Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
KOMUNIKASI PSIKIATER DAN PASIEN PENDERITA BIPOLAR 1
Merizha Yamudaha, 2Femi Oktaviani, 3Reza Rizkina Taufik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI,
[email protected]
ABSTRACT Interpersonal communication is a communication made between two people, where there is direct contact either verbal or nonverbal, and has effectiveness in changing attitudes, opinions or behavior because it possesses a dialog where backflow occurs directly, as is the case for psychiatrists and patients with bipolar disorder. Issues to be discussed, namely 1. What forms of interpersonal communication that do psychiatrists and patients with bipolar disorder in the recovery process 2. What factors interpersonal communication helps the recovery process of patients with bipolar disorder 3. Why do psychiatrists proximity to the recovery process of patients with disorders bipolar 4. What obstacles encountered psychiatrist when communicating with patients with bipolar disorder in the recovery process. This problem is very important investigation, to determine interpersonal communication easier for psychiatrists to interact with patients with bipolar in the recovery process. The research method that researchers use the method of qualitative case study approach, and the paradigm used by researchers is critical paradigm. Where researchers are also collecting data through observation, interviews directly to the informant, documentation, and literature study. In this case, the results of research to researchers conclude that interpersonal communication that do psychiatrists and patients with bipolar greatly help facilitate the psychiatrist to interact with the patient in the recovery process, where the psychiatrist and the family is the central figure who took part in the recovery process. Keywords: Interpersonal Communication, Psychiatrists, Bipolar Patients
ABSTRAK Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang dilakukan antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung baik secara verbal ataupun nonverbal, serta memiliki keefektifan dalam merubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena memiliki sifat dialogis dimana arus balik terjadi secara langsung, sama halnya yang terjadi pada psikiater dan pasien penderita gangguan bipolar. Permasalahan yang akan dibahas, yaitu 1. Bagaimana bentuk komunikasi antarpribadi yang dilakukan psikiater dan pasien penderita gangguan bipolar pada proses pemulihan 2. Bagaimana faktor-faktor komunikasi antarpribadi membantu proses pemulihan pasien penderita gangguan bipolar 3. Mengapa psikiater melakukan kedekatan pada proses pemulihan pasien penderita gangguan bipolar 4. Bagaimana hambatan-hambatan yang ditemui psikiater saat berkomunikasi dengan pasien penderita gangguan bipolar pada proses pemulihan. Permasalahan ini sangatlah penting diteliti, untuk mengetahui komunikasi antarpribadi memudahkan psikiater berinteraksi dengan pasien penderita bipolar pada proses pemulihan. Metode penelitian yang peneliti gunakan yaitu metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dan paradigma yang digunakan oleh peneliti yaitu paradigma kritis. Dimana peneliti juga melakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara secara langsung kepada informan, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Dalam hal ini, hasil dari ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
110
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
penelitian yang dapat peneliti simpulkan bahwa komunikasi antarpribadi yang dilakukan psikiater dan pasien penderita bipolar sangat membantu memudahkan psikiater untuk berinteraksi dengan pasien pada proses pemulihan, dimana psikiater dan keluarga adalah tokoh sentral yang ikut andil dalam proses pemulihan. Kata Kunci: Komunikasi Antarpribadi, Psikiater, Pasien Bipolar PENDAHULUAN Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrim berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya di sebut dengan manic depressive. Suasana hati penderitanya dapat berganti-ganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola dan waktu yang pasti. Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi, seseorang yang menderita gangguan bipolar memiliki ayunan perasaan (mood swings) yang ekstrim dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap gangguan bipolar bisa merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Saat suasana hatinya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri. Suasana hati meningkat secara klinis disebut sebagai mania, atau disaat ringan di sebut sebagai hipomania. Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa (bipolar) ialah faktor genetika, fisiologis, lingkungan. Komunitas Bipolar Care Indonesia merupakan komunitas sosial non-profit yang bergerak dibidang kesehatan jiwa khususnya gangguan bipolar. Komunitas ini untuk penderita gangguan jiwa khususnya penderita gangguan bipolar. Penyebab suatu penyakit tidak hanya
