Besok Senin, UNAIR dan Australia Langsungkan Diskusi Kemaritiman UNAIR NEWS – The Perth USAsia Centre dan Universitas Airlangga mengundang sivitas akademika untuk hadir dalam diskusi panel yang membahas tentang peluang dan tantangan bidang maritim yang dihadapi Indonesia dan Australia. Diskusi panel bertema “The Blue Zone: Environment, Security and Resources in the Indo-Pacific Maritime Realm” akan diselenggarakan di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen Kampus C UNAIR, Senin (22/5). Diskusi tersebut dihadiri empat panelis yang merupakan pakar di bidangnya. Keempat panelis tersebut adalah Dino Patti Djalal (mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat), dan Prof. Stephen Smith (mantan Menteri Hubungan Luar Negeri dan Pertahanan Australia). Selain kedua panelis di atas, ada pula Prof. Erika Techera (pengajar The University of Western Australia Oceans Institute), dan Prof. Sri Subekti Bendryman (pengajar UNAIR dan Sekretaris Jenderal Konsorsium Mitra Bahari Jawa Timur) sebagai panelis. Dalam diskusi panel The Blue Zone tersebut, Rektor UNAIR Prof. Dr. Mochammad Nasih, Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson, serta Menteri Pertambangan dan Minyak Bumi Australia Barat Bill Johnston akan memberikan sambutan. Acara yang berlangsung pada pukul 14.30 sampai 16.00 tersebut akan dipandu oleh Prof. Gordon Flake sebagai moderator. Acara diskusi panel ini merupakan bentuk kerjasama sisterprovince antara Jawa Timur dan Australia Barat. Selain itu,
diskusi panel ini merupakan bagian dari konferensi tahunan “In The Zone” yang digelar Perth USAsia Centre. Penulis: Defrina Sukma S
Zamzam Multazam, Mahasiswa Termuda Jalur SNMPTN Berusia 15 Tahun UNAIR NEWS – Chaq El Chaq Zamzam Multazam, mahasiswa baru termuda Universitas Airlangga ini baru saja menyelesaikan proses administrasi registrasi ulang, Kamis (18/9). Ditemani kedua orang tuanya, ia berkisah tentang perjalanan menimba ilmu dan cita-citanya. Zamzam, sapaan akrabnya, yang baru berusia 15 tahun berhasil diterima di Program Studi S-1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Sejak kecil, Zamzam yang memiliki dua saudara kandung sudah menorehkan banyak prestasi. Di bangku taman kanak-kanak, ia pernah menjuarai lomba bercerita tentang pengalaman pribadi. Di tingkat sekolah dasar, Zamzam berhasil mewakili negara Indonesia pada olimpiade matematika yang saat itu berlangsung di Filiphina. Saat menginjak kelas X sekolah menengah atas, ia mengikuti ekstrakurikuler karya ilmiah remaja. Hasil karya ilmiahnya diapresiasi oleh Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia karena dianggap memiliki gagasan terunik mengenai penyakit tuberculosis (TB).
“Saat itu saya sering konsultasi dengan bapak. TBC merupakan penyakit menular tiap tahun bertambah terus. Dari kesukaan saya terhadap pelajaran Matematika, saya berusaha menjawab permasalahan itu,” tutur Zamzam. Mahasiswa baru itu menciptakan rumus pemodelan matematika untuk mengkalkulasi jumlah penderita penyakit TB di Lamongan. Dengan pemodelan tersebut, pemangku kebijakan bisa memonitor jumlah penderita, angka kesembuhan, dan sebagainya. “Nantinya bisa diambil langkah preventif sehingga tren penderita TB ini akan menurun dan bisa mendekati nol,” ucap pelajar lulusan SMAN 2 Lamongan. Berbagai raihan prestasi yang diraih Zamzam tak lepas dari peran orang tua. “Peran orang tua sangat besar. Ibu membacakan Surat Yasin saat saya mengikuti tes seleksi. Apa yang saya capai tidak lepas dari doa kedua orang tua saya,” terang remaja kelahiran 2 Oktober 2001. Ayah Zamzam, Suadi Rachman, menambahkan bahwa belajar dan berdoa adalah satu kunci dalam meraih sesuatu. “Tidak boleh takut dan tidak boleh malu jadi orang desa. Selalu percaya diri dan menjaga semangat,” pesan Suadi kepada anaknya. Zamzam ingin agar cita-citanya menjadi seorang dokter bisa tercapai. Keinginan untuk bisa membantu sesama yang membutuhkan menjadi landasan dirinya dalam memilih prodi pendidikan dokter. “Sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang banyak. Itu akan jauh lebih baik,” ucap Zamzam yang juga peraih nilai ujian nasional tertinggi di Kabupaten Lamongan 2017. “Pencapaian tertinggi tidak akan ada, karena pasti akan ada yang lebih tinggi. Untuk itulah, kita tidak boleh cepat merasa puas,” pungkasnya.
Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S
Bank Mayapada dan PWI Jatim Berikan Beasiswa Magister untuk Wartawan UNAIR NEWS – Bank Mayapada memberikan beasiswa kepada sepuluh wartawan untuk mengikuti pendidikan jenjang magister (S2) di Universitas Airlangga. Penyelenggaraan beasiswa ini bekerjasama dengan organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur. Bidang studi yang diberikan yaitu Media dan Komunikasi, Politik, PSDM, dan Magister Manajemen. Beasiswa ini diberikan kepada wartawan dari berbagai media, baik cetak, televisi, maupun online. Kesepakatan pemberian beasiswa dihadiri oleh Rektor UNAIR Prof Nasih, Sekretaris UNAIR Koko Srimulyo, dan para pengurus PWI, Kamis (18/5), di Ruang Rektor. Pemberian beasiswa ini diberikan untuk program dua tahun, yakni tahun ajaran 2017/2018 hingga 2018/2019. “Kami mensinergikan semangat PWI untuk berupaya meningkatkan kemampuan wawasan akademik. Tujuannya, agar bisa meningkatkan kompetensi wartawan. Ketika pengetahuan makin luas, kami berharap kopetensi wartawan semakin bagus,” ujar Akhmad Munir, Kepala Biro ANTARA yang tergabung dalam kepengurusan PWI Jatim. Munir menambahkan, beasiswa program magister ini diharapkan
bisa memberikan kontribusi bagi meningkatkan profesionalismenya.
wartawan
agar
turut
Dalam kesempatan ini, Prof Nasih mengatakan agar wartawan yang mendapat beasiswa tetap menjalani profesi kewartawanannya usai lulus nanti. Sehingga, mereka dapat berkontribusi membangun produk media massa yang berkualitas. “Dengan pemberian beasiswa ini, akan diperoleh SDM yang berkualitas dari kalangan wartawan. Kalau sudah lulus tetap berkomitmen jadi wartawan saja. Sehingga dunia media diisi oleh orang-orang yang mumpuni di bidang pengetahuan. Selain itu, produk media masa semakin berkualitas,” ujar Prof Nasih. Sementara itu Koko Srimulyo menambahkan, dalam pelaksanaan perkuliahan nantinya tidak ada perlakuan khusus yang diberikan kepada wartawan. Semua mahasiswa akan diperlakukan sama. “Tidak
ada
perlakuan
khusus
terhadap
wartawan.
Dalam
perkuliahan nantinya, wartawan juga diperlakukan sama dengan mahasiswa yang lain,” ujar Koko. Penulis: Binti QM
Jangan Tersandera Part II UNAIR NEWS – Di sebuah mimbar, seorang Kyai ditanya seorang jamaahnya. Jamaah yang bertanya ini adalah seorang warga dari desa Selo. Ia sendari ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Halus bertutur kata, warga itu menyampaikan pertanyaannya dengan tawadu’. “Kyai, apakah akan terjadi sesuatu dengan desa kami setelah
petir itu memecah kepercayaan setempat, apa itu pertanda buruk ?” Karena yang bertanya adalah memanggilnya dengan Yu.
