Diskusi Kemaritiman “The Blue Zone” Antar Negara Diskusi panel “The Blue Zone: Environment, Security and Resources in the Indo-Pacific Maritime Realm” merupakan forum para pakar untuk mendiskusikan problem kemaritiman di Samudera Hindia. Acara diskusi panel ini merupakan bentuk kerjasama sister-province antara Jawa Timur dan Australia Barat. Selain itu, diskusi panel ini merupakan bagian dari konferensi tahunan “In The Zone” yang digelar Perth USAsia Centre.
Shafa Prasita, Mahasiswa Baru FKG UNAIR Berusia 15 Tahun UNAIR NEWS – Shafa Prasita, calon mahasiswa baru (camaba) yang diterima di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga merupakan salah satu camaba termuda UNAIR yang diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Ia dinyatakan diterima di FKG UNAIR pada usia 15 tahun. Shafa, sapaan akrabnya, telah mengikuti percepatan belajar (program akselerasi) sejak duduk di bangku SMP. Akunya, ia cukup mengalami kesulitan waktu SMP. Namun demikian, ia mampu lulus percepatan belajar dengan prestasi yang patut diacungi jempol. “Dari SMP sudah mengikuti program akselerasi. Kesulitan sih enggak terlalu. Paling ya waktu SMP itu. Karena program akselerasi waktu aku SMP baru dibuka pertama kali,” kenang alumnus SMPN I Sedati itu. Uniknya, di waktu senggang, meski terhitung memiliki prestasi bidang akademik yang unggul, gadis kelahiran 21 Mei 2001 ini
memiliki hobi membaca novel. Hobi ini bermula ketika kedua orangtuanya gemar membelikannya buku bacaan ketika Shafa kecil. “Pada saat saya kecil, saya sering dibelikan buku cerita Kecil Kecil Punya Karya. Mulai dari situ saya senang sekali dengan membaca,” kenangnya. Ada beberapa novel favorit Shafa, mulai bertema komedi hingga romantis. Tere Liye adalah penulis favoritnya. “Apapun buku karya Tere Liye paling suka sampai sekarang. Apalagi yang judulnya Hujan. Kalau nganggur, ya, baca buku,” ucap gadis yang sempat mengikuti ektrakurikuler paduan suara ketika sekolah. Kepada UNAIR News Shafa mengaku, kedua orangtua sangat mendukung segala cita-citanya. Salah satu dukungan itu, selain doa, adalah upaya menyediaan segala fasilitas dalam hal belajar. “Orangtua sangat mendukung. Disediain apapun yang dimau untuk fasilitas belajar. Didorong untuk terus belajar dan tidak kalah dengan yang lain. Awalnya pengin masuk Fakultas Kedokteran (FK). Tapi masuk FKG. Ortu terserah maunya kemana,” pungkas putri dari pasangan Nanang Prasetiyono dan Zafnita ini. “Karena sudah niat dari awal, jadi bikin jadwal. Tahu kapan kita belajar, dan tau kapan kita pergi untuk main dan berkumpul bersama keluarga. Percaya deh, hasil tidak akan mengkhianati usaha,” pungkasnya. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Tiga Guru Besar Baru UNAIR Akan Dikukuhkan UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga akan mengukuhkan tiga guru besar baru, Rabu (24/5). Ketiga guru besar tersebut menjadi bukti bahwa UNAIR melahirkan ilmuwan-ilmuwan baru untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Ketiga guru besar yang akan dikukuhkan adalah Prof. Dr. R. Tatang Santanu Adikara, M.Sc., drh (Fakultas Kedokteran Hewan), Prof. Dr. Drs. H. Widi Hidayat, M.Si., Ak., CA., CMA (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), dan Prof. Dr. I Dewa Gede Ugrasena, dr., Sp.A (K) (Fakultas Kedokteran). Sebelum dikukuhkan, Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR menggelar jumpa pers bersama ketiga guru besar yang dihadiri para awak media, Selasa (23/5). Dalam jumpa pers yang dipimpin langsung Sekretaris PIH Dr. Bimo Aksono, mereka memaparkan tentang materi orasi ilmiah. Prof. Tatang menyampaikan ringkasan orasi berjudul “Peran Akupunktur dalam Ilmu Anatomi dan Kesejahteraan Masyarakat”. Tatang yang juga Guru Besar FKH aktif ke-26 menggunakan soft laser untuk pada titik-titik akupunktur pada hewan yang ia sebut dengan laserpunktur. “Laserpunktur bisa digunakan untuk meningkatkan kesehatan hewan, peningkatan produktivitas berat badan, produksi susu, peningkatan stamina hewan-hewan pacu dan paduan, dan juga peningkatan kemampuan reproduksi,” tutur Guru Besar UNAIR ke-456 dalam jumpa pers tersebut. Konsep ke depan, laserpunktur dapat digunakan untuk mempersiapkan jenis-jenis unggulan asli ras Indonesia.
