TINJAUAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENGUNGSI KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI DUSUN KOLOK DESA KOTA BATU KECAMATAN SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE NANGGROE ACEH DARUSSALAM
SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Diajukan Oleh : MIMIN SATRIA NIM. 040902012
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL MIMIN SATRIA 040902012
ABSTRAK Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa dan Tsunami di Dusun Kolok Desa Kota Batu, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue.
Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 100 halaman, 58 tabel, 3 lampiran, dan 25 kepustakaan. Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tinjauan kesejahteraan sosial pengungsi korban gempa dan tsunami yang ada di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue NAD. Sementara itu tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kesejahteraan sosial pengungsi selama tinggal di barak pengungsian. Basis penelitian ini terdiri dari 25 orang responden yang diambil secara acak sederhana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pengelolaan data secara manual, data dikumpulkan dari hasil kuesioner kemudian di analisa dalam bentuk tabel tunggal dengan tujuan untuk memperinci data-data tersebut. Sementara instrumen pengumpulan data dengan menggunakan kuiesioner/angket. Hasil penelitian yang diperoleh adalah kodisi kesejahteraan sosial pengungsi belum sepenuhnya pulih akibat dari bencana yang menimpa mereka, masih banyak yang trauma akibat kejadian tersebut, dan kondisi kehidupan mereka pun masih sangat kekurangan dalam hal pemenuhan kebutuhan baik secara ekonomi maupun secara non ekonomi, hal ini karena keterlambatan pemerintah dalam pembangunan rumah baru bagi mereka, yang hingga saat ini belum selesai. Belum lagi segala jenis bantuan baik logistik maupun bantuan jenis lainnya sudah berkurang karena NGO (Non Government Organitation) yang berasal dari luar negeri telah kembali kenegaranya masing-masing karena tugas mereka dalam membantu korban bencana telah berakhir.
Kata Kunci : Kesejahteraan secara ekonomi dan non ekonomi.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdullilah penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T atas segala karunia-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “ Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue - NAD “.guna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, meskipun penulis telah berusaha melakukan hal yang terbaik dalam mengatasi semua kelemahan kekurangan tersebut. Hal ini disebabkan kemampuan dan pengetahuan penulis yang masih terbatas, maka dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis menerima kritikan serta saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun. Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik secara moril dan materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada : 1.
Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.T.M.&H., Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
3.
Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, petunjuk, dorongan, serta pengarahan yang berharga kepada penulis.
4.
Kepada seluruh dosen, staf pengajar Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah banyak mendidik, membantu, memberikan ilmu selama diperkuliahan penulis, serta kepada staf administrasi yang telah banyak memberikan kemudahan dan pengarahan kepada penulis.
5.
Buat Kakanda Nukman Mahmud, Amd. yang begitu besar pengorbanan dan subsidinya terhadap penulis, terima kasih atas kasih sayang dan perhatian serta semangat yang diberikan selama ini kepada penulis.
6.
Untuk adikku Rina Imam Sari jangan keras kepala dan rajin belajar..!
7.
Untuk teman-taman serumah yundes, guntur, ahmad, indra, bone, adek, fikrie, arie, ismail/aseng and lain-lain yang tidak dapat disebut namanya. Walaupun kebersamaan qita belum tentu terjalin dimasa yang akan datang namun persaudaraan ini akan selalu dikenang.
8.
Untuk Pak agun alias Gunawan makasih atas bantuan selama ini yang telah memberikan ide-ide, saran, masukan, dan nasehat-nasehat yang panjangnya sepanjang tembok China, tapi thank’s ya sobat.
9.
Untuk sahabat-sahabatku fajar, aidil, peno, anggie, ono (klaten), ucie, dhina, teguh, yono,mirja, ilham, de2k dan lain-lain yang tidak disebutkan namanya, makasih atas motivasi yang telah diberikan selama ini, dan rekan-rekan seangkatan ‘04 terima kasih atas canda dan tawa yang dibagi untuk penulis.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
10.
Untuk anak-anak kost Geng H. Arif, “ada lawan”, makasih untuk ketawaketawanya,
11.
Untuk b’adi, ari, pak usup, dan lain-lain, selamat berjuaang……..tetap semangat..!
12.
Kepada semua Masyarakat yang ada dibarak Pengungsian di Dusun Kolok terima kasih atas bantuan dan informasinya selama penulis melakukan penelitian di Dusun Kolok. Akhir kata penulis hanya dapat berdoa, semoga segala bantuan yang telah
diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU. Amin.
Medan, Maret 2009 Penulis
Mimin Satria
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ........................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................... ii DAFTAR ISI ....................................................................................... v DAFTAR TABEL................................................................................ viii DAFTAR SKEMA .............................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiii
BAB I.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 2. Perumusan Masalah........................................................................... 10 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 10 3. 1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 10 3. 2. Manfaat Penelitian .................................................................... 10 4. Sistematika Penulisan ........................................................................ 11
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial ..................................................... 12 2.2. Usaha Kesejahteraan Sosial ............................................................ 16 2.3. Pengertian Pengungsi ..................................................................... 25 2.4. Peranan Pekerja Sosial Dalam Menangani Korban Bencana Alam .. 28 a. Tahap Pra Bencana ..................................................................... 28 b. Tahap Kejadian........................................................................... 31 c. Tahap Pasca Bencana .................................................................. 32 2.5. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 36 2.6. Definisi Konsep dan Operasional.................................................... 38 2.6.1. Definisi Konsep ................................................................... 38
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
2.6.2. Definisi Operasional ............................................................ 40 BAB III.
METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ............................................................................... 42 3.2. Lokasi Penelitian ............................................................................ 42 3.3. Populasi dan Sampel....................................................................... 42 3.3.1. Populasi .................................................................................. 42 3.3.2. Sampel.................................................................................... 43 3.4. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 43 3.4.1. Studi Kepustakaan .................................................................. 43 3.4.2. Studi Lapangan ....................................................................... 44 3.5. Teknik Analisa Data ....................................................................... 44
BAB IV.
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah Singkat Terjadinya Pengungsi di Dusun Kolok Desa Kota Batu ...................................................................................................... 45 4.1.1. Letak Geografis Dusun Kolok................................................. 45 4.2. Gamabaran Umum Pengungsi Dusun Kolok ................................... 46 4.2.1. Komposisi Pengungsi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin .. 46 4.2.2 Komposisi Pengungsi Berdasarkan Mata Pencaharian............. 47 4.2.3 Komposisi Pengungsi Berdasarkan Pendidikan ....................... 48 4.2.4. Komposisi Pengungsi Berdasarkan Agama ............................. 49 4.3. Sarana Jalan dan Transportasi ........................................................ 49 4.3.1. Jalan dan Transportasi ............................................................ 49 4.3.2. Rumah Ibadah ........................................................................ 51 4.3.3. Sarana Kesehatan.................................................................... 52 4.3.4. Sarana Penerangan dan Air Bersih .......................................... 52 4.3.5. Sarana Komunikasi ................................................................. 52 4.4. Struktur Organisasi Huntara Di Dusun Kolok .................................. 53 4.4.1. Kedudukan dan Fungsi ........................................................... 54
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
BAB V.
ANALISA DATA 1. Distribusi Identitas Responden .......................................................... 56 2. Distribusi Tingkat Kesejahteraan Pengungsi Secara Ekonomi........... 62 1. Pendapatan ................................................................................... 62 2. Pangan.......................................................................................... 65 3. Sandang ....................................................................................... 68 4. Perumahan ................................................................................... 70 5. Kesehatan ..................................................................................... 78 6. Pendidikan ................................................................................... 82 3. Distribusi Tingkat Kesejahteraan Pengungsi Secara Non Ekonomi ... 84 1. Kerohanian ................................................................................... 84 2. Sosial Budaya ............................................................................... 88 3. Sosial Psikologis .......................................................................... 91
BAB VI.
PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 97 B. Saran-Saran ...................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1.
Komposisi Pengungsi Berdasarkan Usia dan Jenis kelamin .................... 46
Tabel 2.
Komposisi Pengungsi Berdasarkan Mata Pencaharian ............................ 47
Tabel 3.
Komposisi Pengungsi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......................... 48
Tabel 4.
Komposisi Pengungsi Berdasarkan Agama ............................................ 49
Tabel 5.
Sarana Transportasi................................................................................ 50
Tabel 6.
Sarana Tempat Ibadah ............................................................................ 51
Tabel 7.
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .......................................... 56
Tabel 8.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 57
Tabel 9.
Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ........................................ 58
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ........................................... 58 Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ...................... 59 Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah anak ................................ 60 Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah dalam Keluarga............... 60 Tabel 14. Karateristik Responden Berdasrkan Pendidikan Terakhir ....................... 61 Tabel 15. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ......................................... 62 Tabel 16. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan ...................................... 63
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 17. Jawaban Responden Jika Penghasilan Sedemikian Apakah Mencukupi Kebutuhan Sehari-hari ........................................................................... 64 Tabel 18. Penghasilan Yang Diperoleh Biasanya Dipakai untuk Biaya .................. 65 Tabel 19. Jawaban Responden Tentang Frekuensi Makan Setiap Hari ................... 66 Tabel 20. Jawaban Responden Tentang Kualitas Sarapan Pagi............................... 67 Tabel 21. Jawaban Responden Tentang Kualitas Konsumsi Makan Siang .............. 67 Tabel 22. Jawaban Responden Tentang Kualitas Makan Malam ............................ 68 Tabel 23. Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Pakaian Selama Mengungsi .. 69 Tabel 24. Jawaban Responden Tentang Apakah Sering Membeli Pakaian Baru ..... 69 Tabel 25. Jawaban Responden Disaat Manakah Sering Membeli Pakaian Baru...... 70 Tabel 26. Jawaban Responden Berdasarkan Status Rumah Yang Dimiliki ............. 71 Tabel 27. Jawaban Respomden Apakah Dirumah Tersedia MCK .......................... 72 Tabel 28. Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Air Yang Diperoleh .............. 73 Tabel 29. Jawaban Responden Berdasarkan Jarak antara WC dengan sumur .......... 74 Tabel 30. Jawaban Responden Berdasarkan Saluran Pembuangan Air Bekas ........ 74 Tabel 31. Jawaban Responden Berapah Kamar Tidur yang ada Dalam Rumah ...... 75 Tabel 32. Jawaban Responden Berdasarkan Berapa Orang yang Menempati Kamar Tidur ...................................................................... 76 Tabel 33. Jawaban Responden baedasarkan Saluran Pertukaran Udara Dalam Rumah ............................................................................. 77 Tabel 34. Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Penerangan dalam Rumah..... 77 Tabel 35. Jawaban Responden Apakah Pernah Sakit.............................................. 79 Tabel 36. Jawaban Responden Berdasarkan Penyakit Yang Pernah Dialami .......... 80 Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 37. Jawaban Responden Apabila Sakit Apakah Pergi Berobat ...................... 81 Tabel 38. Jawaban Responden Bila Sakit Kemanakah Perginya ............................. 81 Tabel 39. Jawaban Responden kelancaran pendidikan bagi anak Selama dipengungsian ........................................................................... 82 Tabel 40. Jawaban Responden Berdasarkan kesulitan-kesulitan pendidikan Selama Dipengungsian .......................................................................... 83 Tabel 41. Jawaban Responden Berdasarkan Jenis-Jenis Kesulitan Pendidikan ............................................................................................ 83 Tabel 42. Jawaban Responden Berdasarkan keteraturan beribadah ........................ 84 Tabel 43. Jawaban Responden Penyebab Ibadah Tidak Teratur ............................. 85 Tabel 44. Jawaban Responden Berdasarkan Kegiatan Keagamaan Yang Diikuti Diluar Ibadah Yang Wajib ......................................................... 85 Tabel 45. Jawaban Responden Berdasarkan Bentuk Kegiatan Yang Diikuti ........... 86 Tabel 46. Responden Berdasarkan Kepemilikan Kitab Suci ................................... 87 Tabel 47. Jawaban Responden Berdasarkan Kesempatan Untuk Membaca Kitab Suci ............................................................................................. 88 Tabel 48. Jawaban Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam Organisasi ........ 89 Tabel 49. Jawaban Responden Berdasarkan Organisasi yang Diikuti ..................... 89 Tabel 50. Jawaban Responden Dalam Mengikuti Aktivitas Dilingkungannya ........ 90 Tabel 51. Jawaban Responden Berdasarkan Bentuk Aktivitas yang diikuti ............ 90 Tabel 52. Jawaban Responden Berdasarkan Apakah Masih Khawatir Jika Terjadi Gempa Bumi ...................................................................... 91 Tabel 53. Jawaban Responden Berdasarkan Bentuk Kekhawatiran Terhadap Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Gempa Bumi ......................................................................................... 92 Tabel 54. Jawaban Responden Berdasarkan Perhatian Pemerintah Terhadap Pengungsi .............................................................................. 93 Tabel 55
Jawaban Responden Berdasarkan Bentuk Perhatian Pemerintah ............. 93
Tabel 56. Jawaban Responden Berdasarkan Pemerintah Yang Memberikan Bantuan ................................................................................................. 94 Tabel 57. Jawaban Responden Berdasarkan Kepuasan Terhadap Bantuan Pemerintah Tersebut .............................................................................. 95 Tabel 58. Jawaban Responden Berdasarkan Apakah Sudah Merasa Lebih baik Selama Tinggal Dipengungsian............................................ 95
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR SKEMA
Halaman Skema I.
Kerangka Pemikiran.............................................................................. 38
Skema II.
Struktur Organisasi Huntara di Dusun Kolok ........................................ 53
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian 2. Foto Copy Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 3. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala Desa Kota Batu
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah Gempa bumi berkekuatan 8,9 Skala Richter yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 di Samudera India, di lepas pantai barat laut pulau Sumatera yang kemudian disusul oleh gelombang tsunami, telah menyebabkan kerusakan terparah di sebagian besar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara (Kabupaten Nias dan Bedagai) serta Negara-negara tetangga lainnya seperti Thailand, Sri Lanka, Maladewa (Maldives), Bangladesh, Burma, bahkan sampai ke pantai Somalia di Afrika Timur. Bencana tersebut telah merusak sebagian besar pemukiman penduduk daerah pesisir barat dan utara Nanggroe Aceh Darussalam yang menelan banyak korban jiwa, menghancurkan sebagian besar infrastruktur, sarana sosial seperti bangunan-bangunan pendidikan, kesehatan, keamanan, dan gedung-gedung pemerintah. Selain gempa pada tanggal 26 Desember 2004 juga terjadi gempa susulan pada 28 Maret 2005 yang
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
memporak-porandakan Kabupaten Simeulue dan kepulauan Nias Sumatera Utara. Gempa susulan ini semakin memperparah kerusakan yang terjadi sebelumnya. Belum lagi berakhir trauma yang selama ini diderita oleh rakyat aceh karena pemberlakuan operasi militer sekitar tiga dasawarsa akibat konflik antara Republik Indonesia dengan pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Pemberontakan ini dilakukan untuk menuntut hak rakyat aceh yang selalu diperlakukan tidak adil oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pada masa itu banyak korban berjatuhan baik pihak TNI maupun dari GAM sendiri dan bukan sedikit juga rakyat sipil aceh yang menjadi korban dalam konflik tersebut. Namun kini musibah yang lebih besar datang menghantam melululantakkan aceh, hanya dengan waktu yang sangat singkat hampir seluruh daerah pesisir aceh rata dengan tanah di goncang gempa dan hempasan gelombang tsunami, hari itu juga puluhan ribu nyawa manusia melayang, harta benda hilang, serta ribuan manusia lainnya mengungsi untuk menghindar dari bencana tesebut (Apridar; 2005 :68). Masih 26 Desember 2004, sebagian dunia di belahan bumi yang lain ikut mengalami goncangan dahsyat tsunami, gelombang pasang air bah lautan yang bersambung dari Aceh ke Sumatera Utara, serta ke berbagai kawasan Asia sampai Afrika. Tangisan anak-anak, ibu-ibu dan orang tua yang kehilangan saudara, handai-taulan dan kerabat serta orang-orang yang dicintai semakin dramatis hari demi hari. Bagi warga yang selamat dari guncangan gempa dan hempasan gelombang tsunami itu pun berubah statusnya menjadi pengungsi. Mereka hidup kini tidak lagi memiliki harta benda yang bisa menopang masa depan. Walau bala bantuan telah tiba dari berbagai penjuru dunia, mereka tetap tegar meski tak senyaman sebelum bencana datang. Berbagai persoalan sosial pun muncul seperti; anak-anak terlantar pendidikannya, trauma psikis yang tak Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