perempuan,
maka
Kyai
ini
“Yu, sampeyan kan sudah ngaji lama disini. Semuakan dari Gusti Allah. Pasrahkan saja sama yang mengatur.” Dengan mengangguk, warga ini masih belum merasa puas dengan jawaban itu. Tapi ia sungkan untuk mengutarakan pertengkaran batin yang tak bisa terobati dengan jawaban itu. *** Berbeda dengan spektrum pendekatan Pak Kyai. Sebuah jurnal ilmiah mencoba menjelaskan fenomena petir. Mas Mus yang sangat anti dengan hal-hal yang berbau mistik mencoba menjelaskan semampunya, atas isi sebuah jurnal yang telah ia baca itu. Nongkrong, di warung kopi, Mas Muspun merangsek pada obrolan. Ia dengan perlente membedah isu petir ngalor ngidul. “Pembusukan dari bahan organik, asap pembakaran pabrik, yang terionisasi dan mengandung metana, kalau naik ke atmosfer. Ketika gas teroinisasi itu mengumpul banyak, maka akan timbul perbedaan potensial yang tinggi. Di sinilah bisa terjadi lompatan-lompatan listrik.” Tutur Mas Mus meyakinkan. “Penjelasanmu itu terlalu, ndakik-ndakik nggak bisa diterima. Ini bukan soal peristiwa petirnya. Tapi soal kog baru sekarang” jawab seorang warga. “Mas, apa ini karena pabrik gula, ya” “Iya. Betul. Ada industri dan polusi.” Desa itu memang dalam tahun-tahun terakhir dipenuhi oleh pabrik gula dengan pengolahannya yang menghasilkan polusi udara.
“Iya, industri dan polusi ada, tapi Mbah Mat meninggal mendadak selang beberapa hari saja setelah petir itu merusak sebuah pohon di dekat tempat keramat yang dijaganya. Jangan meremehkan lho.” Mungkin dalam hati, Mas Mus tidak akan berselera untuk menjawab kekolotan jawaban semacam itu. “Kepercayaan macam apa yang justru menteror diri sendiri” gerutu Mas Mus dalam hati. Bersambung… Penulis: Sukartono (Alumni Matematika UNAIR)
Bulan Juni, Tim UKM Paduan Suara Berlaga di Austria UNAIR NEWS – Para anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Universitas Airlangga (PS UNAIR) siap menggemakan suara-suara apiknya di salah satu negara di Eropa tengah, Austria. Rencananya, mereka akan berlaga di Austria pada pertengahan bulan Juni nanti. Di tengah kesibukannya berlatih kemampuan vokal, tiga mahasiswa anggota PS UNAIR menyempatkan dirinya berbagi cerita tentang rangkaian persiapan menuju Austria. Ketiganya adalah Ronald Moses Abram (Fakultas Ekonomi dan Bisnis/Ketua UKM PS UNAIR), Firda Aulia Rahman (Fakultas Farmasi/Ketua Program), Rahmat Fathony Sasongko (FEB/penyanyi). “Ini
sudah
menjadi
rutinitas
dua
tahunan
kami.
Jadi,
kepengurusan tahun lalu bersama dengan music director kami sudah mempersiapkan program seperti lomba mana yang akan diikuti, jadwal seleksi, serta pemilihan ketua panitia,” tutur Moses, sapaan akrabnya. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun pasca keikutsertaan anggota UKM PS UNAIR ke Tallinn, Estonia, mereka mencari informasi tentang kompetisi-kompetisi internasional. Tim bersepakat untuk mengikuti kompetisi bernama The 3 r d International Choral Competition Ave Verum (ICC Ave Verum) di Baden, Austria pada tanggal 22–25 Juni 2017. Mereka kemudian mendaftar via dalam jaringan. Syaratnya, setiap peserta (tim) lomba wajib mengirimkan sampel rekaman suara. Setelah diseleksi, pihak penyelenggara memutuskan bahwa tim PS UNAIR layak untuk lolos ke babak final di Austria. Tim UKM PS UNAIR menjadi satu-satunya tim dari Indonesia yang lolos ke babak final. Di tingkat Asia, tim UKM yang terbentuk pada 28 September 1981 ini bersama-sama dengan tim Universitas Santo Thomas asal Filiphina melaju ke Baden. Peserta dari Asia tersebut menjadi salah satu kompetitor terberatnya dalam kompetisi yang sudah diselenggarakan kali ketiga itu. “Hanya dua dari Asia. Bagi kami, Filiphina adalah lawan paling sulit karena track record (rekam jejak) choir (paduan suara) tersebut sudah baik. Kami juga sudah diwantiwanti sama pelatih kami bahwa mereka adalah lawan paling sulit,” aku Moses. Persiapan matang Kompetisi ICC Ave Verum dikenal sukar bagi tim UKM PS UNAIR. Pasalnya, tak ada pilihan kategori yang disediakan oleh pihak penyelenggara dalam kompetisi tersebut. “Selama ini kita ikutan kategori-kategori dan bisa dibilang kita selama ini pada kompetisi-kompetisi sebelumnya merajai folk music. Karena nggak ada kategori-kategori, itu yang kami
