PERANAN PENDIDIKAN POLITIK ORGANISASI MASSA PETANI DALAM KEHIDUPAN KAUM TANI (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ilmu social dan ilmu politik di Fakultas Ilmu Social dan Ilmu Politik
Oleh: Hendro H.S 020906054
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …………………………………………………. DAFTAR TABEL……………………………………………. BAB I PENDAHULUAN……………………………………
1
1.1 Latar Belakang……………………………………………
1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………..
11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………
12
1.4. Kerangka Teori………………………………………….
13
1.4.1. Macam Organisasi………………………………..
14
1.4.2. Pengertian Peranan………………………………
16
1.4.3. Pengertian Pendidikan Politik…………………..
17
1.4.4. Pengertian Organisasi Massa Petani....................
24
1.5. Metodologi Penelitian………………………………….
25
1.5.1. Jenis Penelitian……………………………………
25
1.5.2. Lokasi Penelitian…………………………………
27
1.5.3. Penentuan Informan……………………………..
27
1.5.4. Teknik Pengumpulan Data……………………...
28
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
1.5.5. Teknik Analisa Data…………………………….
30
1.6. Sistematika Penulisan…………………………………
31
BAB II Gambaran Umum Desa Durin Tonggal Dan Organisasi Massa AGRA Ranting…………………
34
2. 1. Gambaran Umum Desa Durin Tonggal……………..
34
2.1.1. Letak Lokasi dan Batas-batas Wilayah……….
34
2. 1. 2. Keadaan Alam……………………………….
36
2. 1. 2. Asal-mula Desa………………………………
37
2. 1. 3. Jumlah dan Susunan Penduduk…………….
39
2. 1. 3. 1. Agama……………………………………
39
2. 1. 3. 2. Tingkat Pendidikan……………………..
40
2. 1. 3. 3. Berdasarkan Usia……………………….
41
2. 1. 4. Sistem mata pencaharian……………………
42
2. 1. 4. Sistem Kepemilikan Tanah…………………
44
2. 1. 5. Hubungan Penduduk Asli dan Pendatang…
45
2. 1. 6. Pola perkampungan, ……………………….
47
2. 1. 7. Sarana dan Prasarana………………………
49
2. 1. 8. Organisasi Social……………………………
52
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
2. 2. Organisasi Massa AGRA Ranting Desa Durin Tonggal………………………………………………
53
Sekilas Tentang AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria) dan Perkembangan di Sumatera Utara…………………………………
53
Sejarah Berdirinya AGRA Ranting Desa Durin Tonggal……………………………
56
BAB III Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani.............................
59
3.1 Pendidikan Politik Kaum Tani......................................
59
3.1. 1. Model Pendidikan Politik...................................
60
3.1. 2. Metode Pendidikan Politik.................................
62
3.1. 3. Proses Perintisan Pendidikan Politik AGRA Desa Durin Tonggal..............................
64
3.1. 4. Hambatan-hambatan dalam Proses Pendidikan Politik.............................................
66
3.2 Dampak Pendidikan Politik………………………….
67
3.2.1 Kuatnya Organisasi Petani…………………...
77
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
3.2.2 Kegiatan Sosial Politik Desa………………….
70
BAB IV PENUTUP……………………………………….
71
4.1. Kesimpulan…………………………………………..
71
4.2. Saran…………………………………………………
72
DAFTAR PUSTAKA…………………………………….
74
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah penduduk desa Durin Tonggal menurut Agama………………
40
Tabel 2 Jumlah Penduduk Desa Salam Tani Berdasarkan Tingkat Pendidikan…..
41
Tabel 3 Jumlah penduduk desa Durin Tonggal berdasarkan Usia…………………
42
Tabel 4 Jumlah penduduk desa Durin Tonggal berdasarkan pekerjaan………….
43
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraria yang kaya akan sumber-sumber agraria. Kekayaan akan sumber agraria tersebut termasuk tanah menyebabkan sebagian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Dari sekitar 210 juta penduduk Indonesia hampir 70% menggantungkan kehidupan mereka di lapangan pertanian dengan menjadi petani dan tinggal di pedesaan. Bagi kaum tani dan masyarakat pedesaan, tanah mempunyai arti yang sangat penting sehingga perlu dijamin perlindungannya. Tanah atau sumber daya agraria lainnya dalam suatu masyarakat agraria tidak hanya menjadi salah satu faktor produksi, tetapi juga mempunyai arti penting lainnya baik menyangkut aspek sosial maupun politik. Oleh karena itu, masalah tanah tidak semata-mata merupakan masalah hubungan antara manusia dan tanah, tapi lebih dari itu, secara normatif (juga kepentingan analisis) merupakan hubungan manusia dengan manusia.(Suhendar 1998,1). Tanah sebagai alat produksi menjadi sumber paling menentukan bagi kelangsungan hidup petani untuk mengembangkan kehidupan sosial serta kebudayaan secara lebih luas. Pada tanah itu pula, kedudukan mengenai status penguasaan dan kepemilikan dari kaum tani juga akan menentukan soal pertukaran dan distribusi hasil produksi pertaniannya. Jadi, tanpa jaminan serta perlindungan atas tanah sebagai Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
sumber-sumber agraria, maka produksi pertanian kaum tani akan terancam, kedaulatan pangan nasional juga mustahil untuk dicapai. Manusia berkepentingan bahwa kepemilikannya aman. 1 Dan manusia juga akan melakukan apa saja untuk menjaga tetap terlindungnya haknya walau harus mengorbankan jiwa dan raganya. Perlindungan kepentingan tersebut dilakukan dengan penerapan pedoman atau peraturan hidup yang menentukan bagaimana manusia seharusnya bersikap dalam masyarakat. Pedoman atau aturan akan selalu ada dalam semua tatanan masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun moderntermasuk masyarakat tradisional kita. Masyarakat tradisional (masyarakat adat) kita dalam hubungannya dengan tanah, telah memiliki tatanan yang cukup baik. Tatanan tersebut bertitik tolak pada keseimbangan antara kepentingan bersama dan kepentingan perseorangan. Para angota masyarakat sebagai individu diperbolehkan untuk menghaki sebagian tanah yang berada dalam yurisdiksi hukum adat mereka karena kedudukannya sebagai anggota masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Penguasaan sebagian tanah tersebut oleh seseorang dimungkinkan sepanjang dia memerlukannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara nyata, dan bukan hanya sekedar untuk mempunyai tanah. Oleh karena itu, hak perorangan atas tanah tersebut bukan hanya memberikan kewenangan untuk menggunakan tanah yang bersangkutan, tetapi sekaligus mengandung dan meletakkan kewajiban kepada pemegangnya untuk benar1
Aman berarti bahwa kepentingan-kepentingannya tidak diganggu dan dapat dipenuhi dengan tenang. Oleh karena itu, ia mengharapkan kepentingan-kepentingannya dapat dilindungi dari berbagai konflik, gangguan-gangguan, serta segala ancaman yang ada Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
benar memanfaatkannya. Pelanggaran terhadap norma ini akan berakibat dicabutnya kembali hak perorangan tersebut oleh kepala adat untuk diberikan kepada anggota masyarakat lain yang benar-benar mau memanfaatkannya. Sifat asli hak-hak perorangan atas tanah yang mengandung unsur kebersamaan itu menurut konsepsi hukum tanah adat dalam istilah modern disebut "fungsi sosial" 2 hak atas tanah. 3 Sejak Indonesia merdeka, banyak permasalahan pertanahan yang timbul sebagai warisan pemerintah kolonial. Pertama, permasalahan yang paling menonjol itu adalah, masalah penguasaan, pemilikan, pemanfaatan, dan penggunaan tanah yang tidak seimbang. Disamping pertambahan jumlah penduduk yang cepat, ketimpangan ini diakibatkan masih bercokolnya semikolonialisme dan semifeodalisme di Indonesia. Kedua terdapatnya dualisme hukum, dimana terdapat adanya aturan-aturan hukum adat disamping hukum nasional. Dan ketiga, belum adanya kepastian hak dan perlindungan hak atas tanah bagi sebagian besar rakyat. Keempat, banyaknya sengketa dan konflik pertanahan dan Kelima belum tuntasnya pendaftaran hak atas tanah. Bisa dikatakan bahwa persoalan pertanahan sekarang sudah termasuk persoalan ‘genting’ 4 yang mau tidak mau harus dihadapi. Dikatakan ‘genting’ di sini adalah karena persoalan atau konflik-konflik tanah sudah mengandung beberapa persoalan sosial dan politik. Pertama, konflik tanah sudah memakan korban harta, 2 fungsi sosial adalah hak seseorang untuk menguasai tanah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang diakui secara bersama dalam tatanan hukum adat. 3 Selanjutnya baca Aliansi Gerakan Reforma Agraria ‘Fungsi Sosial Hak atas Tanah’ implikasi dan implementasinya dalam perspektif perbandingan hukum tanah. 4 Dikatakan ‘genting’ karena melihat banyaknya persoalan-persoalan tanah yang selalu memakan korban tindak kekerasan, baik dari pihak petani maupun pihak aparat keamanan Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
benda, dan jiwa yang tidak sedikit. Kedua, fakta konflik – sebagai aktualisasi keberanian masyarakat untuk melawan kesewenang-wenangan dan dominasi kepentingan segelintir elite ekonomi-politik – yang ada belum menjadi daya pendorong bagi tumbuhnya aksi kolektif yang lebih besar dan mendasar. Padahal, baik mengacu pada penjelasan teoretis maupun beberapa pengalaman empiris, kekuatan massa rakyat dan tindakan kolektif yang terorganisasi dengan baik merupakan prasyarat utama untuk itu. Kepentingan terbesar yang mendasari itu adalah kehendak petani untuk menguasai tanah – baik restoratif maupun transformatif – yang menjadi sumber penghidupan utama mereka. Capaian yang lebih luasnya adalah terdistribusinya penguasaan dan pemilikan tanah secara adil dan merata. Ketiga, berdasarkan pengamatan sementara penulis, lemahnya kemampuan massa rakyat (tani) untuk memperluas dan memperbesar kekuatannya – secara kualitatif dan kuantitatif – dalam mendorong perubahan sosial paralel dengan semakin besarnya keterlibatan dan intervensi 5 pihak asing 6 dalam menanggapi persoalan-persoalan petani khususnya dan masalah agraria pada umumnya. Rezim yang sedang berkuasa sekarang, selain tunduk pada kekuatan dan dominasi modal raksasa,
juga tercatat
sebagai rezim yang walau
masa
pemerintahannya begitu pendek, namun telah membunuh begitu banyak kaum tani. Banyaknya peristiwa kriminalisasi kepada petani menunjukkan betapa sangat tidak berpihaknya pemerintah kepada petani, malah menunjukkan posisi petani yang selau 5
Intervensi dalam konteks ini bisa berupa bantuan dana, tenaga, gagasan, dan sebagainya yang diberi label “dukungan”. Pihak asing menunjuk pada pihak-pihak – aktor maupun institusi – di luar petani, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009 6
terjepit dan senantiasa menjadi korban dalam setiap permasalahan pertanahan. Kriminalisasi ini juga berpengaruh kuat pada lemahnya massa rakyat untuk berjuang bersama menuntut haknya kepada pengambil dan pelaksana kebijakan. Dengan kata lain terjadinya kriminalisasi terhadap petani oleh aparatus negara membuat petani semakin bungkam karena takut untuk menyuarakan kepentingannya. Sepanjang 2007 telah terjadi berbagai peristiwa yang justru mengorbankan petani, baik harta bendanya maupun nyawa petani yang melayang. Sejumlah peristiwa tersebut antara lain: peristiwa Rumpin-Bogor pada bulan januari 2007. dimana akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh TNI AU terkait dengan rencana pembangunan proyek water training, telah menyebabkan rusaknya lahan garapan warga serta korban luka-luka, penculikan terhadap beberapa tokoh masyarakat dan aktivis. Berikutnya adalah, peristiwa penangkapan terhadap sekitar 27 kaum tani di Kali Baru-Banyuwangi, penangkapan 50 kaum tani di Kalijajar-Wonosobo, hingga tindak kekerasan secara membabi buta yang dilakukan oleh TNI-AL di Alas TlogoPasuruan, yang menyebabkan meninggalnya lima orang kaum tani. Penembakan petani di Bulukumba, Sulawesi Selatan dan penembakan petani kopi di Manggarai, Nusa Tenggara Timur, yang semuanya menimbulkan korban jiwa di kalangan petani (Berita Kaum Tani, Agustus 2007). Konflik-konflik agraria semacam ini, mengingatkan kita semua bahwa suatu penyelesaian yang beradab dan memberikan rasa keadilan bagi sang korban, sangat dibutuhkan. Bukan sebaliknya yang terjadi dewasa ini, setelah petani ditembak dan dibunuh, teman-temannya yang tidak terbunuh dijebloskan ke dalam penjara. Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Peristiwa-peristiwa tersebut belum ditambah dengan kejadian-kejadian serupa di wilayah-wilayah lain di Indonesia yang jauh lebih besar lagi. Upaya kriminalisasi yang melibatkan alat kekuasaan negara (TNI/POLRI) sebagai benteng terdepan tentu saja tidak lain hanya untuk melindungi kepentingan kapital monopoli internasional dan klas-klas reaksioner dalam negeri, untuk mengeruk keuntungan tanpa batas dan menimpakan beban krisis ekonomi pada pundak kaum tani dan rakyat pekerja lainnya. Upaya untuk menata struktur agraria ini, sudah dicoba dimulai dengan menjalankan redistribusi tanah (land reform). Hal ini terwujud dalam sebuah undangundang yang bersifat nasional sekaligus populistik, yaitu UUPA 1960 (UU No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria) sebagai lanjutan dari pasal 33 UUD 45. Dengan demikian, kehendak untuk menata struktur agraria yang timpang adalah amanat kemerdekaan Indonesia. Program redistribusi tanah (land reform), yang kemudian dijalankan oleh Pemerintah Indonesia saat itu, hanya mampu dilaksanakan selama kurang lebih tiga tahun (1962-1965). Sayangnya, tanah-tanah yang telah berhasil diredistribusikan kepada para buruh tani dan petani kecil melalui program redistribusi tanah ini, kemudian diambil kembali oleh para pemilik tanah semula (para tuan tanah) dan para pimpinan tentara, dalam suasana penghancuran kekuatan politik kiri 7 pada waktu itu.
7 Politik kiri maksudnya adalah aliran politik yang berideologikan sosialisme atau paham komunisme seperti contoh Partai Komunis Indonesia Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Bangkitnya kekuatan politik kanan yang dimotori tentara, birokrat serta para ekonom liberal, dan disokong penuh oleh Amerika Serikat sebagai kekuatan imperialisme dunia, merupakan bencana bagi rakyat Indonesia, dan kaum tani khususnya.