dikarenakan kelainan pada fisiologi tubuh seseorang namun juga karena adanya gangguan psikologis. Gangguan psikologis atau gangguan kejiwaan banyak ditemui ditengah masyarakat, mulai dari ringan hingga berat. Berbagai penelitian pun dilakukan untuk mencari penanganan yang tepat. Salah satu masalah kejiwaan yang masih kurang di pahami masyarakat adalah gangguan bipolar. Psikiater adalah dokter spesialis yang mempelajari ilmu jiwa. Mereka memiliki gelar dokter. Tetapi mempelajari dan memperdalam ilmu kejiwaan. Psikiater juga biasanya adalah seorang dokter (S1) yang meneruskan pendidikannya dibidang psikiatri pada jenjang S2. Dalam bahasa sederhana, psikiater adalah dokter jiwa karena selain menguasai ilmu-ilmu medis, dia juga menguasai ilmu kejiwaan. Psikiater mengobati pasiennya yang punya masalah kejiwaan dengan memberikan obat. Sebab, beberapa penyakit jiwa bisa disebabkan oleh keadaan tubuh yang sedang tidak sehat, yang bisa disembuhkan atau dikurangi dengan mengobati organ tubuh yang berhubungan dengan gejala kejiwaan yang sedang diderita. Melihat kondisi pasien maka timbullah sebuah pertanyaan tentang bagaimana sebenarnya para psikiater melakukan pendekatan komunikasi terhadap pasien yang memiliki kondisi emosional yang tidak stabil, psikologis yang tidak kondusif. Kondisi pasien yang memiliki banyak kekurangan ini menyebabkan banyak hambatan dan rintangan yang akan di hadapi oleh psikiater, namun tetap saja
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
111
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ia di tuntut untuk bisa menghadapi kesulitan tersebut. Berkat kegigihannya hingga akhirnya ia mampu membuat iklim interaksi yang baik dengan pasien penderita gangguan bipolar. Sebenarnya yang memilik kewajiban untuk ikut menyembuhkan pasien penderita gangguan bipolar tidak hanya psikiater saja tetapi juga masyarakat luas. Penderita penyakit ini juga merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri namun akibat kurangnya informasi tentang penyakit gangguan bipolar dan bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien ini menyebabkan stigma negatif menjamur dalam pikiran masyarakat. Masyarakat menganggap mereka sangat berbahaya, bodoh, aneh dan tidak dapat disembuhkan. Namun stigma tersebut terus saja melekat dalam diri penderita gangguan bipolar sehingga sulit di hilangkan. Stigma dan diskriminasi terhadap penderita penyakit ini akan membuat penderita semakin merasa terkucilkan dan tidak dipedulikan, padahal itu justru akan membuat kondisi mental penderita penyakit ini semakin menurun, karena mereka juga seorang manusia yang sudah sepantasnya di beri perlakuan yang sama dengan manusia lainnya atau justru mereka diberi perlakuan yang spesial agar gangguan mental cepat kembali pulih. Peneliti berpendapat bahwa penderita gangguan bipolar itu layak di berikan kesempatan dalam melakukan sesuatu dan layak mendapatkan tempat dimasyarakat serta mampu bersosialisasi dengan baik. Para penderita gangguan bipolar dapat kembali menjalani hidup yang normal tanpa adanya perubahan mood yang drastis. Pada dasarnya, tidak semua penderita gangguan bipolar ingin menerima hal tersebut. Mereka memiliki motivasi untuk dapat kembali normal sehingga dapat memberikan inspirasi
kepada penderita gangguan bipolar yang lain tentang bagaimana di tengah keterbatasan mereka dapat mengatasinya dan memberikan sebuah prestasi. Melihat kasus diatas komunikasi antarpribadi antara psikiater dengan pasien penderita gangguan bipolar sangat dibutuhkan dalam proses pemulihan, mengingat komunikasi merupakan faktor penentu yang dapat memberikan motivasi kepada penderita gangguan bipolar, agar mempunyai keinginan dalam mengontrol perasaan yang mudah berubah secara drastis. Dalam hal ini, peneliti merasa perlu untuk mengetahui faktor-faktor penyebab serta bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh psikiater terhadap pasien penderita gangguan bipolar yang dapat membantu proses pemulihan. Selain itu, peneliti ingin mengetahui seberapa besar kedekatan dari seorang psikiater dalam membantu proses pemulihan penderita gangguan bipolar serta mengetahui kendala dan hambatan yang dialami oleh psikiater saat melakukan komunikasi dengan penderita gangguan bipolar. KAJIAN LITERATUR Komunikasi Antar Pribadi Mulyana (2011) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya mena5ngkap reaksi secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi antarpribadi tidak hanya apa yang dikatakan, atau bahasa yang digunakan, tapi bagaimana dikatakan misalnya nonverbal pesan yang dikirim, seperti nada suara dan ekspresi wajah. Ketika dua orang atau lebih berada ditempat yang sama dan menyadari kehadiran satu sama lain, maka komunikasi dikatakan langsung, tidak peduli seberapa halus atau disengaja. Komunikasi antarpribadi merupakan jenis
