DEWAN REDAKSI JURNAL KEPERAWATAN 'AISYIYAH (JKA) Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
Pelindung : Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung Pelindung : Ketua STIKes Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab : Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid. Ketua : Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris/Setting/Layout : Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Bendahara : Riza Garini, A.Md. Penyunting/Editor : Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep Pemasaran dan Sirkulasi : Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom. Mitra Bestari : Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yusep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat. Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN. Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail:
[email protected]
DAFTAR ISI 1. Penyedap Rasa sebagai Salah Satu Faktor yang Diduga Berkontribusi dengan Kejadian Kanker Payudara Elmi Nuryati, Rita Sari ........................................................................................................ 103-107 2. Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat Dengan Kompetensi Perawat Melakukan Evidence Based Practice Dame Elysabeth, Gita Libranty, Siska Natalia ....................................................... 109-116 3. Evaluasi Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat: Studi Kasus di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut Hendra Gunawan ................................................................................................................... 117-129 4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Pencegahan Tersier Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro Tahun 2014 Janu Purwono .......................................................................................................................... 131-142 5. Korelasi Perilaku Hand Hygiene dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Sekolah di SDIT Salsabila Bekasi Timur Tahun 2012 Lisna Nuryanti ......................................................................................................................... 143-156 6. Analisis Implementasi Manajemen Strategik Uji Kompetensi Metode OSCE pada Program Studi Keperawatan Fr. Maria Susila Sumartiningsih, Yakobus Siswadi, Sedia Simbolon ........ 157-167 7. Pengaruh Kualitas Pelayanan Antenatal terhadap Kejadian BBLR di Kabupaten Indramayu The In luence of Antenatal Service Quality on Low Birth Weight Phenomena in Indramayu Minarni, Alm. Avip Saefullah, Hadi Susiarno, Insi Farisa Desy Arya ........ 169-181 8. Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum Karena Atonia Uteri dengan KBI dan KBE Pratiwi Puji Lestari ............................................................................................................... 183-189 9. Hubungan Karakteristik Lansia dengan Kemandirian Akti itas Sehari-hari di Banjar Den-Yeh Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara Ns. I Wayan Suardana, S.Kep.M.Kep, Yopi Ariesta, Taruma Wijaya, SKM. 191-208 10. Terapi Aktivitas Olahraga untuk Mengatasi Fatigue selama Menjalani Kemoterapi Popy Siti Aisyah, Yanti Hermayanti, Hana Rismadewi Agustina ................ 209-216
JKA. 2014;1(2): 117-129
ARTIKEL PENELITIAN
EVALUASI PELATIHAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS OLEH PIMPINAN WILAYAH 'AISYIYAH JAWA BARAT: STUDI KASUS DI KOTA BANDUNG, KABUPATEN BANDUNG BARAT DAN KABUPATEN GARUT Hendra Gunawan* ABSTRAK Organisasi 'Aisyiyah merupakan organisasi non-pemerintah yang terlibat pada kegiatan penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia sejak tahun 2009. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis yang dilaksanakan oleh organisasi 'Aisyiyah antara lain berupa kegiatan pelatihan bagi kader masyarakat/komunitas yang akan berperan sebagai Pengawas Menelan Obat bagi penderita Tuberkulosis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelatihan penanggulangan Tuberkulosis yang dilaksanakan oleh organisasi 'Aisyiyah Wilayah Jawa Barat di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan studi kasus. Data diambil dengan observasi dan wawancara mendalam terhadap responden peserta pelatihan sejumlah 14 orang peserta pelatihan, 11 orang penderita Tuberkulosis serta 3 orang pengelola program Tuberkulosis dari 'Aisyiyah Jawa Barat. Lokasi penelitian di 3 tempat yaitu Kota Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung Barat. Hasil penelitian menggambarkan bahwa input pelatihan yang terdiri dari peserta, materi, fasilitas, media, pelatih, jadwal, metode dan akomodasi pelatihan tersedia dan mendukung terhadap penyelenggaraan kegiatan pelatihan. Pada unsur process, kegiatan pelatihan dilaksanakan di kelas berupa penyampaian materi tentang Tuberkulosis serta praktik di masyarakat berupa kegiatan penyuluhan dan pencarian suspek penderita Tuberkulosis. Pada unsur output, kegiatan pelatihan berdampak terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik peserta dalam ikut mengawasi minum obat penderita Tuberkulosis. Pada unsur outcomes, peserta pelatihan Tuberkulosis oleh organisasi 'Aisyiyah Jawa Barat bermanfaat keberadaan dan perannya bagi penderita Tuberkulosis, anggota keluarganya serta masyarakat luas. Kesimpulan hasil penelitian yaitu kegiatan pelatihan penanggulangan Tuberkulosis oleh 'Aisyiyah Jawa Barat secara umum telah dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan kader TB yang ikut membantu mengawasi minum obat bagi para penderita TB. Kata Kunci: 'Aisyiyah, Evaluasi, Pelatihan, Tuberkulosis
ABSTRACT 'Aisyiyah organization is non-governmental organization which has involved in activities overcoming Tuberculosis in Indonesia since 2009. One of Tuberculosis prevention activities which has been running by 'Aisyiyah organization is training for cadres/communities who will play a role as Supervisors for Tuberculosis patients taking medications. The aim of this research is to evaluate Tuberculosis prevention training which was performed by 'Aisyiyah organization of West Java Region in Bandung City, Western Bandung Regency as well as Garut Regency. This was a qualitative study with case study approach. Data were taken through observations and interviews towards respondents, respondents were including 14 training participants, 11 Tuberculosis patients and 3 Tuberculosis program committees from 'Aisyiyah of West Java. The observation were in 3 places in Bandung City, Western Bandung Regency, as well as Garut Regency. The results showed that the
117
118
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
training inputs included participants, materials, facilities, schedules, methods and available training accommodations support the training activity program. In the process element, the training activity was performed in the class through material presentations about Tuberculosis and through the practice in society in the form of guidance and Tuberculosis suspect searching. In the output element, the training activity in luences knowledge improvement, attitude and practice of participants in involving themselves in supervising Tuberculosis patients taking drugs. In the outcome element, the existence and role of Tuberculosis training participants by 'Aisyiyah organization of West Java have good effects for Tuberculosis patients, their families as well as society. The conclusion of research result, namely training activities to prevent Tuberculosis by 'Aisyiyah of West Java Region have been carried out well and result in Tuberculosis cadres who participated to control taking drug of Tuberculosis patients. Keywords: 'Aisyiyah, Evaluation, Training, Tuberculosis *Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Bandung
PENDAHULUAN Tuberkulosis
menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO) bagi
(TB)
merupakan
penyakit
penderita TB.
