebaskan dengan uang diyat sebesar 21 milyar rupiah, meskipun sebagian besar adalah sumbangan dari para pengusaha. Tapi sebagai bayangan, bahwa dengan uang sebesar itu kami bisa memulangkan 2 ribu WNI yang terancam nyawanya di Suriah. Dalam hal ini kami tetap berupaya untuk melakukan yang terbaik, berapapun besar nilai uang diyatnya. Kalau tidak bisa membantu dalam bentuk uang, mungkin kami bisa membantu dalam bentuk penggalangan dana secara bertanggung jawab.
D
ari Juli 2011 hingga Desember 2014, Pemri telah membebaskan 234 WNI di seluruh dunia dari hukuman mati, tetapi yang masih terancam hukuman mati ada 228 WNI. Pada 2014 lalu kita berhasil membebaskan 46 WNI dari ancaman hukuman mati, tapi dalam periode yang sama ada 47 WNI yang terancam hukuman mati, jadi dengan demikian kita terus berkompetisi, berkejaran antara yang dibebaskan dengan yang terancam. Untuk itu kita juga melakukan upaya preventif guna mengurangi angka WNI yang terancam hukuman mati. Sebanyak 60% dari mereka yang terancam hukuman mati di luar negeri itu adalah karena kasus narkoba, dan sebagian besar berada di Malaysia. Di Arab Saudi memang tidak sebanyak yang ada di Malaysia, namun tingkat kesulitan untuk menanganinya sangat kompleks. Hal ini dikarenakan perbedaan kultur dan sistem hukum, sehingga kita memerlukan logika yang berbeda untuk bisa menyelesaikannya. Sebagai contoh, saat ini ada 2 WNI yang kondisinya kritis (Siti Zainab binti Duhri Rupa dan Karni binti Meditarsim) dan kasus mereka tidak bisa mendapatkan pemaafan dari Raja. Jadi logika kita untuk meminta grasi kepada kepala negara itu tidak bisa dilakukan di Arab Saudi, karena hukum yang berlaku adalah qishos, dimana yang berhak memberi maaf adalah ahli waris korban. Pada 2012 ada kejadian, keponakan Raja Saudi membunuh warga negara Arab Saudi lainnya di London. Ahli waris korban menolak memberikan pemaafan meskipun diberikan uang diyat berapapun. Pada saat itu Raja Salman yang masih berstatus sebagai Pangeran mengatakan bahwa hukum harus ditegakkan dan tidak bisa dilakukan secara diskriminatif, maka karena pihak ahli waris tidak memberikan pemaafan akhirnya keponakan Raja tersebut di eksekusi hukum qishos. Jadi hukum itu berlaku bagi siapa saja, tidak memandang apakah pelakunya itu orang biasa ataupun keponakan Raja. KBRI Riyadh dan KJRI Jeddah sudah melakukan upaya yang luar biasa dalam melakukan pembelaan, baik secara litigasi maupun non-litigasi. Pertama kita melakukan perlindungan kekonsuleran, jika gagal kemu-
sebetulnya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah memberikan perlindungan, mekanismenya cukup banyak dan tidak harus dengan membayarkan uang diyat.
Mungkin memang tidak perlu ada aturan mengenai berapa besarnya uang diyat yang bisa dibantu oleh pemerintah, karena pada dasarnya diyat itu merupakan hubungan perdata antara pelaku dengan ahli waris korban, dan tidak ada hubunganya dengan pemerintah. Bahkan di Arab Saudi sekalipun, ada ratusan orang yang di qishos setiap tahunnya, namun tidak pernah ada satupun yang dibayarkan uang diyatnya oleh pemerintah. Kalaupun misalnya Raja membantu, itu sepenuhnya adalah uang pribadinya, bukan uang milik pemerintah. Jadi intinya, sebetulnya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah memberikan perlindungan, mekanismenya cukup banyak dan tidak harus dengan membayarkan uang diyat. Salah satu contoh misalnya dalam kasus pembunuhan yang dilakukan oleh lima orang Banjar di Mekah, dalam hal ini teman-teman di KBRI dan KJRI didorong untuk melakukan pendekatan ke keluarga korban, karena intinya pemaafan itu adalah mengobati luka hati. Jadi disini dicoba dilakukan pendekatan, dimana ketika sakit di bawa ke rumah sakit, ketika orang lain tidak peduli kita peduli, membuatkan masakan, dan lain sebagainya sehingga akhirnya ahli waris korban memberikan pemaafan dan tidak menuntut uang diyat. Jadi pada prinsipnya fokus kami bukan kepada uang diyat melainkan pada pemberian pemaafan. Uang diyat itu hanyalah sebuah konsekuensi, dan hanya ada di Arab Saudi dan hanya pada kasus pembunuhan. Untuk kasus WNI yang menjadi korban, sudah banyak warga negara kita yang berhasil kita mintakan uang diyatnya dalam jumlah yang propper. Untuk kasus WNI yang mengalami penganiayaan juga sudah banyak yang sudah menerima semacam uang konpensasi. Jadi sekarang kita mencoba untuk refocusing, dimana yang lebih wajib kita bela adalah warga negara kita yang dibunuh atau dianiaya, dan sumberdaya yang kita miliki sekarang lebih banyak kita arahkan untuk itu. []
14
sorot
No. 86 TAHUN VIII
15 maret - 14 april 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
menekankan pentingnya
hubungan bilateral RI-Fiji akan integritas teritorial. Kedua Menlu telah membahas upaya untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan hubungan antar masyarakat (people-to-people contact) terutama melalui pembangunan kapasitas dan bantuan teknis. Juga didiskusikan kemungkinan penyelenggaraan Komisi Bersama pada tingkat Menlu (Joint Ministerial Commission) pada bulan Agustus 2015. Kedua Menlu menekankan besarnya potensi perdagangan yang belum dimanfaatkan antara Fiji dengan Indonesia, yang nilainya mencapai US$ 26,2 juta. Untuk itu disepakati untuk meningkatkan kerja sama investasi dan perdagangan di bidang perikanan, pemrosesan hasil pertanian serta kerja sama pemasaran dari produk nasional masing-masing negara. Di bidang hubungan antar masyarakat, kedua Menlu menyambut baik berbagai program peningkatan kapasitas dan kerja sama teknis yang telah dilakukan selama ini. Tercatat bahwa pada 2014, terdapat 13 program peningkatan kapasitas yang telah dilakukan di bidang pendidikan, perikanan, pertanian, pemberdayaan perempuan, penanggulangan bencana serta demokratisasi. Kedua Menlu juga menyepakati untuk bekerja sama lebih erat terkait dengan pasukan penjaga perdamaian PBB dari kedua negara. Dalam konteks ini, Menlu RI menyambut baik rencana pasukan penjaga perdamaian Fiji untuk berpartisipasi pada Pusat Pelatihan Perdamaian dan Keamanan di Indonesia.
Menteri Luar Negeri RI, Retno L.P. Marsudi, dan Menteri Luar Negeri Fiji, Hon. Ratu Inoke Kubuabola, usai melakukan pertemuan bilateral resmi pertama di Nadi, Fiji, pada tanggal 1 Maret 2015
M
enteri Luar Negeri RI, Retno L.P. Marsudi, dan Menteri Luar Negeri Fiji, Ratu Inoke Kubuabola, telah melakukan pertemuan bilateral resmi pertama di Nadi, Fiji, pada 1 Maret 2015. Kunjungan bilateral resmi Menlu Retno pertama kalinya ke Fiji ini menekankan pentingnya hubungan bilateral khusus kedua negara yang memiliki latar belakang dan warisan budaya Melanesia. Kunjungan ke Fiji ini juga mencerminkan pembaharuan komitmen Indonesia untuk memperkuat hubungan, kerja sama, dan kontribusi kepada pembangunan negara-negara di Pasifik berdasarkan prinsip saling menguntungkan dan saling menghormati
Kedua Menlu juga menyepakati untuk bekerja sama lebih erat terkait dengan pasukan penjaga perdamaian PBB dari kedua negara. Dalam konteks ini, Menlu RI menyambut baik rencana pasukan penjaga perdamaian Fiji untuk berpartisipasi pada Pusat Pelatihan Perdamaian dan Keamanan di Indonesia.