Slogan
“Menjaga
stabilitas
dan
keamanan
guna
mendorong
Pertumbuhan,” telah menjadi alat kekerasan secara umum dan landasan untuk membentuk kebijakan-kebijakan ekonomi politik, termasuk kebijakan di lapangan agraria. Sehingga hampir seluruh kebijakan agraria yang ditetapkan setelah lahirnya Orde Baru, dijiwai oleh semangat mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia, yang erat kaitannya dengan tekanan untuk membayar utang luar negeri. Dalam lapangan pertanian, kita menyaksikan lahan-lahan pertanian tersubur di dunia yang terletak di Pulau Jawa, telah berubah menjadi wilayah-wilayah pemukiman, kawasan industri, dan tempat bermain golf. Perubahan (konversi) lahan semacam ini, telah turut menyumbang terhadap dianutnya kebijakan impor bahan makanan (pangan), selain bebalnya pemerintah Indonesia karena tunduk pada aturanaturan yang ditetapkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Perjanjian tentang Pertanian yang diatur dalam WTO, telah membuat dunia pertanian dan petani Indonesia semakin hancur. Kondisi yang menindas oleh feodalisme dan imperialisme jelas membuat petani menjadi semakin miskin karena sisa hasil produksi yang mereka pakai sendiri adalah hanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya saja(subsistensi). Tidak ada sisa surplus hasil produksi yang bisa dipakai untuk kepentingan kemakmuran dirinya. Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Konflik di lapangan telah mendorong rakyat untuk mengambil langkah sendiri dalam mengambil kembali haknya atas tanah, diantaranya dalam bentuk pendudukan kembali tanah-tanah oleh rakyat secara langsung (reclaiming). Motivasi rakyat ini didorong oleh rasa ketidakpercayaan pada kebijakan, mekanisme dan kelembagaan penyelesaian konflik selama ini. Lebih jauh lagi rakyat tidak percaya kepada rezimrezim pemerintah yang datang silih berganti yang hanya menunjukkan watak anti rakyat dan menjadi boneka imperialisme. PTPN IX merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, yang pada perkembangannya berubah mejadi milik PTPN II. Hingga pada pasca reformasi 98 banyak lahan PTPN II mengalami keterlantaran dan direbut oleh masyarakat Desa Durin Tonggal. Masyarakat mencoba memanfaatkan lahan yang sebelumya telah dibebaskan oleh pemerintahan Sumatera Utara. Berbagai jenis tanaman mereka tanami dan mereka tetap bertahan di lahan tersebut. Sekitar tahun 2007, pihak kepala desa disinyalir melakukan penjualan sepihak atas tanah tersebut kepada pengusaha besar asal Medan. Hingga akhirnya pengusaha meratakan lahan tersebut dan selanjutnya menanaminya dengan ubi/singkong. Pengelolaan lahan ini kembali tidak terlebih dahulu meminta izin dari masyarakat yang sebelumnya telah menggarap lahan tersebut. Akhirnya pengusaha yang mengelola lahan tersebut dan ditambah dengan pengkhiatan kepala desa mendapat reaksi keras dari masyarakat. Reaksi-reaksi yang dilakukan masyarakat atas penanaman itu antara lain aksiaksi massa yang digalang menuntut kembalinya lahan mereka. Aksi ini dilakukan Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
dengan terlebih dahulu mengorganisasikan dirinya ke dalam organisasi yang bernama Kelompok Tani Arih Ersada Aron Bolon (KT AEAB). Dengan KT AEAB ini mereka bersama-sama menuntut kembalinya tanah mereka ke berbagai instansi terkait seperti Pengadilan, DPRD dan sebagainya. Aksi-aksi yang dilakukan masyarakat ini tidak berjalan dengan lancar. Merasa benar, pihak pengusaha juga merespon tindakan masyarakat yang tentu saja bekerja sama dengan aparat keamanan. Bentuk respon atau reaksi yang dilakukan oleh perusahaan bekerja sama dengan aparat keamanan adalah adanya penangkapan terhadap pimpinan organisasi yang terbentuk dan beberapa orang petani desa Durin Tonggal. Di tengah-tengah situasi penguasaan lahan yang semakin sempit ini dan bahkan mengakibatkan banyak petani yang sudah tidak memiliki lahan akhirnya mengalami kondisi perekonomian yang semakin merosot. Hal ini dikarenakan oleh mayoritas kaum tani Desa Durin Tonggal merupakan petani dan bergantung sepenuhnya terhadap hasil pertanian mereka untuk dapat memecahkan persoalan baik dalam bidang kesehatan, bidang pendidikan keluarga dan sebagainya. Artinya hak kaum tani untuk mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera dengan pemilikan lahan yang mencukupi pastilah akan sulit tercapai. Sehingga penderitaan kaum tani akan semakin lama dalam jurang kemiskinan yang sangat dalam dan gelap gulita. Hal ini juga diakibatkan oleh pemahaman masyarakat yang masih terbatas atas perkembangan situasi daerah dan nasional terhadap hubungannya dengan Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
kehidupan mereka sebagai kaum tani. Sehingga mereka dapat dengan mudahnya ditipu bahkan dikhianati oleh pihak-pihak lain dengan berbagai cara yang cenderung ditakuti oleh petani. Pemahaman ini bermacam-macam cara pasti bisa didapatkan antara lain : melalui pendidikan formal (SD, SMP, dst) dan melalui pendidikan non-formal (baik dari organisasi politik, sosial, massa). Dan terkhusus pendidikan non-formal akan lebih mudah untuk dicapai oleh karena persyaratan-persyaratan yang tergolong mudah. Dan salah satu yang didapatkan oleh petani adalah tetang pendidikan politik, dan antusianis dari masyarakat desa Durin Tonggal akan pelayanan ini cukuplah tinggi. Hal ini dikarenakan oleh pendidikan yang dimaksud adalah bagaimana menguatkan organisasi mereka sendiri dan bagaimana dapat memberikan jalan keluar untuk bagaimana mereka dapat memperoleh hak-hak sebagai petani terkhusus dengan kembalinya tanah kepada kaum tani. Dari hal tersebutlah muncul kesadaran membetulkan organisasi KT AEAB (Kelompok Tani Lokal) dengan bergabung dengan salah satu organisasi massa tani nasional yang bernama AGRA (aliansi gerakan reforma agraria) dengan ranting desa Durin Tonggal. Dimana mereka memunculkan program organisasi yang antara lain adalah pengadaan program pendidikan berupa pendidikan politik.
Dengan maksud, dapat memberikan pemahaman yang baik bagi pimpinan dan anggota atas persoalan yang ada ditengah-tengah mereka. Partisipasi aktif masyarakat dalam mengkonseptualisasikan dan mengelola organisasi yang fungsional bagi Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
masyarakat
merupakan
masalah
emansipasi
dan
penerapan
prinsip–prinsip
demokrasi. Cara berfikir dan bertindak yang kritis akan mendorong lingkungan sistem yang demokratis, yang akan melahirkan kesadaran masyarakat.
Dengan berlandaskan pada tujuan dan program pokok perjuangan pembaruan agraria tersebut, AGRA merumuskan tujuan pendidikan (Ervan, 2005: 64) yang dilakukan sebagai berikut :
1. Memberikan pemahaman kepada massa tani dan aktivitas petani tentang keadaan alam dan masyarakat Indonesia khususnya kenyataan kongkret kaum tani, berikut sebab sebab penindasan dan penghisapan ditinjau dari historis perkembangan sosial–ekonomi, politik dan budaya. 2. Memberikan pengetahuan terhadap kaum tani dan aktivitas tani mengenai cita – cita tatanan sosial–ekonomi , politik dan budaya yang hendak dibangun oleh kaum tani serta tatanan sosial–ekonomi , politik dan budaya Indonesia yang bebas dari penindasan dan penghisapan relasi produksi imperalisme dan feodalisme. 3. Memberikan dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan praktek atau skill pada massa kaum tani dan aktivitas kaum tani di Indonesia mengenai metode, taktik dan strategi perjuangan untuk mengubah keadaan yang menindas dan menghisap tersebut kedalam tatanan masyarakat yang membebaskan.
Dalam melaksanakan pendidikan AGRA tidak menempatkan program pendidikan sebagai program yang terpisah dari program–program lain. Program pendidikan politik ini dilaksanakan berbarengan atau dijadikan suatu bentuk metode program pengorganisasian, sasaran pengorganisasian dan pendidikan politik AGRA adalah kaum tani yang berhubungan dengan pelaksanaan pembaruan agraria dan penyelesaian sengketa–sengketa lahan yaitu kaum buruh tani, petani miskin dan kaum tani sedang bawah.
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Dengan demikian, penelitian ini memilih Aliansi Gerakan Reforma Agraria sebagai objek penelitian atas dasar bahwa AGRA sebagai penggerak dalam partisipasi untuk bagaimana nantinya dapat membantu meningkatkan kehidupan atau kesejahteraan kaum tani Desa Durin Tonggal, Kecamatan pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.
1.2 Perumusan Masalah Konflik agraria terjadi ketika subsistensi petani sebagai pengelola sumber daya agraria berikut pola penguasaannya terancam dengan terganggunya tata produksi oleh intervensi kapital ke dalam masyarakat. Dalam hal ini petani merupakan pihak yang terbatas kemampuannya untuk menghadapi ekspansi yang hendak menghilangkan kaitan yang erat antara mereka dalam pengelolaan faktor produksi tersebut dan sumber daya agraria beserta kegiatan-kegiatan yang menyertainya, seperti sumber daya agraria untuk pertanian dan perkebunan (Suhendar 1998;33). Petani juga akan semakin terjepit dalam situasi ini, baik dalam ekonomi, politik, dan budaya. Sehingga petani secara spontan maupun terorganisir akan tetap berusaha mendapatkan haknya sebagai petani. Peningkatan pemahaman yang baik memandang perkembangan situasi adalah penting untuk mereka dapatkan sehingga dalam situasi terjepit ini mereka bisa bertahan hidup dan berusaha memperbaiki kehidupan. Oleh karena itu, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
1. Bagaimana strategi AGRA ranting Desa Durin Tonggal sebagai organisasi massa petani dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan politik di Desa Durin Tonggal, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang? 2. Strategi apa yang dikembangkan AGRA untuk memberdayakan masyarakat petani khususnya dalam bidang pendidikan politik?
1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian 1. Menggambarkan
proses–proses
yang
dikembangkan
AGRA
dalam
memberdayakan pendidikan politik di Desa Durin Tonggal. 2. Mengidentifikasi titik hambatan tentang permasalahan yang dihadapi AGRA, ketika terjadinya proses tersebut. 3. Menjelaskan
strategi
dan
langkah-langkah
yang
digunakan
dalam
memberdayakan masyarakat khususnya dalam bidang pendidikan politik.
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
1.3.2. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan seputar pemberdayaan masyarakat – strategi, langkah-langkah – khususnya masyarakat kaum tani. Serta menambah refrensi bacaan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 2. Kegunaan praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakan atau kepada organisasi massa dalam memecahkan masalah–masalah yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan politik.
1.6. Kerangka Teori Setiap organisasi mempunyai kekhususan sendiri-sendiri, ini ditentukan oleh arah tujuan, materi kepentingan, sasaran perjuangan dan situs aktivitas dari masingmasing organisasi yang berbeda bentuk dan sifatnya tersebut, disusunlah sebuah struktur organisasi. Walaupun demikian, semua organisasi mempunyai kesamaan secara umum, yaitu bahwa setiap organisasi harus mempunyai dan pasti berdiri di atas basis serta bergerak melangkah dipimpin oleh pimpinan organisasinya. Organisasi basis (pokok atau dasar) sebagai dasar kekuatan, dan pimpinan sebagai pengendali organisasi, merupakan dua hal yang mutlak tidak bisa ditinggalkan. Struktur organisasi harus disusun dan diatur sedemikian rupa agar memenuhi syarat dan mencapai maksud dari arti hakikat struktur organisasi, yaitu: Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
1. Bagaimana hubungan pimpinan sebagai pengendali dan pengarah penggunaan kekuatan organisasi dengan organisasi basis sebagai wadah dan penghimpun langsung sebagai dasar dan sumber kekuatan organisasi, bisa lincah, cepat dan seksama. 2. Bisa dengan tangkas dan tangguh menghadapi tantangan dan secara luwes berhubungan dengan sahabat/sekutu dalam mengurus serta menyelesaikan persoalan. 3. Mampu memelihara dan menjaga kekuatannya tetap solid serta selalu siaptegap untuk bergerak melangkah melaksanakan tugas.
1.4.1. Macam Organisasi 8 a. Organisasi Politik Organisasi yang bertujuan mengubah sistem sosial dan politik. organisasi semacam ini berbentuk partai politik sebagai wujud bentuk tertingginya. Bentuk-bentuk perjuangan lebih pada aksi-aksi politik dibanding dengan aksi ekonomi. Sebagai organisasi yang berjuang untuk mengubah satu sistem, organisasi ini bergerak pada banyak lini kehidupan. b. Organisasi Massa Di dalam mengorganisasikan massa dalam berbagai organisasi massa, maka menjadi penting bahwa organisasi tersebut mampu merumuskan ide-ide perjuangan yang didapatkan dari massa sekaligus didukung secara luas oleh
8
Kelompok Kerja untuk Demokrasi Rakyat. Tentang Organisasi Massa Demokratis Nasional. Indonesia. 2004
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
massa. Dengan demikian organisasi ini adalah milik massa dan massa akan terlibat secara aktif dalam mengembangkan organisasi serta programnya. Organisasi
massa
adalah
organisasi
yang
mengedepankan
mengakomodasi/memperjuangkan kepentingan massa, baik organisasi massa kelas buruh, kaum tani, perempuan serta pemuda dan mahasiswa, yaitu kepentingan dan tujuan kesejahteraan sosial atau ekonomi. Lapangan dan sasaran aktivitas dari perjuangan organisasi massa adalah satu sektor sosial atau ekonomi bagi kepentingan kesejahteraan massa atau anggotanya. Perjuangan ormas tersebut akan mengarah dan meningkat pada perjuangan politik ketika perjuangan sosial atau ekonominya sudah sampai berhadapan dengan dinding politik yang dikuasai oleh penguasa yang menghadang. Karena perjuangan politik akan dimengerti, dan ditanggapi massa apabila berkaitan dengan kepentingan sosial atau ekonominya. Apabila tidak, tentunya perjuangan-perjuangan politik akan sangat lemah ditanggapi massa dan tidak mengakar. Perjuangan politik yang dilakukan tentunya dalam kerangka membebaskan dirinya dari sistem penindasan yang dilakukan oleh imperialisme dan feodalisme. Maka arah perjuangan dari organisasi massa dimulai dari tahap yang bersifat kuantitatif ke kualitatif, dari reform dan demokratis keperubahanperubahan yang bersifat revolusioner. Hanya dengan cara inilah ormas akan kuat serta tumbuh dan berkembang secara luas. c. Organisasi Sosial
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Organisasi yang didirikan oleh segelintir orang yang memiliki hak-hak istimewa dibandingkan dengan anggota selanjutnya. Organisasi ini ditujukan untuk memberikan pelayanan sosial pada masyarakat. Bentuk dari organisasi sosial, antara lain: yayasan sosial, lembaga bantuan, dan sejenisnya. Sehingga dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan ekonomi-politik dalam model produksi dan hubungan produksi dalam masyarakat Indonesia yang setengah feodal9.
1.4.2. Pengertian Peranan Peranan berasal dari kata peran, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemain. Peran adalah orang yang menjadi atau melakukan sesuatu yang khas, atau “perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat”. Jika ditujukan pada hal yang bersifat kolektif di dalam masyarakat, seperti himpunan, gerombolan, atau organisasi, maka peranan berarti “perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh organisasi yang berkedudukan di dalam sebuah mayarakat”. Peranan (role) memiliki aspek dinamis dalam kedudukan (status) seseorang. Peranan lebih banyak menunjuk satu fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Menurut Anton Moelyono (1949), peranan adalah sesuatu yang dapat diartikan memiliki arti positif yang diharapkan akan mempengaruhi sesuatu yang lain. 10 Peranan bersinonim dengan ‘pengaruh’. Dalam Kamus Besar Bahasa
9
Darsono, Dasar-Dasar Ekonomi Politik Marxis, Jakarta; Aliarcham Institute, 1962, hal.23. 10 Dalam Erwin Sugiarto, Op.Cit., hal. 16
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Indonesia, ‘pengaruh’ berarti “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Jika dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat kolektif di dalam masyarakat, maka pengaruh adalah “daya yang ada atau timbul dari organisasi yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan masyarakat. Makna peranan secara implisit menunjukkan kekuatan. Kekuatan tersebut berlaku baik secara internal maupun eksternal terhadap individu atau kelompok yang menjalankan peranan tersebut. Secara umum, pengertian peranan adalah kehadiran di dalam menentukan suatu proses keberlangsungan (Hari Soegiman, 1990: 2). Sementara itu, Alvin L. Bertrand, seperti dikutip oleh Soleman B. Taneko menyebutkan bahwa: "Yang dimaksud dengan peran adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang memangku status atau kedudukan tertentu" (Soleman B. Taneko, 1986: 23). Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Margono Slamet (1985: 15), yang mendefinisikan peranan sebagai “sesuatu perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi dalam masyarakat. Sedangkan Astrid S. Susanto (1979: 94) menyatakan bahwa peranan adalah dinamisasi dari statis ataupun penggunaan dari pihak dan kewajiban atau disebut subyektif. 11 Dalam kamus bahasa Inggris, peranan (role) dimaknai sebagai tugas atau pemberian tugas kepada seseorang atau sekumpulan orang (John M. Echlos, 2000: 489). 12 Dari beberapa pengertian ‘peranan’
11
Ibid, hal. 23.
12
Ibid., hal 23.
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
di atas, dalam penelitian ini peranan didefinisikan sebagai aktifitas yang diharapkan dari suatu kegiatan, yang menentukan suatu proses keberlangsungan.
1.4.3. Pengertian Pendidikan Politik Istilah ‘pendidikan politik’ merupakan istilah yang kerap digunakan oleh para praktisi pemberdayaan masyarakat untuk menggambarkan setiap proses yang dilakukan dalam kerangka meningkatkan kesadaran sosial masyarakat terhadap dinamika politik yang terjadi. Meski demikian, dalam berbagai literatur jarang sekali ditemukan definisi yang baku mengenai istilah “pendidikan politik”. Jika istilah “pendidikan” didefinisikan sebagaimana uraian pada sub bab di atas, lalu “politik” difinisikan sebagaimana Miriam Budiardjo (1988: 8), “politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu, menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu”. Konsep-konsep pokok dalam politik adalah; negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, dan pembagian atau alokasi.
Maka dapat ditarik definisi sederhana bahwa pendidikan politik merupakan suatu perangkat dengan mana kelompok sosial melanjutkan keberadaannya memperbarui diri sendiri dan mempertahankan ideal-idealnya dalam menghadapi berbagai macam kegiatan dalam suatu
sistem politik
dengan
berbagai tujuannya.
Sederhananya, adalah setiap upaya yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
di dalam masyarakat untuk membebaskan manusia dari keterkungkungan kemiskinan sosial untuk kemudian memiliki kontribusi pada proses politik yang sedang terjadi, terutama pada persoalan yang menyangkut langsung dengan kepentingan hidupnya. Dalam ranah teori politik klasik, Machiavelli menyatakan bahwa pendidikan politik perlu diberikan kepada orang-orang “yang belum tahu”. Pendidikan politik tersebut dimaknai bukan sebagai pendidikan politik yang negatif tentang pembenci tiran, melainkan pendidikan positif, yaitu diberikan pada orang-orang yang mengakui pentingnya pendidikan tersebut, sekalipun pendidikan tersebut tersebut merupakan alat tirani yang mengejar suatu keuntungan tertentu (Gramsci, 2001: 17). Rusadi Kantaprawira (1977:54) menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu fungsi dari struktur politik di dalam masyarakat. Dengan “menyamaratakan” pendidikan politik dengan sosialisasi politik, Kantaprawira mendefinisikan pendidikan politik sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahun politik rakyat, dan akhirnya rakyat dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politik tersebut. Pendidikan politik tersebut dapat diselenggarakan antara lain melalui: 1. Bahan-bahan yang dapat dibaca (readable, legible) seperti surat kabar, majalah, dan lain-lain yang bersifat publikasi massa dan yang bisa membentuk pendapat umum, 2. Siaran yang dapat didengar (audible) dan televisi serta film yang dapat dilihat dan didengar (bersifat audio-visual),
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
3. Lembaga-lembaga, asosiasi-asosiasi dalam masyarakat seperti masjid dan gereja yang menyampaikan khotbah, serta kemungkinan juga melalui pendidikan formil ataupun informil.
Almond dan Coleman, seperti dikutip oleh Rusadi Kantaprawira (1977:56) menulis soal fungsi pendidikan politik dalam struktur politik, bahwa “yang ada dalam setiap sistem politik adalah metode-metode perekrutan dan latihan politik yang menyebabkan kita bertanya, bagaimanakah rakyat direkrut dan dimasyarakatkan ke arah peranan-peranan dan orientasi-orientasi politik dalam sistem politik yang berbeda-beda? Atau fungsi perekrutan dan sosialisasi.” Sementara itu, menurut Mansour Fakih (1999:5), pendidikan politik adalah setiap usaha untuk melahirkan kesadaran kritis bagi penghormatan atas hak asasi manu-sia, termasuk hak perempuan, hak anak-anak, hak kultural dan politik kaum mino-ritas, hak-hak penyandang cacat, dan hak asasi manusia lainnya. Ia juga menyebutkan bahwa terdapat korelasi antara sikap penghormatan atas hak asasi manusia dan sistem politik yang demokratis. Pendidikan kritis akan mendorong lingkungan sistem politik yang demokratis yang akan melahirkan masyarakat yang menghar-gai HAM, namun masyarakat yang demokratis sulit diwujudkan oleh model pendidikan yang otoriter-totaliter yang merendahkan HAM. Oleh karena itu, membangun sistem sosial-politik yang demokratis hanya bisa diwujudkan oleh suatu sistem pendidikan
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
politik kritis. Dengan kata lain, untuk mewujudkan sistem sosial-politik yang demokratis, diperlukan pendidikan politik yang kritis. 13 Pendidikan politik merupakan bagian tak terpisahkan dari sosialisasi politik, baik secara konseptual maupun dalam prakteknya, sebab unsur-unsur yang terdapat di dalam pendidikan politik dapat diasumsikan sama dengan unsur-unsur yang terdapat di dalam sosialisasi politik. Unsur-unsur itu mencakup;
1. Nilai-nilai politik, yang didefinisikan oleh Frans Bona Sihombing (1984:27) sebagai; a. Seperangkat taksiran atau perhitungan yang diberikan atas kebijakankebijakan politik. b. Kebijakan-kebijakan yang telah ditaksirkan tersebut dihadapkan dengan kenyataan-kenyataan politik, sehingga menimbulkan pertanyaan; tindakantindakan politik apa saja yang seharusnya terlaksana? c. Tindakan-tindakan politik yang seharusnya terlaksana tersebut ditingkatkan menjadi
suatu
keharusan
politik.
Keharusan
politik
dalam
arti
mempertimbangkan melalui apa yang baik dan apa yang benar itu berakhir dengan suatu keputusan bahwa keharusan politik tersebut harus terlaksana karena memang itulah sebaiknya. d. Yang sebaiknya harus terlaksana itu bersifat memajukan.
13
Dalam Erwin Sugiarto, Op.Cit. hal 27
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
e. Yang sebaiknya harus terlaksana dan memajukan itu harus dapat diterapkan dalam bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh sifat kebudayaan dari suatu bangsa. f. Penerapan dalam bentuk tingkah laku itu menimbulkan tingkatan perubahan yang berfaedah. g. Perubahan yang berfaedah itu meliputi apa saja yang mungkin terpenting dari suatu kepentingan kemungkinan politik. 2. Pengetahun politik. Jack Dennis merumuskan pengetahuan politik dalam tiga variabel, yaitu; pengetahuan tentang pemerintah, pengetahun tentang aturan main politik, dan pengetahuan tentang lingkungan dan masyarakat. (Suwondo, 1998:11) Sementara itu, Kurniati Negara (1993:2) berpendapat bahwa “pengetahuan politik berarti segala yang diketahui berkenaan dengan macam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik, yang meliputi pengetahuan tentang tujuan negara, lembaga-lembaga negara dan lain-lain”. 3. Sikap politik Menurut Sudijono Sastroatmojo (1995:4), sikap politik adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap objek tertentu yang bersifat politik, sebagai hasil penghayatan terhadap objek tersebut. Sikap belum merupakan suatu tindakan aktivitas, akan tetapi baru merupakan suatu kecenderungan dari suatu sikap tertentu, dan dapat diperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan berkenaan dengan objek-objek yang dimaksud. Menurut Alfian, sikap dan tingkah lahu politik adalah Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
kecenderungan seseorang untuk bertindak (diam juga merupakan sikap) terhadap suatu keadaan. Kalau seseorang merasa terdorong untuk merubah suasana lingkungan yang sudah jauh dari demokratis menjadi lebih demokratis, itupun akan mencerminkan sikap dan tingkah laku politiknya. 14 Sikap dan tingkah laku politik itu diten-tukan oleh apa yang terkandung dalam dirinya, seperti idealisme, tingkat kecerdasan, faktor biologis, keinginan hati, juga oleh suasana lingkungan, kebudayaan, kehidupan bernegara, politik, sosial, ekonomi dan sebagainya. Dengan kata lain, seperti dinyatakan oleh Haryanto, pendidikan politik merupakan perwujudan nyata dari sosialisasi politik. Dalam kontekstualisasinya dengan
fungsi partai politik sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan politik,
keduanya dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran politik anggota, kader, atau simpatisan partai. Termasuk di dalamnya adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan rakyat mengenai hak-hak politiknya dalam kehidupan bernegara (Naning Mardiniah, dkk., 2004: 102). Pendidikan politik juga berkaitan erat dengan pembangunan budaya politik yang tinggi. Budaya politik yang dimaksud, sebagaimana dikatakan oleh Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, merupakan suatu sikap orientasi yang khas dari warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya dan sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu. Dengan orientasi ini, mereka menilai serta
14
Ibid., hal 29
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
mempertanyakan tempat-tempat peranan mereka di dalam sistem politik. (Didi Turmuzi, 2004: 2) Sikap individu dan masyarakat dalam sistem politik, jelas Almond dan Verba, dapat diukur dengan menggunakan ketiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan evaluatif. Komponen kognitif misalnya tingkat pengetahuan seseorang mengenai perkembangan sistem politik, para elite birokrasi, kebijakan-kebijakan yang diambil, dan simbol-simbol yang dimiliki oleh sistem politik. Komponen afektif berbicara mengenai aspek perasaan seorang warga negara yang khas terhadap aspek-aspek sistem politik tertentu yang membuatnya menerima atau menolak sistem politik itu. Sedangkan dalam komponen evaluatif, orientasi warga negara ditentukan oleh evaluasi moral yang memang telah dimilikinya. Dalam konteks keterkaitan pendidikan politik dengan budaya politik ini pula, pendapat yang berbeda ditulis oleh M. Panggabean, yang menyatakan bahwa pendidikan politik ialah “cara bagaimana suatu bangsa mentransfer budaya politiknya dari generasi yang satu ke generasi yang kemudian”. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan budaya politik adalah “keseluruhan dari nilai, keyakinan empirik, dan lambang ekspresif yang menentukan terciptanya situasi dalam mana kegiatan politik terselenggara. (dalam Ramdlon Naning, ed., 1984: 1) Ramsji Tadjuddin menambahkan bahwa azas-azas yang melandasi dilaksanakannya pendidikan politik adalah; (1) edukatif kultural, berupa pembinaan berdasarkan nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat setempat; (2) demokratis dalam penyelenggaraannya; (3) integralistik dengan program-program di bidang lain; (4) membawa manfaat bagi kesejahteraan; (5) dilakukan secara bertahap, berjenjang, Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
dan berkelanjutan; (6) tidak mengganggu keamanan dan stabilitas politik. (Ramdlon Naning, ed., 1984: 1).
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
1.4.4. Pengertian Organisasi Massa Petani
Beranjak dari pengertian ‘organisasi’ dan ,organisasi massa, di atas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ‘organisasi massa petani’ adalah organisasi yang bertujuan membela kepentingan sosial-ekonomi massa petani, dengan pola keanggotaan yang luas dan berbasis petani. Dalam buku Seri Panduan Organisasi Tani yang diterbitkan Konsorsium Pembaruan Agraria, dinyatakan bahwa organisasi massa petani harus berjenjang dari tingkat desa/lokal, tingkat wilayah, dan tingkat nasional. Organisasi tingkat lokal merupakan organisasi tingkat desa yang dipimpin oleh kader-kader petani. Karena masalah-masalah kongkrit yang dihadapi petani ada pada tingkat lokal, maka perjuangan kongkrit petani ada di tingkat lokal. Organisasi-organisasi tingkat lokal ini kemudian berhimpun ke dalam organisasi tingkat wilayah, baik wilayah kabupaten, maupun wilayah propinsi. Adapun tugas organisasi tingkat wilayah yang dipimpin oleh kader-kader terpilih dari tingkat lokal tersebut adalah memimpin perjuangan dan kampanye politik di tingkatan wilayah, selain juga melakukan pendidikan. Organisasi wilayah dibentuk apabila organisasi-organisasi di tingkat lokal sudah kuat. Sementara organisasi tingkat nasional adalah organisasi yang dipimpin oleh kader-kader terpilih dari tingkat wilayah yang sudah teruji kemampuannya. (Faryadi (ed,), 2005: 11)
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
1.7. Metodologi Penelitian 1.5.1. Jenis Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Hadari, penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan sebenarnya. Menurut Newman, penelitian deskriptif mampu menyajikan gambaran secara detail dari sebuah situasi dan atau setting social. Menurut Nazir (1988: 63), penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau tulisan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sedangkan menurut Masri Singarimbun penelitian deskriptif bertujuan untuk men-deskripsikan secara terperinci tentang fenomena sosial tertentu. Mengenai metode penelitian yang bersifat kualitatif, sebagaimana dikatakan oleh Nasution merupakan metode di mana prosedur penelitian adalah bersifat menjelaskan, mengelola, dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata-kata dan kalimat, sehingga dapat diketahui jawaban atas permasalahan yang diteliti. Jadi
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
pada metode kualitatif ini tidak terbatas pada pengumpulan data saja, akan tetapi meliputi analisis dan menginterpretasikan tentang arti data tersebut. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan reliabilitas. Adapun yang dipahami adalah istilah kesesuaian, kecocokan, yakni keserasian antara data yang dikumpulkan dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Hadari dan Martini (1992) Hadari mengemukakan bahwa analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan, mendeskripsikan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. Cara-cara yang dilakukan pada dasarnya tetap bertujuan membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat. Analisis-analisis kemudian dilakukan melalui cara-cara interpretatif dan kritis terhadap fakta-fakta yang ditemukan. Penelitian ini bermaksud mendapatkan gambaran nyata tentang Peranan Organisasi Massa Petani yakni AGRA dalam usaha kaum tani mendapatkan hakhaknya sebagai petani melalui program organisasi yang dilakukan di Desa Durin Tonggal Kecamatan Pancur Batu. Untuk itu digunakan jenis penelitian kualitatif dalam menyelidiki permasalahan yang akan diteliti. Untuk memecahkan suatu masalah, diperlukan suatu cara atau metode. Cara atau metode tersebut merupakan hal yang penting dalam menentukan keberhasilan dalam suatu penelitian terhadap objek yang diteliti. Metode merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan secara sebaik-baiknya untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan kebenaran. Seperti dikemukakan oleh Husin (1989:48), bahwa metode adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kerja Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
atau jalan untuk memahami sesuatu obyek yang mengenai sasaran ilmu yang bersangkutan. Sedangkan menurut Surachmad (1982), bahwa metode adalah cara utama untuk mencapai tujuan, misalanya menguji serangkaian hipotesis dengan caracara tertentu. Melalui tipe dan metode ini selanjutnya usaha-usaha penelitian akan dipusatkan untuk
menjawab pokok-pokok persoalan yang menjadi substansi
perumusan masalah yang telah dibuat oleh penulis. 1.5.2. Lokasi Penelitian Penetapan lokasi penelitian dilakukan sesuai dengan judul penelitian yaitu pada Organisasi Massa Tani AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria) Ranting Desa Durin Tonggal. Penentuan lokasi ini karena melihat beberapa pertimbangan berikut: Pertama, karena AGRA adalah Organisasi Massa (Ormas) Nasional, yang berbasis petani. Kedua, AGRA merupakan lembaga yang bergerak dibidang edukasi baik secara politik, ekonomi, sosial dan budaya. Ketiga, program AGRA bukan hanya melalui pendidikan alternatif, akan tetapi menjangkau kesejahteraan petani. Seperti program pendidikan politik, maupun program pemberdayaan ekonomi. Untuk itu, peneliti dapat melakukan penelitian tentang Peranan Organisasi Kaum Tani dalam Usaha Kaum Tani Mendapatkan HakHak Kaum Tani di Desa Durin Tonggal.
1.5.3. Penentuan Informan Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Para informan tersebut dipilih karena mereka adalah pihak-pihak yang secara langsung berkaitan langsung dengan kinerja pendidikan alternatif di desa tersebut. Informan yang diambil, dipilih secara purposive sampling. Menurut Muhajir (1995:34) penggunaan purposive sampling bertujuan atau bermaksud untuk mengambil sampel secara subjektif, dengan anggapan bahwa sampel yang diambil itu merupakan keterwakilan (representatif) bagi peneliti. Sehingga pengumpulan data yang langsung pada sumbernya dapat dilakukan secara proporsional demi keakuratan penelitian ini. Dalam memilih sampel awal dari mereka menurut Spradly dalam Faisal (1990:57-58) supaya lebih terbukti perolehan informasinya, ia mengajukan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan antara lain, yaitu: 1. Subyek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran/peneliti dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan. 2. Subyek yang masih terlibat secara penuh atau aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian. 3. Subyek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk dimintai informasi. Kriteria yang digunakan untuk memilih informan adalah mereka yang mempunyai intensitas lebih terhadap pendidikan alternatif tersebut. Adapun mereka yang terlibat adalah anggota AGRA yang aktif sebagai pengurus dan pendamping masyarakat, dan masyarakat Desa Durin Tonggal-Kec. Pancur Batu. Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
1.5.4. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Antar alat pengumpul data tersebut berfungsi saling melengkapi akan data yang dibutuhkan. Untuk mengumpulkan data dan informasi pada penelitian ini, digunakan beberapa teknik berikut: 1. Wawancara Mendalam (Indepeth Interview) Adalah tehnik mengumpulkan data dengan bertanya langsung kepada sumber data. Wawancara mendalam ini dilakukan untuk mendapatkan informasi untuk menjawab pokok-pokok persoalan yang menjadi substansi perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dibuat penulis dengan cara bertanya langsung kepada informan. Kualitas wawancara akan mempengaruhi kualitas data yang akan diperoleh. Peneliti akan menggunakan pedoman wawancara dengan maksud agar pertanyaan yang diberikan nanti tidak menyimpang dari lingkup penelitian. Selain melakukan wawancara formal dilakukan juga wawancara informal. Pada jenis wawancara ini pertanyaaan yang diajukan sangat bergantung pada wawancara itu sendiri. Jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai. Hubungan pewawancara dengan yang diwawancarai adalah dalam suasana wajar sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja. Sewaktu pembicaraan berjalan, yang diwawancarai
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
malah barangkali tidak mengetahui atau menyadari bahwa ia sedang diwawancarai (Moleong 1998:136) 2. Teknik/Studi Dokumenter Menurut Hadari (1993:98) teknik/studi dokumenter adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum-hukum dan lain-lain yag berhubungan dengan masalah penyelidikan.
3. Studi Kepustakaan Menurut Hadari (1996:109) studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber, seperti buku-buku yang memuat berbagai ragam kajian teori yang sangat dibutuhkan peneliti, majalahmajalah, naskah-naskah, kisah sejarah, dan dokumen. Termasuk di dalamnya adalah rekaman berita dari radio, televisi, dan media elektronik lainnya. Penggunaan studi kepustakaan sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mencari dan menghimpun informasi/data yang bersifat kepustakaan dan dokumentatif, seperti: artikel-artikel, arsip-arsip penting, kebijakan, dan lainnya.
1.5.5. Teknik Analisa Data Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis data secara umum dapat diartikan sebagai upaya pengolahan, penggolongan, manipulasi, pengorganisasian dan penyimpulan data untuk memperoleh jawaban terhadap masalah yang sedang diteliti. Soetandyo (1982:328-329) mengemukakan tujuan analisa data, adalah memperoleh hal-hal yang penting dan menentukan kesimpulan tentang kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Adapun analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif, yaitu menganalisa data dengan cara menjelaskan dalam bentuk kalimat logis. Seperti yang dikemukakan oleh Hadari dan Martini (1992) bahwa data kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu dari sesuatu yang ada, berupa keadaan, proses, kejadian, dan lain-lain yang dinyatakan dalam bentuk perkataan. Dalam penelitian kualitatif, analisa data dilakukan bersamaan dengan jalannya penelitian. Dalam penelitian ini, analisa data akan dilakukan melalui alur kegiatan sebagai berikut:
a. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari wawancara.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisa yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
mengorganisasi data dengan cara sedemikianrupa hingga kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, dalam Hadari 1992:15).
b. Display/Penyajian Data Menurut Miles dan Huberman dalam Hadari dan Martini (1992:14), data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian yang sering
digunakan pada analisis data kualitatif adalah bentuk teks naratif (pristiwapristiwa yang ditampilkan secara berurutan).
Data yang diperoleh dari hasil
wawancara mendalam terhadap masyarakat, dikumpulkan untuk diambil kesimpulan-kesimpulan, sehingga bisa disajikan dalam bentuk narasi deskriptif. c. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi Hasil wawancara dari informan kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Pada tahap ini data yang telah dihubungkan satu dengan yang lain sesuai dengan konfigurasi-konfigurasinya, ditarik kesimpulan.
1.6. Sistematika Penulisan Judul Skripsi : " Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal)“ Bab I : Pendahuluan Bab ini akan membahas (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan dan manfaat penelitian, (4) kerangka teori, (5) metodologi Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
penelitian, terdiri dari; (5.1) jenis penelitian, (5.2) lokasi penelitian, (5.3) penentuan informan, (5.4) teknik pengumpulan data, dan (5.5) teknik analisa data, dan yang terakhir adalah (6) sistematika penulisan. Bab II
: Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab II ini, penulis akan memaparkan lokasi penelitian, dimana penulis mengambil lokasi penelitian di Organisasi Massa Kaum Tani AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria) Ranting Desa Durin Tonggal. Serta menguraikan tentang sejarah perkembangan AGRA sebagai organisasi massa kaum tani demokratis nasional khususnya di wilayah Sumatera Utara.
Bab III
: Pendidikan politik organisasi massa petani dalam kehidupan kaum tani. Di bab ini, penulis menguraikan perkembangan pendidikan politik terhadap kaum tani, yaitu meningkatnya pemahaman kaum tani akan situasi kehidupannya disertai strategi yang dijalankan oleh AGRA Ranting dalam pendidikan politik. Dan di bab ini penulis juga menguraikan dampak pendidikan.
Bab IV
: Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.
Daftar Pustaka Daftar pustaka merupakan rujukan (Referensi) yang digunakan oleh
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
penulis sebagai acuan dasar penulis untuk mengkaitkan ide dasar penulis dengan ide yang telah di bakukan oleh penulis lain untuk kelengkapan referensi dalam karya tulis ilmiah (skripsi).
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
BAB II GAMBARAN UMUM DESA DURIN TONGGAL dan ORGANISASI MASSA AGRA Ranting Desa Durin Tonggal
2. 1. Gambaran Umum Desa Durin Tonggal 2.1.1. Letak Lokasi dan Batas-batas Wilayah Desa Durin Tonggal berada di Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deliserdang. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang terletak di antara 2°57° - 3°16° Lintang Utara dan antara 98°33° - 99°27° Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan paling Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497.62 km2 dan luas Provinsi Sumatera Utara, dengan batas wilayah sebagai berikut : •
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera
•
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo
•
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat Daerah ini secara geografis terletak pada wilayah pengembangan Pantai timur
Sumatera Utara serta memiliki topografi dan iklim yang bervariasi. Kawasan hulu yang mulai bergelombang sampai terjal, berhawa tropis pegunungan, kawasan dataran rendah yang landai, sementara kawasan pantai berhawa tropis pegunungan.
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Dengan pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi dua wilayah, secara adminstratif pemerintahan Kabupaten Deli Serdang kini terbagi atas 22 kecamatan yang di dalamnya terdapat 14 kelurahan dan 389 desa. Khusus di Kecamatan Pancurbatu mempunyai luas wilayah 122,53 Km2 atau sekitar 12.253 Ha, terdiri dari 25 Desa dan 108 dusun, dengan ibukota kecamatan terdapat di Desa Tengah. Desa Durin Tonggal yang menjadi lokasi penelitian merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Pancurbatu. Jarak dari ibukota kecamatan ke lokasi penelitian berkisar 12 Km. Jarak dari desa ke Ibukota Kabupaten 111 Km, serta jarak ke Medan sebagai Ibukota propinsi adalah 28 Km dan jarak ini bisa ditempuh dengan angkutan umum roda empat dan roda dua sekitar 30 menit dalam keadaan normal. Sarana jalan sebagai akses penghubung ibukota dengan desa lokasi penelitian ini adalah jalan antar kecamatan yakni kecamatan Pancur Batu dan kecamatan Delitua dengan terlebih dahulu melalui jalan protokol propinsi. Untuk mencapai kecamatan Pancur Batu dari ibukota kabupaten bisa ditempuh sekitar 1-2 jam. Dari lubuk pakam dengan menggunakan angkutan kota KPUM ‘A 97’ dengan ongkos Rp. 6000,-. Di perjalanan akan melewati Tanjung Morawa, Amplas, Simpang Pos kemudian belok kiri menuju kecamaatan Pancur Batu. Sementara dari ibukota propinsi Medan, maka bisa ditempuh dengan berbagai jenis angkutan umum yang menuju ke Pancur Batu dan selanjutnya melanjutkan perjalanan dari pasar Pancur Batu menuju lokasi dengan naik bis (Robinson Jaya) atau naik angkutan becak motor dengan harga ongkos Rp. 6000,- s/d Rp. 8.000,-.
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Secara administrative desa Durin Tonggal mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut; Sebelah utara berbatasan dengan Deli Tua Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ruma Mbacang Sebelah timur berbatasan dengan Desa Namorad Sebelah barat berbatasan dengan Simalingkar B. Desa Durin Tonggal terdiri dari lima dusun, dimana masing-masing dusun dikepalai oleh seorang kepala Dusun. Desa ini berada pada ketinggian rata-rata + 80 meter di atas permukaan laut yang dipengaruhi dua iklim yaitu musim panas dan musim penghujan. Iklim ini juga dipengaruhi oleh laut dan angin pegunungan yang menjadi salah satu faktor pendukung dalam membentuk kesuburan tanah. Desa Durin Tonggal juga dikenal sebagai desa penghasil buah Durian, Sirsak dan Buah Jambu batu Taiwan yang banyak dijual disepanjang jalan lintas provinsi menuju Sibolangit.
2. 1. 2. Keadaan Alam Sesuai dengan perbedaan geografi, topografi dan ketinggian dari permukaan laut maka iklim daerah ini juga bervariasi yaitu iklim sub tropis dan iklim peralihan antara sub tropis dan tropis. Ketinggian 0 – 500 meter dari permukaan laut, Kabupaten Deli Serdang beriklim peralihan antara sub tropis dan tropis, sedangkan ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut beriklim sub tropis. Curah hujan rata–rata pertanian 1.936.3 mm, pada umumnya curah hujan terbanyak pada Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
bulan September, oktober, Nopember, dan Desember. Angin yang bertiup melalui daeah ini juga berbeda yakni angin laut dan angin pegunungan dengan kecepatan 0.68 meter / detik, sedangkan temperatur rata–rata 26.7° dan kelembapan 84 %. jenis tanah kabupaten Deli Serdang dibedakan atas : ·
Alluvial, Regosol, Organosol
·
Hidromorfik Kelabu, Gleihumus
·
Andosol Cokelat
·
Latosol Cokelat
·
Podsolik Cokelat Kekuningan
·
Podsolik Merah Kekuningan
·
Litosol, Podsolik, Regosol Secara geografis, desa Durin Tonggal merupakan desa dengan keadaan alam
yang berbukit-bukit. Terletak pada ketinggian kira-kira 80 m di atas permukaan laut. Mempunyai dua musim panas dan penghujan. Desa Durin Tonggal mempunyai luas wilayah + 256 Ha dengan perincian pemanfaatan lahan sebagai berikut: 1. Pekarangan Rumah/Pemukiman
= 136 Ha
2. Sawah Sederhana
= 20 Ha
3. Pertanian Kering/Perladangan
= 86 Ha
4. Tanah Tambak
=
1 Ha
2. 1. 2. Asal-mula Desa
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Pada awalnya desa Durin Tonggal merupakan lahan garapan masyarakat pada zaman Belanda. Penggarapan ini dimaksudkan dalam perluasan perkebunan tembakau nantinya. Pada masa itu, masyarakat berkelompok mencoba tinggal di suatu daerah sebagai penggarap dan mendirikan kampung bagi tempat tinggal mereka. Pendirian kampung ini tentu saja harus sesuai aturan dengan persyaratan yang dibuat Belanda waktu itu. Persyaratan tersebut adalah minimal 35 rumah tangga baru bisa mendirikan perkampungan. Ke 35 rumah tangga inilah nantinya dipakai Belanda untuk menggarap lahan-lahan yang belum tersentuh untuk sekali panen padi. Setelah padi selesai dipanen, maka kelompok pindah lagi ke daerah lain untuk membuka lahan yang baru untuk sekali panen juga, begitu seterusnya sehingga makin hari tanaman tembakau semakin luas. Proses pembagian sendiri berkisar antara 6000 m lahan untuk satu keluarga dan 3000 m untuk janda. Bagian antara penghulu dan kepala keluarga pada masa itu sama, namun dalam pengerjaannya lahan kepala des dilakukan oleh semua masyarakat dalam bentuk ‘aron’ atau gotong royong. Orang yang pertama mulai melakukan penggarapan sekaligus mendirikan kampung di desa Hulu ini adalah Ponidi, Paiman dan Sukirman. Mereka ini berasal dari suku Jawa yang sebelumnya orang tuanya bermigrasi ke sumatera sebagai buruh kontrak di perkebunan Belanda. Selanjutnya Paiman jugalah yang menjadi penghulu pertama di desa Durin Tonggal. Sejak terjadinya revolusi 45, masyarakat berbondong-bondong turun dari perkampungan (daerah asal) menggarap lahan-lahan kosong dan lahan perkebunan terlantar bekas perkebunan Belanda. Tidak ketinggalan juga desa Durin Tonggal Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
menjadi sasaran masyarakat waktu itu. Seiring berjalannnya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk, desa Durin Tonggal berkembang menjadi perkampungan bagi para penggarap dan selanjutnya pada tahun !950 desa Durin Tonggal secara administratif disahkan menjadi desa oleh pemerintah. Selanjutnya sejak itu desa Durin Tonggal resmi menjadi desa dengan dikepalai oleh seorang kepala desa. Secara Etimologi, Durin Tonggal berasal dari bahasa Karo yang terdiri dari dua suku kata yaitu’Duren’ artinya Durian dan’Tonggal’ artinya Tunggal/Satu. Jadi Durin Tonggal berarti tempat dimana adanya satu pohon Durian tumbuh dan berbuah. Hingga perkembangannya sekarang desa Durin Tonggal sudah menjadi salah satu daerah penghasil buah Durian yang banyak laku di pasaran. Orang pertama yang masuk ke desa Durin Tonggal pada zaman Belanda untuk membuka perkampungan adalah bermarga Gurusinga. Namun, marga Guru Singa ini tidak bertahan lama, karena tidak memenuhi persyaratan lagi untuk membentuk satu kampung, maka dia bersama kelompoknyapun pindah dan digantikan oleh marga Tarigan dan bertahan sampai sekarang. Dan daerah pertama yang ditempati atau tempat tinggal pertama mereka adalah di dekat tumbuhnya pohon Durian tersebut.
2. 1. 3. Jumlah dan Susunan Penduduk Penduduk Desa Durin Tonggal berjumlah + 4273, terdiri dari 2564 pria dan 1709 perempuan. Jumlah kepala keluarga di desa Durin Tonggal adalah 886 KK.
2. 1. 3. 1. Agama Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Masyarakat desa Durin Tonggal memeluk salah satu agama sebagai kepercayaan mereka. Mayoritas penduduk memeluk agama Kristen diikuti agama Islam dan Katolik.
Tabel 1. Jumlah penduduk desa Durin Tonggal menurut Agama No Agama
Jumlah
1
Islam
1990
2
Kristen
2055
3
Katolik
107
4
Budha
30
5
Hindu, dll
91
Jumlah
Persentase
4273
Sumber: data olahan dari data potensi desa/kelurahan kabupaten deli serdang 2005
2. 1. 3. 2. Tingkat Pendidikan Desa Durin Tonggal mempunyai tingkat pendidikan yang tergolong rendah. Lebih dari 50 % penduduknya hanyalah tamat SD, dimana sebagian tidak tamat SD dan ada juga yang masih buta huruf. Kondisi ini dikarenakan fasilitas pendukung pendidikan di desa Durin Tonggal sangat minim dimana hanya ada bangunan untuk SD saja, sementara untuk melanjutkan pendidikannya mereka hanya bisa ke ibukota Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
kecamatan yang berjarak kira-kira 8 Km. jarak ini tidak disertai dengan sarana transportasi yang memadai. Disamping itu, profesi sebagai petani tradisional dan sebagian sebagai buruh tidak cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan di bidang pendidikan mereka.
Table 2. jumlah penduduk desa Salam tani berdasarkan Tingkat pendidikan No
Tk.Pendidikan
1
Buta Huruf
148
2
Tdk Tamat SD
149
3
SD
210
4
SMP
159
5
SMA Sederajat
197
6
Diploma/Sarjana
Jumlah
jumlah
Persentase
7 870
Sumber; data olahandari data potensi desa/kelurahan kabupaten deliserdang tahun 2005
2. 1. 3. 3. Berdasarkan Usia Dari segi usia, masyarakat Desa Durin Tonggal kebanyakan berada pada usia produktif. Usia produktif ini merupakan usia dimana seseorang masih layak untuk Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
bekerja dan berproduksi. Rata-rata usia produktif ini adalah antara usia 25 – 55. Dari 4273 jiwa penduduk desa Durin Tonggal, terdapat 1788 jiwa yang berusia 25-55 tahun. Dari jumlah ini dapat dilihat betapa besar jumlah angkatan kerja produktif di desa Durin Tonggal.
Table 3. Jumlah penduduk desa Durin Tonggal berdasarkan Usia No
Usia
Jumlah
1
0-5
315
2
7-15
660
3
16-18
317
4
19-24
507
5
25-55
1788
6
56-79
370
7
>80
33
Jumlah Sumber; data olahandari data potensi desa/kelurahan kabupaten deliserdang tahun 2005
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
2. 1. 4. Sistem mata pencaharian Desa Durin Tonggal mempunyai mata pencaharian yang utama dari pertanian. Hal ini ditandai dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani kemudian menyusul buruh dan wiraswasta. Sebenarnya profesi sebagai buruh hampir berimbang dengan profesi sebagai petani. Hal ini tidak terlepas dari semakin menyempitnya lahan yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bekerja sebagai buruh menjadi alternative yang memungkinkan ketika kebutuhan eksistensi mulai menipis. Mereka bekerja pada umumnya sebagai buruh tani yang bekerja di ladangnya para petani yang memiliki luas lahan yang lebih besar. Mereka bekerja di sana sebagai buruh harian lepas (BHL). Namun disamping dua profesi itu, penduduk desa Durin Tonggal ada juga yang berprofesi sebagai pedagang, PNS, ABRI/POLRI, medis, buruh, pengrajin, pengusaha, dan supir. Untuk lebih jelasnya perhatikan table di bawah ini. Table 4; Jumlah penduduk desa Durin Tonggal berdasarkan pekerjaan No
Keterangan
Jumlah
Persentase
1
Petani
2
Pedagang
3
PNS
6
4
ABRI/POLRI
2
5
Medis
1
171 11
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
6
Buruh
168
7
Pengrajin
11
8
Pengusaha
1
9
Supir
10
Wiraswasta
544
Total
930
15
Sumber; data olahandari data potensi desa/kelurahan kabupaten deliserdang tahun 2005
Walaupun tiap keluarga petani mempunyai lahan Kakao, namun tidak semua petani Durin Tonggal punya tanah. Banyak diantara penduduk desa Durin Tonggal yang mengontrak lahan dari penduduk setempat yang lebih luas. Sistem kontrakan ini diberi jangka waktu sekitar dua tahunan dimana dalam satu tahun dihargai Rp. 500000 untuk sebidang tanah. Selain menanam tanaman Kako, masyarakat desa Durin Tonggal juga menanami padi, jagung, dan sebagainya. Proses pendistribusian hasil panen petani desa Durin Tonggal adalah dengan cara menjual langsung ke Pancur Batu atau ke pasar sentral di Medan. Ada juga sebagian penduduk, bahkan sebagian besar yang menjual hasil panen pertaniannya kepada agen atau tengkulak. Pada saat panen tiba para agen menjemput hasil panen ke
ladang
masing-masing
petani,
ada
juga
yang
pemiliknya
langsung
mengantarkannya ke tempat agen tersebut. Disana harga dinego dulu, dan biasanya harga yang ditetapkan pembeli jauh lebih murah dari harga pasaran. Banyaknya masyarakat yang lebih memilih menjual hasil panennya kepada para agen atau toke atau tengkulak, lebih dikarenakan pada jarak antara pasar sentral Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
dengan lokasi pertanian lumayan memakan waktu dan tenaga. Sementara jika menjual kepada pembeli yang datang langsung ke ladang untuk menjemput hasil panen, sedikit petani dimanjakan. Disamping itu, para pembeli mempunyai kontribusi yang besar dalam membantu pemenuhan keuangan masyarakat ketika tiba-tiba dibutuhkan. Artinya, masyarakat bisa mendapat pinjaman lunak ketika dibutuhkan dan akan dibayar saat panen tiba. Profesi yang masih digeluti masyarakat desa Namoriam adalah pedagang, wirausaha, dan sebagai PNS, TNI/POLRI, walau tidak sebanyak petani dan buruh, namun penghidupan para pekerja ini lebih mapan dan bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.
2. 1. 4. Sistem Kepemilikan Tanah Sesuai dengan sejarah yang telah dipaparkan sebelumnya, Desa Durin Tonggal merupakan lahan garapan masyarakat sebelumnya. Lahan yang dulunya dimanfaatkan kolonial Belanda sebagai perkebunan mulai digarap masyarakat setelah revolusi 45. Penggarapan berlangsung sebagaimana anjuran pemerintah pada saat itu bahwa untuk menghargai kerja keras masyarakat Indonesia dan agar masyarakat Indonesia yang sejahtera tercipta, maka masyrakat bebas menggarap lahan-lahan bekas perkebunan maupun lahan kosong untuk dimanfaatkan memenuhi kebutuhan mereka. Penggarapan lahan tidak dibatasi, tergantung kemampuan seseorang, seluas berapa bisa digarap untuk dikelolanya. Kemudian, pada perkembangan selanjutnya Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
lahan-lahan garapan ini dikelola dan diwariskan kepada keturunannya ketika usia seseorang itu sudah uzur. Tidak ada surat tanah pada saat itu, kalaupun ada itu hanyalah sebagian kecil. Dan yang ada hanya surat bahwa lahan yang dikuasai adalah lahan garapan orang tuanya yang diwariskan. Beberapa surat atau sertifikat tanah memang ada tapi ini tidak lepas dari tingkat pendidikan petani yang sudah mulai sadar akan pentingnya surat tanah. Surat tanah ini ada yang ditandatangai kepala desa, camat dan badan pertanahan.
2. 1. 5. Hubungan Penduduk Asli dan Pendatang Sebenarnya masyarakat desa Durin Tonggal dibedakan atas masyarakat pendatang dan masyarakat asli. Sesungguhnya kalau dilihat dari sejarahnya semua penduduk yang ada di desa ini merupakan pendatang secara keseluruhan, karena semua warga yang ada di desa sebelumnya merupakan petani penggarap yang lama kelamaan menetap di desa tersebut. Namun dari informasi yang penulis dapatkan, ada kecenderungan pada setiap masyarakat warga desa mengelompokkan dirinya kepada kelompok pendatang dan penduduk asli. Menurut mereka, penduduk asli merupakan orang yang pertama datang ke desa tersebut, menggarap lahan mereka dan kemudian tinggal di desa beserta anak-anaknya. Selanjutnya anak-anak merekapun tetap tinggal di desa tersebut dan membuka perkampungan yang lebih luas. Sementara kelompok pendatang adalah orang yang datang belakangan setelah perkampungan sudah lama terbentuk dan tidak ada lagi tanah garapan yang bisa digarap. Kelompok ini memperoleh tanah untuk dikelola dengan membeli dari pemilik tanah (penduduk Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
asli). Kelompok ini kemudian menetap di desa dan mencari penghasilan dari berbagai kegiatan yang ada di desa tersebut. Adanya penduduk pendatang di ini karena alasan; 2. Faktor perkawinan Faktor perkawinan menjadi alasan utama seseorang menetap di suatu daerah. Dalam hal ini salah satu pihak melakukan perkawinan silang dengan pihak lain. Artinya, seseorang penduduk dari desa ini melakukan perkawinan silang dengan seseorang dari pihak luar desanya sendiri. Bisa saja si laki-laki yang kawin dengan anak perempuan dari luar desanya, namun perempuan juga tidak jarang. Sesungguhnya masalahnya bukan pada perkawinan tersebut,tapi setelah perkawinan kedua mempelai memutuskan akan tinggal dimana, apakah berada di pihak keluarga laki-laki atau di keluarga pihak perempuan. Jika si laki-laki yang berasal dari desa penelitian ini yang mengambil perempuan dari luar desanya sendiri, maka mereka bukanlah pendatang bagi penduduk desa mereka, namun jika perempuan yang menikah dengan laki-laki dari luar desa dan mereka tinggal di desa penelitian, maka mereka adalah pendatang dan status mereka di desa adalah ‘anak beru’ sesuai dengan adat Karo. Anak beru ini mempunyai fungsi sebagai pelayan bagi ‘kalimbubu’nya
3. Faktor pekerjaan Selain karena faktor perkawinan, faktor pekerjaan juga menjadi satu alasan seseorang untuk tinggal dan menetap di desa Durin Tonggal. Dimana desa yang sangat strategis dikembangkan menjadi daerah pertanian karena terdiri atas dataran Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
yang subur membuat orang banyak yang datang ke desa ini untuk mencoba peruntungannya dengan berkebun. Namun sebagian besar juga tidak dapat lagi memperoleh tanah karena sudah mempunyai hak kepemilikan, sementara orang-orang yang datang banyak yang tidak punya modal.sehingga kebanyakan dari penduduk yang tidak bermodal bekerja sebagai buruh tani di ladang-ladang orang yang punya tanah. Disamping itu sebagian lagi ada yang PNS yang ditempatkan oleh pemerintah untuk melayani masyarakat setempat seperti guru, bidan dan sebagainya. Walaupun diantara penduduk ada pembedaan antara penduduk asli dengan penduduk pendatang, namun tidak menjadi halangan dalam setiap interaksi di masyarakat. Hubungan antar penduduk ini malah sangat dekat satu sama lain. Kedekatan ini lebih didasarkan selain karena hubungan kekerabatan juga karena faktor pekerjaan. Dan adanya saling membutuhkan antara masyarakat asli dengan pendatang.
2. 1. 6. Pola perkampungan, Desa Durin Tonggal mempunyai pola pemukiman penduduk yang berjejer memanjang mengikuti alur jalan. Hampir di sepanjang jalan desa Durin Tonggal terdapat rumah yang mempunyai jarak satu sama lain yang tidak menentu. Sementara itu di dusun I dan dusun II sebagian mempunyai rumah-rumah penduduk yang yang mengumpul. Tidak jelas jarak satu rumah dengan yang lain. Ada sebagian rumah yang hanya dibatasi oleh sekat dinding saja, ada yang dibatasi oleh gang-gang kecil. Posisi rumahpun tidak mempunyai aturan, ada yang menghadap ke barat, ada yang
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
menghadap ke selatan dan sebagainya. Ada yang saling berhadapan, ada yang saling membelakangi , ada yang sjejajar dan sebagainya. Sebagian rumah yang berjejer mengikuti alur jalan, berdiri dengan dibatasi sekat dinding antara satu dengan yang lain. Sementara sebagian ada yang dibatasi pekarangan dan perkebunan masyarakat. Tidak ada ukuran yang pasti. Bentuk rumah di desa Durin Tonggal adalah persegi dan memanjang.. Sebagian rumah terbuat dari tepas dengan atap rumbia, sebagian yang lain semi permanen dan sebagian lagi sudah permanen. Secara berturut terdiri atas teras rumah yang berada paling depan, ruang tamu yang bersebelahan dengan kamar tidur dan selanjutnya ruang dapur dan kamar mandi Teras rumah adalah beranda depan yang dimanfaatkan masyarakat untuk bersantai ketika menjelang senja atau untuk menerima tamu juga. Sebagian juga ada yang memanfaatkan teras rumah untuk berjualan kelontong demi membantu kebutuhan rumah tangga. Ruang tamu merupakan ruangan terbesar dari antara semua ruangan yang ada di dalam rumah. Ruang tamu ini bersebelahan dengan kamar-kamar tidur dan semakin kebelakang akan terlihat dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi. Di kamar mandi terdapat satu sumur dan satu toilet. Kebanyakan penduduk mempunyai kamar mandi berada di dalam rumahnya. Untuk menghubungkan satu rumah dengan yang lain dan satu dusun dengan dusun yang lain di desa Durin Tonggal telah ada jalan.jalan ini telah melalui proses pengerasan. Namun ada juga sebagian jalan yang hanya terbuat dari tanah yang ketika
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
musim penghujan tiba akan becek dan belumpur dan ketika musim kemarau maka akan banyak abu yang beterbangan.
2. 1. 7. Sarana dan Prasarana Untuk mendukung aktivitas masyarakat di desa, maka perlu sarana dan prasarana yang lengkap. Sarana dan prasarana ini meliputi sarana dan prasarana di berbagai bidang seperti pendidikan, keagamaan, kesehatan, ekonomi, perhubungan, dan sebagainya. Di desa Durin Tonggal, untuk memenuhi kebutuhan akan tuntutan pendidikan masyarakatnya hanya berdiri satu unit Unit Sekolah Dasar. Walau desa Durin Tonggal telah mempunyai satu unit Sekolah Dasar, namun tidak semua anak yang berusia 7-12 tahun bersekolah di sekolah yang ada desa tersebut. Sebagian dari anakanak di desa Durin Tonggal malah sekolah di desa tetangga dan sebagian di kecamatan. Untuk menuju kesana, anak-anak harus menempuh jarak kira-kira 6 Km – 8 Km. Beberapa alasan mereka mengapa lebih memilih sekolah di luar desa adalah kurang dibangunnya disiplin di desa tersebut, disamping itu pada umumnya masyarakat meragukan kwalitas guru yang mengajar di sekolah tersebut. Selanjutnya ketika si anak sudah tamat SD dan berencara melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, maka mereka harus melanjutkannya ke Deli Tua atau ke kecamatan karena hanya disanalah SMP atau SMA yang terdekat. Jarak yang harus ditempuh untuk bisa mencapai sekolah tersebut berkisar antara 6 Km – 8 Km, dan bisa ditempuh dengan kenderaan roda dua dan roda empat sekitar 30 menit Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
perjalanan. Mereka juga sering menggunakan becak yang tersedia di desa 6 Km – 8 Km. Ongkos ke sekolah berkisar Rp.1000-Rp.2000. Ada beberapa rumah ibadah yang berdiri di desa Durin Tonggal. Rumah ibadah ini berdiri atas swadaya masyarakat. Rumah ibadah itu antara lain lima unit gereja bagi umat Kristen dan dua unit mesjid bagi penduduk yang beragama muslim. Perbedaan banyak rumah ibadah ini jelas mengingat jumlah penduduk yang beragama Kristen lebih banyak dari penduduk yang beragama Islam. Selain percaya kepada hal-hal yang gaib, masyarakat desa Durin Tonggal juga menggunakan cara-cara tradisional untuk memenuhi kebutuhan mereka akan pelayanan kesehatan. Walau kepercayaan akan hal-hal yang gaib adalah bagi sebagian kecil saja. Kepercayaan ini semakin hilang dengan masuknya agama yang tidak menghendaki umatnya percaya akan hal-hal gaib tersebut. Secara medis, masyarakat desa Durin Tonggal difasilitasi dengan satu unit Polindes dengan satu bidan desa. Ke Polindes inilah para balita di imunisasi setiap bulannya. Untuk orang yang berpenyakit serius, maka akan dirujuk ke rumah sakit terdekat di Kecamatan selain dibawa ke dukun atau diobati dengan obat-obatan tradisional. Untuk kegiatan-kegiatan adat seperti upacara perkawinan, kematian, masyarakat desa Durin Tonggal mempunyai dua balai desa (jambur) yang berada di dusun I dan dusun IV. Jambur ini dibangun atas swdaya masyarakat dan program bangunan desa (BANGDES). Pembangunan jambur ini juga berhubung karena
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
mayoritas masyarakat desa Durin Tonggal merupakan suku Karo. Suku Karo senantiasa menyelesaikan adat, dan berbagai persoalan atau kegiatan di Jambur. Fasilitas jalan di desa Durin Tonggal yang menghubungkan dusun dengan dusun masih hanya dilapisi batu belum dilapisi dengan aspal. Ketika musim penghujan datang, jalan-jalan akan becek dan berlumpur sementara jika musim kemarau akan banyak abu. Kondisi jalan berlubang-lubang sehingga sangat sulit untuk menempuhnya dengan berkenderaan. Tapi kondisi jalan yang menghubungkan kecamatan dengan desa sudah mulus dengan dilapisi aspal sehingga waktu tempuh kecamatan dari desa Durin Tonggal sudah bisa dengan menggunakan waktu sekitar 20 – 30 menit perjalanan. Untuk kebutuhan akan penerangan, desa Durin Tonggal telah menggunakan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Semua penduduk sudah menggunakan listrik sebagai alat penerangannya. Air, baik untuk konsumsi, mandi mencuci dan sebagainya mereka dapatkan dari sumur yang ada di rumah masing-masing. Hampir setiap penduduk mempunyai sumur di dalam rumah mereka. Ada juga diantara penduduk yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan mencuci dan mandi mereka. Ini mereka manfaatkan bagi yang tempat tinggalnya dekat dengan sungai. Sebagian di antara penduduk Desa Durin Tonggal mempunyai kenderaan roda dua dan roda empat yang mereka manfaatkan untuk berbagai aktivitas mereka. Ada juga sebagian besar yang tidak punya alat kenderaan sehingga untuk pergi ke desa lain harus memakai angkutan umum berupa becak bermotor atau anngkutan kota.
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Di Desa Durin Tonggal, pasar untuk mendistribusikan hasil pertaniannya belum ada. Untuk menjual hasil pertaniannya ataupun membeli berbagai keperluan mereka seperti kebutuhan konsumsi, pupuk untuk pertanian dan sebagainya mereka dapatkan di pasar tradisional yang ada di Kecamatan Pancur Batu. Selain itu mereka juga mendapatkannya di toko-toko, kedai kelontong yang ada di desa. Komunikasi di desa Durin Tonggal sudah berjalan dengan lancar dengan masuknya jaringan komunikasi seluler yang memungkinkan di desa Durin Tonggal menggunakan telepon seluler. Sudah ada beberapa orang yang menggunakan telepon seluler dan M-Kioss untuk pengisisan pulsa ketika mereka kehabisan pulsa.
2. 1. 8. Organisasi Social Di desa Durin Tonggal terdapat beberapa organisasi-organisasi yang sangat mempengaruhi masyarakat dalam pola berpikir, berperilaku dan bertindak. Adapun organisasi-organisasi yang tetap eksis sampai sekarang adalah Organisasi Kemasyarakatan Pemuda seperti Pemuda Pancasila (PP), Karya Bersama dan Karang Taruna. Organisasi kemasyarakatan seperti Serikat-serikat tani seperti AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria) Ranting desa Durin Tonggal yang menjadi objek penelitian ini. Juga partai-partai politik juga turut mewarnai Desa Durin Tonggal secara politik. Disamping itu masih banyak serikat tolong menolong, arisan-arisan, dan Credit Union (CU). Sementara dalam melaksanakan roda pemerintahan desa, pemerintah desa juga mempunyai struktur organisasi. Struktur ini digambarkan sesuai dengan fungsi Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
dan wewenang masing-maisng. Struktur ini berguna dalam hal pembagian kerja-kerja dan tanggung jawab sebagai perangkat pemerintahan desa. Struktur ini saling melengkapi satu sama lain dan saling terikat demi tercapainya kesejahteraan desa. Di bawah ini akan tampak struktur desa di desa lokasi penelitian. Struktur Pemerintahan Desa Kades
Sekdes
K A U R
Ka.Dusun
Ka.Dusun
K A U R
Ka.Dusun
K A U R
Ka.Dusun
Ka.Dusun
2. 2. Organisasi Massa AGRA Ranting Desa Durin Tonggal Sekilas Tentang AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria) dan Perkembangan di Sumatera Utara. Upaya untuk menyatukan seluruh pandangan perjuangan dari kaum tani di Indonesia, sebenarnya bukanlah suatu upaya yang baru sama sekali, tetapi upayaupaya semacam ini telah lama dilakukan. Namun demikian, di dalam arus panjang perjuangan dari kaum tani di Indonesia belum berhasil ditemukan sebuah jawaban fundamental, sebuah format gerakan tani seperti apa dan strategi seperti apa yang Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
dikehendaki untuk kemudian perjuangan itu berhasil menigkatkan kesejahteraan kaum tani di Indonesia. Bahkan, sekedar untuk menemukan rumusan tatanan masyarakat tani yang dicita-citakan, ini ternyata merupakan sebuah pekerjaan yang memerlukan konsentrasi pikiran dan tenaga tersendiri, meskipun berbagai putaran konsolidasi serta aksi politik telah dilakukan. Kesatuan ide dan tindakan-aksi dalam gerakan tani ternyata belum diikuti oleh keberhasilan menyatukan gerakan tani di aspek politik, dan organisasi. Oleh karenanya, terkonsolidasikannya elemen gerakan tani yang telah dan sedang tumbuh tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dalam format dan strategi yang diinisiasi AGRA merupakan usaha termaju untuk kemudian menjadikan daya juang dari gerakan tani lebih meningkat dalam usaha kaum tani dapat hidup damai dan sejahtera. Secara sekilas bisa diuraikan tentang historis perkembangan AGRA hingga terselenggarakannya Konferensi Nasional Tani II AGRA di Subang, historis perkembangan tersebut adalah sebagai berikut : diawali pada Hari Tani Nasional 24 September 2002, berbagai kalangan yang serius dan fokus pada masalah-masalah kaum tani mengadakan konsolidasi guna pelaksanaan aksi bersama/serentak di hari tani nasional tersebut yang tergabung kepada Panitia Bersama Hari Tani Nasional. Dan dilanjutkan dengan pelaksaan rapat umum di tahun 2003 dengan agenda evaluasi sehingga menghasilkan resolusi pembentukan Panitia Bersama Yang Sifatnya Diperluas hingga menghasilkan Badan Persiapan Pembangunan Organisasi Massa Tani di tingkat nasional. Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Maka sejak saat itu, seluruh usaha konsolidasi gerakan tani serta upaya-upaya respon terhadap perkembangan situasi objektif di lapangan agraria termasuk politik agraria berada dalam koordinasi dan kepemimpinan relatif Badan Persiapan Pembangunan Organisasi Massa Tani tersebut. Badan persiapan inilah yang kemudian bertanggungjawab hingga terselenggarakannya Konferensi Nasional I Tani AGRA di Wonosobo. Dalam Konferensi Tani Nasional I AGRA ini, telah berhasil menetapkan dan menyepakati beberapa hal penting yang terkait dengan usaha penigkatan perjuangan kaum tani dalam upaya kesejahteraan dengan mendorong terwujudnya Pembaruan Agraria (Reforma Agraria) yang Sejati di Indonesia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembentukan AGRA adalah memperjuangkan terlaksananya Pembaruan Agraria yang menghasilkan sistem agraria yang adil, yakni sistem agraria yang menjamin pemerataan, pengalokasian sumber-sumber agraria bagi seluruh rakyat Indonesia, menjamin kepemilikan yang mengandung fungsi sosial, penguasaan dan pemakaian sumbersumber agraria bagi mereka yang menggantungkan hidupnya dari sumber-sumber agraria seperti petani, khususnya buruh tani dan petani miskin, nelayan, dan masyarakat adat. Selain itu, pendirian AGRA bertujuan untuk memperjuangkan hakhak politik, kedaulatan dan identitas diri petani, nelayan, dan masyarakat adat secara penuh dan menyeluruh. Jika di tinjau dari praktek politik politik dan organisasi periode 2004 – 2006 maka keberhasilan yang dapat diraih antara lain: pertama, AGRA telah menerbitkan Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
dokumen-dokumen turunan (seperti, dokumen panduan pendidikan, dokumen posisi politik terhadap amandemen UUPA 60 dan lain sebaginya); kedua, pendidikan sudah dilakukan luas untuk anggota AGRA ataupun di luar anggota AGRA; ketiga, penyelidikan sosial dan analisa struktur masyarakat sudah dilakukan secara terbatas; keempat, sebaran anggota AGRA semakin luas; kelima, AGRA di beberapa tempat berhasil memimpin perjuangan untuk melaksanakan reforma agraria atas inisiatif rakyat secara terbatas, dan lain sebagainya. Namun demikian keberhasilan diatas masih ada beberapa hal kelemahan yang dapat mengurangi kwalitas perjuangan kaum tani nantinya. Sehingga dilanjutkan kepada Konferensi Nasional Tani II, 11 – 14 Desember 2006 guna semakin membetulkan organisasi dan memantapkan perjuangan kaum tani dalam memperoleh hak-haknya akan hidup yang lebih sejahtera. Dan sampai sekarang perjuangan petani yang bergabung di dalam AGRA masih tetap konsisten dan tetap dalam prinsip perjuangan massa yang dapat memecahkan persoalan kehidupan kaum tani. Pada awal tahun 2007, AGRA telah berdiri di salah satu propinsi terbesar di Indonesia yakni propinsi Sumatera Utara. Pembangunan organisasi ini dimulai dari Kabupaten Deli Serdang dengan perkembangannya di 2 kecamatan (kecamatan Tuntungan dan kecamatan pancur batu). Hingga saat ini sudah ada 3 desa pengorganisasian antara lain berada di Desa Namoriam, Desa Tandem dan yang terakhir berada di Desa Durin Tonggal yang menjadi lokasi penelitian ini.