menular yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat termasuk di Indonesia. Kegiatan
TB Nasional diwujudkan dalam bentuk
untuk
di
program Community TB Care 'Aisyiyah.
Indonesia dilakukan secara terpadu yang
Program ini bertujuan melibatkan dan
dinamakan
Nasional
mendorong masyarakat (komunitas) untuk
Tuberkulosis (Gerdunas TB). Upaya ini
peduli pada TB melalui peningkatan akses
melibatkan
terhadap diagnosis dan pengobatan TB,
menanggulangi Gerakan
penyakit Terpadu
TB
1
berbagai
komponen
bangsa
Kiprah organisasi 'Aisyiyah dalam program
termasuk melibatkan Lembaga Swadaya
penemuan
Masyarakat
pengobatan TB sampai tuntas di Unit
(LSM)/organisasi
non-
suspect
dan
memastikan
2
pemerintah. Organisasi 'Aisyiyah merupakan
Pelayanan Kesehatan (UPK).
organisasi non-pemerintah yang dilibatkan
dalam program TB di Indonesia.
adalah menggerakkan masyarakat untuk
Organisasi 'Aisyiyah merupakan lembaga
peduli menanggulangi penyakit TB di keluarga
non-pemerintah yang mewakili civil society yang
dan komunitasnya serta menggalang seluruh
merupakan perkumpulan wanita dari organisasi
komponen
Muhammadiyah yang mendapat kepercayaan
menurunkan angka kesakitan dan kematian
dari The Global Fund (GF) untuk mengatasi TB di
akibat
2
Misi program Community TB Care 'Aisyiyah
masyarakat
TB.
Bentuk
untuk
berupaya
kegiatan
untuk
Indonesia. Pada kegiatan penanggulangan TB,
mewujudkan misi tersebut adalah pelatihan
organisasi 'Aisyiyah melakukan kerjasama
penanggulangan TB bagi kader komunitas
dengan berbagai pihak antara lain dengan Dinas
yang akan menjadi PMO yang bertujuan
Kesehatan serta Puskesmas untuk melatih para
menghasilkan anggota masyarakat yang
kader
mampu secara mandiri untuk mengawasi
komunitas/masyarakat
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
yang
akan
Evaluasi Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat: Studi Kasus di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut
pengobatan TB.
3
119
kasus baru TB paru Basil Tahan Asam (BTA) pengobatan
positif di Provinsi Jawa Barat masih tinggi
penyakit TB dengan menggunakan strategi
yaitu 33.479, dengan rincian laki-laki 19.309
DOTS
dan wanita 14.170 serta Case Detection Rate
Menurut
Aditama,
(Directly
pada
Observed
Treatment
8
Shortcourse), penderita yang baru ditemukan
(CDR) sebesar 77,45%.
serta mendapatkan pengobatan harus diawasi
meminum
organisasi
obatnya
agar
terjamin
Organisasi
'Aisyiyah
yang
merupakan
memiliki
kepedulian
pengobatannya selesai dan sembuh, oleh
terhadap masalah kesehatan termasuk pada
karena itu diperlukan PMO yang akan
penanggulangan TB. Organisasi 'Aisyiyah
4
bertindak sebagai penyuluh. Tugas PMO
mendapat
adalah mengawasi dan memberikan dorongan
Pemerintah untuk ikut serta membantu
agar penderita TB dapat minum obat secara
penanggulangan TB di Indonesia. Pada
teratur serta mengingatkan penderita untuk
pelaksanaan penanggulangan TB di Indonesia,
melakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai
organisasi 'Aisyiyah melaksanakan program
1
kepercayaan
dan
tersebut
Community TB Care 'Aisyiyah di 18 Provinsi termasuk
fase akhir pengobatan penderita Tuberkulosis
penanggulangan TB di Jawa Barat secara
paru dewasa setelah dikontrol variabel lain
struktural berada di bawah tanggungjawab
yaitu pengetahuan penderita (predisposisi)
dan koordinasi tim TB Care majelis kesehatan
dan
penyuluhan
petugas
(penguat).
Jawa
Barat.
program
dengan kepatuhan periksa ulang dahak pada
5
di
membuat
GF
waktu yang telah ditentukan. Peran PMO berhubungan secara bermakna
dengan
dari
Program
Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat.