Sebagai bagian dari realisasi komitmen Indonesia sebesar US$ 20 juta untuk program pembangunan kapasitas bagi negara-negara MSG, kedua Menlu menyepakati agar tim teknis dapat bertemu pada tahun ini untuk membahas lebih lanjut mengenai bidang-bidang target program peningkatan kapasitas yang tepat sehingga dapat menyumbang bagi pembangunan di Fiji. Menlu RI juga telah memberikan mesin pemroses kerang serta modul untuk pelatihan pembuatan perhiasan kulit kerang bagi UMKM, yang akan dilaksanakan di Fiji tahun ini kepada Menteri Perempuan, Anak dan Pengentasan Kemiskinan Fiji, Rosy Sofia Akbar. Terkait dengan isu-isu regional, kedua Menlu menyetujui bahwa sebagai bagian dari keterlibatan Indonesia yang lebih besar pada Melanesian Spearhead Group (MSG), kedua negara akan meningkatkan komunikasi terkait isu-isu MSG. Kedua Menlu juga akan mendorong kontak, konsultasi serta saling kunjung reguler antara Indonesia dengan para anggota MSG. Menlu RI telah mengundang Menlu Fiji untuk menghadiri Peringatan ke-60 Konferensi Asia-Afrika dan Peringatan ke-10 New Asian-African Strategic Partnership di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April 2015.[]
Diplomasi No. 86 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 maret - 14 april 2015
sorot 15
Menlu RI : Kerjasama Pertanian dengan Selandia Baru akan bermanfaat bagi indonesia Menlu RI (kiri) berkunjung ke peternakan sapi Whenuanui, di sela-sela kunjungannya di Selandia Baru.
M
enlu RI, Retno L.P. Marsudi dan Menlu Selandia Baru, Murray McCully, sepakat perkuat kerja sama bilateral di berbagai bidang termasuk pertanian. Kesepakatan tersebut dicapai dalam Joint Ministerial Commission (JMC) ke-7 RI – Selandia Baru, 3 Maret 2015 di Auckland, Selandia Baru. Kedua Menlu menekankan masih banyak peluang kerja sama dibidang pertanian. Dalam kaitan ini, Menteri RI dan Menlu Selandia Baru sepakat perkuat kerja sama dibidang ekspor buah tropis Indonesia ke Selandia Baru (manggis, salak dan mangga) dan pengembangan budidaya sapi ternak (live cattle breeding) asal Selandia Baru di Indonesia. “Peningkatkan kerja sama dibidang pertanian yang saling menguntungkan akan memberikan manfaat bagi petani, peternak dan konsumen Indonesia” tutur Menlu Retno. Selandia Baru merupakan salah satu produsen global terbesar untuk produkproduk susu dan daging, dengan 6,7 juta sapi perah dan 3,7 juta sapi potong (2014). Masih terdapat banyak peluang untuk meningkatkan kerja sama antara Indonesia dan Selandia Baru, terutama di bidang peternakan sapi. Dengan penguatan kerja sama di bidang peternakan sapi, Indonesia dapat melakukan diversifikasi pasokan daging sapi dan sapi potong serta memperluas sumber pemasoknya. “Indonesia menyadari kapasitas dan pengalaman Selandia Baru di bidang peternakan sapi, bidang yang dapat dipelajari oleh Indonesia untuk mencapai keberlanjutan dalam produksi sapi dan penguatan ketahanan pangan,” ujar Menlu Retno. Saat ini sudah terdapat keterkaitan kuat antara Selandia Baru dan Indonesia di bidang peternakan sapi. Indonesia telah memasok 49,7% kebutuhan ampas sawit, sebuah sumber pakan ternak penting yang digunakan terutama pada industri susu, sementara 43% dari ekspor Selandia Baru ke Indonesia adalah produk susu. Berbagai langkah juga dicapai untuk meningkatkan kerja sama dibidang people-to-people contact dan konektivitas. Kedua Menlu sepakat untuk memberikan peluang lebih besar bagi tenaga kerja profesional Indonesia untuk bekerja di Selandia Baru, seperti koki. Selain itu juga akan didorong kerja sama yang lebih erat antara media, parlemen, dan pemangku kepentingan di berbagai bidang lainnya, termasuk melalui dialog dan saling kunjung. Pertemuan juga membahas perkembangan kerja sama yang telah dijalin kedua negara selama ini dan sekaligus menjajaki peluang baru dalam hubungan bilateral di bidang ekonomi, politik dan keamanan, serta kerja sama pembangunan. Di bidang perdagangan dan investasi, kedua negara juga sepakat untuk me-
ningkatkan volume perdagangan bilateral yang lebih seimbang untuk mencapai target perdagangan yang cukup ambisius senilai NZ$4 milyar atau Rp 40 triliun pada 2024. Total perdagangan antara Selandia Baru dan Indonesia mencapai sekitar US$ 1,3 miliar di tahun 2014. Selain itu, kedua Menlu juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang panas bumi (geothermal) termasuk investasi panas bumi, khususnya untuk mendukung peningkatan listrik di Indonesia bagian timur. Di bidang politik dan keamanan, kedua negara sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama pertahanan termasuk melalui program pertukaran pendidikan dan pelatihan perwira di kedua negara. Selain itu, di sepakati juga upaya untuk meningkatkan kerja sama dalam upaya pemberantasan korupsi antara KPK dan lembaga yang setara di Selandia Baru. Di bidang kerja sama pembangunan, Menlu RI menghargai kerja sama dengan Selandia Baru dalam program Food Safety Masuk Desa untuk meningkatkan keamanan pangan di wilayah timur Indonesia. Sementara pada kerja sama budaya dan pendidikan, kedua Menlu sepakat untuk meningkatkan kerja sama antar universitas khususnya dalam penelitian di bidang energi panas bumi, maritim dan perikanan. Menlu RI menyambut baik rencana kunjungan Perdana Menteri Selandia Baru, John Key ke Indonesia pada 2015. Selain itu Menlu juga menyambut baik perayaan 40 tahun hubungan ASEAN – Selandia Baru sebagai salah satu dialogue partner, yang bertepatan dengan dimulainya peran Indonesia sebagai koordinator ASEAN-Selandia Baru dialogue partner pada tahun 2015. Indonesia juga mengundang Selandia Baru untuk hadir sebagai observer pada perayaan 60 tahun Konferensi Asia Afrika pada bulan April 2015. Indonesia akan memanfaatkan konferensi tersebut untuk memperkuat hubungan Selatan-Selatan serta memberikan kontribusi terhadap kerja sama perdamaian dan keamanan Selatan-Selatan. Kerjasama bilateral antara Indonesia-Selandia Baru telah terjalin lama sejak pembukaan KBRI Wellington pada 1958, dimana hubungan antara kedua negara berjalan dengan cukup stabil, kuat dan terus berkembang. Selama kunjungan di Selandia Baru, Menlu RI juga melakukan
16
SOROT
