UNAIR Persiapkan Kolaborasi Penelitian dengan Australia UNAIR NEWS – Universitas Airlangga tengah menyiapkan penelitipeneliti terbaiknya untuk bisa melakukan kolaborsai riset dan publikasi internasional dengan beberapa universitas terkemuka di Australia. Universitas tersebut tergabung dalam IndonesiaAustralia Centre (AIC) dan termasuk dalam Top Five University di Australia. Senin (31/10) lalu, diadakan pertemuan antara pihak AIC dan UNAIR untuk membahas persiapan penelitian yang akan dilakukan kedua negara tersebut. AIC diwakili Richard Price selaku Research Director dan Meghan Power selaku manager Projects and Programs. Kedatangan mereka disambut oleh pimpinan UNAIR, meliputi Direktur Pendidikan Prof. Tri Nyoman Pusparini, Ketua Deputi International Office and Partnership (IOP) Margaretha S.Psi., M.Sc, Koordinator Peneliti UNAIR untuk AIC Dr. Achmad Chusnu Romdhoni., dr., SP,THT-KL(K), dan beberapa perwakilan peneliti dari Institute of Tropical Disease UNAIR. Kedatangan delegasi AIC ke UNAIR merupakan tindak lanjut dari pertemuan peneliti antar kedua negara yang bertajuk “Indonesia-Australia Research Summit” yang diadakan pada Agustus lalu. Richard Price dan Meghan Power mengatakan bahwa UNAIR termasuk universitas yang memiliki kualitas tinggi. Maka dari itu, diharapkan adanya kontribusi dan partisipasi UNAIR dalam riset di AIC. Margaretha mengatakan, kolaborasi riset yang dicanangkan AIC ini memiliki sistem funding atau mendanai penelitian yang sudah terseleksi. Diawal, beberapa universitas di Indonesia menyerahkan proposal penelitian yang sudah ada, dan dikirim ke sekretariat AIC pusat untuk direview. Proposal yang sudah masuk kualifikasi akan dipasangkan dengan research partner yang sudah ditunjuk dari salah satu universitas di Australia.
Setelah itu, barulah kedua perguruan tinggi bisa melakukan penelitian bersama. Margaretha menambahkan, ini merupakan kolaborasi yang eksklusif. Sebab, UNAIR mempunyai peluang besar untuk bisa melakukan kolaborasi riset bersama Top Five University di Australia. “Maka dari itu IOP bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Inovasi (LPI) UNAIR mempersiapkan proposal penelitian dari peneliti-peneliti yang ada di UNAIR agar bisa terlibat dalam program kolaborasi riset AIC ini. Kalau berhasil membuat suatu kerjasama dalam bidang riset, maknanya akan kuat untuk meningkatkan kapasistas peneliti yang ada di UNAIR dan memungkinkan adanya publikasi internasional,” Ujar Margaretha. “Sebisa mungkin dalam dua minggu ke depan kita sudah mendapatkan proposal penelitian yang bisa langsung dikirimkan ke sekretariat AIC. Kita juga berharap kontribusi peneliti di UNAIR untuk membuat proposal yang kompetitif agar bisa terjalin kerjasama dengan Australia. Ini merupakan kesempatan besar bagi kita. Jadi sayang untuk dilewatkan,” tambah Margaretha. Margaretha berharap, peneliti di UNAIR mempersiapkan proposal penelitian yang siap untuk diikutkan dalam kerjasama internasional lainnya. Karena setelah ini, akan ada program pendanaan penelitian dari ASEAN COST, sebuah komite di ASEAN yang mengembangkan riset dalam pengembangan keilmuan dan teknologi. Pertahunnya, dana yang bisa digelontorkan mencapai USD1.000.000. Sementara itu Richard Price menegaskan, ia yakin dengan kekuatan yang UNAIR miliki bisa menambah cluster dalam penelitian yang ada. Diharapkan, penelitian yang akan dikaji dapat mengangkat masalah-masalah global terbaru yang sedang dihadapi Indonesia dan Australia. Selain topik seputar kesehatan, bisa juga masalah infrastruktur, pengelolaan air,
ketahanan pangan, dan topik lainnya. (*) Penulis : Faridah Hariani Editor : Binti Q. Masruroh
Kunjungi UNAIR, AIC Bahas Kerjasama Penelitian dan Ajang Research Summit UNAIR NEWS – Dalam rangka mengembangkan riset kolaborasi, UNAIR kembali menerima kunjungan dari The Australia Indonesia Centre (AIC). Badan yang mewadahi kerjasama riset antar perguruan tinggi di Australia dan Indonesia tersebut membahas kerja sama pada Senin, ( 13/6). Dalam kunjungannya, AIC yang diwakili oleh Prof. Richard Price selaku Direktur Penelitian AIC, dan Katrina Reid selaku AIC Research Officer, diterima oleh UNAIR melalui International Office and Partnership (IOP) dan perwakilan dari Fakultas di lingkungan UNAIR. Pertemuan yang dilaksanakan di ruang Sidang Pleno, Gedung Manajemen UNAIR tersebut membahas mengenai kerjasama antara empat Perguruan Tinggi (PT) di Australian dengan UNAIR. “PT Australia yang kerjasama itu ada empat PT, Monash University, Australia National University, The University of Melbourne dan The University of Sydney. Sedangkan di Indonesia ada tujuh PT, salah satunya ya UNAIR,” ujar Margaretha, S.Psi., P.G.Dip.Psych., M.Sc, selaku Deputi IOP UNAIR. AIC memiliki empat bidang dalam tema riset kolaborasi, yaitu bidang energi, bidang infrastruktur, bidang kesehatan, dan
bidang agrikultur. Dalam hal tersebut, AIC akan bekerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki keunggulan di bidang yang telah ditentukan. UNAIR menjadi salah satu universitas yang diajak kerjasama dengan AIC, pasalnya UNAIR memiliki keunggulan di bidang kesehatan. “Terdiri dari empat cluster (bidang,- red). UNAIR sebagai leader di cluster health,” ujar Margaretha. Dalam kesempatan tersebut, AIC menginginkan agar kerjasama dibidang riset dapat diperluas lagi, sehingga semakin banyak peneliti di UNAIR yang berminat untuk mengembangkan kerjasama riset dengan Collaborator di Australia, terutama dari empat Universitas ternama di Australia. “AIC ini sudah disepakati oleh Kemenristekdikti sebagai bentuk kerja sama yang unggul, artinya Kemenristekdikti akan menyediakan pendanaan jikalau terjadi kerja sama riset,” ungkap Margaretha. “Kalau semakin banyak peneliti UNAIR mau terlibat disini, itu akan memperluas kesempatan peneliti UNAIR untuk menggunakan dana Kemenristekditi untuk kolaborasi riset internasional,” imbuhnya. Meskipun demikian, Margaretha menjelaskan beberapa kendala yang ditemui saat sedang melakukan riset kolaborasi, salah satunya adalah perbedaan minat dari peneliti. Pasalnya selama ini seorang peneliti akan memiliki ide penelitian yang berbeda dengan yang lainnya. “Riset kolaborasi adalah hal yang diinginkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan, karena itu butuh proses. Harus ada persamaan minat bagi peneliti, sama-sama dibidang kimia tapi dalam bidang apa, kan harus di matching kan istilahnya,” jelasnya. Selain membahas tentang riset kolaborasi AIC, pertemuan tersebut juga membahas event Research Summit, yaitu pertemuan oleh berbagai peneliti dari Australia dan Indonesia. Margaretha menjelaskan, tujuan diadakannya Research Summit
adalah agar peneliti di Indonesia dan Australia saling sharing informasi yang didapat terkait riset mereka selama ini. “Rencananya diadakan pada Surabaya,” tandasnya.
Bulan
Agustus
tahun
ini,
di
Margaretha berharap, para peneliti UNAIR dapat menggunakan kesempatan event perkumpulan para peneliti tersebut guna menampilkan karya penelitian mereka selama ini. “Paling tidak untuk memperkuat recognition global, jadi pengakuan dari internasional,” jelasnya. “Artinya research summit ini bisa dijadikan ajang bagi peneliti di UNAIR yang pernah bekerjasama dengan peneliti di Australia untuk menampilkan karyanya,” imbuhnya mengakhiri. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan