perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
PENGEMBANGAN MODUL BILINGUAL KELAS X PADA MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Wahyu Setyawan, Dra. Rini Budiharti, M.Pd, Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph. D Prodi Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta, Telp/Fax (0271) 648939 Email:
[email protected] ABSTRACT Wahyu Setyawan. K2308059. THE DEVELOPMENT OF INTERACTIVE BILINGUAL PHYSICS MODULE IN LEARNING MATERIAL OF TEMPERATURE AND HEAT IN TENTH GRADE WITH PROBLEM BASED LEARNING (PBL). Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, November 2014. The aim of research are to produce the interactive bilingual physics module based on Problem Based Learning which theme of Heat, its effect to subtance and its transfer for tenth grade of senior high school which has a good criteria. This research used qualitative approach and supported by quantitative data is development research based on the modification of Borg and Gall’s development model. Procedures of this research have seven steps only. They are (1) Research and information collecting, (2) Planning, (3) Developing of the draft product, (5) Preliminary field test, (5) Revision of preliminary field test, (6) Main field test, (7) Revision of main field test. The data were obtained by questionnaire and observation. Instrument of research that used were got validation by lecturer as expert validator. Data which have gotten from research are from experts that consist of 2 experts in material, 1 expert lecture in english, and 3 teachers as reviewer and also respondent that consist of 10 students in the first grade of SMA N 2 Karanganyar, and 30 student grade X of SMA N 4 Surakarta, SMA Regina Pacis, and SMA N 2 Karanganyar with each school taken 10 students. Technique of analyzing qualitative data used interactive model from Miles and Huberman, whereas quantitative data are analyzed by standard’s score from Saiffudin Azwar which divided into five categories. The result of data analyze and experiment explanation showed that the teaching learning product is interactive bilingual Physics module with Problem Based Learning in 2013 curriculum in material of “Heat, The Effect to Subtance and Its Transfer” which has integrated based on Problem Based Learning theory and the correct component of module. The result of module commonly have good criteria based on experts and reviewer in category of its material, the language, the learning, and the layout. The Physics module was succesfully experimented in the preliminary and main field test with very good result. ABSTRAK Wahyu Setyawan. K2308059. PENGEMBANGAN MODUL BILINGUAL KELAS X PADA MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2014. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan modul Fisika Bilingual interaktif dengan pembelajaran berbasis masalah untuk SMA Kelas X materi “Kalor, Pengaruhnya Terhadap Benda dan Perpindahannya” yang memenuhi kriteria baik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan didukung data kuantitatif ini merupakan penelitian pengembangan yang berdasarkan modifikasi model pengembangan Borg dan Gall sampai tahap ketujuh. Prosedur penelitian berupa (1) Penelitian dan pengumpulan informasi, (2) Tahap perencanaan, (3) Pengembangan draft produk, (4) Uji coba lapangan awal, (5) Revisi uji coba lapangan awal, (6) Uji coba lapangan utama, (7) Revisi uji coba lapangan utama. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa angket dan observasi. Instrumen yang digunakan untuk mengambil data telah divalidasi oleh dosen pembimbing sebagai ahli materi. Data-data yang diperoleh berasal dari validator yang terdiri atas 2 dosen ahli materi, 1 dosen ahli bahasa inggris, dan 3 guru sebagai reviewer serta responden yang terdiri atas 10 siswa SMA N 2 Karanganyar, dan 30 siswa kelas X dari SMA N 4 Surakarta, SMA Regina Pacis Surakarta, dan SMA N 2 Karanganyar dengan masing-masing sekolah diambil 10 anak. Teknik analisis data kualitatif yang digunakan yakni model interaktif dari Miles dan Huberman, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan penilaian skor standar dari Saiffudin Azwar yang kemudian dibagi menjadi lima kategori. Hasil analisis data yang dilakukan dan pembahasan penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar yang dihasilkan berupa modul bilingual interaktif Fisika dengan pembelajaran berbasis masalah pada kurikulum 2013 yaitu materi “Kalor, Pengaruhnya Terhadap Benda dan Perpindahannya” yang telah diintegrasikan sesuai dengan teori pembelajaran berbasis masalah dan komponen-komponen modul yang benar. Bahan ajar yang dihasilkan secara umum sudah berkriteria baik berdasarkan hasil validasi ahli dan reviewer dalam aspek kelayakan isi, kebahasaan, pembelajaran, tampilan. Modul Fisika telah berhasil diujicobakan di lapangan tahap awal dan utama dengan hasil yang sangat baik. Kata kunci : modul, bilingual, interaktif, Pembelajaran Berbasis Masalah. PENDAHULUAN Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar commit menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan suatu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Sehingga perkembangan pendidikan harus sejalan dengan perubahan budaya kehidupan (Trianto, 2011: 1).