Ada pula Prof. Widi yang menyampaikan orasi berjudul “Optimalisasi Kinerja Entitas melalui Sinergi Internal dan Eksternal Audit”. Dalam jumpa pers tersebut, Guru Besar FEB aktif ke-21 menyampaikan bahwa entitas pemerintah dan bisnis perlu bersinergi demi perbaikan tata manajemen. “Agar proses audit internal dan eksternal tidak menjadi beban,” tegas Guru Besar UNAIR ke-457. Terakhir, Prof. Ugrasena juga menyampaikan orasi berjudul “Strategi Meningkatkan Kesintasan Kanker pada Anak dalam Situasi yang Penuh Tantangan”. Guru Besar FK aktif ke-107 itu menyebutkan, angka sintas yang rendah pada anak dengan penyakit kanker. Ugrasena yang juga Guru Besar UNAIR ke-458 mengidentifikasi setidaknya ada sembilan yang membuat angka sintas tersebut rendah. Di antaranya adalah keterlambatan tiba di fasilitas medis, keterbatasan finansial, keterbatasan tenaga, ketersediaan macam obat yang minim, malnutrisi, dan keterbatasan kapasitas tenaga medis. Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan
Bersinergi Menyelesaikan Permasalahan Gizi UNAIR NEWS – Salah satu badan PBB yang bertindak di bidang kesehatan, World Health Organization (WHO) terus memberi kesadaran akan pentingnya kesehatan pada masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. Kali ini, perwakilan WHO Indonesia
memberi pemaparan materi kuliah umum yang berjudul Global Issue WHO programme on nutrition di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Senin (22/5). “Saat ini, gizi telah termasuk pada salah satu faktor pembangunan yang termasuk juga di dalam pendidikan. Jika kondisi seseorang itu jelek, maka dia akan berpengaruh terhadap kualitas pekerjaannya, pendidikannya, dan kesehatan,” papar Sugeng Eko Irianto MPS., Ph.D., selaku perwakilan WHO Indonesia. Sugeng juga mengatakan, pembangunan gizi dan sumber daya manusia merupakan salah satu dari bagian investasi. Komitmen sejak awal adalah kunci utama, tidak bekerja secara terpisah dan membutuhkan sinergi dari berbagai elemen terkait merupakan upaya nyata yang permasalahan gizi.