Penelitian yang dilakukan oleh Putro (2003),
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
Provinsi Jawa Barat dilaksanakan di Kota
antara PMO dengan hasil pengobatan TB,
Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan
sehingga dapat diartikan bahwa risiko
Kabupaten Garut yang merupakan sasaran
penderita TB yang berobat tanpa PMO
kerja program TB 'Aisyiyah Jawa Barat. Latar
mempunyai risiko kegagalan pengobatan
belakang dipilihnya ketiga daerah tersebut
dibandingkan dengan penderita TB yang
karena didukung sumber daya organisasi
berobat dengan perantaraan PMO.
6
Program Community TB Care 'Aisyiyah di
'Aisyiyah Jawa Barat serta masih tingginya
Peran PMO diharapkan dapat turut
jumlah kasus TB di ketiga daerah tersebut.
menanggulangi penyakit TB di Indonesia. Hal
Berdasarkan data dari pro il kesehatan Jawa
ini disebabkan angka kematian akibat TB di
Barat tahun 2012, perkembangan penyakit TB
Indonesia adalah 91.368 per tahun, itu berarti
di Kota Bandung antara lain perkiraan kasus
bahwa setiap hari terjadi sekitar 250
baru 2.660 kasus, BTA positif 1.947 dan CDR
7
Berdasarkan pro il
sebesar 73,20%. Perkiraan kasus baru di
kesehatan Indonesia tahun 2012, jumlah
Kabupaten Bandung Barat 1.678 kasus, BTA
kematian akibat TB.
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
120
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
positif 806 dan CDR sebesar 48,03%. Jumlah
penanggulangan TB oleh pengelola program
perkiraan kasus baru di Kabupaten Garut
TB 'Aisyiyah Jawa Barat di wilayah Kota
2.671 kasus, BTA positif 1.800 dan CDR
Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan
9
Kabupaten Garut.
sebesar 67,39%.
Program Community TB Care 'Aisyiyah di
Jawa Barat dilakukan melalui kegiatan
POPULASI
pelatihan bagi kader komunitas yang akan
Subjek pada penelitian ini ada dua yaitu
berperan sebagai PMO. Pelatihan diharapkan
kader TB yang berasal dari Kota Bandung,
dapat
PMO
Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten
tentang penyakit TB, PMO mempunyai sikap
Garut yang telah dilatih pada program
atau pandangan yang baik terhadap penderita
penanggulangan TB 'Aisyiyah Wilayah Jawa
TB serta PMO dapat mempraktikkan tugasnya
Barat serta pasien penderita TB yang
dalam mengawasi penderita TB agar minum
mempunyai PMO kader TB yang telah
obat secara teratur sampai dinyatakan
dilatih oleh organisasi 'Aisyiyah wilayah
sembuh oleh tenaga kesehatan. Pelatihan
Jawa Barat.
meningkatkan
pengetahuan
kader TB yang dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah
'Aisyiyah
Jawa
Barat
sudah
SAMPEL
dilaksanakan sejak tahun 2009, akan tetapi
Jumlah sampel kader TB pada penelitian ini
sampai saat ini belum pernah dilakukan
sejumlah 14 orang serta sampel penderita TB
evaluasi mengenai penyelenggaraan kegiatan
sejumlah 11 orang. Teknik pengambilan
pelatihan tersebut.
sampel menggunakan teknik snow ball yang dilakukan jika dari satu sumber data belum
METODOLOGI Rancangan
memberikan data yang memuaskan, sehingga
penelitian
ini
menggunakan
dicari sumber lain lagi sebagai sumber data
metode kualitatif dengan strategi studi kasus.
sampai ditemukannya key person atau sumber
Studi Kasus adalah salah satu jenis penelitian
data yang memberikan data yang lebih
kualitatif. Studi kasus merupakan strategi
lengkap dibandingkan sumber data yang
yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu
lain.
12
penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang
HASIL PENELITIAN
untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang
Berdasarkan
akan
fokus
penelitian ini untuk mengevaluasi pelatihan
fenomena
penanggulangan TB yang dilaksanakan oleh
kontemporer (masa kini) di dalam konteks
organisasi 'Aisyiyah Wilayah Jawa Barat di
diselidiki
penelitiannya
dan
terletak
kehidupan nyata.
bilamana pada
10,11
tujuan
penelitian
bahwa
Studi kasus pada
Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan
penelitian ini yaitu studi kasus pelatihan
Kabupaten Garut ditinjau dari unsur input,
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
Evaluasi Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat: Studi Kasus di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut
121
process, output dan outcomes. Hasil penelitian
Hasil evaluasi pelatihan penanggulangan
diperoleh melalui observasi dan wawancara
TB oleh organisasi 'Aisyiyah Jawa Barat per
mendalam.
lokasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Matriks Hasil Evaluasi Pelatihan Penanggulangan TB oleh Organisasi 'Aisyiyah Jawa Barat No. Aspek Kota Bandung Input Pelatihan 1. Peserta Kader Muhammadiyah/ Pelatihan Aisyiyah serta masyarakat umum
Bandung Barat
Garut
Kader NU serta masyarakat umum
Kader Muhammadiyah/ Aisyiyah serta masyarakat umum
2 orang fasilitator serta narasumber dari Dinas Kesehatan Bandung Barat
2 orang fasilitator serta narasumber dari Dinas Kesehatan Garut
2.
Fasilitator dan 2 orang fasilitator serta Narasumber narasumber dari Dinas Kesehatan Kota Bandung
3.