Perubahan pendidikan yang dimaksud dapat dilakukan untuk semua aspek pendidikan dan dapat dilakukan secara terus menerus sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Masalah dunia pendidikan Fisika sebagian besar ditekankan pada rendahnya pemahaman konsep siswa. Pemahaman konsep dan hasil belajar Fisika, khususnya siswa SMA masih relatif to userSalah satu faktor penyebabnya adalah pengemasan rendah. pendidikan sering tidak sejalan dengan hakikat belajar dan mengajar Fisika (Santyasa, 2005: 78). Untuk itu perlu dirancang pengemasan pendidikan yang sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar, yakni cara siswa belajar, cara guru
perpustakaan.uns.ac.id mengajar, cara pesan pembelajaran di dalam bahan ajar itu, bukan semata-mata pada hasil belajar (Novak & Gowin, 1985: 12). Pengemasan bahan ajar Fisika dan implementasinya diorientasikan pada penyediaan peluang kepada siswa untuk belajar sesuai hakikat Fisika atau IPA yang terdiri dari proses, produk dan sikap ilmiah. Berdasarkan Permendikbud No. 65 tahun 2013, kurikulum 2013 diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Adapun karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat dan mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Sains, yang dalam hal ini juga termasuk fisika, masih dirasa menjadi mata pelajaran yang sulit bagi siswa. Bahan ajar memang bagian penting dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, dalam perkembangannya bahan ajar ini tidak sematamata dituntut untuk mampu menyampaikan konsep materi dan mampu membuat siswa tahu saja, tetapi juga perlu dikembangkan agar lebih mampu melibatkan siswa untuk turut serta aktif serta kesesuaian dengan kondisi yang ada. Namun, hakikat pembelajaran sains dan juga termasuk fisika perlu memperhatikan proses sains yang terlibat dalam perolehan informasi tersebut. Memenuhi tuntutan tersebut, tentunya informasi tidak sekedar didapat melalui bahan pembelajaran yang bersifat informatif saja. Proses pembelajaran Fisika ditekankan pada pembentukan pola pikir yang runtut melalui kegiatan-kegiatan yang menggiring siswa untuk mampu menyelesaikan permasalahan melalaui pembelajaran yang dilakukan. Guru hendaknya menyediakan prosedur pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencari informasi baru atau mengembangkan pengetahuan awal mereka melalui penyediaan informasi baru, mengelaborasi informasi tersebut secara mendetail, dan membangkitkan hubungan antara informasi baru tersebut dengan pengetahuan awal siswa (Santyasa, 2005: 101). Aktivitas-aktivitas tersebut dapat diwujudkan dengan mengembangkan bahan ajar yang mengakomodasi pengetahuan awal, membantu siswa mengembangkan teori dan gagasannya dalam merumuskan pertanyaan dan mencari jawaban atau pemecahannya. Pengemasan bahan ajar (modul) Fisika yang sudah ada saat ini commit masih bersifat linier, yaitu modul yang hanya menyajikan konsep dan prinsip, contoh-contoh soal dan pemecahannya, dan soal-soal latihan. Bahan ajar kurang memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam merumuskan masalah, membuat hipotesis, menemukan dan memecahkan
digilib.uns.ac.id
2
masalah, membuktikan penemuannya dengan rancangan percobaan, dan memberi kesimpulan. Untuk itu, perlu diimplementasikan kemasan bahan ajar Fisika yang interaktif dan dengan pembelajaran berbasis masalah. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan bahan ajar dalam bentuk modul Fisika bilingual interaktif untuk mengkonstruksi dan merekonstruksi pengetahuan Fisika berbahasa Inggris interaktif, yang menuntut suatu keterlibatan pengguna secara aktif dan mandiri selama berlangsungnya pembelajaran tersebut. Penyediaan modul memberikan keuntungan dalam proses pembelajaran baik bagi guru maupun siswa. Pendapat Budiningsih berkaitan dengan media pembelajaran, sejalan dengan perkembangan teknologi pada smartphone yang kini tak asing lagi di kalangan siswa dan guru. Dengan adanya fasilitas scanning (pemindaian) alamat web melalui barcode yang tercetak pada modul maka diharapkan dapat menjembatani antara modul yang bersifat fisik dan dengan informasi, video, dan animasi yang dapat secara langsung diakses melalui perangkat tersebut saat terkoneksi dengan jaringan internet. Hal ini akan menjadi salah satu solusi atas peran teknologi secara langsung dalam proses pemerolehan informasi yang terarah dalam proses pembelajaran. Dari uraian tersebut di atas penulis memilih “Pengembangan Modul Bilingual Kelas X pada Materi Suhu dan Kalor dengan Model Problem Based Learning (PBL)”. Dalam hal ini, bahan pembelajaran yang dikemas dalam modul bilingualinteraktif dengan pengembangan model pembelajaran Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) sesuai dengan standar proses yang termuat dalam kurikulum 2013. Dengan modul tersebut diharapkan adanya pembelajaran yang mampu mengantarkan siswa untuk tatap melaksanakan proses sains dan secara mandiri dapat dilaksanakan di luar kelas. METODE