harus
dilakukan
dalam
menuntaskan
“Penanggulangan masalah gizi tidak hanya ditangani oleh kementerian di level pusat akan tetapi harus dilaksanakan di level daerah juga. Melakukan survei di beberapa daerah misalnya, mengelompokkan daerah yang komit menanggulangi permasalahan gizi hingga kemudian mensinergikan untuk merumuskan solusi atas permasalahan gizi yang ditemukan,” lanjutnya. Disampaikan juga dalam kesempatan itu bahwa keterlibatan stakeholder yang lain seperti swasta dan termasuk juga perguruan tinggi sangat penting. “Inilah tantangan dan peluang bagi universitas airlangga bisa menjadi partner pemerintah. FKM khususnya dapat bermitra membuat konsep-konsep paper atau penelitan-penelitan yang dapat membantu pemerintah dalam merumuskan masalah tentang gizi,” ucap Sugeng di depan mahasiswa S1 Gizi dan S2 IKM. Dekan fakultas FKM, Prof. Dr. Tri Martiana dr., MS., dalam kesempatan yang sama menambahkan, mahasiswa bisa berperan melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat. “Pengmas bukan hanya diharapkan sebagai pengmas yang parsial semata tetapi pengmas yang continue. Misalnya pada daerah binaan yang telah ditentukan untuk target menyelseikanmasalah obesitas. Ini bagian dari aspek tanggung jawab pendidikan,” ucap Tri. “Sebagai perguruan tinggi yang memiliki tanggungjawab pendidikan, FKM UNAIR bekerjasama dengan kemenkes dan beberapa mitra lainya untuk berkolaborasi menyeleseikan masasalahmasalah kesehatan,” tutupnya. Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Nuri Hermawan
Tiga Srikandi Airlangga Raih Runner Up di Pulau Dewata UNAIR NEWS – Tiga mahasiswa Universitas Airlangga berhasil meraih posisi dua terbaik dalam ajang Sharia Economic Learning Forum (SELF) XIV, Minggu (21/5). Kompetisi penulisan gagasan ilmiah itu diselenggarakan di Universitas Udayana, Bali. Ketiga mahasiswa itu adalah Yurike Dhika Adhela (Fakultas Kesehatan Masyarakat/2015), Yuli Puspitasari Devi (FKM/2014), dan Ninik Rosyidah (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/2014). Dalam kompetisi tersebut, mereka mengusung gagasan tentang pemanfaatan limbah cangkang kerang yang tidak dimanfaatkan dan menjadi sampah. Gagasan tersebut berjudul “Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Daerah (Anadar granosa) sebagai Subtitusi Ransum Ternak berbasis Sociopreneurship dalam Upaya
Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Pesisir Surabaya”. “Saya melihat peluang di wilayah pesisir Surabaya sangat banyak limbah cangkang kerang yang tidak dimanfaatkan dan menjadi sampah,” terang Ninik. Tim UNAIR berhasil menjadi juara dua terbaik setelah menyisihkan sembilan finalis dari perguruan tinggi lainnya. “Jujur saja kami sangat senang karena bisa membanggakan keluarga maupun almamater, meskipun pada saat itu belum yakin kalau ternyata bisa mendapat juara,” tambah Ninik. Kompetisi SELF merupakan ajang lomba karya tulis ilmiah mahasiswa tingkat nasional. Kompetisi ini diikuti mahasiswa D-3 dan S-1 perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia. “Awalnya saya ragu untuk mengikuti kompetisi ini namun dengan dukungan Ninik dan Yuli saya kirimkan saja ide ini dalam kompetisi tersebut,” cetus Yurike. Penulis: Wahyu Nur Wahid (mahasiswa Ilmu Administrasi Negara) Editor: Defrina Sukma S
Pengurus PP IKA-UA Dilantik, Saatnya Membalas Budi pada Almamater UNAIR NEWS – Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Alumni Universitas Airlangga (PP IKA-UA) Drs. Ec. Haryanto Basoeni, melantik pengurus PP IKA-UA periode 2017-2021 secara lengkap, Sabtu (20/5) malam. Dalam acara yang dilaksanakan di Aula Garuda Mukti Lt-5 Gedung Rektorat UNAIR itu, dihadiri Rektor
UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA. Bahkan dalam rapat pleno perdana PP IKA-UA yang dilaksanakan seusai pelantikan, juga hadir dua tokoh alumni yang menjabat sebagai Dewan Pertimbangan, yaitu Menteri PAN-RB Dr. Asman Abnur, SE., M.Si., dan Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo, SH., MH. Dr. Asman Abnur merupakan satu dari lima pejabat setingkat menteri yang duduk sebagai Dewan Pertimbangan PP IKA-UA. Keempat lainnya adalah Ketua Mahkamah Agung RI Prof. Dr. H.M. Hatta Ali, SH, MH (alumni FH-UA) dan Ketua Umum IKA-UA periode 2012-2017, Menteri ESDM Ignasius Jonan, SE (alumni FEB), Menteri Sosial Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa (alumni FISIP UNAIR), dan Mendikbud Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP (alumni Sekolah Pascasarjana UNAIR). Suksesnya perhelatan pelantikan ini merupakan puncak dari rangkaian reorganisasi PP IKA-UA. Diawali sejak Kongres IX, 15 April lalu, kemudian formatur hasil Kongres mengumumkan susunan pengurus PP IKA-UA pada 10 Mei 2017. Ketua PP IKA-UA Haryanto Basoeni, dalam sambutannya mengakui bahwa tubuh kepengurusannya ini “super jumbo”, terdapat 137 personil terbaik alumni UNAIR. Hal itu karena tugas kedepan kita juga berat. Karena itu dengan validasi organisasi dan kebersamaan diantara alumni, IKA-UA siap bermitra, membantu, dan mendukung langkah dan program yang dilaksanakan almamater UNAIR. ”Kami telah menyatukan tekad untuk membantu menuntaskan tugas almamater yang sudah berada pada rel yang benar untuk senantiasa memberi manfaat kepada bangsa dan negara,” tandasnya. Haryanto juga mengajak sejawat alumni untuk terus menjaga kekompakan, kebersatuan, dan kordinasi dalam setiap melaksanakan kegiatan. Apalagi UNAIR telah dipercaya pemerintah untuk menjadi perguruan tinggi 500 terbaik dunia.
Ini merupakan tugas yang berat sehingga kita semua sebagai alumninya harus mendukungnya. Sementara Rektor UNAIR Prof. M. Nasih, dalam sambutannya mengatakan, lembaga ini (UNAIR) betapa pun telah mengantarkan para alumni hingga berada disini (professi masing-masing – red). Intinya, almamater dan para guru-guru di lembaga ini telah memberikan modal yang sangat berharga dalam kehidupan para alumni. Para guru sudah merelakan waktunya untuk mendidik dan memberikan bekal berharga kepada para alumni, yang bila mereka (para guru – red) berkiprah diluar UNAIR, mungkin sudah menjadi pejabat-pejabat tinggi negara. Menurut Rektor, guru sudah mengukir dan memberikan modal yang sangat strategis kepada mahasiswanya yang sekarang menjadi alumni. Karena itu sudah saatnya alumni juga membalas jasa kepada almamater tercinta dan tidak lagi menjadi beban dosen dan almamater. ”Guru dan almamater tidak berharap return finansial ini-itu, hanya berharap alumni menjadi orang-orang yang berpengaruh dan berguna bagi almamater, yakni memberikan nama yang terbaik sebagai balas budi dan balas jasa kepada almamater. Kibarkan bendera almamater di seluruh penjuru dunia,” kata Pak Rektor. Dalam sambutannya juga, Dewan Pertimbangan PP IKA-UA Dr. Asman Abnur, SE., M.Si,m yang juga Menteri PAN-RB, bahwa Kementerian yang dipimpinnya bersama Kemenristekdikti telah sepakat untuk mendorong sebelas perguruan tinggi terbaik di Indonesia agar mampu berkompetisi secara internasional. ”Dan, salah diantara sebelas perguruan tinggi terbaik di Indonesia itu adalah UNAIR,” kata Menteri Penertiban Aparatur Negara dan Revormasi Birokrasi ini. Bahkan kedua kementerian tersebut, saat ini juga sedang mendesain secara kelembagaan dan organisasinya, dengan tujuan agar nanti perguruan tinggi kita tidak kalah dengan kelembagaan dan organisasi pada perguruan tinggi yang berkelas
dunia itu. Dan Dr. Asman Abnur, alumni S2 dan S3 Pascasarjana UNAIR yakin bahwa Universitas Airlangga mampu melaksanakan tugas tersebut.