mungkin cepat berlalu, rumah-rumah para penduduk banyak yang hancur dan masih banyak lagi berbagai permasalahan yang harus segera ditanggulangi. Itulah bagian dari gambaran kondisi masyarakat Aceh pasca bencana tsunami (Apridar; 2005 :5). Melihat dampak kerusakan yang terjadi, pemerintah Republik Indonesia menetapkan bencana tsunami di NAD sebagai bencana nasional. Pemerintah lantas menunjuk Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Bakornas PBP) sebagai pelaksana masa tanggap darurat. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, ditunjuk menjadi koordinator kegiatan tanggap darurat dan langsung berkantor di Banda Aceh. Hampir seluruh dunia memberikan bantuan dalam berbagai bentuk kepada masyarakat NAD dan Nias. Tercatat 44 negara sahabat turut membantu secara langsung dalam misi kemanusiaan. Pada fase tanggap darurat tersebut, tercatat pula 16 ribu anggota pasukan negara-negara sahabat diterjunkan dalam apa yang disebut para pengamat sebagai misi nonperang terbesar setelah Perang Dunia Kedua. Sembilan kapal induk, 14 kapal perang, 31 pesawat terbang, dan 75 helikopter dikerahkan dalam penyelamatan, evakuasi, penyaluran logistik, dan bantuan medis. Fase tanggap darurat ini dinyatakan selesai oleh Presiden RI pada 26 Maret 2005 (Profil BRR Aceh-Nias.http://www.e-aceh-nias.org diakses 05/07/2008 Jam 10.30 wib). Bencana ini juga telah mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk kondisi psikologis, dan tingkat kesejahteraannya. Merujuk pada laporan kegiatan satu tahun Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekontruksi Nanggroé Aceh Darussalam dan Nias, jumlah korban dari 20 kabupaten di Provinsi Nanggroé Aceh Darussalam (NAD) diperkirakan mencapai 132 ribu orang meninggal dunia dan telah dimakamkan, serta sebanyak 37 ribu orang dinyatakan hilang. Dari sumber informasi Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
yang sama, jumlah pengungsi yang tersebar sebanyak 514.150 jiwa di 21 kabupaten/kota se-Provinsi Nanggroé Aceh Darussalam. Mengacu pada hasil perhitungan, nilai kerusakan dan kerugian di kedua wilayah tersebut secara total diperkirakan mencapai Rp 41,4 triliun, di mana sebagian besar (78 persen) merupakan aset hak milik masyarakat (non-publik), sementara sisanya merupakan aset pemerintah. Beranjak dari kenyataan tersebut, Pemerintah Republik Indonesia bersama-sama dengan masyarakat internasional yang bersimpati dan berempati atas bencana dan dampak yang ditimbulkannya telah secepatnya melakukan upaya-upaya tanggap darurat (emergency relief efforts) yaitu terutama bertujuan untuk menolong korban-korban yang masih hidup, dan memberi pertolongan cepat untuk menyelamatkan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang terkena bencana (http://www.e-acehnias.org/laporan_Tahunan_BRR/ diakses 12/07/2008 Jam 11.00 wib). Situasi Kabupaten Simeulue yang sebelumnya dinilai relatif baik, karena jumlah korban tewas di pulau ini hanya 7 orang, ternyata tidak sepenuhnya tepat. Jumlah pengungsi pasca bencana gempa dan gelombang tsunami berjumlah 22.849 jiwa (4.572 kepala keluarga). Menurut data Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) Simeulue jumlah rumah yang hilang total sebanyak 273 rumah permanen, 1.115 rumah semi permanen, dan 1.741 rumah kayu. Selain itu masih ada lagi 4.700 rumah permanen, semi permanen, dan kayu yang mengalami rusak berat (Apridar 2005 : 88). Kejadian yang luar biasa ini telah meninggalkan banyak ekses negatif dan positif bagi para korban yang selamat. Penderitaan dan kesengsaraan yang berlangsung bertahun-tahun yang dirasakan para korban karena tidak memiliki tempat tinggal yang layak adalah salah satu ekses negatifnya. Sedangkan ekses positifnya dengan terjadinya Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
peristiwa traumatis yang sangat dahsyat itu telah mengundang mata dunia menoleh ke Aceh untuk membantu memulihkan kelangsungan hidup para korban yang selamat. Mengungsi/pindah sebagai akibat
gempa
dan tsunami
mengarah pada
memburuknya kesejahteraan mereka yang mengungsi dan banyak keluarga yang menampung korban-korban tsunami. Dalam banyak kasus, Perpindahan dapat mengarah pada penghasilan yang lebih tinggi apabila alasan perpindahan adalah karena adanya peluang ekonomi yang lebih baik. Akan tetapi, dalam hal ini, sebagian besar perpindahan terjadi untuk menghindari kehancuran sebagai akibat tsunami. Oleh karena itu, para pengungsi akan menghadapi kesulitan di daerah tujuan mereka yang baru, baik dalam kamp-kamp pengungsian, bersama keluarga ataupun teman, atau di luar daerah. Banyak pengungsi ditampung oleh sanak keluarga maupun teman-temannya. Hal ini seringkali dilakukan tanpa bantuan lembaga apa pun dan hal tersebut mengakibatkan sebagian beban pengungsi ditanggung oleh keluarga ataupun teman dari para korban tsunami tersebut, hal yang sama juga terjadi di pengungsian dusun kolok. Berdasarkan hasil sementara Rapid Assessment yang dilakukan oleh Aceh Developmet Fund (ADF) yang didukung oleh Yappika pada 7 (tujuh) kabupaten/kota di NAD diketahui bahwa; koordinasi setiap pihak dalam memberikan bantuan kepada para pengungsi sangat lemah sehingga distribusi bantuan tidak merata baik itu bantuan logistik, pelayanan kesehatan, ataupun bantuan bidang lain; hampir seluruh pengungsi punya keinginan yang sangat besar untuk kembali ke desa asal mereka masing-masing. Sejauh ini sedikit sekali komunitas masyarakat yang difasilitasi untuk pulang ke desa asal begitu juga dengan pengungsi yang ada di dusun kolok, kesulitan mereka semakin Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
bertambah setelah tidak rutinnya bantuan yang mereka terima, ditambah lagi belum adanya peluang bagi mereka untuk mendapatkan bantuan modal usaha (petani, nelayan, pedagang, dsb.) sehingga mereka tidak harus terus menunggu bantuan dari berbagai pihak seperti selama ini (Aceh Development Fund http://www.adfaceh/bedah/kasus.html. diakses 04/07/2008 Jam 18.30 wib). Dusun Kolok adalah dimana warganya sebagian besar adalah pengungsi dari beberapa Desa yang ada di Kecamatan Simeulue Timur. Para pengungsi ini tinggal di dusun kolok karena di sebabkan rumah tempat tinggal mereka telah hancur atau hilang karena tsunami yang terjadi tiga tahun yang lalu. Mereka memilih dusun kolok untuk dijadikan tempat pengungsian karena dusun tersebut jauh dari daerah pantai dan dekat dengan gunung serta mempunyai banyak lahan yang masih luas untuk ditempati. Para pengungsi ini berasal dari desa Sinabang, Suka Karya, Suka Maju, Amaiteng Mulia, Suka Jaya dan Air Dingin. Mereka berjumlah 166 kepala keluarga atau sekitar 830 jiwa. Sebenarnya dari pihak BRR Aceh-Nias sendiri menargetkan pada akhir desember 2007 pengungsi atau penghuni barak sementara akan berakhir dalam arti penghuni barak sudah dapat menempati rumah yang layak huni bantuan dari LSM maupun dari Pemerintah (BRR Aceh-Nias). Namun sampai pada saat ini masih banyak penghuni barak yang tetap bertahan karena belum terselesaikannya rumah bantuan tersebut. Ungkap Kasie Huntara Rahmat Fadli di Banda Aceh (Waspada, Sabtu 15/10/2007). Hingga sekarang hampir empat tahun pasca bencana gempa dan tsunami berlalu, namun sampai dengan saat ini masih banyak korban yang tinggal di barak pengungsian. Mereka tetap bertahan dengan terus mengharapkan bentuan dari berbagai pihak dan juga bekerja menjadi buruh kasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di pengungsian Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
dusun kolok sekitar 166 kepala keluarga yang masih bertahan di tempat penampungan sementara yang terus bertahan hidup sembari menunggu bantuan relokasi rumah baru dari Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR Aceh-Nias), dan bantuan dari LSM Australian Red Cross (ARC), yang hingga sekarang masih dalam tahap pembangunan. Menurut penuturan Kepala Desa Kota Batu. Sering terjadi musim hujan, kondisi ini selalu mengganggu kehidupan para pengungsi menjadi lebih sulit karena lingkungan tenda dan barak mereka digenangi air. Mereka mengalami kesulitan beraktivitas diluar, seperti bekerja untuk mencari nafkah sehari-hari, anak-anak sekolah dan dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan yang tidak baik, meskipun demikian para pengungsi tetap bertahan untuk tinggal karena mereka belum mempunyai rumah yang layak huni dari lembaga pendonor/pemerintah. Banyak pengungsi kini dihinggapi berbagai jenis penyakit. Dari 10 jenis penyakit yang berhasil ditemukan Tim Medis Relawan Bogor, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan kasus menonjol dan jenis penyakit yang paling banyak diderita para pengungsi. Buruknya sanitasi air, lingkungan, dan kondisi udara, mungkin merupakan salah satu penyebab banyaknya pengungsi yang menderita ISPA. Jenis penyakit menonjol yang ditemukan Tim Medis Relawan Bogor adalah neurosa, yang kerap juga disebut depresi atau tekanan mental. Penderita neurosa ini menempati urutan kedua dengan jumlah penderita mencapai 388 kasus (19,36%). Bahkan, diluar kasus tersebut, Tim Relawan juga menemukan dua kasus
penderita
psikosa,
yaitu
penderita
gangguan
mental
berat
alias
gila
(http://www.acehmediacenter.or.id/id/?dir=news&file=detail&id=524 diakses 05/08/2008 Jam 20.30 wib). Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Hidup di barak pengungsian memang serba kekurangan baik itu berupa pemenuhan kebutuhan pokok (sembako), air bersih, listrik, sarana pendidikan bagi anak dan fasilitas-fasilitas lainnya yang mereka butuhkan juga sangat terbatas. Kesulitankesulitan ini juga sering terjadi pada anak-anak yang masih sekolah, disebabkan karena rumah sekolah mereka sangat jauh dari tempat pengungsian sehingga banyak terjadi putus sekolah. Bagi anak-anak para pengungsi ini perlu mendapatkan perlindungan khusus supaya terjamin terpenuhinya hak-hak anak untuk mereka hidup, tumbuh, dan berkembang secara wajar sesuai dengan usianya, termasuk yang terpenting kebutuhan penyembuhan trauma pada anak yang bersangkutan. Serta anak-anak korban bencana ini sangat memerlukan pendidikan formal maupun nonformal yang memadai. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari para pengungsi setiap pekannya selalu memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik dari instansi pemerintah maupun NGO lokal dan luar, mereka memberikan bantuan obat-obatan, makanan, susu dan biscuit bagi anak-anak/ibu hamil, makanan ringan serta peralatan-peralatan lainnya yang meraka butuhkan dalam barak pengungsian, mereka masing-masing dijata per kepala keluarga. Walaupun banyak bantuan yang selalu mereka harapkan, namun itu tidak akan dapat mencukupi kebutuhan mereka. Ditambah lagi sekarang harga semua kebutuhan pokok melambung tinggi serta harga BBM terus naik, karena itu mereka bekerja ektra tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Pemasokan bantuan makanan pun sudah mulai berkurang dikarenakan banyak NGO-NGO asing yang sudah kembali ke Negara asalnya. Meskipun demikian tinggal di barak penampungan sementara, para pengungsi ini tetap semangat dalam menjalani kehidupannya untuk menjalankan aktivitasnya sehariMimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
hari. Pengalaman baik suka maupun duka hidup di pengungsian telah mereka alami selama rentang waktu tahunan itu, sehingga melahirkan kerinduan untuk kembali kepada kehidupan normal. Rumah yang layak bagi para pengungsi korban bencana tsunami merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan dan penghidupan manusia, karena dari lingkungan perumahan dan permukiman itu pula mental dan kepribadian seseorang mulai dibentuk. Mereka hanya bisa berharap agar rumah bantuan tersebut cepat terselesaikan agar mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan tidak terus hidup dengan mengharapkan bantuan dari LSM maupun Pemerintah serta kerabat keluarga yang selama ini membantu mereka. Sehingga akhirnya mereka dapat hidup sejahtera dan mandiri bersama keluarganya. Menurut informasi
yang kami terima dari salah seorang staf Distrik BRR
Kabupaten Simeulue Bapak Fikrianto mengatakan bahwa masa rehab dan rekons di Aceh akan segera berakhir pada awal tahun 2009 ini, meski demikian proses pembagunan rumah bantuan bagi para pengungsi atau korban tetap terus dikerjakan namun tidak lagi BRR yang menangani. Rencananya proyek ini akan diserahkan kepada Pemda setempat untuk melanjutkan penyelesaiannya. Melihat dari kondisi diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai kehidupan para pengungsi di dusun kolok dengan judul “ Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam”.
2. Perumusan Masalah Perumusan masalah adalah langkah yang penting untuk membatasi masalah yang akan diteliti. Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto, 1993 : Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
47). Berdasarkan dari latarbelakang yang diuraikan di atas maka peneliti merumuskan sebagai permasalahan dalam tulisan ini adalah: “Bagaimanakah Kondisi Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa dan Tsunami di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam”.
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi kesejahteraan sosial pengungsi korban gempa dan tsunami di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam. 3.2 Manfaat Penelitian a)
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pihakpihak terkait yang menangani korban bencana alam dalam pemberian bantuan baik langsung maupun tidak langsung.
b)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam rangka pengembangan teori-teori, konsep-konsep, dan model penanganan korban bencana alam dalam perspektif ilmu kesejahteraan sosial.
4. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah pemahaman isi, maka penulis membagi penelitian ini ke dalam enam bab, yaitu : Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
BAB I
: Pendahuluan Menguraikan bagian pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II
: Tinjauan Pustaka Menguraikan tinjauan pustaka yang terdiri dari konsep-konsep penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan definisi operasional.
BAB III
: Metode Penelitian Menguraikan metode penelitian yang terdiri dari alasan memilih lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB IV
: Deskripsi Lokasi Penelitian Menggambarkan lokasi penlitian.
BAB V
: Analisa data Menguraikan proses pengumpulan, pengolahan, dan analisa data.
BAB VI
: Penutup Berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan kalau diartikan secara harfiah mengandung makna yang luas dan mencakup segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang suatu hal yang menjadi ciri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan berawal dari kata sejahtera, yang mendapat awalan kata ke dan akhiran an. Sejahtera berarti aman sentosa, makmur atau selamat. Artinya terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran. Kesejahteraan dalam kamus Kesejahteraan sosial diartikan sebagai berikut : “ Keadaan sejahtera pada umumnya yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial tertentu saja, jadi merupakan suatu keadaan dan kegiatan (Suparlan, 1993;58). Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Selanjutnya istilah “Sosial” menurut Dr. J.A. Poison mempunyai dua arti yang berbeda yaitu: 1. Sebagai sebuah indikasi daripada kehidupan bersama makhluk manusia, umpama dalam kebersamaan rasa, berfikir, bertindak dan dalam hubungan dengan manusia. 2. Sejak abad ke-19 istilah sosial mempunyai konotasi yang berbeda, lebih sentimental dan karena itu menjadi agak kabur, seperti istilah yang serupa yang dikaitkan dengan persoalan kemiskinan dan ketelantaran orang, sebagai contoh : pekerja sosial, pelayanan sosial, aksi sosial dan semacamnya. Dari konotasi ini, kemudian berkembang dalam segala arah yang bersangkut paut dengan pembaharuan masyarakat yang bertujuan menanggulangi kemiskinan dan ketelantaran (Sumarnonugroho, 1987;28). Seperti pandapat para ahli tentang definisi dari kesejahteraan sosial antara lain, menurut Walter A. Friedlander, kesejahteraan sosial adalah “sistem yang terorganisir dan institusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan” (Rukminto, 1994;04). Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, Pasal 2 ayat 1 berbunyi: Kesejahteraan Sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaikbaiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila. Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Arthur Dunham, Kesejahteraan sosial dapat didefinisikan sebagai : “kegiatan-kegiatan yang terorganisir dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan lembaga-lembaga sosial” (Sumarnonugroho, 1987;20). Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, ataupun kehidupan spiritual. Selanjutnya menurut Abraham Maslow. Usaha-usaha peningkatan taraf hidup ini dimulai dari prioritas yang paling rendah sampai kepada tingkat yang tinggi, yang diurutkan sebagai berikut : 1. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Kebutuhan ini antara lain kebutuhan akan makan, air, oksigen, istirahat, keseimbangan temperatur, seks dan kebutuhan akan rangsang sensoris. Karena merupakan kebutuhan yang paling mendesak maka kebutuhan fisiologis akan paling didahulukan pemuasannya oleh individu. 2. Kebutuhan akan rasa aman Yakni kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, perlindungan, kepastian, dan keteraturan dari lingkungannya. 3. Kebutuhan akan cinta dan memiliki Merupakan suatu kebutuhan yang mendorong seseorang untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik sesama jenis maupun lain jenis, di lingkungan keluarga, kelompok, ataupun masyarakat. 4. Kebutuhan akan harga diri
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Kebutuhan akan harga diri dapat dibagi ke dalam dua bagian, pertama adalah penghormatan atau penghargaan diri sendiri. Dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain. Bagian pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, kemandirian, dan kebebasan. Artinya seseorang ingin mengetahui atau yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Bagian kedua meliputi antara lain prestasi, dalam hal ini seseorang membutuhkan penghargaan atas apaapa yang dilakukannya.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhankebutuhan lain yang ada di bawahnya (1 s/d 4) telah terpuaskan dengan baik. Kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi orang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya (Nurdin; 1990:19). Kebutuhan manusia yang banyak itu menurut Rusalan H. Prawiro, terbagi dalam dua golongan yaitu kebutuhan ekonomi dan kebutuhan kebudayaan. Kebutuhan dasar inilah kebutuhan yang dituntut jasmani, kebutuhan mahluk atau kebutuhan eksistensi yang harus dicukupi supaya orang dapat hidup dan melangsungkan hidupnya, wujud dan banyak sedikitnya kebutuhan ini tidak selalu sama, berbeda-beda menurut kebiasaan masyarakat, umur dan jenis kelamin. Kebutuhan dasar ini terdiri dari dua macam yaitu kebutuhan positif dan kebutuhan negatif. Adapun yang termasuk kebutuhan positif adalah bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun tubuh, membentuk sel dan mengganti sel yang rusak dan juga melangsungkan kegiatan hidup didalam tubuh, sedangkan yang diperlukan untuk melindungi tubuh dari gangguan dan pengaruh yang merugikan disebut kebutuhan negatif, seperti rumah, pakaian dan sebagainya (Prawiro, 1983 ; 7). Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Lebih jelas, Prof. Otto Soemarwoto membagi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar atas tiga golongan yaitu : 1. Kebutuhan dasar untuk melangsungkan hidup secara hayati yang sehat dan aman merupakan naluri yang paling hakiki bagi semua mahluk hidup, golongan ini terdiri dari udara, air, pangan yang harus tersedia dalam kualitas yang memadai serta perlindungan terhadap serangan penyakit, hewan buas dan sesama manusia. Kebutuhan ini sifatnya mutlak dan tidak nisbi, yaitu sama untuk semua orang menurut jenis kelamin, umur dan sifat pekerjaan. 2. Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi antara lain agama, pendidikan, perlindungan hukum, pakaian, rumah dan pekerjaan. Kebutuhan ini bersifat nisbi, dipengaruhi oleh minat, sosial budaya dan berubah dari waktu kewaktu. 3. Kebutuhan dasar untuk memilih baik sebagai naluri untuk memelihara kelangsungan hidup hayatinya, maupun kelangsungan hidup manusiawinya, yang terungkap dalam kelakuan sosial budaya (Suyanto, 1995;6). Apabila kebutuhan-kebutuhan diatas dapat terwujud maka individu tersebut dapat dikatakan sejahtera dalam hidupnya. Untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan tersebut, seorang individu bukan hannya yang normal saja, bahkan yang tidak normal pun melakukan segala usaha untuk mewujudkannya.
2.2 Usaha Kesejahteraan Sosial Undang-Undang Dasar 1945 merumuskan bahwa perjuangan bangsa Indonesia antara lain bertujuan mencapai kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia karena Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
itu setiap warga negara Indonesia berhak atas kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya. Agar kesejahteraan sosial itu dapat dicapai maka setiap warga negara Indonesia berhak dan wajib menurut kemampuan masing-masing untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial. Dalam penjelasan umum tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial (Pasal 2 Ayat 2); usaha-usaha kesejahteraan sosial ialah semua upaya, program, dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial. Prinsip-prinsip dasar usaha kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut : 1. Setiap warga negara berhak atas kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan berkewajiban
untuk
sebanyak
mungkin
ikut
serta
dalam
usaha-usaha
kesejahteraan sosial. 2. Usaha kesejahteraan sosial merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengadakan usaha-usaha kesejahteraan sosial dengan mengindahkan garis kebijaksanaan
dan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
dibidang
kesejahteraan sosial. 3. Nilai-nilai
kemanusian,
kekeluargaan,
kegotongroyongan,
kebersamaan,
kesetiakawanansosial, tanggungjawab sosial, dan keadaan sosial tercermin dalam usaha kesejahteraan sosial. Sementara itu fungsi usaha kesejahteraan sosial mempunyai empat fungsi pokok yaitu : 1. Pencegahan Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Fungsi ini mengandung tiga unsur pokok yaitu : a. Mencegah timbulnya permasalahan kesejahteraan sosial b. Mencegah timbulnya masalah kesejahteraan sosial c. Mencegah timbul kembuhnya suatu masalah kesejahteraan sosial 2. Rehabilitasi Fungsi ini diartikan sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang masalah kesejahteraan sosial mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat. 3. Pengembangan Mengandung tiga ciri pokok, yaitu : a. Meningkatnya taraf kesejahteraan b. Menjalarnya efek ganda dalam lingkungan sosial keluarga dan masyarakat. c. Meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab sosial untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. 4. Penunjang Fungsi dalam kaitannya dengan pembangunan nasional mengandung makna penting sebagai salah satu unsur yang ikut menentukan tingkat keberhasilan suatu program, baik intra maupun inter sektoral (Marpaung, 1988:69). Jenis usaha kesejahteraan sosial yang ditawarkan ke masyarakat berupa : 1. Layanan yang langsung ditujukan ke kelompok (komunitas) sasaran yang dikenal dengan nama Direct Services. Misalnya saja, suatu lembaga pelayanan masyarakat
(human
service
organization)
mengembangkan
program
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
pengembangan modal usaha dan berbagai macam modal pemberian bantuan keuangan untuk komunitas (income generating acivities), program pemberian bantuan kepada para korban bencana, dan sebagainya. Di sini, semua layanan yang dilakukan oleh lembaga ditujukan langsung pada komunitas sasaran. 2. Layanan yang tidak langsung diarahkan pada komunitas sasaran, tetapi bantuan diberikan pada lembaga yang mempunyai program langsung ke komunitas sasaran. Bentuk layanan seperti ini dikenal dengan nama Indirect Services. misalnya, lembaga donor internasional, dalam membantu penanganan korban bencana, maka lembaga donor tersebut mengontak berbagai organisasi pelayanan masyarakat (human service organization) di Indonesia yang mempunyai program langsung ke masyarakat. Setelah itu, lembaga donor internasional tersebut memberikan bantuan finansial pada berbagai HSO di Indonesia untuk disampaikan ke komunitas sasaran. Bila dilihat dari apa yang dilakukan oleh lembaga donor internasional tersebut, maka layanan yang diberikannya dapat digolongkan sebagai layanan tidak langsung atau indirect services. Berdasarkan gambaran ini terlihat bahwa suatu usaha kesejahteraan sosial dijalankan oleh suatu organisasi pelayanan masyarakat guna meningkatkan derajat kesejahteraan (taraf hidup) masyarakat. Dalam melakukan perubahan di masyarakat, organisasi pelayanan masyarakat dapat melakukannya secara langsung ke komunitas sasaran atau pun melakukan secara tidak langsung ke komunitas sasaran, yaitu dengan cara menjadi lembaga donor (donor agency) bagi lembaga yang mempunyai program pelayanan langsung ke masyarakat.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Dalam upaya memberikan pelayanan langsung ke komunitas sasaran tersebut, berbagai organisasi pelayanan masyarakat menggunakan tenaga relawan, pekerja sosial, praktisi kesejahteraan sosial, dan berbagai profesi lainnya (Rukminto, 1994:51). Urusan pekerjaan sosial adalah mengenai seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang-orang lainnya, perasaan identitasnya serta kemampuan pribadi dan kemampuan nilai-nilainya sebagai pedoman pemenuhan dan pengungkapan potensipotensi yang dimilikinya. Pekerjaan sosial melaksanakan fungsi sebagai berikut : 1. Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara lebih efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah mereka. 2. Mengaitkan orang dengan sistem sumber 3. Mempermudah interaksi, megubah, dan menciptakan hubungan antar orang dan sistem sumber kemasyarakatan. 4. Mempermudah interaksi, mengubah, dan menciptakan relasi antar orang di lingkungan sistem sumber. 5. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan, serta perkembangan kebijakan dan perundangan-undangan sosial. 6. Meratakan sumber-sumber material. 7. Bertindak sebagai pelaksana kontrol sosial (Hermawati, 2001:14) Menurut Walter A. Friedlander definisi dari pekerjaan sosial adalah suatu pelayanan professional yang didasarkan kepada pengetahuan ilmiah dan keterampilan
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
dalam hubungan kemanusian yang membantu individu-individu, baik secara perorangan maupun dalam kelompok untuk mencapai kepuasan dan kebebasan sosial dan pribadi. Sementara itu menurut undang-undang republik Indonesia nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 3, pekerjaan sosial didefinisikan sebagai semua keterampilan teknis yang dijadikan sebagai wahana bagi pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial. Pekerjaan sosial sebagai suatu ilmu karena memiliki metode pemecahan masalah karena dilaksanakan secara objektif dalam menemukan dan memahami fakta-fakta serta dalam mengembangkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep operasional. Sedangkan disebut sebagai suatu profesi karena pada dewasa ini telah memiliki dan memenuhi syarat-syarat suatu profesi walaupun dalam beberapa hal masih beda pada tahap permulaan. Profesi pekerjaan sosial mempunyai enam metode, diantaranya social case work, social group work, community organization and community development yang merupakan metode pokok, sedangkan tiga metode lainnya diantaranya social research, social administration, and social action yang merupakan metode pembantu dalam pekerjaan sosial. Dalam tulisan ini hanya membatasi pada metode pokok saja. a. Metode Social Case Work Social Case Work atau metode bimbingan perseorangan merupakan metode pekerjaan sosial yang pertama lahir dan dipakai profesi pekerjaan sosial. Metode bimbingan perseorangan merupakan suatu metode pokok yang dipergunakan untuk menolong individu-individu yang mengalami kesukaran dalam fungsi sosialnya (social disfuntion). Dengan demikian case work banyak Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
berhubungan dengan masalah penyesuaian diri dengan pergaulan sosial, dan berarti banyak berhubungan dengan masalah-masalah kejiwaan atau juga masalah kepribadian. b. Metode Social Group Work Social Group Work merupakan metode pekerjaan sosial untuk membantu atau melayani individu dalam suatu kesatuan kelompok atau metode pekerjaan sosial untuk membantu individu-individu melalui kelompok. Seperti halnya social casse work, social group work juga mencakup sejumlah pendekatan yang beraneka ragam untuk pencapaian sekumpulan tujuan antara lain perubahan tingkah laku, kesadaran diri sendiri dan pertumbuhan pribadi serta keterampilan untuk menciptakan hubungan dengan orang lain. Para klien diberikan intervensi sosial melalui tujuan kelompok sehingga dapat merubah tingkah laku atau mengatasi masalahnya sendiri melalui kelompok itu. c. Metode Community Organization and Community Development (COCD) Community Organization merupakan metode dalam usaha kesejahteraan sosal yang menitik beratkan objek pembahasannya pada pemberian bantuan sosial bagi masyarakat. Focus dari usaha tersebut dapat berupa lapangan-lapangan tertentu dalam bidang kesejahteraan sosial seperti aktivitas waktu terluang, rekreasi atau daerah rukun perdesaan, kota dan sebagainya. Y.B. Suparlan dkk dalam kamus Istilah Kesejahteraan Sosial menyebutkan bahwa community organization adalah metode pekerjaan sosial untuk memberikan bantuan kepada individu, keluarga dan masyarakat melalui organisasi-organisasi masyarakat, sedangkan community development adalah Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
sebagai suatu proses direncanakan untuk menciptakan kondisi bagi kemajuan sosial dan ekonomi untuk seluruh masyarakat dengan partisipasi aktif dan kepercayaan sepenuhnya atas prakarsa masyarakat itu sendiri. Community organization berurusan dengan usaha-usaha mencapai kehidupan yang demokratis, yaitu suatu tata kehidupan yang lebih baik bagi semua manusia. Semua kegiatan dibidang kesejahteraan sosial mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan kegiatan-kegiatan lain : a. Organisasi Formal Kegiatan dibidang kesejahteraan sosial terorganisasi secara formal. Usaha tolong-menolong baik yang didorong oleh tradisi dan keagamaan tidak termasuk dalam kegiatan yang terorganisasi. Kegiatan gotong-royong yang dilakukan spontan tanpa adanya suatu organisasi yang teratur merupakan dasar bagi usaha kesejahteraan sosial modern, tapi belum dapat dikatakan sebagai konsep kesejahteraan dalam pengertian ini. Pertolongan dan pelayanan modern merupakan bentuk pertolongan yang sifatnya berbeda dengan kegiatan pertolongan tradisional. Kesejahteraan sosial modern adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi social yang telah diakui masyarakat, memberikan pelayanan sosial yang teratur, dan palayanan sosial tersebut merupakan fungsi utamanya.
b. Sumber Dana Sosial Tanggung jawab sosial merupakan unsur pokok dari pelayanan kesejahteraan sosial. Mobilisasi sumber-sumber merupakan tanggung jawab Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
masyarakat sebagai keseluruhan dalam arti dapat disediakan oleh pemerintah atau masyarakat secara sama-sama. Mekanisme yang dapat dilaksanakan menurut keinginan masyarakat merupakan bagian penting bagi usaha kesehjateraan sosial. Bagi lembaga-lembaga pelayanan sosial
pemerintah, mekanismenya harus
mencerminkan pemerintah. Yang paling penting dalam tujuan program usaha kesejahteraan sosial adalah tidak mengejar keuntungan.
c. Kebutuhan Manusia Secara Fungsional Tujuan kebutuhan kesejahteraan sosial itu harus memandang kebutuhan manusia secara keseluruhan, dan tidak hanya memandang manusia dari satu aspek saja. Hal inilah yang membedakan pelayanan sosial dengan profesi lainnya. Semua kegiatan mempunyai fungsi keterpaduan dan keseluruhan dalam arti untuk memenuhi kebutuhan manusia secara menyeluruh (Nurdin, 1990;31). Usaha-usaha kesejahteraan sosial itu mewujudkan sarana utama untuk secara langsung dapat memperbaiki syarat-syarat kehidupan dan penghidupan rakyat, sehingga rakyat akan lebih mampu dan bersedia untuk aktif ikut serta dalam usaha-usaha pembangunan nasional. Oleh karena itu usaha-usaha kesejahteraan sosial tersebut perlu diselenggarakan di dalam rangka sebagai bagian integral dari usaha-usaha pembangunan nasional ke arah mempertinggi taraf hidup seluruh rakyat Indonesia. Usaha kesejahteraan sosial merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan manusia. Oleh karena itu dalam strategi pemenuhannnya perlu tersedia sumber-sumber yang dapat dikelompokkan menjadi:
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
a. Uang atau barang, antara lain tunjangan-tunjangan, pembagian kembali hasil pendapatan dan bahan material lainnya untuk keperluan bantuan. b. Jasa pelayanan berupa bimbingan dan penyuluhan. c. Kesempatan-kesempatan seperti pendidikan, latihan-latihan pekerjaan dan semacamnya (Sumarnonugroho, 1987;15). Sebenarnya usaha kesejahteraan sosial tidak terlepas pada bidang-bidang permasalahan yang sifatnya memperbaiki, mencegah, maupun memberi bantuan saja. Dengan demikian permasalahan kesejahteraan sosial pengungsi di Dusun Kolok juga tidak jauh berbeda dengan di atas. Upaya kegiatan yang teratur dan terorganisir akan bertujuan membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya.
2.3. Pengertian Pengungsi Menurut United Nation High Commission for Refugess (UNHCR) pengungsi adalah orang yang meninggalkan tempat tinggalnya karena adanya unsur pemaksa, seperti bencana alam, (banjir, kekeringan, kebakaran, gunung meletus, tanah longsor, gelombang pasang air laut/tsunami, wabah penyakit) dan peperangan, baik peperangan antar bangsa maupun antar etnik. Pengungsi mencakup dua pengertian yaitu pengungsi yang tidak melewati batas Negara (internally displaced persons) dan pengungsi antar Negara (refuges) (Murdiyanto, dalam Jurnal PKS Vol. 3 No.8. 2004;73). Dalam arti lain pengungsi adalah seseorang atau sekelompok orang yang meninggalkan suatu wilayah guna menghindari suatu bencana atau musibah. Bencana ini dapat berbentuk banjir, tanah longsor, gempa, tsunami, kebakaran, dan lain sebagainya yang diakibatkan oleh alam. Dapat pula bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
secara langsung. Misalnya perang, kebocoran nuklir, dan ledakan bom. Setiap pengungsi biasanya di tempatkan di sebuah tempat penampungan untuk memudahkan para relawan mengurusi dan menolong mereka. Lama pengungsi berada di sebuah tempat penampungan tidak dapat diprediksi. Tergantung dari kondisi atau situasi itu sendiri. Biasanya pengungsi diurus oleh pemerintah setempat, tapi itu tidak menutup kemungkinan
para
relawan
datang
untuk
membantu
(http://www.wikipedia.org/wiki/Pengungsi.html. diakses tgl 07-07-08 jam 09.30 wib). Pengungsi Internal atau Internally Displaced Persons (IDPs) akibat Bencana Alam (Natural Disaster) adalah orang-orang yang terpaksa melarikan diri atau meninggalkan rumah mereka sebagai akibat atau dalam rangka menghindarkan diri dari bencana alam dan berpindah ke daerah yang letaknya masih dalam negaranya sendiri (dalam satu provinsi atau satu kabupaten atau satu kecamatan). Pengungsi Internal termasuk kelompok rentan karena tidak tersedianya payung hukum internasional maupun kebijakan nasional yang secara khusus mengatur mengenai keberadaan dan hak-hak mereka. Perlu disadari bahwa sekalipun status pengungsi sering diidentikkan dengan seseorang atau sekelompok yang perlu dikasihani dan dibantu karena ketidakberdayaannya tetapi pengungsi tetap punya hak asasi sebagai manusia. Hak asasi manusia (HAM) pengungsi internal di tingkat internasional sebagaimana diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya serta Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik adalah : - Hak untuk memeluk agama - Hak untuk bebas dari perbudakan Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
- Hak untuk bebas dari penyiksaan - Hak untuk meminta dan menerima perlindungan bantuan humaniter - Hak atas kebebasan berpindah - Hak atas rasa aman - Hak atas pendidikan - Hak untuk memperoleh informasi tentang keberadaan sanak saudara. Di tingkat nasional, hak asasi manusia pengungsi internal tidak dicantumkan secara khusus. Kebijakan, program, pelayanan yang diberikan bagi pengungsi terkait hak asasinya dimuat secara umum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999, Pasal 5 Ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan
berhak
memperoleh
perlakuan
dan
perlindungan
yang
lebih
karena
kekhususannya. Dalam Keputusan Presiden RI Nomor 11 Tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi, dimuat aturan mengenai penanganan pengungsi yang meliputi upaya pelayanan dan perlindungan kemanusiaan terhadap pengungsi yang timbul akibat konflik yang terjadi di suatu daerah termasuk kegiatan pencegahan, tanggap darurat, penampungan, pemindahan dan relokasi pengungsi. Pengungsi yang dimaksud dalam aturan ini lebih dikenal dengan istilah korban konflik atau korban bencana sosial. Dalam Keputusan Presiden tersebut, belum diatur secara khusus penanganan dan pelayanan kemanusiaan bagi pengungsi korban bencana alam. Dengan disahkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, Indonesia mempunyai payung hukum atau landasan konstitusional dalam memberikan pelayanan Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
bagi pengungsi korban bencana alam.
Peluang profesi Pekerjaan Sosial untuk
berpartisipasi aktif sebagai anggota Tim Penanggulangan Bencana terbuka luas dengan dicantumkannya “Pekerja Sosial” sebagai tenaga pelaksana dalam salah satu ayat dalam pasal-pasal
Undang-undang
Penanggulangan
Bencana
Tahun
2007
(http://oceannaz.wordpress.com/praktek-pekerjaan-sosial-dengan-pengungsi-bencanaalam diakses 24/10/2008/ jam 09.30 wib). 2.4.
Peranan Pekerja Sosial dalam Menangani Korban Bencana Alam Pekerja sosial ditandai oleh usaha-usaha yang terorganisir melalui suatu rangkaian
program, pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga baik pemerintah maupun bukan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan mencegah atau mengurangi disfungsi sosial. Pekerja sosial tumbuh sebagai suatu kegiatan pemberian bantuan dalam bentuk pelayanan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pekerja sosial memerlukan keterlibatan dan partisipasi dari berbagai kategori personel seperti pekerja sosial professional, pekerja non professional dalam bidang sosial, pekerja sosial sukarela, pekerja-pekerja professional dari bidang lain yang relevan (Muhidin, 2007;72). Model-model pelayanan bagi pengungsi korban bencana alam dalam masingmasing tahapan adalah sebagai berikut : a. Tahap Pra Bencana Pada tahap ini, pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah dan semua pihak termasuk profesi Pekerjaan Sosial bertujuan untuk membangun dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana yang sudah diperkirakan. Langkah-langkah dan kegiatan yang dilaksanakan antara lain : Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
o Pendataan Daerah Rawan Bencana o Pendataan Masyarakat o Inventarisasi dan penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana
penanggulangan
bencana (bahan makanan, bahan sandang, kamp penampungan, sarana pelayanan kesehatan dan sarana penunjang lainnya). o Memberikan penyuluhan mengenai bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana serta upaya meminimalisir kerugian yang mungkin timbul. o Memberikan latihan dan simulasi bagi masyarakat dalam menghadapi kejadian bencana o Menetapkan daerah atau lokasi evakuasi o Memindahkan atau mengevakuasi masyarakat ke lokasi yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini praktek Pekerjaan Sosial perlu melakukan intervensi terhadap keluarga-keluarga yang enggan untuk mengungsi karena berbagai alasan. Penguatan kapabiltas kelompok dengan menggunakan pengaruh stakeholder juga sangat diperlukan. Pada kasus pra bencana di gunung Kelud, sebagian masyarakat menolak untuk dievakuasi sekalipun sudah dihimbau oleh Tokoh Masyarakat yang ada. Bagi masyarakat yang bersedia untuk dievakuasi ke daerah yang aman diberikan pelayanan-pelayanan yang sesuai, antara lain : 1. Advokasi Yaitu memberikan perlindungan dan mewakili kepentingan pengungsi melakukan koordinasi dengan pihak terkait (terutama Pemerintah) agar hakhak pengungsi dan kebutuhan dasarnya terpenuhi dengan layak. 2. Mediasi Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Yaitu membantu pengungsi dalam berhubungan dengan sistem sumber yang berkompeten dalam memenuhi kebutuhannya. 3. Membentuk Kelompok-kelompok Bantu Diri (Self Help) Pembentukan kelompok ini dimaksudkan agar pengungsi dapat saling mendukung di antara mereka sendiri dalam menghadapi situasi dan kondisi kehidupan di kamp penampungan, memikirkan dan merencanakan alternatifalternatif pemecahan masalah dan langkah-langkah yang ditempuh apabila bencana benar-benar terjadi dan menginventarisasi kebutuhan maupun sistem sumber yang diharapkan dapat membantu untuk pelaksanaannya. 4. Partisipasi Yaitu melibatkan pengungsi dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di kamp pengungsian, seperti dapur umum, membangun fasilitas umum atau perbaikan sanitasi lingkungan atau menciptakan beberapa kegiatan baru, misalnya latihan-latihan keterampilan yang sederhana, melibatkan para orang tua untuk ikut mendirikan dan mengajar di sekolah tenda dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan agar pengungsi dapat mengalihkan perasaanperasaannya yang negatif (cemas, takut, dll) menjadi perasaan positif dalam kegiatan yang sifatnya gotong royong dan konstruktif. Metoda yang digunakan dalam tahap ini adalah Pengorganisasian Masyarakat (Community Organization) dan Pekerjaan Sosial dengan Kelompok (Social Group Work).
b. Tahap Kejadian (Tanggap Darurat) Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah : -
Evakuasi
-
Pemberian bantuan bahan makanan, sandang dan penampungan sementara, dll bagi masyarakat yang sebelumnya menolak dievakuasi.
-
Menambah stok kebutuhan pengungsi
-
Meningkatkan pelayanan kesehatan.
Dalam tahap ini yang paling utama yang perlu dilakukan oleh Pekerja Sosial adalah berempati terhadap korban bencana, melakukan pendataan terhadap pengungsipengungsi baru dan bekerja sama dengan semua pihak untuk menempatkan pengungsi di kamp-kamp yang sudah disediakan dan memastikan agar mereka berkumpul dengan keluarganya serta semua kebutuhannya terpenuhi. Dalam kegiatan ini profesi Pekerjaan Sosial biasanya tidak dapat menjadi Leading Sector karena dalam semua kasus bencana termasuk di Indonesia, peran Pemerintah (Satuan Penanggulangan Bencana yang terdiri dari Dinas Kimpraswil, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, BMG, TNI, POLRI dan Instansi terkait lainnya) lebih dominan. Pekerjaan Sosial dapat mengambil posisi penting sebagai manajer kasus apabila mempunyai data yang lengkap dan akurat mengenai jumlah pengungsi dan berbagai kebutuhannya mulai pada masa pra bencana, mempunyai rencana program dan kegiatan penanggulangan yang memungkinkan untuk dilaksanakan serta dapat meyakinkan semua pihak terkait untuk melaksanakannya secara terkoordinasi. Metode yang digukan pada tahap ini adalah Pengorganisasian Masyarakat.
c. Tahap Pasca Bencana Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
1. Tahap Rehabilitasi dan Pemulihan Tahap ini dilakukan pada saat pengungsi masih berada dalam kamp penampungan apabila mereka harus tinggal cukup lama di kamp karena mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana susulan. Apabila menurut pihak yang berkompeten bencana (letusan gunung) sudah selesai maka pelayanan rehabilitasi dan pemulihan dapat dilanjutkan di daerah asal masing-masing pengungsi atau di tempat tinggal mereka yang baru apabila mereka direlokasi. Peran Pekerjaan Sosial dalam tahap ini sangat penting karena permasalahan yang timbul akan menjadi lebih kompleks bila bencana yang terjadi juga menimbulkan korban jiwa. Peran Pemerintah pada tahap ini lebih ditujukan pada pemenuhan kebutuhan makan minum pengungsi dan sarana penunjang di kamp penampungan. Pasca kejadian bencana, Pekerja Sosial perlu membiarkan para korban bencana alam atau pengungsi untuk beberapa waktu (1 – 3 hari) untuk meluapkan perasaanperasaannya (marah, sedih, kecewa), mencari atau dikunjungi kerabatnya, menenangkan diri dan mulai beradaptasi dengan situasi dan kondisi di kamp penampungan. Model pelayanan yang dilakukan oleh Pekerja Sosial yaitu :
a. Advokasi Yaitu memastikan agar semua kebutuhan pengungsi dapat terpenuhi secara layak
dan
memadai.
Kebutuhan-kebutuhan
yang
belum
mencukupi
dikomunikasikan dengan pihak Pemerintah dan pihak-pihak lainnya agar dapat disediakan. b. Intervensi Keluarga Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Pelayanan ini utamanya dilakukan apabila keluarga yang bersangkutan mengalami kehilangan anggota keluarga (meninggal) atau ada anggota keluarga yang sakit fisik (karena terkena material letusan gunung atau bendabenda lainnya) atau mengalami keguncangan. c. Terapi Krisis Pelayanan ini diberikan kepada individu-individu yang mengalami stress atau trauma karena kejadian bencana itu sendiri, karena kehilangan harta bendanya atau karena kehilangan anggota keluarganya. d. Partisipasi Seperti halnya pada tahap pra bencana maka pada masa pasca bencana pengungsi perlu dilibatkan dalam berbagai kegiatan di kamp penampungan (dapur umum, latihan keterampilan, dll) untuk mengalihkan perasaanperasaannya yang negatif. e. Menyusun Rencana Pemulihan bersama-sama dengan Pengungsi Kegiatan ini adalah penyusunan alternatif rencana pemulihan yang akan dilakukan pengungsi pada saat kembali ke tempat tinggalnya semula atau ke lokasi yang baru. Pekerja Sosial perlu memberi gambaran dan membantu pengungsi untuk meningkatkan kesiapan mental dan sosialnya dalam menghadapi situasi terburuk yang mungkin akan dihadapi di daerah asalnya atau di lokasi yang baru. Umumnya pengungsi korban bencana alam telah mengetahui dan pasrah kehilangan tempat tinggal di daerah asalnya namun pada saat mereka melihat sendiri kerusakan yang terjadi maka tidak dapat
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
dihindari akan timbul perasaan-perasaan kecewa, sedih yang mendalam dan putus asa. f. Mediasi Pekerja Sosial melakukan mediasi antara pengungsi dan Pemerintah atau pihak-pihak lain agar rencana pemulihan yang telah disusun oleh pengungsi dapat dilaksanakan secara sinkron dengan rencana pemulihan yang disusun oleh Pemerintah. g. Fasilitasi Apabila pengungsi dipindahkan ke lokasi yang baru (relokasi) maka Pekerja Sosial perlu melakukan fasilitasi agar pengungsi dapat beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat di daerah yang baru. Demikian pula sebaliknya, Pekerja Sosial perlu melakukan pendekatan, penyuluhan dan fasilitasi terhadap masyarakat di daerah tujuan yang baru agar dapat menerima kehadiran para pengungsi yang direlokasi ke daerah mereka. Pelayanan-pelayanan yang diberikan pada tahap rehabilitasi dan pemulihan ini menggunakan metoda Pekerjaan Sosial dengan Individu (Social Case Work), Pekerjaan Sosial
dengan
Kelompok
(Social
Group
Work)
serta
Pengorganisasian
dan
Pengembangan Masyarakat (CO/CD).
2. Tahap Pemberdayaan dan Pengembangan Dalam tahap ini, pelayanan yang diberikan oleh Pekerja Sosial adalah : a. Advokasi
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Yaitu melindungi dan mengupayakan kepastian mengenai pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi secara layak dan memadai di tempat tinggalnya setelah keluar dari kamp penampungan, baik di daerah asalnya ataupun di daerah yang baru (relokasi). b. Adaptasi Bagi pengungsi yang direlokasi ke daerah yang baru maka Pekerja Sosial perlu memberikan pemahaman, pembelajaran dan mendukung mereka dalam proses penyesuaian diri. c. Intervensi Keluarga Keluarga-keluarga pengungsi yang kehilangan kepala keluarganya perlu mendapatkan pelayanan khusus karena seorang istri atau ibu harus mengambil alih tanggung jawab sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah. Pengertian, dukungan dan partisipasi semua anggota keluarga sangat dibutuhkan agar masa transisi peran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik agar fungsi keluarga dapat pulih kembali dan stabilitasasi peran keluarga dapat dicapai. d. Pembentukan dan Terapi Kelompok Dalam banyak kejadian bencana, banyak terjadi kasus adanya sekelompok orang yang menolak untuk dipindahkan ke daerah yang baru, tidak puas dengan situasi dan kondisi yang baru atau merasa tidak berdaya dengan situasi dan kondisi baru yang sangat berbeda dengan tempat tinggalnya semula. Perasaan-perasaan tersebut seringkali menimbulkan tekanan atau stress, frustasi dan selalu ada kemungkinan timbul aksi sosial atau konflik. Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Untuk kasus seperti ini maka Pekerja Sosial perlu membentuk kelompokkelompok khusus untuk mendapatkan terapi. Terapi yang dilakukan antara lain : pengungkapan perasaan-perasaan negatif yang dilanjutkan dengan pembelajaran sederhana mengenai cara membangun perasaan-perasaan yang positif dan bekerja bersama-sama dengan kelompok untuk menginventarisasi hal-hal positif yang dapat dilakukan di daerah yang baru dan menyusun rencana kegiatannya. Metoda yang digunakan dalam pemberian pelayanan pada tahap ini adalah Pekerjaan Sosial dengan Kelompok serta Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat ( Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial, 2003).
2.5. Kerangka Pemikiran Bencana gempa dan gelombang tsunami yang terjadi di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kabupaten Nias Sumatera Utara telah meninggalkan kesan yang tidak dapat dilupakan oleh para korbannya. Ratusan ribu nyawa manusia melayang, pemukiman penduduk lenyap di sapu air bah lautan itu, ribuan manusia mengungsi menghindar dari bencana-bencana yang mungkin akan menyusul kembali. Atas kejadian yang luar biasa ini pemerintah menetapkan sebagai bencana nasional. Seluruh mata dunia menoleh ke bumi Aceh dan Nias, segala bentuk bantuan pun datang untuk membantu para korban yang selamat dari terjangan gempa dan tsunami tersebut. Di Kabupaten Simeulue, bencana ini memang tidak banyak merenggut korban nyawa, namun akibat
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
bencana tersebut banyak rumah-rumah penduduk hancur, hilangnya harta benda serta melemahnya akses ekonomi penduduk. Kedasyatan bencana ini sebagian warga masyarakat Simeulue mengungsi untuk menghindar dan mencari tempat yang aman keberbagai tempat. Seperti yang berada di penampungan pengungsi di dusun kolok desa kota batu, ribuan warga mengungsi ke lokasi itu mulai semenjak terjadinya tsunami hingga sekarang masih ada sebagian warga yang masih tetap bertahan menunggu bantuan relokasi rumah baru dari pemerintah maupun dari NGO-NGO asing yang ikut serta dalam rekontruksi dan rehabilitasi aceh pasca tsunami. Para pengungsi yang masih bertahan di Barak Penampungan sementara di dusun kolok kini hidup dengan apa adanya, dan hanya tetap berharap kepada bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sementara kita tahu bahwa setiap manusia menginginkan hidup yang sejahtera, dimana sejak dilahirkan telah memiliki sejumlah kebutuhan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum kebutuhan manusia terdiri atas kebutuhan fisik maupun non-fisik serta kebutuhan ekonomi dan non-ekonomi. Kita menyadari bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas dalam kehidupannya, baik itu mulai dari kebutuhan yang tingkatnya paling rendah maupun sampai kepada kebutuhan yang tingkatnya paling tinggi. Maka dalam hal ini pengungsi juga harus bekerja secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan, karena dengan terpenuhinya kebutuhan secara lahir dan bathin, maka akan tercapai kesejahteraan yang sesungguhnya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam bagan alir pemikiran sebagai berikut :
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Bagan Alir Pemikiran
Bencana Alam Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami yang melanda Propinsi NAD 26 Desember 2004
Pengungsi di Dusun Kolok
Kesejahteraan Pengungsi Ditinjau dari Kebutuhan : - Ekonomi - Non-Ekonomi Ekonomi : - Pendapatan - Pangan - Sandang - Perumahan - Kesehatan - Pendidikan
Non-Ekonomi : - Kerohanian - Sosial Budaya - Sosial Psikologis
2.6. Definisi Konsep dan Operasional 2.6.1 Definisi Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian. Konsep penelitian sangat dibutuhkan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Singarimbun,1989: 33). Berdasarkan uraian di atas dan fokus penelitian maka perlu adanya konsep-konsep yang membatasi masalah serta penyamaan persepsi tentang apa yang diteliti, adapun konsepnya sebagai berikut : Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
1. Kesejahteraan Sosial “Kesejahteraan Sosial” adalah kegiatan yang terorganisir dari institusi-institusi dan pelayanan sosial, dengan tujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan individu atau kelompok agar dapat memenuhi kebutuhannya yang meliputi jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya. Dalam hal ini kesejahteraan yang telah dicapai oleh pengungsi yang ada di barak penampungan dusun kolok desa kota batu. 2. Pengungsi Adalah seseorang atau sekelompok orang yang meninggalkan suatu wilayah guna menghindari suatu bencana atau musibah. Bencana ini dapat berbentuk banjir, tanah longsor, gempa, tsunami, kebakaran, dan lain sebagainya yang diakibatkan oleh alam. 3. Korban Korban yang dimaksud adalah suatu benda atau makhluk hidup yang mengalami musibah baik akibat gejala alam maupun yang ditimbulkan oleh manusia dan menyebabkan kerugian. 4. Gempa Gempa yang dimaksud adalah peristiwa alam, terjadi secara mendadak, timbul karena adanya pelepasan energi, sebagai akibat pergeseran relatif batuan/lempeng tektonik/kerak bumi, dalam banyak kasus menimbulkan kerugian harta benda, bahkan korban manusia. 5. Tsunami Tsunami yang dimaksud adalah pasang laut yang besar di pelabuhan. Biasanya disebabkan oleh gempa bumi yang bersumber dari dasar laut. Bencana alam ini sangat
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
berbahaya bagi perkampungan-perkampungan yang terletak di dekat pantai dan daerah sekitarnya.
2.6.2 Definisi Operasional Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan bagaimana mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989 : 49). Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan untuk bertujuan menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain : Maka dalam hal ini, tingkat kesejahteraan pengungsi di Kolok, diukur dengan indikatorindikator sebagai berikut :
A. Secara Ekonomi 1. Pendapatan/Penghasilan 2. Pangan •
Frekuensi makan
•
Kualitas makanan
3. Sandang 4. Perumahan 5. Kesehatan 6. Pendidikan
B. Secara non-Ekonomi 1. Kerohanian Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
•
Kegiatan Keagamaan
•
Kitab Suci
3. Sosial Budaya •
Aktivitas sosial
•
Aktivitas Budaya
4. Sosial Psikologis
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research). Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta, situasi atau Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
kejadian. Hasil penelitian ditekankan yaitu memberikan gambaran atau penjelasan secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang di selidiki. (Nawawi, 1991:31).
3.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam. Adapun Objek dari penelitian ini adalah seluruh Pengungsi korban gempa dan tsunami yang ada di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, bendabenda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala nilai test peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991: 141). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah para pengungsi yang ada di Dusun Kolok Desa Kota Batu sebanyak 166 Kepala Keluarga atau sekitar 830 Jiwa. 3.3.2 Sampel Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. Dalam suatu penelitian, sering timbul pertanyaan akan besarnnya sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representatif. Apabila jumlah populasi lebih dari 100, maka yang dijadikan sampel sebesar 10%-15% dan 20%-25% dari populasi yang dianggap representatif (Arikunto, 1993: 112). Peneliti
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
dalam hal mengambil sampel sebesar 15 % dari jumlah kepala keluarga, maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak : = 15% × 166 kepala keluarga = 25 kepala keluarga Jadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 kepala keluarga.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan acak sederhana, dimana sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian/satuan elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Singarimbun, 1989 : 156).
3.4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Studi Kepustakaan Teknik pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dengan menelaah buku, jurnal, majalah, surat kabar dan berbagai tulisan atau media informasi yang menyangkut dengan masalah yang diteliti. 2. Studi Lapangan Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta berkaitan dengan masalah yang diteliti. Antara lain ditempuh dengan cara : Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
a. Observasi, mengumpulkan data dengan gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian. b. Kuesioner, mengumpulkan data dan informasi dengan cara menyebarkan suatu daftar pertanyaan tertentu untuk di jawab oleh responden. c. Wawancara, mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka atau berhadapan langsung dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh dari kuesioner yang diajukan.
3.5. Teknik Analisa Data Teknik analisa data dilakukan dengan metode deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disusun lalu diinterpretasikan sehingga memberikan keterangan terhadap permasalahan yang diteliti. Data yang diperoleh dari hasil penelitian, diolah dan dianalisis dengan menggunakan tabel tunggal.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Singkat terjadinya Pegungsi di Dusun Kolok Desa Kota Batu
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Pada akhir Desember Tahun 2004 lalu telah terjadi bencana gempa bumi dengan kekuatan 8,9 skala richter dan disusul dengan gelombang tsunami yang dasyat di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara hingga ke berbagai Negara-negara tetangga yang menelan korban ratusan ribu jiwa serta hancurnya sebagian besar infrastruktur, jalan-jalan, permukiman penduduk dan sarana dan prasarana lainnya. Bagi orang-orang yang selamat dari gempa dan tsunami telah berimbas pada kenyataan kehidupan yang memprihatinkan. Ratusan ribu masyarakat terpaksa harus mendiami tenda-tenda pengungsi dengan segala kenestapaan dan kekurangan, mereka suka atau tidak suka harus mengahadapi kenyataan hidup menjadi sebagai pengungsi. Pada awalnya mereka mengungsi hanya untuk menghindari serta menyelamatkan diri dari bahaya gempa dan gelombang tsunami yang dasyat tersebut, akan tetapi karena gempa susulan yang terus menerus hingga empat bulan kemudian menyebabkan mereka tetap bertahan di tempat pengungsian hingga sekarang, hal yang sama juga dirasakan oleh pengungsi yang ada di Dusun Kolok. Mereka kini tinggal di barak pengungsian yang disediakan oleh pemerintah bersama LSM/NGO Lokal maupun asing.
4.1.1 Letak Geografis Dusun Kolok Dusun Kolok merupakan salah satu dusun yang berada dalam wilayah administrasi Desa Kuta Batu, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue yang terdiri dari tiga dusun. Dusun ini berjarak 7 kilo meter dari Kota Sinabang sebagai Ibu Kota Kecamatan dan sekaligus Kabupaten. Terletak pada ketinggian 5 meter di atas permukaan laut dengan bentuk daratan. Secara geografis dusun kolok memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Pengunungan
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Tepi Laut
Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Dusun Kubangan Desa Kota Batu
Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Desa Air Dingin
4.2 Gambaran Umum Pengungsi Dusun Kolok 4.2.1 Komposisi Pengungsi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Jumlah pengungsi di dusun kolok menurut data Ketua Huntara adalah 830 jiwa dengan perincian sebagai berikut: Tabel 1 Distribusi Pengungsi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tingkat Usia
No
(Tahun)
Jumlah (Jiwa)
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
(Jiwa)
1.
0–9
34
39
73 Jiwa
2.
10 – 16
52
68
120 Jiwa
3.
17 – 24
70
77
147 Jiwa
4
25 - 29
75
74
149 Jiwa
5.
30 – 39
81
86
167 Jiwa
6
40 ke atas
83
91
174 Jiwa
395
435
830 Jiwa
Jumlah
Sumber: Ketua Barak Huntara Kolok Lokasi pengungsian di dusun kolok memiliki penghuni sebanyak 830 jiwa dan sebanyak 166 Kepala Keluarga (KK). Jumlah pengungsi yang berjenis kelamin Laki-laki adalah sebanyak 395 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 435 jiwa. 4.2.2 Komposisi Pengungsi Berdasarkan Mata Pencaharian Sumber mata pencaharian pengungsi yang ada di dusun kolok dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 2 Komposisi Pengungsi berdasarkan Mata Pencaharian No
Jenis Pekerjaan
Jumlah (Jiwa)
1.
Petani
36
2.
Pedagang
52
3
Nelayan
38
3.
PNS
19
4.
Lainnya
21 Jumlah
166
Sumber: Ketua Barak Huntara Kolok Pada tabel 2 di atas terlihat bahwa sebagian besar pengungsi sebelumnya bermata pencaharian sebagai pedagang, petani, nelayan dan pegawai negeri maupun swasta serta dibidang pekerjaan lainnya seperti bengkel/montir, penjahit, sopir, penarik becak dan lainnya.
4.2.3 Komposisi Pengungsi Menurut Tingkat Pendidikan Fasilitas pendidikan yang ada dalam rangka menunjang pendidikan di dusun kolok adalah 1 unit Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang terdiri dari 1 kantor guru dan 6 ruang belajar dengan tenaga pengajar sebanyak 11 orang baik yang bertempat tinggal di kolok tersebut maupun berasal dari desa lain. Sedangkan sekolah SLTP dan SMU belum ada di dusun ini.
Tabel 3 Komposisi Pengungsi Menurut Tingkat Pendidikan Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
No
Pendidikan
Jumlah
1.
Belum Sekolah
96
2.
Tidak Tamat SD
89
3.
Tamat SD/Sederajat
185
4.
Tamat SLTP/Sederajat
221
5.
Tamat SMU/Sederajat
218
6.
Tingkat Diploma
16
7.