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
112
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Efektivitas dalam komunikasi antarpribadi akan mendorong terjadinya hubungan yang positif antara teman, keluarga, masyarakat maupun pihak-pihak yang saling berkomunikasi. Sementara menurut Effendy mendefinisikan komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, komunikasi jenis ini bisa langsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui medium, umpamanya telepon. Menurut Effendy (1993) Ciri khas komunikasi antarpribadi adalah dua arah atau timbal balik. Pesan Verbal dan NonVerbal Mulyana (2011) mengemukakan pada umumnya, pesan yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima dapat dikemas secara verbal dengan kata-kata atau nonverbal tanpa kata-kata. Komunikasi yang pesannya dikemas secara verbal disebut komunikasi verbal. Sedangkan komunikasi yang pesannya dikemas secara nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Jadi, komunikasi verbal adalah penyampaian makna dengan menggunakan kata-kata. Sedangkan komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata. Karena, tidak semua penderita gangguan bipolar memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap pesan secara verbal, terkadang dengan menggunakan pesan nonverbal dapat lebih membantu penderita gangguan bipolar untuk mengerti isi pesan tersebut. Psikiater Psikiater adalah dokter spesialis yang mempelajari ilmu jiwa. Mereka memiliki gelar dokter. Tetapi mempelajari dan memperdalam ilmu kejiwaan. Psikiater juga biasanya adalah seorang dokter (S1) yang meneruskan pendidikannya dibidang psikiatri pada jenjang S2. Dalam bahasa sederhana, psikiater adalah dokter jiwa
karena selain menguasai ilmu-ilmu medis, dia juga menguasai ilmu kejiwaan. Psikiater mengobati pasiennya yang punya masalah kejiwaan dengan memberikan obat. Sebab, beberapa penyakit jiwa bisa disebabkan oleh keadaan tubuh yang sedang tidak sehat, yang bisa disembuhkan atau dikurangi dengan mengobati organ tubuh yang berhubungan dengan gejala kejiwaan yang sedang diderita. Peran psikiater terhadap pasien penderita gangguan bipolar sangat berpengaruh besar karena dengan psikiater melakukan kedekatan pada pasien penderita gangguan bipolar, akan sangat membantu pasien untuk pulih kembali. Penderita Gangguan Bipolar Menurut Barbara D.Ingersol, ph.D dan Sam Goldstain (2001), gangguan bipolar (juga dikenal sebagai gangguan manik depresif ) adalah suatu kondisi yang dicirikan oleh episode depresi yang kemudian diganti dengan episode mania manakala suasana hati dan energi sangat meningkat. Begitu meningkatnya melampaui batas normal suasana hati yang baik, atau bisa juga sebaliknya, dari episode mania kemudian diganti menjadi periode depresi secara tiba-tiba. Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrim berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya di sebut dengan manic depressive. Suasana hati penderitanya dapat berganti-ganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola dan waktu yang pasti. Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi, seseorang yang menderita gangguan bipolar memiliki ayunan perasaan (mood swings) yang
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
113
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ekstrim dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap gangguan bipolar bisa merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Saat suasana hatinya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri. Suasana hati meningkat secara klinis disebut sebagai mania, atau disaat ringan di sebut sebagai hipomania. Individu yang mengalami episode mania juga sering mengalami episode depresi atau episode campuran disaat kedua fitur mania dan depresi hadir pada waktu yang sama. Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode suasana hati normal tetapi dalam beberapa depresi individu dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat yang dikenal sebagai rapid-cycle. Episode manic ekstreme kadang-kadang dapat menyebabkan gejala psikosis seperti delusi dan halusinasi. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan, sedangkan depresi cenderung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan dari pada manik. Gangguan bipolar dibagi menjadi bipolar 1 dan bipolar II, Cyclothymia, dan jenisnya berdasarkan sifat dan pengalaman tingkat keparahan episode suasana hati; kisaran sering digambarkan sebagai spectrum bipolar. Teori Penetrasi Sosial Sarwono (2005) menjelaskan tentang Teori Penetrasi Sosial dari Irwin Altman dan Dalmas Taylor yang menganggap bahwa metode penetrasi sosial untuk mengidentifikasi proses meningkatnya sikap keterbukaan dan keintiman dalam sebuah hubungan dan merupakan teori yang formatif dalam sejarah intelektual pada teori hubungan. Teori penetrasi sosial didasarkan pada pengamatan atas tradisi panjang bagaimana suatu hubungan dibangun. menjelaskan bagaimana proses hubungan antara psikiater dengan pasien penderita gangguan bipolar dimana terjadi proses gradual yaitu semacam proses
adaptasi diantara keduanya. Kedua tokoh tersebut mengibaratkan manusia seperti bawang merah yang terdiri dari beberapa layer. LAPISAN TERLUAR
LAPISAN SEMIPRIVATE
LAPISAN PRIVATE Gambar 1 Teori Penetrasi Sosial Layer tersebut berarti lapisan kepribadian: 1. Lapisan terluar 2. Lapisan semi-private 3. Lapisan private. Dari ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh pada proses pemulihan penderita bipolar, karena lapisan terluar adalah faktor sosial atau publik, dimana penderita gangguan bipolar juga sangat membutuhkan dukungan sosial. Lapisan semi-private adalah faktor orang-orang terdekat seperti psikiater, dalam proses pemulihan psikiater sangat berperan penting karena dengan adanya komunikasi antarpribadi psikiater pada pasien penderita gangguan bipolar dapat membantu proses pemulihan sehingga pasien bisa belajar kesadaran diri/self awareness, dalam menstabilkan emosinya. Terakhir lapisan private adalah faktor diri sendiri dengan tuhan bagaimana cara penderita gangguan bipolar berkomunikasi dengan tuhan, dimana faktor ini sangat membantu pasien penderita gangguan bipolar untuk pulih kembali dengan mendekatkan dirinya kepada tuhan maha kuasa yang menciptakan seluruh isi alam semesta ini beserta isinya.
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
114
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, karena penelitian mengenai pasien dan perawat Bipolar ini akan menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orangorang yang diamati. Kemudian diamati melalui sudut pandang paradigma kritis, berangkat dari bagaimana peneliti melihat realitas tentang pasien Bipolar yang berkomunikasi selama masa perawatan namun dengan sudut pandang ada struktur sosial yang tidak adil. Kelebihan lainnya yaitu mampu mengungkapkan hal-hal yang spesifik, unik dan hal-hal yang sangat amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu mengungkap makna dibalik fenomena dalam kondisi apa adanya natural. Selain itu metode studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual, tetapi juga memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kualitatif. Namun metode studi kasus juga memiliki kekurangan yaitu semakin kompleks sebuah kasus, semakin sulit analisis dibuat. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk komunikasi antarpribadi yang dilakukan psikiater dan pasien penderita gangguan bipolar dan mengetahui faktor-faktor komunikasi antarpribadi membantu proses pemulihan pasien serta mengetahui kedekatan psikiater, hambatan yang ditemui psikiater saat berkomunikasi dengan pasien penderita gangguan bipolar. Penelitian ini berfokus pada psikiater dan pasien penderita gangguan bipolar di komunitas Bipolar Care Indonesia
Bandung. Sebab komunitas ini adalah komunitas yang bergerak dibidang kesehatan jiwa khususnya gangguan bipolar. Komunitas ini dibangun untuk menjadi wadah bagi penderita bipolar, psikiater, caregiver, dan siapa saja yang peduli dengan gangguan jiwa lain pada umumnya. Sesuai maksud dari penelitian ini yang meneliti tentang proses pemulihan dan bentuk komunikasinya. Dari sini subjek akan dipilih secara random sesuai dengan keperluan, karena yang dikaji dari penelitian ini adalah kedalaman informasi, bukan kuantitas responden. Dalam pelaksanaannya penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi didalam pengumpulan datanya. Kemudian data yang didapat dianalisa menggunakan teknik