perjalanan dan pertemuan dengan pemilik Whenuanui Farm, sebuah peternakan sapi ternak (cattle breeding farm) di Auckland dan memberikan kuliah umum di University of Auckland, dalam rangkaian 40 tahun perayaan hubungan ASEAN-Selandia Baru. “Selandia Baru adalah mitra penting bagi Indonesia dan ASEAN di kawasan ini dan juga di lingkup yang lebih luas” kata Menlu Retno dalam kuliah umum tersebut. Dalam pidatonya yang bertajuk “Hubungan Indonesia dan Selandia Baru menuju Komunitas ASEAN 2015”, Menlu Retno menyoroti empat prioritasnya yakni melindungi kedaulatan negara, meningkatkan proteksi WNI dan badan hukum Indonesia, mengintesifkan diplomasi ekonomi dan memajukan kerja sama regional dan internasional. Menlu Retno menggarisbawahi pentingnya untuk memahami Kebijakan Luar Negeri Indonesia dan peran Indonesia di kawasan. Menlu Retno juga menekankan bahwa diplomasi Indonesia harus terkait langsung dengan masyarakat dan merupakan kebijakan luar negeri yang membumi. “Kebijakan luar negeri Indonesia berfokus pada kedaulatan Indonesia, peningkatan perlindungan warga negara dan badan hukum Indonesia, serta mengintensifkan diplomasi ekonomi dan meningkatkan keterlibatan Indonesia di kawasan dan dunia”, papar Menlu Retno. Menurut Menlu, salah satu tantangan besar dalam diplomasi saat ini merupakan dampak dari luasnya wilayah, integritas wilayah dan usaha menjaga kedaulatan nasional. Untuk itu, Indonesia antara lain harus mampu memberikan kontribusi dalam penyelesaian isu perbatasan dengan negara-negara tetangga. Indonesia sendiri memiliki batas wilayah dengan 10 negara tetangga. Soal Perlindungan warga negara, hal ini merupakan konsekuensi dari makin terbukanya dan terkoneksinya kehidupan manusia di dunia. Dengan makin tersebarnya WNI, maka negara harus memberikan jaminan perlindungan. “Di Selandia Baru sendiri terdapat sekitar lima ribu WNI, 763 di antaranya adalah mahasiswa. Selain Itu, 14 ribu WNI menlancong ke sini setiap tahun,” ujarnya Mengenai diplomasi ekonomi, hal ini sudah jamak dilakukan setiap negara. Dalam setiap pertemuan, dipastikan memiliki unsur ekonomi. Apalagi Indonesia merupakan pasar yang besar. Namun, Indonesia pasti tidak hanya ingin jadi pasar semata. Pada isu-isu regional, Menlu Retno berpandangan bahwa ASEAN dan Selandia Baru merupakan kemitraan yang sangat penting yang dapat menerjemahkan kebutuhan baik ASEAN dan Selandia Baru untuk memperluas dan mengintegrasikan pasar. Indonesia sangat aktif dalam kegiatan regional khususnya ASEAN. Selain itu, Indonesia juga sangat menaruh perhatian terhadap wilayah Pasifik Selatan. Karenanya, kerja sama terus ditingkatkan dalam rangka Pacific Island Forum (PIF) dan South West Pacific Dialogue (SWPD). “Saya percaya bahwa kemitraan ini harus diperlakukan sebagai panggilan untuk tindakan nyata, memastikan bahwa itu untuk melayani kepentingan rakyat,” kata Menlu Retno. “Saya mengajak Selandia Baru untuk memperkuat hubungan bilateral dan menjaga visi bersama: perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran wilayah,” ujar Menlu yang disambut tepuk tangan meriah. []
No. 86 TAHUN VIII
15 maret - 14 april 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
kunjungan Menlu RI Ke solomon islands
intensifkan sektor swasta untuk mengambil peluang ekonomi Menteri Luar Negeri RI, Retno L. P. Marsudi, dan Menteri Luar Negeri Solomon Islands, Milner Tozaka MP, telah melakukan pertemuan bilateral pertamanya di Honiara, Solomon Islands pada 28 Februari 2015. Kunjungan ini merupakan kunjungan Menlu RI yang pertama kali ke Solomon Islands sebagai bagian dari rangkaian kunjungan resmi bilateral Menlu RI ke Pasifik. Kunjungan Menlu RI ke Solomon Islands ini menekankan pada perlunya Indonesia untuk menjalin hubungan bilateral yang erat dengan Solomon Islands dan merefleksikan komitmen Indonesia untuk memperkuat kerja sama, hubungan dan kontribusinya bagi pembangunan di Pasifik. Kedua Menlu menyadari bahwa sebagai dua negara yang masing-masing memiliki latar belakang dan warisan budaya Melanesia, kedua negara perlu membangun hubungan bilateral yang erat berdasarkan pada prinsip saling menguntungkan dan saling menghormati keutuhan wilayah. Pertemuan membicarakan tentang cara-cara dan sarana untuk lebih memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Solomon Islands terutama di bidang ekonomi dan hubungan antarmasyarakat (people-to-people contact), khususnya melalui peningkatan kapasitas dan bantuan teknis. Kedua pihak menggarisbawahi pentingnya percepatan penyelesaian sejumlah MoU di berbagai bidang, seperti di bidang kerja sama pembangunan, perjanjian bebas visa untuk paspor di-plomatik dan dinas, serta kerja sama di bidang pendidikan. Kedua Menlu menyadari masih terdapatnya potensi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan kedua negara di bidang perdagangan. Kedua pihak mencatat bahwa pada 2009-2013 perdagangan kedua negara rata-rata hanya tumbuh sekitar 6.3% per tahun. Dalam konteks ini, Kedua Menlu sepakat untuk mengintensifkan segala upaya guna mendukung sektor swasta untuk mengambil peluang yang terse-
dia di masing-masing negara tersebut. Di bidang people-to-people contact, kedua Menlu menyambut baik berbagai program kerja sama peningkatan kapasitas dan bantuan teknis yang telah diselenggarakan. Selama 2014, tercatat 22 program peningkatan kapasitas telah dilaksanakan di berbagai bidang seperti di bidang pendidikan, perikanan, pertanian dan UKM. Sebagai bagian dari realisasi komitmen bantuan Indonesia sebesar US$ 20 juta untuk program peningkatan kepasitas negara-negara Melanesian Spearhead Group (MSG), kedua Menlu sepakat bahwa tim teknis akan melakukan pertemuan pada tahun ini untuk mendiskusikan ruang lingkup kerja sama pengembangan kapasitas yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi pembangunan Solomon Islands. Menlu RI juga memberikan mesin pemroses kerang dan modul bagi pelatihan UMKM untuk membuat perhiasan berbahan dasar kerang, yang rencananya akan dilaksanakan tahun ini di Solomon Islands. Terkait isu regional, kedua Menlu sepakat bahwa sebagai bagian dari keterlibatan Indonesia yang semakin kuat di MSG, kedua pihak akan mengintensifkan komunikasi mengenai isuisu terkait dengan MSG. Kedua Menlu akan mendorong saling kunjung, kontak, dan konsultasi secara reguler antara Indonesia dan Negara Anggota MSG. Menlu Solomon Islands juga menyampaikan undangan bagi Menlu RI untuk menghadiri Pertemuan MSG di Solomon Islands pada bulan Juli 2015. Menlu RI juga melakukan kunjungan kehormatan kepada Deputi Perdana Menteri Solomon Islands, Douglas Ete. Kedua pihak membicarakan berbagai perkembangan terkait isu-isu bilateral dan regional. Menlu RI menyampaikan undangan Presiden RI kepada Perdana Menteri Solomon Islands untuk menghadiri Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika 1955 dan 10 Tahun Kemitraan Strategis Asia-Afrika di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April 2015.