Materi Pelatihan
Pengetahuan tentang TB, Pengetahuan tentang TB, PMO dan komunikasi PMO dan komunikasi penyuluhan penyuluhan
Pengetahuan tentang TB, PMO dan komunikasi penyuluhan
4.
Jadwal
2 hari di kelas, 2 minggu di lapangan yaitu kegiatan penyuluhan dan pencarian suspek TB, pelatihan di kelas kembali 2 hari
2 hari di kelas, 2 minggu di lapangan yaitu kegiatan penyuluhan dan pencarian suspek TB, pelatihan di kelas kembali 2 hari
2 hari di kelas, 2 minggu di lapangan yaitu kegiatan penyuluhan dan pencarian suspek TB, pelatihan di kelas kembali 2 hari
5.
Media
Laptop, infokus/LCD, papan tulis white board, modul.
Laptop, infokus/LCD, papan tulis white board, modul.
Laptop, infokus/LCD, papan tulis white board, modul.
6.
Fasilitas
Lokasi pelatihan di Hotel Lokasi pelatihan di gedung Lodaya, Aula masjid IMC Padalarang. Fasilitas Mujahidin, ruang terdiri dari ruang kelas, AC, pertemuan di komplek meja, kursi, seminar kit, perguruan Muhammadiyah soundsystem. Antapani. Fasilitas terdiri dari ruang kelas, AC, meja, kursi, seminar kit, soundsystem.
Lokasi pelatihan di aula kantor Radio Antares. Fasilitas terdiri dari ruang kelas, AC, meja, kursi, seminar kit, soundsystem.
7.
Metode
Ceramah, diskusi/tanya jawab, games.
Ceramah, diskusi/tanya jawab, games.
Ceramah, diskusi/tanya jawab, games.
8.
Akomodasi
Konsumsi, serti ikat/ piagam penghargaan, uang transportasi.
Konsumsi, serti ikat/ piagam penghargaan, uang transportasi.
Konsumsi, serti ikat/ piagam penghargaan, uang transportasi.
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
122
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
No. Aspek Kota Bandung Process Pelatihan 1. Perencanaan Perekrutan panitia, kegiatan pembuatan jadwal pelatihan, penentuan narasumber dan fasilitator, penentuan lokasi pelatihan, pembuatan undangan kepada peserta pelatihan, identi ikasi kebutuhan alat, media dan fasilitas
Bandung Barat
Garut
Perekrutan panitia, pembuatan jadwal pelatihan, penentuan narasumber dan fasilitator, penentuan lokasi pelatihan, pembuatan undangan kepada peserta pelatihan, identi ikasi kebutuhan alat, media dan fasilitas
Perekrutan panitia, pembuatan jadwal pelatihan, penentuan narasumber dan fasilitator, penentuan lokasi pelatihan, pembuatan undangan kepada peserta pelatihan, identi ikasi kebutuhan alat, media dan fasilitas pelatihan
Pembuatan struktur kepanitiaan.
Pembuatan struktur kepanitiaan.
2.
Pengorganisa- Pembuatan struktur sian kegiatan kepanitiaan.
3.
Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan pelatihan Kegiatan pelatihan dilaksanakan di kelas dan dilaksanakan di kelas dan praktik di masyarakat. praktik di masyarakat.
Kegiatan pelatihan dilaksanakan di kelas dan praktik di masyarakat.
4.
Pengawasan kegiatan
Dilakukan oleh penanggungjawab tim TB 'Aisyiyah Jawa Barat, tidak ada supervisi langsung dari 'Aisyiyah pusat.
Dilakukan oleh penanggungjawab tim TB 'Aisyiyah Jawa Barat, tidak ada supervisi langsung dari 'Aisyiyah pusat.
Dilakukan oleh penanggungjawab tim TB 'Aisyiyah Jawa Barat, tidak ada supervisi langsung dari 'Aisyiyah pusat.
Peserta bertambah pengetahuan tentang TB serta memahami tugas sebagai PMO
Peserta bertambah pengetahuan tentang TB serta memahami tugas sebagai PMO
1.
Output Pelatihan Peningkatan Peserta bertambah pengetahuan pengetahuan tentang TB serta memahami tugas sebagai PMO
2.
Perubahan Sikap
Perubahan sikap negatif Perubahan sikap negatif Perubahan sikap negatif menjadi sikap positif dari menjadi sikap positif dari menjadi sikap positif dari peserta terhadap penderita. peserta terhadap penderita. peserta terhadap penderita.
3.
Peningkatan praktik
Peserta mempunyai keahlian melakukan penyuluhan dan pencarian suspek TB, memeriksa strip obat, memotivasi penderita TB, mengantar berobat penderita TB.
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
Peserta mempunyai keahlian melakukan penyuluhan dan pencarian suspek TB, memeriksa strip obat, memotivasi penderita TB, mengantar berobat penderita TB.
Peserta mempunyai keahlian melakukan penyuluhan dan pencarian suspek TB, memeriksa strip obat, memotivasi penderita TB, mengantar berobat penderita TB.
Evaluasi Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat: Studi Kasus di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut
No. Aspek Kota Bandung Outcomes pelatihan 1. Pengawasan PMO mengawasi langsung minum obat minum obat penderita TB oleh PMO serta penderita merasakan manfaat adanya PMO yang mengawasi dan mengingatkan penderita agar terus minum obat sampai dinyatakan sembuh. 2.
123
Bandung Barat
Garut
PMO mengawasi langsung minum obat penderita TB serta penderita merasakan manfaat adanya PMO yang mengawasi dan mengingatkan penderita agar terus minum obat sampai dinyatakan sembuh.
PMO mengawasi langsung minum obat penderita TB serta penderita merasakan manfaat adanya PMO yang mengawasi dan mengingatkan penderita agar terus minum obat sampai dinyatakan sembuh.
Keberlanjutan a. Pertemuan rutin a. Pertemuan rutin program triwulanan dengan triwulanan dengan kader TB. para kader TB. b. Kegiatan pemberdayaan b. Kegiatan pemberdayaan ekonomi kader dan ekonomi kader berupa penderita TB berupa penjualan produk teh pelatihan membuat batik. kesehatan yang hasilnya c. Kerjasama dengan DKM untuk dana sehat yang Masjid Habiburahman: digunakan untuk pengajian dan pemberian membantu penderita TB. makanan tambahan bagi penderita TB.
a. Pertemuan rutin triwulanan dengan para kader TB. b. Belum ada kegiatan pemberdayaan ekonomi kader.
PEMBAHASAN
satu
Outcomes Pelatihan
pemberdayaan
Pada aspek outcomes pelatihan para kader
kesehatan. Menurut pendapat Rothman
hasil pelatihan TB 'Aisyiyah dan LKNU
(1987), Partisipasi kader tersebut dalam
mempunyai
dalam
model pemberdayaan masyarakat merupakan
membantu kesembuhan penderita TB. Para
model locality development (pengembangan
kader merupakan sukarelawan yang tidak
lokal).13 Model ini menjelaskan bahwa
digaji, tetapi para kader mempunyai semangat
perubahan yang terjadi di masyarakat/
pantang menyerah, rela berkorban waktu,
komunitas akan berlangsung dengan baik dan
tenaga, perhatian bahkan materi demi
optimal jika ada partisipasi aktif dari berbagai
membantu kesembuhan penderita. Selain itu,
anggota masyarakat dalam mencapai tujuan
para kader mempunyai jiwa penolong,
melalui pelaksanaan tindakan nyata. Model ini
tanggungjawab, penyelesai masalah dan
berorientasi
kepasrahan diri kepada Allah, bahwa usahanya
menekankan pentingnya partisipasi dan
dalam membantu penderita TB adalah usaha
kerjasama antar komponen masyarakat. Hal
untuk
ini membuktikan bahwa para kader TB
peran
menolong
yang
sesama
besar
dan
hanya
bentuk
pengorganisasian masyarakat
kepada
di
proses
dan bidang
dengan
mengharapkan keridhoan Allah SWT.
merupakan salah satu komponen masyarakat
Keterlibatan kader dalam menanggulangi
yang berperan aktif, bekerjasama dengan
penyakit TB di Indonesia merupakan salah
berbagai pihak berkepentingan di masyarakat
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
124
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
(stakeholders) dan berbuat nyata menolong
'Aisyiyah,
para penderita TB agar segera sembuh dan
masyarakat, kader 'Aisyiyah sendiri, tokoh
mencegah penularan penyakit TB ke anggota
agama dan tokoh masyarakat serta melibatkan
keluarga yang lain bahkan ke masyarakat luas.
anggota keluarga pasien. Hal ini tentu
Sesuai dengan pendapat Rogers (1973),
dirasakan
peran para kader tersebut sangat optimal
masyarakat, karena sehari-hari masyarakat
membantu
karena
bergaul dan berinteraksi dengan para kader.
mempunyai keahlian dan kemampuan di
Hal ini tentu berbeda dengan organisasi
bidangnya
serta
pemerintah yang cenderung menjalankan
berpengaruh, dikenal dan dipercaya oleh
program dengan jalur birokrasi yang rumit
masyarakat (safety credibility).
dan terkadang mengejar target proyek dan
ketercapaian target anggaran.
penanggulangan (competent
TB
credibility)
Peran kader TB merupakan bentuk
seperti
kader
manfaatnya
kesehatan
langsung
di
oleh
partisipasi masyarakat secara langsung dalam
menyukseskan
kesehatan.
terhadap penderita TB. Pada awalnya
Keterlibatan kader dalam ikut membantu
penderita menganggap bahwa TB merupakan
pemerintah dalam program penanggulangan
penyakit kutukan, keturunan dan tidak bisa
TB merupakan salah satu modal sosial yang
disembuhkan. Atas usaha para kader, akhirnya
penting di Indonesia. Menurut Bourdieu,
penderita memahami bahwa TB merupakan
Coleman
sosial
penyakit menular yang dapat disembuhkan.
merupakan sumber daya yang ada di
Para penderita TB juga menyatakan bahwa
masyarakat untuk menumbuhkan kerjasama,
keberadaan dan peran kader sangat penting
kepercayaan, sikap positif dan partisipasi
dalam memotivasi, memantau, memeriksa dan
dan
program
Putnam,
modal
14
Outcomes pelatihan ini juga berdampak
masyarakat pada kegiatan di komunitasnya.
membantu
Modal sosial merupakan sumber daya yang
penderita TB. Berdasarkan temuan hasil
dikembangkan
di
penelitian tersebut, faktor yang mendukung
masyarakat untuk menjalin kerjasama di
terhadap keberhasilan pengobatan TB adalah
antara jaringan sosial di masyarakat yang
faktor perilaku. Menurut Green (dalam
saling menguntungkan untuk melakukan
Notoatmodjo),
dan
diberdayakan
perubahan dalam kehidupan masyarakatnya.