Tingkat Sarjana (S1)
5
Jumlah
830
Sumber: Ketua Barak Huntara Kolok Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengungsi di dusun kolok adalah yang belum sekolah sebanyak 96 orang, tidak tamat SD sebanyak 89 orang, tamat SD sebanyak 185 orang, tamat SLTP 221 orang, kemudian Diploma hanya 16 orang, dan tingkat sarjana sebanyak 5 orang. Data di atas menyatakan bahwa pengungsi di dusun kolok begitu sadar akan pentingnya pendidikan dalam mengarungi kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengungsi yang memiliki pendidikan Diploma yaitu hanya 16 orang, dan 5 orang yang memiliki pendidikan pada tingkat sarjana.
4.2.4 Komposisi Pengungsi Berdasarkan Agama Pengungsi di dusun kolok pada umumnya menganut agama Islam sebagaimana yang diuraikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4 Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Distribusi Pengungsi Berdasarkan Agama No
Komposisi Pengungsi Menurut Agama
Jumlah
1.
Islam
830
2.
Kristen
-
4.
Hindu
-
5.
Budha
Jumlah
830
Sumber: Ketua Barak Huntara Kolok Dari tabel 4 terlihat bahwa para pengungsi mayoritas menganut agama Islam yaitu sebanyak 830 orang. Sedangkan agama Kristen, Khatolik, Hindu dan Budha sama sekali tidak ada. 4.3. Sarana dan Prasarana 4.3.1. Sarana Jalan dan Transportasi Dalam hal sarana jalan, Dusun Kolok dapat dikatakan belum memadai. Dimana terdapat satu jalan umum beraspal yang menghubungkan Sinabang sebagai Ibu Kota Kecamatan dengan pemukiman penduduk di dusun ini. Kondisi jalan umum tersebut, meskipun sudah diaspal akan tetapi sudah banyak berlobang dan kualitas pengaspalan yang kurang bagus sehingga daya tahan aspal tersebut tidak lama. Di samping jalan umum yang membentang di sepanjang jalan melintasi pemukiman penduduk, terdapat 5 jalan kecil yang menghubungkan jalan umum dengan RT tempat pengungsi bermukim di areal tersebut. Kondisi jalan ini masih sangat memperihatinkan dikarenakan, jalan tersebut berlobang dan belum teraspal sehingga Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
kalau hujan turun, jalan akan becek, sementara fungsi jalan tersebut sangat vital bagi masyarakat, khususnya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Untuk keperluan transportasi, di dusun ini masih lebih mengutamakan jalan kaki, mengendarai sepeda motor pribadi dan becak mesin. Hal ini dikarenakan belum adanya angkutan umum. Becak mesin yang digunakan masyarakat/pengungsi dusun Kolok sebagai transportasi untuk pergi belanja keperluan sehari-hari ke Pasar Sinabang dengan membayar ongkos angkutan untuk satu kali pergi sebesar Rp 15.000. Tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan trasnportasi membuat mereka lebih memilih sepeda motor atau dengan sepeda dayung serta dengan menompang mobil pick-up yang sering melintas dijalanan lokasi pengungsian. Tabel 5 Distribusi Sarana Transportasi di Dusun Kolok
No
Alat Transportasi
Jumlah/Unit
1
Mobil Penumpang
-
2
Mobil Truck/Pick-up
2
3
Becak
18
4
Sepeda Motor
47
5
Sepeda
15 Jumlah
82 Unit
Sumber :Ketua Barak Huntara Kolok Data yang disajikan pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa alat transportasi di dusun kolok yang dimiliki yakni 2 unit mobil pick-up, kemudian becak motor 18 unit, sepeda motor 47 dan sepeda dayung 15 unit, sedangkan untuk anggkutan mobil pribadi tidak ada.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
4.3.2. Sarana Rumah Ibadah Sarana dan prasarana yang ada di pengungsian dusun kolok dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 6 Distribusi Sarana Rumah Ibadah No
Rumah Ibadah
Jumlah
1
Mesjid
1 Buah
2
Mushollah
1 Buah
3
Gereja
-
4
Wihara
-
5
Pura
Jumlah
2 Buah
Sumber : Ketua Barak Huntara Kolok Rumah ibadah di dusun kolok merupakan salah satu sarana tempat ibadah bagi umat Islam. Pembangunan rumah ibadah tersebut dibangun melalui sumbangan swadaya masyarakat dan bantuan pemerintah daerah setempat. Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa pengungsi pada dusun ini memiliki bangunan Mesjid sebanyak 1 buah dan Musholla 1 buah. Sedangkan Gereja, Wihara dan Pura sama tidak ada.
4.3.3. Sarana Kesehatan Untuk bidang kesehatan, fasilitas kesehatan yang tersedia di desa ini hanya ada satu Puskesmas Pembantu atau sering disebut dengan PUSTU. Bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan yang lebih lengkap maka pasien biasanya dibawa ke rumah Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
sakit umum di kota Sinabang. Dan bagi warga yang ingin berobat harus ke Puskesmas Kecamatan, walau jarak yang di tempuh cukup jauh namun tidaklah menjadi hambatan bagi mereka. Kondisi seperti ini menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan bagi warga/pengungsi di dusun kolok masih kurang memadai.
4.3.4. Sarana Penerangan dan Air Bersih Pada saat ini di dusun kolok telah menikmati sarana penerangan berupa Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sedangkan untuk sarana kebutuhan air bersih pengungsi sudah tidak lagi terlalu susah karena mata air cukup dekat dengan tempat tinggal mereka. Sehingga aliran air masih layak dipergunakan untuk keperluan seharihari dan untuk penggunaan air minum pengungsi hampir semuanya memiliki sumur baik di sekitar rumah/barak maupun di dalam rumah dan adanya tangki-tangki penampungan air bersih yang disediakan oleh pemerintah maupun oleh LSM/NGO yang dialirkan ke barak-barak pengungsi.
4.3.5. Sarana Komunikasi Seperti kebanyakan penduduk lainnya, penduduk pengungsi di Dusun Kolok juga telah memiliki sarana komunikasi yang memadai. Kenyataan ini terlihat dari segi elektronik yang dimilikinya seperti televisi, radio dan handphone. Tetapi, hanya sebagaian kecil saja yang memiliki sarana komunikasi tersebut, sedangkan sarana komunikasi yang sering digunakan adalah radio yang berfungsi untuk memperoleh informasi baik berita daerah maupun berita yang lainnya.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
4.4. Struktur Organisasi Huntara Dusun Kolok Struktur organisasi adalah merupakan hal yang sangat penting bagi suatu lembaga. Dengan adanya organisasi sebagai wadah kerjasama, maka untuk mewujudkan perencanaan dan program kerja dibutuhkan sistem melalui pengorganisasian. Pengorganisasian sistem tersebut dimaksud untuk menata wewenang dan tugas mulai dari Ketua hingga para stafnya. Guna memudahkan pengorganisaian dan pengawasan terhadap pembagian wewenang dan tanggung jawab dituangkan dalam struktur organisasi, sehingga dari bagian organisasi tersebut akan diperoleh gambaran dari aktivitas secara keseluruhan dan dari struktur organisasi dapat menunjukan dengan jelas arus wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya setiap jabatan. Bagan Struktur Organisasi Huntara Dusun Kolok Ketua Barak Zainal Abidin, RA
Sekretaris Iswardi
Koordinator
Koordinator
Koordinator
Koordinator
Blok A
Blok B
Blok C
Blok D
Rahman
Nazruddin
Ali Rahman
Safri
Sumber : Ketua Barak Huntara Kolok
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Dari pemilihan struktur organisasi bentuk garis dan staf ini ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh antara lain: 1. Terciptanya suatu kesatuan garis komando. 2. Menimbulkan rasa tanggung jawab pimpinan terhadap bawahan. 3. Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat karena jumlah yang diajak berkonsultasi masih sedikit. 4. Rasa solidaritas antara pegawai umumnya tinggi, karena saling mengenal. Di dalam struktur organisasi tersebut telah ditetapkan tugas dan tanggung jawab masing-masing sebagaimana keputusan bersama yang telah disepakati oleh seluruh pengungsi yang ada di dusun kolok dan Pemda Kabupaten Simeulue tahun 2005.
4.4.1. Kedudukan dan Fungsi Di dalam struktur organisasi tersebut telah ditetapkan tugas dan tanggung jawab masingmasing tentang penjabaran tugas pokok dan fungsi sebagai berikut : 1.
Ketua Barak Ketua barak mempunyai tugas pokok yaitu mengkoordinir seluruh pengungsi
yang ada di dusun kolok. Ketua barak juga berfungsi sebagai utusan atau penghubung antara Pemda Kabupaten Simeulue dan LSM/NGO dalam hal pemberian bantuan dan urusan administratif lainnya. 2.
Sekretaris Sekretariat mempunyai tugas pokok yaitu melakukan pembinaan administrasi dan
memberikan pelayanan teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi. Adapun Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
fungsi dari sekretaris adalah melakukan pendataan-pendataan terhadap pengungsi yang ada di dusun kolok. 3.
Koordinator Blok Koordinator blok mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan dan keamanan
pada masing-masing bloknya serta melaporkan perkembangan-perkembangan yang terjadi pada tiap-tiap blok kepada Ketua Barak.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
BAB V ANALISIS DATA
Data-data yang diperoleh di lapangan disajikan dan dianalisis pada BAB V. adapun penyajian dan penganalisaannya terdiri atas : 1. Identitas responden 2. Tingkat kesejahteraan pengungsi secara ekonomi 3. Tingkat kesejahteraan pengungsi secara non-ekonomi
I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Umur Umur responden yang disajikan dalam bab ini, bertujuan untuk melihat usia dominan para kepala keluarga pengungsi yang ada di dusun kolok desa kota batu, datadata tersebut dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini : TABEL 7 KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN UMUR No
Umur
f
%
1
25 – 30
3
12
2
31 – 36
8
32
3
37 – 42
5
20
4
43 – 47
7
28
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
5
48 – 52
1
4
6
53 – keatas
1
4
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Data yang disajikan pada tabel 7 di atas menunjukkan bahwa responden, pengungsi di dusun kolok lebih banyak dari kelompok umur 31 – 36 tahun yakni sebanyak 8 orang (32 %), kemudian disusul dengan umur 37 – 42 sebanyak 5 orang (20 %), selanjutnya oleh kelompok umur 43 – 47 tahun, sebanyak 7 orang (28 %), kemudian kelompok umur 25 – 30 tahun keatas, berjumlah 3 orang (12 %), kemudian disusul kelompok umur 48 – 52 tahun sebanyak 1 orang (4 %), serta yang terakhir kelompok umur 53 tahun juga berjumlah 1 orang (4 %). Kelompok usia yang disajikan diatas tersebut, rata-rata masih menunjukkan usia produktif bagi seorang kepala keluarga untuk memimpin keluarga.
2. Jenis kelamin Jenis kelamin responden yang disajikan dalam Bab ini, untuk melihat sebaran responden berdasarkan jenis kelaminnya. Data ini dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini : TABEL 8 KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN No
Jenis Kelamin
F
%
1
Laki-laki
23
92
2
Perempuan
2
8
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Data pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin responden sebagian besar adalah laki-laki, yakni sebanyak 23 orang (92 %). Sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 2 orang (8 %). Dari data ini menandakan bahwa kepala keluarga pengungsi di dusun kolok, masih lebih dominan dipimpin oleh laki-laki dan sebagian lagi oleh perempuan. 3. Agama Agama responden yang disajikan dalam bab ini, untuk melihat sebaran responden berdasarkan agamanya, data ini dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini : TABEL 9 KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN AGAMA No
Agama
F
%
25
100
1
Islam
2
Kristen
-
-
3
Hindu
-
-
4
Budha
-
-
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Berdasarkan data pada tabel 9 diatas didapat bahwa agama mayoritas dari responden pengungsi di dusun kolok adalah agama Islam sebanyak 25 orang responden (100%). Sedangkan yang menganut agama Kristen, Hindu, Budha tidak ada.
4. Suku Suku responden yang disajikan pada bab ini, untuk melihat sebaran responden berdasarkan suku, data ini dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini : TABEL 10 KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN SUKU Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
No
Suku
f
%
1
Aceh
24
96
2
Batak
1
4
3
Jawa
-
-
4
Padang
-
-
25
100
Jumlah
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Data pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, lebih banyak berasal dari suku aceh, yakni berjumlah 24 orang (96 %), kemudian dari suku batak sebanyak 1 orang (4 %), sedangkan suku jawa dan padang tidak ada.
5. Status Perkawinan Status perkawinan responden yang disajikan dalam bab ini, untuk melihat sebaran responden melalui status perkawinan, data ini dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini : TABEL 11 KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN STATUS PERKAWINAN No
Status Perkawinan
1
Kawin
2
Tidak kawin Jumlah
f
%
25
100
-
-
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Berdasarkan dari data yang disajikan pada tabel 11 diatas menunjukkan bahwa seluruh responden sudah menikah atau berkeluarga sebanyak 25 responden (100%).
6. Jumlah Anak
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Jumlah anak responden yang disajikan dalam bab ini, untuk melihat sebaran responden berdasarkan jumlah anak dalam kelurganya. Data ini dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini :
TABEL 12 KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN JUMLAH ANAK No
Jumlah Anak
f
%
1
Tidak ada
1
4
2
0 - 1 orang
1
4
3
2 – 3 orang
18
72
4
4 – 5 orang
5
20
5
6 – keatas
-
-
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 12 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, rata-rata mereka dominan mempunyai anak 2 - 3 orang, sebanyak 18 orang (72 %), kemudian 4 – 5 orang sebanyak 5 orang (20 %), selanjutnya 0 -1 orang sebanyak 1 orang (4 %), dan yang tidak memiliki anak sebanyak 1 orang (4 %). 7. Jumlah Dalam Keluarga Jumlah dalam keluarga responden yang disajikan dalam bab ini, untuk melihat sebaran responden berdasarkan jumlah anggota dalam keluarganya, data tersebut dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini : Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
TABEL 13 KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN JUMLAH DALAM KELUARGA Jumlah dalam Keluarga f %
No 1
2 – 3 orang
1
4
2
4 – 5 orang
13
52
3
6 – 7 orang
9
36
4
8 – ke atas
2
8
25
100
Jumlah
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 13 di atas menunjukkan bahwa jumlah anggota dalam keluarga pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni 2 - 3 orang anggota dalam keluarga sebanyak 1 orang (4 %), kemudian 4 - 5 orang anggota dalam keluarga sebanyak 13 orang (52 %), selanjutnya 6 - 7 orang anggota dalam keluarga sebanyak 9 orang (36 %), dan di atas 8 anggota dalam keluarga sebanyak 2 orang (8 %).
8. Pendidikan Pendidikan responden yang disajikan dalam bab ini, untuk melihat sebaran tingkat pendidikan terakhir yang pernah dimasuki responden, data ini dapat dilihat tabel 14 di bawah ini : TABEL 14 KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN PENDIDIKAN TERAKHIR No
Pendidikan terakhir
f
%
1
SD/MIN
1
4
2
SMP/SLTP
9
36
3
SMA/SLTA
10
40
4
SMK
1
4
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
5
MAN
4
16
6
DIII – SI
-
-
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Dewasa ini tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagi seseorang untuk melamar pekerjaan baik ke instansi pemerintah maupun swasta, karena tingkat pendidikan sangat menentukan sejauhmana tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang. Data pada tabel 14 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 9 orang (36 %) memasuki bangku SMP/SLTP, kemudian yang memasuki bangku SMA/SLTA sebanyak 10 orang (40 %), yang memasuki SMK sebanyak 1 orang (4 %) dan MAN sebanyak 4 orang (16 %), serta tamat SD/MIN hanya 1 orang (4 %), sedangkan yang lulusan diploma dan sarjana tidak ada.
II. TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGUNGSI SECARA EKONOMI
1. Pendapatan Pekerjaan merupakan salah satu indikator kesejahteraan, karena pekerjaan merupakan yang sangat penting untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup secara ekonomi bagi seorang pengungsi di dusun kolok. Tabel di bawah ini menunjukkan jenis pekerjaan responden : TABEL 15 DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN PEKERJAAN No 1
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil
F
%
-
-
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
2
TNI/POLRI
-
-
3
Swasta
8
32
4
Lain-lain
17
68
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Data pada tabel 15 di atas menunjukkan bahwa pekerjaan responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 8 orang (32 %) memiliki pekerjaan swasta, kemudian sebanyak 17 orang (68 %) mempunyai pekerjaan lain-lain yakni masingmasing berprofesi sebagai petani, tukang bangunan, buruh dan nelayan. Pendapatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan, karena pendapatan merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara ekonomi bagi para pengungsi yang ada di dusun kolok desa kota batu. Gambaran tingkat kesejahteraan pengungsi kolok dari segi pendapatan dapat dilihat pada tabel 16 di bawah ini : TABEL 16 DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN PENDAPATAN No
Pendapatan
F
%
1
< Rp. 300.000
7
28
2
Rp. 300.000 – Rp. 400.000
3
12
3
Rp. 400.000 – Rp. 500.000
2
8
4
Rp. 500.000 – Rp. 600.000
3
12
5
> Rp. 600.000
10
40
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Berdasarkan data pendapatan responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yang disajikan pada tabel 16 dapat diketahui bahwa mereka dominan berpendapatan di atas Rp. 600.000, yakni sebanyak 10 orang (40 %), yang berpendapatan Rp. 500.000 – Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Rp. 600.000 sebanyak 3 orang (12 %), selanjutnya yang berpendapatan Rp. 400.000 – Rp. 500.000 sebanyak 2 orang (8 %), dan yang berpendapatan Rp. 300.000 – Rp. 400.000 sebanyak 3 orang (12 %), sedangkan yang berpendapatan di bawah Rp. 300.000 sebanyak 7 orang (28 %). Berdasarkan gambaran di atas maka belum sepenuhnya pendapatan pengungsi di dusun kolok desa kota batu mengacu pada Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2008 yang berlaku di Nanggroe Aceh Darussalam, yang besarnya sekitar Rp. 1. 200.000,-. Lonjakan harga bahan pokok yang selama ini terjadi telah menjadi mimpi buruk bagi pengungsi yang ada di dusun kolok dalam memenuhi kebutuhannya. Hal dapat dilihat bahwa kecilnya penghasilan atau pendapatan mereka setiap bulannya. TABEL 17 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN JIKA PENDAPATAN SEDEMIKIAN APAKAH DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN SEHARI-HARI No Pendapatan sedemikian apakah F % cukup memenuhi kebutuhan 1 Cukup 4 16 2
Kurang cukup
16
64
3
Tidak cukup
5
20
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 17 di atas pengungsi di dusun kolok desa kota batu, sebagian kecil mengungkapkan cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, yakni sebanyak 4 orang (16 %), kemudian yang lebih dominan mengatakan kurang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehar-hari, yakni sebanyak 16 orang (64
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
%), dan sebagian lagi mengatakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, yakni sebanyak 5 orang (20 %). Krisis ekonomi yang melanda sebagian besar negara-negara di dunia termasuk Indonesia telah berpengaruh berat bagi kehidupan rakyat, terutama para pengungsi dalam memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Mahalnya harga-harga kebutuhan pokok serta BBM (bahan bakar minyak) semakin membuat hidup para pengungsi semakin menderita dan terpuruk dalam kemiskinan.
TABEL 18 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN PENDAPATAN YANG DIPEROLEH BIASANYA DIPAKAI UNTUK BIAYA No Pendapatan yang diperoleh biasanya dipakai untuk biaya 1 Biaya pangan, sandang, perumahan 2
Biaya lain-lain Jumlah
f
%
25
100
-
-
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Berdasarkan dari data yang disajikan pada tabel 18 di atas menunjukkan bahwa pengungsi di dusun kolok desa kota batu, mempergunakan pendapatannya untuk kebutuhan biaya pangan, sandang dan perumahan yakni sebanyak 25 orang (100 %), sedangkan untuk biaya lain-lain tidak ada. Minimnya pendapatan yang diperoleh para kepala keluarga pengungsi mengakibatkan mereka hanya bisa mempergunakan pendapatan untuk biaya pangan dan Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
sandang serta perumahan, sedangkan untuk membeli keperluan sekunder lainnya mereka masih belum sanggup untuk memenuhinya.
2. Pangan Terpenuhinya kebutuhan pangan merupakan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan masyarakat, kebutuhan pangan yang dimaksud menyangkut kualitas dan kuantitas makanan itu sendiri. Kebutuhan pangan adalah merupakan sumber kehidupan yang paling pokok bagi manusia untuk kelangsungan hidup dan sebagai sumber energi untuk beraktivitas sehari-hari. Frekuensi atau waktu makan yang baik adalah 3 (tiga) kali sehari, yakni sarapan pagi, makan siang, dan makan malam. Makan dengan teratur merupakan syarat hidup sehat, karena orang yang tidak makan dengan teratur akan mudah terkena penyakit terutama gangguan pada pencernaan, karena setiap waktu alat pencernaan tubuh perlu mencerna makanan. TABEL 19 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN FREKUENSI MAKAN SETIAP HARI No Frekuensi makan setiap hari
f
%
1
1 kali
-
-
2
2 kali
16
64
3
3 kali
9
36
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Menu makanan yang ideal adalah yang mengandung unsur pemberi tenaga (karbohidrat, protein dan lemak), unsur pembangun (protein, mineral dan air), unsur Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
pengatur (vitamin-vitamin dan mineral). Dalam mengkonsumsi makanan yang terpenting bukanlah asal kenyang saja tetapi harus mengandung unsur-unsur seperti yang disebutkan diatas, unsur-unsur tersebut dapat diperoleh dari nasi, sayur-sayuran, ikan, daging, buahbuahan dan susu atau dikenak dengan 4 sehat 5 sempurrna. Untuk penduduk Indonesia atau yang berada di aceh maupun sumatera khususnya di daerah pengungsian, bahan makanan ini banyak tersedia di pasaran. Hanya kemampuan seseorang untuk mengkonsumsinya dengan baik dan teratur sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonominya. Data pada tabel 19 yang disajikan di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, yakni sebanyak 16 orang (64 %) hanya mempunyai waktu makan 2 (dua) kali dalam sehari, sedangkan sebanyak 9 orang (36 %) mempunyai waktu makan yang teratur. TABEL 20 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KUALITAS KONSUMSI SARAPAN PAGI No Kualitas konsumsi sarapan pagi
F
%
1
Nasi, ikan, sayur dan tahu
3
33,33
2
Lontong, kue-kue, soto, air putih
1
11,11
3
Bubur kacang hijau, susu, teh manis
-
-
Lain-lain
5
55,55
9
100
4
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Berdasarkan dari data yang disajikan pada tabel 20 di atas menunjukkan bahwa, responden pengungsi di dusun kolok yang mempunyai waktu makan dengan teratur yakni 3 (tiga) kali dalam sehari hanya sebanyak 9 orang, yakni sebanyak 3 orang (33,33 %) Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
sarapan dengan Nasi, ikan, sayur dan tahu, sedangkan yang 1 orang lagi (11,11 %) sarapan pagi dengan lontong, kue-kue, soto, dan air putih, sedangkan sarapan pagi jenis yang lain, seperti sagu dan sebagainya sebanyak 5 orang (55,55 %). TABEL 21 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KUALITAS KONSUMSI MAKAN SIANG No Kualitas konsumsi makan siang
f
%
1
Nasi, sayur, air putih
11
44
2
Nasi, ikan, sayur, teh manis
14
56
3
Nasi, ikan, sayur, tahu, tempe, daging, buah-buahan dan susu
-
-
Lain-lain
-
-
25
100
4
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Berdasarkan dari data yang disajikan pada tabel 21 di atas menunjukkan bahwa, responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, dalam hal kualitas menu makan siang, yakni sebanyak 11 orang (44 %) hanya makan dengan menu nasi, sayur dan air putih, kemudian sebanyak 14 orang (56 %), makan dengan menu nasi, ikan, sayur, dan teh manis, sedanngkan makan dengan menu Nasi, ikan, sayur, tahu, tempe, daging, buahbuahan dan susu serta menu lainnya tidak ada. TABEL 22 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KUALITAS KONSUMSI MAKAN MALAM No Kualitas konsumsi makan malam
f
%
1
Nasi, sayur, air putih
10
40
2
Nasi, ikan, sayur, teh manis
15
60
3
Nasi, ikan, sayur, tahu, tempe, -
-
daging, buah-buahan dan susu
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
4
Lain-lain Jumlah
-
-
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Dari tabel 22 yang disajikan di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, dalam melakukan makan malam, yakni sebanyak 10 orang (40 %) makan dengan menu Nasi, sayur, air putih, kemudian sebanyak 15 orang (60 %) makan dengan menu Nasi, ikan, sayur, teh manis, sedangkan makan dengan menu lainnya tidak ada.
3. Sandang Indikator kesejahteraan yang lain adalah sandang, setiap manusia atau individu sangat memerlukan sandang (pakaian) untuk melindungi tubuh. Kebutuhan akan sandang dalam hal ini meliputi baik/tidaknya pakaian selama berada di pengungsian kolok desa kota batu. TABEL 23 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KONDISI PAKAIAN SELAMA MENGUNGSI No Kondisi pakaian selama mengungsi
f
%
1
Baik
18
72
2
Kurang baik
6
24
3
Tidak baik
1
4
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Menurut hasil data yang ditunjukkan pada tabel 23 di atas bahwa, responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 18 orang (72 %) mengatakan pakaian mereka baik, dan kemudian yang mengatakan kurang baik sebanyak 6 orang (24 Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
%), sedangkan yang mengatakan tidak baik pakaiannya selama mengungsi hanya 1 orang (1 %). TABEL 24 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT KESERINGAN MEMBELI PAKAIAN BARU No Apakah Sering Membeli Pakaian Baru 1 Ya 2
Tidak Jumlah
f
%
18
72
7
28
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Kesejahteraan sandang dapat dilihat dari apakah ada atau tidaknya memiliki pakaian baru, selama tinggal di barak pengungsian. Berdasarkan dari data yang disajikan pada tabel 24 di atas menunjukkan bahwa pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yang sering membeli pakaian baru, yakni sebanyak 18 orang (72 %) sering membeli pakaian baru, sedangkan yang mengatakan tidak yakni sebanyak 7 orang (28 %). TABEL 25 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN PADA SAAT MANAKAH SERING MEMBELI PAKAIAN BARU No Pada saat manakah Sering Membeli Pakaian Baru 1 Lebaran
f
%
14
77,77
2
Perayaan
3
16,66
3
Gajian
1
5,55
18
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 24 bahwa responden pengungsi di dusun kolok yang sering membeli pakaian baru, dapat dilihat pada tabel 25 yakni Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
sebanyak 14 orang (77,77 %) membeli pakaian baru disaat hari lebaran, kemudian sebanyak 3 orang (16,66 %) membeli pakaian baru disaat perayaan atau hari-hari besar, dan selanjutnya sebagian lagi sebanyak 1 orang (5,55 %) membeli pakaian baru pada saat gajian.
4. Perumahan Perumahan juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan sosial. Rumah yang baik adalah rumah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, selain sebagai tempat berlindung yang nyaman, rumah juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan rasa sosial. Fasilitas yang memadai di dalam juga turut meningkatkan kesejahteraan mereka yang tinggal didalamnya. Kondisi kesejahteraan pengungsi di dusun kolok desa kota batu, dari segi perumahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. TABEL 26 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN STATUS RUMAH YANG DIMILIKI No Status tempat tinggal
f
%
1
Milik sendiri
-
-
2
Menyewa/menumpang
-
-
3
Lain-lain
25
100
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Seperti yang tercantum dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23) yang berlaku mulai tanggal 10 Maret 1992 yaitu dalam Pasal 5 Ayat (1) dimana disebutkan bahwa : Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
“Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur”. Oleh karena itu rumah merupakan kebutuhan dasar (basic need) manusia, yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan oleh manusia untuk melindungi diri dari cuaca, iklim dan gangguan lainya. Adapun fungsi lain dari rumah adalah sebagai lingkungan tempat tinggal untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga, selain itu rumah juga merupakan tempat melepaskan lelah, tempat bergaul dengan keluarga, rumah juga menjadi lambang status sosial seseorang. Seseorang yang memiliki rumah sendiri akan memiliki kebanggaan, kebebasan dan kepuasan tersendiri, sedangkan mereka yang tinggal di rumah saudara atau orang lain, sering tidak atau kurang merasakan kebebasan serta kepuasan tersediri tinggal didalamnya, terlebih lagi mereka yang tinggal di barak pengungsian. Data pada tabel 26 yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 25 orang (100 %) tinggal di tempat lainnya yaitu di barak pengungsi di dusun kolok desa kota batu. TABEL 27 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN APAKAH DIRUMAH TERSEDIA MCK No Apakah dirumah ada tersedia MCK
f
%
1
Ya
1
-
2
Tidak
24
100
25
96
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Berdasarkan data pada tabel 27 yang disajikan di atas menunjukkan bahwa, responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 1 orang (4 %) Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
menyatakan bahwa di rumah mereka mempunyai MCK (mandi,cuci,kakus), sedangkan 21 orang (96 %) lainnya mengatakan tidak memiliki MCK (mandi,cuci,kakus). Di dalam rumah yang baik adalah adanya tersedia MCK (mandi, cuci dan kakus) karena jika ini ada terdapat di dalam rumah, maka rumah tersebut sudah dikatakan layak/baik walaupun masih sederhana, namun dalam hal ini perumahan pengungsi yang ada di dusun kolok tidak terdapat MCK yang memadai, di setiap rumahnya. TABEL 28 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN SUMBER AIR BERSIH YANG DIPEROLEH No Sumber air bersih f % 1
Dari sungai
2
8
2
Dari sumur
20
80
3
Dari pompa
1
4
4
Leding (PAM)
2
8
25
100
Jumlah
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Syarat-syarat air minum ditentukan oleh syarat fisik, kimia dan bakteriologis. Syarat fisik, jika air itu tidak berwarna, tidak mempunyai rasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara, sehingga terasa nyaman. Syarat kimia, tidak mengandung zat kimia/mineral yang berbahaya bagi kesehatan, misalnya CO2, H2S, NH4 dan lain-lain. Syarat Bateriologis, tidak mengandung bakteri E-Coli yang melampaui batas yang ditentukan. Syarat-syarat di atas oleh perusahaan air minum (PAM), sebagai pemasokair leding kerumah-rumah sudah diperiksa sesuai dengan tingkat/batas sehingga air itu dikatakan sebagai air yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, air sumur dapat dikatan memenuhi syarat kesehatan apabila sumur tersebut dilindungi dari pencemaran. Air sumur mudah mudah terkena pencemaran bila tidak memenuhi syarat-syarat konstraksi yang baik. Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Data pada tabel 28 yang disajikan di atas menunjukkan bahwa, responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 20 orang (80 %) memperoleh sumber air bersih dari air sumur, kemudian sebanyak 2 orang (8 %) memperoleh sumber air bersih dari air sungai, dan 2 orang (8 %) lagi memperoleh sumber air bersih dari air leding (PAM), sedangkan yang bersumber dari air pompa sebanyak 1 orang (4 %). TABEL 29 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN JARAK ANTARA SUMUR DENGAN WC No Jarak antara sumur dengan WC
f
%
-
-
1
Kurang dari 10 meter
2
Lebih dari 10 meter
25
100
Jumlah
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Sesuai dengan penjelasan tabel 28 di atas bahwa seluruh responden, tidak memiliki WC di dalam rumah mereka. Berdasarkan dari tabel 29 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, yakni keseluruhannya 25 orang (100 %) letak kamar mandi/sumur dengan WC berada jauh dari luar rumah mereka. TABEL 30 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN SALURAN PEMBUANGAN AIR BEKAS MELALUI No Saluran pembuangan air bekas
f
%
1
Melalui roil
-
-
2
Melalui parit
9
36
3
Membuang kepekarangan rumah
14
56
4
Lain-lain
2
8
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Rumah yang sehat adalah bersih, asri, serta sejuk dan mempunyai saluran pembuangan air bekas yang mengalirkan air keluar pekarangan rumah. Apabila lingkungan pekarangan rumah tidak baik atau kotor hal dapat mengakibatkan kehidupan dalam rumah tersebut menjadi rentan terhadap penyakit. Keadaan ini dapat kita temui di barak pengungsian dusun kolok sebagian besar keluarga pengungsi membuang air bekas ke halaman atau sekitar rumah, hal ini karena tidak adanya sanitasi disetiap rumah-rumah mereka. Berdasarkan dari data yang disajikan pada tabel 30 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, yakni sebanyak 9 orang (36 %) membuang air bekas melalui parit yang ada disekitar rumah mereka, kemudian sebanyak 14 orang (56 %) yaitu membuang air bekas kepekarangan rumah mereka, dan kemudian 2 orang (8 %) lainnya membuang air bekas ke sungai yang dekat dengan rumah mereka, sedangkan pembuangan air bekas melalui riol tidak ada.
TABEL 31 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KAMAR TIDUR YANG TERDAPAT DI DALAM RUMAH No Kamar tidur yang ada di dalam rumah 1 0-1 kamar
F
%
16
64
2
2-3 kamar
9
36
3
4-5 kamar
-
-
4
Di atas 5 kamar
-
-
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan dari data yang disajikan pada tabel 31 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, yakni sebanyak 16 orang (64 %) memiliki kamar tidur hanya 1 kamar saja, dan kemudian yang mempunyai kamar 2-3 kamar tidur yaitu sebanyak 9 orang (36 %), sedangkan 4-5 kamar ke atas tidak ada. Rumah yang layak adalah apabila rumah tersebut telah lengkap dengan berbagai fasilitas-fasilitas yang memadai dan mempunyai beberapa kamar tidur yang layak ditempati. Sedangkan yang terdapat dibarak pengungsian hanya ada satu kamar tidur per baraknya, ditambah lagi ruangan tersebut sempit sehingga mereka harus berpadat-padatan dalam satu ruangan untuk istirahat atau tidur TABEL 32 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN BERAPA ORANG YANG MENEMPATI KAMAR TIDUR No Orang yang menempati kamar tidur
F
%
1
0-1 orang perkamar
-
-
2
2-3 orang perkamar
25
100
3
4-5 orang perkamar
-
-
4
Di atas 5 orang perkamar
-
-
25
100
JUMLAH
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Berdasarkan dari tabel 32 yang disajikan di atas menunjukkan bahwa, responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni seluruh responden 25 (100 %) mengatakan dalam satu kamar tidur ditempati 2 – 3 orang, sedangkan yang lainnya tidak ada. Hidup barak dipengungsian memang tidak senyaman seperti tinggal di rumah sendiri, yang nyaman dan mempunyai kamar tidur yang baik, sehingga disaat istirahat kita merasa nyenyak dan tenang tanpa ada gangguan. Namun tidak seperti yang dialami Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
pengungsi yang ada di dusun kolok mereka harus tidur dalam satu kamar dengan 2-3 orang didalamnya. TABEL 33 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN PERTUKARAN UDARA DI DALAM RUMAH No Pertukaran udara di dalam rumah
F
%
1
Melalui pintu
6
24
2
Melalui pintu dan jendela
18
72
3
Melalui ventilasi, pintu dan jendela
1
4
4
Lain-lain
-
-
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Pertukaran udara dalam satu ruangan sangat penting bagi kehidupan yang berada dalam ruangan tersebut, karena apabila ruangan tersebut tidak terdapat saluran pertukaran udara yang baik, maka akan menyebabkan kehidupan didalamnya tidak sehat dan akan mudah terserang berbagai penyakit. Berdasarkan data pada tabel 33 yang disajikan di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 6 orang (24 %) pertukaran udara dalam rumahnya melalui pintu, kemudian sebanyak 18 orang (72 %) pertukaran udara di dalam rumahnya melalui pintu dan jendela, selanjutnya sebanyak 1 orang (4 %) pertukaran udara dalam rumahnya melalui pintu, jendela dan ventilasi, sedangkan yang menjawab lainnya tidak ada. TABEL 34 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN SUMBER PENERANGAN DI DALAM RUMAH No Sumber penerangan di dalam rumah 1
Lampu PLN
f
%
17
68
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
2
Lampu teplok
8
32
3
Lampu gas
-
-
4
Lain-lain
-
-
25
100
Jumlah
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Di era modern seperti ini, sudah sangat sulit untuk menemukan sumber penerangan yang menggunakan lampu teplok, petromak, obor dan lain sebagainya khususnya dikota-kota besar seperti halnya di kota medan. Namun para pengungsi yang berada di dusun kolok masih kita temukan beberapa keluarga yang menggunakan lampu petromak dan teplok sebagai sumber penerangan dalam rumah mereka, hal ini dikarenakan belum sanggupnya mereka untuk memasok listrik (PLN) kerumah mereka. Data yang disajikan pada tabel 34 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, yakni sebanyak 17 orang (68 %) menggunakan sumber penerangan di rumah mereka berasal dari PLN, sedangkan responden
yang
menggunakan sumber penerangan dari lampu teplok sebanyak 8 orang (32 %), sedangkan yang menggunakan lampu gas, dan lain-lain tidak ada.