bilang susah,” tutur Moses seraya tertawa. Bukan Ksatria Airlangga namanya bila mudah menyerah. Tim penyanyi bersama pelatih secara rutin berlatih vokal dan interpretasi lagu. Mereka berlatih setiap Selasa dan Kamis sore di ruang propadus Fakultas Kedokteran UNAIR. Di negara beribukota Wina, mereka berencana membawakan delapan judul lagu. Judul-judul lagu yang akan dilantunkan di hadapan para juri dan penonton antara lain Ave Regina Caelorum, Ave Maria, dan Salve Regina. “Lagu-lagu ini bisa dibilang entah itu ketukan, notasi, dan interpretasi lagu. Bisa dibilang ini baru untuk kami apalagi yang ikutan adalah rekan-rekan angkatan 2014 dan 2015. Makanya ketika dapat lagu itu, atmosfer kompetisinya sudah terasa. Interpretasi lagunya juga bukan hal mudah,” imbuh penyanyi bersuara bass itu. Lagu-lagu tersebut multilingual. Mereka akan menyanyikan lagulagu berbahasa Prancis, Italia, Jerman, dan Inggris. Lagu-lagu dengan bahasa yang beragam itu menjadi tantangan untuk mereka lahap dalam latihan rutin hingga perlombaan nanti. “Ada salah satu sesi latihan yang memang membahas tentang interpretasi. Cara ngucapinnya gimana. Ada sesi latihan tersendiri. Diskusi tentang isi lagu,” tutur Fathony. “Partitur itu kan sudah dibagikan sebelum latihan. Jadi, kita baca-baca dulu. Kalau punya piano bisa latihan sendiri. Berhubung saya nggak punya, ya, pakai aplikasi MIDI. Bagi mereka yang memang basic (pengetahuan dasar) musiknya tinggi, dilihat aja bisa. Kalau saya termasuk yang butuh dengerin lagu terlebih dulu,” imbuh Fathony. Firda yang juga ketua tim kompetisi mengatakan, sebelum berangkat ke Austria pada tanggal 15 Juni, tim UKM PS UNAIR akan menyelenggarakan kompetisi prakonser.
“Suatu konser di mana kita mengundang audiens untuk mensounding-kan bahwa kita mau kompetisi. Istilahnya, konser mohon doa restu. Rencananya, akan diselenggarakan 10 Juni sebelum berangkat ke Austria. Kami nanti membawa 39 penyanyi, 1 konduktor, dan pendamping dari rektorat,” tutur Firda. Nantinya, dalam konser tersebut mereka akan menyanyikan lagulagu yang akan dibawakan dalam perlombaan sekaligus lagu-lagu tambahan. Penulis: Defrina Sukma S
LP4M Canangkan Model Terbaru KKN Tematik UNAIR NEWS – Pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata–Belajar Bersama Masyarakat (KKN–BBM) Tematik Universitas Airlangga berikutnya akan mengusung model terbaru. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) Prof. Dr. Jusuf Irianto. “UNAIR adalah perguruan tinggi yang unggul di bidang kesehatan dan menjadi tema dalam KKN kali ini. Salah satu sasaran Sustainable Development Goals (SDGs/Tujuan-tujuan Pembangunan Global) adalah kesehatan. Kami ingin mensukseskan itu,” ucap Prof. Dr. Jusuf Irianto, Drs., M.Com., selaku ketua LP4M Unair. Model KKN Tematik yang digagas LP4M UNAIR ini merupakan pertama kali di Indonesia. Terkait implementasinya, LP4M UNAIR akan berkolaborasi dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Permasalahan kesehatan