PENELITIAN Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development). Adapun yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul bilingualinteraktif materi suhu dan kalor denngan model Problem Based Learning (PBL). Model yang digunakan untuk pengembangan modul ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Borg & Gall. Model pengembangan tersebut tidak menggunakan implementasi produk dalam pembelajaran untuk mengukur keberhasilan pengembangan modul tersebut. Tahap pertama adalah penelitian dan pengumpulan informasi, yaitu tahap untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data mengenai kebutuhan yang diperlukan dalam perencanaan dan pengembangan draf produk serta pemikiran untuk perancangan selanjutnya. Tahap ini menjadi latar belakang pengembangan modul dan dilaksanakan dengan metode wawancara terhadap siswa dan guru mata pelajaran fisika di SMA N 2 Karanganyar terutama yang mengajar di kelas X. Tahap kedua adalah perencanaan. Modul yang dikembangkan adalah modul fisika bilingual untuk SMA Kelas X pada bab “Kalor dan Pengaruhnya terhadap Benda”. Strategi penyusunan modul menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang diharapkan mampu mendorong siswa untuk lebih aktif secara mandiri dalam proses pembelajaran fisika yang dimulai dengan masalah terlebih dahulu. Karena to user objek modul ini adalah siswa SMA kelas X yang menggunakan kurikulum 2013, maka modul ini dilengkapi dengan praktikum yang mengarahkan pada pendekatan ilmiah, model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 dan
perpustakaan.uns.ac.id penyajian yang interaktif untuk menunjang pencapaian tujuan dalam pembelajaran dalam kurikulum tersebut. Perencanaan merupakan tahap melakukan pemikiran untuk mendapatkan cara efektif dan efisien mengembangkan draf produk dengan bantuan data yang didapatkan dari tahap penelitian dan pengumpulan data. Ada 3 langkah yang dilakukan dalam tahap perencanan pembuatan modul fisika bilingual-interaktif, yakni menetapkan bidang kajian yang dimuat dalam modul, memetakan KI dan KD bidang kajian, mendesain permasalahan dan tema yang akan diambil untuk menuju ke dalam kompetensi dasar yang akan dimuat. Di dalam perencanaan akan diperoleh sebuah kerangka untuk mengembangkan draf produk. Tahap ketiga adalah pengembamgan draft produk. Pengembangan draf produk merupakan hasil terjemahan dari tahapan perencanaan. Dalam pengembangan modul, diperlukan ahli dalam penulisan modul. Tugas ahli disini yaitu menganalisis dan.mempertimbangkan logika dari pengembang dan menilai kelayakan dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, pembelajaran modul, dan tampilan modul. Modul yang dibuat merupakan modul bilingual, oleh sebab itu perlu dilakukan konsultasi dengan dosen fisika yang paham tentang Bahasa Inggris sebagai validator. Validasi Bahasa ini bertujuan untuk mengarahkan agar kosakata-kosakata dan kaidah Bahasa Inggris yang digunakan dalam materi kalor tepat. Rencananya, modul akan dibuat dalam Bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum mengalami transliterasi bahasa ke Bahasa Inggris agar proses pengembangan dan konsultasi lebih mudah. Setelah itu, isinya akan di terjemahkan dalam Bahasa Inggris.
“sangat baik”. Secara rinci, aspek kelayakan isi memperoleh skor rata-rata 38,5; Kebahasaan memperoleh skor rata-rata 29; Pembelajaran memperoleh skor rata-rata 81; dan Tampilan memperoleh skor rata-rata 41. Skor masing-masing aspek setelah dikonversi menjadi skala 5, diperoleh bahwa untuk aspek kelayakan isi bernilai “B” yang berarti baik, aspek kebahasaan bernilai “A” yang berarti sangat baik, aspek pembelajaran bernilai “A” yang berarti sangat baik, dan aspek tampilan bernilai “A” yang berarti sangat baik. Sedangkan reviewer 1 (Guru Fisika SMA 4 Surakarta) memberi skor total 194, reviewer II (Guru Fisika SMA Regina Pacis Surakarta) memberi skor total 216, reviewer III (Guru Fisika SMA N 2 Karanganyar) memberi skor total 181. Berdasarkan skor yang diberikan oleh masing-masing validator, dapat diambil keputusan berdasarkan Lampiran 3 bahwa reviewer I, dan reviewer II dan memberi nilai “sangat baik” sedangkan reviewer III memberi nilai “baik”. Skor rata-rata untuk keseluruhan reviewer adalah 197. Skor tersebut termasuk dalam kategori nilai “A” atau sangat baik. Secara rinci, aspek kelayakan isi memperoleh skor rata-rata 42,66667; Kebahasaan memperoleh skor rata-rata 27,33333; Pembelajaran memperoleh skor rata-rata 85; dan Tampilan memperoleh skor rata-rata 42. Skor masing-masing aspek setelah dikonversi menjadi skala 5, diperoleh bahwa untuk aspek kelayakan isi bernilai “A” yang berarti sangat baik, aspek kebahasaan bernilai “B” yang berarti baik, aspek pembelajaran bernilai “A” yang berarti sangat baik, dan aspek tampilan bernilai “A” yang berarti sangat baik. Berikut Tabel rekapitulasi data dari validator. Tabel 1. Ahli No