5. Kesehatan Kesehatan secara fisik maupun psikis, merupakan salah satu indikator kesejahteraan. Orang yang mengalami gangguan kesehatan dari segi psikis dapat membawa dampak terganggunya fisik, demikian pula gangguan kesehatan fisik dapat membawa dampak terganggunya kesehatan psikis. Orang yang menderita akan Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
merasakan tidak sejahtera, apalagi bila tidak ada usaha pengobatan yang dilakukan ketika sedang sakit. Tingkat kesehatan dan kesejateraan memiliki hubungan yang erat. Seseorang dapat menderita sakit apabila daya tahan tubuhnya terhadap sesuatu penyakit kurang, daya tahan tubuh sangat tergantung pula pada jenis kualitas makanan. Dengan demikian kesehatan dapat menjadi tolak ukur dalam melihat tingkat kesejahteraan seseorang. Kesehatan di sini dapat dilihat dari apakah pernah menderita penyakit selama mengungsi, jenis penyakit ynag diderita dan bagaimana upaya pengobatan yang dilakukan. TABEL 35 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN APAKAH PERNAH MENGALAMI SAKIT No Apakah pernah mengalami sakit
f
%
1
Ya
23
92
2
Tidak
2
8
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Hidup dibarak pengungsian memang sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang menimbulkan dampak tidak baik bagi kesehatan para pengungsi. Keadaan lingkungan yang tidak baik, terlalu padatnya rumah-rumah penampungan sementara, ini juga merupakan suatu faktor yang dapat menimbulkan masalah kesehatan yang tidak baik. Data pada tabel 35 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi dusun kolok desa kota batu, mayoritas pernah mengalami sakit selama mengungsi yakni jumlah yang
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
pernah menderita penyakit sebanyak 23 orang (92 %), sedangkan 2 orang (8 %) responden lainnya belum pernah menderita penyakit selama mengungsi. TABEL 36 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT YANG PERNAH DIALAMI No Jenis penyakit
f
%
1
Tidak ada
2
8
2
Influenza / pening
7
28
3
Batuk-batuk
8
32
4
Penyakit tulang
-
-
5
Lain-lain
8
32
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Penyakit
adalah momok
yang menakutkan bagi setiap orang, karena
bagaimanapun kekuatan, kekayaan, kemewahan dan lain sebagainya yang kita miliki, apabila kita jatuh sakit maka hal tersebut di atas tidak akan berarti apa-apa, dan seringkali kita rasakan bahwa kesehatan itu sangat berharga ketika kita sedang sakit. Data pada tabel 36 yang disajikan di atas menunjukkan jumlah dan persentase responden pengungsi di dusun kolok yang pernah dan tidak pernah menderita penyakit selama mengungsi di dusun kolok, seperti yang kita lihat pada tabel di atas bahwa, sebanyak 2 orang (8 %) responden tidak pernah menderita sakit selama di pengungsian, sedangkan sebanyak 7 orang (28 %) pernah menderita penyakit yaitu sakit influenza dan pening, kemudian sebanyak 8 orang (32 %) responden pernah mengalami penyakit batukbatuk, serta sebagian lagi sebanyak 8 orang (32 %) terkena penyakit lainnya seperti,
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
malaria dan maag/penyakit perut, serta gondok beracun yang dialami oleh salah seorang anggota keluarga responden, sedangkan yang mengalami sakit tulang / rematik tidak ada. TABEL 37 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN APABILA SAKIT APAKAH PERGI BEROBAT No Apabila sakit apakah pergi berobat 1
Ya
2
Tidak Jumlah
F
%
25
100
-
-
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Setiap orang pasti menginginkan ia sembuh dari suatu penyakit yang dideritanya dan akan berusaha untuk berobat agar terlepas dari penyakit tersebut. Berdasarkan data pada tabel 37 yang disajikan di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, yakni keseluruhannya apabila mengalami/menderita penyakit akan pergi berobat, yaitu sebanyak 25 orang responden (100%). TABEL 38 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BILA PERGI BEROBAT KEMANAKAH PERGINYA No Apakah pernah mengalami sakit
F
%
1
Puskesmas
13
-
2
Rumah Sakit
10
-
3
Praktek Dokter
1
-
4
Dukun
1
-
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Sudah seharusnya bila kita menderita suatu penyakit akan pergi berobat agar sembuh dari penyakit tersebut, baik itu ke dokter, puskesmas, rumah sakit maupun ke
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
dukun/paranormal. Hal ini adalah sebagai usaha agar penyakit yang kita alami dapat sembuh. Berdasarkan dari data yang disajikan pada tabel 38 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, yakni sebanyak 7 orang (28 %) pergi berobat ke puskesmas, kemudian sebanyak 14 orang (56 %) berobat ke rumah sakit, dan sebanyak 1 orang (4 %) pergi berobat ke praktek dokter, serta sebanyak 3 orang (12 %) lagi pergi berobat ke dukun yang ada di tempat tinggalnya.
6. Pendidikan Faktor pendidikan merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan sosial. Pendidikan yang baik adalah dimana dalam proses belajar-mengajarnya lacar dan tanpa kendala, dalam memenuhi semua keperluan sekolah selalu siap tersedia. Pendidikan adalah sebagai penunjang untuk manggapai cita-cita untuk masa depan. Terlebih lagi bagi anak-anak korban bencana yang berada di pengungsian, mereka membutuhkan pendidikan yang lebih agar dapat mencapai cita-cita untuk merubah hidupnya. TABEL 39 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KELANCARAN PROSES BELAJAR BAGI ANAK-ANAK SELAMA DI PENGUNGSIAN No Kelancaran proses belajar anak selama dipengungsian 1 Lancar
F
%
13
52
2
Kurang lancar
10
40
3
Tidak lancer
2
8
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan dari data yang disajikan pada tabel 39 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, mengatakan proses belajar bagi anak selama di pengungsian, yakni sebanyak 13 orang (52 %) mengatakan lancar, kemudian yang mengatakan kurang lancar sebanyak 10 (40 %), sedangkan yang mengatakan tidak lancar sebanyak 2 orang (8 %). TABEL 40 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KESULITAN-KESULITAN PENDIDIKAN BAGI ANAK SELAMA DI PENGUNGSIAN No Kesulitan-kesulitan pendidikan bagi anak selama di pengungsian 1 Ya 2
Tidak Jumlah
f
%
19
76
6
24
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Data pada tabel 40 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, yakni sebanyak 19 orang (76 %) mengatakan ada kesulitan-kesulitan bagi pendidikan bagi anak selama dipengungsian, sedangkan yang mengatakan tidak ada kesulitan dalam pendidikan anak selama di pengungsian sebanyak 6 orang (24 %). Kesulitan ini dikarenakan banyaknya permasalahan selama dipengungsian yang mempengaruhi proses pendidikan bagi anak mereka kurang lancar, tabel di bawah ini menunjukkan berbagai kendala-kendala yang mempengaruhi kelancaran pendidikan bagi anak-anak dipengungsian.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
TABEL 41 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN JENIS – JENIS KESULITAN PENDIDIKAN No Jenis-jenis kesulitan pendidikan
f
%
pengungsian
11
57,89
2
Uang untuk membeli buku
6
31,57
3
Lain-lain
2
10,52
19
100
1
Rumah sekolah Jauh dari tempat
Jumlah
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 41 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 16 orang (64 %) mengatakan karena jarak antara rumah sekolah dengan lokasi pengungsian sangat jauh, kemudian sebanyak 5 orang (20 %) mengatakan tidak adanya uang untuk pembelian buku baru untuk anak yang sekolah, sementara 4 orang lagi (16 %) mengatakan anak-anak malas sekolah, lebih suka kerja mencari uang dan alasan lainnya.
III. KESEJAHTERAAN di TINJAU SECARA NON EKONOMI 1. Kerohanian Kesejahteraan kerohanian juga perlu diperhatikan, mengingat manusia adalah mahluk ketuhanan yang mempunyai kebutuhan rohani yakni berhubungan dengan penciptanya. Tabel 42 di bawah menajikan data yang memperlihatkan kondisi kesejahteraan pengungsi di dusun kolok, baik dari segi ada/tidaknya sarana maupun kesempatan melakukan ibadah.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
TABEL 42 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KETERATURAN BERIBADAH No Keteraturan beribadah
f
%
1
Ya
24
96
2
Tidak
1
4
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Ibadah yang teratur bagi umat Islam yaitu dengan melakukan sholat 5 (lima) waktu sehari semalam. Data pada tabel 42 diatas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok yakni sebanyak 24 orang (96 %) melaksanakan ibadah dengan teratur, sedangkan responden yang berjumlah 1 orang (4 %) tidak dapat melaksanakan ibadah dengan teratur. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor baik itu tidak adanya waktu, karena pekerjaan yang melelahkan, akibat kemalasan dan lain sebagainya. Alasanalasan yang dikemukakan oleh responden pengungsi di dusun kolok yang tidak dapat melaksanakan ibadah dengan teratur dapat dilihat pada tabel 43 dibawah ini.
TABEL 43 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN PENYEBAB IBADAH TIDAK TERATUR No Ibadah tidak teratur
f
%
1
Tidak ada waktu
-
-
2
Terlalu letih bekerja
1
100
3
Malas
-
-
4
Lain-lain
-
-
2
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Data yang disajikan pada tabel 43 di atas menunjukkan jumlah responden pengungsi di dusun kolok yang tidak memiliki waktu beribadah dengan teratur, yaitu hanya 1 (satu) orang (100 %) tidak mempunyai waktu beribadah dengan teratur disebabkan terlalu letih bekerja, sedangkan yang lain-lain tidak ada. TABEL 44 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KEGIATAN KEAGAMAAN YANG DIIKUTI DILUAR IBADAH WAJIB No Kegiatan diluar ibadah yang rutin
f
%
1
Ya
24
96
2
Tidak
1
4
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Kesejahteraan secara rohani juga dapat dilihat dari ada tidaknya responden yang mengikuti kegiatan kerohanian di luar ibadah keagamaan yang rutin dilaksanakan, misalnya
dengan
mengikuti
ceramah-ceramah
keagamaan,
kelompok-kelompok
pendalaman kerohanian dan lain sebagainya. Kesejahteraan manusia dari segi kerohanian sangat perlu diperhatikan, karena bobot iman yang didapat dari aktivitas kerohanian membina moral dan akhlak yang baik dari diri seseorang. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 44 di atas, menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 24 orang (96 %) mengikuti kegiatan keagamaan diluar ibadah yang wajib, sedangkan responden yang hanya berjumlah 1 orang (4 %) tidak mengikuti kegiatan keagamaan diluar ibadah yang wajib.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
TABEL 45 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN BENTUK KEGIATAN KEAGAMAAN YANG DIIKUTI No Bentuk kegiatan keagamaan diluar ibadah yang rutin 1 Ceramah Keagamaan
f
%
3
12,5
2
Pengajian/Wirid
20
83,33
3
Remaja Mesjid
-
-
4
Lain-lain
1
4,16
24
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Tabel 45 yang disajikan di atas, menggambarkan tentang jumlah responden yang mengikuti bentuk kegiatan keagamaan, seperti yang diterangkan sebelumnya pada tabel 44 di atas bahwa jumlah responden pengungsi di dusun kolok yang mengikuti kegiatan keagamaan hanya sebanyak 24 orang. Berikut adalah bentuk-bentuk kegiatan keagamaan yang diikuti oleh responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu. Pada tabel 45 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang (12,5 %) mengikuti ceramah keagamaan dilingkungan tempat tinggal mereka, kemudian yang mengikuti pengajian/wirid sebanyak 20 orang (83,33 %), dan yang mengikuti kegiatan lainnya hanya orang (4,16 %), sedangkan yang mengikuti kegiatan remaja mesjid tidak ada. TABEL 46 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KEPEMILIKAN KITAB SUCI KEAGAMAAN Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
No Kitab Suci 1
Ya
2
Tidak Jumlah
f
%
25
100
-
-
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Data pada tabel 46 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, yakni sebanyak 25 orang (100 %) mempunyai kitab suci agamanya masingmasing. Sedangkan responden yang tidak memiliki kitab suci, yakni tidak ada. Kitab suci merupakan sarana yang dibutuhkan oleh umat beragama, untuk mengetahui lebih mendalam tentang pokok-pokok ajaran dalam agama yang dianutnya. Kitab suci menjadi penuntun umat beragama untuk mengetahui dan mengerti kehendak tuhan bagi umatnya, yakni untuk berperilaku baik dan benar, kitab suci ini akan lebih berarti apabila dibaca dan direnungkan bagi umat yang beragama. TABEL 47 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KESEMPATAN UNTUK MEMBACA KITAB SUCI No Kesempatan membaca kitab suci 1
Ya
2
Tidak Jumlah
f
%
25
100
-
-
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Tabel 47 di atas menunjukkan ada/tidaknya kesempatan responden pengungsi di dusun kolok untuk membaca dan merenungkan kitab suci agamanya. Hal ini sesuai dengan data yang di tunjukkan pada tabel 46 di atas bahwa seluruh responden memiliki kitab suci agamanya masing-masing, ini berarti mereka selalu membaca dan merenungkan kitab suci mereka. Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
2. Sosial Budaya Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas dari kebutuhan akan rasa sosial. Manusia sesungguhnya membutuhkan interaksi dengan manusia lain, dalam interaksi tersebut manusia belajar memberi dan menerimah bentuk-bentuk perlakuan, perhatian dan kasih sayang yang membuatnya dapat berkembang sebagai manusia yang mempunyai rasa sosial. Kebutuhan akan rasa sosial ini akan didapat, apabila manusia itu berinteraksi dengan dunia luar yang terdiri atas berbagai lapisan masyarakat. Bentukbentuk interaksi itu dapat dilakukan di dalam maupun di luar lembaga. Tabel-tabel dibawah ini, menyajikan keikutsertaan responden pengungsi dusun kolok, dalam aktivitas yang bersifat sosial maupun budaya, dilingkungan tempat tinggal mereka. TABEL 48 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KEIKUTSERTAAN DALAM KEGIATAN ORGANISASI No Kegiatan organisasi
F
%
1
Ya
19
76
2
Tidak
6
24
25
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Data pada tabel 48 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 19 orang (76 %) mengikuti kegiatan organisasi, kemudian yang berjumlah 6 orang (24 %) tidak mengikuti kegiatan organisasi. Seperti kita ketahui bahwa memasuki salah satu organisasi apapun, akan banyak menimbulkan hal-hal positif bagi diri seseorang, karena disini kita mempunyai pola
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
interaksi dengan sesama anggota, pola pemikiran dan pergaulan kita juga akan lebih dewasa, akibat dari pengalaman yang kita temui dilapangan.
TABEL 49 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN ORGANISASI DIIKUTI No Organisasi apakah yang diikuti
F
%
1
Kepemudaan
8
42,10
2
Kewanitaan
3
15,79
3
Kesenian
1
5,26
4
Lain-Lain
7
36,84
19
100
Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Berdasarkan pada tabel 49 yang disajikan di atas bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 8 orang (42,10 %) memasuki organisasi kepemudaan, kemudian sebanyak 3 orang (15,79 %) memasuki organisasi kewanitaan, dan sebagian lagi memasuki perkumpulan seni sebanyak 1 orang (5,26 %), serta organisasi/perkumpulan lain-lain seperti, perkumpulan tolong-menolong, remaja mesjid, dan aparatur desa, yakni sebanyak 7 orang (36,84 %). TABEL 50 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN MENGIKUTI AKTIVITAS YANG ADA DI TEMPAT TINGGAL MEREKA No Apakah mengikuti aktivitas yang diadakan ditempat tinggal bapak/ibu 1 Ya
F
%
24
96
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
2
Tidak Jumlah
1
4
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Dalam kehidupan bermasyarakat kita memang harus bisa berbaur, bergaul dan mengikuti aktivitas yang ada di dalam suatu masyarakat tersebut yang sifatnya membangun dan memajukan daerah tempat tinggalnya. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 50 menunjukkan bahwa, responden pengungsi di dusun kolok, yang mengikuti aktivitas yang diadakan di tempat tinggalnya yakni sebanyak 24 orang (96 %), dan kemudian yang tidak mengikuti aktivitas yang diadakan ditempat tinggalnya yakni hanya sebanyak 1 orang (4 %). TABEL 51 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN BENTUK AKTIVITAS YANG DIIKUTI No Bentuk aktivitas
f
%
1
Gotong royong
21
87,5
2
Ceramah
2
8,33
3
Perayaan
1
4,16
4
Lain-lain
Jumlah
24
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 51 di atas menunjukkan bahwa, responden yang mengikuti aktivitas di tempat tinggalnya sebanyak 24 orang, yang masing-masing mengikuti aktivitas sebagai berikut, sebanyak 21 orang (87,5 %) mengikuti aktivitas gotong-royong, dan sebanyak 2 orang (8,33 %) mengikuti aktivitas ceramah keagamaan, kemudian sebanyak 1 orang (4,16 %) mengikuti aktivitas perayaan yang diadakan ditempat tinggal mereka.
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
3. Sosial Psikologis Manusia sebagai mahluk individu sangat memerlukan kebutuhan-kebutuhan secara psikologis. Manusia membutuhkan keamanan, istirahat, kebebasan, hiburan, penghargaan, interaksi dan aktualisasi. Tabel-tabel di bawah ini menyajikan data-data kesejahteraan pengungsi di dusun kolok desa kota batu dari segi sosial psikologisnya.
TABEL 52 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN KEKHAWATIRAN TERHADAP GEMPA BUMI No Apakah masih khawatir jika terjadi gempa 1 Ya 2
Tidak Jumlah
f
%
25
100
-
-
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Berdasarkan tabel 52 yang disajikan di atas menunjukkan bahwa, responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu masih tetap akan khwatir jika terjadi lagi gempa bumi maupun tsunami, yakni keseluruhannya sebanyak 25 orang (100 %) mengatakan masih khwatir jika terjadi gempa bumi dan gelombang tsunami. TABEL 53 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN BENTUK KEKWATIRAN TERHADAP GEMPA BUMI No Bentuk kekhawatiran terhadap gempa 1 Takut
f
%
8
32
17
68
2
Trauma
3
Risau
-
-
4
Biasa-biasa aja
-
-
25
100
Jumlah
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Bencana alam sangat berdampak kepada lingkungan hidup manusia selanjutnya dan juga berimbas pada perubahan lingkungan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Banyak hal yang bisa terjadi pada masyarakat atau individu setelah bencana alam, kejadian yang paling parah dan menyayat hati masing-masing orang adalah kematian, trauma, kehilangan harta benda, kerusakan infrasruktur, kerusakan lingkungan, Siapa yang tidak trauma, takut, apabila terulang kembali tragedi gempa dan tsunami yang terjadi 4 tahun silam, yang meluluhklantakkan aceh dan nias pada saat itu. Hingga kini perasaan takut, trauma dan rasa takut itu masih melekat pada setiap orang atau korban yang mengalaminya. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 53 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni sebanyak 8 orang (32 %) mengatakan takut jika terjadi lagi gempa bumi dan tsunami, kemudian sebanyak 17 orang (68 %) mengatakan trauma jika terjadi gempa bumi dan tsunami, sedangkan yang merasa risau dan biasa-biasa saja tidak ada. TABEL 54 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN PERHATIAN PEMERINTAH TERHADAP PENGUNGSI No Adakah perhatian pemerintah 1
Ya
2
Tidak Jumlah
f
%
25
100
-
-
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Bencana gempa dan gelombang tsunami telah mengundang perhatian dunia untuk menoleh ke tanah aceh yang telah dilululantak oleh gempa dan tsunami tersebut. Bala Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
bantuan pun segera mengalir dari berbagai penjuru dunia, baik membantu para korban yang meninggal dunia maupun korban yang selamat di pengungsian. Berdasarkan data pada tabel 54 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni keseluruhannya mengatakan mendapatkan perhatian dari pemerintah, yakni sebanyak 25 responden (100 %). Perhatian tersebut bermacammacam baik berupa bantuan pangan, obat-obatan, dan perumahan dan lain-lain.
TABEL 55 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN APAKAH BENTUK PERHATIAN TERSEBUT No Apakah bentuk perhatian tersebut 1
%
25
100
-
-
25
100
Bantuan pangan, obat-obatan, perumahan, dll
2
f
Lain-lain Jumlah Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009
Bantuan sosial merupakan salah satu bentuk program jaminan sosial yang berupa tunjangan uang, barang, atau pelayanan kesejahteraan yang umumnya diberikan kepada populasi yang paling rentan yang tidak memiliki penghasilan yang layak bagi kemanusian. Sebagai contoh adalah pengungsi, korban bencana alam atau konflik. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 55 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota, yakni sebanyak 25 orang (100 %) mengatakan bentuk perhatian tersebut adalah bantuan pangan, obat-obatan dan bentuan perumahan baru bagi para korban yang selamat dan yang rumanya hancur pada saat terjadi gempa dan tsunami 4 tahun yang silam, sedangkan yang lain sebagainya tidak ada. Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
TABEL 56 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN PEMERINTAH YANG MEMBERIKAN BANTUAN No Pemerintah yang memberikan bantuan 1 Pemerintah pusat, pemerintah daerah dan NGO / LSM 2
Lain-lain Jumlah
f
%
25
100
-
-
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Pemerintah dan lembaga-lembaga sosial lainnya dalam hal ini sangat bertanggung jawab apabila di suatu daerah terjadi bencana alam maupun konflik yang mengakibatkan rakyatnya menderita, serta menimbulkan korban jiwa, rusaknya infrastruktur dan perumahan penduduk. Berdasarkan dari data yang disajikan pada tabel 56 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok desa kota batu, yakni keseluruhannya menjawab bahwa bantuan yang diterima berasal dari pemerintah pusat, daerah dan NGO/LSM lokal dan luar negeri yaitu sebanyak 25 orang (100%), sedangkan yang lain-lain tidak ada. TABEL 57 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN APAKAH SUDAH MERASA PUAS DENGAN BANTUAN TERSEBUT No Apakah sudah puas dengan bantuan tersebut 1 Ya 2
Tidak Jumlah
f
%
16
64
9
36
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Dari data yang disajikan pada tabel 57 di atas menunjukkan bahwa responden pengungsi di dusun kolok, yakni sebanyak 16 orang (64 %), mengatakan sudah merasa Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
puas dengan apa yang diterima selama ini, karena bentuan tersebut mereka dapat kembali menjalankan aktivitasnya seperti sebelum gempa dan tsunami yang menimpa mereka, sedangkan yang mengatakan tidak puas dengan bantuan tersebut yakni sebanyak 9 orang (36 %). Berbagai alasan mengapa para pengungsi mengatakan mereka merasa puas dengan apa yang mereka terima saat ini, kerena dengan bantuan tersebut mereka tidak lagi memikirkan untuk membangun rumah baru mereka yang hancur dihantam gempa dan tsunami, mereka sangat besyukur atas bentuan yang mereka terima baik itu dari pemerintah Indonesia maupun dari bantuan dari luar negeri. TABEL 58 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN APAKAH SUDAH MERASA LEBIH BAIK SELAMA TINGGAL DIPENGUNGSIAN No Apakah sudah merasa lebih baik selama tinggal di pengungsian 1 Ya 2
Tidak Jumlah
f
%
16
64
9
36
25
100
Sumber: Hasil Kuiesioner, 2009 Berdasarkan tabel 58 yang disajikan di atas responden pengungsi di dusun kolok, yakni sebanyak 16 orang (64 %) menjawab Ya, sedangkan yang menjawab tidak, sebanyak 9 orang (36 %). Kehidupan pengungsi di dusun kolok saat ini semakin membaik, apalagi banyaknya bantuan yang mereka terima dan relokasi perumahan baru untuk para korban yang mengungsi di dusun kolok hampir selesai dan mereka akan di pindahkan ke perumahan tersebut, meski demikian banyak juga yang menyatakan mereka belum merasa lebih baik selama tinggal dipengungsian. Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
BAB VI PENUTUP
Kesejahteraan merupakan dambaan setiap manusia dalam kehidupannya, tetapi kesejahteraan ini akan sulit didapatkan apabila manusia tidak bergerak, dalam artian disini manusia tidak bekerja secara maksimal. Untuk mencapai kesejahteraan tadi manusia tidak bisa terlepas dari kebutuhan-kebutuhan sebagai indikator dari kesejahteraan tersebut. Sesuai dengan objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni pengungsi di dusun kolok desa kota batu, dimana para pengungsi ini adalah korban dari bencana gempa dan tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara (kepulauan Nias), yang mengakibatkan pemukiman tempat tinggal mereka hancur, harta benda lainnya hilang. Di pengungsian dusun kolok ada sekitar 160 kepala keluarga yang masih mengungsi di tempat tersebut, mereka mengungsi sejak terjadinya gempa dan tsunami pada 26 desember 2004 dan gempa susulan pada 28 maret 2005, hingga sekarang Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
mereka masih berada di pengungsian menunggu relokasi rumah bantuan dari pemerintah yang belum selesai.
A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian analisis pada bab V sebelumnya, maka hasil penelitian ini ditinjau dari dua sisi yaitu secara ekonomi dan non-ekonomi, berikut adalah penjelasannya :
1. Kesejahteraan ditinjau Secara Ekonomi a. Pendapatan Ditinjau dari segi pendapan/penghasilan belum sepenuhnya memenuhi standar Upah Minimum Provisi (UMP) Tahun 2008 yang berlaku di Nanggroe Aceh Darussalam yang besarnya sekitar Rp. 1.200.000, sementara dengan hasil yang sedemikian masih belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari selama mengungsi. b. Pangan Sementara dari segi pangan pengungsi di dusun kolok masih sangat kekurangan ini dibuktikan dengan tingkat frekuensi makan yang diperoleh dari lapangan yaitu sebagian besar para pengungsi hanya makan dua (2) kali dalam sehari (makan siang dan makan malam). c. Sandang
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Dilihat dari segi sandang, sebagian besar mengatakan baik dan tingkat keseringan mereka dalam membeli pakaian baru hanya disaat hari-hari besar atau hari lebaran. d. Perumahan Pengungsi di dusun kolok tinggal di barak atau rumah shelter bantuan dari Pemerintah dan NGO, yang dilengkapi dengan satu kamar tidur, namun yang sangat disayangkan dirumah tersebut tidak terdapat kamar mandi atau sumu dan WC/kakus.
e. Kesehatan Rata-rata para pengungsi pernah sakit selama tinggal dibarak pengungsian, antara lain jenis penyakit yang mereka derita adalah influenza, batuk-batuk, malaria, dan maag. Jika sakit, mereka akan pergi berobat ke puskesmas, rumah sakit, dan dukun/paranormal. f. Pendidikan Tingkat kelancaran pendidikan bagi anak-anak dari pengungsian, ditemukan adanya kesulitan-kesulitan antara lain yakni, jauhnya rumah sekolah dari tempat pengungsian, uang untuk beli buku dan sebagian anak-anak malas sekolah.
2. Kesejahteraan ditinjau Secara Non-Ekonomi a. Kerohanian
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Manusia adalah mahluk ketuhanan yang mempunyai kebutuhan rohani yakni berhubungan dengan penciptanya. Tingkat keteraturan beribadah bagi pengungsi dapat dikatakan lancar, dan semua memiliki kitab suci agama dan selalu punya waktu untuk membaca dan merenungkanya. b. Sosial Budaya Sebagai mahluk sosial Manusia yang tidak akan dapat lepas dari kebutuhan akan rasa sosial. Manusia sesungguhnya membutuhkan interaksi dengan manusia lain, dalam interaksi tersebut manusia belajar memberi dan menerimah bentuk-bentuk perlakuan, perhatian dan kasih sayang yang membuatnya dapat berkembang sebagai manusia yang mempunyai rasa sosial. Rata-rata pengungsi juga ikut serta dalam organisasi yang ada ditempat tinggal mereka yakni seperti, organisasi kepemudaan, kewanitaan, remaja mesjid dan sebagainya. c. Sosial Psikologis Berdasarkan hasil yang diperoleh dari lapangan bahwa rata-rata pengungsi yang ada di dusun kolok masih sangat kuatir bila terjadi gempa, karena mereka trauma dan takut atas apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Perhatian pemerintah terhadap pengungsi yaitu memberikan bantuan berupa pangan, kesehatan dan yang paling penting adalah bantuan perumahan baru bagi mereka.
B. SARAN Saran-saran ini ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan dan berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan hal-hal pengungsian korban bencana alam gempa dan tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
1. Kepada semua pihak masyarakat, agar lebih toleran dan paham terhadap kondisi pengungsi,
dimana
kehidupan
mereka
sangat
pas-pasan
dan
sangat
memprihatinkan. Pengungsi adalah korban akibat bencana alam atau akibat konflik/peperangan. Mereka sangat membutuhkan perhatian dari berbagai pihak untuk membantu mereka keluar dari kesengsaraan. 2. Untuk pengungsi korban bencana gempa dan tsunami diharapkan agar tetap bersabar menghadapi semua musibah ini, karena dibalik ini semua pasti ada hikmahnya. 3. Kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah agar lebih meningkatkan kinerjanya dalam menangani korban bencana, kita tahu bahwa bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh hampir 5 tahun silam telah berlalu, namun sampai dengan saat masih banyak masyarakat aceh yang masih berada di kampkamp pengungsian, hal ini diakibatkan oleh kelalaian pemerintah kerena dalam menangani korban bencana terjadi penyimpangan-penyimpangan kurang baik yang dilakukan oleh beberapa oknum pemerintah dalam proses pembangunan kembali Aceh setelah bencana gempa dan tsunami. 4. Kepada para aktivis-aktivis dan penggiat LSM atau NGO terutama yang menangani masalah-masalah korban bencana atau pengungsi, agar lebih meningkatkan perjuangannya secara kontinu, serta mengkoordinir dan terus memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan, pengetahuan serta penyuluhanpenyuluhan kepada pengungsi dan menciptakan lapangan kerja bagi mereka agar para pengungsi dapat hidup lebih baik dan bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain dan akhirnya mereka mencapai kesejahteraan. Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Daftar Pustaka
Adi, Rukminto, Isbandi. 1994, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, FISIP UI PRESS, Jakarta. Apridar, 2005, Tsunami Aceh Adzab atau Bencana, Rajawali, Jakarta. Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian, Aneka Cipta, Jakarta. Departemen Sosial RI, UU RI No. 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, Jakarta, 1987. Hermawati, Istiana, 2001, Metode Dan Teknik Dalam Praktek Ilmu Kesejahteraan Sosial, Adicipta Karya Nusa, Yogyakarta. Marpaung, Ridwan,1988, Kamus Populer Pekerjaan Sosial, STKS, Bandung. Muhidin, Syarif, 1992, Pengantar Kesejahteraan Sosial, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung. 2007, Fungsi dan Peranan Pekerja Sosial, Prinsip Panduan bagi Pekerja Sosial dan Teori atau Model Pekerjaan Sosial, Bandung. Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Murdiyanto, 2004, Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta, Vol III No. 8. Nawawi, H. 1991, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Nurdin, fadhil, 1990, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, Angkasa Bandung. Prawiro, Ruslan, 1983, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Alumni, Bandung. Singarimbun, Masri, 1989, Metode Penelitian Survey, LP3S, Jakarta. Sumarnonugroho, T, 1987, “Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial”. Penerbit PT. Hanindita, Yogyakarta. Suparlan, dkk. 1993, Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial, Penerbit Pustaka Pengarang, Yogyakarta. Suyanto. 1995, Perangkap Kemiskinan, Problem dan Strategi Pengentasannnya, Airlangga University Press, Surabaya. Sumber Lain : Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial - Direktorat Bantuan Sosial Korban Bencana Alam; Pedoman Teknis Standardisasi Bantuan Sosial Korban Bencana Alam, Departemen Sosial RI, Jakarta, 2003 Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman Harian Waspada, Sabtu 15/10/2007 Praktek Pekerjaan Sosial, Pengungsi Internal, Bencana Alam : (http://oceannaz.wordpress.com/praktek-pekerjaan-sosial-dengan-pengungsi-bencanaalam) diakses 24/10/2008 Jam 09.30 wib. Pengertian Pengungsi : (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengungsi.html. diakses tgl 07/07/2008 Jam 09.30 wib). Laporan Kerja Tahunan BRR Aceh dan Nais : http://www.e-aceh-nias.org) diakses 12/07/2008 Jam 11.00 wib. Profil BRR Aceh-Nias : (http://www.e-aceh-nias.org) 05/07/2008 diakses Jam 10.30 wib. Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
Aceh Development Fund, Sustainable Livelihoods Small Grants Programme In Aceh & Nias (2005-2006) : (http://www.adfaceh/bedah/kasus.html). diakses 04/07/2008 Jam 18.30 wib. Penyakit di Daerah Bencana Tsunami : (http://www.acehmediacenter.or.id/id/?dir=news&file=detail&id=524) diakses 05/08/2008 Jam 20.30 wib.
KUISIONER PENELITIAN TINJAUAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENGUNGSI DI DUSUN KOLOK Oleh : Mimin Satria 040902012 Petunjuk Pengisian : 1. Isilah dengan menuliskan keterangan yang diminta tentang data pribadi bapak/Ibu, pada identitas responden. 2. Lingkarilah pada jawaban atau pertanyaan – pertanyaan di dalam angket yang sesuai menurut pendapat anda. 3. Isilah pertanyaan-pertanyaan didalam angket dengan sesungguhnya.
I. Identitas Responden
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
1. Nama Responden…….. 2. Umur……. 3. Jenis Kelamin……… 4. Agama…… 5. Suku 6. Status Perkawinan……. 7. Jumlah Anak……orang 8. Jumlah dalam keluarga …. Orang 9. Pendidikan formal terakhir yang pernah Bapak/Ibu ikuti………
II. Kesejahteraan ditinjau secara Ekonomi A. Pendapatan 10. Apakah pekerjaan utama Bapak/Ibu ? a) Pegawai Negeri b) TNI/Polri c) Swasta d) Dan Lain-lain (sebutkan)……….. 11. Berapakah pendapatan rata-rata yang bapak/ibu peroleh sebelum dan sesudah tinggal di pengungsian, dalam : a) Per hari Rp. ………… b) Per minggu Rp. ……… c) Per bulan Rp. ………… 12. Jika pendapatan bapak/ibu sedemikian apakah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari ? a) Cukup b) Kurang cukup c) Tidak cukup 13. Pendapatan atau penghasilan yang bapak/ibu peroleh biasanya dipakai untuk ? a) Biaya pangan Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
b) Biaya perumahan c) Biaya sandang d) Biaya lain-lain (sebutkan)……………
B. Pangan 14. Dalam satu hari berapa kalikah keluarga bapak/ibu makan ? a) 1 kali b) 2 kali c) Di atas 3 kali 15. Apakah di rumah bapak/ibu dalam makan pagi atau sarapan ada tersedia ? a) Nasi, ikan, sayur, tahu b) Lontong, kue-kue, soto, air putih c) Bubur kacang hijau, susu, teh manis d) Lain-lain sebutkan……………….. 16. Untuk makan siang apakah dirumah bapak/ibu tersedia ? a) Nasi, sayur, air putih b) Nasi, ikan, sayur, teh manis c) Nasi, ikan, sayur, tahu, tempe, daging, buah-buahan, dan susu d) Lain-lain sebutkan………………. 17. Untuk makan malam apakah dirumah bapak/ibu tersedia ? a) Nasi, sayur, air putih b) Nasi, ikan, sayur, teh manis c) Nasi, ikan, sayur, tahu, tempe, daging, buah-buahan, dan susu d) Lain-lain sebutkan……………….
C. Sandang 18. Bagaimana kondisi pakaian keluarga bapak/ibu selama mengungsi ? a) Baik b) Kurang baik c) Tidak baik Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
19. Apakah bapak/ibu sering membeli pakaian baru untuk keluarga bapak/ibu. a) Ya b) Tidak 20. Jika ya, disaat-saat manakah bapak/ibu sering membeli pakaian baru. Sebutkan………….
D. Perumahan 21. Bagaimana status rumah tempat tinggal bapak/ibu ? a) Milik sendiri b) Menyewa/menumpang c) Lain-lain (sebutkan)………………… 22. Apakah dirumah bapak/ibu tersedia MCK (kamar mandi, tempat mencuci, kakus) ? a) Ya b) Tidak 23. Sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di peroleh dari ? a) dari sungai b) dari sumur c) dari pompa d) dari leding (PAM) 24. Kalau sumber air bapak/ibu dari sumur berapakah jarak antara sumur dengan WC ? a) Kurang dari 10 meter b) Lebih dari 10 meter 25. Saluran pembuangan air bekas dari rumah bapak/ibu ? a) Melalui riol b) Melalui parit c) Membuang kepekarangan rumah d) Lain-lain (sebutkan)…………… 26. Ada berapa kamar tidur yang terdapat dirumah bapak/ibu ? a) 0-1 kamar a) 2-3 kamar Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
b) 4-5 kamar a) Diatas 5 kamar 27 Setiap kamar, berapa orangkah yang menempatinya ? a) 0-1 orang perkamar b) 2-3 orang perkamar c) 4-5 orang perkamar d) Diatas 5 orang perkamar 28. Bagaimana pertukaran udara di dalam rumah bapak/ibu ? a) Melalui pintu b) Melalui pintu dan jendela c) Melalui ventilasi, pintu dan jendela d) Lain-lain (sebutkan)………………. 29. Sumber penerangan di rumah bapak/ibu diperoleh dari ? a) Lampu listrik b) Lampu teplok c) Lampu gas d) Lain-lain (sebutkan)………………..
E. Kesehatan 30. Selama bapak/ibu mengungsi, pernakah bapak/ibu mengalami sakit ? a) Pernah b) Tidak pernah 31. Jika bapak/ibu pernah sakit penyakit apakah yang sering bapak/ibu derita ? a) Influenza / pening b) Batuk-batuk c) Penyakit tulang d) Lain-lain (sebutkan)………………. 32. Kalau bapak/ibu sakit apakah bapak/ibu pergi berobat ? a) Ya Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
b) Tidak 33. Kalau bapak/ibu berobat kemanakah bapak/ibu perginya ? a) Puskesmas b) Rumah sakit c) Praktek dokter d) Dukun (boleh dijawab lebih dari satu)
F. Pendidikan 34. Bagaimana kelancaran proses belajar bagi anak-anak bapak/ibu selama di pengungsian ? a) lancar b) Kurang lancar c) Tidak lancar 35. Apakah ada kesulitan-kesulitan pendidikan bagi anak bapak/ibu selama mengungsi ? a) Ya b) Tidak 36. Jika ya, apakah kesulitan-kesulitan tersebut. Sebutkan………….
III. Kesejahteraan ditinjau secara Non Ekonomi A. Kerohanian 37. Apakah bapak/ibu memiliki kesempatan untuk melakukan ibadah keagamaan dengan teratur ? a) Ya b) Tidak 38. Bila tidak, mengapa ? a) Tidak ada waktu b) Terlalu letih bekerja c) Waktu malas Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
d) Lain-lain (sebutkan)…………………. 39. Apakah bapak/ibu mengikuti kegiatan keagamaan diluar ibadah yang rutin ? a) Ya b) Tidak 40. Bila ada sebutkan bentuk kegiatannya…………
41. Apakah bapak/ibu memiliki Kitab Suci agama bapak/ibu ? a) Ya b) Tidak 42. Bila ya, adakah kesempatan bapak/ibu untuk membacanya ? a) Ya b) Tidak
B. Sosial Budaya 43. Apakah bapak/ibu memiliki salah satu organisasi ? a) Ya b) Tidak 44. Bila ya, organisasi apakah yang bapak/ibu masuki ? a) Kepemudaan b) Kewanitaan c) Kesenian d) Lain-lain (sebutkan)……………………. 45. Apakah bapak/ibu mengikuti aktivitas yang diadakan dilingkungan tempat bapak/ibu tinggal ? a) Ya c) Tidak 46. Bila ya, dalam bentuk apakah aktivitas tersebut ? a) Gotong-royong b) Ceramah c) Perayaan Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
d) Lain-lain (sebutkan)…………………
C. Sosial Psikologis 47. Apakah bapak/ibu masih khawatir jika terjadi gempa bumi ? a) Ya b) Tidak 48. Bila ya, dalam bentuk apakah kekhawatiran tersebut ? sebutkan…..
49. Bagaimana tingkat perasaan/ketakutan bapak/ibu selama dipengungsian ? sebutkan..........
50. Adakah perhatian dan bantuan dari pemerintah kepada keluarga bapak/ibu selama mengungsi ? a) Ya b) Tidak 51. Jika ya, apakah bentuk perhatian tersebut ? Sebutkan……….
52. Dari pemerintah manakah yang selalu memberikan perhatian.tersebut ? a) Pemerintah Pusat b) Pemerintah Daerah c) LSM (NGO) d) Dan lain-lain, sebutkan…… (boleh dijawab lebih dari satu) 53. Apakah bapak/ibu merasa puas atas bantuan dan perhatian tersebut ? a) Ya b) Tidak 54. Jika ya, apakah alasannya sebutkan……….
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009
55. Apakah bapak/ibu sudah merasa lebih baik selama di tinggal di pengungsian ? a) Ya b) Tidak
Atas kerjasamanya Saya ucapkan Terimakasih….
Mimin Satria : Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengungsi Korban Gempa Dan Tsunami Di Dusun Kolok Desa Kota Batu Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Nanggroe Aceh Darussalam, 2009. USU Repository © 2009