Diplomasi No. 86 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 maret - 14 april 2015
M
enteri Luar Negeri RI, Retno L.P. Marsudi, dan Menteri Luar Negeri Papua Nugini, Rimbink Pato, telah melakukan pertemuan bilateral resmi pertama di Port Moresby, Papua New Guniea, pada 27 Februari 2015. Kunjungan ini merupakan kesempatan pertama kalinya Menlu Retno ke Papua Nugini dan termasuk salah satu dari kunjungan bilateral resmi pertama yang dilakukan sejak dilantik pada bulan Oktober 2014. Hal ini merupakan cerminan dari kedekatan dan pentingnya hubungan bilateral antara Indonesia dengan Papua Nugini, sekaligus juga merefleksikan komitmen tegas Indonesia untuk memperkuat hubungan, kerja sama, serta kontribusi bagi pembangunan di kawasan Pasifik. Kedua Menlu mengakui kepentingan strategis yang ada dari hubungan khusus antara Indonesia dengan Papua Nugini, dengan memperhatikan lokasi geografis serta latar belakang dan warisan budaya Melanesia yang dimiliki oleh kedua negara. Kedua Menlu menekankan bahwa hubungan bilateral antara kedua negara didasarkan pada prinsip saling menguntungkan dan saling menghormati integritas teritorial. Di dalam pertemuan telah dibicarakan cara dan upaya untuk lebih meningkatkan kerja sama antara Indonesia dengan Papua Nugini dalam kerangka Kemitraan Strategis yang disetujui di tahun 2013. Untuk itu, kedua Menlu telah menyetujui untuk meningkatkan upaya dalam rangka merealisasikan tujuantujuan yang telah disepakati pada Plan of Action 2013, terutama di bidang kerja sama ekonomi, pemajuan konektivitas serta hubungan antar masyarakat (people-to-people), peningkatan manajemen perbatasan serta penguatan kerja sama di bidang peningkatan kapasitas dan bantuan teknis. Kedua Menlu menekankan pentingnya mendorong upaya peningkatan perdagangan, termasuk di pasar perbatasan. Walaupun nilai perdagangan kedua negara pada 2009 – 2013 telah bertumbuh sebesar 18,73%, kedua Menlu menggarisbawahi bahwa masih terdapat banyak kesempatan yang dapat diraih. Untuk itu, mereka akan meningkatkan upaya untuk mendorong sektor swasta dalam melakukan perdagangan dan investasi lintas batas yang lebih besar. Di bidang hubungan antar masyarakat, kedua Menlu menyetujui untuk mendorong kerja sama di bidang kepemudaan dan olahraga, pendidikan, serta hubungan antar-budaya dan antar-masyarakat di daerah perbatasan. Mereka juga mendiskusikan upaya untuk meningkatkan pariwisata dan bisnis
SOROT 17
RI-Papua Nugini
sepakat tingkatkan konektifitas lintas batas melalui pemajuan transportasi dan infrastruktur Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno L.P. Marsudi, dan Menteri Luar Negeri Papua Nugini, Hon. Rimbink Pato, dalam pertemuan bilateral resmi pertama di Port Moresby, Papua Nugini, 27 Februari 2015.
lintas batas melalui konektivitas yang lebih baik, antara lain dengan memajukan transportasi udara, infrastruktur jalan di daerah perbatasan serta fasilitas visa-on-arrival. Kedua Menlu menyambut baik rencana peresmian tugu perbatasan Indonesia-Papua Nugini serta kantor Border Development Agency (BDA) di perbatasan Skouw-Wutung di tahun ini. Sebagai bentuk realisasi dari komitmen Indonesia sebesar US$ 20 juta untuk program pengembangan kapasitas bagi negara-negara Melanesian Spearhead Group (MSG), kedua Menlu sepakat bahwa tim teknis akan melakukan pertemuan pada tahun ini untuk mendiskusikan ruang lingkup kerja sama pengembangan kapasitas yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi pembangunan Papua Nugini. Menlu RI juga memberikan mesin pemroses kerang dan modul bagi pelatihan UMKM untuk membuat perhiasan berbahan dasar kerang, yang rencananya akan dilaksanakan tahun ini di Papua Nugini. Terkait isu-isu regional, Menlu Retno menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk mendukung Keketuaan Papua Nugini di APEC pada 2018, sebagaimana diputuskan dalam APEC Leaders’ Declaration di Beijing tahun lalu. Menlu Papua Nugini menyepakati bahwa sebagai bagian dari keterlibatan Indonesia yang semakin kuat di MSG, pihaknya akan mengintensifkan komunikasi mengenai isu-isu terkait dengan MSG. Kedua Menlu akan mendorong saling kunjung, kontak, dan konsultasi secara reguler antara Indonesia dan Anggota MSG. Menlu Papua Nugini akan menyampaikan undangan bagi Menlu RI untuk hadir di Pacific Islands Forum
pada 7-11 September 2015 di Port Moresby, Papua Nugini. Menlu RI juga melakukan kunjungan kehormatan kepada Perdana Menteri Papua Nugini, Peter O’ Neill. Pada kesempatan tersebut, baik Perdana Menteri Papua Nugini maupun Menlu RI, menyepakati bahwa selama beberapa dekade ini, hubungan bilateral antara kedua negara telah semakin dalam dan dewasa, sehingga kedua pihak saat ini merasa yakin untuk membahas isu apapun secara terbuka dan jujur, termasuk isu-isu yang sensitif bagi kedua negara, tanpa menimbulkan dampak yang merugikan bagi keseluruhan hubungan kedua negara yang bertetangga dekat. Kedua pihak menggarisbawahi pentingnya kedua Pemerintah untuk membuka komunikasi dan mencapai kesepahaman yang sama untuk memajukan seluruh isu-isu kerja sama bilateral kedua negara. Dalam konteks ini, Perdana Menteri Papua Nugini menyambut baik usulan Menlu RI untuk mengintensifkan komunikasi terbuka antara Papua Nugini dengan Indonesia sebagai dua tetangga dekat melalui pembentukan hotline di antara kedua Menlu. Menlu RI menyampaikan undangan dari Presiden RI kepada Perdana Menteri Papua Nugini untuk menghadiri Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika 1955 dan 10 Tahun Kemitraan Strategis Asia-Afrika pada 19-24 April 2015.[]
18
SOROT
No. 86 TAHUN VIII
15 maret - 14 april 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
aktif dalam Indonesia berperan Upaya Pengurangan Resiko Bencana
F
rekuensi dan tingkat keparahan bencana semakin meningkat dan mempengaruhi kemanusiaan. Serius untuk dicatat bahwa ada jutaan orang yang hidupnya terkena dampak bencana. Selain itu, risiko kerugian ekonomi dan pembangunan kembali juga meningkat dengan kecepatan yang lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi dan memungkinkan terjadinya persaingan. Oleh karena itu, pencegahan melalui upaya pengurangan resiko bencana merupakan tindakan yang sangat berharga.
sional di semua tingkatan untuk membangun kapasitas masyarakat negara-negara berkembang yang tangguh terhadap bencana. Oleh karena itu, kemitraan bilateral dengan negara-negara tetangga perlu terus ditingkatkan dan dipromosikan. Pada tingkat regional, Indonesia berperan aktif dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana melalui kerangka ASEAN dan Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR). Pada tingkat global, kami ingin menekankan pentingnya untuk mendirikan sebuah kerangka kerja yang komprehensif bagi semua sektor dan aktor yang berbeda untuk bekerja sama membangun ketahanan bangsa dan masyarakat terhadap bencana.
Indonesia seperti Jepang, yaitu merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap bencana alam. Sebagai konsekuensinya, kesiapsiagaan bencana harus melekat menjadi prioritas dan agenda pembangunan nasional. Tsunami 2004 telah membawa isu hak asasi manusia dan penanggulangan bencana alam ke permukaan dan menjadi agenda internasional. Aceh adalah wilayah yang mengalami dampak terburuk, dengan perkiraan korban tewas sekitar 200.000 orang. Dari pengalaman Indonesia, setelah mengalami gempa dan tsunami pada 2014, kami mulai melipatgandakan upaya untuk meningkatkan manajemen bencana dengan menggeser paradigma dari tanggap darurat dan pemulihan kepada pendekatan yang lebih komprehensif. Hal ini tidak hanya memungkinkan Indonesia untuk melaksanakan konsep membangun kembali dengan lebih baik, dalam bencana di Aceh yang terkena dampak, dalam waktu yang relatif singkat 4 tahun, tetapi juga memperkuat kapasitas kami untuk membangun masyarakat yang tahan terhadap bencana. Mengacu pada tsunami tragis di Aceh pada 2004 dan gempa bumi yang kuat di Yogyakarta pada 2006, izinkan saya menyampaikan penghargaan yang tulus kepada lebih dari 50 negara sahabat, termasuk Jepang, yang telah dengan murah hati memberikan bantuan dan sumbangan yang begitu besar dalam membangun kembali dan merehabilitasi kedua wilayah tersebut. Jelas bahwa Indonesia tidak akan mampu bisa dengan cepat melakukan recovery bencana tanpa dukungan internasional. Kami telah melakukan investasi dalam pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan bencana dan sekarang ini menjadi daftar teratas prioritas kami. Kami juga mengintegrasikan pendekatan Pengurangan Resiko Bencana dalam agenda pembangunan kami.
Dok. wikimedia.org
M. Jusuf Kalla
Wakil Presiden RI
Bencana Tsunami 2004 telah memberi kita pelajaran, dan pada 2005, 168 negara menyusun dan menyetujui Kerangka Aksi Hyogo. Dengan menggunakan Kerangka Aksi Hyogo sebagai acuan, Indonesia membuat kemajuan yang signifikan dalam mengintegrasikan dan pengarusutamaan pengurangan resiko bencana dalam undang-undang dan rencana pembangunan nasional, termasuk rencana pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang, baik di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Kami sekarang memiliki Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2014-2019, dan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana. Kami juga telah memberikan perhatian khusus pada upaya memperkuat kapasitas dan tindakan lokal; memanfaatkan pengetahuan dan kearifan lokal; dan melibatkan semua kelompok di masyarakat dalam upaya Pengurangan Resiko Bencana, seperti kelompok perempuan, masyarakat miskin, kaum muda, dan penyandang cacat. Hal ini penting, karena pemerintah daerah dan masyarakat berada di garis depan dalam menghadapi bencana. Saat ini, ratusan desa di sebagian besar wilayah yang rawan bencana di Indonesia telah bergabung dalam kampanye Desa Tangguh. Namun, kami memahami bahwa ini adalah upaya jangka panjang dan membutuhkan kemitraan interna-
Menyadari pentingnya berbagi pengetahuan, dalam kesempatan yang berharga ini saya ingin menyampaikan bahwa Indonesia telah membentuk sebuah class centre tingkat dunia dalam manajemen bencana. Indonesia siap berbagi pengalaman, praktek terbaik dan lesson learnt dalam manajemen bencana, yaitu melalui Indonesia Disaster Reduction Training Ground / INA DRTG. Selain itu, yang paling penting adalah bahwa Kerangka kerja Disaster Risk Reduction (DRR) pasca-2015 menjadi lebih komprehensif dan inklusif, dan berbasis pada kelanjutan dari prinsip-prinsip yang disepakati secara internasional sebagaimana tertanam dalam Kerangka Aksi Hyogo. Indonesia berpendapat bahwa kerangka kerja DRR pasca-2015 harus mencakup pemberdayaan masyarakat setempat, pemanfaatan pengetahuan dan kearifan lokal serta dimasukkannya berbagai kelompok masyarakat dalam pembuatan keputusan DRR. Selain itu, menghubungkan agenda global pasca-2015 dalam Adaptasi Perubahan Iklim, Pengurangan Resiko Bencana, dan Pembangunan Berkelanjutan. Pada saat yang sama, kerangka kerja masa depan harus memberikan perhatian kepada negara-negara dengan karakteristik tertentu seperti negara-negara kepulauan dan negaranegara dengan garis pantai yang luas. Indonesia akan memberikan kontribusi positif terhadap proses penyusunan kerangka kerja DRR pasca2015 yang tengah berlangsung, sebagai pedoman untuk Upaya Pengurangan Risiko Bencana dunia masa depan. Mari kita jadikan Sendai sebagai tonggak keberlanjutan tahun ini.[] (Disunting dari pidato Wapres RI pada UN World Conference of DRR ke-tiga di Sendai-Jepang, 14 Maret 2015)
Diplomasi No. 86 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 maret - 14 april 2015
SOROT 19
Peringatan 60 Tahun KAA Dipusatkan di Tiga Lokasi
P
eringatan 60 Tahun KAA di Kota Bandung akan dipusatkan di tiga titik paling bersejarah, yakni Kompleks Gedung Merdeka – Museum KAA, Gedung Dwi Warna, dan Lapangan Tegallega. Sebab, tiga tempat di sudut Kota Bandung itu adalah tempat perumusan dan kelahiran cita-cita Semangat Bandung. Jika bicara KAA, sebagian besar kita hanya tahu Gedung Merdeka dan Gedung Dwi Warna. Padahal, Lapangan Tegallega juga terkait erat. Di sana ada Taman Asia Afrika. Seperti monumen lain di Kota Bandung, taman itu juga adalah penanda ruh kota ini. Jadi, nantinya ada tiga titik pusat kegiatan. Rangkaian acara peringatan di Gedung Merdeka dan Gedung Dwi Warna digelar pada hari Sabtu (18/4/2015). Pengibaran 109 bendera negara Asia dan Afrika menandai awal acara peringatan. Suasana khidmat itu terus berlanjut dengan musikalisasi pidato Presiden Soekarno di KAA, Lahirkanlah Asia Baru dan Afrika Baru. Usai itu, Parade Asia Afrika bergerak mengelilingi Kompleks Gedung Merdeka. Puncaknya, seribu peserta Bandung Historical Study Games 2015 (BHSG) berangkat menuju Gedung Dwi Warna sambil menziarahi sedikitnya dua puluh titik bersejarah di Kota Bandung.
Dok. jabarsatu.com
Parade Asia Afrika selalu digelar setiap peringatan KAA. Pasalnya, parade itu menjadi arena kontribusi masyarakat. Ada animo yang tinggi dari masyarakat. Contohnya, sebagian besar mereka telah rutin berpartisipasi sejak beberapa tahun lalu. Wujud gotong royong itu sangat nyata. Sedangkan di Lapangan Tegallega, Museum KAA menggelar acara Asian-African Friendship Day pada hari Minggu (19/4/2015). Rangkaian acara diawali dengan Senam 5000 Anak Asia Afrika. Selain itu, ada pula panggung seni, donor darah, dan kampanye lingkungan. Tujuan kampanye itu adalah untuk mengedukasi pengunjung Lapangan Tegallega. Ada tiga kampanye, yakni Diet Kantong Plastik, Save Taman Asia Afrika, dan Zero Waste Event. Save Taman Asia Afrika adalah acara ‘bebersih’ di Taman Asia Afrika. Ini merupakan program bersama antara Museum KAA dengan komunitas mahasiswa Asia dan Afrika di Kota Bandung. Tentunya, itu tak hanya saat peringatan, kami sudah berencana untuk bergotong royong secara rutin menjaga dan merawat taman Asia Afrika tersebut. Di penghujung April 2015, di Museum KAA masih akan diselenggarakan dua acara pamungkas, yakni Temu Kangen Saksi Sejarah KAA dan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika (KMAA). Bertempat di Ruang Utama Gedung Merdeka, Senin (27/4/2015) digelar acara Temu Kangen Saksi Sejarah KAA. Dalam acara itu Museum KAA meluncurkan buku “Warna-warni Konferensi Asia Afrika Jilid II”, sebuah memoar para saksi sejarah KAA. Acara ini menjadi arena komunikasi bagi para saksi sejarah dan generasi muda dan menjadi tradisi tahunan Museum KAA.
Save Taman Asia Afrika adalah acara ‘bebersih’ di Taman Asia Afrika. Ini merupakan program bersama antara Museum KAA dengan komunitas mahasiswa Asia dan Afrika di Kota Bandung.