analisa Analisis Domain Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Komunitas Bipolar Care Indonesia Bandung yang beralamat di Graha Atma JL.Riau 11 Bandung. Lokasi wawancara psikiater, caregiver, penderita gangguan bipolar serta observasi sepenuhnya dilakukan di Komunitas BCI. Sedangkan waktu penelitiannya berjalan selama tiga bulan. PEMBAHASAN Bentuk Komunikasi Antrapribadi Psikiater dan Pasien Penderita Gangguan Bipolar pada Proses Pemulihan Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh psikiater dan pasien dalam berinteraksi pada proses pemulihan menggunakan pesan verbal dan nonverbal. Dari pendapat di atas menjelaskan bagaimana komunikasi antarpribadi membantu proses pemulihan terutama ketika psikiater melakukan komunikasi terhadap pasien penderita bipolar. 1. Verbal, Komunikasi yang pesannya dikemas secara verbal disebut komunikasi verbal. Jadi, komunikasi
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
115
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
verbal adalah penyampaian makna dengan menggunakan kata-kata. Komunikasi verbal pada penderita gangguan bipolar dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Namun, pada beberapa kasus adapula penderita gangguan bipolar yang tidak dapat berinteraksi secara verbal dengan baik maka digunakan komunikasi nonverbal sebagai pendukung. Seperti yang dijelaskan diatas komunikasi verbal itu meliputi lisan dan tulisan, pada penelitian ini rata-rata penderita gangguan bipolar dapat berkomunikasi secara verbal dengan baik sehingga pesan yang disampaikan oleh psikiater tidak terlalu sulit untuk disampaikan pada penderita bipolar. 2. Nonverbal, Komunikasi yang pesannya dikemas secara nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Pesan nonverbal sangat efektif digunakan untuk dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dan dapat lebih membantu pasien penderita gangguan bipolar untuk mengerti isi pesan yang disampaikan oleh psikiater. Komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata. Karena, tidak semua penderita gangguan bipolar memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap pesan secara verbal, terkadang dengan menggunakan pesan nonverbal dapat lebih membantu penderita gangguan bipolar untuk mengerti isi pesan tersebut. Untuk itu psikiater jangan menggunakan kata-kata yang tidak dipahami pasien sangat dianjurkan menggunakan bahasa sehari-hari, hal ini bertujuan agar pasien penderita gangguan bipolar dapat dengan mudah memahami maksud dari psikiater secara langsung. Komunikasi nonverbal juga sama pentingnya seperti komunikasi verbal karena keduanya berpengaruh dalam kelangsungan proses komunikasi. Dengan
adanya komunikasi nonverbal disini adalah penunjang dalam komunikasi verbal. Karena tanpa disadari setiap kita melakukan komunikasi verbal secara tidak sengaja kita sering juga menggunakan komunikasi nonverbal seperti menggerakgerakan anggota tubuh kita. Maka dari itu seperti yang dijelaskan pada bahasan komunikasi verbal rata-rata penderita gangguan bipolar dikomunitas bipolar care Indonesia bandung dapat berkomunikasi secara verbal dengan baik, akan tetapi ada pula penderita gangguan bipolar yang tidak dapat menerima pesan verbal dengan baik oleh karena itu digunakanlah komunikasi nonverbal untuk membantu menyampaikan pesan. Dimana bentuk komunikasi nonverbal yang dilakukan berupa sentuhan, gerak tubuh dan lainlain. Dalam prakteknya pada saat psikiater berkomunikasi secara pribadi terhadap pasien, psikiater tidak terlepas dalam komunikasi secara verbal ataupun nonverbal karena dapat membantu psikiater berkomunikasi dengan pasien penderita bipolar. Faktor-Faktor Komunikasi Antarpribadi Dalam Membantu Proses Pemulihan Pasien Penderita Gangguan Bipolar 1. Psikiater, Psikiater adalah dokter spesialis kejiwaan yang mempunyai keahlian dibidang psikologis pasien, melalui bidang keilmuannya psikiater merupakan tokoh sentral yang paling mengerti bagaimana cara penanganan terhadap pasien penderita gangguan bipolar, sedangkan keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam proses pemulihan penderita gangguan bipolar, karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan paling dalam terhadap pasien. Pasien penderita gangguan bipolar akan selalu berinteraksi secara intens dengan lingkungan terdekatnya yaitu keluarga sehingga peranan keluarga merupakan faktor kunci dalam menunjang proses pemulihan pasien penderita gangguan bipolar.
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
116
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
a.
b.
c.
d.