Uji coba ini dilakukan setelah dilakukan validasi dan revisi dari ahli (pembimbing 1 dan pembimbing 2). Uji coba lapangan awal dilakukan kepada 10 siswa di SMA Negeri 2 Karanganyar pada bulan Juni 2014. Revisi dilakukan setelah uji coba lapangan awal dilakukan. Hal ini dilakukan pada saat peneliti menemui kesalahan atau kekurangan dengan produk saat uji coba dilakukan. Setelah revisi hasil uji coba lapangan awal dilakukan, kemudian dilanjutkan uji coba lapangan utama kepada 30 siswa untuk menyempurnakan produk akhir. Uji lapangan utama dilakukan pada 5-15 sekolah dengan 30-300 subjek. Peneliti memodifikasi tahap ini dengan mengambil 3 sekolah, yaitu 10 siswa dari SMA N 4 Surakarta, 10 siswa dari SMA Regina Pacis Surakarta, dan 10 siswa SMA N 2 Karanganyar. HASIL PENELITIAN Data yang diperoleh terdiri data hasil evaluasi produk oleh validator dan data hasil uji coba ke siswa dalam hal validasi kelayakan isi, bahasa dan gambar, penyajian dan kegrafisan. Berikut ini akan disajikan secara umum data hasil evaluasi modul Fisika Bilingual Interaktif yang diambil dari ahli, dan reviewer. Data hasil uji coba juga akan disajikan secara umum yang diambil dari 10 siswa pada tahap uji coba awal di SMA N 2 Karanganyar kemudian pada tahap uji coba utama diambil 30 siswa yang yang tersebar di SMA N 4 Surakarta, SMA Regina Pacis Surakarta dan SMA N 2 Karanganyar. 1) Validator Hasil analisis data angket menunjukkan bahwa jumlah skor keseluruhan untuk setiap validator yakni sebagai berikut: Ahli commit I dan Ahli II memberi skor total masing-masing 187 dan 192. Nilai rata-rata keseluruhan aspek dari kedua ahli materi tersebut adalah 189,5. Skor tersebut jika dikonversi ke skala lima, maka termasuk dalam kategori “A”, dengan kata lain
3
digilib.uns.ac.id
Aspek
1 2
Kelayakan Isi Kebahasaan
3
Pembelajaran
4
Tampilan/ Kegrafisan Total
Ahli I
38 30
Validator Ahli RataII rata Ahli 39 38,5 28 29
80 39
82 43
187
192
81 41 189,5
Ket Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Tabel 2. Reviewer No
1
Aspek
Kelayakan Isi
2
Kebahasaan
3
Pembelajaran
4
Tampilan/ Kegrafisan Total
Revie wer I
39 27
Validator Revie Revie wer wer III II 46
Ratarata Reviewer
43
31
24
90
82
83 45
49
32
194
216
181
42,6667 27,3333 3 85 42 197
Ket
Sangat baik Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
2) Ujicoba Lapangan Awal Hasil uji coba lapangan awal dapat diketahui dari angket yang disebarkan kepada 10 siswa SMA Negeri 2 Karanganyar. Hasil analisis uji coba I menunjukkan bahwa jumlah skor keseluruhan terendah adalah 75 dan maksimal sebesar 98. Secara keseluruhan, Skor total rata-rata yang diperoleh dari kesepuluh siswa adalah 88,9. Skor tersebut dalam skala 5, termasuk to user dalam kategori “A” atau sangat baik. Berikut hasil rekapitulasi data dari ujicoba lapangan awal.
perpustakaan.uns.ac.id Tabel 3. Hasil Ujicoba Lapangan Awal No Indikator Skor Kategori Evaluasi Ratarata 1 Kelayakan Isi 16 2 Kebahasaan 12,6 3 Pembelajaran 28,7 4 Tampilan 31,6 Total 88,9 Sangat Baik 3) Ujicoba Lapangan Utama Hasil uji coba lapangan utama dapat diketahui dari angket yang disebarkan kepada 30 siswa SMA di kelas X dengan rincian 10 siswa diambil dari SMA Negeri 4 Surakarta, 10 siswa berasal dari SMA Regina Pacis Surakarta, dan 10 siswa dari SMA N 2 Karanganyar. Sekolah tersebut dipilih karena menerapkan pembelajaran dengan kurikulum 2013 di kelas X serta khususnya SMA N 2 Karanganyar menerapkan pembelajaran yang menggunakan bilingual di kelas imersi, jadi akan cocok untuk mengujicobakan modul yang disusun dengan bilingual. Pada hasil ujicoba tahap II yang dilaksanakan di SMA N 4 Surakarta, dari 10 siswa skor tertinggi yang dieroleh adalah 104. Sedangkan skor terendah yang diperoleh adalah 79. Secara keseluruhan, sebanyak 6 siswa (60%) memberikan penilaian bahwa modul Fisika bilingual-interaktif yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria “sangat baik”. Sedangkan 4 siswa (40%) memberikan penilaian bahwa modul yang dikembangkan masuk dalam kategori “baik”. Secara umum, berdasarkan penilaian seluruh siswa, dapat disimpulkan bahwa modul tersebut sudah berhasil dengan beberapa perbaikan pada bagian-bagian tertentu. Adapun saran dan komentar yang ada menjadi referensi revisi dan diuraikan dalam pembahasan. Selanjutnya ujicoba dilaksanakan di SMA Regina Pacis Surakarta. Siswa yang diambil juga 10 anak yang terdiri dari kelas X IA. Adapun penilaian dari 10 siswa di SMA Regina Pacis Surakarta ini memperoleh hasil yang sangat memuaskan dimana 10 siswa memberi penilaian “sangat baik” terhadap modul yang dikembangkan. Skor terendah dari siswa tersebut adalah siswa ke-5 dan 8 yang memberi skor 88. Sedangkan skor tertinggi diberikan oleh siswa ke-3 yaitu 102. Meskipun 100% siswa memberikan skor yang tinggi, tetapi seluruh siswa memberikan saran dan masukan terutama yang berkaitan dengan isi dan tampilan. Adapun saran dan komentar yang diberikan akan dijadikan referensi untuk revisi modul dan akan diuraikan pada bagian pembahasan. Ujicoba yang terakhir kembali dilaksanankan di SMA N 2 