Antara tanggal 28 April hingga 1 Mei 2015, Gedung Merdeka akan dipadati oleh sekitar empat ratus delegasi mahasiswa asal Asia dan Afrika, karena selama empat hari itu Museum KAA menjadi tuan rumah KMAA 2015 dengan tema “Reinvigorating the Bandung Spirit: Working Towards The Asian-African Youth Leadership”, KMAA akan fokus membahas isu-isu kepemimpinan pemuda di Asia dan Afrika. Hasilnya akan dituangkan ke dalam tiga dokumen, yakni Komunike Akhir KMAA, Deklarasi “Asian African Youth Leadership”, dan pendirian Forum Studi Asia Afrika. Museum KAA dalam Peringatan 60 Tahun KAA ini tetap bersinergi dengan Pemerintah Kota Bandung dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Seperti pada acara peringatan KAA di tahun-tahun sebelumnya, Museum KAA selalu bergotong royong bersama seluruh pemangku kepentingan dan lapisan masyarakat menjaga Api Bandung tetap menyala. Salah salah satu rangkaian agenda peringatan KAA adalah berupa konser angklung yang melibatkan 20.000 pemain. Ini adalah upaya untuk pemecahan rekor angklung. Tiga acara menarik lainnya yang akan disuguhkan adalah; Solidarity Day, Tribute to Soekarno and Mandela, dan Festival of Nations. Solidarity Day dan Tribute to Soekarno and Mandela akan dilaksanakan di kawasan taman di bawah Jembatan Pasopati (21/4/2015), sedangkan Festival of Nations akan digelar di Balaikota Bandung (26/4/2015).
20
lensa
No. 86 TAHUN VIII
15 maret - 14 april 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Peringatan KAA ke-60 Mengangkat Kembali Semangat Asia Afrika Pada Era Abad 21
P
ada 19-24 April 2015 yang akan datang, Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Commemorative Summit Asia Afrika ke-60. KAA-2015 mengangkat tema: “Strenghtening South-South Cooperation to Promote World Peace and Prosperity”. KAA 2015 diharapkan akan menghasilkan beberapa deklarasi, yaitu: Deklarasi Bandung Message; Deklarasi Reinvigorating The New Asia Africa Strategic Partnership (NAASP); dan Deklarasi mengenai Palestina, dimana proses perundingan substansinya dilakukan di New York. Sementara itu juga telah dilakukan site visit pada 11 Maret 2015 yang dipimpin dan dihadiri oleh Kepala Sekretariat Kepresidenan, Menlu RI, Menteri Sekretariat Negara, dan Menteri Perdagangan untuk melihat secara langsung langkah-langkah persiapan on the ground KAA dan Commemorative Summit di Bandung, khususnya Gedung Asia Afrika, Masjid Agung Bandung, dan lokasi ve-
Benyamin S. Carnadi Direktur Kerja Sama Intra Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
nue makan siang para pemimpin Asia Afrika. Penyelenggaraan Peringatan KAA ini dimaksudkan untuk menonjolkan kembali arti kepemimpinan Indonesia yang telah digagas para pendiri bangsa pada 1955. Indonesia ingin mengangkat kembali semangat Asia Afrika pada era abad 21. Beberapa negara di Asia Afrika telah mengalami kemajuan yang pesat dan telah menjadi New Emerging economy, dan bahkan Emerging Economy. KAA juga ingin memperlihatkan bagaimana Indonesia mengalami kemajuan yang begitu pesat dan tetap dapat memelihara leadership dalam konteks Asia Afrika. Selain itu, Indonesia ingin membangkitkan semangat generasi muda Indonesia untuk tetap memelihara solidaritas Asia Afrika yang telah dibangun sejak 1955. Manfaat KAA secara nyata adalah Eksistensi kepemimpinan Indonesia di Kawasan Asia Afrika dan Kebanggaan Nasional bagi generasi muda Indonesia. Dokumen outcome KAA saat ini tengah dibahas dan diproses menggunakan jasa baik Perutusan Tetap RI di PBB, karena Perwakilan Asia Afrika lengkap terwakili disana. Kegiatan yang menjadi bagian integral dari KAA2015 adalah Asian African Business Summit. Ini akan menjadi kerja sama konkrit kedua kawasan. Kita akan mengkongkritkan kerja sama perdagangan, investasi, inovasi, kerja sama pendidikan, dan UKM. Kita akan benar-benar memetakan apa yang bisa menjadi kerja sama konkrit antara kawasan yang bermanfaat langsung kepada masyarakat dan rakyat di kedua kawasan. Sebanyak 46 negara Asia Afrika telah menyatakan minatnya dan akan mengirimkan CEOs dan pengusahapengusaha terkemuka dalam kegiatan Business Summit tersebut, dan akan ada pemaparan dan penyampaian keynote address dari beberapa kepala negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi atau dunia usaha yang maju dari kawasan Asia-Afrika. Kegiatan lainnya yang akan meramaikan KAA di Bandung, diantaranya adalah Karnaval Asia Afrika dan sekitar 30 kegiatan side event yang melibatkan seluruh unsur masyarakat. Kegiatan tersebut akan dimulai seminggu sebelum KAA, dan berlanjut seminggu sesudah Konferensi, sehingga solidaritas Asia Afrika terus mengemuka. Diantaranya akan ada pemecahan rekor permainan angklung sebanyak 2.000 orang sekaligus.
Dok. tribunnews.com
Sementara ini sudah 17 negara yang telah mengonfirmasikan kehadiran dalam KAA-2015. Untuk mendorong kehadiran para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan lainnya di kawasan Asia Afrika, Presiden Jokowi telah mengirimkan Utusan Khusus ke negara-negara kunci di Kawasan Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika untuk menyampaikan undangan Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60.[]
Diplomasi No. 86 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 maret - 14 april 2015
LENSA 21
youth african ambassador in asia (YAAA)
MEMBANGUN WAWASAN PUBLIK INDONESIA TENTANG AFRIKA
P
ada hari jadinya yang keempat, Sahabat Museum Konferensi Asia-Afrika mendapatkan hadiah spesial. Pasalnya, jumlah klub yang bernaung di bawahnya bertambah satu. Menariknya, klub terakhir ini menggenapi MKAA sebagai rumah bagi masyarakat Asia-Afrika.
lan tersebut. “Dan akhirnya ide ini pun terkubur dengan sendirinya,” kisah mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Resiko Universitas Parahyangan ini. Namun, secara tidak sengaja, Nsikan bertemu salah seorang staf MKAA di kampusnya. Teringat idenya tersebut, dia pun langsung mengungkapkan keinginannya untuk berkunjung dan bertemu Kepala MKAA. Tanpa diduga, keinginannya tersebut terkabul. MKAA mengundang Nsikan dan rekan-rekannya untuk berkunjung. Lebih dari itu, MKAA pun memiliki keinginan untuk membangun komitmen lebih lanjut dengan YAAA.
Adalah Youth African Ambassador in Asia (YAAA), anggota terbaru Sahabat MKAA. Klub yang beranggotakan mahasiswa asal Afrika yang berkuliah di Asia ini resmi menjadi bagian dari keluarga besar MKAA sejak 14 Februari 2015. “Sekarang, tidak hanya barang-barang tentang Afrika di MKAA,” ungkap Nsikan Ekwere, Presiden YAAA. “Kini, MKAA juga punya orang-orang Afrika,” lanjutnya, mengawali perbincangan bersama Journativist Sahabat MKAA, sehari setelah peluncuran YAAA. YAAA sendiri merupakan wadah bagi mahasiswa Afrika di Asia. Organisasi kemahasiswaan ini berdiri usai konferensi mahasiswa Afrika pada 26 Oktober 2013 di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Jakarta. Kala itu, konferensi yang dihadiri perwakilan dari 9 negara di Afrika tersebut menyepakati untuk membentuk organisasi bagi mahasiswa Afrika yang tengah berkuliah di Asia, termasuk Indonesia. Kini, anggotanya tersebar dibeberapa negara besar di Asia, seperti Republik Rakyat Tiongkok, Malaysia, Brunei, dan Singapura, serta Indonesia. Welcome Home Setahun setelah berdiri, salah satu keinginan YAAA adalah memiliki kesekretariatan sendiri. Meskipun begitu, YAAA tidak mampu membeli atau menyewa rumah. Pasalnya, semua anggotanya adalah mahasiswa Afrika yang tidak memiliki uang yang cukup untuk memiliki kesekretariatan. Terlebih lagi, YAAA didirikan di Indonesia, sehingga tidak bisa memiliki legalitas untuk membuat sebuah organisasi. Pada gilirannya, hal ini justru mempersulit mereka untuk memiliki kesekretariatan di Indonesia.