e.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh psikiater dan penderita bipolar, yaitu: Citra diri, merupakan gambaran seseorang tentang dirinya baik kelemahan ataupun kelebihan serta status yang dianggap pada masyarakat, seorang psikiater memiliki citra diri yang dianggap oleh masyarakat sebagai dokter atau orang yang memiliki kelebihan dibidang kejiwaan, dalam menciptakan dan menjaga citra diri yang baik, seorang psikiater perlu juga menjaga hubungan komunikasi yang baik dengan orang lain. Begitu juga dalam penelitian ini peneliti mendapati citra diri yang diperlihatkan oleh seorang psikiater sebagai orang yang memiliki kelebihan dibidang kejiwaan serta sebagai dokter yang membantu proses pemulihan terhadap pasiennya. Citra pihak lain, citra pihak lain dalam penelitian ini dapat diambil dari seorang psikiater saat berkomunikasi dengan pasien, psikiater berupaya berbicara dengan lugas, lancar, tegas dan meyakinkan saat berbicara dengan pasien. Berbeda ketika psikiater berbicara dengan atasannya atau seseorang yang memiliki jabatan diatasnya. Lingkungan fisik, dimana seorang psikiater harus menyesuaikan cara berkomunikasi sesuai tempat dan dengan siapa psikiater berkomunikasi. Lingkungan sosial, bentuk komunikasi yang dilakukan oleh seorang psikiater dipengaruhi oleh keadaan masyarakat, terutama keadaan pasien saat berkomunikasi. Lingkungan sosial juga mempengaruhi mempengaruhi komunikasi yang dilakukan psikiater dan pasien, karena psikiater dan pasien sebelumnya telah dipengaruhi oleh lingkungan serta budaya mereka masingmasing. Kondisi, kondisi/keadaan seorang psikiater saat berkomunikasi
berpengaruh terhadap komunikasi yang dilakukan psikiater terhadap pasiennya. Contohnya; seorang psikiater yang memiliki waktu luang akan mempengaruhi hasil diagnosanya terhadap pasien dengan lebih baik dan akurat, berbeda dengan psikiater yang memiliki jadwal yang padat dan memiliki banyak pasien yang harus ditangani saat itu juga akan mempengaruhi keadaan seorang psikiater. f. Bahasa badan, dalam prakteknya psikiater saat berkomunikasi terhadap pasien selalu menambahkan bahasa badan, seperti exspresi wajah dan gerakan tangan psikiater saat menjelaskan sesuatu kepada pasiennya. Psikiater dalam proses pemulihan merupakan faktor internal kedua setelah keluarga, dimana psikiater mengdiagnosa pasien tersebut mengidap gangguan bipolar, berlanjut kepada proses keputusan psikiater menentukan cara pemulihan yang harus dilalui oleh penderita bipolar. Apabila komunikasi yang dilakukan psikiater tidak terdapat hambatan maka proses interaksi pun dapat dilaksanakan dengan lancar. Bagi seorang pasien penderita bipolar, psikiater dapat menjadi orang terdekat atau partnership dalam proses pemulihan, namun dalam proses psikiater menjadi partnership pasien diharapkan pasien pun tidak merasakan ketergantungan yang berlebih terhadap psikiater. Karena psikiater dapat dikatakan sebagai sarana pasien dalam proses pemulihan. 2. Keluarga, Keluarga adalah kelompok premier yang paling penting dalam masyarakat sedangkan dalam hubungan sosial, keluarga merupakan satu kesatuan yang diikat oleh adanya saling hubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluarga merupakan salah satu faktor internal
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
117
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
dalam pribadi pasien gangguan bipolar, keluarga juga berfungsi sebagai orang terdekat yang membantu pemulihan pasien bipolar melalui komunikasi sehari-hari yang dilakukan keluarga pasien bipolar atau pun aktifitas keluarga yang mendukung dalam proses pemulihan seperti setiap kali pasien berkonsultasi atau berobat kepada psikiater keluarga menjadi orang terdekat yang selalu dapat menemani pasien saat berkonsultasi kepada psikiater atau bisa juga saat pasien merasakan hal yang tidak diinginkan oleh pasien maka keluarga menjadi orang pertama yang dapat melindungi pasien dari hal-hal negatif yang kemungkinan muncul dari diri pasien penderita gangguan bipolar. Kedekatan Psikiater Pada Proses Pemulihan Pasien Penderita Gangguan Bipolar 1. Penyesuaian diri, Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan hidup dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus berusaha menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat. Penyesuaian sebagai suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan dan frustrasi, dan individu di dorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan. Individu di katakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar dapat di terima oleh liungkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya. Penyesuaian diri dalam komunikasi antarpribadi psikiater kepada pasien gangguan bipolar sangat diperlukan karena, setiap pasien memiliki