15
Pada program penanggulangan TB di
Indonesia,
keterlibatan
organsiasi
non-
kesembuhan
terdapat
penyakit
3
faktor
para
yang
mempengaruhi perilaku seseorang yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.
16
Faktor predisposisi pada
pemerintah seperti 'Aisyiyah dan NU juga
penderita TB adalah adanya motivasi intrinsik
memberikan kontribusi yang besar. Kontribusi
yang terdapat dalam dirinya sehingga
tersebut antara lain dengan adanya partisipasi
memiliki niat dan tekad yang kuat ingin segera
atau
komponen
sembuh dari penyakitnya. Faktor niat
masyarakat yang diajak kerjasama oleh
merupakan sesuatu yang sangat penting
keterlibatan
berbagai
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
Evaluasi Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat: Studi Kasus di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut
125
karena akan menentukan langkah apa yang
Output Pelatihan
akan dilakukan untuk mencapai niat tersebut.
Pada unsur output pelatihan, responden
Faktor
menyatakan senang, gembira, puas mengikuti
pemungkin
dalam
konteks
penanggulangan TB ini adalah tersedianya
kegiatan
berbagai fasilitas atau sarana kesehatan yang
mendapatkan bekal Ilmu tentang TB serta
akan mempermudah penyembuhan penderita.
dapat bersilaturahmi dengan sesama peserta
Kedekatan lokasi pusat pelayanan kesehatan
lain yang berasal dari latar belakang yang
akan memicu juga bagi para penderita untuk
berbeda, dapat mendiskusikan pengalaman
datang secara rutin ke pelayanan kesehatan
masing-masing
tersebut. Faktor penguat adalah adanya
kesembuhan penderita TB.
seseorang yang bisa mempengaruhi penderita
supaya minum obat secara teratur. Peran ini
meningkatnya pengetahuan peserta pelatihan
diantaranya adalah sosok kader. Kader TB
tentang TB mulai pengertian penyakit TB,
merupakan seseorang hasil pemberdayaan
gejala-gejala penyakit TB, upaya pencegahan
masyarakat yang telah dilatih dan didik
sampai
sehingga perannya dirasakan langsung oleh
pengetahuan peserta terjadi setelah mengikuti
penderita.
upaya
kegiatan pelatihan. Hal ini juga terjadi
penanggulangan TB memiliki peran yang
terhadap penderita TB. Para penderita
sangat penting yang turut memantau dan
memahami tentang penyakit TB, mulai gejala
mengingatkan penderita agar jangan bosan
sampai
minum obat TB sampai dinyatakan sembuh
memahami hal tersebut setelah diberi
oleh petugas kesehatan.
penyuluhan, nasehat dan motivasi oleh kader
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
TB. Hal ini sesuai dengan pendapat
terdapat beberapa faktor penghambat dalam
Notoatmodjo bahwa pengetahuan merupakan
pengobatan penyakit TB. Salah satu faktor yang
hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang
menghambat penderita TB untuk cepat
melakukan penginderaan terhadap suatu
sembuh adalah adanya stigma yang negatif baik
objek melalui pancaindra yaitu penglihatan,
Kader
TB
dalam
17
pelatihan
Output
karena
dalam
pelatihan
membantu
lainnya
pengobatannya.
pengobatannya.
mereka
adalah
Peningkatan
Para
penderita
18
dari dirinya sendiri maupun dari pihak lain.
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Stigma dalam dirinya adalah adanya perasaan
minder, malu, rendah diri jika berinteraksi
pelatihan juga ditunjukkan dengan munculnya
dengan orang lain. Sementara stigma dari pihak
sikap empati yaitu rasa kasihan terhadap
luar, adalah adanya perlakuan diskriminasi dari
penderita sehingga para kader mempunyai
masyarakat yang menganggap bahwa penderita
tekad untuk menolong, membantu dan
TB harus dihindari, dikucilkan dan diasingkan
memutus mata rantai penyakit TB sehingga
sehingga tidak bisa bergaul dengan masyarakat
tidak menyebar luas ke masyarakat. Para
sekitarnya.
kader awalnya mempunyai perasaan takut
Pada aspek output pelatihan yang lain, hasil
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
126
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
tertular, jijik dan tidak mau bergaul dengan
praktik kelompok wanita pekerja di Kairo
penderita. Setelah para kader mendapatkan
Mesir.
20
pengetahuan tentang TB dan terjun langsung ikut memantau pengobatan penderita TB,
Process Pelatihan
akhirnya sikap negatif tersebut berubah
Pada unsur process pelatihan, hampir semua
menjadi sikap positif yang merasa kasihan dan
responden menyatakan bahwa pelaksanaan
ingin membantu penderita supaya cepat
kegiatan pelatihan berjalan dengan lancar
sembuh. Sikap ini tidak diajarkan secara
mulai
langsung, akan tetapi diperoleh melalui
pelatihan,
contoh dan kegiatan yang baik dengan dialami
kegiatan pelatihan, sampai penutupan acara.
sendiri oleh yang bersangkutan.