Salah satu cara yang ditempuh oleh Nsikan dan kawan-kawan YAAA adalah mengajukan tempat kesekretariatan di Kedutaan Besar Afrika untuk Indonesia di Jakarta. Namun, hal ini memiliki ganjalan tersendiri bagi sebagian anggota YAAA. Pasalnya, tidak ada yang bisa menjamin keberlangsungan kesekretariatan YAAA bila Duta Besar yang bersangkutan berpindah tugas. Di tengah rasa putus asa ini, Nsikan merenung di kamar kos-nya di bilangan Dago, Bandung. Ketika dalam keadaan setengah sadar, ada bisikan yang menyuruhnya untuk datang dan mengajukan kesekretariatan di MKAA. Mendapatkan mimpi tersebut, Nsikan langsung terbangun. Dia pun menceritakan ide ini ke beberapa temannya sesama anggota YAAA. Sayangnya, semua teman yang dihubunginya menolak ide ini. Alasannya, mereka tidak yakin pihak MKAA akan menerima usu-
Nsikan sendiri menaruh harapan besar terhadap YAAA untuk membangun Afrika pada masa yang akan datang. Untuk mewujudkan mimpinya tersebut, pengagum Soekarno ini mendorong agar mahasiswa Afrika yang berkuliah di Asia tidak hanya pulang membawa ijazah semata. “Mereka juga harus membawa nilai-nilai dari Asia ke negara asalnya,”
nsikan ekwere
Ketika berkunjung ke MKAA, Nsikan mendapatkan pengalaman yang sangat mengesankan sekali. Menurutnya, staf MKAA menyambutnya dengan sangat ramah, terbuka, dan bersahabat. Salah satu yang membekas dalam ingatannya adalah ucapan selamat datang dari Kepala MKAA Thomas Siregar. Kala itu, beliau mengucapkan, “Welcome Home.” Bagi Nsikan, sambutan tersebut membuat dirinya merasa berada di rumah. Kala itu, Thomas berpandangan bahwa Gedung Merdeka merupakan rumah bagi bangsa Asia dan Afrika. Di tempat tersebut, berbagai bangsa kulit berwarna lahir dan mencapai cita-citanya sebagai negara merdeka. Dalam kunjungan tersebut, Nsikan menyampaikan harapan YAAA untuk memiliki kesekretariatan di MKAA. Selain itu, dia juga mengusulkan untuk membuat Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika. Tak dinyana, semua citacita tersebut terwujud. Setelah menjadi klub termuda di Sahabat MKAA, YAAA pun tengah menggarap Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika pada April 2015 mendatang. “Kini, YAAA tidak hanya nama, tetapi juga sebuah tempat,” ungkap pria yang mengidolakan Nelson Mandela ini. Di hari-hari pertamanya bergabung di Sahabat MKAA, Nsikan dan kawan-kawan YAAA tengah menggarap program untuk membangun wawasan publik Indonesia tentang Afrika. Pasalnya, banyak orang Indonesia yang masih memandang Afrika sebagai sebuah negara, bukan benua.
22
lensa
Selain itu, Mahasiswa Indonesia juga masih jarang mengkaji tentang Afrika. Padahal, ada banyak pengetahuan yang bisa digali tentang Afrika dan negara-negara di dalamnya. Pemimpin Masa Depan Dunia Nsikan sendiri menaruh harapan besar terhadap YAAA untuk membangun Afrika pada masa yang akan datang. Untuk mewujudkan mimpinya tersebut, pengagum Soekarno ini mendorong agar mahasiswa Afrika yang berkuliah di Asia tidak hanya pulang membawa ijazah semata. “Mereka juga harus membawa nilai-nilai dari Asia ke negara asalnya,” tandasnya.
No. 86 TAHUN VIII
15 maret - 14 april 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Raja Yordania Ingin Hadiri Pertemuan dan Peringatan
Konferensi Asia-Afrika
Oleh karena itu, Nsikan mendorong anggota YAAA untuk selalu membangun dan berbagi idenya selama menjadi mahasiswa. Selain itu, dia juga berusaha untuk membangun kekuatan dan relasi mahasiswa Afrika yang berkuliah di Asia. Bagaimana pun, mereka tidak hanya akan memimpin Afrika pada masa yang akan datang, tetapi juga memimpin dunia. Alih-alih, Nsikan memilih untuk menggunakan istilah “pemimpin dunia” bagi mahasiswa Afrika. Pasalnya, selama merantau, mereka memiliki akses untuk membangun hubungan dengan mahasiswa dari berbagai belahan dunia lainnya. Selanjutnya, para mahasiswa ini akan menjadi pemimpin di negaranya masing-masing pada masa yang akan datang. Pada gilirannya, hubungan global ini akan membangun masyarakat dunia. Ditanya resepnya membangun pemimpin masa depan, Nsikan meyakini bahwa para mahasiswa harus membangun kontribusinya dalam berbagai isu di dunia pada hari ini. Pada gilirannya, hal ini yang akan membangun kemampuan dan kesadaran kepemimpinan para pemuda. Nsikan sendiri menganalogikan pemimpin masa depan dengan orang tua yang memiliki anak. Seringkali, orang tua merencanakan masa depan anaknya tanpa melibatkan sang anak. Sebagai contohnya adalah orang tua yang ingin anaknya menjadi dokter. Barangkali, seorang anak bisa lulus sebagai dokter dari perguruan tinggi ternama. “Namun, mereka menjadi dokter untuk memuaskan orang tua mereka, bukan atas kesadarannya sendiri,” ungkap Nsikan. Hal ini bisa berdampak cukup besar kepada kehidupan anak tersebut. Karena tidak dilandasi kesadaran untuk memilih cita-citanya, dokter tersebut bisa saja melakukan mal praktik atau membunuh orang. Hal ini berbeda dengan orang tua yang melibatkan anaknya untuk membangun masa depan buah hatinya. Orang tua tersebut akan merencanakan masa depan anak sesuai dengan cita-cita sang buah hati. Kemudian, anak tersebut bisa melanjutkan rencana orang tuanya tersebut dan menggapai cita-citanya sendiri. Demikian juga dalam membangun pemimpin masa depan. Nsikan mengharapkan pemimpin saat ini turut melibatkan generasi mudanya untuk membangun negara. “Tidak akan ada pembangunan yang berkelanjutan dan berkembang pada masa yang akan datang bila pemimpin yang lebih tua tidak mempersiapkan pemudanya,” simpul Nsikan. (Sumber: Museum KAA)
Dok. mirajnews.com
Amman - Raja Yordania, Raja Abdullah II mengungkapkan keinginannya untuk dapat hadir pada Pertemuan Tingkat Tinggi dan Peringatan ke-60 Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955 dan New Asian-African Strategic Partnership (NAASP) ke-10 di Jakarta dan Bandung tahun ini. Namun demikian, kepastian kehadiran Raja Abdullah II pada kegiatan tersebut masih perlu menunggu konfirmasi dari pihak protokol Kerajaan. Hal tersebut disampaikan Raja Abdullah II kepada Utusan Khusus Presiden RI, Alwi Shihab, di tengah suasana pertemuan yang penuh nuansa persahabatan di Istana Hussainiya, Amman, Yordania, Rabu (18/03). Pada saat pertemuan, Raja Yordania dan Utusan Khusus Presiden RI mendiskusikan berbagai isu penting di kawasan yang menjadi perhatian bersama. Salah satu yang mengemuka adalah mengenai pentingnya pengembangan pemikiran dan pemahaman Islam yang moderat di kalangan umat Islam. Kedua pihak memandang bahwa langkah tersebut dapat mendorong berkembangnya pemikiran dan gerakan umat Islam yang membawa pesan