kebutuhan, keinginan & harapan yang berbeda-beda begitu pula dari watak, sifat, cara berbicara & personality pasien gangguan bipolar yang tidak selamanya sama, maka seorang psikiater diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai macam perbedaan yang ada pada diri pasien gangguan bipolar agar komunikasi antarpribadi dengan pasien gangguan bipolar dapat dilakukan secara efektif tanpa adanya hambatan. 2. Attitude adalah sikap, tingkah laku atau perilaku seseorang dalam berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan sesama manusia. Attitude itu sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang bersikap sopan santun, belum tentu memiliki attitude yang bagus. Sebaliknya, seseorang yang memiliki atttitude tinggi, belum tentu juga memiliki sikap sopan santun. Jadi diperlukan sikap keseimbangan antara "attitude" dan "sopan santun" agar kita bisa menjadi orang yang bermoral baik. Attitude bekerja dengan hati nurani. Apabila attitude diterapkan pada kehidupan sehari-hari, kita mendapatkan tanggung jawab yang besar akan hasil dan menimbulkan pengaruhnya kepada masyarakat. Attitude komunikasi yang tidak boleh dilanggar oleh psikiater dalam berhubungan dengan pasien penderita gangguan bipolar, seperti prinsip kerahasiaan, diskriminasi, memanfaatkan pasien penderita gangguan bipolar untuk kepentingan pribadi. Banyak dari rambu-rambu ini yang sangat di pengaruhi oleh budaya, dan karenanya merupakan “advantage” bagi dokter Indonesia. Komunikasi psikiater dengan pasien penderita gangguan bipolar mengarah pada terciptanya hubungan kemitraan (partnership) antara keduanya. Psikiater menguasai ilmu kedokteran, namun pada akhirnya pasien gangguan bipolar yang “berhak” atas kehidupannya. Karena itu psikiater perlu mendengarkan dan merespon keluhan, kekhawatiran pasien
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
118
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
penderita gangguan bipolar. Psikiater juga harus membantu pasien penderita gangguan bipolar menetapkan pilihan pengobatan terbaik melalui pemberian informasi yang dibutuhkan pasien penderita gangguan bipolar. Hubungan psikiater dengan pasien penderita gangguan bipolar bersifat unik. Meski terjadi transaksi material diantara keduanya, namun kenyataannya kualitas hubungan sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan pasien bipolar terhadap psikiater. Sebaliknya kepercayaan itu sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh dokter menunjukan penghormatan terhadap kehidupan dan pribadi pasien gangguan bipolar. Hambatan Psikiater Saat Berkomunikasi Dengan Pasien Penderita Gangguan Bipolar Pada Proses Pemulihan Komunikasi efektif antara psikiater dan pasien penderita gangguan bipolar adalah hal yang paling sentral untuk keberhasilan terapi. Keberhasilan membangun pola komunikasi yang baik akan sangat menentukan persepsi mengenai kualitas layanan yang bermutu. Kebanyakan ketidakpuasan dari pihak pasien bipolar biasanya disebabkan karena ketiadaan komunikasi yang baik. Masih banyak psikiater yang membutuhkan capacity building dibidang komunikasi. Selama ini anggapan umum mengatakan bahwa psikiater Indonesia kurang komunikatif atau peduli dengan kondisi pasien gangguan bipolar. Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 seharusnya menjadi titik tolak bagi perubahan pola komunikasi yang menempatkan psikiater/dokter berkuasa penuh atas hidup dan kualitas hidup pasien. Hambatan yang ada pada komunikan berupa keadaan saat menerima pesan, misalnya kurang perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. Keadaan
dan kondisi komunikan yang terjadi pada komunikasi psikiater dan pasien sangat dipengaruhi oleh mood dan emosi komunikan yang tidak stabil hal ini menjadi hambatan bagi psikiater dalam berinteraksi pada pasien penderita bipolar. Suasana hati komunikan sebagai pasien penderita bipolar memiliki suasana hati yang dapat berganti-ganti secara tiba-tiba antara dua kutub bipolar yang berlawanan yaitu saat kebahagiaan yang berlebih (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebih tanpa pola waktu yang pasti, hal tersebut tentunya sangat mengganggu interaksi yang dilakukan psikiater pada pasiennya dan menjadi hambatan yang muncul dari diri pribadi komunikan. Maka diharapkan psikiater terutama saat berkomunikasi menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh pasien bipolar. Komunikasi berjalan efektif apabila selama berlangsungnya komunikasi hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi. Komunikator yang baik adalah orang yang mampu mengendalikan komunikasi atau mengarahkan komunikasi agar tidak berbenturan dengan hambatan komunikasi. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan mood pasien yang tidak stabil dapat menghambat proses komunikasi. Karena pada saat psikiater menyampaikan pesan namun pasien berada pada posisi mood yang tidak setabil tentunya dapat mempengaruhi pasien dalam menerima atau memahami isi pesan. Solusinya adalah pasien diharapkan saat berkonsultasi harus didampingi oleh orang terdekat, baik teman ataupun keluarga. Sesuai dengan asumsi teori penetrasi sosial, dalam mengidentifikasi proses meningkatnya sikap keterbukaan dan keintiman dalam sebuah hubungan dan merupakan teori yang formatif dalam sejarah intelektual pada teori hubungan. Teori penetrasi sosial didasarkan pada pengamatan atas tradisi panjang bagaimana suatu hubungan dibangun. menjelaskan bagaimana proses hubungan