MENTERI PAN dan RB, Dr. Asman Abnur ketika hadir dalam Pelantikan IKA-UA dan memberikan sambutannya. (Foto: Bambang Bes) Malam itu Ketua PP IKA-UA juga mengumumkan seratusan alumni yang menduduki tugas pada sepuluh departemen, dimana lima diantaranya merupakan departemen baru, yaitu Dept. Kajian Keilmuan Strategis dan Kebijakan Publik, Dept. Kajian Internasional dan Pendayagunaan Alumni Global, Dept. Usaha Kreatif dan Penggalangan Dana, Dept. Kemitraan dan Hubungan Antar Lembaga, dan Dept. Pengembangan dan Kerjasama Almamater. Sedangkan lima departemen yang selama ini sudah ada adalah: Dept. Pengembangan Organisasi Alumni, Dept. Pengabdian Masyarakat dan Tanggap Bencana, Dept. Pemberdayaan dan Pengembangan Karir Alumni, Dept. Publikasi, Dokumentasi dan Humas, serta Dept. Jejaring dan Data Base Alumni. Diantara departemen malam itu juga ada yang langsung mengadakan
pertemuan dengan wakil ketua sebagai koordinator departemen. (*) Penulis: Bambang Bes
Semangat Kebangkitan Nasional Harus Muncul dari Sivitas Akademika UNAIR NEWS – Dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Nasional RI ke-109, sivitas akademika Universitas Airlangga mengikuti upacara pada Senin (22/5). Upacara dipimpin langsung oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. Mochammad Nasih, bertempat di hall Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR. Upacara ini dihadiri oleh pimpinan UNAIR, terdiri dari pimpinan fakultas, unit, badan, dan lembaga, serta seluruh pegawai di lingkungan Kantor Manajemen UNAIR. “109 tahun yang lalu berdirinya Budi Utomo, langkah radikal memajukan pendidikan sebagai upaya bebas dari penjajah. Upayaupaya radikal sangat diperlukan untuk mengubah keadaan, demi kemajuan dari ketertindasan menuju kemerdekaan,” ujar Rektor mengawali amanat. Rektor menegaskan, saat ini tantangan bangsa jauh berbeda dengan dulu ketika gerakan Budi Utomo didirikan. Jika dulu tantangan bangsa adalah melawan penjajah dan memerdekakan bangsa, kini tantangan itu sudah berganti yakni upaya meningkatkan daya saing nasional. Sebab, jika bangsa tidak mampu bersaing secara global, maka akan tertinggal dengan negara-negara yang terus maju ke depan.
“Kita kini tidak perlu mendirikan Budi Utomo. Kondisi dan tantangan sudah berbeda. Perjuangan kini bukan hanya melawan penjajah. Tantangan kita kini beda, yakni neningkatkan daya saing nasional. Kalau tidak, kita akan jadi pecundang terus menerus,” ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis itu. Semangat kebangkitan kini Dalam kesempatan ini, Nasih menargetkan kepada sivitas, utamanya dosen, untuk terus menggenjot publikasi ilmiah mereka. Sebab saat ini, UNAIR mentargetkan 457 judul penelitian ilmiah terpublikasi di jurnal terindeks Scopus. Meski sejatinya publikasi jurnal merupakan tanggungjawab dosen, namun para tenaga kependidikan (tendik) diharap untuk turut membantu mencapai target ini. “Target tahun ini 457 jurnal terindeks Scopus. Itu tugas para dosen. Nah, tugas tendik men-support dosen. Jangan sampai tugas meneliti diribeti dengan tugas yang mestinya dilakukan tendik,” ujarnya. Selain itu Rektor berharap, semangat kebangkitan nasional muncul dari sivitas akademika UNAIR. Serta, pihaknya mengimbau agar sivitas meninggalkan pola kerja lama dan lebih fleksibel dengan perubahan pola-pola kerja baru. “Jangan bekerja dengan menggunakan pola-pola lama. Saya berharap, semangat kebangkitan nasional muncul dan lahir dari anda-anda semua. Karena kini situasi berbeda, kita perlu fleksibilitas yang luar biasa. Mohon semuanya tidak kaku dengan kebiasaan-kebiasaan baru,” tandasnya. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh