[64] Puasa Benar, Cegah Kemungkaran Thursday, 03 November 2011 14:45
Dadang Hawari, Psikiater
Orang beriman tidak akan pernah mempermasalahkan apakah puasa itu akan merusak kesehatannya atau malah membuat dirinya semakin sehat. Mereka berpuasa semata-mata karena menuruti perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW saja. Ternyata, setelah diteliti, puasa itu menyehatkan. Mengapa? Serta mengapa pula ada orang yang berpuasa tetapi tetap melakukan perbuatan keji dan munkar? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo dengan Psikiater senior Dadang Hawari. Berikut petikannya.
Bagaimana dunia kedokteran memandang puasa Ramadhan?
Nabi Muhammad SAW mengatakan berpuasalah kamu nanti kamu akan sehat. Nah, para ahli lalu mengadakan berbagai macam penelitian. Dari berbagai penelitian tersebut terbukti bahwa puasa itu memang menyehatkan.
Mengapa?
Ternyata bahwa puasa itu memberi tubuh kita, organ-organ pencernaan khususnya, itu istirahat, tidak berlebihan. Sebab selama satu tahun, boleh dikatakan sebelas bulan, pencernaan kita itu berlebihan bebannya. Untuk itu dikuras, lalu digantikan dengan sel-sel yang baru. Karena sel-sel yang lama itu kan sudah menua itu dibuang, diganti dengan peremajaan sel-sel yang baru.
Jadi jangan heran, kalau ada orang yang berpuasa sungguh-sungguh, sesudah puasa ia merasa lebih sehat, dan lebih fit. Dalam puasa juga disebutkan: makanlah, minumlah rezeki Allah yang baik, halalan thayiban tetapi jangan berlebih-lebihan. Nah, Islam memang ajaran
1/5
[64] Puasa Benar, Cegah Kemungkaran Thursday, 03 November 2011 14:45
yang mendukung orang supaya sehat.
Kita diharamkan mengonsumsi yang haram, seperti minum minuman keras, makan babi dan lain sebagainya. Kita hanya dibolehkan mengonsumsi yang halal. Di samping halal juga harus t hayib . Yang baguslah, yang bernilai. Kita makan daging sapi, tapi bukan bangkainya tetapi sapinya yang dipotong secara Islam dan sebagainya. Dan jangan berlebih-lebihan, secukupnya sajalah kita makan.
Definisi cukup dan berlebihan itu seperti apa?
Seperti yang telah Nabi SAW sabdakan, berhentilah makan sebelum kenyang. Nah, bagaimana kenyang itu? Menurut ukuran Nabi; lambung kita ini jangan diisi penuh makanan tetapi sepertiga makanan, sepertiga cairan, sepertiga udara. Jadi kalau berbuka puasa, jangan terus dirapel, balas dendam, salah itu.
Makanlah seperti biasa, tetapi Nabi SAW menganjurkan kalau berbuka, ta’jil dulu, makan kurma atau segelas air putih, boleh. Tetapi masyarakat kita mengasosiasikan dengan yang manis-manis tuh, mungkin karena kurma itu manis diganti dengan kolak yang manis-manis.
Beda ya khasiatnya?
Iya karena kadar gulanya lain. Kalau kurma itu monosakarida. Dan kalau makanan biasa itu gula, itu polisakarida, jadi kadar gulanya lain. Tapi sudahlah, pokoknya makan pembuka, habis wudhu, habis shalat, habis berdoa baru makan.
Apa bedanya monosakarida dengan polisakarida terhadap tubuh?
Monosakarida itu cepat diserap oleh tubuh oleh karena itu kita makan satu atau dua kurma itu rasanya sudah kenyang dan kadar gula yang hilang saat berpuasa langsung tergantikan. Kalau
2/5
[64] Puasa Benar, Cegah Kemungkaran Thursday, 03 November 2011 14:45
polisakarida kan mesti dicerna dulu, mesti dimacem-macemin lah baru bisa diserap oleh tubuh.
Habis itu, sudah makan secukupnya, jangan makan besar terus sampai kekenyangan, sampai terus ngantuk. Jadi ada pengaturan di dalam puasa itu, agar tubuh maupun jadwal makanan ikut diubah. Untuk memberi kesempatan kepada organ-organ tubuh melakukan peremajaan.
Selain pencernaan, apalagi yang jadi sehat?
Perkemihan. Kita pipis dan kemudian waktu puasa cairan berkurang dan sebagainya. Itu sebenarnya untuk membersihkan sistem perkemihan. Ini sangat sehat sekali, apalagi untuk kegemukan, atau yang sakit gula, bagus. Karena makanan berlebihan itu, atau berat badan berlebihan itu merupakan beban buat orang tersebut. Ya jadi lesu, lemas, seolah-olah orang yang kegemukan itu orang yang membawa koper dipunggungnya, terus saja dibawa. Jadi berat bebannya.
Kalau secara psikiatris (kejiwaan)?
Nah, ini yang paling penting. Orang yang berpuasa akan menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia, kotor dan munkar.
Apa saja perbuatan kotor dan munkar itu?
Perbuatan kotor dan munkar yang sekarang ini merajalela di negeri ini, setidaknya ada lima, dalam bahasa Jawa dikenal dengan sebutan mo limo (lima M), yakni: maling (mencuri/korupsi); madon (perzinaan ); main (berjudi); minum (mabuk); madat (narkoba).
3/5
[64] Puasa Benar, Cegah Kemungkaran Thursday, 03 November 2011 14:45
Tapi mengapa sebagian orang Islam yang berpuasa tetap saja melakukan mo limo?
Ya... mereka hanya sekadar menahan haus dan lapar saja, tidak melakukan puasa seperti yang diperintahkan agama. Nabi Muhammad SAW menyatakan: “Puasa itu bukanlah hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum. Akan tetapi sesungguhnya puasa itu mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji (munkar).” (HR Al Hakim).
Jadi di samping harus menahan lapar dan haus, puasa juga harus mencegah diri dari perbuatan-perbuatan terlarang itu.
Bagaimana agar berpuasanya itu dapat mencegah diri dari perbuatan mo limo dan kemaksiatan lainnya?
Tingkatkan keimanan. Makanya dalam ayat perintah puasa kan disebutkan ”Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Pelaku Mo Limo itu, hanya menjalankan rukun Islam saja seperti puasa, shalat, tetapi rukun imannya kelupaan.
Jadi, orang yang beriman adalah orang yang menjalankan rukun iman. Rukun Iman itu percaya kepada Allah SWT. Nah, kita kan kurang imannya, shalat juga maling juga. Iman kepada malaikat, ini nggak juga. Kalau orang mau madon kan, malaikat mencatat, Allah SWT tahu meskipun istrinya nggak tahu.
Lalu iman kepada kitab-kitab, kita beriman kepada Alquran tapi nggak mau hukum Alquran itu jalan. Jadi kita ini, kalau mau dibilang munafik sih iya karena mengaku beragama Islam tetapi tidak mau pakai hukum Alquran.
4/5
[64] Puasa Benar, Cegah Kemungkaran Thursday, 03 November 2011 14:45
Nah kemudian percaya kepada hari kiamat. Hari kiamat itu hari pembalasan, semua yang nyimpang-nyimpang, yang mo limo dan lainnya akan dikenai hukuman semuanya. Sebab keadilan di dunia saat ini mencarinya susah bahkan boleh dikatakan tidak ada, karena hukum dalam Alqurannya tidak ditegakkan. Nanti di akhirat keadilan tegak. Dalam pengadilan Allah SWT, tidak akan lepas deh manusia.
Nah, kalau kita sudah menyadari hal itu, keimanan sudah tertanam, maka ketika menjalankan ibadah puasa bukan hanya makan dan minumnya saja yang ditinggalkan. Mereka akan selalu berusaha menjauhi segala perbuatan sia-sia, kotor dan munkar dan itu akan terus berlanjut di luar Ramadhan. Sehingga tercapailah derajat takwa yaitu orang yang selalu berusaha menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.[]
Sekilas Biodata Sang Ahli Jiwa
Prof Dr dr Dadang Hawari, Psikiater, dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 16 Juni 1940. Lulus pendidikan dokter (umum) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada 1965. Lulus pendidikan dokter ahli jiwa (psikiater) di FKUI pada tahun 1969. Pendidikan lanjutan di Inggris (Program Colombo Plan) di bidang Psikiatri Sosial/Kemasyarakatan pada 1970-1971. Memperoleh gelar doktor (cum laude) dalam ilmu kedokteran dengan judul disertasi Pendekata n Psikiatri Klinis Pada Penyalahgunaan Zat di Fakultas Pasca Sarjana UI pada 1990. Dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap FKUI pada tahun 1993.[]
5/5