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Sejarah Berdirinya AGRA Ranting Desa Durin Tonggal Setelah beberapa tahun masyarakat mengelola tanah dengan tenang, kemudian keadaan itu terusik dengan munculnya masalah baru. Pada akhir tahun 2007, masyarakat menemukan adanya keganjilan dalam hal kepemilikian lahan. Mereka mengetahui bahwa lahan/tanah yang mereka kelola selama ini telah berpindah tangan kepada pihak pengusaha besar asal Medan melalui perantara Mantan Kepala Desa. Kondisi ini mengakibatkan masyarakat marah dan tidak mau tanah yang sudah mereka kelola dan merupakan hasil perjuangan mereka diambil alih orang lain tanpa sepengetahuan mereka. Mereka sadar bahwa kemarahan mereka tidak berarti jika hanya mereka suarakan secara orang perorang tanpa persatuan di mereka yang mempunyai nasib sama. Merekapun membentuk satu wadah organisasi tani lokal sebagai alat perjuangan yaitu Kelompok Tani Arih Ersada Aron Bolon (AEAB). Melalui organisasi ini kaum tani berusaha untuk mendapatkan haknya atas tanah. Hingga pada Februari 2008, kaum tani yang berjumlah 800-an orang dari Desa Durin Tonggal terutama dari dusun IV dan dusun V melakukan unjuk rasa dengan tuntutan jaminan keamanan dalam mengelola lahan. Hal ini dikarenakan oleh adanya tindakan dari pengusaha yang mengintimidasi petani diatas lahannya sendiri. Dan dalam aksi ini jugalah perkenalan KT AEAB dengan beberapa orang aktifis AGRA Sumatera Utara. Yang selanjutnya disambung dengan berbagai pertemuan hingga adanya kesatuan pandangan bahwa perjuangan tani haruslah perjuangan yang bersifat nasional dengan buah pikiran adalah peningkatan kesejahteraan kaum tani Indonesia. Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Selanjutnya pada tanggal 8 Maret 2008, KT AEAB resmi menjadi ranting pengorganisasian AGRA Wilayah Sumatera Utara dengan berbagai program organisasi dan pengangkatan kepemimpinan kolektif AGRA ranting desa Durin Tonggal melalui Rapat Umum Anggota (RUA). Dengan beranggotakan kurang lebih berjumlah 300-an orang. Dan sampai dengan sekarang berbagai kemajuan telah dirasakan kaum tani Desa Durin Tonggal melalui berbagai kegiatan yang terlaksana secara terprogram khususnya dengan adanya program pendidikan politik dari organisasi yang memunculkan kesadaran yang lebih meningkat. Sehingga kaum tani dapat memahami dengan baik tentang sebab akibat persoalan kehidupannya dan pemecahan masalah tersebut secara perlahan-lahan. Pun keinginan bersama atas kembalinya lahan yang dirampas oleh pengusaha tersebut belum juga dapat dikelola kembali. Namun akan tetap diperjuangkan karena lahan tersebut merupakan jaminan atas kehidupan yang lebih sejahtera bagi masyarakat desa Durin Tonggal.
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
BAB III PENDIDIKAN POLITIK ORGANISASI MASSA PETANI DALAM KEHIDUPAN KAUM TANI
Pendidikan Politik Kaum Tani
Kondisi kehidupan ekonomi petani yang semakin hari mengalami penurunan pasca lahan mereka dirampas oleh pengusaha melalui perantaraan Mantan Kepala Desa. Yang selanjutnya berdampak pada berbagai persoalan hidup lainnya, antara lain kedudukan politik petani, kebudayaan petani. Dimana telah kita ketahui bersama bahwa petani tanpa tanah adalah mustahil untuk dapat melangsungkan kehidupan ekonomi yang lebih sejahtera. Artinya sepenuhnya petani adalah bergantung pada hasil yang tumbuh dan berkembang di atas lahan/tanah miliknya. Jika tanah tidak ada, maka petani akan bertindak diluar batas-batas hukum yang berlaku di negeri ini yang nantinya menjerumuskan petani dalam kehidupan yang lebih menderita lagi. Dengan dasar inilah, organisasi massa petani AGRA desa Durin Tonggal, melalui pelaksanaan rapat umum anggotanya merumuskan bahwa penting kiranya bagi anggota organisasi petani diberikan peningkatan pemahaman akan situasi kongkrit dan analisis kongkrit. Hal ini dapat dilaksanakan dengan pengadaan program pendidikan politik bagi petani, sehingga petani paham dengan baik permasalahannya dan akhirnya dapat secara perlahan-lahan keluar dari lembah pederitaannya. Pendidikan politik yang mampu menciptakan sumber daya manusia beriman, Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sesuai dengan harapan AGRA melalui konsep “pembaharuan agraria” (tanah untuk petani) sebagai pelaksanaan UUPA No.5 tahun 1960 yang dapat dinikmati oleh masyarakat petani. Usaha pengadaan pendidikan politik oleh organisasi merupakan langkah yang diciptakan sebagai wujud komitmen AGRA dalam kontribusinya terhadap peningkatan masyarakat petani desa Durin Tonggal umumnya dan anggota organisasi khususnya. Karena pada dasarnya tujuan pendidikan politik ini adalah sebagai modal dasar masyarakat yang ingin maju dan pendidikan politik sebagai solusi untuk mengejar ketertinggalan serta mengatasi kemiskinan. Seperti dikutip dari salah satu informan yang menyatakan tujuan dari terprogramnya pendidikan politik bagi anggota yaitu : “Untuk tujuan yang ingin dihasilkan adalah pemerataan pemahaman akan situasi sehingga tidak terpecah-pecah untuk dapat bersama-sama mengatasi persoalan kehidupan yang juga dirasakan bersama-sama juga. Pendidikan politik bagi petani yang nantinya menjadi kesadaran yang semakin tumbuh dan berkembang demi kemajuan hidup petani dan mandiri yang dapat membangun desa di masa depan. (TK)
3.1. 1. Model Pendidikan Politik Proses pendidikan politik bagi anggota organisasi petani di Desa Durin Tonggal tak terlepas dari peranan organisasi lokal KT AEAB (AGRA ranting). Melalui peranannya dalam menggagas pendidikan politik yang dapat menunjang visi gerakannya yaitu “Mewujudkan masyarakat tani yang tangguh yang mampu mengelola dan mengontrol segala sumber daya yang tersedia beserta seluruh Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
potensinya sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kelestarian lingkungan serta kesetaraan laki-laki dan perempuan”. Visi jauh kedepan inilah yang kemudian dirumuskan dalam organisasi dalam rangka mewujudkan masyarakat tani yang tangguh. Konsep pendidikan politik inilah yang diharapkan kedepan menjadi tumpuan bagi petani untuk mempercepat proses terciptanya “Desa yang Sejahtera”. Prinsip utama, pendidikan dilandasi semangat membebaskan, dan semangat perubahan kearah yang lebih baik. Membebaskan berarti keluar dari belenggu legal formalistik yang selama ini menjadikan pemahaman masyarakat tidak kritis,dan tidak kreatif, sedangkan semangat perubahan lebih diartikan pada kesatuan belajar dan mengajar, siapa yang lebih tahu mengajari yang belum paham, hal ini kemudian akan didapat seorang pemateri ketika membawakan materinya sebenarnya dia juga sedang belajar, terkadang belajar apa yang tidak diketahuinya dari peserta pendidikan politik tersebut. Prinsip kedua, keberpihakan, adalah ideologi pendidikan politik itu sendiri, bahwa pihak yang dapat belajar akan politik bukanlah hanya pihak yang memiliki kekayaan saja namun kalangan miskin dan tidak pernah sekolah juga berhak atas pendidikan politik dan memperoleh pengetahuan akan politik. Prinsip ketiga, metodologi yang dibangun selalu berdasarkan satunya pandangan peserta dan pemateri dalam proses belajar bersama tersebut, satunya pandangan ini akan muncul apabila ruang sekat antara pemateri-peserta tidak dibatasi,
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
keduanya adalah tim, berproses secara partisipatif, pemateri sekedar fasilitator dalam meramu kurikulum. Prinsip keempat, Mengutamakan prinsip partisipatif antara pimpinan organisasi, pemateri, peserta, masyarakat dan lingkungannya dalam merancang pendidikan politik yang sesuai kebutuhan, hal ini akan membuang jauh citra politik yang cenderung miliknya orang kaya yang selalu dirancang oleh intelektual kota yang tidak membumi (tidak memahami masyarakat). Prinsip-prinsip inilah yang kemudian diturunkan dalam sebuah konsep pendidikan politik, bagaimana pemateri, pimpinan organisasi, anggota organisasi, peserta pendidikan, sarana penunjang dan lingkungannya saling berinteraksi.
3.1. 2. Metode Pendidikan Politik a) Metode kelas tetap atau kursus, dimana metode ini menggunakan perencanaan yang rapi dan sistematis (baik pemateri, jumlah peserta, tempat, waktu, dan keperluan lainnya). Sehingga juga melatih peserta pendidikan untuk lebih disiplin secara utuh. Bahan-bahan yang disampaikan antara lain : Sejarah Gerakan Tani Indonesia, Masyarakat Indonesia, Perundang-undangan yang berpihak pada petani, Pentingnya Organisasi sebgai alat perjuangan politik, dan lain sebagainya. Dan secara khusus peran dari pemateri dan peserta pendidikan adalah sebagai berikut : Peran Pemateri: Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
1. Sebagai syarat utama pendidikan politik, pemateri dan pimpinan harus memiliki idealisme dan komitmen tinggi untuk selalu berpihak pada peningkatan kesejahteraan anggota dan peningkatan pemberdayaan lingkungan. 2. Pemateri memahami metodologi dan punya kerangka berfikir yang terbuka. 3. Menguasai materi yang akan diajarkan, namun tetap menempatkan peserta sebagai tim yang secara bersama-sama berproses dalam belajar 4. Memahami analisis sosial, sehingga kebutuhan peserta dan masyarakat dilingkungan desanya terpenuhi 5. Memposisikan diri mengajar disertai belajar. Sehingga secara terus menerus memperbaiki kekurangan-kekurangan.
Peran Peserta: 1. Pemahaman bukan hafalan, mengetahui tidak sama dengan menelan pengetahuan mentah-mentah 2. Kontekstual, sesuai kebutuhan, pemanfaatan lingkungan sebagai media belajar aktif, dialami sendiri dalam kesehariannya 3. Muncul semangat kebersamaan diantara peserta, bagi yang peserta yang tidak disiplin secara demokratis antar peserta sendiri yang memberikan hukuman, bukan pemateri. 4. Pemahaman peserta tidak diukur dari nilai (kecerdasan intelektual), tetapi sejauh mana tingkat emosionalnya dan kecerdasan religinya yang nampak dalam perkembangan sehari-harinya. 5. Peserta selalu terbuka sehingga akan muncul inovasi dan kretifitas karena proses belajar tidak penuh tekanan. Dikutip dari (Program AGRA Sumatera Utara).
b) Metode kelas berjalan atau diskusi reguler, dengan maksud menjadi persiapan menuju metode kelas tetap ataupun pasca kelas tetap. Sehingga persiapan peserta lebih matang dan nantinya dapat mempraktekkan dalam kehidupan sehari-harinya. Bahan-bahan yang disampaikan umumnya berhubungan dengan momentum yang ada, dan diskusi mendalam atas bahan yang disampaikan dalam kelas tetap. c) Pengadaan Media Cetak
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Dalam bentuk metode ini, pimpinan organisasi pernah menjalin kerjasama dengan LSM Yayasan Pijer Podi (YAPIDI). Kerjasama ini adalah berupa kesepakatan antara pihak organisasi AGRA ranting dengan LSM Yayasan Pijer Podi (YAPIDI). Sebagai kerjasamanya dalam bentuk pengadaan media cetak sederhana dan fasilitas lainnya sesuai dengan jenis dan jumlah yang tercantum di dalam proposal. Dalam kerjasama tersebut, pihak LSM Yayasan Pijer Podi (YAPIDI) memberikan bantuan dana sebesar Rp. 500.000,00. Hasil dari pemberian bantuan dana ini sepenuhnya sebagai pengadaan media cetak sederhana. Adapun rincian dari bentuk pengadaan tersebut, diantaranya adalah: a) Pengadaan brosur mingguan yang berisikan perkembangan terkini dan tips pertanian. b) Pengadaan media cetak organisasi yang bernama BTS (Berita Tani Sumut) yang berisi : 1) Situasi politik daerah dan hubungannya dengan kehidupan petani 2) Perjuangan petani
3.1. 3. Proses Perintisan Pendidikan Politik AGRA Desa Durin Tonggal Menjawab itu semua diperlukan partisipasi antara anggota dan pimpinan dengan elemen-elemen yang terkait dengan pendidikan politik. Pendidikan yang berdasarkan pilihan bagi masyarakat yang hidup miskin dan dirampas tanahnya tetapi mempunyai semangat yang kuat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
dalam perjuangannya. Karena yang dibutuhkan dari pendidikan politik ini adalah menciptakan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian secara politiknya dan memahami arti penting dari pendidikan politik itu sendiri. Pada tahap ini, anggota menciptakan kondisi kesadaran awal bahwa pentingnya usaha pengadaan sekretariat organisasi sebagai tempat pelaksanaan program ini. Dimana hal ini melalui pembicaraan yang dilakukan pada tingkatan organisasi ranting AGRA setempat. Setelah adanya kesadaaran ini muncul, proses selanjutnya adalah anggota mulai membicarakan tentang tahapan konsep. Setelah munculnya konsep yang ada, para pimpinan organisasi mulai memikirkan caranya untuk mengadakan sekretariat tersebut. Proses selanjutnya untuk melaksanakan pendidikan politik, hal ini tak terlepas dari kebutuhan dana dan kebutuhan-kebutuhan lain yang diperlukan untuk proses ini. Selanjutnya, peran AGRA dalam usaha untuk memajukan pengetahuan politik masyarakat Desa Durin Tonggal adalah melalui beberapa bentuk dukungan. Dukungan yang merupakan suatu bentuk pemberdayakan masyarakat. Karena dalam memberikan dukungan, AGRA dalam wujud organisasi ranting setempat serta masyarakat bersama-sama untuk menciptakan pendidikan politik tersebut. Dukungan yang telah dilakukan, yaitu: pengadaan alat dan sarana penunjang. Kebutuhan dalam sarana maupun prasarana dijadikan materi dalam proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan melingkupi bahan yang diperlukan, di dalam terciptanya kebutuhan pendidikan politik. Bahan-bahan yang diperlukan adalah seperti: alat tulis, papan tulis dan lain-lain. Karena di dalam Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
prosesnya organisasi membuka setiap pemberian bantuan kepada siapapun atau organisasi manapun yang ingin menyumbang. Pada tahap ini, beberapa lembaga organisasi mahasiswa baik intern maupun ekstren telah memberikan dukungan kepada organisasi ini. Dukungan mahasiswa dalam proses perintisan pendidikan ini beberapa organisasi terlibat, seperti KDAS, FMN, BarsDem, HMD Etnomusikologi, Solidaritas Perempuan dan lain-lain. Sebagai wujud dukungannya adalah dalam memberikan bentuk-bentuk perlengkapan sekretariat. Bentuk materi pembelajaran ini, berupa buku-buku tulis, alat tulis dan lain sebagainya. Upaya ini merupakan wujud kepedulian mereka akan pentingnya pendidikan politik bagi masyarakat. Dalam pendidikan politik ini, sarana dalam penunjang pendidikan tidak mengharapkan adanya fasilitas yang hebat, dan lain sebagainya. Namun dalam pendidikan ini, bagaimana seorang peserta nantinya dapat berfikir global bertindak lokal. Diantara sarana yang harus ada dan diprioritaskan adalah: 1. Pemanfaatan lingkungan sebagai media belajar, peserta secara langsung bersentuhan dengan pertanian, home industri, konservasi alam, air, warung desa, dsb 2. Tokoh penggerak desa, ini menjadi penting karena ialah yang menjadi fasilitator sekaligus mediator bagi organisasi, masyarakat, pemerintah lokal, dan orang-orang yang terkait dengan pendidikan politik.
3.1. 4. Hambatan-hambatan dalam Proses Pendidikan Politik Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Ternyata seiring berjalan waktu AGRA ranting yang terdiri dari unsur pimpinan dan anggota juga dihadiri oleh pimpinan organisasi atasan bersama-sama dengan beberapa masyarakat setempat mengadakan bentuk evaluasi dan monitoring pada pendidikan politik di organisasi ini. Hasilnya adalah setelah berjalan kurang dari satu tahun proses perintisan, mereka menghadapi banyak sekali hambatan-hambatan yang dapat menghambat kinerja organisasi. Khususnya yang terjadi pada pimpinan organisasi ranting setempat. Kendala ini bukan hanya menyebabkan kualitas pendidikan yang semakin menurun akan tetapi adanya beberapa persoalan kongkrit ditengah-tengah anggota/peserta yang tidak dapat terpecahkan secara ide dalam program pendidika ini. Pengaruh adalah adanya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang mereka hadapi. Kenyataan ini berdasarkan beberapa penyebab terjadinya hambatan yang ada pada kepemimpinan organisasi yang kurang investigasi terhadap persoalanpersoalan yang menimpa anggota secara khusus.
Dampak Pendidikan Politik Kuatnya Organisasi Petani Perampasan tanah yang dialami oleh petani telah memberikan akibat yang sangat nyata terhadap penghidupan petani. Baik dari segi ekonomi, politik dan kebudayaan akan dialami dan akan selalu berkembang kearah menyesengsarakan petani. Namun dalam keadaan yang seperti ini, beberapa petani dengan kemampuan terbatas tetap memiliki sisi maju dengan telah memberikan inisiatif dalam Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
pembangunan organisasi. Walaupun organisasi yang dicetuskan tersebut setelah dinilai secara menyeluruh ternyata memiliki kelemahan-kelemahan yang sangat kompleks. Sehingga belajar dari pengalaman tersebut akhirnya petani kembali membetulkan organisasi dengan berbagai program dan struktur kepemimpinan yang berlandaskan pada kepentingan anggota sepenuhnya. Salah satu program yang disepakati adalah pengadaan pendidikan politik guna memajukan pemahaman petani kearah yang lebih baik dan lebih demokratis.
Beberapa pekerjaan pasca pendidikan politik ini antara lain adalah : a) pembentukan grup-grup anggota kecil b) pertemuan rutin c) keberadaan organisasi petani d) perekrutan anggota e) penggarapan lahan kolektif a) Pembentukan grup-grup anggota kecil Hal ini dimaksudkan dengan keberadaan anggota yang tidak terkonsolidasi yang cenderung anggota tidak mampu terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan organisasi. Padahal secara esensinya adalah organisasi massa merupakan organisasi yang dijalankan oleh anggota untuk kepentingannya dan masyarakat secara umum. Sehingga dalam pendidikan politik ini telah ditemukan ide/solusi untuk memecahkan masalah tersebut yakni pembentukan grup-grup kecil anggota. Dengan ketentuan untuk terbangunnya 1 grup adalah 15-25 rumah yang saling berdekatan Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
berkumpul dan mengadakan pertemuan rutin. Dimana dalam setiap grup ditempatkan unsur pimpinan untuk memandu jalannya pertemuan sesuai program yang dirumuskan oleh pimpinan organisasi. Perkembangan sekarang telah terbentuk sebanyak 8 grup kecil anggota dalam 1 dusun. Seperti dikutip dari salah satu informan yang menyatakan hasil dari terbentuknya grup kecil bagi anggota yaitu : “Untuk tujuan yang ingin dihasilkan adalah pemerataan pemahaman akan situasi sehingga tidak terpecah-pecah untuk dapat bersama-sama mengatasi persoalan kehidupan yang juga dirasakan bersama-sama juga. Grup kecil bagi petani yang nantinya menjadi kesadaran kepemilikan akan organisasi yang semakin tumbuh dan berkembang demi kemajuan hidup petani dan mandiri yang dapat membangun desa di masa depan. (MG) Akhirnya anggota akan mendapatkan informasi secara langsung dari hasilhasil perkembangan organisasi dan anggota akan paham tentang bagian pekerjaan yang melibatkan individu dan kelompok. Jelas disadari oleh anggota/petani bahwa organisasi ini adalah organisasinya petani dan dijalankan oleh petani itu sendiri untuk nantinya hasil dinikmati oleh petani juga. b) Pertemuan rutin Pertemuan ini adalah strategi organisasi untuk anggota memiliki pemahaman yang sama atas perkembangan umum yang terjadi. Pertemuan rutin bukan hanya melibatkan pimpinan namun juga atas partisipasi seluruh anggota. Dengan harapan lain adalah anggota secara luas mampu terlibat dalam pekerjaan organisasi. c) Perekrutan anggota
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Pada awalnya organisasi memiliki anggota kurang lebih 300 orang dan yang aktif sebanyak 100-an orang. Dan jelaslah organisasi mengalami ketimpangan sehingga menjadi pekerjaan adalah mengaktifkan anggota melalui pekerjaan yang diatas. Akan tetapi disadari juga bahwa organisasi harus besar dengan jumlah anggota yang besar juga. Oleh sebab itu, sejak Juli 2008 sampai dengan penelitian ini diadakan menunjukkan organisasi petani telah mampu mendapatkan penambahan anggota kurang lebih 50-an orang yang berasal dari dusun lain dalam 1 desa. d) Penggarapan lahan kolektif Inilah yang menjawab terkait persoalan organisasi dan tentunya anggota organisasi. Dengan partispasi dari beberapa kalangan anggota yang memiliki luas lahan yang tergolong cukup dan lebih terhadap kebutuhan menyumbangkan tanahnya untuk selanjutnya dikelola secara kolektif. Hasil-hasil pengelolaan ini sepenuhnya dimanfaatkan kepada pekerjaan operasionalisasi organisasi. Setelah diakumulasi lahan yang tersedia adalah seluas 3,5 Ha yang selanjutnya ditanami tanaman yang dapat dipanen secara cepat contoh sayur Bayam dan pendistribusian yang tidak terlalu sulit. Sehingga hasilnya juga dengan cepat dapat dirasakan oleh organisasi dan anggota yang dinilai paling membutuhkan. Seperti dikutip dari salah satu informan yang menyatakan manfaat dari terlaksananya lahan kolektif ini bagi anggota yaitu : “Untuk tujuan yang ingin dihasilkan adalah lahan kolektif dapat menghasilkan guna operasionalisasi organisasi dan memberikan bantuan bagi anggota yang sangat membutuhkan. Contoh yang saya alami sendiri disaat penjualan hasil Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
lahan telah selesai saya mendapatkan bantuan karena saya tergolong petani yang tidak punya lahan. Bantuan tersebut saya alokasikan pembiayaan pendidikan anak. (SP)
Kegiatan Sosial Politik Desa Disaat organisasi mulai dikenal dan memberikan dampak bagi anggota dan masyarakat, maka organisasi akan tetap memberikan pembenahan kepada masyarakat melalui pelaksanaan kegiatan sosial politik di tingkat desa. Untuk kegiatan sosial yang mampu dijalankan adalah perbaikan parit jalan guna memberikan pembenahan kesehatan masyarakat. Dan untuk kegiatan politik yang sudah mampu diikuti adalah organisasi petani mengutus salah satu anggota untuk ikut dalam pemilihan kepala desa. Hal ini bukan semata organisasi ingin mendapatkan kekuasaan namun organisasi akan selalu belajar dari seluruh perkembangan desa. Pemilihan kepala desa ini berlangsung pada akhir tahun 2008, dimana saat itu jumlah calon yang sudah terverifikasi adalah sebanyak 5 orang. Dan pada saat penghitungan suara, utusan organisasi mampu mendapatkan suara yang cukup besar hingga berada pada urutan ke-2. hal ini jelas menunjukkan bahwa organisasi melalui anggota telah memberikan pengaruh yang cukup luas di tingkatan masyarakat desa.
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
BAB IV PENUTUP
4.3. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam Bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan: 1. Dalam melaksanakan Pendidikan Politik kepada petani guna peningkatan kesejahteraan kaum tani, Aliansi Gerakan Reforma Agraria Ranting Desa Durin Tonggal mengembangkan strategi sebagai berikut: a. Pendidikan politik yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi objektif kehidupan sosial masyarakat di tempat pendidikan politik tersebut dilaksanakan. b. Kurikulum pendidikan yang dilaksanakan AGRA Ranting Desa Durin Tonggal menitikberatkan pada penyadaran tentang arti penting pelaksanaan pembaruan agraria bagi petani dan pembangunan organisasi massa petani yang kuat. c. Pendidikan politik yang dilaksanakan AGRA Ranting Desa Durin Tonggal menggunakan metode kelas tetap atau kursus, kelas berjalan atau diskusi reguler, dan penerbitan media cetak. 2. Dalam mendorong terjadinya partisipasi politik petani sebagai efek dari pelaksanaan pendidikan politik, AGRA Desa Durin Tonggal mengembangkan strategi sebagai berikut;
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
a. Penguatan organisasi petani melalui pembentukan kelompok-kelompok tani, pelaksanaan pertemuan-pertemuan rutin, propaganda keberadaan organisasi tani, perekrutan anggota baru, dan penggarapam lahan pertanian kolektif. b. Pelaksanaan Kegiatan sosial-politik di desa, misalnya melalui partisipasi dalam pemilihan kepala desa, dan pengadaan kursus bagi anak-anak petani. c. Mobilisasi massa untuk memperjuangkan pelaksanaan pembaruan agraria pada momen-momen tertentu.
4.4. Saran 1. Pendidikan politik yang diselenggarakan AGRA Desa Durin Tonggal seyogyanya dapat diperluas tidak hanya pada petani anggota AGRA, namun juga pada petani di luar AGRA. 2. Pendidikan untuk petani yang dilaksanakan seyogyanya tidak terbatas pada pendidikan politik di bidang agraria, namun juga keterampilan bertani, misalnya pertanian organik, sehingga peningkatan kesejahteraan petani tidak hanya digantungkan pada perjuangan pembaruan agraria, namun juga pada aktifitasaktifitas ekonomi produksi yang lain. 3. Pembaruan agraria dengan agenda pokok landreform merupakan hal yang mendesak
untuk
dilaksanakan
guna
merombak
struktur
agraria
dan
menyelesaikan konflik-konflik pertanahan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat di pedesaan, khususnya buruh tani dan petani miskin.
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA Buku-buku Cohen S.I. 1978. Agrarian Structures and Agrarian Reform (Leiden/Boston: Martinus Nijhoff Social Sciences Division. Eaton, John. 1970. Political Economy. New York: international Publisher. faryadi, Erpan. 2005. Reforma Agraria Prasyarat Utama Bagi Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan. Konsorsium Pembaruan Agraria. Bandung Fauzi, Noer. 1999. Petani dan Penguasa, Dinamika Perjalanan Politik Agraria Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Gunawan, dkk. 2007. Right to Food: From Justicibiality To Agrarian Reform. Indonesian legal aid and Human Rights association & University of Oslo – Norway. Jakarta, Indonesia Giddens, Anthony. 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: suatu analisis terhadap karya tulis Marx, Durkheim dan Marx Weber; penerjemah, Soeheba Kramadibrata. . Univeritas Indonesia (UI Press). Jakarta Giddens, Anthony & David Held (ed.). 1987. Perdebatan Klasik dan Kontemporer mengenai KElompok, Kekuasaan, dan Konflik. Vedi R Hadiz (penerj.). CV. Rajawali. Jakarta Kalo, Syafruddin. 2005. Kapita Selekta Hukum Pertanahan Studi Tanah Perkebunan di Sumatera Timur. Usu Press. Medan Koentjaraningrat. 1980. “sejarah Teori Antropologi I” Jakarta
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kwalitatif, edisi revisi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung Pelzer, Karl J. 1991. Sengketa Agraria: Pengusaha Pekebunan Melawan Petani. Sinar Harapan. Jakarta. Scott, James C. 2000. Senjatanya Orang-Orang Yang Kalah bentuk-bentuk perlawanan sehari-hari kaum tani. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Suhendar, Endang & Yohana Budi Winarni. 1998. Petani dan Konflik Agraria. Yayasan AKATIGA. Bandung --------------- 1998. Pembaruan Agraria. Jalan Rakyat Indonesia Menuju Masyarakat Adil, Makmur dan Merdeka. Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) Sumatera Utara, Indonesia Wolf Eric R. 2004. Perang Petani. Insist. Yogyakarta ----------.2001.
Prinsip-Prinsip
Reforma
Agraria.
Jalan
Penghidupan
dan
Kemakmuran Rakyat. Lapera Pustaka Utama. Yogyakarta
Bulletin/majalah/dll Aliansi Gerakan Reforma Agrarian, “Fungsi Social Hak Atas Tanah” (Implikasi Dan Implementasinya Dalam Perspektif Perbandingan Hokum Tanah) Berita Kaum Tani. Edisi perdana agustus 2007 Berita Tani Sumut. Edisi perdana februati 2009
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Aliansi Gerakan Reforma Agrarian Komite Pengorganisasian Nasional, “Program Umum, Prinsip-Prinsip Pokok, Dan Tata Laksana Aliansi Gerakan Reforma Agrarian” 2004 Kelompok kerja untuk demokrasi rakyat. Tentang imperialisme dan feodalisme indonesia 2003 http://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1848/manifesto/ch01.htm
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009
Hendro H.S : Peranan Pendidikan Politik Organisasi Massa Petani Dalam Kehidupan Kaum Tani (Studi Kasus: Organisasi Massa Tani AGRA Ranting Desa Durin Tonggal), 2009. USU Repository © 2009