damai dan manfaat bagi seluruh umat manusia. Secara khusus, Raja Yordania memandang bahwa organisasi Islam di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merupakan aset berharga yang telah banyak berkontribusi dalam mengembangkan pemahaman dan gerakan Islam yang damai dan bermanfaat. Mantan Menteri Luar Negeri RI, Alwi Shihab ditunjuk Presiden RI untuk menyampaikan undangan dari Presiden RI secara langsung kepada Raja Yordania agar dapat menghadiri Pertemuan dan Peringatan ke-60 KAA dan ke-10 NAASP. Pertemuan Utusan Khusus Presiden RI dengan Raja Abdullah II mendapat perhatian luas media setempat. Sebelum bertemu dengan Raja Yordania, Utusan Khusus Presiden RI telah bertemu dan menyampaikan undangan Presiden RI kepada Kepala Negara/ Pemerintahan dari Arab Saudi, Qatar, dan Iran. Dari Yordania, Utusan Khusus Presiden RI melanjutkan misinya di Mesir dan Persatuan Emirat Arab. (Sumber: KSI Aspasaf)
Diplomasi No. 86 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 maret - 14 april 2015
LENSA 23
TIDAK LUPAKAN SEJARAH KEBANGSAAN:
PESERTA DIKLATPIM IV KUNJUNGI
GEDUNG PANCASILA
S
ebanyak 30 peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV (Diklatpim IV) Kementerian Hukum dan HAM RI (Kemenkumham), yang berasal dari seluruh tanah air berkunjung ke Gedung Pancasila pada tanggal 27 Februari 2015. Kunjungan dipimpin oleh Kepala Pusat Kepemimpinan dan Manajemen Kemenkumham RI, Ibu Maryati Basir, Sh. M.H, dan Widyaiswara dari Lembaga Administrasi Negara, Dr. Witler Silitonga. Tujuan kunjungan adalah untuk memahami nilai historis Gedung Pancasila dalam sejarah perjuangan kemerdekaan RI dalam rangka menambah wawasan kebangsaan dan membangkitkan rasa nasionlisme para peserta. Mewakili Direktur Diplomasi Publik, Sdri. Eni Hartati, Kasubdit Isu-Isu Aktual dan Strategis Direktorat Diplomasi Publik memberikan paparan singkat mengenai sejarah Gedung Pancasila. “Gedung Pancasila dibangun pada tahun 1830 sebagai tempat kediaman Panglima Angkatan Perang Kerajaan Belanda di Hindia Belanda, yang merangkap sebagai Letnan Gubernur Jenderal , dan kemudian menjadi tempat sidang Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat). Gedung Pancasila mempunyai nilai historis yang sangat penting bagi perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Menjelang kemerdekaan Gedung Pancasila menjadi tempat sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) untuk mempersiapkan kemerdekaan RI dan penyusunan UUD 1945, serta melahirkan peristiwa sangat bersejarah ketika Presiden Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 mencetuskan Pancasila, nama yang kemudian dilekatkan padanya”’ jelas Eni Hartati. Dijelaskan pula nilai historis Gedung Pancasila bagi diplomasi RI. Gedung Pancasila menjadi saksi sejarah normalisasi hubungan RI-Malaysia ketika pada tanggal 11 Agustus 1966 menjadi tempat ditandantanganinya Persetujuan Normalisasi Hubungan RI-Malaysia oleh Adam Malik (Menlu RI pada saat itu) dan Tun Abdul Razak (Menlu Malaysia pada saat itu). Sejak digunakan sebagai kantor Kemlu pada bulan Desember 1949, beberapa Menlu RI berkantor di Gedung Pancasila, antara lain Drs. Mohammad Hatta, Mr. Mohammad Roem, Mr. Ahmad Soebardjo, Prof. Mr. Soenario, Mr. Ide Anak Agung Gde Agung, Dr. Roeslan Abdulgani, dan Dr. Soebandrio. Di akhir kunjungan, para peserta juga mendapat penjelasan mengenai fungsi masing-masing ruangan yang berada di Gedung Pancasila. (Sumber: Diplik)
http://www.tabloiddiplomasi.org 15 maret - 14 april 2015
No. 86 Tahun ViII, Tgl. 15 maret - 14 april 2015
No. 86 TAHUN VIII
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Direktorat Diplomasi Publik Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telepon : 021-3813480 Faksimili : 021-3858035 www.tabloiddiplomasi.org
MEMBUMIKAN POLITIK LUAR NEGERI KEMLU TERIMA KUNJUNGAN 150 PELAJAR sman 31 JAKARTA Rabu, 25 Februari 2015, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menerima kunjungan 150 pelajar dan guru Sekolah Menengah Atas 31 Jakarta bertempat di Gedung Pancasila. Tujuan kunjungan adalah untuk mengenal dan memahami peran, tugas dan fungsi Kemlu RI.
D
irektur Diplomasi Publik Kemlu RI, yang diwakili oleh Sdri. Eni Hartati, Kasubdit Isu-Isu Aktual dan Strategis, dalam sambutannya antara lain menyampaikan harapannya agar kunjungan tersebut bermanfaat untuk memperluas wawasan para pelajar mengenai pelaksanaan politik luar negeri, khususnya diplomasi Indonesia. “Dalam dua tahun terakhir, Kemlu telah menerima kunjungan sekitar 2.000 pelajar dan mahasiswa. Diharapkan jumlah pelajar dan mahasiswa yang berkunjung ke Kemlu dalam tahun 2015 akan bertambah”, jelas Eni Hartati. Dalam kunjungan tersebut para pelajar mendapatkan penjelasan mengenai sejarah Kemlu RI dan pelaksanaan tugasnya yang disampaikan oleh Sdri. Pinkan Tulung, Pejabat Fungsional Diplomat di Direktorat Diplomasi Publik. “Apa itu diplomasi? Secara sederhana diplomasi adalah the art of letting someone have it your way. Jadi bagaimana kita bisa membuat orang lain berpikir atau
“Apa itu diplomasi? Secara sederhana diplomasi adalah the art of letting someone have it your way. Jadi bagaimana kita bisa membuat orang lain berpikir atau mengerjakan sesuatu yang kita inginkan, Pelajarilah seni dan budaya Indonesia dengan baik, karena suatu saat nanti akan sangat bermanfaat bagi kalian untuk ikut memperkenalkan Indonesia kepada dunia.”
Pinkan Tulung
mengerjakan sesuatu yang kita inginkan”, Pinkan menjelaskan. “Pelajarilah seni dan budaya Indonesia dengan baik, karena suatu saat nanti akan sangat bermanfaat bagi kalian untuk ikut memperkenalkan Indonesia kepada dunia”’ lanjut Pinkan. Sementara itu, Bapak Maret Subiono guru pendamping siswa dalam sambutannya mengatakan sangat gembira dengan kunjungan ke Kemlu. Kunjungan ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh para pelajar SMAN 31, karena dinilai penting untuk memperluas wawasan pelajar mengenai hubungan luar negeri. Pada akhir kunjungan, para pelajar berkesempatan mengikuti tur singkat di Gedung Pancasila, dimana mereka menerima penjelasan mengenai nilai historis Gedung Pancasila. (Sumber : Diplik)
ISSN 1978-9173
Tabloid Diplomasi dapat diakses melalui:
www.tabloiddiplomasi.org
http://www.tabloiddiplomasi.org
Bagi Anda yang berminat menyampaikan tulisan, opini, saran dan kritik silahkan kirim ke:
[email protected]
9
771978 917386