Karanganyar. Pada ujicoba tahap awal diambil kelas X IA untuk kelas imersi, dan pada ujicoba yang kedua pun demikian, tetapi untuk kelas yang berbeda. Dari hasil penilian oleh 10 siswa di SMA N 2 Karanganyar tersebut, diperoleh skor tertinggi sebesar 101. Sedangkan skor terendah diperoleh dari dengan skor 78. Secara keseluruhan, 70% dari seluruh siswa memberikan penilaian bahwa modul sudah “sangat baik” sedangkan 30% nya menilai bahwa modul sudah “baik”. Secara keseluruhan, hasil ujicoba pada lapangan utama ini diperoleh skor total rata-rata dari 30 siswa sebesar 92,16667 yang berarti “A” atau sangat baik setelah dikonversi menjadi skala 5. Berikut disajikan tabulasi data untuk ujicoba lapanga utama. Tabel 4. Hasil Ujicoba Lapangan Utama Aspek Skor RataKategori No Penilaian rata 30 Siswa 1 Isi 17,366667 commit 2 Kebahasaan 13,7 3 Pembelajaran 30,366667 4 Tampilan 30,733333 Total 92,16667 Sangat Baik
digilib.uns.ac.id
4
PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul Fisika Bilingual Interaktif dengan Pembelajaran berbasis Masalah pada materi Kalor yang memenuhi kriteria “baik”. Tujuh tahapan penelitian yang dilalui yaitu: (1) tahap penelitian dan mencari informasi, (2) tahap perencanaan, (3) tahap pengembangan draft produk, (4) tahap uji coba lapangan awal, (5) tahap revisi uji coba lapangan awal, (6) tahap uji coba lapangan utama dan (7) tahap revisi uji coba lapangan utama. Hasil akhir produk penelitian ini adalah modul Fisika Bilingual Interaktif dengan materi Kalor untuk SMA kelas X. Penelitian yang dilakukan mengacu pada model penelitian yang dikembangkan oleh Borg & Gall. Proses penelitian produk ini dibantu oleh dua dosen Ahli materi, satu dosen Ahli bahasa inggris dan 3 guru Fisika SMA di 3 sekolah sebagai reviewer. Uji coba lapangan awal ini dilakukan pada tanggal 2 Juni 2014, di SMA N 2 Karanganyar dengan mengambil 10 anak kelas X sebagai responden. Ujicoba lapangan utama, dilaksanakan setelah revisi pertama dari ujicoba lapangan awal. Adapun ujicoba lapangan utama dilaksanakan terhadap 10 siswa di SMA N 4 Surakarta (pada 12 Juni 2014), 10 siswa SMA Regina Pacis Surakarta (pada 14 Juni 2014), dan SMA N 2 Karanganyar (pada 16 Juni 2014) Di dalam proses penelitian draft produk, dilakukan validasi oleh 3 pakar dan 3 reviewer. Dalam proses validasi tersebut akan terdapat komentar dan saran dari keempatnya. Hal ini dapat dijadikan revisi oleh peneliti. Revisi dilakukan berdasarkan saran dan komentar dari para pakar dan reviewer, selain itu juga berdasarkan temuan di lapangan yaitu pada saat uji coba lapangan awal dan utama. Dengan demikian revisi dilaksanakan dua kali, revisi pertama dilakukan setelah mendapat saran dan komentar dari pakar dan reviewer, selanjutnya revisi yang kedua dilakukan setelah diperoleh temuan pada uji coba lapangan awal dan utama. Kedua tahap revisi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Revisi tahap pertama Revisi tahap pertama dilakukan setelah produk awal atau draft produk divalidasikan ke pakar dan reviewer. Hasil validasi berupa penilaian, saran dan komentar yang dijadikan pedoman dalam merevisi produk awal (draft modul I). Penilaian kuantitatif telah disajikan dalam data hasil penelitian. Jadi dalam pembahasan ini lebih meninjau tentang saran dan komentar sebagai penelitian kualitatif sebagai referensi revisi tahap pertama draft modul I. Revisi tahap pertama dari masingmasing validator akan diuaraikan sebagai berikut: Komentar dan saran tentang modul Fisika Bilingual Interaktif yang diperoleh dari ketiga responden ahli cukup banyak. Hal ini dikarenakan kedua ahli memberikan saran dan komentar sejak tahap perencanaan pembuatan modul Fisika Bilingual Interaktif sampai tahap evaluasi atau validasi sehingga menghasilkan draft terevisi atau modul II. Adapun saran dan komentar secara garis besar dari kedua ahli tersebut juga melingkupi aspek kelayakan isi, kebahasaan, pembelajaran, dan tampilan. Selain itu, dikarenakan disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris modul ini juga telah menempuh proses validasi dengan ahli Bahasa Inggris Fisika (dosen Fisika yang memiliki ahli di bidang bahasa inggris). Pada tahap perencanaan, peneliti membuat modul dengan judul “Kalor, pengaruhnya terhadap benda dan perpindahannya” sesuai materi kelas X semester 2. Modul Kalor ini terdiri dari satu kompetensi dasar dan lima Kegiatan Belajar. Dari segi isi materi, peneliti berusaha mengembangkan dari to user besar isi modul Kalor yang disusun oleh Peneliti lain. sebagian Akan tetapi peneliti juga mencari sumber-sumber yang relevan dengan materi pembelajaran dari buku-buku bilingual SMA. Hal ini disesuaikan dengan tujuan pembuatan modul Fisika yang bilingual interaktif dengan pembelajaran berbasis
perpustakaan.uns.ac.id masalah. Ahli dan reviewer memberi saran juga dalam hal kontekstualitas materi yang disajikan agar lebih dilengkapi dengan gambar-gambar yang relevan sehingga materi modul yang disajikan menarik, lengkap, tepat, dan lebih mudah dipahami. Aspek kelayakan isi memang menjadi aspek yang utama untuk dikoreksi. Ahli dan reviewer memberi masukan yang lebih banyak pada bagian ini agar konsep yang disampaikan benar serta penyampaian melalui modul juga sesuai dengan karakter modul yang dibuat. Oleh karena itu, bagian penyusunan materi mengalami koreksi yang bertahap sejak penyusunan modul awal. Kelayakan isi juga harus memenuhi kontekstualitas dengan lingkungan sekitar dan sesuai dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu, sebagai pertimbangan dalam penyusunan modul yang berdasarkan kurikulum 2013, maka validator menyarankan agar menggunakan buku yang lebih mutakhir dalam tahun penerbitannya. Beberapa perbaikan tentu mengubah kalimat dalam bahasa baik itu dalam bahasa indonesia dan bahasa inggrisnya. Untuk halaman bahasa inggris tentu menyesuaikan dari segi susunan paragraf, letak gambar, dan lain-lain pada halaman bahasa Indonesia. Komponen kelayakan isi ini dinilai sudah 3 validator menilai “sangat baik”, dan 2 validator menilai “baik”. Penilaian pada aspek kebahasaan dalam bahasa indonesia sudah memperoleh penilaian yang “A” atau sangat baik oleh kedua Ahli, dan “B” yang berarti baik oleh 2 validator. Ahli I berkomentar bahwa beberapa pernyataan indikator banyak yang perlu diganti karena kurang tepat dalam penggunaan kata operasionalnya. Revisi yang cukup sering juga dilakukan mengenai penggunaan bahasa yang efektif dan efisien. Ada beberapa penyusunan kalimat yang dinilai tidak efektif dan efisien sehingga perlu perbaikan. Ada beberapa penulisan kalimat yang belum menggunakan aturan struktur kalimat yang tepat, misalnya ada kalimat yang belum ada subyeknya, sehingga kedua ahli juga banyak memberikan perbaikan pada penulisan struktur kalimat. Untuk halaman bahasa inggris menyesuaikan perubahan pada halaman bahasa Indonesia. Penilaian dari reviewer tidak jauh beda dengan penilaian ahli materi terkait isi. Beberapa persamaan fisika yang mungkin kurang tepat penulisan, serta kurang tepatnya penulisan kata, istilah dan kalimat menjadi tambahan dari reviewer. Ahli materi dan reviewer menyatakan hasil akhir validasi modul Fisika Bilingual Interaktif dari aspek kebahasaan sudah berkriteria “baik” pada tahap penyusunan draf. Selain divalidasi oleh dua pakar Fisika, Modul Fisika Bilingual Interaktif ini juga divalidasi oleh ahli Bahasa Inggris Fisika karena modul menggunakan dwibahasa (bilingual). Dari segi Bahasa Inggris yang digunakan dalam modul dilakukan validasi oleh ahli dan terdapat beberapa koreksi. Beberapa koreksi disebabkan oleh penggunaan istilah Fisika yang kurang sesuai dalam Bahasa Inggris, tidak konsisten penggunaan istilah pada beberapa halaman, dan kesalahan dalam grammar pada beberapa kalimat. Meskipun demikian, hasil validasi Bahasa Inggris oleh Ahli Bahasa Inggris sudah memenuhi kriteria “baik”. Aspek selanjutnya yaitu pembelajaran modul Fisika Bilingual Interaktif. Pada aspek inilah terdapat indikator penilaian yang berkaitan dengan karakter modul yang disusun yaitu “berbasis masalah” dan “interaktif”. Peneliti tidak membuat angket secara terpisah dari kedua aspek tersebut, karena pada dasarnya kedua aspek tersebut masuk pada aspek pembelajaran modulcommit secara keseluruhan. Peneliti menyajikan modul sesuai dengan pedoman penulisan modul yang diterbitkan oleh Depdiknas. Penelitian modul yang
digilib.uns.ac.id
5
memperhatikan beberapa elemen seperti: format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, spasi kosong, dan konsisten dapat menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif (Depdiknas, 2008). Selain itu, menurut Depdiknas karakteristik modul seperti self instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly juga harus mendukung sehingga menghasilkan modul yang baik dan indikator keberhasilan bisa tercapai. Berlandaskan pedoman dari Depdiknas tersebut, akhirnya penilaian mengenai aspek penyajian modul Fisika yang dikembangkan tidak hanya berisikan materi. Namun, juga beberapa kelengkapan modul yang lain seperti pendahuluan, pembelajaran dan penutup yang terdiri dari berbagai unsur bisa disajikan oleh peneliti. Pada proses validasi draft modul awal kedua ahli menyatakan bahwa modul bilingual interaktif yang dikembangkan disamping harus lengkap tetapi juga harus runtut urutan konsep materiya. Oleh karena itu bagian peta kompetensi yang berisi runtutan indikator, dan alur pemikiran dalam modul mendapat perhatian yang intensif pada tahap awal perencanaan pengembangan modul. Termasuk penggunaan istilah Kompetensi Inti yang umumya disingkat dengan KI, tidak boleh ditukar penggunaannya dalam menyatakan Kelompok Indikator, agar seketika pembaca mengamati bagian peta kompetensi memiliki alur pemikiran yang jelas dalam memahami runtutan penyajian dalam modul. Pada awalnya, Ahli I dan Ahli II menyatakan secara umum modul masih bersifat informatif. Ahli menyarankan untuk kegiatan-kegiatan dipindah ke awal kegiatan belajar sebelum masuk konsep materi. Ahli juga memberi beberapa perbaikan dalam analisis data pada Lembar Kerja Siswa agar lebih mengarah ke proses belajar yang sesuai pembelajaran berbasis masalah. Tidak berbeda jauh dengan masukan dari ahli, reviewer juga memberi catatan yang penting terhadap pembelajaran dalam modul. Reviewer menemukan beberapa halaman yang memiliki penyusunan yang salah saat penjilidan. Skor total yang diperoleh pada aspek pembelajaran menunjukkan bahwa 100% validator memberi penilaian “sangat baik” dengan skor ratarata total seluruh validator adalah 83,4. Kemudian peneliti memperbaiki isi modul berdasarkan catatan-catatan revisi oleh validator di atas sehingga pada akhirnya dihasilkan modul berkriteria sangat baik dari segi penyajian. Hasil akhir validasi ini yang kemudian dipakai dalam uji coba lapangan. Selanjutnya penilaian dalam aspek tampilan. Pada awal proses validasi, Ahli II menyatakan bahwa dari segi warna perlu pemilihan warna yang lebih soft dan tidak terlalu kontras. Reviewer juga menambahkan bahwa gambar kurang proporsional dengan jumlah teks yang dimuat, serta bagian sampul yang kurang memberikan gambaran tentang isi modul. Tiga hal tersebut yang seringkali menjadi sorotan utama pada aspek tampilan. Berdasarkan penilaian dari validator rata-rata nilai Ahli adalah 41 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Sedangka hasil dari reviwer adalah 42 yang juga berarti “sangat baik”. Untuk mengetahui keputusan keseluruhan dari modul ini, maka dari total skor rata-rata validator diambil dan diperoleh skor sebesar 41,6. Berdasarkan konversi, skor 41,6 tersebut termasuk dalam kategori “sangat baik” juga. 2. Revisi tahap kedua Revisi tahap kedua dilakukan setelah draft modul sebelumnya to user Dengan kata lain, draf modul yang digunakan dalam direvisi. uji lapangan awal adalah draf modul II dan draf modul yang digunakan dalam uji coba utama adalah draft III. Uji coba lapangan ini tidak berupa kegiatan pembelajaran secara terpadu, tetapi berupa penilaian dari siswa tentang modul Fisika
perpustakaan.uns.ac.id Bilingual Interaktif dengan tema Kalor secara kualitatif dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan tujuan penelitian bukan untuk mengetahui tingkat efektivitas pembelajaran, tetapi cukup menghasilkan produk berupa modul Fisika Bilingual Interaktif yang memenuhi kriteria baik. Penilaian kuantitatif telah disajikan dalam data hasil penelitian. Jadi dalam pembahasan ini lebih meninjau tentang saran dan komentar sebagai penelitian kualitatif sebagai referensi revisi tahap pertama draft modul II dan III. a. Uji coba lapangan awal Uji coba lapangan awal dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2014 di SMA Negeri 2 Karanganyar kelas X program imersi peminatan IPA dengan jumlah siswa 10 anak, karena penelitian dilaksanakan saat jadwal sekolah sedang class meeting dan masa remidiasi maka peneliti dibantu guru membentuk kelas/kelompok sendiri. Setiap siswa mendapatkan modul Fisika Bilingual untuk dibaca, diteliti dan dinilai. Secara umum siswa-siswa menilai modul sudah baik, tetapi tetap ada saran dan pendapat yang bisa dijadikan masukan untuk revisi. Penilaian ada yang berupa penguatan (komentar positif) terhadap modul tersebut serta berupa saran dan pendapat dari 10 siswa dalam uji coba lapangan awal yang muncul pada umumnya adalah tentang materi, cover, warna huruf, penggunaan variasi huruf dan tampilan gambar. Berkaitan dengan saran dan komentar tersebut, peneliti tidak akan membahas mengenai komentar yang positif tetapi lebih memperhatikan komentar negatif. Sebagian besar berkomentar mengenai gambar. Kemudian peneliti memperbaiki tampilan gambar-gambar pada modul dan mengganti beberapa gambar dengan gambar yang lebih berwarna. Mengenai penyajian isi materi secara umum siswa menyatakan sudah lengkap dan mudah dipahami. Peneliti juga menambahkan barcode yang mampu dipindai secara langsung oleh pengguna dengan menggunakan aplikasi handphone yang berbasis android sebagai cara mempermudah siswa mencari informasi tambahan melalui internet. Hal ini mampu menarik komentar positif dari siswa pada tahap awal.Hasil skor penilaian uji coba awal ini menyatakan modul berkriteria “sangat baik”. b. Uji coba lapangan utama Uji lapangan utama dilakukan pada tanggal 12 Juni 2014 di SMA Negeri 4 Surakarta dengan jumlah siswa 10 anak kelas X. Kemudian dilanjutkan pada tanggal 14 Juni 2014 di SMA Regina Pacis dan yang terakhir pada tanggal 16 Juni 2014 di SMA N 2 Karanganyar. Secara umum siswa-siswa tersebut menilai modul sudah “baik”, tetapi tetap ada saran dan pendapat yang bisa dijadikan masukan untuk revisi sebelum menghasilkan produk akhir. Berdasarkan saran dan pendapat tersebut, ternyata hampir sebagian besar menyatakan bahwa modul sudah baik dari materi dan penyajian. Warna sampul bisa diusahakan dengan mencetak pada kertas foto sehingga kualitas yang dihasilkan lebih bagus. Berkaitan dengan aspek lain misalnya gambar/ilustrasi yang mendapat kritikan, tidak semua diwujudkan dalam modul karena pertimbangan utama adalah pada kesesuaian dengan materi, bukan tergantung pada apa yang diinginkan pembaca. Hasil dari masukan tersebut menjadi pertimbangan pada penyusunan draf modul yang terakhir. Berdasarkan hasil analisis kualitatif dari validator maupun siswa ternyata ada beberapa saran dan pendapat yang bisa menjadi referensi revisi dan ada pula tidak. Meskipun secara keseluruhan dari sisi kuantitatif dan kualitatif menunjukkan commit penilaian yang sangat baik tentang modul yang telah dibuat, tetapi revisi tentang saran dan komentar yang diperhatikan tetap dilakukan oleh peneliti salah satunya dengan penambahan kotak info pengetahuan. Saran dan pendapat yang diperhatikan penulis untuk melakukan revisi ini akan menambah kualitas
digilib.uns.ac.id
6
modul Fisika Bilingual Interaktif yang dibuat sehingga produk hasil akhir bisa memenuhi kriteria yang lebih baik. Meskipun secara kuantitatif modul sudah memenuhi kriteria sangat baik, menurut peneliti hasil uji coba produk modul memiliki keterbatasan. Berdasarkan hasil angket produk siswa, komentar dan saran yang ditemukan sebagian besar mengarah pada penilaian tampilan dan isi modul secara umum saja tanpa memperhatikan model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan. Maka dari itu modul ini masih dikatakan memiliki keterbatasan dalam pengembangannya. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Bahan ajar yang dihasilkan berupa modul bilingual Fisika interaktif berbasis masalah untuk materi “Kalor, Pengaruhnya terhadap Benda serta Cara Perpindahannya” yang telah diintegrasikan sesuai dengan teori pembelajaran berbasis masalah dan komponen-komponen modul yang benar. Bahan ajar yang dihasilkan secara umum sudah berkriteria baik berdasarkan hasil validasi ahli dan reviewer dalam aspek kelayakan isi, kebahasaan, pembelajaran, dan tampilan. Modul Fisika berhasil telah diujicobakan di lapangan tahap awal dan utama dengan hasil yang sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis dapat menjadikan modul Fisika Bilingual Interaktif ini sebagai sebagai bahan rujukan dalam pengembangan bahan ajar selanjutnya, baik untuk pokok bahasan yang sama atau berbeda. 2. Guru sebaiknya dapat melaksanakan pembelajaran Fisika yang berbasis inkuiri dengan modul “Kalor, Pengaruhnya terhadap Benda serta Cara Perpindahannya” yang telah dikembangkan oleh peneliti. 3. Siswa sebaiknya dapat menggunakan modul Fisika Bilingual Interaktif ini sebagai rujukan belajar sehingga memberikan kemudahan dalam belajar secara aktif dan mandiri. Untuk pengembangan produk lebih lanjut dapat dilakukan berupa bentuk bahan ajar yang lain. Adapun pokok bahasan bisa disajikan dengan materi yang sama atau berbeda. DAFTAR RUJUKAN Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Azwar, Saiffudin. (2007). Tes Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2007). Permendiknas RI No.41 Th 2007 tentang Standar Proses. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Borg, Walter R dan Gall, Meredith D. (1983). Educational Research: An Introduction Fourth Edition. New York: Longman. Budi Utami, dkk. (2010). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Pembelajaran Strategi Belajar Mengajar. Jilid 13 No 2, 154-160. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media Depdiknas. (2006). Buram Pengembangan Bahan Ajar dan Media. Workshop Pengembang Kurikulum 22-24 Juni 2010 di Salatiga to user (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ________. Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (http://www.permen222006.pdf, diakses 12 Maret 2013)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
________. (2008). Pedoman Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat PLP, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas. ________.(2013). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. (http. http://bsnp-indonesia.org, diakses 12 Agustus 2013) ________. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. (http. http://bsnp-indonesia.org, diakses 12 Agustus 2013) ________. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. (http. http://bsnp-indonesia.org, diakses 12 Agustus 2013) Nurrachmandani, Setya. (2009). Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Serway, Raymond A. (2008). Physics for Scientist and Engineer with Modern Physics, Seventh Edition. USA: Thomson Learning, Inc. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sunardi. (2007). Fisika Bilingual untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: Yrama Widya. Suparno, Paul. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Supiyanto. (2006). Fisika SMA Jilid 1. Jakarta: PT. Phibeta Gama. Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Pembimbing I
Dra. Rini Budiharti, M.Pd NIP.19582708 198403 2 003
Pembimbing II
Sukarmin, S. Pd, M.Si, Ph. D NIP. 196708022000121 001
commit to user
7