19
proses saat
pemberitahuan
mengikuti
berlangsungnya
proses
Responden juga menyatakan bahwa proses
Sebagai output kegiatan pelatihan yang lain
kegiatan pelatihan sesuai rencana yang dibuat
bagi peserta pelatihan adalah meningkatnya
oleh panitia. Hal ini menandakan bahwa
kemampuan para mantan peserta pelatihan
kegiatan pelatihan tersebut berjalan dengan
dalam mengaplikasikan tugas sebagai kader
baik, sesuai target dan rencana awal yang
yang membantu mengawasi minum obat bagi
telah ditetapkan oleh panitia/penyelenggara
penderita TB. Para mantan peserta pelatihan
pelatihan.
turut memantau langsung minum obat bagi
penderita, memeriksa strip obat TB, mencatat
belajar mengajar antara fasilitator dan
kemajuan pengobatan di lembar cek list
narasumber
penderita, memotivasi penderita agar jangan
Fasilitator dan narasumber bertindak sebagai
bosan minum obat TB supaya cepat sembuh,
seorang pendidik yang mentransformasikan
melakukan penyuluhan ke penderita, keluarga
Ilmu
penderita
serta
penyakit TB. Pada saat berlangsung kegiatan
melaporkan secara rutin tiap triwulan kepada
pelatihan, terjadi kegiatan belajar yang
pengelola
merupakan
dan TB
masyarakat 'Aisyiyah
luas dan
LKNU
Pada saat kegiatan pelatihan, terjadi proses dengan
pengetahuan
proses
peserta
pelatihan.
khususnya
tentang
isik-psikologis
yang
perkembangan pemantauan pengobatan bagi
diharapkan dapat mengubah tingkah laku
penderita TB. Hal ini menandaskan bahwa
individu yang berlaku dalam jangka waktu
dampak pelatihan bagi mantan peserta
yang lama karena diperoleh dengan usaha
pelatihan
secara sadar.
yaitu
dapat
meningkatkan
21
pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta
pelatihan. Hal ini sesuai dengan hasil
pelaksanaan pelatihan adalah pembelajaran
penelitian lain tentang dampak pelatihan bagi
orang dewasa (Andragogy/Adult Education).
peserta
Model pembelajaran ini adalah menganggap
pelatihan
pemeriksaan
adalah
payudara
pelatihan
sendiri
Pendekatan
yang
digunakan
pada
efektif
bahwa peserta didik merupakan orang yang
meningkatkan pengetahuan, sikap positif dan
dianggap dewasa yang secara usia sudah
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
Evaluasi Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat: Studi Kasus di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut
127
mencapai kematangan sehingga implikasi
surat undangan kepada calon peserta
dalam
mengajarnya
pelatihan, membuat job description antar
dilakukan dengan pendekatan partisipatif
panitia sehingga tergambar dengan jelas tugas
yang melibatkan peserta dalam kegiatan di
setiap orang, menyiapkan seminar kit untuk
kelas. Pada model pembelajaran ini, sasaran
dibagikan
kepada
belajarnya adalah orang dewasa atau anggota
tempat
acara
masyarakat yang ingin mengembangkan
perlengkapannya serta melakukan brie ing
pengetahuan, keterampilan, perilaku dan
dengan narasumber sebelum pelaksanaan
kegiatan
belajar
22
menyiapkan
lengkap
acara.
pembelajaran lebih banyak diskusi, sharing,
keberhasilan sebuah kegiatan pelatihan
curah
pengalaman
ditentukan oleh berbagai sumber daya yang
sehingga pebelajar merupakan pribadi yang
ada seperti peserta, media, strategi, situasi
aktif.
dan kondisi pelatihan, metode pelatihan,
bertukar
pelatih,
ini
dilakukan
dengan
kemampuan-kemampuan lainnya. Metode pendapat,
Hal
peserta,
motivasi
mengingat
peserta,
proses
Input Pelatihan
pembelajaran, jenis pelatihan serta fasilitas
Input Pelatihan penanggulangan Tuberkulosis
pelatihan.
23, 24, 25
oleh PWA Jawa Barat secara umum cukup baik. Hal ini terlihat dari jawaban responden
SIMPULAN
yang menyatakan bahwa unsur-unsur pada
Berdasarkan
input pelatihan seperti Peserta Pelatihan,
pembahasan, maka dapat ditarik simpulan
Materi Pelatihan, Fasilitas Pelatihan, Media
bahwa kegiatan pelatihan penanggulangan
Pelatihan, Pelatih, Jadwal Pelatihan, Metode
Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah
pelatihan,
Jawa Barat secara umum telah dilaksanakan
Akomodasi
Pelatihan
cukup
hasil
dengan
pelatihan tersebut. Pihak panitia dari 'Aisyiyah
terselenggara dengan baik berada di Kota
dan LKNU sebagai penyelenggara pelatihan
Bandung, sedangkan kader PMO yang paling
telah menyiapkan dengan baik berbagai hal
aktif berada di Garut. Aspek kelemahan
terkait penyelenggaraan kegiatan pelatihan
pelatihan yaitu modul pelatihan belum pernah
tersebut.
direvisi
Penyelenggara pelatihan telah merancang
perkembangan kekinian penyakit TB di
dengan baik segala aspek yang akan
masyarakat serta terdapat kekurangan jika
digunakan pada kegiatan pelatihan. Persiapan
dibandingkan dengan modul pelatihan TB
yang dilakukan antara lain dengan membuat
yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan yaitu
proposal kegiatan yang berisi rancangan
tidak terdapat referensi/rujukan materi yang
kegiatan
dibuat pada modul tersebut.
keseluruhan,
membuat
rancangan acara, membuat dan menyebarkan
Hasil
untuk
Kegiatan
dan
memadai dan mendukung terhadap kegiatan
secara
baik.
penelitian
pelatihan
menyesuaikan
pelatihan
yang
dengan
penanggulangan
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
128
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah
kepada pihak The Global Fund untuk
Jawa Barat yaitu adanya kader TB yang
keberlanjutan program TB.