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
119
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
antara psikiater dengan pasien penderita gangguan bipolar dimana terjadi proses gradual yaitu semacam proses adaptasi diantara keduanya yaitu semacam proses adaptasi diantara keduanya. Kedua tokoh tersebut mengibaratkan manusia seperti bawang merah yang terdiri dari beberapa layer. Layer tersebut berarti lapisan kepribadian: 1. Lapisan terluar 2. Lapisan semi-private 3. Lapisan pivate. Ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh pada proses pemulihan penderita gangguan bipolar, karena lapisan terluar adalah faktor sosial atau publik, dimana penderita gangguan bipolar juga sangat membutuhkan dukungan sosial. Lapisan semi-private adalah faktor orang-orang terdekat seperti psikiater, dalam proses pemulihan psikiater sangat berperan penting karena dengan adanya komunikasi antarpribadi psikiater pada pasien penderita gangguan bipolar dapat membantu proses pemulihan sehingga pasien bisa belajar kesadaran diri/self awareness, dalam menstabilkan emosinya. Lapisan private adalah faktor diri sendiri dengan tuhan, dimana faktor ini sangat membantu pasien penderita bipolar untuk pulih kembali dengan mendekatkan dirinya kepada tuhan maha kuasa yang menciptakan seluruh isi alam semesta ini. Teori tersebut kita bisa mengetahui bagaimana psikiater berinteraksi dengan pasien dilihat dari bentuk komunikasi antarpribadinya, faktor-faktor komunikasi antarpribadi yang membantu proses pemulihan pasien penderita gangguan bipolar, serta kedekatan psikiater pada pasien dan hambatan-hambatan yang dihadapi psikiater saat berkomunikasi dengan pasien penderita gangguan bipolar pada proses pemulihan. PENUTUP 1. Bentuk komunikasi antarpribadi yang digunakan psikiater dalam berinteraksi dengan pasien penderita gangguan
bipolar menggunakan pesan verbal dan nonverbal, karena akan mempermudah psikiater dalam menyampaikan pesan agar komunikasi berjalan dengan efektif. 2. Faktor komunikasi antarpribadi yang membantu proses pemulihan pasien penderita bipolar yang pertama adalah keluarga. Keluarga merupakan salah satu faktor internal, keluarga juga berfungsi sebagai orang terdekat yang membantu proses pemulihan pasien bipolar, dalam proses pemulihan psikiater merupakan faktor internal kedua setelah keluarga, dimana psikiater mengdiagnosa pasien tersebut mengidap gangguan bipolar, berlanjut kepada proses keputusan psikiater menentukan cara pemulihan yang harus dilalui oleh penderita bipolar. Apabila komunikasi yang dilakukan psikiater tidak terdapat hambatan maka proses interaksi pun dapat dilaksanakan dengan efektif. 3. Kedekatan psikiater pada pasien penderita bipolar dengan penyesuaian diri dalam komunikasi antarpribadi karena, setiap pasien memiliki kebutuhan, keinginan & harapan yang berbeda-beda begitu pula dari watak, sifat, cara berbicara & personality pasien gangguan bipolar yang tidak selamanya sama, maka seorang psikiater diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai macam perbedaan yang ada pada diri pasien gangguan bipolar agar komunikasi antarpribadi dengan pasien gangguan bipolar dapat dilakukan secara efektif tanpa adanya hambatan. 4. Hambatan yang ada pada komunikan berupa keadaan saat menerima pesan, misalnya kurang perhatian pada saat menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. Keadaan dan kondisi komunikan yang terjadi pada komunikasi psikiater dan pasien sangat dipengaruhi oleh mood
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
120
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
dan emosi komunikan yang tidak stabil hal ini menjadi hambatan bagi psikiater dalam berinteraksi pada pasien penderita bipolar. Suasana hati komunikan sebagai pasien penderita bipolar memiliki suasana hati yang dapat berganti-ganti secara tiba-tiba antara dua kutub bipolar yang berlawanan yaitu saat kebahagiaan yang berlebih (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebih tanpa pola waktu yang pasti, hal tersebut tentunya sangat mengganggu interaksi yang dilakukan psikiater pada pasiennya dan menjadi hambatan yang muncul dari diri pribadi komunikan
Rakhmat, Jalaludin. (2001). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Sarwono, Sarlito Wirawan. (2005). TeoriTeori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
REFERENSI Amir, Nurmiati. (2009) Gangguan Mood Bipolar. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran. Effendy, Onong Uchjana. (2002). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya. Hidayat, Dedy N. (2003). Paradigma dan Metodelogi Penelitian Sosial Empiris Klasik. Jakarta : Departemen Ilmu komuniskasi FISIP Universitas Indonesia. Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ingersol, Barbara D. dan Sam Goldstein. (2001). Lonely, Sad and Angry. Florida: Specialty Press, Inc Mulyana, Deddy. (2011). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaludin. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
121