yang diadaptasi dalam KKN Tematik ini adalah gizi, kependudukan, penyalahgunaan obat-obat terlarang, dan revolusi mental. “Misalnya, persoalan gizi. Masalah kesehatan ini dikhawatirkan akan mempengaruhi masa depan yang tidak sehat,” tutur Jusuf. Jusuf menyampaikan, pelaksanan KKN Tematik berikutnya akan membawa kultur baru. Yakni, meningkatkan kualitas kontribusi kepada masyarakat. “Berhasil atau tidaknya ini juga dipengaruhi dosen pembina pembangunan desa (DP2D). Mereka akan membina mahasiswa di tempat yang sama dan akan berlangsung secara berkelanjutan,” imbuhnya. Terjun di sepuluh daerah Pada pelaksanaan KKN–BBM Tematik yang akan dimulai 11 Juli–5 Agustus mendatang, sebanyak 3.500 mahasiswa dan 175 DP2D akan terjun mengabdi kepada masyarakat di 350 desa di sepuluh kabupaten/kota di Jawa Timur. Sepuluh daerah yang dimaksud adalah Banyuwangi, Sampang, Probolinggo, Nganjuk, Jember, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, dan Surabaya. Ahli manajemen sumber daya manusia itu mengatakan, pihaknya akan memonitor pelaksanaan KKN–BBM Tematik melalui laporan yang dikumpulkan oleh mahasiswa peserta. Pada pelaksanaan KKN–BBM Tematik mendatang, mahasiswa akan diminta untuk mengumpulkan data-data kesehatan. Selanjutnya, pada periode berikutnya lagi, mahasiswa diminta membuat program kerja. “Periode berikutnya harus bisa merealisasikan progam dalam intervensi nyata. Bila sebelumnya masih melakukan pengumpulan data, maka periode berikutnya peserta harus bisa mengembangkan program kerja untuk mengatasi masalah sesuai dengan data yang ditemukan,” ungkap Jusuf.
Nantinya, setelah hampir tiga tahun KKN–BBM Tematik model baru diterapkan, pihaknya akan melakukan evaluasi formatif dan somatif. Dalam evaluasi tersebut, akan dilihat tingkat keberhasilan para mahasiswa peserta KKN–BBM Tematik dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi, menurunkan angka gizi buruk, membentuk pola hidup sehat dalam keluarga, dan menurunkan angka prevalensi penyakit menular. Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S
Indonesia Transisi Penyakit
Memasuki Masa Epidemiologi
UNAIR NEWS – Dalam konteks kesehatan, saat ini Indonesia memasuki transisi epidemiologi. Transisi tersebut diakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit tidak menular yang melebihi angka jumlah penyakit menular. Salah satu penyakit tidak menular yang berpotensi menjadi penyebab penyakit-penyakit lainnya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sedangkan, penyakit-penyakit lainnya yang juga disebabkan oleh hipertensi adalah jantung, stroke, gagal ginjal, hingga demensia. Hal itulah yang dijelaskan oleh M. Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes, pengajar pada Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Saat ini, penyakit jantung yang disebabkan karena tekanan darah tinggi, menduduki peringkat kedua sebagai penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat di Indonesia. “Penyakit jantung merupakan penyakit yang tertinggi di Indonesia. Bisa dikatakan silent killer. Berdasarkan sejumlah penelitian, dari seluruh kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular, 17 persen berasal dari stroke, dan 10 persen dari jantung. Dua-duanya disebabkan tekanan darah tinggi,” ujar Atoillah. Banyak faktor yang menyebabkan naiknya tekanan darah. Salah satunya adalah pola hidup masyarakat. “Dulu karena kita negara agraris, masyarakat lebih mengonsumsi sayur dan buah. Sekarang, menuju masyarakat industrialis, kita terlalu banyak mengonsumsi protein dan lemak, termasuk garam. Kita termasuk negara yang memiliki banyak budaya yang banyak memiliki kekhasan kuliner. Beberapa kuliner kita yang mengandung garam yang tinggi menjadi pemicu terhadap tekanan darah tinggi,” ujarnya. Selain gaya hidup, stres juga menjadi pemicu naiknya tekanan darah. Stres bisa muncul karena tuntutan ekonomi maupun pekerjaan. “Kita semua memiliki banyak faktor risiko. Pola hidup yang stres, pola tidur yang tidak teratur karena tuntutan pekerjaan yang tinggi. Itu juga memicu hipertensi,” tambahnya. Mengutip pesan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Atoillah mengimbau agar masyarakat mengurangi konsumsi garam. Sebab, konsumsi garam berlebih juga memicu munculnya penyakit. “WHO menganjurkan kurangi konsumsi garam. Tingginya tingkat konsumsi garam bisa membebani kerja ginjal, menyebabkan volume darah lebih banyak, dan tekanan darah tinggi,” ungkapnya. Sekretaris Pusat Layanan Kesehatan UNAIR itu lantas berpesan
agar masyarakat secara rutin melakukan pemeriksaan darah. “Dengan pengecekan kesehatan rutin, kita mendeteksi secara dini potensi penyakit-penyakit dalam tubuh sehingga kita bisa mencegahnya,” tambahnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Peringati Hari Hipertensi Sedunia dengan Pemeriksaan Gratis UNAIR NEWS –Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga menyelenggarakan pemeriksaan tekanan darah secara gratis, Rabu (17/5). Pemeriksaan ini sejalan dengan peringatan Hari Hipertensi Sedunia yang jatuh pada hari ini. Acara pemeriksaan tekanan darah dilakukan oleh tim Puskesmas Kalijudan dan Puskesmas Kenjeran, Kota Surabaya. Tak kurang dari 120 dosen, karyawan, maupun mahasiswa yang melakukan pemeriksaan tekanan darah yang berlangsung di Aula Sabdoadi FKM UNAIR. Wakil Dekan III FKM UNAIR Ira Nurmala, Ph.D., mengatakan, pemeriksaan tekanan darah ini merupakan tindak lanjut surat dari Kementerian Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Surabaya. “Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar perut, tensi darah, gula darah, dan kolesterol. Tempatnya di depan pojok laktasi, sekaligus memperkenalkan
bahwa kita memiliki pojok laktasi,” ujar Ira. Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes pengajar pada Departemen Epidemiologi FKM mengatakan, pemeriksaan kesehatan ini sejalan dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang saat ini memasuki masa transisi epidemiologi. Angka penyakit menular yang tinggi digantikan oleh banyaknya jumlah penyakit tidak menular. Salah satu penyebabnya adalah hipertensi. Melalui pemeriksaan ini Atoillah berharap, masyarakat dapat mengikuti paradigma sehat, bukan paradigma sakit. Dengan melakukan pengecekan kesehatan secara rutin, potensi penyakit akan dapat diketahui. Selain itu, pemeriksaan ini juga meminimalisir paradigma lama yang ada di masyarakat. “Dengan mendekatkan upaya pencegahan ke kesehatan ke kampus, semakin meminimalisir paradigma lama bahwa orang takut berobat karena takut ketahuan punya penyakit. Itu salah satu masalah di masa lalu yang menyebabkan kenapa banyak penyakit yang ternyata datang dalam kondisi yang sudah terlambat,” ujar Atoillah. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
UNAIR
Sambut
468
Calon
Penerima SNMPTN
Bidikmisi
Jalur
UNAIR NEWS –Direktorat Kemahasiswaan beserta Organisasi Bidikmisi Universitas Airlangga memberikan sambutan sekaligus pengarahan kepada calon mahasiswa baru (camaba) penerima beasiswa Bidikmisi jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri. Penyambutan tersebut bakal dibagi menjadi dua hari. Hari pertama (17/5), sebanyak 239 camaba bidikmisi mengikuti penyambutan dan pengarahan tersebut di Aula Garuda Mukti Kampus C UNAIR. Dalam acara tersebut, penerima Bidikmisi UNAIR diberikan arahan mengenai mekanisme pelaksanaan program bidikmisi mulai awal kuliah hingga lulus. Selain itu, panitia juga mengundang salah satu alumni Bidikmisi untuk memberikan motivasi dan pengalaman selama kuliah. Direktur Kemahasiswaan Dr. M. Hadi Shubhan mengatakan bahwa kesempatan menjadi mahasiswa bidikmisi UNAIR merupakan anugerah yang luar biasa. Selanjutnya, Hadi juga menegaskan bahwa camaba untuk senantiasa bersyukur, pasalnya tidak semua lulusan SMA sederajat memiliki kesempatan yang sama untuk studi di kampus terbaik di Indonesia seperti UNAIR. “Wujudkan syukur dengan berbagai hal. Tidak sekedar ucapan. Dengan lulus tepat waktu. Serius dalam berlajar dan berterima kasih pada negara kita,” tegasnya. Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih mengatakan, camaba penerima Bidikmisi merupakan orang-orang pilihan. Nasih juga tidak mengingkari bahwa dirinya saat kuliah juga memiliki kondisi yang sama seperti para calon penerima Bidikmisi.
“Andaikan pada tahun 1980-an waktu saya kuliah ada Bidikmisi, maka saya mungkin juga seperti kalian saat ini,” tandas Nasih disambut tepuk tangan para hadirin. Rektor UNAIR ke-13 tersebut juga menyatakan ilmu pengetahuan dapat dijadikan bekal untuk mengubah nasib. Bagi Nasih, pendidikan merupakan investasi kehidupan akhirat. “Ilmu pengetahuan dan keimanan kita yang mangangkat derajat kita di dunia dan akhirat,” tandas Nasih. Setelah mendapatkan pengarahan dari Direktorat Kemahasiswaan, camaba penerima Bidikmisi UNAIR diantar menuju Aula Student Centre Kampus C untuk mengikuti proses verifikasi sebagai penentu kelayakan untuk diterima sebagai penerima bidikmisi. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Tiga Tahun Berlalu, Australia Indonesia Center Bakal Perpanjang Kerjasama UNAIR NEWS – Australia Indonesia Center (AIC) kembali bertandang ke Universitas Airlangga. Kunjungannya kali ini memiliki beberapa tujuan. Selain mengenalkan direktur AIC yang baru, AIC dan UNAIR juga membahas mengenai perkembangan hasil kegiatan riset dan kerja sama yang sudah dijalin selama ini. Wakil Rektor bidang Kerjasama dan Publikasi Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ph.D., mengapresiasi kerja sama antara UNAIR dan AIC yang sudah berjalan hampir empat tahun ini. Selain
itu, Amin juga mengatakan bahwa riset yang sudah dijalankan bersama bisa tetap memegang teguh prinsip yang telah disepakati dan dapat dikembangkan lebih baik ke depannya. “Kampus kami memang memiliki keunggulan di bidang kesehatan, fasilitas kami lengkap menunjang hal tersebut. Jadi, saya harap kerja sama ini bisa terus menghasilkan riset yang lebih baik,” jelasnya. Menanggapi pernyataan Amin, Direktur baru AIC Dr. Eugene Sebastian mengatakan bahwa AIC adalah platform untuk menghadapi tantangan dan permasalahan besar yang ada di Indoensia dan Australia. Eugene juga memberikan paparan informasi yang menggembirakan. Pasalnya, kerja sama fase pertama yang akan selesai tahun depan, bakal diperpanjang untuk fase kedua. “Pemerintah kami terus berkomitmen untuk pendanaan selama empat tahun ke depan. Jadi ditahap kedua nanti, kami harap bisa memberi banyak kesempatan untuk membawa fokus kerjasama ini dari berbagai masalah khusus yang berbeda,” jelas Eugene. Selanjutnya, Eugene juga melaporkan bahwa implementasi kerja sama pada fase pertama menunjukkan perkembangan yang positif. Disebutkan pada fase pertama, kerja sama telah berhasil mengembangkan sekitar 250 penelitian, 50 persen dari Australia dan 50 persen dari Indonesia. “Penelitian itu telah dikembangkan di lima hal seperti infrastruktur, kesehatan, makanan, energi dan air bersih,” jelasnya. Menambahkan pernyataan Eugene, Direktur AIC untuk Indonesia Kevin Evans mengatakan bahwa kerja sama yang dilakukan dengan UNAIR lebih fokus pada permasalahan kesehatan. Pasalnya, selain UNAIR unggul dalam bidang kesehatan, riset dan pengabdian masyarakat yang dilakukan sivitas akademika UNAIR juga fokus pada permasalahan kesehatan.
“Kalau dengan UNAIR kami lebih fokus kerja sama ke sektor kesehatan antara kedua negara. Misal kesehatan anak kecil dan menyangkut pemberian air susu ibu, serta kematian bayi dan ibu melahirkan,” jelasnya. Kevin juga menegaskan bisa menjadi salah bersama. Selain itu, bekal untuk memcahkan
bahwa permasalahan yang ada di Indonesia satu hal yang bisa dipecahkan secara permasalahan yang terjadi juga menjadi permasalahan yang terjadi di Australia.
“Karena di Australia juga ada beberapa wilayah yang mengalami masalah sama dengan di Indonesia. Jadi, teman-teman di Airlangga yang menyelesaikan masalah ini dan ide-ide yang diterapkan di sini bisa kami praktikan di sana juga,” pungkasnya. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S