berperan sebagai PMO yang ikut mengawasi
minum obat penderita TB. Para penderita TB
pihak Dinas Kesehatan perlu memperhatikan
merasakan kader PMO ikut mengingatkan dan
keberadaan kader TB yang dapat dilakukan
memotivasi mereka untuk minum obat sampai
dengan berbagai cara misalnya melalui
penyakitnya sembuh.
pemberian bantuan honor/insentif rutin per
bulan serta adanya asuransi atau jaminan
Peran kader TB bagi masyarakat luas
adalah mereka merupakan sosok teladan
Bagi pemerintah daerah dalam hal ini
kesehatan bagi para kader.
dalam membantu memutus mata rantai penyakit TB sehingga tidak menularkan
DAFTAR PUSTAKA
penyakitnya kepada masyarakat luas. Kader TB merupakan komponen pemberdayaan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
masyarakat yang berkontribusi besar dalam
Pedoman
turut menyehatkan masyarakat. Para kader
Tuberkulosis.
merupakan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;
sosok
yang
tanggungjawab,
pantang menyerah, perhatian, rela berkorban, sukarelawan
dan
ikhlas
membantu
mengawasi minum obat penderita TB.
Nasional Edisi
Penanggulangan ke-2.
Jakarta
:
2008. Community TB Care 'Aisyiyah. Sekilas Tentang Program Community TB Care. Materi Presentasi. Jakarta ; 20 Juli 2012.
SARAN
PR TB 'Aisyiyah. Bahan Pelatihan Pengawas
Perlu dilakukan kembali penelitian tentang
Menelan Obat (PMO). Jakarta ; 2010.
pemberdayaan masyarakat pada program
Aditama, T.Y. dan Soepandi, P.Z. Tuberkulosis :
penanggulangan TB, sehingga diharapkan
Diagnosis, Terapi dan Permasalahannya.
ditemukan model pengorganisasian dan
Jakarta : Laboratorium Mikrobiologi RSUP
pemberdayaan masyarakat yang ideal dalam
Persahabatan ; 2000.
turut serta meningkatkan angka kesembuhan
Sumarman, Bantas, K. Peran Pengawas Minum
penyakit TB. Model pengorganisasian dan
Obat dan Kepatuhan Periksa Ulang Dahak
pemberdayaan
tersebut
Fase Akhir Pengobatan Tuberkulosis di
partisipasi
Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kesehatan
diperlukan
masyarakat
sebagai
bentuk
berbagai komponen di masyarakat pada penanggulangan penyakit TB.
Bagi
organisasi
'Aisyiyah
Masyarakat Nasional. 2011 ; 6 (2) : 91-96. Putro, G. Peran pengawas menelan obat bagi
perlunya
keberhasilan pengobatan TB paru di
memperluas kerjasama dengan berbagai
kawedanan Dero, Ngawi Jawa Timur.
pihak terkait pada aspek pendanaan untuk
Majalah Kedokteran dan Farmasi Medika
penanggulangan TB sehingga tidak tergantung
No.10 tahun XXIX. Oktober 2003.
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014
Evaluasi Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat: Studi Kasus di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut
Kodim, N. Hari Tuberkulosis Dunia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2011 ; 5 (5) : 193-194.
129
2003 ; 93 (1) : 122-129. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2005.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Hal. 20-27.
Pro il Data Kesehatan Indonesia tahun
Dhingra dan Khan. A Sociological Study on
2012. Jakarta : Direktorat Jendral PPPL
Stigma among TB patients in Delhi. Indian J
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;
Tuberc. 2010 ; 57 (1). 12-8.
2012.
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan : Teori
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pro il Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2012. Bandung : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat ; 2013.
dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta ; 2010. Hal. 50-60. Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa : Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta : Bumi
Creswell. Qualitative Inquiry and Research Design. California : SAGE Publications ; 1998.
Aksara; 2012. Hal. 24. Seif and Aziz. Effect of Breast Self Examination Training Program on Knowledge, Attitude
Yin, R.K. Studi Kasus : Desain dan Metode.
and Practice of a Group of Working Women.
Penerjemah : M. Djauzi Mudzakir. Jakarta :
J Egypt Natl Canc Inst. 2000 ; 12 (2) : 105-
RajaGra indo Persada ; 2013. Hal. 1.
115.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Research and Development. Bandung : Alfabeta ; 2010. Hal. 219. Sasongko, A. Promosi Kesehatan melalui Pengorganisasian
dan
Brown, H.D. Principles of Language Learning and Teaching. London : Prentice-Hall, Inc. Maulana, H.D.J. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC; 2009. Hal. 194-196.
Pengembangan
Ai-Yee, et.al. The Determinants of Training
Masyarakat, dalam Promosi Kesehatan :
effectiveness in Malaysian Organizations.
Teori dan Aplikasi. Notoatmodjo, S (ed).
International Journal of Business Research.
Jakarta : Rineka Cipta, 2010. Hal. 336-339.
2007 ; 7 (4) : 143-149.
Morgan and Swann. Social Capital for Health :
Haslinda
dan
Mahyuddin,
M.Y.
The
Issues of de inition, Measurement and Link
effectiveness of training in The Public
to Health. Health Development Agency,
Service. Am J Sci Res. 2009 ; (6) : 39-51.
2004. Pearce and Smith. Rekindling Health Care Reform. Peer Reviewed. Am J Public Health.
Gintings, A. Esensi Praktis Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung : Humaniora ; 2011. Hal. 124-130.
JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014